tara kalor
DESCRIPTION
laporan fisika dasar IITRANSCRIPT
Abstrak
Deka Rahmadanli, Mohammad Ardi, Roby Gunawan Baskoro. Tahun
2013. Dengan percobaan “Tara Kalor Lisrik”, dibimbing oleh Qori Amrina.
Telah dilakukan praktikum pada hari Rabu 3 April 2013 pukul 16:00.
Praktikum ini bertempat di Laboratorium Fisika Dasar Lantai 3 Gedung C
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman,
Samarinda, Kalimantan timur.
Tujuan praktikum ini adalah memahami fungsi kerja masing-masing alat yang
digunakan dalam percobaan, mempelajari proses kenaikan suhu dalam proses
kerja kalorimeter, memahami macam-macam rambatan kalor.
Percobaan ini dilakukan dengan cara mengaduk-aduk air yang dipanaskan
didalam kalorimeter dengan menggunakan voltmeter dan amperemeter yang
disambungkan pada rangkaian hingga suhu air yang ada didalam kalorimeter
mengalami perubahan suhu dan dicatat suhu perubahan tersebut.
Dalam praktikum ini didapatkan hasil bahwa Saat mengaduk kalorimeter,
pengaduk tidak boleh mengenai dinding maupun dasar tabung. Dikarenakan
apabila pengaduk mengenai dinding maupun dasar tabung, panas yang didapat
bukan berasal dari sumber listrik tetapi bersumber dari gaya gesek antara batang
pengaduk dengan dasar maupun dinding tabung. Apabila itu terjadi, maka akan
menyebabkan pelencengan dari harga atau data yang sebenarnya.
Kata kunci : kalorimeter, batang pengaduk, voltmeter, suhu, dan
amperemeter.
ABSTRACT
Deka Rahmadanli, Mohammad Ardi, Roby Gunawan Baskoro.
Year 2012. In the “WHILE ELECTRICAL HEAT”. Guided by Qori Amrina
assistant.
Have done practicum April 3, 2013 at 16:00 am, on Wednesday, and
housed in the Laboratory of Physics Building C Level 3 Faculty of Mathematics
and Natural Sciences University Mulawarman, Samarinda, East Kalimantan.
The purpose of this lab is to understand the work finction of each tool used
in the experiment, studying the process of temperature rise in the calorimeter
work process, to understand the kinds of the propogation.
The experiment was carried out by stirring the water that is heated in the
calorimeter by using a voltmeter and an ammeter connected in the circuit until the
temperature of the water present in the calorimeter temperature change and
recorded the temperature changes.
In this lab showed that whe stirring the calorimeter, the stirrer should not
be on the wall or bottom of the tube. Because if the agitator on the walls and
bottom of the tube, heat is obtained not from the power source but the source of
friction between the rodwith the foundation and walls of the tube. If that happens,
it will drifted of the price or the actual.
Keywords: calorimeter, stir bar, voltmeter, temperature, and ammeters.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapasitas kalor adalahbanyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk
menaikkan suhu 1°C (satuan kalori/°C) sedangkan kalor jenis adalah
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 satuan massa sebuah zat
sebesar 1° (satuan kalori/gram °C atau kkal /Kg°C)
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat
secara umum untuk mendeteksi adanya kaloryang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh suatu zat sangat besar,begitupula sebaliknya.;
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu yang tinggi ke suhu
yang lebih rendah.jika suatu benda menerima atau melepaskan kalor maka
suhu benda itu akan naik atau turun ataupun wujud benda itu berubah.
Kemampuan suatu zat atau benda dalam menyerap kalor berbeda – beda hal
ini terjadi karena perbedaan kalor jenisnya yang menyatakan berapa jumlah
kalor yang dapat diterima setiap kilogram benda dan kenaikkan suhunya untuk
menghitung jumlah perpindahan energi kalor ke energi listrik dansebaliknya
hal ini yang disebut tara kalor listrik
Teori yang melandasi tentang tara kalor listrik ini adalah hukum
jouledanasas black. Dimana suatu energi dapat berubah bentuk ke bentuk
energi lain sehingga dikenal sebagai kesetaraan antara panas dengan energi
mekanik atau energi listrik
Pada percobaan Kali ini akan mengamati perubahan suhu dari
sebuah zat dengan menggunakan arus listrik. Dan untuk melengkapi
praktikum ini yang berisi laporan dari hasil praktikum yang telah dilakukan
dan beberapa tinjauan materi yang menunjang
1.2 Tujuan Percobaan
1. Memahami perpindahan kalor akibat perbedaan suhu
2. Menentukan tarakalor listrik dengan menggunakan kalorimeteer
3. Memahami definisi dari kapasitas kalor kalorimeter
1.3 Manfaat Percobaan
1. Dapat mengetahui perpindahan kalor yang dipengaruhi suhu dan
temperatur
2. Dapat mengetahui tara kalor listrik dengan menggunakan kalorimeter
3. Dapat mengetahui dan menentukan definisi dari kapasitas kalor
kalorimeter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hukum kekekalan energi
Seorang ilmuan inggris yang merumuskan hukum kekekalan energi
yaitu “energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan ia adalah seorang
ilmuan yang (kalori) tak lain adalah suatu bentuk energi, dengan demikian dia
berhasil mematahkan teori kalorik, teori yang menyatakan panas sebagai zat alir.
Energi listrik dapat diubah menjadi panas dengan mengalirkan arus listrik melalui
kawat pemanas. Jika kawat panas dimasukkan kedalam cairan yang lebih dingin
maka akan terjadi perubahan panas dari kawat ke cairan menurut Azaz Black,
kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik sama dengan kalor yang diserap cairan
bersama-sama wadah dan peralatan lainnya (Zemansky, Sears. 1982).
Apa bila suhu berbagai jenis benda di naikkan dengan yang sama, ternyata setiap
benda menyerap energy kalor dengan besar berbeda. Salah satu contohnya adalah
empat buah bola masing – masing terbuat dari aluminium,besi,kuningan dan
timah yang memiliki masa sama di tempatkan dalam boaker glass yang berisi air
mendidih, setelah 15 menit,keempat bola tersebut akan mencapai kesetimbangan
termal dengan air dan akan memiliki suhu yang sama dengan suhu air,kemudian
keempat bola di angkat dan di tempatkan diatas kepingan parafin, bola kuningan
hanya melelehkan parakin seagian sehingga bola tersebut masuk sampai
kedalaman tertentu,namun tidak sampai menembus parakin (Zemansky, Sears.
1982).
Berdasarkan fenomena tersebut,kalor jenis suatu benda didifinisikan sebagai
jumlah kalor yang di perlukan untuk menaikkan suhu 1 kg suatu zat sebesar 1 k.
kalor yang jenis ini merupakan sifat khas suatu benda yang menunjukkan
kemampuannya untuk menyerap kalor, pada perubahan suhu yang sama
(Zemansky, Sears. 1982).
Bandingkan dengan kalor jenis zat-zat lain. Air memiliki kalor jenis tebesar
dibandingkan dengan zat-zat yang lain, ini berarti bahwa air memerlukan kalor
yang lebih banyak dari pada zat-zat lain untuk massa dan kenaikan suhu yang
sama. Air juga melepaska kalor yang lebih besar dibandingkan dengan zat-zat
lain jika suhunya diturunkan (Zemansky, Sears. 1982).
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat
dimusnahkan dan diciptakan melainkan hanya dapat diubah dari suatu bentuk
energi ke bentuk energi yang lain, misalnya energi listrik dapat diubah menjadi
panas maupun sebalikny. Sehingga dikenal adanya kesetaraan antara panas
dengan energi listrik kesetaraan panas – energi mekanik pertama diukur oleh joule
dengan mengambil energi mekanik benda jatuh untuk mengaduk air dalam
kalorimeter sehingga air menjadi panas dengan cara mengalirkan arus listrik pada
suatu kawat tahanan yang tercelup dalam air yang berada didalam kalorimeter.
Secara matematis dituliskan
................................................(2.1)
Keterangan:
W=energi listrik (joule)
V = tegangan listrik (volt)
I=kuat arus listrik (ampere)
t= waktu (sekon)
2.2 Kalorimeter
W = V.I.t
Gambar 2.1. Kalorimeter
Kalorimeter adalah jenis zat dalam pengukuran panas dari reaksi kimia
atau perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata
kalormetri berasal dari bahasa latin yaitu calor, yang berarti panas. Kalorimetri
tidak langsung (indirect calorimetry) menghitung panas pada makhluk hidup yang
memproduksi karbon dioksida dan buangan nitrogen (ammonia, untuk organisme
perairan, urea, untuk organisme darat) atau konsumsi oksigen. Lavoisier (1780)
menyatakan bahwa produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen
dengan menggunakan regresi acak. Hal ini membenarkan teori energi dinamik.
Pengeluaran panas oleh makhluk hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk
dilakukan langsung, di mana makhluk hidup ditempatkan di dalam kalorimeter
untuk dilakukan pengukuran. Jika benda atau sistem diisolasi dari alam, maka
temperatur harus tetap konstan. Jika energi masuk atau keluar, temperatur akan
berubah. Energi akan berpindah dari satu tempat ke tempat yang disebut dengan
panas dan kalorimetri mengukur perubahan suatu tersebut. Bersamaan dengan
kapasitas dengan kapasitas panasnya, untuk menghitung perpindahan panas.
(Petrucci,1987).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu
reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Sedangkan alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan adalah
kalorimeter. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia
dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi
ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara
adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam
kalorimeter. (Petrucci,1987).
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 °C
pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987).
Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu:
......................................................................(2.2)Q lepas = Q terima
.....................................(2.3)
...................................(2.4)
keterangan:
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin
2.2 Kalorimetri
Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atau
perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata kalorimetri
berasal dari bahasa Latin yaitu calor, yang berarti panas.
Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry) menghitung panas pada
makhluk hidup yang memproduksi karbondioksida dan buangan nitrogen
(ammonia, untuk organisme perairan, urea, untuk organisme darat) atau konsumsi
oksigen. Lavosier (1780) mengatakan bahwa produksi panas dapat diperkirakan
dari konsumsi oksigen dengan menggunakan regresi acak. Hal itu membenarkan
teori energi dinamik. Pengeluaran panas oleh makhluk hidup juga dapat dihitung
oleh perhitungan kalorimetri langsung (direct calorymetry), dimana makhluk
hidup ditempatkan didalam kalorimeter untuk dilakukan pengukuran. Jika benda
atau sistem diisolasi dari alam, maka temperatur harus tetap konstan. Jika energi
masuk atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya yang disebut dengan panas dan kalorimetri mengukur
perubahan suhu tersebut, bersamaan dengan kapasitas panasnya, untuk
menghitung perpindahan panas.
Q air panas = Q air dingin + Q kalorimeter
m1 c (Tp – Tc) = m2 c (Tc – Td) + C(Tc – Td)
Kalorimetri adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk
selama proses kimia. Kalorimeter adalah alat untuk mengukur panas dari reaksi
yang dikeluarkan. Berikut adalah gambar kalorimeter yang kompleks dan yang
sederhana. Kalorimetri adalah pengukuran kuantitas perubahan panas. Sebagai
contoh, jika energi dari reaksi kimia eksotermal diserap air,perubahan suhu dalam
air akan mengukur jumlah panas yang ditambahkan.Kalorimeter digunakan untuk
menghitung energi dari makanan dengan membakar makanan dalam atmosfer dan
mengukur jumlah energi yang meningkat dalam suhu kalorimeter.Bahan yang
masuk kedalam kalorimetri digambarkan sebagai volume air, sumber panas yang
dicirikan sebagai massa air dan wadah atau kalorimeter dengan massanya dan
panas spesifik. Keseimbangan panas diasumsikan setelah percobaan perubahan
suhu digunakan untuk menghitung energi tercapai.
Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat
memiliki suhu. Jika zat menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu
hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud,
seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat
mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan
melepaskan sejumlah kalor. Dalam Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor
dinyatakan dalam satuan kalori (kal), kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule
(kj).
1 kilokalori= 1000 kalori
1 kilojoule= 1000 joule
1 kalori = 4,18 joule
2.4 Kalor Jenis
Kalor jenis secara fisis berati jumlah energi yang dibutuhkan tiap suatu
satuan massa zat agar temperaturnya berubah. Dengan kata lain jumlah kalor Q
yang dibutuhkan suatu benda dengan benda lain berbeda satu sama lain
Kalor itu sendiri merupakan jumlah energi yang dipindahkan antar benda
yang memiliki suhu yang berbeda. Secara sponta kalor mengalir dari suatu benda
yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu lebih rendah. Satuan umum
untuk kalor adalah kal dan dapat didefinisika sebagai jumlah kalor yang
dihasilkan untuk menaikkan suhu setiap 1 gram air sebesar 1 derajat celcius.(
Zemanky, 2002)
Jenis bendaKalor jenis (C)
J/KgC Kkal/KgC
air 4180 1,00
alkohol 2400 0,57
ES 2100 0,50
kayu 1700 0,40
alumunium 900 0,22
marmer 860 0,20
kaca 840 0,20
Besi/baja 450 0,11
Tembaga 390 0,093
Perak 230 0,056
Raksa 140 0,034
Tabel 2.1 Tabel kalor jenis beberapa zat
Perpindahan tenaga yang timbul karena perbedaan temperatur diantara
bagian-bagian yang berdekatan dari sebuah benda dinamakan hantaran kalor (heat
conduction). Tinjaulah sebuah lempeng bahan yang luas penampangnya A dan
tebalnya ∆x, yang permukaan-permukaannya dipegang pada temperatur-
temperatur yang berbeda. Ketika mengukur kalor ∆Q yang mengalir di dalam arah
tegak harus pada permukaan-permukaan tersebut di dalam waktu ∆t. Eksperimen
memperlihatkan bahwa ∆Q adalah sebanding dengan ∆t dan sebanding dengan
luas penampangnya untuk suatu perbedaan temperatur ∆T yang diberikan, dan
bahwa ∆Q adalah sebanding dengan ∆T/∆x untuk suatu ∆t dan A yang diberikan,
asalkan ∆T dan ∆x adalah kecil.(Haliday, 1978)
Sebuah zat yang mempunyai konduktivitas termal K yang besar adalah
penghantar kalor yang baik; zat yang mempunyai konduktivitas termal K yang
kecil adalah penghantar kalor yang jelek, atau sebuah isolator termal yang baik.
Nilai dari K bergantung pada temperatur, yang bertambah besar sedikit dengan
temperatur yang semakin bertambah, tetapi K secara praktis dapat diambil sebagai
konstanta diseluruh zat jika perbedaan temperatur diantara bagian-bagian zat
tersebut tidak terlalu besar.
Karena perubahan C sangat kecil, maka seringkali dianggap konstan dan kalor
dirumuskan
.................................................(2.5)
Tabel diatas diperoleh pada kondisi tekanan tahap 1 atau temperatur ruang,
maka seringkali C diatas lebih lengkap sebagai Cp yaitu kalor jenis zat pada
tekanan tetap. Ada juga yang disebut jenis zat pada volume tetap Cu. Nilai DT
disini merupakan selisih positif dari perubahan temperatur dalam celcius, namun
nilainya setara dengan selisih temperatur dalam kelvin.
Kalor jenis dikenal juga kapasitas kalor pada prinsipnya tidak ada
perbedaan makna fisis yang signifikan pada kedua besaran ini (c dan C).
C(kapasitas kalor) digunakan untuk keperluan praktis mengingat pada umumnya
digunakan massa zat tidak persis 1 gram sehingga perlu definisi lain yang
melibatkan langsung faktor massa yang terlibat sehingga
......................................................(2.6)
Sehingga C berati mewakili seluruh massa zat yang terlibat pada
pertukaran kalor (ishaq,2007)
Kalorimeter sesungguhnya hanyalah sebuah wada dimana pencampuran
dua zat atau lebih dapat berlangsung pada keadaan yang mendekati keadaan ideal
yaitu keadaan yang tidak memungkinkan zat lain (atau lingkungannya)
berinteraksi kedalam sistem pencampuran tersebut sehingga pertukaran kalor
mendekati sempurna. (Ishaq,2007)
2.3 Jenis Kalorimeter
Q=m.C.∆T
C=m.c
Berdasarkan jenisnya, kalorimeter dibedakan menjadi:
2.3.1 Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2
berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel
ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor
(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam
terpasang dalam tabung. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka :
..........................(2.7)
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
........................................(2.8)
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
........................................(2.8)
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Qreaksi = – (Qair + Qbom )
Qair = m x c x DT
Qbom = Cbom x DT
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
Gambar 2.2. Kalorimeter makanan.
2.3.2 Kalorimeter larutan
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan misalnya reaksi
netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan. Pada dasarnya,
kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter.
Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor
reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan
ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran. Pada kalorimeter ini, kalor
reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan
kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
....................(2.9)
...................(2.10)
Qreaksi = – (Qlarutan + Qkalorimeter )
Qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil maka dapat diabaikan
sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu
larutan dalam kalorimeter.
2.4 Kapasitas panas jenis lanten
Kapasitas panas jenis laten adalah energi atau panas yang diperlukan atau
dikeluarkan untuk mengubah satu unit massa suatu zat dari suatu keadaan ke
keadaan lain pada suatu temperatur suhu. Kapasitas kalor adalah banyaknya panas
yang diperlukan untuk menaikan temperatur suatu benda sebesar satu derajat
celcius. Kapasitas kalor jenis adalah perbandingan panas yang diberikan pada
satuan massa suatu bahan terhadap kenaikan temperatur yang diakibatkannya.
Ada 3 macam wujud zat, yaitu :
a. Zat cair adalah zat dalam keadaan cair, memiliki volume tetap, tetapi
bentuk berubah sesuai wadahnya.
b. Zat padat adalah zat yang memiliki bentuk dan volume yang tetap
c. Zat gas adalah zat yang memiliki bentuk dan volume yang dapat berubah-
ubah.
Apabila suhu berbagi jenis benda dinaikkan dengan yang sama, ternyata
setiap benda menyerap energi kalor dengan besar yang berbeda, salah satu
contohnya adalah empat buah bola masing-masing terbuat dari aliminium, besi,
kuningan, dan timah yang memiliki massa sama ditempatkan dalam boaker glass
yang berisi air mendidih, setelah 15 menit, keempat bola tersebut akan mencapai
kesetimbangan termal dengan air dan akan memiliki suhu yang sama dengan suhu
air, kemudian keempat bola diangkat dan ditempatkan diatas kepingan paraffin,
bola kuningan hanya melelehkan sebagian paraffin sehingga bola tersebut masuk
sampai kedalaman tertentu, namun tidak sampai menembus parafin. (Bruce,
Frederick J. 2007).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisika dasar ini dilaksanakan pada tanggal 3 april 2013 pukul
16.00 – 18.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Fisika dasar Gedung C
Lantai 3. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman, Samarinda.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Powwer Supply
2. Termometer
3. Stopwatch
4. Kalorimeter lengkap dengan pengaduk
5. Amperemeter
6. Voltmeter
7. Tiang Statis
8. Kabel Penghubung
9. Neraca Ohaus
3.2.2 Bahan
1. Air
3.3 Prosedur percobaan
1. Ditentukan Massa kalorimeter (kalorimeter lengkap dengan pengaduk
serta elemen teknis) dengan neraca ohaus
2. Ditentukan harga c denganpersamaan C=Mkalckal(Ckal sama dengan
logam penyusun kalorimeter)
3. Ditentukan massa air (anggap massa jenis air Pair= 1 gr/cm3 Sehingga
volume air yang dipakai sama dengan massa)
4. Dibuat rangkaian percobaan seperti pada gambar 3.1
5. Diatur tahana geser agar amperemeter menunjukkan harga sesuai
petunjuk assisten
6. Diaduk dalam kalorimeter secara perlahan dan dicatat suhu termometer
sehingga suhu T1°C
7. Dipercobaan dihentikan setelah kenaikkan suhu kalorimeter sebesar
2°C yang dicatat sebagai suhu akhir T2°C catat waktu yang diperlukan
untuk menaikkan suhu tersebut
8. Dihubungkan rangkaian ke sumber listrik dan usahakan arus yang
diatur konstan dengan menggeser – geser tahanan. Dicatat perubahan
voltmeter
9. Dilakukan percobaan tersebut sebanyak 5 kali
Gambar 3.1 Rangkaian tara kalor listrik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No. Massa (kg)Arus
(A)
Volt
(V)
T1
(°C)
T2
(°C)
∆T
(°C)
t1
(s)
t2
(s)
∆t
(s)
1. 0,12876 4,3 5 30 32 2 0 10,9 10,9
2. 0,12876 4,3 5 32 34 2 10,9 55,9 45
3. 0,12876 4,3 5 34 36 2 55,9 105,3 49,4
4. 0,12876 4,3 5 36 38 2105,
3171,1 65,8
5. 0,12876 4,3 5 38 40 2171,
1235,4 64,3
4.2 Analisis Data
4.2.1 Energi Listrik
4.2.1.1 Perhitungan Tanpa KTP
W1 = V1 . I1 . ∆t1
= 5 . 4,3 . 10,9
= 234,35 joule
W2 = V2 . I2 . ∆t2
= 5 . 4,3 . 45
= 967,5 joule
W3 = V3 . I3 . ∆t3
= 5 . 4,3 . 49,4
= 1062,1 joule
W4 = V4 . I4 . ∆t4
= 5 . 4,3 . 65,8
= 1414,7 joule
W5 = V5 . I5 . ∆t5
= 5 . 4,3 . 64,3
= 1302,45 joule
4.2.1.2 perhitungan dengan KTP
∆t = 12
. Nst Voltmeter
= 12
. 4,5 = 0,25
∆V= 12
. Nst Amperemeter
= 12
. 0,1 = 0,05
∆I = 12
. Nst Stopwatch
= 12
. 0,01 = 0,05
∆ W 1=√( JWJV
∆ V )2
+( JWJI
∆ I )2
+( JWJt
∆ t)2
=√(I 1 .t 1 .∆ V )2+(V 1 .t 1 .∆ I )2+(V 1 . I 1 .∆ t )2
= √ {( 4,3.10,9 .0,25 )2+(5 .10,9 .0,05 )2+(5 .4,3.0,005 )2 } = √¿¿
=√ 137,36+7,40+0,01
= √144,77
= 12,032 Joule
∆ W 2=√( JWJV
∆ V )2
+( JWJI
∆ I )2
+( JWJt
∆ t)2
=√(I 2 .t 2 .∆ V )2+(V 2 .t 2 . ∆ I )2+(V 2 . I 2 .∆ t )2
= √ (4,3 .45 .0,25 )2+(5 .45 .0,05 )2+(5 .4,3.0,005 )2
= √¿¿
=√ 2339,66+126,56+0,01
= √2466,23
= 49,661 Joule
∆ W 3=√( JWJV
∆V )2
+( JWJI
∆ I )2
+( JWJt
∆ t)2
=√(I 3 .t 3 . ∆V )2+(V 3 . t3 . ∆ I )2+( V 3. I 3 .∆ t )2
= √ (4,3 .49,4 .0,25 )2+ (5 .49,4 .0,05 )2+ (5 .4,3 .0,005 )2
= √¿¿
=√ 2819,61+152,52+0,01
= √2972,14
= 54,517 Joule
∆ W 4=√( JWJV
∆ V )2
+( JWJI
∆ I )2
+( JWJt
∆ t)2
=√(I 4 . t 4 . ∆V )2+(V 4 . t 4 . ∆ I )2+( V 4 . I 4 . ∆ t )2
= √ (4,3 .65,8 .0,25 )2+(5 .65,8.0,05 )2+ (5 .4,3 .0,005 )2
= √¿¿
=√ 5002,73+270,60+0,01
= √5273,43
= 72,61 Joule
∆ W 5=√( JWJV
∆V )2
+( JWJI
∆ I )2
+( JWJt
∆ t)2
=√(I 5 .t 5 . ∆V )2+(V 5 . t5 . ∆ I )2+( V 5. I 5 .∆ t )2
= √ (4,3 .64,3 .0,25 )2+(5 .64,3.0,05 )2+ (5 .4,3 .0,005 )2
= √(69,12)+(16,07 )2+(0,10)2
=√ 4777,57+258,24+0,01
= √5035,82
= 70,96 Joule
4.2.1.3 KTP Mutlak
W 1 ± ∆ W 1=(234,35 ± 12,032 ) joule
W 2 ± ∆ W 2= (967,5 ± 49,661 ) joule
W 3 ± ∆ W 3= (1062± 54,517 ) joule
W 4± ∆W 4= (1414,7 ±72,61 ) joule
W 5 ± ∆ W 5= (1382,45± 70,96 ) joule
4.2.1.4 KTP Relatif
∆ W 1
W 1
=12,032234,35
×100 %=0,51 %
∆ W 2
W 2
=49,661967,5
× 100 %=0,051 %
∆ W 3
W 3
=54,51710621
× 100 %=0,051 %
∆ W 4
W 4
= 72,611414,7
×100 %=0,051 %
∆ W 5
W 5
= 70,961382 , 45
×100 %=0,051 %
4.2.2 Daya Listrik
4.2.2.1 Perhitungan Tanpa KTP
P1=V 1 . I 1 = 5 . 4,3 = 21,5 watt
P2=V 2 . I 2 = 5 . 4,3 = 21,5 watt
P3=V 3 . I3 = 5 . 4,3 = 21,5 watt
P4=V 4 . I 4 = 5 . 4,3 = 21,5 watt
P5=V 5 . I5 = 5 . 4,3 = 21,5 watt
4.2.2.2 Perhitungan Dengan KTP
∆t = 12
. Nst Voltmeter
= 12
. 4,5 = 0,25
∆V= 12
. Nst Amperemeter
= 12
. 0,1 = 0,05
ΔP1 = √( JPJV
∆ V )2
+( JPJI
∆ I )2
¿√ ( I 1 . ∆ V )2+(V 1 . ∆ I )2
= √ (4,3 .0,25 )2+(5 .0,05 )2
= √101,50+0,06
= √101,56
= 10.08 watt
ΔP1 = √( JPJV
∆ V )2
+( JPJI
∆ I )2
¿√ ( I 1 . ∆ V )2+(V 1 . ∆ I )2
= √ (4,3 .0,25 )2+(5 .0,05 )2
= √101,50+0,06
= √101,56
= 10.08 watt
ΔP1 = √( JPJV
∆ V )2
+( JPJI
∆ I )2
¿√ ( I 1 . ∆ V )2+(V 1 . ∆ I )2
= √ (4,3 .0,25 )2+(5 .0,05 )2
= √101,50+0,06
= √101,56
= 10.08 watt
ΔP1 = √( JPJV
∆ V )2
+( JPJI
∆ I )2
¿√ ( I 1 . ∆ V )2+(V 1 . ∆ I )2
= √ (4,3 .0,25 )2+(5 .0,05 )2
= √101,50+0,06
= √101,56
= 10.08 watt
ΔP1 = √( JPJV
∆ V )2
+( JPJI
∆ I )2
¿√ ( I 1 . ∆ V )2+(V 1 . ∆ I )2
= √ (4,3 .0,25 )2+(5 .0,05 )2
= √101,50+0,06
= √101,56
= 10.08 watt
4.2.2.3 KTP Mutlak
P1 ± ∆ P1=(21,5 ±10,08 )watt
P2 ± ∆ P2=(21,5 ±10,08 ) watt
P3 ± ∆ P3=(21,5 ±10,08 ) watt
P4 ± ∆ P4=(21,5 ±10,08 ) watt
P5 ± ∆ P5=(21,5 ±10,08 ) watt
4.2.2.4 KTP Relatif
∆ P1
P1
×100 %=10,0821,5
× 100 %=0,46 %
∆ P2
P2
×100 %=10,0821,5
× 100 %=0,46 %
∆ P3
P3
×100 %=10,0821,5
× 100 %=0,46 %
∆ P4
P4
×100 %=10,0821,5
×100 %=0,46 %
∆ P5
P5
×100 %=10,0821,5
× 100 %=0,46 %
4.2.3 Energi Kalor
4.2.3.1 Perhitungan Tanpa KTP
Keterangan:
c = kalor jenis air = 0,86 J/g °C
C = Kapasitas kalor = 2,4 x 102 J/°C
ΔT= Selisih Suhu
Q = m.c.ΔT.c.ΔT
Q1 = m.c.∆T + C.∆T
= 0,12874 . 0,86 . 2 + 2,4 x 102 . 2
= 0,2214 + 480
= 480,2214 Joule
Q2 = m.c.∆T + C.∆T
= 0,12874 . 0,86 . 2 + 2,4 x 102. 2
= 0,2214 + 480
= 480,2214 Joule
Q3 = m.c.∆T + C.∆T
= 0,12874 . 0,86 . 2 + 2,4 x 102. 2
= 0,2214 + 480
= 480,2214 Joule
Q4 = m.c.∆T + C.∆T
= 0,12874 . 0,86 . 2 + 2,4 x 102. 2
= 0,2214 + 480
= 480,2214 Joule
Q5 = m.c.∆T + C.∆T
= 0,12874 . 0,86 . 2 + 2,4 x 102. 2
= 0,2214 + 480
= 480,2214 Joule
4.2.3.2 Perhitungan Dengan KTP
Keterangan:
ΔM = 13
. nst Neraca ohauss
= 13
. 100 gr
= 3,33 x10−3 gr
= 3,33 x10−6 kg
ΔT = 13
. nst termometer
= 13
. 1
= 0,33°C
∆ Q1=√( JQJM
. ∆ M )2
+( JQJ ∆ T
. ∆ T )2
¿√ (( ∆ T (c .C+C ) ) ∆ M )2+ ( (c . m+c ) ∆ T )2
¿ {((2 (0,86 .2,4 x102 )) 0 ,33 x10−6 )2+( (0,86 x 0,12874+2,4 x 102 ) .0 ,33 )2}
12
= { (892,8 .3,33 x 10−6 )2+(240,1107 .0,33 )2}12
= {( 0,002973 )2+ (766,248 )2 }12
= {0,000008838+6278,3437 }12
¿ {6278,3437 }12
= 79,236 Joule
∆ Q2=√( JQJM
. ∆ M )2
+( JQJ ∆ T
. ∆ T )2
¿√ (( ∆ T (c .C+C ) ) ∆ M )2+ ( (c . m+c ) ∆ T )2
¿ {((2 (0,86 .2,4 x102 )) 0 ,33 x10−6 )2+( (0,86 x 0,12874+2,4 x 102 ) .0 ,33 )2}
12
= { (892,8 .3,33 x 10−6 )2+(240,1107 .0,33 )2}12
= {( 0,002973 )2+ (766,248 )2 }12
= {0,000008838+6278,3437 }12
¿ {6278,3437 }12
= 79,236 Joule
∆ Q3=√( JQJM
. ∆ M )2
+( JQJ ∆ T
. ∆ T )2
¿√ (( ∆ T (c .C+C ) ) ∆ M )2+ ( (c . m+c ) ∆ T )2
¿ {((2 (0,86 .2,4 x102 )) 0 ,33 x10−6 )2+( (0,86 x 0,12874+2,4 x 102 ) .0 ,33 )2}
12
= { (892,8 .3,33 x 10−6 )2+(240,1107 .0,33 )2}12
= {( 0,002973 )2+ (766,248 )2 }12
= {0,000008838+6278,3437 }12
¿ {6278,3437 }12
= 79,236 Joule
∆ Q4=√( JQJM
. ∆ M )2
+( JQJ ∆T
. ∆T )2
¿√ (( ∆ T (c .C+C ) ) ∆ M )2+ ( (c . m+c ) ∆ T )2
¿ {((2 (0,86 .2,4 x102 )) 0 ,33 x10−6 )2+( (0,86 x 0,12874+2,4 x 102 ) .0 ,33 )2}
12
= { (892,8 .3,33 x 10−6 )2+(240,1107 .0,33 )2}12
= {( 0,002973 )2+ (766,248 )2 }12
= {0,000008838+6278,3437 }12
¿ {6278,3437 }12
= 79,236 Joule
∆ Q5=√( JQJM
. ∆ M )2
+( JQJ ∆ T
. ∆ T )2
¿√ (( ∆ T (c .C+C ) ) ∆ M )2+ ( (c . m+c ) ∆ T )2
¿ {((2 (0,86 .2,4 x102 )) 0 ,33 x10−6 )2+( (0,86 x 0,12874+2,4 x 102 ) .0 ,33 )2}
12
= { (892,8 .3,33 x 10−6 )2+(240,1107 .0,33 )2}12
= {( 0,002973 )2+ (766,248 )2 }12
= {0,000008838+6278,3437 }12
¿ {6278,3437 }12
= 79,236 Joule
4.2.3.3 KTP Mutlak
Q1 ± ∆Q 1=(480,2234 ± 79,235 ) Joule
Q2 ± ∆ Q2=(480,2234 ±79,235 ) Joule
Q3 ± ∆ Q3=(480,2234 ±79,235 ) Joule
Q4 ± ∆ Q4=(480,2234 ±79,235 ) Joule
Q5 ± ∆ Q5=(480,2234 ±79,235 ) Joule
4.2.3.4 KTP Relatif
∆ Q1
Q1
×100 %= 79,236480,2234
× 100 %=16,50 %
∆ Q2
Q2
×100 %= 79,236480,2234
× 100 %=16,50 %
∆ Q3
Q3
×100 %= 79,236480,2234
× 100 %=16,50 %
∆ Q4
Q4
×100%= 79,236480,2234
×100 %=16,50 %
∆ Q5
Q5
×100 %= 79,236480,2234
× 100 %=16,50 %
4.3 Pembahasan
Power supply berfungsi sebagai sumber listrik daripada rangkaian.
Termometer berfungsi mengukur suhu ruangan dan dalam kalorimeter (pada
percobaan digunakan air) yang kemudian dicatat dalam perubahan suhu pada data
pengamatan. Sama seperti halnya termometer stopwatch juga digunakan pada
pencatatan data pengamatan tepatnya waktu, kalorimeter adalah alat utrama dalam
percobaan ini yaitu sebuah wadah dimana dilakukan pemanasan/penaikkan suhu
pada zat yang didalamnya menggunakan sumberlistrik kemudian voltmeter dan
amperemeter berfungsi untuk mengukur tegangan dan kuat arus listrik yang
mengalir pada rangkaian. Neraca berfungsi untuk penimbangan massa zat yang
diisi kedalam kalorimeter. Terakhir tiang statis berfungsi sebagai penggantung
dari termometer sehingga memudahkan dalam pengamatan serta menghindari
bersentuhan dengan tubuh karena dapat mengubah nilai yang ditunjukkan
Penerapan tara kalor listrik dalam kehidupan saat ini sangat luas sekali
contohnya saja pada setrika listrik, kompor listrik pemanas ruangan dll.
Faktor – faktor kesalahan antara lain pengadukan air yang tidak stabil.
Ketidaktepatan dalam membaca/menghitung waktu menggunakan stopwatch &
ketidaktelitian dalam pembacaan skala dari alat – alat percobaan seperti neraca,
voltmeter amperemeter dan termometer
Setelah alat dan bahan disiapkan pertama – tama mengukur massa dari zat
(dalam percobaan ini zat yang digunakan adalah air) menggunakan neraca ohaus
selanjutnya hubungkan rangkaian sesuai yang ditentukan oleh assisten kemudian
lakukan percobaan dengan menghubungkan sumber listrik san mulai
penghitungan waktu dengan stopwatch dan mulai pencatatan setiap perubahan
suhu pada termometer.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Untuk menentukan perpindahan kalor akibat perbedaan suhu dengan
menggunakan hukum kekekalan energi dimana dua zat yang suhunya
berbeda di campurkan sehingga terjadi pertukaran kalor diantara kedua zat
tersebut sampai zat tersebut sama
2. Setiap benda memiliki kalor jenis yang berbeda – beda, jadi untuk
menentukan kalor jenis suatu benda didefinisikan sebagai jumlah kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu
3. Untuk benda tertentu misalnya bejana kalorimeter, akan lebih mudah bila
faktor m dan c dipandang sebagai satukesatuan untuk menentukan jumlah
energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda.
5.2 Saran
Sebaiknya dibuat variasi dari tegangan listrik yang dialirkan dengan
perubahan suhu air pada kalorimeter, dan dalam persiapan percobaan seperti
mengukur suhu ruangan sebaiknya tidak hanya suhu ruangn yang diperhitungkan
melainkan juga suhu air didalam kalorimeter karena sangatberpotensi mengubah /
terjadi perubahan pada nilai di termometer
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Frederick J.1989.Fisika edisi kedelapan.Jakarta:Erlangga.
Daryanto, 2000 fisika teknik. Erlangga : jakarta
Giancolli Douglas C 1996 Fisika jilid 1 Erlangga : jakarta
Tipler,Paul A. 1991 Fisika untuk sains dan teknik edisi ketiga jakarta : erlangga
Zemasky, Sears 1982 Fisika Universitas jilid 2. Rinka cipta : bandung