tabel dan terjemahan gilut
DESCRIPTION
zcxzcTRANSCRIPT
Manifestasi dari Penyakit Sistemik Oral
Pemeriksaan yang cermat dari rongga mulut dapat menemukan kondisi sistemik yang
implisit, sehingga diagnosis dan tata laksana yang lebih dini dapat ditegakkan.
Pemeriksaan termasuk evaluasi dari perubahan mukosa, inflamasi periodontal,
perdarahan, dan kondisi umum dari gigi geligi. Pada hasil pemeriksaan rongga mulut
pada anemia, termasuk mukosa mulut yang puct, atrofi lisah dan kandidadiasis. Ulkus
rongga mullut dapat ditemukan pada pasien dengan lupus erytematosus termasuk
honeycomb plaques ( silvry white scared plaques); raised keratotic plaques ( vrucous
lupus erythematosus) dan erythema on spesifik, purpura, petechia dan chelitis,
cobblestone mucosa dan mucogingivitis lokal. Diffuse melananin pigmentation dapat
ditemukan pada manifestasi klinik awal dari addison diseesase. Inflamasi periodontal
berat atau perdarahan mungkin memerllukan invstigasi tambahan tentang Diabetes
mellitus Infksi HIV, thrombocytopenia dan leukemia. Pada pasien dengan GERD,
bulimia atau anoreksia, terpaparnya enamel gigi oleh asam lambung dapat
menyeebabkan erosi gigi yang permanen. Erosi berat dari gigi memerlukan tatalaksanan
restorasi gigi. Pada pasien dengan pemphigous vulgaris, trombocytopenia atau Crohn
disease, Perubahan oral dapat menjadi gjala awal penyakit
Pada tahun 2000 US Surgeeon General melaporkan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Amerika ditandai dengan keterrkaitan kesehatan secara umum dan kesehatan gigi dan
mulut saling berkaitan. Pada Pemeriksaan rongga mulut dan geligi dapat ditemukan
gjala dan tanda immunologic diseasae, endocrinopathies, kondisi hematologi, infeksi
sitemik dan kelainan nutrisi. Sebagai tambahan pada beberapa studi melaporkan
keterkaitan antara penyakit periodontal dan diabetes melitus, penyakit jantung, stroke,
dan keluhan yang dialami selama kehamilan. Pada pemeriksaan rongga mulut dan gigi
geligi dapat ditemukan tanda dan gejala untuk menegakkan diagnosis dan tatalaksana
lebih awal. Dokter keluarga harus mengerti keterkaitan kesehatan sistemik dan
kesehatan rongga mulut dan gigi geligi, menyiapkan untuk berkoordinasi dengan dokter
gigi atau dokter subspesialis yang sesuai.
Jurnal ini menyediakan panduan untuk mengetahui manifestasi klinis dari
penyakit sistemik pada rongga mulut dan gigi geligi. Beberapa manifestasi klinis dari
penyakit rongga mulut dan gigi geligi berasal dari penyakit sistemik yang telah
ditegakkan sebelumnya, jadi diskusi yang lebih mendalam tidak dilakukan dalam jurnal
ini. Bagaimanapun beberapa penemuan dimasukkan dalam tabel 1, merupakan
kumpulan dari kesimpulan akan kondisi yang berkaitan dengan manifestasi klinis, yang
akan didiskusikan pada jurnal ini. Pada setiap kategori dari hasil pemeriksaan rongga
mulut dan gigi geligi dipresentasikan sesuai urutan dari frekuensi yang paling sering
ditemukan.
Perubahan Mukosa
Atrofi dan pucatnya mukosa
Pada hasil pemeriksaan rongga mulut dan gigi geligi pada pasien dengan anemia dapat
ditemukan pucatnya mukosa, atrofi lidah dan candidiasis. Kepucatan pada mukosa sulit
diidentifikasi etiologinya, atrofi lidah dapat ditemukan dalam kondisi hilangnya seluruh
papil atau beberapa bagian pada lidah, yang disebabkan atrofi dari papila lidah. Atrofi
lidah adalah tanda dan gejala yang tidak spesifik yng dapat timbul karena keterkaitan
akibat anemia defisiensi besi, anemia pernisiosa (anemia defisiensi vitmin B complex),
dan kondisi lainnya. Atrofi dapat diamati dengan mudah pada bagian dorsal dari lidah,
meskipun daerah lain juga dapat ditemukan. Rasa terbakar, nyeri, nyeri tekan, dan
eritema dapat juga ditemukan. Kandidiasis dapat sering ditemukan pada pasien dengan
eritema, rasa terbakar, dan atrofi lidah. Sebagai tambahan beberapa pasien datang
dengan keluhan angular ceilitis (infeksi lidah) yang disebabkan oleh kandida albicans
atau staphylococus aureus), yang juga timbul dengan eritema, fisura, dan krusta pada
sudut mulut.
Manifestasi Klinis Kondisi Yang
Berkaitan
Manifestasi Oral Komentar
Mukosa pucat dan
atrofi
Anemia Mukosa pucat, atrophic glossitis, kandidiasis Oral mucosal pallor may be different to
(angular cheilitis),
mucosal burning,
nyeri, nyeri tekan,
erythema
appreciate
Lesi oral (ulcerative
erosive, atau white
lesion, swelling
erythema
Lichen planus Erosive diffuse
erythema and painful
ulceration with
peripheral radiating
striae
Reticular white lacy
striae, khususnya
bilateral buccal
mucosa
Pada keluhan pasien,
lesi oral ditatalaksana
dengan kortikosteroid
topikal
Lupus erythematosus Oral discoid lesion,
honeycomb plaques,
erythema, purpura,
petechiae, iregularly
shaped ulcer, cheilitis
Pada pasien discoid
lupus erythematous,
lesi oral muncul bila
tidak ada lesi kulit
Benign mucous
membrane
pemphigoid
Diffuse and painful
oral ulceration, scar
Pada blister
seringkali terlihat
sebelum ruptur dan
ulkus
Pemphigus vulgaris Diffuse and painful
ora
ulceration, positive
Nikolsky sign
Lesi oral sering
muncul sebagai
manifestasi klinis dan
mendahului lesi kulit
Setelah mendapatkan
terapi sitemik, lesi
oral lebih lambat
penyembuhannya
dibanding lesi
ekstraoral
Crohn disease Diffuse mucosal
swelling, cobblestone
mucosa, localized
mucoginggivitis,
deep linear
ulceration, fibrous
tissue tags, polyps or
nodules,
pyostomatitis
vegetans (snail track
ulcer on an
erythematous base)
possible aphtous-like
ulcers
Lesi oral umumnya
hilang dengan terapi
sistemik yang
mendasari penyakit
intestinal, ulkus
persitent memerlukan
kortikosteroid topikal
dan pembengkakan
yang persisten
berespon baik dengan
injeksi intralesi dari
triamcinolone
acetonide.
Behcet syndrome Recurrent, painful
apthous-like ulcers,
biasanya banyak dan
khususnya
melibatkan soft palate
dan oropharynx
Lesi oral berkaitan
dengan Behcet
syndrome dan
menjadi manifestasi
awaal dari penyakit
Change in mucosal
pigmentation
Addison disease Diffuse melanin
pigmentation,
candidiasis (pada
pasien dengan
autoimmune
polyendocrinopahy-
Diagnosa banding
dari diffuse oral
melanin
pigmentation, also
includes ethnic
pigmentation,
candidiasis-
ectodermal dystrophy
syndrome)
tobacco-related
pigmentation,
medication related
pigmentation,
neurofibromatosis 1,
McCune-Albright
syndrome, dan Peutz-
Jeghers syndrome
Periodontal bleeding
and inflammation
Diabetes mellitus Gingivitis,
periodontitis,
candidiasis,
generalized atrophy
of tongue papillae,
taste dysfunction,
burning mouth
syndrome, delayed
wound healing
Pada pasien dengan
diabetets melitus dan
berkaitan dengan
penyakit periodontal
memiliki
perkembangan yang
lebih baik dengan
kontrol gula darah.
HIV-associated
periodontal disease
Linear gingival
erythema, linear band
of erythema along the
free gingiva margin
Necrotizing
ulcerative gingivitis,
ulceration and
necrosis of gingival
interdental papillae,
gingival bleeding and
pain, halitosis
Necrotizing
Ulcerative
periodontitis, gingival
ulceration, necrosis,
rapid loss of
periodontal
attachment, edema,
pain, spontaneous
hemorrhage
Sebagai tambahan
bentuk atipikal dari
penyakit periodontal,
pasien dengan HIV
umumnya dengan
bentuk konvensional
dari gingivitis dan
periodontitis
Lesi Rongga Mulut
Sebagai tambahan pada lesi erosif dan ulkus, lesi putih atau eritema non spesifik dapat
timbul pada penyakit sistemik.
Lupus erytheumatosus. Pada pasien SLE dilaporkan frekuensi lesi oral 8-45%,
sedangkan pada pasien discoid lupus erythematosus dilaporkan frekuensi lesi oral 4-
25%. Kondisi pada lesi oral dari pasien lupus erythematosus bervariasi. Kondisi yang
klasik pada lesi oral adalah oral discoid lesion, yang berkarakteristik eritema yang
berbatas tegas, atrofi atau ulkus yang dikelilingi oleh white radiating striae. Lesi ini
dapat timbul mirip dengan pasien yang menderita erosif lichen planus. Variasi pada lesi
oral antara lain honeycomb plaques (silvery white, scarred plaques), raised keratotic
plaques (verrucous lupus erythematosus; gambar 2), dan eritema non spesifik (gambar
3). Purpura, ptekie atau ulkus dengan bentuk yang ireguler. Lesi discoid sering
ditemukan pada bagian kulit yang sering terkena sinar matahari, lip vermilion, dan
ceilitis.
Lesi oral pada pasien dengan SLE umumnya hilang dengan pengobatan SLE
(terapi imunosupresif). Pada pasien dengan penyakit yang terbatas pada kulit dan
mukosa rongga mulut, pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau obat anti malaria
sistemik umumnya sesuai.
Pemphigus vulgaris. Lesi oral adalah manifestasi klinis awal pada pasien dengan
pemphigus vulgaris dengan frekuensi 50-80%, dan dapat juga diawali oleh lesi pada
kulit setahun atau lebih sebelumnya. Pasien umumnya merasa nyeri dan menderita
ullkus pada rongga mulut (gambar 4) sulit untuk membedakan lesi pada mulut, intak
blister karena mudah pecah. Bagaimanapun Nikolsky sign positif pada blister mukosa
yang normal dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan ekstra oral untuk menemukan
cutaneous blisters, crusted skin erosions, dan conjungtivitis bilateral. Dignosa banding
dari chronic, multifocal oral ulcerations pada penyakit autoimun, seperti erosive lichen
planus dan benign mucus membrane pemphigoid (tabel 1).
Lesi oral umumnya hilang dengan terapi imunosupresif, dapat juga secara
lambat sembuh dibanding lesi ekstra oral.
Crohn disease. Pada Crohn disease pasien yang menderita lesi oral 0,5-20%.
Lesi oral dapat timbul terlebih dahulu sebelum gejala abdominal dan tidak berkaitan
secara langsung dengan aktivitas intestinal disease. Lesi oral pada Crohn disease
memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa karakteristik antara lain diffuse swelling,
cobblestone appearance of the mucosa, localized mucogingivitis, dan deep linear
ulceration. Pembengkakkan ini menetap, kenyal, dan tidak nyeri. Sering timbul di bibir,
mukosa pipi, dan jaringan lunak wajah. The deep linear ulcers sering timbul pada
kedalaman buccal vestibule dan dikelilingi oleh batas hiperplastik (gambar 5). Fibrosis
sekunder dapat menyebabkan tissue tags, polip atau nodul (gambar 6). Pyostomatic
vegetans jarang timbul dengan karakteristik serpentine pustules yang berjajar
membentuk pola ''snail track''.
Lesi oral umumny hilang dengan pengobatan sistemik yang mendasarinya.
Bagaimanapun ulkus yang menetap memerlukan pengobatan kortikosteroid topikal dan
pembengkakan yang menetap berespon baik terhadap injeksi intra lesi tramcinolone
acetonide.
Changes in Pigmentation
Hiperpigmentasi pada mukosa oral (contohnya Addison disease) dapat menjadi
manifestasi awal insufisiensi primer dari adrenal (gambar 7). Bagaimanapun diffuse
melanin pigmentation pada mukosa oral adalah tanda yang tidak spesifik dan berbagai
tanda lainnya yang dapat ditemukan pada diagnosis banding (pigmentasi etnis,
pigmentasi terkait tembakau, pigmentasi terkait pengobtan medis, neurofibromatosis,
sindrom McCunc-Albright, sindrom Peutz-Jeghers).
Insufisiensi adrenal primer dapat timbul dengan kondisi yang berkaitan dengan
autoimmune polyendocrinopathy candidiasis ectodermal dystrophy syndrome. Pada
kondisi chronic mucocutaneous candidiasis yang timbul pada masa kanak-kanak dengan
hipoparatiroid dan kondisi penyulit lainnya. Candidiasis dapat ditemukan pada rongga
mulut sebagai pseudomembran (plak putih yang dapat bersihkan), hiperplastik (plak
putih yang tidak dapat dibersihkan) atau eritema.
Manifestasi Klnisis Kondisi yang
berkaitan
Manifestasi Oral Komentar
Periodontal bleeding
and inflammation
Thrombocytopenia Petechiae, purpura,
ecchymosis,
hemorrhagic bullae,
hematomas
Hemorrhage timbul
dengan trauma ringan
atau spontan
Leukemia Mucosal bleeding,
ulkus, petechia dan
diffuse atau localized
gingival enlargement,
infeksi sekunder
( kandidiasis, infeksi
herpes simpeks,
Gingival infiltration
oleh sel leukimia
sering timbul oleh
leukemia monositik
akut dan leukemia
myelomonositik akut
periodontal bone
loss)
Erosi Gigi GERD Water brash,
xerostomia, sensasi
terbakar, halitosis,
Erosi gigi
memerlukan
tatalaksana restorasi
palatal erythema,
erosi gigi
gigi
Keluhan lain pada
rongga mulut
umumnya hilang
dengan tatalaksana
GERD
Bulimia dan
anoreksia
Erosi gigi,
xerostomia,
peningkatan keluhan
karies, sialadenosis
( sering diserti
pembesaran kelenjar
parotis bilateral)
Erosi gigi
memerlukan
talaksana restorasi
gigi
Xerostomia dan
sialadenosis
umumnya hilang
dengan perbaikan
status gizi ,
sialogogues dapat
membantu
Periodontal Bleeding and Inflamation
DIABETES
Terdapat keterkaitan yang kuat antara diabetes dan penyakit periodontal antara
lain gingivitis dan periodontitis (radang dan kerusakan ligamen periodontal dan tulang
alveolar yang mempertahankan gigi pada tempatnya) (gambar 8). Secara jelas terdapat
keterkaitan dua arah pada diabetes dapat menyebabkan kesehatan periodontal yang
buruk, kesehatan periodontal dapat menyulitkan perawatan pada pasien diabetes. Pasien
dengan diabetes yang tidak terkontrol mengalami gangguan kesehatan periodontal yang
buruk dibandingkan dengan pasien diabetes yang terrkontrol atau pasien tanpa diabetes.
Sebagai tambahan, terapi pada periodontitis dapat meningkatkan kontrol terhadap index
glisemik; bagaimanapun perlu studi yang lebih lanjut untuk memastikan hal ini.
Selanjutnya penyakit periodontitis berat dapat timbul sebagai tanda berbagai komplikasi
diabetes antara lain nefropati, stroke, TIA, angina, MI, dan gagal jantung. The
International Diabetes Federation merekomendasikan perawatan primer dari diabetes
perlu memperhatikan tanda dan gejalan dari keluhan gusi (perdarahan ketikan terdapat
pembengkakan atau gusi yang merah) dan menekankan evluasi rutin dan tatalaksana
dari dokter gigi.
Sebagai tambahan pemeriksaan rongga mulut serta kepala dan leher antara lain
kandidiasis, sialadenosis (pembesaran kelenjar parotis non-inflamasi), atrofi secara
umum dari papila lidah, kehilangan pengecapan lidah, gangguan produksi saliva,
burning mouth syndrome, dan penyembuhan luka yang lambat.
THROMBOCYTOPENIA
Pada berbagai kasusus, trombositopenia ( Jumlah trombosit kurang dari 50 x 10
3) dapat dideteksi secara dini karena lesi oral. Trauma minor pada mukosa oral selama
penggunaan fisiologis ( seperti mengunyah atau menelan) dapat menghasilkan berbagai
jenis lesi antara lain petechiae, purpura, ecchymosiss, hemorrhagic bullae dan
pembentukan hematoma ( gambar 9). Sebagai tambahan, ginggival bleeding dapat
timbul sebagai trauma minor atau timbul secara spontan
Leukemia
Manifestasi oral dari Lekumeia antara lain perdarahan mucosa, ulkus, petechiae
dan diffuse or loclized ginggival enlargement (gambar 10). Infiltrasi gingiva oleh sel
leukemia timbul paling sering pada acute monocytic leukemia dan acute
myelomonocytic leukemia. Gusi dapat terasa penuh dan tampak perdarahan dengan atau
tanpa ulkus yang berulang. Imunitas yang terganggu dapat menyebabkan komplikasi
oral sekunder seperti kandidiasis, infeksi herpes simplex virus, dan periodontal bone
loss.
Pasien yang mendapat tatalaksana untuk leukemia dapat juga mengalami infeksi
opotunistik dan mukositis yang berkaitan dengan kemoterapi. Berbagai protokol
pencegahan (acyclovir, nistatin, chlorehexidine, kebersihan rongga mulut) dapat
diberikan untuk meminimalisasi komplikasi.
Dental Erosion
GERD
Pada pasien dengan GERD dapat ditemukan water brash (periode peningkatan
produksi saliva), xerostomia (mulut kering), sensasi terbakar, halitosis, palatal eritema
dan erosi gigi pola erosi ini pada pasien dengan GERD umumnya memiliki permukaan
yang menyumbat pada gigi posterior mandibula, dan gigi pada permukaan lidah dari
maksila anterior (gambar 11). Gigi yang mengalami erosi tampak aus dan enamelnya
berkilau dan dapat juga terlihat berwarna kuning dan sensitive terhadap perubahan suhu
karena dentin terbuka. Erosi gigi ireversibel dan memerlukan tatalaksana restorasi gigi
tergantung dari derajat beratnya kerusakan; dan hasil pemeriksaan rongga mulut lainnya
umumnya teratasi dengan tatalaksana GERD.
Rekomendasi Klnisis Evidencee Rating Referensi Komentar
Pada pasien Crohn
disease, lesi ral dapat
sembuh dengan
tatalaksana sistemik
yang mendasari
penyakit intestinal
dan berespon baik
dengan kortikosteroid
C 16-18 Berdasarkan case
series dan penemuan
kasus
topikal atau injeksi
intralesi
kortikosteroid
Tatalaksana
periodntitis pada
pasien dengan DM
dapat memantu
kontrol gula darah
B 23-28 Ditemukan dengan 2
RCT 3 meta analisis
dan 1 uncontrolled
comparison study
Perbaikan dengan
kontrol gula darrah
ditemukan dalam
segala studi,
meskipun tidak
mencapai statistik
signfikan
Beberapa protokol
pencegahan
(Acycovir,nystatin,
CHlorhexidin dan
peraatan hygeni oral)
dapat menimalisisr
infeksi portunistik
sekunder dan
chemotherapy-
relatted orall
mucositis pada pasien
yang mendapat
tatalaksana leukemia
B 33-38 Berdasarkan meta analisis dari pencegahan herpes simplex virus dengan acyclovir, 2 meta analisis dari pencegahan mucositis dengan chlorhexidine, 1 RCT dan 1 randomized crossover trial pada pencegahan mucositis dengan chlorhexidine dan perawatan rongga
mulut, dan 1
pemeriksaan RCT
mucositis dan
pencegahan
kandidiasis dengan
chlorhexidine,
perawatan rongga
mulut, iodopovidone
dan nystatin
RCT=Randomized Controlled Trial
A=Konsisten, good-quality patient oriented evidence, B= incosisten atau limited-quality
paitent oriented evidencee, C=Consensus, disease oriented evidence, usual practie,
pendapat para ahli, case series
BULIMIA AND ANOREXIA
Pada hasil pemeriksaan rongga mulut atau kepala dan leher dari penderita
bulimia dan anorexia didapatkan hasil antara lain erosi gigi, xerostomia, frekuensi caries
yang meningkat dan sialadenosis. Gigi terpapar oleh asam lambung yang menyebabkan
erosi enamel. Pola erosi ini cenderung melibatkan gigi pada gigi maxila anterior dan
lidah (gambar 12). Pada kasus yang berat, pada bagian posterior gigi mandibula. Pasien
dapat mengalami sensitivitas terhadap stimulus dingin dan manis. Xerostomia dapat
diakibatkan oleh penggunaan obat yang sering dipakai oleh pasien bulimia atau
anorexia (contohnya antidepresan, diuretik, laksatif) juga kaarena muntah yang sering
dan aktivitas yang berlebih. Karena bahan pembersih yang kurang dan penetral pH yang
kurang dari saliva penting untuk mencegah pembusukan gigi, xerostomia meningkatkan
resiko caries. Sebagai tambahan sialadenosis sekitar 25% mempengaruhi pasien dengn
bulimi, pembesaran kelenjar parotis bilateral.
Erosi gigi ireversibel dan memerlukan tatalaksana restorasi gigi. Xerostomia dan
sialadenosis umumnya hilang setelah normalisasi dari perbaikan gizi, meskipun
sialagogues dapat membantu.