stress emosional dan hubungannya dengan penyakit fisik

5
1. Stress Emosional dan Hubungannya Dengan Penyakit Fisik Secara umum, respons terhadap stress dapat muncul dalam bentuk respons fisiologis berikut ini: 1 1. Neurotransmitter response 1 a. Peningkatan sintesis norepinefrin otak b. Peningkatan turnover serotonin yang dapat menurunkan serotonin c. Peningkatan transmisi dopaminergic 2. Endocrine response 1 a. Pelepasan ACTH sehingga merangsang kortisol adrenal b. Penurunan testosteron pada stress berkepanjangan c. Penurunan hormon tiroid 3. Immune Response 1 a. Pada stress akut, dapat mengaktivasi sistem imun melalui peningkatan sitokin b. Pada stress kronik, jumlah dan aktivitas natural killer cells berkurang Keterangan: Neurotransmitter response - Banyak bentuk stressor yang meningkatkan produksi norepinefrin, di locus ceruleus otak dan menyebabkan pelepasan katekolamin dari sistem saraf otonom. Hal tersebut terjadi dengan didahului peningkatan tirosin hidroksilase.

Upload: fadilla-safira

Post on 07-Aug-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

saraf dan jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Stress Emosional dan Hubungannya Dengan Penyakit Fisik

1. Stress Emosional dan Hubungannya Dengan Penyakit Fisik

Secara umum, respons terhadap stress dapat muncul dalam bentuk respons fisiologis

berikut ini:1

1. Neurotransmitter response1

a. Peningkatan sintesis norepinefrin otak

b. Peningkatan turnover serotonin yang dapat menurunkan serotonin

c. Peningkatan transmisi dopaminergic

2. Endocrine response1

a. Pelepasan ACTH sehingga merangsang kortisol adrenal

b. Penurunan testosteron pada stress berkepanjangan

c. Penurunan hormon tiroid

3. Immune Response1

a. Pada stress akut, dapat mengaktivasi sistem imun melalui peningkatan

sitokin

b. Pada stress kronik, jumlah dan aktivitas natural killer cells berkurang

Keterangan:

Neurotransmitter response

- Banyak bentuk stressor yang meningkatkan produksi norepinefrin, di locus

ceruleus otak dan menyebabkan pelepasan katekolamin dari sistem saraf otonom.

Hal tersebut terjadi dengan didahului peningkatan tirosin hidroksilase.

- Peningkatan turnover serotonin rupanya dapat terjadi dengan menggunakn

glukokortikoid sebagai efek penguatnya, tetapi efek tersebut mungkin berbeda

karena baru diketahui demikian pada reseptor 5-HT2 yang dapat memperkuat

aktivitas sistem saraf pusat. Stress dapat pula meningkatkan jalur dopaminergic

melalui jalur mesoprefrontal.

- Melalui sistem saraf simpatis, melepaskan norepinefrin dan neuropeptide Y. Ada

pula yang bersambung denga kelenjar adrenal sehingga menyebabkan pelepasan

epinefrin.

Endocrine Response

Page 2: Stress Emosional dan Hubungannya Dengan Penyakit Fisik

- Stress merangsang pelepasan corticotropin releasing hormone (CRH). CRH akan

dilepaskan dari hipotalamus menuju aliran darah dalam hipofisis.

Adrenocorticotropin hormone (ACTH) akan dilepaskan ke dalam aliran sistemik

tubuh. Sesampainya di korteks adrenal, ACTH akan menstimulasi produksi

glukokortikoid yang secara umum berguna untuk meningkatkan penggunaan

energy, aktivitas kardiovaskular untuk respons fight or fligt, dan inhibisi fungsi

(pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas)

- Ada pula beberapa substansi yang dapat memicu pelepasan glukokortikoid

dengan mem-bypass sekresi CRH, seperti katekolamin, vasopressin, dan

oksitosin.

Dalam hubungannya dengan psychophysiology, terjadi beberapa perubahan dalam

tubuh yang dapat menyebabkan efek secara sistemik. Dasar dari pernyataan tersebut

adalah adanya stressor, baik fisik maupun emosi, yang dapat merubah set point dalam

berbagai refleks homeostasis di dalam tubuh. Dasar-dasar tersebut termasuk pula

mekanisme adaptasi terhadap stressor serta kemampuan kembali ke keadaan normal.

Kegagalan melakukan hal tersebut dapat menyebabkan disregulasi, termasuk sistem

persarafan otonom.

→ Pada saat marah, misalnya, perubahan tersebut antara lain:

a. Sympatethic Arousal

b. Peningkatan perbandingan norepinefrin dengan epinefrin

c. Peningkatan vasokonstriksi

d. Peningkatan lipid serum, LDL

e. Penurunan IL-10 dan peningkatan ekspresi TNF-α

f. Peningkatan inflamasi

Contoh tersebut memang menyebutkan adanya perubahan dari faktor-faktor yang

umumnya kita ketahui sebagai pathogenesis dari suatu penyakit. Pada kenyataannya,

tidak semua keadaan tersebut memicu timbulnya penyakit secara langsung. Namun,

stress lebih bersifat sebagai pemicu dari penyakit yang bersifat laten atau subklinis. 2

Page 3: Stress Emosional dan Hubungannya Dengan Penyakit Fisik

Contoh dari penyakit-penyakit yang dapat dipicu oleh stress antara lain berupa

angina, aritmia, asma, penyakit pada jaringan ikat (SLE, rheumatoid arthritis), sakit

kepala, hipertensi, sindrom hiperventilasi, inflammatory bowel diseases, ulcerative

colitis, neurodermatitis, obesitas, osteoarthritis, peptic ulcer disease, Raynaud

disease, syncope, hypotension, urticaria, dan angioedema.

Gambar 2. Sitokin pada saat respons stress2

1. Sadock BJ, Sadock VA. Psychosomatic disorder. In: Kaplan and Sadock’s pocket

handbook of clinical psychiaty. 4th Ed. Philadelphia: LWW. p256-7, 2005.

2. Dimsdale JE, Irwin M, Keefe FJ, Stein MB. Stress and psychiatry. In: Sadock BJ,

Sadock VA, Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiaty. 8th Ed.

Philadelphia: LWW. p2180-4, 2005.

Page 4: Stress Emosional dan Hubungannya Dengan Penyakit Fisik