studi awal -...

66
STUDI AWAL : HISTOTEKNIK PERFUSI PBS- FORMALIN DAN GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, PANKREAS DAN GINJAL TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : PUTRI JUNITA SARI 1112103000061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: dinhkhue

Post on 10-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

STUDI AWAL : HISTOTEKNIK PERFUSI PBS-

FORMALIN DAN GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN

HEPAR, PANKREAS DAN GINJAL TIKUS STRAIN

SPRAGUE DAWLEY

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

PUTRI JUNITA SARI

1112103000061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

ii

Page 3: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

iii

Page 4: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

iv

Page 5: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji serta syukur saya panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan pada Nabi

besar Muhammad SAW, yang membawa cahaya kebenaran sampai akhir zaman.

Penelitian ini tidak dapat terlepas dari bantuan berupa masukan, kritik

maupun saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, Sp. OT selaku

Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan

Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya

selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Devy Ariany, M. Biomed dan Ibu Nurlaely Mida Rachmawati, S.Si,

M. Biomed, DMS selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu

membimbing, mengarahkan, dan menyemangati saya dalam

menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Juga para dewan penguji

3. Kedua orang tua saya yang tercinta, Bpk. Fahrizal dan Ibu Asma Amir

yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, memberikan doa, nasihat,

serta semangat dalam hidup saya.

4. Kakak saya, Nelly Asrizawati, Dede Edryan, Sry Wisdya, Tita Afrymelda

dan adik saya, Dinda Fadillah (almh) dan Muhammad Ananda Fajar yang

menjadi penyemangat hidup saya dan banyak membantu saya dalam

penelitian ini

Page 6: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

vi

5. Dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggungjawab (PJ)

modul riset PSPD 2012. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku PJ

laboratorium Riset. Ibu Nurlaely Mida R, S. Si, M.Biomed, DMS selaku

PJ Animal house. Ibu Endah Wulandari, M. Biomed selaku PJ

laboratorium Biokimia. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M. Biomed selaku PJ

laboratorium Histologi yang telah memberikan izin atas penggunaan lab

pada penelitian ini.

6. Untuk teman seperjuangan penelitian, Fiizhda Baqarizky, Galang

Prahanarendra, Abdul Rasyid, Fakhri Muhammad, Muhammad Azharan

Alwi, Imam Kautsar, Faisal Ravif

7. Untuk teman belajar, bermain, dan berorganisasi Binayu, Octa, Firda,

Adlin, Ranita, Nadiyah, Putri Auliya, Ega, Reza, Nuraisah, Nafta,

Zulfikar, Faruq, Zahro, dan Tanti

8. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang berjuang bersama meraih mimpi di

masa depan.

9. Laboran yang terlibat Mba Din, Ibu Ai, Ibu Lilis, Mba Suryani, Mas

Rachmadi. Juga pada Mas Haris dan Mas Panji yang sangat membantu

berlangsungnya penelitian ini

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penelitian ini agar dapat

terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak Karena Penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan, saya sangat mengharapkan kritik dan saran

untuk perbaikan dan kelanjutan penelitian ini. Demikian laporan penelitian ini

saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan

para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 21 Agustus 2015

Putri Junita Sari

Page 7: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

vii

ABSTRAK

Putri Junita Sari. Program Studi Pendidikan Dokter. Studi Awal :

Histoteknik Perfusi PBS-Formalin dan Gambaran Histologi Organ Hepar,

Pankreas dan Ginjal Tikus Sprague Dawley. 2015.

Histoteknik adalah metode atau cara untuk membuat sajian histologi dari

spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap

untuk diamati dan dianalisa.1,2,3

Perfusi adalah metode pada histoteknik untuk

mendapatkan proses fiksasi ke dalam jaringan dengan waktu yang relatif cepat,

sehingga gambaran histologi yang diperoleh mewakili keadaan sesaat sebelum

kematian. Metode ini membutuhkan peran pembuluh darah yang akan

menyalurkan dan memberikan akses ke setiap jaringan dalam waktu yang cepat.3,4

Phosphate Buffered Saline (PBS) adalah larutan fisiologis yang bersifat isotonik

dan tidak beracun terhadap sel serta bertujuan untuk menjaga kadar pH dan

mempertahankan osmolaritas sel.5 Formalin yang dilarutkan dalam PBS atau biasa

disebut PBS-Formalin merupakan larutan yang direkomendasikan sebagai pilihan

agen fiksasi yang terbaik.6 PBS-Formalin paling sering digunakan sebagai agen

fiksatif karena sifatnya sebagai agen yang fleksibel. Selain itu, dengan larutan

fiksatif PBS-Formalin ini dapat menjadikan organ yang akan diteliti menjadi lebih

lama dapat disimpannya dan proses autolisisnya sangat minimal.11

Kata kunci: Perfusi, PBS-Formalin, hepar, ginjal, pankreas.

Putri Junita Sari. Medical Education Study Program. Preliminary Study :

Perfusion Histotechnique PBS-Formaline and Histological Overview of

Liver, Renal, and Pancreas Sprague Dawley Rats. 2015.

Histotechnique is a method or a way to make a particular histology

specimen through a series of processes to be a specimen that is ready to be

observed and analyzed.1,2,3

Perfusion is a method of fixation that put the fixatives

into the tissue so that the fixation process relatively fast and uniformly preserve

tissue in a life like-state. This method through the circulatory system of that the

chemical can quickly reach every corner of the organism using the natural

vascular network.3,4

Phosphate Buffered Saline (PBS) is a physiological solution

that is isotonic and non-toxic to cells and aims to keep the normal pH and

maintain cell osmolarity.5 Formalin dissolved in PBS or so-called PBS-Formalin

is a solution that is recommended as the best option fixation agent.6 PBS-formalin

is most used as a fixative agent because the nature of flexible agent. Other than

that, PBS-formaline fixatives can make the organ more sustainable for saved and

minimalize the autolysis process.11

Keywords : perfusion, PBS-Formalin, liver, kidney, pancreas.

Page 8: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ..................................................................................

1.2 Rumusan masalah .............................................................................

1.3 Tujuan penelitian ..............................................................................

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................

1.4 Manfaat penelitian ............................................................................

1.4.1 Bagi peneliti ............................................................................

1.4.2 Bagi institusi ...........................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .................................................................................

2.1.1 Histoteknik ..............................................................................

2.1.2 Teknik Nekropsi .....................................................................

2.1.3 Metode Perfusi .......................................................................

2.1.2.1. Langkah-Langkah Metode Perfusi .............................

2.1.4 Perfusi PBS-Formalin ..............................................................

2.1.5 Pengolahan Pembuatan Blok ...................................................

2.1.4.1. Fiksasi .........................................................................

2.1.4.2. Dehidrasi ....................................................................

2.1.4.3. Penjernihan (clearing) ................................................

2.1.4.4. Penanaman (embedding) ............................................

2.1.4.5. Pembuatan Blocking....................................................

2.1.4.6. Pemotongan Organ .....................................................

2.1.6 Pewarnaan HE..........................................................................

2.1.7 Histologi Organ .......................................................................

2.1.6.1. Nukleus........................................................................

2.1.6.2.Sitoplasma ...................................................................

2.1.6.3.Hepar ...........................................................................

2.1.6.4.Ginjal ...........................................................................

2.1.6.5.Pankreas .......................................................................

2.2 Kerangka Teori .................................................................................

2.3 Kerangka Konsep ..............................................................................

Ii

iii

iv

v

vii

viii

x

xii

xiii

1

2

3

3

3

3

3

3

4

4

5

5

6

10

11

11

12

12

13

13

13

15

15

15

16

16

17

18

20

21

Page 9: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

ix

2.4 Definisi Operasional .........................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian ..............................................................................

1.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................

1.2.1 Waktu Penelitian .................................................................

1.2.2 Tempat Penelitian ................................................................

1.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................

1.4 Cara Kerja Penelitian .......................................................................

1.4.1 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................

1.4.2 Adaptasi Hewan Coba .............................................................

1.4.3 Tahapan Nekropsi (Perfusi)......................................................

1.4.4 Tahapan Pemrosesan Jaringan .................................................

3.4.4.1. Dehidrasi ....................................................................

3.4.4.2. Clearing ......................................................................

3.4.4.3. Embedding...................................................................

3.4.4.4. Blocking.......................................................................

1.4.5 Pemotongan Jaringan ..............................................................

1.4.6 Tahapan Pewarnaan HE ..........................................................

1.4.7 Foto Jaringan ...........................................................................

1.5 Alur Penelitian …………….............................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Teknik Perfusi ...................................................................................

4.2 Hepar .................................................................................................

4.3 Ginjal ................................................................................................

4.4 Pankreas ...........................................................................................

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................................

5.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

22

23

23

23

23

23

23

23

24

25

25

25

26

26

25

27

27

29

29

30

32

33

34

37

37

39

42

Page 10: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peralatan perfusi dengan komponen berlabel dan persiapan

perfusi I ..............................................................................................................

Gambar 2.2 Persiapan perfusi II dan peralatan perfusi untuk mengalirkan

dapar ..................................................................................................................

Gambar 2.3 Preparasi hewan coba ....................................................................

Gambar 2.4 Preparasi perfusi pada hewan coba ................................................

Gambar 2.5 Pengaturan alat dan hewan coba pada proses perfusi dengan

dapar ..................................................................................................................

Gambar 2.6 Pengaturan alat dan hewan coba pada proses perfusi dengan

larutan fiksatif ....................................................................................................

Gambar 2.7. Gambaran histologis hepar normal ...............................................

Gambar 2.8. Gambaran histologis ginjal normal .............................................

Gambar 2.9. Gambaran histologis ginjal tikus normal ......................................

Gambar 4.1.a Alat perfusi .................................................................................

Gambar 4.1.b Pengaturan sudut pada perfusi ...................................................

Gambar 4.1.c Tanda perfusi sudah optimal .......................................................

Gambar 4.1.d Perfusi selesai .................................................................. Gambar 4.1.a Hepar perfusi PBS-Formalin A 20x ...........................................

Gambar 4.2.b Hepar perfusi PBS-Formalin A 40x (insert: hepatosit) ..............

Gambar 4.3.a Ginjal perfusi PBS-Formalin C 20x ...........................................

Gambar 4.3.b Ginjal perfusi PBS-Formalin C 40x (insert: glomerulus) ..........

Gambar 4.3.c Ginjal perfusi PBS-Formalin C 40x (insert: tubulus) .................

Gambar 4.4.a Pankreas perfusi PBS-Formalin A 20x .......................................

Gambar 4.4.b Pankreas perfusi PBS-Formalin A 40x (insert: Langerhans) .....

Gambar 4.4.c Pankreas perfusi PBS-Formalin A 40x (insert : asinus) ............

Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat ......................................................

Gambar 6.2 Sampel Penelitian ..........................................................................

Gambar 6.3 Anastesi Hewan Coba ....................................................................

Gambar 6.4 Proses Nekropsi .............................................................................

Gambar 6.5 Proses Perfusi ................................................................................

Gambar 6.6 Proses Dehidrasi ............................................................................

Gambar 6.7 Proses clearing ..............................................................................

Gambar 6.8 Proses Embedding .........................................................................

Gambar 6.9 Proses Blocking .............................................................................

Gambar 6.10 Blok PBS-Formalin .....................................................................

Gambar 6.11 Pemotongan Jaringan ...................................................................

Gambar 6.12 Set Pewarnaan Hematoksilin Eosin .............................................

Gambar 6.13.a Hepar PBS-F A 20x ..................................................................

Gambar 6.1.3.b Hepar PBS-F B 20x .................................................................

Gambar 6.1.3.c. Hepar PBS-F A 40x ................................................................

Gambar 6.13.d. Hepar PBS-F B 40x .................................................................

Gambar 6.14.a Ginjal PBS-F A 20x .................................................................

Gambar 6.14.b Ginjal PBS-F B20x ...................................................................

Gambar 6.14.c Ginjal PBS-F C 20x ..................................................................

Gambar 6.14.d Ginjal PBS-F A 40x (insert: glomerulus) ................................

Gambar 6.14.e Ginjal PBS-F B 40x (insert: glomerulus) .................................

7

7

8

8

9

10

17

18

19

31

31

31

31

33

33

33

34

34

35

35

35

42

43

43

43

43

44

44

44

44

44

44

45

46

46

46

46

47

47

47

47

47

Page 11: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

xi

Gambar 6.14.f Ginjal PBS-F C 40x (insert: glomerulus) .................................

Gambar 6.14.g Ginjal PBS-F A 40x (insert: tubulus) .......................................

Gambar 6.14.h Ginjal PBS-F B 40x (insert: tubulus) .......................................

Gambar 6.14.i Ginjal PBS-F C 40x (insert: tubulus) ........................................

Gambar 6.15.a Pankreas PBS-F A 20x .............................................................

Gambar 6.15.b Pankreas PBS-F B 20x .............................................................

Gambar 6.15.c Pankreas PBS-F C 20x ..............................................................

Gambar 6.15.d Pankreas PBS-F D 20x ............................................................

Gambar 6.1.5.e Pankreas PBS-F E 20x .............................................................

Gambar 6.15.f Pankreas PBS-F F 20x ..............................................................

Gambar 6.15.g Pankreas PBS-F G 20x .............................................................

Gambar 6.15.h Pankreas PBS-F H 20x .............................................................

Gambar 6.15.i Pankreas PBS-F A 40x (insert: Langerhans) ............................

Gambar 6.15.j Pankreas PBS-F B 40x (insert: Langerhans dan asinus) ...........

Gambar 6.15.k Pankreas PBS-F C 40x (insert: Langerhans) ...........................

Gambar 6.15.l Pankreas PBS-F D 40x (insert: Langerhans) ...........................

Gambar 6.15.m Pankreas PBS-F E 40x (insert: Langerhans) ...........................

Gambar 6.15.n Pankreas PBS-F F 40x (insert: Langerhans) ............................

Gambar 6.15.o Pankreas PBS-F G 40x (insert: Langerhans dan asinus) ..........

Gambar 6.15.p Pankreas PBS-F H 40x (insert: Langerhans) ...........................

Gambar 6.15.q Pankreas PBS-F A 40x (insert: asinus) ....................................

Gambar 6.15.r Pankreas PBS-F C 40x (insert: asinus) .....................................

Gambar 6.15.s Pankreas PBS-F D 40x (insert: asinus) ....................................

Gambar 6.15.t Pankreas PBS-F E 40x (insert: asinus) .....................................

Gambar 6.15.u Pankreas PBS-F F 40x (insert: asinus) .....................................

Gambar 6.15.v Pankreas PBS-F H 40x (insert: asinus) ....................................

47

48

48

48

49

49

49

49

49

49

49

49

50

50

50

50

50

50

51

51

51

51

51

51

52

52

Page 12: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Daftar preparat jaringan yang diperfusi dengan PBS-Formalin .......

32

Page 13: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat ........................................................

Lampiran 2 Gambar Proses Penelitan ...............................................................

Lampiran 3 Gambar Preparat ............................................................................

Lampiran 4 Riwayat Penulis .............................................................................

42

43

46

53

Page 14: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histoteknik adalah metode atau cara untuk membuat sajian histologi dari

spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap

untuk diamati dan dianalisa. Sajian histologi yang baik dapat digunakan untuk riset,

guna mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan coba yang mendapat

perlakuan tertentu atau mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jaringan atau

organ tubuh tertentu.1,2,3

Teknik perfusi adalah kombinasi antara teknik euthanasia dan fiksasi. Hewan

coba yang telah di euthanasia, akan dialirkan cairan melalui sirkulasi darah. Tindakan

ini bertujuan agar proses fiksasi terhadap organ berlangsung lebih cepat. Dasar dari

teknik ini yaitu menunda proses autolisis pada jaringan secepat mungkin.3,4

Keuntungan dari teknik perfusi ini yaitu cairan perfusi dapat dengan cepat mencapai

setiap sudut jaringan, sehingga jaringan yang dihasilkan kurang lebih sama dengan

saat hewan dalam keadaan hidup.4 Cairan perfusi yang digunakan pada penelitian ini

adalah Phosphate Buffered Saline (PBS)-Formalin. PBS adalah larutan fisiologis

yang bersifat isotonik dan tidak beracun terhadap sel serta bertujuan untuk menjaga

kadar pH dan mempertahankan osmolaritas sel.5 Formalin yang dilarutkan dalam

PBS atau biasa disebut PBS-Formalin merupakan larutan yang direkomendasikan

sebagai pilihan agen fiksasi yang terbaik.6

Institusi pendidikan kedokteran seharusnya mempunyai laboratorium yang

terakreditasi untuk menunjang pembelajaran dan penelitian setiap mahasiswanya.

Faktor yang dapat mempengaruhi dan menentukan validitas suatu penelitian dari

laboratorium yaitu kelengkapan dari peralatannya, kemampuan dan pengalaman dari

operator atau analisanya, petunjuk analisis baku atau SOP yang digunakan, serta

kemampuan mengontrol mutu dan pengendalian mutu terhadap pekerjaan dan hasil

Page 15: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

2

analisisnya.7

Studi awal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi

gambaran hasil dan dapat mengevaluasi hasil tersebut sehingga nantinya dapat

dijadikan bahan acuan penelitian selanjutnya.8

Laboratorium Animal House di

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak berdirinya tahun 2005

belum mempunyai SOP yang baku mengenai histoteknik khususnya metode perfusi.

Maka dari itu, tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data dalam penyusunan SOP

baku histoteknik yang dapat diterapkan di laboratorium Animal House dan Histologi

kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah teknik perfusi pada tikus di laboratorium Animal House

kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Bagaimana gambaran histologi organ hepar, pankreas dan ginjal tikus yang

diperfusi dengan PBS-Formalin?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan data untuk menyusun SOP baku histoteknik yang dapat

diterapkan di laboratorium Animal House dan Histologi kampus FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran histologi organ hepar, ginjal dan pankreas tikus yang

diperfusi dengan PBS-Formalin

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan dalam bidang

histoteknik.

Page 16: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

3

2. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

1.4.2 Bagi Institusi

1. Untuk menjadi bahan acuan pembuatan SOP histoteknik di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga

dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain

2. Untuk menjadi bahan acuan untuk penyusunan anggaran pembelian alat

perfusi dengan tujuan dapat menunjang penelitian khususnya tentang

metode perfusi di laboratorium di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Untuk menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat digunakan

untuk penelitian yang lebih dalam oleh peneliti lain.

4. Untuk meningkatkan kualitas laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, khususnya laboratorium Histologi-

Patologi Anatomi.

Page 17: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Histoteknik

Histoteknik adalah metode atau cara untuk membuat sajian histologi dari

spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap

untuk diamati dan dianalisa. Sajian histologi yang baik dapat digunakan untuk riset,

guna mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan coba yang mendapat

perlakuan tertentu atau mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jaringan atau

organ tubuh tertentu.1,2,3

Histoteknik terdiri dari beberapa tahapan proses yang dimulai dari isolasi

jaringan dan diakhiri dengan pewarnaan. Salah satu teknik dalam melakukan isolasi

jaringan adalah perfusi.1,3

Selanjutnya dilakukan fiksasi, dimana proses ini bertujuan

agar organ yang telah dipisahkan dari tubuh hewan coba tidak rusak. Kemudian

dilanjutkan dengan proses dehidrasi. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan seluruh

cairan yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi sehingga dapat diisi dengan

parafin atau zat lain untuk membuat blok preparat. Kemudian dilanjutkan dengan

proses penjernihan (clearing) yang bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari

jaringan dan menggantikannya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan

parafin. Selanjutnya dilakukan pembenaman (embedding) yang bertujuan untuk

mengeluarkan cairan pembening (clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan

parafin. Selanjutnya blocking, dimana proses ini akan dilakukan menggunakan

parafin yang dicampurkan dengan organ yang telah mengalami proses diatas. Setelah

itu dilakukan pemotongan dan proses pewarnaan. Proses pewarnaan ini menggunakan

zat warna Hematoxylin dan Eosin. Pada hasil pewarnaan akan terlihat sitoplasma dan

inti sel pada setiap potongan organ.1,2,3

Page 18: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

5

2.1.2 Teknik Nekropsi

Nekropsi adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui penyebab kematian

pada umumnya. Nekropsi ini selain untuk menentukan penyebab suatu kematian,

dapat digunakan juga untuk mengetahui pengaruh suatu penelitian yang dilakukan

terhadap organ hewan coba. Prosedur nekropsi cukup rumit dan membutuhkan teknik

yang tidak mudah dalam pelaksanannya. Nekropsi dilakukan segera setelah kematian

hewan coba agar mencegah terjadinya degenerasi jaringan setelah kematian. Proses

autolisis sel terjadi sesaat setelah kematian. Pertama terjadi pada sel epitel saluran

cerna, dan sumsum tulang belakang. Kemudian dilanjutkan dengan organ hati, limpa,

dan ginjal. Proses ini dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan. Semakin tinggi

suhunya, semakin mudah suatu organ berdegenerasi.3

2.1.2. Metode Perfusi

Perfusi adalah metode pada histoteknik untuk mengalirkan cairan fiksasi ke

dalam jaringan dengan waktu yang relatif cepat, sehingga gambaran histologi yang

diperoleh mewakili keadaan sesaat sebelum kematian. Metode ini membutuhkan

peran pembuluh darah yang akan menyalurkan dan memberikan akses ke setiap

jaringan dalam waktu yang cepat. Sel akan memulai proses autolisis segera setelah

proses anoksia (kekurangan oksigen) terjadi. Jadi, semakin cepat larutan fiksatif

sampai ke setiap sel, maka proses autolisis pun semakin cepat berhenti.4,9

Metode perfusi sudah banyak dilakukan di berbagai laboratorium riset. Darah

akan dikeluarkan dan dikuras dengan cara menyuntikkan larutan garam fisiologis

yang dilanjutkan dengan larutan fiksatif. Biasanya larutan yang dipakai adalah

formalin. Cara memasukkan larutan pada metode ini ada 2 macam yaitu, metode

gravitasi dan pompa peristaltik. Metode gravitasi menggunakan bantuan gaya

gravitasi sehingga metode ini paling mudah dilakukan. Namun, hasil yang didapatkan

tidak begitu optimal. Karena apabila ada sel darah yang menyumbat suatu pembuluh

darah kapiler, maka larutan fiksatif tidak dapat sampai pada daerah tersebut secara

bersamaan sehingga tujuan keseragaman hasil akan sulit didapatkan. Sedangkan

Page 19: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

6

metode pompa peristaltik yaitu proses mendorong cairannya menggunakan bantuan

pompa peristaltik. Dengan menggunakan metode ini hasil yang didapat akan lebih

maksimal dan keseragaman hasil akan lebih optimal.4,9

Salah satu kelemahan metode perfusi adalah jaringan yang lunak akan

menyusut setelah dilakukan perfusi. Untuk mencegah hal tersebut perlu dijaga

perbandingan jumlah cairan di dalam dan di luar sel. Setiap sel memiliki pompa ion

pada permukaannya, umumnya berupa pompa natrium. Secara kontinu natrium akan

masuk ke dalam sel, dan dipompa keluar agar perbandingan 10:1 antara jumlah di

luar dan di dalam sel tetap terjaga. Segala faktor yang dapat mengganggu

metabolisme energi sel, contohnya pada perlakuan perfusi ini, dapat menyebabkan

rusaknya pompa ion. Akibatnya, sodium, air, dan cairan ekstraselular akan masuk ke

dalam sel hingga keseimbangan konsentrasi zat-zat tersebut di luar dan di dalam sel

tercapai. Hal tersebut menyebabkan sel membengkak dan menutup ruang ekstra

selular. Pada akhir perfusi, permeabilitas membran akan meningkat dan cairan akan

keluar dari sel menuju ke pembuluh darah. Selain itu, ruang ekstraseluler tidak

memompa ulang dan organ akan kolaps kedalam seluruhnya, sehingga pengkerutan

jaringan dapat dihindarkan.4,9

Larutan perfusi dialirkan dengan kecepatan 20-25 ml/menit untuk tikus

dewasa. Teknik perfusi juga menggunakan tekanan awal 80 mmHg dan

dipertahankan sampai larutan perfusi selesai. Selain itu, tekanan dapat ditingkatkan

maksimal sampai 130 mmHg.4,10

Selama perfusi, kecepatan dan tekanan yang

dianjurkan harus dipertahankan agar mencegah kerusakan pada organ yang telah

dilakukan perfusi sehingga hasil gambaran yang didapat tidak sesuai dengan yang

diharapkan.11

2.1.2.1. Langkah-Langkah Metode Perfusi

Siapkan perlengkapan perfusi dan berikan label pada komponen-

komponennya.

Page 20: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

7

Gambar 2.1. Peralatan perfusi dengan komponen berlabel dan persiapan perfusi I

(sumber : Fixation and Fixatives : Popular Fixative Solutions, 2012)4

Selanjutnya, persiapkan perlengkapan perfusi. Mulai dengan fixative line.

Siram lubang pipa yang berisi gelembung udara dan isi dengan dapar dengan cara

memasukkan dapar melalui syringe. Tutup katup pada pipa bagian akhir. Letakkan

fixative line ke dalam botol fiksatif tanpa dikenalkan oleh gelembung udara.

Gambar 2.2. Persiapan perfusi II dan peralatan perfusi untuk mengalirkan dapar

(sumber : Fixation and Fixatives : Popular Fixative Solutions, 2012) 4

Persiapan perlengkapan perfusi II. Buka katup pada awal percabangan, yaitu

katup dapar (warna biru) agar cairan dapat mengalir. Siram pipa dengan gelembung

udara dengan dapar yang dimasukkan melalui syringe. Tutup katup pada akhir pipa.

Letakkan pipa pada botol dapar. Tes tekanan untuk memastikan sistem tertutup secara

Page 21: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

8

sempurna dengan memompa bulb manometer dan melihat pengukurnya.

Perlengkapan siap untuk melakukan prosedur fiksasi

Gambar 2.3. Preparasi hewan coba (sumber : Fixation and Fixatives : Popular

Fixative Solutions, 2012) 4

Insisi pada lateral melewati integument dan dinding abdomen, dilanjutkan

insisi pada diafragma dan potong daerah tersebut untuk mengekspos jantung.

Kemudian buat potongan paralel pada kedua sisi tulang iga (costae) hingga tulang

scapulae.

Gambar 2.4. Preparasi perfusi pada hewan coba (sumber : Fixation and Fixatives :

Popular Fixative Solutions, 2012) 4

Page 22: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

9

Klem ujung sternum dengan hemostat dan letakkan hemostat di atas kepala

tikus. Letakkan jarum perfusi melalui potongan ventrikel menuju aorta asendens

kemudian amankan jarum perfusi dengan 1 set hemostat untuk klem jantung. 1 set

hemostat yang lain dapat digunakan untuk klem aorta, yaitu kira-kira pada ujung

jarum untuk mencegah kebocoran. Selanjutnya gunakan gunting iris untuk membuat

insisi kecil pada akhir posterior ventrikel kiri.

Gambar 2.5. Pengaturan alat dan hewan coba pada proses perfusi dengan dapar

(sumber : Fixation and Fixatives : Popular Fixative Solutions, 2012) 4

Pompa manometer untuk membuat tekanan pada garis (alur). Kemudian buka

katupnya dan sambungkan dengan jarum yang sudah dimasukkan ke dalam jantung

tikus. Pastikan tidak ada gelembung udara di dalam saluran tersebut. Pompa dengan

tekanan 80 mmHg dan jaga tekanan hingga infus dapar selesai.

Page 23: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

10

Gambar 2.6. Pengaturan alat dan hewan coba pada proses perfusi dengan larutan

fiksatif (sumber : Fixation and Fixatives : Popular Fixative Solutions,

2012) 4

Ketika dapar akan selesai (200 ml), ganti alur katup dapar sehingga cairan

fiksatif dapat masuk. Tekanan dapat ditingkatkan hingga 130 mmHg.

2.1.3. Perfusi PBS-Formalin

PBS (Phosphate Buffer Saline) adalah larutan fisiologis yang bisa digunakan

dalam prosedur immune-histokimia. Larutan ini bersifat isotonik dan tidak beracun

terhadap sel serta bertujuan untuk menjaga kadar pH dan mempertahankan

osmolaritas sel.5 Saat ini, PBS sudah banyak digunakan sebagai

1. Immunoassays

2. Prosedur immune-histokimia

3. Prosedur mikrobiologi

4. Prosedur kultur jaringan dan sel

5. Pengenceran suatu sampel5

Jika suatu sel difiksasi menggunakan larutan yang hipertonik maka sel

tersebut akan mudah menyusut, sebaliknya apabila sel difiksasi menggunakan larutan

yang hipotonik maka sel tersebut akan membengkak. Maka dari itu, dianjurkan

menggunakan larutan isotonik seperti PBS sebagai larutan fiksasi yang baik.5

Page 24: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

11

Formalin merupakan larutan fiksatif, dimana larutan ini digunakan pada

proses fiksasi jaringan. Tetapi pada proses perfusi juga dapat digunakan larutan

formalin yang dikombinasikan dengan PBS, dengan tujuan mendapatkan hasil yang

lebih baik. Formalin yang dilarutkan dalam PBS atau bisa disebut PBS-Formalin

merupakan larutan yang direkomendasikan sebagai pilihan agen fiksatif yang

terbaik.6 Larutan fiksatif saat ini sedang dikembangkan yang sifat racunnya sangat

minimal. PBS-Formalin paling sering digunakan sebagai agen fiksatif karena sifatnya

sebagai agen yang fleksibel. Selain itu, dengan larutan fiksatif PBS-Formalin ini

dapat menjadikan organ yang akan diteliti menjadi lebih lama dapat disimpannya dan

proses autolisisnya sangat minimal.11

2.1.4. Pengolahan Pembuatan Blok

Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode parafin yaitu

metode yang paling sering digunakan. Keuntungan menggunakan metode ini yaitu

pertama, irisan dapat lebih tipis dibandingkan menggunakan metode lainnya yaitu

dapat mencapai ketebalan rata-rata 6 mikrometer. Kedua, irisan yang sifatnya seri

dapat dengan mudah dikerjakan. Ketiga, proses pengerjaannya lebih cepat

dibandingkan dengan metode seloidin (mikrotom beku). Selain keuntungan tentu ada

kerugian dari metode ini yaitu jaringannya akan menjadi keras, mengerut dan mudah

patah serta untuk jaringan yang besar akan sulit dikerjakan dan enzim-enzim akan

larut pada metode ini.1,2

Proses pengolahan pembuatan blok ini dimulai dari fiksasi, pencucian

(washing), dehidrasi, perjernihan (clearing), infiltrasi parafin, penanaman

(embedding), penyayatan (section), penempelan (affiksing), deparafinisasi, pewarnaan

(staining), penutupan (mounting), dan labeling.1,2

2.1.4.1. Fiksasi

Fiksasi merupakan suatu usaha untuk mempertahankan komponen-komponen

sel atau jaringan agar tidak mengalami perubahan dan tidak mudah rusak. Proses

Page 25: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

12

fiksasi ini dharapkan setiap molekul pada jaringan yang hidup tetap berada pada

tempatnya dan tidak ada molekul baru yang timbul. Pada prosesnya ini tentu tidak

akan berjalan dengan sempurna, apabila timbul molekul asing baru pada jaringannya

disebut artefak. 1,2

2.1.4.2. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan metode yang digunakan untuk mengeluarkan seluruh

cairan yang terdapat dalam jaringan setelah dilakukan proses fiksasi sehingga

nantinya dapat diisi dengan parafin untuk membuat blok preparat. Proses dehidrasi ini

menggunakan alkohol bertingkat. Mulai dari alkohol 30%, 50%, 70%, 80%, 95%,

dan alkohol absolut. Prosesnya, suatu jaringan akan dicelupkan dimasing-masing

alkohol dengan kisaran waktu tertentu sampai prosesnya berakhir. 1,2

2.1.4.3. Penjernihan (clearing)

Penjernihan adalah metode yang digunakan mengeluarkan alkohol dari

jaringan dan menggantikannya dengan suatu larutan yang berikatan dengan parafin.

Pada proses clearing ini sangat krusial karena apabila di jaringan masih tersisa

alkohol walaupun sedikit, parafin tidak akan bisa masuk kedalam jaringan. Sehingga

jaringan nantinya tidak akan sempurna dalam pembuatan bloking, pemotongan, dan

pewarnaan. Proses clearing ini menggunakan bermacam-macam zat penjernih yaitu

xylol atau xylene dan toluol atau toluene yang memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Xylol atau xylene kelebihannya yaitu prosesnya cepat dan harganya

tidak terlalu mahal. Kekurangannya yaitu jaringan yang dapat dipindahkan hanya dari

alkohol absolut, dan jaringan yang dijernihkan dengan xylene tidak begitu jelas

menjadi transparan, sehingga tidak diketahui proses ini berjalan sempurna atau tidak.

1,2

Toluol atau toluene kelebihannya yaitu sudah banyak dipergunakan oleh

kebanyakan laboratorium, harganya murah, mudah didapat, dan jaringan yang

penjernihannya sempurna akan terlihat jelas transparan. Tetapi apabila jaringan tidak

Page 26: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

13

terlihat transparan berarti proses dehidrasi yang sebelumnya belum sempurna.

Kekurangannya yaitu jaringan hanya bisa dipindahkan dari alkohol absolut apabila

jaringan terlalu lama di toluol akan menyebabkan kerasnya jaringan sehingga sukar

untuk dipotong menggunakan mikrotom. 1,2

2.1.4.4. Penanaman (embedding)

Penanaman (embedding) merupakan proses untuk mengeluarkan cairan

pembening dari jaringan dan digantikan dengan parafin. Jaringan ini harus terbebas

dari cairan pembening karena nantinya akan mengkristal dan sewaktu dipotong

jaringan akan mudah robek. Berdasarkan metode prosesnya yaitu jaringan akan di

dibenamkan di larutan parafin selama 3x dan dalam jangka waktu tertentu sambil

dipanaskan agar parafinnya tidak membeku. Keuntungan menggunakan parafin

dengan titik lebur rendah yaitu jaringannya tidak mudah menjadi rapuh. Sedangkan

keuntungan memakai paraplast yaitu sifat parafinnya sangat elastis sehingga tidak

mudah robek atau rusak ketika dipotong. 1,2

2.1.4.5. Pembuatan blocking

Pembuatan blocking merupakan proses pembuatan preparat agar dapat

dipotong menggunakan mikrotom. Proses ini menggunakan parafin sebagai alat

menempelkan jaringannya agar mudah dipotong. Prosesnya yaitu dengan menyiapkan

tempat blokingnya, dan menuangkan parafin dilanjutkan dengan memasukan organ

ke dalam parafin yang sudah disediakan. Selanjutnya setelah blok parafin kering dan

sudah beku dapat dikeluarkan dari tempat blocking dan dapat dilanjutkan ke proses

selanjutnya. 1,2

Blok parafin yang sudah beku dan akan dipotong harus diberi label atau

disebut affiksing, metode ini bertujuan agar diketahui organ yang akan dipotong

nanti. Pengecoran (blocking) adalah proses pembuatan blok preparat agar dapat

dipotong dengan mikrotom. 1,2

2.1.4.6. Pemotongan Organ

Page 27: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

14

Pemotongan organ dilakukan menggunakan alat khusus dengan pisau yang sangat

tipis dan tajam yang disebut mikrotom. Mikrotom adalah alat yang dapat mengiris

potongan blok dengan sangat tipis dan sesuai dengan ukuran ketebalan yang kita

inginkan.12

Terdapat berbagai jenis mikrotom yaitu :

1. Hand Microtome

Merupakan jenis mikrotom yang sangat simpel dan biasanya digunakan untuk

memotong tumbuhan dan jaringan hewan, tetapi mikrotom jenis ini sangat

terbatas kemampuannya untuk memotong jaringan setipis mungkin.

2. Rocking microtome

Mikrotom jenis ini merupakan jenis yang hanya bisa memotong jaringan yang

lembut dan tingkat kesulitannya rendah. untuk jaringan yang lebih sulit

contohnya jaringan yang tingkat kekakuannya tinggi dapat menggunakan jenis

rotary microtome atau base sledge microtome dibandingkan dengan rocking

microtome.

3. Rotary microtome

Mikrotom jenis ini memiliki banyak keuntungan dan jenis yang paling cocok

dengan metode blok parafin. Mikrotom ini juga dapat memotong jaringan

yang sangat besar dan tingkat kesulitan yang besar. Dengan metode ini, blok

dapat dipotong hingga ketebalan 0,5 sampai 2 mikrometer.

4. Freezing microtome

Metode ini memiliki banyak keuntungan yaitu diantaranya prosesnya cepat,

jaringan yang mengkerut lebih sedikit dibandingkan dengan metode parafin

serta hampir semua metode pewarnaan dapat dilakukan menggunakan metode

ini. Selain keuntungan ada juga keburukannya yaitu irisan yang tipis dan

irisan yang seri sulit untuk diperoleh.

5. Base sledge microtome

Mikrotom jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Karena

mikrotom jenis ini dapat memotong berbagai jenis, ukuran, dan tingkat

Page 28: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

15

kekerasan suatu jaringan. Mikrotom jenis ini cara pengoperasiannya secara

hidrolik sehingga memudahkan pemotongan dan dapat memotong bahan yang

sangat keras sekalipun.12

2.1.5. Pewarnaan HE

Pewarnaan adalah teknik untuk memberikan warna pada komponen selular

dengan tujuan dapat membedakan antar sel tersebut. Warna adalah persepsi dari mata

yang dapat dibedakan berdasarkan panjang gelombang. Teknik pewarnaan ini

membantu dalam menghasilkan kontras dimana setiap warna memiliki afinitasnya

masing-masing. Contohnya pewarnaan sel, yaitu nukleus memiliki afinitas tinggi

terhadap pewarnaan hematoksilin. Sedangkan sitoplasma memiliki afinitas tinggi

terhadap pewarnaan eosin.13

Pewarnaan dengan menggunakan hematoksilin dan eosin memang metode

yang paling banyak digunakan dalam pembuatan preparat histologis. Pewarnaan ini

terdiri dari 2 jenis zat warna, yaitu hematoksilin yang fungsinya untuk mewarnai inti

sel menjadi biru. Sedangkan eosin fungsinya untuk mewarnai sitoplasma menjadi

merah.12

Hematoksilin merupakan zat warna alami yang dapat mengikat inti sel dengan

ikatan yang lemah. Ikatan yang lemah ini dapat berubah apabila ditambahkan dengan

senyawa lain. Selain itu, hematoksilin harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi

hematein agar dapat dijadikan sebagai pewarna inti sel. Eosin merupakan zat warna

yang fungsinya untuk mewarnai sitoplasma. eosin akan memberikan beberapa

corakan pada jaringan. Berbagai corakan pada jaringan ini dapat bertambah bila

pewarnaan yang digunakan lebih dari satu.12

2.1.6. Histologi Organ

2.1.6.1. Nukleus

Page 29: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

16

Nukleus atau inti sel adalah bagian terbesar dari sel, bentuknya bisa bulat atau

lonjong dan terdiri dari atas 3 komponen yaitu selaput inti, kromatin, dan nukleolus.

Selaput inti merupakan bagian yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari

retikulum endoplasma. Kromatin adalah material kromosom yang terdiri atas pilinan

untaian DNA yang terikat protein. Sedangkan nukleolus atau anak inti merupakan

struktur yang sangat basofilik yang aktif mengadakan sintesis protein. Komponen

nukleus ini akan terwarnai ungu atau biru tua bila diwarnai menggunakan pewarnaan

hematoksilin.14,15

2.1.6.2. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan bagian sel yang tersusun atas membran sel yaitu

sebagai lapisan terluar, badan inklusi sitoplasma yang umumnya merupakan

timbunan lipid, karbohidrat atau pigmen, dan sitosol yaitu bagian sitoplasma yang

didalamnya terdiri atas struktur metabolik aktif contohnya organel. Dan komponen

sitoplasma ini akan terwarnai merah muda bila diwarnai menggunakan pewarnaan

eosin. 14,15

2.1.6.3. Hepar

Hepar merupakan organ primer untuk detoksikasi dam pembuangan bahan tak

berguna oleh tubuh. Secara histologi, hepar terdiri atas lobus-lobus yang dibatasi oleh

fissura yang dalam dan septa jaringan ikat yang dikenal dengan kapsula Glisson.16

Setiap lobus terdiri dari lobulus-lobulus yang merupakan dasar unit fungsional hati.

Lobulus terdiri atas sel parenkim yang dikenal sebagai hepatosit dan sinusoid-

sinusoid yang merupakan pembuluh yang berjalan radier dari vena porta dan bersatu

menjadi vena sentralis pada bagian tengah lobulus. Di daerah antar lobulus-lobulus

dapat ditemukan portal triad yang terdiri dari arteri hepatica, vena porta, dan duktus

biliaris.15

Page 30: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI
Page 31: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI
Page 32: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI
Page 33: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

20

2.2. Kerangka Teori

Page 34: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

21

2.3. Kerangka Konsep

Keterangan :

= dilakukan penelitian

Page 35: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

22

2.4. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

operasional

Alat ukur Cara pengukuran Skala pengukuran

1. Preparat hepar

a) Gambaran

khas organ

b) Ukuran sel

c) Bentuk sel

d) Nukleus

e) Sitoplasma

Sajian

histologi

berupa organ

hepar tikus

yang

dipotong

dengan

mikrotom

ukuran 6µm

Mikroskop

Olympus

BX41

Dengan pengaturan

skala dan perbesaran

pada mikroskop

a) Perbesaran

20x

b) Perbesaran

40x

c) Perbesaran

40x

d) Perbesaran

40x

e) Perbesaran

40x

a) SS : dapat

diidentifikasi

gambaran khas

organ

b) N : normal dan

dapat diidentifikasi

c) N : normal dan

dapat diidentifikasi

d) BU : bulat dan

berwarna ungu

e) MM : berwarna

merah muda

2. Preparat ginjal

a) Gambaran

khas organ

b) Ukuran sel

c) Bentuk sel

d) Nukleus

e) Sitoplasma

Sajian

histologi

berupa organ

ginjal tikus

yang

dipotong

dengan

mikrotom

ukuran 6µm

Mikroskop

Olympus

BX41

Dengan pengaturan

skala dan perbesaran

pada mikroskop

a) Perbesaran

20x

b) Perbesaran

40x

c) Perbesaran

40x

d) Perbesaran

40x

e) Perbesaran

40x

a) SS : dapat

diidentifikasi

gambaran khas

organ

b) N : normal dan

dapat diidentifikasi

c) N : normal dan

dapat diidentifikasi

d) BU : bulat dan

berwarna ungu

e) MM : berwarna

merah muda

3. Preparat pankreas

a) Gambaran

khas organ

b) Ukuran sel

c) Bentuk sel

d) Nukleus

e) Sitoplasma

Sajian

histologi

berupa organ

pankreas

tikus yang

dipotong

dengan

mikrotom

ukuran 6µm

Mikroskop

Olympus

BX41

Dengan pengaturan

skala dan perbesaran

pada mikroskop

a) Perbesaran

20x

b) Perbesaran

40x

c) Perbesaran

40x

d) Perbesaran

40x

e) Perbesaran

40x

a) SS : dapat

diidentifikasi

gambaran khas

organ

b) N : normal dan

dapat diidentifikasi

c) N : normal dan

dapat diidentifikasi

d) BU : bulat dan

berwarna ungu

e) MM : berwarna

merah muda

Page 36: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

23

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2014.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, Laboratorium

Biokimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium Farmakologi, dan

Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jl.

Kertamukti No. 05, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan

strain Sprague-dawley umur 80 hari dengan berat badan 200 gram. Hewan

coba tersebut diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor

(IPB) (Lampiran 1).22

Pada penelitian ini menggunakan organ hepar, pankreas, dan ginjal

sebagai sampel.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian

a. Tahap Nekropsi

Kapas, minor set surgeon, Zipline plastic bag, papan potong, dan eter untuk

anastesi.

Page 37: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

24

b. Tahap Perfusi dan Fiksasi

Alat perfusi menggunakan set infus dengan ukuran jarum 23G, PBS

(Phosphate Buffer Saline) dan Formalin.

c. Tahap Dehidrasi

Gelas ukur 1000 ml dan 500 ml, Beaker glass 1000 ml dan 250 ml, corong

kaca, aquades, alkohol absolut CH3CH2OH Mallinckrodt Chemicals, dan

alkohol 95%.

d. Tahap Paraffinisasi

Incubator dan Paraplast Leica Microsystem.

e. Tahap Clearing dan Embedding

Hotplate stirer (sRS 710 HA), vials stopper tools neck.

f. Tahap Blocking

Cetakan blocking dan Spiritus

g. Tahap Pemotongan

Bunsen, mikrotom geser, korek api gas, waterbath, kulkas, beaker glass 200

ml, putih telur, gliserin, dan es batu.

h. Tahap Pewarnaan

Object glass, cover glass, staining jar, mikroskop shimadzu T025A, spatula

kaca, timer, Hematoksilin, eosin, xylol, canada balsam, aquadest, H2SO4,

alkohol absolut CH3CH2OH, alkohol 95%.

i. Tahap Foto Jaringan

Kotak preparat, kamera preparat, komputer lab, DVD foto, mikroskop

Olympus BX41.

j. Tahap keseluruhan

Tissue, tissue berpori.

3.4.2. Adaptasi Hewan Coba1,2

Setelah hewan coba tiba di laboratorium animal house, hewan coba diberikan

makan dan minum ad libitum dan ditempatkan dalam kandang yang berisi 3 ekor.

Kemudian diamati perilakunya serta diadaptasi selama 14 hari.18

Page 38: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

25

3.4.3. Tahapan Nekropsi (Perfusi) 1,2,4

Siapkan alat dan bahan. Lakukan anastesi menggunakan eter. Keberhasilan

anastesi dicek dengan memberikan rangsang nyeri pada kaki atau ekor tikus. Tikus

diletakkan pada papan nekropsi dan dilakukan pembedahan pada bagian

abdominothorakal. Setelah alat perfusi terpasang, suntikan jarum perfusi di bagian

vena kava inferior dan potong vena kava inferior di bagian belakang jarum dengan

hati-hati. Larutan perfusi formalin 10% dalam PBS (PBS-Formalin), dialirkan dengan

kecepatan 20 ml/menit dan tekanan yang diperoleh dari ketinggian permukaan larutan

terhadap vena kava inferior sekitar 72,5 cm. Perhatikan hingga pembuluh darah arteri

dan vena intercostalis serta hepar menjadi pucat yang menandakan proses perfusi

sudah selesai. Lakukan nekropsi organ-organ yang dibutuhkan (hepar, pankreas,

ginjal). Organ dipotong dengan ketebalan 0,5 cm dan direndam kedalam larutan

formalin 10%.

3.4.4. Tahapan Pemrosesan Jaringan1,2

3.4.4.1. Dehidrasi1,2

Proses dehidrasi menggunakan alkohol dengan variasi konsentrasi

50%, 70%, 80%, 90%. Pengenceran alkohol dilakukan dengan cara

penghitungan sebagai berikut:

1. Pengenceran alkohol 50% = 500 ml alkohol 95% + 450 ml aquades

2. Pengenceran alkohol 70% = 700 ml alkohol 95% + 250 ml aquades

3. Pengenceran alkohol 80% = 800 ml alkohol 95% + 150 ml aquades

4. Pengenceran alkohol 90% = 900 ml alkohol 95% + 50 ml aquades

Setiap konsentrasi larutan alkohol tersebut dimasukkan pada 3 buah pot

plastik, masing-masing setinggi 2/3 pot plastik. Setiap pot dengan konsentrasi

alkohol yang sama diberi label I, II, III untuk menandakan urutan proses

dehidrasi.

Page 39: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

26

Tahap dehidrasi dimulai dengan memasukkan potongan hepar, ginjal dan

pankreas ke dalam pot plastik berlabel I, II, lalu III. Potongan organ direndam

selama 15 menit secara berurutan ke dalam larutan alkohol 50%, 70%, 80%,

90% dan 95%.

3.4.4.2. Clearing1,2

Tahapan Clearing bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan,

karena alkohol dan paraffin tidak dapat menyatu, sehingga larutan yang akan

dimasukkan ke dalam jaringan dapat berikatan dengan parafin. Pada tahapan

ini digunakan larutan toluol:alkohol (1:1) dan toluol murni.

Pertama, potongan organ dimasukan ke dalam larutan toluol:alkohol

(1:1) dan direndam selama 25 menit. Kemudian potongan organ tersebut

dipindahkan dan direndam kedalam toluol murni selama 60 menit hingga

menjadi bening. Perendaman dalam toluol murni diperpanjang sampai

potongan menjadi bening. Waktu perendaman dalam toluol murni paling lama

selama 120 menit, karena akan menyebabkan pengerasan pada jaringan

sehingga sulit untuk dilakukan pemotongan.

3.4.4.3. Embedding1,2

Tahap embedding bertujuan untuk mengeluarkan cairan pada saat

proses clearing dan menggantinya dengan paraffin karena cairan saat proses

clearing dapat mengkristal di dalam jaringan dan menyebabkan jaringan

mudah robek saat tahap pemotongan.

Pertama, buat larutan toluol : paraffin (50 ml : 50 ml). Kemudian

bungkus organ menggunakan tissue berpori lalu rendam dalam larutan

tersebut dan diamkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Setelah itu cairkan

paraffin dengan suhu diantara 56-62oC dan diberi label I, II, III dan IV.

Masukkan potongan organ ke dalam larutan paraffin secara berurutan,

masing-masingnya selama 15 menit.

Page 40: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

27

3.4.4.4. Blocking1,2

Tahapan ini merupakan proses pembuatan blok preparat agar organ

dapat dipotong dengan mikrotom. Cairkan paraffin lalu tuangkan sedikit ke

dalam cetakan blok. Masukan potongan organ secara perlahan dan kemudian

tuangkan kembali paraffin hingga merendam organ.

3.4.5. Pemotongan Jaringan1,2

Pemotongan jaringan dilakukan dengan menggunakan mikrotom.

Pertama, rekatkan blok paraffin diatas blok kayu dengan cara memanaskan salah

satu sisi blok paraffin hingga sedikit mencair kemudian langsung tempelkan.

Letakan blok paraffin dan balok kayu tersebut pada holder (pemegang) di

mikrotom dan kencangkan. Lakukan pemotongan jaringan ini dengan ketebalan

6 µm. Jika diperlukan sudut kemiringan pisau mikrotom diatur pada sudut 20-

30o.

Hasil potongan blok paraffin kemudian di rendam dalam waterbath

dengan suhu air 37-40o C hingga potongan organ terlihat merengang. Kemudian

oleskan putih telur yang dicampur dengan gliserin pada kaca objek secara tipis

dan merata. Lalu ambil potongan tersebut menggunakan kaca objek ke dalam

waterbath. Letakan kaca objek tersebut pada hotplate dengan suhu 40-45oC

hingga kering. Setelah kering dan potongan melekat dengan kuat pada kaca

objek, angkat dari hotplate dan potongan siap untuk diwarnai.

3.4.6. Tahapan Pewarnaan HE1,2

Sebelum memulai proses pewarnaan masukkan xylol, alkohol dengan

konsentrasi 70%, 80%, 90%, alkohol absolut, alkohol asam, hematoksilin, eosin

dan aquades ke dalam staining jar dengan volume ¾ bagian.

Masukkan dan rendam cawan yang berisi preparat kedalam staining

jar yang berisi xylol selama 10 menit sebanyak 2 kali. Lalu pindahkan dan

rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol absolut selama 5 menit

Page 41: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

28

sebanyak 2 kali. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi

alkohol konsentrasi 90% selama 1 menit.

Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol

konsentrasi 80% selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi alkohol konsentrasi 70% selama 1 menit. Pindahkan dan

rendam cawan ke dalam staining jar berisi aquades selama 4 menit. Pindahkan

cawan tersebut dan rendam ke dalam staining jar yang berisi Hematoksilin

dengan durasi hepar 4 menit; ginjal 2 menit; pankreas 1 menit. Selama durasi

itu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya

overstainning hematoksilin. Lakukan perendaman cawan di dalam staining jar

berisi aquades sebanyak 3 kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan dan rendam

cawan ke dalam staining jar berisi alkohol asam selama 30 detik.

Kemudian pindahkan dan rendam cawan kedalam staining jar yang

sudah dialiri air mengalir selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke

dalam staining jar berisi Eosin selama 1 menit. Selama durasi itu dilakukan

pengamatan dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya overstainning

eosin.

Lakukan pemindahan dan perendaman cawan di dalam staining jar

berisi aquades sebanyak 3 kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan secara

berurutan dan rendam cawan ke dalam staining jar yang berisi alkohol dengan

konsetrasi meningkat dari 70% sampai alkohol absolut selama 1 menit dan xylol

sebanyak 2 kali 3 menit.

Teteskan dan ratakan canada balsam secukupnya di atas preparat dan

ditutup dengan cover glass. Amati di bawah mikroskop dan jangan biarkan ada

gelembung udara pada preparat. Berikan nama organ/kode organ serta tanggal

pembuatan. Tunggu hingga kering. Preparat siap disimpan.

Page 42: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

29

3.4.7. Foto Jaringan1,2

Preparat diamati dan difoto dengan menggunakan mikroskop Olympus BX41 dan software Olympus DP2-BSW yang dimulai dari

perbesaran 4x, 10x, 20x, dan 40x.

3.5. Alur Penelitian

Page 43: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

30

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Teknik Perfusi

Alat dan bahan yang digunakan di laboratorium Animal House untuk

metode perfusi adalah set infus dengan ukuran jarum 23G, penyangga set infus

dengan ketinggian 72,5 cm, PBS (Phosphate Buffer Saline) dan Formalin

(Gambar 4.1.a). Alat yang seharusnya digunakan berdasarkan teori adalah alat

perfusi yang dilengkapi dengan pengukur tekanan dan kecepatan. Kecepatan

normalnya biasanya 20-25 ml/menit, sedangkan tekanan yang dibutuhkan diawal

adalah 80 mmHg, nantinya akan bertahap meningkat hingga maksimal 130

mmHg. Tujuan dari pengaturan tekanan dan kecepatan tersebut adalah agar hasil

organ tikus yang diperfusi dapat maksimal dan keseragaman hasil dapat tercapai.

Pada penelitian kali ini menggunakan peralatan yang berbeda dengan teori.

Karena faktor dari keterbatasan penyediaan alat tetapi tetap dengan fungsi yang

sama. Kecepatan dan tekanan aliran larutan perfusi pada set infus tidak dapat

diatur agar tetap konstan, sehingga hasil yang didapat pada beberapa organ tidak

maksimal dan kurang memuaskan.4,9,19

Persiapan pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan alat yang

dibutuhkan untuk melakukan perfusi. Sebelum melakukan perfusi, tikus terlebih

dulu dianastesi. Setelah itu persiapan infus set dengan jarum yang sudah

terpasang. Sebelum jarum ditusukkan ke pembuluh darah, selang infus dipastikan

sudah diisi dengan larutan PBS-Formalin dan juga dipastikan tidak ada

gelembung udara didalam selang untuk keberhasilan perfusi. Pada penelitian ini

saat pengerjaan pertama, menggunakan jarum ukuran besar dan disuntikkan

melalui ventrikel kiri, namun hal tersebut merusak dan merobek pembuluh darah

dijantung dan proses perfusi gagal berjalan. Kemudian jarum diganti dengan

ukuran yang lebih kecil yaitu ukuran 23G dan dimasukkan melalui vena kava

inferior pada jantung (Gambar 4.1.b). Selain itu, keterampilan teknik penusukkan

jarum dan pengaliran cairan perfusi juga harus terlatih dan cepat. Karena

berpengaruh pada keberhasilan perfusi. 4,9,19

Page 44: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

31

Gambar 4.1.a Alat perfusi Gambar 4.1.b Pengaturan sudut pada perfusi

Gambar 4.1.c Tanda perfusi sudah optimal Gambar 4.1.d Perfusi selesai

Selanjutnya setelah jarum ditusukkan dan dalam posisi yang benar, buka

infus set dengan kecepatan tetes maksimal dan biarkan cairan PBS-Formalin

mengalir ke pembuluh darah tikus. Lamanya perfusi pada tikus dewasa berkisar

antara 30-60 menit. Selain itu dapat juga dilihat berdasarkan penampakan organ

hepar yang mulai terlihat bersih dan semakin pucat (Gambar 4.1.c). Selain itu

dapat dilihat juga dari pembuluh darah intercostalis tikus yang semakin lama

semakin pucat. Ini merupakan indikator perfusi yang baik. Setelah perfusi selesai

Page 45: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

32

dikerjakan, maka proses pengambilan organ dapat segera dilakukan (Gambar

4.1.d). 4,9,19

Berikut hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu daftar preparat

jaringan yang diperfusi PBS-Formalin. (Lampiran 3)

Tabel 4.1. Daftar preparat jaringan yang diperfusi dengan PBS-Formalin

No. Kode

Organ

Gambaran

khas organ

Ukuran

Sel

Bentuk

Sel Nukleus Sitoplasma

1. Hepar A SS N N BU MM

2. Hepar B SS N N BU MM

3. Ginjal A SS N N BU MM

4. Ginjal B SS N N BU MM

5. Ginjal C SS N N BU MM

6. Pankreas A SS N N BU MM

7. Pankreas B (-) (-) (-) BU MM

8. Pankreas C (-) (-) (-) BU MM

9. Pankreas D (-) N N BU MM

10. Pankreas E SS N N BU MM

11. Pankreas F SS (-) (-) BU MM

12. Pankreas G (-) (-) (-) BU MM

13. Pankreas H SS N N BU MM

Keterangan :14,15,16,17

SS : dapat diidentifikasi gambaran khas organ

N : normal dan dapat diidentifikasi

BU : bulat dan berwarna ungu

MM : berwarna merah muda

(-) : tidak sesuai teori

4.2. Hepar

Pada hepar perfusi PBS-Formalin (Gambar 4.2.a) terlihat hubungan atau

taut antar sel renggang, bentuk sel polihedral, batas antar sel jelas, sitoplasma

berwarna dominan berwarna merah muda tetapi terdapat sebaran warna ungu pada

sitoplasma, nukleus berbentuk bulat dan berwarna ungu.

Page 46: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

33

(a) (b)

Gambar 4.2. Hepar tikus (a) Perfusi PBS-Formalin A perbesaran 20x; (b) Perfusi PBS-

Formalin A perbesaran 40x (insert: hepatosit).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Suprianto (2014)

dimana didapatkan hasil yang baik pada hepar yang diperfusi PBS-Formalin.20

Hal tersebut dapat diakibatkan oleh faktor teknik perfusi. Pada penelitian ini

teknik perfusi dilakukan dengan kecepatan 20 ml/menit dan dengan tekanan

yang tidak dapat dibuat konstan. Kecepatan diperoleh dengan ketinggian

permukaan larutan terhadap vena kava inferior sekitar 72,5 cm. Kemungkinan

cairan perfusi dengan kecepatan dan tekanan tinggi merusak tautan antar sel

sehingga hasil pada preparat jaringan tampak renggang. 4,9,19,21

4.3. Ginjal

Pada ginjal perfusi PBS-Formalin (Gambar 4.3.a) gambaran glomerulus

dapat dikenali namun tubulus ginjal dominan sulit dikenali, tubulus ginjal pada

perfusi PBS-Formalin tidak begitu jelas dan terlihat renggang.

(a)

Page 47: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

34

(b) (c)

Gambar 4.3. Ginjal tikus (a.) Perfusi PBS-Formalin C perbesaran 20x; (b.) Perfusi

PBS-Formalin C perbesaran 40x (insert: glomerulus); (c.) Perfusi PBS-Formalin C

perbesaran 40x (insert: tubulus)

Bentuk glomerulus pada preparat tampak baik. Sel endotel glomerulus

dapat dikenali dan ruang kapsula Bowman masih dalam kondisi baik (Gambar

4.3.b insert). Gambaran pada sel epitel tubulus ginjal yang diperfusi PBS-

Formalin tersusun tidak teratur (Gambar 4.3.c insert). Kondisi tersebut disebabkan

oleh teknik perfusi. Yaitu pengaruh kecepatan dan tekanan perfusi yang tinggi

dapat merusak jaringan dengan mekanisme jejas sel. Ketika sel mendapatkan

tekanan tinggi pada perfusi, akan muncul respon adaptasi yang menghasilkan

perubahan pada gambaran, jumlah, maupun ukuran pada sel. Sehingga didapatkan

gambaran sel epitel tubulus yang tidak tersusun teratur pada ginjal perfusi PBS-

Formalin (Gambar 4.3.c). 4,9,19,21

4.4. Pankreas

Pada pankreas perfusi PBS-Formalin sulit dibedakan gambaran pulau

Langerhans dan bagian eksokrinnya (Gambar 4.4.a). Kondisi tersebut disebabkan

karena faktor teknik perfusi. Kemungkinan cairan perfusi dengan kecepatan dan

tekanan tinggi merusak tautan antar sel sehingga hasil pada preparat jaringan

pankreas PBS-Formalin lebih renggang.22

Selain itu, pada pankreas PBS-Formalin

didapatkan jaringan yang bertumpuk-tumpuk sehingga terlihat sebagai keadaan

overstain hematoksilin. Keadaan tersebut disebabkan karena pada proses

Page 48: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

35

pembuatan blok kemungkinan ada tahapan yang dikerjakan kurang maksimal. Hal

tersebut dikarenakan konsistensi organ pankreas lebih lunak dibandingkan organ

hepar dan ginjal sehingga pada tahapan dehidrasi atau clearing organ pankreas

menjadi keras dan sulit untuk dipotong dan menghasilkan gambaran preparat yang

bertumpuk-tumpuk. 4,9,19,21

(a)

(b) (c)

Gambar 4.4. Pankreas tikus (a.) Perfusi PBS-Formalin A perbesaran 20x; (b.)

Perfusi PBS-Formalin A perbesaran 40x (insert: pulau Langerhans); (c.) Perfusi PBS-

Formalin A perbesaran 40x (insert: asinus)

Pada pankreas yang diperfusi PBS-Formalin (Gambar 4.4.b insert) sel-sel

pada pulau Langerhans terlihat jelas, sitoplasma berwarna merah muda dan

nukleus tampak berwarna ungu dan berbentuk bulat, tetapi hubungan antar sel

pada pulau Langerhans terlihat renggang. Pada pankreas perfusi PBS-Formalin

(Gambar 4.4.c insert) bagian eksokrin tidak terlihat inti sel pada asinus tetapi

batas antar asinus tegas sehingga sitoplasma dan nukleus tidak dapat

Page 49: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

36

dideskripsikan. Keadaan tersebut dapat diakibatkan oleh faktor teknik perfusi.

Pada penelitian ini teknik perfusi dilakukan dengan kecepatan 20 ml/menit dan

dengan tekanan yang tidak dapat diukur. Kemungkinan cairan perfusi dengan

kecepatan dan tekanan tinggi merusak tautan antar sel sehingga hasil pada

preparat jaringan tampak renggang.22

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang

dilakukan oleh Fu Tian Du dkk (2012), yaitu gambaran ruang antara lobus

interstisial bagian eksokrin pankreas tampak melebar, terlepas, dan membengkak

(edema). 4,9,19,21

Pada organ pankreas yang di perfusi dengan PBS-Formalin dilakukan

pengulangan pembuatan preparat sebanyak 8x. hal tersebut dikarenakan tidak

didapatkannya gambaran sel yang jelas serta potongan organ yang tidak tersebar

dengan baik. Dan hasil yang didapat dari ke-8 pengulangan tersebut menghasilkan

hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa organ pankreas telah

mengalami perubahan akibat proses perfusi PBS-Formalin yang telah dijelaskan

prosesnya diatas.

Page 50: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

37

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan :

1. Perfusi PBS-Formalin tidak memberikan gambaran yang baik pada organ

hepar, pankreas, dan ginjal dikarenakan pengaturan tekanan dan kecepatan

yang tidak optimal untuk melakukan perfusi sehingga data yang digunakan

pada penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai data dalam pembuatan SOP

baku histoteknik di laboratorium Animal House dan laboratorium Histologi

kampus FKIK UIN Syarif Hidyatullah

2. Organ hepar, ginjal dan pankreas yang diperfusi PBS-Formalin menunjukkan

gambaran histologi yang kurang baik. Walaupun gambaran khas masing-

masing organ, nukleus dan sitoplasma dapat diidentifikasi dengan baik. Akan

tetapi, hubungan atau taut antar sel terlihat renggang akibat dari kurang

optimalnya pengaturan kecepatan dan tekanan pada proses perfusi

berlangsung.

5.2. Saran

Untuk penelitian ini :

1. Pengadaan alat perfusi yang sesuai dengan standar penelitian harus segera

dlakukan.

2. Setelah pengadaan alat terpenuhi, dilakukan uji coba sehingga dapat

menghasilkan SOP yang dapat diaplikasikan pada laboratorium Animal House

dan laboratorium Histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat selalu mendokumentasikan setiap

tahapan dan perlakuan, supaya penyusunan pembahasan sesuai dengan apa

yang telah dilakukan.

Page 51: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

38

4. Untuk penelitian selanjutnya harus mempunyai hewan kontrol yang sesuai

dengan rumus yang berlaku.

5. Dalam pengukuran melihat beberapa lapang pandang untuk menilai preparat.

Page 52: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Jusuf, Ahmad Aulia. Histoteknik Dasar. Bagian Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2009

2. Suntoro, Handari. Metode Pewarnaan : Histologi dan Histokimia. Bagian

Anatomi dan Mikroteknik Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta : Penerbit

Bhiratara Karya Aksara. 1983

3. Hedrich, Hans. The Laboratory Mouse. Amsterdam, Netherlands : Elsevier.

2004

4. Gage, Gregory J. Klipke, Daryl R. et al. Whole Animal Perfusion Fixations

for Rodents. Pubmed. 2012 (65)

5. Medicago, AB. Smartbuffers Phosphate Buffered Saline (PBS) pH 7,4 and

7,2. 2011

6. Buchwalow, Igor B. Bocker, Werner. Immuno-histochemistry. Basic and

Methods. Springer Heidelberg Dordrecht London New York. 2010

7. Kardono. Persyaratan Laboratorium Lingkungan dan Kondisinya di

Indonesia. Vol 2 hal 109-120. Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2008

8. Harvey, Lee. Analytic Quality Glossary. Quality Research International.

Updated 12 July, 2014. Available from URL :

http://www.qualityresearchinternational.com/glossary/preliminarystudy.htm

Accessed September 5, 2015

9. Cunningham, Miles. Scouten, Charles W. et al. Sacrifice Perfusion in Animal

Research. Leica Biosystems, Wetzlar, Germany. McLEan Hospital of Harvard

University, Belmont, MA, USA. 2012

10. Tremblay, Marie-Eve et al. Preparation of Mouse Brain Tissue for

Immunoelectron Microscopy. Journal of Visualized Experiments : JoVE.

2010.

Page 53: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

40

11. Rolls, Geoffrey. Fixation and Fixatives : Popular Fixative Solutions. Leica

Biosystems, Wetzlar, Germany. 2012

12. Steven, Leary et al. AVMA Guidelines for the Euthanasia of Animals: 2013

Edition. Schaumburg : American Veterinary Medical Association. 2013

13. Waheed, Usman. Histotechniques Laboratory Techniques in Histopathology :

a Handbook for Medical Technologist. LAP LAMBERT Academic

Publishing. 2012

14. Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12.

Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Jakarta. 2012

15. Johnson, Kurt E. Quick Review Histologi dan Biologi Sel. Binarupa Aksara

Publisher. 2011

16. Gartner, Leslie P. Hiatt, James L. Strum, Judy M.. Biologi Sel dan Histologi.

Ed. 6. Binarupa Aksara Publisher. 2012

17. Conti, Claudio J; et al. Atlas of Laboratory Mouse Histology. Texas : The

University of Texas M. D. Anderson Cancer Center. 2004

18. Askary, Fadel. Efek Pemberian Ekstrak Nigella sativa Terhadap Kadar

Glukosa Darah dan Trigliserida Pada Tikus Diabetes Mellitus yang Diinduksi

Streptozotocin. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014

19. Anonim. Perfusion Systems : Harvard Apparatus Isolated Heart Perfusion

Apparatus. 2012 BS4: 50-2864

20. Suprianto, Abang. Perbandingan Efek Fiksasi Formalin Metode Intravital

dengan Metode Konvensional pada Kualitas Gambaran Histologis Hepar

Tikus. Universitas Tanjungpura Pontianak. 2014

21. Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Buku Ajar Patologi Edisi ke-7. Vol 1.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.

Page 54: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

41

22. Tian Du, Fu et al. A Modified Perfusion Method to Improve the Quality of

Procured Donor Pancreas in Rats. Gastroenterology Research. 2012. 5(6):

227-231

Page 55: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

42

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 56: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

43

Lampiran 2

Gambar proses penelitian

Gambar 6.2 Sampel

Penelitian

Gambar 6.3 Anastesi

Hewan Coba

Gambar 6.4 Proses

Nekropsi

Gambar 6.5 Proses

Perfusi

Page 57: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

44

Gambar 6.6 Proses

Dehidrasi

Gambar 6.7 Proses

clearing

Gambar 6.8 Proses

Embedding

Gambar 6.9 Proses

Blocking

Gambar 6.10 Blok

PBS-Formalin

Gambar 6.11

Pemotongan Jaringan

Page 58: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

45

Gambar 6.12 Set

Pewarnaan Hematoksilin

Eosin

Page 59: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

46

Lampiran 3

Gambar hasil preparat

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6.13 a. Hepar PBS-F A 20x; b. Hepar PBS-F B 20x; c. Hepar PBS-F A 40x;

d. Hepar PBS-F B 40x

Page 60: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

47

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Page 61: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

48

(g) (h)

(i)

Gambar 6.14 a. Ginjal PBS-F A 20x; b. Ginjal PBS-F B20x; c. Ginjal PBS-F C

20x; d. Ginjal PBS-F A 40x (insert: glomerulus); e. Ginjal PBS-F B 40x (insert:

glomerulus); f. Ginjal PBS-F C 40x (insert: glomerulus); g. Ginjal PBS-F A 40x (insert:

tubulus); h. Ginjal PBS-F B 40x (insert: tubulus); i. Ginjal PBS-F C 40x (insert: tubulus)

Page 62: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

49

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g) (h)

Page 63: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

50

(i) (j)

(k) (l)

(m) (n)

Page 64: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

51

(o) (p)

(q) (r)

(s) (t)

Page 65: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

52

(u) (v)

Gambar 6.15 a. Pankreas PBS-F A 20x; b. Pankreas PBS-F B 20x; c. Pankreas PBS-

F C 20x; d. Pankreas PBS-F D 20x; e. Pankreas PBS-F E 20x; f. Pankreas PBS-F F

20x; g. Pankreas PBS-F G 20x; h. Pankreas PBS-F H 20x; i. Pankreas PBS-F A 40x

(insert: Langerhans); j. Pankreas PBS-F B 40x (insert: Langerhans dan asinus); k.

Pankreas PBS-F C 40x (insert: Langerhans); l. Pankreas PBS-F D 40x (insert:

Langerhans); m. Pankreas PBS-F E 40x (insert: Langerhans); n. Pankreas PBS-F F 40x

(insert: Langerhans); o. Pankreas PBS-F G 40x (insert: Langerhans dan asinus); p.

Pankreas PBS-F H 40x (insert: Langerhans); q. Pankreas PBS-F A 40x (insert: asinus);

r. Pankreas PBS-F C 40x (insert: asinus); s. Pankreas PBS-F D 40x (insert: asinus); t.

Pankreas PBS-F E 40x (insert: asinus); u. Pankreas PBS-F F 40x (insert: asinus); v.

Pankreas PBS-F H 40x (insert: asinus)

Page 66: STUDI AWAL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29556/1/PUTRI... · STUDI AWAL : HISTOTEKNIK . PERFUSI PBS-FORMALIN DAN. GAMBARAN HISTOLOGI

53

Lampiran 4

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Putri Junita Sari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juni 1993

Agama : Islam

Alamat : Komp. Paspampres Jl. Kemuning No.9 Kotabatu

Bogor 16610

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1999-2000 : RA Insan Takwa Bogor

2000-2005 : MI Insan Takwa Bogor

2005-2008 : SMPN 7 Bogor

2008-2011 : SMAN 4 Bogor

2012 - sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta