sua ra pme baur an sabtu-minggu, 1-2 juli 2017 teroris ...gelora45.com/news/sp_2017070103.pdf ·...

1
Suara Pembaruan Sabtu-Minggu, 1-2 Juli 2017 3 Utama [JAKARTA] Selama ini jajaran Polri telah menge- tahui bahwa teroris tengah mengincar aparat penegak hukum. Hal itu didasari se- jumlah insiden penyerangan serta keterangan para pelaku. Namun demikian, Polri belum mengetahui adanya seruan dari pimpinan Jamaah Ansha- rut Daulah (JAD) kepada para pengikutnya untuk menyerang aparat menjelang Idul Fitri hingga peringatan HUT RI, 17 Agustus mendatang. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono me- ngatakan, belum mendapatkan informasi terkait beredarnya seruan atau ajakan dari petinggi JAD kepada jaring- annya untuk melakukan aksi penyerangan terhadap Polri. Kendati demikian, Polri sudah mengetahui kalau mereka menjadi target atau sasaran para pelaku teror. “Kita belum mendapat- kan informasi seperti itu. Tapi intinya, bahwa polisi menjadi sasaran. Makanya, kita tetap melakukan antisi- pasi. Sasarannya polisi kita sudah tahu. Kita tahu kalau menjadi sasaran,” ujar Argo, Sabtu (1/7). Informasi yang beredar menyebutkan adanya seruan, ajakan, perintah dari amir JAD Pusat kepada para ikh- wan JAD se-Nusantara. Seru- an sekitar seminggu sebelum hari raya Idul Fitri berupa perintah kepada semua sel-sel jaringan di seluruh Nusantara untuk melakukan serangan ke aparat thogut baik yang berada di markas Polda, Pol- res, Polsek, Pospol maupun personel yang berpakaian sipil maupun dinas. Serangan dilakukan menggunakan alat yang dimi- liki. Apabila tidak ada senjata api, pelaku bisa menggunakan pisau, sangkur, panah, racun dan lainnya. Sedangkan bila memungkinkan menggunakan mobil atau motor yang di dalamnya ada bom, serangan difokuskan pada saat aparat berkumpul maupun apel atau upacara. Guna melancarkan aksi, dikirim anak-anak berusia 12 tahun ke atas atau yang sudah akil balik. Mereka dimanfaatkan untuk meman- tau situasi di daerah sasaran. Atas dasar informasi tersebut maka pelaku bisa memastikan apakah aksi akan dilanjutkan atau tidak. Menurut Argo, Polri melakukan antisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan, memperketat penjagaan, dan tidak sendirian dalam melaku- kan kegiatan. “Antisipasinya semua kegiatan-kegiatan tidak sendiri, back up dua anggota. Kami memperketat penjagaan di kantor polisi,” ungkapnya. Keterangan Saksi Sementara itu, polisi masih mengumpulkan kete- rangan dari para saksi yang berada di lokasi kejadian saat penyerangan berlangsung termasuk meminta keterang- an dari kedua korban yakni anggota Brimob Kelapa Dua atas nama AKP Dede Suhatmi dan Briptu M Syaiful Bahtiar. “Sedang kita lakukan pemeriksaan saksi-saksi tadi ada dari yang jaga warung, satpam, taksi online, terma- suk anggota sendiri,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochamad Iriawan, Sabtu (1/7). Menyoal apakah peristi- wa ini berhubungan dengan kasus penyerangan anggota di Mapolda Sumatera Utara, Iriawan belum bisa memasti- kannya. “Nanti kami jelaskan lebih lanjut. Kami belum bisa jelaskan. Tim langsung bekerja, Polda Metro, Densus bersama-sama mendalami kasus ini,” ungkapnya. Sementara itu, saksi mata Edo mengatakan, penye- rangan terjadi ketika jemaah selesai melaksanakan salat. “Habis salat tiba-tiba ramai. Saya kebetulan keluar masjid juga. Pas ramai pelaku me- ngeluarkan senjata, sangkur. Teriak-teriak Allahu Akbar, terus menyerang anggota ditusuk,” ucapnya. Pedagang Kosmetik Polisi telah mendapatkan informasi kalau identitas pelaku penyerangan terhadap dua anggota Brimob bernama Mulyadi, dan diduga me- rupakan seorang pedagang kosmetik. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto me- ngatakan, polisi telah 75% mengidentifikasi pelaku. Berdasarkan keterangan ka- kaknya, pelaku benar bernama Mulyadi, sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang ditemukan. Namun, untuk memastikannya polisi akan melakukan tes DNA atau anthemorthem. “Jadi setelah ditelusuri, pelaku bernama Mulyadi, pekerjaan dia adalah sebagai pedagang kosmetik di Pasar Roxy, Bekasi,” ujar Setyo, Sabtu (1/7). Dikatakannya, informasi itu didapatkan polisi dari kakak terduga pelaku saat pemeriksaan tadi malam. Menyoal apakah ada ke- terangan dari kakaknya kalau terduga pelaku ini mengikuti aliran tertentu, Setyo belum bisa memastikannya. “Masih dalam pemeriksaan. Saya belum bisa sampaikan,” katanya. Sebelumnya diketahui, polisi menemukan sebuah Kartu Tanda Penduduk (KTP) -belum KTP elektronik- di- duga milik pelaku, di lokasi kejadian. KTP itu atas nama Mul- yadi, kelahiran Lasi, 24 April 1989, alamat Pagaulan RT 12 RW 05, Kelurahan Suka Resmi, Cikarang Selatan, se- orang pelajar atau mahasiswa. Setelah ditelusuri, awal- nya polisi menyampaikan kalau alamat dalam KTP itu palsu. Namun, belakangan diketahui ternyata itu meru- pakan alamat kakak iparnya. Sosiolog Univeristas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengatakan, Polri selalu menjadi sasaran teror karena Polri merupakan aparatur yang dekat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setiap saat. “Jika terjadi masalah keamanan dan ketertiban di masyarakat. Tentu pertama yang dicari adalah polisi. Jadi kelompok teror selalu menyasar polisi karena tujuan ini bertolak belakang dengan tugas-tugas polisi atau dengan kata lain apa yang dilakukan oleh para teroris berupaya untuk meruntuhkan tugas polisi,” kata Sigit, Sabtu(1/7). Sigit menambahkan, jika teroris berhasil dalam serangannya maka dinilai polisilah yang dianggap gagal menjalankan tugasnya. [FAT/BAM/A-15] Teroris Incar Polisi [JAKARTA] Kepala Biro Pene- rangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Rikwanto mengungkapkan peran dari empat pelaku teror Polda Sumatera Utara dalam merancang dan melakukan aksi penyerangan yang menewaskan satu anggota Polda Sumut. Keempat pelaku tersebut adalah Syawaludin Pakpahan (SP), Ardial Ramadan (AR), Firmansyah Putra Yudi alias Yudi (FP), dan Hendri Pratama alias Boboy (HP). Kelompok pelaku dipimpin SP. “SP adalah mantan daripada teroris yang pernah ke Suriah tahun 2013 selama enam bulan di sana. Setelah keluar dari sana, SP merekrut tetangganya sesama pedanag kecil di lingkungan tempat jualannya. Maka direkrutlah atas nama AR, FP dan HP untuk menjadi kaki tangan SP,” ujar Rikwanto di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/6). Syawaludin Pakpahan (SP) dan Ardial Ramadan (AR), kata Rikwanto kemudian melakukan penyerangan terhadap pos penjagaan pintu keluar Polda Sumatera Utara pada 25 Juni lalu. Dalam penyerangan tersebut, SP dan AR berhasil membunuh anggota Polri atas nama Aiptu Martua Siga- lingging yang sedang beristirahat di pos penjagaan. “SP bersama dengan AR mela- kukan pembunuhan terhadap Aiptu Martua Sigalingging. Setelah berhasil membunuh kemudian membakar korban dan pos penjagaan dengan bensin,” tandas dia. Sementara Firmansyah Putra Yudi alias Yudi (FP) dan Hendri Pratama alias Boboy (HP) menjadi tim survei, untuk memastikan tempat yang dijadikan target melakukan aksi teror. Keduanya melakukan survei berdasarkan perintah Syawaludin Pakpahan. “Selain melakukan survei Polda Sumut, FP dan HP juga survei di tempat-tempat lain seperti Markas Komando Satbrimob Polda Sumut, Kodam Bukit Barisan, Polsek Tanjung Merawah, dan Markas Yon Zipur,” beber dia. Terkait survei Polda Sumut, lanjut Rikwanto, SP langsung turun bersama Boboy (HP). Keduanya melakukan survei atau pengintaian di Mapolda Sumut satu minggu sebelum mela- kukan penyerangan. Setelah melakukan survei, akhir- nya mereka menemukan titik lemah di pintu tengah pos penjagaan Mapolda Sumut sehingga SP dan AR berke- sempatan melakukan penyerangan dengan tujuan merebut senjata milik kepolisian yang sedang berjaga. “Mereka mendapatkan kelemahan di pintu tengah. Jadi ada penjagaan di kanan kiri pintu tengah jaraknya agak jauh sehingga mereka melompat dari pagar tengah. Di situlah mereka masuk dan kemudian mendapati Aiptu Martua Singgalingging yang sedang istirahat dan gugur di situ,” terang dia. Diketahui bahwa SP merupakan mantan teroris yang pernah berjuang di Suriah pada tahun 2013. Mulai teradikalisasi sejak tahun 2004 melalui internet. Kemudian meminjamkan uang dari bank senilai Rp. 20 juta agar bisa berangkat ke Suriah pada 2013. Berada di Suriah selama 6 bu- lan. Dia adalah simpatisan JAD dan merekrut orang untuk ikut gerakan teror. [YUS/A-15] ANTARA/SIGID KURNIAWAN Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan (kedua kanan) dan Kepala Korps Brimob Irjen Pol Murad Ismail (kanan) meninjau tempat kejadian penikaman anggota Brimob di depan Masjid Falatehan, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (30/6). Dua anggota Brimob menjadi korban penikaman di Masjid Falatehan yang berada di dekat Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, sementara pelaku yang berusaha melarikan diri berhasil dilumpuhkan petugas. Teroris Medan “Lulusan” Suriah ISTIMEWA Rikwanto

Upload: lamkien

Post on 25-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sua ra Pme baur an Sabtu-Minggu, 1-2 Juli 2017 Teroris ...gelora45.com/news/SP_2017070103.pdf · anggota Brimob Kelapa Dua atas nama AKP Dede Suhatmi ... Sumut, FP dan HP juga survei

Sua ra Pem ba ru an Sabtu-Minggu, 1-2 Juli 2017 3Utama

[JAKARTA] Selama ini jajaran Polri telah menge-tahui bahwa teroris tengah mengincar aparat penegak hukum. Hal itu didasari se-jumlah insiden penyerangan serta keterangan para pelaku. Namun demikian, Polri belum mengetahui adanya seruan dari pimpinan Jamaah Ansha-rut Daulah (JAD) kepada para pengikutnya untuk menyerang aparat menjelang Idul Fitri hingga peringatan HUT RI, 17 Agustus mendatang.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono me-ngatakan, belum mendapatkan informasi terkait beredarnya seruan atau ajakan dari petinggi JAD kepada jaring-annya untuk melakukan aksi penyerangan terhadap Polri. Kendati demikian, Polri sudah mengetahui kalau mereka menjadi target atau sasaran para pelaku teror.

“Kita belum mendapat-kan informasi seperti itu. Tapi intinya, bahwa polisi menjadi sasaran. Makanya, kita tetap melakukan antisi-pasi. Sasarannya polisi kita sudah tahu. Kita tahu kalau menjadi sasaran,” ujar Argo, Sabtu (1/7).

Informasi yang beredar menyebutkan adanya seruan, ajakan, perintah dari amir JAD Pusat kepada para ikh-wan JAD se-Nusantara. Seru-an sekitar seminggu sebelum hari raya Idul Fitri berupa perintah kepada semua sel-sel jaringan di seluruh Nusantara untuk melakukan serangan ke aparat thogut baik yang berada di markas Polda, Pol-res, Polsek, Pospol maupun personel yang berpakaian sipil maupun dinas.

Serangan di lakukan menggunakan alat yang dimi-liki. Apabila tidak ada senjata api, pelaku bisa menggunakan pisau, sangkur, panah, racun dan lainnya. Sedangkan bila memungkinkan menggunakan mobil atau motor yang di dalamnya ada bom, serangan difokuskan pada saat aparat berkumpul maupun apel atau upacara.

Guna melancarkan aksi, dikirim anak-anak berusia 12 tahun ke atas atau yang sudah akil balik. Mereka dimanfaatkan untuk meman-tau situasi di daerah sasaran. Atas dasar informasi tersebut maka pelaku bisa memastikan apakah aksi akan dilanjutkan atau tidak.

Menurut Argo, Polri melakukan antisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan, memperketat penjagaan, dan tidak sendirian dalam melaku-kan kegiatan. “Antisipasinya semua kegiatan-kegiatan tidak sendiri, back up dua anggota. Kami memperketat penjagaan di kantor polisi,” ungkapnya.

Keterangan SaksiSementara itu, polisi

masih mengumpulkan kete-rangan dari para saksi yang berada di lokasi kejadian saat penyerangan berlangsung termasuk meminta keterang-an dari kedua korban yakni anggota Brimob Kelapa Dua atas nama AKP Dede Suhatmi dan Briptu M Syaiful Bahtiar.

“Sedang kita lakukan pemeriksaan saksi-saksi tadi ada dari yang jaga warung, satpam, taksi online, terma-suk anggota sendiri,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochamad Iriawan, Sabtu (1/7).

Menyoal apakah peristi-

wa ini berhubungan dengan kasus penyerangan anggota di Mapolda Sumatera Utara, Iriawan belum bisa memasti-kannya. “Nanti kami jelaskan lebih lanjut. Kami belum bisa jelaskan. Tim langsung bekerja, Polda Metro, Densus bersama-sama mendalami kasus ini,” ungkapnya.

Sementara itu, saksi mata Edo mengatakan, penye-rangan terjadi ketika jemaah selesai melaksanakan salat. “Habis salat tiba-tiba ramai. Saya kebetulan keluar masjid juga. Pas ramai pelaku me-ngeluarkan senjata, sangkur.

Teriak-teriak Allahu Akbar, terus menyerang anggota ditusuk,” ucapnya.

Pedagang KosmetikPolisi telah mendapatkan

informasi kalau identitas pelaku penyerangan terhadap dua anggota Brimob bernama Mulyadi, dan diduga me-rupakan seorang pedagang kosmetik.

Kad iv Humas Po l r i Irjen Pol Setyo Wasisto me-ngatakan, polisi telah 75% mengidentifikasi pelaku. Berdasarkan keterangan ka-kaknya, pelaku benar bernama

Mulyadi, sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang ditemukan. Namun, untuk memastikannya polisi akan melakukan tes DNA atau anthemorthem.

“Jadi setelah ditelusuri, pelaku bernama Mulyadi, pekerjaan dia adalah sebagai pedagang kosmetik di Pasar Roxy, Bekasi,” ujar Setyo, Sabtu (1/7).

Dikatakannya, informasi itu didapatkan polisi dari kakak terduga pelaku saat pemeriksaan tadi malam.

Menyoal apakah ada ke-terangan dari kakaknya kalau

terduga pelaku ini mengikuti aliran tertentu, Setyo belum bisa memastikannya. “Masih dalam pemeriksaan. Saya belum bisa sampaikan,” katanya.

Sebelumnya diketahui, polisi menemukan sebuah Kartu Tanda Penduduk (KTP) -belum KTP elektronik- di-duga milik pelaku, di lokasi kejadian.

KTP itu atas nama Mul-yadi, kelahiran Lasi, 24 April 1989, alamat Pagaulan RT 12 RW 05, Kelurahan Suka Resmi, Cikarang Selatan, se-orang pelajar atau mahasiswa.

Setelah ditelusuri, awal-nya polisi menyampaikan kalau alamat dalam KTP itu palsu. Namun, belakangan diketahui ternyata itu meru-pakan alamat kakak iparnya.

Sosiolog Univeristas Nasional (Unas) Sigi t Rochadi mengatakan, Polri selalu menjadi sasaran teror karena Polri merupakan aparatur yang dekat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setiap saat. “Jika terjadi masalah keamanan dan ketertiban di masyarakat. Tentu pertama yang dicari adalah polisi. Jadi kelompok teror selalu menyasar polisi karena tujuan ini bertolak belakang dengan tugas-tugas polisi atau dengan kata lain apa yang dilakukan oleh para teroris berupaya untuk meruntuhkan tugas polisi,” kata Sigit, Sabtu(1/7).

Sigit menambahkan, jika teroris berhasil dalam serangannya maka dinilai polisilah yang dianggap gagal menjalankan tugasnya. [FAT/BAM/A-15]

Teroris Incar Polisi

[JAKARTA] Kepala Biro Pene-rangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Rikwanto mengungkapkan peran dari empat pelaku teror Polda Sumatera Utara dalam merancang dan melakukan aksi penyerangan yang menewaskan satu anggota Polda Sumut.

Keempat pelaku tersebut adalah Syawaludin Pakpahan (SP), Ardial Ramadan (AR), Firmansyah Putra

Yudi alias Yudi (FP), dan Hendri Pratama alias Boboy (HP). Kelompok pelaku dipimpin SP.

“SP adalah mantan daripada teroris yang pernah ke Suriah tahun 2013 selama enam bulan di sana. Setelah keluar dari sana, SP merekrut tetangganya sesama pedanag kecil di lingkungan tempat jualannya. Maka direkrutlah atas nama AR, FP dan HP untuk menjadi kaki tangan SP,” ujar Rikwanto di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/6).

Syawaludin Pakpahan (SP) dan Ardial Ramadan (AR), kata Rikwanto kemudian melakukan penyerangan terhadap pos penjagaan pintu keluar Polda Sumatera Utara pada 25 Juni lalu. Dalam penyerangan tersebut, SP dan AR berhasil membunuh anggota Polri atas nama Aiptu Martua Siga-lingging yang sedang beristirahat di pos penjagaan.

“SP bersama dengan AR mela-kukan pembunuhan terhadap Aiptu

Martua Sigalingging. Setelah berhasil membunuh kemudian membakar korban dan pos penjagaan dengan bensin,” tandas dia.

Sementara Firmansyah Putra Yudi alias Yudi (FP) dan Hendri Pratama alias Boboy (HP) menjadi tim survei, untuk memastikan tempat yang dijadikan target melakukan aksi teror. Keduanya melakukan survei berdasarkan perintah Syawaludin Pakpahan.

“Selain melakukan survei Polda Sumut, FP dan HP juga survei di tempat-tempat lain seperti Markas Komando Satbrimob Polda Sumut, Kodam Bukit Barisan, Polsek Tanjung Merawah, dan Markas Yon Zipur,” beber dia.

Terkait survei Polda Sumut, lanjut Rikwanto, SP langsung turun bersama Boboy (HP). Keduanya melakukan survei atau pengintaian di Mapolda Sumut satu minggu sebelum mela-kukan penyerangan.

Setelah melakukan survei, akhir-

nya mereka menemukan titik lemah di pintu tengah pos penjagaan Mapolda Sumut sehingga SP dan AR berke-sempatan melakukan penyerangan dengan tujuan merebut senjata milik kepolisian yang sedang berjaga.

“Mereka mendapatkan kelemahan di pintu tengah. Jadi ada penjagaan di kanan kiri pintu tengah jaraknya agak jauh sehingga mereka melompat dari pagar tengah. Di situlah mereka masuk dan kemudian mendapati Aiptu Martua Singgalingging yang sedang istirahat dan gugur di situ,” terang dia.

Diketahui bahwa SP merupakan mantan teroris yang pernah berjuang di Suriah pada tahun 2013. Mulai teradikalisasi sejak tahun 2004 melalui internet. Kemudian meminjamkan uang dari bank senilai Rp. 20 juta agar bisa berangkat ke Suriah pada 2013. Berada di Suriah selama 6 bu-lan. Dia adalah simpatisan JAD dan merekrut orang untuk ikut gerakan teror. [YUS/A-15]

ANTARA/Sigid KuRNiAwAN

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan (kedua kanan) dan Kepala Korps Brimob irjen Pol Murad ismail (kanan) meninjau tempat kejadian penikaman anggota Brimob di depan Masjid Falatehan, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (30/6). dua anggota Brimob menjadi korban penikaman di Masjid Falatehan yang berada di dekat Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, sementara pelaku yang berusaha melarikan diri berhasil dilumpuhkan petugas.

Teroris Medan “Lulusan” Suriah

iSTiMewA

Rikwanto