studi kasus proses pembelajaran inklusi di tk …eprints.uny.ac.id/43971/1/harum annisatul...

165
i STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Harum Annisatul Imamah NIM 12111244010 PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016

Upload: lamnga

Post on 06-Feb-2018

319 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

i

STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI

DI TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI

UMBULHARJO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Harum Annisatul Imamah

NIM 12111244010

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

OKTOBER 2016

Page 2: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

ii

Page 3: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

iii

Page 4: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

iv

Page 5: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

v

MOTTO

Bhineka Tunggal Ika (Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 77).

Jika manusia diciptakan hanya 1 ras, 1 warna kulit, bentuk muka sejenis, maka

kehidupan tak akan berwarna. Tidak ada yang salah dengan perbedaan, yang

bermasalah adalah keegoisan kita dalam memandang perbedaan.

Terus bergerak maju, hidup untuk besok bukan kemarin (Penulis).

Page 6: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi yang saya buat ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku yang telah memberikan motivasi, dukungan, serta doa

selama ini

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta

3. Nusa dan Bangsaku

Page 7: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

vii

STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI

DI TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI

UMBULHARJO YOGYAKARTA

Oleh

Harum Annisatul Imamah

12111244010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran

inklusi, yang terdiri atas: (1) perencanaan pembelajaran TK inklusi, (2)

pelaksanaan pembelajaran TK inklusi, (3) evaluasi pembelajaran TK inklusi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

studi kasus. Subjek penelitian ini yaitu 1 kepala sekolah, 6 guru, dan 99 peserta

didik. Objek penelitian yang diambil adalah proses pembelajaran TK inklusi.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi deskripsi dan partisipasi,

wawancara terstruktur dan mendalam, serta dokumentasi gambar. Analisis data

menggunakan model alir yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan menarik

kesimpulan atau verifikasi. Keabsahan data diuji menggunakan triangulasi metode

dan teori.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan pembelajaran untuk

ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH dan

subtema yang digunakan sama. (2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan

dengan urutan kegiatan pembuka, inti, istirahat, dan penutup. Kegiatan

pembelajaran ABK dan reguler menggunakan metode yang sama, tetapi isi materi

disesuai kebutuhan dan masing-masing anak. Metode yang digunakan yaitu

metode ceramah, pembiasaan, pemberian tugas. Media yang digunakan adalah a)

media visual yaitu gambar dan LKA, b) audio-visual yaitu televisi, serta c) media

lain sesuai kegiatan. (3) Evaluasi perkembangan anak dilakukan di awal dan akhir

semester, a) Evaluasi perkembangan anak di tahun ajaran baru menggunakan tes

sidik jari, yang bertujuan untuk mengetahui bakat, minat, kemampuan, serta

hambatan perkembangan anak, sehingga pada proses pembelajaran sekolah dapat

menyesuaikan dengan masing-masing kebutuhan anak. b) Evaluasi perkembangan

anak di akhir semester menggunakan raport. Raport didapat dari deskripsi tumbuh

kembang dan unjuk kerja anak, yang diambil dengan menggunakan teknik

penilaian hasil karya, catatan anekdot, penugasan, dan observasi. Raport berisikan

deskripsi tumbuh kembang anak dalam proses kegiatan pembelajaran berlangsung

selama satu semester.

Kata kunci: Studi kasus, proses pembelajaran inklusi, TK.

Page 8: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk

dan barokahnya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi

Kasus Proses Pembelajaran TK Inklusi Di TK Islam Pelangi Anak Negeri”.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Penulis menyadari penyusunan

skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan banyak terimaksih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan

memfasilitasi penelitian.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan nasihat, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sugito, MA dan Ibu Arumi Savitri F, S.Psi., M.A selaku dosen

pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi

dan meluangkan waktunya dalam memberikan arahan serta saran untuk

penulisan skripsi.

5. Seluruh dosen PG-PAUD yang telah memberikan banyak ilmu dan

pengalaman berharga dalam bidang anak usia dini pada penulis dalam

penyelesaian penyusunan skripsi.

6. Kepala sekolah, guru, karyawan dan peserta didik TK Islam Pelangi Anak

Negeri yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peneliti

dalam pengambilan data untuk penyusunan skripsi.

7. Ayah dan ibu yang memberikan dukungan serta doa dalam menyelesaikan

Page 9: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

ix

Page 10: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................

MOTTO..........................................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................

ABSTRAK......................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

DAFTAR TABEL..........................................................................................

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................

B. Identifikasi Masalah...................................................................................

C. Pembatasan Masalah..................................................................................

D. Rumusan Masalah......................................................................................

E. Tujuan Penelitian.......................................................................................

F. Manfaat Penelitian.....................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Inklusi

1. Pengertian Pembelajaran Inklusi..........................................................

2. Landasan Pembelajaran Inklusi...........................................................

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Inklusi...................................................

4. Tujuan Pembelajaran Inklusi...............................................................

5. Model Pembelajaran Inklusi................................................................

6. Kurikulum Pendidikan Inklusi.............................................................

7. Komponen Pembelajaran Inklusi.........................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

ix

x

xii

xiii

xiv

1

9

10

10

10

11

12

14

17

18

19

21

27

Page 11: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

xi

B. Pembelajaran di TK

1. Pengertian Pembelajaran di TK ..........................................................

2. Model Pembelajaran Anak Usia Dini...................................................

3. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini..................................................

4. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini.................................................

5. Media Pembelajaran Anak Usia Dini...................................................

C. Kerangka Pikir...........................................................................................

D. Pertanyaan Penelitian.................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian................................................................................

B. Subjek dan Objek Penelitian .....................................................................

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................

D. Instrumen Penelitian..................................................................................

E. Teknik Analisis Data..................................................................................

F. Uji Keabsahan Data...................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dekripsi Hasil Penelitian

1. Identitas Lembaga...............................................................................

2. Proses Perencanaan Pembelajaran.......................................................

3. Proses Pelaksanaan Pembelajaran.......................................................

4. Proses Evaluasi Pembelajaran.............................................................

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Perencanaan Pembelajaran.......................................................

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran.......................................................

3. Proses Evaluasi Pembelajaran.............................................................

C. Keterbatasan Penelitian..............................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................

32

34

37

40

42

44

47

49

49

50

52

53

56

57

59

62

67

69

73

76

79

80

81

82

86

Page 12: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Kisi-kisi penelitian observasi.......................................................

Kisi-kisi penelitian wawancara....................................................

Kisi-kisi penelitian dokumentasi.................................................

Reduksi data................................................................................

Panduan observasi........................................................................

Pedoman wawancara....................................................................

Catatan wawancara......................................................................

Panduan dokumentasi..................................................................

Catatan dokumentasi....................................................................

52

52

53

86

95

124

131

136

138

Page 13: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

Gambar 17.

Gambar 18.

Gambar 19.

Gambar 20.

Gambar 21.

Gambar 22.

Gambar 23.

Gambar 24.

Gambar 25.

Gambar 26.

Gambar 27.

Gambar 28.

Gambar 29.

Kerangka berfikir....................................................................

Instrumen penelitian ...............................................................

Komponen-komponen analisis data model mataalir...............

Kegiatan pembuka...................................................................

Kegiatan inti............................................................................

Kegiatan penutup....................................................................

Pembiasaan kemandirian........................................................

Penggunaan media audio-visual yaitu televisi.....................

Kegiatan inti menggunakan media lka.................................

Kegiatan pembuka...................................................................

Kegiatan inti............................................................................

Penggunan media lka...........................................................

Kegiatan baca iqra’.................................................................

Kegiatan inti dengan metode bermain.....................................

Penggunaan media puzze........................................................

Abk dan reguler mengerjakan kegiatan yang sama.................

Kegiatan inti dengan media lka...............................................

Kegiatan inti dengan media bongkar pasang...........................

Kegiatan pembuka dengan hafalan surat pendek....................

Kegiatan inti menggunakan lka...............................................

Kegiatan pembuka...................................................................

Kegiatan apersepsi...................................................................

Kegiatan inti guru mendampingi abk......................................

Kegiatan penutup....................................................................

Materi belajar yang disesuaikan kemampuan anak.................

Kegiatan pembuka...................................................................

Terapi abk berupa pendampingan abk.....................................

Ekstra bahasa inggris...............................................................

Kegiatan evaluasi pembelajaran..............................................

47

52

54

116

116

116

116

117

117

117

118

118

118

119

120

120

120

120

120

120

121

122

122

122

122

122

123

123

124

Page 14: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Surat Ijin Penelitian......................................................................

Pedoman Observasi......................................................................

Catatan Lapangan.........................................................................

Dokumentasi Penelitian...............................................................

Pedoman Wawancara...................................................................

Catatan Wawancara......................................................................

Pedoman Dokumentasi................................................................

Catatan Dokumentasi...................................................................

Reduksi Data................................................................................

86

95

97

116

128

131

137

139

146

Page 15: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang

memberikan pengasuhan, pelayanan, dan pengajaran kepada anak usia 0-6 tahun.

Pendidikan Anak Usia Dini meliliki tujuan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki setiap anak. Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia terbagi atas tiga

jalur, yaitu: jalur formal, jalur informal, dan jalur non formal. Jalur formal

meliputi Taman Kanak Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA).

Usia dini dikenal sebagai usia emas (golden age), di mana anak akan

mudah untuk menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala rangsangan

yang diperdengarkan, dilihat, serta diperhatikan. Agar masa keemasan anak dalam

tumbuh dan berkembang secara optimal, maka perlu diupayakan pemberian

pendidikan dan stimulasi yang tepat sejak dini.

Dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD

menjelaskan bahwa tujun terselenggaranya PAUD yaitu untuk melakukan

stimulasi pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani sesuai dengan tingkat perkembangan anak; mengoptimalkan

perkembangan anak secara holistik dan integratif; dan mempersiapkan

pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak.

Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya

dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui

pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak

Page 16: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

2

menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dan

menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator

bagi anak (Hariyanto, 2011: 1). Pada masa usia dini anak mengalami masa

keemasan (the golden years) yang merupakan masa anak mulai peka/sensitif

untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak

berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara

individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis

yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga

merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,

motorik, bahasa, sosio-emosional, serta agama dan moral.

Pembelajaran pada anak usia dini adalah kegiatan pembelajaran yang

berorientasi pada anak yang disesuaikan dengan tingkat usia anak. Pengembangan

kurikulum yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman

belajar melalui bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan

materi (konten) dan proses belajar. Potensi yang dikembangan dalam

pembelajaran PAUD meliputi beberapa bidang pengembangan yaitu aspek agama

dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni. Setiap

masing masing aspek sangat penting untuk di distimulasi secara tepat dan

maksimal. Pemberian stimulasi yang maksimal diharapkan merangsang

pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

Anak-anak usia dini terdiri dari beragam latar belakang, karakteristik,

budaya, ekonomi, ras, dan kondisi yang berbeda. Sehingga sudah selayaknnya

Page 17: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

3

para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar anak memahami realita ini. Setiap

anak memiliki latar belakang kehidupan dan perkembangan yang berbeda-beda,

dan oleh karena itu dimungkinkan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan khusus

serta hambatan belajar yang berbeda-beda pula. Sehingga setiap anak sebenarnya

memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan dari masing masing anak. Pernyataan tersebut sesuai dengan Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat

1-3 menyatakan bahwa:

“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh

pendidikan khusus. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang

serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan

layanan khusus”.

Pendidikan untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) merupakan

inisiatif internasional yang diluncurkan di Jomtien Thailand pada tahun 1990

untuk membawakan manfaat pendidikan pada seluruh warga negara dan seluruh

masyarakat. Perintah ini untuk merealisasikan tujuan, kerjasama seluruh

komponen pemerintahan, kelompok-kelompok masyarakat, pengembangan agen-

agen pendidikan sebagaimana kesepakatan UNESCO dan Bank Dunia untuk

mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan (Harsono, 2010: 1). Pendidikan Untuk

Semua merupakan pendidikan yang merata untuk semua lapisan masyarakat;

tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan. Pembelajaran untuk Semua

wujud pembelajaran yang menyangkut semua usia entah itu dewasa, orang tua

maupun anak-anak yang bertujuan agar lebih mengerti tentang sesuatu.

Pembelajaran untuk Semua yang telah disepakati oleh para Menteri Pendidikan

Page 18: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

4

Asia Tenggara pada Deklarasi Bangkok mengakui bahwa salah satu dari wujud

EFA adalah pendidikan inklusi.

Sekolah inklusi merupakan salah satu wadah bagi anak dengan beragam

latar belakang dan kondisi untuk dapat belajar bersama. Muhammad Sugiarmin

(2009: 3) mengatakan pendidikan inklusi yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh

sekolah/kelas dengan melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali. Pendidikan

untuk Semua meliputi: anak-anak yang memiliki perbedaan bahasa, anak-anak

yang berisiko putus sekolah karena sakit, kekurangan gizi dan tidak berprestasi

dengan baik, anak-anak yang berbeda agama, anak-anak penyandang HIV/AIDS,

dan anak-anak yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah. Mereka dididik dan

diberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan tanpa

diskriminasi.

Sekolah inklusi diadakan dengan tujuan memberikan kesempatan yang

seluas- luasnya, mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekagraman, dan tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang

memiliki perbedaan, sehingga semua anak dapat mendapatkan pendidikan yang

layak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Sekolah inklusi memberikan pelayanan sekolah secara umum yang

disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena tidak semua anak yang ada di sekolah

ini merupakan anak normal. Namun terdapat pula anak yang berkebutuhan

khusus, dimana dalam proses pendampingan dan strategi pembelajaran perlu

dibedakan dengan anak normal lainnya.

Page 19: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

5

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang berbeda dengan

anak normal lainya, ABK memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya

dengan anak normal. Menurut Zanal Alimin (2010: 2) Anak Berkebutuhan

Khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang

disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara

individual. Keberagaman setiap anak berkaitan erat kaitannya dengan perbedaan

kebutuhan untuk menunjang masa depan, terutama memperoleh pendidikan yang

layak. Sebagai institusi yang bertanggung jawab meregulasi pendidikan,

Kementerian Pendidikan Nasional mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 menjelaskan

bahwa pendidikan inklusi merupakan solusi atas terjadinya diskriminasi bagi

peserta didik yang berkebutuhan khusus agar mampu mengenyam pendidikan

yang layak.

Penyelenggaraan pendidikan inklusi sebaiknya memperhatikan delapan

komponen, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 70 Tahun 2009 yang berupa peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik,

kegitan pembelajaran, penilaian dan sertifikasi, manajemen sekolah, penghargaan

dan sanksi, serta pemberdayaan masyarakat.

Sasaran peserta didik dalam pendidikan inklusi adalah semua peserta didik

yang didalamnya berisi anak berkebutuhan khusus dan reguler. Kurikulum yang

digunakan pada dasarnya menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku

di sekolah umum, namun untuk ABK dimodifikasi sesuai kebutuhannya. Tenaga

pendidik dalam sekolah inklusi meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru

Page 20: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

6

pendamping khusus (GPK). GPK adalah guru yang bertugas memberikan layanan

khusus, mendampingi, dan memberikan bimbingan secara berkesinambungan

kepada siswa yang berkelainan, selama mengikuti kegiatan berlangsung. Kegiatan

pembelajaran di sekolah inklusi meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan prinsip-

prinsip yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Kini banyak PAUD yang mulai membuka layanan sekolah inklusi. Hal ini

tentunya menjadi satu kemajuan bagi dunia pendidikan. Dengan adanya sekolah

inklusi, semua anak memiliki kesempatan untuk belajar berinteraksi dengan orang

sekitar tanpa merasa bahwa dirinya berbeda dan mendapatkan stimulasi awal yang

sesuai, sehingga dapat menstimulasi perkembangan anak itu sendiri.

Pada tahun 2012 jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat

mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam

rentang usia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 85.737 anak berkebutuhan

khusus yang bersekolah. Artinya, masih terdapat 245.027 anak berkebutuhan

khusus yang belum mengenyam pendidikan di sekolah, baik sekolah khusus

ataupun sekolah inklusi (http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/07/1503545/

pada 20 April 2016).

Keterbatasan pemahaman guru dan guru pendamping masih menjadi salah

satu kendala dari pendidikan inklusi. Kabid PLB dan Dikdas Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY tahun 2011 menyatakan, jumlah sekolah

inklusi di DIY ada 132 sekolah, dengan jumlah GPK 115 orang, 1 kelas di sekolah

inklusi idealnya ada 2 guru. Untuk mengatasi kekurangan jumlah guru di sekolah

inklusi. Tahun 2014 Dinas Pendidikan Pemuda (Disdikpora) DIY memberikan

Page 21: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

7

pelatihan pendidikan inklusi terhadap para guru, hal ini berdasarkan fakta bahwa

guru pedamping di DIY jumlahnya masih terbatas

(://m.harianjogja.com/baca/2014/01/16/guru-di-diy-dilatih-pendidikan-inklusi-

482428: 16 Jaunuari 2014).

Saat ini pendidikan anak usia dini di Yogyakarta yang menerima layanan

pendidikan inklusi masih jarang. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188/661 yang ditetapkan pada tanggal 12

Juni 2014, daftar PAUD penyelenggara pendidikan inklusi di kota Yogyakarta

baru terdapat delapan sekolah, yaitu: PAUD Among Siwi Umbulharjo, PAUD

Bunga Indah 09 Terban Gondokusuman, PAUD Ceria 21 Gedongtengen, PAUD

Tiara Surya Tegalrejo, Paud Among Putro Tegalrejo, TK ABA Nitikan, TK

Pedagogia, dan TK Islam Pelangi Anak Negeri.

TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan salah satu penyedia layanan

Pendidikan Inklusi di Kota Yogayakarta. Sekolah terletak di Jl. Nitikan Baru

Nomor 09, Pandean, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, menerima anak dengan

berbagai latar belakang sosial, kondisi, ekonomi, budaya, ras, dan kemampuan.

Bentuk kegiatan pendidikan inklusi yang diadakan di TK Islam Pelangi Anak

Negeri seperti: ramah lingkungan, mengenal budaya Indonesia, Bahasa Inggris,

stimulasi baca tulis hitung/calistung untuk anak, field trip, kunjungan profesi, dan

lain-lain.

TK Islam Pelangi Anak Negeri membuka layanan belajar inklusi untuk

anak usia 2-7 tahun yaitu TPA (Tempat Penitipan Anak), KB (Kelompok

Bermain), TK (Taman Kanak-kanak), Full Days, dan Pra SD. Dalam setiap kelas

Page 22: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

8

belajar berisikan anak dengan keragaman yang berbeda, termasuk ABK. Semua

anak tergabung dalam kelas yang sama, anak dengan kebutuhan khusus juga

bergabung dengan anak lain, dan dibuatkan kegiatan yang sesuai kebutuhannya.

Bentuk inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri yaitu beberapa isi materi

belajar yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak, ketersediaan

GPK dari sekolah, terapi bagi ABK murid baru, fieltrip, kunjungan profesi, dll.

Dalam pelayanan inklusi, GPK bertugas untuk membantu reguler dan ABK ketika

mengalami kesulitan dalam pembelajaran sewaktu kegiatan belajar berlangsung.

GPK di TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan guru tetap TK yang disediakan

oleh sekolah sendiri. GPK di TK Islam Pelangi Anak Negeri belum beratar

belakang dari pendidikan luar biasa.

Kurikulum yang ada dalam sekolah ini menggunakan kurikulum tingkat

satuan pembelajaran (KTSP) anak usia dini dari Dinas Pendidikan yang

disesuaikan dengan perkembangan anak, visi lembaga, dan pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada anak yaitu: pembelajaran yang membuka

kesempatan seluas-luasnya untuk bereksplorasi, berpendapat, mengembangkan

diri sesuai perkembangannya, dan belajar dengan ceria.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa TK Islam Pelangi Anak Negeri.

merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi dalam proses

pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran berpusat pada anak dan

menerapkan progam yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, maka

penelitian ini membahas tentang “Studi Kasus Proses Pembelajaran Inklusi di

Islam Pelangi Anak Negeri.”.

Page 23: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Keberagaman latar belakang kondisi dan perkembangan anak menyebabkan

adanya kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda-beda.

2. Pada tahun 2012 jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat

mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam

rentang usia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 85.737 anak

berkebutuhan khusus yang bersekolah. Artinya, masih terdapat 245.027 anak

berkebutuhan khusus yang belum mengenyam pendidikan di sekolah, baik

sekolah khusus ataupun sekolah inklusi.

3. Keterbatasan jumlah Guru Pendamping Khusus (GPK), berdasarkan data

tahun 2011 jumlah sekolah inklusi di DIY ada 132 sekolah, dengan jumlah

GPK 115 orang, 1 kelas di sekolah inklusi idealnya ada 2 guru.

4. Ketersediaan layanan PAUD inklusi di Kota Yogyakarta masih terbatas,

Berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188/661,

daftar PAUD penyelenggara pendidikan inklusi di kota Yogyakarta baru

terdapat delapan sekolah.

5. Pendekatan pembelajaran belum berpusat pada anak dan progam belajar yang

sesuai kebutuhan anak diterapkan di TK Islam Pelangi Anak Negeri.

6. Guru pendamping khusus di TK Islam Pelangi Anak Negeri belum berlatar

belakang dari PLB.

Page 24: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

10

C. Batasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan agar penelitian terfokus

pada topik penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi

masalah, maka penelitian ini lebih difokuskan pada ‘Studi Kasus Proses

Pembelajaran Inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri’.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka

dirumuskan permasalahan “Bagaimana Proses Pembelajaran Inklusi di TK Islam

Pelangi Anak Negeri Umbulharjo Yogyakarta?”.

E. Tujuan penelitian

Sesuai dengan identifikasi dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

di atas, penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui proses perencanaan pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi

Anak Negeri Umbulharjo Yogyakarta.

2. Mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi

Anak Negeri Umbulharjo Yogyakarta.

3. Mengetahui bentuk evaluasi pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak

Negeri Umbulharjo Yogyakarta.

F. Manfaat penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diharakan memberikan manfaat

yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

Page 25: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

11

1. Secara teoritis

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu yang berorientasi

pada pembelajaran inklusi di TK.

b. Mengkaji dan mengetahui lebih dalam tentang proses pembelajaran inklusi

di TK.

c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan pendidikan usia dini terutama

terkait penerapan pendidikan inklusi anak usia dini.

2. Secara praktis

a. Kepala sekolah:

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait

pelaksanaan pembelajaran untuk TK lainya.

b. Untuk guru:

Sebagai bahan masukan dalam pengembangan proses pembelajaran di

kelas inklusi.

Page 26: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Inklusi

1. Pengertian Pembelajaran Inklusi

Inklusi memiliki pengertian yang beragam. Inklusi atau sekolah inklusi

bukan nama lain untuk pendidikan kebutuhan khusus. Sekolah inklusi

menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengidentifikasi dan mencoba

memecahkan kesulitan yang muncul di sekolah. Stainback (dalam Budiyanto,

2012: 3) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung

semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan

yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap

siswa. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat

diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru

dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan

individualnya dapat terpenuhi.

Sekolah inklusi menurut Muhammad Sugiarmin (2007: 3), yaitu

pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah/kelas dengan melibatkan seluruh

peserta didik tanpa kecuali. Olsen H (dalam Tarmansyah, 2007: 82) mengatakan

sekolah inklusi harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi

fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik, atau kondisi lainnya yang meliputi:

anak-anak yang memiliki perbedaan bahasa, anak-anak yang beresiko putus

sekolah karena sakit, kekurangan gizi dan tidak berprestasi dengan baik, anak-

anak yang berbeda agama, anak-anak penyandang HIV/AIDS, dan anak-anak

Page 27: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

13

yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah, mereka dididik dan diberikan layanan

pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan penuh kasih sayang tanpa

diskriminasi.

Sekolah inklusi bukan semata memasukan anak luar biasa/Anak

Berkebutuhan Khusus ke sekolah umum, namun justru berorientasi bagaimana

layanan pendidikan ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan setiap anak

dengan keunikan dan keberagaman yang secara alamiah telah mereka miliki.

Staub dan Peck (Budiyanto, 2012: 4) mengemukakan bahwa pendidikan inklusif

adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara

penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan

tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan

bagaimanapun gradasinya.

Pernyataan Salamanca 1994 dan Kerangka Dakar 1997 (dalam

Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 29) menjelaskan gagasan tentang pentingnya

membangun kesadaran bagi anak berkebutuhan khusus melalui pendidikan

inklusi, dengan upaya memperjuangkan agar mereka yang berada di lingkungan

tertinggal dan mengalami keterbatasan kemampuan mendapatkan pelayanan

pendidikan terbaik.

Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling

efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang

terbuka, membangung suatu masyarakat inklusif dan mencapai pendidikan untuk

semua; lebih dari itu, sekolah inklusif memberikan pendidikan yang efektif

kepada mayoritas anak dalam meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya

Page 28: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

14

untuk keseluruhan sistem pendidikan (Sue Stubbs, 2002:19). Prinsip inklusi

mendorong setiap unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran mengusahakan

lingkungan belajar dimana semua siswa dapat belajar secara efektif bersama-

sama. Dengan demikian, tidak ada siswa yang ditolak atau dikeluarkan dari

sekolahnya sebab tidak mampu memenuhi standar akademis yang ditetapkan.

Walaupun, pada sisi yang lain beberapa orang tua merasa khawatir kalau anak-

anak mereka yang memiliki kecacatan tersebut akan menjadi bahan ejekan atau

digoda oleh orang-orang disekitarya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa sekolah

dengan pembelajaran inklusi adalah sekolah yang menyediakan layanan

pendidikan bagi semua peserta didik biasa maupun peserta didik yang

berkebutuhan khusus di kelas yang sama.

2. Landasan Pembelajaran Inklusi

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis utama penerapan sekolah inklusif di Indonesia adalah

Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas

pondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika

(Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 72).

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis internasional penerapan sekolah inklusif adalah

Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri pendidikan sedunia.

Deklarasi ini sebenarnya penegasan kembali atas deklarasi PBB tentang HAM

Page 29: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

15

tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada peraturan standar

PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu bekelainan

memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang ada

(Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 78). Di Indonesia, penerapan sekolah inklusi

dijamin oleh beberapa pasal yaitu:

1) Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 berbunyi, tiap-tiap warga Negara

berhak mendapatkan pengajaran.

2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional, pasal 4

ayat 1 dinyatakan, bahwa pendidikan di Negara ini diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pasal

5 ayat 2 menyatakan bahwa warga Negara yang mempunyai kelainan fisik,

emosional, mental dan atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.

Dalam penjelasan pasal 15 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan

khusus tersebut dilakukan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan

khusus. Pasal 11 menyatakan bahwa, pemerintah dan pemerintah daerah wajib

memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara, tanpa diskriminasi.

3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, terutama

pada pasal-pasal: (a) pasal 5: Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan

kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan; (b)

Pasal 6 (ayat 1): Setiap penyandang cacat berhak.

Page 30: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

16

c. Landasan Pedagogies

Pada pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa

tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Muhammad Takdir Ilahi, 2013:

79; Abdulrahman, 2003).

Adanya Undang-undang tentang pendidikan nasional ini, pelaksanaan

pendidikan bagi ABK akan semakin berkembang dan terarah, sesuai dengan

tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu mengembangkan potensi peserta didik.

d. Landasan Empiris

Penelitian tentang sekolah inklusif telah banyak dilakukan di negara-

negara barat sejak 1980-an. Penelitian yang bersekala besar dipelopori oleh The

National Academy of Sciences (Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa

klasifikaasi dan penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah, kelas, atau

tempat khsusus tidak efektif dan diskriminatif. Penelitian ini merekomendasikan

agar pendidikan khsusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan

hasil identifikasi yang tepat (Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 79; Heller,

Holtzman, & Messick, 1982). Beberapa penelitian kemudian melakukan meta

analisis (analisis lebih lanjut terhadap beberapa hasil penelitian yang telah ada)

terhadap beberapa hasil penelitian sejenis. Hasil meta analisis yang dilakukan oleh

Carlberg dan Kavel (1980) terhadap 50 buah penelitian, oleh Wang dan Baker

(1994/1995) terhadap 11 buah penelitian, dan oleh Baker pada 1994 terhadap 13

penelitian, menunjukkan bahwa sekolah inklusif berdampak positif, baik terhadap

perkembangan akademik maupun sosial anak berkelainan dan teman sebayanya

(Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 79).

Dari beberapa uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa, berdirinya

pendidikan inklusi didasarkan atas berbagai landasan, dengan tujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

Page 31: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

17

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi,

melalui pendidikan, peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus dibentuk

menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

3. Prinsip Sekolah inklusi

Konsep paling mendasar dalam sekolah inklusif adalah bagaimana agar

anak dapat belajar bersama, belajar untuk dapat hidup bersama (Budiyono, 2005:

41; IDEA, 1997). Pendidikan berkebutuhan khusus menganut prinsip-psrinsip

yang sehat yang dapat menguntungkan semua anak. Pendidikan kebutuhan

khusus berasumsi bahwa perbedaan-perbedaan manusia itu normal adanya dan

oleh karenanya pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kecepatan dan hakekat

proses belajar (Budiyono, 2005: 41; UNESCO, 1994).

Mulyono dalam Budiyono (2005: 54) mengidentifikasi prinsip-prinsip

dalam sekolah inklusif menjadi 9 elemen dasar yang memungkinkan sekolah

inklusif dapat dilaksanakan, yaitu: sikap guru yang positif terhadap kebinekaan,

interaksi promotif, pencapaian kompetensi akademik dan sosial, pembelajaran

adaptif, konsultasi kolaboratif, hidup dan belajar dalam masyarakat, hubungan

kemitraan antara sekolah dengan keluarga, belajar dan berfikir independen,

belajar sepanjang hayat.

Dari uraian di atas, dapat dapat ditegaskan bahwa belajar bersama untuk

hidup bersama merupakan prinsip mendasar dalam sekolah inklusi, Perbedaan-

Page 32: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

18

perbedaan manusia itu normal adanya dan oleh karenanya pembelajaran itu harus

disesuaikan dengan kecepatan dan hakekat proses belajar.

4. Tujuan Pembelajaran Inklusi

Secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar dan sengaja. Oleh karena itu, pembelajaran secara umum mempunyai tujuan

untuk membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan

pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah, baik kuantitas maupun

kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan

nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku.

Suyanto, (2007: 9) mengatakan tujuan penyelenggaraan pembelajaran

inklusi sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk

Anak Berkebutuhan Khusus) mendapatkan pendidikan yang layak sesuai

dengan kebutuhannya.

2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.

3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan

menekan angka tinggal dan putus sekolah

4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargaman keanekaragaman, tidak

diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran

Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa tujuan utama dalam

pembelajaran inklusi adalah memberikan hak kepada semua anak untuk

mendapatkan dan memilih pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya,

Page 33: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

19

sehingga menjadikan berkembanganya perkembangan peserta didik menjadi

optimal, dan menghargai perbedaan.

5. Model Pembelajaran Inklusi

Peserta didik yang beragam karakternya perlu adanya model belajar yang

dapat menyesuaikan. Model belajar adalah suatu usaha dengan perencanaan,

proses kombinasi dari berbagai kegiatan untuk pencapaian secara optimal individu

menyerap, mengolah, dan mengatur informasi, ada beberapa model dan gaya

belajar (Syamsul Huda Rohmadi, 2012: 67) yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar

auditif, dan gaya belajar kinestetik

Gaya belajar visual, peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual

lebih bisa menyerap informasi melalui penglihatannya. Ciri-cirinya antara lain,

teliti terhadap detail, pembaca tekun dan cepat, menjawab dengan jawaban

singkat, basanya tidak terganggu keributan, mengingat apa yang dilihat daripada

yang didengar, lupa menyampaikan pesan verbal, lebih suka seni dari musik,

mencoret-coret tanpa arti ketika berbicara di telpon atau dalam rapat, biasanya

tidak terganggu keributan.

Gaya belajar auditif, peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditif

lebih bisa menyerap informasi melalui pendengarannya. Cirinya antara lain,

mudah terganggu oleh keributan, senang membaca keras dan mendengarkan,

menggerakkan bibir dan mengucapkan ketika membaca, lebih suka musik dari

seni, biasanya pembicara yang fasih, suka berbicara, suka berdiskusi, dan

menjelaskan sesuatu panjang lebar.

Page 34: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

20

Gaya belajar kinestetik, peserta didik yang mempunyai gaya belajar

kinestetik lebih bisa menyerap informasi melalui gerak tubuh. Cirinya antara lain,

berbicara pelan, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, menggunakan

jari ketika membaca, kemungkinan tulisannya jelek, belajar melalui manipulasi

dan praktis, banyak menggunakan bahasa tubuh, tidak dapat duduk diam untuk

waktu lama, tidak dapat mengingat geografi kecuali jika pernah berada di tempat

itu, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.

Dengan mengetahui model gaya pembelajaran dan potensi, maka fungsi

kurikulum akan mempunyai nilai fungsi bagi peserta didik, adapun fungsi

kurikulum baik yang rata-rata kemampuan dan juga termasuk bagi peserta didik

yang khusus.

Lombardi (dalam Smith, 2006: 401) menjelaskan beberapa model

pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keberhasilan kelas inklusi.

Model-model tersebut meliputi: pengajaran langsung, intervensi dan strategi, tim

asistensi guru, dan model guru sebagai konsultan. Pengajaran Langsung (Direct

Instruction): dibuat suatu penekanan pada penggunaan struktur yang ringan dan

jadwal waktu kelas, menggunakan seluruh sumber daya guru secara efisien (baik

pendidikan umum maupun khusus) di kelas umum dan pemantauan kemajuan

secara seksama.

Intervensi dan strategi (strategy intervention) yaitu dibuat suatu penekanan

pada kemampuan pengajaran seperti: mendengar (listening), membuat catatan

(note talking), pertanyaan mandiri (self questioning), tes lisan (test talking) dan

pemantauan kesalahan (error monitor).

Page 35: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

21

Tim asistensi guru (teacher assistance team) yakni guru umum dan guru

pendidikan khusus bekerja sebagai tim, mereka bertemu secara teratur untuk

mengatasi masalah dan memberikan bantuan kepada anggota mereka dalam

mengatur sikap siswa dan pertanyaan mengenai kesulitan akademis.

Model guru sebagai konsultan (consulting teacher model) yaitu guru-guru

khusus dilatih sebagai konsultan untuk memberikan bimbingan dan bantuan

kepada guru kelas umum. Mereka juga melatih para professional yang ditugaskan

di kelas umum untuk membantu siswa penyandang hambatan.

Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa model pembelajaran

yang sesuai kebutuhan siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan dan

keberhasilah siswa dalam belajar.

6. Kurikulum Pembelajaran Inklusi

Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan

pelaksanaan pembelajaran dan atau pendidikan yang didalamnya mencakup

pengaturan tentang tujuan, isi/materi, proses dan evaluasi. Tujuan berarti apa yang

akan dicapai, materi berarti apa yang akan dipelajari. Proses berarti apa yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan dan evaluasi berarti apa yang harus dilakukan

untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan.

Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

pada dasarnya menggunakan kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum.

Namun demikian karena ragam hambatan yangdialami peserta didik berkebutuhan

khusus sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang

Page 36: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

22

berat, maka dalam implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan

modifikasi (penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Modifikasi (penyelarasan) kurikulum dilakukan oleh tim

pengembang kurikulum di sekolah. Tim pengembang kurikulum sekolah terdiri

dari: kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus,

konselor, psikolog, dan ahli lain yang terkait (Suyanto, 2007: 20).

Suyanto (2007: 20) mengatakan kurikulum inklusi dibagi menjadi 3

model, yaitu:

1. Model kurikulum reguler

Pada model kurikulum ini peserta didik yang berkebutuhan khusus

mengikuti kurikulum reguler sama seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas

yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses

pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya.

2. Model kurikulum reguler dengan modifikasi

Pada model kurikulum ini guru melakukan modifikasi pada strategi. Pada

model kurikulum ini guru melakukan modifikasi pada strategi pembelajaran, jenis

penilaian, maupun pada program tambahan pembelajaran, jenis penilaian, maupun

pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan siswa

(anak lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan siswa (anak berkebutuhan

khusus). Di dalam model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan khusus). Di dalam

model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan khusus yang memiliki program

pembelajaran berkebutuhan khusus yang memiliki program pembelajaran

Page 37: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

23

berdasarkan kurikulum reguler dan program pembelajaran berdasarkan kurikulum

reguler dan program pembelajaran individual (PPI).

3. Model kurikulum PPI

Pada model kurikulum ini guru mempersiapkan program pendidikan Pada

model kurikulum ini guru mempersiapkan program pendidikan individual (PPI)

yang dikembangkan bersama tim pengembang individual (PPI) yang

dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru

pendidikan khusus, kepala yang melibatkan guru kelas, guru pendidikan khusus,

kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait. sekolah, orang tua,

dan tenaga ahli lain yang terkait.

Model PPI diperuntukan pada siswa yang mempunyai hambatan belajar

yang tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar belajar yang tidak

memungkinkan untuk mengikuti proses belajar berdasarkan kurikulum reguler.

Siswa berkebutuhan khusus seperti ini dapat dikembangkan potensi belajarnya

dengan menggunakan ini dapat dikembangkan potensi belajarnya dengan

menggunakan PPI dalam setiing kelas reguler, sehingga mereka bisa mengikuti

PPI dalam setiing kelas reguler, sehingga mereka bisa mengikuti proses belajar

sesuai dengan fase perkembangan dan proses belajar sesuai dengan fase

perkembangan dan kebutuhannya.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran inklusi, pendidik atau guru

harus menentukan terlebih dahulu program yang akan diajarkan, pelaksanaan,

waktu, biaya, faktor pendukung dan penghambat, serta strategi pembelajaran yang

akan diajarkan. Kemudian dilanjutkan dengan adanya proses evaluasi yaitu suatu

Page 38: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

24

kegiatan pengkajian terhadap sesuatu sebagai bahan untuk pengambilan keputusan

dalam usaha untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan pembelajaran telah

mencapai tujuannya . Nana Syaodih dalam Muhmmad Takdir Ilahi (2003: 172)

mengatakan, beberapa komponen kurikulum terdiri dari: tujuan, materi atau bahan

ajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi kurikulum.

1. Perencanaan Pembelajaran merupakan proses penetapan dan pemanfaatan

sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-

kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif

dalam mencapai tujuan. Dalam konteks perencanaan pembelajaran dapat

diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media

pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan

penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa

tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Peran yang dilakukan oleh

guru dalam perencanaan pembelajaran adalah dengan membuat perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan beberapa persiapan yang

disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat

dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

Perangkat pembelajaran tersebut minimal terdiri dari analisis pekan efektif,

program tahunan, program semesteran, silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

2. Pelaksanaan Pembelajaran Inklusi. Pada tahap ini guru melaksanakan

program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan di kelas

reguler sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Pelaksanaan

pembelajaran dapat dilakukan melalui individualisasi pengajaran artinya; anak

belajar pada topik yang sama, waktu dan ruang yang sama, namun dengan

materi yang berbeda-beda. Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara

individual artinya anak diberi layanan secara individual dengan bantuan guru

khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap memiliki rentang

materi/keterampilan yang sifatnya mendasar. Proses layanan ini dapat

dilakukan secara terpisah atau masih di kelas tersebut sepanjang tidak

mengganggu situasi belajar secara keseluruhan. Pelaksanaan pembelajaran

merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada

khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi

merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam suatu proses

pembelajaran. Dengan demikian evaluasi berarti penentuan nilai suatu

program dan penentuan keberhasilan tujuan pembelajaran suatu program

(Budiyanto, 2012: 64).

Page 39: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

25

Dalam sekolah inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif. Mengingat

bergamnya kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan

khusus. Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara untuk

pemenuhan hak bagi ABK yang berada di sekolah inklusi. Mumpuni, (2011:5)

mengatakan bahwa model pembelajaran inklusi mengharuskan guru melayani

siswa dengan berbagai kebutuhan belajar. Adaptasi dalam model pembelajaran

inklusi merupakan cara penyesuaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kondisi

siswa berkebutuhan khusus. Penyesuaian tersebut dilakukan pada tahapan belajar

perolehan, tahap ulangan, tahap kecakapan, tahap mempertahankan, tahap

perluasan, tahap penyesuaian, dan tahap penyesuaian (Mumpuniarti, 2011: 8).

Irham Hosni, (2003) dalam artikel, E. S. Munir, (2008), menuliskan

bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi

dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan

memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan

demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar

Biasa (PLB). Pada intinya pembelajaran adaptif adalah modifikasi aktivitias,

metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan

peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran

dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi

aktivitas adalah penyesuaian aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan

potensi siswa dalam melakukan aktivitias tersebut.

Ada empat model kemungkinan pengembangan kurikulum adaptif bagi

siswa yang berkebutuhan pendidikan khusus yang mengikuti pendidikan di

Page 40: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

26

sekolah inklusif, menurut Sari Rudiyati (2013: 8) yakni: (1) Model duplikasi; (2)

Model modifikasi; (3) Model subtitusi, dan (4) model omisi.

Model duplikasi dalam kaitannya dengan model kurikulum, yaitu

mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk siswa berkebutuhan

pendidikan khusus secara sama dengan kurikulum yang digunakan untuk siswa

pada reguler. Jadi model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum,

dimana siswa-siswa berkebutuhan pendidikan khusus menggunakan kurikulum

yang sama seperti yang dipakai oleh anak-anak pada umumnya. Model duplikasi

dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses

dan evaluasi. Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang

diberlakukan kepada anak-anak pada umumnya/reguler juga diberlakukan kepada

siswa berkebutuhan pendidikan khusus.

Duplikasi isi/materi berarti materi-materi pembelajaran yang diberlakukan

kepada siswa reguler juga diberlakukan sama kepada siswa-siswa berkebutuhan

pendidikan khusus. Duplikasi proses berarti siswa berkebutuhan pendidikan

khusus menjalani kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang sama seperti

yang diberlakukan kepada siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi proses

bisa berarti kesamaan dalam metode mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu

belajar penggunaan media belajar dan atau sumber belajar.

Duplikasi evaluasi berarti siswa berkebutuhan pendidikan khusus

menjalani evaluasi atau penilaian yang sama seperti yang diberlakukan kepada

siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi evaluasi bisa berarti kesamaan

Page 41: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

27

dalam soal-soal ujian, kesamaan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau

kesamaan dalam tempat atau lingkungan dimana evaluasi dilaksanakan.

Model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana

kurikulum umum yang diberlakukan bagi siswa-siswa reguler dan beberapa

dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa

berkebutuhan pendidikan khusus. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat

komponen utama, yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi.

Sebagai konsekuensi dari modifikasi tujuan siswa berkebutuhan

pendidikan khusus, maka akan dibuatkan beberapa komponen sendiri baik

berkaitan dengan standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (SI,

kompetensi dasar (KD) maupun indikator -nya.

Modifikasi materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk siswa reguler

dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa

berkebutuhan pendidikan khusus. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan

keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi

yang diberikan kepada siswa reguler.

Modifikasi proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran

yang dijalani oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus dengan yang dialami

oleh siswa pada umumnya. Metode atau strategi pembelajaran umum yang

diberlakukan untuk siswa-siswa reguler tidak diterapkan untuk siswa

berkebutuhan pendidikan khusus.

Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil

belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa

Page 42: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

28

berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata lain siswa berkebutuhan

pendidikan khusus menjalani sistem evaluasi yang berbeda dengan siswa-siswa

lainnya. Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal-soal

ujian, perubahan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi.

Termasuk juga bagian dari modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam kriteria

kelulusan, sistem kenaikan kelas, bentuk rapor, ijasah, dll.

Model subtitusi dalam kaitannya dengan model kurikulum, maka substansi

berarti mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang

lain. Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh

siswa berkebutuhan pendidikan khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain

yang sebobot dengan yang digantikan. Model substansi bisa terjadi dalam hal

tujuan pembelajaran, materi, proses maupun evaluasi.

Model Omisi dalam kaitan dengan model kurikulum, omisi berarti upaya

untuk menghapus/menghilangkan sesuatu, baik sebagian atau keseluruhan dari

kurikulum umum, karena hal tersebut tidak mungkin diberikaan kepada siswa

berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata lain, berarti sesuatu yang ada

dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada

siswa berkebutuhan pendidikan khusus, karena sifatnya terlalu sulit atau mampu

dilakukan oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Bedanya dengan substitusi

adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang sebobot, sedangkan dalam

model omisi tidak ada materi pengganti.

Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa kurikulum yang digunakan

dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan

Page 43: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

29

kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum. Namun demikian karena ragam

hambatan yangdialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi,

mulaidari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam

implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan modifikasi (penyelarasan)

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam sekolah

inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif. Mengingat bergamnya

kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.

Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara untuk pemenuhan hak

bagi ABK yang berada di sekolah inklusi. Kurikulum adaptif merupakan

kurikulum khusus bagi ABK dalam sekolah inklusi.

7. Komponen Pembelajaran Inklusi

Pembelajaran merupakan istilah yang diambil dari terjemahan kata

"Instruction". Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan

"pengajaran", akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang

sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Arief S. Sadiman (dalam Cepi Riyana,

2007: 1), kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya.

Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal,

sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas

formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh

guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar

siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber

belajar agar terjadi proses belajar.

Page 44: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

30

Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen sebagai berikut;

tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/ siswa, dan

adanya pendidik/guru (Cepi Riyana, 2007: 3).

Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh

kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam

upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan

pendidikan dan tujuan pembangunan nasional. Materi belajar dalam pembelajaran

inklusi menurut Nana Syaodih 2005 (dalam Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 172)

materi belajar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Untuk ABK

dengan inteligensi yang tinggi, materi belajar dapat diperluar, diperdalam, dan

ditambahkan materi belajar baru, yang tidak ada dalam kurikulum sekolah reguler,

namun materi ini dianggap penting bagi anak berbakat. Sementara untuk ABK

yang memiliki intelegensi yang relatif normal, materi beljar dipertahankan atau

tingkat kesulitannya diturunkan sedikit. Bagi ABK dengan intelegensi di bawah

normal, maka materi belajar dalam sekolah dapat dikurangi atau diturunkan

tingkat kesulitannya seperlunya atau dihilangkan pada bagian tertentu.

Strategi pembelajaran dalam sekolah inklusi meliputi media dan metode

belajar. dalam proses belajar mengajar di kelas inklusi yng terdapat ABK,

dibutuhkan strategi untuk keberhasilan proses belajar mengajar. Penggunaan

media dalam pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam terciptanya

lingkungan belajar yang kondusif. Nana Sanjaya (dalam Muhammad Takdir Ilahi,

2013: 175) mengatakan penggunaan media belajar pada dasarnya sebagai alat

Page 45: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

31

bantu yang mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif. Media belajar dalam

kelas inklusi

Evaluasi pembelajaran dalam pendidikan inklusi menurut Muhammad

Takdir Ilahi, 2013: 187 bagi ABK mengtakan bahwa sesuai dalam pasal 7

PermendiknasNomor 70 Tahun 2009 yang berisi bahwa satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai

dengan bakat, dan minatnya. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah inklusi

untuk ABK mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan

dengan karakteristik belajar peserta didik dengan cara melakukan evaluasi

simultan dan berkelanjutan.

Evaluasi pembelajaran di sekolah inklusif hendaknya dapat menjangkau

kemampuan seluruh anak, baik reguler maupun ABK. Bagi reguler, evaluasi hasil

belajarnya dapat mengacu pada standar yang berlaku, namun bagi ABK perlu

memperhatikan kondisi, kemampuan, dan kebutuhannnya, serta progam

pendidikan dan pembelajaran yang telat dibuat (Sari Rudiyati, 2013: 79).

Tenaga pendidik yang profesional menjadi salah satu penentu dalam

keberhasilan pelaksaaan pembelajaran inklusi. Tenaga pendidik dalam sekolah

inklusi menurut Sari Rudiyati (2013: 37) meliputi guru umum dan guru

pendamping. Guru umum meliputi guru kelas dan guru bidang studi, sedangkan

guru pendamping merupkan guru pendamping khusus (GPK).

Guru kelas adalah pendidik atau pengajar pada suatu kelas tertentu di

sekolah dasar yang sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan, bertanggung

Page 46: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

32

jawab pada pengelolaan pembelajaran dan administrasi kelasnya. Kelas yang

dipegang tidak menetap. Tiap tahun dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi

sekolah.

Guru pembimbing khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang

pendidikan luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan khusus terkait dengan

pendidikan luar biasa (Sari Rudiyati, 2013: 40). Tugas pembimbing khusus antara

lain: menyusun assessment pendidikan bersama guru kelas dan guru mata

pelajaran, membangun sistem organisasi antara guru, pihak sekolah dengan orang

tua siswa, memberikan bimbingan kepada anak berkelainan, sehingga anak

mampu mengatasi hambatan/ kesulitannya dalam belajar, memberikan bantuan

kepada guru kelas dan guru mata pelajaran agar dapat memberikan pelayanan

pendidikan khusus kepada anak yang luar biasa yang membutuhkan.

B. Pembelajaran di TK

1. Pengertian Pembelajaran di TK

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan, guna membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan selanjutnya (Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional

PAUD, pasal 1 nomer 1). TK (Taman Kanak-kanak) adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal. TK ditujukan untuk

anak usia empat hingga 6 tahun. Potensi yang dikembangkan di dalam

Page 47: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

33

pembelajaran di TK meliputi beberapa aspek, yaitu: kognitif, bahasa, fisik

motorik, sosial emosional, agama dan moral.

Karakteristik dalam pembelajaran di TK yaitu: pembelajaran dilaksanakan

secara terpadu dengan memperlihatkan kebutuhan, dilaksanakan secara fleksibel

sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan, dan dilaksanakan

berdasarkan prinsip belajar melalui bermain dengan memperhatikan perbedaan

individual, minat, dan kemampuan masing- masing anak, sosial budaya, serta

kondisi dan kebutuhan (Mudjito, 2010: 7)

Proses pembelajaran di TK melalui tiga tahap, yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, dan evalusi. Perencanaan pembelajaran di TK sebagai persiapan

proses kegiatan meliputi Perencanaan Semester, RKM, dan RKH. Pelaksanaan

pembelajaran di TK pada usia 4-6 tahun dilakukan secara individual, kelompok

kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembuka, inti, dan

penutup.

Kegiatan pembuka merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang

ditujukan untuk memfokuskan perhatian dan membangkitkan motivasi peserta

didik. Kegiatan inti merupakan proses untuk mencapai indikator yang dilakukan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif. Kegiatan

penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran, bentuk kegiatanya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tidak

lanjut.

Evalusi pembelajaran di TK menggunaan istilah pengukuran, penilaian,

dan asesmen. Teknik evaluasi di TK menggunakan pengamatan, penugasan, unjuk

Page 48: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

34

kerja, catatan anekdot, dialog, laporan orang tua, hasil karya, dan profil

anak.kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh,

dan berkelanjutan (Mudjito, 2010: 21-27)

Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa pembelajaran di TK

merupakan kegiatan pembelajaran usia 4-6 tahun. Kegiatan dilakukan melalui

perencaan, pelaksanaan, dan evalusi, dengan tujuan untuk mengembangkan

potensi anak secara optimal, agar siap secara jasmani dan rohani dalam

melaksanakan pembelajaran pada tingkat selanjutnya.

2. Model Pembelajaran di TK

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu anak mencapai

hasil belajar tertentu (Depdiknas, 2005). Komponen model pembelajaran terdiri

dari: identitas, kompetensi yang akan dicapai, langkah-langkah, lat atau sumber

belajar, serta evaluasi. Menurut Sugiono (2009: 140) model pembelajaran pada

anak usia dini terdiri dari dua jenis, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru

dan pembelajaran yang berpusat pada anak. model pembelajaran berpusat pada

anak terdiri dari model pembelajaran kelompok dan model pembelajaran

berdasarkan minat.

a) Model Pembelajaran Kelompok

Model pembelajaran kelompok atau Cooperatif Learning merupakan

pembelajaran yang berupaya membantu anak didik untuk mempelajari materi

belajar dari berbagai ketrampilan guna mencapai sasaran serta tujuan sosial dan

Page 49: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

35

hubungan dengan orang lain. Landasan teoritis dari model pembelajaran

kelompok adalah mengacu pada teori dari John Dewey (Nurhayati, 2011: 3), yang

menyatakan bahwa kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih luas

dan menjadi laboraturium bagi pembelajaran kehidupan nyata. Menurut Dewey,

guru seharusnya menciptakan lingkungan belajar yang demokratis disertai prses

belajar yang ilmiah. Tanggung jawab gru adalah melibatkan peserta didik dalam

penyelidikan (inquiry) tentang berbagai masalah sosial dan intersosisal.

Prinsip pembelajaran kelompok adalah: peserta didik bekerja dalam tim

untuk mencapai tujuan belajar; anggota dalam kelompok terdiri atas yang

mempunyai kemampan belajar rendah, sedang dan tinggi; jika memungkinkan

anggota kelompok tersebut terdiri dari campuran, ras, budaya, dan jenis kelamin;

sistem reward berorientasi pada kelompok. Prinsip berikutnya dalam

pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok dapat bertukar tempat ke

kelompok lain dengan catatan dalam kelompk yang dipilih ada tempat ke

kelompok lain dengan catatan dalam kelompok yang dipilih ada tempat yang

kosong.

Manfaat pembelajaran kelompok, antara lain memotivasi peserta didik

yang kemampuan belajarnya rendah dan tinggi untuk saling membantu,

menumbuhkan toleransi yang tinggi terhadap orang yang berbeda ras, budaya,

kelas sosial, bahkan anak yang berkebutuhan khusus. Manfaat pembelajaran

kelompok berikutnya adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi

kepada anak didik.

Page 50: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

36

Tahap atau langkah dalam pembelajaran kelompok dapat diuraikan

sebagai berikut (Nurhayati, 2011: 4): Pelajaran dimulai dengan guru membahas

tujuan-tujuan pelajaran dan membangkitkan motivasi belajar, tahap selanjutnya

adalah presentasi informasi dalam bentuk teks atau ceramah, peserta didik

diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar, peserta didik dibantu guru

bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas, anak tidak diharuskan

menyelesaikan tugas semua kelompok, namun anak dapat berpindah kegiatan ke

kelompok lain apabila ada tempat kosong di kelompok tersebut, presentasi hasil

akhir kelompok atau menguji segala yang telah dipelajari siswa, dan memberi

pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.

b) Model Pembelajaran Berdasarkan Minat

Model pembelajaran berdasarkan minat adalah model pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan

sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran berdasarkan minat dirancang untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak. Model pembelajaran berdasarkan

minat adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya.

Pembelajaran berdasarkan minat dirancang untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan spesifik anak.

Page 51: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

37

Prinsip dalam model pembelajaran berdasarkan minat mengutamakan

(Nurhayati, 2011: 5) sebagai berikut:

1) pengalaman belajar bagi setiap anak secara individual

2) membantu anak untuk membuat pilihan-pilihan melalui kegiatan dan pusat-

pusat kegiatan

3) melibatkan peran serta keluarga. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan minat

dapat menggunakan beberapa area antara lain: area agama, balok, bahasa,

drama, berhitung/matematika, sains, seni/motorik, musik, membaca dan

menulis. Dalam satu hari dapat dibuka satu area bermain dengan 4-5 kegiatan

bermain.

Dari uraian di atas dapat dimbil kesimpulan bahwa terdapat dua model

pembelajaran di TK, yaitu berpusat pada guru dan anak. Model pembelajaran

berpusat pada anak terbagi menjadi dua, yaitu secara kelompok dan minat. Kedua

model pembelajaran ini memberikan kebebasan bagi anak untuk aktif belajar,

sehingga anak memperoleh pengetahuan yang bermakna.

2. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Mudjito (2010: 5) prinsip pembelajaran di TK sebagai berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi

pada kebutuhan anak. anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan

upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi aspek perkembangan baik

fisik maupun psikis.

Page 52: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

38

b. Belajar sambil bermain

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

pada anak usia dini. Upaya yang diberikan oeh pendidik hendaknya dilakukan

dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode, materi,

serta mudah dimengerti oleh anak.

c. Kreatif dan inovatif

Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan

yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk

berfikir dan menemukan hal hal baru.

d. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah.

Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak

bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak

anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik dengan

temanya.

e. Tema

Jika pembelajaran yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema

dalam kegiatan hendaknya dikembangkan dari hal yang paling dekat dengan

anak, sederhana serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan

agar anak mampu mengenal konsep secara mudah dan jelas.

f. Mengambangkan keterampilan hidup

Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan ketrampilan

hidup. Pengembangan konsep keterampilan hidup didasarkan pada 2 tujuan,

Page 53: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

39

yaitu: memiliki kemampuan untuk menolong diri senidri, disiplin, dan

sosialisasi; memiliki bekal keterampilan dasar dan beranjak dari tema dan

jenjang selanjutnya.

g. Menggunakan pembelajaran terpadu

Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan model

pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak.

Kegiatan pembelajaran disajikan secara terintegrasi dalam suatu aktivitas

yang dilakukan oleh anak.

h. Pembelajaran berorientasi pada prinsip perkembangan anak, yaitu:

Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi

serta merasakan aman dan tentram secara psikologis, siklus belajar selalu

berulang, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewassa dan anak

lainya, minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajar, perkembangan

dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.

Dari urian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa prinsip pembelajaran di

TK disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik, serta tuntutan lingkungan.

Page 54: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

40

3. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Mudjito (2010: 7), pembelajaran pada anak usia dini dapat

dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya:

a. Bercerita

Bercerita adalah mencerikan atau membacakan cerita yang mengandung nilai

pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dalat ditingkatkan. Cerita

sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak

untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita akan

lebih bermanfaat jika disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan

anak.

b. Bernyanyi

Bernyanyi adalah kegiatan dalam melakukan pesan-pesan yang mengan dung

unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi

emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menimbulkan rasa

estetika.

c. Berdarmawisata

Berdarmawisata adalah kunjungan secara langsung ke objek yang sesuai

dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak.

kegiata tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat,

mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan dan peristiwa

di lingkungan. Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui berdarmawisata

ke pasar, sawah, kebun, dan lainya.

Page 55: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

41

d. Bermain peran

Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh,

benda, dan peran tertentu disekitar anak. Bermain peran merupakan kegiatan

menirukan perbuatan orang lain di sekitar. Dengan demikian peran, kebiasan,

dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta mengembangkan daya

khayal dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.

e. Demontrasi

Demonstrasi adalah kegiatan dimana tenaga pendidik memberikan contoh

terlebih dahulu, kemudian ditirukan oleh anak. metode ini bermanfaat untuk

melati ketrampilan dan cara yang memperlukan contoh yang benar.

f. Pemberian tugas

Pemberian tugas meruakan metode yang memberikan kesempatan kepada

anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah

disiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan

tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok maupun

individual

g. Metode proyek

Metode proyek adalah metode yang memeberikan kesempatan pada anak

untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiaran sehari hari anak sebagai

bahan pembahasan melalui kegiatan.

h. Metode pembiasaan

Merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan

untuk melatih anak agar meiliki kebiasan tertentu, yang umumnya

Page 56: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

42

berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak, seperti emosi, disiplin,

budi pekerti, dan lain lain

i. Metode bercakap-cakap

Suatu cara bercakap cakap dalam bentuk tanya jawab antar anak dengan anak

atau anak dengan guru.

j. Latihan

Latihan adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya

kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antar otot-otot dengan

mata dan otak, latihan diberikan sesuai dengan langkah langkah yang

diberikan.

Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa berbagai macam metode

pembelajaran yang dilakukan di TK, dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Dengan variasi metode yang digunakan, membantu masing masing anak untuk

mendapatkan pengetahuan yang bermakna, sesuai dengan cara belajar masing-

masing anak.

4. Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber

pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media pendidikan dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, media audio, dan media

audio-visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat, media audio

adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat

Page 57: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

43

didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak

untuk mempelajari isi tema, Media Audio-Visual merupakan kombinasi dari

media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar (Badru

Zaman & Cucu Eliyawati, 2010: 5).

Pemilihan media pembelajaran bukanlah hal yang sederhana meskipun

tidak perlu dipandang rumit. Maknanya ialah perlunya pengetahuan wawasan,

pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukannya dengan tepat, sehingga

keputusan yang diambil sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pada dasarnya

pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana yaitu dapat

memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.

Dalam konteks pemilihan media pembelajaran untuk anak usia dini,

beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media

pembelajaran tersebut diantaranya adalah (Badru Zaman & Cucu Eliyawati,

2010:15):

1. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan

pemakai (anak usia dini) yang dilayani serta mendukung tujuan pembelajaran.

2. Media pembelajaran yang dipilih perlu didasarkan atas azas manfaat

3. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik berada pada

sudut pandang pemakai (guru, anak) maupun dari kepentingan lembaga

4. Pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian edukatif dengan

memperhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan bidang pengembangan yang

dikembangkan, karakteristik peserta didik serta aspek-aspek lainnya yang

berkaitan dengan pengembangan pendidikan dalam arti luas.

Page 58: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

44

5. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan kualitas

yang telah ditentukan..

6. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memperhatikan pula keseimbangan

koleksi (well rounded collection) termasuk media pembelajaran pokok dan

bahan penunjang sesuai dengan kurikulum baik untuk kegiatan pembelajaran

maupun media pembelajaran penunjang untuk pembinaan bakat, minat dan

keterampilan yang terkait.

7. Untuk memudahkan memilih media pembelajaran yang baik perlu kiranya

menyertakan alat bantu penelusuran informasi seperti katalog, kajian buku,

review atau bekerjasama dengan sesama komponen fungsional.

Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa media merupakan hal

penting yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan suatu informasi/

pengetahuan bagi anak. Penggunaan media yang sesuai kegiatan dan menarik,

dapat membantu daya tarik anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

C. Kerangka Pikir

Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menerima siswa dengan berbagai

keragaman. Di kelas inklusif ini para siswa memiliki kemampuan yang

bermacam-macam. Karena para siswa di samping siswa yang normal juga terdapat

siswa yang memiliki beragam kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual,

sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis ataupun siswa yang memiliki

kecerdasan. Berdirinya sekolah inklusi di Indonesia didasarkan atas berbagai

landasan, dengan tujuan memberikan hak kepada semua masyarkat untuk

Page 59: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

45

mendapatkan dan memilih pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya,

sehingga menjadikan berkembanganya perkembangan peserta didik menjadi

optimal, dan menghargai perbedaan.

Kurikulum dalam sekolah inklusi menggunakan kurikulum reguler, reguler

dengan modifikasi, dan PPI. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran inklusi,

pendidik atau guru harus menentukan terlebih dahulu program yang akan

diajarkan, pelaksanaan, waktu, biaya, faktor pendukung dan penghambat, serta

strategi pembelajaran yang akan diajarkan. Kemudian dilanjutkan dengan adanya

proses evaluasi yaitu suatu kegiatan pengkajian terhadap sesuatu sebagai bahan

untuk pengambilan keputusan dalam usaha untuk mengetahui seberapa jauh

kegiatan pembelajaran telah mencapai tujuannya.

Sekolah inklusi diadakan dengan tujuan memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya, mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekagraman, dan tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang

memiliki perbedaan, sehingga semua anak dapat mendapatkan pendidikan yang

layak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sekolah inklusi

diselenggarakan untuk semua jenjang pendidikan, termasuk PAUD.

TK (Taman Kanak-kanak) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan usia

dini pada jalur pendidikan formal. TK ditujukan untuk anak usia empat hingga

enam tahun. Karakteristik dalam pembelajaran di TK yaitu: pembelajaran

dilaksanakan secara terpadu dengan memperlihatkan kebutuhan, dilaksanakan

secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan, dan

dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain dengan memperhatikan

Page 60: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

46

perbedaan individual, minat, dan kemampuan masing- masing anak, sosial

budaya, serta kondisi dan kebutuhan (Mudjito, 2010: 7).

Model pembelajaran pada anak usia dini terdiri dari dua jenis, yaitu

pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada

anak. Model pembelajaran berpusat pada anak terdiri dari model pembelajaran

kelompok dan model pembelajaran berdasarkan minat. Penggunaan variasi

metode dan media yang digunakan, membantu menarik perhatian masing masing

anak untuk mendapatkan pengetahuan yang bermakna, sesuai dengan cara belajar

masing-masing anak.

Proses pembelajaran di TK melalui tiga tahap, yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, dan evalusi. Perencanaan pembelajaran di TK sebagai persiapan

proses kegiatan meliputi Perencanaan Semester, RKM, dan RKH. Pelaksanaan

pembelajaran di TK pada usia 4-6 tahun dilakukan secara individual, kelompok

kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembuka, inti, dan

penutup. Evalusi pembelajaran di TK menggunaan istilah pengukuran, penilaian,

dan asesmen.

Anak-anak usia dini terdiri dari beragam latar belakang, karakteristik,

budaya, ekonomi, ras, dan kondisi yang berbeda. Setiap anak memiliki latar

belakang kehidupan dan perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu

dimungkinkan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan khusus serta hambatan

belajar yang berbeda-beda. Sehingga setiap anak sebenarnya memerlukan layanan

pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan dari masing

masing anak.

Page 61: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

47

Salah satu penyedia layanan sekolah inklusi di Yogyakarta adalah TK

Islam Pelangi Anak Negeri merupakan salah satu sekolah PAUD yang membuka

layanan sekolah inklusi, yang menerima anak dengan berbagai latar belakang

sosial, kondisi, ekonomi, budaya, ras, dan kemampuan. TK Islam Pelangi Anak

Negeri membuka layanan belajar inklusi untuk anak usia 2-7 tahun. Dalam setiap

kelompok belajar terdapat anak reguler dan ABK. TK Islam Pelangi Anak Negeri

menyediakan guru pendamping kelas bagi ABK yang membutuhkan. Proses

pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri menerapkan pembelajaran

inklusi. Pada gambar 1 berikut ini ditampilkan:

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti merumuskan pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran inklusi pada TK Islam Pelangi

Anak Negeri?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran inklusi pada TK Islam Pelangi

Anak Negeri?

Sekolah inklusi Pembelajaran di TK

Pembelajaran Inklusi di TK

Tumbuh kembang anak optimal

Page 62: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

48

3. Bagaimana bentuk evaluasi pembelajaran inklusi TK Islam Pelangi Anak

Negeri?

4. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran inklusi

TK Islam Pelangi Anak Negeri?

Page 63: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Stake 1995

(Creswell, 2012: 20) studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di

dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu progam, peristiwa, aktivitas,

proses atau sekelompok individu. Kasus ini dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan

peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai

prosedur pengumpulan data serta waktu yang telah ditentukan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dikarenakan akan

menggali secara mendalam tentang proses pembelajaran inklusi di TK Islam

Pelangi Anak Negeri, yang pada sekolah lainnya pendidikan inklusi masih jarang

diterapkan. Penelitian akan dilaksanakan dengan mengkaji lebih mendalam

tentang proses pembelajaran inklusi. Sehingga peneliti memperoleh data secara

detail tentang proses pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah TK Islam Pelangi Anak Negeri yang

beralamat di Jalan Nitikan Baru nomor 09, Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta.

Dalam penelitian ini menggunakan sampling purposive. Sampling puposive

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono.

2012: 216). Subjek yang diambil dalam penelitian ini berupa nara sumber, yaitu

Page 64: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

50

kepala sekolah, guru, dan pesert didik. Sedangkan objek penelitiannya adalah

proses pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri .

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010: 309) teknik pengumpulan data merupakan

langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian

adalah mendapatkan data. Nasution (Sugiyono, 2010: 306) mengemukakan bahwa

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia

sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya

belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur

penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya

tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Teknik pengambilan data menggunakan teknik yang selalu melibatkan

penuh peneliti untuk mengambil data. Pada penelitian kualitatif ini teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi

Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa observasi

merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Jadi observasi adalah teknik

pengumpulan data yang ditujukan kepada objek dalam konten penelitian. Dalam

penelitian ini observasi dilakukan di TK Islam Pelangi Anak Negeri terkait

penelitian proses pembelajaran inklusi. Teknik observasi yang dilakukan dalam

penelitinan ini adalah observasi deskripsi dan partisipatif. Metode observasi

bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran inklusi TK Islam Pelangi Anak

Page 65: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

51

Negeri. Kegiatan Observasi dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas

dengan mengamati kegiatan guru dan anak dalam proses pembelajaran.

2. Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2010: 317) mengemukakan bahwa interview adalah

“a meeting of two person to exchange information and idea through quetion and

responses, resulting in comunication and joint construction of meeting about a

particular topic.” Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur dan mendalam. Dalam wawancara terstruktur peneliti

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan

berdasarkan masalah dalam rancangan penelitian. Wawancara mendalam

dilakukan dengan tujuan untuk mendalami lebih lanjut terkait hal-hal saat

penelitian berlangsung.

Sumber data dalam teknik wawancara adalah kepala sekolah atau wakil

kepala sekolah TK Islam Pelangi Anak Negeri, dengan menggunakan pedoman

wawancara yang disesuaikan dengan sumber dan peneliti.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2010: 329) menyatakan bahwa dokumen adalah catatan sebuah

peristiwa yang sudah berlalu atau telah terjadi. Dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang ditujukan kepada objek dalam konten penelitian. Metode

dokumentasi bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran. Teknik

dokumentasi yang digunakan peneliti adalah dokumentasi gambar, yang berupa

foto ataupun arsip serupa lainya seperti: kurikulum, RKH, penilaian, dan arsip

pendukung lainnya.

Page 66: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

52

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.

Kepekaan peneliti terhadap subjek dan nara sumber sangat diperlukan untuk

memperoleh data yang mendalam. Selama proses pencatatan saat dilapangan

tentunya peneliti memiliki panduan agar tidak mengalami perluasan data. Pada

Tabel berikut ini ditampilkan kisi-kisi penelitian.

Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian Observasi

No.

Komponen

Instrumen

Sumber

Data

Metode

Pengumpulan

Data

1. Pelaksanaan

Pembelajaran

Inklusi

a. Materi pembelajaran

b. Metode pembelajaran

c. Media pembelajaran

d. Peserta didik

e. Guru

Guru

Peserta

didik

Observasi

2. Evaluasi

Pembelajaran

Inklusi

a. Evaluasi

perkembangan

b. Bentuk-bentuk teknik

evaluasi

c. Evaluasi pembelajaran

Guru

Peserta

didik

Observasi

Tabel 2. Kisi-kisi Penelitian Wawancara

No.

Komponen

Intrumen

Sumber

Data

Metode

Pengumpulan

Data

1. Perencanaan

Pembelajaran

Inklusi

a. Kurikulum adaptif

b. Progam semester

(promes)

c. Rencana pelaksanaan

Pembelajaran

Mingguan (RPPH)

d. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian

(RPPH)

Guru

Wawancara

2. Pelaksanaan

Pembelajaran

Inklusi

a. Materi pembelajaran

b. Metode pembelajaran

c. Media pembelajaran

d. Peserta didik

e. Guru

Guru

Wawancara

Page 67: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

53

3. Evaluasi

Pembelajaran

Inklusi

d. Evaluasi

perkembangan

e. Bentuk-bentuk teknik

evaluasi

f. Evaluasi pembelajaran

Guru

Wawancara

Tabel 3. Kisi-kisi Penelitian Dokumentasi

No.

Komponen

Instrumen

Sumber

Data

Metode

Pengumpulan

Data

1. Perencanaan

Pembelajaran

Inklusi

a. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian

(RPPH)

b. Visi, misi, tujuan

sekolah

Arsip

sekolah

Dokumentasi

2. Pelaksanaan

Pembelajaran

Inklusi

a. Kegiatan pembuka

b. Kegiatan inti

c. Kegiatan penutup

d. Metode pembelajaran

e. Media pembelajaran

f. Materi pembelajaran

g. Peserta didik

h. Guru

Guru

Peserta

didik

Dokumentasi

3. Evaluasi

Pembelajaran

Inklusi

a. Evaluasi pembelajaran Guru

Dokumentasi

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2010: 334)

menyatakan bahwa:

“data analizy is the process of systematically searching and arranging the

interview transcript, fieldnote, and other materials that you accumulate to

increase your own understanding of them and to enable you to present

what you have discovered to others.”

Page 68: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

54

Pada gambar 2 dipaparkan bagan proses analisis data menurut Miles dan

Huberman (1992: 18).

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data Model Alir

Gambar komponen analisis data model alir tersebut mengandung beberapa aspek

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal tersebut

dilaksanakan selama kegiatan penelitian berlangsung. Penjabaran dari ketiga

aspek tersebut adalah:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Pada tahap pengumpulan data,

peneliti memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data. Data

yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih dan memfokuskan data

pada hal hal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti pada tahap ini

melakukan redusi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan, dan

membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.

Page 69: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

55

b. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Miles dan Huberman (1992: 17) membatasi suatu “penyajian” sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data dilakukan setelah data selesai dirangkum atau direduksi.

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian

disajikan dalam bentuk catatan wawancara, catatan lapangan, dan catatan

dokumentasi.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Kegiatan analisis data yang ketiga adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Miles dan Huberman (1992: 19) menyatakan bahwa dari permulaan

pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-

benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin,

alur sebab-akibat, dan proposisi.

Dalam hal ini peneliti akan mencari arti dan maksud dari data-data yang

telah diperolehnya. Berdasarkan data yang telah doreduksi dan disajikan peneliti

membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap

pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masaah dan

pertanyaan yang telah disajikan peneliti sejak awal.

Page 70: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

56

F. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif diperlukan juga tentang uji keabsahan data. Hal

ini dilakukan agar data yang diperoleh adalah sesuatu yang berupa fakta atau

nyata. Menurut Sugiyono Sugiyono (2012: 327) triangulasi merupakan teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada.

Pada penelitian ini uji keabsahan yang dilakukan adalah dengan

triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari

berbagai sumber, berbagai cara/teknik, dan berbagai waktu. Triangulasi dalam

penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan teori. Triangulasi dengan

metode dilakukan dengan pengecekan hasil penelitian terhadap penggunaan

metode pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Sedangkan triangulasi dengan teori dilakukan dengan cara pengecekan hasil

penelitian dengan kesesuaikan terhadap teori yang digunakan.

Page 71: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Lembaga

TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan salah satu penyedia layanan

Pendidikan Inklusi di Kota Yogayakarta. TK Islam Pelangi Anak Negeri terletak

di Jln. Nitikan Baru Nomor 09, Pandean, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sekolah

menerima anak dengan berbagai latar belakang sosial, kondisi, ekonomi, budaya,

ras, dan kemampuan. Bentuk kegiatan pendidikan inklusi yang diadakan di TK

Islam Pelangi Anak Negeri seperti: ramah lingkungan, mengenal budaya

Indonesia, Bahasa Inggris, stimulasi baca tulis hitung/calistung untuk anak, field

trip, kunjungan profesi, dan lain-lain.

Sekolah memiliki visi yaitu mempersiapkan generasi yang cerdas, ceria,

mandiri, reatif, dan islami. Dalam mewujudkan visi sekolah, sekolah menerapkan

misi sekolah yaitu mewujudkan anak yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul

karimah. Adapun tujuan dari sekolah yaitu mendidik dan mengasuh anak secara

islami dengan penuh perhatian dan penuh kasih sayang sesuai dengan tahapan

usianya, agar dapat tumbuh dan berkembang secara alamiah dan optimal dengan

segala potensi yang dimiliki masing-masing anak sesuai dengan tingkat

perkembanganya.

Kurikulum yang ada dalam sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pembelajaran (KTSP) Kurikulum 2013 anak usia dini dari Dinas

Pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan anak, visi, misi, dan tujuan

Page 72: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

58

sekolah. Dalam pengembangan kurikulum, sekolah mengembangakan enam

pengembangan yaitu nam, sosial emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, dan

fisik motorik. Kurikulum inklusi yang digunakan yaitu kurikulum inklusi reguler,

yang berupa penggunaan Kurikulum 2013 dengan beberapa modifikasi dalam

alokasi waktu, pendampingan, dan materi belajar.

TK Islam Pelangi Anak Negeri membuka layanan belajar inklusi untuk

anak usia 2-7 tahun yaitu TPA (Tempat Penitipan Anak), KB (Kelompok

Bermain), TK (Taman Kanak-kanak), Full Days, dan Pra SD. Dalam setiap kelas

belajar berisikan anak dengan keragaman yang berbeda, termasuk ABK. Semua

anak tergabung dalam kelas yang sama, ABK juga bergabung dengan anak lain,

dan dibuatkan kegiatan yang sesuai kebutuhannya. Sekolah membuka layanan 5

kelas untuk usia taman kanak-kanak, 3 kelas di kelompok A, dan 2 kelas di

kelompok B. Setiap kelompok belajar terdapat ABK, kelompok A terdapat satu

ABK yaitu autis, sedangkan pada kelompok B terdapat empat ABK yaitu, 1 ABK

autis, 1 ABK ADHD, 1 ABK lambat belajar, dan 1 ABK lambat belajar dan

lambat bicara.

Dalam menunjang layanan inklusi, sekolah menyediakan GPK (guru

pendamping kelas), GPK di TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan guru tetap

sekolah. Satu GPK bertugas untuk 2 kelas. Kelas di TK Islam Pelangi Anak

Negeri menerapkan kelas bongkar pasang, sehingga satu GPK dapat dengan

mudah untuk memantau 2 kelas. Tidak semua ABK di TK Islam Pelangi Anak

Negeri di dampingi oleh GPK, hanya yang masih dalam terapi yang mendapatkan

pendampingan khusus GPK. Hal ini bertujuan agar ABK belajar bersosialisasi

Page 73: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

59

dengan teman sebaya dan mandiri. Selain adanya GPK sekolah juga memberikan

layanan tes sidik jari, layanan ini diberikan sebelum awal tahun ajarann dimulai.

Layanan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan, bakat, minat, cara

belajar, dan perkembangan anak. Sehingga sekolah dalam pembelajarannya dapat

menyesuaikan dengan masing-masing kebutuhan anak.

2. Perencanaan Pembelajaran Inklusi

Perencanaan pembelajaran merupakan seperangkat rancangan yang dibuat

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Komponen dalam

perencanaan terdapat isi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode

belajar, media yang digunakan dan penilaian. PROMES, RPPM, RPPH semua

terdapat dalam kurikulum.

Kurikulum yang digunakan di TK Islam Pelangi Anak Negeri

menggunakan Kurikulum 2013. Untuk Kurikulum inklusi, sekolah menggunakan

model kurikulum reguler, yaitu Kurikulum 2013 dengan beberapa modifikasi

seperti layanan alokasi waktu, isi/materi kegiatan, dan layanan pendampingan

yang disesuaikan dengan kondisi anak. Modifikasi alokasi waktu berupa:

penambahan waktu belajar bagi ABK dan reguler yang kesulitan belajar.

Modifikasi isi materi belajar berupa pemberian isi materi pembelajaran anak yang

disesuaikan kemampuan masing-masing anak, dalam kegiatan yang sama.

Modifikasi layanan pendampingan yaitu cara mengarahkan anak agar anak mau

atau berminat untuk melakukan kegiatan. Berikut hasil wawancara terkait

penggunaan kurikulum di TK Islam Pelangi Anak Negeri:

Page 74: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

60

“Kurikulum yang digunakan Kurikulum 2013, untuk semuanya

sama” (W.1.1.G)

PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala sekolah

yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Perencanaan pembelajaran dibuat

pada saat liburan semester, sebelum awal tahun ajaran baru. Pada tahun ini

sekolah baru menerapkan Kurikulum 2013, dalam penyusunan serangkaian

PROMES, RPPM, dan RPPH, sekolah mendatangkan guru dari luar sekolah

untuk memberikan pelatihan kepada semua guru. Berikut hasil wawancara terkait

penyusunan perencanaan pembelajaran:

“Menyusun kurikulum dan serangkaian perencanaan sewaktu libur

semester, karena Kurikulum 2013 baru diterapkan tahun ini. Jadi

sekolah mendatangkan guru dari luar sekolah sebagai pelatih dalam

penyusunan kurikulum” (W.1.2.G)

PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala

sekolah. PROMES berisi program pembelajaran yang akan dilakukan atau dicapai

pada semester, antara lain penjabaran progam tahunan, progam bulanan, progam

mingguan, progam harian, dan pokok bahasan yang akan disampaikan dan waktu

yang direncanakan. Tema yang digunakan dalam kegiatan sesuai dan mengikuti

tema yang terdapat dalam Kurikulum 2013. Pemilihan tema dan subtema yang

digunakan mengacu dan disesuaikan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Semua tema dan subtema untuk semua anak dan semua kelas yaitu sama, yang

artinya tidak ada perbedaan tema dan subtema yang diberikan untuk anak reguler

dan ABK, serta kegiatan belajar yang sama dalam semua kelas untuk setiap hari.

Berikut hasil wawancara dengan guru terkait pemilihan tema dan subtema:

“Pemilihan tema dilakukan pada libur semester sebelum awal tahun

ajarann, pemilihan subtema satu yayasan dan setiap kelas

Page 75: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

61

disamakan semua. Tema didiskusikan oleh para guru dan kepala

sekolah. Subtema untuk anak reguler dan ABK disamakan, dan

dibuat untuk satu tahun” (W.1.2.G) (W.1.4.G)

Penyusunan rangkaian progam semsester sekolah mengembangakan 6

bidang pengembangan, yaitu nilai moral dan agama, fisik motorik, kognitif,

bahasa, sosial emosional, dan seni. Untuk mengembangan materi pembelajaran,

mendesain kegiatan pembelajaran, mengembangkan bahan ajar merancang dan

melaksanakan penilaian hasil belajar, TK Islam Pelangi Anak Negeri berpedoman

pada Peraturan Kementerian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146

tahun 2014 yang berupa muatan kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar,

lama belajar, dan indikator percapaian perkembangan.

RPPM disusun sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM

dapat berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan oleh satuan

PAUD yang berisi projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan

pembelajaran. RPPM di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran dari

PROMES, yang berisi kegiatan-kegiatan dalam mencapai indikator pencapaian

perkembangan. Pada akhir satu tema TK Islam Pelangi Anak Negeri

melaksanakan kegiatan puncak tema untuk menunjukkan hasil belajar sekolah

yang berupa fieldtrip, kerja bakti, class cooking, menanam tanaman, kunjungan

profesi, dan lainnya. RPPM dibuat oleh semua guru dan kepala sekolah dengan

berdiskusi, RPPM yang dibuat sama untuk semua kelas dan semua anak (ABK

dan reguler), RPPM yang dibuat menggunakan model pembelajaran kelompok.

RPPH di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran kegiatan dari

RPPM, RPPH berisi kegiatan pembelajaran dalam satu hari yang dilaksanakan

secara kelompok dan klasikal. Komponen dalam RPPH di TK Islam Pelangi

Page 76: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

62

Anak Negeri meliputi: tema/sub, kelompok usia, alokasi waktu, kegiatan belajar

(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), indikator pencapaian

perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta media dan sumber belajar.

RPPH yang dibuat disamakan untuk semua kelas dan semua yayasan

Pelangi Anak, yang artinya semua kegiatan pembelajaran dalam setiap hari untuk

semua kelas sama, yang membedakanya adalah tingkat kesulitanya, dan tidak ada

perbedaan RPPH untuk ABK dan reguler. RPPH disusun oleh semua guru dan

kepala sekolah, yang dilakukan dengan diskusi dalam perencanaanya dan

kegiatan dibuat untuk satu tahun ajarann sekolah. Berikut hasil wawancara dan

dokumentasi dari penelitian:

“Pembuatan RPPH dilakukan pada libur semester sebelum awal

tahun ajarann, penyusunan RPPH satu yayasan dan setiap kelas

disamakan semua. RPPH disusun untuk satu tahun. RPPH

didiskusikan oleh para guru dan kepala sekolah” (W.1.2.G)

Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, anak (reguler dan ABK)

tidak berperan didalamnya. Penyusunan rancangan kegiatan mengikuti dan

disesuaikan dengan kurikulum reguler Kurikulum 2013 yang disusun oleh guru

dan kepala sekolah.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Inklusi

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, didapat data

berupa pelaksanaan pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri.

Proses kegiatan pembelajaran Senin-Sabtu dimulai dari jam 07.00 anak-anak

sudah mulai berdatangan, kegiatan dimulai sejak jam 08.00 dan pulang pada jam

12.00, untuk progam full days pulang pada jam 17.00 karena sekolah membuka

Page 77: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

63

layanan full days. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan urutan

pembukaan, kegiatan inti, dan penutup.

Kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri mengacu dan

disesuaikan dengan RPPH, namun pada pelaksanaanya tidak semua kegiatan yang

ada di RPPH terlaksana. Dalam RPPH terdapat 4 kegiatan, dan terlaksana 2

kegiatan pada setiap harinya. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dipilihkan

dan diberikan dari guru, kegiatan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kelompok dan klasikal. Model pembelajaran klasikal biasanya

digunakan pada saat pembiasaan ibadah, dan metode kelompok biasa digunakan

saat kegiatan inti pembelajaran.

Semua anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri dibiasakan untuk mandiri,

termasuk ABK. Pembiasaan kemandirian berupa pembiasaan anak untuk terbiasa

mandiri dalam kehidupan sehari-hari, seperti melatih anak untuk mengambil

makan, makan dan mencuci piring sendiri, yang dilaksanakan setiap harinya

ketika istirahat makan siang. Semua anak terlihat sudah mampu mandiri, termasuk

ABK. Setiap anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri mendapatkan layanan yang

berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan karakter serta kemampuan anak.

Layanan yang diberikan berupa pendampingan anak, materi belajar dan

penyampaian materi belajar. Berikut hasil dokumentasi terkait pembiasaan

kemandirian anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri:

Setiap anak makan dan mencuci piring sendiri-sendiri secara

bergantian, di tempat yang telah disediakan oleh guru (Gambar 6).

Layanan pendampingan anak berupa ketersediaan GPK. GPK di TK Islam

Pelangi Anak Negeri bertugas untuk mendampingi semua anak yang mengalami

Page 78: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

64

kesulitan sewaktu pembelajaran. Cara yang digunakan GPK dalam pendampingan

ABK yang sudah mandiri dan reguler sama, yaitu anak didekati, diarahkan, dan

dibantu jika anak mengalami kesulitan belajar seperti belum memahami terhadap

penggerjaan kegiatan. ABK dikatakan mandiri yaitu apabila anak sudah dapat

mengontrol dirinya sendiri, tidak mengganggu anak lainnya sewaktu kegiatan

pembelajaran, dan mengerti kegiatan yang berlangsung di sekolah. Berikut hasil

observasi yang lebih jelasnya terkait layanan pendampingan bagi ABK yang

sudah mandiri:

“Anak membuat barisan, yang diarahkan oleh guru. Kegiatan hari

ini adalah bermain ular naga, guru menjelaskan aturan permainan.

Jut (ABK) tidak mau mengikuti kegiatan, Jut (ABK) bermain

prosotan yang ada di dekat tempat bermain ular naga. Jut (ABK)

tidak dipaksa untuk ikut kegiatan karna Jut (ABK) tidak mau

mengikuti kegitan. Anak lainya bermain ularnaga, dalam kegiatan

ini bagi yang tertangkap maka diminta untuk memimpin bernyanyi,

dan bernyanyi bersama dengan anak lainya. Jut (ABK) ditemani

oleh guru, diajak tanya jawab seputar benda disekitarnya, macam

warna yang ada diprosotan menggunakan bahasa inggris, berhitung

menggunakan bahasa inggris, dan menunjukkan anggota tubuhnya.

Guru mengarahkan Jut (ABK) agar mau mengikuti kegiatan

selanjutnya, dan Jut (ABK) mau untuk mengikuti kegiatanya”

(CL.2)

Pendampingan untuk ABK yang masih dalam terapi/belum mandiri, GPK

mendampingi mulai dari anak tiba di sekolah hingga dijemput. Terapi yang

dilakukan membiasakan anak untuk tau dan mengerti kegiatan-kegiatan yang ada

ketika di sekolah. Seperti guru mengajak anak untuk dapat makan sendiri dan

mencuci piring sendiri, anak dilatih untuk mencoba dan tetap didampingi selalu,

anak diajak mengikuti kegiatan, meskipun anak tidak ikut mengerjakan tetapi

anak tetap dikenalkan. GPK disediakan oleh sekolah, yaitu guru TK Islam Pelangi

Anak Negeri, 1 GPK bertugas untuk 2 kelas. Karena tidak semua ABK

Page 79: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

65

memerlukan pendampingan khusus dari GPK dan kelas yang ada di TK Islam

Pelangi Anak Negeri menggunakan kelas bongkar pasang, yang mana kelas

disekat oleh penyekat dengan tinggi 1 meter, sehingga GPK mudah untuk

memantau. Berikut catatan lapangan lebih jelasnya terkait layanan pendampingan

bagi ABK yang belum mandiri:

“Di kelompok B.1 terdapat siswa baru ABK yaitu Kafka, Kafka

adalah ABK ADHD. Kafka masih memerlukan pendampingan

khusus, sebab kafka belum mandiri dan masih dalam tahap terapi.

Kafka tidak mau mengikuti kegiatan, Kafka teriak-teriak dan ingin

bermain di luar, Kafka didampingi oleh guru bermain diluar. Guru

mengajaknya untuk bernyanyi, sewaktu bernyanyi nyanyian yang

diberikan guru tidak sesuai dengan keinginan kafka, kafka diajak

berbicara untuk mengutarakan keinginannya.” (CL 5)

Layanan materi belajar yang diberikan setiap anak berbeda beda, beberapa

materi belajar disesuikan kemampuan masing-masing anak. Materi yang diberikan

pada kegiatan inti pembelajaran berisi materi dan kegiatan yang sama. Meskipun

materi yang diberikan saat kegiatan berlangsung sama, namun guru tidak

memaksakan kepada anak untuk harus menyelesaikan tugas. Tugas yang belum

selesai biasanya guru akan meminta anak meneruskannya setelah kegiatan

penutup. Di TK Islam Pelangi Anak Negeri, usai anak selesai melaksanakan

pembelajaran, sekolah menyediakan makan siang dan kegiatan tambahan,

kegiatan ini biasanya berisi kegiatan baca, tulis, hitung, dan meneruskan tugas

kegiatan yang belum selesai. Dalam kegiatan tambahan ini, materi yang diberikan

setiap anak berbeda yang sesuai kemampuan masing-masing anak. Berikut hasil

dokumentasi terkait penyesuaian materi belajar yang disesuaikan dengan

kemampuan anak:

Page 80: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

66

Materi calistung yang diberikan untuk dua anak pada hari yang

sama berbeda (Gambar 28)

Layanan penyampaian materi belajar di TK Islam Pelangi Anak Negeri

kepada semua anak sama. Penggunaan metode dan media yang diterapkan di TK

Islam Pelangi Anak Negeri berlaku untuk semua siswa, baik anak reguler dan

ABK. Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah, pemberian tugas, dan

pembiasaan. Pemberian tugas berupa mengerjakan kegiatan yang diberikan guru,

yang biasa terlaksana dengan menggunaan media LKA dan buku tulis. Berikut

hasil wawancara terkait penggunaan metode belajar dan media belajar:

“Metode yang diterapkan untuk ABK dan reguler adalah sama.

Tidak ada yang dibedakan, namun saat kegiatan ABK lebih

dipantau.” (W.4.2.G)

“Media yang digunakan untuk ABK dan reguler sama.” (W.2.5G)

Dalam pelaksanaan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri,

sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk ABK mandiri dan

menggunakan metode, media, dan kegiatan yang sama, sedangkan untuk ABK

yang masih tahap terapi, metode, media, serta kegiatan belajar dilakukan secara

flexibel, disesuaikan dengan minat dan kebutuhan ABK sendiri. Untuk menunjang

kemampuan anak, sekolah memberikan layanan belajar yang disesuikan dengan

kondisi masing-masing anak, sehingga ABK dapat bersosialisasi dengan anak

lainya, tanpa merasa dirinya berbeda, serta mampu untuk mencapai indikator

perkembangan.

Page 81: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

67

4. Evaluasi Pembelajaran

Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dalam

pelaksanaan pembelajaran. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui dan

menindaklanjuti pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai peserta didik

selama mengikuti pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukaan pada akhir

kegiatan belajar, yang membahas tentang kegiatan yang sudah dilakukan atau

recall kembali pemahan anak tentang kegiatan yang sudah dipelajari. Kegiatan

evaluasi akhir di TK Islam Pelangi Anak Negeri tidak setiap hari dapat terlaksana.

Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran dilakukan oleh guru dan anak-anak,

evaluasi tidak dapat terlaksana sebab pada setiap harinya pada kegiatan penutup,

diisi dengan doa setelah makan, ikrar, dan salam. Berikut hasil wawancara dan

dokumentasi terkait evaluasi pembelajaran:

“Evaluasi biasanya dilakukan setelah kegiatan dalam sehari selesai,

dan pada puncak tema. Evaluasi ABK dan anak reguler sama, yang

membedakan adalah hasilnya pada masing-masing anak”

(W.3.2.G)

Dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran, sekolah selalu

melakukan evaluasi tumbuh kembang anak. Evaluasi perkembangan anak

dilakukan di awal dan akhir semester. Evaluasi perkembangan anak di tahun

ajaran menggunakan tes sidik jari. Tes sidik jari digunakan di awal tahun ajaran

yang dimaksudkan untuk mengetahui bakat, minat, gaya belajar, kemampuan, dan

perkembangan anak. Evaluasi perkembangan anak di akhir semester

menggunakan raport. Raport didapat dari deskripsi tumbuh kembang dan unjuk

kerja anak, yang diambil dengan menggunakan teknik penilaian hasil karya,

Page 82: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

68

catatan anekdot, penugasan, dan observasi. Berikut hasil wawancara terkait

penggunaan teknik evaluasi:

“Catatan anekdot, cheklist, dan portofolio” (W.3.1.G)

Catatan anekdot berasal dari catatan observasi guru terhadap sikap dan

perilaku anak dalam sehari-hari. Hasil karya didapat dari hasil pekerjaan anak saat

pembelajaran setiap harinya. Teknik evaluasi dan indikator perkembangan ABK

dan reguler dalam evaluasi untuk semua anak sama, setiap anak memiliki hasil

yang berbeda beda, hal tersebut ditentukan oleh masing-masing perkembangan

anak.

Pelaksanaan evaluasi terhadap perkembangan anak dilakukan oleh guru,

setelah kegiatan selesai dan pada puncak tema. Evaluasi dirangkum menjadi satu,

sehingga menghasilkan laporan hasil penilaian. Hasil evaluasi dilaporkan kepada

orang tua siswa setiap sebulan sekali dan pada akhir semester. Sekolah sangat

terbuka dalam pemberian informasi anak kepada orang tua, dalam sebulan sekali

sekolah menyediakan pertemuan orang tua, konsultasi perkembangan anak dan

konsultasi kesehatan, sehingga jika terdapat beberapa aspek yang menyimpang

orangtua bisa langsung mengkonsultasikan pada ahlinya.

Page 83: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

69

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian berisi hasil penelitian tentang pelaksanaan

pembelajaran TK inklusi yang dilaksanakan di TK Islam Pelangi Anak Negeri.

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan seperangkat rancangan yang dibuat

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Komponen dalam

perencanaan terdapat isi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode

belajar, media yang digunakan dan penilaian. PROMES, RPPM, RPPH semua

terdapat dalam kurikulum.

Kurikulum yang digunakan di TK Islam Pelangi Anak Negeri

menggunakan Kurikulum 2013. Kegiatan inklusi di TK Islam Pelngi Anak Negeri

menggunakan model kurikulum reguler, yaitu Kurikulum 2013 dengan beberapa

modifikasi seperti layanan alokasi waktu, isi/materi kegiatan, dan layanan

pendampingan yang disesuaikan dengan kondisi anak sewaktu proses kegiatan

pembelajaran berlangsung. Modifikasi alokasi waktu berupa: penambahan waktu

belajar bagi ABK dan reguler yang kesulitan belajar. Modifikasi isi materi belajar

berupa pemberian isi materi pembelajaran anak yang sesuai dengan kemampuan

masing-masing anak, dengan kegiatan yang sama. Modifikasi layanan

pendampingan yaitu cara mengarahkan anak agar anak mau atau berminat untuk

melakukan kegiatan. Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi bagi ABK, sekolah

belum menggunakan kurikulum adaptif.

Penggunaan model kurikulum inklusi reguler di TK Islam Pelangi Anak

Negeri sesuai dengan teori Suyanto (2007: 20) yang mengatakan bahwa

Page 84: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

70

kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada

dasarnya menggunakan kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum. Namun

demikian karena ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus

sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat,

maka dalam implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan modifikasi

(penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Perencanaan pembelajaran terkait belum adanya penerapan kurikulum

adaptif bagi ABK tidak sesuai dengan teori Mumpuni, (2011:5) yang mengatakan

bahwa model pembelajaran inklusi mengharuskan guru melayani siswa dengan

berbagai kebutuhan belajar. Adaptasi dalam model pembelajaran inklusi

merupakan cara penyesuaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kondisi siswa

berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif.

Mengingat beragamnya kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak

berkebutuhan khusus. Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara

untuk pemenuhan hak bagi ABK yang berada di sekolah inklusi.

PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala sekolah

yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013 dan dengan memasukkan nilai islami.

Perencanaan pembelajaran dibuat pada saat liburan semester, sebelum awal tahun

ajarann baru. Pada tahun ini baru menerapkan Kurikulum 2013, dalam

penyusunan serangkaian PROMES, RPPM, dan RPPH, sekolah mendatangkan

guru dari luar sekolah untuk memberikan pelatihan kepada semua guru.

PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala

sekolah. PROMES berisi program pembelajaran yang akan dilakukan atau dicapai

Page 85: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

71

pada semester, antara lain penjabaran progam tahunan, progam bulanan, progam

mingguan, progam harian, dan pokok bahasan yang akan disampaikan dan waktu

yang direncanakan.

Tema yang digunakan dalam kegiatan sesuai dan mengikuti tema yang

terdapat dalam Kurikulum 2013 dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Semua

tema dan subtema untuk semua anak dan semua kelas yaitu sama, yang artinya

tidak ada perbedaan tema dan subtema yang diberikan untuk anak reguler dan

ABK, serta kegiatan belajar yang sama dalam semua kelas untuk setiap hari.

Penggunaan tema di TK Islam Pelangi Anak Negeri belum sesuai dengan teori

Mudjito (2010:11) yang mengatakan bahwa pemilihan tema di TK hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip: kedekatan, kesederhanaan, kemenarikan, dan

keinsidentalan.

Dalam penyusunan rangkaian progam semester, sekolah mengembangkan

6 bidang pengembangan, yaitu nilai moral dan agama, fisik motorik, kognitif,

bahasa, sosial emosional, dan seni. Untuk mengembangakan materi pembelajaran,

mendesain kegiatan pembelajaran, mengembangkan bahan ajar merancang dan

melaksanakan penilaian hasil belajar, TK Islam Pelangi Anak Negeri berpedoman

pada Peraturan Kementrian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun

2014 yang berupa muatan kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar, lama

belajar, dan indikator percapaian perkembangan.

RPPM disusun sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM

dapat berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan oleh satuan

PAUD yang berisi projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan

Page 86: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

72

pembelajaran. RPPM di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran dari

PROMES, yang berisi kegiatan-kegiatan dalam mencapai indikator pencapaian

perkembangan.

RPPH di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran kegiatan dari

RPPM, RPPH berisi kegiatan pembelajaran dalam satu hari yang dilaksanakan

secara kelompok dan klasikal. Komponen dalam RPPH di TK Islam Pelangi Anak

Negeri meliputi: tema/sub, kelompok usia, alokasi waktu, kegiatan belajar

(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), indikator pencapaian

perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta media dan sumber belajar.

Penyusunan serangkaian perencanaan pembelajaran di TK Islam Pelangi

Anak Negeri sesuai dengan teori Budiyanto (2012: 64) yang mengatakan bahwa

dalam konteks perencanaan pembelajaran inklusi dapat diartikan sebagai proses

penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan

pendekatan atau metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu lokasi waktu

yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang

ditentukan. Peran yang dilakukan oleh guru dalam perencanaan pembelajaran

adalah dengan membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran

tersebut minimal terdiri dari analisis pekan efektif, program tahunan, program

semesteran, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM).

Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, anak (reguler dan ABK)

tidak berperan didalamnya. Penyusunan rancangan kegiatan mengikuti dan

Page 87: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

73

disesuaikan dengan kurikulum reguler Kurikulum 2013 yang disusun oleh guru

dan kepala sekolah.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanan kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri

dilakukan dengan urutan pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan

pembelajaran TK inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri. Proses kegiatan

pembelajaran senin-sabtu dimulai dari jam 07.00 anak-anak sudah mulai

berdatangan, kegiatan dimulai sejak jam 08.00 dan pulang pada jam 12.00, untuk

progam full days pulang pada jam 17.00 karena sekolah membuka layanan full

days. Urutan kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri sesuai

dengan teori Mudjito (2010: 21-27) yang mengatakan bahwa pelaksanaan

pembelajaran di TK pada usia 4-6 tahun dilakukan secara individual, kelompok

kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembuka, inti, dan

penutup.

Kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri mengacu dan

disesuaikan dengan RPPH, namun pada pelaksanaanya tidak semua kegiatan yang

ada di RPPH terlaksana. Dalam RPPH terdapat 4 kegiatan, dan terlaksana 2

kegiatan pada setiap harinya. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung, dipilihkan

dan diberikan dari guru. Kegiatan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kelompok dan klasikal. Model pembelajaran klasikal biasanya

digunakan pada saat pembiasaan ibadah, dan metode kelompok biasa digunakan

saat kegiatan inti pembelajaran.

Page 88: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

74

Semua anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri dibiasakan untuk mandiri,

termasuk ABK. Pembiasaan kemandirian berupa pembiasaan anak untuk terbiasa

mandiri dalam kehidupan sehari-hari, seperti melatih anak untuk mengambil

makan, makan dan mencuci piring sendiri, yang dilaksanakan setiap harinya

ketika istirahat makan siang. Semua anak terlihat sudah mampu mandiri, termasuk

ABK. Setiap anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri mendapatkan layanan yang

berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan karakter serta kemampuan anak.

Layanan yang diberikan berupa pendampingan anak, materi belajar dan

penyampaian materi belajar.

Layanan pendampingan anak berupa ketersediaan GPK. GPK di TK Islam

Pelangi Anak Negeri merupakan guru tetap sekolah, namun GPK di sekolah iini

belum berlatar belakang dari pendidikan luar biasa. GPK di TK Islam Pelangi

Anak Negeri bertugas untuk mendampingi ABK dan reguler yang mengalami

kesulitan sewaktu pembelajaran. Cara yang digunakan GPK dalam pendampingan

ABK yang sudah mandiri dan reguler sama, yaitu anak didekati, diarahkan, dan

dibantu jika anak mengalami kesulitan belajar seperti belum memahami terhadap

penggerjaan kegiatan.

Pendampingan untuk ABK yang masih dalam terapi/belum mandiri, GPK

mendampingi mulai dari anak tiba di sekolah hingga dijemput. Terapi yang

dilakukan membiasakan anak untuk tau dan mengerti kegiatan-kegiatan yang ada

ketika di sekolah. Seperti guru mengajak anak untuk dapat makan sendiri dan

mencuci piring sendiri, anak dilatih untuk mencoba dan tetap didampingi selalu,

Page 89: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

75

anak diajak mengikuti kegiatan, meskipun anak tidak ikut mengerjakan tetapi

anak tetap dikenalkan.

Pengadaan GPK di sekolah sesuai dengan teori Sari Rudiyati (2013: 37)

yang mengatakan bahwa tenaga pendidik yang profesional menjadi salah satu

penentu dalam keberhasilan pelaksaaan pembelajaran inklusi. Tenaga pendidik

dalam sekolah inklusi menurut meliputi guru umum dan guru pendamping. Guru

umum meliputi guru kelas dan guru bidang studi, sedangkan guru pendamping

merupakan guru pendamping khusus (GPK).

GPK di sekolah yang belum berlatar belakang pendidikan luar biasa belum

sesuai dengan teori Sari Rudiyati (2013: 40) yang mengatakan bahwa guru

pembimbing khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang pendidikan luar

biasa atau yang pernah mendapat pelatihan khusus terkait dengan pendidikan luar

biasa.

Modifikasi Layanan materi belajar yang diberikan setiap anak berbeda

beda, beberapa materi belajar disesuikan kemampuan masing-masing anak. Materi

yang diberikan pada kegiatan inti pembelajaran berisi materi dan kegiatan yang

sama. meskipun materi yang diberikan saat kegiatan berlangsung sama, namun

guru tidak memaksakan kepada anak untuk harus menyelesaikan tugas. Tugas

yang belum selesai biasanya guru akan meminta anak meneruskannya setelah

kegiatan penutup.

Materi belajar dalam pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak

Negeri yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak sesuai dengan

teori Nana Syaodih 2005 (dalam Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 172) yang

Page 90: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

76

mengatakan bahwa materi belajar di sekolah inklusi disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing anak.

Layanan penyampaian materi belajar di TK Islam Pelangi Anak Negeri

berupa metode dan media belajar. Penggunaan metode dan media yang diterapkan

di TK Islam Pelangi Anak Negeri berlaku untuk semua siswa, baik anak reguler

dan ABK mandiri. Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah,

pemberian tugas, dan pembiasaan. Pemberian tugas berupa mengerjakan kegiatan

yang diberikan guru, yang biasa terlaksana dengan menggunaan media LKA dan

buku tulis. . Untuk ABK terapi metode dan media yang digunakan flexibel, yaitu

disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak pada waktu tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri,

sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk semua anak menggunakan

metode, media, dan kegiatan yang sama. Untuk menunjang kemampuan anak,

sekolah memberikan layanan belajar yang disesuikan dengan kondisi masing-

masing anak, sehingga ABK dapat bersosialisasi dengan anak lainya, tanpa

merasa dirinya berbeda, serta mampu untuk mencapai indikator perkembangan.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur

dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau hingga mana

terdapat kemajuan siswa, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan

tujuan pembelajaran tersebut. Evaluasi yang dilakukan untuk ABK dan anak

Page 91: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

77

reguler sama, untuk hasilnya setiap anak berbeda, sesuai dengan kondisi masing-

masing anak.

Evaluasi dilaksanakan untuk memantau perkembangan setiap anak.

Evaluasi perkembangan juga dilakukan pada awal masuk sekolah, yaitu dengan

menggunakan tes sidik jari, yang hasinya menginformasikan tentang bakat, minat,

perkembangan, kemampuan, dan IQ anak. Dari evaluasi awal ini, guru dan

orangtua mengetahui perkembangan dan kemampuan anak, sehingga untuk

kegiatan pembelajaran guru dapat menyesuaikan dengan karakter dan

kemampuan anak.

Pelaksanaan evaluasi awal sebelum tahun ajaran baru bertujuan untuk

mengetahui tingkat perkembangan anak, sehingga memudahkan dalam

pencapaian tujuan belajaran nantinya. Pelasanaan evaluasi ini sesuai dengan teori

Budiyanto (2012: 64) yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan suatu

kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam suatu proses pembelajaran. Dengan

demikian evaluasi berarti penentuan nilai suatu program dan penentuan

keberhasilan tujuan pembelajaran suatu program.

Evaluasi perkembangan anak dilakukan di awal dan akhir semester.

Evaluasi perkembangan anak di tahun ajaran menggunakan tes sidik jari, tes sidik

jadi digunakan di awal tahun ajarann dimaksudkan untuk mengetahui bakat,

minat, gaya belajar, kemampuan, dan perkembangan anak. Evaluasi

perkembangan anak di akhir semester menggunakan raport. Raport didapat dari

deskripsi tumbuh kembang dan unjuk kerja anak, yang diambil dengan

Page 92: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

78

menggunakan teknik penilaian hasil karya, catatan anekdot, penugasan,

penugasan, dan observasi.

Penggunaan teknik evaluasi perkembangan sesuai dengan teori Mudjito

(2010: 11) mengatakan bahwa beberapa teknik penilaian yang dilakukan di

Taman Kanak-kanak, di antaranya: observasi, catatan anekdot, percakapan,

penugasan, unjuk kerja, hasil karya, pengembangan perangkat penilaian sendiri,

penggunan instrumen standart, dan portofolio.

Pelaksanaan evaluasi perkembangan anak dilakukan oleh guru, setelah

kegiatan selseai dan pada puncak tema. Yang dirangkum menjadi satu, sehingga

menghasilkan laporan hasil penilaian. Setiap anak memiliki hasil evaluasi

perkembangan yang berbeda-beda. Evaluasi di TK Islam Pelangi Anak Negeri

sesuai dengan teori Mudjito (2010: 11) yang mengatakan bahwa penilaian di

Taman Kanak-kanak merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan tingkat percapaian perkembanagn anak dan pengambilan

keputusan, pengakuan, atau ketetapan tentang kondisi (kemampuan anak).

Kegiatan evalusi bagi ABK, menggunakan teknik evalusi yang sama

dengan anak reguler. Pelaksanaan evaluasi ABK dengan belum memperhatikan

tingkat kebutuhan dan hambatan anak belum sesuai dengan teori Sari Rudiyati

(2013: 79) yang mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran di sekolah inklusif

hendaknya dapat menjangkau kemampuan seluruh anak, baik reguler maupun

ABK. Bagi reguler, evaluasi hasil belajarnya dapat mengacu pada standar yang

berlaku, namun bagi ABK perlu memperhatikan kondisi, kemampuan, dan

kebutuhannnya, serta progam pendidikan dan pembelajaran yang telat dibuat.

Page 93: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

79

4. Keterbatasan Penelitian

Dalam penenelian banyak terdapat keterbatasan dalam proses penelitian.

Adapaun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan berbatas pada proses pelaksanaan pembelajaran,

bukan pada proses dan hasil pembelajaran inklusi.

2. Sumber data wawancara hanya dapat diperoleh dari wakil kepala sekolah.

Page 94: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di TK Islam

Pelangi Anak Negeri, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran yang berupa PROMES, RPPM, RPPH, dan

pemilihan tema disusun oleh guru (termasuk GPK) dan kepala sekolah.

Kurikulum inklusi yang digunakan ABK dan reguler adalah model kurikulum

inklusi reguler, yaitu kurikulum 2013 yang dimodifikasi dalam alokasi waktu,

isi materi, dan layanan untuk ABK. Untuk kurikulum inklusi khusus bagi

ABK, sekolah belum menerapkan kurikulum adaptif.

2. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan urutan kegiatan pembuka,

pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penutup. Dalam proses pembelajaran,

beberapa isi materi disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.

Metode dan media belajar yang diberikan untuk ABK mandiri dan reguler

menggunakan media dan metode yang sama. Metode yang sering digunakan

yaitu metode ceramah, pemberian tugas, dan pembiasaan. Penggunaan media

yang sering digunakan yaitu LKA dan buku tulis. Untuk ABK terapi metode

dan media yang digunakan flexibel, yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan

minat anak pada waktu tersebut. Dalam menunjang kegiatan belajar inklusi,

sekolah menyediakan GPK, namun GPK yang tersedi belum berlatar belakang

dari pendidikan luar biasa. GPK bertugas untuk mendampingi ABK yang

masih terapi, dan membantu jika ada ABK dan reguler lain yang mengalami

kesulitan dalam belajar.

Page 95: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

81

3. Evaluasi perkembangan anak dilakukan di awal dan akhir semester, a)

Evaluasi perkembangan anak di tahun ajaran berupa tes sidik jari, yang

bertujuan untuk mengetahui tingket perkembangan, bakat, minat, gaya belajar,

dan kemampuan anak. b) Evaluasi perkembangan anak di akhir semester

menggunakan raport. Raport didapat dari deskripsi tumbuh kembang dan

unjuk kerja anak, yang diambil dengan menggunakan teknik penilaian yang

berupa hasil karya, catatan anekdot, penugasan, dan observasi. Pelaksanaan

evaluasi perkembangan dilakukan untuk memantau perkembangan dan

menindak lanjuti jika terdapat perkembangan yang menyimpang. Untuk

teknik evaluasi bagi ABK, sekolah belum menerapkan teknik penilaian

khusus yang berfokus pada kebutuhan dan hambatan pada ABK.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di TK Islam Pelangi

Anak Negeri, berikut rekomendasi yang dapat diberikan peneliti kepada:

1. Kepala Sekolah.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran baik idealnya disesuaikan dengan

kerapian administrasi, seperti kegiatan apersepsi terkait informasi tema,

evaluasi di setiap akhir kegiatan, dan variasi media lain, agar kegiatan

pembelajaran yang ingin dicapai terhadap peserta didik optimal.

2. Peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang proses

pembelajaran inklusi TK Islam Pelangi Anak Negeri diharapkan mampu

menggali lebih mendalam tentang informasi proses pembelajaran inklusi.

Page 96: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamied Razak. (2014). Guru di DIY Dilatih Pendidikan Inklusi. Diakses

dari http://m.harianjogja.com/baca/2014/01/16/guru-di-diy-dilatih-

pendidikan-inklusi- 482428 pada tanggal 20 April 2016 pukul 21.00 WIB.

Bahru Zaman & Cucu Eliyawati. (2010). Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru

(PPG) Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197010221998022CUCU_E

LIYAWATI/MEDIA_PEMBELAJARAN_ANAK_USIA_DINI

PPG_UPI.pdf pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 WIB.

Budiono. (2012). Pelatihan Pendidikan Inklusif. Modul. Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat

Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar.

Budiyanto. (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbudaya Lokal. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Diretkorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Direkotar Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan

Perguruan Tinggi.

Cece Riyana. (2007). Komponen-komponen Pembelajaran. Modul 06. Diakses

dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA

/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Komponen_Pemb

elajaran.pdf pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul 17.00 WIB.

Creswell J. (2012). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches Third Edition. Research Design Pendekatan

Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Alih bahasa: Ahmad Fawaid).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta. (2014). Penetapan Sekolah

Penyenggara Pendidikan Inklusi Kota Yogyakart Tahun 2014. Diakses

dari http://www.pendidikan-diy.go.id/ pada tanggal 20 April 2016 WIB.

Harsono. (2010). Pendidikan Untuk Semua. Diakses dari http://www.yis.or.id/?

section=detailartikel&mslink=95 pada tanggal 20 April 2016 puku 16.26

WIB.

Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia

Dini. Yogyakarta: Gama Media.

Indra Akuntono & Lusi Kus Anna. (2012). Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus Akan Dijamin. Diakses dari http://edukasi.kompas.com/read/

2012/05/07/1503545/ pada 20 April 2016 pukul tanggal 21.00 WIB.

Page 97: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

83

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. Diakses dari http://kemenag.go.id/file/dokumen/

UU2003.pdf pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 09.00 WIB.

Matthew. M, dan Huberman. A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-

Press.

Mohammad Sugiarmin. (2007). Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran

Yang Ramah. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._

PEND._LUAR_BIASA/195405271987031MOHAMAD_SUGIARMIN/m

engelola_kelas_inklusif.pdf pada tanggal 20 April 2016 pukul 20.00 WIB.

Mohammad Sugiarmin. (2009). Pendidikan Inklusi. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271

987031-MOHAMAD_SUGIARMIN/PENDIDIKAN_INKLUSIF.pdf

pada tanggal 3 Maret 2016 pukul 17.00 WIB.

Mudjito. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif (Pensif) Bagi Peserta

Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan

Dan/Atau Bakat Istimewa. Diakses dari

http://dikdas.kemdiknas.go.id/application/media/file/Permendiknas%20No

mor%20%2070%20Tahun%202009.pdf pada tanggal 8 Maret 2016 pukul

17.00 WIB.

Muhammad Takdir Ilahi. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Mumpuniarti. (2011). Adaptasi Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.

Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/ADAPTASI%20PROSES%PEM

BELAJARAN%ANAK%BERKEBUTUHAN%KHUSUS.pdf pada tanggal 19

Oktober pukul 19.00 WIB.

Nurhayati. (2011). Stategi Pembelajaran Anak Usia Dini. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM.Salman.pdf pada tanggal

20 April 2016 pukul 17.00 WIB.

Sari Rudiyati. (2006). Materi Pendidikan Inklusi. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Sari%20Rudiyat

i,%20M.Pd./Materi%20Pendidikan%20Inklusi.pdf pada tanggal 18

Oktober 2016 pukul 15.00 WIB.

. (2013). Pengembangan Kurikulum Adaptif di Sekolah Inklusi. Diakses

dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-sari-rudiyati-

mpd/kurikulum-adaptif-di-sekolah-inklusif.pdf pada tanggal 18 Oktober

2016 pukul 14.00 WIB.

Page 98: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

84

Satrio. (2016). Inklusi Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses

dari http://sekolah-mandiri.sch.id/node/18 pada tanggal 20 April 2016 pukul 19.00 WIB.

Slamerto. (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sri Muji Rahayu. (2013). Memenuhi Hak Anak Berkebutuhan Khusus Anak Usia

Dini Melalui Pendidikan Inklusif. Jurnal Pendidikan Anak Volum 2 Edisi

II. Bantul: SLB Pamardi Putra.

Stubbs S. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources.

Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber. (Alih bahasa Susi

Septaviana R). Bandung: UPI Jurusan Pendidikan Luar Biasa.

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

CV.Alfbeta.

Suharni. (2016). Jurnal CARE Edisi Khusus Temu Ilmiah (Vol.03 No.3 Maret

2016) Pemahaman Guru Dalam Layanan Bimbingan pada Sekolah

Penyelenggara Pendidikan Inklusi. Diakses dari

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4

&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi02sqi9rXOAhWBt48KHRwJCakQFg

gxMAM&url=http%3A%2F%2Fe.ikippgrimadiun.ac.id%2Findex.php%2F

JPAUD%2Farticle%2Fdownload%2F840%2F637&usg=AFQjCNHwtm7

B4kBwx7Q5i0t75scymB7a8Q&sig2=cZ4orD5itmuIMHRrJYDBlQ&bvm

=bv.129389765,d.c2I pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 22.00 WIB.

Suyanto. (2007). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Diakses

dari http://dokumen.tips/documents/pedoman-umum-inklusi.html# pada

tanggal 12 Agustus 2016 pukul 13.00 WIB.

Switzy Sabandar. (2015). Penerapan Kota Inklusi di Jogja Tak Maksimal.

Diakses dari

http://harianjogja.bisnis.com/read/20150904/1/3874/penerapan-kota-

inklusi-di-jogja-tak-maksimal pada 20 April 2016.

Tarmansyah. (2007). Inklusi Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

UNESCO. (2006). Pendidikan untuk Semua Keaksaraan Bagi Kehidupan

Ringkasan. Laporan Pengawasan Global PUS 2006. Diakses dari

http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001442/144270ind.pdf pada

tanggal 20 April 2016 pukul 20.00 WIB.

Page 99: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

85

Zaenal Amilin. Anak Berkebutuhan Khusus. Modul. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241

984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf pada 8 Maret 2016

pukul 18.00 WIB.

Page 100: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

86

LAMPIRAN

Page 101: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

87

LAMPIRAN 1

SURAT IJIN PENELITIAN

Page 102: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

88

Page 103: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

89

Page 104: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

90

LAMPIRAN 2

PEDOMAN OBSERVASI

Page 105: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

91

PANDUAN OBSERVASI

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI TK YOGYAKARTA

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

No. Objek Deskripsi Kode

1. Apersepsi untuk anak reguler Ob1. PP.1

2. Apersepsi untuk ABK Ob1. PP.2

3. Metode yang diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran untuk anak

reguler

Ob1. PP.3

4. Metode yang diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran untuk ABK

Ob1. PP.4

5. Media yang digunakan saat

kegiatan untuk anak reguler

Ob1. PP.5

6. Media yang digunakan saat

kegiatan untuk anak reguler

Ob1. PP.6

7. Peran guru saat kegiatan

pembelajaran berlangsung

Ob1. PP.7

8. Peran anak reguler saat kegiatan

pembelajaran berlangsung

Ob1. PP.8

9. Peran ABK saat kegiatan

pembelajaran berlangsung

Ob1. PP.9

10. Peran GPK saat kegiatan

pembelajaran berlangsung

Ob1. PP.10

11. Cara mengelola anak reguler saat

kegiatan berlangsung

Ob1. PP.11

12. Cara mengelola ABK saat kegiatan

berlangsung

Ob1. PP.12

13. Pelaksanaan evaluasi bagi anak

reguler

Ob1. PP.13

14. Pelaksanaan evaluasi bagi ABK Ob1. PP.14

15. Kesesuaian penerapan metode

pembelajaran dalam perencanaan

pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran

Ob1. PP.15

16. Kesesuaian penerapan media

pembelajaran dalam perencanaan

pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran

Ob1. PP.16

Page 106: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

92

LAMPIRAN 3

CATATAN LAPANGAN

Page 107: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

93

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 1

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Juli 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : A.1

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk semua. Pada hari ini Jut

tidak masuk. Jut adalah ABK down syndrom di kelas A.1. Kegiatan pagi ini

adalah senam bersama. Senam dipimpin oleh guru, dan dengan layanan tv, anak-

anak menitukan gerakan senam bersama sama. Selesai senam, anak anak diminta

oleh guru duduk dengan menggunakan kata bahasa inggris yaitu sit down. Anak-

anak paham dan melaksanakan perintah untuk duduk, semua anak duduk istirahat.

Sambi beristirahat anak-anak diajak oleh guru untuk hafalan surat-surat pendek,

hadist-hadist pendek, dan doa sehari-hari. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha

berjamaah, pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan

dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara

berwudu (dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu).

Usai berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Selesai solat, setiap

anak-anak dipanggil per kelas untuk masuk ke dalam kelasnya masing-masing.

Guru membagikan LKA, ke setiap anak. guru menjelaskan peraturan

kegiatan. Anak menempel kapas di gambar rambut pada LKA bergambar kepala

Page 108: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

94

dan wajah, setiap anak mendapatkan 1 lembar kegiatan. Guru menyediakan 3 lem

untuk 10 orang. Setelah anak selesai mengerjakan kegiatan ini, anak diminta

untuk melakukan kegiatan selanjutnya, yaitu memberi gambar mata, hidung dan

mulut pada gambar yang sudah diberi kapas, dan anak boleh untuk mewarnainya.

Terdapat anak yang tidak mau mengikuti kegiatan, guru tidak memaksa, guru

menunggu minat anak untuk menggerjakanya, agar anak tidak trauma. Metode

yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan metode ceramah. Media yang

digunakan adalah LKA, kapas, pewarna, dan pensil.

Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar

TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum

pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman

depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak

menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang

berbeda-beda. Anak mengaji sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing

masing.

Refleksi Peneliti

- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.

- Penggunaan metode belajar menggunakan metode ceramah, pemberian tugas,

dan pembiasaan.

- Penggunaan media berupa media LKA dan buku tulis

Page 109: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

95

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 2

Hari/Tanggal : Senin, 1 Agustus 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : A.1 & A.2

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Jut (ABK). Jut adalah

ABK down syndrom di kelas A.1. Kegiatan pagi ini adalah hafalan surat-surat

pendek, doa, dan hadist-hadist pendek, Jut (ABK) ikut serta dalam kegiatan ini.

Anak menyanyikan lagu 2 mata saya besama-sma, menyanyikan lagu berbahasa

inggris tentang anggota tubuh sambi menunjukkan anggota tubuhnya. Guru

mengajak anak tanya jawab tentang anggota tubuhnya. Pada waktu kegiatan Jut

(ABK) tidak ditemani oleh guru pendamping, karena Jut (ABK) sudah mandiri

dan mau mengikuti kegiatan. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah,

pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari

anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu

(dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai

berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Pada waktu kegiatan solat

dhuha Jut (ABK) tidak mengikuti solat, Jut (ABK) berjalan jalan di sekililing

kelas dan bermain. Guru mendekati Jut (ABK) dan mengarahkan untuk mengikuti

kegiatan, dan Jut (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesesai. Pada saat seperti

Page 110: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

96

ini guru tidak memaksa Jut (ABK) untuk harus mengikuti kegiatan guru

mengarahkan, jika anak tidak mau, guru menunggu minat dari Jut (ABK) sendiri.

Hal ini karena guru beralasan agar anak belajar sesuai dengan minatnya, bukan

karna paksaan, sehingga anak merasa nyaman dan tidak trauma. Setelah solat,

anak-anak berbaris di depan kelasnya masing-masing & masuk kelas. Guru dan

anak mengucapkan dan menjawab salam bersama-sama. Guru mengabsen anak,

bagi anak yang hadir diminta untuk mengucapkan present ummi. Usai absen, guru

mengajak anak untuk membicarakan kegiatan yang akan dilakukan, menjelskan

aturan kegiatan.

Jut (ABK) bersama anak reguler lainya mengikuti kegiatan bersama-sama.

Anak menebalkan titik-titik angka, dan menggabungkan angka yang ditebalkan

dengan gambar yang sesuai dengan jumlahnya, yaitu menghubungkan angka 1-5

dengan jumlah orang yang sesuai. Jut (ABK) tidak ditemani oleh GPK. Jut (ABK)

mengerjakan kegiatanya setelah guru memberikan penjelasan, yaitu menebalkan

angka hingga selesai. Pada saat kegiatan menghubungkan angka yang sesuai

dengan angka dan jumlahnya Jut (ABK) kesulitan, lalu dibantu oleh guru.

Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan anggota tubuh dengan gambar

anggota tubuh yang sesuai dengan jumlahnya. Jut (ABK) sudah bisa mengerjakan

kegiatan ini, namun karna belum sesuai, guru mengarahkan dan meminta Jut

(ABK) untuk mengerjakan kegiatan dengan dibantu oleh guru. Tidak hanya Jut

(ABK), beberapa anak reguler juga dibantu oleh guru saat mengalami kesulitan

dalam kegiatan.

Page 111: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

97

Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar

TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum

pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman

depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak

menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang

berbeda-beda. Anak mengaji sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing

masing.

Refleksi Peneliti

- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.

- Penggunaan metode belajar menggunakan metode ceramah, pemberian tugas,

dan pembiasaan.

- Penggunaan media berupa media LKA dan buku tulis.

- Pendampingan dan pengarahan kepada ABK Jut ketika sebelum kegiatan

berlangsung, dan saat kegiatan berlangsung.

Page 112: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

98

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 3

Hari/Tanggal : Selasa, 2 Agustus 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : A.1, A.2, & A.3

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Jut (ABK). Jut adalah

ABK down syndrom di kelas A.1. Kegiatan pagi ini adalah hafalan surat-surat

pendek, doa, dan hadist-hadist pendek, dan braingames. Jut (ABK) dan anak

lainya ikut serta dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha

berjamaah, pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan

dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara

berwudu (dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu).

Usai berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Pada waktu kegiatan

solat dhuha Jut (ABK) tidak mengikuti solat, guru mendekati Jut (ABK) dan anak

lainya yang belum mengikuti kegiatan, mengarahkan untuk mengikuti kegiatan,

dan Jut (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesesai. Setelah solat, anak-anak

berbaris mengikuti guru kelasnya masing-masing.

Anak membuat barisan, yang diarahkan oleh guru. Kegiatan hari ini adalah

bermain ular naga, guru menjelaskan aturan permainan. Jut (ABK) tidak mau

mengikuti kegiatan, Jut (ABK) bermain prosotan yang ada di dekat tempat

Page 113: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

99

bermain ular naga. Jut (ABK) tidak dipaksa untuk ikut kegiatan karna Jut (ABK)

tidak mau mengikuti kegitan. Anak lainya bermain ularnaga, dalam kegiatan ini

bagi yang tertangkap maka diminta untuk memimpin bernyanyi, dan bernyanyi

bersama dengan anak lainya. Jut (ABK) ditemani oleh guru, diajak tanya jawab

seputar benda disekitarnya, macam warna yang ada diprosotan menggunakan

bahasa inggris, berhitung menggunakan bahasa inggris, dan menunjukkan anggota

tubuhnya. Guru mengarahkan Jut (ABK) agar mau mengikuti kegiatan

selanjutnya, dan Jut (ABK) mau untuk mengikuti kegiatanya. Kegiatan

selanjutnya, guru menyediakan 3 kegiatan di dalam kelas, yaitu puzzle, bongkar

pasang, dan menebalkan garis. Anak duduk di meja yang diinginkan, lalu

bergantian sesuai arahan guru mengikuti kegiatan. Pada saat kegiatan puzzle, Jut

(ABK) saling membatu dengan temanya. Bagi yang sudah selese anak-anak saling

bergantian bermain puzzle.

Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar

TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum

pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman

depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak

menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang

berbeda-beda. Anak mengaji sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing

masing.

Page 114: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

100

Refleksi Peneliti

- Tidak ada Apersepsi kegiatan, anak reguler dan ABK mendapatnya perlakuan

kegiatan yang sama. Guru mengarahkan anak, tidak memaksa anak untuk ikut

serta dalam kegiatan. Sehingga anak belajar sesuai dengan minatnya.

- Guru menjelaskan kegiatan dan mengarahkan anak untuk mengerjakan

kegiatan, serta membantu anak saat anak mengalami kesulitan dalam

mengerjakan kegiatan. Metode yang digunakan adalah ceramah, pada

kegiatan ini menggunakan media LKA, pensil, bongar pasang, dan puzzle.

ABK tidak didampingi oleh GPK, namun jika mendapati kesulitan guru

membantunya.

- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.

Page 115: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

101

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 4

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Agustus 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : B.1

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Hariri dan Raffy

(ABK). Hariri adalah ABK down syndrom di kelas b.1, dan Raffy adalah ABK

lambat belajar. Kegiatan pagi ini adalah hafalan surat-surat pendek, doa, dan

hadist-hadist pendek. Hariri sangat pantai dalam hafalan, ia sudan mampu

menghafal semua surat-surat pendek, dan hadist yang diajarkan oleh sekolah.

Raffi mengikuti kegiatan dengan tenang. Hariri tidak terfokus mengikuti kegiatan,

alau diarahkan oleh guru. Beberapa anak terdapat tidak mengikuti kegiatan, dan

guru mengarahkanya agar mengikuti kegiatan dengan tana paksaan. Kegiatan

selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah, pada kegiatan ini semua anak

dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu

anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu (dalam kegiatan ini tidak

praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai berwudhu anak-anak solat dhuha

dipimpin oleh guru. Pada waktu kegiatan solat dhuha Hariri (ABK) tidak

mengikuti solat, guru mendekati Hariri (ABK) dan anak lainya yang belum

mengikuti kegiatan, mengarahkan untuk mengikuti kegiatan, dan Hariri (ABK)

Page 116: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

102

mengikuti kegiatan hingga selesesai, meskipun terkang tidak fokus. Setelah solat,

anak-anak kelas b.1&b.2 berkumpul bersama. Guru menjelaskan tentang tema dan

kegiatan hari ini. Guru lainya menata meja dan kursi untuk anak kegiatan. Setelah

semua siap, guru memanggil anak satu-persatu untuk duduk di tempatnya masing-

masing.

Anak dibagikan LKA satu persatu. Hariri sangat peduli dengan orang lain,

dia langsung mengambil alat tulis dan dibagikan ke setiap meja. Kegiatan hari ini

adalah menghubungkan huruf a-z sehingga membentuk gambar hewan, setelah

menghubungkan anak diminta untuk mewarnainya, bebas sesuai dengan keinginan

anak. Pada waktu kegiatan Hariri (ABK) tidak mengikuti kegiatan, dia bermain

lalu pergi, Hariri (ABK) tidak ditemani oleh guru, dan dibiarkan sesuai dengan

keinginannya. Raffi (ABK), mengikuti kegiatan dengan tenang hingga selesesai

tanpa ditemani GPK dan tidak terdpat kesulitan saat mengerjakanya. Anak lainya

juga mengerjkan hingga selesai. Bagi yang sudah selesai, setiap anak wajib

mengumpulkan LKA dan pewarna di tempat yang sudah disediakan oleh guru.

Setiap anak yang sudah selesai mengambil buku tulis, dan diberikan ke guru.

Setiap anak mendapatkan kegiatan dan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan

kemampuanya. Kegiatan ini adalah belajar baca, tulis, dan berhitung. Bagi anak

yang sudah selesai boleh menambah tugasnya, jika ingin mengerjakanya lagi.

Raffi (ABK) mengikuti kegiatan, Hariri (ABK) tidak mengikuti kegiatan hingga

selesai. Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.

Page 117: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

103

Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar

TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum

pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman

depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak

menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang

berbeda-beda. Bagi yang sudah mengaji, guru membagikan anak satu persatu

buku tulisnya, anak belajar baca, tulis, dan berhitung yang disesuaikan dengan

kemampuanya. Anak mengaji dan belajar sambi menunggu di jemput oleh

orangtua masing masing.

Refleksi Peneliti

- Rafi mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa bantuan dan tanpa dampingan

GPK, Hariri (ABK) tidak mengikuti kegiatan hingga selesai, dan tidak

dipaksa untuk harus mengikuti kegiatan. Anak lainya semua mengikuti

kegiatan dengan arahan guru.

- Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis.

- Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.

- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.

- Hariri pada waktu istirahat mengerjakan kegitan yang tadi belum dikerjakan

dan beberapa kegiatan di LKA. Guru tidak pernah memaksa Hariri karena

agar Hariri belajar sesuai dengan keinginannya, dan nyaman ketika belajar di

sekolah.

Page 118: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

104

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 5

Hari/Tanggal : Kamis, 4 Agustus 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : B.1

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Hariri dan Raffy

(ABK). Hariri adalah ABK down syndrom di kelas b.1, dan Raffy adalah ABK

lambat belajar. Di kelas b.1 terdapat siswa baru ABK yaitu Kafka, Kafka adalah

ABK ADHD. Kafka masih memerlukan pendampingan khusus, sebab kafka

belum mandiri dan masih dalam tahap terapi. Kegiatan pagi ini adalah hafalan

surat-surat pendek, doa, dan hadist-hadist pendek. Kafka belum mengikuti

kegiatan dan didampingi oleh guru, karna Kafka masih baru dan masih terapi,

sehingga Kafka masih ditemani dan belum mandiri seperti ABK lainnya. Kegiatan

selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah, pada kegiatan ini semua anak

dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu

anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu (dalam kegiatan ini tidak

praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai berwudhu anak-anak solat dhuha

dipimpin oleh guru. Kafka tidak mengikuti solat dhuha, pada waktu solah dhuha

Kafka diajak oleh guru untuk mewarnai, dan Kafka tertarik dengan kegiatan ini.

Setelah solat, anak-anak kelas b.1&b.2 berkumpul bersama. Guru menjelaskan

Page 119: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

105

tentang tema dan kegiatan hari ini. Guru lainya menata meja dan kursi untuk anak

kegiatan. Anak-anak membicarakan tentang macam-amacam anggota tubuhnya,

dan tugas dari masing-masing anggota tubuhnya. Setelah semua siap, guru

memanggil anak satu-persatu untuk duduk di tempatnya masing-masing.

Anak menghaflakan doa di dalam kelas, Kafka mengikuti kegiatan ini,

Kafka duduk depan kelas di sambing guru. Anak dibagikan LKA satu persatu.

Kegiatan hari ini adalah menebalkan angka dan menulis angka sesuai dengan

angka yang ditebalkanya. Pada waktu kegiatan Hariri (ABK) mengikuti kegiatan,

Hariri (ABK) tidak ditemani oleh guru, dan mampu mengerjakan kegiatan tanpa

bantuan hingga selesai. Raffi (ABK), mengikuti kegiatan dengan tenang hingga

selesesai tanpa ditemani GPK dan tidak terdpat kesulitan saat mengerjakanya.

Anak lainya juga mengerjkan hingga selesai. Bagi yang sudah selesai, dilanjutkan

kegiatan lainya masih dengan menggunakan LKA, yaitu mengubungkan garis

yang membentuk gambar dan diwarnainya. Raffi (ABK) mengikuti kegiatan,

Hariri (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesai. Media yang digunakan adalah

LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini

adalah metode ceramah. Kafka tidak mau mengikuti kegiatan, Kafka teriak-teriak

dan ingin bermain di luar, Kafka didampingi oleh guru bermain diluar. Guru

mengajaknya untuk bernyanyi, sewaktu bernyanyi nyanyian yang diberikan guru

tidak sesuai dengan keinginan kafka, kafka diajak berbicara untuk mengutarakan

keinginannya.

Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman depan. Di

sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak menyetor/ mengaji

Page 120: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

106

ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang berbeda-beda. Bagi

yang sudah mengaji, guru membagikan anak satu persatu buku tulisnya, anak

belajar baca, tulis, dan berhitung yang disesuaikan dengan kemampuanya. Anak

mengaji dan belajar sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing masing.

Refleksi Peneliti

- Rafi mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa bantuan dan tanpa dampingan

GPK, Hariri (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa bantuan dan

tanpa dampingan GPK, Kafka tidak mengikuti kegiatan dan didampingi oleh

guru, dan anak lainya semua mengikuti kegiatan dengan arahan guru.

- Pendampingan khusus bagi ABK Kafka sebagi terapi

- Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis.

- Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.

- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.

Page 121: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

107

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 6

Hari/Tanggal : Jumat, 5 Agustus 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : B.2

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Fadhil (ABK). Fadhil

adalah ABK down syndrom dan lambat bicara di kelas b.2. Kegiatan pagi ini

adalah hafalan surat-surat pendek, doa, dan hadist-hadist pendek. Guru mengajak

anak untuk gerak dan lagu pundak lutut kaki, berbincang bincang tentang fungsi

lidah dan macam-macam rasa (pahit, asin, manis). Fadhil mengikuti kegiatan

dengan tenang serta anak reguler lainya mengikuti kegiatan. Beberapa anak

terdapat tidak mengikuti kegiatan dan bermain di halaman dalam, guru tidak

memaksa anak untuk ikut. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah,

pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari

anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu

(dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai

berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Kelas b.1 menuju ke sentra

ibadah.

Anak dibagikan LKA satu persatu. Kegiatan hari ini adalah menebalkan

gambar dan mewarnai. Pada waktu kegiatan Fadhil (ABK) mengikuti kegiatan,

Page 122: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

108

tidak ditemani guru, namun diarahkan oleh guru. Anak dibagikan pewarna

terbatas, agar anak belajar berbagi. Setelah kegiatan mewarnai ada kegiatan

ekstrakulikulet yaitu bahasa inggris. Dalam ekstra bahasa inggris fadhil tidak

mengikuti kegiatan, dan bermain di halaman dalam. Anak lainya sangat antusias

dalam mengikuti kegiatan ini. Setiap anak mendapatkan reward setelah selsai

belajar bahasa inggris. Dalam kegiatan ini anak diajak bermain dan bernyanyi

dengan menggunakan bahasa inggris penuh.

Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar

TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum

pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman

depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak

menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang

berbeda-beda. Bagi yang sudah mengaji, guru membagikan anak satu persatu

buku tulisnya, anak belajar baca, tulis, dan berhitung yang disesuaikan dengan

kemampuanya. Anak mengaji dan belajar sambi menunggu di jemput oleh

orangtua masing masing.

Refleksi Peneliti

- Pengarahan bagi ABK dan reguler yang tidak mengikuti kegiatan

- Pendampingan ABK fadil saat mengerjakan tugas

- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.

Page 123: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

109

CATATAN LAPANGAN

Kode Data : CL 7

Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2016

Waktu : 08.00-12.00

Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi

Kelas : B.2

Deskripsi:

Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan

dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Fadhil (ABK). Fadhil

adalah ABK down syndrom dan lambat bicara di kelas b.2. Kegiatan pagi ini

adalah senam bersama. Senam dipimpin oleh guru dan disetelkan TV. Anak-anak

menirukan gerakan guru/TV. Fadhil (ABK) mengikuti kegiatan ini, sesekali

istirahat. Kegiatan selanjutnya adalah anak-anak duduk istirahat, sambi

beristirahat anak diajak untuk bernyanyi. Kegiatan selanjutnya adalah hafalan

surat-surat pendek, doa, hadist-hadist pendek, dan pembiasaan solat dhuha.

Kegiatan dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan

bagaimana cara berwudu (dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air

untuk berwudhu). Usai berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru.

Anak-anak duduk bersama, guru mengajak anak untuk membicarakan tema hari

ini yaitu diri sendiri, dan sub tema anggota tubuh. Guru meminta beberapa anak

untuk mengambilkan alat tulis, dan membagikan ke anak lainya.

Kegiatan hari ini adalah menebalkan huruf, setiap anak mendapatkan

lembar LKA sendiri-sendiri. Fadhil tidak langsung mengerjakan kegiatan seperti

Page 124: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

110

anak reguler lainya. Guru mendekati Fadhil dan mengarahkan Fadhil untuk

mengerjakan kegiatan di berikan contoh. Fadhil mengerjakanya namun tidak

sampai selesai. Kegiatan selanjutnya adalah membuat gambar tangan pada LKA

sesuai dengan tangan masing-masing anak. Setelah anak selsesai menggambar,

anak-anak menebalkan huruf yang ada di atas dan bawah lembar menggambar.

Fadhil ikut menggambar tangan, namun sewaktu menebalkan tulisa fadil tidak

menyelesaikannya hingga selseai, dan Fadhil pergi bermain di halam dalam.

Media yang digunakan adalah LKA, pensil, dan pewarna. Metode yang digunakan

adalah metode ceramah.

Anak diajak berbincang-bincang tentang kegiatan yang sudah dilakukan.

Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar TK Islam

Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum pulang ke

rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak kembali ke kelas. Anak-anak belajar

baca, tulis, berhitung, mewarnai, anak bebas memilih kegiatannya. Anak

menggerjakan kegiatan sambi menunggu dijemput oleh orangtua masing-masing.

Refleksi Peneliti

- Guru menstimulasi anak untuk mengingat kegiatan sebelumnya dan

berbincang bincang tentang kegiatan yang akan dilakukanya.

- ABK Fadhil mengikuti kegiatan dengan arahan dan dampingan guru.

- Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, dan pensil.

- Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.

- Anak belajar sesuai keinginan dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Page 125: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

111

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 126: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

112

DOKUMENTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Sabtu, 30 Juli 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 4. Kegiatan pembuka yang berupa senam bersama, menggunaka media

audio-visual yaitu televisi

Gambar 5. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan

metode ceramah.

Gambar 6. Kegiatan penutup, berisi kegiatan doa bersama usai makan snak.

Page 127: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

113

Gambar 7. Pembiasaan kemandirian, berupa membiasakan anak untuk mencuci

alat makannya sendiri usai makan siang.

Gambar 8. Penggunaan media audio-visual yaitu televisi

Gambar 9. Kegiatan inti menggunakan media LKA, setiap anak belajar berbagi

lem dengan temannya.

Page 128: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

114

DOKUMNTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Senin, 1 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 10. Kegiatan Pembuka, dalam kegiatan pembuka guru mendampingi

siswa ABK, agar ABK belajar konsentrasi dan mengikuti kegiatan.

Gambar 11. kegiatan inti, ABK mengerjakan tugas bersama reguler

lainnya, dengan menggunakan media belajar dan isi materi yang sama.

Gambar 12. Penggunaan media LKA

Page 129: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

115

Gambar 13. Kegiatan baca iqra’, isi materi baca iqra’ disesuiakan tingkat

kemampuan anak.

Page 130: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

116

DOKUMNTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Selasa, 2 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 14. Kegiatan inti dengan Gambar 15. Penggunaan media puzzle

metode bermain

Gambar 16. ABK dan reguler Gambar 17. Kegiatan inti dengan

mengerjakan kegiatan yang sama. media LKA

Gambar 18. Kegiatan inti dengan

Media bongkar-pasang

Page 131: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

117

DOKUMENTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Rabu, 3 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 19. Kegiatan pembuka Gambar 20.Kegiatan inti

dengan hapalan surat pendek menggunakan media LKA

Page 132: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

118

DOKUMNTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Kamis, 4 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 21. Kegiatan pembuka Gambar 22. Kegiatan Apersepsi

Gambar 23. Kegiatan inti pendampingan Gambar 24. Kagiatan penutup

ABK

Gambar 25. Materi belajar yang disesuaikan kemampuan anak

Page 133: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

119

DOKUMNTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Jumat, 5 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 26. Kegiatan pembuka Gambar 27. Kegiatan inti

Gambar 28. Terapi ABK berupa Gambar 29. Ektra bahasa inggris

pendampingan ABK

Page 134: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

120

DOKUMNTASI LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

Hari/tanggal : Sabtu, 5 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

Gambar 30. Kegiatan evaluasi

Page 135: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

126

LAMPIRAN 5

PEDOMAN WAWANCARA

Page 136: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

122

PANDUAN WAWANCARA

PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI

TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI YOGYAKARTA

Hari/Tanggal : Waktu :

Tempat : Sumber :

No Aspek penelitian Pertanyaan Penelitian Responden Jawaban Kode

1. Perencanaan

Pembelajaran

1. Apa kurikulum yang digunakan di

Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

2. Bagaimana cara menyusun

kurikulum di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

3. Bagaimana cara menyusun progam

semsester di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

4. Bagaimana proses pemilihan tema

untuk anak reguler dan ABK di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

5. Bagaimana penyusunan rkh anak

reguler dan ABK di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

6. Apa peran guru dalam penyusunan

rkh anak reguler dan ABK di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

Guru

W.1.1.G

W.1.2.G

W.1.3.G

W.1.4.G

W.1.5.G

W.1.6.G

Page 137: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

123

7. Apa peran anak reguler dan ABK

dalam penyusunan rkh di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

W.1.7.G

2. Pelaksanaan

Pembelajaran

1. Bagaimana pelaksanaan apersepsi

untuk anak reguler dan ABK di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

2. Apa metode pembelajaran yang

digunakan untuk anak reguler dan

ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

3. Apa jenis-jenis metode pembelajaran

yang diterapkan untuk anak reguler

dan ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

4. Bagaimana penerapan metode

pembelajaran yang diterapkan untuk

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

5. Apa media pembelajaran yang

digunakan untuk anak reguler dan

ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

6. Apa jenis-jenis media pembelajaran

yang diterapkan untuk anak reguler

dan ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

7. Bagaimana penerapan media

pembelajaran yang diterapkan untuk

Guru

W.2.1.G

W.2.2.G

W.2.3.G

W.2.4.G

W.2.5.G

W.2.6.G

W.2.7.G

Page 138: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

124

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

8. Bagaimana peran anak reguler dan

ABK saat kegiatan berlangsung di

Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

9. Bagaimana peran guru saat kegiatan

berlangsung di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

10. Bagaimana cara mengelola anak

reguler dan ABK saat kegiatan

berlangsung di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

11. Apakah tersedia guru pendamping

kelas bagi ABK di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

12. Apa peran guru pendamping kelas

bagi ABK saat kegiatan berlangsung

di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

13. Siapa penyedia guru pendamping

kelas bagi ABK di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

W.2.8.G

W.2.9.G

W.2.10.G

W.2.11.G

W.2.12.G

W.2.13.G

3. Evaluasi

Pembelajaran

1. Apa teknik-teknik evaluasi yang

digunakan untuk anak reguler dan

ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi

untuk anak reguler dan ABK di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

W.3.1.G

W.3.2.G

Page 139: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

125

3. Kapan pelaksanaan evaluasi untuk

anak reguler dan ABK dilakukan di

Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

4. Siapa yang melakukan evaluasi

untuk anak reguler dan ABK di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

Guru W.3.3.G

W.3.4.G

4. Faktor pendukung dan

penghambat

pembelajaran

1. Apa faktor pendukung dan

penghambat proses pembelajaran

inklusi di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

2. Bagaimana cara mengatasi faktor-

faktor pendukung dan penghambat

pembelajaran di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

Guru

W.4.1.G

W.4.2.G

Page 140: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

126

LAMPIRAN 6

CATATAN WAWANCARA

Page 141: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

127

CATATAN WAWANCARA

Kode Data : CW

Hari/tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2016

Waktu : 11.00

Sumber : Ummi Isti (wakil kepala sekolah / guru kelas B.1)

Pokok pertanyaan : Proses PembelajaranTK Inklusi

No Aspek penelitian Pertanyaan Penelitian Deskripsi Refleksi Kode

1. Perencanaan

Pembelajaran

8. Apa kurikulum yang digunakan di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

9. Bagaimana cara menyusun kurikulum

di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

10. Bagaimana cara menyusun progam

semsester di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

Kurikulum yang digunakan

kurikulum 2013, untuk semuanya

sama

Menyusun kurikulum dan

serangkaian perencanaan sewaktu

libur semester, karena kurikulum

2013 baru diterapkan tahun ini. Jadi

sekolah mendatangkan guru dari

luar sekolah sebagai pelatih dalam

penyusunan kurikulum.

Progam semester disusun oleh guru

dan kepala sekolah, dengan

mengacu pada PERMENDIKBUD

Kurikulum 2013

digunakan untuk

semua anak dalam

pembelajaran

Kurikulm 2013 disisin

oleh semua guru dan

kepala sekolah,

dengan mendatangkan

guru dari luar sekolah.

Progam semsester

disusun dengan

megacu dari

W.1.1.G

W.1.2.G

W.1.3.G

Page 142: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

128

11. Bagaimana proses pemilihan tema

untuk anak reguler dan ABK di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

12. Bagaimana penyusunan rkh anak

reguler dan ABK di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

13. Apa peran guru dalam penyusunan rkh

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

14. Apa peran anak reguler dan ABK dalam

penyusunan rkh di Tk Islam Pelangi

Anak Negeri?

146 tahun 2014.

Pemilihan tema dilakukan pada

libur semester sebelum awal tahun

ajaran, pemilihan sub.tema satu

yayasan dan setiap kelas disamakan

semua. Tema didiskusikan oleh

para guru dan kepala sekolah.

Sub.tema untuk anak reguler dan

ABK disamakan, dan dibuat untuk

satu tahun.

Pembuatan RKH dilakukan pada

libur semester sebelum awal tahun

ajaran, penyusunan RKH satu

yayasan dan setiap kelas disamakan

semua. RKH disusun untuk satu

tahun. RKH didiskusikan oleh para

guru dan kepala sekolah.

Guru berperan menyusun dan

memilih kegiatan dalam RKH.

Anak reguler dan ABK tidak

berperan dalam pemilihan sub.tema

dan penyusunan RKH.

PERMENDIKBUD

146 tahun 2014

Pemilihan tema

disusun oleh guru dan

kepala sekolah, untuk

satu tahun

Penyusunan RKH,

disusun oleh guru dan

kepala sekolah

Guru berperan dalam

mrancang kegiatan

Anak tidak berperan

W.1.4.G

W.1.5.G

W.1.6.G

W.1.7.G

Page 143: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

129

2. Pelaksanaan

Pembelajaran

14. Bagaimana pelaksanaan apersepsi untuk

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

15. Apa metode pembelajaran yang

digunakan untuk anak reguler dan ABK

di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

16. Apa jenis-jenis metode pembelajaran

yang diterapkan untuk anak reguler dan

ABK di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

17. Bagaimana penerapan metode

pembelajaran yang diterapkan untuk

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

18. Apa media pembelajaran yang

digunakan untuk anak reguler dan ABK

di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

19. Apa jenis-jenis media pembelajaran

yang diterapkan untuk anak reguler dan

ABK di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

Apersepsi dilakukan sebelum

kegiatan berlangsung, sebelum

kegiatan kelas berlangsung.

Metode yang digunakan untuk

ABK dan reguler sama.

Metode yang digunakan metode

ceramah, bercerita, bercakap-cakap,

pembiasaan, bernyanyi, dan

pemberian tugas, menggunakan

model kelompok.

Metode yang diterapkan untuk

ABK dan reguler adalah sama.

Tidak ada yang dibedakan, namun

saat kegiatan ABK lebih dipantau

Media yang digunakan untuk ABK

dan reguler sama.

Media yang digunakan biasanya

LKA, dan disesuaikan dengan

kegiatan yang akan dilakukan.

Apersepsi

dilaksanakan sebelum

kegiatan inti

Penggunaan metode

semua anak sama

Jenis metode yang

digunakan metode

ceramah, bercerita,

bercakap-cakap,

pembiasaan,

bernyanyi, dan

pemberian tugas

Penerapan metode

semua anak sama

Penggunaan media

semua anak sama

semua

Media disesaikan

kegitan, lebih sering

menggunakan LKA

W.2.1.G

W.2.2.G

W.2.3.G

W.2.4.G

W.2.5.G

W.2.6.G

Page 144: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

130

20. Bagaimana penerapan media

pembelajaran yang diterapkan untuk

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

21. Bagaimana peran anak reguler dan ABK

saat kegiatan berlangsung di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

22. Bagaimana peran guru saat kegiatan

berlangsung di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

23. Bagaimana cara mengelola anak reguler

dan ABK saat kegiatan berlangsung di

Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

24. Apakah tersedia guru pendamping kelas

bagi ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Media pembelajaran ABK dan

reguler adalah sama, tidak ada

perbedaan. Semua anak belajar

dengan kegiatan dan media yang

sama

ABK dan reguler mempunyai

kewajiban dan hak yang sama.

Guru memfasilitasi anak sewaktu

kegiatan, membantu anak, dan

menstimulasi anak.

Semua anak mendapatkan kegiatan

yang sama, dengan metode dan

media yang sama. Yang

membedakanya adalah layanannya.

Untuk ABK diberikan layanan yang

lebih, seperti adanya pendampingan

bagi ABK yang membutuhkan,

terapi, dan pembiasaan yang lebih

agar anak mampu mandiri seperti

anak reguler lainya.

Ada

Penerapan media

semua anak sama

Anak memiliki hak

dan kewajiban yang

sama

GPK berperan sebagai

fasilisitator

Semua anak mendapat

kegiatan yang sama,

dan layanan yang

sesuai dengan kondisi

anak

Tersedia GPK

W.2.7.G

W.2.8.G

W.2.9.G

W.2.10.G

W.2.11.G

Page 145: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

131

Negeri?

25. Apa peran guru pendamping kelas bagi

ABK saat kegiatan berlangsung di Tk

Islam Pelangi Anak Negeri?

26. Siapa penyedia guru pendamping kelas

bagi ABK di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

Guru pendamping kelas berperan

membantu ABK atau anak reguler

jika mengalami kesulitan dalam

belajar.

Sekolah

GPK membantu anak

saat kesulitan belajar

GPK disesiakan oleh

sekolah.

W.2.12.G

W.2.13.G

3. Evaluasi

Pembelajaran

1. Apa teknik-teknik evaluasi yang

digunakan untuk anak reguler dan ABK

di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?

2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi untuk

anak reguler dan ABK di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

3. Kapan pelaksanaan evaluasi untuk anak

reguler dan ABK dilakukan di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

4. Siapa yang melakukan evaluasi untuk

anak reguler dan ABK ?

Catatan anekdot, cheklist, dan

portofolio

Evaluasi biasanya dilakukan setelah

kegiatan dalam sehari selesai, dan

pada puncak tema. Evaluasi ABK

dan anak reguler sama, yang

membedakan adalah hasilnya pada

masing-masing anak.

Evaluasi biasanya dilakukan setelah

kegiatan dalam sehari selesai, dan

pada puncak tema

Guru kelas

Teknik evaluasi

menggunakan Catatan

anekdot, cheklist, dan

portofolio

Evaluasi untuk semua

anak sama

Evaluasi dilakukan

setelah kegiatan, dan

pada puncak tema

Pelaksana evaluasi

adalah guru

W.3.1.G

W.3.2.G

W.3.3.G

W.3.4.G

Page 146: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

132

4. Faktor pendukung

dan penghambat

pembelajaran

1. Apa faktor pendukung dan penghambat

proses pembelajaran inklusi di Tk Islam

Pelangi Anak Negeri?

2. Bagaimana cara mengatasi faktor-faktor

pendukung dan penghambat

pembelajaran di Tk Islam Pelangi Anak

Negeri?

Yang menghambat dalam

pembelajaran adalah mood anak.

mood anak berbeda-beda dan

gampang berubah, apalagi ABK.

Guru menyesuaikan dengan mood

anak, anak jika tidak ingin

melakukan kegiatan maka tidak

dipaksa, namun diarahkan.

Mood anak

mempengaruhi

pembelajaran

Guru menyesuaikan

mood anak, tidak

memaksa untuk ikut

kegiatan

W.4.1.G

W.4.2.G

Page 147: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

133

LAMPIRAN 7

PEDOMAN DOKUMENTASI

Page 148: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

134

PANDUAN DOKUMENTASI

ADMINISTRASI

TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI YOGYAKARTA

Hari/Tanggal :

Tempat :

Waktu :

No Komponen Dokumentasi Keterangan Deskripsi Kode

Ada Tidak

1. Visi, misi, dan tujuan CD.1

2. RKH CD.2

3. Data guru dan karyawan CD.3

4. Data siswa CD.4

Page 149: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

135

LAMPIRAN 8

CATATAN DOKUMENTASI

Page 150: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

136

CATATAN DOKUMENTASI

ADMINISTRASI LEMBAGA

Hari/tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2016

Waktu : 08.00-13.00

No

Komponen Dokumentasi

Keterangan

Deskripsi

Kode Ada Tidak

1. Visi, misi, dan tujuan Visi, misi, dan tujuan

didpatkan dari brosur dan

kurikulum yang didapat

dari sekolah

CD.1

2. RKH Didapat dari guru kelas CD.2

3. Data guru dan karyawan Didapat dari wakil kepala

sekolah

CD.3

4. Data siswa Didapat dari wakil kepala

sekolah

CD.4

Page 151: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

137

CD. 1

Page 152: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

138

CD.2

Page 153: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

139

CD. 3

Page 154: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

140

CD. 4

Page 155: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

141

Page 156: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

142

LAMPIRAN 9

RODUKSI DATA

Page 157: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

143

REDUKSI DATA

No Aspek yang

diteliti

Display Verifikasi

Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi

1. Perencanaan

Pembelajaran

- Kurikulum yang digunakan

kurikulum 2013, untuk

semuanya sama (W.1.1.G)

- Menyusun kurikulum dan

serangkaian perencanaan

sewaktu libur semester,

karena kurikulum 2013 baru

diterapkan tahun ini. Jadi

sekolah mendatangkan guru

dari luar sekolah sebagai

pelatih dalam penyusunan

kurikulum (W.1.2.G)

- Progam semester disusun

oleh guru dan kepala

sekolah, dengan mengacu

pada PERMENDIKBUD 146

tahun 2014. (W.1.3.G)

- Pemilihan tema dan subtema

dilakukan pada libur

semester sebelum awal tahun

ajaran, satu yayasan dan

setiap kelas disamakan

- RPPH berisi rencana

kegiatan dalam sehari.

(CD.3)

- Tema dan subtema dalam

RKH mengacu dan

seusai dari Dinas. (CD.3)

- Kurikulum yang digunakan

menggunakan kurikulum

2013. Untuk kurikulum

inklusi, sekolah

menggunakan model

kurikulum reguler, yaitu

kurikulum 2013 dengan

beberapa modifikasi seperti

layanan alokasi waktu,

isi/materi kegiatan, dan

layanan pendampingan yang

disesuaikan dengan kondisi

anak.

- Perencanaan pembelajaran

berupa PROMES, RPPM,

RPPH yang disusun untuk

satu tahun oleh guru dan

kepala sekolah sewaktu libur

semester, sebelum tahun

ajaran dimulai.

- Pemilihan tema dan subtema

yang digunakan mengacu dan

Page 158: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

144

semua. Tema didiskusikan

oleh para guru dan kepala

sekolah. Subtema untuk anak

reguler dan ABK disamakan,

dan dibuat untuk satu tahun.

(W.1.4.G)

- Pembuatan RPPH dilakukan

pada libur semester sebelum

awal tahun ajaran,

penyusunan RPPH satu

yayasan dan setiap kelas

disamakan semua. RPPH

disusun untuk satu tahun.

RPPH didiskusikan oleh para

guru dan kepala sekolah

(W.1.5.G)

- Guru berperan menyusun dan

memilih kegiatan dalam

RPPH. (W.1.6.G)

- Anak reguler dan ABK tidak

berperan dalam pemilihan

sub.tema dan penyusunan

RPPH (W.1.7.G)

disesuaikan dari Dinas.

- Penyusunan progam semester

mengembangkan 6 bidang

pengembangan yaitu: nam,

kognitif, fisik motorik,

bahasa, sosial emosional, dan

seni.

- Untuk mengembangakan

materi pembelajaran,

mendesain kegiatan

pembelajaran,

mengembangkan bahan ajar

merancang dan

melaksanakan penilaian hasil

belajar, berpedoman pada

PERMENDIKBUD Nomor

146 tahun 2014 berupa

muatan kurikulum,

kompetensi inti, kompetensi

dasar, lama belajar, dan

indikator percapaian

perkembangan.

- RPPM di TK Islam Pelangi

Anak Negeri berupa

penjabaran dari PROMES,

yang berisi kegiatan-kegiatan

dalam mencapai indikator

pencapaian perkembangan

Page 159: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

145

- RPPH di TK Islam Pelangi

Anak Negeri berupa

penjabaran kegiatan dari

RPPM, RPPH berisi kegiatan

pembelajaran dalam satu hari

yang dilaksanakan secara

kelompok dan klasikal

- RPPH yang dibuat disamakan

untuk semua kelas dan semua

yayasan Pelangi Anak

2. Pelaksanaan

Pembelajaran

- Apersepsi dilakukan sebelum

kegiatan berlangsung,

sebelum kegiatan kelas

berlangsung. (W.2.1.G)

- Metode yang digunakan

untuk ABK dan reguler

sama. (W.2.2.G)

- Metode yang digunakan

metode ceramah, bercerita,

bercakap-cakap, pembiasaan,

bernyanyi, dan pemberian

tugas, menggunakan model

kelompok. (W.2.3.G)

- Metode yang diterapkan

untuk ABK dan reguler

adalah sama. Tidak ada yang

dibedakan, namun saat

kegiatan ABK lebih dipantau

- Apersepsi dilakukan saat

kegiatan pembuka dan

sebelum kegiatan inti.

Kegiatan pembuka lebih

sering dengan kegiatan

pembiasaan, hafalan, dan

kegiatan motorik.

Kegiatan pembuka

dilakukan setiap hari.(CL

1)

- Penggunaan metode saat

kegiatan untuk anak

reguler & ABK sama

(CL 2)

- Metode yang digunkan

yaitu lebih sering

menggunakan metode

ceramah, pemberian tugas,

- Kegiatan pembelajaran

untuk semua anak sama.

Beberapa isi kegiatan

seperti baca, tulis, dan

berhitung disesuaikan

kemampuan anak

(Gambar 12)

- Media belajar berupa

penggunaan media LKA,

bukutulis, puzzle, dan

bongkar pasang.

(Gambar 15)

- Ketersediaan GPK,

membantu ABK mandiri

dan reguler lainya saat

kesulitan belajar. GPK

menerapi ABK yang

masih dalam tahan

- Setiap anak di TK Islam

Pelangi Anak Negeri

mendapatkan layanan yang

berbeda-beda, hal ini

disesuaikan dengan karakter

serta kemampuan anak.

Layanan yang diberikan

berupa pendampingan anak,

materi belajar, dan

penyampaian materi belajar.

- Pemberian kegiatan,

penggunaan metode dan

media untuk semua anak

sama. Beberapa kegiatan

disesuaikan dengan

kemampuan anak

- Layanan pendampingan anak

berupa ketersediaan GPK.

Page 160: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

146

(W.2.1.4.G)

- Media yang digunakan untuk

ABK dan reguler sama

(W.2.5.G)

- Media yang digunakan

biasanya LKA, dan

disesuaikan dengan kegiatan

yang akan dilakukan.

(W.2.6.G)

- Media pembelajaran ABK

dan reguler adalah sama,

tidak ada perbedaan. Semua

anak belajar dengan kegiatan

dan media yang sama

(W.2.7.G)

- ABK dan reguler mempunyai

kewajiban dan hak yang

sama (W.2.8.G)

- Guru memfasilitasi anak

sewaktu kegiatan, membantu

anak, dan menstimulasi anak.

(W.2.9.G)

- Semua anak mendapatkan

kegiatan yang sama, dengan

metode dan media yang

sama. Yang membedakanya

adalah layanannya. Untuk

ABK diberikan layanan yang

dan pembiasaan. (CL 2)

- Semua metode yang

diterapkan sewaktu

kegiatan pembelajaran

untuk ABK dan reguler

sama (CL 4)

- Penggunaan media saat

kegiatan untuk anak

reguler dan ABK sama

(CL 4)

- Media yang digunakan

lebih sering menggunakan

media LKA dan buku tulis.

(CL 4)

- Penggunaan media untuk

ABK dan reguler

semuanya sama (CL 4)

- Kegiatan yang diberikan

saat pembelajaran untuk

reguler dan ABK sama

(CL 5)

- Guru pemberikan tugas

belajar, mengarahkan anak

untuk menikuti kegiatan.

(CL 2)

- ABK dan reguler

mengerjakan tugas yang

sama, sesuai dengan yang

terapi/belum mandiri.

(Gambar 28)

- GPK di sediakan oleh

sekolah (CD. 4)

- Cara yang digunakan GPK

dalam pendampingan ABK

yang sudah mandiri dan

reguler sama, yaitu anak

didekati, diarahkan, dan

dibantu jika anak mengalami

kesulitan belajar seperti

belum memahami terhadap

penggerjaan kegiatan.

Pendampingan untuk ABK

yang masih dalam

terapi/belum mandiri, GPK

mendampingi mulai dari anak

tiba di sekolah hingga

dijemput. Terapi yang

dilakukan membiasakan anak

untuk tau dan mengerti

kegiatan-kegiatan yang ada

ketika di sekolah.

- Layanan materi belajar yang

diberikan setiap anak berbeda

beda, beberapa materi belajar

disesuikan kemampuan

masing-masing anak. Materi

yang diberikan pada kegiatan

inti pembelajaran berisi

materi dan kegiatan yang

sama. meskipun materi yang

Page 161: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

147

lebih, seperti adanya

pendampingan bagi ABK

yang membutuhkan, terapi,

dan pembiasaan yang lebih

agar anak mampu mandiri

seperti anak reguler lainya.

(W.2.10.G)

- Ada (W.2.11.G)

- Guru pendamping kelas

berperan membantu ABK

atau anak reguler jika

mengalami kesulitan dalam

belajar. (W.2.12.G)

- Penyedia GPK Sekolah

(W.2.13.G)

diberikan guru. Beberapa

kegiatan disesuaikan

dengan kemampuan anak,

seperti baca, tulis,

berhitung, dan baca iqra’

(CL 5)

- Terdapat guru pendamping

kelas (CL 5)

- GPK di TK Islam Pelangi

Anak Negeri bertugas

untuk mendampingi ABK

dan reguler yang

mengalami kesulitan

sewaktu pembelajaran.

Cara yang digunakan GPK

dalam pendampingan ABK

yang sudah mandiri dan

reguler sama, yaitu anak

didekati, diarahkan, dan

dibantu jika anak

mengalami kesulitan

belajar seperti belum

meahami terhadap

penggerjaan kegiatan.

Pendampingan untuk ABK

yang masih dalam

terapi/belum mandiri,

GPK mendampingi mulai

diberikan saat kegiatan

berlangsung sama, namun

guru tidak memaksakan

kepada anak untuk harus

menyelesaikan tugas. Tugas

yang belum selesai biasanya

guru akan meminta anak

meneruskannya setelah

kegiatan penutup

- Layanan penyampaian materi

belajar di TK Islam Pelangi

Anak Negeri kepada semua

anak sama. Penggunaan

metode dan media yang

diterapkan di TK Islam

Pelangi Anak Negeri berlaku

untuk semua siswa, baik anak

reguler dan ABK. Metode

yang sering digunakan yaitu

metode ceramah, pemberian

tugas, dan pembiasaan.

Pemberian tugas berupa

mengerjakan kegiatan yang

diberikan guru, yang biasa

terlaksana dengan

menggunaan media LKA dan

buku tulis

Page 162: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

148

dari anak tiba di sekolah

hingga dijemput. Terapi

yang dilakukan

membiasakan anak untuk

tau dan mengerti kegiatan-

kegiatan yang ada ketika

di sekolah. Seperti guru

mengajak anak untuk

dapat makan sendiri dan

mencuci piring sendiri,

anak dilatih untuk

mencoba dan tetap

didampingi selalu, anak

diajak mengikuti kegiatan,

meskipun anak tidak ikut

mengerjakan tetapi anak

tetap dikenalkan. (CL 5)

3. Evaluasi

Pembelajaraan

- Catatan anekdot, cheklist,

dan portofolio (W.3.1.G)

- Evaluasi biasanya dilakukan

setelah kegiatan dalam sehari

selesai, dan pada puncak

tema. Evaluasi ABK dan

anak reguler sama, yang

membedakan adalah hasilnya

pada masing-masing anak.

(W.3.2.G)

- Evaluasi biasanya dilakukan

- Evaluasi kegiatan belajar

dilaksanakan saat kegiatan

penutup, kegiatan evaluasi

akhir tidak setiap harinya

terlaksana. (CL 6)

- Evalusasi kegiatan

dilaksanakan saat

kegiatan penutup.

(CD. 3)

- Pelaksanaan evaluasi

perkembangan anak

dilakukan oleh guru.

- Evaluasi perkembangan

dilaksanakan di awal dan

akhir semster. Evaluasi awal

menggunakan tes sidik jadi,

dan evaluasi akhir

menggunakan raport.

- Dalam penyusunan evaluasi

perkembangan, beberapa

Page 163: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

149

setelah kegiatan dalam sehari

selesai, dan pada puncak

tema (W.3.3.G)

- Guru kelas (W.3.4.G)

teknik evaluasi yang

digunakan adalah hasil karya,

catatan anekdot, penugasan,

dan observasi.

- Hasil beberapa teknik

evaluasi dirangkum menjadi

satu, sehingga menghasilkan

laporan hasil penilaian. Setiap

anak memiliki hasil evaluasi

perkembangan yang berbeda-

beda

- Hasil evaluasi dilaporkan

kepada orang tua siswa setiap

sebulan sekali dan pada akhir

semester

- Dalam sebulan sekali sekolah

menyediakan pertemuan

orang tua, konsultasi

perkembangan anak, jika

terdapat beberapa aspek yang

menyimpang orangtua bisa

langsung mengkonsultasikan

pada ahlinya

- Evaluasi akhir kegiatan

dilakukan pada kegiatan

penutup, kegiatan evaluasi

akhir di TK Islam Pelangi

Anak Negeri tidak setiap hari

Page 164: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

150

terlaksana.

- Pelaksanaan evaluasi akhir

pembelajaran dilakukan oleh

guru dan anak-anak, evaluasi

tidak dapat terlaksana sebab

pada setiap harinya pada

kegiatan penutup, diisi

dengan doa setelah makan,

ikrar, dan salam

4. Faktor-faktor

Pendukung

dan

Penghambat

Pembelajaran

- Yang menghambat dan

mendukung dalam

pembelajaran adalah mood

anak. mood anak berbeda-

beda dan gampang berubah,

apalagi ABK. (W.4.1.G)

- Guru menyesuaikan dengan

mood anak, anak jika tidak

ingin melakukan kegiatan

maka tidak dipaksa, namun

diarahkan. (W.4.2.G)

- Anak tidak berminat pada

kegiatan, hal ini

dipengaruhi oleh metode

dan media yang sama

dalam setiap harinya, yaitu

metose ceramah dan media

LKA (CL 4)

- Layanan bagi anak yang

membutuhkan seperti

pendampingan belajar

bagi ABK dan reguler

yang membutuhkan.

(Gambar 28)

- Isi materi belajar yang

disesuikan masing-

masing kemampuan

anak. (Gambar 25)

- Faktor pendukung

pembelajaran inklusi

dipengaruhi oleh sekolah dan

anak.

- Faktor pendukung dari

sekolah yaitu sekolah

memberikan fasilitas belajar

yang sama untuk semua anak

dan layanan yang sesuai

kondisi anak. Seperti

pendampingan dan isi materi

yang disesuaikan kemampuan

anak. Adanya layanan tes

sidik jadi di awal tahun

ajaran, membantu untuk

mengetahui perkembangan

anak secara detail. Dan

ketersediaan GPK

- Faktor penghambat

Page 165: STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI DI TK …eprints.uny.ac.id/43971/1/Harum Annisatul Imamah_12111244010.pdf · ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH

151

pembelajaran inklusi, yaitu

kurangnya variasi

penggunaan metode dan

media. Penggunaan media

dan metode sangat

mempengaruhi minat anak

dalam kegiatan. Saat anak

mempunyai minat dan

berminat mengikuti kegiatan,

maka kegiatan dapat berjalan

dnegan lancar dan

menghasilkan hasil yang

memuaskan.

- Cara mengatasi faktor

penghambat yaitu guru

mengikuti minat anak, dan

tidak memaksa anak untuk

melakukan kegiatan. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar

anak tidak merasa terpaksa,

dan nyaman ketika belajar di

sekolah.