struktur hubungan industrial di indonesia masa … · masalah dan tantangan alan j. boulton agustus...

44
1 STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA MENDATANG Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001

Upload: hoangcong

Post on 23-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

1

STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIALDI INDONESIAMASA MENDATANG

Masalah dan Tantangan

Alan J. BoultonAgustus 2001

Page 2: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

2

Terbit pertama tahun 2002

Hak cipta publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh protokol 2 dari Konvensi Hak CiptaDunia (Universal Copyright Convention). Walaupun begitu, kutipan singkat yang diambil dari publikasi tersebutdapat diperbanyak tanpa otorisasi dengan syarat agar menyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hakperbanyakan dan penerjemahan, surat lamaran harus dialamatkan kepada Publications Bureau (Rightsand Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor PerburuhanInternasional akan menyambut baik lamaran tersebut.

Perpustakaan, lembaga dan pengguna lainnya yang terdaftar dalam Kantor Lisensi Hak Cipta (CopyrightLicensing Agency) di Inggris dengan alamat 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP (Fax: (+44) (0)20 7631 5500; e-mail: [email protected]), Pusat Pengesahan Hak Cipta (Copyright Clearance Center) di AmerikaSerikat dengan alamat 222 Roseword Drive, Danvers, MA 01923 [Fax: (+1) (978) 750 4470; e-mail:[email protected]] atau Organisasi Hak Perbanyakan (Reproduction Rights Organizations) terkait dinegara lain, dapat membuat fotokopi sesuai dengan ijin lisensi yang dikeluarkan bagi mereka untuk keperluantersebut.______________________________________________________________________________________

Alan J. BoultonStruktur Hubungan Industrial di Indonesia Masa MendatangJakarta, Kantor Perburuhan Internasional, 2002

ISBN

Gambar sampul :

_____________________________________________________________________________________

Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa-bangsa, pencantuman informasi dalam publikasi-publikasiILO beserta sajian bahan tulisan yang terdapat di dalamnya sama sekali tidak mencerminkan opini apapundari Kantor Perburuhan Internasional (International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan denganstatus hukum suatu negara, daerah atau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukum pihak-pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yang berkenaan dengan penentuan batas-batas negaratersebut.

Dalam publikasi-publikasi ILO tersebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentuk kontribusitertulis lainnya, yang telah diakui dan ditandatangani oleh masing-masing penulisnya, sepenuhnya menjaditanggung jawab masing-masing penulis tersebut. Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudiandapat ditafsirkan bahwa Kantor Perburuhan Internasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut.

Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidak berarti bahwa KantorPerburuhan Internasional mengiklankan atau mendukung perusahaan, produk atau proses tersebut.Sebaliknya, tidak disebutnya suatu perusahaan, produk atau proses tertentu yang bersifat komersil jugatidak kemudian dapat dianggap sebagai tanda tidak adanya dukungan atau persetujuan dari KantorPerburuhan Internasional.

Publikasi-punlikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur-penyalur buku utama atau melalui kantor-kantorperwakilan ILO di berbagai negara atau langsung melalui Kantor Pusat ILO dengan alamat ILO Publica-tions, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakartadengan alamat Gedung PBB, Lantai 5, Jl. M.H. Thamrin 14, Jakarta 10340. Katalog atau daftar publikasiterbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut._____________________________________________________________________________________

Dicetak di Jakarta, Indonesia

Page 3: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

3

PRAKATA

Deklarasi ILO tentang Prinsip-prinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerjaadalah wujud kesungguhan komitmen ILO dan negara anggotanya untukmenghormati, meningkatkan dan melaksanakan prinsip-prinsip dan hak-hak dasar yang tertuang dalam delapan Konvensi Inti ILO. Hak-haktersebut mencakup kebebasan berserikat dari para pengusaha dan pekerjaserta haknya untuk melalakukan perundingan bersama.

Indonesia telah meratifikasi ke-delapan Konvensi Inti dari ILO danberkomitmen untuk menuangkan standar-standar ini dalamperundangan dan prakteknya. Dengan maksud tersebut, Indonesia telahmemulai suatu program pembaruan hukum perburuhan sertakebijakannya.

Proyek Deklarasi ILO/USA untuk Mempromosikan danMerealisasikan Kebebasan Berserikat dan Perundingan Bersama secarakhusus bertujuan untuk:

l Membantu pemerintah, pekerja dan pengusaha untuk memahamidan melaksanakan hak secara hukum dan kewajibannya yang baru.

l Memperkuat kemampuan lembaga-lembaga dan sistem perburuhanagar mereka dapat menjalankan perannya dalam mempromosikanhubungan industrial yang sehat dan harmonis.

l Mendorong dan mengukuhkan dialog serta tripartitisme terutamaantara pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja.Kertas kerja ini telah dipersiapkan bagi proyek oleh Hakim Agung

Alan Boulton, Wakil Presiden Senior dari Komisi Hunungan IndustrialAustralia, yang juga seorang spesialis mengenai standar perburuhaninternasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudiandiangkat sebagai Direktur Kantor ILO di Jakarta.

Page 4: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

4

Selama periode proyek, sejumlah makalah para pakar akanditerbitkan. Mereka mencakup aspek-aspek berbeda dari hukumperburuhan, hubungan industrial, serta administrasi ketenagakerjaan.Diharapkan bahwa makalah-makalah tersebut akan menjadi narasumberdan referensi bagi semua yang terlibat atau tertarik akan hukumperburuhan dan hubungan perburuhan di Indonesia.

Carmelo C. NorielKetua Penasehat TeknisProyek Deklarasi ILO/USAdi Indonesia

Page 5: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

5

DAFTAR ISI

Halaman

Prakata iii

Daftar Isi iv

Pendahuluan 1

Bab Satu: Hubungan Industrial di Indonesia

Latar Belakang 3

Perkembangan Undang-undang Perburuhan Baru 4

Bab Dua: Undang Undang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Penjelasan 9

Kemungkinan Bantuan dan Kegiatan Proyek 14

Bab Tiga: RUU Penyelesaian Perselisihan Industrial

Penjelasan 18

Kemungkinan Bantuan dan Kegiatan Proyek 25

Bab Empat: RUU Pengembangan dan Perlindungan

Tenaga Kerja

Penjelasan 30

Kemungkinan Bantuan dan Kegiatan Proyek 37

Page 6: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

6

Page 7: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

7

PENDAHULUAN

Tujuan dari kertas kerja ini adalah untuk membantu kegiatan awalProyek Deklarasi ILO/USA (selanjutnya disebut Proyek) di Indonesiamelalui pemaparan terkini menyangkut hubungan industrial di Indone-sia.

Kertas kerja ini mendeskripsikan keadaan terkini undang-undangyang mengatur tentang hubungan industrial di Indonesia serta latarbelakangnya. Selanjutnya akan dikaji pula undang-undang perburuhanyang baru, dimana dua diantaranya masih dibahas dalam lembagalegislatif, yaitu:

l Undang Undang (UU) Serikat Buruh/Serikat Pekerja (UUNo.21/2000)

l Rancangan Undang Undang Penyelesaian Perselisihan Indus-trial (RUU-PPI)

l Rancangan Undang Undang Pengembangan dan PerlindunganKetenagakerjaan (RUU-PPTK).

Disamping itu kertas kerja ini juga akan mengajukan sejumlahgagasan menyangkut bantuan dan kegiatan yang dapat dilakukan Proyekdalam rangka persiapan, implementasi, sosialisasi dan pengawasanundang-undang perburuhan yang baru tersebut.

Page 8: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

8

Latar Belakang

Dewasa ini undang-undang perburuhan di Indonesia telahberkembang secara pesat. Sebuah undang-undang baru yang mengaturtentang serikat buruh (UU No.21/2000) telah diberlakukan. Disampingitu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga kini tengah menggodokrancangan undang-undang baru tentang pengembangan danperlindungan tenaga kerja dan tentang penyelesaian perselisihan indus-trial.

Krisis keuangan yang melanda Indonesia tidak hanya menghasilkanperubahan di bidang politik, melainkan juga memunculkan tuntutan daridalam maupun luar negeri untuk melakukan reformasi ekonomi dansosial, termasuk penghargaan yang lebih besar terhadap HAM dan hakpekerja. Undang-undang perburuhan baru diatas sedikit banyak adalahbagian dari respon terhadap tuntutan tersebut.

Memperbaharui undang-undang perburuhan merupakan tugasyang penuh tantangan. Kompleksitas pelaksanaan reformasi sertalingkungan yang tidak kondusif adalah sebagian penyebabnya. Lebihlagi, seperti nampak dalam perkembangan saat ini, reformasi perburuhanakan dapat mengundang banyak kontroversi.1

BAB SATU

UNDANG-UNDANG PERBURUHANDI INDONESIA

1 Hal ini semakin jelas jika mengingat pengalaman perumusan UU KetenagakerjaanNo.25/1997 dan penundaan pemberlakuannya. Demikian pula halnya dengan KeputusanMenteri Tenaga Kerja No. Kep-150/Men/2000 tentang Pemutusan Hubunga Kerja.

Page 9: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

9

Keadaan undang-undang dan lembaga perburuhan saat inimenimbulkan sejumlah tantangan yang serius bagi proses reformasi.Apalagi karena proses reformasi yang diharapkan itu pada hakekatnyabersifat mendasar dan memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karenanyakonsultasi secara intensif perlu dilakukan guna memperjelas arahreformasi dan demi menjamin dukungan dari kelompok-kelompok utamadalam masyarakat terhadap undang-undang perburuhan yang baru.

Hingga kini proses reformasi masih berjalan dalam ketidakpastianpolitik dan ekonomi, akibat ketidakjelasan arah pemerintahan dankepemimpinan. Di lembaga legislatif undang-undang tersebutmengalami pembahasan dan penulisan ulang yang mendalam. Persoalanpengalihan kekuasaan dan fungsi-fungsi tertentu kepada pemerintahdaerah dan kabupaten,2 khususnya implikasinya terhadap administrasiundang-undang perburuhan, semakin mempersulit keadaan.

Sekarang adalah saat dimana Indonesia menjalani perubahan-perubahan besar di bidang politik, ekonomi and sosial. Reformasiundang-undang perburuhan ada dalam kerangka perubahan ini. Kendatiperumusan dan implementasinya tidak mudah, namun ia tetap menjadibagian penting dalam perkembangan ekonomi dan sosial di Indonesia.Dalam arti ini, bantuan terhadap proses pembaharuan undang-undangperburuhan niscaya memberi manfaat yang besar bagi seluruh rakyatIndonesia.

Perkembangan Undang Undang Perburuhan Baru

Undang-undang perburuhan di Indonesia telah berkembang secaraad-hoc. Kerangka normatif yang berlaku saat ini dapat dilacak dalamberbagai undang-undang, peraturan dan ketetapan yang sebagian dibuatpada tahun 1948. Beberapa diantaranya adalah Undang-undang TenagaKerja 1948, Undang-undang tentang Kesepakatan Kerja Bersama 1954Undang-undang Perselisihan Perburuhan 1957, disamping berbagai

2 Masih belum jelas apakah ia akan dialihkan kepada 370 kabupaten sebagaimanadirencanakan Presiden Habibie, atau kepada 29 propinsi seperti yang diinginkan oleh PresidenMegawati. Agaknya desentralisasi kepada 370 kabupaten akan terus berlanjut, namun kekuasaanuntuk menetapkan pajak dan pinjaman akan dibatasi, dan kebijakan-kebijakan akan dikoordinasimelalui propinsi.

Page 10: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

10

peraturan pemerintah dan keputusan menteri. Bayangkan, untukmenemukan undang-undang yang aplikatif saja sudah merupakansebuah tantangan!

Telah diakui bahwa undang-undang perburuhan perlu disatukansecara utuh, dan bahwa seperangkat undang-undang perburuhan perludisiapkan. UU Ketenagakerjaan No.25/1997 merupakan wujudkesadaran diatas. Akan tetapi proses perumusan dan pembahasannya diDPR telah membuat undang-undang ini tidak dihormati. PemberlakuanUU No.25/1997 telah dua kali mengalami penundaan, terakhirdiputuskan untuk ditunda hingga 1 Oktober 2002 (lihat UU No.28/2000).

Proses reformasi telah bergerak melampaui UU No.25/1997. Diakhir masa pemerintahan Suharto, gema reformasi yang terus bergaungdi segala penjuru, persyaratan yang diajukan lembaga keuanganinternasional dalam memberikan bantuan selama krisis berlangsung, dandesakan untuk memajukan HAM dan hak-hak kaum pekerja turutberjasa dalam perubahan tersebut. Kini berbagai pihak mengakuipentingnya memperbaharui undang-undang perburuhan yang sudahusang itu, dan menyiapkan kerangka hubungan industrial yang moderndan efektif.

Sebagai langkah awal pemerintah meratifikasi beberapa KonvensiILO, termasuk Konvensi Kebebasan Berserikat yang diratifikasi padabulan Juni 1998. Kebutuhan untuk menyesuaikan ketentuan yang berlakudengan Konvensi ILO yang telah diratifikasi, desakan untuk merumuskanundang-undang baru serta ketidakpuasan terhadap UU No.25/1997telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perumusan undang-undang baru. Selain itu, ada satu alasan yang agaknya bersifat lebihmendasar, yaitu kebutuhan yang dirasakan oleh lingkungan ekonomi, sosial danpolitik yang baru atas pembentukan kerangka hukum demi terbinanya hubungan in-dustrial yang adil, efektif dan sanggup membantu penyelesaian perselisihan indus-trial.

Selama masa pemerintahan Suharto hubungan industrialdikendalikan secara ketat oleh pemerintah. Praktek tersebut merupakanbagian dari agenda pertumbuhan ekonomi yang lebih menekankan padaupaya menarik investasi asing dan pertumbuhan industri baru daripadapenegakan hak-hak pekerja. Termasuk dalam praktek pengendalian iniadalah intervensi militer dalam perselisihan industrial dan pembatasan

Page 11: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

11

hak berserikat. Satu-satunya serikat buruh yang diakui oleh pemerintahadalah FSPSI, yang nota bene merupakan organisasi sokonganpemerintah.

Kini telah banyak perubahan yang terjadi. Sejak tahun 1998pemerintah mengijinkan pembentukan organisasi buruh selain FSPSI,dan hingga bulan Agustus 2001 tercatat sebanyak 59 serikat buruh telahdibentuk di Indonesia.3 Keterlibatan militer dan polisi dalam masyarakatsipil telah ditinjau kembali, dan alhasil kini mereka tidak lagi terlaluberminat untuk mengintervensi urusan perburuhan. Mekanismepenyelesaian perselisihan yang ada (Panitia Penyelesaian Perselisihan)tidak akan berfungsi dengan baik di tengah-tengah lingkungan yang baruini.4

Dewasa ini Indonesia tengah menghadapi kombinasi situasi, antarapeningkatan kegiatan serikat, potensi nyata perubahan perselisihan in-dustrial dan aksi protes menjadi kerusuhan, serta kekhawatiran pengusahamenyangkut perselisihan industrial dan dampaknya terhadap investasi.Akibatnya muncul kebutuhan akan sistem yang lebih efektif dalammenangani hubungan dan perselisihan industrial. Dalam konteks ini,undang-undang perburuhan yang baru akan menyediakan kerangkanormatif bagi sistem tersebut.

Secara ringkas kebutuhan akan undang-undang perburuhan yangbaru di Indonesia timbul akibat beberapa faktor, yaitu:

l Perubahan pola pikir masyarakat di masa pasca-Suhartomengenai hak-hak pekerja;

l Pengakuan atas hak berserikat dan perkembangan serikat buruh;

l Kegiatan serikat untuk mewakili pekerja yang terkena pengaruhkrisis keuangan, kenaikan harga serta menyempitnya kesempatankerja;

3 Ada 2 konfederasi dan 59 federasi yang terdaftar di tingkat nasional. Selain itu, sebanyak150 serikat buruh nasional telah terdaftar, antara lain serikat buruh yang dibentuk di perusahaan-perusahaan besar seperti bank. Akan tetapi tidak ada data yang akurat menyangkut jumlahserikat buruh tingkat unit kerja yang terdaftar di tingkat daerah, kendati berdasarkan data kompilasisebelumnya diperkirakan kurang lebih 11.000 serikat tingkat unit kerja telah terdaftar.

4 Sebagai contoh, di sebagian besar propinsi unsur pekerja dalam lembaga tripartit, sepertiDPPN dan P-4D, masih diwakili secara sepihak oleh FSPSI.

Page 12: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

12

l Perselisihan industrial dan aksi protes yang potensialmenimbulkan kerusuhan;

l Kekhawatiran atas dampak perselisihan industrial terhadapkegiatan usaha dan investasi asing;

l Kekhawatiran akan intervensi militer dan polisi dalamperselisihan industrial, dan kesulitan Indonesia dalammembedakan antara kegiatan serikat yang sah dan bebas dariintervensi di satu sisi, dengan pemeliharaan ketertiban danhukum di sisi lain;

l Tidak efektifnya mekanisme penyelesaian perselisihan yang ada.

Saat ini Indonesia sedang memasuki era baru dalam hubungan in-dustrial, dimana sebuah kerangka hukum sangat dibutuhkan. Kerangkabagi undang-undang yang baru tersebut telah dirancang �dandijadwalkan secara ambisius� pada tahun 1998. Ia mencakup:

l Undang-undang baru tentang serikat buruh untukmenindaklanjuti ratifikasi Konvensi Kebebasan Berserikat, danuntuk mengganti peraturan pemerintah tentang serikat buruhtahun 1998;

l Undang-undang baru mengenai penyelesaian perselisihan in-dustrial dalam rangka menyiapkan mekanisme resolusi;

l Revisi atas beberapa bagian UU Ketenagakerjaan No.25/1997sebelum ia diberlakukan.

Dalam perkembangannya UU No.25/1997 diputuskan untukdiganti seluruhnya, meskipun beberapa bagian telah diserap kedalam,atau sedikitnya digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan,undang-undang perburuhan yang baru. Proses ini ditindaklanjuti olehDepartemen Tenaga Kerja (Depnaker) dengan merumuskan ketentuanbaru melalui forum konsultasi tripartit, dan dengan melibatkandepartemen-departemen pemerintah lainnya.5

Akhirnya tiga buah RUU diserahkan ke DPR, yaitu:

5 Proses ini dipaparkan secara lebih rinci dalam, Demystifying The Core Conventions ofthe ILO Through Social Dialogue: The Indonesian Experience, International Labour Organi-zation, Kantor Jakarta, Oktober 1999, hal. 15-21.

Page 13: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

13

l RUU Serikat Buruh yang disetujui menjadi UU No.21/2000tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan telah diberlakukan;

l RUU-PPI yang masih dibahas dan sedianya akan diberlakukandalam waktu dekat; dan

l RUU-PPTK yang juga masih dalam pembahasan di DPR.

Dalam menerapkan undang-undang perburuhan yang baru,tantangan terbesar ada pada proses pembentukan danpengembangan lembaga. Lembaga-lembaga yang baru meliputiorganisasi perwakilan pekerja dan pengusaha, peradilan industrial, jasakonsiliasi dan agen-agen pemerintah yang bertanggung jawab dalampendaftaran dan pengawasan serikat buruh. Dalam banyak hal penilaianatas keberhasilan undang-undang baru tersebut akan mengacu padakualitas dan efektivitas lembaga-lembaga yang akan dibentuk, dansumbangsihnya terhadap kemajuan ekonomi dan sosial di Indonesia.

Dengan demikian, salah satu sumbangan penting yang dapat diberikan Proyekadalah di bidang pembentukan lembaga tersebut. Termasuk didalamnya adalahmembantu pembentukan lembaga-lembaga baru serta pengoperasinnyasecara efektif, melalui pelatihan dan pengembangan para hakim danpengurus di lembaga-lembaga tersebut. Pemahaman pekerja, pengusahadan masyarakat secara umum atas peran dan kegiatan lembaga-lembagatersebut, serta hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undangperburuhan yang baru perlu semakin ditingkatkan.

Disamping itu juga perlu dibangun kerja sama dengan pemerintah.Mereka membutuhkan bantuan dalam hal perencanaan pembentukandan pengoperasian sistem yang baru, dan dalam penerapan undang-undang perburuhan yag baru secara efektif �termasuk komitmen merekauntuk membentuk dan memfungsikan sistem secara efektif.

Page 14: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

14

Penjelasan

Undang-undang ini disetujui oleh DPR pada bulan Juli 2000 danmulai diberlakukan pada tanggal 4 August 2000. Ia merupakan kewajibanyang harus dilaksanakan Indonesia menyusul diratifikasinya KonvensiILO No.87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas HakBerorganisasi. Ia menggantikan berbagai peraturan pemerintahsebelumnya mengenai pendaftaran organisasi buruh.

Undang-undang ini membuka berbagai kesempatan, antara lain:

l bagi pekerja untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat;

l bagi serikat untuk melindungi, membela dan memperjuangkankesejahteraan pekerja dan keluarganya; dan

l perlindungan kepada pekerja dari tindakan diskriminasi danintervensi anti-serikat.

Serikat buruh harus didaftarkan di lembaga pemerintah yangbertanggung jawab atas urusan perburuhan. Mereka juga dituntut untukmemenuhi sejumlah persyaratan menyangkut AD/ART, hak dankewajiban anggota maupun pengurus, administrasi keuangan, pemilikanproperti serta pembubaran organisasi.

Undang-undang ini dibagi menjadi 15 bab dengan perincian sebagaiberikut:

Bab I mengatur tentang Ketentuan Umum. Serikat pekerja atau serikatburuh adalah organisasi yang dibentuk oleh dan untuk pekerja/buruh.Istilah �pekerja/buruh� mengacu pada setiap orang yang bekerja untuk

BAB DUA

UNDANG-UNDANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH (UU NO.21/2000)

Page 15: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

15

memperoleh upah atau bentuk pendapatan lain.

Bab II mengatur Dasar Hukum, Sifat dan Tujuan serikat. Serikatdiharuskan menerima, dan dasar hukumnya tidak boleh bertentangandengan, ideologi negara Pancasila dan UUD 1945 (lihat Pasal 2). Pasal3 menyatakan bahwa serikat harus bersifat �bebas, terbuka, mandiri,demokratis dan bertanggung jawab�. Fungsinya adalah untuk membuatPerjanjian Kerja Bersama (PKB), menyelesaikan perselisihan industrial,mewakili pekerja di berbagai dewan dan badan yang terkait denganurusan perburuhan, dan membela hak dan kepentingan anggotanya (lihatPasal. 4).

Bab III mengatur tentang Bentuk serikat. Undang-undang inimengatur adanya tiga tingkatan dalam organisasi serikat, yaitu: serikatpekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi. Setiap pekerja berhakmembentuk dan menjadi anggota dari sebuah serikat pekerja/serikatburuh. Serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggota minimal10 orang pekerja (Pasal 5).

Serikat Pekerja/Serikat Buruh dapat membentuk dan menjadianggota dari sebuah federasi. Sebuah federasi harus dibentuk oleh mini-mal 5 serikat pekerja/serikat buruh (Pasal 6). Federasi dapat membentukdan menjadi anggota dari sebuah konfederasi. Sebuah konfederasi harusdibentuk minimal oleh 3 federasi (Pasal 7).

Pengaturan serikat harus meliputi berbagai ketentuan, antara lainnama dan simbol, dasar peraturan dan tujuan, tanggal pembentukan,alamat sekertariat, keanggotaan dan administrasi, sumber pendanaandan pertanggungjawaban, serta ketentuan tentang perubahan peraturanorganisasi (Pasal 11). Serikat pekerja/serikat buruh yang menjadi anggotasebuah federasi dapat memakai peraturan federasinya. Demikian pulafederasi dapat memakai peraturan konfederasi dimana ia bergabung (lihatPenjelasan Undang-undang).

Bab IV menyatakan bahwa Keanggotaan Serikat harus diaturberdasarkan peraturan organisasi (Pasal 13). Kendati demikian, serikattidak boleh membatasi keanggotaannya atau melakukan tindakandiskriminasi atas dasar �paham politik, agama, etnis atau jenis kelamin�(Pasal 12).

Seorang pekerja tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikatpekerja/serikat buruh (Pasal 14), dan pekerja yang duduk dalam berbagai

Page 16: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

16

posisi manajerial di tempat kerja tidak boleh menjadi pengurus serikat(Pasal 15). Seorang pekerja dapat memutuskan keanggotaannya darisebuah serikat secara tertulis (Pasal 17).Sebuah serikat pekerja/serikat buruh hanya boleh bergabung dengansatu federasi, dan demikian pula sebuah federasi hanya dapat menjadianggota dari satu konfederasi (Pasal 16).

Bab V mengatur tentang Surat Pemberitahuan dan Pendaftaran. Serikatyang telah dibentuk harus mendaftarkan diri ke lembaga pemerintahyang menangani urusan perburuhan.

Surat pemberitahuan melampirkan juga daftar nama anggotapendiri dan pengurusnya, serta satu buah salinan peraturan organisasi(Pasal 18). Badan pemerintah setempat harus mencatat serikat yang telahmemenuhi persyaratan dan memberikan nomor pendaftaran kepadanyadalam kurun waktu 21 hari kerja setelah tanggal pemberitahuan (Pasal20 (1)).

Apabila sebuah serikat belum memenuhi persyaratan yang diminta,alasan penundaan pendaftaran dan pemberian nomor pendaftaran harusdiserahkan oleh badan pemerintah setempat dalam tenggang waktu 14hari setelah tanggal penerimaan surat pemberitahuan (Pasal 20 (2) dan(3)).

Serikat harus memberitahukan lembaga pemerintah diatas bilaterjadi perubahan dalam peraturan organisasinya (Pasal 21). Badanpemerintah tersebut harus menjamin bahwa buku pendaftaran serikatterbuka untuk diperiksa dan dapat diakses oleh masyarakat luas (Pasal22).

Serikat yang telah memiliki nomor pendaftaran wajib menyerahkansurat pemberitahuan kepada pengusaha terkait (Pasal 23).

Dalam bab ini juga diterangkan bahwa prosedur pendaftaran serikatdapat diatur melalui Keputusan Menteri (Pasal 24). Keputusan MenteriNo.16/MEN/2001 tentang Prosedur Pendaftaran Resmi Serikat Buruh/Serikat Pekerja mengatur tentang prosedur dan formulir yang digunakandalam menyusun surat pemberitahuan kepada badan pemerintah tingkatkabupaten dimana serikat yang bersangkutan berdomisili, serta tugaslembaga pemerintah untuk melakukan pencatatan dan pelaporan.

Ia mengatur sejumlah kewajiban yang harus dilaporkan serikat,yaitu:

Page 17: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

17

l pembentukan organisasi;

l perubahan AD/ART atau domisili;

l bantuan keuangan dari sumber pendanaan di luar negeri; dan

l pembubaran organisasi.

Ia juga mengharuskan badan pemerintah setempat untuk memberilaporan triwulan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi(Menakertrans) mengenai jumlah serikat yang sudah terdaftar di tingkatkabupaten, perubahan domisili atau AD/ART serikat, bantuan danadari luar negeri dan pembubaran serikat (Pasal 10 dan Lampiran XIKep. No.16/Men/2001).

Bab V mengatur tentang Hak dan Kewajiban Serikat. Serikat yangsudah memiliki nomor pendaftaran berhak melakukan perundingan PKBdengan pihak manajemen, mewakili pekerja dalam menyelesaikanperselisihan industrial di dewan dan lembaga perburuhan, danmengadakan kegiatan perburuhan selama tidak bertentangan denganketentuan hukum (Pasal 21).

Serikat wajib melindungi anggota dari pelanggaran terhadap hak-haknya, meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya, sertamenjalankan tugas sesuai peraturan (Pasal 27). Ia dapat bergabung dan/atau bekerja sama dengan serikat buruh internasional atau organisasiinternasional lainnya, selama tidak bertentangan dengan ketentuanhukum nasional (Pasal 26).

Bab VII6 mengatur tentang Perlindungan atas Hak Berorganisasi. Setiaporang dilarang terlibat dalam tindakan yang bertujuan untuk mencegahpekerja membentuk serikat, menjadi atau tidak menjadi anggota ataupengurus serikat, maupun melaksanakan atau tidak melaksanakankegiatan serikat. Tindakan yang dimaksud antara lain: pemecatan,skorsing atau tindakan yang merugikan pekerja sehubungan denganpekerjaannya, menahan atau mengurangi upah, melakukan intimidasidan berkampanye menentang pembentukan serikat (Pasal 28).

Pengusaha harus memperbolehkan pengurus dan anggota serikatyang meminta ijin dari pekerjaannya, guna melangsungkan kegiatan

6 Catatan: Tidak ada Bab VI dalam undang-undang ini.

Page 18: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

18

serikat sebagaimana ditentukan dalam PKB, atau seperti yang telahdisetujui kedua belah pihak (lihat Pasal 29 dan Penjelasannya).

Bab VIII mengatur tentang Keuangan dan Aset. Keuangan dan asetserikat harus dikelola sesuai dengan peraturan organisasi (Pasal 33), danharus dipisahkan dari keuangan serta aset pengurus dan anggota (Pasal32). Pengurus serikat bertanggung jawab atas penggunaan ataupengelolaan keuangan dan aset tersebut, dan wajib mencatat sertamenyerahkan laporan keuangan kepada anggotanya (Pasal 34).

Pengurus serikat harus melaporkan kepada badan pemerintah dibidang perburuhan mengenai bantuan dana tanpa syarat dari luar negeri,sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan nasional.Bantuan ini harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota(Pasal 31).

Bab IX mengatur tentang Penyelesaian Perselisihan antar-Serikat. UUNo.21/2000 mengatur tentang perselisihan keanggotaan sertapelaksanaan hak dan kewajiban serikat (Pasal 1 dan 35). Ia jugamenetapkan bahwa perselisihan tersebut harus diselesaikan sesuai hukum(Pasal 36).

Bab X mengatur tentang Pembubaran Serikat. Serikat buruhdibubarkan apabila: (1) dinyatakan oleh anggota sebagaimana diaturdalam AD/ART, (2) perusahaan tempat anggotanya bekerja ditutup,sehingga hubungan kerja berakhir dan pengusaha telah memenuhikewajibannya kepada pekerja, atau (3) diputuskan oleh pengadilan (Pasal37).

Pengadilan dapat membubarkan serikat bila dasar hukumnyabertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, atau jika pengurus dan/atau anggotanya dihukum karena tindak kejahatan terhadap KeamananNegara (lihat Penjelasan), dan dijatuhi hukuman penjara lima tahun ataulebih (Pasal 38).

Bab XI mengatur tentang Pengawasan dan Penyelidikan. Bab inimengatur tentang pelaksanaan peran pengawas ketenagakerjaan daripemerintah (Pasal 40), serta fungsi dari kelompok pegawai negeri tertentusebagai penyidik dalam kaitannya dengan masalah kriminal (Pasal 41).

Bab XII mengatur tentang Hukuman sehubungan denganpelanggaran terhadap undang-undang ini. Hukuman yang dimaksud

Page 19: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

19

meliputi: (1) pencabutan nomor pendaftaran apabila serikat yangbersangkutan gagal memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnyamengumumkan perubahan AD/ART atau melaporkan bantuankeuangan internasional) (Pasal 42), (2) denda dan hukuman penjara bagimereka yang melanggar Pasal 28, yaitu intervensi terhadap hakberorganisasi (Pasal 43).

Bab XIII berisi tentang Peraturan-peraturan Lain. Dalam Pasal 44 (1)disebutkan bahwa, �Pegawai negeri memiliki kebebasan untuk berkumpul danhak untuk berorganisasi.� Pelaksanaan atas hak-hak tersebut akan diaturoleh undang-undang yang terpisah.

Terakhir, Bab XIV mengatur tentang berbagai penataan transisionaldan Bab XV megatur tentang pemberlakuan undang-undang ini.

Perlu dicatat bahwa ada beberapa hal yang masih gamang dalamUU No.21/2000. Sejumlah kalangan telah mengakui bahwa undang-undang ini mengandung banyak �celah� yang akan menimbulkankesulitan dalam penerapannya (misalnya mengenai kewajiban badanpemerintah pusat, propinsi dan daerah setempat, serta bagaimanamenerapkan kewajiban-kewajiban tertentu menurut undang-undang ini).Di samping itu, ada laporan yang menyebutkan bahwa telah terjadiperbedaan dan inkonsistensi dalam proses pendaftaran di tingkat yangberbeda.

Ia juga tidak mengatur secara rinci berbagai hal menyangkutadministrasi serikat (misalnya penyelenggaraan pemilihan danpemeriksaan keuangan), dan perundingan bersama (misalnya biladijumpai lebih dari satu serikat yang terdaftar di satu perusahaan). Olehkarena itu pertimbangan secara seksama amat dibutuhkan dalammelaksanakan, mengawasi dan, bila mungkin, merevisi undang-undangini di masa mendatang.

Kemungkinan Bantuan dan Kegiatan Proyek

Dalam hubungannya dengan Undang-undang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, ruang lingkup kegiatan yang dapat dilakukan Proyek akanbersifat terbatas. Tindakan yang perlu diambil sebaiknya mengarah padapaket reformasi undang-undang perburuhan.

Page 20: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

20

Implikasi penting dari UU No.21/2000 adalah sebagai berikut:

l Bagi badan pemerintah di bidang perburuhan tingkatnasional dan propinsi: penerimaan surat pemberitahuan tentangpembentukan serikat, memastikan dipenuhinya persyaratanpendaftaran oleh serikat, mengeluarkan nomor pendaftaran, sertamenyimpan dan memperbaharui data-data pendaftaran serikat.

l Bagi pekerja dan serikat: memahami hak dan kewajibannyasehubungan dengan surat pemberitahuan, mengembangkan AD/ART organisasi, administrasi dan laporan keuangan yang tepat, danperan serikat dalam mewakili anggota membuat PKB danmenyelesaikan perselisihan industrial.

l Untuk pengusaha: memahami kewajiban mereka untuk tidak ikutcampur dalam pembentukan atau pengoperasian serikat, ataupunmelakukan tindakan diskriminatif terhadap anggota dan pengurusserikat, dan untuk berhubungan dengan serikat-serikat yang barudalam setiap masalah industrial dan perundingan.

Guna menunjang pelaksanaan serta memahami hak dan kewajibanberdasarkan undang-undang ini, hal-hal berikut dapat dipertimbangkanuntuk menjadi kegiatan Proyek:

1. Penyusunan Buku Panduan berupa ringkasan dari ketentuan yangdiatur dalam undang-undang tersebut. Buku ini juga dapat memuatinformasi tentang:

l Prosedur dan bentuk surat pemberitahuan menurut undang-undang No.21/2000; dan

l Contoh AD/ART serikat

2. Penyusunan Alat Informasi tentang undang-undang ini. Media yangsatu ini meliputi Buku Panduan dan bahan-bahan lain (misalnyasalinan undang-undang dan peraturan atau keputusan menteri yangterkait; salinan Konvensi ILO yang relevan; informasi tentangpembentukan dan pengoperasian serikat, termasuk contoh AD/ART dan pemberitahuan administrasi keuangan; serta informasitentang federasi dan konfederasi serikat). Alat informasi ini secarakhusus dapat digunakan oleh:

l Pegawai pemerintah pusat dan daerah yang terkait denganundang-undang ini;

Page 21: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

21

l Pekerja yang ingin mendirikan serikat; dan

l Serikat dalam memenuhi kewajiban mereka berdasarkan undang-undang ini.

3 (a) Bantuan untuk Menakertrans dan badan pemerintah daerahuntuk melaksanakan fungsi administratif berdasarkan undang-undang. Hal ini mencakup:

l Penyusunan buku petunjuk administrasi;

l Pelatihan bagi para pegawai; dan

l Masukan tentang penyusunan dan penyimpanan data di tingkatpropinsi dan nasional.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut akan menjamin konsistensipenerapan undang-undang ini di tingkat propinsi dan kabupaten.

3 (b) Menakertrans juga dapat menyediakan Layanan Konsultasi (hotline) yang bertugas memberi saran seputar undang-undang inikepada:

l pekerja dan serikat;

l pegawai pemerintah daerah; dan

l pengusaha.

4. Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk membantu serikat dalammerealisasikan hak dan kewajiban mereka berdasarkan undang-undang ini. Beberapa kegiatan dapat disampaikan dalam proyek-proyek lain (misalnya pelatihan manajemen dan administrasi serikat).Akan tetapi pelatihan dan informasi dasar mengenai undang-undangini agaknya merupakan kegiatan yang paling berguna untuk saatini.

5. Ketentuan penting undang-undang ini mengatur tentangperlindungan atas hak berorganisasi (Pasal 28). Ketentuan ini dapatmemperbanyak jumlah tuntutan kriminal di pengadilan terhadappengusaha dan pihak lain (lihat Pasal 43). Di negara-negara lainketentuan ini menimbulkan perselisihan dan delik hukum, karenapara pengurus atau anggota serikat diduga di-PHK sehubungandengan keanggotaan atau keterlibatan mereka dalam kegiatanserikat. Ada kemungkinan perselisihan dan masalah serupa akanterjadi juga di Indonesia.Perhatian harus diberikan pada kegiatan-kegiatan yang menunjang

Page 22: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

22

hal-hal berikut:

l menyadarkan pengusaha akan kewajiban mereka menurutundang-undang;

l mengijinkan petugas pemeriksa (Pasal 40) untuk berperan dalammencegah terjadinya pelanggaran, serta dalam menyelesaikanperselisihan yang timbul; dan

l memastikan bahwa pengadilan memberlakukan undang-undangini secara tepat dan adil.

Kegiatan dimaksud mencakup pembuatan dokumen tentangtindakan yang dilarang dan kegiatan pemeriksaan dalam rangkamencegah tindakan tersebut (misalnya program pendidikan danpembinaan).

6. Bantuan untuk Menakertrans melalui: (a) publikasi informasi/datastatistik serikat; (b) memantau pelaksanaan undang-undang ini; dan(c) identifikasi dan koreksi atas setiap masalah yang timbul dalampelaksanaan undang-undang ini, terutama di tingkat daerah.Langkah ini mungkin perlu dipertimbangkan oleh Forum TripartitNasional.

7. Kegiatan-kegiatan proyek akan dilaksanakan di tingkat pusat(Jakarta) dan di beberapa daerah. Proyek harus memastikan bahwamasyarakat luas mengetahui kegiatan-kegiatan tersebut, dan yanglebih penting lagi, mengetahui undang-undang ini serta kemajuanyang telah dicapai dalam melaksanakan hak kebebasan berserikatdi Indonesia. Untuk tahap ini, pernyataan media dan keterangan persmerupakan bagian dari kegiatan utama dan penerbitan publikasi.Di samping itu, perlu juga dipikirkan metode peningkatan kesadaranmasyarakat, termasuk melalui penyelenggaraan Kursus Informasi atauApel tentang berbagai aspek dalam UU No.21/2000. Walaupuntargetnya adalah praktisi hubungan industrial (pengusaha, serikatdan pekerja, pegawai pemerintah, advokat industri, dll), namun iajuga terbuka bagi LSM, akademisi dan pihak-pihak terkait lainnya.

Page 23: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

23

Penjelasan

Hingga buku ini selesai ditulis, Rancangan Undang Undang tentangPenyelesaian Perselisihan Industrial (RUU-PPI) masih diproses di DPR. Analisadan penjelasan yang diketengahkan disini mengacu pada draf RUU yangdiserahkan ke DPR.

RUU-PPI merupakan bagian dari paket reformasi undang-undangperburuhan di Indonesia. RUU ini diharapkan dapat mengefektifkanpenyelesaikan perselisihan dibanding undang-undang sebelumnya (UUNo.22/1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Peruruhan).

Berdasarkan UU No.22/1957, prosedur penyelesaian perselisihandiatur sebagai berikut:

l Pihak-pihak yang bersengketa harus berupaya mencaripenyelesaian;

l Apabila tidak dicapai kesepakatan, kedua pihak dapatmenyerahkan permasalahannya kepada arbitrator atau dewanarbitrator;

l Apabila perselisihan tidak juga dapat diselesaikan, salah satuatau kedua belah pihak dapat menunjuk konsiliator (stafMenakertrans);

l Apabila perselisihan masih belum bisa diselesaikan melalui prosesmediasi, konsiliator harus menyerahkan masalah ini ke PanitiaPenyelesaian Perselisihan Pekerja di Daerah (P4D);

l P4D harus berupaya keras menyelesaikan perselisihan melalui

BAB TIGA

RUU PENYELESAIANPERSELISIHAN INDUSTRIAL

Page 24: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

24

mediasi, dan jika gagal ia dapat mengeluarkan rekomendasi ataukeputusan yang bersifat mengikat;

l (Pemberian) keputusan P4D dapat dilaksanakan oleh pengadilanapabila ia tidak dihargai oleh kedua belah pihak dalam tempo14 hari, kecuali jika banding diajukan ke Panitia PenyelesaianPerselisihan Pekerja di tingkat Pusat (P4P); dan

l Keputusan P4P bersifat mengikat dan dapat dilaksanakan dalamwaktu 14 hari, kecuali jika Menakertrans menunda ataumembatalkan keputusan tersebut dengan alasan pemeliharaanketertiban atau perlindungan kepentingan negara.

PHK merupakan bagian penting dari tugas yang diemban oleh P-4D. Apabila tidak ada kesepakatan antara pengusaha dan organisasipekerja atau pekerja yang terkait, pengusaha harus meminta ijin �kecualidalam beberapa hal, seperti masa percobaan atau kontrak kerja� untukmelakukan PHK ke P-4D (untuk PHK perseorangan) atau P4P (untukPHK massal, yaitu pemecatan 10 pekerja atau lebih dalam jangka waktusatu bulan).

Sistem penyelesaian perselisihan industrial di Indonesia belakanganini tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini disebabkan oleh berbagaialasan, dari mulai masalah kinerja Panitia (P4D/P4P) sampai denganperubahan-perubahan mendasar yang terjadi di tengah-tengahmasyarakat dan perekonomian. Keterlambatan Panitia dalammenyelesaikan perselisihan dan campur tangan pemerintah dalam prosestersebut melalui hak veto Menakertrans untuk menunda ataumembatalkan keputusan Panitia terbukti telah mendatangkan masalah.

Masalah lainnya adalah tantangan hukum yang diajukan diPengadilan Administrasi dan pengadilan tinggi terhadap keputusanPanitia. Disamping itu, komposisi Panitia juga berpotensi menimbulkanmasalah, terutama karena ketua Panitia adalah perwakilan dariMenakertrans dan wakil unsur pekerja di sejumlah Panitia secara sepihakmasih dipegang oleh FSPSI (tidak mencakup perwakilan dari serikatburuh yang baru).

Mengingat negeri ini sedang bergerak menuju masyarakat yangdemokratis, dimana intervensi pemerintah, militer dan polisi dalamperselisihan industrial diminimalisir, kebutuhan akan sistem yang barusemakin dirasakan. Sistem tersebut harus dapat dipercaya oleh kalangan

Page 25: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

25

industri, dan mampu memberi penyelesaian secara adil dan tepat. Disamping itu, pengawasan pemerintah berkaitan dengan PHK danprosedur perijinan yang dirasa oleh kalangan pengusaha tidak praktissemakin dipertanyakan kelayakannya dalam perekonomian modernsekarang ini.

RUU-PPI bermaksud menyediakan sebuah sistem penyelesaianpersilisihan industrial yang lebih efektif, dengan prosedur yang�sederhana, cepat, adil dan tidak mahal.� Ia akan menggantikan UUNo.22/1957 dan UU No.12/1964 mengenai Pemutusan HubunganKerja di Perusahaan Swasta.

RUU ini menetapkan 4 jenis perselisihan industrial, yaitu:

l perselisihan kepentingan, misalkan penetapan upah dan syaratkerja

l perselisihan tentang hak normatif, misalnya kepatuhan terhadapPKB, peraturan perusahaan dan ketentuan perundang-undangan

l perselisihan atas PHK

l konflik antar-serikat di perusahaan yang sama, menyangkutpelaksanaan hak dan kewajiban serikat.

Ia mencakup perselisihan yang terjadi di perusahaan-perusahaanswasta, Badan Usaha Milik Negara dan badan-badan sosial.

RUU-PPI menetapkan proses penyelesaian perselisihan sepertiberikut:

Negosiasi dua pihak (Bipartit)

l Pada tingkat pertama, penyelesaian perselisihan harus diupayakanoleh pengusaha dan pekerja yang terlibat, bersama organisasi perwakilanmasing-masing (Pasal 3).

l Catatan tentang perundingan tersebut harus disimpan (Pasal 7)dan setiap kesepakatan harus dicatat secara tertulis dan ditandatanganioleh kedua belah pihak (Pasal 8 (1)). Perjanjian tertulis ini bersifat mengikatkedua belah pihak secara hukum (Pasal 8 (2)).

l Apabila konflik kepentingan, perselisihan tentang PHK atauperselisihan antar-serikat tidak dapat diselesaikan melalui perundinganbipartit, penyelesaian harus dilakukan melalui mediasi, arbritase indus-

Page 26: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

26

trial atau pengadilan industrial (Pasal 5). Sedangkan perselisihan atashak harus diselesaikan melalui pengadilan industrial (Pasal 4).

Mediasil Kedua pihak dapat meminta secara resmi seorang mediator untuk

membantu menyelesaikan perselisihan (Pasal 9). Mediator adalah pegawaibadan pemerintah untuk urusan perburuhan, yang ditunjuk oleh menteriuntuk melakukan mediasi. (Pasal 1)

l Mediator harus menyelidiki penyebab perselisihan danmengadakan pertemuan mediasi (Pasal 10). Apabila proses mediasi tidakdapat menyelesaikan perselisihan, mediator harus mengeluarkan suratrekomendasi kepada kedua pihak (Pasal 13). Apabila rekomendasitersebut ditolak oleh salah satu pihak, perselisihan harus diselesaikanoleh pengadilan industrial. (Pasal 14).

l Batas waktu untuk membuat dan menerima rekomendasi adalah14 hari (lihat Pasal 13), sedangkan batas waktu penyelesaian mediasiadalah 30 hari (Pasal 15). Prosedur pengangkatan mediator dan prosesmediasi diatur melalui keputusan menteri (Pasal 16).

Arbitrase Industrial (Sukarela)

l Dalam hal konflik kepentingan, PHK atau perselisihan antar-serikat, kedua pihak dapat menyetujui secara tertulis proses penyelesaianmelalui arbitrase industrial. (Pasal 17).

l Kedua belah pihak harus sepakat mengangkat seorang arbitra-tor industrial yang terdaftar di badan pemerintah untuk urusanperburuhan (lihat Pasal 18-20). Apabila kedua pihak tidak setuju, salahsatu atau kedua belah pihak dapat meminta pengadilan industrial untukmengangkat seorang arbitrator (Pasal 21).

l Keputusan arbitrasi industrial bersifat mutlak dan mengikat keduabelah pihak secara hukum, dan dapat dilaksanakan di pengadilan negeri(Pasal 23). Namun aplikasi keputusan tersebut dapat ditinjau ulang olehMahkamah Agung (MA) apabila salah satu pihak menduga bahwakeputusan tersebut bertentangan dengan hukum, ketertiban masyarakatatau moralitas, dan tidak berdasarkan pada materi yang tepat. (lihat Pasal25).

Page 27: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

27

l Prosedur pendaftaran dan prosedur kerja untuk arbitrator in-dustrial diatur melalui keputusan menteri (Pasal 27).

Pengadilan Industriall Pembentukan dan Komposisi. Pengadilan industrial harus

dibentuk di setiap pengadilan negeri di ibukota propinsi, dan di MA(Pasal 28 dan 29).

l Pengadilan industrial terdiri dari hakim, hakim ad hoc, hakim MAdan panitera (Pasal 30). Hakim-hakim pengadilan industrial di pengadilannegeri harus diangkat oleh Ketua MA (Pasal 31 dan 32).

l Hakim-hakim ad-hoc harus diangkat melalui keputusan presidenberdasarkan rekomendasi Ketua MA (Pasal 33 (1)). Rekomendasidiberikan berdasarkan nama yang diajukan oleh organisasi pengusahadan pekerja yang telah disetujui oleh Menakertans (Pasal 33 (2)).

l Persyaratan pengangkatan hakim ad hoc antara lain:berpengalaman minimal 5 tahun di bidang hubungan industrial, danbergelar master di bidang hukum (Pasal 34). Mereka diangkat untuk masajabatan 5 tahun dan dapat diperpanjang (Pasal 37). Ketentuan tentangPHK atau pemecatan hakim-hakim ad hoc dalam situasi tertentu telahdilakukan. (Pasal 36-39, 42).

l Pengawasan: Tugas hakim, hakim ad hoc dan paniterapengadilan industrial dan pengadilan negeri diawasi oleh KetuaPengadilan Negeri terkait. Pengawasan ini tidak ditujukan untukmempengaruhi kebebasan dan kemandirian hakim dan hakim ad hocdalam menjalankan tugasnya. Pengawasan demikian juga berlakuterhadap hakim agung, yang dilakukan oleh Ketua MA (lihat Pasal 42).Prosedur pengangkatan dan pemberhentian hakim ad hoc ditetapkanmelalui peraturan pemerintah (Pasal 42), sedangkan upah dan tunjanganyang diberikan kepadanya ditetapkan melalui keputusan presiden (Pasal43).

l Sub-pendaftaran: Kantor pendaftaran didirikan di setiappengadilan industrial bekerjasama dengan pengadilan negeri, dandiketuai oleh wakil panitera dibantu beberapa panitera pengganti (Pasal44).

Kantor ini melaksanakan tugas-tugas administratif, sepertipencatatan kasus perselisihan yang sudah didaftarkan dan pelaksanaan

Page 28: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

28

sidang pengadilan industrial (lihat Pasal 45-50 secara umum). Untuktahap awal, wakil panitera dan panitera pengganti dijabat oleh pegawaibadan pemerintah untuk urusan perburuhan (Pasal 47 dan 51).

l Penyelesaian Perselisihan Melalui Hakim: Hakimpengadilan industrial di pengadilan negeri berwenang untuk memeriksadan membuat keputusan atas:

l Perselisihan hak;l Perselisihan kepentingan;l Perselisihan atas PHK; danl Perselisihan antar-serikat di perusahaan yang sama (Pasal 53).

Pasal 1 menyebutkan bahwa �perselisihan hak� adalah perselisihanyang timbul dari kegagalan untuk memenuhi hak sesuai perjanjian kerja,peraturan perusahaan, PKB atau ketentuan undang-undang. Hakimberwenang untuk memeriksa dan membuat putusan atas perselisihanhak �di tingkat pertama dan terakhir� (Pasal 53 (a)).

�Perselisihan kepentingan� terjadi karena tidak ada kesepakatanmenyangkut kepegawaian atau perubahan persyaratan kerja yangditentukan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, PKB atauketentuan undang-undang (lihat Pasal 1 dan Penjelasannya). Sedangkan�perselisihan atas PHK� timbul akibat tidak adanya kesepakatanmenyangkut kebijakan PHK (Pasal 1).

Hakim berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perselisihankepentingan atau PHK �di tingkat pertama� (Pasal 53 (b) dan (c)). Putusanhakim tersebut harus tunduk pada keputusan banding Pengadilan In-dustrial di MA (Pasal 71).

�Perselisihan antar-serikat� adalah perselisihan yang terjadi diantaraserikat dalam perusahaan yang sama, menyangkut pelaksanaan hak dankewajiban serikat (Pasal 1). Perselisihan ini ditangani oleh hakimPengadilan Industrial �di tingkat pertama dan terakhir� (Pasal 53 (d)),dan putusan yang diambil bersifat mutlak dan tetap (Pasal 70).

l Prosedur dan Proses: Prosedur dan proses penangananperselisihan industrial dijelaskan oleh undang-undang. Undang-undangProsedur Sipil dapat digunakan di pengadilan industrial (Pasal 54). Dalamtenggang waktu 7 hari setelah tanggal penerimaan permohonan, ketuaPengadilan Negeri harus membentuk majelis hakim guna memeriksadan memutuskan perkara tersebut.

Page 29: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

29

Majelis yang dimaksud terdiri dari seorang hakim yang diangkatsebagai ketua, dan dua orang hakim ad hoc sebagai hakim anggota (satudiangkat berdasarkan rekomendasi organisasi pekerja, dan yang lainnyadiangkat berdasarkan rekomendasi organisasi pengusaha) (Pasal 55).Persidangan dilaksanakan dalam waktu 7 hari setelah tanggalpembentukan majelis hakim, dan kedua belah pihak dapat dipanggiluntuk menghadiri sidang (Pasal 56).

Majelis hakim berwenang untuk memanggil saksi atau saksi ahli(Pasal 57), dan dapat memaksa pihak perorangan untuk membantu prosespenyelidikan guna mempermudah penyelesaian sengketa, termasukmelalui penyusunan laporan dan dokumen (Pasal 58 dan 78). Perlu dibuatketentuan menyangkut penundaan dan pendaftaran ulang kasusperselisihan, pemberhentian dan pelaksanaan sidang (Pasal 60-62).

Majelis hakim harus mengambil putusan dalam waktu 90 harisetelah sidang pertama digelar (Pasal 65). Keputusan tersebut harusmempertimbangkan �undang-undang, perjanjian, konvensi dankeadilan� (Pasal 63) dan dibacakan dalam sidang yang terbuka untukumum serta diberikan kepada kedua belah pihak. (Pasal 64, 66-69).

l Pengajuan Banding: Permohonan banding ke MA dapatdilakukan atas putusan perselisihan kepentingan atau perselisihan PHK.Permohonan banding harus diajukan dalam waktu 14 hari setelahpengumuman atau pembacaan keputusan (Pasal 71).

l Banding di MA: Permohonan banding yang diajukan atasputusan Pengadilan Industrial akan ditangani oleh hakim agung diMahkamah Agung Industrial (Pasal 74). Apabila banding dilakukan,maka perselisihan tersebut harus diselesaikan dalam rentang waktu 30hari setelah permohonan banding diterima (Pasal 76). Prosedurpengajuan banding dan penyelesaian perselisihan di MA harus sesuaidengan peraturan dan undang-undang (Pasal 75).

l Mogok dan Larangan Kerja: RUU ini menetapkan ketentuankhusus berkaitan dengan aksi mogok dan larangan kerja. Apabila keduabelah pihak melakukan proses mediasi, arbitrase industrial ataupenyelesaian melalui Pengadilan Industrial, mereka yang bertanggungjawab atas aksi mogok dan larangan kerja harus mengakhiri kegiatannya.Aksi mogok atau larangan kerja harus sudah dihentikan pada waktuperundingan dimulai, atau sejak ada kesepakatan bahwa perselisihan

Page 30: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

30

tersebut akan diajukan ke mediator, arbitrator atau pengadilan indus-trial (Pasal 77). Kegagalan dalam memenuhi kewajiban untukmenghentikan aksi mogok atau larangan kerja merupakan tindakpelanggaran kriminal (Pasal 78).

l Penataan Transisional: RUU-PPI menyatakan bahwa P-4Pdan P-4D harus terus melaksanakan tugas dan fungsinya hinggapengadilan industrial dibentuk. Setelah pengadilan industrial terbentuk,ia akan menangani perselisihan dan banding yang diajukan ke Panitianamun tidak dapat diselesaikan (Pasal 80).

l Tanggal Pemberlakuan: RUU-PPI akan mulai berlaku duatahun setelah diumumkan (Pasal 82). Masa persiapan untuk mengangkathakim dan membangun struktur serta infrastruktur guna penerapanpengadilan industrial �termasuk pembangunan kantor dan ruangpertemuan� telah ditetapkan (lihat Penjelasannya).

Kemungkinan Bantuan dan Kegiatan Proyek

RUU-PPI akan menghasilkan perubahan yang fundamental dalamsistem hubungan industrial di Indonesia, termasuk pembentukanlembaga-lembaga baru di bidang penyelesaian perselisihan industrial.

Keberhasilan dalam memperkenalkan dan menerapkan sistem yangbaru tersebut merupakan hal yang sangat penting. Ia mengganti susunanlama yang tidak efektif dan tidak dipercaya kalangan industri danmasyarakat.

Sistem yang baru ini sudah berkembang dan telah menghasilkanbeberapa perubahan mendasar, antara lain: komitmen terhadap standarperburuhan internasional tentang kebebasan berserikat dan perundingankolektif, pembentukan, pembaharuan serta peremajaan fungsi serikat,dan kebijakan pemerintah yang kaku di bidang hubungan industrial dankegiatan pekerja, termasuk campur tangan militer dan polisi dalamperselisihan industrial.

Tidak dapat dihindari bahwa perselisihan industrial akan terjadi dilingkungan industri yang baru. Perselisihan-perselisihan tersebutdikhawatirkan akan berakhir dengan kekerasan atau tindakan destruktif.Perselisihan industrial juga dikhawatirkan akan mempengaruhi proses

Page 31: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

31

pemulihan ekonomi dan kemampuan menarik investasi dalam dan luarnegeri. Oleh karenanya perlu segera disusun wacana yang adil dan efektifguna membantu penyelesaian perselisihan industrial.

Dalam beberapa hal sistem yang baru ini merupakan langkah awalyang penting dari wacana yang sudah ada, yaitu Panitia PenyelesaianPerselisihan. Secara khusus ia memberi peran kepada hakim-hakim dipengadilan negeri dan MA untuk terlibat dalam menyelesaikanperselisihan industrial. Di tingkat Pengadilan Negeri, hakim akan dudukbersama hakim ad hoc yang diangkat berdasarkan rekomendasipengusaha dan serikat.

Keterlibatan mereka dimaksudkan untuk memberi tempat yangtinggi kepada pengadilan industrial, dan untuk mencegah timbulnyamasalah akibat ketidakpuasan terhadap putusan Panitia. Keterlibatanhakim juga akan ikut menghapuskan kekhawatiran akan praktek korupsidalam sistem ini, dan menjamin bahwa sidang dapat dilaksanakan secaraadil.

Akan tetapi keberhasilan sistem yang baru ini sangat tergantungpada tingkat kepercayaan kalangan industri dan masyarakat secaraumum, yang hanya bisa dicapai jika ia mampu beroperasi secara adil,cepat dan efektif dalam menyelesaikan perselisihan. Banyak haltergantung pada hakim, prosedur dan pendekatan dalam penyelesaianperselisihan, kemampuan pengadilan industrial untuk menghasilkanputusan yang dapat diterima, dan ketepatan waktu dalam prosespenyelesaian perselisihan industrial.

Banyak cara yang dapat dilakukan Proyek dalam rangkamemperkenalkan sistem yang baru tersebut, yaitu:

l proses pemilihan dan pengangkatan hakim dan hakim ad hoc;

l proses pemilihan dan pengangkatan mediator dan arbitrator;

l pelatihan untuk hakim, mediator dan arbitrator;

l pelatihan untuk pegawai pemerintah, pengusaha dan serikatburuh tentang pengoperasian sistem ini, termasuk advokasi in-dustrial;

l bantuan terhadap susunan administrasi dan pelaksanaanpengadilan industrial serta layanan mediasi, termasuk pelatihanbagi panitera dalam membuat peraturan dan prosedurpencatatan perselisihan dan pengumuman sidang serta

Page 32: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

32

putusannya, prosedur sidang, dll.; serta

l penyusunan dokumen tentang undang-undang dan sistem yangbaru ini, termasuk buku panduan tentang cara penerapannya(walaupun buku tersebut harus menunggu hingga RUU-PPIdiberlakukan).

Pada tahap awal diusulkan agar bantuan diberikan kepada daerah-daerah prioritas terlebih dahulu. Pengoperasian susunan yang baru inikemungkinan akan dipercepat karena jumlah perselisihan industrialdikhawatirkan akan semakin meningkat. Jika itu terjadi, pemberianbantuan di daerah-daerah tersebut akan semakin mendesak.

1. Rencana strategis untuk lembaga yang baru: Bantuanuntuk Menakertrans serta menteri-menteri terkait lainnya (misalnyaMenteri Kehakiman) tentang berbagai persoalan yang dapat timbulakibat pembentukan pengadilan industrial dan pengangkatan hakim.

Transparansi dalam proses pengangkatan dan pemilihan hakim adhoc sangat penting agar masyarakat percaya pada pengadilan indus-trial. Bahkan jika mungkin Proyek dapat membantu merumuskanperaturan dan prosedur persidangan dalam pengadilan industrial.

2. Pelatihan bagi mediator: Pelatihan ini akan dikembangkanberdasarkan pengalaman dan kursus pelatihan yang pernahdiselenggarakan bagi pegawai pemerintah yang kini telah diangkatsebagai mediator.

3. Pelatihan untuk hakim dan hakim ad hoc pengadilanindustrial: Pelatihan mencakup pengembangan paket pelatihan untukpara hakim yang belum berpengalaman dalam bidang perselisihan in-dustrial. Di samping itu, mengingat undang-undang ini tidak menjelaskantata cara penanganan dan pembuatan keputusan (misalnya melaluikonsiliasi, arbitrase, keputusan pengadilan atau kombinasi ketiganya) danprosedur yang dapat diterapkan, paket pelatihan perlu dikembangkandi lembaga peradilan dan terhadap para pembuat kebijakan. Pada tahapawal, pembahasan mengenai bantuan yang dapat diberikan akanmelibatkan MA dan pengadilan negeri. Pelatihan diselenggarakan ditingkat pusat dan di beberapa daerah.

Penyelenggaraan Kursus Diploma Universitas tentang Undang-undangTenaga Kerja dan Konsilisasi serta Arbitrase perlu mendapat perhatian,terutama yang dirancang khusus bagi hakim pengadilan industrial yang

Page 33: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

33

baru (atau mereka yang dinominasikan untuk mengisi jabatan tersebut).Kursus ini dapat mengikutsertakan konsiliator dan pihak terkait lainnya,misalnya advokat industrial. Kursus diploma dapat diadakan di semuauniversitas terkemuka di Indonesia, atau melalui kerjasama dengan uni-versitas di luar negeri.

Ia merupakan kursus singkat (misalnya 8 minggu) dan meliputiberbagai topik, misalnya undang-undang perburuhan, standarinternasional, ekonomi buruh, hubungan industrial dan manajemensumber daya manusia. Ia juga mencakup program pelatihan praktismengenai konsiliasi dan arbitrase di bidang industri dan perselisihanindustrial. Ia merupakan kendaraan utama Proyek dalam mengadakanpelatihan bagi hakim dan hakim ad hoc di pengadilan industrial.

Pengalaman membentuk Panitia Konsiliasi, Mediasi dan Arbitrasidi Afrika Selatan, serta berbagai bantuan yang diberikan oleh ILOberguna untuk dipelajari. Selain itu, bantuan dapat diberikan olehanggota Panitia Hubungan Industrial Australia melalui pelatihan hakimpengadilan industrial dan mediator.

4. Penyusunan dokumen tentang sistem yang baru:Penyusunan dokumen dan buku panduan tentang sistem yang baru dapatdilakukan melalui kerja sama dengan Menakertrans. Dokumen dan bukupanduan tersebut harus disediakan untuk kalangan industri (pengusaha,pekerja dan perwakilan mereka) dan harus melampirkan salinan undang-undang terkait dan peraturan pengadilan industrial.

5. Kursus informasi untuk pengusaha dan serikat tentangsistem yang baru: Kursus ini berisi penjelasan singkat kepada pegawaipemerintah, pengusaha dan perwakilan pekerja tentang sistem yang barudan tugas mediator, arbitrator serta pengadilan industrial. Kursus inidapat diadakan di beberapa daerah melalui kerja sama denganMenakertrans dan pengadilan. Jangka waktu pelaksanaannya singkat(misalnya satu hari) dan dapat dilanjutkan dengan kursus yang lebihintensif bagi para pelaku dalam sistem dan advokat industrial.

6. Pelatihan lanjutan untuk kalangan industri danadvokat: Kursus informasi ini bertujuan untuk memberi gambaran danpengertian umum tentang pelaksanaan sistem dan lembaga yang baru.Kursus pelatihan yang lebih komprehensif dapat dikembangkan untukpemerintah, pengusaha dan serikat sebagai pihak yang terlibat langsung

Page 34: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

34

dalam pelaksanaan sistem tersebut.

7. Dorongan untuk membentuk komisi pemantau: Komisipemantau atau penasehat yang terdiri dari perwakilan pemerintah,pengusaha dan serikat, serta hakim pengadilan industrial dapat dibentukguna membantu memperkenalkan sistem yang baru dan memberinasehat tentang penerapannya. Peran ini dapat diemban oleh DewanKonsultasi Tripartit Nasional. Pengadilan industrial di Pengadilan Negerijuga dapat didorong untuk membentuk badan konsultasi yang melibatkanwakil dari pihak-pihak yang terlibat dalam sistem ini.

8. Kesadaran masyarakat: Kegiatan Proyek harusdipublikasikan secara luas agar masyarakat memahami sistem ini, sertalangkah-langkah yang perlu ditempuh guna menyusun sistem danpelaksanaan undang-undang. Untuk itu siaran pers harus dicanangkansebagai bagian dari kegiatan utama dan publikasi dokumen Proyek.

9. Propinsi: Perhatian khusus perlu diberikan pada masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan sistem ini didaerah, termasuk kebutuhan akan konsistensi pendekatan serta hasil yangtelah dicapai oleh sistem ini di beberapa tingkat yang berbeda. Termasukdidalamnya adalah program pelatihan yang tengah dikembangkan bagipegawai pemerintah, perwakilan pengusaha dan serikat setempat.

Page 35: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

35

Penjelasan

Seperti juga RUU-PPI, hingga buku ini selesai ditulis RancanganUndang Undang Pengembangan dan Perlindungan Tenaga Kerja (RUU-PPTK) masih dalam proses pembahasan di DPR. Analisa dan penjelasanyang akan diketengahkan dibawah ini mengacu pada RUU yang diajukanke DPR pada bulan Agustus 2001.

RUU ini sedianya akan menggantikan UU No.25/1997. Iamengatur berbagai hal seputar pekerjaan dan hubungan industrial,khususnya perlindungan atas hak dasar pekerja termasuk upah, jaminansosial dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Ruang lingkup RUU-PPTK dapat dilihat dari judul bab-bab berikut:

l Bab III Kesempatan yang Sama

l Bab IV Rencana dan Informasi Tenaga Kerja

l Bab V Pelatihan Kerja

l Bab VI Penempatan Kerja

l Bab VII Penempatan Tenaga Asing

l Bab VIII Hubungan Kerja

l Bab IX Perlindungan, Upah dan Kesejahteraan

l Bab X Hubungan Industrial

l Bab XI Pemutusan Hubungan Kerja

l Bab XII Pengembangan Kegiatan Tenaga Kerja

l Bab XIII Pengendalian

BAB EMPAT

RUU PENGEMBANGAN DANPERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Page 36: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

36

l Bab XIV Penyelidikan

l Bab XV Tindak Kriminal dan Sanksi Administratif.

Bab III, VIII, IX, X, dan XI RUU-PPTK mengatur hal-hal yangtermasuk dalam undang-undang kepegawaian atau peraturan dasarperburuhan di sejumlah negara.

Bab III mengatur kesempatan yang sama dan melarang pengusahamelakukan tindakan diskriminasi dalam menawarkan pekerjaan (Pasal5) atau dalam pekerjaan (Pasal 6). Diskriminasi yang dimaksud meliputidiskriminasi berdasarkan jenis kelamin, etnis, ras, agama atau pahampolitik, serta perlakuan yang adil bagi orang-orang cacat (lihat Penjelasan).

Bab VIII mengatur hubungan kerja dan cara menyusunperjanjian kerja antara pengusaha dengan individu pekerja (Pasal 63-76). Hal-hal yang harus dimasukkan dalam perjanjian kerja telahditentukan, dan syarat perjanjian yang berhubungan dengan upah danpersyaratan kerja tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukumdan peraturan perusahaan, PKB atau undang-undang yang relevan (Pasal67 (2)).

Bab IX menetapkan berbagai hal yang berhubungan dengan upahdan persyaratan kerja. Bagian pertama bab ini berisi ketentuantentang:

l Tenaga kerja di bawah umur (lihat Pasal 78-84), termasuklarangan untuk mempekerjakan anak di bawah usia 15 tahun.(Pasal 82);

l Perlindungan untuk pekerja cacat (Pasal 77);

l Pembatasan kerja malam bagi pekerja wanita (Pasal 85);

l Jam kerja dan lembur (Pasal 86-88), masa istirahat (Pasal 89 dan95), masa ibadah (Pasal 90), cuti (Pasal 91), dan hari libur umum;

l Perlindungan terhadap pekerja wanita (Pasal 92-95), termasukcuti hamil yang dibayar (Pasal 93 dan 95) dan cuti haid (Pasal92 dan 95);

l Perlindungan umum menyangkut K3 (Pasal 97 dan 98) dan per-lakuan yang baik, yaitu perlindungan dari pelecehan dan pelang-garan seksual, serta perlakuan yang mencerminkan rasa hormatterhadap martabat manusia dan nilai-nilai agama (Pasal 97).

Page 37: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

37

Mengingat banyaknya masalah yang hendak ditangani (misalnyaK3, penyediaan ruang menyusui di tempat kerja, hak cuti, jam kerjadan tenaga kerja dibawah umur), maka pengaturan secara lebih spesifikdiserahkan pada peraturan pemerintah atau keputusan menteri.

Bagian dua Bab IX memuat ketentuan tentang pembayaran upah,yakni: upah minimum tingkat propinsi atau kabupaten dirancangberdasarkan konsep kebutuhan hidup yang layak (Pasal 99-100); upahyang besarnya melebihi ketentuan upah minimum akan dirundingkanantara pengusaha dengan pekerja (Pasal 101-103); cuti sakit yang dibayardan hak cuti lainnya (Pasal 104); pembayaran upah yang terlambat (Pasal105); dan pembentukan Dewan Sistem Pengupahan tingkat Nasionaldan Daerah guna merumuskan kebijakan pengupahan (Pasal 108).Sebagian besar hal-ikhwal diseputar masalah pembayaran upah ini akandiatur lebih jauh dalam peraturan pemerintah.

Bagian tiga bab IX mengatur tentang kesejahteraan pekerjadengan mengacu pada sistem jaminan sosial yang diatur oleh undang-undang (Pasal 109). Disamping itu RUU ini juga mengatur perumusanperaturan pemerintah menyangkut penyediaan fasilitas kesejahteraanoleh pengusaha, serta dorongan untuk mendirikan koperasi pekerja (Pasal110-111).

Bab X memuat ketentuan tentang hubungan industrial. Bab inimengacu pada peran pemerintah, pekerja dan pengusaha dalammelaksanakan hubungan industrial (Pasal 113), sekaligus menegaskanhak dasar pekerja dan pengusaha untuk membentuk dan menjadi anggotadari organisasi-organisasi perwakilan (Pasal 115-118)

Dalam bab ini juga diatur tentang pembentukan forumkerjasama bipartit di setiap perusahaan yang mempekerjakan 50pekerja atau lebih, yang berfungsi sebagai �forum komunikasi, konsultasidan pertimbangan guna menyelesaikan masalah ketenagakerjaan� (Pasal119). Selain itu, Lembaga Kerjasama Tripartit juga dapat dibentukuntuk memberi rekomendasi kepada pemerintah dan pihak-pihak lainyang terlibat dalam pembuatan kebijakan dan pemecahan masalah dibidang perburuhan (Pasal 120).

RUU-PPTK mengharuskan perusahaan membuat serangkaianketentuan dan peraturan perusahaan yang akan disahkan olehMenakertrans atau pegawai pemerintah yang diangkat (Pasal 121, 125sampai 128). Ketentuan dan peraturan tersebut harus dirumuskan setelah

Page 38: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

38

berkonsultasi dengan perwakilan pekerja (Pasal 123), dan harus berisipenjelasan atas berbagai masalah, antara lain:

l hak dan kewajiban pengusaha;

l hak dan kewajiban pekerja;

l persyaratan kerja; dan

l disiplin perusahaan dan peraturan tentang perilaku (Pasal 124).

Ketentuan dan peraturan tersebut tidak boleh bertentangan denganundang-undang dan berlaku selama masa pemberlakuannya, kecuali bilaPKB dirundingkan kembali.(Pasal 124).

PKB diatur dalam Pasal 129-141. Kesepakatan ini dilakukan antaraserikat yang telah resmi terdaftar dengan pihak pengusaha (Pasal 129).Setiap perusahaan hanya memiliki satu PKB (Pasal 130).

Apabila PKB didukung oleh lebih dari separuh jumlah pekerja diperusahaan tersebut, ia akan dinyatakan berlaku bagi seluruh pekerja diperusahaan itu. Jika ia tidak didukung oleh lebih dari separuh pekerja diperusahaan tersebut, PKB dinyatakan hanya berlaku bagi pekerja yangmenyetujuinya (Pasal 131).

Masa berlaku PKB maksimal dua tahun dan dapat diperpanjangtidak lebih dari satu tahun melalui perjanjian tertulis antara pengusahadan serikat (Pasal 132). PKB dinyatakan berlaku sejak saatpenandatangannya, kecuali jika dalam kesepakatan dinyatakan lain. Iaharus didaftarkan ke badan pemerintah yang bertanggung jawab atasurusan perburuhan (Pasal 140).

PKB harus ditandatangani dan harus mengatur hak dan kewajibanpengusaha, serikat dan pekerja serta masa berlakunya (Pasal 133 (1)).Ketentuan dalam PKB tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,dalam arti ia tidak boleh berada dibawah standar yang ditetapkanundang-undang tentang masalah yang sama (Pasal 133 (2), (3) danPenjelasannya). Disamping itu, perjanjian kerja atau kontrak kerjaperorangan tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditentukandalam PKB (Pasal 136).

Pengusaha dan serikat harus memberitahukan pekerja tentang isiPKB (Pasal 135 (2)). Pengusaha dan serikat harus melaksanakankesepakatan ini (Pasal 135 (1)) dan pengusaha tidak boleh menggantinyadengan Peraturan Perusahaan selama ada serikat di perusahaan tersebut(Pasal 138 (1)). Walaupun ada peraturan lain yang dipakai, namun

Page 39: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

39

ketentuan dalam peraturan tersebut tidak boleh lebih rendah dari apayang telah ditentukan dalam PKB (Pasal 138 (2)).

Apabila terjadi pergantian kepemilikan perusahaan (ataupembubaran serikat), PKB akan tetap berlaku hingga masa berlakunyaberakhir (Pasal 139 (1)). Jika terjadi penggabungan (merger) antar-perusahaan, maka PKB yang memberi keuntungan lebih besar kepadapekerja akan diberlakukan di kedua perusahaan tersebut (Pasal 139 (2)dan (3)).

Syarat untuk membuat, memperpanjang, menambah danmendaftarkan PKB akan diatur melalui keputusan menteri (Pasal 141).

RUU ini mengatur tentang fungsi dan kewajiban pemerintah dalamhubungan industrial. Pemerintah harus memastikan kepatuhan danpemberlakuan undang-undang yang relevan (Pasal 143). Tujuanhubungan industrial di Indonesia menurut penjelasan pasal ini adalahseperti berikut:

�a. Menciptakan ketenangan bagi pekerja di tempat kerja dan bagipengusaha dalam melaksanakan usahanya;

b. Menyeimbangkan dan menyesuaikan hak dan kewajibanpekerja dan pengusaha;

c. Melindungi hak pekerja dan pengusaha;

d. Mendorong pengembangan dan pertumbuhan sikap mentalyang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.�

Pemerintah juga bertanggung jawab untuk meningkatkanpemahaman tentang hubungan industrial di tengah-tengah masyarakatpada umumnya dan di kalangan industri pada khususnya (Pasal 154-159). Hal ini harus diiringi dengan kerjasama antara pemerintah, serikatdan organisasi pengusaha serta lembaga-lembaga lainnya (Pasal 158).

Penyelesaian Perselisihan Industrial diatur dalam Pasal 144-153 RUU-PPTK. Pasal-pasal tersebut mencakup ketentuan tentangmogok dan larangan kerja.

Pengusaha dan pekerja/serikat harus berupaya menyelesaikanperselisihan melalui musyawarah. Apabila musyawarah tidak tercapai,perselisihan dapat diselesaikan melalui konsiliasi, mediasi, arbitrase ataupengadilan industrial (Pasal 144). Mekanisme penyelesaian perselisihanindustrial ditetapkan oleh undang-undang yang terpisah (Pasal 145).

Pekerja berhak melakukan mogok. Mogok harus dilakukan

Page 40: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

40

secara �damai� dan �tertib�, yang berarti tidak boleh mengganggukeamanan dan ketertiban masyarakat, atau mengancam kehidupan,keselamatan serta properti pengusaha/perusahaan atau anggotamasyarakat (Pasal 146 (2) dan Penjelasannya). Pengusaha dilarangmemecat/mengganti pekerja yang melakukan mogok (Pasal 146 (3)).

Mogok tidak boleh dilakukan di perusahaan-perusahaan tertentuyang melayani kepentingan masyarakat, termasuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, listrik, gas dan airminum (Pasal 147 (1)). Hak mogok dibatasi untuk pekerja yangmenyediakan berbagai layanan masyarakat, termasuk petugas yangberwenang mengatur lalu lintas udara, lalu lintas perairan, petugaspemadam kebakaran, penjaga palang kereta api dan karyawan rumahsakit (Pasal 147 (2)). Perusahaan dan jabatan-jabatan dimana aksi mogokdilarang atau dibatasi akan diatur lebih lanjut melalui peraturanpemerintah.

Pekerja dan serikat yang bermaksud melakukan pemogokan harusmenyerahkan surat pemberitahuan kepada pengusaha dan badanpemerintah untuk urusan perburuhan setempat (Pasal 148). Suratpemberitahuan harus mencantumkan waktu dan tanggal pelaksanaanmogok beserta alasan-alasannya, dan harus diserahkan minimal 7 harisebelum aksi mogok dilakukan (Pasal 149).

Ketentuan serupa juga dirancang bagi pengusaha, yakni tentanglarangan kerja oleh pengusaha. Larangan kerja tidak bolehdilakukan di beberapa industri tertentu. Perusahaan yang beroperasiuntuk kepentingan masyarakat �misalnya perusahaan-perusahaan yangbergerak di bidang telekomunikasi, pelistrikan, gas, air minum dan rumahsakit� dilarang menutup usahanya baik sebagian maupun secarakeseluruhan karena menolak tuntutan pekerja (Pasal 151).

Pengusaha harus menyerahkan surat pemberitahuan tentang usulanlarangan kerja. Pengusaha yang ingin melakukan larangan kerja harusmemberitahukan pekerja/serikat yang bersangkutan, serta badanperburuhan setempat, minimal 7 hari sebelum larangan kerja dilakukan(Pasal 152 dan 153).

Bab XI mengatur tentang PHK. RUU-PPTK berupaya mendorongpengusaha, pekerja dan serikat untuk menghindari PHK. Bila kebijakanPHK dirasa tidak lagi dapat dihindari, maka masing-masing pihak harusmengadakan perudingan (Pasal 160).

Page 41: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

41

Pengusaha dilarang memecat pekerja dengan alasan tertentu, yaitu:

l absen karena sakit;

l melakukan tugas kenegaraan;

l melaksanakan ibadah;

l menikah atau hamil;

l hubungan keluarga dengan pekerja lain di perusahaan yangsama;

l bergabung atau berpartisipasi dalam kegiatan serikat (Pasal 161).

Apabila terjadi PHK, pengusaha harus memberi uang pesangonatau membayar sebagai imbalan atas jasa dan kompensasi, kecuali bilapekerja diberhentikan selama masa percobaan, akhir masa kontrak kerja,atau telah mencapai usia pensiun (Pasal 162). Pekerja yang berhentibekerja berhak atas uang jasa bila sudah bekerja selama 3 tahun ataulebih, dan atas uang kompensasi (Pasal 164). Jumlah pembayaran iniakan diatur melalui peraturan pemerintah.

Pengusaha dapat memecat seorang pekerja atas serangkaian tindakpelanggaran (�kesalahan besar�), yakni: mencuri, tidak jujur, memakaiobat-obatan terlarang, berjudi di tempat kerja, melakukan tindakanamoral, melakukan atau mengancam akan melakukan tindak kekerasanterhadap pengusaha atau sesama pekerja, merusak properti perusahaan,bekerja dengan ceroboh atau dengan cara yang tidak aman, danmembocorkan rahasia atau merusak reputasi perusahaan. Dalam halini RUU-PPTK tidak mewajibkan pengusaha untuk memberi uangpesangon kepada pekerja tersebut (Pasal 165).

Pengusaha juga dapat memecat pekerja yang sedang bebas tugastanpa perlu memberi uang pesangon kecuali uang jasa dan kompensasi(Pasal 166). Secara khusus ditetapkan bahwa pembayaran kompensasidiberikan kepada semua pekerja yang telah diberhentikan, �tanpamempertimbangkan alasan pemberhentian mereka� (Pasal 167).

Uang pesangon, uang jasa dan kompensasi dapat dibayarkan kepadapekerja yang mengundurkan diri dari pekerjaannya akibat tindakan-tindakan tertentu, yakni:

l perlakuan buruk pengusaha;

l pembayaran upah yang tidak tepat waktu;

l kegagalan dalam memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan

Page 42: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

42

kepadanya;

l memerintahkan untuk melakukan pekerjaan yang tidak amanatau tidak bermoral (Pasal 168).

Pertimbangan DPR tentang ketentuan PHK dalam rancanganundang-undang ini akan menimbulkan masalah dalam ketentuan yangkini berlaku, yaitu Keputusan Menteri No. Kep-150/Men/2000 maupunterhadap ketentuan perubahan atas keputusan tersebut (No. Kep-171/Men/2000 dan No. Kep-77/Men/2001).

Kemungkinan Bantuan dan Kegiatan Proyek

Kegiatan-kegiatan Proyek yang berhubungan dengan RUU-PPTKharus dilaksanakan setelah RUU tersebut disetujui oleh DPR dan tanggalpelaksanaannya sudah ditetapkan.

Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan sebagai bagian dari programpendidikan dan penyadaran masyarakat tentang undang-undangperburuhan yang baru, dan implikasinya terhadap pengusaha danpekerja. Program ini perlu dikembangkan melalui masukan daripemerintah, pengusaha, serikat dan LSM yang relevan. Ia dapatdikoordinir dan/atau dilaksanakan melalui kerja sama denganMenakertrans dan pemerintah daerah.

Kegiatan yang dimaksud dikelompokan dalam lima kategori, yaitu:

(i) Publikasi tentang undang-undang baru dan hak sertakewajiban pengusaha dan pekerja.

Publikasi meliputi brosur/selebaran yang dirancang oleh Proyekdan/atau Menakertrans dengan bantuan Proyek, menyangkut hak dankewajiban dasar pekerja dan pengusaha berdasarkan undang-undang,penyelesaian perselisihan industrial, mogok dan larangan kerja,perundingan PKB, kesempatan kerja yang sama, dan PHK. Publikasiini bertujuan untuk mempromosikan hubungan industrial yang harmonisdi Indonesia, dengan cara memberi penjelasan yang mudah dimengertitentang undang-undang perburuhan ini kepada pekerja, pengusaha,pegawai pemerintah dan pihak-pihak lainnya.

Publikasi lain yang juga perlu dipertimbangkan oleh Menakertrans

Page 43: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

43

guna membantu pengusaha dan pekerja adalah buku panduan tentangpengembangan dan isi peraturan perusahaan serta PKB.

(ii) Bantuan teknis kepada Menakertrans dalam menyusunperaturan pelaksana undang-undang ini, dan tindakan lainguna menjamin efektivitasnya di tingkat nasional dan daerah.

Bantuan teknis ini mencakup kegiatan di bidang rancangan naskahdan konsultasi menyangkut keputusan tentang hak pekerja (Bab IX), syaratuntuk menyusun dan mendaftarkan PKB (Pasal 141) dan hak ataspembayaran PHK (Bab XI).

Selain itu ia juga meliputi program yang akan dilaksanakan ataudikoordinasikan oleh Menakertrans dalam rangka mensosialisasikanRUU-PPTK dan fungsi badan perburuhan setempat, kepada pegawaikantor ketenagakerjaan di daerah.

(iii) Kegiatan penyadaran guna meningkatkanpemahaman pekerja, pengusaha dan masyarakat tentangundang-undang yang baru.

Kegiatan yang dimaksud meliputi penyelenggaraan kursus dan semi-nar tentang undang-undang yang baru dan implikasinya terhadappengusaha dan pekerja. Bagian penting dari kegiatan ini adalah membuatsiaran pers, artikel atau pernyataan singkat tentang undang-undangtersebut untuk dipublikasikan melalui media massa.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, ketentuan mengenai�hubungan industrial� dalam RUU-PPTK perlu ditekankan. Akan tetapiprogram penyadaran ini harus juga mengarah pada pengakuan terhadappentingnya ketentuan baru mengenai kesempatan yang sama dan hak bagipekerja wanita. Peningkatan pemahaman mengenai hal tersebut merupakanhal yang paling penting.

(iv) Pelatihan untuk pegawai pemerintah, pengusaha,pemimpin serikat, dll. (misalnya arbitrator, konsiliator,hakim dan advokat industrial) tentang pelaksanaan undang-undang baru.

Pelatihan ini meliputi penyelenggaraan kursus pelatihan mendalamdengan materi yang terfokus pada aspek-aspek yang terkandung dalamundang-undang yang baru, misalnya hubungan industrial danpenyusunan PKB, mekanisme penyelesaian perselisihan industrial dan

Page 44: STRUKTUR HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA MASA … · Masalah dan Tantangan Alan J. Boulton Agustus 2001. 2 ... internasional serta hubungan industrial komparatif, yang kemudian

44

masalah PHK.

(v) Pemantauan pelaksanaan undang-undang yang baruserta peningkatan hubungan industrial yang harmonis.

Bantuan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnyamendorong secara terus menerus dialog tripartite-plus tentang reformasiperburuhan dan peningkatan hubungan industrial yang lebih baik. Halini dapat dilakukan melalui Lembaga Kerjasama Tripartit yang diusulkanatau forum-forum lainnya.

Mengingat RUU-PPTK merupakan bagian akhir dari reformasiundang-undang perburuhan, maka evaluasi kritis perlu dilakukan setelahsatu tahun ia dinyatakan berlaku, agar wakil pemerintah, pengusaha,pekerja serta LSM/akademisi tergerak untuk mengkaji kemajuan yangdicapai dan mempertimbangkan langkah yang perlu ditempuh gunamenjamin manfaat dari undang-undang tersebut.

* * * * *