strategi produk
TRANSCRIPT
Review : MENENTUKAN STRATEGI PRODUK
Sebuah perusahaan besar dengan alasan tertentu (menghasilkan laba yang
lebih besar, menghindari peraturan, biaya produksi yang lebih ringan, mendapatkan
teknologi tertentu) melakukan ekspansi secara global ke negara-negara lain.
Dengan begitu tingkat kompetitas akan semakin tinggi seiring pasar global yang
semakin dinamis.
Salah satu kunci dari persaingan secara global adalah inovasi. Namun
beberapa perusahaan besar yang terdepan dalam inovasi ternyata tetap
mengalami keterpurukan akibat produk mereka kurang diminati pasar dibanding
produk-produk pesaing. Ternyata setelah diteliti secara seksama, inovasi saja tidak
cukup untuk dapat bersaing secara global. Sebuah perusahaan harus dapat
mempertemukan inovasi yang dimilikinya dengan perspektif pelanggan. Artinya
produk yang dihasilkan harus berorientasi pasar (market-oriented).
Hal lain yang harus diperhatikan oleh sebuah perusahaan adalah agar jangan
sampai terjadi ‘tabrakan inovasi’ antara produk pada lini produk satu dengan
lainnya. Fenomena ini biasa terjadi pada sebuah perusahaan besar yang memiliki
banyak produk. Perusahaan otomotif misalnya, pada fitur lini kendaraan satu
dengan lini kendaraan lainnya jika terdapat fitur serta teknologi yang nyaris sama
maka tidak akan baik pada penjualan kedua lini produk ini kedepan. Kemungkinan
akan terjadi kanibalisasi antara lini produk satu dengan lini produk lainnya. Hal ini
harus dihindari. Harus ada jeda waktu dan strategi waktu yang tepat antara
peluncuran produk satu dengan produk berikutnya. Namun jika kanibalisasi tidak
dapat dihindari, maka perusahaan harus dapat memilih antara produk-produk
tersebut mana yang tidak berkembang dan cenderung mematikan laba. Produk
tersebut ditarik agar perusahaan dapat fokus kepada produk lainnya yang dapat
tumbuh dan bersaing dengan produk kompetitor.
Strategi ini juga telah digunakan perusahaan-perusahaan besar seperti
Unilever dan P&G. Unilever pada tahun 1999 mengumumkan jalur pertumbuhan
nya (path to grow) yang menyimpulkan bahwa hingga tahun 2003 Unilever telah
menarik 1.200 lini produk dari total 1.600 lini produknya dan hanya menyisakan
400 lini produk saja. Hal ini disebabkan Unilever telah mengidentifikasi bahwa profit
sebagian besar masuk hanya dari 400 lini produk hingga 90%.
1
Hal yang sama juga dilakukan oleh P&G yang hanya fokus pada 4 jenis lini
produk saja yakni, Tide, Crest, Pampers dan Pringles. Hasilnya P&G dapat meraup
laba lebih dari $1 milyar dalam stu tahun!
Strategi produk lainnya yang dapat diadopsi oleh sebuah perusahaan yang
ingin bersaing secara global dan menguasai sebagian besar pangsa pasar adalah
dengan melakukan diferensiasi produk. Diferensiasi identik dengan keunikan.
Sebuah perusahaan dikatakan telah melakukan diferensiasi produknya jika
produknya memiliki keunikan relatif dibanding produk pesaing. Keunikan ini dapat
berupa fitur, warna kemasan, bentuk kemasan, layanan purna jual, dan lain
sebagainya yang berbeda dibanding yang dimilki oleh kompetitor.
Selanjutnya adalah strategi mengurangi biaya disain. Hal ini adalah penting
karena pada siklus sebuah produk yang paling banyak memakan nbiaya adalah
pada tahap desain produk. Sebuah produk dapat dikurangi biaya desainnya jika
perusahaan menggunakan teknologi. Teknologi disini artinya menggunakan
software komputer untuk membuat desain tiga dimensi rancangan sebuah produk.
Hal ini selain memudahkan dalam perancangan dan rekayasa sebuah produk, juga
lebih menghemat waktu serta meningkatkan presisi sebuah produk secara
signifikan. Dengan menggunakan desain 3 dimensi maka kegagalan produk dapat
dihindari.
Ketika sebuah perusahaan internasional mengekspansi usahanya kedalam
sebuah negera, maka secara langsung atau tidak langsung merek internasional ini
akan berkompetisi dengan merek lokal dalam memperebutkan pangsa pasar di
negara tersebut.
Merek internasional bisa saja kalah dengan merek lokal karena merek lokal
diasumsikan lebih tahu selera masyarakat lokal. Namun bisa saja yang terjadi
malah sebaliknya karena masyarakat lokal lebih menyukai merek internasional
karena memiliki prestise tersendiri serta memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari
merek lokal.
Adapun beberapa hal yang menjadi pemengaruh keputusan pembelian
konsumen diantaranya adalah faktor : Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis. Setiap
konsumen memiliki latar belakang yang berbeda dalam keputusan pembeliannya.
Keputusan pembeliannya dapat dipengaruhi satu atau beberapa faktor sekaligus.
Secara umum Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) terbagi dalam empat
tahapan: Pengenalan (introduction), Tumbuh (growth), Matang (mature), Penurunan
(decline). Dan adalah siklus hidup produk secara umum akan mulai dari masa
2
pengenalan dan selanjutnya akan menemui masa penurunan. Hal ini disebabkan
pasar merasa jenuh terhadap produk-produk yang ada disebabkan oleh pengaruh
teknologi yang semakin pesat yang turut merubah persepsi pasar terhadap sebuah
produk. Dan hal ini juga disebabkan oleh inovasi-inovasi yang dilakukan oleh
perusahaan pesaing terhadap produk-produknya.
Ada saatnya siklus hidup produk ini berjalan dengan sangat cepat sebagai
akibat kejenuhan yang terjadi. Namun perusahaan tidak perlu buru-buru untuk
menarik produk-produknya karena ada beberapa strategi yang dapat diterapkan
untuk memperlambat kejenuhan tersebut serta meningkatkan penjualan produk.
Hal ini dapat dijelaskan menggunakan tabel berikut :
SIKLUS HIDUP PRODUK STRATEGI
Introduction - Memperbaiki penampilan
produk
- Menyebarkan barang
- sell out
Growth - Mencari segmen baru
- Memperbaiki mutu
- Strategi penurunan harga
Mature - Mencari segmen-segmen kecil
- Memperbesar kemasan
- Memperbaiki penampilan
produk
Decline - Stop anggaran promosi
- Fokus pada pasar harapan
- Menciptakan produk baru
Sumber artikel internasional :
1. “PILIHAN & KECENDERUNGAN KONSUMEN UNTUK BERBAGAI KATEGORI MEREK”. Oleh : Sanjoy Ghose & Oded Lowengart
2. “KELUARGA PRODUK & DIVERSIFIKASI PLATFORM: EKSPEKTASI PELANGGAN, VARIASI PRODUK, ATAUKAH KOMPETISI PRIBADI?”.
Oleh : Kalid Ramadan & Dr. Waguih ElMaragih
3. “DESAIN SKENARIO SIKLUS PRODUK SBG STRATEGI AKHIR PRODUK”.
Oleh : Shinichi Fukushige, Kazuhiro Yamamoto, & Yasushi Umeda
3
Pertanyaan dan jawaban pada sesi diskusi :
1. Apa yang harus dilakukan oleh pemasar jika produk yang baru
diluncurkan ternyata kalah bersaing dari produk pemasar lain?
(Lisda Almaini)
Jawaban :
Yang harus dilakukan adalah pemasar harus meneliti pada level manakah
produk nya dalam tingkatan Siklus Hidup Produk kemudian mengambil
tindakan yang dilakukan agar produknya bisa kembali bangkit dan bersaing.
Sebagai contoh jika produk masih dalam tahap pertumbuhan (growth) dan
tidak terdapat penjualan yang signifikan, maka pemasar harus melakukan
pencarian segmen baru, memperbaiki mutu produknya dan melakukan
strategi penurunan harga.
2. Bagaimanakah cara melakukan strategi harga pada produk yang
baru? (Mery)
Jawaban :
Pertama pemasar harus menghitung berapa biaya produk per-unit,
kemudian menghitung berapa profit yang diinginkan. Pemasar juga harus
memikirkan apakah harga yang akan ditawarkan ini akan diterima
konsumen atau tidak.
Secara umum terdapat dua strategi penetapan harga yakni skimming price
dan penetration price. Skimming price adalah menetapkan harga produk
dengan harga tertinggi. Biasanya strategi ini digunakan pada produk-produk
sekunder dan tersier dimana produk yang ditawarkan diyakini konsumen
memiliki prestise tersendiri. Strategi ini pernah digunakan oleh provider
seluler Telkomsel. Pada awal Telkomsel memperkenalkan Kartu Halo,
Telkomsel menawarkan kartu tersebut hingga harga Rp.1.500.000.- Namun
sekarang harganya sudah sangat jauh menurun hingga Rp. 80.000,-.
Adapun strategi penetration price adalah strategi memasuki pasar dengan
memberikan harga serendah-rendahnya. Rendah disini bukannya tidak
4
memberikan profit, hanya saja profitnya tidak begitu besar. Strategi ini
digunakan oleh provider seluler Mentari. Mentari menawarkan paket
internet 10 GB dengan harga Rp. 25.000,- jauh lebih murah dibanding yang
ditawarkan provider lain dengan harga Rp. 100.000,-.
3. Pada sebuah kasus, Toyota berencana mengeluarkan tipe Avanza
terbaru (Grand New Avanza) yang berpotensi mematikan penjualan
Avanza tipe lama. Mengapa hal ini dilakukan oleh Toyota?
Jawaban :
Hal ini dilakukan karena Toyota ingin menjadi pemimpin pasar pada
kelasnya. Toyota tidak ingin inovasi dan teknologi nya didahului oleh
pabrikan otomotif lain.
Toyota pun melakukan strategi itu karena yakin penjualan Avanza lama
telah mengalami penurunan akibat kejenuhan yang dialami pasar. Hal ini
perlu disikapi dengan mengeluarkan Avanza varian baru dengan teknologi
dan body yang lebih ergonomis untuk menarik perhatian pasar.
*****
5