strategi pengembangan emosi sosial dan moral aud...situasi yang tak terlalu menyenangkan....
TRANSCRIPT
7
Kecerdasan emosional penting bagi keberhasilan anak dalam
membina pertemanan dengan teman sebaya dan dalam
perkembangan kesehatan mental secara keseluruhan. Anak yang
terampil memahami emosinya kelak akan mudah belajar memahami
emosi teman sebaya. Anak yang handal memahami emosi pribadinya
akan lebih handal dalam bermain pura-pura yang menjadi ciri
perkembangan kemampuan kognitif pada anak usia dini. Mereka
juga akan lebih handal dalam mengatasi emosi negatif sehingga tak
mudah menyerah dan mampu bertahan meski saat dihadapkan pada
situasi yang tak terlalu menyenangkan.
Selanjutnya Hurlock mengatakan bahwa perkembangan emosi sangat
dipengaruhi oleh faktor kemasakan dan belajar. Pengalaman
emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat
mengerti rangsang yang diterimanya. Otak yang lebih masak
memungkinkan menerima pengalaman emosi yang lebih kaya
(Hurlock, 1978). Jaringan saraf yang sudah tersusun lebih mapan dan
kompleks akan mendukung pada mudahnya pemahaman terhadap
adanya beragam stimulan dari lingkungan.
Selain itu, faktor belajar juga sangat besar pengaruhnya, terutama
dalam menentukan pola dari intensitas pengungkapan emosi.
Seringnya berinteraksi dengan lingkungan, apalagi terhadap
lingkungan yang beragam akan membiasakan individu (termasuk
bayi) dalam memunculkan respons berupa emosi yang sesuai (tepat).
Pada tahap selanjutnya, perkembangan emosi sangat dipengaruhi
oleh harapan-harapan orang tua atau masyarakat. Perbedaan cara
pengungkapan emosi pria dan wanita juga karena perbedaan
harapan tersebut.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
8
A. KARAKTERISTIK EMOSI SOSIAL ANAK USIA 2 HINGGA 3 TAHUN
Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, beberapa kondisi emosi dan
sosial anak usia 2 hingga 3 tahun antara lain dapat memberi
salam setiap mau pergi. Sikap dan perilaku tersebut perlu
diajarkan oleh orangtua, dengan membiasakan memberi salam
seperti assalamualaikum, syalom, atau ucapan „da da‟, ciuman di
pipi saat orangtua mau pergi atau saat sudah datang.
Selain itu, anak usia 2 hingga 3 tahun juga dapat memberi reaksi
percaya pada orang dewasa. Jika anak dibiasakan dikenalkan
pada orang lain di sekitarnya yang bersifat ramah dan penuh
kasih sayang, maka anak memiliki rasa percaya terhadap orang
yang dikenalnya tersebut. Sebaliknya, jika anak hidup pada
lingkungan yang memancing rasa marah dan emosi takut, maka
anak akan mempertebal rasa ketidakpercayaannya terhadap
siapapun di lingkungannya.
Pada usia sekitar 3 tahun anak akan mampu menyatakan
perasaannya terhadap anak lain, dapat berbagai perasaan
terhadap satu permainan. Misalnya menjadi dokter, perawat,
atau pasien. Melalui bermain peran seperti dokter-dokteran,
„pasar-pasaran‟, kehidupan berkeluarga, maka anak juga dapat
mewujudkan perasaannya.
Tabel 2.1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak berdasar Emosi
Sosial Anak Usia 2 – 4 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
Sosial-emosional
A. Kesadaran
Diri
1. Memberi salam
setiap mau pergi
2. Mengikuti aktivitas
dalam suatu
kegiatan besar
(misal: piknik)
Perkembangan Emosi Sosial AUD
9
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
2. Memberi reaksi
percaya pada
orang dewasa
2. Meniru apa yang
dilakukan orang
dewasa
3. Menyatakan
perasaan
terhadap anak
lain
4. Berbagi peran
dalam suatu
permainan (misal:
menjadi dokter,
perawat, pasien)
3. Bereaksi terhadap
hal-hal yang tidak
benar (marah bila
diganggu)
4. Mengatakan
perasaan secara
verbal
Menurut Allen & Marotz (2010), anak prasekolah sangat
mempercayai pendapat mereka, namun pada saat yang
bersamaan, dan sebaliknya juga mulai mengerti bahwa orang
lain juga memiliki kebutuhan dan perasaan. Anak usia tiga tahun
juga mengembangkan beberapa tingkatan pengendalian atas
perilaku mereka sendiri (Denham et al., 2003). Mereka berusaha
untuk menjadi mandiri namun juga membutuhkan kepastian
bahwa orang dewasa selalu tersedia untuk menghibur,
menengahi, atau, jika diperlukan, untuk menyelamatkan mereka.
Selanjutnya Allen & Marotz (2010) menyatakan bahwa anak
berusia tiga tahun cenderung lebih damai, rileks, dan kooperatif.
Konflik seperti yang terdapat orang dewasa dengan anak
berusia dua tahun sekarang semakin berkurang. Faktanya,
banyak anak berusia tiga tahun yang mau mematuhi arahan
orang dewasa sepanjang waktu. Mereka mampu menahan
kepuasan mereka lebih lama, yang berarti, mereka memiliki
keinginan lebih sedikit untuk mendapatkan keinginan mereka
“sekarang juga” (Liebermann, Giesbrecht, dan Muller 2007).
Mereka mendapat kesenangan dari diri mereka sendiri dan
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
10
kehidupan dan menunjukkan dorongan yang tak tertahankan
untuk menemukan segala sesuatu yang ada di dunia sekitar
mereka.
Beberapa karakteristik emosi sosial anak usia hingga 3 tahun
yang dikutip dari Allen & Marotz (2010) menunjukkan sikap dan
perilaku sebagai berikut:
Terlihat mengerti tentang arti „bergiliran‟, namun tidak selalu
mau untuk melakukan hal tersebut.
Sering tertawa; ramah dan bersemangat untuk menyenangkan
orang lain.
Terkadang memiliki mimpi buruk dan ketakutan tentang
kegelapan, monster, atau api.
Bermain dalam permainan sederhana dan kegiatan kelompok,
terkadang dengan enggan.
Sering berbicara sendiri.
Mengidentifikasi diri sebagai “laki-laki” atau “perempuan”
(Ruble et al, 2007).
Menggunakan obyek secara simbolik dalam permainan (balok
kayu sebagai truk, sebuah jalan, atau pemukul).
Mengobservasi anak-anak lain yang sedang bermain, mungkin
ikut bergabung untuk beberapa saat, sering bermain sejajar
dengan anak lain.
Mempertahankan mainan dan barang miliknya, terkadang
menjadi agresif, merebut mainan, memukul anak lain,
menyembunyikan mainan.
Bermain “pura-pura” sendirian atau bersama dengan anak
lain (Ma & Lilard, 2006).
Perkembangan Emosi Sosial AUD
11
Menunjukkan perhatian kepada anak yang lebih muda atau
anak yang terluka.
Duduk dan mendengarkan cerita sampai sepuluh menit, tidak
menghiraukan anak-anak lain yang mendengarkan juga,
menjadi marah jika diganggu.
Mungkin masih akan memiliki selimut khusus, boneka binatang,
atau mainan untuk penenang.
1. Kegiatan Sehari-hari Anak Usia 2 hingga 3 Tahun
Ada beberapa karakteristik emosi sosial AUD yang
diwujudkan melalui sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai berikut:
a. Makan
Di bawah ini beberapa karateristik anak usia 3 tahun
pada saat makan, berdasar hasil pengamatan
beberapa ahli yang dikutip dari Allen & Marotz (2010):
Lebih menyukai porsi kecil, nafsu makan cukup. Tidak
menyukai banyak sayuran yang dimasak; memakan
hampir semuanya; seharusnya tidak boleh dipaksa
untuk makan (Parlakian & Lerner, 2007).
Jika lapar akan makan sendiri. Menggunakan sendok
dengan cara seperti orang dewasa; mungkin
mengambil makanan dengan garpu.
Makan dengan pelan; bermain dengan makanan jika
sedang tidak lapar.
Menuang susu dan jus dengan tumpahan lebih sedikit;
menyajikan porsi individu dari suatu hidangan dengan
dorongan dari orang dewasa: “Isi sedikit lagi” atau
“makannya kurang dua sendok lagi”.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
12
Minum banyak susu. (pastikan bahwa anak-anak tidak
meminum susu berlebihan agar dapat memakan
makanan lain).
b. Memakai Toilet, Mandi, dan Berpakaian
Dalam menggunakan toilet, mandi, dan berpakaian
terdapat beberapa karakteristik sikap dan perilaku
emosi sosial anak usia 3 tahun berdasar hasil temuan
Allen & Marotz (2010) sebagai berikut:
Membantu untuk membersihkan diri sendiri namun tidak
menyeluruh, sering susah disuruh untuk keluar dari bak
mandi.
Menyikat gigi sendiri, namun orang dewasa harus
selalu mengecek cara menyikat gigi anak.
Pergi ke toilet sendiri saat siang hari (terutama laki-
laki, sering pergi ke toilet sendiri dan mengakibatkan
celana basah).
Beberapa anak tidur sepanjang malam tanpa
mengompol; beberapa masih dalam masa transisi –
mungkin mereka akan berhenti mengompol namun
beberapa hari kemudian akan kembali mengompol.
Lebih mampu untuk melepas pakaian daripada
memakai pakaian, walaupun mereka mampu memakai
beberapa pakaian sendiri.
Menggunakan risleting, kancing baju dan mengancing-
kannya dengan kemampuan yang meningkat.
c. Tidur
Menurut Allen & Marotz (2010), beberapa temuan
kebiasaan anak usia 3 tahun berkaitan dengan saat
Perkembangan Emosi Sosial AUD
13
tidur, sikap dan perilaku emosi sosial diwujudkan
sebagai berikut:
Tidur 10-12 jam semalam, sering bangun pada pagi
hari.
Sering tidak tidur siang, namun sering diam di siang
hari.
Menyiapkan tempat tidur dengan mandiri, sudah tidak
melakukan beberapa „ritual tidur‟ dibandingkan saat
anak masih berusia kurang dari tiga tahun namun
masih membutuhkan cerita pengantar tidur dan juga
nyanyian dan diselimuti.
Memiliki mimpi yang mungkin menyebabkan anak
tersebut terbangun.
Terkadang berjalan di malam hari, ketegasan
dibutuhkan untuk mengembalikan anak tersebut ke
tempat tidur mereka.
d. Bermain dan Aktivitas Sosial
Beberapa temuan yang menggambarkan aktivitas sosial
dan bermain anak usia 3 tahun yang dikutip dari Allen &
Marotz (2010) sbb:
Ingin diikutkan dalam segala hal; masa dimana mereka
akan mengatakan “aku juga”.
Bergabung secara spontan dalam permainan grup
untuk sementara; sangat sosial; mulai untuk bermain
secara kooperatif lebih sering.
Sesekali berdebat atau bertengkar dengan anak-anak
lain; orang dewasa sebaiknya mengijinkan anak-anak
untuk menyelesaikan ketidaksetujuan mereka kecuali
ada hal yang menyangkut bahaya fisik.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
14
Berpakaian dan berpartisipasi dalam permainan
drama yang merefleksikan aktivitas sehari-hari.
Beberapa anak masih menunjukkan stereotip „gender‟
dan peran: “laki-laki tidak bisa menjadi perawat” ;
“Hanya perempuan yang bisa menjadi penari.”
Merespon opini dengan baik daripada merespon
perintah: “Kamu ingin memakai piyamamu sebelum
atau sesudah cerita?”
Masih menganggap bahwa berbagi adalah hal yang
sulit namun sebenarnya sudah mengerti konsep
tersebut.
B. KARAKTERISTIK SOSIAL EMOSI MORAL AUD USIA 4 TAHUN
Perlu dipahami oleh para orangtua bahwa hanya si kecil yang
berhati besar kelak yang mampu menghadapi tantangan
kehidupan dalam lingkungan sosial khususnya mampu bekerja
sama, menjalin relasi saat belajar, dan terkoneksi dengan orang
disekitarnya. Persoalannya, bagaimana para orangtua bisa
menciptakan si kecil yang berhati besar tersebut. Hal ini
membutuhkan pendidikan, perhatian dan keteladanan dari pihak
orangtua.
Secara umum karakteristik anak pada usia sampai 4 tahun, emosi
sosial anak mengalami perkembangan kemampuan yang terlihat
dengan mampu mengikuti aktivitas dalam suatu kegiatan besar
(missal: piknik), meniru apa yang dilakukan orang dewasa,
bereaksi terhadap hal-hal yang tidak benar (marah bila
diganggu), dan mengatakan perasaan secara verbal. Anak yang
tidak dapat diam, penuh dengan ide-ide, dengan ocehan dan
kegiatan yang meluap - karakteristik tersebut adalah tipikal
kebanyakan anak berusia empat tahun. Adu kekeraskepalaan dan
argumen antara anak dan orang dewasa seringkali terjadi. Anak-
Perkembangan Emosi Sosial AUD
15
anak seringkali menguji batasan, melatih kepercayaan diri, dan
membutuhkan kemandirian. Beberapa anak sangat ribut, gaduh,
bahkan suka berkelahi; mereka mencobai kesabaran para orang
dewasa dengan celotehan dan gurauan konyol, obrolan yang
terus-menerus, dan pertanyaan tanpa batas. Pada waktu
bersamaan, mereka juga memiliki kualitas yang memikat. Mereka
antusias, ingin membantu, imaginatif, dan mampu merencakan
sesuatu: “saat aku pulang, aku akan menggambar.”
Tabel 2.2. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak berdasar Emosi
Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4 - 5 tahun Usia 5–6 tahun
A. Sosial-
emosional
B. Kesadaran
Diri
1. Menunjukkan sikap
mandiri dalam
memilih kegiatan
2. Mengendalikan
perasaan
3. Menunjukkan rasa
percaya diri
4. Memahami
peraturan dan
disiplin
5. Memiliki sikap gigih
(tidak mudah
menyerah)
6. Bangga terhadap
hasil karya sendiri
1. Memperlihatkan
kemampuan diri
untuk menyesuaikan
dengan situasi
2. Memperlihatkan
kehati-hatian
kepada orang yang
belum dikenal
(menumbuhkan
kepercayaan pada
orang dewasa yang
tepat)
3. Mengenal perasaan
sendiri dan
mengelolanya
secara wajar
(mengendalikan diri
secara wajar)
C. Rasa
tanggung
jawab untuk
1. Menjaga diri
sendiri dari
lingkungannya
1. Tahu akan hak
nya
2. Mentaati aturan
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
16
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4 - 5 tahun Usia 5–6 tahun
diri sendiri
dan orang
lain
2. Menghargai
keunggulan orang
lain
3. Mau berbagi,
menolong, dan
membantu teman
kelas (kegiatan,
aturan)
3. Mengatur diri
sendiri
4. Bertanggung
jawab atas
perilakunya untuk
Akebaikan diri
sendiri
D. Perilaku
Prososial
1. Menunjukan
antusiasme
dalam
melakukan
permainan
kompetitif
secara positif
2. Bermain dengan
teman sebaya
3. Mengetahui
perasaan
temannya dan
merespon secara
wajar
4. Berbagi dengan
orang lain
2. Menaati aturan
yang berlaku
dalam suatu
permainan
3. Menghargai
orang lain
4. Menunjukkan
rasa empati
4. Menghargai
hak/pendapat/
karya orang lain
5. Menggunakan cara
yang diterima
secara sosial
dalam
menyelesaikan
masalah
(menggunakan
fikiran untuk
menyelesaikan
masalah)
6. Bersikap
kooperatif dengan
teman
Perkembangan Emosi Sosial AUD
17
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4 - 5 tahun Usia 5–6 tahun
7. Menunjukkan sikap
toleran
8. Mengekspresikan
emosi yang sesuai
dengan kondisi
yang ada (senang-
sedih-antusias dsb)
9. Mengenal tata
krama dan sopan
santun sesuai
dengan nilai sosial
budaya setempat
Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, pencapaian perkembangan
emosi sosial anak usia 4 hingga 5 tahun antara lain diwujudkan
dengan mampu menunjukkan sikap mandiri dalam memilih
kegiatan, mengendalikan perasaan, menunjukkan rasa percaya
diri, memahami peraturan dan disiplin, memiliki sikap gigih (tidak
mudah menyerah), serta bangga terhadap hasil karya sendiri.
Dalam hal tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain, anak
usia 4 hingga 5 tahun sudah mampu menjaga diri sendiri dari
lingkungannya, menghargai keunggulan orang, mau berbagi,
menolong, dan membantu teman. Kemampuan tanggung jawab
pada diri sendiri dan orang lain tersebut bukan muncul dengan
sendirinya, tetapi perlu diajarkan serta diberikan teladan.
Sedangkan perilaku prososial anak usia 4 hingga 5 tahun sudah
mampu menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan
kompetitif secara positif, menaati aturan yang berlaku dalam
suatu permainan. Bahkan pada usia 4 hingga 5 tahun juga sudah
mampu menghargai orang lain, dan menunjukkan rasa empati.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
18
Selain itu, di bawah ini dideskripsikan beberapa karakteristik
sosial emosi anak usia 4 tahun berdasar hasil pengamatan
beberapa ahli (dalam Allen & Marotz, 2010) antara lain sebagai
berikut:
Ramah; terkadang bisa sangat antusias.
Mood/suasana hati bisa berubah dengan cepat dan tidak
dapat diprediksi; mungkin sekarang dia tertawa namun semenit
kemudian dapat marah karena hal sepele (balok yang tidak
tersusun dengan rapi); merajuk karena ditinggalkan atau
karena keinginannya ditolak (Fox dan Lentini, 2006).
Terus berbicara dan menunjukkan emosi yang kuat dengan
teman imajinasi; memiliki teman yang tidak terlihat adalah
suatu hal yang cukup umum (Vygotsky’s self-talk).
Membual, melebih-lebihkan, dan membelokkan kenyataan
dengan cerita karangan atau klaim keberanian; menguji
kesabaran dengan beberapa topik percakapan (Wright et al.,
2008).
Berkooperasi dengan yang lain, berpartisipasi dalam kegiatan
grup.
Menunjukkan kebanggaan dalam pencapaian; mencari
pengakuan dari orang dewasa.
Mengadukan anak-anak lain, sering terlihat egois; tidak selalu
dapat bergantian atau mengerti untuk bergantian dalam
beberapa kondisi.
Bersikeras untuk mencoba beberapa hal secara mandiri namun
dapat menjadi sangat frustasi, hampir mengamuk, saat ada
permasalahan (cat yang menetes atau kertas yang tidak
terlipat dengan baik).
Perkembangan Emosi Sosial AUD
19
Berpartisipasi dalam aktivitas bermain-peran/role-play dan
berpura-pura.
Seringkali mengandalkan serangan verbal dibandingkan
dengan fisik; mungkin dapat berteriak daripada memukul untuk
menyampaikan sesuatu; mengancam: “kamu tidak boleh datang
ke pesta ulangtahunku.”
Menggunakan nama ejekan dan cemoohan untuk mengucilkan
anak lain: “kamu seperti bayi.”
Membentuk hubungan dekat dengan teman bermain; mulai
untuk memiliki sahabat.
1. Kegiatan Sehari-hari Anak Usia 4 Tahun
Dalam kegiatan sehari-hari, Allen & Marotz (2010)
menyatakan bahwa pada umumnya anak usia 4 tahun dalam
bermain dan kegiatan sosial sehari-hari menampakkan sikap
perilaku emosi sosial sebagai berikut:
Teman bermain sangatlah penting; bermain dengan
kooperatif; dapat sedikit egois dan suka memerintah.
Bergantian, sering berbagi; ingin dengan anak-anak lain.
Membutuhkan (dan mencari) pengakuan dan perhatian dari
orang dewasa; mungkin akan berkomentar, “lihat yang saya
buat!”
Mengerti dan membutuhkan batasan (tapi tidak terlalu
membatasi); akan lebih sering mematuhi peraturan.
Menyombongkan diri tentang kepemilikan; pamer; membual
tentang anggota keluarga.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
20
C. KARATERISTIK SOSIAL EMOSI DAN MORAL AUD USIA 5 TAHUN
Menurut Allen & Marotz (2010), kebanyakan anak berusia lima
tahun dalam masa tenang dan bertambah percaya diri serta
dapat diandalkan. Anak berusia lima tahun lebih bisa mengontrol
diri secara fisik dan emosional. „Dunia‟ mereka terasa lebih luas, di
luar rumah, keluarga, sekolah, atau penitipan anak. Pertemanan
dan aktivitas kelompok sangatlah penting (Gleason & Hohmann,
2006).
Anak berusia lima tahun menghabiskan banyak waktu dan
perhatian mereka untuk berlatih dan menguasai kemampuan dalam
semua area yang berkembang. Namun, upaya tersebut jika
ditambah dengan tingkat energi yang tinggi dan kepercayaan diri
yang sedikit tinggi dapat mengakibatkan „kecelakaan‟. Keinginan
kuat untuk mengeksplorasi dan melakukan sesuatu seringkali
dicampuri dengan kemampuan untuk melihat bahaya atau
konsekuensi yang berpotensi bahaya (Granie, 2007). Maka dari
itu, keamanan anak dan pencegahan terhadap luka yang tak
diinginkan harus menjadi prioritas utama untuk keluarga atau
pengasuh (Marotz, 2007). Dalam waktu bersamaan, para orang
dewasa janganlah berlaku over protective/terlalu mengekang dan
harus dapat menangani kekhawatiran mereka sedemikian rupa
sehingga tidak menghalangi keingintahuan, kompetensi, dan harga
diri seorang anak.
Di bawah ini beberapa karakteristik sosial emosi anak usia 5 tahun
sebagai temuan Allen & Marotz, 2010) antara lain sebagai
berikut:
Menikmati pertemanan; sering memiliki satu atau dua orang
teman bermain spesial (Denham et al., 2003).
Berbagi mainan, bergantian, bermain dengan kooperatif
(dengan beberapa kesalahan kecil); dan sering bermurah hati
(Lane et al., 2007).
Perkembangan Emosi Sosial AUD
21
Berpartisipasi dalam permainan kelompok dan berbagi aktifitas
dengan anak lain; menyarankan ide bermain yang imajinatif
dan perkembangan permainan.
Biasanya penuh perhatian, terutama terhadap anak yang lebih
muda atau terluka dan binatang.
Mengikuti petunjuk dan sering mengerjakan tugas; secara umum
melakukan apa yang diminta oleh orang tua atau gurunya.
Masih membutuhkan penghiburan/ketenangan dari orang
dewasa dan jaminan namun tidak terlalu ditunjukkan dalam hal
mencari pengakuan dan penerimaan.
Memiliki kendali diri yang lebih baik; terdapat pengurangan
perubahan suasana hati yang ekstrim.
Suka bercanda, menghibur, dan membuat orang lain tertawa.
Bangga dalam pencapaian; terkadang menyombongkan diri
dan mencari pengakuan dan penerimaan dari orang dewasa.
Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini, pada saat anak berusia 5 hingga 6
tahun, sudah mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk
menyesuaikan dengan situasi, dan mampu memperlihatkan kehati-
hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan
kepercayaan pada orang dewasa yang tepat). Berkaitan dengan
perasaan diri, anak pada usia tersebut sudah mampu mengenal
perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan
diri secara wajar).
Dalam hal tanggung jawab pada diri sendiri, anak sudah tahu
akan haknya, dan dapat mentaati aturan kelas (kegiatan, aturan).
Selain itu, anak juga dapat mengatur diri sendiri, serta
bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri.
Berkaitan dengan perilaku prososial, anak usia 5 hingga 6 tahun
sudah dapat bermain dengan teman sebaya, mengetahui perasaan
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
22
temannya dan merespon secara wajar, serta berbagi dengan
orang lain. Anak yang berusia sekitar 6 tahun tersebut juga mampu
menghargai hak/pendapat/karya orang lain, menggunakan cara
yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah
(menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah), dan bersikap
kooperatif dengan teman. Selain itu, anak berusia sekitar 6 tahun
tersebut juga mampu menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan
emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias
dsb), serta mampu mengenal tata krama dan sopan santun sesuai
dengan nilai sosial budaya setempat.
1. Kegiatan Sehari-hari Anak Anak Usia 5 Tahun
Dalam kegiatan permainan dan aktivitas sosial krakateristik
emosi sosial anak usia 5 tahun pada umumnya diwujudkan
dalam sikap dan perilaku antara lain sebagai berikut (dalam
Allen & Marotz, 2010):
Mengerjakan tugas rumah dalam keluarga dan rutinitas;
biasanya membantu dan kooperatif.
Tahu cara melakukan sesuatu dengan benar dan sering
memiliki jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang ada;
nampaknya agak beralasan dan kaku dalam mempercayai
sesuatu.
Tetap melekat dengan rumah dan keluarga; mau untuk
melakukan petualangan namun ingin petualangan tersebut
dimulai dan diakhiri di rumah; khawatir nanti orang tua akan
pergi dan tidak kembali.
Bermain dengan baik dengan anak lain, namun jika ada tiga
orang dalam satu grup, anak yang satu akan ditinggalkan
dan yang dua bermain sendiri.
Menunjukkan kasih sayang dan perhatian dan rasa ingin
melindungi terhadap saudara yang lebih muda; mungkin
Perkembangan Emosi Sosial AUD
23
merasa terlalu dibebani juga jika saudara yang lebih muda
tersebut selalu meminta perhatian.
D. KARAKTERISTIK SOSIAL EMOSI DAN MORAL AUD USIA 6 TAHUN
Anak berusia enam tahun pada umumnya sudah terbuka dan
memiliki petualangan mendebarkan. Kemampuan berkoordinasi
anak usia enam tahun ini mulai meningkat dan bentuk tubuh dan
kekuatan yang juga bertambah. Tantangan baru sering ditemui
dengan campuran antara antusiasme dan rasa frustasi. Anak
berusia enam tahun biasanya memiliki kesulitan untuk membuat
keputusan dan terkadang sering kewalahan oleh situasi yang tidak
familier. Di saat bersamaan, perubahan dari kemampuan kognitif
memampukan mereka untuk melihat peraturan sebagai alat yang
membantu untuk mengerti kejadian sehari-hari dan perilaku orang
lain (Allen & Marotz, 2010).
Untuk beberapa anak, periode ini juga menandakan awal mula
sekolah formal dan berorientasi pada subjek. Perlu diingat bahwa
aktivitas akademik yang normal pada tahun ini dianggap tidak
sesuai dengan perkembangan oleh banyak pengajar anak usia dini
(Hyson, 2003; NAEYC, 2002; Nel, 2000).
Permasalahan pada perilaku dan tanda-tanda stress atau
ketegangan seperti suara menggeret, menggigit kuku, memutar
rambut, atau mengompol mungkin akan muncul. Pada umumnya, hal
tersebut akan berlalu saat anak menjadi familier dengan
ekspektasi baru dan tanggung jawab yang diasosiasikan dengan
sekolah. Meski terjadi gejolak dan saat-saat khusus (juga untuk
orang dewasa), kebanyakan dari anak usia enam tahun mengalami
banyak waktu yang menyenangkan yang ditandai dengan rasa
ingin tahu yang menggebu, keinginan untuk belajar, dan rasa
humor yang banyak, dan semangat untuk menunjukkan kasih saying
dan kemauan yang baik.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
24
Berdasar hasil temuan beberapa ahli tentang karakteristik emosi
sosial anak usia 6 tahun diwujudkan dalam sikap dan perilaku
(dalam Allen & Marotz, 2010) antara lain sebagai berikut:
Mengalami perubahan suasana hati yang mendadak: menjadi
sahabat dan semenit kemudian bias menjadi musuh terbesar,
hari ini berlaku manis dan keesokannya menjadi tidak
kooperatif dan pemarah; khususnya terhadap ibu atau
pengasuh utama.
Menjadi tidak terlalu bergantung kepada orang tua seiring
dengan lingkup pertemanan yang bertambah; masih
membutuhkan kedekatan dan asuhan namun memiliki keinginan
untuk terbebas dan “menjadi dewasa” (Piaget, 1929).
Membutuhkan dan mencari pengakuan, ketenangan, pujian dari
orang dewasa; ingin menyenangkan orang, mungkin akan
mengeluh terhadap luka kecil dan penyakit minor untuk
mendapatkan perhatian.
Tetap egosentris; masih melihat hampir seluruh kejadian dari
sudut pandang diri sendiri (melihat semua dan semua orang
berada untuk keuntungan anak itu sendiri).
Mudah kecewa dan frustasi terhadap kesalahan yang
dilakukan.
Memiliki kesulitan untuk menenangkan diri sendiri; tidak suka
dibenarkan atau kalah dalam permainan; mungkin akan
merajuk, menangis, menolak bermain, atau menciptakan aturan
lagi untuk menyesuaikan kebutuhan diri sendiri.
Antusiastik dan penasaran terhadap sekeliling dan kejadian
sehari-hari.
Menunjukan sedikit atau bahkan tidak menunjukkan
pemahaman tentang perilaku etika atau standar moral; sering
Perkembangan Emosi Sosial AUD
25
berbohong, curang, atau mengambil barang kepunyaan orang
lain.
Tahu kapan dia berlaku buruk, menghargai baik dan buruk
berdasarkan sekolah dan aturan dan ekspektasi keluarga.
Bisa menjadi makin takut terhadap petir, gelap, suara aneh,
anjing, dan hewan lain (Weems & Costa, 2005).
1. Permainan dan Aktifitas Sosial
Di bawah ini didiskripkan secara khusus kemampuan emosi
sosial anak usia 6 tahun saat bermain dan dalam aktivitas
sosial menurut temuan Allen & Marotz (2010) antara lain
sebagai berikut:
Memiliki rasa diri yang kuat, terbukti dalam hal preferensi
dan ketidaksukaan; tidak berkompromi tentang apa yang
dibutuhkan dan diinginkan. (Seringnya tidak bertepatan
dengan rancangan dan keinginan orang dewasa.)
Posesif terhadap mainan dan buku, orang tua, teman tapi
dapat berbagi dalam waktu tertentu.
Membangun hubungan dekat dan bersahabat dengan satu
atau dua anak (biasanya sedikit lebih tua); bermain yang
bersama dengan goal yang spesifik.
Menjadi tidak toleran saat diberitahu apa yang
seharusnya dilakukan, sesekali dibalas dengan amukan.
Mencari perhatian, pujian, dan ketenangan yang diberikan
oleh guru; memandang guru sebagai sumber pokok
“kebenaran”.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
26
E. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selain membahas mengenai kondisi emosi sosial anak, tulisan ini
juga membahas perkembangan psikososial dari Erik H. Erikson,
yang dipengaruhi oleh psiko analisa Freud. Hal yang berbeda
dengan Freud bahwa Erikson tidak mendasarkan teori
perkembangannya pada libido, melainkan pada pengaruh sosial-
budaya di lingkungan individu. Namun demikian, Erikson masih
memakai konsep naluri Freud yang dibentangkannya pada dua
titik ekstrem (positif-negatif) sebagai suatu konflik yang diungkap
dengan kata ”venus” yang bukan berarti ”lawan”. Konflik ini
menimbulkan suatu krisis. Terselesaikannya krisis itu, akan
mempengaruhi perkembangan individu. Bagi Erikson, krisis bukan
merupakan malapetaka, tapi suatu titik tolak perkembangan
psikososial.
Teori perkembangan psikososial Erikson dibagi menjadi delapan
tahap (Soesilo, 2014), tetapi di bawah ini disajikan 4 tahap
psikososial terkait dengan usia perkembangan anak usia dini:
1. basic trust vs basic mistrust (0-1 tahun)
Kebutuhan akan rasa aman dan ketidak berdayaannya
menyebabkan konflik yang dialami oleh anak dalam tahap ini
adalah Basic Trust vs Basic Mistrust. Bila rasa aman dipenuhi,
maka anak akan mengembangkan dasar-dasar kepercayaan
pada lingkungan. Sebaliknya, bila anak selalu terganggu, tidak
pernah merasakan kasih saying dan rasa aman, anak akan
mengembangkan perasaan tidak percaya pada lingkungan. Ibu
memainkan peranan penting.
2. Autonomy vs Shame and Doubt (2-3 tahun)
Organ-organ tubuh sudah lebih masak dan terkoordinasi. Anak
dapat melakukan aktivitas secara meluas dan bervariasi oleh
karena itu konflik yang dihadapi anak dalam tahap ini adalah
perasaan mandiri vs perasaan malu dan ragu-ragu. Pengakuan,
pujian, perhatian serta dorongan akan menimbulkan perasaan
Perkembangan Emosi Sosial AUD
27
percaya diri, memperkuat egonya. Bila sebaliknya yang terjadi,
maka akan berkembang perasaan ragu-ragu. Kedua orangtuan
merupakan objek sosial terdekat bagi anak.
3. Initiative vs Guilt (3-6 tahun)
Bila pada tahap sebelumnya anak mengembangkan perasaan
percaya diri dan mandiri, maka ia akan berani mengambil
inisiatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu
atas kehendak sendiri. Tetapi bila pada tahap sebelumnya ia
mengembangkan perasaan ragu-ragu, maka ia akan selalu
merasa bersalah. Ia tidak berani melakukan segala sesuatu atas
kehendak sendiri.
4. Industry vs Inferiority (6-11 tahun)
Anak sudah mulai mampu meakukan pemikiran logis dan anak
sudah bersekolah. Oleh karena itu tuntutan dari dalam dirinya
sendiri maupun dari luar sudah semakin luas. Konflik yang
dihadapi pada tahap ini adalah perasaan rendah diri. Bila
kemampuan untuk menghadapi tuntutan lingkungan dihargai
(misalnya di sekolah), maka akan berkembang rasa bergairah
untuk terus lebih produktif, jika sebaliknya yang dialami anak,
maka timbul perasaan rendah diri.
Selain informasi emosi sosial maupun psikososial anak usia dini seperti
yang sudah dijelaskan di bagian depan, orangtua, guru maupun calon
guru PAUD perlu memahami kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
Anak Usia Dini, yang terkait dengan perilaku emosi sosial. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 146 Tahun 2014 secara umum kompetensi dasar anak usia dini
adalah sbb:
1. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1)
2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat kepada aturan
sehari-hari untuk melatih kedisiplinan. (2.6)
3. Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian (2.8)
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
28
4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggung jawab
(2.12)
5. Mengetahui cara hidup sehat (3.4)
6. Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri (3.14)
Sedangkan aspek-aspek perkembangan sosialisasi dan kemandirian
anak usia 48-60 bulan, dari buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2010) adalah: 1. Anak makan sendiri,
2. Anak dapat membereskan mainan setelah bermain, 3. Berpisah
dengan orangtua/ pengasuh, 4. Bersosialisasi dan beriteraksi dengan
lingkunganya, dan sebagainya. Apa yang perlu dilakukan orangtua
terhadap anak jika melihat aspek perkembangan sosialisasi dan
kemandirian anak hingga usia 5 tahun tersebut?
Tidak sedikit orangtua yang ‟over protektif‟ saat anak makan karena
takut anak tersedak, takut pakaian anak menjadi kotor akibat
ketumpahan makanan, atau takut lantai rumah yang kotor.
Sebenarnya masalah kotor, baik yang terjadi pada pakaian maupun
lantai, dapat diatasi oleh para orangtua. Namun, jika orangtua masih
berupaya untuk menyuapi anak saat makan akibat rasa takutnya di
atas maka hal ini menciptakan rasa ketergantungan anak terhadap
orangtua, serta ketidakpercayaan anak terhadap kemampuannya
sendiri.
Berkenaan dengan perkembangan sosialisasi dan kemandirian anak
usia 5 tahun di atas, maka orangtua perlu membiasakan anak untuk
mampu makan sendiri. Oleh karena itu, anak perlu diajarkan tentang
bagaimana memegang sendok dan memasukkan makanan ke dalam
mulutnya. Jika anak dibiasakan makan sendiri, maka akan mendukung
pada berkembangnya rasa percaya diri anak dalam melakukan
apapun.
Dalam hal kerapian, anak perlu dibiasakan untuk selalu memberesi
tempat mainnya setelah bermain. Bahkan, perlu diajarkan untuk
mampu memberesi tempat tidurnya setelah tidur, menempatkan
Perkembangan Emosi Sosial AUD
29
pakaian atau sepatunya pada tempatnya. Dengan demikian,
pembiasaan-pembiasaan seperti di atas sudah memupuk anak untuk
melakukan tanggung jawab pada tugas-tugas dimana dia berada.
Selain itu, melalui pembiasaan tersebut mengakibatkan anak memiliki
kebiasaan untuk mampu hidup sehat.
Kemandirian juga akan dimiliki anak, jika anak dibiasakan untuk
berpisah dengan orangtua. Misalnya, saat sekolah, anak hanya
diantar sampai gerbang sekolah, tidak perlu dinanti sampai pulang
sekolah. Namun, kenyataannya tidak sedikit orangtua yang menunggu
sampai anak pulang sekolah. Hal ini dapat menghambat rasa
kemandirian anak karena mengakibatkan anak hanya merasa
nyaman jika berada di dekat orangtua. Padahal selama di sekolah,
gurulah merupakan sosok orangtua yang menggantikan peranan
orangtua.
Selain hal-hal di atas, anak juga perlu dibiasakan untuk berinteraksi
dengan siapapun, khususnya pada anak-anak lain seusianya. Hal ini
akan memupuk anak untuk mampu mengembangkan kemampuan
sosialnya sehingga pada saat dewasa kelak si anak akan terampil
dalam bersosialisasi.
Strategi Pengembangan Emosi Sosial dan Moral AUD
30
Sumber: Acepdani budaya-indonesia.org