t1_292008030_bab ii

Upload: wen-agustina

Post on 06-Jul-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    1/26

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA 

    2.1  Kajian Teori

    2.1.1  Pembelajaran Matematika Realistik

    a.  Hakekat Pembelajaran Matematika Realistik

    Menurut Suryanto (Supinah, 2008) materi pelajaran matematika

    harus dipandang sebagai aktivitas manusia bukan sebagai hasil yang siap

     pakai. Pembelajaran matematika yang didasarkan pandangan bahwa

    matematika merupakan hasil yang siap pakai akan cenderung menuntut

    siswa mereproduksi materi yang disajikan. Akibatnya, siswa dalam

     pembelajaran ini hanya menerima dan meniru apa yang disampaikan guru.

    Lain halnya apabila matematika dipandang sebagai aktivitas manusia.

    Pembelajaran yang didasarkan pandangan ini lebih mengarahkan siswa

     pada kegiatan reinvention  (penemuan kembali) dan reconstruction 

    (konstruksi kembali). Siswa dalam hal ini diarahkan pada penggunaan

     berbagai situasi dan kesempatan untuk melakukan reinvention  dan

    reconstruction  dengan cara mereka sendiri. Suatu prinsip utama

     pembelajaran realistik adalah siswa harus berpartisipasi secara aktif dalam

     proses belajar melalui praktik yang mereka alami sendiri. Penggunaan

    istilah "realistic"   dalam Pembelajaran Matematika Realistik tidak selalu

    diartikan bahwa dalam pembelajarannya matematika harus dikaitkan

    dengan dunia nyata dalam arti sehari-hari. Ismail (2008), realistik dalam

    Pembelajaran matematika realistik juga dapat diartikan bahwa matematika

    harus bersifat riil bagi siswa. Artinya bahwa matematika yang pada

    dasarnya abstrak dibuat nyata dalam benak siswa (dapat dibayangkan oleh

    siswa). Penekanannya adalah membuat sesuatu menjadi nyata dalam

     pikiran.

    Menurut Suryanto (Supinah, 2008), dunia nyata dalam arti sehari-

    hari dan dunia yang dapat dibayangkan siswa ini disebut "dunia nyata

    siswa". Dunia nyata siswa inilah yang menjadi starting point   (titik awal

    6

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    2/26

    atau titik tolak) dalam pengembangan konsep-konsep atau gagasan-

    gagasan matematika dalam pembelajaran matematika realistik.

    Pembelajaran matematika realistik ini sejalan dengan pandangan

    konstruktivis yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika pada

    dasarnya adalah membantu siswa untuk membangun konsep atau prinsip

    matematika dengan kemampuan sendiri melalui internalisasi. Internalisasi

    yang dimaksud adalah proses penemuan kembali dan rekonstruksi

    kembali. Penemuan kembali dan rekonstruksi kembali ini diusahakan

    dengan bantuan guru melalui perjumpaan siswa dengan masalah dan

    situasi dunia nyata mereka. Menurut Hadi (Hartono, Y., 2008),

    mengatakan bahwa Pembelajaran matematika realistik merupakan suatu

     pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual dan situasi

    kehidupan nyata untuk memperoleh dan mengaplikasikan konsep

    matematika. Masalah kontekstual ini bukan berarti masalah yang selalu

    konkret dapat dilihat oleh mata, tetapi termasuk hal-hal yang mudah

    dibayangkan oleh siswa melalui media pembelajaran atau model.

    Pembelajaran matematika realistik, pembelajaran matematika lebih

    ditekankan pada aktivitas, yaitu aktivitas pematematikaan. Menurut

    Treffers (Hartono, Y., 2008) ada dua jenis pematematikaan, yaitu:

    1)  Pematematikaan horisontal

    Pematematikaan horisontal ini berkaitan dengan pengkaitan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya bersama

    intuisi mereka sebagai alat untuk menyelesaikan masalahdari dunia nyata. Contohnya adalah pengidentifikasian,

     perumusan, penvisualisasian atau merumuskan masalah

    dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasianmasalah dunia real ke masalah matematika.

    2)  Pematematikaan vertikal

    Pematematikaan vertikal ini berkaitan dengan

     pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah diperoleh

    dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak.

    Contohnya adalah menghaluskan dan memperbaiki model,

    menggunakan model yang berbeda, memadukan dan

    mengkombinasikan beberapa model, membuktikan

    keteraturan, merumuskan konsep matematika yang baru danmengeneralisasikan.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    3/26

    Dilihat dari penjelasan pematematikaan horisontal dan

     pematematikaan vertikal, pematematikaan horisontal lebih menekankan

    dari pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk

    menyelesaikan masalah dari dunia nyata. Ini artinya pengalaman atau

     pengetahuan siswa yang telah dimiliki menjadi faktor penting dalam

     pembelajaran matematika realistik. Dengan pengalaman atau pengetahuan

    sebelumnya siswa dapat merumuskan masalah dengan cara yang berbeda-

     beda dan siswa dapat mentransformasikan atau menghubungkan masalah

    dunia nyata ke dalam matematika. Sedangkan pematematikaan vertikal

    lebih menekankan pada pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah

    diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang abstrak menjadi lebih

    konkrit. Dalam pengorganisasian kembali tersebut siswa dapat

    menggunakan model atau sumber belajar yang berbeda-beda sebagai alat

     bantu sehingga dengan penggunaan model pengorganisasian kembali dari

    matematika yang abstrak menjadi lebih konkrit.

    Dalam pembelajaran matematika realistik, pematematikaan

    horisontal dan vertikal digunakan dalam proses belajar mengajar. Kedua

     jenis pematematikaan ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua

     pematematikaan ini mempunyai nilai sama. Dengan adanya pembelajaran

    dengan kegiatan reinvention  dan reconstruction  siswa aktif dan kreatif

    karena siswa melakukan atau mengalami sendiri. Pembelajaran

    matematika realistik lebih ditekankan pada masalah yang kontekstual atau

    real dalam arti yang bisa dibayangkan oleh siswa.

    Ditinjau dari tujuan mata pelajaran matematika dalam permendiknas

    tentang standar isi 2006 dapat disimpulkan pembelajaran matematika

    realistik adalah salah satu pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

    tersebut. Permendiknas tentang standar isi 2006 mengamanatkan bahwa,

    dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai

    dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (konstektual

     problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara

     bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Dalam

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    4/26

     pembelajaran matematika realistik, pembelajaran diawali dengan masalah

    kontekstual (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata yang

    dinyatakan oleh De Lange sebagai matematisasi konseptual. Melalui

    abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih

    komplit. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep

    matematika ke bidang baru dari dunia nyata. Oleh karena itu, untuk

    menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak

    sehari-hari perlu diperhatikan matematisi pengalaman sehari-hari dan

     penerapan matematika dalam sehari-hari. Pembelajaran Matematika

    Realistik, dimulai dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari

    siswa yang sifatnya konkret. Dengan begitu siswa akan tertarik dalam

     pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang aktif dan kreatif karena

    siswa tahu hal apa yang mereka pelajari dan dapat mereka bayangkan.

    Dengan demikian siswa tidak lagi dipandang sebagai penerima pasif, tetapi

    harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep

    matematika di bawah bimbingan guru. Dengan kata lain kreativitas siswa

    dapat meningkat.

    Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

    matematika realistik adalah suatu pembelajaran yang menempatkan

    realitas dan masalah kontekstual sesuai dengan pengalaman siswa sebagai

    titik awal pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk

    mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika formalnya melalui media

     pembelajaran atau model.

    b.  Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik

    Dalam Pembelajaran matematika realistik terdapat beberapa prinsip

    yang harus dipenuhi. Gravemeijer (Supinah, 2008) mengemukakan tiga

     prinsip pokok Pembelajaran matematika realistik. Ketiga prinsip itu

    adalah sebagai berikut:

    1)  Penemuan terbimbing dan matematisasi progresif (Guided Reinvention and Progressive Mathematizing)

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    5/26

    10 

    Dalam menyajikan materi, siswa harus diberi kesempatan

    untuk mengalami proses yang sama sebagaimana konsep-

    konsep matematika itu pertama kali ditemukan. Proses yangsama ini bukan berarti mutlak sama, melainkan lebih

    ditekankan pada proses yang hampir mendekati sama ketika

    matematika itu ditemukan. Hal ini dilakukan dengan

    memberikan masalah-masalah kontekstual yang mempunyai

     berbagai kemungkinan solusi, dilanjutkan dengan

    matematisasi. Proses belajar ini diatur sedemikian rupa

    sehingga siswa menemukan sendiri konsep atau hasil.2)  Fenomena yang bersifat mendidik (Didactical

    Phenomenology)

    Prinsip ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual

    untuk memperkenalkan topik-topik matematika pada siswa.Hal ini dengan memperhatikan dua aspek yaitu kecocokan

    aplikasi masalah kontekstual dalam pembelajaran dan

    kecocokan dampak dalam proses penemuan kembali bentuk

    dan model matematika dari masalah kontekstual tersebut.

    Dengan demikian, masalah kontekstual yang dipilih harus

    dapat membantu siswa menjembatani setapak demi setapak

     proses pematematikaan siswa.

    3) 

    Model dikembangkan sendiri (Self Developed Models)

    Masalah matematika yang multisolusi memungkinkan siswa

    mengembangkan model mereka sendiri untuk memecahkanmasalah tersebut. Hal ini tentu saja memungkinkan

    munculnya berbagai model buatan siswa. Prinsip ini dapatmenjembatani antara pengetahuan informal dan pengetahuan

    matematika formal serta konkret dan abstrak. Sehingga siswanantinya dapat mengembangkan model yang sering dijumpai

    di kehidupan sehari-hari.

    Dari uraian di atas pembelajaran matematika realistik pada

    hakikatnya siswa belajar sendiri dari masalah kontekstual. Tetapi perlu

    diingat siswa SD dalam berfikir atau bertindak masih perlu bimbingan dariguru agar siswa sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran.

    Dalam konteks pembelajaran matematika realistik ini siswa diharapkan

    dapat memecahkan masalah untuk menemukan sendiri ide atau gagasan ke

    dalam bentuk matematika dengan bimbingan dari guru. Pembelajaran

    matematika realistik, guru menggunakan masalah kontekstual. Oleh karena

    itu penyampaian topik-topik dalam pembelajaran, seorang guru harus

    memperhatikan aplikasi dan dampak dalam pemilihan masalah kontekstual

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    6/26

    11 

    yang akan disampaikan. Dengan memperhatikan aplikasi masalah dengan

    dampaknya, siwa diharapkan bisa lebih mudah dalam proses

     pematimatikaan dalam pemecahan masalah saat proses belajar maupun

    dalam kegiatan sehari-hari. Model yang dikembangkan siswa merupakan

     jawaban dari siswa berupa simbolik secara informal dalam memecahkan

    suatu masalah dalam pembelajaran yang bersifat abstrak tetapi bisa

    dibayangkan oleh siswa menjadi konkrit. Kesimpulan atas suatu masalah

    sesuai dengan pemikiran siswa sendiri-sendiri sehingga siswa jika dalam

    kehidupan sehari-hari menemukan masalah yang berhubungan dengan apa

    yang telah ia pelajari khususnya yang berhubungan dengan

     pematematikaan dapat membuat model untuk memecahkan sendiri sesuai

     pengalaman yang ia peroleh.

    Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa proses generalisasi

    dan formalisasi model-model itu akhirnya menjadi sebuah model yang

    dibenarkan dalam matematika. Matematika diperoleh berdasarkan intuisi,

    coba-coba, dugaan, pengujian, kemudian ditingkatkan berupa algoritma,

    konsep maupun rumus-rumus.

    c.  Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik 

    Menurut Ismail (2008), terdapat lima karakteristik pembelajaran

    matematika realistik. Kelima karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

    1)  Menggunakan KonteksPembelajaran menggunakan masalah kontekstual.

    Kontekstual yang dimaksud adalah lingkungan siswa yang

    nyata. Di dalam matematika hal itu tidak selalu diartikan“konkret”, tetapi dapat juga yang telah dipahami siswa

    atau dapat dibayangkan siswa.

    2)  Menggunakan Model

    Dalam pembelajaran matematika sering kali ditempuh

    melalui waktu yang panjang serta bergerak dari berbagai

    tingkat abstraksi. Dalam abstraksi itu perlu menggunakan

    model. Model yang digunakan dapat bermacam-macam,

    dapat konkrit berupa benda, gambar, dan skema.

    3)  Menggunakan Kontribusi SiswaDalam pembelajaran perlu sekali memperhatikan

    sumbangan atau kontribusi siswa yang mungkin berupa

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    7/26

    12 

    ide, gagasan ataupun aneka jawab/cara. Kontribusi siswa

    itu dapat menyumbang kepada kontruksi atau produksi

    yang perlu dilakukan atau dihasilkan sehubungan dengan pemecahan masalah kontekstual.

    4)  Interaktivitas

    Dalam pembelajaran jelas perlu sekali memerlukan adanya

    interaksi, baik antara siswa dengan guru yang bertindak

    sebagai fasilitator. Interaksi itu juga mungkin terjadi

    antara siswa dengan sarana atau antara siswa dengan

    lingkngan. Bentuk interaksi itu bermacam-macam,misalnya diskusi, negoisasi, memberi penjelasan atau

    komunikasi.5)

     

    Keterkaitan Antartopik

    Dalam pembelajaran matematika perlu disadari bahwamatematika adalah suatu ilmu yang terstruktur dengan

    ketat konsistensinya. Keterkaitan antartopik, konsep,

    operasi sangat kuat sehingga sangat dimungkinkan adanya

    integrasi antartopik.

    Dari karakteristik pembelajaran matematika realistik yang

    disampaikan Ismail (2008), belajar matematika adalah belajar

    menggunakan konteks melalui masalah kontekstual artinya masalah dari

    lingkungan siswa yang nyata atau yang dapat dibayangkan oleh siswa.

    Dalam pemecahan masalah kontekstual itu diperlukan suatu pemodelan

    untuk memudahkan siswa dalam belajar. Model itu dapat berupa benda,

    gambar, dan skema. Dalam pembelajaran matematika realistik juga

    memperhatikan kontribusi ide atau gagasan dari siswa. Dari semua itu

    terciptalah subuah interaksi yang mungkin dilakukan antara siswa dengan

    guru atau siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran matematika juga dapat

    mengaitkan antara topik yang satu dengan yang lain, sehingga matematikamenjadi ilmu yang terstruktur.

    Berdasarkan uraian beberapa karakteristik di atas, peneliti

    menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran matematika realistik

    meliputi: (1) Pembelajaran menggunakan masalah kontekstual, (2) siswa

    mengkonstruksi sendiri melalui model atau alat peraga, (3) hasil

     pemecahan masalah adalah kontribusi dari siswa, (4) siswa belajar dalam

    interaksi sosial, dan (5) adanya keterkaitan topik.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    8/26

    13 

    d. 

    Langkah–Langkah Pembelajaran Matematika Realistik 

    Supinah (2008) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran

    matematika realistik adalah sebagai berikut:

    1)  Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal)

    yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat

     pengetahuannya sehingga siswa segera terlibat dalam

     pembelajaran secara bermakna.

    2) Permasalahan yang diberikan harus diarahkan sesuai dengan

    tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

    3) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model

    simbolik secara informal terhadap persoalan/permasalahan

    yang diajukan.4) Pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswamenjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang

    diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain),setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan

    ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain,

    dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang

    ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran.

    Dari langkah-langkah pembelajaran matematika realistik menurut

    Supinah (2008) di atas dijelaskan bahwa pembelajaran matematika itu

    dimulai dengan pemberian masalah riil yang disesuaikan dengan

     pengalaman siswa. Permasalah yang diberikan harus sesuai dengan materi

    dan tujuan yang diharapkan. Dengan pemberian masalah siswa dituntut

    mengembangkan atau menciptakan model simbolik secara informal artinya

    dari masalah yang diberikan siswa diharapkan dapat membuat suatu

    gagasan sesuai dengan pengetahuan yang akhirnya disimpulkan berupa

    kalimat matematis atau matematika formal. Dengan siswa membuat

    gagasan sendiri, pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif karena

    siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang

    diberikannya, tidak hanya menyampaikan tetapi siswa juga memahami dan

    menanggapi jawaban siswa lain.

    Zulkardi (Hartono, Y., 2008), langkah-langkah pembelajaran

    matematika realistik dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    9/26

    14 

    1)  Persiapan

    Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-

     benar memahami masalah dan memiliki berbagai macamstrategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam

    menyelesaikannya.

    2) 

    Pembukaan

    Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi

     pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada

    masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk

    memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.3)  Proses pembelajaran

    Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikanmasalah sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan

    secara perorangan maupun secara kelompok. Kemudiansetiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

    di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok

    lain memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau

    kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas

    dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk

    mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

     prinsip yang bersifat lebih umum.

    4) 

    Penutup

    Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik

    melalui diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus

    mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.

    Dari uraian di atas yaitu langkah-langkah pembelajaran matematika

    realistik menurut Zulkardi (Hartono, Y., 2008) dapat dilihat bahwa lebih

     jelas karena langkah-langkah dijelaskan secara sistematis yaitu sesuai

    dengan kegiatan pembelajaran yang ada di dalam kurikulum yaitu RPP.

    Dalam teori tersebut langkah-langkah Pembelajaran matematika realistik

    dimulai dari kegiatan awal yaitu melalui persiapan dan pembukaan,

    kegiatan inti yaitu saat kegiatan siswa dalam menyelesaikan masalah

    matematika realistik terjadi sedangkan penutup berisi penarikan

    kesimpulan dan pemberian soal evaluasi.

    Permendiknas No. 41 tahun 2007, kegiatan pembelajaran terdiri

    dari tiga kegiatan yaitu:

    1)  PendahuluanPendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu

     pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    10/26

    15 

    membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian

     peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses

     pembelajaran.2)  Inti

    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

    mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

    interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

    memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

    memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

    dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

    Kegiatan inti dilakukan secara sistematis dan sistemikmelalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

    3) 

    PenutupPenutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

    mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan

    dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan

    refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

    Dari permendiknas No. 41 tahun 2007 dijelaskan bahwa kegiatan

     pembelajaran ada tiga langkah, yaitu dimulai dari kegiatan pendahuluan

    yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi siswa kemudian

    dilanjutkan dengan kegiatan inti yang berisi tentang kegiatan atau aktivitas

     pembelajaran dan diakhiri dengan kegiatan penutup sebagai akhir dari

    aktivitas pembelajaran yang berisi kesimpulan, umpan balik, dan tindak

    lanjut.

    Dari penjelasan di atas tersebut, peneliti menyimpulkan langkah-

    langkah pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut ini.

    1) 

    Kegiatan Pendahuluan

    a. 

    Apersepsi: mengingat kembali materi sebelumnya b.  Menyampaikan tujuan pembelajaran

    c. 

    Menyampaikan pokok materi yang akan dipelajari

    2)  Kegiatan Inti

    a. 

    Eksplorasi

    1.  Guru membentuk siswa ke dalam kelompok yang

     beranggotakan 5 orang

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    11/26

    16 

    2.  Siswa bergabung dengan kelompok masing-masing

    3.  Guru memberikan tugas berupa pertanyaan yang

     berhubungan dengan dunia nyata atau kontekstual.

    Karakteristik yang muncul dalam kegiatan ini adalah

    karakteristik pertama yaitu pembelajaran menggunakan

    masalah kontekstual

    4.  Guru meminta siswa memahami masalah tersebut secara

    kelompok. Guru memberikan kesempatan pada siswa

    untuk menanyakan masalah atau soal yang belum

    dipahami dan guru hanya memberikan petunjuk

    seperlunya. Karakteristik yang muncul dari kegiatan ini

    adalah siswa belajar dalam interaksi sosial

    5.  Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan

    interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang

    dimaksud dan memikirkan strategi pemecahan masalah.

    Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dalam

    kelompok dengan caranya sendiri berdasarkan

     pengetahuan awal yang dimilikinya dan dengan

     pemanfaatan model atau alat peraga, sehingga

    dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa atau

    kelompok yang satu dengan yang lainnya. Guru

    mengamati, memotivasi, dan memberikan bimbingan.

    Karakteristik yang muncul dalam kegiatan ini adalah

    karakteristik kedua dan kelima yaitu siswa mengkontruksi

    sendiri melalui model atau peraga dan karakteristik adanya

    keterkaitan antartopik

     b.  Elaborasi

    Membandingkan jawaban

    Guru menunjuk siswa atau perwakilan kelompok untuk

    menyampaikan hasil diskusi. Guru sebagai fasilitator dan

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    12/26

    17 

    moderator mengarahkan siswa dan membimbing siswa

    dalam menyampaikan ide dari hasil diskusi. Siswa atau

    kelompok lain memberikan tanggapan dari hasil kelompok

     penyaji. Karakteristik yang muncul dalam kegiatan ini

    adalah karakteristik ketiga dan karakteristik keempat yaitu

    hasil pemecahan masalah adalah kontribusi dari siswa dan

    karakteristik siswa belajar dalam interaksi sosial

    c. 

    Konfirmasi

    1. Guru memberikan penguatan atau umpan balik berupa

     pujian atas diskusi yang siswa lakukan

    2. 

    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

    tentang materi yang belum jelas. Karakteristik yang

    muncul dalam kegiatan ini adalah adanya interaksi

    3)  Kegiatan Penutup

    a. 

    Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk

    menarik kesimpulan suatu rumusan konsep atau prinsip dari

    materi yang dipelajari. Karakteristik yang muncul dari

    kegiatan ini adalah hasil pemecahan masalah adalah

    kontribusi dari siswa

     b.  Guru dan siswa melakukan refleksi dari pembelajaran yang

    telah dilakukan

    c. 

    Sebagai tindak lanjut, guru memberikan evaluasi berupa

    soal-soal.

    2.1.2  Matematika

    a.  Hakikat Matematika

    Permendiknas (2006) Matematika merupakan ilmu universal yang

    mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

    dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    13/26

    18 

    Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

    dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori

     bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk

    menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

    matematika yang kuat sejak dini. Matematika perlu diberikan kepada

    semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta

    didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan

    kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan

    agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,

    dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

    selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

    Dari uraian di atas matematika terlihat memiliki peran penting dalam

    memajukan daya pikir manusia sehingga matematika perlu diberikan sejak

    dini setidaknya mulai dari sekolah dasar sehingga siswa mempunyai bekal

    kemampuan berpikir yang logis dan kreatif. Dari itu siswa mampu

     bersaing dikehidupan yang akan siswa temui sehingga siswa mampu

     bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah.

    Dari itu peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah mata

     pelajaran yang mampu membuat siswa berpikir logis, analitis, sistematis,

    kritis, kreatif, dan memiliki kemampuan untuk bekerjasama.

    b.  Matematika Sekolah Dasar

    Permendiknas tentang standar isi (2006) bahan kajian inti

    matematika di Sekolah Dasar (SD) mencakup bilangan, geometri dan

     pengukuran, dan pengolahan data. Penekanan diberikan pada penguasaan

     bilangan termasuk berhitung.

    Menurut peneliti, seorang guru dalam mengajar matematika perlu

    mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkan, karena pelajaran

    matematika sangat perlu untuk dipahami dan diketahui oleh siswa sejak

    dini. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membuat siswa

    memahami dan mengetahui pelajaran matematika pada siswa adalah

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    14/26

    19 

    dengan mengajarkan objek langsung dalam pengajaran matematika. Setiap

    objek langsung dalam pengajaran matematika memiliki tingkat kesulitan

    yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka dalam

     pembelajaran matematika perlu strategi mengajar tersendiri yang sesuai

    dengan objek langsung yang diajarkan. Hanya dengan memahami fakta,

    konsep, dan prinsip yang dipelajari maka siswa akan memiliki

    keterampilan operasional dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

    Dari uraian di atas tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam

     pembelajaran matematika di SD guru harus memilih strategi yang tepat

    sesuai dengan tingkat kognitif dan materi yang diajarkan yaitu mencakup

    materi pembelajaran matematika SD yakni tentang bilangan, geometri dan

     pengukuran, dan pengolahan data.

    c.  Proses Pembelajaran Matematika

    Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan

    sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,

    mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai

    metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif

    dan efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007).

    Pembelajaran perlu memberdayakan potensi peserta didik untuk

    menguasai kompetensi yang diharapkan (Sanjaya, 2010). Pembelajaran

    adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir

    agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006). Peristiwa

     pembelajaran merupakan proses interaksi mempengaruhi si belajar

    sehingga memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

    Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan

     peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang

    intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan

    sebelumnya (Trianto, 2010). Menurut Isjoni (2010), pembelajaran adalah

    sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    15/26

    20 

    Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

     peserta didik melakuan kegiatan belajar.

    Dari uraian di atas bahwa pembelajaran itu menunjukan pada usaha

    siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses

     pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan

    guru. Guru merancang pembelajaran dengan sedemikian rupa untuk

    mempermudah siswa untuk belajar. Dengan demikian maka dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

    guru untuk menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar

    dan memperdayakan potensinya sehingga dapat menguasai kompetensi

    dengan hasil optimal.

    Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru

    dalam mengajarkan matematika pada peserta didiknya yang didalamnya

    terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

    kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang

    matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara siswa

    dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004).

    Pembelajaran matematika mengoptimalkan keberadaan para siswa

    sebagai pembelajar. Standar isi (Permendiknas, 2006) matematika

    merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

    modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

    memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu

    diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

    membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

    sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mata

     pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek

     bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data (Permendiknas,

    2006). Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa

    terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam

    kehidupan sehari-hari (Heruman, 2010).

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    16/26

    21 

    Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran matematika yang

    telah disampaikan di atas, dapat dilihat pengertian pembelajaran

    semuannya merujuk pada pembelajaran merupakan usaha menciptakan

    kondisi untuk mempermudah peserta didik untuk belajar secara optimal.

    Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menciptakan suasana atau

    memberi layanan agar siswa belajar. Sesuai dengan standar isi bahwa

    matematika membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

    analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

    Matematika terlihat memiliki peran penting dalam memajukan daya pikir

    manusia sehingga matematika perlu diberikan sejak dini setidaknya mulai

    dari sekolah dasar sehingga siswa mempunyai bekal kemampuan berpikir

    yang logis dan kreatif yang bertujuan untuk menggunakan konsep

    matematika dalam kehidupan sehari-hari.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    matematika adalah suatu upaya yang dilakukan guru untuk menciptakan

    iklim pembelajaran matematika sehingga dapat mempermudah siswa

    dalam belajar. Guru lebih berperan sebagai pembimbing daripada sebagai

     pemberi tahu. Dengan bimbingan guru, siswa dapat mencapai tujuan

     pembelajaran yang optimal. Dalam pembelajaran matematika SD

    mencakup materi yakni tentang bilangan, geometri dan pengukuran dan

     pengolahan data.

    2.1.3  Bangun Datar

    a. 

    Pengertian Bangun Datar

    Dikutip dari laporan PTK Tugimin (2008), bangun datar adalah

     bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung.

    Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang

    mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai

    tinggi atau tebal Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menegaskan

     bahwa bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki

     panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    17/26

    22 

    b. 

    Jenis Bangun Datar dan Sifat-Sifatnya

    Tugimin (2008), bangun datar di kelas V SD terdiri atas persegi

     panjang, persegi, segitiga, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, layang-

    layang, dan lingkaran. Uraian lebih lanjut tentang sifat-sifat bangun datar

    adalah sebagai berikut:

    1)  Persegi mempunyai 4 sisi yang sama panjang dan 4 sudut yang

    sama besar, yaitu sudut siku-siku. Diagonalnya sama panjang

    dan saling memotong sama panjang sehingga membagi dua

    sama panjang.

    2)  Persegi panjang panjang mempunyai dua pasang sisi yang

    sama panjang dan 4 sudut yang sama besar, yaitu sudut siku-

    siku. Diagonalnya sama panjang dan saling memotong sama

     panjang sehingga membagi dua sama panjang.

    3)  Segitiga memiliki berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi,

    segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan

    segitiga lancip. Segi tiga memiliki 3 sudut dan 3 buah sisi.

    4) 

    Trapesium memiliki sepasang sisi yang sejajar. Jumlah besar

    sudut yang berdekatan diantara sisi sejajar pada trapesium

    adalah 1800

    5)  Jajargenjang memiliki sisi yang berhadapan sejajar sama

     panjang, sudut yang berhadapan sama besar. Kedua

    diagonalnya saling membagi sama panjang.

    .

    6)  Belah ketupat memiliki empat sisi sama panjang, kedua

    diagonalnya merupakan sumbu simetri, sudut yang berhadapan

    sama besar, diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

    7)  Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua

     pasang sisi yang sama panjang, terdapat sepasang sudut yang

     berhadapan yang sama besar.

    8) 

    Lingkaran memiliki sebuah titik pusat, memiliki garis tengah

    yang panjangnya dua kali jari-jari, banyak sumbu simetri

    lingkaran tidak terbatas.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    18/26

    23 

    Dari uraian di halaman sebelumnya, peneliti menyimpulkan bangun

    datar yang dipelajari terdiri dari persegi, persegi panjang, segitiga,

    trapesium, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran yang

    memiliki sifat sendiri-sendiri yang menjadi kekhasan dari setiap bangun

    datar.

    2.1.4  Kreativitas

    a.  Pengertian Kreativitas

    Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungan

    (Munandar, 2004). Slameto (2003) menyatakan kreativitas berhubungan

    dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang

     baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Sugihartono (2007),

    kreativitas merupakan salah satu kemampuan mental yang unik pada

    manusia. Chandra (Sugihartono, 2007) mengartikan kreativitas sebagai

    kemampuan mental yang khas pada manusia yang melahirkan

     pengungkapan yang unik, berbeda, original, baru, indah, efisisen dan tepat

    guna. Kreativitas dapat dipahami sebagai temuan mengenai hal baru

    dengan menggunakan sesuatu yang telah ada sehingga timbul kemampuan

    mental yang khas pada diri manusia. Kemampuan mental yang khas dapat

    melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, baru, indah, efisien dan

    tepat guna. 

    Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan kreativitas adalah

    kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, efisien dan

    tepat guna yang merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungan.

    b.  Pengertian Anak Kreatif

    Anak kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya

    untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang

    mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Individu kreatif dengan

    sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau motivasi intrinsik yang

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    19/26

    24 

    kuat untuk menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan diri bukan

    karena tekanan dari luar.

    Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai

    cara seperti bereksplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan

     pertanyaan pada orang lain. Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk

    dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan

    memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.

    Anak usia awal sekolah masih memiliki daya kreativitas yang

    kurang. Ini dapat dilihat dari kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari

    dimana anak cepat mengatakan tidak bisa dan sulit dalam memecahkan

    masalah dalam belajar khususnya belajar tentang matematika. Pengetahuan

    dan pengalaman yang dialami anak akan lebih bermakna dan akan

     bertahan lama jika dapat diperoleh secara langsung, untuk itu diperlukan

     berbagai macam kegiatan melalui eksperimen dan eksplorasi sehingga

    anak dapat terpuaskan akan rasa ingintahunya.

    Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa anak kreatif

    adalah anak yang mampu memperdayakan pikirannya serta motivasi untuk

    menghasilkan ide atau gagasan baru melalui berbagai cara dengan suatu

     pengarahan tertentu.

    c. 

    Indikator Kreativitas

    Krutetski (Munandar, 2004) menyatakan kreativitas identik dengan

    keterbakatan matematik. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa kreativitas

    dalam pemecahan masalah matematik merupakan kemampuan dalam

    merumuskan masalah matematik secara bebas, bersifat penemuan, dan

     baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti flesibilitas dan kelancaran

    dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang

     berkaitan dengan kreativitas secara umum.

    Menurut Aisyah (Suharta, 2003), untuk menjadi individu kreatif,

    dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide

    yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    20/26

    25 

     juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan. Agar anak

     bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam

    mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya

    menandakan makin kreatif si anak.

    Tabel 2.1 Indikator Kreativitas Matematis

    Pengertian Perilaku

    Berpikir Lancar1.  Mencetuskan banyak

    gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

    2. 

    Selalu memikirkan lebih darisatu jawaban.

    a.  Menjawab dengan sejumlah

     jawaban jika ada pertanyaan. b.  Mempunyai banyak gagasan

    mengenai suatu masalah.

    Berpikir Luwes1.  Menghasilkan jawaban,

    gagasan, atau pertanyaan

    yang bervariasi.2.  Dapat melihat suatu masalah

    dari sudut pandang yang berbeda.

    a.  Memberikan penafsiran bermacam-mcam terhadap

    gambar, cerita, atau masalah. b.  Menerapkan suatu konsep atau

    asas dengan cara yang berbeda- beda.

    c.  Jika diberi suatu masalah,menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang

     berbeda-beda.

    Berpikir Orisinil1.  Mampu melahirkan

    ungkapan baru dan unik.2.  Memikirkan cara-cara yang

    tak lazim untukmengungkapkan diri

    a.  Mempertanyakan cara-cara

    yang lama dan berusahamemikirkan cara-cara baru.

     b.  Setelah membaca ataumendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menyelesaikanyang baru.

    c.  Lebih senang mensintesis

    daripada menganalisis sesuatu.

    Berpikir Terperinci (Elaboration)1.  Mampu memperkaya dan

    mengembangkan suatugagasan atau produk.

    2.  Menambah atau merincidetail-detail suatu objek,gagasan, atau situasisehingga menjadi lebihmenarik.

    a.  Mencari arti yang lebih

    mendalam terhadap jawabanatau pemecahan masalahdengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

     b.  Mengembangkan ataumemperkaya gagasan oranglain.

    Dengan berpikir secara lancar, luwes, orisinil, dan terperinci

    tumbuhlah kreativitas siswa. Berpikir lancar artinya siswa mampu

    mengajukan atau menjawab pertanyaan dengan gagasan-gagasan yang

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    21/26

    26 

     baru sehingga siswa mampu belajar lebih cepat. Berpikir luwes artinya

    siswa mampu menghasilkan gagasan baik berupa pertanyaan atau jawaban

    yang bervariasi. Siswa tidak hanya menyelesaikan masalah dengan melihat

    satu sudut pandang saja, melainkan siswa mengaitkan atau

    menghubungkan masalah ke dalam bidang atau sudut pandang yang lain.

    Misalnya saja dalam belajar matematika tentang penjumlahan siswa bisa

    mengintegrasikan atau menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari,

    sebagai contoh penjumlahan dikaitkan ketika terjadi jual beli di warung

    atau di pasar. Sehingga siswa tidak hanya belajar dari satu sumber bahkan

    hanya terfokus oleh buku, melainkan siswa bisa mengintegrasikan dengan

    sudut pandang yang berbeda. Dengan pemikiran siswa seperti itu, siswa

    lebih kritis karena banyak memiliki alternatif atau strategi yang banyak.

    Dengan kritisnya siswa tersebut, biasanya dalam diskusi terkadang ia

    mempunyai posisi yang bertentangan dengan siswa lain. Tetapi dengan

     pemikiran yang kritis itu pula siswa mampu mengubah arah berpikir secara

    spontan.

    Dalam berpikir orisinil siswa lebih menghubungkan antara cara

    lama dengan berusaha memikirkan cara atau ide baru. Setelah siswa

    membaca atau mendengar gagasan, siswa berusaha untuk menemukan atau

    menyelesaikan masalah dengan ide yang baru sehingga siswa terlihat lebih

    senang mensintesis atau memadukan daripada menganalisis. Berpikir

    terperinci artinya siswa mampu mencari arti lebih mendalam terhadap

     pemecahan masalah dengan langkah-langkah terperinci. Siswa lebih

    memperkaya gagasan dari oarng lain. Siswa mengkaji atau menganalisis

    antara gagasan yang satu dengan yang lainnya sehingga siswa mampu

    memberikan gagasan yang mantap dan sempurna, karena siswa yang

     berpikir terperinci tidak puas dengan penampilan yang sederhana.

    Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud

    dengan kreativitas matematis adalah kemampuan menemukan dan

    menyelesaikan soal-soal atau masalah matematis yang indikator-

    indikatornya meliputi: (1) kelancaran adalah kemampuan mengemukakan

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    22/26

    27 

    ide, jawaban, pertanyaan dan penyelesaian masalah, (2) keluwesan adalah

    kemampuan untuk menemukan atau menghasilkan berbagai macam ide,

     jawaban atau pernyataan yang bervariasi, (3) original adalah kemampuan

    memberikan gagasan atau tanggapan yang baru, dan (4) terperinci adalah

    kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, menambah atau merinci

    secara detail suatu obyek, ide, dan situasi.

    2.1.5  GENDER 

    a.  Pengertian Gander 

    Menurut Santrock, J. W (2007) gender adalah dimensi psikologis

    dan sosiokultural yang dimiliki karena seseorang adalah laki-laki dan

     perempuan. Ada dua aspek dalam gender yaitu: identitas gender dan peran

    gender. Peran gender adalah gambaran bagaimana pria atau wanita

     berfikir, bertindak, atau merasa. Sedangkan menurut Sugihartono (2007)

    gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan.

    Dari pengertian di atas gender adalah perbedaan jenis kelamin (laki-

    laki dan perempuam) berdasarkan konstruksi sosial atau konstruksi

    masyarakat. Hubungan sosial ini dapat dibentuk dan dirubah sesuai faktor

    lingkungan yang mempengaruhinya. Dengan memperhatikan pengertian

    tersebut maka gender dalam penelitian ini hanya terbatas pada perbedaan

     jenis kelamin, yaitu laki-laki atau perempuan berdasarkan perbedaan

     biologis.

    b. 

    Perbedaan dalam Gender

    Santrock, J. W (2007) beberapa perbedaan yang ada dalam gender

    antara lain adalah sebagai berikut:

    1.  Perbedaan fisikOtak manusia pada dasarnya sama, terlepas apakah dia

    laki-laki atau perempuan (Halpern, 2001; Hwang, 2004).Meskipun demikian, penelitian menemukan beberapa

     perbedaan pada otak laki-laki dan otak perempuan

    (Goldstein, 2001; Kimaru, 2000). Beberapa pebedaan yang

    sudah ditemukan adalah:

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    23/26

    28 

    a.  Otak perempuan lebih kecil dibandingkan otak laki-

    laki, tetapi otak perempuan lebih berlekuk; lipatan yang

    lebih besar (disebut kerutan/konvolusi) inimemungkinkan jaringan permukaan otak dalam

    tengkorak yang lebih luas pada perempuan dibanding

    dengan laki-laki (Luders, 2004).

     b.  Porsi dari korpus kalosom-ikatan jaringan tempat kedua

     belahan otak berkomunikasi – lebih besar pada

     perempuan dibanding pada laki-laki (Driesen & Raz,

    1995; Le Vay, 1994).c.  Daerah dari lobus parietal yang berfungsi untuk

    kemampuan visiopasial lebih besar pada laki-laki biladibandingkan dengan perempuan (Fredirk dkk, 2000).

    d. 

    Daerah otak yang telibat dalam ekspresi emosimenunjukkan aktivitas metabolisme yang lebih tinggi

     pada perempuan dibandingkan pada laki-laki (Gur,

    dkk., 1995).

    2.  Perbedaan Kognitif

    Dalam pembahasan klasik mengenai perbedaan gender,

    Eleanor Maccoby dan Carol Jacklin (1997) menyimpulkan

     bahwa laki-laki memiliki kemampuan matematika dan

    visuospasial (kemampuan yang dibutuhkan arsitek untuk

    mendesain sudut dan dimensi bangunan) yang lebih baik,

    sedangkan perempuan lebih baik dalam kemampuanverbalnya. Kemudian Maccoby merevisi kesimpulannya

    mengenai beberapa dimemsi gender. Dia menyatakan bahwaakumulalsi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

     perbedaan antara kemampuan verbal antara laki-laki dan perempuan sudah hampir tidak ada lagi tetapi perbedaan

    dalam kemampuan matematika dan visuospasial masih ada.

    Dalam sebuah penelitian nasional oleh departemen

     pendidikan AS (2000), anak laki-laki sedikit lebih baik

    dibandingkan perempuan dalam matematika dan sains.

    Meskipun begitu, secara rata-rata anak perempuan adalah

     pelajar yang lebih baik, dan mereka secara signifikan lebih baik dari anak laki-laki dalam membaca. Dalam penelitian

    nasional terbaru lainnya, anak perempuan memiliki prestasi

    membaca dan kemampuan menulis yang lebih tinggi

    dibandingkan anak laki-laki kelas 4, 8, dan 12, dan

     perbedaan ini lebih lebar seiring dengan meningkatnya pendidikan (Coley, 2001).

    Dari hasil penelitian di atas dan halaman sebelumnya menyatakan

     bahwa kemampuan laki-laki dalam bidang matematika dan sains lebih baik

    daripada perempuan. Perempuan disebutkan lebih unggul dalam bidang

    membaca dan menulis. Dari kelebihan yang dimiliki siswa perempuan

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    24/26

    29 

    dalam membaca dan menuliskan memungkinkan dapat meningkatkan pula

    kemampuan dalam bidang matematika dan sains.

    Dari pendapat di atas, peneliti ingin mengetahui apakah seorang

    laki-laki itu memang lebih baik dibidang matematika dan sains

    dibandingkan dengan perempuan. Khususnya dalam penelitian ini peneliti

     bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gender terhadap

    kreativitas sebagai dampak dari pembelajaran matematika realistik.

    2.2 Kajian Yang Relevan

    Hasratuddin (2010) dalam penelitian yang berjudul meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa SMP melalui

     pembelajaran matematika realistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    (1) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

    antara yang diberi pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran

     biasa, (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

     berdasarkan peringkat sekolah, (3) terdapat perbedaan peningkatan

    kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gender, (4) tidak terdapat

    interaksi antara pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap

     peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, (5) tidak terdapat interaksi

    antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan kemampuan

     berpikir kritis siswa, (6) terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan

    emosional siswa berdasarkan pembelajaran, (7) tidak terdapat perbedaan

     peningkatan kecerdasan emosional siswa berdasarkan peringkat sekolah,

    (8) tidak terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa

     berdasarkan gender, (9) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran

    dengan peringkat sekolah terhadap peningkatan kecerdasan emosional,

    (10) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap

    kecerdasan emosional, (11) tidak terdapat korelasi antara kemampuan

     berpikir kritis dengan kecerdasan emosional, dan (12) siswa memiliki

    respon yang positif terhadap pembelajaran matematika realistik. Secara

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    25/26

    30 

    umum, melalui pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa.

    Dari hasil penelitian di atas terutama hasil yang pertama, ketiga, dan

    kelima dapat dilihat bahwa ada peningkatan berpikir kritis yang

    menunjukkan kreativitas lebih baik dengan pembelajaran matematika

    realistik, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

     berdasarkan gender dan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran

    dengan gender terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

    Berdasarkan laporan dari penelitian yang telah dilakukan dan dijabarkan di

    atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan

     pembelajaran matematika realistik terhadap kreativitas berdasarkan

    gender.

    2.3 Kerangka Pikir 

    Pembelajaran matematika yang dilakukan guru masih berkonsentrasi

     pada buku dan latihan soal, pembelajaran yang dilakukan guru masih

    monoton dan berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif, kreatif, dan

    menyenangkan. Dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik

    diharapkan pembelajaran menjadi aktif, menyenangkan, dan kreatif serta

    mempunyai ketrampilan sosial yang tinggi dan mampu menghargai orang

    lain sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menghasilkan

     produk baru dari apa yang siswa peroleh ketika pembelajaran baik siswa

    laki-laki maupun perempuan.

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas dapat diajukan

    hipotesis sebagai berikut:

    1.  Ada perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan

     pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional.

  • 8/17/2019 T1_292008030_BAB II

    26/26

    31 

    Ha: ada perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan

     pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional.

    Ho: tidak ada perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan

     pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional.

    2.  Ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dengan

    kelompok siswa perempuan.

    Ha: ada perbedaan kreativitas antara siswa laki-laki dan perempuan.

    Ho: tidak ada perbedaan kreativitas antara siswa laki-laki dan

     perempuan.

    3. 

    Ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap kreativitas

     berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi sifat-

    sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara

    kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012.

    Ha: ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap

    kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan

    mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2

    gugus Ki Hajar Dewantara kabupaten Grobogan tahun pelajaran

    2011/2012.

    Ho: tidak ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap

    kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan

    mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2

    gugus Ki Hajar Dewantara kabupaten Grobogan tahun pelajaran

    2011/2012.

    Dasar pengambilan keputusan hipotesis berdasarkan signifikan (sig.)

    adalah sebagai berikut:

    1.  Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

    2. 

    Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.