supraspinatus tendinitis.pdf

13

Click here to load reader

Upload: fionna-pohan

Post on 14-Sep-2015

39 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • PAPER

    SUPRASPINATUS TENDINITIS

    DISUSUN

    OLEH

    Fionna Masitah Pohan (1008260019)

    Dokter Pembimbing

    dr. Luhu A. Tapiheru, Sp.S

    KKS NEUROLOGI RUMAH SAKIT HAJI MINA MEDAN

    SUMATERA UTARA

    2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha

    Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

    dapat menyelesaikan laporan kasus yang telah direncanakan.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

    Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu

    eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

    Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,

    maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

    penyempurnaan selanjutnya.

    Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan

    semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

    penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan

    dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

    Medan, 27 Agustus 2014

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

    BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2

    2.1.Definisi Supraspinatus Tendinitis .............................................................. 2

    2.2. Etiologi ..................................................................................................... 2

    2.3.Patofisiologi .............................................................................................. 2

    2.4. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 3

    2.5. Diagnosis ................................................................................................. 3

    2.6. Diagnosis Banding ................................................................................... 7

    2.7. Penatalaksanaan ....................................................................................... 7

    2.8. Komplikasi ............................................................................................... 8

    2.9. Prognosis ................................................................................................. 8

    BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 9

    3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 9

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Penderita tendinitis supraspinatus dari tahun ke tahun terus meningkat, di

    Inggris 14%, di Belanda 12% dan di Indonesia hampir 20% dari penduduk.

    Menurut data di Rumah Sakit Sanglah pada Instalasi Rehabilitasi Medik di tahun

    2009 sampai dengan tahun 2010, jumlah kunjungan pasien dengan keluhan

    tendinitis supraspinatus sebanyak 326 kali kunjungan. Cedera pada bahu

    merupakan salah satu cedera yang paling sering dialami pada saat berolahraga

    selain lutut dan pergelangan kaki. 1

    Supraspinatus tendinitis pada individu dengan onset usia berkisar 32-69

    tahun dengan diagnosis klinis unilateral. Adanya terjadi neovasular yang

    didapatkan pada pasien yang memiliki gejala sekitar 35% sedangkan yang

    asimptomatik berkisar 25%.2

    Pada umumnya penderita supraspinatus tendinitis memiliki gejala nyeri

    bahu. Adanya rasa nyeri dapat mengganggu penderita dalam melakukan aktifitas.

    Biasanya nyeri ini akan timbul saat melakukan aktifitas, seperti : mengangkat

    tangan ke atas waktu menyisir rambut, menggosok punggung sewaktu mandi,

    menulis dipapan tulis, mengambil sesuatu dari saku belakang celana, mengambil

    atau menaruh sesuatu di atas dan kesulitan saat memakai atau melepas baju. Hal

    ini akan menyebabkan pasien enggan menggerakkan sendi bahunya yang akhirnya

    dapat memperberat kondisi yang ada sehingga dapat menimbulkan gangguan

    dalam gerak dan aktifitas fungsional keseharian.3

  • 2

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Supraspinatus Tendinitis

    Supraspinatus tendinitis adalah peradangan pada

    tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap tulang bahu (yang dibentuk

    oleh caput humeri dengan bungkus kapsul sendi glenohumeral sebagai alasnya,

    dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya)

    secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam pekejaan

    overhead: berenang, melukis, tenis.2

    2.2. Etiologi

    Penyebab paling umum supraspinatus tendinitis adalah sindrom

    impingemen. Penyebab lainnya kalsifikasi, trauma, infeksi, dan penyakit

    autoimun.4

    2.3. Patofisiologi

    Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus

    humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput

    humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan

    akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya.

    Tendon mendapatkan suplay darah dari pembuluh darah yang mengalir melalui

    tendon. Pembuluh darah tendon rentan terhadap penguluran, tekanan dan trauma

    yang berulangulang. Adanya cedera atau trauma menyebabkan terjadinya

    kerobekan serabut-serabut tendon, sehingga akan terjadi perubahan pada tendon.

    Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan mengambil tempat ke arah celah

    tendon yang robek dan dapat menjalar ke sekitarnya kemudian cairan tersebut

    mengendap dan membentuk hematom. Hematom ini akan menekan ujungujung

    saraf sensoris di sekitarnya hingga akan menambah rasa nyeri. Apabila

    penekanan yang mengakibatkan peradangan ini terjadi berulangulang maka akan

    mengalami degenerasi dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan

    gerakan tendon terbatas atau terhambat. Sehingga suplay darah terganggu yang

    akan mengakibatkan tendinitis. Tendon tersebut akan saling bertumpang tindih

    dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang

  • 3

    berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan

    mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus sehingga akan terjadi

    supraspinatus tendinitis. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai

    impingiment yang lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi robekan

    kecil dan ini dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia

    fibrokartilageinous atau pengapuran tendon. Tendon biceps caput longum yang

    terletak bersebelahan dengan supraspinatus juga dapat terlibat dan sering robek. 2,5

    2.4. Manifestasi Klinis

    Tanda dan gejala supraspinatus tendinitis berupa nyeri tekan pada tendon

    otot supraspinatus karena tendonnya mengalami peradangan. Adapun tanda dan

    gejala yang umum dijumpai pada kondisi tendinitis supraspinatus antara lain:

    1. Nyeri bila di tekan pada tendon otot supraspinatus yaitu tepatnya pada

    daerah tuberculum mayus humeri sedikit proximal. Nyeri tekan juga

    terjadi pada otot deltoid medial sebagai nyeri rujukan. Painfull arc untuk

    tendinitis suprapinatus antara 600 1200.Bila ditelusuri, daerah rasa

    nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-

    kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Keluhan umum yang

    biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut,

    memasang konde atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung

    bahunya terasa nyeri.

    2. Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi dan

    eksorotasi. Keterbatasan ini disebabkan oleh karena adanya rasa nyeri

    3. Kelemahan otot dan Atrofi

    4. Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus. 4,5

    2.5. Diagnosis

    Penderita dengan tendinitis supraspinatus merasa nyeri didaerah tuberositas

    mayor pada waktu lengan menggantung ke bawah (downbarns sign), nyerinya

    bertambah bila pemeriksa menarik lengannya ke bawah. Ini menguatkan adanya

    tendinitis supraspinatus. Pemeriksaan pada supraspinatus tendinitis antara lain:

    1. Pemeriksaan Gerak dasar

    a. Gerak aktif

  • 4

    Pada kondisi tendinitis supraspinatus gerakan abduksi akan terasa nyeri

    sehingga akan terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. Nyeri timbul sebagai

    proteksi bagi tubuh karena tendon m.supraspinatus mengalami pergesekan dengan

    sturuktur yang ada di sekitarnya. 5

    b. Gerak pasif

    Gerakan dilakukan oleh terapis sementara penderita dalam keadaan rilek,

    bertujuan untuk mengetahui luas garak sendi, , pola kapsuler, ada atau tidaknya

    rasa nyeri. Pada gerakan abduksi pasif, penderita tendinitis supraspinatus tidak

    mengeluh adanya rasa nyeri, karena ototnya dalam keadaan rilek. 5

    c. Gerak isometrik

    Gerakan yang dilakukan oleh penderita secara aktif sementara terapis

    memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan oleh

    pasien tanpa adanya pergerakan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

    memprovokasi nyeri pada muskulotendinogen. Pada kondisi tendinitis

    supraspinatus, rasa nyeri akan bertambah saat pasien diminta melakukan gerakan

    abduksi yang ditahan. 5

    2. Pemeriksaan Spesifik

    a. Tes Pengukuran Nyeri

    Untuk mengetahui derajat atau tingkatan rasa nyeri pada kondisi tendinitis

    supraspinatus dapat diukur dengan menggunakan VAS (Verbal Analogue Scale).

    VAS merupakan cara pengukuran derajat nyeri dengan menujukkan satu titik pada

    garis skala nyeri dari nol sampai dengan sepuluh (0-10) setiap nomor memiliki

    jarak yang sama. Salah satu ujung garis menujukkan tidak nyeri dan ujung lain

    menunjukkan nyeri yang hebat kemudian titik tengah dari garis tersebut

    menunjukkan rasa nyeri sedang. 5

    b. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi

    . Pengukuran LGS pada kondisi tendinitis supraspinatus dengan arah

    gerakan abduksi-adduksi goniometer diletakkan pada axis antero-posterior dari

    sendi bahu. LGS normal pada sendi bahu untuk gerakan abduksi-adduksi adalah F

    180 0 45. 5

    c. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional

  • 5

    Untuk mengetahui nilai dari kemampuan fungsional pasien tendinitis

    supraspinatus dapat digunakan indek Barthel yang dimodifikasi (Mahoney dan

    Barthel, 1965). Penilaian ini berdasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam

    melakukan aktivitas fungsional. Pengukuran meliputi 10 kemampuan yaitu :

    No. AKTIVITAS NILAI

    BANTUAN MANDIRI

    1 Makan 5 10

    2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya

    / termasuk duduk di tempat tidur

    5-10 15

    3 Kebersihan diri (mencuci muka, menyisir, mencukur

    dan menggosok gigi)

    0 5

    4 Aktivitas di toilet (menyemprot, mengelap) 5 10

    5 Mandi 0 5

    6 Berjalan di jalan yang datar (jika tak mampu jalan

    melakukan dengan kursi roda)

    10 15

    7 Naik turun tangga 5 10

    8 Berpakaian (termasuk mengenakan sepatu) 5 10

    9 Mengontrol BAB 5 10

    10 Mengontrol BAK 5 10

    Skor 45-50 100

    Penilaian : 0-20 Ketergantungan penuh

    21-61 Ketergantungan berat (sangat tergantung)

    62-90 Ketergantungan moderat

    91-99 Ketergantungan ringan

    100 Mandiri

    d. Tes Khusus

    Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus

    antara lain:

    1). Tes Supraspinatus (supraspinatus challenge test)

    Lengan penderita diposisikan abduksi 90 dengan rotasi netral dan terapis

    memberikan tahanan untuk gerakan abduksi kemudian lengan diposisikan medial

    rotasi dan menyudut ke depan 30 sehingga ibu jari menghadap ke lantai.

    Pemeriksa memberi tahanan lagi sambil mencari gambaran yang muncul, bila

  • 6

    gambaran yang muncul adalah rasa nyeri atau kelemahan kontraksi menunjukkan

    adanya kelainan pada otot supraspinatus. 5

    2). Tes lengan jatuh (mosley)

    Penderita mengabduksikan secara penuh lengannya dalam posisi lurus

    kemudian penderita disuruh untuk menurunkan lengannya secara perlahan-lahan.

    Bila pada posisi abduksi 90 penderita tiba-tiba menjatuhkan lengannya, berarti

    penderita tidak dapat mempertahankan penurunan lengan secara bertahap karena

    merasakan nyeri di persendian bahu bagian atas akibat gangguan pada musculus

    supraspinatus. 5

    3). Tes Appley

    Penderita disuruh menggaruk-garuk di daerah sekitar angulus medialis

    scapula dengan tangan sisi contralateral melewati belakang kepala. Dalam pola

    gerakan itu otot-otot abductor, rotator external dari bahu bekerja. Pada tendinitis

    supraspinatus tes appley tidak dapat dilaksanakan oleh penderita karena adanya

    nyeri di sekitar persendian bahu. 5

    4) Painful Arc

    Penderita di suruh mengangkat dan meluruskan lengan ke samping (abduksi

    700) penderita nyeri,maka positif yang terkena karena M. Supraspinatus dan dua

    otot lainnya yaitu M. Subscapularis dan M. Infraspinatus terjepit sewaktu abduksi

    kombinasi. 5

    5). Tes Aperehensi

    posisi penderita bias berdiri bias tidur terlentang,dengan lengan abduksi 900

    dan siku fleksi 900 ,fisioterapis mengangkat lengan penderita,dan tangan terapis

    yang lain mendorong caput humeri penderita ke arah depan.jika bunyi dan

    nyeri,maka positif sub-luksasi sendi bahu. 5

    3. Pemeriksaan Penunjang

    Pada foto rontgen ditemukan adanya kalsifikasi pada tendon rotator cuff dan

    di bursa. Dengan kasus yang sudah lama adanya proses degenerative seperti

    perubahan sklerotik dan kistik di tuberositas dan adanya jarak pada humerus

    dengan akromion. Pada tendinitis akut kalsifikasi didapatkan tidak teratur dan

  • 7

    tidak jelas. Pada pemeriksaan USG menunjukkan penebalan pada bursa

    subacromial dan impingement. 4

    2.6. Diagnosis Banding

    Kondisi yang mempunyai gejala yang mirip dengan tendinitis suprspinatus

    adalah:

    a. Bursitis Subacromialis, dibedakan dengan adanya nyeri pada lengan atas

    atau insertio pada otot deltoid di tuberositas deltoidea.

    b. Tendisitis Bicipitalis, ditandai dengan adanya keterbatasan gerakan

    adduksi dan flexi lengan atas dan dibedakan dengan tes yargason.

    c. Kapsulutis Adhesiva, ditemukan nyeri pada seluruh gerak sendi bahu baik

    aktif maupun pasif.5

    2.7. Penatalaksanaan

    a. Terapi Medikamentosa

    Ibuprofen

    Golongan NSAID yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit. Dengan

    waktu paruh yang relative singkat. Sebagian diindikasikan untuk rematoid

    arthritis dan osteoarthritis dengan nyeri ringan sampai sedang. Dosis yang

    diberikan 400-800 mg.2

    Natrrium diclofenac

    Merupakan komposisi kimia asam asetat heteroaril dengan waktu yang

    pendek. Indikasi untuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan ankylosing

    spondilitis. 2

    Piroksikam

    Memiliki waktu paruh yang lama (50 jam) yang dapat diberikan sekali

    sehari. Diindikasikan pada kasus rheumatoid arthritis dan osteoarthritis.2

    b. Terapi Fisioterapi

    Secara umum penanganan yang dapat diberikan adalah :

    1. Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus

    2. Massage pada tendon supraspinatus Dengan menggunakan tehnik

    transver friction

    Tujuan diberi massage ini untuk :

  • 8

    - Mengurangi nyeri

    - Relaksasi otot

    - Peningkatan vaskularisasi

    3. Ultra sound (US)

    Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis

    sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu

    termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi

    gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak

    mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran. Pengaruh mekanik

    tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimedal dan akan

    dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi P

    subtance untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal

    neurogeic inflammation. Namun dengan terangsangnya P substance

    tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu

    sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang

    mengalami kerusakan.

    4. Terapi latihan

    Provokasi dengan Gerakan Isometric/tahanan kea rah Abduksi.5

    2.8. Komplikasi

    Komplikasi untuk kondisi tendinitis supraspinatus antara lain :

    a. Jaringan fibros, jaringan fibros muncul akibat adanya hematom yang berasal

    dari keluarnya cairan dan jaringan yang mengalami kerusakan.

    b. Frozen shoulder.

    c. Kelemahan otot-otot bahu lainnya, rasa nyeri yang dirasakan pasien menjadikan

    pasien takut untuk menggerakkan lengannya sehingga kalau kondisi ini tidak

    ditangani dengan cepat dan tepat dapat menjadikan kelemahan pada otot-otot

    bahu. 5

    2.9. Prognosis

    Secara umum, prognosisnya baik untuk supraspinatus tendinitis yang

    didiagnosis dengan segera dan diobati dengan benar. Pada pasien, 60-90%

    meningkatkan dan bebas dari gejala dengan pengobatan konservatif. 2

  • 9

    BAB 3

    KESIMPULAN

    3.1.Kesimpulan

    Supraspinatus tendinitis adalah peradangan pada

    tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap tulang bahu (yang dibentuk

    oleh caput humeri dengan bungkus kapsul sendi glenohumeral sebagai alasnya,

    dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya)

    secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam pekejaan

    overhead: berenang, melukis, tenis. Penderita tendinitis biasanya datang dengan

    keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Penderita dengan

    tendinitis supraspinatus merasa nyeri didaerah tuberositas mayor pada waktu

    lengan menggantung ke bawah (downbarns sign), nyerinya bertambah bila

    pemeriksa menarik lengannya ke bawah. Ini menguatkan adanya tendinitis

    supraspinatus. Pengobatan supraspinatus tendinitis adalah pemberian analgesic

    dan fisioterapi yaitu ultrasound.

  • 10

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lusiana.,2013. Penambahan Traksi Kaudal Pada Intervensi Micro Wave

    Diathermi, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Transverse

    Friction Dapat Lebih Menurunkan Nyeri Tendinitis Supraspinatus.

    Denpasar. Instalansi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Sanglah

    Denpasar.Avalaiblefromhttp://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/article/downl

    oad/4562/3477 {Accesed 27 Agustus 2014}

    2. Miharjanto,Hadi.,dkk., 2010. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan

    Konvesional Ditambah Latihan Plyometrics dan Latihan Konvesional

    Terhadap Pengurangan Nyeri dan Disabilitas Penderita Frozen Shoulder.

    Surakarta. Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta. Phedheral

    Vol.3.No2.Nopember 2010.Avalaible from :

    http://penjaskesrek.fkip.uns.ac.id/wp-

    content/uploads/2012/04/jurnal2011.pdf {Accesed 27 Agustus 2014}

    3. DeBerardino,Thomas M.,dkk.2013. Supraspinatus Tendonitis.

    Medscape.Avalaible from : http://emedicine.medscape.com/article/93095-

    overview {Accesed 27 Agustus 2014}

    4. Starr,Michael., Kang,Harbhajan. 2001. Recognition and Management of

    Common Forms of Tendinitis and Bursitis. The Canadian Journal of

    CME/June 2001. Avalaible from:

    http://www.stacommunications.com/journals/cme/images/cmepdf/june01/t

    endinitisbursitis.pdf {Accesed 22 Agustus 2014}

    5. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Tendinitis Supraspinatus Dengan

    Menggunakan Modalitas US dan Terapi Latihan. Avalaible from:

    http://sharingmaniahere.blogspot.com/2012/03/penatalaksanan-fisioterapi-

    pada.html {Accesed 22 Agustus 2014}