cerpen mia

Upload: tegar-m-wijaya

Post on 08-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cerpen

TRANSCRIPT

Adi Putera Pratama PenyesalanTeringat aku akan masa kecilku. Masa kecil yang penuh dengan kesenangan. Ku bisa bermain dan bermanja manjaan bersama seorang Ibu. Ku teringat saat ku menangis karena makanan atau minuman yang tidak bisa aku dapatkan. Dan hanya Ibu yang dapat selalu menenangkanku.Saatku mulai menjadi anak usia delapan sampai sepuluh tahun, ku selalu menuruti semua yang orang tuaku mau. Aku selalu menjalankan amanah demi orang tuaku. Dan akhirnya membuat orang tuaku bangga dan selalu memberikan kejutan manis berupa kasih sayangnya.Saat usiaku bertambah dua tahun. Ku selalu giat belajar. Ku menangkan semua ajang kepintaran. Ku rebut peringkat pertama di kelasku. Aku selalu menadi kebanggaan guru, teman - temanku, dan khususnya orang tuaku. Ku tidak bisa tanpa ridho dan doa dari kedua orang tuaku sendiri.Saat ku menginjak usia remaja. Ku selalu disibukkan dengan tugas. Aku sering keluar rumah untuk menghabiskan waktu dengan teman - temanku. Sudah jarang lagi ku bisa berkumpul dengan kedua orang tuaku. Aku jarang menuruti dan memenuhi semua perintah dan permintaan dari kedua orang tuaku. Tetapi mereka tidak lelah lelahnya selalu menyayangiku.Ku teringat saat ku sudah mendapatkan pekerjaan. Ku selalu dipenuhi hawa nafsu duniawi. Ku lakukan pekerjaanku hanya demi uang dan kekayaan diriku sendiri. Ku tidak pernah lagi berkomunikasi, berbagi kabar dengan kedua orang tuaku. Ku telah membangkang kepada mereka hingga ku membuat mereka meneteskan airmata. Ku bantah semua perkataannya demi uang.Hingga akhir ini, umurku sudah di ujung tanduk. Wajahku sudah menua, tulang belulangku sudah keropos. Kedua orang tuaku sudah tiada lagi. Mereka meninggalkanku sebelum ku sempat bersujud dan mencium kaki kedua orang tuaku. Teringat semua masa kecilku hingga kini. Yang semula ku disayang dan kini hanyalah rasa penyesalan yang amat mendalam karena kebodohan diriku. Aku sangat bodoh, ku sangat menyesal. Uang yang pernah ku dapatkan dengan mengorbankan kasih sayang kedua orang tuaku, kini hanya menjadi sampah yang tiada gunanya. Seandainya ku bisa kembali ke masa lalu, aku akan selalu tunduk kepada kedua orang tuaku. Mungkin, angan angan itu sekarang tiada gunanya lagi. Nyawaku sudah ditarik keras sampai ke tenggorokanku. Rasa sakit yang diselimuti penyesalan yang mendalam tidaklah cukup menggantikan semua kesalahanku kepada kedua orang tuaku.Aku mati. Bukan membawa ilmu atau sesuatu yang bermanfaat. Tetapi mati membawa dosa dan kesalahan yang pernah ku lakukan semasa hidupku.

Alicia K. D.The Story of Daughter of Chaos Cats apakah kamu habis mengerjai Mrs. Evergreen lagi? Atau guru yang lain yang kau kerjai? Karena aku disuruh beliau menyampaikan padamu kalau kamu dipanggil keruangannya sekarang. Kata Mia sambil menatapku khawatir. Namaku Cathlynn Discordyan, untuk sepersekian detik saat pertama kali bertemu denganku kalian akan berpikiran bahkan aku hanyalah gadis tomboy pada umumnya. Namun, sepersekian detik berikutnya kalian akan berpikiran bahkan aku adalah gadis yang mengalami mental disorder yang merasa puas apabila melihat orang lain sengsara atau bisa dibilang sosiopath. Tapi percaya atau tidak ibuku adalah ibu dari berbagai macam kekacauan, aku adalah anak biologis Eris sang Dewi Kekacauan yang bahkan aku yakin wajahnya pasti lebih buruk dari Medusa dan ayahku hanyalah manusia biasa, laki-laki biasa atau mungkin luar biasa. Ayahku adalah mantan angkatan laut yang sekarang menjadi penagih hutang. Kejahilanku sudah terkenal diseluruh penjuru kota, bahkan aku pernah hampir membuat guru Sastra Perancis di sekolahku masuk rumah sakit karena meletakkan paku berkarat di kursinya. Saat ini aku sedang berjalan menuju ke ruang kerja Mrs. Evergreen, baru saja aku membuka pintu aku sudah disambut dengan teriakan nyaringnya Miss Discordyan sudah berapa kali kau diperingatkan untuk berhenti menaruh barang asing di kursi guru! aku hanya menghela nafas malas dan sedikit menyembulkan kepalaku di sudut pintu Terima kasih sudah membuang-buang waktuku yang berharga Mrs. Evergreen. Kataku sinis sembari membanting pintu kantornya.Baru saja aku masuk rumah, ayah sudah menyambutku dengan tatapan tidak enak Cathlynn kapan kau puas mengerjai orang dan mulai merasa bersalah atas apa yang kau lakukan? ucapnya dengan nada lumayan tinggi. Apa yang terjadi? Aku di dropout? Atau aku kena disscores lagi? tanyaku agak sarkastik, ayah hanya menghela nafas dan memberiku selembar surat resmi. Aku menatap bingung surat tersebut karena kopnya bertuliskan NEVERIAL ACADEMY dan itu bukan nama sekolahku, dengan ragu aku menanyakannya Ini surat apa? Ayah tau kan ini bukan untukku. Ayahku kembali menghela nafas dan menjawab pertanyaanku Itu pengajuan pemindahan siswa dari sekolahmu saat ini ke Neverial Academy. Penjara anak-anak dengan kedok sekolah asrama, huh? jawabku sarkastik. Kali ini ayahku menepuk jidatnya dan mulai menjelaskan Cathlynn, Neverial Academy adalah sekolah untuk para prodigyum dan sepertinya Neverial Academy sudah tau kau adalah salah satu dari prodigyum yang sama sekali tidak mengerti posisimu dan mereka ingin membuka potensimu dan menahan kelemahanmu. Mendengarnya mendongeng aku hanya menganggukkan kepalaku. Naverial Academy, namanya memang terdengar normal tapi sekolah ini lebih mirip dengan bangun tua angker yang berisi berbagai macam mutant seperti di film X-Men. Aku hampir menangis melihat keadaan sekitar dan orang-orang yang akan mejadi temanku, mungkin 85% dari mereka berwujud manusia utuh tapi aku yakin 15% sisanya ada yang berwarna biru, berbulu bahkan melayang tapi aku sadar hanya aku yang melihat mereka berwujud seperti itu karena ayah sama sekali tidak menatap mereka aneh seperti dia menatapku. Ibu biarkan aku pergi dari sini batinku, aku hanya mendengar tawa samar setelah itu. Karena ayah masih ada urusan setelah ini carilah kamarmu sendiri dan berbaurlah kata ayahku yang sedari tadi didalam mobil dan langsung menyalakan mobilnya meninggalkan lapangan parkir akademi aneh itu. Sudah hampir setengah jam aku mencari kamarku dan akhirnya aku menemukannya, tanpa berpikir panjang aku langsung masuk tanpa mengetuk dan ternyata ada seorang gadis yang lebih pendek dari aku dengan mata super bulat dan besar menatapku bingung Cathrine Disordryan? tanyanya ragu Cathlynn Discordyan, dan panggil saja Cats. Jawabku berusaha ramah, dia mengangguk malu dan tersenyum Namaku Kennedy Thompson, aku seorang Cambion. Kita akan sekelas selama 2 tahun kedepan jelasnya ramah. Sejauh pengetahuanku tentang prodigyum Cambion adalah anak incubus atau succubus dengan manusia, antara yang kubaca di wikipedia dengan kenyataan di depan mataku seorang Cambion tidak ada bedannya dengan gadis pada umumnya. Mungkin memang kulitnya lebih pucat dan matanya berwarna sedikit aneh tapi tetap saja tidak berbeda dari manusia biasa.Keesokan paginya aku memasuki kelas bertuliskan IX The Hermit, memang benar-benar sekolah aneh yang menggunakan arcana taror untuk menamai kelasnya. Saat aku memasuki kelas tersebut aku tanpa sadar menghela nafas lega kelas dengan jumlah yang tidak terlalu banyak ini tidak ada hybrid hantu yang melayang-layang yang membuat bulu kudukku berdiri. Teman sebangku bernama Velencia,seorang demi-god beribu Hestia. Lalu, aku juga berteman dengan Elly, seorang ular shapeshifter dan manusia hybrid ada pula Visca, hybrid nymph dan manusia.Setelah 2 minggu aku menjalan kehidupan setengah normal setengah tidakku di Neverial, aku lumayan menikmatinya dan aku baru menyadari ibuku menurunkanku keahlian aneh yaitu membaca tarot, Velencia adalah orang ter-rajin dan ter-sabar yang pernah ku kenal, Elly yang sangat amat bermulut pedas dan penyulut api, Visca the mother figure dan kelakuannya yang centil namun menggelikan, aku juga berteman dengan Emma si elf-manusia hybrid yang sangat terobsesi dengan barang berbau gothic dan Zefir si grigori-manusia hybrid yang sangat pendiam dan rajin namun ada beberapa kesempatan dia akan berubah menjadi makhluk yang super sarkastik.Saat rasa kantuk menghantuiku aku mendengar suara bell istirahat. Akhirnya, ini pertama kalinya aku berterima kasih ibuku seorang Dewi batinku. Saat berjalan ke kantin bersama Elly dan Velencia tiba-tiba ada yang mengganggu pandanganku, okay mungkin dia tidak setampan karakter Jacob si Werewolf imaginasi Stephanie Meyer tapi aku berani bersumpah dia menarik. Hello Cats matamu hampir lepas mengikuti Pieter, kalau kau tidak menyadari itu. Kata Elly dengan nada mengejek Huh? No, he look hideous like a beast you know. Kataku menggelengkan kepalaku tanda tidak setuju, Elly hanya terkekeh dan kembali melanjutkan obrolan kami Nama laki-laki yang kau perhatikan tadi itu Pieter dia dari kelas II The High Priestess. Seorang demi-god dari Apollo, dia sekelas dengan Ron teman dekatku. Mungkin untuk saat ini aku dan Ron hanya berteman dekat tapi aku berharap lebih, tapi apa daya takdir berkata lain. Katanya sambil terkekeh namun aku dapat melihat guratan kecewa diwajahnya, aku hanya bisa menepuk pundaknya dan ikut terkekeh.Pagi ini saat aku memasuki kelas aku langsung meletakkan tasku dan mengeluarkan perlengkapan tarotku dan mulai mengocok kartuku dan menyebarnya, dengan mata terpejam aku mengambil 5 kartu secara acak. The Fool, awal baru untuk memulai hubungan, lalu The Empress terbalik, frustasi dan emosional, The Lovers, ikuti kata hati bukan pikiran, Queen of Wands terbalik, kesombongan seorang wanita, dan yang terakhir Ten of Swords terbalik, reaksi berlebihan. Aku hanya menghela nafas melihat hasilnya ini pertama kalinya hasilnya berhubungan dengan cinta. Aku sedang berjalan kekelas bersama dengan Kennedy setelah membeli minum di kantin tiba-tiba aku melihat Pieter dan aku mulai bergumam Aku tidak melihatnya, aku tidak melihatnya. Siapa yang tidak kau lihat Cats? Ah, pangeran berkuda putihmu Pieter. Kata Kennedy saat meihat Pieter berjalan melewatinya, aku menghela nafas dan mejawab Dia bukan pangeran berkuda putihku Kenny. Kennedy hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju namun ekspresinya masih setengah mengejek. Saat jam pelajaran terakhir aku menerima sms dari ayahku dan aku yakin aku ingin mengamuk saat membacanya, tapi ini masih jam pelajaran jadi aku berusaha keras menahan amarahku. Saat jam pelajaran selesai aku langsung berlari menuju ke lorong kosong dan mulai menumpahkan semua kekesalan dan frustasiku ke ayahku dan tanpa sadar aku mulai menitikkan air mataku. Aku terduduk di lantai lorong masih menahan air mata frustasiku membanjiri wajahku, tiba-tiba aku mendengar suara yang mencoba menenangkanku Bukankah sangat disayangkan seorang gadis menangis sampai wajahnya berubah hijau. Aku merasa laki-laki ini lebih menjorok untuk mengejekku dibandingkan menenangkan, aku pun mengangkat wajahku dan betapa kagetnya aku bahwa laki-laki itu adalah Pieter. Tiba-tiba dia berjongkok dan menghapus kedua air mataku dengan kedua ibu jarinya dan tersenyum Jangan menangis itu merusak wajah seorang gadis. Dan Namaku Pieter dari kelas II The High Priestess Katanya, namun tanpa disadari Zoey teman menepuk pundak Pieter dan tersenyum sambil berkata Berhentilah bertindak seperti seorang player dan ingat kau punya kekasih. yang hanya untuk status. Kata Pieter sambil berdiri dan berjalan meninggalkanku sendiri sambil melambai tangannya sok ramah. BRENGSEK! LAKI-LAKI BRENGSEK! teriakku.

Amadea ApriliaYOU ARE SPECIALPada suatu hari di sebuah desa kayu, selurung orang disana itu terbuat dari kayu. Dan disetiap tubuh mereka pasti akan ada bintang / lubang hitam. Jika di tubuh mereka terdapat bintang, berarti orang tersebut pernah melakukan sesuatu yang benar. Namun jika tubuh mereka ada lubang hitamnya berarti mereka pernah melakukan kesalahan. Pada suatu hari ada seorang manusia kayu bernama Punchinelo. Punchinelo adalah seorang yang periang, dia selalu ceria dan tersenyum kepada semua orang di desa itu. Suatu hari Punchinelo jalan-jalan ke hutan. Saat dia sedang jalan dengan berlompat-lompat ria, ada temannya menghapirinya. Dia berkata Punchinelo, Punchinelo, malang sekali dirimu! Bagaimana bisa kau tidak punya bintang sama sekali di tubuhmu ? betapa bodoh dan malangnya dirimu... hahahaha..... Namun Punchinelo tidak menghiraukan temannya itu, dia hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanannya. Pada saat di perjalanan, dia memikirkan perkataan temannya tadi. benar juga ya... kata dia, kenapa aku ini ga punya sama sekali bintang. Kenapa yang aku kerjakan selalu gagal... apakah aku diciptakan dengan tidak berguna ? yasudahlah, ga usah dipikirin lagi, aku akan coba yang lebih baik untuk ke depannya.Keesokan harinya Punchinelo keliling-keliling kota. Disaat perjalannya dia juga menemukan teman-temannya yang mengejeknya, dari anak kecil sampai yang dewasa. Semua membuat hati Punchinelo sedih. Walaupun seperti itu, Punchinelo tetap berusaha tegar dan sabar. Akhirnya Punchinelo bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Dia meminta sahabat-sahabatnya untuk membantunya mendapatkan bintang. Akhirnya sahabat-sahabatnya pun mau membantu Puncinelo dan sangat bersemangat sekali dalam membantu Punchinelo. Punchinelo sangat senang sekali, dan dia bangga mempunyai teman seperti mereka. Dalam usahanya itu Punchinelo mengalami kesusahan, apa yang dia lakukan tetap saja tidak ada yang berhasil. Tetapi teman-temannya tetap memberi semangat kepada Punchinelo, Puncinelo juga tidak mau cepat putus asa. Dia juga tambah bersemangat dengan apa yang dia lakukan. Sampai pada akhirnya pun belum ada satu kegiatan yang dapat dilakukannya dengan berhasil. Akhirnya Punchinelo kembali ke rumah, dalam perjalanannya dia bertemu dengan wanita cantik. Dan akhirnya mereka pun saling berkenalan. Punchinelo sangat terkejut, bagaimana bisa wanita itu tidak punya bintang dan lubang hitam sama sekali di tubuhnya. Tanya Punchinelo kepada wanita itu, kenapa kau tidak memiliki satupun bintang / lubang hitam di tubuh mu ? Jawab si wanita itu, oww... ini. Aku tidak mempunyai bintang / lubang hitam sama sekali ditubuhku karena aku tidak mau memihak pada siapapun, aku ingin menjadi manusia kayu yang netral saja. Aku menganggap semua itu sama, tidak ada bedanya. Aku juga tidak ingin mempunyai bintang yang banyak hanya untuk dipuji, dan jika aku mempunyai lubang hitam banyak, aku juga tidak mau mengeluh karenannya. Oleh karena itu tubuh ku tidak bisa ditempeli oleh bintang maupun lubang hitam.Tanya Punchinelo, oww.. begitu kamu melakukannya, tapi bagaimana kamu bisa seperti itu ? Sedangkan aku tidak bisa sepertimu. Aku juga ingin bisa menjadi orang yang netral, tidak mengandalkan kehebatannku / kelemahannku. Tetapi aku dapat mengandalkan apa yang aku punya.Jawab Wanita itu, Punchinelo jika kamu menginginkan seperti itu, coba kamu bertemu dengan seorang manusia yang menciptakan kamu. Di situlah kamu akan mendapatkan jawaban yang kamu inginkan. Karena dialah yang menciptakan kamu dan pasti dia juga mempunyai rencana dengan apa yang telah dibuatnya. Dia tinggal berada di dataran paling atas di desa ini.Jawab Punchinelo, kalau begitu, terimakasih sekali yaa... untuk nasehatmu, sangat berguna sekali nasehatmu itu bagiku.Jawab wanita itu, oke sama-sama Punchinelo, aku pulang dulu yaa... Sampai jumpa lagi.Keesokan harinya Punchinelo melakukan apa yang dikatakan oleh wanita itu, dia berangkat ke rumah penciptanya dan ingin bertanya banyak tentang apa yang ada dipikirannya. Sesampainya disana Punchinelo mengetuk-ngetuk pintu, permisi, permisi..., apakah ada orang didalam ? Karena tidak ada yang membukakan pintu, dan ternyata pintu tidak sengaja terbuka, masuklah Punchinelo diam-diam sambil berkata, permisi.., tuan, apakah tuan sedang ada di rumah ? Duh kenapa rumah ini sangat sepi, dimana pemiliknya yaa... sedikit demi sedikit Punchinelo memasuki rumah tuannya sambil mencari dimana tuannya itu. Tapi pada saat mencapai ruang tengah, Punchinelo melihat ada banyak kayu-kayu tersebar dimana-mana, dan ada juga pemotongan kayu yang sedang menyala dan bersuara sangat keras.

OMG, tempat apaan ini, seram sekali, aku tidak mau mati ditempat ini, tolong... tolong... tidak ada satupun orang yang menjawabnya. Akhirnya Punchinelo memutuskan untuk keluar dari rumah itu dengan tergesa-gesa. Namun pada saat Punchinelo mau melangkahkan kaki untuk keluar, ada seorang yang memanggilnya. Punchinelo, Punchinelo.. mau kemana kamu, kemarilah Punchinelo, jangan takut, ini aku tuanmu. Kemudian Punchinelo bergerak kepada tuannya dan duduk di pangkuan tuannya. Dan disaat itulah Punchinelo mengeluarkan keluh kesahnya. Sampai pada akhirnya tuannya menjawab, Punchinelo, jangan pernah kau berfikir seperti itu lagi. Aku menciptakan mu itu pasti ada gunannya. Tidak mungkin aku membuat mu dengan tidak ada maksud / tujuan tertentu. Semua manusia kayu yang aku buat, pasti sudah aku rencanakan untuk apa aku membuatnnya, tidak hanya dengan seenaknya saja. Aku memikirkan mu selalu. Nah sekarang Punchinelo, jangan pernah kau menganggap orang itu dari kelebihan / kekurangannya saja. Karena itu akan membuta kamu buta akan jalan. Dan sekarang jangan pernah kau menghiraukan yang lainnya tetaplah berjalan sesuai jalanmu. Jangan pernah lagi kau mengeluh, iri, sombong, menghina, bahkan berbuat jahat sekalipun pada orang yang jahat padamu. Karena aku tidak suka orang seperti itu.

Punchinelo sangat sedih sekali, dia benar-benar menyesal dengan perbuatannya selama ini, dia berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Dia mau berubah dan tidak mau menghiraukan lagi dia punya. Dia mau bersyukur dengan apa yang dia punya. Dan akhirnya Punchinelo pulang dan merenungkannya di jalan, dan seketika itu juga lubang hitam yang ada di tubuhnya hilang satu persatu setiap pikiran baik keluar dari pikirannya.

Keesokan harinya Punchinelo bertemu dengan si wanita itu dan mengucapkan terimakasih banyak pada wanita itu. Dan akhirnya mereka berdua menjadi satu pasang keluarga yang bahagia, dan menjadi contoh bagi banyak orang di sekitarnya.

Anastasia Sylvianka D JTheres Something in Ladies RoomSelama 4 tahun terakhir, aku bekerja sebagai video editor di sebuah perusahaan pakaian wanita. Seperti yang bisa kau bayangkan, sebagian besar pegawainya adalah wanita. Bahkan, aku satu2nya pria di departemenku. Ujung2nya, aku seringkali mendapat ejekan (dalam artian bercanda) dari teman2ku. Namun sejujurnya, aku tak terlalu keberatan. Namun ada satu kekurangan dari tempat kerjaku. Kamar mandi. Oh, maaf, kurasa aku terlalu cepat menceritakannya. Beberapa bulan lalu, karena tempat kerja kami dirasa kurang luas, bosku memutuskan memindahkan seluruh departemenku (ada 12 orang pegawai, 11 di antaranya perempuan, dan 1 laki2, itu aku) dari kantor pusat kami ke gedung yang lebih kecil di seberang jalan. Aku sangat bersyukur dengan kepindahan ini. Kami benar2 membutuhkan tempat kerja yang lebih luas dan gedung di seberang kebetulan kosong. Tapi sayangnya, kondisi gedung itu tidak terawat. Tidak ada yang menyewa gedung tersebut selama beberapa bulan dan kondisinya benar2 parah. Langit2nya bocor, bahkan ada yang ambruk. Lantainya retak, dan kamar mandinya benar2 dalam keadaan kotor. Namun bosku mengucurkan banyak dana untuk merenovasi gedung tersebut dan setelah jadi, kami bahkan tak bisa lagi mengenalinya (dalam artian yang baik). Perubahannya benar2 tak bisa dipercaya! Kami memiliki cubicle2 untuk tempat kami bekerja dengan pot tanaman, kursi yang ergonomis, dan kami juga memiliki ruang lapang dimana kami bisa mendekorasinya sesuai keinginan kami. Kami juga diberikan dapur yang lengkap dengan mesin pembuat kopi (bermerek), blender untuk membuat jus, pemurni air, yah hampir segalanya. Dan gadis2 diberikan kamar mandi mewah lengkap dengan futon dan cermin rias (kau tahu, yang ada lampu2 di sekeliling frame-nya). Bagaimana dengan kamar mandi pria? Well, bisa ditebak karena aku satu2nya pegawai laki2 di sana, maka kamar mandiku tak semewah mereka. Kamar mandiku hanya berisi wastafel, toilet, dan cermin. Itu cukup bagiku, mengingat di gedung ini hanya aku saja yang menggunakannya. Namun masalahnya adalah kunci pintunya mudah rusak. Ketika aku keluar dari kamar mandi, pintunya akan menutup sendiri dan mengunci dari luar. Aku tak bisa masuk tanpa bantuan dari bagian maintenance gedung. Hal itu tidak terjadi terlalu sering, namun cukup untuk membuatku kesal. Karena seringkali kejadian itu berlangsung saat kondisi darurat, yah kau tahu lah maksudku. Untuk membuat segalanya lebih buruk, bagian maintenance di gedung ini bisa dibilang supersibuk, sehingga mereka baru bisa menangani keluhanku setelah beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Untungnya, para rekan kerjaku (yang semuanya wanita) sangat baik dan mengizinkanku menggunakan kamar mandi wanita apabila kamar mandiku terkunci. Mereka mengatakan mereka tidak keberatan, bahkan agak terhibur (entah apa itu maksudnya). Peristiwa itu terjadi beberapa kali. Aku sebenarnya ingin cuek saja, namun aku tak bisa bohong pada diriku sendiri. AKu benci menggunakan toilet perempuan. Ini bukan hanya karena ego-ku sebagai laki2. Itu juga bukan karena rasa malu. Namun karena menggunakan kamar wanita rasanya benar2 aneh. Ya, aneh. Seperti kau merasakan ada sesuatu yang membuatmu merinding tanpa bisa menjelaskannya. Saat aku menggunakan kamar mandi wanita, aku merasa bahwa aku tak sendiri. Aki ingat dengan samar pertama kali aku terpaksa menggunakannya. Hari itu adalah hari dimana kunci kamar mandi pria macet sejak pagi dan aku hampir menghabiskan seharian tanpa pergi ke kamar mandi. Sejam sebelum shift-ku berakhir, aku merasa seperti kandung kemihku akan meledak. Kakiku gemetaran dan gigiku mengigiti bagian dalam pipiku, serta mataku mulai berair. Aku menyadari bahwa pada titik ini, aku hanya punya dua pilihan: menggunakan kamar mandi wanita atau mencari semak2 di luar. Aku lebih memilih memakai kamar mandi wanita, walaupun itu adalah keputusan yang sangat sulit untuk kubuat. Rekan kerjaku (yang sekali semua adalah wanita) berjanji mereka akan berjaga di depan pintu untuk memastikan tidak ada yang masuk sementara aku menggunakan kamar mandi. Mereka juga memeriksa ke dalam untuk memastikan kamar mandi itu kosong sebelum aku masuk. Halo? tanyaku. Tak ada respon. Pikiran pertama yang terbesit di benakku adalah betapa bagusnya kamar mandi ini. Seperti yang kusebutkan di atas, ada futon dan cermin yang bisa menyala. Aku juga terkejut tidak ada urinal di sana. Hanya ada bilik2. Yah, butuh waktu sejenak untuk benar2 menyadari aku berada di kamar mandi wanita. Rasanya aneh, sebab seumur hidupku, setiap aku memasuki kamar mandi, aku selalu melihat urinal. Aku memasuki sebuah bilik, menguncinya (walaupun aku tahu takkan ada yang masuk), dan melakukannya. Aku berdiri di sana, mengosongkan kandung kemihku, dan tak mendengar apapun kecuali air seniku yang mengalir ke dalam kloset. Rasanya suasana itu berjalan selama semenit hingga aku mendengar suara lain. Suara itu seperti suara langkah kaki yang sangat ringan. Lalu, Ngiiiiik ... Jantungku berhenti. Itu adalah suara bilik di sampingku terbuka. Ada seseorang yang berada di dalam kamar mandi selain diriku. Mungkin orang itu masuk tanpa sepengetahuan rekan kerjaku di luar atau sejak awal dia memang sudah ada di sini dan rekan2 kerjaku tak mengetahuinya. Setelah rasa terkejutku reda, perasaanku berganti menjadi rasa malu. Inilah aku, kencing berdiri di kamar mandi wanita (garis bawahi kata berdiri), dan seorang gadis malang mendengarnya. Mungkin gadis yang bekerja denganku itu sama malunya denganku. Sial, ini awkward! Entah bagaimana, tanpa aku berpikir, aku mengucapkan, Uuuh, maaf. Aku kembali mendengar suara Ngiiiik dari suara pintu bilik yang terayun membuka dan suara Tuk yang pelan. Setelah aku selesai kencing, membilasnya, dengan lega aku keluar dari bilik. Aku melihat wajah merahku yang tersipu di cermin dan memutuskan untuk mencuci mukaku dengan air. Akupun keluar dari kamar mandi. Rekan kerjaku bersumpah tak ada yang masuk ke kamar mandi wanita ketika aku berada di dalam. Dan mereka meyakinkanku bahwa kamar mandi itu kosong ketika aku masuk. Aku tak yakin, namun aku berpikir bahwa aku mungkin saja salah dengar. Mungkin itu suara air yang mengalir melalui pipa di dinding dan melupakan semua pengalaman itu. Aku hanya pernah menggunakan kamar mandi wanita selama dua kali sepanjang bulan itu. Dan setiap kali aku melakukannya, itu adalah pengalaman yang menyiksa. Tiap kali aku sudah tak tahan lagi, aku merasa paranoid, selalu merasa seakan aku sedang menyerang ruang privasi orang lain. Satu kali, ketika aku sedanng mencuci tangan, aku menatap ke cermin dan bersumpah melihat sesuatu bergerak di sudut mataku. Sebuah gerakan cepat di dekat salah satu bilik. Seperti seseorang (atau sesuatu) dengan cepat berusaha menghindar dari tatapanku. Aku tak bisa menunjukkan dengan tepat dimana gerakan itu berasal, namun aku bisa bersumpah bahwa aku benar2 melihatnya saat itu. Dan aku juga mendengar suara yang familiar. Ngiiiiik ... diikuti dengan suara Tuk. Tak heran para wanita selalu ke kamar mandi ramai2, pikirku. Pasti itu membantu mereka agar tidak mendengar suara2 yang aneh. Secara keseluruhan, menggunakan kamar mandi perempuan adalah pengalaman paling canggung yang pernah kualami. Namun itu bukan pengalaman yang terlalu menakutkan. Hingga hari ini. Sial! Aku benar2 merinding jika mengingatnya. Hari ini adalah hari terakhir aku menggunakan kamar mandi wanita SELAMANYA. Dan aku akan berusaha supaya tak satupun rekan kerjaku yang menggunakan kamar mandi itu. Hari ini bukanlah hari yang normal, ini adalah hari yang benar2 sibuk. Begitu banyak yang harus kulakukan. Aku terlambat makan (pada titik ini perutku mulai terasa aneh). Aku punya ribuan deadine yang harus kupenuhi. Dan lebih buruk lagi, tanpa sengaja aku kembali mengunci kamar mandi pria dari luar. Aku mengirim e-mail ke bagian maintenance dan meneruskan bekerja sepanjang hari, sehingga akupun melupakannya. Aku segera menyadari bahwa aku takkan mungkin pulang ke rumah tepat waktu, terutama karena sebuah proyek tiba2 muncul sekitar satu jam sebelum waktu pulang. Aku sedikit merasa khawatir dengan beberapa hal. Pertama, jika aku tidak pulang sekarang, aku takkan menemukan tempat parkir di blok apartemenku. Kedua, aku sepertinya mengalami sedikit masalah pencernaan hari ini dan merasa sedikit tak nyaman. Namun aku bekerja secepat mungkin dan masih berharap dapat pulang tepat waktu. Dan tentu saja, hari dimana kau ingin pulang ke kantor lebih cepat adalah hari dimana (kenyataannya) kau harus bekerja lembur dan pulang terlambat, bahkan paling akhir. Pada pukul 6, gadis terakhir sudah pulang dari kantor dan aku masih belum menyelesaikan proyekku. Pada 7.30, perutku mulai membunuhku secara perlahan. Perutku mulai berbunyi cukup keras. Ia tidak mengatakan, Aku lapar! melainkan Aku sedang kesal dan akan meledak. Aku akan membuat kekacauan di sini jika kau tak segera ke toilet!. Yah, singkat kata, aku harus segera menggunakan kamar mandi. Tak bisa ditunda lagi. Aku melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan komputerku untuk memproses tahap akhir proyek videoku. 45 menit. Itu dan ditambah setengah jam berkendara pulang, jelas tidak mungkin aku bisa menunggu selama itu. Aku pergi ke kamar mandi laki2 dan berusaha membukanya. Klik! Yah, benar. Masih terkunci dan pasti bagian maintenance masih terlalu sibuk untuk memperbaikinya. Aku mengintip kamar mandi wanita dan merasa gugup untuk alasan yang aneh. Namun aku mengabaikannya dan memutuskan untuk masuk saja (perutku memaksaku, aku tak punya pilihan lain). Aku memasuki kamar mandi wanita dan dengan terburu-buru langsung masuk ke dalam bilik, sambil melepas sabukku ketika aku berjalan. Aku takkan memberikan detail yang terlalu rinci di sini, namun setelah 20 menit duduk di kloset, aku mulai merasakan horor. Aku mulai mendengar langkah kaki. Aku mendengarkan dengan seksama, bertanya-tanya mungkinkah aku sedang berkhayal. Tap ... tap ... tap .... Tidak, aku tak mungkin salah. Aku jelas2 mendengar suara langkah kaki. Tidak, bukan langkah kaki. Seperti suara sesuatu merangkak? Jantungku berdebar kencang dan paru2ku serasa membeku ketika aku menyadari darimana suara itu berasal. Suara langkah kaki itu tidak berasal dari luar. Suara itu berasal dari atasku. Tepat dari atasku. Aku menatap ke atas dan suara itu menghilang. Untuk sesaat, aku tak mendengar sesuatupun namun jantungku berdebar sangat kencang hingga aku mulai merasa sakit. Kemudian, Ngiiiiiik ... Pada saat itulah aku menyadari bahwa selama ini yang kudengar bukanlah suara bilik yang didorong terbuka. Itu adalah suara papan plafon langit2 yang diangkat. Ketika papan plafon yang berada tepat di atasku tergeser membuka, akupun melihatnya. Mataku membelalak dan mulutku menganga ketika aku melihat sesuatu di sana. Dan ia balik menatapku. Di dalam langit, sebagian tersembunyi di dalam bayangan, aku melihat sebuah mata. Mata itu mengintip, melihat tepat ke arahku untuk selama sedetik. Kemudian, secepat ia terlihat, secepat itu pula ia menghilang. Hal terakhir yang kulihat adalah suata Tuk yang pelan ketika ia meletakkan kembali papan plafon itu di tempatnya. Apa yang terjadi berikutnya masih sangat kabur dalam ingatanku. Aku tak ingat berdiri dan menarik celanaku. Aku tak ingat meraih kunci mobilku dan keluar dari gedung. Aku hanya ingat detak jantungku yang serasa memukul2 dadaku. Detak jantungku sangat kencang hingga rusukku terasa sakit. Ketika aku pulang, aku mencoba mengingat kembali apa yang aku lihat. Aku bertanya-tanya, apa yang akan kukatakan pada rekan2 kerjaku besok tentang apa yang kulihat tadi? Itu jelas wajah seorang laki2, namun wajahnya tak sepenuhnya seperti manusia.

Chofifah Alya T TrismavekaBerawal Dari BenciSahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis***Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Mevi harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak. Buku-buku yang dibawa Mevi jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.Sial! Lari nggak pakek mata apa ya... gerutu Mevi. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Mevi merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.

Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya? cemooh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Mevi berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemoohnya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Sumpah! Mevi benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Mevi nggak bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Mevi mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Mevi terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.

Teeeett Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaringMaksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu. ucap cowok tersebut sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemoohan atau pun ejekan.Lo berubah. gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Mevi yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Mevi mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.Aduuuuhh pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.Makan tuh sakit!! ejek Mevi sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh kaki. Secara Mevi pakai kekuatan yang super duper keras. Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi berambut ikal tersebut.***Mevi.. Mevi menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Salsha teman baiknya sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Mevi membalikkan badannya berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya. Mevi memang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih celingak-celinguk mencari motor, Salsha malah menjitak kepalanya dari belakang.Woe non, nggak denger teriakan gue ya? Temen macam apa yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri. ucap Salsha dengan bibir monyong. Ciri khas sahabatnya tersebut kalo lagi ngambek.Sori deh Sya. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.

Bad mood? Jelas-jelas loe tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok sampai tuh cowok permisi pulang, enggak minta maaf lagi. jelas Salsha panjang lebar.Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya? Mevi benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Aldi lho. Enak aja. Orang dia yang mulai duluan. bantah Mevi membela diri.Sejenak Mevi terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP dulu banget. ujar Salsha polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. Lagi pula gue udah bisa nerima kalau Aldi nggak suka sama gue.Tau ah gelap!***Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Mevi sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Salsha masih berkutat pada buku catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.

Makanya kalau nulis jangan kayak siput Dengan gemas Mevi mencubit pipi Salsha. Duluan ya, Sal. Disuruh nyokap pulang cepet nih! Salsha hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.Saat Mevi membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar.Eh, sori.. ucap Mevi kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Mevi langsung ngasih tampang jutek kepada orang itu

Ngapain loe kesini?! Masih sakit kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemarin pulang cepet? Hah?! Jadi cowok kok banci baget!!! Kesal Mevi.Jujur Aldi udah bosen kayak gini terus sama Mevi. Dia pengen hubungannya dengan Mevi bisa kembali seperti dulu.Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Salsha. ucap Aldi dingin sambil celingak celinguk mencari Salsha. Hey Sal! ucap Aldi riang begitu orang yang dicarinya nongol.Hey juga. Jadi nih sekarang? Salsha sejenak melirik Mevi. Lalu dilihatnya Aldi mengangguk bertanda mengiyakan. Mev, kita duluan ya, ujar Salsha singkat.

Mevi hanya bengong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Salsha dan Aldi yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Aldi selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Aldi tidak menggodanya dengan cemoohan atau ejekan khasnya. Aldi juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.

***Byuuurr.. Sirup rasa stowberry menggalir deras dari rambut Mevi hingga menetes ke kemeja putihnya. Mevi nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.Maksud loe apa? bentak Mevi menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.Belum kapok di guyur kayak gini? balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Mevi. Bel, mana sirupnya yang tadi? ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Nadia. Bella langsung memberi satu gelas sirup yang sudah siap untuk disiram ke Mevi.Loe mau gue siram lagi? tanya cewek itu lagi.

Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan sirup rasa stroberry? Teriak Mevi dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Danty. Danty terkenal primadona sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Mevi diem aja. Ia juga tau kalau Danty satu kelas dengan Aldi. Wait, wait.. Aldi??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Al, sampe gue tau loe biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!Gue rasa, gue nggak ada masalah ama loe. teriak Mevi sambil mendorong Danty dengan sadisnya. Mevi benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu di kasih pelajaran.

Kedua teman Danty, Bella dan Cassie dengan sigap mencoba menahan Mevi. Tapi Mevi malah memberontak. Buruan Dan, ntar kita ketahuan. kata Cassie si cewek sawo mateng.Selang beberapa detik, Danty kembali mengguyur Mevi dengan sirup.Jauhin Aldi. Gue tau loe berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Aldi. Tapi kenapa loe sekarang nggak mau ngelepas Aldi?!!Maksud loe? ledek Mevi sinis.Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa sama Aldi. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Mevi.Tapi lo seneng kan? teriak Danty tepat disebelah kuping Mevi. Kesabaran Mevi akhirnya sampai di level terbawah.

Buuugg! Tonjokan Mevi mengenai tepat di hidung Danty. Danty yang marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding satu. Jelas Mevi kalah. Tak perlu lama, Mevi sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.Beraninya cuma keroyokan! bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Mevi juga ingin, tapi tertutup oleh Danty. Dari suaranya Mevi sudah tau. Tapi ia nggak tau benar apa salah.

Pergi loe semua. Sebelum gue laporin. ujar cowok itu singkat. Samar-samar Mevi melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Mevi dan membantunya untuk berdiri.Loe nggak apa-apa kan, Mev? sesal Aldi.Nggak apa-apa dari hongkong!?***Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Mevi dan Aldi berada di ruang UKS. Mevi membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di UKS. Aldi memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar pipi Mevi. Mevi lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia nggak bakalan mau tangan Mevi nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena terpaksa. Mau gimana lagi.Ntar loe pulang gimana? tanya Aldi polos.Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang. jawab Mevi jutek. Rasanya Mevi makin benci sama yang namanya Aldi. Gara-gara Aldi dirinya dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Aldi enggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.Tadi itu cewek loe ya? ucap Mevi dengan wajah jengkel.Nggak. ucap Aldi datar.

Terus kok dia malah ngelabrak gue? Nyuruh jauhin loe segala. Emang dia siapa? gerutu Mevi kesal seribu kesal. Ups! Kok gue ngomong kayak gue enggak mau jauh-jauh sama Aldi. AduuuhhAldi sejenak tersenyum.Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo ucap Aldi sambil menunjuk Mevi.Mevi terdiam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Aldi menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. Nanti bisa pulang sendiri kan? tanya Aldi.Bisalah. Emang loe mau nganter gue pulang?Emang loe kira gue udah lupa sama rumah loe? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus lupain segala sesuatu tentang diri loe. Gue masih paham benar tentang diri loe. Malah perasaan gue masih sama kayak dulu. jelas Aldi sejelas-selasnya. Aldi pikir sekarang udah saatnya ngungkapin unek-uneknya.Loe ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat loe! ancam Mevi. Nih orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala pusing, malah di kasih obrolan yang makin pusing.Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal loe tau, gue selalu cari gara-gara ama loe itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas loe nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa loe malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin loe berantem. Sejenak Aldi menanrik nafas.

Loe mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.Hening sejenak diantara mereka berdua.Kayaknya gue pulang duluan deh. Ucap Mevi sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Mevi, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus ngapain. Dulu ia nolak Aldi karena Salsha juga suka Aldi. Tapi sekarang?Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah. Aldi berbicara tepat saat Mevi sudah berada di ambang pintu UKS.Mevi terdiam tak sanggup berkata-kata. Di langkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS. Meninggalkan Aldi yang termenung sendiri.***Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Salsha belum datang. Mevi sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Mevi nggak bisa tidur. Entah kenapa bayangan Aldi selalu terbesit di benaknya. Apa benar Aldi pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Aldi mau pindah apa nggak, batin Mevi. Argggg Kenapa sih gue mikir dia terus?Mikirin Aldi maksud loe? ucap Salsha tiba-tiba udah ada disamping Mevi.Nih hadiah dari pangeran loe. Di lihatnya Salsha mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Mevi membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Mevi dan Aldi saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

MeviInget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu loe nangis gara-gara di hukum sama kakak kelas.Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. just kidding. Lo dulu pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga loe seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat ini karena gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue bakal nunjukin ke loe gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga maujadipacargue.IloveYou Salam Sayang,

Alvaro Maldini

Kenapa loe nggak mau nerima dia? Gue tau loe suka Aldi tapi lo nggak mau nyakitin gue. sejenak Salsha tersenyum.Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Aldi. Dia cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih. Ujar Salsha menyakinkan Mevi.Thanks Sal. Loe emang sahabat terbaik gue. ucap Mevi tulus.Tapi gue tetap pada prinsip gue. Ucap Mevi yakin.Salsha terlihat menerawang.

Jujur, waktu gue tau Aldi suka sama loe dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak sama semua orang, kenapa dunia enggak adil sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita. senyum kembali menghiasi wajah mungilnya.Dan lo harus janji sama gue kalo loe bakal jujur tentang persaan lo sama Aldi. Janji? lanjut Salsha sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Ingin rasanya Mevi menolak tetapi Salsha terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Salsha belum sepenuhnya melupakan Aldi. Tapi Mevi juga tak ingin mengecewakan Salsha. Berlahan diangkatnya jari kelingkingnya.Janji.. gumam Mevi lirih.

Bagus PamungkasSenja Penanti HujanSore sudah berganti senja. Sisa hujan yang turun mulai rintik di sela langit jogja. Saya masih celingukan di antara ruas jalan mencari sisa angkutan umum untuk mengantar saya pulang. Tumben gumam saya. Para angkutan umum itu sudah berputar-putar melewati wajah saya. Tapi apa mau dikata, jejalan yang bahkan sampai memenuhi pintu masuk kendaraan umum itu sudah terisi. Tercium aroma kepulan asap putih dari gerobak mie ayam di seberang jalan sana, membuat perut saya bergetar, saya putuskan untuk makan dulu saja.Halah mas, mas. tukang angkot memang begitu. Lah aku kemarin sama keluargaku tumpuk-tumpukan di dalem, masih aja dia ngetem, ngakunya kosong, iki mas celoteh pedagang mie ayam sambil menyodorkan satu mangkuk bergambar ayam jago merah di permukaannya.Pernah mas waktu itu, penumpangnya banyak bener, sampe kempes ban mobilnya ucapnya lagi.Saya tertawa mendengar pedagang mie ayam itu. Logat jawanya yang kental serasi dengan mimik wajahnya yang membuat saya terpingkal dalam hati. Saya masih asik dengan suapan mie yang masih hangat, sementara mata saya terpaku pada sebuah jembatan tua yang sudah banyak dipenuhi bekas-bekas stiker dan coretan-coretan pilog di permukaan tubuhnya. Ada sebuah sosok disana, rasanya saya familiar dengannya.Setelah merogoh uang sepuluh ribuan saya langsung menuju jembatan tadi. Wanita berambut coklat gelap, dengan baju biru langitnya berdiri sambil memegang tiang batas jembatan itu. Saya tidak mengenalnya, saya bahkan tidak merasa pernah bertemu dengannya. Rasa familiar yang tadi itu, ah, anggap saja itu alasan, mungkin saya hanya ingin melihatnya dari dekat. atau hanya ingin mengetahui bayang itu dengan jelas. Saya hanya terus melihatnya dari kejauhan. Sampai angkutan umum berwarna merah tua datang menjemput saya, sosok itu, tetap diam di bawah bayang.Rasanya aku tidak pernah melihat atau bertemu dengannya, tapi kenapa ia memperhatikanku begitu lekat? atau jangan-jangan ia bermaksud jahat padaku? atau jangan-jangan dia.. ah sudahlah, lebih baik aku diam sampai dia pergi. Sebenarnya aku tidak berencana menghabiskan waktuku di jembatan jelek ini, aku hanya bosan menunggu malam hinggap di kamarku. Aku juga tidak suka berada di satu tempat yang sama dalam waktu yang lama, tapi tidak dengan tempat ini, tidak dengan jembatan ini.Dia masih melihatku. Kuperhatikan ia sejenak, wajahnya terlihat lugu dan kebingungan saat menatapku. Dia hanya pria penyanggul tas hijau di atas bahunya. Mungkin dia penasaran atau benar-benar berniat jahat padaku? Ketahuilah, hey kau pria penyanggul tas hijau, aku hanya menghabiskan senjaku disini, pergi dan jangan menggangguku ucapku kesal dalam hati. Aku tidak bermaksud mengusirnya, aku hanya tidak suka ada seseorang yang lama-lama menatapku, membuatku gugup, atau, kesal.Kendaraan berwarna merah tua datang dari selatan, melenyapkan pria itu disusul deru asap knalpot hitam yang berbekas di udara. Aku masih memperhatikan kendaraan merah tua itu dari kejauhan, melihat pria mencurigakan itu pergi, menghilang disusul langit yang mulai pekat.Sore itu masih terik. Sinar matahari yang tersisa masih mengancam awan menyingkir dari langit agar menyisakan ruang untuk tahtanya. Saya masih setia dengan sepatu vans butut di kaki saya untuk menapaki aspal panas atau sekedar tanah pasir dan batu yang kering. Sore di alun-alun jogja memang seringkali terasa panas, apalagi tanpa dilindungi topi satu pun saya mengarungi jalan pulang dari kampus ke kos-kosan mini saya. Sesampainya di perempatan jalan, saya menyebrangi garis putih putus-putus yang melukis aspal hitam yang mengering. Saya menemukan gerobak mie ayam kemarin dengan bapak berkumis tipis di balik tenda yang menghiasi wilayah dagangnya.Minta siji pak, tambah pangsit piro?Dua belas mas, komplit itu karo es tehYowis boleh pak ucap saya sambil duduk di bangku biru yang sudah berjajar rapi di samping meja kayu panjang. Sambil membuka emping dalam plastik kecil saya tertegun ke arah jembatan kemarin. Jembatan itu kini lengang. Belum ada siapa-siapa disana.Bapak sering lihat cewek di jembatan sana nggak pak?Sering mas, tiap sore dia disitu. Arep bunuh diri kali diaHus si bapak malah bercandaMie ayam di mangkok saya sudah ludes diganti segelas es teh manis yang juga habis. Saya keluar untuk mencari wanita yang kemarin di jembatan itu, benar, dia sudah disana sekarang. Saya penasaran dengannya, kenapa ada orang aneh yang menghabiskan sisa harinya di wilayah seperti ini. Setahu saya, jarang mahasiswa atau mahasiswi yang sekedar mampir ke tempat ini hanya untuk menikmati sisa hari, selebihnya saya tidak tahu, mungkin sama seperti saya, menunggu angkutan umum untuk mengantar pulang menggantikan kaki yang sudah lelah.Saya sudah di sebelahnya sekarang. dua meter di sampingnya, tepatnya. Wanita itu hanya menatap kosong ke arah langit jingga yang hinggap di langit-langit angkasa. Saya memperhatikannya amat lekat, sampai mungkin ia terganggu. Dia benar-benar terganggu, dia menoleh ke arah saya. Dia hanya diam, saya juga diam. Saya palingkan wajah saya ke langit yang lapang, menahan malu karena tertangkap basah memperhatikannya. Buru-buru saya hilang dari tempat itu, menghentikan besi merah tua beroda empat dengan lambaian tangan yang menari disekap malu.Hujan masih turun. Aku masih terbenam di kasur empukku sambil memeluk guling kecil dalam selimut. Gemericik air yang menapak jalan terdengar bising disusul angin yang menghunus di antara daun dan pepohonan di luar rumah. Ah, aku jadi ingat pria itu gumamku dalam hati. Sudah sekitar empat belas hari ini dia selalu datang di sebelah dua meter di sampingku menangkap akhir sore yang kerap ditutupi awan. Dia tetap seperti yang kutahu, wajahnya masih lugu. Mungkin bodoh. Tapi aku tidak peduli, dia bukan orang asing bagiku, dia tumpuan soreku. Senja juga terlukis di pelupuk matanya.Aku ingin mengajaknya berbicara, tapi aku takut dia bertanya sesuatu yang tidak aku inginkan. Apa yang kau lakukan disini? Aku takut kata-kata itu terucap dan membuat kami tidak lagi menikmati kaki senja di bawah bayang jembatan tua. Mungkin bila saat itu terjadi aku akan bercerita padanya tentang sesuatu yang akan membuat kenanganku kembali lalu tenggelam dalam tangis. Ah, air mataku jatuh. sudahlah, yang penting saat pria berwajah lugu itu bertanya demikian, aku akan meninggalkannya. Karena aku pasti bercerita padanya dan akan membencinya.Sudah hampir satu bulan kami menyisakan sore di bawah jembatan. Menyimpan kenangan kami tanpa suara atau perkenalan. Masih dalam bisu. Tiba-tiba pria yang selalu dua meter di sebelahku menghampiriku dan memperkenalkan dirinya dengan sangat gagah. Aku hanya sambut tersenyum saat dia menggantungkan tangannya di udara sambil menyebutkan namanya. Kusambut tangan itu, aku ingat namanya, Danis.Jadi namamu Amy tohada yang aneh dengan namaku?Tidak, lucu saja. hampir sebulan kita sama-sama menikmati senja, tapi aku baru tahu namamu sekarang ucapnya penuh riang. Aku senang melihat rambutnya yang diponi lurus tebal.Maaf, aku tidak berani menyapamutidak apa-apa, aku yang harusnya duluan menyapamu. ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan disini setiap sore? petir seperti tersambar di depan hidungku. Dia menanyakannya.Kok diam? Aku tidak ingin menganggapmu gila dan ingin bunuh diri seperti abang mie ayam disana itu. Jadi, apa yang kau lakukan disini? tanyanya lagi.Aku menunggu seseorang, dia tak kunjung datangDia pacarmu?Bukan, dia orang yang kucintaiAku berkisah padanya. Aku bercerita tentang sosok yang masih tersimpan rapi di relungku. Aku menunggunya, tapi ia tak jua muncul, menghilang. Terakhir kali kami bertemu, adalah di jembatan ini, waktu itu dia berlutut sambil menggenggam bunga mawar di tangannya. Aku menerimanya bak putri-putri dalam dongeng yang seringkali disiarkan di tv pagi-pagi sekali. Kami tidak berkata apa-apa disitu, kami hanya menikmati waktu yang ada sambil tersenyum dengan jemari yang melekat seperti biasa. Kenangan manis itu pupus menjadi lara. Setelah mendengar kabar kehamilanku dia sontak terkejut dan menyuruhku melenyapkan kandungan muda di rahimku atas perbuatannya. Dia mencercaku sampai akhirnya melepaskan pelukanku di atas jembatan ini, dan tak pernah kembali lagi.Untuk apa menunggu orang yang pantas untuk mati? dia bertanya demikian. Aku masih terisak di antara sungai mataku sendiri.Untuk apa menunggu orang yang tak kunjung datang? ucapnya lagi sambil menatapku.Aku mencintainya aku terisak.Cinta bukan hal bodoh seperti itu, untuk apa kau menangisinya? dia bahkan tak pantasAku mencintainya aku masih terisak.Sudah hampir agak lama saya serius mengerjakan skripsi saya pada bab akhir semester saya. Saya tidak sempat ke jembatan itu lagi, karena saya harus melakukan riset ke wilayah-wilayah lain selain di kota pelajar dengan makanan khas gudegnya ini. Saya teringat wanita itu. Masihkah ia menghabiskan akhir sore di jembatan kecil yang tua itu? atau masihkah ia menyisakan sedikit senyum saat langit mulai berwarna jingga kemerahan? entahlah, yang pasti, saya menuju kesana, ke jembatan tua untuk bertemu dengannya.Perempatan itu masih saja ramai. Jembatan itu masih kosong. Ada apa ini, padahal senja sudah turun dari tadi, kemana gerangan ia gumam saya. Bahkan langit mulai malam, lampu-lampu warung dan gedung sekitar sudah menyala. Sudah pukul tujuh lewat sekarang. Saya tidak kunjung bertemu dengannya. Saya menyerah, mungkin dia tidak datang hari ini, aroma kepulan asap putih dari kejauhan mengundang saya lagi untuk mengisi perut yang agak kosong.Pak, cewek yang sering di jembatan itu, kok nggak ada ya hari ini? ucap saya setelah memesan.Loh, mas belum tahu? mbak itu meninggal mas, bunuh diri, terjun dari jembatantercekat saya dibuatnya. wanita itu bunuh diri? Amy? dia bunuh diri? Tanya saya dalam hati seolah tak percaya. Sebegitu sakitkah kenangannya sampai ia melakukan itu?. Angin bertiup lagi, menyisakan mawar yang membusuk di pinggir aspal dekat jembatan.Hujan turun lagi. bau tanah yang basah yang tidak asing itu mencuri setiap kesempatan untuk masuk lewat celah kecil di atas jendela saya. Tiba-tiba saya terjaga, melihat di balik jendela ribuan anak hujan jatuh disusul suara dentuman mereka yang keras. Sudah tiga bulan ini hujan tak henti untuk menangis. Membuat saya resah sendiri untuk melewati sisa malam yang kunjung pagi dengan kenangan yang tersimpan rapi di benak saya.Saya lebih suka ke jembatan itu sekarang. Entah kenapa saya menunggu wanita berambut coklat gelap itu datang lagi. Saya menunggunya sembari menghabiskan waktu untuk berdiam diri di kamar. Ada yang mengusik saya, seorang wanita yang memperhatikan saya dengan keluguan di seberang jalan dekat gerobak mie ayam yang sering saya datangi. Dia menghampiri saya, berdiri tepat dua meter di sebelah saya, tidak berkata apa-apa, masih bisu dalam hening. Menghabiskan sisa senja di bawah jembatan tua.Mas, apa yang kau lakukan disini?

Christ Novia SPUISI MISTERIAku terbangun dan langsung membuka jendela kamarku. Aku menghrirup udara pagi hari sebanyak mungkin agar bisa menjernihkan pikiranku.Selalu seperti ini setiap pagi batinku. Kejadian yang selalu terjadi pada keluargaku setiap malam. Pertengkaran yang terjadi di antara kedua orang tuaku dan tangis yang kutahan agar mereka tak menyadari bahwa aku masih terjaga saat mereka bertengkar. Aku selalu terbangun dengan mata yang bengkak dan hidung yang memerah. Namun, aku selalu menutupi semua itu dengan tawaku.Aku segera bergegas dan ke kamar mandi agar tidak terlambat pergi ke sekolah. Setelah aku mandi dan bersiap siap serta menghapus jejak air mataku, aku segera bergegas turun untuk sarapan. Jangan berfikiran akan ada mama dan papa yang sedang bercengkerama dengan mesra lalu menyambutku. Mereka sudah berangkat sendiri sendiri. Tidak ada saudara, karena aku adalah anak tunggal.Setelah sarapan aku segera menuju ke mobil untuk segera berangkat sekolah. Pukul 06.45 aku sudah sampai didepan pintu kelas. Aku mengedarkan pandanganku ke segala penjuru kelas. Seperti biasa, aku memilih tempat disebelah sahabatku Ariana.Hai Clara! Bagaimana kabarmu hari ini? Masih seperti biasa?Yaa, kamu bisa melihat sendiri bagaimana keadaanku. Aku hanya tersenyum kecut menanggapinya.Aku tau dibalik senyum cantikmu itu tersimpan banyak duka. Jangan sedih terus ya Clara, masih ada aku sahabatmu yang akan terus mendukungmu.Trimakasih Ariana... aku langsung memeluknya dan tangisku pun langsung pecah. Aku akui aku sudah tidak tahan menanggung semua beban ini sendirian.Sstt... jangan nangis Cla, kamu pasti kuat kok. Sekarang mending kita ke UKS aja yuk, daripada ikut pelajaran tapi kamunya kayak gini. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya. Saat aku sudah sampai UKS, Ariana langsung merebahkanku ke kasur.Sekarang kamu tidur dulu ya, tenangin diri dulu aja. Aku balik ke kelas dulu ya. Aku hanya mengangguk dan semakin lama aku merasa mataku semakin berat dan akhirnya aku terlelap.Aku membuka mataku saat waktu menunjukkan pukul 09.00. Astaga, ternyata aku tertidur lama sekali. Saat aku membenahi posisi bantal aku merasakan sebuah kertas dibawah bantal. Aku yang penasaran pun langsung mengambilnya dan menemukan sebuah puisi.Teruntuk bunga mawarku,Janganlah hiasi wajahmu dengan air mata kesedihanmuHiaslah semua itu dengan tawa bahagiamuDan akan kupastikan aku yang akan melukis tawa bahagia di wajahmu~seseorang yang mengagumimu~Aku terkejut membaca puisi ini. Aku langsung melirik ke kanan dan ke kiri namun tak kudapati siapapun. Namun, aku terkejut saat mataku bersitatap dengan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Aldo. Seorang anggota PMR yang sering berjaga di UKS. Dia memiliki wajah yang cukup tampan, postur tinggi, dan badan yang atletis. Aku akui aku memang menyukainya. Namun, aku tidak terlalu begitu berharap bisa menjadi kekasihnya karena dia adalah seorang idola di sekolahku. Aku langsung mengalihkan pandanganku dari mata coklat hansel itu.Kau sudah bangun? Aku kira kamu pingsan tadi, hampir saja aku menelpon Rumah Sakit. Tapi ternyata kau sudah bangun. Ia menatapku begitu dalam hingga aku salah tingkah. Namun aku tak mau menganggap dia mempunyai perasaan lebih padaku. Mungkin saja dia bersikap seperti itu kepada semua orang yang sakit.Aku baik baik saja, mungkin nanti saat istirahat aku akan kembali ke kelas lagi.Baiklah kalau begitu. Saat ia akan pergi dari UKS aku mencekal tangannya.Ada apa?tanyanyaUhmmm, apakah kamu tahu siapa yang meletakkan ini di bawah bantalku tadi?Mana aku tahu, aku saja baru masuk UKS. Dia menjawab pertanyaanku dengan nada yang agak marah. Aku langsung melepas tanganku dan meminta maaf.Baiklah, terimakasih. Dan maaf atas tanganmu.Ya tidak apa apa.Aku langsung kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Akhirnya saat yang ditunggu tunggu para siswa pun datang. Saatnya pulang sekolah, tapi tidak berlaku untukku. Karena aku harus kembali ke tempat yang menurutku tidak terasa seperti rumah. Namun, aku harus menegarkan hatiku agar aku pulang ke rumahku. Setelah berpamitan pada Ariana aku langsung keluar kelas dan menuju parkiran. Saat aku mencari kunci mobilku tiba tiba ada sebuah kertas yang terjatuh dari tas ku. Aku segera membukanya dan membacanya.Mungkin kamu akan mencari cari siapa akuTapi kamu tidak perlu mencarikuKarna suatu saat aku yang akan menghampirimuMaafkan aku masih belum bisa menampakkan diriku~seseorang yang mengagumimu~Aku hanya tersenyum setelah membacanya. Setidaknya, masih ada orang lain yang peduli padaku selain Ariana. Aku segera menyimpan puisi itu di tempat pensilku sama seperti yang aku lakukan pada puisi yang pertama. Akhirnya aku segera masuk ke mobil dan melajukan mobilku ke rumahku.Saat sampai didepan pintu rumahku tiba tiba aku mendengar ada suara barang jatuh.Pyarr!!!Kenapa papa nggak mau percaya kalau Clara anak kita pa? Kenapa? Mama berteriak kepada papa dengan penuh emosi. Papa akhirnya menjawab dengan penuh emosi juga.Bagaimana aku bisa percaya kalau dulu sebelum kamu mengandung Clara kamu selalu bertemu dengan Albert?! Albert? Siapa dia? Apa jangan jangan dia adalah ayah kandungku yang sebenarnya? Tapi aku segera membantah semua pikiran buruk yang ada didalam benakku.Sudah kukatakan berulang kali bahwa itu hanya pertemuan antar teman? Lagipula Albert sudah mempunyai istri! Dan lihat kehudupan mereka! Mereka tidak seperti kita dan hiduo bahagia! Aku mohon percayalah padaku bahwa Clara anak kandung kita! Selama ini dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya karna mereka sibuk bertengkar. Aku mohon pa.. aku mohon... Mama menangis sesenggukan didepan papa. Aku yang melihatnya langsung menahan tangisku agar tidak pecah saat ini juga.Astaga ma, maafkan papa. Selama ini papa sudah menjadi ayah dan suami yang sangat buruk untuk kalian berdua. Selama ini papa selalu dibutakan oleh rasa cemburu. Papa selalu terbayang bayang tentang rasa ketidak percayaan. Maafkan papa selama ini ma, maafkan.Iya pa, mama maafkan. Papa harus tahu satu hal tentang Clara yang selama ini tidak dia ketahui. Tidak ku ketahui? Apakah itu?Hal apa memangnya ma?Clara menderita TBC tulang pa. Mama menangis kembali didepan papa. Saat mama menyebutkan kalimat itu pandanganku langsung memburam tidak fokus mendengarkan apa yang mereka berdua bicarakan lagi pada saat ini. Saat ini yang terus berputar di otakku adalah, darimana aku tidak tahu ada penyakit berbahaya ditubuhku? Apakah ini akhir dari hidupku dimana saat mama dan papa sudah baikan justru aku yang pergi? Aku tidak tahu, semuanya terasa berputar putar di otakku. Hingga aku rasakan mama dan papa melihat ke arahku dengan tatapan terkejut dan saat itu juga mataku terpejam. Aku tak bisa merasakan apapun kecuali mendengar tangisan mama dan teriakan papa.Sudah berapa hari aku tertidur? Kenapa disini gelap sekali? Apakah aku sudah meninggal? Tapi menurut buku yang kubaca orang yang meninggal akan bertemu dengan orang orang yang sudah meninggal juga, tapi aku tidak bertemu kakek dan nenek, begitu juga opa dan oma. Lalu, dimanakah aku? Aku kebingungan hingga mendengar sebuah suara.Hai bunga mawarku,Astaga, itu adalah suara Aldo! Tapi bagaimana mungkin dia membacakan puisi yang kusimpan dengan rapi di kotak pensilku?Aku disini untuk mengungkapkan jati diriku yang sesungguhnyaJangan bilang jika pengirim puisi itu adalahAku adalah Aldo! Bangunlah bunga mawarku! Akulah penggemarmu!Aku langsung menangis dan berlari mengejar suara yang semakin lama semakin keras itu.Bangunlah dan aku berjanji akan selalu melukis kebahagiaanmu diwajahmuTiba tiba aku merasa seperti terlempar dan merasakan sulit menggerakkan badanku. Saat aku ingin menggerakkan tangaku aku merasakan ada sesuatu yang menetes membahasi tanganku. Saat aku membuka kelopak mataku dengan perlahan aku menyadari bahwa ternyata Aldo menangis dan airmatanya mengalir tepat di tanganku.Al.... sejak... kapan... ka.. kamu... disini? aku bertanya dengan terbata bata.Aldo langsung mengangkat wajahnya dan terkejut begitu melihatku yang sudah membuka mata.Clara? Sejak kapan kamu sadar? Aldo bertanya dengan raut wajah terkejut dan itu membuatku tertawa.Sejak kamu membacakan puisimu dan melakukan pengakuan terlarang. Aldo terkekeh mendengar penjelasanku.Beberapa saat kemudia mama dan papa beserta dokter masuk kedalam ruanganku dan memeriksa keadaanku. Mama berkata padaku bahwa aku harus menjalani pengobatan di Jerman agar cepat sembuh. Aldo terkejut dan menampilkan raut gusarnya. Namun akhirnya ia merelakanku pergi, karena ini semua untuk kebaikanku.Hari ini saatnya aku pergi ke Jerman setelah beberapa hari sebelumnya menjalani pemulihan. Aldo dan Ariana ikut megantarku ke bandara namun tidak sampai ke Jerman. Sesudah berpamitan pada Ariana aku berpamitan pada Aldo sambil menyerahkan surat padanya.Bukalah saat aku sudah diatas pesawat. Ia hanya mengangguk. Aku pun bergegas menyusul mama dan papa untuk segera naik ke atas pesawat.Saat aku sudah diatas pesawat mama menasihatiku.Semua akan baik baik saja sayang. Kamu akan bertemu dengan mereka lagi.Aku hanya mengangguk dan menutup mataku sembari mengingat kembali puisi yang kutulis untuk Aldo.Terimakasih untu segalanyaTerimakasih kamu masih mau menerimaku apa adanyaBerjanjilah padaku satu halJika aku harus pergi, relakanlahTapi aku tidak akan menyerahAku akan berjuang melawan segalanyaKarna satu hal yang aku tahu pastiKamu akan selalu menungguku~Clara Alveria Devita~

Citra NawasariCINTA PERTAMAKUFattan adalah seorang pemuda dari keluarga sederhana, berparas tampan dan lemah lembut. Dia berhasil memasuki sekolah tingkat atas yang tergolong elite dengan beasiswa. Kini Dia duduk di kelas 2 SMA jurusan IPA. Kelas 2 melukiskan warna dalam hidupnya karena di masa inilah cerita cinta pertama menghampiri lembaran hari-hari yang dia lewati.Awalnya Fattan tak menduga merasakan hal yang teman-teman seumurannya rasakan apalagi kalau bukan cinta, perasaan yang pertama kali dia rasakan dalam hidupnya. Pertemuan dengan Dinda, anak terpopuler serta primadona di sekolah telah membuat hidupnya berwarna.Perkenalannya dengan Dinda bermula saat pelajaran olah raga lari jarak jauh yang berjarak 10 km melewati rute yang sudah ditentukan guru olah raga. Tak disangka di tengah-tengah perjalanan Dia dikejutkan dengan suara teman satu kelasnya Dinda yang berteriak meminta tolong. Dia menghampiri Dinda yang terjatuh karena terserempet mobil Kijang Innova berkecepatan tinggi. Melihat itu, Dia mencoba mencari pertolongan.tolong tolong! teriak Fattan panik.Orang-orang di sekitar tempat kejadian menghampiri Mereka dan mencarikan kendaraan untuk mengantar mereka ke sekolah. Fattan dan Dinda menaiki mobil pick up milik warga untuk kembali ke sekolah mereka.Sesampainya di sekolah, Pak Beni guru olah raga beserta teman lainnya membawa Dinda ke UKS karena luka yang diderita tak begitu parah hanya lecet-lecet saja. Setelah luka Dinda selesai diobati, Fattan meminta izin untuk meninggalkannya di UKS. Dia merasa canggung berada di sekitar cewek-cewek populer.Din., aku keluar dulu ya? Mau ganti pakaian, aku harap kamu bisa cepet sembuh ucap Fattan gugup sebelum meninggalkan Dinda.iya nggak apa-apa kok. Thanks ya, tadi dah nolongin aku. Balas Dinda seraya tersenyum menatap Fattan.Mendengar itu, teman-teman Dinda meledeknya dengan berbagai kata yang membuat mereka berdua tersipu malu.

Semenjak kejadian itu, Dinda sering mengajak Fattan bermain ke rumahnya dan selalu berkomunikasi baik melalui handphone atau jejaring sosial lainnya. Kedekatan inilah yang membawa Fattan merasakan perasaan yang selayaknya anak muda rasakan apalagi kalau bukan cinta. Dia mulai merasakan hal yang berbeda dalam diri dan hatinya bahkan tiap detik bayangan Dinda hadir menghantuinya.kenapa ya? Kalau dideket Dinda, gue selalu ngrasa ada yang mengganjal, apa ini yang dibilang cinta gerutunya dalam hati sambil berbaring di tempat tidur.oh inikah cinta, rasanya cinta terasa bahagia saat jumpa dengan dirinya. Spontan Fattan menyanyikan sedikit lirik lagu.Pada suatu hari Fattan bercerita tentang perasaannya kepada sahabatnya, Oka. Dan Oka langsung member semangat serta meyakinkan Fattan agar Dia berani mengungkapkan itu semua pada Dinda. Akhirnya Fattan memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada Dinda di lapangan basket setelah pulang ekstrakurikuler.Fattan mengirimkan pesan singkat melalui HP ke Dinda yang berisi Dia ingin bertemu dengannya nanti sore di lapangan basket sepulang ekstrakurikuler. Tak terasa waktu yang dinanti pun tiba, pikiran Fattan menjadi kacau balau jantungnya berdegub tak beraturan menanti kedatangan Dinda. Dia dikejutkan suara lembut dari belakangnya yaitu suara Dinda.bengong aja. Maaf, lama tadi ada urusan bentar. Btw kamu mau ngomong apa sih? Kelihatannya serius banget? sapa Dinda berdiri di dekatnya.ya gak apa-apa telat bentar ini. Aku emang mau ngomong serius bahkan lebih dari serius ucap Fattan sedikit bergurau.ya udah ngomong aja aku dengerin kok balas dinda jadi penasaran.Spontan Fattan memegang tangan Dinda, Dia mulai mengatur nafas untuk memulai pembicaraannya.Din aku mungkin salah memiliki rasa ini dan aku bukanlah sosok sempurna seperti yang kamu inginkan tapi rasa ini bila dipendam semakin menyiksa diri. Hari ini disini aku mau jujur tentang perasaan ini. Kamu mau nggak jadi penguasa hatiku sekaligus pacar pertama? ungkap Fattan penuh kesungguhan dan harap cintanya bisa terbalas.Tan cinta itu terlahir untuk siapa saja tanpa kecuali. Cinta mengalir tanpa kita duga. Jujur selama ini aku juga memendam rasa yang sama buat kamu. Aku juga ingin kamu jadi pacar pertamaku ungkap dinda berseri-seri. Sejak saat itu, Fattan dan Dinda resmi berpacaran namun hubungan mereka berjalan rahasia (back Street) tanpa ada satu pun orangtua mereka tahu.Hari terus berganti, kisah demi kisah terangkai mengisi perjalanan cinta mereka. Hubungan cinta mereka telah berjalan 8 bulan sampai akhirnya mereka naik kelas 3 SMA. Kelas 3 SMA, masa yang perlu kekonsentrasian menuju Ujian Nasional dan di masa inilah cinta Fattan mendapat badai dari orang ke tiga serta ke dua orangtua Dinda. Pertemuan Dinda dengan siswa baru yang bernama Bagus yang ternyata teman SMP-nya membuat kisah cintanya dengan Fattan di ambang pintu kehancuran.Bagus siswa baru yang ternyata menyimpan perasaan pada Dinda mencoba menghancurkan hubungan cintanya dengan Fattan. Bagus merasa dirinya lebih pantas menjadi pacar Dinda dibandingkan Fattan.Sepulang sekolah ketika Fattan dan Dinda sedang asyik mengobrol tiba-tiba Bagus menghampiri mereka.kelihatannya lagi asyik nih. Kenalin nama gue bagus anak kelas 3 IPS 2, gue temen SMP Dinda. Kebetulan rumah gue ama Dinda berdekatan. Kalau gue boleh tahu Lu siapanya Dinda? seraya mengulurkan tangan.Aku Fattan pacarnya Dinda menyambut uluran tangan Bagus.oh Lu cowoknya Dinda. Jawab Bagus ketus. Rasanya tak percaya Dinda bisa jatuh hati pada cowok yang tak sederajat dengannya.Mendengar itu, hati Bagus seperti tercabik-cabik, sirna sudah harapan bisa bersama Dinda sosok yang sejak dulu Dia impikan. Merasa tak bisa menerima kenyataan Bagus meninggalkan Dinda dan Fattan.Di rumah, Bagus memutar otaknya mencari jalan untuk memisahkan Dinda dengan Fattan. Tanpa disangka terbersit ucapan Om Hendra ayah Dinda yang mengatakan anaknya belum memiliki pacar, Bagus berpikir kalau hubungan Dinda dan Fattan berjalan backstreet dan berencana membongkar itu semua.Sore itu, Bagus menemui Ayah Dinda di rumahnya. Kebetulan sore itu Dinda belum pulang sekolah. Kesempatan ini tak disia-siakan Bagus untuk membongkar hubungan Dinda dan Fattan dengan harapan cintanya bisa terbalas.selamat sore om, maaf ganggu waktu om sapa Bagus dengan sopan.santai saja Gus, kebetulan om juga nggak sibuk. Oh ya, ada apa? Mau mencari Dinda ya? jawab Om Hendra seraya meledek Bagusom ini bisa saja, saya tidak mencari Dinda Om, tapi saya mau bercerita sesuatu yang pasti om kaget mendengarnyasesuatu? Apa maksudmu Gus? bertanya-tanya.begini om, om pasti belum tahu kalau anak om yang bernama Dinda sudah memikili pacarpacar? Ah.. kamu pasti bercanda Gus. Kalau kamu memang benar, sejak kapan Dinda berpacaran dan siapa pacarnya?sampai detik ini sudah 10 bulan lah om, pacarnya bernama Fattan, dia tergolong siswa dari golongan bawah di sekolah kami cerita Bagus dengan penuh antusias.apa? Dinda pacaran? Berani sekali Dia membohongi ayahnya sendiri. Kata Om Hendra kesal mendengarnya.Om Hendra merasa tak percaya kalau anak kesayangannya tega membohonginya. Melihat ekspresi Om Hendra, Bagus merasa puas Dia pamit pulang karena takut Dinda mengetahui aksinya.Malam itu ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, Om Hendra memulai pembicaraannya. Dia mengutarakan rasa kecewanya pada Dinda dan meminta Dinda untuk menyudahi hubungannya dengan Fattan jika tidak Dia akan dipindah sekolah.Keesokan harinya, Dinda mengajak Fattan ke taman sekolah disana Dia menceritakan semua perkataan ayahnya. Teriris hati rasanya mendengar itu semua. Sambil mengusap air matanya, Fattan mencoba menegarkan hatinya.sudah, mungkin apa yang dibilang ayahmu memang benar. Kita masih muda cinta kita mereka pandang cinta monyet dan status sosial kita jauh berbeda, mungkin ayahmu ingin yang terbaik untukmu. Aku bisa terima itu kata Fattan menegarkan hati yang mulai teriris perih.lalu kamu memilih untuk menyudahi ini semua? Semudah itukah Tan? Apa kamu tak berfikir untuk memperjuangkan cinta kita? balas Dinda kecewa dengan perkataan Fattan yang seolah-olah tak memperdulikannya.takkan mudah melupakan apa yang sudah kita lalui. Tapi mungkinkah ayahmu mau menerima keadaanku? ucap Fattan pasrah, ekspresinya berubah dingin.apa salahnya kamu mencoba bicara baik-baik dengan ayahku meski akhirnya tak seperti yang kita inginkan kata Dinda mendesak Fattan yang terlihat pasrah menerima semua ini. Fattan yang bingung hanya terdiam tanpa mengucap sepatah kata pun.Singkat cerita, keesokan harinya Fattan menemui Dinda di taman kota, mereka sudah berjanji akan bertemu disana. Perasaan Fattan menjadi biru waktu itu, Dia tak menyangka cinta pertamanya akan kandas seperti ini.Di bangku taman, Fattan dan Dinda saling berhadapan dengan perasaan sedih dan tak menentu bercampur menjadi satu. Setelah menarik nafas panjang Fattan memulai pembicaraannya.Din apa yang dikatakan ayahmu benar, kita masih muda mungkin belum saatnya kita menjalin cinta yang sebenarnya apalagi kita sudah beranjak kelas 3, kita harus mementingkan sekolah. Mungkin hubungan kita memang harus diakhiri tapi yakinlah jika kita memang berjodoh tentu kita akan dipertemukan kembali di lain hari nanti ucap Fattan merendah seraya menatap tajam Dinda yang tak kuasa menahan air matanya.Tan memang masa depan kita masih panjang tak mungkin kita hancurkan masa depan itu dengan masalah yang mungkin bisa menggangu kita di sekolah. Meski sebenarnya aku belum bisa menerima kenyataan ini, tapi aku juga nggak mau jadi anak durhaka, aku terima keputusanmu tuk mengakhiri hubungan ini. Mungkin suatu hari nanti kita bisa bersatu kembali jawab Dinda terisak-isak menahan pilu.Setelah peristiwa itu, hubungan Fattan dan Dinda hanya sebatas teman biasa. Mereka tak menyimpan rasa sedih yang berkepanjangan dan menjalani hari-hari mereka seperti biasa. Usaha Bagus untuk mengambil hati Dinda pun sia-sia karena Dia telah menutup pintu hatinya. Dinda dan Fattan sama sama yakin bahwa cinta sejati yang mereka miliki pasti akan mendapatkan jalan dan indah pada waktunya.

Devananda Nugradi Cukur SulapAda yang bilang memakai topi bisa menaikan percaya diri seseorang, mungkin inilah kata-kata yang merasuki warga desa Semriwing. Desa ini terkenal dengan warganya yang selalu memakai topi. Yang tua yang muda semua memakai topi. Topi bundar,kotak, segitiga, trapesium semua ada disini. Mungkin bayi yang baru lahirpun juga memakai topi.

***Di siang hari seorang laki-laki datang dengan sepeda dan kotak-kotak bawaannya. Dia mengaku kalau ia adalah seorang tukang cukur, dia juga mengaku dia dapat mencukur rambut seseorang dengan hanya dengan menggunakan kain saktinya. Saya bisa mencukur rambut anda dengan sehelai kain saja!! seru si tukang cukur. Seorang wargapun tak percaya apa yang dikatakannya, lalu ia mencoba untuk dicukur dengan mengeluarkan biaya yang cukup mahal.Ditutuplah kepala orang tersebut dengan kain saktinya. Tak menunggu waktu yang lama lalu diangkatlah kain tersebut dan.. taraarambut orang tersebut berubah menjadi gaya rambut mohawk dan berwarna merah menyala. Warga yang menyaksikan terkejut dan bingung seolah tak percaya. Warga yang penasaran pun mencoba untuk dicukur oleh si tukang cukur itu. Diangkatlah kain sakti tersebut dan taraa rambut berubah menjadi gaya rambut afro dan berwarna perak kehitaman. Tukang cukur itupun kebanjiran rejeki dengan banyak antrian warga yang ingin dicukur.Akhirnya semua warga di desa tersebut memiliki rambut yang beragam. Dari yang tua sampai yang muda memiliki rambut yang nyentrik. Rambut biru, hijau,merah,kuning,perak,ungu semua ada disini. Topi-topi yang selalu mereka kenakan akhirnya mereka buang begitu saja. Dan desa tersebut sekarang terkenal dengan rambut nyentriknya. Pada malam itu, tukang cukur tersebut memungut topi-topi warga yang telah dibuang tanpa ada yang mengetahuinya. Dan ia menghilang dari desa tersebut.****Kesokan harinya warga terkejut melihat rambut nyentriknya hilang tak terbekas. Kepanikan terjadi dimana-mana ketika melihat rambutnya telah botak. Kemudian munculah seorang laki-laki yang tak dikenal. Tenang para warga saya disini menjual topi untuk menutupi kebotakan anda. Ayo mari dibeli ! seru laki-laki tersebut. Tanpa pikir panjang wargapun berebut untuk membeli topi tersebut. Laki- laki tersebut mendapat untung yang melimpah ruah atas penjualan topinya. Akhirnya warga desa Semriwing kembali menggunakan topi seperti semula.

Dewana Nur ABunga dan Merpati Pembawa Surat

Sudah dua hari Banu menempati kamar barunya di atas loteng. Kamar baru itu dibuat ayahnya seminggu yang lalu, sejak kelahiran adik baru Banu. Banu merasa tidak senang karena harus pindah kamar. Tetapi, mau tidak mau ia harus mengalah pada adik barunya itu.Sejak menempati kamar barunya, Banu selalu murung, Setiap hari ia dudul melamun di depan jendela, memandang pohon dan burung burung di depan kamarnya. Pada suatu hari, datang seekor merpati putih berekor panjang ke dekat jendelanya. Sambil mengepak ngepakkan sayapnya, merpati itu mendekati Banu. Ada lipatan kertas kecil yang menggantung di kaki kirinya. Ah, ini seperti merpati pos pembawa surat, pikir Banu.Surat dari siapa ya? gumamnya, lalu mengambil gulungan surat itu. Banu membaca isi surat itu. Tanamlah bunga bunga di halaman rumahmu yang gersang. Begitulah isi surat itu. Banu tidak tahu siapa pengirim surat itu. Akan tetapi, Banu melaksanakan perintah itu. Ia segera mencari berbagai tanaman yang berbunga indah. Lalu menanamnya di halaman rumahnya. Rumah Banu dekat dengan padang rumput. Disana tumbuh berbagai bunga liar yang indah. Tiga hari Banu bekerja keras. Halaman rumahnya kini penuh aneka bunga. Di hari keempat, Banu kembali duduk di depan jendela kamarnya. Ia menikmati keindahan bunga bunga di halamannya.Tiba tiba merpati pembawa surat itu datang lagi. Burung ini membawa surat lagi. Banu membaca isinya.Kamu harus rajin menyiram tanamanmu, supaya semua tumbuh segar. Lagi-lagi Banu mengikuti perintah itu. Ia keluar rumah dan mencari gembor. Seriap hari Banu menyirami tanamannya. Tanpa sadar beberapa bulan telah berlalu. Tanaman bunga Banu tumbuh subur. Akan tetapi, Banu masih sedih. Ia masih sering duduk melamun di depan jendela. Burung merpati kembali datang membawa surat. Banu membacanya.Banu, lihatlah bunga-bunga yang kamu tanam itu. Sekarang sudah mekar indah. Itulah kebesaran Tuhan. Bunga-bunga tumbuh dan berkembang. Keindahannya bias kamu nikmati dari kamar barumu. Banu melipat surat itu, lalu memandangi bunga-bunga yang bermekaran indah. Banyak kupu-kupu aneka warna berterbangan di sekelilingnya. Hmmm ternyata isi surat itu benar.Sejak hari itu. Banu tidak lagi melamun sedih di atas lotengnya. Melihat senyum Banu, paman Doni tersenyum dari seberang rumah Banu. Banu tidak tahu kalau Paman Doni-lah yang menulis surat. Jadi Paman Doni pemilik merpati pos itu. Paman Doni iba melihat Banu sedih di depan jendela lotengnya. Kini Paman Doni senang, karena Banu tidak melamun dan sedih lagi.

Dinda Viera NInilah janjiku, janji seorang pelaut. ketika cinta memilih setiaAku hanya menganggukkan kepalaku. Namun segalanya terasa bahagia. Air mata ini, air mata penantian yang membuahkan hasil mengobati segala kerinduan dan luka lama. Dan aku masih terbenam dalam pelukannya. Tak peduli seberapa ramai pesta ini. Akhirnya aku tahu jawabannya. Akhirnya cinta menemui pilihannya ketika cinta memiih setia.. Penantian itu akhirnya menemui pelabuhannya. Cinta ini menemukannya rumahny. Dan hari ini, penjagaan sekian tahun membuahkanku pada sosok yang selelu kuselipkan dalam doaku.. dan jiwa ini, kini menemukan pasangannya. Tak akan ada rindu yang tak berbalas, tak akan ada hati yang merasa tersakiti.. *** Aku ingat sekali bagaimana ia memasuki ruang kelas kami di pagi hari yang begitu ramai dengan hiruk pikuk siswa didalam kelas. Sweater navy blue dengan menggendong tas punggung di lengan kirinya dengan raut wajah yang begitu dingin seoalh tidak peduli dengan keadaan sekitar tiba-tiba mendekati sebelah bangkuku yang masih kosong. ada orang kah? Baiklah.. belum sempat kujawab pertanyaannya tapi dia sudah meletakkan tas dan mulai duduk di bangku sebelahku. Apa ini? Rasanya aku kesal sekali. Jujur saja, aku paling tidak bisa melihat orang yang dingin dan cuek. Dan bisa kubayangkan sehari ini akan menjadi hari yang paling menyedihkan dalam hidupku karena akan terjadi keheningan selama jam sekolah berlangsung. Terkutuklah kau Evelyne! Rutukku dalam hati. Andai saja tidak ada kejadian absennya Eve hari ini mungkin hariku tidak akan menjadi seburuk ini. Dan benar saja dugaanku. Hening. Tidak ada percakapan. Baiklah, aku bersumpah tidak akan membuka percakapan dengan pria ini kecuali ia lah yang memulainya. Hingga akhirnya ia membuatku melanggar sumpahku sendiri.... Sedang mencari ini kah? ia menyodorkan kamus biologi yang sedari tadi kucari. Sial, bagaimana bisa tiba-tiba berada ditangan pria ini?ahh..... ini dia! Terimakasih !! kau menye... entah betapa girangnya aku menemukan makhluk tebal dengan ribuan bahass latin didalamnya itu hingga akhirnya aku melanggar sumpahku sendiri untuk tidak berbicara dengannya. Dan seketika aku teringat seseorang yang mengembalikan ini. Cepat-cepat kututup mulutku dan tidak melanjutkan perkataankuHm?aku menyelamatkanmu kan. Ya aku tau, sudahlah tidak perlu berterimakasih padaku apa? Bereterimakasih padamu? Apa aku tidak salah dengar? Awalnya mungkin begitu, tapi jika orang itu bukan kau. Pria ini.. ahh benar-benar menyebalkan !Dan benar seperti apa yang kuduga, setelah kejadian itu, setelah hari dimana Eve absen sekolah dan ia tiba-tiba duduk disampingku, semua hariku berubah 180 derajat. Aku bahkan tidak pernah menemui hari-hari tenang seperti sebelum aku berbicara dengan pria itu. Setelah hari itu, segala hal misterius selalu menyertaiku. Hal misterius yang membuatku merasa... merasa terbang diatas awan. Tapi perasaan di atas awan ini membuatku merasa tidak nyaman. Justru kemisteriusan itu membuatku banyak berkhayal, membuatku terlalu jauh berangan. Baiklah, akan kumulai serangkaian kisah misterius itu, serangkaian kejadian yang membuatku terbang diatas awan...Hari itu aku merasakan badanku yang kurang fit. Mungkin akibat sehari sebelumnya tidak ada asupan nasi sama sekali. Tara? Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali. Kau sudah sarapan?pertanyaan Eve mengalir begitu saja tanpa mampu aku tahan satupun. Dan aku hanya mengangguk. ah, tolong jangan katakan padaku kau tidak makan nasi lagi seharian?oh Tuhan! Anak ini benar-benar... Senjakau tau kan kau masih dalam masa pemuliahan? Sudah kubilang jangan macam-macam, bagaimana jika sesuatu terjadi padamu dan...... entah apa yang dikatakannya setelah itu dan yang kutau pasti pandanganku berubah gelap seketika. Badanku benar-benar lemas tak berdaya. Dan ketika aku mencoba tuk sadarkan diri entah apa yang kulihat benar atau tidak.. belum sempat aku melihat jelas wajahnya ia sudah berdiri dan berjalan pergi meninggal ruangan ino. Tidak.. tidak mungkin, itu pasti bukan dia. aku coba untuk terus meyakinkan diriku bahwa apa yang kulihat bukan seperti apa yang aku bayangkan. Sudahlah, tidak penting siapa dia. Tiba-tiba saja disamping tempatku berbaring sudah ada sebungkus hotdog berisi daging sapi dan ada kertas kecil diatasnya Asupan nasi tetap dibutuhkan. Jangan terus paksakan dirimu, Oh iya, daging sapi bagus untuk mengumpulkan energimu lagi. Have a nice day! dan tanpa kusadari sudut bibir ini terangkat. Entah siapa yang melakukannya tapi aku...senang. Evelyne kah? Mana mungkin gadis itu akan bersikap semanis ini padanya.. apalagi karena ulahnya sendiri, pasti yang diterimanya saat ini bukan hot dog daging sapi melainkan serentetan omelan dari bibirnya yang seperti ibunya sendiri hanya beda masalah latar tempat. Tidak berhenti sampai disitu, saat pelajaran olahraga aku mengalami kecelakaan kecil. Saat lari pemanasan tiba-tiba saja ada bola basket yang menghantamku sehingga aku terjatuh. Bukan kecelakaan parah, hanya lecet dan aku memilih untuk meneruskan lari. Nanti saja bersihkan lukanya, hanya luka ringan, kataku dalam hati. Dan ketika aku hendak mengambil handuk di loker tiba-tiba saja ada sebuah kotak kecil dan sepucuk kertas kecil diatasnya luka tidak baik ika dibiarkan begitu saja. Cepat bersihkan lalu obati. Take care ! lagi-lagi ia mampu membuat segalanya terasa lebih baik. Walaupun sampai saat ini ia masih belum kuketahui dengan jelas identitsnya. Tapi satu hal yang kuketahui jelas tentangnya, tentang ia yang selalu mampu membuatku lebih baik disaat kondisiku sedang tidak baik. Yang bisa menjadi alasanku tersenyum disaat seribu alasanku untuk bisa bersedih. Dan segala hal misterius itu terus bergulir bersama waktu di hari-hariku. Memenuhi memori otakku dan penasaran dihati yang kian memuncak dan entah mengapa perasaan ini selalu meminta dirinya sebagai peran dibalik kisah misterius ini. Kenapa? Kenapa hrus dia? cepat-cepat ku usir bayangan dirinya dalam benakku dan segala rangkaian kejadian itu. Apa karena segala kejadian ini bersamaan dengan dirinya yang berubah menjadi priadi yang hangat dan ramah kepadaku? Jujur saja setelah kami duduk sebangku, setelah kami sering kali mendapat kelompok belajar bersamaan menuntutku untuk terus bisa bekerja sama dengannya. Dan baik disadari atau tidak, boleh saja aku mengelak tapi pada akhirnya semua tahu, ia yang dingin bisa menjadi hangat kepadaku, ia yang irit bicara berubah menjadi sosok yang ramah padaku dan ia yang seolah tak peduli menjadi sangat peduli dengan apa yang terjadi padaku, walaupun semua itu bermula dari hal kecil yang mungkin tidak ia sadari membuatku berfikir akan sisi lain dari dirinya..sisi yang mungkin membuat gadis-gadis itu tertarik. *** aahh ... sedikit lagi, kenapa harus dijatuhkan.. aku masih belum bisa menerima nasib maketku yang sudah kususun rapih-rapih menjadi hncur berantakan hanya karena ulah teman-temanku yang tak bertanggung jawab itu. Mudah saja bagi mereka untuk minta maaf dengan alasan tidak sengaja menyenggol maket buatanku ini namun tidak merubah nasib dari maketku sedikitkpun. Andai saja ini bukan pelajaran yang aku senangi mungkin aku tak akan peduli. Tapi ini menyangkut pelajaran seni rupa, pelajaran mendesign interior, dan demi neptunus dan urasnus aku tidak akan meninggalkan sedetikpun pelajaran ini dalam hidupku. Baiklah, akan kubereskan sendiri. perlahan saja meletakkannya, sudah rapi jangan diperkeruh dengan peletakan dan lem yang sembarangan dan tanganku berhenti melanjutkan niat awalku. terimakasih tapi aku tak butuh ocehanmu. sini serahkan padaku aku bahkan belum sempat membuka mulut untuk menjawabnya namun tangannya telah meraih tanganku dan mengambil bagian-bagian maket yang terpisah. Baikalah, lagi-lagi aku kalah, atau mungkin aku sengaja mengalah? Stop! Stop Tara! Stop khayalan gilamu ini. Hentikan sebelum akhirnya waktu tak mampu menghentikan.Seakan belum puas dengan bersikap manis padaku ia malah melakukan hal-hal aneh selanjutnya. Saat aku berjalan membawa box untuk dipindahkan ke ruang seni rupa tiba-tiba saja ia yang sedang mengobrol bersama sekumpulan temannya menyingkir dan berjalan ke arahku. Apa? hey. Apal;agi ? hentikan langkahmu ! kumohon. Jangan bergerak selangkahpun atau box ini akan melayang padamu. Aku hanya bisa berkata seperti itu dalam hati sebelum akhirnya kata hatiku tak dapat terdengar olehnya. lelah? Berikan padaku dan seperti biasa, ia tak perlu jawaban. Dan dengan hitungan detik box itu telah berpiundah tangan padanya. Kejadian lainnya adalah.. ketika kami semua sedang latihan sebuah pementasan drama. Disudut ruangan terdapat properti flower crown tulip berwana tosca. Saat aku hendak mengambilnya tiba-tiba saja gerakan tangannya yang gesit mendahului gerakan tanganku. hey! Berikan padaku. Aku yang melihatnya lebih dulu. Dia tidak berkata apapun dan hanya tersenyum padaku. Deg! Tunggu, apa ini? Senyum itu hanya senyum sinis mengejek, kenapa aku harus merasa dunia berhenti sejenak ketika aku melihat sudut bibirnya terangkat? tolong berikan padaku sekarang. Memangnya unruk apa laki-laki memakai flower crown? aku mulai memasang wajah kesal. untuk diberikan kepada queennya dan saat itu juga, flower crown itu telah mendarat dikepalaku. Lagi-lagi, aku terbawa dalam permainan konyolnya ini. Aku hanya diam, berbalik dan pergi meninggalkannya sebelum ia tau wajah ini seperti kepiting rebus.Lalu ketika hujan tiba-tiba turun saat aku dan dia sedang pergi untuk menyelesaikan tugas sekolah kami. Hujan yang tiba-tiba turun begitu deras itu membuat kami tak sempat menyelamatkan diri dari basah air hujan. Akhirnya kami memutuskan untuk berteduh di warung kecil. Kugosokkan telapak tanganku satu dengan yang lainnya untuk memunculkan kehangatan ditubuhku. Tiba-tiba saja ia sudah meletakkan jaketnya dipundakku, menyelimuti bagian pundak dan lenganku begini jauh lebih hangat. Tunggulah sejenak akan kuambilkan teh hangat aku tidak dapat berkata apapun. Aku hanya menatap matanya lurus dan aku tahu, aku tersenyum padanya. Lebih banyak hal-hal lain yang membuatku merasa senang, merasa nyaman berada didekatnya. Dan seiring berjalannya waktu kau dan aku semakin dekat dan kau masih selalu ada untukku disaat aku membutuhkanmu tanpa aku memintamu datang membantuku. Masih seperti itu, masih seperti awal semua kisah kita bermula..Dan selama itu semua berjalan begitu indah.. sebelum sampai pesta dansa perpisahan.. segala keindahan itu tiba-tiba berubah arah menjadi pisau yang mencabik hatiku. Selama ini, aku tak pernah memnintamu untuk berterus terang padaku, karena begitu yakinnya aku pada dirimu. Bahkan sampai aku sadar bahwa tidak ada apapun dianSenjakita selain sebatas teman atau mungkin hanya sekedar sahabat. Sebelum akhirnya aku sadar, mini scrapbook, rangkaian puzzle yang kubuat, dan vinyet yang kurangkai tiap saat kau dan aku bersama adalah hal yang mungkin tak berguna dimatamu, tak berpengaruh dihidupmu, dan tidak ada artinya dihatimu..*** Sore itu kupikir akan menjadi sore yang membahagiakan. Namun justru sebaliknya. Ketika kau memintaku untuk menemuimu di tempat itu aku merasa sangat bahagia dan karena kebahagiaan itu kusiapkan segala kado untukku, kubawa dengan berbalut kertas berwarna navy blue. Karena kupikir aku perlu membawakanmu sesuatu yang sekiranya membuatmu bahagia sebelum akhirnya aku menyampaikan berita bahagia namun juga menyedihkan, penantianku selama ini yang selalu kuceritakan padamu. New Yo