studi kasus : penerapan outsourcing sistem informasi pada...
TRANSCRIPT
Disusun sebagai Makalah Ujian Akhir Triwulan ke-1
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
OUTSOURCING SISTEM INFORMASI
Studi Kasus : Penerapan Outsourcing Sistem Informasi Pada
Perusahaan Microsoft Coorporation
Oleh:
Ista Krisna Marla Lusda
[p056132241.51]
Dosen:
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
MAGISTER MANAJEMEN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
2
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Penerapan Outsourcing Sistem Informasi Pada Perusahaan Microsoft
Coorporation” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai makalah ujian
akhir Triwulan ke-1, mata kuliah Sistem Informasi Manajemen, Program Magister
Manajemen dan Bisnis, MB-IPB. Makalah ini membahas kajian tentang
penerapan outsourcing dalam pengembangan sistem informasi yang
diimplementasikan pada perusahaan IT terkenal, Microsoft Coorporation. Ruang
lingkup pembahasan meliputi outsourcing sistem informasi yang telah diterapkan
oleh Microsoft Coorporation.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan
Penulis. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, Penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas segala bantuan pengajaran dan arahan yang telah
diberikan oleh Bapak Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS). Sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari tingkat sempurna. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, Penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan guna memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya
dalam bidang outsourcing sistem informasi.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
1. PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Tujuan 4
2. DESKRIPSI PERUSAHAAN 5
2.1. Sejarah Microsoft Coorporation 5
2.2. Pendiri Microsoft 6
3. LANDASAN TEORI 9
3.1. Outsourcing 9
3.2. Tipe-Tipe Outsourcing 11
3.3. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Outsourcing 12
4. PEMBAHASAN 15
4.1. Outsourcing Pada Microsoft Coorporation 15
4.2. Kegagalan Outsourcing Pada Microsoft Coorporation 17
KESIMPULAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
4
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya zaman dewasa ini adalah salah satu dampak dari
berkembangnya teknologi. Perkembangan teknologi tersebut tidak dapat
dilepaskan dari fungsi sistem informasi yang menopangnya. Sistem informasi
yang lebih baik adalah suatu sistem terpadu atau kombinasi teratur dari seluruh
elemen yang ada, baik individu, hardware, software maupun jaringaan
komunikasi, untuk meyediakan informasi yang berguna dalam mendukung
kegiatan operasional dan fungsi pengambilan keputusan dari sebuah organisasi.
Sistem informasi yang ada pada teknologi tidak hanya dimanfaatkan manusia
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, melainkan juga dilirik oleh beberapa
perusahaan besar sebagai sebuah peluang untuk mengembangkan perusahaan
menjadi lebih efisien. Sistem informasi dapat membantu segala jenis bisnis dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses bisnis yang dijalankan, pengambilan
keputusan manjerial, kerjasama kelompok kerja hingga dapat memperkuat posisi
kompetitif perusahaan dalam pasar yang dinamis. Strategi yang efisien tentu saja
mengarahkan perusahaan kepada keuntungan yang optimal. Terkait dengan hal
ini, pengelolaan sumber daya informasi memegang peranan penting yang dapat
menunjang suksesnya sebuah bisnis yang digeluti oleh perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan, pengelolaan sumber daya informasi biasanya
disebut dengan Sistem Informasi Sumber Daya Informasi (Information Resources
Information System). Sistem ini merupakan bagian dari sistem informasi yang
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi, memproses,
serta menyediakan informasi dalam format tepat yang akan dipergunakan dalam
proses pengambilan keputusan. Pihak perusahaan dapat menyerahkan tugas
pengembangan dan pelaksanaan serta perawatan sistem informasi kepada pihak
ketiga (outsourcing). Dengan cara lain, perusahaan juga bisa merancang atau
membuat sendiri sistem informasi yang dibutuhkan dan menentukan pelaksana
sistem informasi tersebut (insourcing). Dengan alasan utama peningkatan efisiensi
perusahaan, outsourcing sering ditempuh sebagai jalan untuk menyelesaikan
beberapa masalah yang timbul dalam suatu organisasi teknologi informasi
(kartawijaya, 2003).
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah Penerapan Outsourcing Sistem Informasi Pada
Perusahaan Microsoft Coorporation ini adalah untuk memaparkan outsourcing
dalam sistem informasi manajemen pada Microsoft Coorporation.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
5
2. DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Microsoft Coorporation
Microsoft adalah sebuah perusahaan multinasional Amerika Serikat yang
berkantor pusat di Redmond,Washington, Amerika Serikat yang mengembangkan,
membuat, memberi lisensi, dan mendukung beragam produk dan jasa terkait
dengan komputer. Perusahaan ini didirikan oleh Bill Gates dan Paul Allen pada
tanggal 4 April 1975. Microsoft merupakan pembuat perangkat lunak terbesar di
dunia menurut pendapatannya. Microsoft juga merupakan salah satu perusahaan
paling bernilai di dunia. Perusahan ini berhasil mendominasi pasar sistem
operasi komputer pribadi dengan MS-DOS-nya pada pertengahan 1980-an, diikuti
dengan jajaran sistem operasi Microsoft Windows. Penawaran umum
perdana Microsoft tahun 1986, dan kenaikan tajam harga sahamnya, menciptakan
tiga miliuner dan 12.000 jutawan di kalangan karyawan Microsoft. Sejak 1990-an,
perusahaan ini semakin terdiversifikasi dari pasar sistem operasi dan
telah melakukan sejumlah akuisisi perusahaan. Pada bulan Mei 2011, Microsoft
membeli Skype Technologies senilai $8,5 miliar dan menjadi akuisisi termahal
sepanjang sejarah Microsoft.
Tahun 2012, Microsoft adalah pendominasi pasar sistem operasi PC dan
pasar perangkat lunak perkantoran (bersama Microsoft Office). Perusahaan ini
juga memproduksi serangkaian perangkat lunak untuk desktop dan server, dan
aktif di sejumlah bidang seperti pencarian Internet (Bing), industri permainan
video (konsol Xbox dan Xbox 360), pasar layanan digital (MSN), dan telepon
genggam (Windows Phone OS). Bulan Juni 2012, Microsoft mengumumkan
bahwa mereka akan memasuki pasar vendor PC untuk pertama kalinya melalui
peluncuran komputer tablet Microsoft Surface. Pada tahun 1990-an, para kritikus
mulai menuduh bahwa Microsoft menjalankan praktik bisnis monopolistik dan
strategi anti-persaingan, termasuk penolakan persetujuan dan pengikatan,
membuat batasan yang tidak masuk akal dalam penggunaan perangkat lunaknya,
dan melakukan taktik pemasaran yang tidak representatif; baik Departemen
Kehakiman AS dan Komisi Eropa menyatakan perusahaan ini melanggar
hukum antitrust. Monopoli Microsoft sempat terganggu pada awal tahun 1990-an.
Muncul dua ancaman, yaitu Netscape, sebuah browser internet dan Java, sebuah
bahasa pemrograman komputer. Internet adalah sebuah jaringan di mana
informasi digital, gambar-gambar, suara, teks, dan data-data digital lainnya dapat
dikirim dari satu komputer ke komputer lain. Untuk bisa menggunakan data-data
tersebut, komputer pemakai harus terhubung ke internet dan memiliki program
yang disebut browser. Browser mengambil data digital yang diperoleh lewat
internet dan mengubahnya menjadi gambar atau tulisan yang dapat ditampilkan di
layar komputer atau menjadi suara yang bisa didengarkan melalui speaker.
Namun, browser tidak hanya mampu menampilkan data digital melalui internet,
tetapi juga mampu menjalankan perintah-perintah program perangkat lunak.
Netscape, perusahaan yang menjual browser bernama Navigator pada tanggal 15
Desember 1994, dengan meraih 70 persen pasar browser.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
6
Strategi bisnis Microsoft yang agresif telah mengakibatkan beberapa
penyelidikan pemerintah, termasuk tuntutan hukum federal pada tahun 1998 di
mana Microsoft dinyatakan telah secara ilegal menggunakan kekuatan
monopolinya untuk mengalahkan pesaingnya. Melalui aksi banding dan negosiasi,
Microsoft telah mengurangi pengaruh dari keputusan ini pada pengoperasian
perusahaan dan status keuangannya. Microsoft menjual beragam produk software.
Banyak dari produk tersebut dikembangkan secara internal, misalnya Microsoft
Basic. Beberapa produk dibeli dari pihak lain lalu dimerek ulang oleh Microsoft
untuk distribusinya, seperti Microsoft Project, sebuah program manajemen projek;
Visio, sebuah program pentabelan; DoubleSpace; Virtual PC yang dibeli dari
Connectix; dan bahkan MS-DOS sendiri, yang menjadi awal kesuksesan
Microsoft dalam dunia pembuatan dan pemasaran perangkat lunak.
2.2. Pendiri Microsoft
William Henry Bill Gates III lahir di Seattle, Washington, 28 Oktober 1955,
umur 56 tahun adalah seorang tokoh bisnis, investor, filantropis, penulis asal
Amerika Serikat, serta mantan CEO yang saat ini menjabat sebagai ketua
Microsoft, perusahaan perangkat lunak yang ia dirikan bersama Paul Allen. Gates
menduduki peringkat tetap di antara orang-orang terkaya di dunia dan menempati
peringkat pertama sejak 1995 hingga 2009. Selama karirnya di Microsoft, Gates
pernah menjabat sebagai CEO dan kepala arsitek perangkat lunak, dan masih
menjadi pemegang saham perorangan terbesar dengan lebih dari 8 persen saham
umum perusahaan. Gates termasuk salah seorang pengusaha revolusi komputer
pribadi terkenal di dunia. Beberapa orang dalam industrinya mengkritik taktik
bisnis Gates yang dianggap anti-kompetitif. Pada tahap-tahap akhir karirnya,
Gates melakukan beberapa usaha filantropi dengan menyumbangkan sejumlah
besar dana ke berbagai organisasi amal dan program penelitian ilmiah melalui Bill
& Melinda Gates Foundation yang didirikan tahun 2000. Gates mengundurkan
diri sebagai pejabat eksekutif tertinggi Microsoft pada bulan Januari 2000. Ia
masih menjabat sebagai ketua dan membentuk jabatan kepala arsitek perangkat
lunak. Pada Juni 2006, Gates mengumumkan bahwa ia akan bekerja paruh waktu
di Microsoft dan purna waktu di Bill & Melinda Gates Foundation. Gates secara
bertahap melimpahkan semua pekerjaannya kepada Ray Ozzie, kepala arsitek
perangkat lunak, dan Craig Mundie, pejabat riset dan strategi tertinggi Microsoft.
Hari kerja purna waktu terakhir Gates di Microsoft adalah 27 Juni 2008. Ia masih
bekerja di Microsoft sebagai ketua non-eksekutif.
2.3. Perkembangan Microsoft
Perusahaan ini dijalankan oleh dewan direktur yang terdiri dari orang-orang
luar perusahaan, sebagaimana perusahaan-perusahaan yang diperdagangkan
publik. Anggota dewan direktur Microsoft pada bulan Juni 2010 adalah: Steve
Ballmer, Dina Dublon, Bill Gates (chairman), Raymond Gilmartin, Reed
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
7
Hastings, Maria Klawe, David Marquardt, Charles Noski, dan Helmut Panke.
Anggota dewan dipilih setiap tahun dalam rapat umum pemegang saham tahunan
dengan sistem suara mayoritas. Ada lima komite di dalam dewan yang
bertanggung jawab atas urusan-urusan yang lebih spesifik. Komite-komite
tersebut adalah Audit Committee, yang mengurus akuntansi, termasuk audit dan
pelaporan; Compensation Committee, yang menyetujui kompensasi untuk CEO
dan karyawan perusahaan lainnya; Finance Committee, yang menangani urusan
keuangan seperti mengusulkan merger dan akuisisi; Governance and Nominating
Committee, yang menangani berbagai urusan perusahaan, termasuk pencalonan
anggota dewan; dan Antitrust Compliance Committee, yang berupaya mencegah
perusahaan melanggar hukum antitrust.
Ketika Microsoft membuka diri ke publik dan melakukan penawaran umum
perdana pada tahun 1986, harga saham pembukanya adalah $21. Harga saham
Microsoft mencapai puncaknya pada tahun 1999 di level $119 ($60,928 jika
disesuaikan dengan pembagian). Perusahaan ini mulai menawarkan dividen pada
16 Januari 2003, dimulai dari 8 sen per lembar untuk tahun fiskal, diikuti dengan
dividen 16 sen per lembar pada tahun selanjutnya, berubah dari dividen per tahun
ke per kuartal pada tahun 2005 dengan 8 sen per lembar per kuartal
dan pembayaran sekali khusus sebesar 3 dolar per lembar untuk kuartal kedua
tahun fiskal. Meski perusahaan ini mengalami peningkatan pembayaran dividen,
harga saham Microsoft tetap stabil selama bertahun-tahun. Salah satu taktik bisnis
Microsoft, yaitu "ikuti, perluas, dan hentikan," awalnya mengikuti standar atau
produk yang bersaing, kemudian memperluasnya menjadi versi sendiri yang
kemudian tidak kompatibel dengan standar yang ada, yang pada akhirnya
menghentikan persaingan yang tidak sejalan dengan versi baru Microsoft.
Berbagai perusahaan dan pemerintahan menuntut Microsoft atas taktik ini,
sehingga memunculkan tuntutan hukum senilai miliaran dolar terhadap
perusahaan ini. Microsoft mengklaim strategi awalnya tidak anti-persaingan,
namun hanya berupa penerapan kebijakan mereka untuk mengimplementasikan
fitur-fitur yang diyakini diinginkan pengguna.
Standard and Poor's dan Moody's telah memberikan penilaian AAA kepada
Microsoft yang asetnya bernilai $41 miliar dengan $8,5 miliar dalam bentuk utang
tanpa jaminan. Menanggapi penilaian ini, pada Februari 2011, Microsoft merilis
obligasi perusahaan senilai $2,25 miliar dengan nilai pinjam relatif rendah jika
dibandingkan dengan obligasi pemerintah. Untuk pertama kalinya dalam 20
tahun, Apple Inc. mengalahkan Microsoft dalam hal laba dan pendapatan per
kuartal pada Q1 2011 akibat melemahnya penjualan PC dan kerugian besar
Microsoft Online Services Division (yang mengurus mesin pencari Bing). Laba
Microsoft sebesar $5,2 miliar, sementara Apple $6 miliar, dengan pendapatan
$14,5 miliar dan $24,7 miliar secara berturut-turut. Microsoft Online Services
Division terus merugi sejak 2006 dan pada Q1 2011, divisi ini mengalami
kerugian sebesar $726 juta. Kerugian ini mengikuti kerugian sebesar $2,5 miliar
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
8
pada tahun 2010. Pada tanggal 20 Juli 2012, Microsot mengalami kerugian
kuartal pertamanya, meski mencetak rekor pendapatan untuk kuartal dan tahun
fiskal tersebut. Microsoft melaporkan kerugian bersih sebesar $492 juta; akuisisi
perusahaan periklanan aQuantive pada tahun 2007 dengan nilai $6,2 miliar dan
masalah yang terkait dengannya disebut-sebut sebagai penyebab kerugian ini.
Pada tahun 2004, Microsoft mempekerjakan beberapa firma riset untuk
melakukan studi independen yang membandingkan biaya kepemilikan
total (TCO) Windows Server 2003 dengan Linux. Firma-firma tersebut
menyimpulkan bahwa banyak perusahaan menganggap Windows lebih mudah
digunakan ketimbang Linux, sehingga mereka yang memakai Windows dapat
bekerja lebih cepat dan berujung pada pengeluaran perusahaan yang lebih rendah.
Hal ini memunculkan banyak penelitian terkait; sebuah penelitian oleh Yankee
Group menyimpulkan bahwa memperbarui versi Windows Server ke versi lainnya
membutuhkan biaya lebih sedikit daripada biaya pengalihan dari Windows Server
ke Linux, meski perusahaan-perusahaan yang disurvei mencatat peningkatan
keamanan dan keandalan server Linux dan masalah tentang dipaksa memakai
produk-produk Microsoft. Studi lain yang dirilis oleh Open Source Development
Labs mengklaim bahwa studi Microsoft "kedaluwarsa dan berpihak" dan survei
mereka menyimpulkan bahwa TCO Linux lebih rendah karena pengguna Linux
mengurus lebih banyak server daripada pengguna Windows dan faktor lainnya.
Microsoft menempati peringkat ke-17 dalam Guide to Greener Electronics (edisi
ke-16) keluaran Greenpeace yang membuat daftar 18 perusahaan elektronik
menurut kebijakan mereka terhadap bahan kimia beracun, pendauran ulang, dan
perubahan iklim. Target Microsoft untuk menghentikan pemakaian BFR dan ftalat
di semua produk-produknya adalah tahun 2012, namun komitmen untuk
menghentikan pemakaian PVC masih belum jelas.
Kampus utama Microsoft di Amerika Serikat mendapatkan sertifikasi perak
dari program Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) pada
tahun 2008, dan perusahaan ini memasang lebih dari 2.000 panel surya di atap
gedung-gedungnya di Silicon Valley. Panel surya tersebut menghasilkan sekitar 15
persen total energi yang dibutuhkan Microsoft pada bulan April 2005. Microsoft
memanfaatkan transportasi alternatif. Perusahaan ini menciptakan sistem bus
swasta terbesar di dunia, yaitu "Connector", untuk mengangkut orang-orang dari
luar perusahaan; untuk transportasi di lingkungan perkantoran, "Shuttle Connect"
dioperasikan dengan armada mobil hibrida untuk menghemat bahan bakar.
Perusahaan ini juga mensubsidi transportasi umum regional sebagai insentifnya.
Pada bulan Februari 2010, Microsoft menentang penambahan jalur transportasi
umum tambahan dan lajur kendaraan berpenumpang banyak pada sebuah
jembatan yang menghubungkan Redmond dengan Seattle; perusahaan ini tidak
ingin menunda-nunda lagi pembangunannya. Microsoft menempati peringkat 1
dalam daftar World's Best Multinational Workplaces oleh Great Place to Work
Institute pada tahun 2011.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
9
3. LANDASAN TEORI
3.1. Outsourcing
Menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction to
Information Systems”, outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah
barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi
sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Dalam
kaitannya dengan TI, outsorcing digunakan untuk menjangkau fungsi TI secara
luas dengan mengontrak penyedia layangan eksternal. Outsourcing adalah
pendelegasian operasi dan manajemen operasi serta manajemen harian dari suatu
proses bisnis kepada pihak luar (pihak perusahaan outsourcing). Outsourcing juga
dapat diartikan sebagai penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan
tujuan untuk mendapatkan kinerja pekerjaan yang profesional dan berkelas dunia.
Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses
bisnis tertentu untuk disisipkan dalam operasional bisnis perusahaan secara
keseluruhan outsourcing mempengaruhi suatu organisasi secara keseluruhan
dalam hal bentuk organisasi, pekerja, cara operasional, serta cara pengukuran,
(Indtajit dan Djokopranoto, 2003).
Menurut Indtajit dan Djokopranoto (2003), beberapa alasan perusahaan
untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan
Sistem Informasi Sumberdaya Informasi diantaranya meningkatkan focus
perusahaan, memanfaatkan kemampuan kelas dunia, mempercepat keuntungan
yang diperoleh dari reengineering, membagi resiko sumberdaya sendiri dapat
digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain, memungkinkan tersedianya dana,
menciptakan dana segar, mengurangi dan mengendalikan biaya operational,
memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri, dan memecahkan masalah
yang sulit dikendalikan atau dikelolah.
Keputusan perusahaan untuk melakukan outsourcing dipengaruhi oleh
banyak faktor. Menurut O’brien (2009), ada beberapa alasan perusahan
melakukan outsourcing yaitu :
Meningkatkan fokus perusahaan
Perusahaan dapat fokus pada masalah dan strategi utama dan umum sedangkan
pelaksanaan tugas sehari-hari yang kecil-kecil diserahkan pada pihak ketiga,
sehingga akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika menyerahkan
pengelolaan teknologi informasinya kepada perusahaan yang memiliki
keahlian khusus di bidang teknologi informasi. Dengan meningkatkan fokus
pada bisnis utamanya maka perusahaan juga akan mampu lebih meningkatkan
lagi core competence atau kompetensi utamanya.
Memanfaatkan kemampuan kelas dunia
Pada umumnya, perusahaan outsource mempunyai pengalaman yang cukup
banyak bekerja dengan para kliennya dalam memecahkan masalah yang
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
10
mungkin serupa atau hampir serupa. Sehingga perusahaan akan memiliki
sistem yang memeiliki keunggulan kelas dunia dalam bidangnya.
Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering
Memperbaiki proses di perusahaan sendiri untuk meniru standar perusahaan
kelas dunia memerlukan waktu yang sangat panjang dan sukar. Makin banyak
perusahaan yang mengatasi hal ini dengan melakukan outsourcing agar
mendapatkan hasil langsung dan tanpa risiko.
Membagi risiko
Apabila semua aktivitas dilakukan oleh perusahaan sendiri, semua investasi
yang diperlukan untuk setiap aktivitas tersebut harus dilakukan oleh
perusahaan sendiri pula. Apabila beberapa aktivitas perusahaan dikontrakkan
kepada pihak ketiga, maka risiko akan ditanggung bersama pula.
Memungkinkan tersedianya dana kapital
Outsourcing juga bermanfaat untuk mengurangi investasi dana kapital pada
kegiatan non core. Sebagai ganti dari melakukan investasi di bidang kegiatan
tersebut, lebih baik mengontrakkan sesuai dengan kebutuhan yang dibiayai
dengan dana operasi, bukan dana investasi.
Menciptakan dana segar
Outsourcing, sering kali dapat dilakukan tidak hanya mengontrakkan aktivitas
tertentu pada pihak ketiga, tetapi juga disertai dengan penyerahan/penjualan/
penyewaan aset yang digunakan untuk melakukan aktivitas tertentu tersebut.
Aset tersebut misalnya kendaraan, bengkel, peralatan angkut dan angkat dan
sebagainya. Dengan demikian, akan mengalir masuk dana segar ke dalam
perusahaan. Dana ini akan menambah likuiditas perusahaan dan dapat
dipergunakan untuk maksud-maksud lain yang lebih bermanfaat.
Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi
Salah satu keuntungan yang sangat taktis dari outsourcing adalah
memungkinkan untuk mengurangi dan mengendalikan biaya operasi.
Pengurangan biaya ini dapat dan dimungkinkan diperoleh dari mitra outsource
melalui berbagai hal misalnya spesialisasi, struktur pembiayaan yang lebih
rendah, ekonomi skala besar (economics of scale) dan lain-lain.
Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri
Perusahaan perlu melakukan outsourcing untuk suatu aktivitas tertentu karena
perusahaan tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas tersebut secara baik dan memadai.
Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola
Outsourcing dapat juga digunakan untuk mengatasi pengelolaan hal atau
mengawasi fungsi yang sulit dikendalikan, misalnya birokrasi ekstern yang
sangat berbelit yang harus ditaati oleh perusahaan yang dimiliki negara dalam
menjalankan fungsi pembelian barang dan jasa, yang sulit ditembus dengan
cara-cara biasa. Hal ini mungkin dapat dipecahkan dengan mengkontrakkan
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
11
saja seluruh pekerjaan tersebut pada pihak ketiga, yang berbentuk swasta yang
tidak terikat pada birokrasi tertentu.
3.2. Tipe-Tipe Outsourcing
Dalam pengertian yang luas, outsourcing sekedar diartikan sebagai
penyerahan atau pengontrakan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga. Terdapat
beberapa tipe outsourcing antara lain:
Contracting
Contracting merupakan bentuk penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak
ketiga yang paling sedehana dan merupakan bentuk yang paling lama.
Biasanya ini menyangkut kegiatan sederhana atau jenis layanan tingkat rendah,
seperti pembersihan kantor, pemeliharaan rumput, dan kebun. Langkah ini
adalah langkah berjangka pendek, hanya mempunyai arti taktis. Langkah ini
juga bukan merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengambil posisi
dalam pasar misalnya, tetapi sekedar mencari cara yang praktis saja. Praktis
alam arti menghindari kesulitan dan keruwetan yang tidak perlu dan juga
menghemat tenaga serta biaya. Oleh karena sifat pekerjan yang sangat
sederhana maka pemilihan pemberi jasa bukan merupakan masalah serius,
sebab praktis hampir semua orang atau perusahaan dengan latihan sebentar
dapat melakukan pekerjaan itu. Dari segi biaya, mungkin bukan bagian yang
besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Outsourcing
Outsourcing merupakan penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga
dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja pekerjaan yang professional dan
berkelas dunia. Oleh karena itu, pemilihan pemberi jasa merupakan hal yang
sangat vital. Diperlukan pembrian jasa yang menspesialisasikan dirinya pada
jenis pekerjaan atau aktivitas yang akan diserahkan. Dengan demikian,
diharapkan bahwa kompetensi utamanya juga berada dijenis pekerjaan
tersebut. Disertai pengendalian yang tepat, pemberi jasa diharapkan mampu
member kontribusi dalam meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Oleh karena itu, outsourcing merupakan langkah strategis bagi perusahaan
dalam arti mempunyai kontribusi dalam menentukan hidup matinya dan
berkembang tidaknya perusahaan.
Insourcing
Insourcing merupakan kebalikan dari outsourcing, dimana perusahaan bukan
menyerahkan aktivitas pada perusahaan lain yang dianggap lebih kompeten,
namun justru mengambil atau menerima pekerjaan dari perusahaan lain dengan
berbagai motivasi. Salah satu motivasi yang penting adalah menjaga tingkat
produktivitas dan penggunaan aset yang maksimal agar biaya satuan dapat
ditekan sehingga menjaga dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan
demikian, kompetensi utama perusahaa tidak hanya digunakan oleh perusahaan
sendiri tetapi dapat digunakan perusahaan lain dengan imbalan tertentu. Hal ini
sangat penting, misalnya apabila kapasitas produksi tidak digunakan secara
penuh, ada kapasitas yang menganggur. Insourcing adalah mengoptimalkan
karyawan dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan
kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya.
Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di luar perusahaan secara fulltime, fifty-fifty
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
12
atau temporary. Kompensasi yang diterima juga mengikuti pola tersebut. Artinya
mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan yang menggunakannya, atau
sharing dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal hanya menanggung
selisih gaji. Insourcing juga dapat didefinisikan sebagai transfer pekerjaan dari
satu organisasi ke organisasi lain yang terdapat di dalam negara yang sama. Selain
itu, insourcing dapat pula diartikan dengan suatu organisasi yang membangun
fasilitas atau sentra bisnis baru yang mengkhususkan diri pada layanan atau
produk tertentu. Dalam kaitannya dengan TI, Insourcing atau Contracting
merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak yang ahli (spesialis TI) dalam
bidang tersebut dalam suatu perusahaan. (Sistem Informasi Manajemen, Fitriana Purnamasari, P056132762.49E, 2014)
Co-Sourcing
Co-sourcing merupakan jenis hubungan pekerjaan dan aktivitas, dimana
hubungan perusahaan dan rekanan lebih erat dari sekedar hubungan
outsourcing biasa. Ini misalnya terjadi dalam hal staf spesialis perusahaan
diperbentukan kepada rekanan pemebri jasa karena langkanya keahlian yang
diperlukan atau karena perusahaan tidak mau kehilangan spesialis tersebut.
Melalui cara ini, keberhasilan pekerjaan seakan-akan menjadi tanggungjawab
bersama, termasuk juga resiko ketidak berhasilan.
Benefit-based-relationship
Benefit-based-relationship merupakan hubungan outsourcing dimana sejak
semula kedua belah pihak mengadakan investasi bersama, dengan pembagian
pekerjaan tertentu. Dengan demikian kedua belah pihak betul-betul saling
mendukung dan sebaliknya juga saling tergantung. Kedua belah pihak
mendapat pembagian keuntungan berdasarkna formula yang disetujui bersama.
Kedua bentuk terakhir ini, yaitu co-sourcing dan benefit-based-relationship
adalah bentuk-bentuk yang baru. Oleh karena itu, masih dalam tahap percobaan
dan pengembangan.
3.3. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Outsourcing
Sistem outsourcing memiliki keuntungan sehingga banyak perusahaan
menggunakan jasa vendor untuk melakukan outsourcing pada perusahaannnya
dalam rangka meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi
yang efektif dan efisien, tetapi, sistem outsourcing juga memiliki
kelemahan. Keputusan perusahaan untuk menggunakan outsourcing ditentukan
oleh faktor kemampuan sumber daya perusahaan. Metode outsourcing cocok
digunakan jika kebutuhan pembangunan TI bukan merupakan core competensi
perusahaan tetapi proyek besar yang membutuhkan keahlian IT yang tinggi.
Adapun kelebihan Outsourcing antara lain :
Kelebihan Outsourcing
Perusahaan dapat fokus pada core business-nya dengan tetap menikmati nilai-
nilai positif dari sistem dan teknologi informasi
Teknologi yang maju. IT outsourcing memberikan akses kepada organisasi
klien berupa kemajuan teknologi dan pengalaman personil.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
13
Waktu yang digunakan menjadi lebih singkat untuk ketetapan dalam organisasi
Dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan personil IT yang handal
Biaya variabel dapat diubah menjadi biaya tetap dan membuat biaya variabel
menjadi lebih mudah diprediksi dan perusahaan dapat menentukan tingkatan
kualitas yang ingin dicapainya.
Akses kepada hak-hak intelektual dan pengalaman dan pengetahuan yang luas
karena Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini
dan pihak outsourcer memilikinya.
Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan
sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli di
bidang tersebut. vendor dapat menyediakan solusi menggunakan personilnya,
infrastruktur, jasa pengintegrasian, dan jasa pendukung. Vendor yang
berpengalaman khususnya jenis jasa, banyak menguji sistem dan permasalahan
potensial sehingga dapat diantisipasi lebih baik.
Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi
dan transfer pengetahuan yang dimiliki oleh outsourcer.
Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi.
Meminimalkan risiko kegagalan investasi yang mahal
Katalisator dalam melakukan sebuah perubahan besar yang mungkin tidak
dapat diperoleh jika dilakukan sendiri oleh internal perusahaan.
Meminimalkan resiko melalui sharing risk kepada pihak ketiga.
Penggunaan sumber daya Sistem Informasi belum optimal. Jika ini terjadi,
perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat-
saat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak
dimanfaatkan pada waktu yang lainnya
Kelemahan outsourcing
Disamping keunggulan yang telah disampaikan di atas, penerapan metode out-
sourcing ini juga memiliki kelemahan, diantaranya :
Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya
peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan
atau pembocoran informasi perusahaan.
Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem
dalam perusahaan tersebut.
Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi
sepenuhnya dilakukan oleh vendor.
Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena
pengembangan perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan perusahaan
umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem.
Dapat terjadi ketergantungan kepada konsultan.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
14
Manajemen perusahaan membutuhkan proses pembelajaran yang cukup lama
dan perusahaan harus membayar lisensi program yang dibeli sehingga ada
konsekuensi biaya tambahan yang dibayarkan.
Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi
ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan.
Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. Mungkin saja pihak
outsourcer tidak fokus dalam memberikan layanan karena pada saat yang
bersamaan harus mengembangkan sistem informasi klien lainnya.
Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di-outsource-kan.
Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus segera ditangani jika terjadi
gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika
aplikasi ini di-outsource-kan karena kendali ada pada outsourcer yang harus
dihubungi terlebih dahulu.
Jika kekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak
kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
15
4. PEMBAHASAN
4.1. Outsourcing Pada Microsoft Coorporation
Teknologi tidak lagi merupakan pemikiran terakhir dalam membentuk
strategi bisnis, tetapi merupakan penyebab dan penggerak yang sebenarnya. Peran
utama aplikasi sistem informasi dalam bisnis adalah untuk memberikan dukungan
yang efektif atas strategi perusahaan agar dapat memperoleh keunggulan
kompetitif diluar perusahaan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang
terdapat didalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat bertahan hidup dan
berhasil dalam jangka panjang hanya jika perusahaan tersebut berhasil
mengembangkan strategi tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan
dalam industrinya. Sumberdaya-sumberdaya yang terdapat diluar perusahaan yang
diantaranya, sumber daya data calon pelanggan dan pelanggan, sumber daya data
pemasok, sumber daya informasi, sumber daya data pesaing atau kompetitor, dan
atau sumber daya lainnya yang terkait hubungannya dengan keunggulan
perusahaan yang berada diluar perusahaan (outsource). Outsourcing dapat berupa
meminta pihak ketiga untuk melaksanakan proses pengembangan sistem
informasi termasuk pelaksana sistem informasi. Pihak perusahaan menyerahkan
tugas pengembangan dan pelaksanaan serta maintenance sistem kepada pihak
ketiga. Menurut O’Brien dan Marakas (2006), beberapa pertimbangan perusahaan
untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan
Sistem Informasi Sumberdaya Informasi diantaranya:
1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi.
2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilakukan sangat tinggi.
3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan.
4. Faktor waktu atau kecepatan.
5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu
yang cukup lama.
6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan
terampil.
Secara tidak langsung, pengembangan sistem informasi bertujuan untuk
memberikan kemudahan dalam penyimpanan informasi, mengurangi biaya dan
menghemat waktu, meningkatkan pengendalian, mendorong pertumbuhan,
meningkatkan produktifitas serta profitabilitas perusahaan. Selain itu,
pengembangan sistem juga sering terbentur oleh sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan, sehingga harus dipilih pihak yang tepat dalam melaksanakannya.
Pilihan tersebut harus dilihat dan disesuaikan dengan sumberdaya perusahaan dan
kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pihak pengembang sistem
informasi.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
16
Sebagai perusahaan besar dan bergerak dibidang IT, Microsoft juga pernah
melakukan outsourcing sistem informasi. Microsoft melakukan outsourcing
berupa mengadakan kerja sama dengan salah satu perusahaan IT di China. Seperti
yang diketahui, perusahaan China memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan, terutama di bidang teknologi dan informasi. Dengan membaca
potensi tersebut, Microsoft menggunakan strategi outsourcing untuk memajukan
perusahaannya. Outsourcing yang dilakukan oleh Microsoft dan perusahaan kecil
di China tersebut berupa pengembangan sistem software yang diciptakan oleh
Microsoft. Microsoft sebagai vendor besar, merekrut perusahaan kecil di China
sebagai pihak ketiga yang melalukan pengembangan software yang diciptakan
oleh Microsoft dan melakukan penilaian kualitas terhadap software tersebut.
Dengan penilaian dari pihak luar, Microsoft berharap hasil dari penilaian tersebut
menjadi lebih objektif dan pengembangan terhadap software tersebut dapat
melebihi ekspektasi yang diharapkan.
Dengan melakukan outsourcing, Microsoft mendapat beberapa keuntungan.
Dengan menyerahkan penanganan pengembangan salah satu software kepada
pihak lain, maka Microsoft punya waktu lebih banyak sehingga dapat fokus dan
mengonsentrasikan diri pada pengembangan bisnis dan software lain. Selain itu,
penanganan sofware, dan maintenance system tersebut merupakan tanggung
jawab pihak pihak ketiga, sehingga Microsoft dapat melakukan penghematan
waktu proses. Sistem informasi dengan outsourcing ini juga memberikan
kemudahan akses bagi Microsoft di pasar global dan resiko kegagalan terhadap
pengembangan software dan biaya teknologi yang semakin meningkat, akan lebih
menguntungkan bagi Microsoft jika menyerahkan pengembangan sistem
informasi kepada outsourcer agar tidak mengeluarkan investasi tambahan. Dari
sisi efisiensi biaya, penggunaan outsourcing dalam pengembangan software,
mengakibatkan penghematan biaya pengembangan dan maintenance yang cukup
signifikan sehingga dana tersebut dapat dialokasikan untuk meningkatkan kas
dalam aset perusahaan karena tak perlu ada aset untuk teknologi informasi serta
memfasilitasi downsizing sehingga perusahaan tak perlu memikirkan pengurangan
pegawai.
Menurut Millar (1994) dalam Rudy dan Mary, terdapat empat tipe dasar
pengaturan outsourcing, yaitu :
General Outsourcing
General outsourcing terdiri dari tiga alternatif, antara lain selective
outsourcing, dimana satu area aktifitas SI diberikan kepada pihak ketiga
misalnya operasional pusat basis data; value added outsourcing, dimana
beberapa area aktifitas SI diberikan kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat
memberikan dukungan pada tim SI internal sehingga dapat meningkatkan
efektifitas; cooperative outsourcing, dimana beberapa aktifitas SI yang dipilih
dilakukan oleh pihak ketiga dan tim SI internal secara bersama-sama.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
17
Transitional Outsourcing
Untuk tipe ini, biasanya melibatkan migrasi dari satu platform ke platform
lainnya dan terdiri dari tiga fase, yaitu manajemen dari sistem lama, transisi ke
teknologi baru, manajemen dari sistem baru
Business Process Outsourcing
Merupakan suatu hubungan outsourcing dimana pihak ketiga bertanggung
jawab dalam melaksanakan seluruh fungsi bisnis perusahaan. Biasanya
dilakukan oleh pemerintah, jasa keuangan (bank dan perusahaan asuransi),
transportasi dan perusahaan logistik.
Business Benefit Contracting
Tipe ini mengacu pada kontrak perjanjian yang menyebutkan bahwa pihak
ketiga berkontribusi dalam memberikan benefit bagi perusahaan dan dibayar
berdasarkan benefit yang diberikan. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan
antara benefit yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dan bersama-sama
menanggung resikonya. Pada Microsoft, pengembangan software yang
dilakukan dengan pihak ketiga adalah outsourcing tipe ini.
Besarnya resiko dan permasalahan ketika melakukan outsourcing sistem
informasi membutuhkan fokus tersendiri dari perusahaan, terutama bagi Microsoft
yang merupakan vendor besar dalam bidang IT. Dalam implementasinya, ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan perusahaan dalam memilih outsourcing
seperti biaya yang sangat tinggi, resiko tidak kembalinya investasi yang sangat
tinggi, ketidakpastian untuk mendapat sistem yang tepat sesuai yang diinginkan,
waktu pengerjaan, proses pembelajaran sistem baru membutuhkan waktu yang
lama
4.2. Kegagalan Outsourcing Pada Microsoft Coorporation
Persaingan yang sedemikian keras di dunia bisnis telah memaksa
perusahaan untuk berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan
produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya (core competence).
Dengan melakukan focus tersebut, niscaya akan dapat dihasilkan sejumlah produk
dan jasa yang memiliki kualitas andal dan memiliki daya saing tinggi di pasar
global. Konsekuensi logis dari strategi tersebut adalah keputusan pimpinan
perusahaan atau manajemen untuk mengalihdayakan atau menyerahkan proses-
proses yang bukan merupakan core competence perusahaan tersebut ke pihak lain.
Sebagai hasilnya, timbullah outsourcing, yaitu usaha untuk mengontrakkan suatu
kegiatan pada pihak luar untuk memperoleh layanan pekerjaan yang dibutuhkan.
Outsourcing adalah alternatif dalam melakukan pekerjaan sendiri. Tetapi
outsourcing tidak sekadar mengontrakkan secara biasa, tetapi jauh melebihi itu.
Menurut definisi dari Maurice Greaver yang dikutip oleh Yasar (2008),
outsourcing dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas
perusahaan dan hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
18
provider), dimana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerjasama. Dapat juga
dikatakan outsourcing sebagai penyerahan kegiatan perusahaan baik sebagian
ataupun menyeluruh kepada pihak lain yang tertuang dalam kontrak perjanjian.
Penyerahan kegiatan ini dapat meliputi bagian produksi, beserta tenaga kerjanya,
fasilitas, peralatan, teknologi, dan asset lain serta pengambilan keputusan dalam
kegiatan perusahaan. Penyerahan kegiatan ini kepada pihak lain merupakan hasil
dari keputusan internal perusahaan yang bertujuan meningkatkan kinerja agar
dapat terus kompetitif dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan teknologi
global.
Menurut Prapti (2007), ada beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan
dalam melakukan outsourcing, yaitu dengan melihat risiko dan manfaat yang
diperoleh dari outsourcing. Alasan utama melakukan outsourcing adalah untuk
mengurangi biaya operasi TI dan memperbaiki efisiensi. Vendor mungkin dapat
mencapai skala ekonomi yang tidak dapat dicapai oleh klien (perusahaan yang
meng-outsource-kan), sehingga vendor mampu memberikan harga yang lebih
rendah dibanding jika perusahaan melakukan insourcing. Alasan kedua adalah
adanya akses terhadap competencies dan keahlian TI, dan fleksibilitas dalam
pengelolaan Sumberdaya TI. Untuk perusahaan-perusahaan seperti itu keputusan
outsourcing memberikan kemudahan untuk mengakses tenaga kerja yang ahli.
Namun, dapat juga ini digunakan sebagai alasan menghindari pengeluaran untuk
seleksi dan training yang sangat mahal.
Currie dan Wilcocks (1998) dalam Prapti (2007), membagi outsourcing
menjadi empat tipe yaitu: total outsourcing, multiple-supplier sourcing, joint
venture/strategic alliances sourcing, dan insourcing.
Total outsourcing, lebih dari 70%-80% fasilitas TI di-outsource, biasanya
untuk supplier tunggal. Kontrak berkisar antara 5-10 tahun. Asumsi yang
mendasari adalah partnership antara klien dan supplier (Henderson, 1990
dalam Currie dan Wilcocks, 1998 dalam Prapti, 2007).
Multiple-supplier sourcing, merupakan kesepakatan dengan suppliernya
mengenai prosedur dan kebijkan bagaimana masing-masing pihak
bekerjasama, biasanya tidak lebih dari 5 tahun.
Joint venture/strategic alliances sourcing. Joint venture didasarkan pada
pembagian risiko atau reward, meliputi seleksi terhadap supplier TI.
Keuntungan joint venture adalah mengurangi risiko dari supplier tunggal atau
kontrak outsourcing dengan multiple-supplier.
Insourcing. Pilihan ini untuk mempertahankan sentralisasi departemen IT dan
manajemen insource serta kapabilitas teknikal berkenaan dengan meningkatnya
pekerjaan IT. Lama kontrak yang terjadi mungkin hanya berkisar 3 bulan
hingga satu tahun.
Terdapat beberapa kelemahan dalam penerapan outsourcing yang dirasakan
oleh Microsoft, antara lain Microsoft menjadi kehilangan kendali atau kontrol
terhadap sistem software dan data yang dilimpahkan kepada perusahaan China
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
19
karena bisa saja pihak outsourcer menjual data ke pesaing. Microsoft juga tidak
ini menjadi sangat bergantung pada pihak luar dalam pengembangan software
tersebut sehingga sangat sulit bagi Microsoft untuk mengambil alih kembali
sistem yang sedang berjalan terutama apabila ada kerusakan/gangguan mendadak
ataupun permasalahan-permasalahan lain terhadap sistem informasi perusahaan.
Microsoft juga merasakan tidak ada transfer pengetahuan dari pihak perusahaan
China terhadap Microsoft. Hal ini tentu saja memungkinkan timbulnya peluang
penyalahgunaan sistem informasi seperti pembajakan atau pembocoran informasi
perusahaan serta timbulnya resiko tidak kembalinya investasi yang telah
dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan.
Microsoft juga merasa bahwa strategi pengembangan sistem software
dengan menggunakan outsourcing ini ternyata mengurangi keunggulan kompetitif
Microsoft karena semua hal mengenai pengembangan sistem software tersebut
diserahkan kepada perusahaan lain. Tentu saja selalu ada kemungkinan bahwa
Microsoft akan kehilangan banyak kendali dalam pengambilan keputusan
terhadap software tersebut. Microsoft juga merasa akan kehilangan kesempatan
untuk belajar membangun dan mengoperasikan aplikasi sistem informasi tersebut.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka Microsoft menarik kembali kerjasama yang
dilakukan dengan pihak perusahaan IT di China.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
20
KESIMPULAN
Sistem informasi dan perusahaan merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Sistem informasi harus disesuaikan dengan proses bisnis
perusahaan agar dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh suatu bagian
tertentu pada perusahaan tersebut. Pada saat yang sama, perusahaan juga harus
waspada dan terbuka terhadap pengaruh sistem informasi supaya mendapat
keuntungan dari teknologi baru. Perusahaan harus berhati-hati dalam hal
pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat. Kesalahan di
dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan serta
waktu yang terpakai akan menjadi sia-sia. Perusahaan dapat membandingkan
advantage dan disadvantage dari ketiga alternatif tersebut. Masing-masing
metode memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Pemilihan terhadap salah
satu metode pengembangan sistem informasi tersebut dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya ketersediaan dana dan kemampuan tenaga kerja. Kunci utama
dalam kesuksesan outsourcing adalah pemilihan vendor yang tepat (choose the
right vendor) karena outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga
penunjukkan vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi sangat krusial
baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun tujuan finansial.
Ista Krisna Marla Lusda P056132241. 51
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Membandingkan Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing
dan Insourcing. http://www.scribd.com/doc/39417324/
Anonim. IS Outsourcing and Insourcing. Melalui : http://www.pacis-
net.org/file/1997/3.pdf [Diakses pada tanggal 20 Maret 2014]
Anonim. Outsourcing and Offshoring. Melalui :
http://isdsclass.bus.lsu.edu/isds3105/3105c/outsourcing.html [Diakses pada
tanggal 19 Maret 2014]
Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto. 2003. Proses Bisnis
Outsourcing. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Maurice F. Greaves II. 1999. Strategic Outsourcing, a Struktured Approach to
Outsourcing Decisions and Initiatives. USA: Amerika Management
Association.
Mc Leod Jr, Rymond. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa
Indonesia Jilid 2. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta.
O’Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial.
Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta.
O’Brien, J.A. & Marakas, G.M. (2006). Introduction to Information Systems, 7th
Ed., McGraw-Hill/Irwin. New York
O’Brien, J. A. and G. M. Marakas. 2010. Introduction to Information Systems,
fifteenth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc
O’Brien, James A. dan Marakas, George M. 2011. Management Information
Systems, 10th Edition. McGraw-Hill/ Irwin : New York.
Pasaribu F.T.P. 2010. Outsourcing, Insourcing & Selfsourcing. Melalui :
http://ferry1002.blog.binusian.org/?p=128&repeat=w3tc#comments
[Diakses pada tanggal 21 Maret 2014]
Prapti, MS. 2007. Lebih dari Sekedar Outsourcing : Pengelolaan Teknologi
Informasi sebagai Value Center. Manajemen Usahawan Indonesia, Volume
XXXVI No 2, Februari 2007, Hal 49-55.
Raharjo. B. 2002. Memahami Teknologi Informasi. PT. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Rahardjo, B. 2006. Kesulitan Outsourcing di Indonesia. Melalui :
http://rahard.wordpress.com/2006/ 02/25/kesulitan-outsourcing-di-
indonesia/ [Diakses pada tanggal 19 Maret 2014]
WP – Taming the Data Center. Melalui :
http://www.newworldready.com/downloads/wp-taming_the_data_center.pdf
[Diakses pada tanggal 20 Maret 2014]
Yasar, I. 2008. Sukses Implementasi Oursourcing. Penerbit PPM, Jakarta.