stukas dm (mia,chi & pur)
TRANSCRIPT
32
Studi Kasus
Diabetes Pada Pensiunan Tanpa Keterlibatan Peran Keluarga
Pelayanan Kedokteran Keluarga
Abstrak : Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang memerlukan
penanganan khusus dan terus menerus, salah satunya adalah dengan pengaturan pola makan
sehari-hari. Pelaksanaan pengaturan pola makan membutuhkan kepatuhan dari pasien DM
tipe 2 dan keluarga yang mempunyai peran dalam memberikan dukungan terhadap
kepatuhan diet pasien Diabetes Melitus, terutama keluarga inti. Tujuan penelitian ini adalah
untuk membuktikan bahwa dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistik dan
komprehensif dapat mengatasi permasalahan penyakit dalam keluarga .
Pasien adalah kepala rumah tangga yang tinggal dalam keluarga inti bersama istrinya,
karena ketiga anaknya telah menikah dan meninggalkan rumah. Masalah dalam keluarga ini
adalah kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai penyakit yang yang
dialami serta kurangnya kemauan untuk berobat dan kurangnya peran serta keluarga untuk
memberi dukungan. Masalah pasien antara lain yaitu Diabetes melitus. Penatalaksanaan
klinis yang dilakukan bersifat asimptomatik. Dilakukan edukasi penyakit Diabetes melitus
yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala, terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan
penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi.
Penerapan pelayanan kedokteran keluarga secara holistik, komprehensif, dan
berkesinambungan yang memandang pasien sebagai bagian dari keluarga, telah dijalankan
dan berhasil memotivasi pasien dan keluarga, sehingga pasien dan keluarga mulai mencoba
mengubah perilaku hidup menjadi perilaku hidup sehat dan pasien juga berjanji untuk
meminum obat serta melakukan kontrol rutin setiap bulannya. Pada akhir studi, diabetes
mellitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan hanya dapat mencegah
terjadinya komplikasi dengan meningkatkan kesehatan keluarga yang keberhasilannya
membutuhkan peran aktif baik pasien sendiri maupun keluarga dengah berperilaku hidup
sehat.
Kata kunci : diabetes mellitus, keluarga besar, pelayanan kedokteran keluarga
32
Studi Kasus
Abstract:
Diabetes mellitus is a metabolic disease that requires special handling and continuous, one
of which is by setting the daily diet. Implementation of dietary adjustments require adherence
of type 2 DM patients and families who have a role in providing support for patients with
diabetes mellitus diet adherence, especially the nuclear family. The purpose of this study is to
prove that the services of family medicine is holistic and comprehensive to address the
problems of disease in families.
The patient is the head of household residing in a nuclear family with his wife, his three
children had married and left home. The problem in this family is the lack of knowledge of
both patients and families about the disease that are experienced and a lack of willingness to
seek treatment and lack of participation of families to provide support. Patients' problems,
among others, Diabetes mellitus. Clinical management is carried out is asymptomatic. Do
Diabetes mellitus education that includes risk factors, causes, symptoms, treatment and
prevention. Then given an explanation about the importance of efforts to improve health and
prevent complications. Application of family medicine services in a holistic, comprehensive
and continuous view of patients as part of the family, has been run and managed to motivate
patients and families, so that patients and families begin to try to change the behavior of
living into healthy behavior and the patient also promised to take medicine and do routine
control of every month. At the end of the study, diabetes mellitus is a disease that can not be
cured only can prevent complications by improving the health of families whose success
requires the active role of both patients themselves or family Dengah healthy life behavior.
Key word: diabetes mellitus, extendeed family , family medicine
32
Studi Kasus
Pendahuluan
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Sedangkan menurut WHO, dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak
dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat
dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin (Gustaviani, 2006). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang
dewasa ini prevalensinya makin meningkat. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis
diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan
semua penderita diabetes melitus di Indonesia. DM adalah penyakit selama hidup, maka
pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting.
Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada
pundak dokter dan klinis saja. Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula
darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau
fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya. Diabetes
melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek,
diperkirakan sekitar 90% dan semua penderita diabetes melitus di Indonesia (Soegondo,
2005).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami
peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penderita Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik,
diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133
juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
7,2 % (Soegondo, 2006). Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok
didapatkan prevalensi DM Tipe 2 sebesar 14,7% (Gustaviani, 2006). Pada tahun 2030
diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
Lebih lanjut dikatakan oleh Soegondo bahwa kasus pre-diabetes di Indonesia juga sangat
tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang ke-5 terbesar di dunia,
diperkirakan akan naik hingga 20,9 juta di tahun 2025. Didapatkan bahwa hanya 50% dari
32
Studi Kasus
penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30%
dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur(Soegondo, 2006). Sedangkan dari data
Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati
urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2005).
Jumlahnya meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan
yang tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi junk food, dan
lain-lain (Wardani et al,2007). Soewondo (2005), menyatakan bahwa stres yang dialami
penderita baik fisik maupun mental berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari
atau tidak langsung dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu
kesalahan – kesalahan sikap keluarga dan penderita. Lingkungan yang mempengaruhi
perilaku tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan psikologis,
sosial, ekonomi dan budaya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi cara hidup sehat
manusia. Sehingga peran keluarga seperti sikap, perilaku dan partisipasi keluarga dipandang
sebagai naluri untuk melindungi anggota keluarga yang sakit. Ada semacam hubungan yang
kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya bahwa peran serta keluarga sangat
penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi
pencegahan sampai fase rehabilitasi (Sundari dan Setyawati, 2006). Mengingat DM adalah
penyakit selama hidup, makapengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada
setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat
sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinissaja. Dalam hal ini partisipasi penderita
DM dan keluarganya sangat diperlukan khususnya dalam orientasinya pada upaya
mengembalikan penderita DM ke dalam situasi sehat atau paling tidak mendekati normal
(Waspadji, 2005). Tujuan pelaksanaan DM meliputi enam hal, yaitu memperpanjang hidup
penderita dan menghilangkan gejala penyakit, mengusahakan penderita DM hidup
bermasyarakat senormal mungkin, mengusahakan dan mempertahankan status metabolisme
yang baik, mencegah komplikasi DM dan menghilangkan faktor resiko lain, dan skrining
adanya komorbid(Asdie, 2000).
Pada penderita diabetes tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat
penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan
obat-obat hipoglikemi OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Penderita diabetes tipe II yang
kurus tidak memerlukan pembatasan jumlah energi yang terlalu ketat. Akan tetap, semua
penderita diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio
32
Studi Kasus
asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh. Penatalaksanaan makanan untuk penderita
diabetes melitus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu prinsip, tujuan, dan syarat diet.
Prinsip pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur
konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.
Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan
dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. Tujuan diet
yaitu : memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup
untuk memelihara berat badan ideal/ normal, mempertahankan kadar gula darah sekitar
normal. (Pranadji, Martianto, dan Subandriyo, 2006)
Pelayanan kesehatan primer tidak saja meliputi masalah kematian (mortality), keluhan
sakit (illness), penyakit (disease), ketidakmampuan (disability), kecacaatan (handicap), tetapi
juga keadaan kesehatan yang positif yaitu upaya peningkatan kesehatan pada individu,
keluarga dan kelompok masyarakat. Peranan dokter keluarga ialah berfungsi sebagai
gatekeeper (penapisan), yaitu membuat keputusan yang tepat untuk tindakan penyelesaian
masalah. Seyogyanya dokter praktik mencari kepastian dalam pencarian informasi untuk
menegakkan diagnosis dengan memperhitungkan multi aspek dari kehidupan seseorang dan
juga keluarganya, yang dikenal dengan istilah diagnosis holistik (Kekalih, 2008).
Dalam mengatasi kasus ini yaitu kasus diabetes melitus yang terjadi pada seorang ibu
rumah tangga, maka sangat diperlukan peran dari anggota keluarga lainnya terutama dengan
kombinasi antara pengaturan diet, olah raga, obat anti diabetik, penilaian kontrol, dan
pendidikan. Keberhasilan penatalaksanaan DM juga ditentukan oleh peranan aktif dari
penderita DM sendiri, keluarganya dan masyarakatnya dalam pengontrolan DM, pencegahan,
komplikasi akut maupun kronik serta pembiayaanya. Oleh karena itu diperlukan penanganan
holistik dan komprehensif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klinis akut yang
terjadi sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut pada pasien (Kekalih, 2008).
32
Studi Kasus
Data Administrasi
Tanggal 28 Juni 2011 Diisi oleh : Arnitya Laksmi,
S. Puri Parastuti A
Dessy Rizkyana Utami
Tabel 1. Identitas Pasien
Pasien Keterangan
Nama Tn. Suhanda
Umur / tanggal lahir 79 tahun
AlamatTanah Tinggi IV Rw 03 /
Rt o4
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Tamat SD
Pekerjaan Pensiunan
Status perkawinan Menikah
Kedatangan yang ke
Datang sendiri
Tenang
Kunjungan yang kesekian kali
Telah diobati sebelumnya Ya
Diagnosis di dokter Puskesmas Kec.
Johar Baru: Diabetes Melitus tipe 2
Obat yang telah diminum:
Glibenklamid & Methformin
Alergi obat Tidak Ada
System pembayaran Gakin
32
Studi Kasus
Data Pelayanan
1) ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 26 Juni 2011 di
Puskesmas Johar Baru pada pukul 9.30 WIB.
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan tujuan ingin kontrol kadar gula dan mendapat obat karna obat gula pasien telah habis selama 1 minggu.
B. Keluhan Tambahan
Merasa kesemutan pada ekstremitas bawah
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari hasil anamnesis pasien, laki-laki berusia 79 tahun datang ke Puskesmas
Johar Baru pada tanggal 26 Juni 2011 untuk kontrol disertai keluhan merasa
kesemutan pada ekstremitas bawah, pasien juga membawa hasil laboratorium
terakhir pada tanggal yang sama, pemeriksaan GDS hasilnya 310mg/dL,
didapatkan informasi bahwa 5 tahun yang lalu pasien mengalamai penurunan BB
badan yang drastis, sering merasa lapar dan haus, lalu pasien disarankan oleh
tetangganya untuk melakukan pemeriksaan gula darah di laboratorium, setelah
diperiksa didapatkan gula darah sewaktu (GDS) 221mg/dL, lalu dianjurkan oleh
petugas laboratorium untuk konsultasi dengan dokter, setelah konsultasi pasien
diminta cek ulang gula darah tapi pasien diminta untuk puasa terlebih dahulu
sebelum pemeriksaan. Setelah pemeriksaan kedua kalinya didapatkan hasil gula
darah puasa(GDP) 167mg/dL dan gula darah 2 jam postprandial 230mg/dL,
setelah itu pasien didiagnosa oleh dokter terkena penyakit gula (diabetes melitus).
Lalu pasien disarankan untuk mengubah pola makan dan gaya hidup, serta selalu
cek gula darah setiap bulannya.
Naamun karena kurangnya kepedulian pasien untuk mengontrol kadar gula
darahnya, pasien seringkali lupa meminum obat penurun gula darah. Pasien juga
tidak teratur melakukan test gula darah.
Pasien mengaku tidak pernah berolah raga secara rutin, baik senam aerobik
umum ataupun senam khusus untuk penderita Diabetes.
32
Studi Kasus
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat keluarga pasien, diketahui orang tua pasien juga memiliki penyakit
diabetes melitus
E. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
F. Riwayat Psikososial
Pasien adalah tamatan SD, mampu menulis dan membaca. Pasien adalah
seorang pensiunan . Saat ini kegiatan sehari-hari adalah mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menyetrika.
Kebiasaan waktu makan teratur, 2-3 kali sehari. Semenjak menderita penyakit
diebetes, pasien mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula dan
karbohidrat. Pasien mengaku tidak sarapan dan hanya mengkonsumsi kentang dan
sayur-sayuran untuk makan siang dan malam. Sewaktu masih muda pasien sering
mengkonsumsi makanan tinggi kadar gula, seperti nasi dalam jumlah banyak,
serta minuman yang manis-manis seperti sirup, serta minumana kemasan yang
mengandung tinggi kadar gula. Di sela-sela waktu makan sering makan selingan
berupa keripik singkong, biskuit yang dibelinya diwarung. Jarang berolah raga
karena tidak mempunyai waktu khusus untuk melakukannya dan tidak terlalu
paham pentingnya berolah raga. Namun aktivitas fisiknya senantiasa terjaga
karena ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah harian. Merokok, konsumsi
alkohol, dan konsumsi obat terlarang disangkal.
Pasien menikah saat berusia 20 tahun. Menikah sebanyak tiga kali. Iastri
pertama meninggal. Pasien kemudian menikah lagi, tapi lalu bercerai. Dan saat ini
tinggal bersama istri ketiganya. Kebutuhan rumah tangga sehari-hari dipenuhi
oleh cucunya yang bekerja sebagai artis sinetron, sedangkan istrinya bekerja
sebagai pemungut barang-barang bekas untuk menambah kebutuhan hidup.
Hubungan antara pasien dan istrinya baik, tidak ada masalah. Meskipun istrinya
terkesan cuek, namun masih mau memenuhi kebutuhan hidup pasien sperti
menyiapkan makanan dan mengurusi kebutuhan yang lain.
32
Studi Kasus
Untuk masalah kesehatan pasien rajin ke Puskesmas Johar Baru untuk kontrol
kadar gula dan mengambil obat pengontrol kadar gula. Tidak ada dana khusus di
keluarga yang dikumpulkan untuk masalah kesehatan keluarga. Pasien
menggunakan Gakin.
2) ANAMNESIS
A. Keadaan Umum, Tanda-tanda Vital, dan Status Gizi
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan / Kompos mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 92 x/menit, teratur, isi cukup.
Frekuensi Napas : 20 x/menit, teratur.
Suhu : 36,5 0C
Berat Badan : 85 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Status Gizi : Baik IMT : 24, 98
B. Status Generalis
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
THT : Faring tidak hiperemis, T1-T1
Leher : JVP 5-0 cmH20, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi : Simetris, statis, dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
32
Studi Kasus
Abdomen :
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar dan limpa
tidak teraba.
Perkusi : Timpani, tidak ada shifting dullness
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
Ekstremitas : Terdapat kalus pada kedua telapak kaki, akral hangat, edema
, perfusi perifer baik.m
Status neurologis : Tidak ada kelainan.
C. Status Lokalis
Gigi dan Mulut
1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
GR
GP
Sondasi (-). Ketuk (-). Palpasi (-)
Sondasi (-). Ketuk (+). Palpasi (+)
Kalkulus (--), Oral hygiene baik.
32
Studi Kasus
3) PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN
Bagan 1. Masalah Kesehatan Pasien
Aspek Klinis :Diabetes Melitus tipe 2
(tidak terkontrol, dengan obat)
ParestesiKalus diregio tarpal
Anamnesis :Kadar test gula darah
sewaktu 310mg/dlObat gula pasien habis
sudah 1 mingguKeluhan kesemutan pada
ekstremitas bawahRiwayat diabetes dalam
keluarga
Pemeriksaan Fisik :Tekanan darah 130/90
mmHgTerdapat banyak kalus pada
tarpal pedis
Resiko Internal :Tingkat pengetahuan pasien
terhadap penyakitnya masih kurang.
Tidak teratur test gula darah, begitu juga dengan meminum obat penurun gula darah.
Pasien tidak pernah berolah ragaPasien tidak tau cara perawatan
kaki pada penderita Diabetes
Resiko Psikososial :Kebiasaan keluarga dalam berobat masih bersifat kuratif.Tidak ada alokasi dana khusus untuk masalah kesehatan.
32
Studi Kasus
4) DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek I (Apek Personal)
Pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebersihan dan kesehatan
Aspek II (Aspek Klinis)
Diabetes melitus yang tidak terkontrol
Parestesi
Kalus pada regio tarpal pedis
Aspek III (Resiko Individual)
Pasien sering lupa untuk minum obat dan malas untuk kontrol
Pasien tidak pernah berolah raga, baik yang umum ataupun senam khusus
penderita diabetes.
Aspek IV (Aspek Psikososial Keluarga)
Kebiasaan keluarga jika terdapat keluhan, baru berobat.
Tidak terdapat dana khusus untuk masalah kesehatan.
Aspek V (Skala fungsional)
Skala 1 (Mampu melakukan pekerjaan sehari-hari di dalam dan luar rumah).
32
Studi Kasus
5) RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN
No Kegiatan Sasaran WaktuHasil yang
DiharapkanKeterangan
1
Aspek personal
Kekhawatiran
pasien mengenai
penyakitnya
PasienSaat di
klnik
Pasien mengerti
mengenai penyakit
yang dideritanya.
Memberikan informasi
mengenai Diabetes
Melitus tipe 2, mengenai
makna dan perlunya
pengendalian dan
pemantauan DM secara
berkelanjutan
2 Aspek Klinis
Parastesi Pasien 1 Bulan Pasien berolah raga
secara teratur.
Memerikan anjuran untuk
berolah raga teratur.
Medikamentosa :
- Vitamin B12
- Obat neurotopik
Kalus pada regio
tarpal pedis
Pasien - Pasien melakukan
perawatan kaki secara
berkala
- Pasien mampu
mendeteksi dini
kelainan kaki resiko
tinggi
Menganjurkan pasien
melakukan perawatan
kaki untuk
membersihkan kalu-
kalus tersebut.
3 Aspek Internal
Tidak
mengontrol dan
meminum obat
hipertensi secara
Pasien
Anak
2
Minggu
Pasien secara rutin
mengecek tekanan
darah ke dokter dan
meminum obat secara
Konseling pasien
mengenai prinsip
pengobatan hipertensi
yang sifatnya
berkelanjutan, dan
32
Studi Kasus
rutin
teratur.
dampak yang akan
dialami jika tekanan
darah tidak terkontrol.
Perawatan diri
pasien yang
kurang
Pasien 2
Minggu
Pasien memahami
mengenai pentingnya
kebersihan diri.
Pasien menjaga
kebersihan diri, dan
rumah.
Konseling pasien
mengenai kebersihan diri
dan lingkungan rumah
akan mengurangi resiko
terkena penyakit.
Sering
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung
tinggi garam,
dan lemak.
Pasien 2
Minggu
Pasien mengurangi
konsumsi garam dan
lemak.
Konseling pasien
mengenai konsumsi
makanan yang
mengandung garam dan
lemak yang dapat
mempengaruhi tekanan
darah.
4 Aspek
Psikososial
Kebiasaan
berobat keluarga
yang masih
Seluruh
anggota
keluarga
2
Minggu
Pasien mengerti
pentingnya upaya
preventif dalam
mencegah penyakit
(dengan melakukan
gaya hidup sehat
Konseling dan motivasi
untuk melakukan upaya
preventif dalam
penanganan penyakit/
melakukan gaya hidup
sehat sesuai dengan
32
Studi Kasus
bersifat kuratif. sesuai dengan
penyakitnya)
melakukan skrining
komplikasi dan faktor
risiko.
penyakit pasien
melakukan skrining
komplikasi dan faktor
resiko.
Keluarga tidak
memiliki dana
simpanan untuk
masalah
kesehatan.
Seluruh
anggota
keluarga
4
MingguPasien sudah mulai
menabung untuk dana
kesehatan.
Konseling dan motivasi
untuk belajar menabung
untuk dana khusus
kesehatan dengan cara
menyisihkan uang
misalnya Rp 1000/hari.
GENOGRAM
32
Studi Kasus
Penilaian Terhadap Keluarga
Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran serta yang aktif dari
seluruh anggota keluarga terutama istri pasien yang merupakan satu-satunya keluarga yang
32
Studi Kasus
masih tinggal bersama-sama. Peran keluarga saat ini lebih memperhatikan keadaan kesehatan
pasien terutama dalam mengawasi pola makan dan gaya hidup pasien. Karena keduanya akan
sangat membantu dalam menurunkan gula darah pasien. Selain itu keluarga pun dituntut
untuk selalu memberi dukungan dan selalu mengingatkan pasien agar meminum obat teratur
dan rajin kontrol.
Untuk itu, agar tujuan dapat tercapai dalam mengobati pasien dengan melibatkan
keluarga dalam perawatan kesehatan pasien yang berkaitan dengan masalah fisik, psikologik,
sosial dan lingkungan keluarga maka dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 28 Juli 2011,
1 dan 5 Agustus 2011.
Identifikasi Masalah Keluarga
1. Masalah dalam organisasi keluarga : dalam struktur keluarga pasien adalah kepala
keluarga adalah suami pasien yang berusia lansia yang sudah pensiun dan seorang ibu
rumah tangga. Kesembilan anak mereka telah berkeluarga dan tidak tinggal bersama
lagi.
2. Masalah dalam fungsi biologis: pasien memiliki riwayat penyakit keluarga diabetes
melitus. Saat ini pasien menderita penyakit diabetes melitus.
3. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien kurang diperhatikan oleh sang istri, karena
pekerjaan istrinya yang sebagai pemungut barang-barang bekas sangat menyita waktu.
Sehingga pasien harus mengurus dirinya sendiri, untuk urusan menyiapak makanan
dan meminum obat penurun gula darahnya. Untuk hal ini, pasien sering kali malas
dan lupa. Anak-anak pasien telah berkeluarga dan jarang berkomunikasi sehingga
dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien juga dinilai kurang akibat tidak adanya
kedekatan antar keluarga.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Sumber penghasilan
utama pada keluarga adalah dari cucu pasien yang bekerja sebagai seorang katris
sinetron dan mendapatakan uang tambahan dari pekerjaan istri pasien sebagai
pemungut barang bekas. Untuk biaya kesehatan, pasien memiliki kartu GAKIN, dari
sini pemenuhan kebutuhan pasien sudah terpenuhi dengan baik.
5. Masalah lingkungan : Lingkungan rumah tidak cukup baik. Kebersihan lingkungan
kurang terjaga karena rumah pasien juga digunakan untuk menampung barang-barang
bekas hasil pungutan istri untuk nanti dijual kembali..
32
Studi Kasus
6. Masalah perilaku kesehatan : Keluarga cukup mengerti akan pentingnya kesehatan
dan pemeliharaan kesehatan, namun usaha dalam merubah pola makan dan gaya
hidup masih sangat kurang.
Diagnosis Keluarga
Keluarga inti dengan kepala keluarga yang tidak mempunyai penghasilan yang tetap
dari uang pensiunan, hanya mengandalkan pemberian cucunya dan pemasukan dari pekerjaan
istri sebagai pemungut barang bekas, serta dengan perilaku anggota keluarga yang kurang
memperhatikan kesehatan pasien.
Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga
Membantu pasien untuk memahami dan menyelesaikan masalah kesehatan dan dapat
terwujudnya keluarga yang sadar akan kebersihan dan kesehatan sehingga dapat mencegah
komplikasi dari penyakitnya.
Indikator Keberhasilan
Pasien telah mengerti dan memahami tentang diabetes melitus, pasien bisa untuk
merubah perilakunya dalam hal kontrol gula darah secara teratur ke Puskesmas dan mengatur
pola makannya.
Setiap anggota keluarga memahami pentingnya peranan keluarga disini dalam
memberi dukungan dari keluarga sangat penting karena dapat meningkatkan semangat pasien
dalam menjalani pengobatan dan mencegah komplikasi diabetes melitus.
Tindak Lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga
Untuk pelaku rawat harus diberikan edukasi yang cukup mengenai penyakit diabetes
melitus yang dialami dan komplikasi yang akan terjadi bila tidak terkontrol. Dalam hal ini
istri pasien yang harus merawat suaminya dengan baik agar pasien mendapatkan semangat
dan mengingatkan pasien untuk minum obat.
Pasien diberikan edukasi untuk cek gula darah secara teratur dan kepatuhan minum
obat serta pentingnya melakukan perilaku hidup sehat untuk penatalaksaan penyakitnya.
32
Studi Kasus
Pelaku rawat (istri pasien) juga harus diberikan edukasi tentang diet makanan pada
penderita diabetes melitus dan sehingga pelaku rawat dapat mengingatkan dan mengawasi
pola makan.
Alur Penatalaksanaan Pasien
Tindakan Terhadap Keluarga
Tn S
79 th
Jarang kontrol Lupa untuk minum obat
Kurangnya perilaku hidup sehat
Hampir tidak pernah olahraga
Pola makan pasien makan dan minuman manis
Gula darah meningkat
Motivasi pasien untuk perilaku hidup sehat dengan berolahraga dan diet untuk penderita DM
Edukasi dan motivasi pasien akan pentingnya kontrol dan kepatuhan minum obat
Tidak melakukan perawatan kaki berkala
32
Studi Kasus
Penatalaksanaan pasien ini memerlukan partisipasi seluruh anggota keluarga dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya, sehingga dapat memperbaiki pola hidup dalam
keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera.
Pertama–tama dijelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit Diabetes melitus
yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala, terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan
penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi.
Keluarga juga harus mendapat pengetahuan yang sejelas–jelasnya bahwa peran keluarga
sangat besar dalam memberikan perhatian dan dukungan untuk penyembuhan pasien.
Selanjutnya diberikan pula motivasi terhadap keluarga untuk memperhatikan pasien terutama
agar selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat dan cek gula darah secara teratur ke
puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu keluarga juga memotivasi agar
memperbaiki gaya hidup pasien yaitu dengan berolahraga dan mengatur pola makan pasien
sesuai dengan diet pada penderita diabetes melitus.
Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi yang
dapat dilihat pada Tabel 1. Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan
dan kemampuan adaptasi dengan skala :
5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya
4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari
orang lain / dokter / pelayanan kesehatan
3 : penyelesaian hanya sedikit atas partisipasi keluarga
2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu,
penyelesaian oleh orang lain / dokter / pelayanan kesehatan
1 : tidak ada partisipasi, tidak ada penyelesaian walaupun sarana ada
99 : tidak dapat dinilai.
Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 3 yaitu ,
dimana keluarga mampu menyelesaikan masalahnya dengan arahan dari petugas pelayan
kesehatan. Pada akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan
masalahnya. Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 5. Dimana masalah dapat
diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarga.
Pembahasan
32
Studi Kasus
Pembinaan dengan pelayanan kedokteran keluarga ini dilakukan pada pasien Tn. S
usia 79 tahun dengan keluhan sering merasa kesemutan pada anggota gerak bawah dan
memiliki kalus pada telapak kaki. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak 5 tahun
yang lalu, yang tidak terkontrol, pasien mengaku merasa malas, jika tidak ada keluhan. Disini
terlihat tidak ada nya kemauan dari diri pasien untuk meningkatkan kesehatannya sehingga
kami sebagai petugas kesehatan memberi tahu kenapa pasien DM harus rajin kontrol, yaitu
untuk mengetahui kadar gula darah, dan diberitahu bahwa DM itu tidak dapat disembuhkan
hanya dapat dikontrol dengan cara meminum obat dan pola hidup yang sehat. Kami juga
memberitahukan tentang Penyakit DM itu sendiri. Seorang sudah dapat dikatakan DM jika
menderita dua dari tiga gejala dibawah ini:
1. Keluhan “TRIAS”: banyak minum(polidipsia), banyak makan(polifagia), banyak
kencing (poliuria) serta penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dL (Tjokroprawiro, A.
2006).
Dari anamnesa pasien mengatakan sering lupa untuk meminum obat, pasien ingat
setelah makan, lalu pasien pun tidak langsung meminum obatnya, setelah merasakan lapar
lagi baru pasien meminumnya. Dari sini terlihat bahwa pasien terlihat kurang mengetahui
fungsi obat yang diberikan, sebagai petugas kesehatan kami menanyakan obat apa yang
sering lupa untuk diminum, pasien mengatakan glibenklamid, lalu kami menjelaskan
bagaimana cara kerja obat tersebut dan mengapa obat tersebut seharusnya diminum 30 menit
sebelum makan, kami menjelaskan bahwa obat tersebut berfungsi untuk mengeluarkan zat
insulin yang fungsinya memasukan gula ke dalam sel, maka jika diminum setelah makan obat
ini tidak bekerja sebagaimana mestinya, dan tidak akan meurunkan kadar gula dalam darah.
Dan kami menyarankan agar pasien meminta tolong kepada keluarga untuk mengingatkan.
Dari anamnesa juga didapatkan pasien hampir tidak pernah berolahraga, karena
pasien merasa sibuk untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangganya, dan malas jika hanya
sendiri, pasien mau berolahraga jika ada yang menemani, kami sebagai pembina
memberitahukan bahwa dengan berolahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani juga akan meningkatkan
32
Studi Kasus
metabolisme. Lalu kami menyarankan agar pasien mengajak keluarga pasien untuk ikut
olahraga selain sehat pasien juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk berkomunikasi
dengan keluarga. Lalu kebiasaan pasien yang lainnya diet yang tidak sesuai untuk DM tipe II,
kami menanyakan pola konsumsi makan penderita, frekuensi makan besar 3 kali perhari tapi
pasien sering merasa lapar untuk itu pasien sedia cemilan biskuit manis, kadang dodol goreng
, susu milo, susu full cream, susu kental manis, permen, atau roti tawar yg diolesi dengan
susu kental manis, dari sini kami melihat yang dikonsumsi pasien sangat tinggi kadar
glukosanya. Kemudian kami menjelaskan bagaimana diet untuk penderita DM tipe II yaitu
diet rendah gula dengan makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Pada
penderita diabetes tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat penting. Bila hasil
pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan obat-obat hipoglikemi
OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Penderita diabetes tipe II yang kurus tidak
memerlukan pembatasan jumlah energi yang terlalu ketat. Akan tetap, semua penderita
diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak
tak jenuh dengan asam lemak jenuh. Penatalaksanaan makanan untuk penderita diabetes
melitus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu prinsip, tujuan, dan syarat diet. Prinsip
pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur
konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.
Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan
dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. Tujuan diet
yaitu : memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup
untuk memelihara berat badan ideal/ normal, mempertahankan kadar gula darah sekitar
normal (Pranadji, Martianto, dan Subandriyo, 2006).
Sebelumnya telah dikatakan pasien selalu mengatakan malas untuk kontrol dan
berolahraga dan pasien juga mengatakan dirumah jarang berkomunikasi dengan anak dan
menantunya karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Pasien mengatakan anak
pertama sibuk untuk mengurus cucunya menantunya sibuk bekerja dan anak yang terakhir
juga sibuk dengan pekerjaannya selalu pulang malam sehingga sangat sulit untuk
berkomunikasi. Pembina merasa ini salah satu penyebab muncul rasa malas yaitu kurangnya
dukungan dari keluarga, oleh karena itu pembina menyarankan kepada keluarga agar
menyempatkan sedikit waktu untuk berkomunikasi. Pembina telah menerangkan memberi
tahu kenapa pasien DM harus rajin kontrol, yaitu untuk mengetahui kadar gula darah, dan
32
Studi Kasus
pentingnya dukungan keluarga untuk penatalaksanaan DM sehingga dapat mencegah
komplikasi.
Dengan demikian pembina merasa sangat perlu untuk memberikan pemahaman pada
pasien dan keluarga DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan
dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka
penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan
klinis saja. Dalam hal ini partisipasi penderita DM dan keluarganya sangat diperlukan untuk
memberikan motivasi sehingga dapat mencegah komplikasi.
Tabel 1. Penilaian Kemampuan Mengatasi Masalah (Koping Keluarga)
No. Masalah Koping
Awal
Koping
Akhir
Upaya Penyelesaian dari
Keluarga
1. Kurangnya kepatuhan pasien
untuk kontrol
4 5 Awal : Pasien dengan diabetes tidak
rutin kontrol jika tidak ada keluhan
Akhir : pasien berjanji akan kontrol
setiap bulan
2. Kurangnya kepatuhan pasien
dalam meminum obat
3 5 Awal : Pasien sering lupa untuk
minum obat
Akhir : keluarga bersedia untuk
meningatkan pasien untuk
meminum obat
3. Kurangnya motivasi untuk
perilaku hidup sehat
3 5 Awal : Pasien hampir tidak pernah
olahraga dan tidak mengatur pola
makan yang sesuai untuk penderita
diabetes. Pasien setiap pagi minum
susu kental manis.
Akhir :Keluarga bersedia mengikuti
anjuran pembina, dengan mulai
berolahraga bersama saat hari
minggu dan mengurangi makan dan
minuman yang manis. Pasien sudah
tidak lagi minum susu kental manis.
32
Studi Kasus
4. Kurangnya kedekatan pasien
dengan keluarga
3 5 Awal : keluarga pasien sibuk
dengan urusan masing
Akhir : keluarga bersedia mengikuti
anjuran pembinaan
Rata – rata 3,2 5
Hasil Pembinaan
1. Pasien lebih paham tentang penyakit diabetes melitus, memahami pentingnya minum
obat teratur, kontrol gula darah ke puskesmas secara teratur setiap bulannya.
2. Pasien mulai merubah pola makan dengan mengganti menu makan yang sesuai untuk
diet penderita DM tipe II salah satunya dengan tidak lagi mengkonsumsi susu kental
manis.
3. Keluarga mulai melakukan perilaku sehat dengan jalan pagi bersama saat hari minggu
4. Hasil pembinaan keluarga secara keseluruhan menunjukkan peningkatan indeks
koping / penguasaan masalah dari 3 sebelum pembinaan menjadi 5 setelah
pembinaan.
5. Konsep pelayanan kedokteran keluarga telah dijalankan dan perlu ditunjang dengan
kerjasama yang baik antara provider kesehatan serta keluarga.
Saran
Saran bagi kesinambungan pelayanan adalah :
1. Untuk pembina berikutnya
Pembina selanjutnya sebaiknya dapat bekerja sama dengan tim Pembina sebelumnya,
sehingga pembinaan yang diberikan selanjutnya dapat benar-benar melanjutkan
pembinaan sebelumnya. Pembina selanjutnya sebaiknya tetap memotivasi keluarga
pasien untuk ikut berperan serta menjadi pelaku rawat bagi pasien.
2. Untuk pasien dan keluarga
Diperlukan kerja sama antara anggota keluarga dengan provider kesehatan dalam
menyelesaikan semua permasalahan yang ditemukan. Pasien dan keluarganya agar
lebih terbuka kepada pemberi pelayanan kesehatan jika ingin mengetahui tentang
penyakitnya.
32
Studi Kasus
3. Pelaksanan pelayanan kesehatan
Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif, terpadu dan
kesinambungan. Diperlukan suatu rekam medis yang benar dan teratur, serta
terkomputerisasi untuk menunjang pelayanan. Perlunya mengedukasi pasien dengan
diabetes mellitus untuk meminum obat teratur dan kontrol rutin. Pelayanan kesehatan
sebaiknya dalam memberikan obat DM tipe II tidak hanya untuk jangka waktu yang
terlalu singkat perkunjungan pasien sebab hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan
berobat pasien.
Penutup
Dalam studi kasus ini diterapkan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pelayanan
kedokteran keluarga berupa pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, terpadu, dan
berkesinambungan. Pada kasus ini pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam perilaku
hidup sehat dan dukungan moril keluarga sangat perlu ditingkatkan, oleh karena itu
pendekatan kedokteran keluarga penting dalam penanganan kasus semacam ini.
32
Studi Kasus
Daftar Pustaka
Asdie, A.H., 2000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2, Edisi pertama, Penerbit
Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Jumlah Penderita Diabetes Indonesia
Ranking ke-4 di Dunia, http://www.depkes.go.id/index.php
Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi
B, dkk (editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2006: 1879-1885.
Kekalih A. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas FKUI, 2008.
Pranadji, D, K. Martianto, D, H. Subandriyo, V, U. Perencanaan Menu Untuk Penderita
Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar Swadaya, 2006.
Soegondo S et. al. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2006. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. pp: 7-9
Soewondo, P. 2005. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus, dalam Penatalaksanaan
Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Sundari, S.,Setyawati, I., 2006. Peran Keluarga dalam Perawatan Penderita Diabetes Mellitus
secara Mandiri di Rumah, Journal Mutiara Medika, 6:2, 113-121.
Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wardani, N, K,.Hadi,H.,Huriyati,E.,2007. Pola Makan dan Obesitas Sebagai Faktor Resiko
DM Tipe 2 di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Journal Gizi Klinik Indonesia, 4:1,1-10.
Waspadji, S. 2005. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional , dalam
Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
32
Studi Kasus
LAMPIRAN
LEAFLET
DIABETES MELITUS
32
Studi Kasus
Body Discomfort Map:
DEPAN BELAKANG
Keterangan
Tanda pada gambar, area yang dirasakan:
Pegal, kaku =
32
Studi Kasus
Parastesi
KRITERI
A
TAN
GAN
PERGELA
NGANSIKUT BAHU
LEHE
R
PUNGG
UNGTUNGKAI
SIKAP
KEKUAT
AN
Menjepit > 1 kg
Menggengam > 5 kg
Beban
> 5 kg
Beban >
5 kg
Denga
n
beban
Menanga
ni beban
> 10 kg
Pedal kaki yang
> 10 kg
LAMAJepitan/Genggaman >
10 detik Salah
satu
sikap >
2/menit
> 10 detik> 10
detik
> 10
detik> 30%/8 jam
FREKW
ENSI
> 30 manipulasi per
menit> 2/menit
>
2/meni
t
>
2/menit> 2/menit
32
Studi Kasus
TOTAL
K
ir
i
1
Kan
an 1
Ki
ri
2
Kana
n 2
K
ir
i
0
Ka
nan
0
Ki
ri
1
Kan
an 1
Skor =
4Skor = 4
Kiri
3 Kanan 3
32
Studi Kasus
32
Studi Kasus