makro so mia

21

Click here to load reader

Upload: ida-wahyuningsari

Post on 13-Aug-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makro So Mia

LAPORAN PENDAHULUAN

MAKROSOMIA DI RUANG PERINATOLOGI

RSUD ADHYATMA, MPH TUGUREJO KOTA SEMARANG

Di susun oleh :

Nur indah wahyuni, S.kep

Sk. 312072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN KENDAL

Page 2: Makro So Mia

DESEMBER 2012

LAPORAN PENDAHULUAN

MAKROSOMIA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Makrosomia adalah merupakan gambaran yang khas untuk bayi ibu Diabetes

Mellitus (BIDM) (Ilmu Kesehatan Anak, Ali Markum).

Marosomia yakni berat bayi lebih dari 4000 gram (Kpeerawatan Maternitas

Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).

Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000

gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai

makrosomia.

2. Etiologi

a. Genetik, obesitas dan overweight yang dialami ayah ibu dapat menurun pada

bayi.

b. Pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi

makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu.

Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas

rata-rata.

Page 3: Makro So Mia

c. Ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada

berat badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat

tumbuh makin subur.

d. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya

pernah melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk

kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah

melahirkan bayi makrosomia.

e. Multigravida, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya

lebih besar daripada anak pertama.

f. Usia gestasi lama

g. Usia ibu

h. Wanita hamil yang memiliki berat badan yang lebih dari 150 kg, janinnya

memiliki risiko 30% mengalami makrosomia

3. Tanda-tanda Klinis

Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir

Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)

Besar untuk usia gestasi

Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion

4. Patofisiologi

Ada beberapa hal yang menyebabkan janin kelebihan berat badan :

Page 4: Makro So Mia

1. Ibu menderita DM

Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi.

Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran

rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusar baik, maka si calon bayi dapat

tumbuh makin subur.

2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar

Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Giant baby berpeluan besar

melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.

3. Faktor genetic

Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi

4. Pengaruh kecukupan gizi

Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot

janin.

Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas

rata-rata.

5. Bukan kehamilan pertama

Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar

daripada anak

5. Komplikasi

Page 5: Makro So Mia

Makrosomia berisiko mengalami hepoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan

hiperbilirubinemia.

a. Hepoglikemia

Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna

dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah

kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau

ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada

neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak

mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi

dengan kadar glukosa darah yang menurun.

b. Hipokalsemia

Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7

mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl.

Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada BIDM beratnya hipokalsemia

berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungs kelenar

paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.

c. Polestemia dan Hiperviskositas

Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh

meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh

hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh

transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau

kelahiran.

Page 6: Makro So Mia

d. Hiperbilirubinemia

Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan

akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan

dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia.

bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati

cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah

Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)

7. Tindakan Medis/Penatalaksanaan

Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang

tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi

terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah

kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar

jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif

harus dilakukan kapan saja persalinan pervaginam.

Pemantauan glukosa darah

(Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau

bila kadar glukosa ³ 45 gr% dua kali berturut-turut.

Page 7: Makro So Mia

 Pemantauan elektrolit

Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi

Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi

Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa

parenteral tidak efektif

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan

(Allen Carol V. 1993 : 28).

Data subyektif terdiri dari :

Biodata atau identitas pasien :

Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,

pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).

Riwayat kesehatan

Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal

pada kasus makrosomia yaitu:

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, pola makan, merokok

ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,

kardiovaskuler dan paru.

Riwayat persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari keluarga

Page 8: Makro So Mia

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak

teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan

postdate atau preterm).

Riwayat natal

komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat

penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain :

Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)

asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk 2500 gram lingkar

kepala kurang atau lebih dariaterm normal (34-36 cm). Adakah kelainan

congenital.

Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan

nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga

untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping

untuk pemberian obat intravena.

Kebutuhan parenteral

Page 9: Makro So Mia

Bayi makrosomia menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral

BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam

BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam

BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus :

Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari

Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari

Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari

Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)

Pola eliminasi

Yang perlu dikaji pada neonatus adalah

BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah

Latar belakang sosial budaya

Kebudayaan yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah ketergantungan

obat-obatan tertentu.

Kebiasaan ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kalori dan

lemak.

Hubungan psikologis

Page 10: Makro So Mia

Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu

jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan

mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan

psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan makrosomia karena

memerlukan perawatan yang intensif dan monitoring.

b. Data obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan

pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi

Nasrul, 1995)

Keadaan umum

Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih.

Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis

keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.

Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada

pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia

benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi

bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37

°C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara

120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering

Page 11: Makro So Mia

pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A,

1996 : 87).

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk

menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).

Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi

makrosomia terdapat lanugo dan verniks di lipatan-lipatan kulit.

Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-

ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan

intrakranial.

Mata

Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,

warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

Hidung

Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.

Mulut

Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.

Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

Page 12: Makro So Mia

Thorax

Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing

dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada

garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau

tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2

jam setelah masa kelahiran bayi.

Umbilikus

Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –

tanda infeksi pada tali pusat.

Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara

uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan

labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

Anus

Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna

dari faeses.

Ekstremitas

Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya

patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan

serta jumlahnya.

2. Diagnosa Keperawatan dan rencana tindakan

Page 13: Makro So Mia

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

1. Cedera berhubungan dengan trauma kelahiran sekunder terhadap makrosomia

Cedera teridentifikasi dan teratasi

Kriteria :

Bayi tidak mengalami cedera yang tak teridentifikasi /tak teratasi atau gejala sisa neurologis

Laporkan gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter

Dokumentasikan tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan perbaiki pada setiap pergantian shift

Ubah posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam

Implementasikan dan pertahankan bebat, popok khusus, dll sesuai pesanan

2. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan glukosa darah, cairan dan elektrolit

Tidak terjadi cedera

Kriteria :

Bayi mampu mempertahan-kan cairan dan elektrolit dalam rentang normal

Bayi mampu mencapai dan mempertahan-kan kadar glukosa darah normal

Lakukan pemantauan glukosa darah heelstik, setiap 1 jam 3 kali, laporkan nilai-nilai di bawah

45 mg% dan lakukan tes glukosa

serum segera sesuai pesanan

Observasi terhadap tanda dan gejala distres pernafasan

Pantau kadar elektrolit dan Ht sesuai pesanan

Lakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan formula atau air dextrose 5 % sampai 10 % sesuai pesanan, ikuti jadual pemberian makan

Kaji perubahan tingkat

Page 14: Makro So Mia

kesadaran setiap 4 jam

Kaji tanda vital setiap 4 jam

Observasi terhadap gejala perdarahan intrakranial dan kejang

Pertahankan pemberian glukosa parenteral sesuai pesanan

Kolaborasi pemberian hidrokortison bila pemberian glukosa tidak efektif

Berikan suhu lingkungan normal

Pertahankan suhu pada 36,5 ˚C

Berikan suplemen elektrolit sesuai pesanan

3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan bayi.

Pengetahuan orang tua meningkat

Kriteria:

Orang tua dan orang terdekat mampu mengungkapkan gejala buruk pada bayi

Orang tua/orang terdekat mampu memenuhi kebutuhan khusus bayi

Diskusikan dengan orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter

Tekankan pentingnya pemberian makan teratur

Tekankan pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk kehamilan selanjutnya

Ajarkan pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk nama, tujuan, dosis, waktu pemberian, dan efek

Page 15: Makro So Mia

samping

DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15

volume I. Jakarta : Egc

2. Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

3. Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FAkultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

4. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Page 16: Makro So Mia

5. Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo