studi deskriptif motivasi mengikuti layanan konseling individual dan...

50
i STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH SE-KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling oleh Sa’adatul Atiyah 1301412030 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: ledat

Post on 26-May-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

i

STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI

LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA

MADRASAH TSANAWIYAH SE-KECAMATAN

GUNUNGPATI SEMARANG

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh

Sa’adatul Atiyah

1301412030

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

ii

Page 3: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

iii

Page 4: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Kemandirian adalah gerbang kesuksesan. Berupaya untuk hidup mandiri adalah

proses menuju kesuksesan”. (Sa’adatul Atiyah)

Persembahan

Almamater Bimbingan dan Konseling,

Fakultas Ilmu Pendidikan, UNNES

Page 5: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

v

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Penelitian skripsi ini dilaksanakan di MTS se-

Kecamatan Gunungpati. Skripsi ini disusun sebagai salah satu bentuk

pertanggungjawaban bahwa penulis telah melakukan penelitian dan mendapatkan

pengarahan dari dosen pembimbing.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Mulawarman, M.Pd,

Ph.D selaku dosen pembimbing pertama dan bapak Drs. Heru Mugiarso, M.Pd.,

Kons.selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan penuh perhatian dan kesabaran meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dengan baik sehingga terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini tidak lepas

dari bimbingan dan bantuan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di

Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons. Ketua Jurusan Bimbingan dan

Konseling yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan untuk

menyelesaikan skripsi.

4. Segenap tim penguji yang telah memberikan saran dan koreksi dalam

penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah

memberikan motivasi dan ilmu yang bermanfaat.

6. Kepala sekolah, guru BK, karyawan, dan siswa MTS Al Asror, MTS Al

Islam Sumurejo, MTS Riyadhus Sholihin dan MTS Al Hidayah yang telah

membantu pelaksanaan penelitian.

Page 6: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

vi

7. Bapak Muhammadin, Ibu Aminnatun, Adik Nur Said Alwi dan Adik

Mustafida Az Zahra, serta segenap keluarga lainnya yang telah

memberikan segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti.

8. Abah K.H Almamnukhin Kholid, Ibu Nyai Istighfaroh, M. Pd, Ibu Nyai

Alma’unatul Kafidoh Al Khafidhoh, M. Pd. serta Ustadz Ustadzah Ponpes

Al Asror , terimakasih atas mutiara ilmu, nasehat, kasih sayang dan do’a

yang telah diberikan.

9. Teman-teman Ponpes Al Asror angkatan 2012, teman-teman BK Unnes

angkatan 2012, keluarga keduaku Nur Istiqomah Lutfiani, Nova Ila Nur

Sya’adah, Zuaini Khofifah dan Khuril’in, sahabatku Durroh Farhatin dan

Difta Khoirunnisa, sahabat-sahabatku kelas 2 Wustho Madin Al Asror

2016/2017, serta sahabat-sahabat lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan.

10. Seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari para pembaca demi kesempurnaan pembuatan skripsi ini di masa mendatang.

Semoga dengan adanya skripsi ini akan bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, Juli 2017

Penulis

Page 7: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

vii

ABSTRAK

Sa’adatul Atiyah. 2017. “Studi Deskriptif Motivasi Mengikuti Layanan Konseling

Individual dan Kemandirian Belajar pada Siswa se-Kecamatan Gunungpati

Semarang”. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing I: Mulawarman, M.Pd.,Ph.D. dan Pembimbing II:

Drs.Heru Mugiarso.,M.Pd., Kons.

Kata Kunci : motivasi mengikuti layanan konseling inidvidual, kemandirian

belajar.

Penelitian ini berdasarkan fenomena yang terjadi di beberapa MTS se-

Kecamatan Gunungpati Semarang yang menunjukkan banyak siswa sering

menyontek hasil teman baik tugas maupun saat ulangan, siswa kurang yakin

terhadap kemampuan yang dimiliki dalam dirinya. Selain itu, banyak di temukan

adanya siswa yang sering gaduh, ramai, dan sering melakukan kegiatan-kegiatan

sendiri di kelas, malas ketika ada penugasan, telat dalam pengumpulan tugas,

menyontek hasil tugas teman, mengerjakan tugas pada jam pelajaran lain,

mengerjakan pekerjaan rumah (PR) disekolah dengan mencontek hasil teman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar, tingkat

motivasi mengikuti layanan konseling individual dan mengetahui hubungan antara

kemandirian belajar dengan motivasi mengikuti layanan konseling individual.

Jenis penelitian termasuk dalam penelitian penelitian deskriptif

korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa MTS se-Kecamatan Gunungpati Semarang tahun ajaran 2016/2017.

Teknik sampel yang digunakan adalah teknik cluster sampling dan teknik

propotional sampling, sehingga didapat sampel yang berjumlah 220 siswa.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi mengikuti layanan konseling

individual (X) dan variabel terikat adalah kemandirian belajar (Y). Hubungan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan sederhana. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi mengikuti layanan konseling

individual dan skala kemandirian belajar. Pengujian validitas instrumen

menggunakan rumus Product Moment dan pengujian reliabilitas menggunakan

Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisi mean dan

standar deviasi, serta Product Moment.

Hasil penelitian yang pertama, menunjukkan bahwa rerata tingkat motivasi

mengikuti layanan konseling individual (M= 2,97; SD= 0,188). Kemudian hasil

penelitian yang kedua, menunjukkan bahwa rerata tingkat kemandirian belajar

(M=3,13; SD= 0,199).

Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti memberikan saran bagi peneliti

selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan temuan ini mengenai aspek-aspek

yang mempengaruhi variabel motivasi dan kemandirian belajar siswa. Selain itu,

guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat membuat bahan atau

pertimbanagn untuk memberikan layanan terkait dengan masalah motivasi dan

kemandirian belajar.

Page 8: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

viii

Page 9: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data Seluruh Madrasah Tsanawiyah (MTS) Se-Kecamatan

Gunungpati Semarang............................................................................ 41

3.2 Pembangian wilayah dan sampel MTS Se-Kecamatan

Gunungpati............................................................................................. 42

3.3 Rekapitulasi Jumlah Siswa yang menjadi sampel dengan teknik

cluster

sampling................................................................................................. 42

3.4 Daftar Nama Sekolah dan Alamat......................................................... 43

3.5 Lokasi penelitian dan Jumlah Siswa...................................................... 43

3.6 Penskoran............................................................................................... 49

3.7 Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar .................................................... 50

3.8 Penskoran Kategori Pernyataan Skala .................................................. 51

3.9 Kisi-kisi Skala Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual ... 52

3.10 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha....................................... 55

3.11 Kategoti Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual dan

Kemandirian Belajar.............................................................................. 56

3.12 Interpretasi Koofisisen Korelasi Nilai r ................................................ 58

4.1 Tingkat Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual ............. 59

4.2 Tingkat Kemandirian Belajar ................................................................ 61

4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov.............................. 64

4.4 Hasil Uji Linearitas Data ....................................................................... 64

4.5 Hasil Uji Korelasi Motivasi Mengikuti Layanana Konseling

Individual dengan Kemandirian Belajar .............................................. 65

Page 10: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Berfikir ........................................................................ 40

3.1 Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 45

4.1 Diagram Tingkat Motivasi Mengikuti Layanan Konseling Individual ... 60

4.2 Diagram Tingkat Kemandirian Belajar ................................................... 62

Page 11: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Skala Kemandirisn Belajar Sebelum Tryout ........................... 78

2. Instrumen Skala Kemandirian Belajar Sebelum Tryout........................... 79

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kemandirian Belajar ....................... 83

4. Butir Pernyataan yang Valid pada Skala Kemandirian Belajar .............. 84

5. Kisi-Kisi Skala Kemandirisn Belajar Setelah Tryout............................... 86

6. Instrumen Skala Kemandirian Belajar Setelah Tryout ............................ 87

7. Kisi-Kisi Skala Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual

Sebelum Tryout ....................................................................................... 90

8. Instrumen Skala Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual

Sebelum Tryout........................................................................................ 91

9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Mengikuti Layanan

Konseling Individual................................................................................ 95

10. Butir Pernyataan yang Valid pada Skala Motivasi Mengikuti Layanan

Konseling Individual Setelah Tryout ...................................................... 96

11. Kisi-Kisi Skala Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual

Setelah Tryout.......................................................................................... 98

12. Instrumen Skala Motivasi Mengikuti Layanana Konseling Individual

Setelah Tryout.......................................................................................... 98

13. Hasil Uji Normalitas................................................................................. 102

14. Hasil Uji Linearitas ................................................................................. 106

15. Surat Keterangan Penelitian .................................................................... 107

16. Dokumentasi............................................................................................. 111

Page 12: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan

menghargai perbedaan baik pendapat, sikap, kemampuan berprestasi dan berlatih

untuk bekerja sama mengkomunikasian gagasan, hasil kreasi, dan temuannya

kepada guru dan sesama teman (Sudjatmiko dalam Afriyani, 2015:1). Oleh karena

itu, dibutuhkan kemandirian belajar siswa baik dalam diri sendiri maupun

bersama teman-temannya untuk mengembangkan potensinya

Kemandirian belajar menurut Brookfield (2015:4) merupakan “kesadaran

diri yang digerakkan oleh diri sendiri serta kemampuan belajar untuk mencapai

tujuan”. Selain itu, Meyer (2008:2) menyatakan bahwa “kemandirian dalam diri

seorang siswa akan lebih mudah diraih dalam keberhasilan belajar yang sesuai

dengan kemampuan dan kapasitas siswa”. Kemandirian belajar dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri

tanpa bergantung kepada orang lain serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi

dalam menyelesaikan tugasnya.

“Siswa yang memiliki kemandirin belajar harus bisa mengambil

keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab sendiri. Pola

belajar siswa diatur disesuaikan dan dilaksanakan karena adanya

kaitan tertentu. Siswa mengatur, menyesuaikan tindakan untuk

mencapai tujuan tertentu dengan cara mengubah, memperbaiki,

merancang, membangun dan memaparkan penyelesaian masalah di

sekolah secara aktif dan menerapkan informasi untuk mencapai

hasil yang bermakna” (Johnson, 2007:148).

Page 13: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

2

Rusman (2016: 366-367) menjelaskan bahwa “peserta didik yang sudah

sangat mandiri dalam belajar mempunyai karakteristik antara lain mengetahui

dengan pasti apa yang ingin dicapai dalam kegiatan belajarnya, dapat memilih

sumber belajar sendiri”. Maka dari itu, mengetahui ke mana dia dapat menemukan

bahan-bahan belajar yang diinginkan serta belajar tidak tergantung dengan orang

lain dan dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaannya atau untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya dalam

kehidupan.

Sedangkan, siswa yang kurang mandiri mempunyai karakter menyukai

program pembelajaran yang sudah terstruktur, siswa lebih suka mengikuti

program pembelajaran yang bahan dan cara belajaranya telah ditentukan dengan

jelas, belum mampu menilai kemampuannya sendiri, karena itu lebih menyukai

program pembelajaran yang telah mempunyai kriteria keberhasilan yang jelas.

Kemandirian belajar dapat dilihat dari tingkah laku yang terbentuk dalam

diri siswa. Siswa memiliki kemandirian belajar tinggi, maka akan mampu

menyelesaikan tugas dengan baik, tepat waktu tanpa menyontek hasil orang lain.

Sebaliknya, siswa memiliki kemandirian belajar rendah, maka siswa tidak bisa

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan tidak tepat waktu dalam

mengumpulkan tugas (Numri 2015:48).

Fenomena yang terjadi di negara Indonesia sesuai dengan data dari

Depdiknas menunjukkan bahawa terdapat 88,4% lulusan sekolah SMA yang tidak

mampu mandiri dan tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi sehingga mereka

membutuhkan pendidikan kecakupan hidup (Depdikans:2007). Menurut data Biro

Page 14: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

3

Pusat Statistik (2015) jumlah angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun pada

tahun 2015 sebesar 94,72%.

Siswa sekolah antara SMP dan SMA berada pada usia remaja yang mana

sedang sedang berkembang baik secara fisik, sosial, maupun secara psikisnya.

“Secara psikologis, masa remaja atau masa sekolah adalah usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa

dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang

sama”, (Piaget dalam Hurlock, 2003:206). Sedangkan menurut Santrock (2003:

23-24), masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa

kanak-kanak dengan masa dewasa, melibatkan perubahan biologis, kognitif dan

sosial-emosional. Pada fase ini, siswa atau remaja sedang berproses membentuk

identitas diri, berusaha hidup mandiri dengan melepas diri dari dominasi ataupun

pengaruh orang tua.

Selain itu remaja memiliki banyak tugas perkembangan yang harus dilalui

agar dapat menjadi remaja yang utuh guna menunjang kesuksesannya dimasa

depan. Mereka merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu

untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Salah satu tugas perkembangan pada usia

remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock,2003:10) yaitu “dimana mereka harus

mampu mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria maupun wanita, mencapai peranan sosial, mengharapkan dan mencapai

perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian dari orang tua dan

orang dewasa lainnya.”

Page 15: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

4

Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Madrasah Tsanawiyah (MTS)

yang ada di Gunungpati yaitu MTS Al Asror dan MTS Al Hidayah sesuai dengan

observasi yang telah dilaksanakan dan wawancara kepada guru BK banyak siswa

yang sering menyontek hasil teman baik tugas maupun saat ulangan, menurut

guru BK di sekolah siswa kurang yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dalam

dirinya. Selain itu, banyak di temukan adanya siswa yang sering gaduh, ramai,

dan sering melakukan kegiatan-kegiatan sendiri, malas ketika ada penugasan,

telat dalam pengumpulan tugas, menyontek hasil tugas teman, mengerjakan tugas

pada jam pelajaran lain, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) disekolah dengan

mencontek hasil teman. Diperkuat dengan angket yang telah diberikan pada

dengan hasil kemandirian belajar 59% pada siswa MTS Al Asror dan di MTS Al

Hidayah diperoleh hasil 55%.

Masalah kemandirian belajar yang terjadi pada siswa harus segera

diselesaikan, apabila tidak segera ditangani maka akan berdampak buruk bagi

proses perkembangan belajar siswa. Kemandirian belajar dapat dilihat dari

tingkah laku yang terbentuk dalam diri siswa.

Menurut Numri (2015:48) “siswa yang memiliki kemandirian belajar

yang tinggi, maka siswa akan mampu menyelesaikan tugas-tugas

dengan baik, tepat waktu tanpa menyontek hasil orang lain.

Sebaliknya, siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah,

maka siswa tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan dengan

baik dan tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas”.

Diperkuat dengan Dyaningpratiwi (2014) bahwa terdapat hubungan antara

kematangan emosi dengan motivasi mengikuti layanan konseling individual.

Didalam kematangan emosi terdapat indikator kemandirian, sehingga dapat

Page 16: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

5

diasumsikan bahwa terdapat keterkaiatan anatara kemandirian dengan layanan

konseling individual. Disini peneliti ingin meneliti lebih dalam mengenai

kemandirian belajar seorang siswa.

Winkel (2006) menyatakan konseling individual merupakan usaha untuk

membantu siswa mengembangkan potensi serta dalam pelaksanaannya dapat

mrncakup semua aspek kehidupan siswa baik sosial, belajar, pribadi, maupun

karir. Sukardi (2008) menyatakan bahwa fungsi utama dalam konseling individual

adalah pengentasan masalah siswa. Inti pengentasan masalah terdapat adanya

kemandirian individu dengan lima cirinya antara lain (1) pemahaman dan

penerimaan diri secara positif dan dinamis, (2) pemahaman dan penerimaan

lingkungan seccara objektif dan dinamis, (3) pengambilan keputusan secara tepat,

(4) pengarahan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil, dan (5)

perwujudan diri secara optimal.

Siswa yang memiliki masalah hendaknya menyadari bahwa dirinya sedang

bermasalah. Kesadaran tersebut mendorong siswa untuk mencari mencari solusi

masalah tersebut dan menentukan tindakan apa yang yang harus dilakuakan agar

potensinya dapat berkembang. Prayitno (2004) mengungkapkan cara menghadapi

masalah dapat diupayakan melalui lima tahapan keefektifan konseling yaitu (1)

menyadari dirinya bermasalah, (2) menyadari perlunya bantuan orang lain, (3)

mencari orang yang dapat membantu mengatasi masalah, (4) aktif dalam proses

bantuan yang diikuti, (5) menerapkan hasil-hasil yang diikuti.

Brooks & Brooks menyatakan bahwa kemandirian belajar menumbuhkan

semangat antusiasme seorang siswa dalam belajar. Selain itu, menurut Meyer

Page 17: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

6

(2008:1) menyatakan bahwa keberhasilan kemandirian belajar siswa juga

memerlukan motivasi. Song dan Hill (2007:45) menyebutkan bahwa kemandirian

terdiri dari beberapa asperk yaitu Personal Attributes. Personal Attributes

merupakan aspek yang berkaitan dengan motivasi siswa, penggunaan sumber

belajar dan strategi belajar.

Motivasi merupakan faktor penting dalam mempengaruhi keberhasilan

proses belajar mengajar sehingga dapat berjalan lancar. Motivasi mendorong

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan begitu pula dalam belajar. Hasil

belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Dengan motivasi, seorang siswa

dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif siswa serta dapat mengarahkan dan

memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman

(2014:75) “motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai”.

Aspek-aspek motivasi yang dimiliki individu menurut Uno (2008:10) yaitu

“adanya keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya kebutuhan untuk

melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-cita, penghargaan atas diri sendiri,

adanya lingkungan yang baik dan adanya kegiatan yang menarik”.

Motivasi yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri individu (intrinsik)

antara lain kurang minat siswa, banyaknya waktu untuk melakukan aktivitas lain,

kurang berani untuk mengikuti layanan, dan Nerveous. Sedangkan motivasi yang

tumbuh dari luar diri individu (ekstrinsik) antara lain kurikulum yang tidak sesuai

Page 18: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

7

dengan tingkat kematangan anak, terlalu besar populasi siswa, kelemahan dari

sistem dan kondisi yang tidak mendata.

Motivasi dalam mengikuti layanan konseling individual adalah

dorongan dari dalam diri siswa untuk mengikuti layanan konseling

individual. Siswa yang memiliki motivasi mengikuti layanan

konseling individual maka siswa tersebut akan memiliki pandangan

yang positif mengenai pelaksanaan layanan konseling individual.

Siswa tidak akan segan untuk mengikuti layanan konseling

individual karena akan terselesaikannya masalah yang sedang

dihadapi, maka kehidupannya akan berubah menjadi lebih baik

(Dyaningpratiwi,2014:60).

`

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada siswa di

Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang ada di Gunung Pati antaranya MTS Al Asror

dan di MTS Al Hidayah mengenai partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan

layanan konseling individual masih kurang. Siswa yang memiliki masalah belum

memiliki kesadaran untuk mengikuti layanan konseling individual. Mereka

beranggapan bahwa siswa yang datang ke ruang BK adalah siswa yang

bermasalah atau siswa nakal. Siswa lebih suka menceritakan masalah yang

dialminya kepada teman yang mereka anggap tempat yang tepat untuk bercerita

berbagi keluh kesah. Mereka beranggaan pula bahwa teman pasti bisa merasakan

apa yang ia rasakan ketika sedang dihadapi dengan permasalahan.

Penyebab siswa kurang berkenan menceritakan masalahnyua kepada

konselor karena siswa merasa malu karena dianggap sebagai orang yang

bermasalah. Rasa malu merupakan hasil persepsi negatif yang ditunjukkan siswa.

Rasa malu merupakan perwujudan dari emosi yang didalamnya terdapat indikator

kemandirian dan nilai-nilai yang berkaitan dengan teori pengharapan nilai tentang

Page 19: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

8

motivasi. Hal ini yang menyebankan dorongan siswa yang kurang berkenan

memanfaatkan layanan konseling individual.

Penelitian ini diperkuat dengan beberapa penelitian yang telah terlaksana

antara lain penelitian Afriyani (2015) tentang hubungan antara persepsi terhadap

layanan bimbingan konseling dengan kemandirian belajar pada siswa. Penelitian

Dyaningpratiwi (2014) tentang hubungan antara kematangan emosi dengan

motivasi mengikuti layanan konseling individual. Penelitian Indrayanti (2011)

tentang pengaruh bimbingan dan koseling terhadap motivasi belajar siswa.

Penelitian Sunarsih (2009) tentang hubungan antara motivasi belajar, kemandirian

belajar dan bimbingan akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui “studi deskriptif motivasi mengikuti layanan konseling

individual dan kemandirian belajar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang akan menjadi

rumusan masalah dalam kajian penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat motivasi mengikuti layanan konseling individual pada

siswa madrasah tsanawiyah se-kecamatan gunungpati semarang ?

2. Bagaimana tingkat kemandirian belajar pada siswa madrasah tsanawiyah

se-kecamatan gunungpati semarang ?

Page 20: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan penelitian sebagai berikut:

1 Mengetahui tingkat motivasi mengikuti layanan konseling individual pada

siswa madrasah tsanawiyah se-kecamatan gunungpati semarang.

2 Mengetahui tingkat kemandirian belajar pada siswa madrasah tsanawiyah

se-kecamatan gunungpati semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wujud sumbangan atas temuan

hasil penelitian baru bagi pengembangan ilmu pengetatahuan terutama

Bimbingan Konseling tentang tingkat hubungan antara motivasi mengiuti

layanan konseling individual dengan kemandirian belajar pada siswa

madrasah stanawiyah se-kecamatan gunungpati semrang.

1.4.2 Manfaat Praksis

1) Bagi konselor atau guru BK, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

untuk pemberian layanan BK kepada siswa yang memiliki masalah belajar

terutama motivasi dalam mengikuti layanan konseling individual dan

kemandirian belajar.

2) Bagi peneliti, dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama proses

perkuliahan ke lapangan.

Page 21: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

10

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan

bagian akhir. Untuk lebih rincinya akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Bagian awal terdiri dari halaman judul, pernyataan keaslian tulisan,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2) Bagian isi terdiri dari 5 bab, antara lain:

Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi.

Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi penelitian terdahulu, pengertian

kemandirian belajar, pengertian motivasi mengikuti layanan konseling

individual, keterkaitan antara motivasi mengikuti layanan konseling

individual dengan kemandirian belajar, kerangka berfikir, dan hipotesis

penelitian.

Bab 3 Metode Penelitian, berisi jenis dan desain penelitian, populasi dan

sampel penelitian, variabel penelitian, metode dan alat pengumpul data,

validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian.

Bab 5 Penutup, berisi simpulan dan saran.

3) Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

menunjang penelitian ini.

Page 22: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan peneliti yang digunakan untuk memperkuat penelitian yang akan

dilakukan mengenai studi deskriptif mengikuti layanan konseling individual

dengan kemandirian belajar siswa.

1) Penelitian Afriyani (2015) tentang hubungan antara persepsi terhadap

layanan bimbingan konseling dengan kemandirian belajar pada siswa.

Menunjukkan adanya hubungan positif antara persepsi terhdap layanan

bimbingan dan konseling dengan kemandirian belajar. Semakin tinggi

persepsi layanan bimbingan konseling semakin tinggi pula kemandirian

belajar siswa begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena para siswa

sudah tahu pentingnya keberadaan Bimbingan Konseling sebagai salah

satu layanan yang dapat memberikan pemecahan masalah terhadap

permasalahan belajar, pribadi atau keluarga.

2) Penelitian Dyaningpratiwi (2014) tentang hubungan antara kematangan

emosi dengan motivasi mengikuti layanan konseling individual. Penelitian

ini membuktikan adanya hubungan antara kematangan emosi dengan

motivasi mengikuti layanan konseling individual dengan hasil keseluruhan

yang tinggi dan hasil terendah terdapat pada aspek keinginan melakukan

konseling individual

Page 23: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

12

3) Penelitian Indrayanti (2011) tentang pengaruh bimbingan dan koseling

terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan adanya

pengaruh bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa. Tingkat

pengaruh bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar siswa

termasuk dalam kategori cukup.

4) Penelitian Sunarsih (2009) tentang motivasi belajar, dan kemandirian

belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara

motivasi belajar, kemandirian belajar dan bimbingan akademik terhadap

prestasi belajar. Antara variabel satu dengan yang lainny saling berkaitan.

2.2 Kemandirian Belajar

2.2.1 Pengertian Kemandirian Belajar

Menurut Desmita (2012:185) bahwa “kemandirian merupakan kemampuan

untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, peraaan dan tindakan secara bebas

serta berusaha mengatasi sendiri perasaan malu dan ragu”. Kemandirian memiliki

arti kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk lebih maju demi

kesuksesan dirinya sendiri, mampu mengambil keputusan dan memiliki cara

untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, memiliki kepercayaan yang

tinggi dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Menurut Hargis (dalam Purnamasari, 2014:48) berpendapat bahwa

“kemandirian belajar bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan

akademik tertentu, akan tetapi sebuah proses pengarahan diri dalam

mentransformasikan kemampuan mental ke dalam kemampuan akademik

Page 24: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

13

tertentu”. Sedangkan menurut Johnson (2007:154) menyatakan bahwa

“kemandirian belajar adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan

tindakan mandiri yang terkadang melibatkan satu orang, biasanya satu kelompok”.

Tindakan ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan

kehidupan kita sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang

bermakna. Tujuan ini mengasilkan yang nyata maupun yang tidak nyata.

Brooks & Brooks menyatakan bahwa Kemandirian belajar menumbuhkan

semangat antusiasme seorang siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki

kemandirian belajar bebas dalam menggambarkan gagasan, minat dan bakat

(dalam Johnson, 2007:148). Kemandirian belajar memberikan kebebasan kepada

siswa untuk melakukan bagaimana kehidupan akademik sesuai dengan kehidupan

mereka sehari-hari. Proses ini membutuhkan waktu, tetapi hasilnya sebanding

dengan waktu yang dihasilkan. Kemandirian belajr membebaskan siswa untuk

menggunakan gaya belajar mereka sendiri, maju dalam kecepatan mereka sendiri,

menggali minat pribadi, dan mengembangkan bakat mereka sendiri (Johnson,

2007:147).

Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar

adalah kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang di dorong oleh

kemauan sendiri tanpa bergantung pada orang lain dan dibangun dengan bekal

pengetahuan atau kompetensi sesuai dengan pilihan sendiri untuk mencapai hasil

belajar sesuai dengan harapan yang telah dimiliki serta mampu mempertanggung

jawabkan atas apa yang telah dilakukan.

Page 25: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

14

2.2.2 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar

Kemandirian biasanya ditandai dengan menentukan nasib dirinya sendiri,

kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan

diri, membuat keputusan-keputusan sendiriserta mampu mengatasi masalah tanpa

adanya pengaruh dari orang lain (Desmita, 2012:182).

Siswa yang memiliki kemandirian yang tinggi mampu memotivasi dirinya

untuk bertahan dengan kesulitan yang sedang dihadapi dan dapat menerima

kegagalan dengan positif. Sesuai dengan pernyataan Bockates (Slavin, 2008:13)

bahwa “siswa yang mandiri termotivasi oleh pembelajaran itu sendiri, bukan

hanya oleh nilai atau persetujuan orang lain dengan mampu bertahan hingga tugas

tersebut terselesaikan”.

Menurut Babari (2012: 145) “membagi ciri-ciri ke dalam lima jenis, yaitu:

percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan yang

sesuai dengan kerjanya, menghargai waktu, bertanggung jawab”. Selain itu

menurut Fatimah (2010:143) ciri-ciri kemandirian belajar adalah “keadaan

seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya,

mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,

bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya”.

Menurut Laird (Mujiman, 2011: 14), ciri-ciri belajar mandiri yaitu:

1) Kegiatan belajarnya bersifat selfdirecting, mengarahkan diri sendiri, tidak

dependent.

Page 26: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

15

2) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab

sendiri atas dasar pengalaman bukan mengharapkan dari guru atau orang

luar.

3) Tidak mau didikte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara terus

menerus diberi tahu what to do.

4) Umumnya tidak sabar untuk segera memanfaatkan hasil belajar, sebelum

masalah yang lain lagi datang mengganggu hidupnya.

5) Lebih senang dengan problem-centered learning daripada contentcentered

learning.

6) Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan

ceramah guru.

7) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki.

8) Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar

pengalaman dengan sama-sama orang dewasa menyenangkan dan bisa

sharing responsibility.

9) Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu

bersama antara siswa dan gurunya.

10) Activities are experiential, not transmitted and absorbed, belajar harus

dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan menyerap

Menurut Moore (dalam Rusman 2016: 366-367) menjelaskan peserta didik

yang sudah sangat mandiri dalam belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut

“mengetahui dengan pasti apa yang ingin dicapai, menentukan tujuan

pembelajarannya, memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui ke mana dia

Page 27: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

16

dapat menemukan bahan-bahan belajar yang diinginkan serta belajar tidak

tergantung dengan orang lain, dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaannya atau untuk memecahkan permasalahan yang

dihadapinya dalam kehidupan”.

Sedangkan Familia (2006: 45) berpendapat anak yang mandiri memiliki

ciri khas sebagai berikut:

“....mempunyai kecenderungan memecahkan masalah daripada

berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat masalah, tidak takut

mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik buruknya,

percaya terhadap penilaian diri sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit

bertanya atau meminta bantuan, mempunyai kontrol yang lebih baik

terhadap hidupnya”.

Sedangkan, siswa yang kurang mandiri mempunyai karakter sebagai

berikut:

1) Menyukai program pembelajaran yang sudah terstruktur. Siswa lebih suka

mengikuti program pembelajaran yang tujuannya sudah dirumuskan

dengan jelas.

2) Siswa lebih suka mengikuti program pembelajaran yang bahan dan cara

belajaranya telah ditentukan dengan jelas.

3) Belum dapat menilai kemampuannya sendiri, karena itu lebih menyukai

program pembelajaran yang telah mempunyai kriteria keberhasilan yang

jelas.

Berdasarkan beberapa ciri-ciri yang dijelaskan diatas maka, dapat

disimpulkan beberapa kriteria seseorang dapat dikatakan memiliki kemandirian

antara lain mampu berfikir kritis, kreatif, inovatif, motivasi yang tingg, memiliki

gagasan yang tinggi dalam setiap langkahnya, bekerja keras dengan penuh

Page 28: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

17

ketekunan dan kedisiplinan, bertanggung jawab atas segala tindakan yang

dilakukan, mengetahui apa yang ingin dicapai dalam kegiatan belajarnya, dapat

memilih sumber belajar sendiri dan dapat menemukan bahan-bahan belajar yang

diinginkan serta belajar tidak bergantung atau terpengaruh oleh pendapat orang

lain, memiliki kepercayaan yang tinggi dan dapat menilai tingkat kemampuan

untuk melaksanakan pekerjaannya atau memecahkan permasalahan dalam

kehidupannya.

2.2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Kemandirian Belajar

Menurut Asrori (2006:118) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan kemandirian belajar, yaitu :

1) Faktor internal berupa faktor gen atau keturunan orang tua.

Faktor keturunan masih menjadi perbedaan karena ada yang berpendapat

sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya yang menurun

kepada anaknya, melainkan sifat orang tua yang meuncul berdasarkan cara

orang tua mengasuh dan mendidik anak.

2) Faktor ekternal berupa pola asuh orang tua, sekolah, dan masyarakat.

Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak.

Orang tua yang menciptakan susana yang aman dan nyaman ketika

berinteraksi dalam keluarga menjadikan kelancaran dalam perkembangan

anak. Sebaliknya, jika orang tua kurang berperan dalam pola asuh anak

perkembangan menjadi terhambat. Apabila orang tua sering membanding-

bandingkan dan berkata jangan atau tidak tanpa adanya penjelasan yang

Page 29: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

18

pasti kepada anak, akan menjadikan anak kurang baik terhadap

perkembangan kemandirian anak.

Proses pendidikan disekolah yang banyak memberikan sanksi atau

hukuman juga dapat menjadikan penghambat dalam perkembangan kemandirian

anak. Sebaliknya, pendidikan yang menekankan pada pentingnya penghargaan

terhadap potensi anak, pemberian reward, dan menciptakan kompetensi positif

akan memperlancar perkembangan kemandirian.

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan

anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor keturunan ini masih menjadi

perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat

kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang

tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya. Cara orang tua

mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian

anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata

”jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan

menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang

menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong

kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering

membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya juga akan berpengaruh

kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.

Sistem pendidikan di sekolah adalah sistem pendidikan yang ada di

sekolah tempat anak dididik dalam lingkungan formal. Proses pendidikan di

sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung

Page 30: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

19

menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan

kemandirian siswa. Sebaliknya, proses pendidikan di sekolah yang lebih

menekankan pentingnya penghargaan terhadap anak dan penciptaan kompetensi

positif akan memperlancar perkembangan kemandirian belajar.

Sistem kehidupan masyarakat yang menekankan lingkungan masyarakat

yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan,

dan tidak berlaku hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan

kemandirian remaja. Nilai kemandirian sebagai salah satu tujuan pendidikan,

maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Basri

(2004: 53) ada faktor lain yang mempengaruhi kemandirian seseorang yaitu

“faktor di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor yang terdapat diluar

dirinya (faktor eksogen)”.

Faktor endogen merupakan semua keadaan yang bersumber dari dalam

dirinya, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan

dengan segala perlengkapan yang melekat pada diri individu. Misalnya bakat,

potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya. Faktor eksogen adalah

semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya. Faktor eksogen ini

sering disebut dengan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat misalnya pola

pendidikan masyarakat, seperti pola pendidikan dalam keluargam sikap orangtua

terhadap anak, lingkungan sosial ekonomi.

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan struktur sosial,

merasa menghargai potensi anak dapat membantu menghambat perkembangan

Page 31: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

20

kemandirian. Sebaliknya, lingkungan yang nyaman serta menghargai potensi akan

membentuk perkembangan kemandirian.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kemandirian

belajar dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor

internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri sedangkan faktor

eksternal berasal dari bagian luar individu. Guna menjapai kemandirian belajar

tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan

kemandirian belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat

penting dalam menentukan seberapa jauh individu berfikir dan bersikap mandiri.

Jika faktor-faktor tersebut sudah terpenuhu mak siswa secara baik dapat terdorong

untuk mandiri, namun jika sebalikya siswa tidak memiliki faktor-faktor tersebut

maka kemandirian kurang terbentuk.

2.2.4 Upaya Mengembangkan Kemandirian Belajar

Menurut Asrori (2006: 118), sesuai dengan fase perkembangannya. Upaya

pengembangan kemandirian belajar pada remaja sebaiknya dilakukan melalui:

1) Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja secara penuh dalam

keluarga

2) Penciptaan keterbukaan komunikasi dalam keluarga

3) Peciptaan kebebasan mengeksplorasi lingkungan

4) Penerimaan remaja secara positif tanpa syarat/ tanpa pamrih

Page 32: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

21

5) Penciptaan komunikasi empatik dengan remaja

6) Penciptaan kehangatan interaksi dengan remaja

Menurut Asrori (2006: 119-120) menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan

untuk pengembangan kemandirian belajar pada remaja, antara lain sebagai

berikut:

1) penciptaan partisipasi dan keterlibatan dalam keluarga

2) penciptaan keterbukaan

3) penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan diwujudkan

dalam bentuk mendorong rasa ingin tahu remaja

4) penerimaan positif tanpa syarat

5) empati terhadap remaja

6) penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja.

Penciptaan partisipasi dan keterlibatan dalam keluarga, yang diwujudkan

dalam bentuk saling menghargai antar anggota keluarga dan keterlibatan dalam

memecahkan masalah remaja. Penciptaan keterbukaan yang diwujudkan dalam

bentuk toleransi terhadap perbedaan pendapat, memberikan alasan terhadap

keputusan yang diambil bagi remaja, keterbukaan terhadap minat remaja,

mengembangkan komitmen terhadap tugas remaja, kehadiran dan keakraban

hubungan dengan remaja.

Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan diwujudkan

dalam bentuk mendorong rasa ingin tahu remaja, adanya aturan tetapi tidak

cenderung mengancam apabila ditaati, adanya jaminan rasa aman dan kebebasan

untuk mengeksplorasi lingkungan.

Page 33: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

22

Penerimaan positif tanpa syarat yang diwujudkan dalam bentuk tidak

membeda-bedakan remaja, menerima remaja apa adanya, serta menghargai

ekspresi potensi remaja. Empati terhadap remaja yang diwujudkan dalam bentuk

memahami pikiran dan perasaan remaja, melihat persoalan remaja dengan

berbagai sudut pandang, dan tidak mudah mencela karya remaja. Penciptaan

kehangatan hubungan dengan remaja yang diwujudkan dalam bentuk interaksi

secara akrab, membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan remaja,

dan bersikap terbuka terhadap remaja. Melalui upaya pengembangan kemandirian

yang dilakukan oleh keluarga maupun pendidik tersebut dapat memicu

berkembangnya kemandirian pada diri remaja sehingga remaja dapat mencapai

perkembangannya secara optimal.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa upaya yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan kemandirian siswa adalah: melakukan tindakan

penciptaan kebebasan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan,

menciptakan hubungan yang akrab, hangat dan harmonis dengan siswa,

menciptakan keterbukaan, penerimaan positif tanpa syarat, menciptakan

kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan serta menciptakan empati kepada

siswa.

Partisipasi siswa yang kurang berkenan menceritakan masalahnyua kepada

konselor karena siswa merasa malu karena dianggap sebagai orang yang

bermasalah. Rasa malu merupakan hasil persepsi negatif yang ditunjukkan siswa.

Rasa malu merupakan perwujudan dari emosi yang didalamnya terdapat indikator

kemandirian dan nilai-nilai yang berkaitan dengan teori pengharapan nilai tentang

Page 34: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

23

motivasi. Hal ini yang menyebankan dorongan siswa yang kurang berkenan

memanfaatkan layanan konseling individual.

2.3 Motivasi

2.3.1 Pengertian Motivasi

Para ahli banyak berpendapat mengenai pengertian motivasi yang tidak

terlepas dari kata motif, karena motivasi berasal dari kata motif. Sesuai pendapat

dari Guralnik (dalam Moekijat, 2002:4) menyatakan bahwa motif adalah suatu

perangsang dari alam, suatu penggerak hati dan sebagainya yang menyebabkan

seseorang melakukan sesuatu.

Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu menurut Nasution (dalam Moekijat, 2002:4). Menurut Sardiman (2014:3)

motif adalah daya upaya yang mendorog seseorang melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan

aktivitas-aktivtas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut Schunk (2012:221) motivasi merupakan dorongan yang dapat

mengembangkan dan meningkatkan strategi pengaturan diri, pembelajaran, dan

keterampilan. Motivasi dan keefektifan diri meningkat ketika individu

mempresepsikan bahwa mereka melakukan aktivitas dengan terampil dan mereka

menjadi lebih kompeten.

Kesimpulan dari beberapa pendapat mengenai motivasi yaitu dorongan

yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Menurut Mc Donald (dalam

Sardiman, 2014:73) bahwa motivasi merupakan perubahan energi dalam diri

individu yang didahului dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

Page 35: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

24

tanggapan terhadap adanya tujuan. Syamsudin (2003:37) menyatakan bahwa

motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (force) atau daya (energy) dan

suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk

bergerak ke arah tujuan tertentu, baik di sadari maupun tidak disadari. Selain itu,

Moekijat (2002:5) berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian usaha

untuk menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan apabila seseorang tidak menyukainya, maka akan

berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka tersebut.

Indikator motivasi yang dimiliki individu menurut Uno (2009:10) yaitu :

1) Adanya keinginan untuk melakukan kegiatan

Adanya keinginan dalam diri untuk melakukan sesuatu maka individu

akan berusaha untuk bergerak melakukan sesuatu sesuai keinginan

individu tersebut secara maksimal untuk mencari pemecahannya.

2) Adanya kebutuhan untuk melakukan kegiatan

Adanya kebutuhan membuat seseorang seakan termotivasi untuk

melakukan sesuatu demi terpenuhinya kebetuhan tersebut. Kebutuhan

merupakan salah satu dari aspek psikologi yang menggerakkan individu

dalam aktivitas-aktivitas dan menjadi dasar alasan sebuah usaha.

Kebutuhan tidak lepas dari kehidupan karena, selama hidup individu

membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makan, pakaian,

rumah, pendidikan dll. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan,

lingkungan, waktu dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan maka

semakin tinggi pula kebutuhan yang harus dipenuhi.

Page 36: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

25

3) Adanya harapan dan cita-cita

Harapan dan cita-cita pasti dimiliki individu ketika melakukan sesuatu

sebagai sutu hasil. Dengan adanya cita-cita, seseorang akan lebih

termotivasi dalam belajar karena adanya tujuan yang diharapkan sehingga

apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

4) Penghargaan atas diri sendiri

Penghargaan atas dirinya sendiri sudah tentu dimiliki individu ketika

melakukan sesuatu berupa positif atas dirinya sendiri. Penghargaan

merupakan sebuah bentuk apresiasi kepada suatu hasil tertentu yang

diberiakan baik perorangan maupun dalam suatu lembaga sehingga

memberikan kebanggaan bagi siapa saja yang menerimanya.

5) Adanya lingkungan yang baik

Lingkungan yang baik pasti akan membuat segala kegiatan yang dilakukan

menjadi menarik jika lingkungannya mendukung dan membuat individu

merasa nyaman untuk melakukan kegiatan tersebut. Adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar dikelas antara lain

kompetensi guru, metode pembelajaran, kurikulum, sarana dan prasarana

serta lingkungan pembelajaran yang baik lingkungan alam, sosial, budaya.

Dapat diartikan bahwa lingkungan sosial pembelajaran dikelas maupun di

sekolah memiliki pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap

proses kegiatan belajar mengajar.

Page 37: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

26

6) Adanya kegiatan yang menarik

Adanya hal yang menarik dalam suatu kegiatan membuat seseorang

senang dalam menjalankan kegiatan sehingga tidak membuat bosan. Suatu

rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh. Berkaitan dengan belajar, berarti siswa memiliki keinginan

tinggi terhadap kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar

yang tinggi akan memiliki ketertariakn untuk belajar. Siswa senang untuk

melakukan kegiatan belajar dan keinginan tersebut muncul dari dalam diri

mereka sendiri.

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli mengenai moivasi

yaitu suatu dorongan atau perubahan energi yang ada dalam diri seseorang untuk

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan

yang ditandai dengan munculnya perasaan yang didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan.

2.3.2 Teori Motivasi

Teori motivasi yang hingga saat ini masih relevan adalah teori

pengharapan-nilai tentang motivasi (expectancy-value theories of motivation).

Teori pengharapan-nilai mencerminkan sebuah perspektif umum teori kognitif

tentang motivasi. Dua perspektif yang telah berpengaruh besar pada teori

Page 38: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

27

pengharapan-nilai kontemporer adalah level aspirasi dari Lewin dan motivasi

berprestasi dari Atkinson.

1) Level Aspirasi dari Lewin (Lewin’s Level of Aspiration)

Teori kognitif berasumsi bahwa manusia secara bawaan termotivasi,

secara konstan berusaha belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Maka dari itu, teori kognitif tentang motivasi lebih mengutamakan

keterarahan perilaku, atau cara individu membuat keputusan tentang tujuan

atau jalan yang akan dicapai dengan cara memfokuskan energi,

keingintahuan dan aktivitas.

Konstuk level motivasi dapat merangkap proses pengambilan keputusan

kognitif ini dengan menggabungkan komponen pengharapan dan

komponen nilai menurut Lewin (Schunk, Pintrich an Meece 2012:69).

Level aspirasi didefinisikan sebagai tujuan yang ditetapkan oleh individu

bagi dirinya sendiri pada sebuah tugas, berdasarkan pengalaman masa lalu

dan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki terkait dengan tugas

tersebut.

2) Motivasi berprestasi dari Atkinson (Atkinson’s Achievement Motivation)

Atkinson membangun perspektif dari konstruk pengharapan dan konstruk

level aspirasi yang bersifat umum, serta dari konsepsi Lewin tentang

valensi, atau nilai yang dilekatkan oleh individu pada sebuah objek

dilingkungannya. Atkinson menyusun sebuah teori motivasi berprestasi

Page 39: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

28

yang mencoba mengkombinasikan kebutuhan, pengharapan dan nilai

menjadi sebuah kerangka acuan yang komprehensif. Individu dapat

mengemukakan bahwa perilaku merupakan sebuah fungsi perkalian dari

tiga komponen ini, yang dijuluki sebagai motif, probabilitas keberhasilan

dan nilai insentif (Schunk, Pintrich and Meece 2012:70).

2.3.3 Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Suryabrata (2005:72) terbentuknya motivasi yaitu :

1) Motivasi Bawaan ( Motivasi Biologis) merupakan motif yang dimiliki

sejak lahir sehingga muncul dengan sendirinya dan tanpa dipelajari.

2) Motivasi yang dipelajari (motivasi sosial) merupakan motif yang

timbulnya berproses dengan cara dipelajari.

Menurut Syamsudin (2003:38) proses perkembangan, motivasi yaitu :

1) Motivasi primer atau motivasi dasar menunjukkan kepada motif yang

tidak dipelajari di bedakan menjadi 2 unsur yaitu dorongan fisiologis yang

berasal dari kebutuhan organis yang mencakup antara lain lapar, haus,

pernapasan, kegiatan dan istirahat dan dorongan umum yang termasuk

diantaranya dorongan takut, kasih sayang, kekaguman dan tingkah lau.

2) Motivasi sekunder menunjukkan kepada motif yang berkembang di dalam

diri individu katena sebuah pengalaman yang dipelajari antara lain takut

yang dipelajari, motivasi sosial, motivasi objektif dan interest, maksud dan

aspirasi, danmotivasi untuk berprestasi

Menurut Sardiman (2014:89) dasar persangkutannya, motivasi yaitu :

Page 40: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

29

1) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang mendorong seseorang melakukan kegiatan tertentu,

motivasi tersebut tidak berhubungan langsung dengan kegiatan yang

ditekuninya. Motivasi ekstrinsik memiliki ciri-ciri antara lain memperoleh

nilai tinggi, mendapatkan hadiah, mendapatkan pujian, menghindari

hukuman, dan meningkatkan kompetensi

2) Motivasi Intrinsik

Motivasi yang mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu

dengan kata lain motif-motif menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

Diperkuat oleh Sardiman (2014:83) bahwa terdapat ciri-ciri motivasi yang

ada pada diri seseorang yaitu :

3) Tekun menghadapi tugas

4) Ulet menghadapi kesulitan

5) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

6) Senang bekerja mandiri

7) Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin

8) Dapat mempertahankan pendapatnyaTidak mudah melepaskan suatu hal

yang diyakini

9) Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Menurut Djamarah (2011:149) membagi motivasi menjadi 2 macam,

yaitu:

Page 41: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

30

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

atau tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya

interen dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan

siswa untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung didalam pelajaran.

Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai

yang terkandung dalam pelajaran, bykan karena keinginan lain seperti

mendapat pujian, nilai yang tinggi, hadiah, atau yang lain sebagainya.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik

adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang

dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik apabila siswa memiliki tujuan yang

terletak di luar hal yang dipelajari. Misal mencapai anak tinggj, diploma,

gelar kehormatan dan kebahagiaan.

Para ahli sudah mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai

pembagian jenis motivasi, maka kesimpilannya bahwa motivasi ada 2 macam

yaitu :

1) Motivasi alami yaitu motivasi yang sudah dimiliki sejak lahir dan tidak

perlu dipelajari.

2) Motivasi sosial yaitu motivasi yang ada dikarenakan tuntuan dari luar

individu serta lingkungannya

Page 42: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

31

2.3.4 Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi menurut Sardiman (2014: 85) adalah sebagai berikut:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentuakan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang

siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan

mellakukan kegiatan beljar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk

bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Sementara itu Djamarah (2011: 157) menyebutkan fungsi motivasi adalah:

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Adanya dorongan untuk mencari

tahu sesuatu yang dibelum diketahui oleh anak melalui belajar.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis yang

melahirkan sikap terhadap anak didik merupakan suatu kekuatan tak

terbendung, yang kemudian terjelmadalam gerakan psikofisik.Motivasi

sebagi pengarah perbuata. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat

menyelesaikan mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan

yang diabaikan.

Page 43: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

32

Kesimpulannya bahwa motivasi yang menyeleksi setiap perubahan

individu maka motivasi juga dapat mempercepat atau pun memperlambat sesuatu

yang dilakukan oleh individu.

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi yang tumbuh dan berkembang antara lain :

1) Dari dalam diri individu (intrinsik) meliputi kurang minat siswa,

banyaknya waktu untuk melakukan aktivitas lain, kurang berani untuk

mengikuti layanan, dan nerveous.

2) Dari luar diri individu (ekstrinsik) meliputi kurikulum yang tidak sesuai

dengan tingkat kematangan anak, terlalu besar populasi siswa, kelemahan

dari sistem dan kondisi yang tidak mendata.

2.4 Layanan Konseling Individual

2.4.1 Pengertian Konseling Individual

Menurut Sukardi & Kusmawati (2008:46) konseling individu merupakan

pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik

(klien/konseli) mendapakan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan)

dengan guru pembimbing (konseor) dalam angka pembahasan dan pengentasan

permasalahan pribadi yang dideritanya. Pelayanan konseling perorangan

memungkinkan siswa (konseli) mendapatkan layanan langsung secara tatap muka

dengan guru pembimbingan (konselor) dalam rangka pembahasan dan

pengentasan permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh

pelayanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan.

Page 44: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

33

Sejalan dengan pendapat Nurihsan (2007:10) konseling individual adalah

peoses belajar melalui hubungan khusus secarapribadi dalam wawancara antara

seorang konselor dengan konseli. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan

agar konseli dapat mengenali diri, menerima diri sendiri serta realistis dalam

proses penyesuaian dengan lingkungannya.

Beberapa pengertian konseling individual diatas dapat ditarik kesimpuln

bahwa konseling individual merupakan proses bantuan yang diberikan oleh

konselor secara langsung kepada siswa guna mengoptimalkan potensi yang

dimiliki siswa.

2.4.2 Fungsi Layanan Konseling Individual

Fungsi dari konseling individual yaitu pengentasan masalah siswa

(Sukardi, 2008:47). Layanan konseling individual di dalamnya juga mencakup

sebagain fungsi pemahaman, pencegahan, pemeliharaan, dan pengembangan.

Keterkaitan antara fungsi pengentasan dengan fungsi lainnya dalam layanan

bimbingan dan konseling lainnya serta mendukung antara yang satu dengan

layanan yang lain.

1) Tujuan Konseling Individual

Konseling individual memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus yaitu :

Page 45: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

34

a) Tujuan Umum

Tujuan umum dari konseling individual adalah terentaskannya masalah

konseli (Prayitno, 2004:4). Hal ini bermaksud apabila masalah konseli

dapat terealisasi maka konseli dapat mengoptimlkan potensi yang

dimiliki sehingga konseli dapat berkembang secara optimal.

b) Tujuan Khusus

Menurut Prayitno (2004:4) bawa tujuan khusus layanan konseling

individual yaitu memahami masalah yang sedang dialami,

berkembangnya persepsi dan sikap kegiatan siswa demi

terselesaikannya masalah, serta pengembangan dan pemeliharaan

potensi konseli dari berbagai unsur positif dalam diri konseli dan

mencegah timbulnya masalah baru.

2.4.3 Aspek-Aspek Motivasi Mengikuti Layanan Konseling Individual

Menurut Uno (2009:10) beberapa indikator motivasi yang dimiliki oleh

individu diperoleh tiga indikator motivasi mengikuti layanan konseling individual

yaitu :

1) Keinginan melakukan layanan konseling individual

Menurut Sukardi (2008:44) dalam melaksanakan konseling individual

terdapat adanya asas kerahasiaan, asas kesukarelaan dan asas keterbukaan.

Dalam proses konseling, seorang klien diharapkan dapat menceritakan

secara jelas masalah yang sedang dihadapinya secara jujur dan terbuka

tentang dirinya. Masalah yang terjadi pada klien tidak akan diceritakan

Page 46: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

35

kepada orang lain yang kurang berkepentingan karena sudah menerapkan

asas kerahasiaan secara penuh. Asas kerahasiaan harus tertanam dalam diri

seorang klien agar mereka secara sukarela membawa masalahnya kepada

konselor. Hal ini guna mendukung pemecahan masalah serta pegkajian

berbagai kekuatan dan kelemahan klien.

2) Kebutuhan melakukan konseling individual

Dasar seseorang dalam melaksanakan sesuatu adalah adanya kebutuhan.

Dengan adanya kebutuhan seseorang seakan dipaksa untuk melakuakan

sesuatu demi terpenuhinya kebutuhan tersebut. Klien datang ke konselor

karena beberapa alasan yang mana sebelumnya klien sudah mengupayakan

usahanya sendiri yang tidak membuahkan hasil. Maka dari itu harapan

klien merupakan kebutuhannya, atau harapannya dapat berbeda dengan

kebutuhannya.

3) Adanya harapan dan cita-cita ketika melakukan layanan konselng

individual

Stone (1980) mengemukakan secara umum bahwa harapan klien adalah

proses konseling dapat menghasilkan pemecahan atau solusi persoalan

pribadinya seperti menghilangkan kecemasan, menentukan pilihan,

menjadi lebih baik, kesulitan atau kegagalan belajar.

Page 47: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

63

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

1) Tingkat motivasi mengikuti layanan konseling individual pada siswa MTS se-

Kecamatan Gunungpati Semarang memiliki kategori yang sedang.

2) Tingkat kemandirian belajar pada siswa MTS se-Kecamatan Gunungpati Semarang

memiliki kecenderungan yang sedang.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyampaikan beberapa

saran yang diajukan sebagai berikut:

1) Bagi guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan atau

pertimbanagn untuk memberikan layanan terkait dengan masalah motivasi dan

kemandirian belajar.

2) Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian dengan

menerapkan treatment atau melakukan penelitian eksperimen terkait permasalahan

kemandirian belajar dan motivasi mengikuti layanan konseling individual.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Cahyani. 2012. Jurnal SPIRITS, Vol.2, No.2, Mei 2012. 54-64 ISSN : 2087-7641

Page 48: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

64

Afriyani, Wiwiek. 2015. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling

dengan Kemandirian Belajar pada Siswa. Penelitian UMS

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asrori, Ali. 2006. Psikologi Remaja dan Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Atkinson. Dkk. 1987. Pengantar Psikologi. Batam Center: Interaksara

Awalya dkk. 2016. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.

Azwar, Saifuddin. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Babari, Yohanes. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Basri, Hasan. 2004. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya).Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Brookfield, S. D. 2001. Understanding and Facilitating Adult Learning. Buckingham: Open

auaniversity Press.

Cahyo, dkk. 2014. Buku Panduan Penulisan Proposal, Tugas Akhir, Skripsi, dan Artikel

Ilmiah. Semarang: FMIPA UNNES

Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan

konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dyaningpratiwi, Bintari. 2014. Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Motivasi

Mengikuti Layanan Konseling Individual. IJGJ. UNNES.

Familia. 2006. Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius.

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung:CV Pustaka Setia

Hendrayana, Angga. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 15, Nomor 2,

September 2014, 81-87

Hurlock Elizabeth. 1980. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Johnson, Elaine. 2007. Contextual Teaching and learning menjadikan kegiatan belajar

mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung:MLC

Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Diunduh dari

http://goeroendeso.feles.wordpress.com/Panduan pendidikan- karakter-di-smp pdf.

Page 49: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

65

La Sulo Umar. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mayer, Bill. Et al.2008. What is independent learning and what are the benefits for students?.

London: Departemen of Children, School and Families Reseacrch Repoort 051, 2008.

Mc Cauley & Mc Clelland. 2004, Future Student in self- Directed Learning at The Of SELF

Directed Learning,

Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung:CV Pionir Jaya.

Mugiarso, Heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.

Mujiman, H. 2011. Manajemen pelatihan berbasis belajar mandiri Yogyakarta: Pustaka

pelajar.

Nirwana, Moh Mega. 2012. Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Terhadap Motivasi

Belajar Siswa. Semarang. IKIP Veteran

Numri, Zamroni. 2015. Meningkatkan kemandirian belajar melalui layanan penguasaan

konten dengan teknik latihan saya bertanggung jawab. Jurnal penelitian tindakan Vol.

1, No. 1 Januari 2015

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: BK FIP.

Purnamasari, Yanti. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (Tgt) Terhadap Kemandirian Belajar Dan Peningkatan Kemampuan

Penalaran Dan Koneksi Matematik. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No.

1,2014, artikel 2, Universitas Terbuka

Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Schunk, Pintrich, Meece. 2012. Motivasi dalam Pendidikan.Jakarta: PT. Indeks

Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Indeks.

Song and Hill. 2007. A Conceptual Model for Under Standing Self- Directed Learning in

Online Environments. Journal of Interactive Online Learning,Volume 6

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut & Kusmawati, Desak P.E. Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling

di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunarsih, Tri. 2009. Hubungan antara motivasi belajar, kemandirian belajar dan bimbingan

akademik. Penelitian USM

Page 50: STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DAN ...lib.unnes.ac.id/31150/1/1301412030.pdf · berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

66

Suryabrata, Sunardi. 2005. Psikologi Pendidikan.jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamsudin, Abin. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Uno, Hamzah B. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Winkel & Hastuti, Sri. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instansi Pendidikan. Yogyakarta:

Media Abadi.