refferat gilut mahir

23
REFFERAT ORTODONSIA PREVENTIF USIA BALITA DAN ANAK Oleh : Muhamad Mahir 207.121.0001 Pembimbing : Drg. Anselma A. Sp.Ort. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG LAB ILMU GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO 3

Upload: maheer-joefrie

Post on 03-Feb-2016

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

refferat gigi dan mlut

TRANSCRIPT

Page 1: Refferat Gilut Mahir

REFFERAT

ORTODONSIA PREVENTIF USIA BALITA DAN ANAK

Oleh :

Muhamad Mahir

207.121.0001

Pembimbing :

Drg. Anselma A. Sp.Ort.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

LAB ILMU GIGI DAN MULUT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO

BLITAR

2015

3

Page 2: Refferat Gilut Mahir

4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Perawatan Ortodontik Preventif

Perawatan Ortodontik Preventif antara lain:

I. Kontrol karies

II. Konsultasi orang tua

III. Space maintainer

IV. Eksfoliasi gigi desidui

V. Perlekatan frenulum yang abnormal

VI. Perawatan gigi molar pertama yang terkunci

VII. Abnormalitas otot wajah dan kebiasaan terkait

 

I. Kontrol karies

Karies dapat terjadi pada gigi desidui terutama karies proksimal yang

merupakan penyebab utama perkembangan maloklusi. Telah ada peningkatan

rampan karies meliputi gigi desidui dan pada fase geligi bercampur yang

menyebabkan permintaan mendadak terhadap ortodontik preventif dan interseptif.

Pentingnya menjaga dan merawat fase geligi desidui sebaiknya dikonsultasikan

pada orang tua dan dokter spesialis anak. Kebanyakan orang tua akan mencari

pendapat dokter spesialis anak mengenai gigi karies anak mereka. Pada kasus

Page 3: Refferat Gilut Mahir

5

karies proksimal, gigi tetangga akan miring ke arah proksimal gigi yang berlubang

menyebabkan hilangnya panjang lengkung rahang sehingga megurangi ruang

untuk gigi permanen pengganti yang akan tumbuh pada tempat dan posisi yang

tepat. Oleh karena itu, karies proksimal harus direstorasi secara akurat sedini

mungkin sehingga masalah mengenai berkurangnya panjang lengkung rahang

tidak bertambah banyak. Pada kasus pulpa gigi yang terlibat karies, pulpektomi

atau pulpotomi dilakukan dengan pemberian mahkota stainless steel.

Karies awal dapat dicegah dengan konsultasi karies, aplikasi topikal

fluorida, fit dan fissure sealant dan edukasi orang tua (konsultasi prenatal dan

postnatal).

 

II. Konsultasi orang tua

Konsultasi orang tua seringkali diabaikan, merupakan cara paling efektif

untuk praktek ortodontik preventif.

Konsultasi orang tua terbagi menjadi:

1. Konsultasi prenatal.

2. Konsultasi postnatal - yang berhubungan dengan pemeriksaan klinis anak

pada usia :

a. Enam bulan hingga 1 tahun.

b. Dua tahun.

c. Tiga tahun.

a. Lima sampai enam tahun.

Page 4: Refferat Gilut Mahir

6

1. Konsultasi prenatal

Hal ini merupakan waktu efektif untuk memberikan konsultasi pada orang

tua. Mereka terbuka terhadap berbagai iden dan menerima saran agar anak mereka

dapat tumbuh dengan baik. Akan menguntungkan ginekologis bila pasien mereka

berkonsultasi pada dokter gigi. Konsultasi prenatal meliputi:

i. Pentingnya perawatan oral hygiene oleh si Ibu

ii. Pengetahuan mengenai bahwa makan tidak teratur dan rasa lapar pada si

ibu akan menyebabkan karies pada si ibu terutama pada trimester ketiga

kehamilan.

iii. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa terdapat hubungan OH ibu

yang buruk dengan kelahiran prematur.

iv. Ibu dengan diabetes melitus akan sulit dirawat terutama bila kebersihan

mulutnya buruk.

v. Meningkatnya resiko ibu dengan OH buruk dapat mentransmisikan bakteri

karies pada bayi ketika menggunakan sendok makan yang sama atau

mencoba makanan yang sama.

vi. Mengkonsumsi makanan alami yang mengandung kalsium dan fosfor

seperti susu, produk susu, telur, dan lain-lain terutama apda trimester

ketiga sehingga memungkinkan terbentuknya mahkota gigi desidui yang

adekuat.

Page 5: Refferat Gilut Mahir

7

2. Konsultasi Postnatal

Konsultasi posnatal dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pada anak

yang terbagi menjadi:

a. Enam bulan hingga satu tahun

Merupakan periode konseling yang paling penting. Orang tua harus

waspada terhadap:

- Gigi geligi dan iritasi yang berhubungan, gerakan longgar ringan

mungkin terjadi pada kondisi febril yang meningkat.

- Kebanyakan orang tua panik ketika melihat gigi desidui yang tumbuh

pada posisi rotasi. Pengetahuan mengenai bagaiman gigi desidui dapat

tumbuh pada posisi tersebut dan dapat tumbuh tegak bila erupsi

sepenuhnya.

- Jangan berikan tambahan gula pada susu botol, ASI merupakan pilihan

utama dan sangat baik untuk perkembangan TMJ dan mencegah

kebiasaan menjulurkan lidah.

- Sikat gigi dengan bantungan sikat gigi jari selama mandi sebaiknya

mulai diperkenalkan. Membersihkan gigi susu dengan kain lembut dan

bersih yang direndam pada larutan saline hangat juga

direkomendasikan untuk mencegah inisiasi karies rampan.

- Anak mulai diajari untuk minum dari gelas sejak usia 1 tahun.

Page 6: Refferat Gilut Mahir

8

b. Usia dua tahun

- Jangan berikan susu botol pada saat tidur. Susu botol dihentikan pada

usia 18 hingga 24 tahun. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya rampan karies.

- Biasakan anak menyikat gigi sesudah sarapan dan sesudah makan

malam.

- Lakukan pemeriksaan klinis untuk mengetahui gigi berlubang dan

status erupsi gigi.

c. Usia tiga tahun

- Pemeriksaan klinis umumnya untuk mengetahui status gigi desidui

yang erupsi sempurna hingga usia tersebut. Mengetahui oklusi, relasi

molar dan kaninus dan jika terdapat diskrepansi dari normal seperti

unilateral cross bite, gigi supernumerari, gigi tanggal, gigi fusi, dan

lain-lain.

- Anak sebaiknya terbiasa makan tiga kali sehari.

- Kebiasaan oral seperti mengisap jempol, menggigit bibir, bernapas

lewat mulut dan lain-lain serta efeknya terhadap perkembangan oklusi

perlu diperhatikan. Orang tua harus diberitahu mengenai hal tersebut.

Pertimbangkan kegunaan alat latihan otot.

- Mengetahui erupsi tidak sempurna dari gigi molar dua desidui/flap

perikoronal dapat menyebabkan gigi berlubang.

Page 7: Refferat Gilut Mahir

9

- Anak dipacu untuk mulai menggosok gigi sendiri minimal sehari

sekali sesudah sarapan.

d. Usia lima hingga enam tahun

- Orang tua diberitahu mengenai awal dari eksfoliasi gigi desidui dan

bertambah hingga usia 12 hingga 13 tahun.

- Pemeriksaan klinis

- Perlu dilakukan review dan recall secara regular.

- Pada kasus ekstraksi gigi desidui karena karies maka perlu dijelaskan

mengenai perlunya penggunaan dan keuntungan dari space maintainer.

 

III. Space Maintainer

Space maintainer dengan berbagai bentuk diperlukan untuk menjaga ruang

pada kasus gigi tanggal prematur.

 

IV. Eksfoliasi gigi desidui

Umumnya, gigi desidui akan eksfoliasi dalam waktu 3 bulan eksfoliatif

dari lengkung kontralateral. Apabila tidak terjadi eksfoliasi maka dapat dicurigai:

1. Akar gigi persisten.

2. Gingiva fibrous.

3. Gigi desidui ankilosis.

4. Restorasi yang overhanging.

5. Adanya gigi supernumerari.

 

Page 8: Refferat Gilut Mahir

10

V. Perlekatan frenulum yang abnormal

Perlekatan frenulum yang abnormal dapat menyebabkan diastema dan

ruang berlebih antar gigi dan mengganggu erupsi gigi sempurna. Koreksi

dilakukan dengan cara operasi. Lidah juga perlu diperiksa untuk melihat adanya

ankiloglosia.

Gigi molar pertama permanen yang terkunci bagian distalnya oleh gigi

molar kedua desidui. Distal stripping sedikit dilakukan dapat memungkinkan

erupsi dari gigi molar pertama permanen.

 

VI. Otot Abnormal

Otot abnormal dapat dicegah:

1. Tongue thrusting diakibatkan oleh menyusu ASI maupun susu botol yang

lama. Penghentian pemberian susu ASI maupun botol dihentikan pada usia

18-24 jam.

2. Aktivitas mentalis yang berlebihan pada inklinasi lingual mandibula

menghasilkan panjang lengkung berkurang dan meningkatkan

perkembangan gigi anterior berdesakan. Kebiasaan oral seperti:

a. Mengisap jempol/jari/bibir dapat dicegah dengan mengalihkan

kebiasaan anak tersebut.

b. Bernafas lewat mulut berhubungan dengan terjadinya infeksi saluran

napas atas yang rekuren. Oral screens dan alat miofungsional seperti

Page 9: Refferat Gilut Mahir

11

trainer praortodontik dapat melatih anak untuk bernafas melalui

hidung sehingga memungkinkan perkembangan saluran nasal dan

regresi massa adenoid dan perkembangan palatum yang luas (Singh,

2007).

2. Penyebab Tonsil Membesar

Pembesaran tonsil dapat disebabkan oleh infeksi lokal maupun sistemik

pada saluran pernafasan bagian atas sehingga menyebabkan tonsil berwarna

merah dan mengalami pembengkakan. Juga dapat dikarenakan terlalu seringnya

benda asing yang melewati tonsil. Infeksi berulang juga menyebabkan

pertumbuhan massa limfoid yang berlebih (Suminy, 2007; Singh, 2007; Proffit,

2007).

Pada anak-anak masa pertumbuhan, growth hormon yang meningkat dapat

menjadikan tonsil membesar. Hanya saja, pada kasus peningkatan hormon

pertumbuhan pasien tidak memiliki keluhan (Suminy, 2007; Singh, 2007; Proffit,

2007).

Page 10: Refferat Gilut Mahir

12

3. Akibat Tonsil Membesar

Akibat yang ditimbulkan dari pembesaran tonsil dengan skema berikut:

(Suminy, 2007; Ramadhan, 2010)

untuk menghindari tekanan

menyebabkan

Jika lidah terdorong ke anterior

Selain itu, tonsil yang membesar akan mengakibatkan si penderita

mendengkur pada saat tidur (Suminy, 2007; Ramadhan, 2010).

Radang

Dorsum lidah menekan tonsil

Lidah dan mandibula diturunkan secara refleks

Geligi tidak berkontak

Terdapat ruangan yang luas bagi lidah

Lidah terdorong ke depan saat menelan

Mengganggu fungsi penelanan

Page 11: Refferat Gilut Mahir

13

4. Penyebab Bernafas Lewat Mulut

Beberapa hal yang menyebabkan seseorang untuk bernafas lewat adalah

sebagai berikut: (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007)

Pada saat seseorang sedang berolahraga dimana kebutuhan udara

meningkat.

Respiratory obstruction syndrome.

Adanya hambatan pada bagian saluran pernafasan atas.

Faktor kebiasaan. Pada anak-anak, tonsil dan adenoid normalnya

berukuran besar dan obstruksi parsial yang disebabkan oleh hal tersebut

berkonstribusi terhadap kebiasaan anak untuk bernafas lewat mulut.

Seringkali meskipun faktor penyebab telah dihilangkan, bernapas lewat

mulut akan menjadi kebiasaan (Proffit, 2007).

Pengaruh anatomi. Hubungan antara kelainan faktor pernafasan dgn

perkembangan wajah dimana bibir atas tidak dapat menutup secara

sempurna (Phulari, 2010).

Obstruksi nasal. Dikarenakan oleh hipertrofi turbinate yang dapat

disebabkan oleh alergi, infeksi kronis pada mukosa nasal, atrophic rhinitis,

kondisi iklim yang panas dan kering, atau polusi udara. Ataupun

pembesaran pada jaringan tonsil (adenoid) dimana pembesaran jaringan

limfoid pada masa anak-anak terjadi secara fisiologis. Adenoid akan dapat

Page 12: Refferat Gilut Mahir

14

mengecil seiring dengan bertambahnya usia dari anak-anak tersebut

(Phulari, 2010).

Pembesaran concha nasi.

Defek intranasal. Dapat disebabkan oleh seviasi dari septum nasal, polip

nasal, dan septum yang tebal (Phulari, 2010).

Tipe wajah. Hal ini merupakan predisposisi genetic yang mana pada anak-

anak ektomorfik dengan wajah dan saluran nasofaringeal yang panjang

dan sempit. Dengan tipe wajah seperti ini, seseorang akan cenderung

mengalami obstruksi nasal daripada seseorang dengan tipe wajah yang lain

(Phulari, 2010).

5. Akibat Bernafas Lewat Mulut

Apabila bernafas lewat mulut menjadi suatu kebiasaan bagi penderita,

maka lidah dan mandibula akan turun secara otomatis dan akan mendapatkan

pertambahan tinggi wajah serta supraerupsi dari gigi posterior. Hal tersebut akan

menjadikan gigitan terbuka pada anterior-nya dan menambah jarak gigit. Tekanan

dari pipi yang menegang akan menjadikan lengkung gigi geligi atas sempit. Jika

lengkung gigi maksila menyempit maka akan terjadi gigitan silang posterior dan

palatum yang dalam (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

Selain itu, bernafas lewat mulut membuat hubungan anteroposterior gigi geligi

memperlihatkan overjet yang cukup besar sehingga terlihat seperti maloklusi kelas

dua divisi satu dan akan menyebabkan penderita mengalami xerostomia

(Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

Page 13: Refferat Gilut Mahir

15

Udara yang dihirup melalui mulut oleh penderita yang tidak bernafas lewat

hidung tidak bersih karena tidak ada penyaring, panas dan lembab, serta sekresi

mukus berhenti secara berangsur-angsur. Iritan yang terakumulasi mengakibatkan

rasa tidak nyaman akibat inflamasi lokal dan nyeri (Rahardjo, 2008; Suminy,

2007).

Pada penderita anak-anak yang bernafas lewat mulut cenderung merasa

gelisah, mengalami batuk dan pilek yang berulang, demam, serta kehilangan daya

tahan tubuh terhadap penyakit-penyakit lain (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

Akibat-akibat yang lain yang ditimbulkan dari kebiasaan bernafas lewat

mulut adalah sebagai berikut:

Proklinasi gigi anterior.

Relasi distal mandibula dan maksila.

Insisif rahang bawah ekstrusi dan menyentuh bagian palatal.

Hypertrophic Mouth Gingivitis.

Non Hypertrophic Mouth Gingivitis.

6. Manifestasi Klinis & Gejala Bernafas Lewat Mulut

Tampakan yang terlihat dari seseorang dengan kebiasaan bernafas lewat

mulut adalah wajah terlihat lebih panjang (Sindrom wajah adenoid) dan bibir

tidak kompeten. Didalam mulut pasien akan terlijat lengkung gigi geligi yang

lebih sempit (Singh, 2007).

Penderita mengalami xerostomia yang mana terjadi hiposalivasi dalam

rongga mulut pasien sehingga self cleansing dari rongga mulut akan berkurang

Page 14: Refferat Gilut Mahir

16

dan memungkinkan adanya karies pada geligi penderita. Pada saat tidur, penderita

yang memiliki kebiasaan bernafas lewat mulut akan mendengkur (Rahardjo,

2008).

Jika kebiasaan ini berlanjut, dapat mempelihatkan tampakan gigi posterior

ekstrusi, open bite anterior, dan menyempitnya lengkung maksila karena tekanan

otot pipi (Suminy, 2007).

7. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis yang dilakukan meliputi; anamnesa, pemeriksaan

intraoral, dan ekstraoral. Pada anamnesa, klinisi mengumpulkan informasi

mengenai pasien, mulai dari nama, umur, alamat, dan riwayat kesehatannya

(Dofka, 1996). Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan pengecekan gigi geligi

dan perabaan pada tonsil. Sedangkan pada pemeriksaan intraoral dilakukan

perabaan pada kelenjar limfe pasien dan keasimetrisan wajah (Rahardjo, 2008).

Pemeriksaan Klinis Bernafas lewat mulut

a. Mirror Test

Page 15: Refferat Gilut Mahir

17

Pemeriksan ini dengan menggunakan 2 buah kaca mulut, satu kaca mulut

diletakkan di depan hidung dan satunya lagi diletakkan di depan mulut. Jika

kaca mulut yang diletakkan di depan hidung berembun, maka pasien

bernafas melalui hidung. Sedangkan jika kaca mulut yang diletakkan di

depan mulut berembun, maka pasien melakukan pernapasan melewati mulut

(Phulari, 2011).

b. Cotton Test/Massler’s butterfly test

Pemeriksaan ini dilakukan dengan membentuk kapas seperti kupu-kupu

diletakkan di atas bibir atas, di bawah hidung. Jika kapas jatuh, maka pasien

melakukan pernapasan dari hidung. Tes ini juga dapat menentukan

penyumbatan hidung unilateral (Phulari, 2011).

c. Water Test

Pada pemeriksan ini, pasien diminta untuk mengisi mulutnya dengan air

dan mempertahankannya dalam beberapa saat. Orang yang bernapas lewat

mulut sulit melakukan hal ini (Phulari, 2011).

8. Penatalaksanaan

Dalam kasus ini, penatalaksanaan yang dilakukan dengan menumpat gigi-

geligi pasien yang mengalami karies. Gigi yang hilang diberikan space maintainer

dan gigi 46 diberikan topical fluoride. Untuk tonsil yang membesar diberikan

obat-obatan antibiotik dan antivirus. Jika pembesaran ukuran tonsil disebabkan

oleh faktor pertumbuhan maka tidak perlu diberikan terapi karena ukuran tonsil

akan mengecil dengan sendirinya secara spontan. Dan apabila infeksi tonsil

Page 16: Refferat Gilut Mahir

18

berlanjut dan mengganggu si penderita maka dapat dilakukan tonsilektomi

(Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

Sedangkan untuk menghilangkan kebiasaan bernafas lewat mulut,

penderita dapat di terapi dengan aplikasi sebagai berikut: (Rahardjo, 2008;

Suminy, 2007)

oral screen. Pada penderita bernafas lewat mulut dengan etiologi anatomi

fasial.

Peranti myofungsional.

Rafid maxillary Expansion.

Untuk penatalaksaan bernafas lewat mulut dengan etiologi obstruksi

nasofaringeal dapat dirujuk ke spesialis THT (Rahardjo, 2008; Suminy, 2007).

9. Jika Tidak Diberikan Space Maintainer

Jika pada kasus ini, pasien tidak diberikan space maintainer, maka ada

kecenderungan gigi 85 akan bergerak ke arah mesial, gigi 83 akan bergerak ke

arah distal dan gigi antagonis dari gigi yang tanggal akan mengalami supraerupsi

(Rahardjo, 2008).

10. Prognosis

Prognosis dari kasus ini adalah baik apabila kebiasaan buruk dari pasien

dihilangkan (Rahardjo, 2008).