draft awal :
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional telah membawa perubahan dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Daerah dibanding dengan Sistem Perencanaan
sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain terletak pada penamaan dokumen-
dokumen perencanaan yang digunakan selama ini. Sebelumnya, di tingkat daerah
dikenal dokumen perencanaan berupa Pola Dasar atau Garis-Garis Besar Haluan
Daerah, Rencana Strategis (Renstra) Pemerintah Daerah, Program Pembangunan
Daerah (Propeda) yang rentang waktu berlakunya masing-masing lima tahun.
Kemudian oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, dikenal dokumen
perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) yang rentang waktu berlakunya dua puluh tahun dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta Renstra unit
kerja yang rentang waktu berlakunya lima tahun. Dari sisi ini, jelas adanya usaha
untuk mensistimatisasi dokumen perencanaan tersebut sesuai masa berlakunya,
sehingga tidak terkesan tumpang tindih.
Pada sisi yang lain, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mencoba membenahi
kelemahan pada sistem perencanaan sebelumnya dengan mengintegrasikan
antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah secara bersamaan. Hal ini
dapat dilihat dari mekanisme penyusunan dan penetapan Perencanaan yang pada
ujungnya diharapkan agar permasalahan Daerah dan permasalahan Nasional baik
melalui dokumen perencanaan daerah maupun melalui dokumen perencanaan
Nasional dapat dijawab melalui arah pembangunan yang ditetapkan.
Hal terakhir ini sekaligus menjadi jawaban atas kekhawatiran sebagian pihak akan
adanya kemungkinan kepentingan daerah sebagai perwujudan dari otonomi daerah
tidak terakomodir secara maksimal melalui sistem perencanaan yang diatur oleh
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004.
2
Dengan pendekatan penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
mengkombinasikan aspek politik, teknokratik, top down dan bottom up, semangat
otonomi daerah tersebut akan tetap terpelihara. Kemudian akan mendapat
penajaman perhatian ketika kepentingan-kepentingan daerah dirumuskan pada
Musrenbang Provinsi, Musrenbang Regional dan Musrenbang Nasional.
Dalam konteks itulah, maka dokumen perencanaan pembangunan Kota Makassar
memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan kondisi, potensi dan
permasalahan Kota Makassar serta harapan-harapan masyarakat Kota Makassar
untuk dapat dirumuskan secara sistimatis dan ditetapkan secara legal formal dan
dalam konteks inilah perlu dipahami sejarah perkembangan Makassar serta
kondisinya saat ini.
Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang dengan
pesat, malah pada abad ke 17 kota ini tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota
terbesar di Asia.
Pesatnya perkembangan Makassar berdasar catatan sejarah, dimungkinkan oleh
paling tidak empat faktor. Pertama adalah letak strategis kota ini pada bentangan
Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar
Kota Makassar. Kedua, yakni faktor ”keterbukaan” Kota Makassar dalam menerima
berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasional, sehingga tidak
mengherankan jika pada beberapa abad lalu di Makassar telah bermukim aneka
suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih menyisakan anak
keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur maritim yang berkembang
di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang memungkinkan kemudahan
terbangunnya lalulintas laut serta perdagangan pesisir. Keempat, yakni dukungan
oleh daerah sekitar Makassar yang mampu mensuplai kebutuhan berbagai hasil
bumi untuk kebutuhan perdagangan.
Pesatnya perkembangan Makassar tersebut ternyata masih meninggalkan kesan
yang mendalam bagi warga kota ini, sehingga tidak mengherankan jika ketika
Makassar berubah nama menjadi Ujung Pandang, pada suatu ketika kemudian
mendapat desakan dari masyarakat agar nama ini dikembalikan untuk dapat selalu
3
mengingatkan kenangan atas kebesaran nama Makassar tersebut yang secara
formal ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 1999.
Tidak hanya sebatas sebagai kenangan sejarah, melainkan saat ini bagi sebagian
besar warga Kota Makassar berharap agar kota mereka tetap dapat menjadi sebuah
kota metropolis yang dapat memberi pelayanan prima bagi warga kota dan para
pendatang/wisatawan, serta dapat menjadi pusat kemajuan dan perkembangan
paling tidak dikawasan Timur Indonesia. Harapan yang demikian ini sejalan dengan
kedudukan Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai
gerbang bagi Kawasan Timur Indonesia.
Kebesaran Makassar dalam catatan sejarah dan harapan warga kota ini untuk
menjadikan Makassar sebagai kota pelayanan yang maju dan berkembang,
kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta keterbatasan
sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan berkembang sesuai
dinamikanya.
Permasalahan tersebut dapat muncul dari pertumbuhan penduduk yang begitu
pesat dengan berbagai konsekuensinya. Tuntutan atas peningkatan kuantitas dan
kualitas pelayanan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, keterbatasan
kapasitas lingkungan atas kebutuhan dan perkembangan kota serta permasalahan
mendasar lainnya.
Menghadapi situasi yang demikian ini, diperlukan adanya upaya sistematis dalam
mengarahkan perkembangan Kota Makassar sesuai harapan masyarakat pada satu
sisi dihadapkan dengan berbagai permasalahannya pada sisi yang lain, dengan
dukungan potensi Kota Makassar sebagai faktor yang dapat menggerakkan
pembangunan daerah.
Dalam konteks ini perencanaan pembangunan daerah memiliki kedudukan strategis
dalam rangka mengarahkan harapan-harapan masyarakat dalam bentuk arah
pembangunan daerah dengan tekanan pada aspek kebutuhan yang mendasar dan
paling mendesak sebagai skala prioritas, karena adanya keterbatasan untuk
memenuhi seluruh kebutuhan dari dinamika dan perkembangan daerah. Dengan
demikian perencanaan pembangunan dimaksud merupakan wujud dari sistimatisasi
kebutuhan daerah dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan kemampuan
4
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terakhir ini kemudian diformulasi dalam
bentuk kebijakan program dan rencana kerja daerah.
Dalam bentuk sistimatisasi yang dikemukakan di atas maka kepentingan daerah
akan diletakkan secara proporsional sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian telah disempurnakan melalui
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
memberi tekanan pada perlunya Otonomi Daerah.
Semangat otonomi Daerah tersebut secara proporsional pula diletakkan pada
kepentingan nasional, karena itu sistem perencanaan pembangunan sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mencoba mengintegrasikan antara kepentingan daerah
dan kepentingan nasional secara bersamaan. Model perencanaan yang demikian
ini pada akhirnya akan menciptakan sinergitas penyelesaian masalah nasional
dalam skala lokal dan penyelesaian masalah lokal dalam kebijakan nasional.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mengemukakan bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk
periode 20 (dua puluh) tahun. Dengan rentang waktu tersebut dimaksudkan agar
tercipta kesinambungan Program Pembangunan yang didukung oleh
kesinambungan pembiayaan Program Pembangunan tersebut dalam jangka
panjang 20 (dua puluh) tahun.
Untuk kepentingan nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) yang dapat disinergikan dengan perkembangan dinamika Pembangunan
Daerah mencakup pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan sosial
budaya, pembangunan ekonomi, pembangunan kawasan tataruang, pembangunan
hukum, pembangunan pemerintahan dan pembangunan politik.
Mencermati pembangunan Kota Makassar dan kecenderungannya ke depan,
cakupan Pembangunan Nasional dimaksud memiliki relevansi atas dinamika dan
kebutuhan daerah. Namun tetap perlu digaris bawahi, segi karakteristik
perkembangan Kota Makassar, sehingga di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) ini nuansa kepentingan Daerah mendapat perhatian
secara serius. Dengan demikian, maka integrasi antara kepentingan Nasional pada
5
satu sisi dan kepentingan Daerah pada sisi yang lain menjadi satu kesatuan yang
bersinergi.
B. Pengertian
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah Kota Makassar untuk masa 20 tahun ke depan terhitung dari
tahun 2005-2025.
C. Maksud dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun
2005-2025 ditetapkan dengan maksud agar para penentu dan penyelenggara
kebijakan mempunyai arah yang jelas dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
RPJPD Kota Makassar ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial,
melindungi hak azasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan
masyarakat yang beradab, berakhlak mulia dan maju untuk kurun waktu 2005-2025.
D. Landasan Hukum
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Makassar didasarkan pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
E. Pendekatan
Dalam penyusunan RPJPD Kota Makassar 2005-2025 digunakan empat
pendekatan secara bersamaan. Keempat pendekataan dimaksud adalah :
1. Pendekatan Politik
Dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa Kepala Daerah dipilih oleh rakyat
melalui mekanisme yang ditetapkan oleh undang-undang antara lain didasarkan
pada pertimbangan program-progam pembangunan yang ditawarkan kepada
6
rakyat. Oleh karena itu, agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan
tersebut perlu disinergikan dengan kebutuhan rakyat melalui mekanisme
penyusunan perencanaan pembangunan dengan melibatkan kepentingan
rakyat melalui mekanisme secara representatif. Selain itu, RPJPD juga melalui
mekanisme pembahasan dan persetujuan DPRD.
2. Pendekatan Teknokratik
Dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa dokumen perencanaan
pembangunan daerah dilaksanakan dengan menggunakan metode dan
kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas untuk itu.
3. Pendekatan Bottom-Up (Bawah-Atas)
Dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan daerah bersifat partisipatif dengan melibatkan
semua pihak yang berkepentingan (steakholders) terhadap pembangunan
daerah. Pelibatan tersebut merupakan perwujudan partisipasi masyarakat yang
sekaligus diharapkan menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab atas
dokumen perencanaan pembangunan ini.
4. Pendekatan Top-Down (Atas-Bawah)
Dengan Pendekatan ini dimaksudkan bahwa penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan daerah memperhatikan aspek keserasian dan
keselarasan sesuai dengan jenjang pemerintahan melalui musyawarah
pembangunan tingkat provinsi dan nasional, serta memperhatikan dokumen
perencanaan pembangunan tingkat provinsi dan nasional.
F. Proses dan Sistematika Penyusunan
1. Proses
Pada garis besarnya proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar melalui tiga tahap.
Tahap pertama, adalah identifikasi permasalahan dan potensi daerah yang
dilakukan dengan cara studi dokumentasi dan Musyawarah Perencanaan
7
Pembangunan (Musrenbang) dengan melibatkan stakeholders pembangunan di
tingkat kecamatan dan kota.
Tahap kedua, adalah perumusan agenda masalah yang mendesak dan arah
pembangunan Kota Makassar yang melibatkan stakeholders pembangunan
tingkat Kota Makassar.
Tahap ketiga, adalah penetapan agenda masalah dan arah pembangunan Kota
Makassar oleh pihak Legislatif dan Walikota.
2. Sistematika RPJPD
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJD) Kota Makassar Tahun
2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, landasan
hukum, maksud dan tujuan, pendekatan serta proses dan
sistematika penyusunan RPJPD.
Bab II Merupakan kondisi umum yang menggambarkan kondisi daerah
dan permasalahan
Bab III Merupakan Visi, Misi dan Nilai
Bab IV Merupakan arah pembangunan Kota Makassar yang berisi arah
umum, arah pembangunan sumberdaya manusia, arah
pembangunan sosial budaya, arah pembangunan ekonomi, arah
pembangunan kawasan dan tata ruang, arah pembangunan
pemerintahan serta arah pembangunan politik, hukum dan
keamanan.
Bab V Merupakan penutup
8
BAB II
KONDISI UMUM
A. Kondisi Daerah
1. Kondisi Geografis.
Kota Makassar terletak pada pertemuan antara 119o 18’ 27’ 97” - 190o 32’ 31’
03’’ BT dan 05o 30’ 30” - 05o 14’ 49” LS yang berbatasan dengan Kabupaten
Pangkajene Kepulauan (Pangkep) di sebelah Utara, Kabupaten Maros di
sebelah Timur, Kabupaten Gowa di sebelah Selatan dan Selat Makassar di
sebelah Barat.
Luas wilayah Kota Makassar adalah 17.577 ha, yang terdiri dari daratan utama
seluas 17.437 ha, daratan pulau-pulau kecil 140 ha dan luas perairan laut 10.000
ha. Kota Makassar memiliki 12 buah pulau dan 1 gusung.
Kota Makassar mempunyai dua jenis musim setiap tahunnya, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim penghujan terjadi
pada Desember – April dan musim kemarau terjadi pada Mei – November. Curah
hujan tahunan rata-rata 177 mm dengan hari hujan rata-rata 144 hari per tahun.
Iklim Kota Makassar tergolong tropis basah dengan kelembaban udara berkisar
antara 74% - 84%, suhu udara antara 24,5˚C – 31,8˚C.
Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan nol
sampai lima derajat ke arah barat yang dialiri dua muara sungai yaitu sungai
Tallo yang bermuara di bagian Utara kota dan sungai Jeneberang yang
bermuara di Selatan kota. Dari 14 Kecamatan dalam wilayah Kota Makassar,
diantaranya 7 Kecamatan berbatasan dengan wilayah pantai, yakni Tamalate,
Mariso, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Tallo dan Biring Kanaya.
2. Kondisi Demografi.
Pada bulan Juni tahun 2000 penduduk Kota Makassar berjumlah 1.112.688 jiwa,
kemudian pada bulan Desember tahun 2004 menjadi 1.179.023 jiwa yang berarti
terjadi pertumbuhan sebanyak 79.004 jiwa dalam waktu empat tahun atau
mengalami pertumbuhan rata-rata 1,55% per tahun.
Dengan jumlah penduduk tersebut, wilayah Kecamatan terbesar penduduknya
adalah Tamalate yakni 143.987 jiwa atau 12,21%, menyusul Kecamatan
9
Rappocini yakni 136.128 jiwa atau 11,55% dan Kecamatan Panakkukang yakni
127.648 jiwa atau 10,96% dari total penduduk Kota Makassar.
Dibandingkan dengan luas wilayah Kota Makassar, maka pada tahun 2003
tingkat kepadatan penduduk Kota adalah 6.708 jiwa/km², meningkat sebesar
1,64% dari tahun 2003, yakni 6.600 jiwa/km², sementara tingkat kepadatan untuk
wilayah Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Makassar yakni
31.408 jiwa/km² dan menyusul Kecamatan Mariso yakni 28.724 jiwa/km².
Sedang wilayah Kecamatan yang tingkat kepadatannya masih rendah dibanding
Kecamatan lainnya adalah Kecamatan Biringkanaya yakni 2.460 jiwa /km²,
kemudian Kecamatan Tamalanrea yakni 2.646 jiwa/km² dan menyusul
Kecamatan Manggala yakni 3.828 jiwa/km².
Kondisi penduduk berdasarkan komposisi umur dapat dilihat dari bentuk struktur
atau piramida penduduknya. Dari sudut pandang ini, maka penduduk Kota
Makassar tergolong dalam ciri Expansive, yakni sebagian besar penduduknya
berada dalam kelompok usia muda. Dari 1.179.023 jiwa penduduk Kota
Makassar terdapat 582.382 laki-laki dan 596.641 perempuan, dimana untuk usia
0 – 39 tahun berjumlah 934.357 jiwa atau 79,25% sedang selebihnya penduduk
usia 40 tahun ke atas berjumlah 244.666 jiwa atau 20,75%. Pada tahun 2002
pencari kerja tercatat sebanyak 23.903 orang yang terdiri dari 10.823 orang laki-
laki dan 13.080 perempuan. Angka ini meningkat menjadi 28.326 orang pada
tahun 2003 atau meningkat sebesar 18,50% dari tahun sebelumnya. Dari jumlah
pencari kerja tersebut umumnya adalah mereka yang berpendidikan sarjana
yakni 14.515 orang atau 51,24%, kemudian yang berpendidikan SLTA yakni
9.310 orang atau 32,87%, berikut adalah yang berpendidikan Sarjana Muda /D3
yakni 3.585 orang atau 12,66%, menyusul yang berpendidikan Diploma 1 dan
Diploma 2 sebanyak 616 orang atau 2,17%, kemudian yang berpendidikan SLTP
sebanyak 247 orang atau 0,87%, dan terakhir adalah mereka yang
berpendidikan Sekolah Dasar yakni 52 orang atau 0,18%.
3. Kondisi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kota Makassar dari tahun
1998 hingga 2003 menurut harga berlaku menunjukkan kecenderungan yang
meningkat rata-rata Rp. 860.497,40 setiap tahunnya. Jika pada tahun 1998
10
PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 4.293.228,- maka pada
tahun 2003 tercatat sebesar Rp. 8.595.715,- atau tumbuh sebesar 100,22%
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 20,04% per tahun.
Sedang menurut harga konstan PDRB tersebut juga mengalami kenaikan. Jika
pada tahun 1998 tercatat sebesar Rp. 2.212.970,- maka pada tahun 2003
menjadi Rp.2.947.537,- bertambah sebesar Rp.734.567,- atau Rp.146.913,40,-
per tahun dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 6,64% per tahun.
Dari sudut struktur ekonomi, hingga tahun 2003 Kota Makassar didominasi oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni 25,01%, menyusul industri
pengolahan sebesar 23,15%, sektor jasa sebesar 12,09%, angkutan dan
komunikasi 16,44%, serta sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan sebesar
10,74%.
Kondisi ekonomi Kota Makassar dapat pula ditunjukkan oleh perusahaan yang
beroperasi dalam kurun waktu tertentu. Data statistik menunjukkan bahwa pada
tahun 1999 jumlah perusahaan beroperasi di Kota Makassar sebanyak 1.301
perusahaan. Angka ini meningkat menjadi 2.755 perusahaan pada tahun 2003
atau meningkat rata-rata 27,94% per tahun. Dari jumlah perusahaan tersebut
sebanyak 163 perusahaan atau 5,92% tergolong perusahaan/ perdagangan
besar, sebanyak 705 perusahaan atau 25,59% tergolong perusahaan /
perdagangan menengah, sebanyak 1.761 perusahaan atau 63,92% kategori
perusahaan / perdagangan kecil dan 126 unit atau 4,57% perusahaan cabang.
Kondisi ekonomi ini dapat pula dilihat dari perkembangan investasi. Dalam kurun
waktu 2000-2002 investasi di Kota Makassar meningkat dengan nilai sebesar
259.192 juta rupiah menjadi 869.472 juta rupiah atau tumbuh sebesar 235,45%
atau dengan kenaikan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 117,73%. Nilai
investasi tersebut mengalami penurunan pada tahun 2003, yakni sebesar
297.551 juta rupiah, jumlah ini meningkat pada tahun 2004 menjadi 520.370,32
juta rupiah atau meningkat sebesar 74,88%.
Demikian halnya kondisi ekonomi Kota Makassar ditunjukkan oleh
perkembangan penerimaan daerah dalam kurun waktu tertentu. Pada tahun
2000 penerimaan Pemerintah Kota Makassar adalah 132.287.816 juta rupiah,
11
maka pada tahun 2003 penerimaan tersebut menjadi 531.588.212 juta rupiah
atau meningkat sebesar 301,84% atau sebesar 100,61% per tahun.
4. Kelembagaan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah telah merubah paradigma pemerintahan dari
sistem sentralistik ke sistem desentralisasi. Perubahan ini memberi kewenangan
dan kesempatan yang lebih luas dan bertanggungjawab kepada daerah untuk
mengelola dan mengembangkan sumberdaya yang dimiliki. Hal ini juga
sekaligus menuntut daerah untuk lebih profesional dan mandiri dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 juga memberi penegasan antara fungsi
Pemerintah Daerah yang merupakan badan eksekutif dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) yang merupakan badan legislatif daerah. Adanya
ketegasan fungsi dari kedua lembaga ini sangat bermanfaat bagi proses
demokratisasi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan, sehingga chack
and balances dapat diterapkan menuju ke pemerintahan yang baik (good
governance), yakni pemerintahan yang adil, transparan, partisipatif dan
akuntabel.
Perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan juga berimplikasi pada
tatanan organisasi Pemerintah Kota Makassar sebagai upaya menjawab
dinamika yang terus berkembang, sehingga saat ini berdasarkan kondisi
kelembagaan Pemerintah Kota Makassar pada garis besarnya terdiri atas :
Sekretariat Daerah yang membawahi tiga asisten, Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), lembaga teknis berupa badan sebanyak 3
unit, Insppektorat 1 unit, Satpol PP 1 unit, Dinas Daerah sebanyak 14 unit dan
Kantor sebanyak 4 unit, BUMD (Perusahaan Daerah) sebanyak 7 unit dan
Bagian sebanyak 11 unit. Sedang untuk tingkat Kecamatan dan Kelurahan
terdapat 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan.
5. Sosial Budaya.
a. Pendidikan.
12
Pada tahun 2004 Kota Makassar memiliki 441 unit sekolah dasar dengan
jumlah guru sebanyak 3.389 orang dan sebanyak 134.822 orang murid.
Untuk tingkat SLTP terdapat 154 unit sekolah, dengan guru sebanyak 4.101
orang dan jumlah murid sebanyak 55.608 orang. Sedang tingkat SLTA
terdapat 186 unit sekolah dengan guru sebanyak 2.887 orang dengan murid
sebanyak 36.776 orang.
Untuk tingkat Perguruan Tinggi terdapat 62 unit pendidikan berupa
Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi. Dengan jumlah
mahasiswa sebanyak 125.432 orang dan tenaga pengajar (dosen) sebanyak
7.974 orang.
b. Kesehatan.
Jumlah sarana kesehatan di Kota Makassar pada tahun 2004 terdiri atas 16
unit Rumah Sakit, 36 unit Puskesmas, 2 unit Rumah Sakit Pembantu dan 61
buah poliklinik. Disamping itu juga terdapat 1.110 unit tempat dokter praktek
serta 142 unit tempat bidan praktek.
c. Agama dan Budaya.
Penduduk Kota Makassar adalah masyarakat yang majemuk dilihat dari
agama dan keyakinan mereka. Hal ini tercermin pula dari adanya tempat
ibadah masyarakat yang beragam. Pada tahun 2004 Kota Makassar memiliki
738 buah Mesjid/Mushallah, 69 buah Gereja Protestan, 19 buah Gereja
Katolik, 3 buah peribadatan Budha dan 2 buah Peribadatan Hindu.
Selain keanekaragamaan latar belakang agama, penduduk Kota Makassar
juga mempunyai keragaman latar belakang budaya. Hal tersebut tidak hanya
keragaman dalam kerangka budaya regional Sulawesi Selatan seperti Bugis,
Makassar, Toraja dan Mandar, tetapi juga dalam kerangka budaya Nasional
maupun antar Negara. Dalam kemajemukan budaya tersebut, masyarakat
Kota Makassar dihadapkan pada arus informasi yang begitu deras yang
kemudian membawa nilai-nilai budaya baru. Hal ini pada batas-batas tertentu
dapat menjadi ancaman kultural terhadap nilai-nilai budaya yang telah ada
serta memungkinkan terciptanya area konflik kultural.
d. Kesejahteraan Sosial.
13
Ditinjau dari pendapatan perkapita, penduduk Kota Makassar cukup
memadai dibanding daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan, namun
masalah kemiskinan tetap merupakan salah satu faktor penghambat
akselerasi pembangunan.
Pada tahun 2003 tercatat masih terdapat sekitar 25.501 keluarga pra
sejahtera karena alasan ekonomi dan 3.100 keluarga pra sejahtera karena
alasan non ekonomi. Selain itu, tercatat pula pada tahun 2003 sebanyak
3.306 anak asuh yang ditampung pada 65 unit panti asuhan, serta
gelandangan/pengemis sebanyak 385 orang dan anak jalanan sebanyak
2.692 orang. Selain itu, Kota Makassar juga masih dihadapkan pada issu
strategis berupa perlunya kesetaraan gender serta pengembangan potensi
pemuda yang dapat mendukung akselerasi pembangunan kota dalam
berbagai dimensi kepentingan.
6. Sarana dan Prasarana.
a. Jalan.
Hingga akhir tahun 2004 panjang jalan dalam Kota Makassar adalah
1.593,46 km. berdasarkan jenis permukaan, jalan tersebut terdiri atas jalan
aspal sepanjang 1.066,73 km atau 66,94 %, jalan kerikil 187,22 km atau
11,75 %, jalan tanah sepanjang 166,35 km atau 10,44 %, dan jenis
permukaan lainnya sepanjang 173,16 km atau 11,37 %.
Sedang berdasar pada kondisi jalan tersebut maka pada tahun 2004
tercatat sepanjang 1.287,51 km atau 80,80 % dengan kondisi baik, 152,5
km atau 9,57 % dengan kondisi sedang, 140,4 km atau 8,81 % dengan
kondisi rusak ringan, sedang yang rusak berat adalah 13,5 km atau 0,82%.
b. Sarana Ekonomi
Sarana ekonomi penting yang ada di Kota Makassar hingga tahun 2003
terdiri atas pasar sebanyak 45 unit, toko/kios sebanyak 10.181 buah,
swalayan sebanyak 125 buah dan Mall sebanyak 9 buah.
c. Sarana Kebersihan.
Untuk mendukung pengelolaan kebersihan kota, hingga akhir 2003
fasilitas yang tersedia adalah tempat pembuangan akhir sebanyak 1 lokasi,
bangunan pengomposan 1 unit dengan didukung oleh alat angkut sampah
14
sebanyak 339 unit dengan rincian ; Gerobak sampah 234 unit, truck
terbuka kecil 1 unit, mini truck 8 unit, truck compaktor kecil 2 unit, Dump
Truck kecil 35 unit dan Arm rol kecil 59 unit.
d. Drainase dan Tempat Peresapan Air
Sarana yang tidak kalah pentingnya adalah drainase dan tempat
peresapan air. Hingga saat ini, kedua hal tersebut masih dirasa
kurang. Selain itu, untuk drainase Kota Makassar yang telah ada
kurang mendapat perawatan, sehingga belum optimal
pemanfaatannya.
e. Air Bersih.
Hingga tahun 2003 Kota Makassar dapat memproduksi air bersih
sebanyak 2.290 liter / detik dengan suplai ke pelanggan oleh PDAM
sebesar 32.157.354 meter kubik dengan jumlah pelanggan sebanyak
115.624 unit. Ini dimungkinkan oleh beroperasinya lima instalasi air bersih
masing-masing ; Instalasi Ratulangi, Instalasi Panaikang, Instalasi Antang,
Instalasi Maccini Sombala dan Instalasi Somba Opu.
Sementara itu, jumlah pelanggan PDAM juga mengalami pertumbuhan.
Pada tahun 1999 pelanggan PDAM tercatat 83.131 unit, kemudian pada
tahun 2003 menjadi 115.624 unit atau meningkat rata-rata 9,77 % per
tahun.
B. Permasalahan.
Kota Makassar adalah suatu daerah simpul kegiatan pada berbagai sektor, tujuan
migrasi dan sebagai kota dengan latar belakang penduduk yang majemuk serta
sebagai kota yang diharapkan mengambil peran strategis di Kawasan Timur
Indonesia. Dalam kedudukan tersebut, Makassar selalu dihadapkan dengan
berbagai masalah seperti layaknya kota-kota yang tengah tumbuh dan berkembang
secara pesat. Musyawarah perencanaan pembangunan dalam rangka penyusunan
RPJPD 2005 – 2025 dan RPJMD 2005 – 2009 yang melibatkan multi pihak di Kota
Makassar menunjukkan bervariasinya permasalahan yang dihadapi saat ini dan
juga kedepan.
15
Diantara masalah-masalah yang mengemuka adalah penanganan pendidikan yang
belum optimal, soal pelayanan kesehatan yang belum memadai, keterbatasan
sarana jalan, drenase dan sarana fisik lainnya, ancaman atas kelestarian
lingkungan dan tata ruang yang mengkhawatirkan, masalah kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha yang terbatas, pelayanan publik oleh pemerintah yang
terbatas, soal keterbatasan lahan untuk pemukiman dan publik space, masalah
semrawutnya penataan pasar tradisional, kemacetan lalu lintas, penanganan
sampah yang belum optimal, serta masalah yang bersifat non fisik seperti
penegakan hukum yang perlu dimaksimalkan, pemberdayaan masyarakat miskin,
peningkatan pendidikan luar sekolah dan berbagai masalah lainnya.
Berkaitan dengan itu, pada garis besarnya permasalahan pokok yang dihadapi oleh
Kota Makassar dapat dikelompokkan menjadi 3 bahagian, yaitu masalah yang
terkait langsung dengan dimensi substantif dari kualitas hidup manusia, kemudian
masalah yang terkait dengan aspek instrumental terhadap upaya menciptakan
manusia yang berkualitas serta masalah umum yang hampir dihadapi oleh kota-
kota yang tengah tumbuh dan berkembang.
Perhatian terhadap kualitas manusia ini berkaitan dengan kenyataan bahwa tingkat
kualitas tersebut masih belum memadai dalam rangka mengakselerasi berbagai
potensi kota pada satu sisi, dan pada sisi lain justru diharapkan dapat mendorong
percepatan pembangunan ke arah Makassar yang maju, mandiri, bermartabat dan
manusiawi.
1. Masalah kualitas manusia :
Disamping kemajuan yang telah dicapai oleh Kota Makassar dalam pembentukan
kualitas manusia, maka agenda penting ke depan yang perlu mendapat perhatian
antara lain adalah :
a. Kualitas Pendidikan
Hingga tahun 2004, Makassar masih memiliki angka usia sekolah dasar yang
tidak mengecap pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 9.001 orang atau 6,94%
terhadap usia pendidikan Sekolah Dasar, yakni 129.785 orang. Sedang mereka
yang sedang mengikuti pendidikan SD berjumlah 120.784 orang atau 93,06%
atas jumlah usia Sekolah Dasar (7 tahun – 12 tahun).
16
Selain itu pada tahun yang sama masih terdapat 20.628 orang yang idealnya
menikmati pendidikan SLTP atau 23,87% terhadap penduduk usia pendidikan
SLTP (13 tahun – 15 tahun) justru belum memperoleh kesempatan untuk
jenjang pendidikan tersebut.
Permasalahan pokok yang dihadapi dalam kaitannya dengan data-data di atas
terletak pada; masih besarnya beban biaya pendidikan bagi golongan tertentu
warga kota, belum terciptanya pemerataan sarana sekolah serta sistem
penerimaan murid atau siswa yang memberatkan bagi sebagian warga kota,
termasuk di dalamnya tingkat kesejahteraan dan kualitas guru yang belum
memadai. Selain itu, juga masih dirasakan bahwa dana operasional untuk
masing-masing sekolah belum memadai, terutama pada tingkat Sekolah Dasar.
b. Derajat Kesehatan
Untuk derajat kesehatan masyarakat, hingga tahun 2003 Kota Makassar masih
dihadapkan pada angka kematian bayi yaitu 34 orang per seribu kelahiran
hidup. Sedang untuk angka harapan hidup mencapai 71,4 tahun, sementara
masih dijumpai ancaman penyakit menular berupa diare, typoid, campak dan
DHP dan secara kumulatif pada tahun 2003 mencapai angka 46.180 penderita
dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 53.070 penderita atau naik sebesar
14,92%.
c. Pengangguran
Dari tahun 1998 hingga 2003 Kota Makassar dihadapkan pada angka
pengangguran terbuka yang sedikit mengalami penurunan. Untuk tahun 1998
pengangguran terbuka tersebut tercatat 17,92 %, sementara pada tahun 2003
tercatat 17,23%, berarti turun hanya 0,7%.
Selain itu Kota Makassar secara serius dihadapkan pada angka pengangguran
terdidik, yakni sebesar 20,96% pada tahun 2003 jauh di atas angka
pengangguran terdidik Sulawesi Selatan yang besarnya adalah 15,63%.
Angka-angka pengangguran seperti di atas dengan sendirinya secara langsung
terkait dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi salah
satu parameter dalam mengukur kualitas manusia.
2. Instrumen pendukung kualitas manusia
17
Gambaran tentang masalah kualitas hidup manusia yang telah dikemukakan
memberi isyarat akan adanya masalah-masalah instrumental berkaitan dengan
hal tersebut. Diantara masalah instrumental yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
a. Kebijakan pembangunan pada batas tertentu belum memihak sepenuhnya
bagi kepentingan kelompok-kelompok masyarakat pinggiran, dan masyarakat
miskin, serta dalam rangka mengatasi pengangguran. Akibatnya,
keterbelakangan struktural bagi sebagian warga masyarakat masih menjadi
bagian dari proses pembangunan yang sedang berlangsung, dimana kelompok
inilah yang tingkat pendidikan, derajat kesehatan serta pendapatan mereka
belum memadai.
b. Pendapatan daerah yang masih terbatas
Walaupun pendapatan Pemerintah Kota Makassar relatif jauh lebih besar
dibanding Kabupaten / Kota lainnya di Sulawesi Selatan, namun bila
pendapatan tersebut dikaitkan dengan kebutuhan pembangunan, maka akan
terasa bahwa pendapatan tersebut belum dapat menjawab perkembangan
kebutuhan pembangunan. Hal ini diindikasikan oleh bertumpuknya agenda
pembangunan yang terbentur pada soal pembiayaan, seperti dalam
pemenuhan sarana dan prasarana perkotaan berupa ; jalan, drainase, resapan
air, sarana pendidikan dan kesehatan, sarana kebersihan dan keindahan,
pelayanan air bersih. Keterbatasan anggaran ini, oleh pemerintah kota setiap
tahunnya dirasakan dalam bentuk besarnya selisih antara usulan pembiayaan
program dan kegiatan oleh masyarakat Kota Makassar dengan kemampuan
pembiayaan pembangunan atas usulan tersebut. Akibatnya adalah banyak dari
usulan tersebut yang harus menunggu penyelesaiannya pada masa
selanjutnya.
3. Masalah umum lainnya
Selain masalah yang berkaitan dengan kualitas hidup manusia dan yang
bersifat instrumental seperti yang dikemukakan, Kota Makassar juga
mempunyai daftar masalah yang bersifat umum. Diantaranya yang dipandang
mendasar adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Publik
18
Pelayanan pemerintah terhadap publik masih sangat birokratis. Masyarakat
masih merasa kesulitan pada saat mengurus hak dan kewajiban administrasi
pemerintahan.
Contoh yang sangat sederhana banyak dikeluhkan dalam pengurusan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) dan dokumen administrasi pernikahan / perkawinan.
Layanan pemerintah terhadap masyarakat juga dinilai kurang efektif dan
efisien. Tata pemerintahan yang mudah, murah dan dipercaya belum
berjalan sebagaimana mestinya. Demikian halnya dengan sarana layanan
terhadap masyarakat luas berupa jalan, listrik, air bersih, saluran
pembuangan (drainase), tempat resapan air, penanganan sampah dalam
kenyataannya belum memadai.
b. Penegakan hukum (Law Enforcement) :
Dalam kaitan dengan penegakan hukum, aspek isi, struktur dan budaya
supremasi hukum masih lemah. Masalah penegakan hukum sering
dikeluhkan masyarakat dalam hal; perlindungan terhadap buruh dan nelayan,
tindakan aparatur pemerintah yang sewenang-wenang, serta kurang
disiplinnya aparat dalam menegakkan peraturan. Selain itu, juga dirasakan
lemahnya apresiasi terhadap Peraturan Daerah dalam bentuk ; minimnya
Peraturan Daerah dalam menjawab perkembangan kota, lemahnya evaluasi
dan penyempurnaan atas Peraturan Daerah yang telah ada, serta lemahnya
penegakan dan pemberian sanksi atas Peraturan Daerah yang telah ada.
c. Komunikasi Politik:
Dalam komunikasi politik antara warga masyarakat dengan pihak eksekutif
dan legislatif dinilai belum berjalan optimal. Akses masyarakat ke lembaga
eksekutif dan legislatif masih dianggap terbatas. Demikian halnya partisipasi
institusi masyarakat dalam proses penyaluran aspirasi dipandang belum
optimal.
d. Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah belum berjalan sesuai gagasan awal dan dari
apa yang diharap oleh masyarakat luas. Kesan yang ditimbulkan oleh
pelaksanaan otonomi daerah tersebut adalah meningkatnya beban yang
harus dipikul oleh masyarakat pada satu sisi, sementara kebijakan otonomi
19
daerah yang mendorong perkembangan kemampuan masyarakat terutama
dalam bidang ekonomi dan lapangan usaha belum dirasakan secara
signifikan pada sisi yang lain.
e. Pembangunan kawasan dan tata ruang
Pembangunan kawasan dan tataruang Kota Makassar selama ini
menghadapi masalah berupa tidak seimbangnya antara pertumbuhan
kawasan Barat Kota dengan kawasan Utara, Selatan dan Timur, serta
inkonsistensi pelaksanaan rencana tataruang yang oleh kebanyakan warga
kota dikeluhkan sebagai pertumbuhan kota yang kurang terencana. Selain
itu, Kota Makassar juga dihadapkan pada masalah klasik berupa banjir
tahunan. Hal ini terkait dengan sebab alam seperti berkurangnya daerah
resapan air, sebab dari masyarakat seperti pembiaran drainase dipenuhi
tumpukan sampah, serta sebab manajemen kota seperti pertumbuhan
daerah baru yang tidak tuntas dalam hal perencanaan drainase dan jalan,
serta tingkat kualitas dan kuantitas maintenance yang rendah.
Pembangunan kawasan dan tataruang juga belum mempertimbangkan
keterkaitannya dengan daerah sekitar Makassar padahal perkembangan ke
depan membutuhkan suatu iklim dan suasana yang terintegrasi antara Kota
Makassar dan daerah sekitarnya.
f. Sarana dan Prasarana
Pertumbuhan penduduk Kota Makassar yang cukup pesat berimplikasi pada
perlunya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. Sementara itu
Kota Makassar dihadapkan pada terbatasnya sarana dan prasarana dalam
rangka peningkatan pelayanan publik tersebut.
20
21
BAB III
VISI, MISI DAN NILAI
A. Visi
Sejalan dengan perkembangan sejarah, kedudukan strategis Kota Makassar, serta
dinamika dan kecendrungan perkembangan daerah ini ke depan, maka untuk
kesinambungan pembangunan jangka panjang, Visi Kota Makassar 2025 adalah
”Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa yang
Berorientasi Global, Berwawasan lingkungan dan paling bersahabat”.
Rumusan Visi di atas didasarkan pada pertimbangan filosofis sebagai berikut :
1. Letak Geografis Makassar adalah suatu Natural Endowment yang dimasa lalu
terbukti merupakan salah satu faktor penentu tampilnya Makassar sebagai kota
pantai (maritim) yang terkenal dalam perdagangan hingga ke manca negara.
2. Kini dan di masa mendatang, Makassar sebagai Kota Intelektual (pendidikan) di
Kawasan Timur Indonesia dimana terkonsentrasi berbagai lembaga pendidikan
tinggi dengan populasi yang terus meningkat serta berbagai dinamika dunia
pendidikan yang terkandung didalamnya.
3. Letak geokrafis serta kemajuan pembangunan yang dicapai akan cenderung
menjadi daya tarik Kota Makassar, sehingga akan mendorong urbanisasi,
peningkatan pelayanan jasa serta pelayanan publik.
4. Kemajuan dan perkembangan Kota Makassar ke depan dapat terpelihara
keseimbangannya, jika dimensi kemanusiaan dan dimensi lingkungan selalu
dipelihara secara bersama oleh seluruh elemen masyarakat atau warga kota ini.
B. Misi
1. Pengembangan kultur maritim dan pemanfaatan sumberdaya laut secara optimal
dan berkelanjutan.
2. Pemberdayaan kekuatan ekonomi masyarakat dan penguatan daya saing
ekonomi kota.
3. Peningkatan kualitas hidup masyarakat secara layak dan bermanfaat.
4. Pemantapan dan pemanfaatan ruang dan lingkungan hidup yang nyaman, tertib
dan berkesinambungan.
22
5. Pengembangan manajemen pembangunan kota yang berbudaya dan
berwawasan masa depan.
6. Peningkatan apresiasi budaya, agama, penegakan hukum dan kepedulian
terhadap lingkungan.
7. Pengembangan sistem pemerintahan yang baik.
C. Nilai
Agar pembangunan Kota Makassar memiliki daya dorong, perekat dan pengendali,
maka diperlukan adanya seperangkat nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang
secara berkesinambungan di dalam kehidupan masyarakat Kota Makassar. Sebagai
masyarakat yang berbudaya dan beragama dengan karakteristik yang majemuk,
maka nilai-nilai tersebut hendaknya diinspirasi dan diserap dari keberagaman latar
belakang budaya dan agama sebagai khasanah perbendaharaan Kota Makassar.
Nilai-nilai tersebut antara lain adalah :
1. A’bulo Sibatang a’bannang kebo A’cera’ sitongka-tongka (musyawarah
mufakat untuk menyatukan pendapat yang terbaik dan tidak bisa diingkari).
2. Resopa temmangingngi Namalomo Naletei pammase ri Dewata seuwae
(dengan kerja keras memudahkan untuk mendapatkan Ridho Tuhan Yang
Maha Esa).
3. Mesa’kada dipotuo pantang kada di pomate (tekad kebersamaan kerja keras dan
gotong royong).
4. Mali siparappe malilu sipakainge re’ba sipatokkong (semangat untuk saling
mengingatkan kepada jalan kebaikan).
23
BAB IV
ARAH PEMBANGUNAN KOTA MAKASSAR
Arah pembangunan Kota Makassar 2025 dibagi ke dalam dua bagian besar, yakni arah
pembangunan umum yang sifatnya menyeluruh dan memayungi arah pembangunan
sektoral atau arah pembangunan yang bersifat segmentasi, serta arah pembangunan
sektoral itu sendiri dengan bagian-bagian yang dianggap penting bagi perkembangan
masa depan Kota Makassar.
A. Umum
Secara umum pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan kualitas
manusia, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik yang didukung oleh
ketersediaan infra struktur pembangunan, lingkungan fisik, sosial, politik dan
ekonomi yang kondusif bagi Makassar yang bermartabat dan manusiawi.
B. Pembangunan Sumberdaya Manusia
1. Pendidikan
Pembangunan pendidikan Kota Makassar diarahkan pada terpenuhinya
kebutuhan pendidikan dasar, pendidikan luar sekolah, pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan, peningkatan keterampilan dan wawasan bagi warga
Kota Makassar yang memungkinkan terciptanya masyarakat Kota yang terdidik,
berbudaya, produktif, bermartabat dan manusiawi.
2. Kesehatan
Pembangunan kesehatan Kota Makassar diarahkan pada tersedianya sarana dan
prasarana kesehatan yang memadai, pemerataan pelayanan kesehatan
masyarakat, lingkungan fisik dan sosial yang sehat, peningkatan gizi keluarga dan
pengurangan jenis serta jumlah penderita penyakit menular yang dapat
mewujudkan peningkatan usia harapan hidup, penurunan jumlah kematian bayi
dan penurunan jumlah penderita penyakit menular.
3. Kualitas dan Daya Saing Tenaga Kerja
Pembangunan kualitas manusia Kota Makassar juga diarahkan pada
meningkatnya kemampuan keterampilan pemuda, perempuan dan usia produktif
24
yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja lokal, regional,
nasional dan mancanegara serta dapat mewujudkan kemandirian usaha
masyarakat.
4. Pelayanan Sosial Dasar
Pembangunan kualitas manusia Kota Makassar juga diarahkan pada
terpenuhinya kebutuhan sosial dasar warga kota berupa pelayanan air bersih,
energi, kebersihan dan keindahan lingkungan yang dapat mendukung
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kenyamanan lingkungan.
C. Pembangunan Ekonomi
1. Peningkatan Daya Saing
Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada meningkatnya daya
saing ekonomi daerah melalui peningkatan jenis dan kuilitas produk unggulan
daerah, perluasan akses pasar, penguasaan teknologi produksi dengan
dukungan yang kuat oleh lembaga-lembaga keuangan.
2. Peningkatan Investasi
Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada peningkatan volume dan
diversifikasi usaha melalui penyiapan sarana dan prasarana pendukung usaha,
penyederhanaan birokrasi, regulasi usaha, dukungan tenaga kerja serta
kenyamanan dan keamanan berusaha yang dapat mendorong perluasan
kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan.
3. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui penataan kelembagaan, manajemen,
peningkatan penguasaan teknologi, akses pasar, pembiayaan dan kemitraan
usaha.
4. Pengembangan Keuangan Daerah
Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya
keuangan daerah melalui diversifikasi pendapatan daerah, intensifikasi PAD,
pemberdayaan Perusahaan Daerah, perluasan akses pembiayaan non PAD serta
peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah.
25
D. Pembangunan Kawasan dan Tataruang
1. Pengembangan Antar Kawasan
Pengembangan Kota Makassar diarahkan pada pertumbuhan kawasan kota yang
seimbang dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan penduduk,
perkembangan ekonomi, kebutuhan pelayanan publik, tata ruang kota dan
kelestarian lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan lingkungan dan
kesinambungan pembangunan. Selain itu, pengembangan Makassar juga
diarahkan secara terintegrasi dengan daerah sekitarnya.
2. Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kepulauan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya wilayah pesisir
dan kepulauan dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat nelayan,
berkembangnya kultur bahari, terpeliharanya potensi kelautan serta
pengembangan kerjasama pemanfaatan potensi pesisir dan kepulauan.
3. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada ketersediaan perumahan dan
pemukiman, sarana transportasi, air bersih, listrik, sarana rekreasi dan wisata,
sarana kebersihan dan keindahan kota yang sejalan dengan perkembangan
penduduk, tata ruang kota, kemajuan ekonomi yang mendukung, perwujudan
Makassar yang berwawasan lingkungan dan bersahabat.
4. Pembangunan Lingkungan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penciptaan lingkungan yang
bersih, indah, lestari dan sehat yang mendukung terwujudnya ketentraman,
kenyamanan dan kedamaian bagi warga kota.
E. Pembangunan Sosial Budaya
1. Pengembangan Kehidupan Beragama
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya kehidupan
beragama; kerukunan antar umat beragama, pengamalan nilai-nilai agama,
kerjasama antara pemerintah dan seluruh organisasi keagamaan serta
peningkatan kegiatan keagamaan yang didasarkan pada kemajemukan latar
belakang agama penduduk Kota Makassar.
2. Pengembangan Potensi Pemuda dan Perempuan
26
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya potensi generasi
muda dan komunitas perempuan melalui kegiatan pendidikan, latihan, olahraga
dan seni, pemberdayaan organisasi pemuda dan perempuan serta melalui
kegiatan keagamaan.
3. Pengembangan Seni dan Budaya
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya apresiasi seni
dan budaya dengan latar belakang kemajemukan melalui penyediaan informasi
seni dan budaya, pemberdayaan organisasi kesenian dan budaya, integrasi seni
dan budaya dengan kegiatan pariwisata kota serta mendorong berkembangnya
kreativitas seni budaya tradisional dan kontemporer yang sejalan dengan nilai dan
semangat keagamaan.
4. Kesejahteraan Sosial
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan pelayanan sosial
terhadap penyandang cacat, fakir miskin, anak jalanan, gelandangan dan
pengemis, lanjut usia yang terlantar, korban bencana dan kelompok masyarakat
yang kurang beruntung melalui bimbingan, penyuluhan sosial, penyediaan sarana
sosial, rehabilitasi sosial dan pemberian bantuan.
F. Pembangunan Hukum dan HAM
1. Pemantapan Legislasi Daerah
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada pemantapan legislasi daerah
melalui peningkatan produk Peraturan Daerah sesuai dinamika dan
perkembangan, evaluasi dan penyesuian Peraturan Daerah yang sedang
berjalan serta peningkatan penegakan pelaksanaan Peraturan Daerah dan sanksi
atas pelanggaran Peraturan Daerah.
2. Pemberdayaan Institusi Penegak Hukum
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada pemberdayaan institusi
penegakan hukum melalui peningkatan kemampuan penguasaan hukum bagi
aparatur, penegakan disiplin dan tanggung jawab aparatur, penyesuaian
organisasi penegak hukum sesuai kebutuhan perkembangan kota serta
penyiapan sarana dan prasarana kelembagaan penegakan hukum.
3. Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat
27
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada meningkatnya kesadaran hukum
warga kota melalui sosialisasi berbagai produk hukum, penegakan sanksi atas
pelanggaran hukum dan pembinaan tertib hukum yang bersifat partisipatif.
G. Pembangunan Pemerintahan
1. Peningkatan Aparatur
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan kemampuan dan
tanggung jawab aparatur pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
2. Peningkatan Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan intensitas dan
kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang mendukung
peningkatan intensitas dan kualitas pelayanan publik, pelaksanaan
pembangunan dan tata kelola pemerintahan.
3. Peningkatan Fungsi Pemerintahan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan fungsi pemerintahan
sebagai fasilitator, katalisator dan dinamisator pembangunan yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, kerjasama antar berbagai
pelaku pembangunan dan lintas daerah serta peningkatan keberdayaan
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.
4. Peningkatan Pelayanan Publik
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan pelayanan
pemerintah terhadap kebutuhan publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat, tertib lingkungan dan keamanan.
H. Pembangunan Politik dan Keamanan
1. Penataan Peran Pemerintah dan Masyarakat
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penataan peran pemerintah dan
masyarakat dalam pembangunan bidang politik yang mendukung terwujudnya
partisipasi politk yang efisien dan efektif oleh elemen-elemen masyarakat sesuai
saluran politk yang sah secara legal formal.
2. Pengembangan Budaya Politik
28
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada terbangunnya budaya politik yang
partisipatif dan konstruktif dalam rangka kemajuan kota, peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan terciptanya ketertiban dan keamanan masyarakat.
3. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan Kota
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada meningkatnya suasana tertib dan
aman yang menjamin berlangsungnya kegiatan ekonomi, sosial budaya dan
kegiatan politik yang menjadikan Makassar sebagai kota bersahabat.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada pemberdayaan seluruh potensi
masyarakat dalam menjaga lingkungan mereka untuk mewujudkan sistem
keamanan dan ketertiban berbasis masyarakat.
29
BAB V
P E N U T U P
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun
2005-2025 ini diletakkan sebagai pemberi arah dan menjadi pedoman bagi Pemerintah
Kota Makassar maupun masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan
pembangunan 20 (dua puluh) tahun ke depan. Namun demikian, patut pula
dikedepankan bahwa pelaksanaan dan aktualisasi dari prinsip-prinsip yang digariskan
dalam RPJPD ini akan turut ditentukan oleh kondisi ril dan kenyataan objektif dari
masyarakat Kota Makassar yang terus berproses dengan dinamikanya sendiri. Pada
intinya RPJPD ini memuat arah pembangunan 20 (dua puluh) tahun sehingga untuk
menjawabnya, kebutuhan pembangunan jangka menengah dalam bentuk kebijakan
sesuai perkembangan yang terjadi, maka RPJP ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Pada prinsipnya bahwa perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan Kota Makassar dimaksudkan untuk kepentingan peningkatan
kesejahteraan rakyat. Karena itu, pada tempatnya pula jika Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2025 diletakkan dalam kerangka
tersebut, sehingga potensi yang dimiliki oleh daerah ini dapat diarahkan untuk
perwujudan kesejahteraan dimaksud.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Makassar Tahun 2005-2025
berlaku sejak tanggal disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar
untuk ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah dan menjadi induk Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Makassar, untuk kurun waktu Tahun 2005 - 2025.
WALIKOTA MAKASSAR,
Cap / ttd
H. ILHAM ARIEF SIRAJUDDIN