syifa puji suci

Upload: rharha-adelyra-oxfordieztya

Post on 29-Oct-2015

402 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN MAGANG

    GAMBARAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

    DI RUMAH SAKIT BERKAH KABUPATEN PANDEGLANG

    TAHUN 2010

    SYIFA PUJI SUCI

    OLEH :

    106101003359

    PEMINATAN GIZI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    GIZI MASYARAKAT

    Magang, Februari 2010

    Syifa Pujisuci, NIM: 106101003359

    GAMBARAN PENYELENGGARAAN MAKANAN RUMAH SAKIT

    BERKAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2010

    xiv + 110 Halaman,4 Tabel, 5 Bagan,6 Gambar

    ABSTRAK

    Pembangunan kesehatan harus diawali dengan kualitas kesehatan sumber

    daya manusia. Salah satu sektor kesehatan yang sangat berkaitan dengan kesehatan

    adalah gizi. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk

    meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi pada keluarga

    maupun individu. Salah satu upaya perbaikan gizi individu adalah pelayanan gizi

    rumah sakit yang bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan status gizi

    pasien.

    Dalam buku pedoman PPMRS (Pelayanan Penyelenggaraan Makanan Rumah

    Sakit) tahun 2007, pengertian penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu

    rangkaian kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makanan RS,

    perencanaan menu, sampai distribusi makanan pada pasien/konsumen dalam rangka

    pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang optimal

    melalui pemberian diet yang tepat. Dengan tujuan untuk menyediakan makanan

    dengan kualitas yang baik dan jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak

    dan memadai bagi pasien/ konsumen yang membutuhkan.

    Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyelenggaraan

    makanan di Rumah Sakit Berkah Kabupaten Pandeglang Tahun 2010. Hasil

    pengamatan selama magang di Rumah Sakit Berkah Pandeglang didapat bahwa

    Rumah Sakit tersebut termasuk ke dalam rumah sakit tipe C. Bentuk

    penyelanggaraan makanannya adalah swakelola. Berdasarkan perhitungan DepKes

    (2007) dengan menggunakan metode Indicator Staffing Needs (ISN), diketahui

  • bahwa sumber daya manusia di RS Berkah Kabupaten Pandeglang masih kurang.

    Mengenai sarana dan prasarana cukup memadai karena telah dilengkapi dengan data

    kondisi peralatan yang berguna dalam mengecek peralatan yang masih layak atau

    tidak untuk dipergunakan. Dalam proses penyelenggaraan makanan ada dua hal yang

    belum sesuai dengan pedoman DepKes (2007) yaitu tidak adanya pengawasan,

    pengendalian bahan makanan, dan mutu produk makanan. Pada tugas pokok dan

    fungsi pekerja khususnya bagian gudang tidak berjalan dengan baik.

    Saran untuk penyelenggaraan makanan RS Berkah Pandeglang sebaiknya

    perencanaan tenaga kerja dihitung berdasarkan metode Indicator Staffing Needs

    (ISN) dari DepKes tahun (2007). Berkoordinasi dengan BKD mengenai kekurangan

    para pekerja di instalasi gizi. Semua proses dalam penyelenggaraan makanan

    sebaiknya dispesifikasi dan dibuat pedoman. Agar pihak rekanan (koperasi) dan para

    pekerja dalam proses penyelenggaraan makanan mengetahui dengan baik spesifikasi

    sesuai dengan PPMRS Depkes (2007). Tugas Pokok dan fungsi para pekerja di

    instalasi gizi khususnya bagian gudang sebaiknya di laksanakan dengan baik dan

    benar agar penyelenggaraan makanan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

    Daftar Pustaka: 14 (1989- 2009).

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN

    GAMBARAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

    RS BERKAH KABUPATEN PANDEGLANG

    TAHUN 2010

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 5 April 2010

    Mengetahui

    Catur Rosidati, SKM, M.KM Hj. Siti Rohayati, AMG

    Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan

  • PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, 5 April 2010

    Penguji I,

    Catur Rosidati, SKM, MKM

    Penguji II,

    Raihana Nadra Alkaff, MMA

  • RIWAYAT HIDUP

    Nama : Syifa Pujisuci

    Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang 02 Februari 1987

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Jln. Perintis Kemerdekaan No 8 Kd.Kombong Rt/Rw 02/03

    Menes - Pandeglang Banten

    No Telephone : 085217757224

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan

    1. SDN Purwaraja III Menes (1993-1999)

    2. Mts. Mathlaul Anwar Pusat Menes (1999-2002)

    3. SMA I Pandeglang (2002-2005)

    4. S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta (2006- Sekarang )

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta

    Alam, sumber dari segala sumber yang ada di dunia ini karena atas iziin dan

    jalanNya lah sehingga saya bisa menyelesaikan proposal magang dengan judul

    Gambaran Penyelenggarana Makanan Rumah Sakit Berkah Kabupaten

    Pandeglang Tahun 2010. Sholawat beserta salam tak henti-hentinya saya haturkan

    kepada junjungan Baginda Rasulullah SAW.

    Penulis menyadari dalam penyusunan laporan magang ini masih banyak

    kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehinga saya harapkan kritik dan

    sarannya. Dalam penyusunan laporan magang ini saya juga mendapatkan banyak

    masukan, ilmu, spirit dan doa. Oleh karena itu dengan penuh kerandahan hati dan

    cinta saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan FKIK

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan

    Masyarakat FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Ibu Yuli Amran, MKM, selaku penanggung jawab matakuliah magang FKIK

    jurusan Kesehatan Masyarakat.

    4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku pebimbing Fakultas yang

    memberikan waktu, kesabaran dan bimbingannya.

    5. Ibu Febrianti , M.Si. selaku penanggung jawab peminatan Gizi FKIK

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 6. Ibu Hj. Siti Rohayati. AMG, selaku pembimbing lapangan.

    7. Para pekerja di Instalasi Gizi RS Berkah Pandeglang hatur nuhun pisan...

    8. Kedua orang tua tercinta yang menemaniku dengan doanya Bapak Muhidin,

    A.Ma dan ibu Iyar Sutiarsih, Spd. KakakQ tersayang dan terganteng Fani

    Jamal Gafa, Ssi,Apt dan Falah Safira adik tercintaQ.

    9. TO@ers :Doema(kuping), Yosi(Toet), Yunci(Jebew), Keke(gingsul),

    Alien,Yuni(Nene) n Me(cie jidad). Untuk cwo BB, cie kecil cabe rawit

    Nouval, dan Oji cie dangdut, dan yang lainnya. Tx ya... bwt masukannya

    untuk proposal neh,tak lupa petualangan hidup dan persahabatannya.

    10. Untuk anak2 K3 dan Gizi teman seperjuangan, lulus breng2 breng ya.. hope

    11. Teruntuk aa Ikmal Mazaji, Spd semua pengornanannya,,, I luV u Full..

    12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

    dalam menyelesaikan penyusunan laporan magang ini.

    Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi saya dan pembaca sekalian. Dan

    semua pihak yang telah membantu medapatkan balasan terindah dari Allah SWT.

    Amiiin,,

    .

    Ciputat, 31 Maret 2010

    Syifa Pujisuci

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ............................................... iv

    RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

    DAFTAR BAGAN........................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1. 1 Latar Belakang ............................................................................. 1

    1. 2 Tujuan Magang ............................................................................ 4

    1. 2.1 Tujuan Umum ............................................................................ 4

    1. 2. 2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4

    1. 3 Manfaat Magang ................................................................................. 5

    1. 3. 1 Bagi Mahasiswa........................................................................ 5

    1. 3. 2 Bagi Akademik ........................................................................ 5

    1. 3. 3 Bagi Institusi ............................................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit ............................... 6

    2.2 Tujuan Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit ................................. 7

  • 2.3 Sasaran Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit ................................ 7

    2.4 Landasan Hukum ................................................................................... 8

    2.5 Manajemen Penyelenggaraan Rumah Sakit .......................................... 8

    2.6 Bentuk Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit ............................... 12

    2.7 Sumber Daya Manusia Dalam Penyelenggaraan Makanan

    Rumah Sakit ...................................................................................... 13

    2.7.1 Kualifikasi Tenaga Gizi ........................................................... 13

    2.7.2 Staffing ................................................................................... 15

    2.7.3 Penentuan Kebutuhan Tenaga ................................................. 16

    2.7.4 Proses Penerimaan Tenaga Kerja ............................................. 24

    2.7.5 Pembinaan Tenaga Kerja ......................................................... 25

    2.8 Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit ........ 26

    2.8.1 Perencanaan Fisik, Peralatan, dan Perlengkapan ................... 26

    2.8.2 Langkah-langkah Perencanaan Sarana Fisik dan Peralatan .... 26

    2.9 Gambaran Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit ......................... 31

    2.9.1 Peraturan Pemberian Makanan ................................................ 31

    2.9.2 Penyusunan Standar Makanan .................................................. 31

    2.9.3 Perencanaan Anggaran Bahan Makanan ................................. 33

    2.9.4 Perencanaan Menu ................................................................... 34

    2.9.5 Perencanaan Bahan Makanan .................................................. 38

    2.9.6 Perhitungan Harga Makanan ................................................... 39

    2.9.7 Penyediaan Bahan Makanan .................................................... 41

    2.9.8 Pemesanan Bahan Makanan .................................................... 43

  • 2.9.9 Pembelian Bahan Makanan ..................................................... 44

    2.9.10 Penerimaan Bahan Makanan ................................................. 45

    2.9.11 Penyimpanan Bahan Makanan .............................................. 48

    2.9.12 Distribusi Bahan Makanan .................................................... 51

    2.9.13 Persiapan Bahan Makanan ..................................................... 51

    2.9.14 Pengolahan Bahan Makanan ................................................. 52

    2.9.15 Distribusi Makanan ................................................................ 57

    2.9.16 Pengawasan dan Mutu Produksi ........................................... 61

    2.9.17 Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut ........................... 62

    BAB III ALUR DAN JADWAL KERJA MAGANG

    3.1 Alur kerja ........................................................................................... 63

    3.2 Lokasi ............................................................................................... 64

    3.3 Waktu Pelaksanaan ............................................................................ 64

    3.4 Jadwal Kegiatan Magang ................................................................... 65

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Berkah Pandeglang ........................ 70

    4.1.1 Visi dan Misi ........................................................................... 71

    4.1.2 Pelayanan RS Berkah Pandeglang ......................................... 72

    4.2 Manajemen Penyelenggaraan Makanan RS Berkah Pandeglang ...... 72

    4.2.1 Bentuk Penyelenggaraan Makanan RS Berkah Pandeglang ... 72

    4.2.2 SDM Penyelenggaraan Makanan RS Berkah Pandeglang ........ 74

  • 4.2.3 Sarana dan Prasarana ................................................................ 82

    4.3 Alur Penyelenggaraan Makanan RS Berkah Pandeglang ................. 84

    4.3.1 Peraturan Pemberian Makanan ................................................ 85

    4.3.2 Penyusunan Standar Makanan ................................................. 86

    4.3.3 Perencanaan Menu.................................................................... 87

    4.3.4 Perencanaan Bahan Makanan .................................................... 89

    4.3.5 Perhitungan Harga Makanan ................................................... 90

    4.3.6 Diet dan Jumlah Pasien .......................................................... 91

    4.3.7 Permintaan Bahan Makanan ................................................... 92

    4.3.8 Pembelian Bahan Makanan .................................................... 93

    4.3.9 Penerimaan Bahan Makanan ................................................... 93

    4. 3.10 Penyimpanan Bahan Makanan ............................................. 95

    4. 3.11Penyaluran/distribusi Bahan Makanan .................................. 97

    4. 3.12 Persiapan Bahan Makanan ................................................... 97

    4. 3.13 Pengolahan Bahan Makanan ................................................ 98

    4. 3.14 Penyajian Makanan ............................................................ 100

    4. 3.15 Distribusi Makanan ........................................................... 102

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 105

    5.2 Saran ................................................................................................ 106

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 108

    LAMPIRAN ................................................................................................ 110

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    3.1 Jadwal Kegiatan Magang di RS Berkah Pandeglang ........................ 65

    4.1 Tugas Pekerja Instalasi Gizi RS Berkah Pandeglang ...................... 76

    4.2 Jadwal Pembagian Makanan di RS Berkah Pandeglang .................. 86

    4.3 Contoh Menu RS Berkah Pandeglang Tahun 2010 ........................... 89

  • DAFTAR BAGAN

    Nomor Tabel Halaman

    2.1 Bagan Input, Proses, dan Output ......................................................... 9

    2.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RS di Indonesia ........................11

    2.3 Skema Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan ................................. 27

    4.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RS Berkah Pandeglang................. 82

    4.2 Denah Instalasi Gizi Rumah Sakit Berkah Pandeglang ..................... 84

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Tabel Halaman

    4.1 Papan Daftar Makanan Pasien dan Jumlah Pasien ........................... 93

    4.2 Gambar Ruang Penyimpanan Bahan Makanan .............................. 96

    4. 3 Gambar Pengolahan Bahan Makanan ........................................... 99

    4. 4 Gambar Penyajian Makanan ........................................................ 101

    4. 5 Gambar Pemorsian Berdasarkan Kelas dan Etiket Pasien ............ 102

    4. 6 Gambar Proses Distribusi .............................................................. 103

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bidang kesehatan masih menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi

    oleh negara berkembang seperti Indonesia. Kualitas pertumbuhan pembangunan

    bangsa Indonesia sebagai Negara Berkembang dalam kondisi yang cukup

    memprihatinkan. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2007, Indonesia berada pada

    urutan ke 107 dari 177 negara dilihat dari indeks pembangunan manusia

    (DepKes, 2008). Kurang baiknya indeks pembangunan manusia di Indonesia

    dapat menghambat tercapainya tujuan utama pembangunan nasional.

    Pembangunan kesehatan merupakan salah satu masalah nasional yang harus

    segera diatasi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik.

    Pembangunan kesehatan harus di awali dengan kualitas kesehatan sumber

    daya manusia. Salah satu sektor kesehatan yang sangat berkaitan dengan

    kesehatan sumber daya manusia adalah gizi. Gizi merupakan salah satu faktor

    yang mempunyai peranan sangat penting dalam mewujudkan pembangunan

    kesehatan yang optimal. Gizi erat kaitannya dengan makanan, makanan penting

    baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan kehidupan. Makanan

    memberikan energi dan bahan - bahan yang diperlukan untuk membangun dan

    mengganti jaringan rusak, untuk bekerja dan untuk memelihara pertahanan tubuh

  • terhadap penyakit. Dalam makanan terdapat zat gizi yang bertanggung jawab

    terhadap sehat atau sakitnya seseorang.

    Zat gizi adalah komponen pembangun tubuh manusia, yang dibutuhkan

    seseorang untuk mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, proses dalam

    tubuh dan menyediakan energi bagi fungsi tubuh. Zat gizi untuk

    mempertahankan tubuh diantaranya protein, lemak dan karbohidrat sebagai zat

    gizi makro, dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Alan Berg (1986)

    mengumpulkan banyak bukti bahwa gizi kurang dapat mengakibatkan

    terpengaruhnya perkembangan mental, perkembangan jasmani, produktivitas,

    dan rentang tahun bekerja, yang semuanya itu mempengaruhi potensi ekonomi

    manusia. Menurut Call dan Levinson (1871), satus gizi seseorang dipengaruhi

    oleh konsumsi makanan (zat gizi dalam makanan, kebiasaan makanan,dan ada

    tidaknya program pemberian makanan di luar keluarga). Untuk itu diperlukan

    upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat

    melalui upaya perbaikan gizi pada keluarga maupun individu. Dan salah satu

    upaya perbaikan gizi individu biasanya diberikan di rumah sakit melalui

    pelayanan gizi rumah sakit yang bertujuan untuk memperbaiki dan

    mempertahankan status gizi pasien.

    Pelayanan gizi di rumah sakit salah satunya yaitu penyelenggaraan

    makanan yang merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan status gizi

    pasien di rumah sakit karena merupakan bagian dari penyembuhan penyakitnya.

    Karena jika pasien tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup selama perawatan

  • di rumah sakit, maka kesembuhan yang diharapkan menjadi tidak optimal,

    bahkan berisiko pada kematian pasien. Oleh karena itu, penyelenggaraan

    makanan menjadi hal yang cukup penting dan harus dilaksanakan sebaik-

    baiknya. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan

    mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada

    konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui

    pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan,

    pelaporan dan evaluasi (Depkes, 2003).

    Rumah sakit yang menyediakan pelayanan penyelenggaraan makanan harus

    merencanakan berbagai hal penting yang dapat meningkatkan mutu pelayanan

    penyelenggaraan makanannya. Karena makanan yang dihasilkan dan disajikan di

    rumah sakit berfungsi sebagai salah satu komponen kegiatan dalam upaya

    penyembuhan pasien. Sebagian besar umumnya rumah sakit membentuk sebuah

    unit yang bernama instalasi gizi untuk mengelola penyelenggaraan makanan.

    Yang bertujuan untuk menyediakan makanan dengan kualitas yang baik dan

    jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien/

    konsumen yang membutuhkan (DepKes, 2007).

    Rumah Sakit Berkah Pandeglang merupakan rumah sakit yang memiliki

    instalasi gizi yang didalamnya dikelola sebuah penyelenggaraan makanan. Dari

    uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui Gambaran

    Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit Berkah Pandeglang Tahun 2010.

    1.2 Tujuan Magang

  • 1.2.1 Tujuan Umum

    Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran

    Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit Berkah Pandeglang Tahun 2010.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya gambaran mengenai Rumah Sakit Berkah Pandeglang

    Tahun 2010.

    2. Diketahuinya bentuk penyelenggaraan makanan Rumah Sakit Berkah

    Pandeglang Tahun 2010.

    3. Diketahuinya sumber daya manusia dalam penyelenggaraan makanan

    Rumah Sakit Berkah Pandeglang Tahun 2010.

    4. Diketahuinya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan makanan di

    Rumah Sakit Berkah Pandeglang Tahun 2010.

    5. Diketahuinya alur penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Berkah

    Pandeglang, yang meliputi: perencanaan menu, perencanaan kebutuhan

    bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan bahan makanan,

    penyimpanan bahan makanan,penyaluran bahan makanan,persiapan

    bahan makanan, pengolahan makanan, distribusi/ penyaluran makanan

    serta evaluasi.

    Manfaat Magang

  • 1.2.3 Bagi Mahasiswa

    1. Untuk menambah pengalaman dan wawasaan mahasiswa mengenai

    manajemen penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit.

    2. Untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah didapat selama kuliah

    dan membandingkannya dengan kenyataan yang ada di lapangan.

    3. Untuk mengembangkan kompetensi diri dan adaptasi di dunia kerja

    1.2.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1. Dapat terlaksananya salah satu upaya mengimplementasikan Tri Darma

    Perguruan Tinggi yaitu : Akademik, Penelitian, dan Pengabdian

    Masyarakat.

    2. Dapat membuka suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dengan

    Rumah Sakit Berkah Pandeglang.

    1.2.5 Bagi Institusi (Rumah Sakit)

    Sebagai bahan masukan/informasi untuk peningkatan kualitas

    makanan dan manajemen penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit

    Berkah Pandeglang.

    BAB II

  • TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

    Menurut Depkes tahun 2007 dalam buku pedoman PPMRS

    (Pelayanan penyelenggaraan makanan Rumah Sakit) pengertian

    penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai

    dari penetapan peraturan pemberian makanan RS, perencanaan menu, sampai

    distribusi makanan pada pasien/konsumen dalam rangka pencapaian status

    kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang optimal melalui

    pemberian diet yang tepat. Dengan tujuan untuk menyediakan makanan dengan

    kualitas yang baik dan jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan

    memadai bagi pasien/ konsumen yang membutuhkan.

    Menurut Liswarti Yusuf tahun 2006 Penyelenggraan makanan adalah

    usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan kegiatan penyediaan

    makanan, dimulai dari penyusunan anggaran (bahan makanan, peralatan,

    tenaga/personel, dll), penyediaan/pembelian bahan makanan, penyimpanan dan

    penyaluran bahan makanan, sampai dengan pencatatan pelaporan dan evaluasi

    yang dilaksanakan dalam rangka penyediaan makanan.

    Penyelenggaraan makanan merupakan suatu rangkaian kerja yang

    melibatkan tenaga, manusia, peralatan, material serta berbagai masukan lainnya,

    yang bertujuan agar tersedia makanan yang memenuhi prinsip 5T yaitu tepat

    mutu, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan sanitasi (Mukrie,1990).

  • Penyelenggaraan makanan institusi haruslah memperhatikan

    kelengkapan, kecukupan zat gizi didalam makanan yang disajikan dan susunan

    menu. Susunan menu haruslah merupakan kombinasi yang serasi dari berbagai

    masakan yang merupakan sumber energi, sumber protein, mineral dan berbagai

    vitamin. Perencanaan menu tersebut haruslah memperhatikan 3 faktor, yaitu

    perencanaan pola menu, master menu, dan siklus menu (Dirjen Pelayanan

    Medik,1991 dan Waryana, 2001).

    2.2. Tujuan Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

    Menurut Moehyi (1992), tujuan dari penyelenggaraan makanan di

    rumah sakit adalah untuk penyembuhan penyakit yang tidak jarang digunakan

    sebagai acuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

    Menurut Depkes tahun 2007 dalam buku pedoman PPMRS

    (Pelayanan penyelenggaraan makanan Rumah Sakit) tujuan dari

    penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah untuk menyediakan makanan

    dengan kualitas yang baik dan jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang

    layak dan memadai bagi pasien atau konsumen yang membutuhkan.

    2.3. Sasaran Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

    Menurut DepKes tahun 2007 Sasaran penyelenggaraan makanan di

    rumah sakit yaitu konsumen atau pasien dan karyawan ( dokter dan pegawai ).

    2.4. Landasan Hukum Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

  • 1. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

    2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

    3. Undang-Undang Nomor 32/ 2004 tentang Otonomi Daerah

    4. Undang-Undang Nomor 33/ 2004 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat

    dan Pemerintah Daerah

    5. SK Menkes Nomor 134/ 1978 tentang Organisasi dan Tatalaksana Rumah

    Sakit Umum

    6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 721/ Menkes/ 1986 tentang

    Persyaratan Kesehatan Jasa Boga

    7. SK Menkes Nomor 983/ 1992 tentang Rumah Sakit Swadana

    8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/ Menes/ SK/ 1993 tentang

    Standar Pelayanan Medis

    9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar

    Pelayanan Rumah Sakit

    10. Menkes Nomor 213/ 2000 tentang Perusahaan Jawatan Rumah Sakit

    11. Permenkes 712/ 2003 tentang Sanitasi Makanan

    12. SK Menkes Nomor 1673/ 2005 tentang Badan Layanan Umum

    2.5. Manajemen Penyelenggaraan Rumah Sakit

    Keberhasilan penyelenggaraan makanan dipengaruhi oleh penerapan

    prinsip manajemen yang baik. Prinsip manajemen yang paling utama adalah

    menetapkan terlebih dahulu strategi berupa dana, daya, peralatan, dan

    kesempatan yang tersedia harus digunakan secara tepat dan berhasil guna

  • berdasarkan kondisi yang ada. Menurut Moehyi (1992) strategi yang dimaksud

    dapat digambarkan dalam bentuk bagan :

    Bagan 2.1 Strategi Manajemen Penyelenggaraan makanan

    MASUKAN PROSES KELUARAN

    (INPUT) (OUTPUT)

    Penyelenggaraan rumah sakit memiliki standar masukan (input) berupa biaya,

    tenaga, sarana dan prasarana (termasuk peralatan di dalamnya) dan metoda. Standar

    proses berupa penyusunan anggaran belanja bahan makanan, perencanaan menu,

    perencanaan kebutuhan bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan dan

    penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan, dan

    pendistribusian makanan. Standar keluaran (output) berupa mutu makanan dan

    kepuasan pasien (DepKes, 2003). Dalam manajemen ini diperlukan

    pengorganisasian, menurut DepKes (2007) organisasi dalam penyelenggaraan

    1. Tenaga 2. Pengetahuan

    dan

    keterampilan

    3. Material 4. Peralatan 5. Dana 6. Informasi

    1. Makanan yang

    bermutu

    2. Pelayanan yang baik

    3. Keuntungan yang

    memadai

    PENGAWASAN

    1. Perencanaan pelayanan

    makanan

    2. Penyiapan makanan

    (pengadaan

    bahan,

    pengolahan

    memasak,dsb)

    3. Penyelenggaraan pelayanan untuk

    konsumen

    PENGENDALIAN

  • makanan adalah kelompok kegiatan serta tugas dan fungsi masing-masing unit kerja

    yang ada dalam organisasi itu serta hubungan kerja antara masing-masing unit kerja.

    Oleh karena itu penyelanggaraan makanan diperlukan pengorganisasian yang baik

    guna mendapatkan hasil yang memuaskan.

    Organisasi pada penyelenggaraan rumah sakit di instalasi gizi rumah sakit

    terdapat unit kerja konsultasi dan penyuluhan gizi rumah sakit. Hal ini disebabkan

    pada pelayanan gizi rumah sakit tercakup empat aspek fungsional.

    a. Aspek administrasi mencakup pengelolaan biaya dan material.

    b. Aspek terapeutik sesuai dengan fungsi makanan dalam penyembuhan

    penyakit.

    c. Aspek edukatif berhubungan dengan pembentukan perilaku makan orang

    sakit.

    d. Aspek pengembangan dan penelitian untuk menyempurnakan fungsi

    pelayanan makanan.

    Bagan struktur organisasi instalasi gizi telah diatur dengan Surat Keputusan

  • Menteri Kesehatan R.I. No. 13/Menkes/IV/78 sebagaimana terlihat pada

    bagan :

    Bagan 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi

    Rumah Sakit di Indonesia

    (Surkep. Menkes. R.I No. 13/4/1987)

    Sumber : Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga Tahun 1992

    2.6. Bentuk Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

    Pimpinan

    instalasi gizi

    Administrasi

    Umum

    Perencanaan

    dan Laporan

    Perlengkapan Perbekalan

    Unit tata usaha

    Unit

    Perencanaan &

    Pengadaan

    material

    Unit

    Pengolahan

    dan Distribusi

    Unit konsultasi

    dan

    Penyuluhan

    Unit penelitian

    dan

    Pengembangan

  • Menurut Depkes RI tahun 2007 dalam buku pedoman sistem

    penyelenggaran makanan Rumah Sakit bentuk penyelenggaraan makanan

    dibedakan menjadi tiga, yaitu :

    1. Swakelola

    Makanan dimasak sendiri sekaligus melayani distribusi makanan kepada

    konsumen. Dan Penyelenggaraan makanan merupakan tanggung jawab penuh

    instalasi gizi dalam pelaksanaan kegiatan mulai dari perencanaan,

    pelaksanaan sampai evaluasi.

    2. Out-Sourching

    Makanan tidak disiapkan dan tidak dimasak sendiri, tetapi

    menyerahkan kepada usaha jasa boga untuk memasok makanan yang

    diperlukan. Penyelenggaraan makanan bentuk ini dilaksanakan dengan

    bantuan perusahaan jasa boga atau catering. Out-sourching dibedakan

    menjadi dua kategori yaitu semi out-sourching dan full out-sourching.

    3. Sistem kombinasi

    Sistem kombinasi merupakan perpaduan antara swakelola dan out-

    sourching dipilih sebagai upaya memaksimalkan sumber daya yang ada

    dengan segala keterbatasannya dimana sebagian jenis makanan dikelola oleh

    pihak jasaboga atau catering. Bisa berdasarkan kelas rawatnya, karena ada

    dua system pengelolaan, maka sebaiknya pencatatan dan pelaporan setiap

    system dipisahkan agar memudahkan pengawasan dan pengendaliannya.

    2.7 Sumber Daya Manusia dalam Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

  • Tenaga merupakan salah satu sumber daya penting karena menjadi kunci

    dalam keberhasilan kegiatan penyelenggraan di rumah sakit. Berbagai fungsi dan

    keberhasilan kegiatan penyelenggaraan rumah sakit meliputi fungsi perencanaan,

    dan penentuan kebutuhan staff (staffing), rekuitmen, seleksi, pengembangan dan

    pembinaan karir, penilaian kinerja serta sistem imbal jasa (Depkes RI, 2007).

    Jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan, pada

    umumnya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

    a. Kelompok tenaga pengelola, yang bertanggung jawab atas perencanaan,

    pengawasan, dan pengendalian.

    b. Kelompok tenaga pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

    produksi makanan dan distribusi makanan kepada konsumen.

    c. Kelompok pembantu tenaga pelaksana, tidak mempunyai tanggung jawab

    khusus hanya membantu tenaga pelaksana dalam menyelesaikantugas sepert:

    membersihkan bahan makanan, mengiris, memotong dan pekerjaan lainnya.

    2.7.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Dalam Penyelenggaraan Rumah Sakit

    Tenaga yang diperlukan dalam kegiatan meliputi tenaga profesi gizi,

    tenaga profesi non-gizi serta tenaga pelaksanan teknis. Tenaga profesi gizi

    dibutuhkan untuk memastikan kualitas pelayanan gizi yang diberikan kepada

    konsumen, antara lain semua permintaan dan modifikasi diet dapat dipenuhi,

    semua makanan (diet dan non-diet) dapat diproduksi sesuai kebutuhan pasien.

    Sedangkan, tenaga profesi non gizi dan tenaga pelaksana teknis dibutuhkan

  • untuk menunjang keberhasilan pelayan gizi kepada konsumen, misalnya

    makanan dapat diberikan sesuai ketentuan yang berlaku (peraturan pemberian

    makanan), kepuasan konsumen terhadap makanan yang diberikan, makanan

    dapat diproduksi dan disajikan sesuai dengan keinginan konsumen.

    Tenaga profesi gizi adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan

    gizi (D1 gizi dan D4 gizi) serta S1/S2 gizi yang berpengalaman di bidang

    penyelenggaraan makanan. Tenaga profesi non-gizi adalah tenaga profesi lain

    yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan penyelenggaraan makanan seperti

    akuntan, perhotelan, administrasi, teknik, dsb. Sedangankan tenaga

    pelaksanan teknis meliputi tenaga dengan latar belakang pendidikan tataboga

    (SMKK), SMA/SMP, dsb.

    Berdasarkan kualifkasi tenaga tersebut, maka peran dan fungsi setiap

    kualifikasi tenaga sesuai tanggung jawabnya meliputi:

    1. Kepala unit penyelenggaraan makanan

    Penanggung jawab umum organisasi dalam penyelenggaran makanan

    di rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan

    berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku.

    Tugas dan fungsi kepala unit penyelenggaran makanan, meliputi:

    a. Menyusun perencanaan penyelenggaraan makanan

    b. Menyusun rencana evaluasi penyelenggaraan makanan.

  • c. Melakukan pengawsan dan pengendalian penyelenggaraan

    makanan.

    d. Melakukan pengembangan-pengembangan dalam

    penyelenggaraan makanan.

    2. Supervisor

    Bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaran

    makanan di rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan

    pendistribusian makanan.

    3. Pelaksana

    Petugas gizi yang berperan sebagai juru masak, perbekalan, pranata

    komputer dan ketatausahaan.

    2.7.2 Staffing

    Penentuan jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk

    melaksanankan suatu kegiatan. Penetuan tenaga ini dimulai dengan

    mengidentifikasi dan menentukan kegiatan atau pekerjaan yang akan

    dilakukan, mengidentifikasi keahlian atau skill yang diperlukan sesuai

    dengan kegiatan atau pekerjaan tersebut, kemudian menjabarkannya dalam

    spesifikasi dan uraian tugas.

  • 2.7.3 Penetuan Kebutuhan Tenaga

    Tenaga profesi gizi dibutuhkan untuk memastikan kualitas pelayanan

    gizi yang diberikan kepada konsumen, antara lain semua permintaan dan

    modifikasi diet dapat dipenuhi, semua makanan (diet dan non diet) dapat

    diproduksi sesuai kebutuhan pasien. Sedangkan tenaga profesi non gizi

    dan tenaga pelaksana teknis dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan

    pelayanan gizi kepada konsumen, misalnya makanan dapat diberikan

    sesuai ketentuan yang berlaku (peraturan pemberian makana), kepuasan

    konsumen terhadap makanan yang diberikan, makanan dapat di produksi

    dan disajikan sesuai keinginan konsumen.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pembobotan dalam perhitungan

    kebutuhan tenaga pada penyelenggaraan makanan institusi :

    1. Jumlah dan jenis porsi yang dilayani

    2. Jumlah dan macam menu yang diselenggarakan

    3. Jumlah hari pelayan makanan

    4. Jumlah dan macam peralatan yang tersedia

    5. Sarana fisik dan prasarana yang tersedia

    6. Jumlah, jenis dan kualitas bahan makanan yang digunakan

    7. Sistem produksi makanan yang digunakan

    8. Sistem distribusi/ penyajian makanannya

    Dalam menghitung kebutuhan tenaga dalam penyelenggaraan makan,

    diperlukan beberapa penyesuaian, antara lain :

    a) Penyesuaian hari libur atau cuti

  • b) Produktifitas

    Pada dasarnya tidak mungkin mengharapkan tenaga yang ada dalam

    keadaan produktif 100%. Beberapa penelitian menghasilkan data

    produktifitas antara 50-60%. Maka untuk perhitungan dapat

    menggunakan standar produktif 75-80%, sehingga tenaga perlu

    dikalikan 1,25 (untuk 75%) atau 1,33 (untuk 80%).

    c) Pola kedatangan pasien, contoh :

    1. Bulan puasa, BOR lebih rendah dibandingkan bulan lain

    2. Hari senin, OSB (Orang Sakit Baru) lebih banyak dibanding hari

    lain

    3. Jam distribusi baik jam makan maupun jam selingan merupakan

    waktu puncak instalasi gizi.

    4. Dengan standar menu : service excellent maka rumah sakit

    membutuhkan pelayan tambahan yang perlu dimasukkan dalam

    perhitungan tenaga.

    5. Memperhatikan trend pelayanan.

    d) Training Need Analisis

    Untuk memperoleh tenaga yang sesuai standar kompetensi yang

    ditetapkan, perlu dibuat training need analisis. Sehingga dalam

    menghitung kebutuhan tenaga perlu memperhatikan prespektif 3-5

    tahun (DepKes, 2007).

  • Beberapa metode perhitungan ketenagaan menurut Depkes RI (2004) dalam

    pedoman penyusunan rencana SDM (Sumber Daya Manusia) kesehatan

    rumah sakit, yaitu:

    1. Berdasarakan rasio tempat tidur pasien, contoh :

    a) SK Menkes no 363/Menkes/Per/VII/1979 tentang perhitungan

    kebutuhan tenaga berdasarkan perbandingan antara jumlah tempat tidur

    yang tersedia di kelas rumah sakit tertentu dengan kategori tenaga

    tertentu.

    b) Standar kebutuhan tenaga minimal dasar perhitungannya adalah

    standar pelayanan dan upaya pelayanan.

    2. Indicator Staffing Needs (ISN)

    Dalam metode ini kebutuhan jumlah tenaga dihitung berdasarkan

    jenis kegiatan dan volume pelayanannya. Tiap unit harus dapat

    memproyeksikan kegiatan atau keluaran apa yang akan dihasilkan pada

    masa mendatang untuk kemudian dapat memproyeksikan kebutuhan

    tenaganya. Rumus ISN adalah :

    Kelebihan dari metode ini adalah perhitungan dibedakan atas jenis

    tenaga yang ada sesuai dengan bobot serta beban kerjanya. Metode ini

    tidak memperhitungkan jumlah waktu kerja efektif yang dilakukan oleh

    setiap jenis tenaga.

    Kebutuhan tenaga = beban kerja dalam 1 tahun x bobot

    Kapasitas kerja tenaga /tahun

  • 3. Recomendation Full Time Equivalents (rekomendasi)

    Direkomendasikan kebutuhan tenaga kerja dalam penyelenggaraan

    makanan Institusi adalah 1,5 full time equivalent/ shift (1,5 FTE/ shift) =

    1,5 x jumlah tenaga yang diperlukan waktu operasional karena faktor 7

    hari kerja/ minggu dan faktor cuti, libur, ijin, sakit dan lain-lain.

    4. US Departemen and Human Service :

    a) Berdasarkan jumlah konsumen

    1. Ratio tenaga pemasak : konsumen = 1: 25

    2. Koreksi faktor hari keja : 7/5 hari/ minggu.

    3. Koreksi faktor cuti :0,2

    4. Jam kerja = 8 jam/ hari dan istirahat 1 jam (jam kerja efektif = 7

    jam/hari)

    5. Contoh perhitungan tenaga pemasak untuk 1000 konsumen

    adalah :

    a. Ratio 1:25...........1000/25 = 40 orang

    b. Koreksi faktor hamri kerja : 7/5 x 40 orang = 56 orang + (0,2 x

    56)=67,2 orang

    c. Koreksi faktor istirahat 1 jam 8/7 x 67,2 orang = 76,8 orang

    d. Maka kebutuhan tenaga pemasak adalah 77 orang.

  • b) Berdasarkan menit kerja/ porsi hidangan

    1. Dari penelitian yang dilakukan pada 100 klien, diperlukan

    waktu untuk penyelenggaraan makan siang adalah 14 menit/

    porsi hidangan.

    2. Contoh perhitungan kebutuhan tenaga pemasak untuk 1000

    konsumen adalah :

    a. Waktu yang diperlukan : 1000 x 14 = 2333,33 jam

    b. Waktu/ jam kerja efektif =233,33 jam / 7jam =33,33 orang

    c. Koreksi faktor kerja : 7/5 hari x 33,33 orang = 44,66 orang

    d. Koreksi cuti, dan lain-lain : 44,66 orang + (0,2 x 44,66) =

    55,99 orang

    e. Koreksi faktor istirahat 1 jam = 8/7 x 55,99 orang = 64 orang

    f. Maka kebutuhan tenaga pemasak adalah 64 orang.

    5. Workload Indicator Staffing Need

    Metode perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja ini

    merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan beban

    pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh setiap kategori tenaga pada tiap unit

    kerja. Metode perhitungan ini telah telah diadaptasi dan digunakan oleh

    Departemen Kesehatan RI dan disahkan dalam keputusan menteri kesehatan

    RI no 81/Menkes/SK/2004.

  • Kelebihan metode ini adalah :

    a. Mudah dilakukan karena menggunakan data yang dikumpulkan atau

    didapatkan dari laporan kegiatan rutin unit layanan.

    b. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan sehingga manajer di

    semua tingkatan dapat segera menyusun rencana dan kebijakan

    ketenagaannnya.

    c. Dapat digunakan untuk berbagai jenis tenaga.

    Langkah kebutuhan tenaga berdasarkan metode WISN tersebut adalah :

    a. Menetapkan waktu kerja yang tersedia

    b. Menetapkan unit kerja dan kategori tenaga yang dibutuhkan

    c. Menyusun standar beban kerja setiap jenis tenaga

    d. Menyusun standar kelonggaran setiap jenis tenaga

    e. Menghitung kebutuhan tenaga setiap jenis tenaga

    Namun demikian metode ini mempunyai kelemahan karena input data

    yang dipelukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi kegiatan

    rutin tenaga setiap unit kerja sehingga dibutuhkan catatan dan penyimpanan

    data yang baik demi mendapatkan keakuratan atau ketepatan hasil

    perhitungan jumlah tenaga secara maksimal. Penerapan metode seperti :

    a. Menetapkan waktu kerja tersedia

    Tujuan : Memperoleh waktu tersedia masing-masing kategori

    tenaga yang bekerja di tiap unit kerja dalam rumah sakit selama

    kurun waktu satu tahun.

  • Rumus : Waktu kerja tersedia = { A-(B+C+D+E)} x F

    A : Hari kerja (6 hari/minggu)

    B : Cuti tahunan

    C : Pendidikan dan pelatihan

    D : Hari libur nasional

    E : Ketidak hadiran kerja (sesuai data rata-rata ketidakhaddiran kerja

    selama kurun waktu 1 tahun karena alasan sakit, tidak masuk kerja

    dengan atau tanpa alasan pemberitahuan atau ijin)

    F : Waktu kerja (waktu kerja dalam 1 hari adalah 7-8 jam)

    b. Menetapkan unit kerja dan ketegori tenaga yang dibutuhkan

    Tujuan : Diperolehnya seluruh komponen satuan kerja yang

    menyelenggarakan kegiatan pelayanan langsung maupun tidak langsung

    sesuai dengan struktur organisasi serta diperolehnya kategori tenaga dan

    komponen beban kerja sesuai kompetensi dan standar pelayanan.

    Caranya adalah :

    1. Menetapkan unit kerja sesuai struktur organisasi

    2. Menetapkan kategori tenaga dan beban kerja sesuaikompentensi dan

    standar pelayanan di masing-masing unit kerja.

    3. Menetapkan tenaga dalam menyelesaikan beban kerja

  • Misalnya untuk penyelenggaraan makanan dibutuhkan manajer

    produksi, supervisor atau pengawas, pemasak dan tenaga pencuci alat.

    c. Menyusun standar beban kerja setiap jenis tenaga

    Tujuan : Diperoleh kategori tenaga dan beban kerja sesuai dengan

    kompetisi dan standar pelayanan tiap unit kerja serta waktu yang

    dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Beban kerja setiap kategori tenaga

    dapat diidentifikasi atas dasar :

    1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh setiap jenis tenaga

    2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan

    pokok

    3. Standar beban kerja per 1 tahun setiap kategori tenaga

    d. Menyusun standar kelonggaran setiap jenis tenaga

    Tujuan: Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilakukan dengancara

    pengamatan dan wawancara kepada setiap jenis tenaga tentang :

    1. Kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan, misalnya

    rapat, seminar, penyusunan laporan dan sebagainya.

    2. Frekuensi kegiatan dalam satu hari, minggu, bulan.

    3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

    Standar kelonggaran dihitung dengan rumus :

    Standar kelonggaran = rata-rata per waktu kelonggaran

    Waktu yang tersedia

  • e. Menghitung kebutuhan tenaga setiap jenis tenaga

    Tujuan: Tersusunnya kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja/

    kegiatan pada masing-masing satuan kerja.

    Hasil perhitungan kebutuhan tenaga tersebut selain dapat menentukan jumlah

    kebutuhan setiap jenis tenaga juga dapat digunakan untuk :

    1. Membandingkan hasil perhitungan kebutuhan tenaga dengan keadaan

    2. Tenaga yang tersedia pada saat ini pada masing-masing satuan kerja.

    3. Melakukan analisa kinerja masing-masing kategori tenaga.

    4. Menyusun alternatif pemecahan.

    2.7.4 Proses Penerimaan Tenaga Kerja

    Menurut DepKes (2007) dalam pedoman penyelenggaraan makanan

    rumah sakit, proses penerimaan tenaga harus dilakukan dengan baik dan efektif

    sehingga dapat menentukan tenaga sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan

    Pada umumnya seleksi tenaga dilakukan melalui seleksi administrasi, tes

    tulis dan interview (wawancara). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada

    proses ini antara lain : intelegensia, attitude (sikap), keterampilan, personality

    (kepribadian, fisik dan kesehatan secara umum).

    Kebutuhan tenaga = kuantitas kegiatan pokok + standar kelonggaran

    Waktu kerja tersedia

  • 2.7.5 Pembinaan Tenaga Kerja

    1. Evaluasi

    Evalusi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pengawasan

    melekat melalui berbagai perangkat atau inatrumen evaluasi atau formulir

    penilaian secara berkala. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai salah satu

    faktor untuk promosi tenaga yang bersangkutan, penghargaan, peningkatan

    pendidikan, rotasi tugas, mutasi tenaga atau pemberian sanksi.

    2. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

    Tujuan Diklat bagi pegawai adalah meningkatkan kinerja,

    meningkatkan pengetahuan dan wawasan ilmiahnya, meningkatkan

    keterampilan serta diharapkan terjadi perubahan sikap dan perilaku yang

    positif terhadap pekerjaannya. Pada umumnya jenis diklat meliputi diklat

    formal dan diklat non formal.

    a. Diklat formal

    Diklat yang bersifat formal merupaan diklat yang

    berkesinambungan, yang menunjang keprofesian, serta kedudukan jabatan,

    baik fungsional maupun struktural

    b. Diklat non formal

    1) Orientasi tugas

    2) Kursus-kursus

    3) Simposium, seminar dan sejenisnya.

    2.8 Sarana dan Prasarana dalam Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit

  • 2.8.1 Perencanaan Fisik, Peralatan, dan Perlengkapan

    Perencanaan fisik adalah perancangan rancangan bangunan sebagai

    suatu sistem sehingga bangunan beserta komponen-komponennya sebagai

    lingkungan binaan yang mengakomodasi kegiatan penyelenggaraan rumah

    sakit. Perencanaan harus dikoordinasikan dengan melibatkan semua unsur

    terkait (Pemilik Institusi, Direksi Rumah Sakit, Arsitek, Ahli Diet, Insinyur

    Sipil, Insinyur Tehnik Manajemen, dan Desain Interior).

    2.8.2 Langkah-langkah Perencanaan Sarana Fisik dan Peralatan

    Langkah-langkah perencanaan sarana fisik dan perlatan menurut

    DepKes (2007), antara lain :

    1. Sarana fisik

    a. Dasar dari perencanaan

    b. Menentukan tujuan perencanaan sarana fisik

    c. Mengidentifikasi kegiatan dalam penyelenggaraan makanan

    d. Mengidentifikasi macam ruangan yang diperlukan

    e. Mengidentifikasi besar ruangan

    f. Menentukan skema arus kerja. Flow chat harus menunjukan arah langsung dari kegiatan

    penerimaan sampai ke meja pembagian makanan, sehingga

    mengurangi kesimpangsiuran dalam pekerjaan sehari-hari.

    Bagan 2.3

  • Skema Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan

    Sumber : Buku Pedoman Gizi Rumah Sakit, 1991

    2. Letak dapur

    3. Bangunan pengolahan dan fasilitas ruang yang dibutuhkan

    Ruang/tempat yang diperlukan di unit pengolahan makanan terdiri dari :

    a. Ruang/tempat penerimaan bahan makanan

    b. Tempat/ruang penyimpanan bahan makanan

    c. Tempat persiapan bahan makanan

    d. Tempat pencucian dan penyimpanan alat

    e. Tempat pembuangan sampah

    Penerimaan

    n

    Penyimpanan

    b.m segar

    Penyimpanan

    b.m kering

    Fasilitas

    pegawai

    Persiapan b.m

    Pemasakan

    Pendistribusian

    Pembuangan

    sampah

    sementara

    Pembuangan

    sampah akhir

    (diluar ruang

    pengolahan)

    Pencucian alat

  • f. Ruang fasilitas pegawai

    g. Ruang pengawas

    h. Ruang kantor administrasi

    i. Kamar mandi

    4. Peralatan dan pengolahan di unit penyelenggaraan makanan

    Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan

    makanan terdiri dari:

    a. Peralatan besar

    Kompor gas, panci besar, penggorengan, rice cooker, lemari pendingin,

    freezer, rak-rak makanan, troli untuk makanan 3 susun, lemari

    penyimpanan makanan, timbangan kapasitas 20-300 kg, blender, gilingan

    daging kapasitas 20kg, rice cooker kapasitas 30 kg, meja persiapan dan

    bak cuci, oven, rak-rak piring kapasitas 3 susun. (terbuat dari stainless

    steel/ alumunium).

    b. Peralatan kecil : Pisau dapur, sendok, pembuka botol, dan lain-lain.

    c. Alat-alat makan : Sendok, piring makan, gelas minum dan lain-lain.

    d. Peralatan khusus untuk pemberian formula makanan bayi.

    1) Peralatan besar, Panic alumunium, kulkas, tungku uaprak-rak

    penyimpanan botol 3 susun dan lain-lain.

    2) Peralatan kecil, Thermos, blender, gels ukur, sendok makan,

    sendok teh dan lain-lain.

    e. Peralatan kebersihan dan pencucian alat

    Pencucian terdiri dari dua :

  • 1) Pencucian mesin memerlukan: mesin cuci kapasitas 100 piring,

    rak pengering alat kebersihan.

    2) Pencucian manual memerlukan : ember plastik kapasitas 30 liter,

    Waskom plastik kapasitas 30 liter, tempat sampah tertutup (basah

    dan kering), perlengkapan kebersihan (sapu, sikat lap) dll.

    5. Menentukan kebutuhan alat

    Faktor yang mempengaruhi adalah :

    a. Kebijakan prosedur pelayanan rumah sakit.

    b. Anggaran yang tersedia.

    c. Ruangan yang tersedia.

    d. Tipe pelayanan.

    e. Kebutuhan orang yang menyelenggarakan makanan.

    f. Macam dan jumlah makanan yang diselenggarakan.

    g. Periode pelayanan.

    h. Macam dan jumlah tenaga kerja.

    Selain itu, ada beberapa factor yang perlu diperhatikan, dalam

    kebutuhan peralatan penyelenggaraan makanan yaitu :

    a. Ada tidaknya menu dan siklus menu

    b. Jumlah porsi dan macam makanan yang diselenggarakan

    c. Waktu yang diperlukan untuk penyediaan makanan

    d. Arus kerja

    6. Pembiayaan Dana Makanan Rumah Sakit

  • Dalam penyelenggaraan rumah sakit yang akan semakin bersaing di masa

    depan harus disadari perlu adanya keungggulan kompetitif (competitive

    advantage). Keunggulan itu tidak lain kecuali bersumber pada seni kemampuan

    manajemen :Biaya (Cost), Mutu (Quality),dan Penyampaian jasa (Delivery).

    Secara sederhana dapat dikatakan rumah sakit (atau sarana pemberi layanan

    kesehatan yang lain) dapat bertahan dan berkembang apabila dapat menyediakan

    dan menyampaikan :

    1. Jasa yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat

    2. Jasa yang bermutu

    3. Jasa yang diproduksi secara efisien

    4. Jasa yang dipasarkan seeara efektif.

    Biaya makanan adalah biaya bahan-bahan yng dipakai untuk menghasilkan

    makanan yang diperlukan. Biaya ini merupakan variable langsung, karena

    mempunyai hubungan langsung terhadap pelayanan makanan yang

    diselnggarakan. Unsur-unsur biaya dalam penyelenggaraan makanan adalah :

    1. Perhitungan biaya makanan

    2.Perhitungan biaya tenaga kerja

    3. Biaya Overhead (biaya barang dan biaya pemeliharaan)

    2.9 Gambaran Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

  • 2.9.1 Peraturan Pemberian Makanan

    Peraturan pemberian makanan rumah sakit adalah suatu pedoman yang

    ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai salah satu acuan dalam memberikan

    pelayanan gizi pada pasien dan karyawan yang memuat : pola makan sehari,

    nilai gizi yang mengacu pada buku penuntun diet, standar makanan, jenis

    konsumen yang dilayani. Peraturan pemberian makan Rumah Sakit

    ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan Rumah Sakit.

    2.9.2 Penyusunan standar makanan

    Standar bahan makanan adalah susunan macam/contoh bahan makanan

    serta jumlahnya (berat kotor) yang digunakan sebagai standar dalam system

    penyelenggaraan makanan institusi, disesuaikan dengan dana yang tersedia

    dan kecukupan gizi.

    Tujuan dari penyusunan standar bahan makanan adalah tercapainya

    kecukupan gizi yang selaras dengan dana yang tersedia. Besar kecilnya dana

    yang tersedia akan mempengaruhi standar makanan, namun demikian sebagai

    seorang manajer bertanggung jawab terhadap tercapainya kecukupan gizi

    minimal.

    Langkah-langkah menyusun standar makanan :

    1. Terjemahkan kecukupan gizi yang telah dihitung kedalam item-item/

    nama macam bahan makanan.

    a. Sehari 9-12 item

    b. Makan pagi/ makan siang/ makan malam 4-5 item

  • c. Buat alternative-alternatif bahan makanan yang digunakan dengan

    mempertimbangkan dana yang tersedia serta bahan makanan yang

    umum/ sering digunakan dan refuse.

    d. Untuk menterjemahkan ke dalam zat gizi digunakan daftar penukar

    bahan makanan.

    e. Setelah diperkirakan sesuai dengan sumber daya, konversikan ke

    dalam berat kotor. Harga bahan makanan yang digunakan dihitung

    harganya dengan berdasarkan berat kotor.

    2. Menetapkan standar makanan

    Setelah ditentukan standar kecukupan gizi pasien, maka selanjutnya

    rumah sakit dapat mengkonversikan kecukupan gizi dalam bentuk makanan,

    yang disebut sebagai standar makanan rumah sakit. Standar makanan rumah

    sakit dapat disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan keberadaan bahan

    makanan setempat.

    2.9.3 Perencanaan anggaran bahan makanan

    Perencanaan anggaran harga bahan makanan adalah rangkaian

    kegiatan perhitungan anggaran berdasarkan laporan penggunaan bahan

    makanan tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan fluktuasi harga,

    fluktuasi konsumen dan tren penyakit. Adanya rencana anggaran belanja

    berfungsi untuk mengetahui perkiraan jumlah anggaran bahan makanan yang

    dibutuhkan selam periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun). Kegiatan

  • perencanaan anggaran belanja bahan makanan diperlukan untuk pengadaan

    bahan makanan dalam bentuk rencana anggaran belanja bahan makanan.

    Tujuan dari perencanaan anggaran bahan makanan adalah tersedianya

    usulan anggaran yang cukup untuk pengadaaan bahan makanan sesuai dengan

    standar kecukupan gizi yang ditetapkan. Syarat-syarat yang diperlukan dalam

    merencanakan anggaran bahan makanan:

    1. Adanya kebijakan rumah sakit

    2. Tersediannya data peraturan pemberian makanan rumah sakit.

    3. Tersediannya data standar makanan untuk pasien

    4. Tersedianya data standar harga bahan makanan

    5. Tersedianya data rata-rata jumlah konsumen /pasien yang dilayani.

    6. Tersedianya siklus menu.

    7. Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan.

    Langkah penyusunan anggaran bahan makanan adalah sebagai berikut :

    1. Mencari atau mengumpulkan informasi mengenai ketersediaan anggaran

    2. Mengelompokkan bahan sesuai menu dan pedoman menu (misalnya

    kelompok sayuran, buah, daging, ayam, ikan, telur, susu, roti, bumbu,

    makanan jadi, bahan makanan kering)

    3. Menetapkan spesifikasi harga bahan makanan yang dibutuhkan

    (berdasarkan nilai gizi, standar porsi, kualitas, refuse, keberadaan di

    pasaran dan kelayakan harga)

  • 4. Mengumpulkan informasi mengenai jenis dan konsumen yang akan

    dilayani (pasien, dokter, pegawai)

    5. Menghitung volume kebutuhan bahan makanan dalam tiap kemasan.

    6. Melakukan survey harga pasar (dinas psar, pasar tradisional, supermarket

    dan distributor lainnya)

    7. Menyusun harga satuan berdasarkan hasil survey harga pasar.

    8. Mengalikan jumlah kebutuhan bahan makanan periode yang telah

    ditetapkan dengan harga satuannya.

    2.9.4 Perencanaan menu

    Perencanaan menu merupakan suatu kegiatan yang kritis, artinya

    menu yang ditampilkan mempunyai dampak pada kegiatan penyelenggaraan

    makanan selanjutnya. Selain itu perencanaan menu akan menjadi factor

    penetu dan citra dari institusi penyelenggaraan makanan. Tujuan perencanan

    menu adalah tersedianya menu sesuai dengan tujuan system penyelenggaraan

    makanan, baik komersial maupun non komersil. Berdasarkan buku pedoman

    PGRS Depkes (2003) syarat-syarat yang harus dimiliki untuk melakukan

    penyusunan menu antara lain:

    1. Peraturan pemberian makan rumah skait

    2. Standar porsi dan standar resep

    3. Standar bumbu

    Sedangkan menurut Depkes (2007) menyatakan bahwa tujuan institusi

    dan tenaga juga harus dipertimbangkan dalam penyusunan menu.

  • Langkah -langkah penyususnan menu menurut DepKes (2007) adalah:

    1. Menetapkan macam menu

    Pada tahap awal dengan mengacu kepada tujuan institusi, maka perlu

    ditetapkan macam menu, apakah menu standar atau menu pilihan.

    Sedangkan menurut Moehyi (1992), Ada tiga macam menu yang biasa

    digunakan, yaitu sebagai berikut :

    a. Menu bebas, yaitu menu yang disusun sesuai dengan keinginan pemesan.

    Jenis masakan dan jumlah masakan yang akan disajikan dapat beragam

    tergantung permintaan pelanggan.

    b. Menu pilihan, yaitu jenis menu yang menyajikan pilihan jenis makanan

    sehingga konsumen dapat memilih makanan sesuai dengan seleranya.

    Akan tetapi, pilihan jenis masakan dapat saja terdiri dari macam masakan

    yang sama, tetapi bahan utama makanan yang berbeda. Misalnya ikan

    goreng, ayam goreng, dan udang goreng.

    c. Menu standar atau master menu, yaitu susunan menu yang digunakan

    untuk penyelenggaraan makanan dengan waktu cukup panjang antara 3

    hari atau sampai 10 hari. Macam hidangan untuk tiap kali makan biasanya

    terbatas dan tidak banyak berbeda dengan menu makanan keluarga sehari-

    hari.

    2. Menetapkan siklus menu

  • Bila menu yang ditetapkan adalah standar, maka perlu ditetapkan macam

    siklus menu yang cocok dengan tipe sistem penyelenggaraan makanan yang

    sedang berjalan. Macam siklus menu 5 hari, 7 hari atau 10 hari.

    3. Menetapkan periode siklus menu

    Periode siklus menu adalah alamanya siklus menu berlaku dan perlu

    penggantian atau modifikasi kembali. Pada menu yang baru disusun, dimana

    keadaan konsumen belum terlalu dipahami oleh manajemen, biasanya

    diberlakukan lebih cepat, misalnya 3 bulan. Pada institusi yang telah lama

    dibentuk dan pihak manajementelah emlakukan perbaikan-perbaikan dapat

    diberlakukan lebih lama, misalnya 6 bulan atau 1 tahun.

    4. Menetapkan pola menu

    Pola menu yang dimaksud adalah golongan macam hidangan yang

    direncanakan untuk setiap waktu makan. Tujuan dibuat pola menu agar dalam

    siklus menu dapat dipastikan mengunakan bahan makanan sumber zat gizi

    yang dibutuhkan konsumen. Selain itu dengan penetapan pola dapat

    dikendalikan bahan makanan sumber zat gizi yang diperlukan.

    5. Menetapkan besar porsi

    Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang

    direncanakan setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar

    berdasarkan standar makanan yang berlaku di rumah sakit.

    6. Membuat master menu

  • Master menu adalah alokasi item bahan makanan kedalam matrix dalam

    siklus menu. Tujuan dibuatnya master menu adalah agar distribusi bahan

    makanan yang digunakan tersebar lebih harmonis, sehingga pengulangan

    penggunaan bahan makanan tercatat dengan baik. Manfaat master manu

    adalah mudah dalam melakukan modifikasi menu pada kegiatan perencanaan

    ulang, apabila suatu saat terjadi perubahan dana.

    7. Inventarisasi golongan hidangan, macam hidangan dan resepnya

    Resep-resep makanan sebaiknya tersedia resep yang telah terstandarisasi.

    Oleh karena itu kegiatan penelitian dan pengembangan resep harus selalu ada

    pada dana system penyelenggaraan makanan.

    8. Merancang menu dalam siklus yang ditetapkan (format menu)

    Yaitu memadukan/ mengkombinasikan berbagai macam hidangan menjadi

    susunan yang harmonis dan rasa yang diterima.

    9. Menyiapkan formulir penilaian menu

    Yaitu menyiapkan instrument yang digunakan untuk mengecek kembali

    menu yang telah disusun. Mengecek pola menu, penggunaan macam bahan

    makanan, serta hidangan yang ditetapkan. Pertanyaan pertanyaan yang harus

    disusun harus dapat mencapai tujuan institusi.

    10. Melakukan penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen

    Instrumen penilaian disebar kepada setiap manajer. Misalnya manajer

    produksi, distribusi dan marketing. Bila tidak ada ketidaksetujuan oleh salah

    satu manajer, maka perlu diperbaiki kembali sehingga menu telah benar-

    benar disetujui oleh manajer.

  • 11. Melakukan pretes/try out

    Bila menu telah disetujui oleh pihak manajer dan mungkin pemilik, maka

    perlu dilakukan uji pengembangan menu sebagai uji coba.

    2.9.5 Perencanaan bahan makanan

    Perencanaan bahan makanan merupakan salah satu langkah penting

    dalam kegiatan penyelenggaraan makanan dan dalam upaya mengendalikan

    harga makanan pasien. Ketepatan dalam merencanakan bahan makanan

    sangat membantu kelancaran terlaksanya pengadaan bahan makanan yang

    lancer dan baik (DepKes,2007).

    Langkah-langkah perhitungan kebutuhan bahan makanan :

    a. Susun macam bahan makanan yang akan dibeli, lalu golongkan bahan

    makanan apakah termasuk dalam :

    1. Bahan makanan segar

    2. Bahan makanan kering

    b. Hitung kebutuhan semua bahan makanan satu persatu :

    1. Tetapkan jumlah konsumen rata-rata yang dilayani

    2. Tetapkan periode yang ditetapkan (3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun).

    Dan siklus menu yang telah ditetapkan (misalnya :5,7 atau 10 hari).

    3. Hitung berapa kali/ frekuensi 1 jenis bahan makanan dalam 1 siklus

    menu.

  • 4. Hitung berapa siklus menu dalam 1 periode (gunakan kalender)

    dalam satu periode yang ditetapkan.

    5. Hitung kebutuhan per/tiap jenis bahan makanan untuk 1 periode

    tersebut.

    6. Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan (dilengkapi

    dengan spesifikasi).

    7. Dalam menentukan berat/volume bahan makanan yang akan dibeli,

    perlu diperhitungkan refuse (bahan makanan yang tidak dapat

    digunakan). Untuk memperhitungkannya perlu merujuk pada daftar

    komposisi bahan makanan (berat dapat dimakan atau BDD).

    2.9.6 Perhitungan harga makanan

    Harga makanan adalah harga rata-rata makanan sehari pada periode

    tertentu berdasarkan standar makanan yang direncanakan dan menurut jenis

    konsumen. Tujuan perhitungan harga makanan adalah tersedianya standar

    harga makanan pasien berdasarkan kelas perawatan per waktu makan per

    porsi. Harga makanan dapat berupa harga setiap masakan /hidangan atau

    harga porsi makan berdaarkan waktu makan atau porsi makanan sehari.

    Dengan adanya harga makanan tersebut, maka akan mempermudah

    pengawasan bila terjadi perubahan penggantian macam hidangan. Fungsi

    harga makanan adalah sebagai berikut:

  • a. Sebagai alat control pengendalian biaya

    b. Sebagai bahan evaluasi

    c. Untuk menetapkan tarif makanan

    d. Masukan sebagai sumber pendapatan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi harga makanan adalah sebagai berikut:

    a. Peraturan pemberian makan

    b. Standar gizi dan standar makanan

    c. Standar waste (berat kotor)

    d. Standar porsi(berat bersih)

    e. Standar resep

    f. Harga kontrak bahan makanan.

    Prasyarat dalam penyusunan harga makanan

    a. Menu dan pedoman menu

    b. Rincian pemakaian bahan makanan

    c. Harga kontrak

    d. Menghitung harga makanan per menu (berta kotor x harga

    kontrak)

    e. Menghitung harga rata-rata makanan per waktu makan per porsi.

  • 2.9.7 Penyediaan bahan makanan

    Pada penyediaan bahan makanan dilakukan perencanaan pengadaan

    bahan makanan yang meliputi penetapan spesifikasi bahan makanan dan

    melakukan survey pasar.

    1. Spesifikasi bahan makanan

    Standar bahan makanan yang ditetapkan oleh peminta (instasi,

    perorangan) sesuai dengan ukuran, besar untuk mempertahankan

    kualitas bahan makanan. Dalam menetapkan macam/ item bahan

    makanan serta kualitasnya biasanya diperoleh dari standar resep.

    Tipe spesifikasi :

    a. Technical Spesifications

    Biasanya digunakan untuk bahan yang dapat diukur secara

    objektif dan diukur dengan menggunakan instrument tertentu.

    Secara khusus digunakan bahan makanan dengan tingkat kualitas

    tertentu yang secara nasional sudah ada.

    b. Approved Brand Spesifications

    Diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan oleh

    suatu pabrik yang telah diketahui oleh pembeli. Misalnya

    spesifikasi untuk makanan kaleng, mesin pencuci, food prodessor,

    kertas dengan merk tertentu, plastik dan sebagainya.

    c. Performance Spesifikations

  • Kualitas suatu barang diukur fungsinya misalnya penggunaan

    peralatan, deterjen kertas dan sebagainya. Secara garis besar

    berisi:

    1. Nama bahan makanan atau produk

    2. Ukuran/tipe unit/container

    3. Tingkat kualitas

    4. Umur bahan makanan

    5. Warna bahan makanan

    6. Identifikasi pabrik

    7. Masa pakai bahan makanan

    8. Data isi produk jika cacat dan rusak

    9. Satuan bahan makanan yang dimakan

    10. Keterangan khusus lain bila diperlukan

    2. Survey pasar

    Kegiatan untuk mengetahui harga bahan makanan yang sesuai

    dengan spesifikasi yang ada dipasaran sebagai dasar perencanaan

    anggaran perkiraan harga tersebut meliputi harga terendah, harga

    tertinggi, harga tertimbang dan harga perkiraan maksimal.

  • 2.9.8 Pemesanan bahan makanan

    Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (order)

    bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah

    konsumen atau pasien yang dilayani dan dengan memperhitungkan stock

    bahan makanan yang ada. Tujuannya adalah tersedianya daftar pesanan bahan

    makanan sesuai dengan standar atau spesifikasi yang ditetapkan.

    Pemesanan dapat dilakukan sesuai dengan kurun waktu tertentu

    (harian, mingguan, bulanan). Dengan persyaratan sebagai berikut :

    a. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan.

    b. Adanya surat perjanjian antara rumah sakit dengan rekanan atau

    pemasok.

    c. Adanya spesifikasi bahan makanan.

    d. Adanya daftar pesanan bahan makanan.

    e. Tersedianya dana.

    Langkah pemesanan bahan makanan adalah sebagai berikut:

    1. Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok

    hari dengan cara : standar porsi x jumlah pasien.

    2. Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistic.

    3.Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan.

    4. Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order).

  • 2.9.9 Pembelian bahan makanan

    Pembelian bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan

    penyediaan macam, jumlah, spesifikasi/ kualitas bahan makanan

    merupakan sesuai ketentuan/ policy yang berlaku di institusi/ rumah sakit

    yang bersangkutan. Pembelian bahan makanan terkait dengan produk yang

    benar, jumlah yang tepat, waktu yang tepat dan harga yang benar. Untuk

    rumah sakit kelas pemerintah, berlaku ketentuan pemerintah yang mengatur

    dan menetapkan bahwa pembelian bahan makanan dilakukan secara

    kontrak berdasarkan pelelangan. Prosedur/ system pembelian yang sering

    dilakukan antara lain :

    a. Pembelian langsung ke pasar

    b. Pembelian dengan musyawarah (the negotiated of buying)

    c. Pembelian yang akan datang (Fiture contrak)

    d. Pembelian tanpa tanda tangan (unsigned contrak/ auction)

    1. Firm at the opening price (FAOP), dimana pembelian memesan

    bahan makanan pada saat dibutuhkan harga disesuaikan pada saat

    transaksi berlangsung.

    2. Subject approval of price (SAOP), dimana pembeli memesan

    bahan makanan pada saat dibutuhkan, harga sesuai dengan yang

    ditetapkan terdahulu.

    e. Pembelian melalui tender/ pelelangan (The Formal Competitive).

  • Menurut Moehyi (1992), pengadaan bahan makanan yang diperlukan

    dalam penyelenggaraan makanan institusi dapat dilakukan dengan dua cara

    yaitu sebagai berikut:

    a. Pengadaan bahan makanan dapat dilakukan dengan cara membeli sendiri

    bahan makanan yang diperlukan dipasar atau di toko-toko. Dilakukan

    apabila jumlah konsumen yang akan dilayani tidak banyak (kurang dari

    50 orang) atau jika penyelenggaraan makanan itu hanya berlangsung

    dalam waktu singkat.

    b. Pengadaaan bahan makanan melalui pemasok bahan makanan atau

    leveransir bahan maknanan. Biasanya pengadaaan bahan makanan

    untuk penyelenggaraan institusi dan rumah sakit sesuai dengan

    peraturan yang berlaku, yaitu melalui pemasok yang dipilih setelah

    diadakan pelelangan atau tender.

    2.9.10 Penerimaan bahan makanan

    Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi

    pemeriksaan/ penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas

    dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta

    spesifikasi yang telah ditetapkan dalam perjanjian jual beli. Langkah

    penerimaan bahan makanan harus disesuaikan dengan system pembelian

    yang dilakukan, apakah melalui tender atau system pembelian lainnya.

  • Prinsip penerimaan bahan maknan adalah jumlah yang diterima harus

    sesuai dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus dengan spesfifikasi

    yang disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang

    tercantumdalam faktur pembelian harus sama dengan harga bahan makanan

    yang tercantum dalam perjanjian jual beli.

    Syarat penerimaan bahan makanan antara lain :

    1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam

    dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.

    2) Tersediannya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.

    Bentuk atau cara menerima bahan makanan secara umum ada dua macam,

    yaitu :

    a. Blind receiving atau cara buta

    Petugas penerimaan bahan makanan tidak menerima spesifikasi bahan

    makanan serta faktur pembelian dari penjualan/ vendor. Petugas

    penerimaan langsung mengecek, menimbang dan menghitung bahan

    makanan. Pihak vendor mengirim faktur pengiriman bahan makanan

    langsung ke bagian pembayaran dan bagian penerimaan mengirim

    lembar formulir bahan makanan yang diterima untuk dicocokan oleh

    bagian pembelian/ pembayaran.

    b. Conventional atau konvensional

    Petugas penerimaan bahan makanan menerima faktur dan spesifikasi

    satuan dan jumlah bahan makanan yang dipesan. Jika jumlah dan

  • mutu tidak sesuai, petugas penerima berhak mengembalikannya.

    Namun petugas penerima harus mencatat semua bahan makanan yang

    dilaporkan kepada bagian pembalian atau pembayaran. Disamping itu

    perlu diberi catatan bahwa makanan yang dikembalikan tersebut harus

    segera diganti atau mengubah isi faktur pengiriman. Langkah

    penerimaan bahan makanan adalah sebagai berikut:

    1) Bahan makanan diperiksa sesuai dengan datar pesanan (yang memuat

    satuan dan jumlah volume) dan spesifikasi bahan makanan.

    2) Bahan makanan basah langsung didistribusikan ke bagian pengolahan,

    bahan makanan kering disimpan di gudang/ penyimpanan kering.

    3) Bahan makanan yang tidak langsung dipergunakan saat itu dilakukan

    penyimpanan di rung pendingin (freezer/chiller)

    Menurut Moehyi (1992) Tugas dan tanggung jawab tim penerima bahan

    makanan, adalah sebagai berikut :

    a. Meneliti apakah bahan makanan yang diserahkanoleh pemasok sesuai

    dengan ketentuan-ketentuan (spesifikasi) sebagaimana tercantum dalam

    kontrak kerja.

    b. Mencocokan jumlah dan jenis bahan makanan yang diserahkan oleh

    pemasok apakah sudah sesuai dengan pesanan yang tercantum dalam

    DPMP (Daftar Pesanan Bahan Makanan)

    c. Mengambil keputusan menerima atau tidak menerima bahan makanan

    yang diserahkan oleh pemasok.

  • 2.9.11 Penyimpanan bahan makanan

    Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,

    menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik

    kualitas maupun kuantitas di gudang bahan bhan makanan kering dan

    basah serta pencatatan dan pelaporannya.

    Fungsi dari penyimpanan bahan makanan adalah menyelenggarakan

    pengurusan bahan makanan agar setiap waktu diperluka dapat melayani

    dengan tepat, cepat dan aman digunakan dengan cara yang efisien. Sesuai

    dengan jenis barang dalam suatu proses industry, terdapat empat jenis

    gudang yaitu gudang operasional, gudang perlengkapan, gudang barang

    jadi dan gudang musiman. Dalam sistem penyelenggaraan makanan yang

    terkait dengan bahan makanan adalah gudang operasional.

    Prinsip dasar dalam penyimpanan bahan makanan adalah : tepat

    tempat, tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dan tepat nilai. Sesuai jenis

    bahan makanan gudang operasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

    a. Gudang bahan makanan kering

    Tempat menyimpan bahan makanan kering yang tahan lama seperti

    beras, gula, tepung-tepungan, kacang hijau, minyak, kecap, makanan

    dalam kaleng dan lain-lain.

    Syarat utama untuk menyipan bahan makanan kering adalah ruangan

    khusus kering, tidak lembab, pencahayaan cukup, ventilasi dan

    sirkulasi udara baik, serta bebas dari serangga dan binatang pengerat

  • lainnya. Suhu ruangan yang dianjurkan adalah 19-20 oC, yang harus

    sering dikontrol untuk menjaga kestabilan.

    b. Gudang bahan makanan segar

    Merupakan tempat penyimpanan bahan makanan yang masih segar

    seperti daging, ikan unggas, sayuran dan buah. Bahan makanan yang

    mudah rusak, sehingga perlu dilakukan perlu dilakukan tindakan

    untuk untuk memperlambat kerusakkan terutama disebabkan oleh

    mikroba. Secara umum setiap jenis bahan makanan segar memiliki

    suhu penyimpanan tertentu yang optimal untuk menjaga kualitas.

    Pengelompokkan bahan makanan segar sesuai dengan suhu

    penyimpanan adalah :

    Penyimpanan segar (Fresh cooling), bahan makanan disimpan dalam

    lemari pendingin dengan suhu ayng berkisar antara 1-4oC.

    Penyimpanan dingin (chilly), bahan makanan disimpan di lemari es

    dengan suhu antara suhu (-5 - -0oC). Suhu ini dibutuhkan untuk

    menyimpan daging ikan atau unggas tidak lebih dari 3 (tiga) hari.

    Penyimpanan beku (Freezer), suhu di ruang penyimpanan ini

    sangatlah dingin yaitu sekitar (-10)oC, dapat digunakan untuk

    menyimpan daging dalam waktu lama.

    Suhu ruangan gudang bahan makanan segar diperiksa 2x sehari, yaitu

    pada saat gudang dibuka dan ditutup sehingga keamanan bahan

    makanan didalamnya dapat terkontrol. Selain karekteristik bahan

    sebagai persediaan, alat penumpuk yang digunakan dalam gudang

  • akan mempengaruhi system pergudangan. Alat tersebut mempunyai

    fungsi untuk memudahkan penanganan suatu bahan sebagai suatu

    kesatuan, dibandingkan apabila bahan tersebut didatangi sendiri-

    sendiri. Syarat penyimpanan bahan makanan, antara lain :

    1. Adanya system penyimpanan barang

    2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai

    persyaratan.

    3.Tersedianya kartu stock/ buku catatan keluar masuknya bahan

    makanan. Langkah-langkah:

    1. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus

    segera dibawa ke ruangan penyimpanan, gudang atau pendingin

    ruangan.

    2. Apabila bahan makanana langsung akan digunakan, setelah

    ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan

    setempat dibawa keruang persiapan bahan makanan. Untuk semua

    kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan

    makanan kering (gudang bahan maknan) dan ruang pendingin,

    serta ruang pembeku (freezer). Luas macam dan jenisnya berbeda

    menutur rumah sakit masing-masing. Freezer (pembeku) umumnya

    dimiliki oleh instansi yang besar yang dimaksudkan untuk

    menyimpan bahan makanan dalam jangka waktu yang agak lama.

  • 2.9.12 Penyaluran/distribusi bahan makanan

    Penyaluran/distribusi bahan makanan adalah tata cara dalam

    mendistribusikan bahn makann yang dibutuhkan sesuai menu yang telah

    ditetapkan. Tujuannya agar tersediabahn makanan siap pakai dengan kualitas dan

    jumlah yang tepat sesuai kebutuhan. Persyaratannya adalah :

    a. Adanya bon permintaan bahan makanan

    b. Tersedianya kartu stock/ buku catatan keluar masuknya bahn

    makanan.

    2.9.13 Persiapan bahan makanan

    Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan

    bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan,

    memotong, mengupas, mengocok, merendam dan sebagainya. Tujuan dari

    persiapan bahan makanan adalah tersedianya racikan yang tepat dari berbagai

    macam bahan makanan unutk berbagai hidangan dalam jumlah yang sesuai dengan

    menu yang berlaku, standar porsi dan jumlah konsumen. Tersedianya racikan

    bumbu sesuai dengan standar bumbu atau standar resep yang berlaku, menu dan

    jumlah konsumen. Pertimbangan dalam persiapan bahan makanan diantaranya

    adalah:

    a. Peralatan

    b. Jadwal penyajian dan distribusi

    c. Pengawasan porsi

  • Syarat-syarat persiapan bahan makanan adalah sebagai berikut:

    a. Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan

    b. Tersedianya peralatan persiapan

    c. Tersedianya protap/ mekanisme persiapan

    d. Tersedianya standar potongan dan bentuk

    e. Tersedianya standar porsi dan standar resep.

    Macam-macam kegiatan persiapan adalah sebagai berikut :

    a. Membersihkan/ menyiangi

    b. Memotong

    c. Mengupas

    d. Merendam

    2.9.14 Pengolahan bahan makanan

    Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan atau memasak

    bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas

    dan aman untuk dikonsumsi.

    Proses pemasakan pada institusi berbeda dengan pemasakan jumlah

    porsi sedikit. Pada system penyelenggaraan makanan institusi, dimana

    bahan yang sudah dipersiapkan dalam prsi banyak. Oleh karena itu, agar

    tercipta rasa hidangan dapat dipertahankan kualitasnya, maka diperlukan

    tahap-tahap yang berbeda bila pemasakan dalah jumlah sedikit. Cita rasa

    yang dimaksud disini adalah kualitas hidangan dilihat dari

  • aspekpenampilan dan rasa. Pada proses pemasakan dalam jumlah besar

    diperlukan tahap-tahap agar bentuk bahan makanan tetap terjaga sesuai

    dengan resep dan tingkat kematangan. Tujuan dari pengolahan bahan

    makanan, antara lain :

    a. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan

    b. Mengurangi nilai cerna

    c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,keempukan dan

    penampilan makanan (kualitas makanan)

    d. Bebas dari bahan potensial dan zat yang berbahaya bagi tubuh.

    Syarat-syarat dalam pengolahan makanan, antara lain :

    a. Tersedianya siklus menu

    b. Tersedianya peraturan penggunaan bahan tambahan pangan

    c. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan

    d. Tersedianya standar resep

    e. Tersedianya protap pengolahan

    f. Tersedianya aturan penilaian makanan

    Pengawasan pada pemasakan sebaiknya memperhatikan :

    a. Temperatur : Mengatur besar kecilnya api.

    b. Waktu : Ketepatan waktu pemasakan agar tercapai tingkat

    kematangan yang tepat.

    c. Rasa

  • Selain bumbu-bumbu, maka yang perlu dikontrol adalah

    pengguanaan gula dan garam. Dimana setiap orang/ koki mempunyai

    kepekaan terhadap rasa manis, asin dan asam yang berbeda-beda.

    Pada pemasakan awal dalam jumlah banyak, untuk

    mempertahankan agar makanan tidak hancur, tingkat kematangan

    merata juga mencegah kontaminasi bahan terhadap mikroorganisme

    pembusuk, maka beberapa bahan makanan perlu dilakukan

    pemasakan awal.

    1) Balanching

    Memasukan bahan air mendidih dengan waktu sekitar 1-3

    menit, kemudian langsung diangkat dan diinginkan.

    Fungsinya :

    a. Mengeluarkan darah dan lemak seperti pada ayam, ikan dan

    sebagainya.

    b. Memperoleh warna yang lebih cerah untuk sayuran dan buah

    c. Menginefektifkan enzim bahan

    d. Membunuh mikroorganisme

    e. Mempermudah pengulitan seperti tomat.

    2) Membuat santan

    3) Dan sebagainya

  • Macam-macam teknik pemasakan/pengolahan, antara lain:

    a) Boiling

    Memasak dalam cairan banyak sampai bahan terendam dengan

    suhu 100C (mendidih). Contoh: sup, sayur asem, sayur lodeh,

    soto, gulai, dsb

    b) Simmering

    Merebus dalm air mrndidih perlahan-lahan dengan api sedang dan

    suhu 100C. contoh kalio: semur, bumbu bali,dsb

    c) Poaching

    Merebus dalam air mrndidih, api dikecilkan. Air perebus dapat

    ditambah cuka untuk mempertahankan bentuk. Contoh: poach

    egg, poach fish, dsb

    d) Steaming

    Memasak dengan uap air (mengukus). Bahan dapat diletakkan

    langsung pada alat pengukus atau ditempatkan dulu dalam wadah

    atau dibungkus kemudian diletakkan dalam kukusan. Contoh:

    pepes, botok, srikaya, dsb

    e) Pressure cooking

    Memasak dengan tekann dan temperature tinggi (15 Psi dengan

    suhu 121 C). Cara ini paling efektif membunuh mikroorganisme

    pathogen dengan waktu yang relative singkat. Contoh bandeng

    presto

  • f) Stewing

    Memasak dengan memanfaatkan cairan bahan makanan dengan

    sedikit lemak dan atau air. Contoh: daging ungkep, oseng tempe,

    capcay goreng, dsb

    g) Griling

    Memasak sampai bahan berubah warna menjadi kecoklatan

    dengan menggunakan oven atau api terbuka. Selama dalam proses

    pembakaran, bhan selalu diolesi dengan lemak dan bumbu dan

    diputar. Contoh: kambing guling, chicken grill, dsb.

    h) Roasting

    Memasak dan membuat bahan berwarna kecoklatan dengan

    mengolesi sedikit lemak pada suhu 200-250 C. Potongan bahan

    makanan utuh/besar, contoh ayam panggang, ikan panggang, dsb

    i) Baking

    Memanggang dalam oven dengan suhu tertentu sesuai kebutuhan.

    Biasanya digunakan untuk pemasakan kue, cake, dsb

    j) Bain marie

    Memasak dalam tempat yang dialasi wadah berisi air, dapat

    dilakukan dalam oven atau langsung diatas api. Contoh: tim telur,

    pudding telur, srikaya, dsb

  • k) Pan frying

    Memasak cepat dalam minyak panas sampai bahan makanan

    berubah warna kecoklatan. Contoh: tahu isi, perkedel, ikan

    goreng, ayam goreng, dsb

    l) Sauteering

    Memasak dalam wajan secara cepat dengan sedikit lemak.

    Biasanya dilakukan untuk bahan makanan yang mempunyai sifat

    cepat masak. Contoh: tumis sayuran, menumis bumbu, dsb

    m) Deep Frying

    Menggoreng dengan minyak panas yang banyak sampai bahan

    terendam dengan sushu mencapai 250 C. Cotoh: pisang goreng,

    ayam goreng, ikan goreng, dsb

    n) Braising

    Memasak dengan lemak sampai berubah warna menjadi coklat,

    kemudian ditambahkan cairan sedikit dan ditutup pancinya, lalu

    dimasak sampai matang. Contoh: bistik daging.

    2.9.15 Distribusi makanan

    Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran

    makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang

    dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus).

    Tujuan dari pendistribusian makanan adalah agar konsumen mendapat

    makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Yang mempunyai

  • kegiatan penerimaan hidangan, penungguan, penyajian, pelayanan,

    pencucian alat dan pembuangan sampah. Merupakan rangkaian kegiatan

    penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan

    konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus). alur

    distribusi makanan dapat dilihat pada alur di bawah ini:

    Persyaratan dalam perndistribusian makanan, antara lain :

    1) Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, menyangkut

    standar penyediaan energy dan zat gizi lainnya.

    2) Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit,.

    3) Adanya peraturan pengambilan makanan

    4) Adanya bon permi