bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah (hurlock
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang
indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas
pernikahan (Hurlock, 1980). Setiap pasangan suami istri mengharapkan kehadiran
seorang anak sebagai pelengkap rumah tangganya, karena merawat, mengasuh dan
membesarkan anak serta memperhatikan tumbuh kembang anak menjadi dambaan
setiap pasangan suami istri. Ketika anak masih berada dalam kandungan, orang tua
sudah memiliki banyak harapan untuk anaknya kelak. Melahirkan anak yang sehat
dan terus menerus menjamin kesehatan serta kebahagiaan anaknya tentu menjadi
salah satu harapan bagi setiap orang tua. Akan tetapi perjalanan hidup seseorang
tidaklah selamanya berjalan dengan baik. Tidak semua harapan dari setiap orang tua
mengenai anaknya terwujud. Orang tua seringkali dihadapkan pada berbagai macam
persoalan dan kesulitan dalam kehidupannya yang membuatnya merasa tertekan, sulit
untuk menerima kenyataan dan merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri.
Terdapat beberapa orang tua yang harus dihadapkan pada keadaan tersebut sehingga
memunculkan pemikiran bahwa dirinya tidak seberuntung orang tua yang lain.
Diantaranya adalah orang tua yang harus dihadapkan pada kesulitan ketika anaknya
menderita suatu penyakit khususnya penyakit gagal ginjal.
repository.unisba.ac.id
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Gagal
ginjal merupakan salah satu penyakit terminal dan apabila tidak mendapatkan terapi
yang tepat dan sesuai maka akan menyebabkan suatu keadaan yang disebut uremical
statel syndrome uremic yang berujung pada kematian. Populasi penyakit gagal ginjal
di Indonesia dari tahun ke tahun kian meningkat. Berdasarkan data yang dirilis dari
PT. Askes pada tahun 2010 jumlah pasien gagal ginjal ialah 17.507 orang. Kemudian
pada tahun 2011-2012 terjadi peningkatan yakni 24.141 pasien. Menurut Situmorang
(2003), penyakit gagal ginjal terutama gagal ginjal kronis (GGK) merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas dibanyak negara termasuk di Indonesia.
(http://lifestyle.okezone.com/read/2013/06/28/482/829210/populasi-penderita-gagal-
ginjal-terus-meningkat-di-2013)
Berada pada kenyataan bahwa anaknya menderita penyakit tersebut seringkali
menjadi keadaan yang dapat menimbulkan kondisi stress pada orang tua khususnya
bagi ibu, karena sebagai orang tua ibu adalah care giver bagi anak-anaknya..
Berbagai macam reaksipun diperlihatkan oleh ibu. Ketika menghadapi stressor yang
signifikan, setiap orang akan melalui proses tertentu yang memungkinkan mereka
untuk bertahan atau beradaptasi. Dalam hal ini, ibu yang harus dihadapkan pada
kenyataan bahwa anaknya menderita penyakit gagal ginjal, tentu mengalami banyak
proses dalam perjalanannya untuk menyembuhkan anaknya. Selain harus terus
memberikan dukungan pada sang anak, ibu juga harus memikirkan hal apa yang
repository.unisba.ac.id
harus ditempuh guna menyembuhkan anaknya, karena penyakit gagal ginjal
merupakan penyakit yang bukan hanya memerlukan usaha yang keras untuk
penyembuhannya tetapi juga memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam proses
penyembuhannya. Salah satu usaha yang perlu dilakukan adalah membawa anaknya
untuk menjalani terapi Hemodialisis.
Hemodialisis atau cuci darah adalah sebuah prosedur medis yang
menggunakan mesin khusus (mesin dialisis) untuk menyaring produk limbah dari
darah dan mengembalikan kandungan normal darah. Frekuensi tindakan Hemodialisis
bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata pasien gagal
ginjal menjalani Hemodialisis 2-3 kali dalam seminggu sedangkan lama pelaksanaan
Hemodialisis paling sedikit empat sampai lima jam. Pasien yang telah menjalani
hemodialisis akan terus menerus melakukan Hemodialisis secara rutin untuk
menyambung hidupnya. Menjalani Hemodialisis bukanlah perkara yang mudah.
Selain membutuhkan waktu yang rutin dan biaya yang tidak murah, hemodialisis juga
cukup memberikan rasa sakit pada saat dijalani pasien. Akan tetapi dengan menjalani
hemodialisis ini berpengaruh besar terhadap kesehatan pasien, memang tidak
bertujuan untuk menghilangkan sakit gagal ginjal secara langsung. Namun demi
kelangsungan hidup pasien, karena tidak menjalani hemodialisis akan berdampak
buruk bagi kelangsungan hidup pasien.
(http://kamuskesehatan.com/arti/hemodialisis/)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan merupakan satu-satunya
Rumah Sakit yang terletak di Kabupaten Baleendah, Bandung. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari pihak Rumah Sakit, di Rumah Sakit tersebut terdapat sekitar 30-
repository.unisba.ac.id
40 pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Usia pasien yang mengikuti terapi
bervariasi, termasuk didalamnya terdapat pasien remaja dan dewasa awal dengan
rentang usia 17-23 tahun. Terapi Hemodialisis berlangsung setiap hari senin-sabtu
yang dimulai pukul 07.00-15.00, setiap harinya terapi ini dibagi menjadi 2 sesi
sehingga terdapat sejumlah pasien yang menjalani terapi pada pagi hari dan sejumlah
pasien yang menjalani terapi pada siang hari. Setiap satu sesi diikuti sekitar 11
pasien, setiap pasien memperoleh jadwal rutin 2 kali dalam seminggu yakni Senin-
Rabu, Selasa-Jumat atau Rabu-Sabtu.
Peneliti melakukan observasi suasana tempat berlangsungnya terapi
Hemodialisis. Terapi tersebut dilaksanakan disebuah ruangan khusus dimana hanya
keluarga yang boleh masuk dan menemani pasien. Didalam ruangan terdapat 11
tempat tidur yang masing-masing disebelahnya diletakkan peralatan yang digunakan
untuk Hemodialisis. Diluar ruangan terdapat tempat menunggu para keluarga yang
tidak ikut masuk kedalam menemani pasien menjalani terapi. Ibu dari pasien
beberapa kali keluar ruangan untuk menunggu di tempat tersebut sambil mengobrol
dengan orang tua atau keluarga dari pasien lain. Terkadang para ibu yang sedang
menunggu anaknya juga saling berbagi mengenai kondisi anaknya masing-masing
dan membicarakan mengenai penyakit yang diderita oleh anak mereka. Para ibu juga
membicarakan hal-hal lain seputar dirinya dan keluarga sambil sesekali terlihat
tertawa bersama orang tua lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang ibu pasien yang menemani
anaknya terapi, ibu mengatakan bahwa saat menjalani hemodialisis anaknya
cenderung merasa bosan dikarenakan waktu yang cukup lama. Terkadang ibu
repository.unisba.ac.id
mengajak anaknya mengobrol bersama karena ibu merasa kasihan pada anak, dengan
mengajak anak mengobrol ibu berharap dapat mengalihkan perhatian anaknya dari
kebosanan saat menjalani terapi. Ibu juga menceritakan jika anaknya merasakan sakit
serta pegal ketika harus menjalani Hemodialisis. Sejumlah anak cenderung memiliki
emosi yang labil, mudah tersinggung, mudah marah dan kurang kooperatif, Sehingga
ibu menjadi sedih dan kadang merasa marah, jenuh, kesal serta kurang sabar dalam
menghadapi anaknya. Ketika anaknya mengeluh, sebagian besar ibu akan
menenangkan anaknya dengan memberikan nasihat agar anaknya bersabar. Akan
tetapi terdapat juga anak yang sudah menerima kondisi sakitnya dan pasrah dengan
program pengobatan yang dijalani. sehingga membuat ibu merasa kasihan pada
anaknya dan terkadang kecewa pada diri sendiri karena menganggap penyakit
tersebut adalah kegagalannya dalam mengurus anaknya. Tak jarang pula ibu merasa
lelah dan ngantuk saat menunggu anaknya. Namun ketika merasa lelah, ibu akan
memilih untuk keluar ruangan dan berbincang-bincang dengan orang tua lain. Ibu
tidak ingin menunjukkan rasa lelahnya didepan anaknya karena takut hal tersebut
akan membuat anak merasa bersalah, tidak nyaman ataupun merasa bosan. Ibu tetap
ingin terlihat bersemangat agar dapat menularkan semangat tersebut pada anaknya.
Sebagian besar ibu beranggapan bahwa penyakit yang menimpa anaknya
adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan oleh Allah SWT sehingga ibu selalu
mengingatkan anaknya untuk terus berdoa dan tetap berprasangka baik dengan Allah.
Meskipun terkadang merasa sangat sedih, namun ibu menyadari bahwa memberikan
dukungan serta menyemangati anak adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Ibu tetap berusaha bersikap ramah pada anak seperti dengan membujuk,
repository.unisba.ac.id
menenangkan anak, mengantarkan dan menemani anak dalam mengikuti terapi
hemodialisis serta berusaha semaksimal mungkin untuk membiayai terapi meskipun
setiap pelaksanaannya memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan tidak semua
ibu memiliki penghasilan yang tinggi ataupun berasal dari kalangan kelas ekonomi
atas. sehingga sebagian besar ibu menggunakan jasa BPJS/Jamkesmas dan terdapat
pula beberapa ibu yang mencari pinjaman dana dari saudara yang lain serta memilih
mengesampingkan keperluan lain untuk menyisihkan penghasilannya sebagai biaya
pengobatan.
Salah satu ibu pasien yang berprofesi sebagai pekerja di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) menceritakan jika ia adalah orang tua tunggal dari pasien.
Suaminya meninggal saat anaknya masih kecil, ibu tersebut memiliki tiga orang anak
dan dalam satu tahun terakhir anak keduanya yang berusia 20 tahun terkena penyakit
gagal ginjal. Bermula dari anaknya yang mengeluh jika kakinya membengkak
kemudian anaknya dibawa ke puskesmas dekat rumah di Kab Ciparay. Setelah
diperiksa di puskesmas mereka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke RSUD
Al Ihsan. Dari sanalah akhirnya ibu mengetahui jika anaknya terkena penyakit gagal
ginjal dan harus segera melakukan terapi Hemodialisis. Saat mengetahui anaknya
menderita penyakit tersebut, ibu merasa terkejut dan segera meminta penjelasan lebih
lanjut kepada dokter mengenai penyakit tersebut, termasuk mengenai biaya
pengobatannya. Awalnya ibu kebingungan bagaimana cara mengupayakan
kesembuhan bagi anaknya, terlebih lagi ia adalah orang tua tunggal. Selain itu dokter
menjelaskan jika anaknya harus rutin mengikuti terapi Hemodialisis dan
menyarankan untuk menggunakan jasa BPJS atau Jamkesmas sehingga dapat
repository.unisba.ac.id
membantu meringankan biaya pengobatan. Ibu merasa cukup tenang ketika
mengetahui jika ia dapat sedikit terbantu dalam permasalahan biaya, namun
dikarenakan ibu terkadang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, sehingga ibu
mengalami hambatan dalam menemani anaknya mengikuti Hemodialisis, tak jarang
ibu meminta anak bungsunya yang berusia 18 tahun untuk mengantarkan dan
menemani kakaknya mengikuti terapi Hemodialisis. Sang ibu mengaku saat
mengetahui anaknya menderita penyakit tersebut, meskipun merasa terkejut namun
ibu menyadari bahwa itu adalah ujian dan ia berserta anaknya akan mampu
melewatinya. Ibu tetap bersabar dan ketika dirumah ibu selalu mengingatkan anaknya
untuk tetap bersemangat, karena sebelum menderita penyakit tersebut anaknya sudah
menikah sebanyak 3 kali dan saat ini telah berpisah dengan suaminya. Oleh karena itu
ibu menjadi bertanggung jawab untuk memberikan pengasuhan dan perawatan
kepada anaknya, sekaligus mengambil peran untuk menjaga kondisi psikologis anak
agar tidak merasa semakin putus asa dalam menghadapi penyakitnya.
Dikarenakan penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyakit kronis,
sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban untuk memberikan perawatan kepada
anak. Selain perawatan yang bersifat fisik seperti mengikuti terapi hemodialisis, ibu
juga memikul tugas untuk membantu sang anak terhindar dari berbagai problem
psikologis yang dapat menghambat pencapaian perkembangan yang optimal.
Perawatan fisik seperti terapi Hemodialisis harus dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan karena penyakit gagal ginjal yang diderita anak berlaku seumur
hidup sehingga akan memiliki resiko kematian jika tidak dilakukan. Bagi ibu yang
berasal dari kalangan ekonomi kelas bawah dengan penghasilan yang tidak besar,
repository.unisba.ac.id
tentu akan menjadi stressor yang berat ketika harus secara rutin mengikutkan anaknya
menjalani terapi Hemodialisis. Meskipun di RSUD Al Ihsan disediakan jasa
BPJS/Jamkesmas, namun sebagian biaya seperti biaya obat yang wajib dikonsumsi
pasien masih harus ditanggung sendiri oleh pihak orang tua. Terlebih lagi menurut
beberapa ibu mereka awalnya tidak tahu mengenai jasa BPJS/Jamkesmas di RS
terssebut, sehingga di awal anaknya menjadi pasien HD seluruh biaya ditanggung
sendiri olehnya. Ibu mulai mengetahui jasa BPJS/Jamkesmas ketika sudah saling
kenal dan mengobrol bersama dengan orang tua pasien HD lainnya. Selain itu bagi
ibu yang bertempat tinggal jauh seperti yang diungkapkan oleh salah satu ibu yang
tinggal di kab. Soreang, mereka cukup kesulitan membawa anaknya terapi di Rumah
Sakit karena kendaraan yang di miliki adalah kendaraan roda dua. Sedangkan setelah
dilakukannya terapi hemodialisis tensi darah anak akan menurun diikuti dengan
badan anak yang menjadi lemas, kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran dalam
diri ibu sehingga beberapa ibu terpaksa membawa anaknya menggunakan angkutan
umum. Selain permasalahan tersebut, ketika menjalankan perannya tak jarang ibu
juga merasakan kesedihan dan suasana hati yang tidak baik. Namun hal tersebut harus
dapat disembunyikan dari anak agar tidak berpengaruh pada kondisi psikologis anak.
Ibu juga harus terlihat selalu tangguh, hebat dan bersemangat didepan anaknya agar
semangat tersebut juga dapat dicontoh oleh anak.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, ketika memiliki anak
yang menderita penyakit gagal ginjal dan harus rutin menjalani terapi hemodialisis,
begitu banyak suka duka yang dialami oleh ibu dalam proses memperpanjang usia
anaknya. Saat dihadapkan pada hambatan ataupun kesulitan seperti menyemangati
repository.unisba.ac.id
anak, memahami kondisi dan mengumpulkan dana untuk biaya pengobatan anak,
kebanyakan ibu menyadari bahwa terdapat juga orang tua lain yang bernasib sama
dengannya atau mungkin bernasib kurang beruntung dari dirinya. Sehingga ibu
berusaha untuk menerima kondisi anaknya dan tidak menyalahkan diri sendiri
ataupun anak melainkan lebih memfokuskan pada upaya penyembuhan anaknya. Hal-
hal yang ditunjukkan oleh ibu tersebut mencerminkan Self Compassion. Menurut
Kristen Neff (2003), Self Compassion adalah memberikan pemahaman dan kebaikan
kepada diri sendiri ketika mengalami kegagalan ataupun membuat kesalahan, namun
tidak menghakimi dengan keras dan tidak mengkritik diri sendiri dengan berlebihan
atas ketidaksempurnaan, kelemahan dan kegagalan yang dialami diri sendiri. Sebagai
ibu yang memiliki anak yang menderita penyakit kronis, menjalankan peran sebagai
care giver tidaklah mudah. Diperlukan self compassion yang baik dalam diri ibu
karena Self Compassion dibutuhkan agar mereka dapat memberikan kepedulian dan
perhatian kepada anaknya. self compassion juga membantu menyeimbangkan emosi
dan pikiran, sehingga melindungi ibu dari rasa lelah dan untuk meningkatkan
perannya sebagai care giver.
Berkaitan mengenai Self Compassion, terdapat beberapa hasil penelitian yang
dilakukan oleh Neff dkk, pada tahun 2005 di Austin. Penelitian tersebut dilakukan
pada orang tua yang memiliki anak Alzhaimer serta ibu yang memiliki anak autis.
Hasil penelitian menunjukkan Self Compassion membantu mengatasi segala pikiran
negatif dan menyeimbangkan emosi ketika dihadapkan pada suatu kesulitan, sehingga
Self Compassion dapat melindungi peran sebagai care giver dari rasa lelah dan untuk
meningkatkan kepuasannya sebagai care giver. Self Compassion juga dapat
repository.unisba.ac.id
membantu orang tua untuk memaafkan dirinya sendiri dan menyadarkan para orang
tua dalam menjalankan perannya sebagai care giver serta membuat diri merasa
nyaman ditengah kesulitan dalam menjalankan perannya.
Penelitian tersebut dilakukan pada ibu dari anak yang sakit, meskipun
penyakit yang diderita oleh anak alzhaimer dan autis berlaku seumur hidup, namun
jika tidak dilakukan upaya penyembuhan maka tidak akan beresiko kematian pada
anak. Berbeda dengan ibu dari anak yang menderita penyakit kronis seperti gagal
ginjal. Penyakit tersebut jika tidak dilakukan upaya penyembuhannya, maka akan
berakibat buruk pada kelangsungan hidup anak bahkan dapat beresiko kematian. Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui gambaran Self Compassion pada ibu yang
menjalankan perannya sebagai care giver bagi anaknya yang terkena penyakit gagal
ginjal dan harus rutin menjalani Hemodialisis.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi Self Compassion seseorang
salah satunya adalah faktor kepribadian. Sebelumnya ditemukan penelitian mengenai
The Big Five Personality, merupakan dimensi dari kepribadian (personality) yang
dipakai untuk menggambarkan kepribadian individu. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan oleh NEO-FFI, ditemukan bahwa self-compassion memiliki hubungan
dengan dimensi neuroticism, agreebleness, extroversion, dan conscientiousness dari
the big five personality. Sebagai contoh seseorang yang memiliki skor agreeableness
yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu,
memaafkan dan penyayang. Korelasi dengan self compassion terjadi karena sifat
baik, keterhubungan dan keseimbangan secara emosional milik self compassion
terasosiasi dengan kecerdasan untuk menjadi akrab dengan orang lain. Sedangkan
repository.unisba.ac.id
seseorang dengan kepribadian conscientiousness, dideskripsikan sebagai orang yang
memiliki kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda
kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir dan
memprioritaskan tugas (McCrae & Allik, 2002).
Selain faktor kepribadian terdapat pula beberapa faktor lain yang
mempengaruhi self compassion diantaranya kondisi keluarga dan usia. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini diperoleh data penunjang atau data sekunder lain yakni data
demografi dari ibu pasien. Data tersebut berguna untuk mempermudah peneliti dalam
membahas lebih dalam mengenai self compassion pada ibu pasien. Sebagai contoh,
persepsi ibu terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh bagaimana latar belakang
pendidikan ibu, serta perlakuan ibu tentu saja akan berdampak bagi kesehatan anak
sehingga perlakuan yang ditunjukkan ibu saat menjalankan perannya sebagai care
giver dipengaruhi pula oleh faktor kondisi ibu seperti usia dan pekerjaan ibu sehari-
hari.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melihat bagaimana gambaran Self Compassion pada ibu dari anak yang
menjadi pasien gagal ginjal di RSUD Al Ihsan. Melalui teori Self Compassion dari
Kristen Neff (2003), diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai Self
Compassion pada ibu, dengan judul penelitian ”Studi Deskriptif Self Compassion
Pada Ibu Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis”
1.2 Identifikasi Masalah
Pada dasarnya manusia menginginkan kebahagiaan dan tidak menginginkan
penderitaan (suffering). Adanya suffering dapat menimbulkan perasaan sedih,
repository.unisba.ac.id
frustasi, stress berat, paranoid, hysteria, depresi, kesedihan berkepanjangan, terisolasi
dari lingkungan dan akibat fatal lainnya (Morland, 1994:40). Mengetahui anaknya
terkena suatu penyakit dan harus menjalani terapi berkepanjangan guna
mempertahankan hidup adalah suffering bagi setiap orang tua khususnya bagi ibu.
Salah satunya adalah ibu yang anaknya menjadi pasien gagal ginjal dan harus
menjalani terapi hemodialisis. Setiap ibu menunjukkan reaksi yang bervariasi atas
kenyataan yang dihadapinya. Terdapat ibu yang realistis, mengasihani diri sendiri dan
merasa bersalah dengan keadaan anak mereka. Ketika berada di keadaan sulit
tersebut, dalam menjalankan perannya ibu memerlukan keyakinan diri bahwa mereka
mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ibu juga memerlukan daya tahan yang
kuat untuk berhasil melewati suffering kemudian beradaptasi secara lebih baik dan
menghadapi kehidupan selanjutnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh ibu adalah membawa anaknya
untuk menjalani terapi pengganti ginjal yakni Hemodialisis. Dalam proses terapi,
berbagai macam kesulitan dihadapi oleh Ibu. Misalnya tak jarang anak yang enggan
untuk menjalani terapi secara rutin. Hal ini dikarenakan proses hemodialisis
membutuhkan waktu yang lama dan anak cenderung cepat bosan dengan terapi
tersebut. Setidaknya anak memerlukan waktu hingga 4 jam untuk sekali mengikuti
sesi terapi. Selain itu, anak sering mengeluh pada Ibu jika terapi tersebut membuat
tubuh anak terasa pegal dan sakit. Disanalah peran ibu sebagai orang tua sekaligus
sebagai Care Giver bagi anaknya menjadi sulit, karena ibu harus terus menunjukkan
kasih sayangnya dengan membujuk, menenangkan, menyemangati dan menemani
anak meskipun terkadang ibu merasa sangat sedih dan merasa mengapa hal tersebut
repository.unisba.ac.id
harus menimpa anaknya, tak jarang ibu menjadi beranggapan bahwa itu adalah
kegagalan dirinya dalam merawat anaknya. Munculnya pikiran negatif tersebut
membuat ibu terkadang menyalahkan dirinya sendiri.
Menjalani peran sebagai seorang ibu tatkala anak terkena penyakit yang
mengancam keberlangsungan hidup anaknya memang dirasakan berat. Selain
merasakan kesedihan yang berkepanjangan ketika melihat kondisi anak, ibu juga
harus terus berusaha mengoptimalkan upayanya untuk kesembuhan anak. Dalam
proses menyembuhkan anaknya tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan, untuk
sekali mengikuti terapi hemodialisis saja diperlukan biaya sekitar 150.000-300.000,
sedangkan terapi hemodiliasis harus rutin dilakukan 2x seminggu. Tidak semua ibu
memiliki suami dengan penghasilan yang tinggi, sehingga mereka harus terus
memutar otak untuk bisa mengumpulkan biaya pengobatan anaknya. Berbagai usaha
ditempuh demi mengumpulkan biaya pengobatan anaknya, tak jarang ibu merasa
lelah dan menemukan hambatan-hambatan lainnya. Misalnya memikirkan bagaimana
membagi penghasilan suaminya untuk keperluan rumah tangga dan untuk biaya
pengobatan anak. Ibu juga harus mengurus suami dan anak-anaknya yang lain serta
melakukan kegiatan rumah seperti memasak, mencuci dsb hingga tak jarang membuat
ibu merasa lelah baik secara fisiki maupun kondisi psikisnya. Namun ibu kembali
menyadari bahwa penyakit anaknya adalah salah satu ujian yang diberikan oleh Allah
SWT dan sudah menjadi tanggung jawabnya untuk terus menerus menjamin
kesehatan anaknya. Sehingga ibu mampu melewati kondisi yang dihadapinya dan
meningkatkan kebaikan serta pemahaman kepada diri dalam menjalankan perannya
sebagai orang tua tanpa terus merasa kecewa ataupun menghakimi diri sendiri.
repository.unisba.ac.id
Berbagai reaksi yang dimunculkan oleh ibu tersebut menunjukkan self
compassion. self compassion menjadi masalah yang akan disorot lebih mendalam
dalam penelitian ini. Menurut Kristen Neff (2003), Self Compassion adalah
memberikan pemahaman dan kebaikan kepada diri sendiri ketika mengalami
kegagalan ataupun membuat kesalahan, namun tidak menghakimi dengan keras dan
tidak mengkritik diri sendiri dengan berlebihan atas ketidaksempurnaan, kelemahan
dan kegagalan yang dialami diri sendiri. self compassion memiliki 3 komponen yaitu
self kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003). Untuk lebih
memperjelas Penelitian yang akan dilakukan, maka perumusan masalah yang
diangkat pada penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran self compassion pada
Ibu Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD Al Ihsan
Bandung?”
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self
compassion pada ibu pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD
Al Ihsan Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara empiris
mengenai gambaran self compassion pada ibu pasien gagal ginjal yang menjalani
terapi hemodialisis di RSUD Al Ihsan Bandung.
repository.unisba.ac.id
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
1) Bagi Ibu Pasien (Orang tua)
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi menyeluruh
tentang pentingnya memberikan pemahaman yang baik terhadap diri sendiri dalam
menjalankan peran sebagai orang tua khususnya dari anak yang sedang sakit.
2) Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang positif
serta memperkaya pengetahuan terkait tentang pengasuhan yang juga dapat
berpengaruh bagi kesehatan pasien
3) Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai Self
Compassion bagi peneliti lain yang berminat untuk membahas lebih lanjut mengenai
self compassion pada ibu yang memiliki anak dengan penyakit gagal ginjal maupun
penyakit kronis lainnya.
repository.unisba.ac.id