perjanjian kerja dengan tk outsourcing

34
BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA A. Pengertian Outsourcing Persaingan dalam dunia bisnis antara perusahaan, membuat perusahaan harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi terhadap kompetensi utama dari perusahaan, akan dihasilkan sejumlah produk dan jasa memiliki kualitas yang memiliki daya saing di pasaran. Dalam iklim perusahaan yang makin ketat, perusahaan berusaha untuk melakukan efesiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu solusinya adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan bersangkutan. Universitas Sumatera Utara

Upload: now01

Post on 25-Jul-2015

85 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

BAB II

PERJANJIAN KERJA DENGAN

SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

A. Pengertian Outsourcing

Persaingan dalam dunia bisnis antara perusahaan, membuat perusahaan

harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan

jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

terhadap kompetensi utama dari perusahaan, akan dihasilkan sejumlah produk dan

jasa memiliki kualitas yang memiliki daya saing di pasaran.

Dalam iklim perusahaan yang makin ketat, perusahaan berusaha untuk

melakukan efesiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu solusinya

adalah dengan sistem outsourcing, dimana dengan sistem ini perusahaan dapat

menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang

bekerja di perusahaan bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian

beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia

jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi

serta kreteria yang telah disepakati oleh para pihak.23

Outsourcing (Alih Daya) dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia

diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja

pengaturan hukum outsourcing (Alih Daya) di Indonesia diatur dalam Undang-

Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (pasal 64, 65 dan 66) dan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perjanjian Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja/Buruh dan Kepmenakertrans No. 220/Men/X/2004 tentang

Syarat-syarat Penyerahan Sebagai Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan

lain.

Outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab

tenaga kerja dari perusahaan induk keperusahaan lain diluar perusahaan induk.

Perusahaan diluar perusahaan induk bias berupa vendor, koperasi ataupun instansi

lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi

ketenagakerjaan biasa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non

core business unit) atau secara praktek semua lini kerja bias dialihkan sebagai unit

outsourcing.

24

23 Tunggal. Iman Sjahputra, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan, Harvarindo, Jakarta,2009, hlm 308. 24 Ibid, hlm 334.

Pengaturan tentang outsourcing (Alih Daya) ini sendiri masih dianggap

pemerintah kurang lengkap.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2006 tentang paket kebijakan Iklim Investasi

disebutkan bahwa outsourcing (Alih Daya) sebagai salah satu faktor yang harus

diperhatikan dengan serius dalam menarik iklim investasi ke Indonesia. Bentuk

keseriusan pemerintahan tersebut dengan menugaskan menteri tenaga kerja untuk

membuat draft revisi terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

Outsourcing tidak dapat dipandang secara jangka pendek saja, dengan

menggunakan outsourcing perusahaan pasti akan mengeluarkan dana lebih

sebagai management fee perusahaan outsourcing. Outsourcing harus di pandang

secara jangka panjang, mulai dari pengembangan karir karyawan, efisiensi dalam

bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya. Perusahaan dapat focus pada

kompetensi utamanya dalam bisnis, sehingga dapat berkompetisi dalam pasar,

dimana hal-hal intern perusahaan yang bersifat penunjang (supporting) dialihkan

kepada pihak lain yang lebih professional. Pada pelaksanaannya, pengalihan ini

juga menimbulkan beberapa permasalahan terutama masalah ketenagakerjaan.

B. Dasar Hukum Sistem Outsourcing Di Indonesia

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

memberikan peluang kepada perusahaan untuk dapat menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaan di dalam perusahaan, kepada perusahaan lainnya melalui:

1) pemborongan pekerjaan, atau 2) perusahaan penyedia jasa pekerjaan (PPJP).

Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, kedua bentuk kegiatan dimaksudkan

dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat dimaksud antara lain,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

wajib dilaksanakan melalui perjanjian yang dibuat secara tertulis. Sedangkan

perusahaan penerima pekerjaan tersebut harus berbadan hukum, juga terdaftar

pada instansi ketenagakerjaan.

Dalam khasanah hukum Indonesia, pemborongan pekerjaan dan

pemberian jasa, bukan merupakan sesuatu yang baru. KUHPerdata sejak seabad

yang lalu malah lebih arif menyikapi kenyataan ini. KUHPerdata mengakui dan

memberi tempat, bahkan melindungi hak perorangan untuk menjadi pemborong

pekerjaan. Dalam KUHPerdata, pelaksanaan diatur dan dibedakan lebih lanjut,

antara pemborongan pekerjaan yang dilakukan dengan hanya menyediakan jasa

tenaga kerja saja atau dengan menyediakan bahannya. Ketentuan seperti ini tidak

diatur lagi dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Hal ini menunjukkan, bahwa

Undang-Undang Ketenagakerjaan melihat kenyataan sosial yang berkembang di

dalam masyarakat, sehingga tidak membuka lagi peluang kepada perusahaan yang

tidak berbadan hukum untuk melakukan kegiatan pemborongan pekerjaan atau

penyedia jasa pekerja, yang pada umumnya perusahaan menengah kebawah,

kecuali di tempat ini memang benar-benar tidak ada perusahaan dimaksud yang

berbadan hukum.

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lain yang berbadan hukum, melalui pemborongan pekerjaan.

Perjanjian pemborongan pekerjaan dilakukan dengan syarat-syarat sebagai

berikut: a) dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, b) dilakukan dengan

perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, c) merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan d) tidak menghambat

proses produksi secara langsung.

Perusahaan yang mendapat borongan pekerjaan, dan menyerahkan lagi

sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain, untuk itu perusahaan pemborongan

yang terakhir boleh tidak berbadan hukum. Penyimpangan bahwa perusahaan

boleh tidak berbadan hukum, juga dapat dilakukan apabila di suatu daerah tidak

terdapat perusahaan pemborong pekerjaan yang berbadan hukum atau yang tidak

memenuhi kualifikasi untuk dapat melakukan pekerjaan (Kepmenakertrans No.

KEP 220/MEN/X/2004).

Untuk mengantisipasi kontra yang terjadi dalam penggunaan outsourcing,

maka dibuat Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

khususnya Bab IX tentang hubungan kerja, yang didalamnya terdapat pasal-pasal

yang terkait langsung dengan outsourcing. Berikut dijabarkan isi dari undang-

undang tersebut:

Pasal 50

Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan

pekerja/buruh.

Pasal 51

(1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.

(2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 52

(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

a. kesepakatan kedua belah pihak; b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan. (3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.

Pasal 53

Segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian

kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha.

Pasal 54

(1) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat: a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; c. jabatan atau jenis pekerjaan; d. tempat pekerjaan; e. besarnya upah dan cara pembayarannya; f. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. (2) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat sekurang kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja. Pasal 55 adalah:

Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas

persetujuan para pihak.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Selanjutnya pada Pasal 56-59 Undang No. 13 Tahun 2003 mengatur

tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ketentuan pasal sebagai berikut

Pasal 56

(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.

(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

didasarkan atas:

a. jangka waktu; atau

b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.

Pasal 57

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. (3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Pasal 58

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa

percobaan kerja.

(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan

batal demi hukum.

Pasal 59

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifatnya atau kegiatannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : 1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

2. Pekerjaan yang diperirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

3. Pekerjaan yang bersifat musiman 4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau

produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. (2) Pekerjaan untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang

bersifat tetap. (3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui (4) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu

tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu palingg lama 1 (satu) tahun.

Pasal 60 – 63, Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) ketentuan

pasal sebagai berikut:

Pasal 60

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa

percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.

(2) Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.

Pasal 61

(1) Perjanjian kerja berakhir apabila: a. pekerja meninggal dunia; b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja. (2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah. (3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh. (5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/ buruh berhak mendapatkan hak haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Pasal 62

Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka

waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya

hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61

ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi

kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya

jangka waktu perjanjian kerja.

Pasal 63

(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka

pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang

bersangkutan.

(2) Surat pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang

kurangnya memuat keterangan:

a. nama dan alamat pekerja/buruh;

b. tanggal mulai bekerja;

c. jenis pekerjaan; dan

d. besarnya upah.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Selanjutnya pada Pasal 64-66 (outsourcing) Undang-Undang No. 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ketentuan pasal sebagai berikut:

Pasal 64

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan

lainnya melalui perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.

Pasal 65

(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.

(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi

pekerjaan c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung

(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum.

(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakan.

(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59.

(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

Pasal 66 Undang No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa Penyediaan jasa

pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai

berikut: Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia

jasa pekerja/buruh; Pasal 1 ayat (15), “Hubungan kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai

unsure pekerjaan, upah, dan perintah.”

Pekerjaan dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan

oleh pemberi kerja melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan

langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau

kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

Ketentuan Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan dan

putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004, menjadi legitimasi tersendiri bagi

keberadaan outsourcing di Indonesia. Artinya, secara legal formal, sistem kerja

outsourcing memiliki dasar hukum yang kuat untuk diterapkan. Keadaan

demikian yang membuat pengusaha menerapkan sistem ini.

Dmuatnya ketentuan outsourcing pada Undang-undang Tenaga Kerja

dimaksudkan untuk mengundang para investor agar mau berinvestasi di

Indonesia. Penggunaan outsourcing seringkali digunakan sebagai starategi

kompetisi perusahaan untuk fokus pada core business-nya. Namun, pada

prakteknya outsourcing didorong oleh keinginan perusahaan untuk menekan cost

hingga serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan berlipat ganda walupun

seringkali melanggar etika bisnis yaitu bahwa pekerja merupakan stakeholder di

perusahaan yang juga memiliki hak untuk memperoleh keuntungan dari hasil

kerjanya di perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya adalah, ketentuan

bahwa perlindungan dan syarat-syarat kerja bagi pekerja yang bekerja pada

perusahaan penerima kerja, sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja

dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan perundang-undangan mewajibkan pengusaha untuk membuat

alur kegiatan proses produksi pelaksanaan pekerjaan, dan menetapkan pekerjaan

yang utama dan penunjang, untuk selanjutnya dilaporkan kepada instansi

ketenagakerjaan setempat. Untuk itu perlu disusun suatu daftar pekerjaan yang

menjadi pekerjaan utama dan yang bersifat terus-menerus didalam perusahaan.

Memang untuk pertamakali mungkin hal ini tidak mudah dikerjakan, tetapi

apabila hal ini dapat diselesaikan dengan baik, kedepan akan sangat membantu

perusahaan dalam melakukan penyerahan pekerjaan kepada pihak ketiga

(KEPMENAKERTRANS No. KEP.220/MEN/X/2004).

Agar daftar pekerjaan dimaksud mendapat legalisasi hukum yang kuat,

daftar tersebut dimasukkan kedalam peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian

kerja bersama (PKB). Melalui pengesahan peraturan perusahaan atau pendaftaran

perjanjian kerja bersama, maka instansi ketenagakerjaan telah ikut mengetahui,

adanya bentuk kegiatan dimaksud di dalam perusahaan. Dengan demikian, dapat

menjadi alat bukti yang kuat, apabila kelak terjadi perselisihan.

Untuk membantu kita dalam membuat daftar dimaksud, Undang-Undang

Ketenagakerjaan telah memberi contoh tentang kegiatan jasa penunjang atau

kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi

pekerja (catering), usaha tenaga pengaman (security), usaha jasa penunjang di

pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja

(transportation). Dengan contoh ini dapat dilakukan inventarisasi yang lebih jauh

sesuai dengan sifat keadaan masing-masing perusahaan.

Hal kedua yang harus dicermati, perusahaan harus menjaga untuk tidak

melakukan perjanjian penyerahan pekerjaan, kepada perusahaan yang tidak

berbadan hukum. Menurut hukum, perseroan terbatas dan koperasi yang

merupakan badan hukum dibidang ekonomi. Untuk lebih mengamankan posisi

perusahaan, pekerjaan itu dapat diserahkan kepada koperasi pekerja yang telah

berbadan hukum. Dengan melakukan langkah ini perusahaan akan mendapat

perlindungan ganda dari para pekerja. Pertama, dengan penyerahan sebahagian

pekerjaan kepada koperasi pekerja, mereka tentunya mendukung langkah yang

dilakukan pengusaha, sehingga perusahaan aman dalam melaksanakannya. Kedua,

mereka ikut menikmati kebijakan perusahaan tersebut, dengan memperoleh

kesejahteraan melalui koperasi pekerja, sehingga mereka merasa perlu ikut

mengamankan kegiatan dimaksud.

Hal ketiga yang harus diperhatikan dalam penyerahan sebahagian

pekerjaan kepada perusahaan lain, dalam pembuatan perjanjian wajib dibuat

secara tertulis. Khususnya dalam membuat perjanjian dengan Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja, ditentukan sekurang-kurangnya perjanjian memuat:

a) jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja dari perusahaan penyedia

jasa, b) penegasan bahwa melakukan pekerjaan, hubungan kerja yang terjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerja yang dipekerjakan

perusahaan penyedia jasa sehingga perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-

syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja, dan c) penegasan bahwa Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja

bersedia menerima pekerja dari Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja sebelumnya

untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi kerja

dalam hal terjadi penggantian Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja. Perjanjian

dimaksud, didaftarkan pada instansi ketenagakerjaan di wilayah berlakunya

perjanjian dimaksud (Kepmenakertrans Nomor. KEP.101/MEN/VI/2004).

C. Perjanjian Kerja Dengan Sistem Outsourcing di Indonesia

Bentuk hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan dimakud, diatur

dalam perjanjian kerja secara tertulis antar perusahaan penerima pekerjaan dengan

pekerja yang dipekerjakan, yang dapat didasarkan atas PKWTT atau PKWT,

sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Apabila ketentuan sebagai badan hukum

dan/atau tidak dibuatnya perjanjian secara tertulis tidak dipenuhi, demi hukum

status hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan penerima pemborongan

beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan pemberi

pekerjaan. Hal itu, menyebabkan hubungan kerja beralih antara pekerja dengan

perusahaan pemberi kerja, dapat berupa waktu tertentu atau untuk waktu tidak

tertentu, tergantung pada bentuk perjanjian kerjanya semula (Pasal 64 dan 65

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Pengusaha yang memasok penyediaan tenaga kerja kepada perusahaan

pemberi kerja untuk melakukan pekerjaan dibawah perintah langsung dari

perusahaan pemberi kerja, disebut dengan perusahaan penyedia jasa pekerja.

Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja wajib berbadan hukum dan memiliki izin dari

instansi ketenagakerjaan. Apabila tidak dipenuhi ketentuan sebagai Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja, demi hukum status hubungan kerja antara pekerja dan

Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja

dan perusahaan pemberi pekerjaan.

Pekerja dari Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja tidak boleh digunakan oleh

pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang

berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa

penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses

produksi. Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja untuk kegiatan jasa penunjang atau

kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi

dipersyaratkan: a) adanyan hubungan kerja antara pekerja dan Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja, b) perjanjian kerja dapat berupa PKWT atau PKWTT yang

dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, c) perlindungan

upah dan kesejateraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi

tanggung jawab Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, dan d) perjanjian antara

perusahaan pengguna jasa pekerja dan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, dibuat

secara tertulis sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Yang dimaksud kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak

berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan

di luar usaha pokok suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: pelayanan

kebersihan, penyediaan makanan bagi pekerja, tenaga pengaman, jasa penunjang

di pertambangan dan perminyakan, serta penyediaan angkutan pekerja.

Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja maupun penyelesaian

perselisihan antara Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja dengan pekerja

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pekerja

yang bekerja pada Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, juga memperoleh hak yang

sama dengan yang diperjanjikan, mengenai perlindungan upah dan kesejahteraan,

syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul dengan pekerja lainnya di

perusahaan pengguna jasa pekerja (Pasal 66 Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan).

Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja yang memperoleh pekerjaan dari

pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, kedua belah pihak wajib membuat

perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya memuat: a) jenis pekerjaan yang akan

dilakukan oleh pekerja dari perusahaan penyedia jasa, b) penegasan bahwa dalam

melaksanakan pekerjaan, hubungan kerja yang terjadi adalah antara Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja dengan pekerja yang dipekerjakan Perusahaan Penyedia

Jasa Pekerja, sehingga perlindungan upah dan kesejahteran, syarat-syarat kerja

serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab Perusahaan Penyedia Jasa

Pekerja, dan c) penegasan bahwa Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, bersedia

menerima pekerja dari Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja sebelumnya untuk jenis-

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi kerja dalam hal

terjadi penggantian Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja.

Perjanjian dimaksud selanjutnya didaftarkan pada instansi ketenagakerjaan

Kabupaten/Kota tempat Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja melaksanakan

pekerjaan. Bagi Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja yang melaksanakan pekerjaan

pada perusahaan pemberi kerja yang berada dalam wilayah lebih dari satu

Kabupaten/Kota dalam satu provinsi, pendaftarn dilakukan pada instansi

ketenagakerjaan Provinsi. Apabila Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja

melaksanakan pekerjaan pada perusahaan pemberi kerja yang berada dalam

wilayah lebih dari satu provinsi, pendaftaran dilakukan pada Direktorat Jendral

Pembinaan Hubungan Industrial di Jakarta, pendaftaran dilakukan dengan

melampirkan konsep (draft) perjanjian kerja. Apabila perjanjian itu tidak

dilakukan, instansi ketenagakerjaan akan mencabut izin operasional Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja yang bersangkutan, dengan tetap menanggung hak-hak

pekerja yang bersangkutan (Kepmenakertrans No. KEP. 101/MEN/VI/2004).

Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menetapkan syarat

bahwa, Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja untuk kegiatan jasa penunjang atau

kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Hubungan kerja antara pekerja dan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja;

b. Perjanjian kerja yang berlaku antara pekerja dan Perusahaan Penyedia Jasa

Pekerja, adalah PKWT yang memenuhi ketentuan dan/atau PKWTT yang

dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak;

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

c. Perlindungan upah dan kesejateraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan

yang timbul menjadi tanggung jawab Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja; dan

d. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja dan Perusahaan Penyedia

Jasa Pekerja dibuat secara tertulis dan wajib memuat ketentuan dalam Undang

No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Berdasarkan persyaratan ini tentunya perlu pula diawasi oleh perusahaan

pemberi kerja, agar tidak terjadi pelanggaran hukum oleh Perusahaan Penyedia

Jasa Pekerja, yang dapat mengganggu kelancaran jalannya perusahaan.

Selain itu, perusahaan pemberi kerja harus pula mengawasi bahwa pekerja

yang bekerja pada Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja memperoleh hak yang sama

sesuai dengan perjanjian kerja Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja

Bersama atas perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta

perselisihan yang timbul dengan pekerja lainnya di perusahaan pengguna jasa

pekerja. Apabila hal ini tidak dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa, akan

berpotensi menimbulkan perselisihan hak, karena tidak ditaatinya ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perusahaan perlu pula memperhatikan persyaratan tertentu, apabila hendak

melakukan kerja sama dengan perusahaan yang bergerak dibidang penyedia jasa

pekerja. Karena sebelum melakukan perjanjian, perusahaan dimaksud wajib pula

memiliki izin oprasional dari instansi ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota sesuai

domisili Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja. Dengan memiliki izin operasional,

berarti Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja telah: a) berbentuk badan hukum, b)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

mempunyai anggaran dasar yang memuat kegiatan usaha penyediaan jasa pekerja,

c) SIUP, dan d) wajib ketenagakerjaan yang masih berlaku.

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan adalah, perlindungan kerja dan

syarat-syarat kerja di perusahaan penerima kerja. Undang No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan mewajibkan bahwa syarat kerja bagi pekerja yang

bekerja pada perusajaan penerima kerja, sekurang-kurangnya sama dengan

perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan

atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pula, perlu diawasi bentuk hubungan kerja dalam pelaksanaan

pekerjaan dimaksud, apakah telah dilakukan dalam bentuk perjanjian kerja secara

tertulis antara perusahaan penerima pekerjaan dengan pekerja yang

dipekerjakannya, baik berupa PKWT atau PKWTT.

Dalam perjanjian dengan sistem outsourcing menggunakan perjanjian

kerja waktu tertentu. Undang-Undang Ketenagakerjaan memberi ciri-ciri

pekerjaan yang merupakan pekerjaan tertentu yang karena jenis dan sifat atau

kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu pekerjaan yang: a)

sekali selesai atau yang sementara sifatnya, b) diperkirakan penyelesaiannya

dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama tiga tahun, c) bersifat

musiman, atau d) berhubungan dengan produk baru, kegitatan baru, atau produk

tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Syarat kerja yang diperjanjikan dalam PKWT, tidak boleh lebih rendah

daripada ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. PKWT

untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya adalah PKWT yang

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu, yang dibentuk untuk paling lama

tiga tahun. Apabila pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT tersebut

dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan, maka PKWT tersebu putus

demi hukum pada saat selesainya pekerjaan. Sementara itu, bagi pengusaha yang

mempekerjakan pekerja berdasarkan PKWT, harus membuat daftr nama pekerja

yang melakukan pekerjaan tambahan.

Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu, harus

dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai. Dalam hal PKWT dibuat

berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu, namun karena kondisi tertentu

pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan

PKWT. Pembaharuan PKWT dapat dilakukan setelah melebihi masa tenggang

waktu 30 hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Selama tenggang waktu 30

hari itu, tiddak ada hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha. Para pihak

dapat mengatur lain dari ketetuan diatas yang dituangkan dalam perjanjian.

PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan musiman, yaitu pekerjaan yang

pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca, hanya dapat dilakukan untuk

satu jenis pekerjaan pada musim tertentu. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan

musiman tidak dapat dilakukan pembaharuan. Sedangkan pekerjaan yang

dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan

PKWT sebagai pekerjaan musiman. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan yang

dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target dimaksud hanya diberlakukan

untuk pekerja yang melakukan pekerjaan tambahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

PKWT dapat pula dilakukan untuk melakukan pekerjaan yang

berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang

masih dalam percobaan atau penjajakan. PKWT dimaksud hanya dapat dilakukan

untuk jangka waktu paling lama dua tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali

paling lama satu tahun. PKWT dimaksud tidak dapat dilakukan pembaharuan.

PKWT seperti ini, hanya boleh berlaku bagi pekerja yang melakukan pekerjaan di

luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang bias dilakukan perusahaan.

Akibat hukum dari pelanggaran ketentuan mengenai PKWT adalah,

apabila:

a. Dibuat tidak dalam bahasa Indonesia dan huruf latin, berubah menjadi PKWT

sejak adanya hubungan kerja;

b. Dibuat tidak memenuhi ketentuan, PKWT berubah menjadi PKWTT sejak

adanya hubungan kerja;

c. Dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru

menyimpang dari ketentuan, berubah menjadi PKWTT sejak dilakukan

penyimpangan;

d. Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 hari

setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain, berubah

menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut.

Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja yang

berubah hubungan kerja menjadi PKWTT, maka hak-hak pekerja dan prosedur

penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi

PKWTT.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Selain itu, untuk pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu

dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan

dengan perjanjian kerja harian lepas (PKHL), sebagai salah satu bentuk terpendek

dari PKWT. Hubungan kerja dengan membuat PKHL, dapat dilakukan dengan

ketentuan, pekerja bekerja kurang dari 21 hari dalam satu bulan. Apabila pekerja

telah bekerja 21 hari atau lebih, selama tiga bulan berturut-turut atau lebih, maka

PKHL-nya berubah menjadi PKWTT.

PKHL yang memenuhi ketetuan diatas, tidak dibatasi oleh jangka waktu

PKWT pada umumnya. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja dengan PKHL

wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara tertulis dengan pekerja. PKHL

dapat dibuat berupa daftar pekerja yang melakukan pekerjaan, yang sekurang-

kurangnya memuat: a) nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja, b)

nama/alamat pekerja, c) jenis pekerjaan yang dilakukan, dan d) besarnya upah

dan/atau imbalan lainnya. Daftar pekerja dimaksud disampaikan kepada instani

yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat selambat-lambatnya

tujuh hari kerja sejak mempekerjakan pekerja.

Semua PKWT dan PKHL, wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada

instansi ketenagakerjaan Kabupaten/Kota setampat selambat-lambatnya tujuh hari

kerja sejak penandatanganan. Untuk PKHL, yang dicatatkan adalah daftar pekerja

yang dipekerjakan (Kepmenakertrans Nomor: KEP.101/MEN/VI/2004).

Untuk pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume

pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan

perjanjian kerja harian lepas (PKHL). Hubungan kerja dengan membuat PKHL,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

dapat dilakukan dengan ketentuan, pekerja bekerja kurang dari 21 hari dalam satu

bulan. Apabila pekerja telah bekerja 21 hari atau lebih, selama tiga bulan berturut-

turut atau lebih, maka status PKHL-nya berubah menjadi PKWTT.

D. Penyebab Lemahnya Kedudukan Salah Satu Pihak Dalam Pembuatan

Perjanjian Kerja Dengan Sistem Outsourcing

Susunan dan jumlah angkatan kerja selalu bertambah dari tahun ke tahun

sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang terjadi. Cepatnya tingkat

pertumbuhan penduduk menimbulkan masalah kerena belum mampunya

pembangunan nasional menciptakan lapangan kerja yang sesuai, dengan kata lain

menambah jumlah pengangguran. Untuk mengatasinya dibutuhkan lapangan kerja

yang memadai yang dapat menampung sejumlah angkatan kerja yang ada.25

1. Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk;

Semakin besar penduduk usia kerja dan semakin besar Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerjanya, maka semakin besar juga jumlah angkatan kerjanya. Jadi

tinggi rendahnya angkatan kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain:

2. Peluang lapangan kerja yang tersedia;

3. Kesehatan jasmani dan rohani penduduk;

4. Kelincahan pencari kerja dalam memanfaatkan setiap peluang.26

25 Koeshartono. D dan M.F. Shellyana Junaedi. Hubungan Industrial Kajian Konsep & Permasalahan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2005, hlm 7. 26 Ibid, hlm 9.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Tingginya tingkat partisipasi angkatan kerja, maka dibutuhkan

pengembangan sumber daya manusia dan perluasan teknologi skala kecil dengan

cepat agar dapa menciptakan posisi tawar yang tentunya meminimalkan

pengangguran. Pengembangan manusia (sumber daya manusia) adalah proses

meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan pilihan-pilihan. Pengertian

ini memusatkan pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia

(melalui penciptaan kerangka keterlibatan manusia itu sendiri dan pada

pemanfaatan kemampuan itu untuk mendapatkan penghasilan dan perluasan

peluang kerja).27

Membuat teori human capital kualita sumber daya manusia selain

ditentukan oleh kesehatan, juga ditentukan oleh pendidikan. Meskipun kesehatan

telah mendapat perhatian dalam dekade belakangan ini, di banyak Negara sedang

berkembang, seperti Indonesia, salah satu strategi yang telah lama diterapkan

dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah peningkatan pendidikan.

Pendidikan dipandang tidak hanya dapat menambah pengetahuan tetapi dapat juga

meningkatkan keterampilan (keahlian) tenaga kerja, pada gilirannya dapat

meningkatkan produktivitas. Produktivitas disatu pihak dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, di lain pihak dapat meningkatkan penghasilan dan

kesejahteraan penduduk.

28

Pengangguran terbuka cenderung mengelompokkan pada angkatan kerja

yang berpendidikan, baik perempuan maupun laki-laki. Diduga mereka yang

27 Effendy. Tadjuddin Noer, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1995, hlm 4. 28 Ibid, hlm 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

berpendidikan bersedia menganggur untuk menunggu kesempatan kerja pada

pekerjaan upahan (kantor) yang bersifat tetap. Namun, pekerjaan yang diharapkan

umumnya tersedia di lembaga-lembaga atau perusahaan-perusahaan yang dalam

penerimaan pekerja dilakukan penjatahan dan seleksi ketat dan sesuai dengan

keteramapilan yang dibutuhkan. Sulitnya mendapatkan pekerjaan diduga

berkaitan dengan keterampilan dan pengalaman mereka yang baru menyelesaikan

pendidikan sangat terbatas, sedangkan lembaga perusahaan menuntut

keterampilan tertentu.29

Kemiskinan yang perlu mendapat perhatian adalah kemiskinan yang

berkaitan dengan sumber daya penting yang menentukan kesejahteraan masa

datang daripada saat ini. Sumber daya yang perlu mendapat perhatian adalah

sumber daya alam dan manusia (keahlian, kemampuan memimpin, inisiatif dan

sebagainya). Konsep kemiskinan adalah kemiskinan relatif. Berdasarkan

kemiskinan relatif ini muncul pengertian kemiskinan sumber daya manusia

merujuk pada kurangnya pendidikan dalam arti luas, termasuk kurangnya tenaga

terampil terlatih, kemampuan manajerial, kemampuan wiraswasta, dan

kepemimpinan.

30

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa sumber daya manusia yang

handal dan menciptakan lapangan kerja. Apabila sumber daya manusia tidak

tersedia dengan baik akan menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan relatif

disebabkan karena kurangnya pendidikan, keahlian keterampilan sebagai faktor

untuk memperoleh pekerjaan.

29 Ibid, hlm 23. 30 Ibid, hlm 23.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Apabila ingin berhasil dalam strategi pengembangan kesempatan kerja

haruslah:

1. Bisa meningkatakan upah kelompok penghasilan terendah baik di desa-desa,

maupun di kota-kota,

2. Bisa meningkatkan pemakaian mesin kecil-kecil untuk meningkatkan

produktivitas,

3. Bisa mengadakan pergeseran-pergeseran orang dari sektor marginal/informasi

ke sektor yang lebih produktif.

Ketiga hal di atas, tidak hanya dapat mengurangi kemiskinan dan under

employment, tetapi juga dapat meningkatkan penghasilan perkapita.31

Pada saat ini kita melihat kenyataan sosial bahwa kondisi para pekerja

yang membuat perjanjian kerja selalu dalam keadaan yang tidak seimbang. Dalam

perakteknya pekerja yang berada dibawah perintah orang lain, berada pada posisi

(Bambang

Tri Cahyono, 1983:4)

Dengan penelitian ini penulis mengkaji tentang keseimbangan para pihak

dalam menentukan isi perjanjian kerja dengan sistem outsourcing yang

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara para pihak adalah lemahnya

bargaining position pihak pekerja, sehingga pengusaha bebas menentukan isi dan

bentuk perjanjian tersebut. Pekerja tidak memiliki posisi tawar yang seimbang

mengenai pendidikan dan keahlian tertentu yang dibutuhkan pengusaha. Pekerja

bersedia dipekerjakan tanpa bisa menawar atau menolak syarat kerja yang

ditentukan oleh pengusaha.

31 Cahyono. Bambang Tri, Pengembangan Kesempatan Kerja, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1983, hlm 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

yang lebih rendah dari pihak pengusaha. Sementara pihak pengusaha, karena pada

umumnya mempunyai tingkat sosial dan ekonomi yang selalu jauh lebih tinggi

kedudukannya dibanding dengan pekerja, lebih besar perannya dalam membuat

perjanjian kerja.

Penyebab terbesar dari lemahnya posisi tawar pekerja karena kurangnya

lapangan pekerjaan yang menyebabkan banyaknya pengangguran sehingga

pekerja bersedia bekerja tanpa mengetahui dengan jelas apa hak dan

kewajibannya. Pekerjaan yang diharapkan umumnya tersedia di lembaga-lembaga

atau perusahaan-perusahaan yang dalam penerimaan pekerja dilakukan penjatahan

dan seleksi ketat dan sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan. Sulitnya

mendapatkan pekerjaan diduga berkaitan dengan keterampilan dan pengalaman

mereka yang baru menyelesaikan pendidikan sangat terbatas, sedangkan lembaga

perusahaan menuntut keterampilan tertentu.

Pekerja kurang mengetahui akan Undang-Undang Ketenagakerjaan

sehingga mereka tidak mengerti bagaimana hak-haknya, apa-apa saja yang

termuat dalam perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu

perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja

waktu tertentu. Sehingga pengusaha berpegang pada prinsip hubungan hukum atas

dasar perjanjian baku yang menyenangkan salah satu pihak, pekerja dipekerjakan

dengan upah yang murah (di bawah upah minimum regional) berdasarkan

perjanjian yang lebih menguntungkan majikan (pengusaha).

Hubungan yang tidak seimbang adalah pelaksanaan secara tidak

sepatutnya oleh salah satu pihak yang menguasai pengendalian perjanjian untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

keuntungan dirinya atau orang lain, sehingga perbuatan pihak yang dikuasai

tersebut bukan perbuatan pihak yang sesuai dengan kemauan sendiri.

Dalam praktek dan perkembangan perjanjian kerja dengan sistem

outsourcing yang dibuat menggunakan perjanjian standar, sehingga dapat

menciptakan ketidakseimbangan bagi para pihak dalam menentukan isi perjanjian.

Salah satu pihak hanya menandatangani saja tanpa adanya kebebasan berkontrak.

Perjanjian standar mensyaratkan bagi pihak yang membutuhkan dengan

kesepakatan take it or leave it. Tanpa menjunjung prinsip konsensualisme yang

berdasarkan kehendak bebas dari para pihak dan asas itikad baik.

Problematika mengenai outsourcing (Alih Daya) memang cukup

bervariasi. Hal ini dikarenakan penggunaan outsourcing (Alih Daya) dalam dunia

usaha di Indonesia kini semakin marak dan telah menjadi kebutuhan yang tidak

dapat ditunda-tunda oleh pelaku usaha, sementara regulasi yang ada belum terlalu

memadai untuk mengatur tetang outsourcing yang telah berjalan tersebut.

Berdasarkan pengamatan sementara penulis, bahwa kedudukan para pihak

dalam pembuatan perjanjian kerja dengan sistem outsourcing sangat lemah. Hal

ini disebabkan karena tidak adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara

pekerja dengan pihak perusahaan outsourcing dan pihak ketiga yang

menggunakan jasa dari perusahaan outsourcing.

E. Keseimbangan Hak dan Kewajiban Bagi Pekerja dalam Pejanjian Kerja

dengan Sistem Outsourcing

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

ketentuan-ketentuan-ketentuan yang mengacu pada konsep fleksibilitas perubahan

ada sebagai berikut pertama beberapa peraturan tentang sistem kerja kontrak atau

dalam istilah yang dimuat dalam undang-undang tersebut istilah “Perjanjian Kerja

untuk Waktu Tertentu “ pada Bab IX tentang hubungan kerja Pasal 58 dan 59.

Kedua, ketentuan yang membenarkan adanya percaloan dalam perekrutan tenaga

kerja yang termuat dalam pasal-pasal yang mengatur lembaga penyalur tenaga

kerja (Pasal 64-66). Ketiga, ketentuan yang mempersulit hak buruh untuk

melaksanakan mogok (Pasal 137-145). Keempat, adanya pasal yang

mempermudah pengusaha untuk melakukan lock out (Pasal 146-149).

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

memberikan peluang kepada perusahaan untuk dapat menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaan di dalam perusahaan, kepada perusahaan lainnya melalui:

1) pemborongan pekerjaan, atau 2) perusahaan penyedia jasa pekerjaan (PPJP).

Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, kedua bentuk kegiatan dimaksudkan

dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat dimaksud antara lain,

wajib dilaksanakan melalui perjanjian yang dibuat secara tertulis. Sedangkan

perusahaan penerima pekerjaan tersebut harus berbadan hukum, juga terdaftar

pada instansi ketenagakerjaan.

Model outsourcing dapat dibandingkan dengan bentuk perjanjian

pemborongan bangunan walaupun sesungguhnya tidak sama. Perjanjian

pemborongan bangunan dapat disamakan dengan sistem kontrak biasa sedangkan

outsourcing sendiri bukanlah suatu kontrak. Pekerja/buruh dalam perjanjian

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

pemborongan bangunan dapat disamakan dengan pekerja harian lepas seperti yang

diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja NR: PER . 06 / MEN / 1985 tentang

Perlindungan Pekerja Harian Lepas PHL). PHL adalah pekerja yang bekerja pada

pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-ubah

dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah yang

didasarkan atas kehadiran pekerja secara harian.

Perjanjian pemborongan bangunan akan berakhir antara pengusaha dengan

pekerja apabila obyek perjanjian telah selesai dikerjakan. Misalnya pembangunan

jembatan, dalam hal jembatan telah selesai maka masa bekerjanya pun menjadi

berakhir, kecuali jembatan tersebut belum selesai dikerjakan. Sedangkan dalam

outsourcing masa bekerja akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah

disepakati antara pengusaha dengan perusahaan penyedian jasa tenaga kerja.

Dalam khasanah hukum Indonesia, pemborongan pekerjaan dan

pemberian jasa, bukan merupakan sesuatu yang baru. KUH Perdata sejak seabad

yang lalu malah lebih arif menyikapi kenyataan ini. KUHPerdata mengakui dan

memberi tempat, bahkan melindungi hak perorangan untuk menjadi pemborong

pekerjaan. Dalam KUH Perdata, pelaksanaan diatur dan dibedakan lebih lanjut,

antara pemborongan pekerjaan yang dilakukan dengan hanya menyediakan jasa

tenaga kerja saja atau dengan menyediakan bahannya. Ketentuan seperti ini tidak

diatur lagi dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Hal ini menunjukkan, bahwa Undang-Undang Ketenagakerjaan melihat

kenyataan sosial yang berkembang di dalam masyarakat, sehingga tidak membuka

lagi peluang kepada perusahaan yang tidak berbadan hukum untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

kegiatan pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja, yang pada umumnya

perusahaan menengah kebawah, kecuali di tempat ini memang benar-benar tidak

ada perusahaan dimaksud yang berbadan hukum.

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lain yang berbadan hukum, melalui pemborongan pekerjaan.

Perjanjian pemborongan pekerjaan dilakukan dengan syarat-syarat sebagai

berikut: a) dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, b) dilakukan dengan

perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, c) merupakan

kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan d) tidak menghambat

proses produksi secara langsung.

Perusahaan yang mendapat borongan pekerjaan, dan menyerahkan lagi

sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain, untuk itu perusahaan pemborongan

yang terakhir boleh tidak berbadan hukum. Penyimpangan bahwa perusahaan

boleh tidak berbadan hukum, juga dapat dilakukan apabila di suatu daerah tidak

terdapat perusahaan pemborong pekerjaan yang berbadan hukum atau yang tidak

memenuhi kualifikasi untuk dapat melakukan pekerjaan (Kepmenakertrans No.

KEP 220/MEN/X/2004).

Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan pemborong memiliki

hubungan kerja dengan pekerja, sedangkan hubungan antara perusahaan pengguna

dan perusahaan pemborong hanyalah terkait dengan pekerjaan yang diborongkan

tersebut. Di perusahaan penyedia pekerja, pekerja menjalankan tugas-tugas yang

diberikan perusahaan pengguna, sedangkan sistem pembayaran upah dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

oleh perusahaan pemberi kerja kepada perusahaan penyedia kerja, lalu perusahaan

penyedia kerja membayar upah pekerjanya.

Hubungan antara perusahaan pemberi kerja, perusahaan penyedia

pekerja/perusahaan pemborong dan pekerja itu sendiri seharusnya menciptakan

triple alliance (suatu hubungan yang saling membutuhkan). Namun dalam

kenyataannya, sering kali terdapat perselisihan. Hal ini bisa dihindari jika para

pihak menyadari hak dan kewajibannya. Hal yang paling penting untuk

diperhatikan adalah jenis perjanjian apa yang mengikat para pihak.

Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang keseimbangan para pihak

dalam menentukan perjanjian kerja dengan sistem outsourcing. Perusahaan

pemberi jasa selalu menggunakan perjanjian kerja waktu tertentu, dimana terjadi

penyimpangan dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Penyimpangan antara lain

pekerjaan yang diberikan merupakan pekerjaan utama, sehingga tidak dapat

dilepaskan dengan core business dari perusahaan. Selain itu hak-hak pekerja

dalam memperoleh cuti dan pesangon setelah tidak bekerja, juga jaminan

kesehatan tidak dipenuhi sebagaimana yang dilindungi dalam Undang-Undang

No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Dalam perjanjian kerja kedudukan para pihak yang membuat perjanjian

adalah seimbang memuat syarat kerja hak dan kewajiban para pihak secara

seimbang. Pada prakteknya konsep mengenai keseimbangan para pihak dalam

menentukan hak dan kewajiban sering diabaikan perusahaan pemberi jasa atau

perusahaan outsourcing dalam hal ini masih berhak memerintah dan menentukan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

sendiri apa yang menjadi hak dan kewajiban bagi pekerja bukan berdasarkan

kesepakatan yang ditentukan bersama.

Dengan penelitian ini penulis mengkaji tentang keseimbangan para pihak

dalam menentukan isi perjanjian kerja dengan sistem outsourcing yang

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara para pihak adalah lemahnya

bargaining position pihak pekerja, sehingga pengusaha bebas menentukan isi dan

bentuk perjanjian tersebut.

Pada saat ini kita melihat kenyataan sosial bahwa kondisi para pekerja

yang membuat perjanjian kerja selalu dalam keadaan yang tidak seimbang. Dalam

perakteknya, memang pada umumnya pekerja yang berada di bawah perintah

orang lain, berada pada posisi yang lebih rendah dari pihak pengusaha.

Penyebab terbesar dari lemahnya posisi tawar pekerja karena kurangnya

lapangan pekerjaan yang menyebabkan banyaknya pengangguran sehingga

pekerja bersedia bekerja tanpa mengetahui dengan jelas apa hak dan

kewajibannya. Pekerjaan yang diharapkan umumnya tersedia di lembaga-lembaga

atau perusahaan-perusahaan yang dalam penerimaan pekerja dilakukan penjatahan

dan seleksi ketat dan sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan. Sulitnya

mendapatkan pekerjaan diduga berkaitan dengan keterampilan dan pengalaman

mereka yang baru menyelesaikan pendidikan sangat terbatas, sedangkan lembaga

perusahaan menuntut keterampilan tertentu.

Pekerja kurang mengetahui Undang-Undang Ketenagakerjaan sehingga

mereka tidak mengerti bagaimana hak-haknya, apa-apa saja yang termuat dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Perjanjian Kerja Dengan TK Outsourcing

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu.

Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya skill yang dimiliki pekerja.

Dalam produksi manufaktur selalu menggunakan alat teknologi, pekerja tidak

bekerja dengan mengandalkan pendidikan dan skill yang dimiliki atau dapat

dikatakan kualitas dari pekerja sangat rendah sehingga bersedia digaji dengan

lebih murah tanpa memperhatikan hak-haknya sebagai pekerja.

Hubungan yang tidak seimbang adalah pelaksanaan secara tidak

sepatutnya oleh salah satu pihak yang menguasai pengendalian perjanjian untuk

keuntungan dirinya atau orang lain, sehingga perbuatan pihak yang dikuasai

tersebut bukan perbuatan pihak yang sesuai dengan kemauan sendiri. Pengadilan

dapat mengabaikan pelaksanaan dari ketentuan yang tidak adil atau penekanan

secara kesewenangan dalam proses pembentukan perjanjian, atau dalam

menentukan isi perjanjian seperti ketentuan yang berlawanan dengan kemauan

yang patut dari para pihak.

BAB III

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja

dalam Perjanjian Kerja dengan Sistem Outsourcing

A. Persoalan Hukum Terhadap Pekerja dalam Perjanjian Kerja dengan

Sistem Outsourcing

Persoalan outsourcing merupakan hal yang dilematis, tetapi baru diatur

dalam pasal 64 sampai dengan pasal 66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Universitas Sumatera Utara