strategi pengembangan agribisnis anggrek di … · dalam penelitian ini, ahp merupakan suatu metode...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNISANGGREK DI BOGOR
Oleh:IDA WIDYA UTAMI
A14105557
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
IDA WIDYA UTAMI. Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor, di bawah Bimbingan NUNUNG KUSNADI.
Indonesia merupakan negara tropis yang cocok dengan jenis tanaman hortikultura. Anggrek atau keluarga Orchidaceae sebagian besar keragamannya terpusat di kawasan tropis dan subtropis. Anggrek yang terdapat di Indonesia kurang lebih terdapat 5000 jenis anggrek dan diperkirakan kurang lebih ada 15.000 s/d 20.000 spesies anggrek yang terdapat di hutan-hutan. Anggrek merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena bentuk dan warna yang menarik serta bunga potong yang tahan lama. Produksi anggrek di Indonesia khususnya Jawa Barat dan produksi anggrek di Bogor mencapai 2.342.062 tangkai per tahun. Angka tersebut merupakan angka produksi tertinggi bila dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Dapat dilihat dari tingginya tingkat produksi anggrek ditunjang dengan luas panen yang tinggi yaitu sekitar 150.554 m2.
Bogor merupakan kota yang cocok untuk bisnis peranggrekan, seharusnya Bogor lebih berkembang karena memiliki pusat koleksi dan konservasi Kebun Raya Bogor dan banyaknya lembaga-lembaga riset pendukung agribisnis anggrek, seperti : Institut Pertanian Bogor, Balai Penelitian Tanaman Hias, Dinas Pertanian Agribisnis, Bioteknologi dan Pemda Bogor yang mendukung jalannya produksi anggrek di Bogor. Banyaknya sarana pendukung untuk mengembangkan bisnis anggrek di Bogor, dengan melihat perkembangan pasar dan permintaan anggrek yang cenderung meningkat setiap tahunnya, seharusnya lebih berkembang tetapi dapat dilihat pada fenomena di pasar tanaman hias di Bogor, jenis anggrek yang banyak diminati oleh konsumen adalah anggrek produk impor. Anggrek impor lebih menarik karena memiliki tekstur yang bagus dan ketebalan akan bunga juga tahan terhadap serangan hama penyakit. Kondisi ini menunjukan bahwa potensi anggrek lokal di Bogor belum dimanfaatkan secara optimal. Maka dalam penelitian ini ingin mengetahui mengapa anggrek lokal di Bogor tidak berkembang dan bagaimana peranan lembaga-lembaga penunjang agribisnis anggrek di Bogor.
Tujuan penelitian yaitu Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pengembangan anggrek di Bogor. Menganalisis faktor-faktor penentu pengembangan agribisnis anggrek dan merumuskan strategi pengembangan agribisnis anggrek yang tepat, untuk diaplikasikan berdasarkan kondisi di Bogor.
Penelitian dilakukan di Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan banyaknya potensi dan sarana pendukung yang dimiliki kota Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan wawancara langsung dengan penganggrek di Bogor dan data sekunder didapatkan dari literatur, referensi dan data-data yang mendukung peranggrekan di bogor. Pengisian kuisioner dilakukan oleh empat orang yaitu pemulia dan pembudidaya anggrek, Bioteknologi dan PAI. Sumber data/informasi utama dari pemulia dan pembudidaya anggrek, dan sumber data/informasi penunjang yaitu dari lembaga riset yaitu Kebun Raya Bogor, IPB,
Balithi, Bioteknologi, Dinas Agribisnis dan Pemda Bogor sedangkan organisasi/perhimpunan yang mendukung yaitu PAI.
Sumber informasi utama sangat membantu dalam penyusunan dan pembahasan dalam AHP dan sumber informasi penunjang sangat memperkuat argumentasi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Data primer dan data sekunder kemudian dianalisis secara kuantatif dan kualitatif. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan penjelasan secara deskriptif.
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan alat yang digunakan dalam penelitian ini, AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan berdasarkan penilaian dan pertimbangan yang logis dan sistematis. Dengan melihat faktor-faktor yang berkaiatan erat dengan strategi pengembangan agribisnis anggrek, maka di adakan penelitian ke beberapa orang yang ahli dalam bidang peranggrekan, yang kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis tersebut. Didapatkan hasil bahwa untuk meningkatkan pengembangan agribisnis anggrek di Bogor maka harus ditingkatkan dari segi pemasaran. Bila dilihat dari segi kepentingan dan hasil penelitian, dibandingkan dengan peningkatan dari segi input, proses, output dan pemasaran mempunyai peringkat pertama tingkat kepentingannya dengan bobot 0,340 dan rasio inkonsistensinya 0,05, ini menunjukan bahwa strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor bagus dan konsisten dalam pengisian kuisioner.
Berdasarkan hasil analisis AHP maka strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor dari segi pemasaran yaitu kegiatan promosi dan kerjasama dengan lembaga pemasaran lainnya. Saat ini banyak tersedia media-media publikasi dengan jangkauan pasar yang luas, diantaranya melalui internet. Banyak forum-forum mailing list yang mengangkat topik pertanian, tanaman hias, bahkan spesifik ke anggrek. Media ini dipandang sebagai langkah positif dalam pemasaran langsung pada konsumen akhir, bahkan tidak jarang akan bertemu dengan para distributor atau perorangan yang siap menjadi penyalur untuk daerahnya. Selain melalui media internet, dapat pula melalui bantuan organisasi yang bergerak dibidang pemasaran anggrek. Organisasi ini tentunya akan memiliki akses yang lebih luas kepada para pedagang anggrek di kota-kota lain.
Alternatif strategi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari komunitas potensial lainnya, yaitu konsumen yang terdiri dari para kolektor, hobiis, penggemar anggrek, dan pedagang anggrek. Kelompok masyarakat ini memegang peranan penting untuk menciptakan suasana dinamis yang mendukung gerakan pemberdayaan komunitas lokal, khususnya dalam pembentukan opini pasar dan selera pasar. Pelestarian berbasis komunitas lokal akan berjalan apabila memberi manfaat yang realistis bagi pelakunya, manfaat tersebut seperti dapat memberikan sumber penghasilan bagi petani atau penganggrek dan pendapatan bagi masyarakat di Bogor.
Menurut Pearce dan Robinson (1997) peningkatan pemasaran dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan pasar (market development) melalui penjualan produk lama di pasar baru, dengan cara membuka pasar geografis baru contohnya ekspansi regional, ekspansi nasional dan ekspansi internasional. Selain itu dapat dilakukan juga dengan cara memikat segmen pasar lain contohnya mengembangkan versi produk untuk memikat segmen lain dengan menambah
koleksi varietas dan warna yang lebih bervariasi, menggunakan saluran distribusi lain dan beriklan di media masa.
Pengembangan pasar dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor yaitu dapat dengan melakukan strategi yang memasarkan produk lama yaitu hanya dengan sedikit modifikasi produk yang ditawarkan kepada pelanggan di wilayah-wilayah yang menjadi daerah pemasaran anggrek, menambah saluran distribusi atau dengan mengubah isi iklan promosi. Kegiatan promosi yang dilakukan dapat berupa pemasangan iklan di media massa, pemasangan baliho dan pameran-pameran. Pengembangan pasar memungkinkan perusahaan mempraktikkan satu bentuk pertumbuhan terkonsentrasi dengan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan baru untuk produk yang sudah ada serta pasar geografis, psikografis, atau grafis baru. Perubahan dapat dilakukan dengan pilihan media iklan, daya pikat promosi dan distribusi digunakan untuk memprakarsai ancangan ini.
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR
Oleh :
IDA WIDYA UTAMIA14105557
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Nama : Ida Widya UtamiNRP : A 14105557Judul : Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di BogorProgram Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MsNIP. 131 415 082
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019
Tanggal lulus ujian :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR”
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI DAN LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI ADALAH BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI KECUALI YANG TERCANTUM SEBAGAI
KUTIPAN DAN BAHAN RUJUKAN.
Bogor, Juni 2008
Ida Widya Utami
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Karawang, pada tanggal 17 Maret 1984.
Penulis merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara dari pasangan Bapak
Jumariyanto dan Ibu Sri Mukti Ningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD tahun 1993 di SDN Gempol Kolot I
dan kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri I Cilamaya dan lulus pada tahun
1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I
Cikampek dan pada tahun 2002 penulis diterima di Program Diploma III Program
Studi Teknisi Medis Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga skripsi dengan judul “Strategi
Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor” dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentisikasi faktor-faktor yang
menentukan pengembangan anggrek di Bogor, menganalisis faktor-faktor penentu
pengembangan agribisnis anggrek dengan menggunakan AHP dan merumuskan
strategi pengembangan agribisnis anggrek yang tepat, untuk diaplikasikan
berdasarkan kondisi di Bogor. Hasil dari penelitian diharapkan berguna untuk
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor.
Bogor, Juni 2008
Ida Widya Utami
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya kepada penulis dalam menyusun penelitian ini. Penulis telah banyak
memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyusun laporan
hasil penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan penelitian ini.
2. Ibu Netty Tinaprila selaku dosen evaluator yang telah memberikan
masukan pada saat kolokium penulis.
3. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji yang telah menguji
penulis pada saat sidang.
4. Ibu Etriya, SP. MM selaku dosen komdik yang telah menguji dan
mengoreksi skripasi penulis pada saat sidang.
5. Zacky Adnani selaku pembahas yang telah memberikan koreksian dan
masukan pada saat seminar penulis.
6. Bapak M.Kosim Kardin yang telah memberikan masukan dalam
pengambilan data di lapangan.
7. Kebun Raya Bogor, Lab.Prof.Watimena-IPB, Bioteknologi, Dinas
Agribisnis, Pemda Bogor, Nursery-nursery di Bogor dan Panitia Pameran
Flora dan Fauna 2008.
8. Kedua orang tua, kakak, ade suhel dan keluarga besar penulis yang
memberikan doa dan dukungannya kepada penulis untuk selalu menjadi
lebih baik.
9. Ridzali Nurdin Saleh yang telah memberikan kasih sayang dan
dukungannya, agar skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
10. Pertanian Karawang tempat penulis bekerja, yang telah memberikan
dukungannya sehingga skripsi dapat terselesaikan.
11. Ridwan, Siti, Sari, Nisa yang telah memberikan dukungan dan bantuannya
dalam proses penulisan skripsi.
12. Nia dan keluarga besar M-24 termakasih atas kebersamaannya.
13. Semua teman-teman penulis yang telah memberikan support baik dalam
kelancaran penelitian ini maupun dalam keseharian penulis.
Penulis
Ida Widya Utami
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..............................................................................................iiiDAFTAR GAMBAR.........................................................................................vDAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vi
I. PENDAHULUAN...................................................................................1
I.1 Latar Belakang.....................................................................................1I.2 Perumusan Masalah.............................................................................4I.3 Tujuan Penelitian.................................................................................5I.4 Kegunaan Penelitian............................................................................5I.5 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
II.1Tinjauan Pustaka Teoritis....................................................................72.1.1 Definisi Anggrek.......................................................................72.1.2 Daya Saing Agribisnis Anggrek................................................92.1.3 Aspek Manajemen.....................................................................112.1.4 Pendukung Bisnis Anggrek di Bogor........................................132.1.5 Kebijakan Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor..........14
II.2Penelitian Terdahulu............................................................................16
III. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................19
III.1Kerangka Pemikiran Teoritis..............................................................19III.1.1 Sistem Agribisnis....................................................................19III.1.2 Manajemen Strategi................................................................24
III.2Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)....................................26III.3Kerangka Operasional.........................................................................27
IV. METODELOGI PENELITIAN............................................................30
IV.1Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................30IV.2Jenis dan Sumber Data........................................................................30IV.3Metode Pengumpulan Data.................................................................31IV.4Metode Pemilihan Responden............................................................31IV.5Metode Pengolahan Data....................................................................32
V. GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR........42
V.1Letak Geografis...................................................................................425.1.1 Potensi Pasar Anggrek...............................................................425.1.2 Jenis Usaha Anggrek di Bogor..................................................475.1.3 Pelaku Bisnis Anggrek di Bogor...............................................49
V.2Sentra Produksi Anggrek.....................................................................50V.3Lembaga Penunjang Agribisnis Anggrek di Bogor.............................52
5.3.1 Kebun Raya Bogor....................................................................525.3.2 Laboratorium Prof.Watimena, Institut Pertanian Bogor (IPB)..545.3.3 Balai penelitian Tanaman Hias (Balithi)...................................565.3.4 Bioteknologi (BB-Biogen) Badan Litbang Pertanian................595.3.5 Pemda Bogor.............................................................................60
VI. IDENTIFIKASI STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR........................................................................62
VI.1Hirarki Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor........................62VI.2Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP)........................................65VI.3Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor……………. .83
VII. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................88DAFTAR PUSTAKA........................................................................................90LAMPIRAN.......................................................................................................93
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Data Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun 2003-2006……………… 2
2. Jenis Bunga Potong dan Penjualan Tahun 2007...........................................3
3. Klasifikasi Ilmiah Anggrek...........................................................................7
4. Dukungan Pemerintah dan Masyarakat...........................................15
5. Nilai skala Banding Berpasangan....................................................36
6. Matriks Pendapat Individu............................................................................37
7. Matriks Pendapat Gabungan.........................................................................37
8. Nilai Indeks Acak..........................................................................................39
9. Data Produksi Tanaman Hias Indonesia.......................................................43
10. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura dari Tahun 2005 sampai
2006...............................................................................................................44
11. Pangsa Pasar Anggrek 2007..........................................................................45
12. Beberapa Nama Nursery di Bogor................................................................46
13. Harga Jenis Anggrek Pada Berbagai Tahap Pertumbuhan...........................48
14. Sentra Produksi Anggrek..............................................................................51
15. Kegiatan Yang Dilakukan di Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor.............53
16. Komoditas Utama Balai penelitian Tanaman Hias.......................................57
17. Program Utama dan Prioritas Penelitian di Balithi.......................................57
18. Penggunaan Lahan di Bogor.........................................................................61
19. Target dan Realisasi Tanam Padi, Palawija dan Sayuran Tahun 2003.........62
20. Susunan Faktor Penentu Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor.......68
21. Luas Panen, dan Produksi Anggrek Menurut Profinsi Tahun 2005..............68
22. Luas Areal Pertumbuhan Anggrek...............................................................69
23. Susunan Prioritas Faktor Penentu Pengembangan Agribisnis Anggrek di
Bogor.............................................................................................................70
24. Koleksi Pembibitan Anggrek 2006...............................................................71
25. Susunan Prioritas Faktor Penyusun Pengembangan Agribisnis Anggrek di
Bogor.............................................................................................................74
26. Susunan Prioritas Sub Faktor Penyusun Pengembangan Agribisnis Anggrek di
Bogor.............................................................................................................76
27. Data Penjualan Anggrek Phalaenopsis Bulan Januari-Juli 2007..................79
28. Susunan Prioritas Strategi Agribisnis Anggrek di Bogor.............................80
29. Perbedaan Budidaya Taiwan dan Indonesia.................................................83
30. Himpunan/Asosiasi Tanaman Hias...............................................................86
31. Pelaku Usaha Aribisnis Tanaman Hias.........................................................86
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya............................................19
2. Sistem Pemasaran..........................................................................................21
3. Konsep Sistem Agribisnis Anggrek..............................................................23
4. Bagan Kerangka Operasional........................................................................29
5. Struktur Hirarki Identifikasi Faktor Penyusun Strategi Pengembangan
Agribisnis Anggrek di Bogor........................................................................35
6. Hirarki Penentuan Tingkat Kepentingan Pengembangan Agribisnis Anggrek
dan Hasil Pengolahan data Melalui Analytical Hierarchy Process (AHP)...66
7. Prospek Arah dan Pengembangan Agribisnis Anggrek................................84
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Kuisioner Penelitian......................................................................................96
2. Keterangan Gambar 6. Hirarki penentuan tingkat kepentingan pengembangan
agribisnis anggrek dan hasil pengolahan data melalui AHP.........................111
3. Definisi Operasional......................................................................................113
4. Sentra Produksi Tanaman Hias.....................................................................114
5. Koleksi Kebun Raya Bogor..........................................................................116
6. Kebijakan Pemerintah...................................................................................120
7. Daftar Pelaku Usaha Agribisnis Tanaman Hias............................................122
8. Foto Pameran Anggrek di Bogor..................................................................123
9. Peta Bogor.....................................................................................................125
10.Daftar Tanaman Anggrek...............................................................................126
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang pertanian diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani. Memperluas lapangan pekerjaan dan
kesempatan usaha. Memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri. Melalui pertanian maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu
meningkatkan kualitas serta menunjang pembangunan wilayah.
Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja yang
cukup besar, sebagai penyedia bahan makanan dan sangat bermanfaat bagi
konsumen sektor lain baik industri maupun jasa. Oleh karena itu arah
pembangunan pertanian di masa mendatang tetap ditekankan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat terutama petani.
Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor
hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,
dan subsektor perikanan. Subsektor hortikultura terdiri dari komoditas buah-
buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan nasional di masa
depan.
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki
kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam
beberapa tahun terakhir kontibusi Produk Domestik Bruto (PDB) tanaman hias
terhadap PDB hortikultura cukup besar dengan menunjukan peningkatan nilai
PDB yang cukup signifikan dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,05 persen per
tahun sepanjang 2003 sampai 20061. Komoditas tanaman hias juga memiliki
prospek yang cukup bagus karena setiap tahunnya rata-rata produksi tanaman hias
menunjukan peningkatan yang signifikan. Data produksi komoditas tanaman
hiasdapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun 2003-2006NO KOMODITAS Produksi (Tangkai)
2003 2004 2005 20061 Anggrek 6.904.109 8.027.720 7.902.403 10.903.4442 Anthurium 1.263.770 1.285.061 2.615.999 2.017.5343 Anyelir 2.391.113 1.566.931 2.216.123 1.781.0464 Gerbera ( Herbras ) 3.071.903 3.411.126 4.065.057 4.874.0985 Gladiol 7.114.382 16.686.134 14.512.619 11.195.4836 Heliconia 681.920 804.580 1.131.568 1.390.1177 Krisan 27.406.464 27.683.449 47.465.794 63.716.2568 Mawar 50.766.656 61.540.963 60.719.517 40.394.0279 Sedap Malam 16.139.563 37.516.879 32.611.284 30.373.679
JUMLAH 115.739.880 158.522.843 173.240.364 166.645.68410 Dracaena 1) 2.553.020 1.082.596 1.131.621 905.03911 Melati 2) 15.740.955 29.313.103 22.552.537 24.795.99612 Palem 3) 668.154 530.325 751.505 986.340
Keterangan : 1) Satuan Produksi dalam Batang 2) Satuan Produksi Dalam Kg 3) Satuan Produksi dalam Pohon
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007
Anggrek termasuk kelompok tanaman hias yang mempunyai kelebihan
dari jenis bunga-bunga lainnya, kelebihannya adalah spektrum yang luas pada
warna, bentuk, ukuran tekstur dan banyaknya variasi. Produksi anggrek di
Indonesia menunjukan angka yang cukup besar, dimana anggrek memberikan
sumbangan produksi terbesar ke enam setelah mawar, krisan, sedap malam, melati
dan gladiol. Sehingga komoditas anggrek dapat memberi prospek pasar yang
cerah di masa mendatang.
Anggrek atau keluarga Orchidaceae, sebagian besar keragamannya berpusat
di kawasan tropis dan subtropis. Anggrek yang terdapat di Indonesia kurang lebih
5000 jenis anggrek. Keanekaragaman sifatnya ditampilkan dalam bentuk 1 Nilai PDB Hortikultura Tahun 2003 - 2006. http://www.deptan.go.id. [12 April 2008].
perawatan, cara tumbuh, bentuk, ukuran dan warna bunga. Phalaenopsis
amabilis atau biasa dikenal dengan anggrek bulan, merupakan simbol dari negara
Indonesia yaitu sebagai Puspa Pesona Bangsa Indonesia. Anggrek dapat menarik
perhatian bukan saja penggemar di Indonesia, tetapi juga penggemar di luar
negeri, sehingga anggrek memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Secara umum perkembangan pasar anggrek, terus berkembang pesat
dengan laju rata-rata konsumsi sebesar 25 persen dan produksi sebesar 20 persen
(Perhimpunan Anggrek Indonesia, 2005). Artinya produksi anggrek harus
ditingkatkan, untuk memenuhi permintaan konsumen. Permintaan pasar terhadap
bunga potong dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Bunga Potong dan Penjualan Tahun 2007No Jenis Penjualan (%)1 Mawar 35 2 Krisan 25 3 Anggrek 25 4 Lain-lain 15
Sumber : Majalah Flora dan Fauna, 2008
Tabel 2 menunjukan bahwa jenis-jenis bunga potong, mempunyai
penjualan tersendiri. Permintaan anggrek mencapai 25 persen, artinya pangsa
pasar anggrek, menuntut tersedianya bunga anggrek potong dalam jumlah yang
besar. Kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi anggrek perlu ditingkatkan,
untuk mengimbangi permintaan pasar anggrek potong.
Bogor merupakan salah satu kota yang seharusnya memiliki prospek cerah
dalam pengembangan bisnis anggrek. Terdapat berbagai faktor-faktor yang dapat
menunjang pengembangan agribisnis anggrek seperti iklim. Faktor utama yang
sangat menunjang pengembangan agribisnis anggrek di Bogor karena Bogor
memiliki tempat koleksi dan konservasi sumber genetik yaitu Kebun Raya Bogor,
IPB dan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi). Memiliki orang-orang yang
ahli dalam peranggrekan, seperti pemulia, ahli kultur jaringan, dan agronomis.
Terdapatnya sarana yang memadai, seperti banyaknya tempat lembaga penelitian,
laboratorium kultur jaringan dan sumberdaya manusia yang terampil, yang dapat
memberikan andil dalam peningkatan agribisnis anggrek di Bogor.
Kebijaksanaan pemerintah dalam usaha pengembangan agribisnis
florikultur, (terutama anggrek) diarahkan untuk menciptakan iklim yang
mendorong berkembangnya agribisnis dan meningkatkan peluang pasar bagi
komoditi tersebut. Pengembangan agribisnis merupakan alternatif kebijakan yang
tepat, untuk meningkatkan usaha anggrek. Sistem agribisnis yang menampilkan
kegiatan-kegiatan pengadaan dan penyaluran saprodi sampai ke pemasaran hasil
secara terpadu, memberi peluang bagi pengembangan usaha peranggrekan di
Bogor.
1.2 Perumusan Masalah
Anggrek merupakan salah satu komoditas unggulan pertanian yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Telah dijelaskan di atas bahwa Bogor memiliki
iklim yang cocok untuk membudidayakan anggrek, ditunjang dengan fasilitas
yang lengkap dan banyaknya lembaga riset, yang mendukung jalannya agribisnis
anggrek di Bogor. Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikatakan bahwa wilayah
Bogor seharusnya memiliki prospek yang cerah dalam mengembangkan bisnis
anggrek.
Dapat dilihat pada fenomena di pasar tanaman hias di Bogor, jenis anggrek
yang banyak diminati oleh konsumen adalah anggrek produk impor. Anggrek
impor lebih menarik karena memiliki tekstur yang bagus dan ketebalan akan
bunga juga tahan terhadap serangan hama penyakit. Kondisi ini menunjukan
bahwa potensi anggrek lokal di Bogor belum dimanfaatkan secara optimal. Maka
dalam penelitian ini ingin mengetahui mengapa anggrek lokal di Bogor tidak
berkembang dan bagaimana peranan lembaga-lembaga penunjang agribisnis
anggrek di Bogor. Oleh karena itu permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang menentukan pengembangan anggrek di
Bogor?
2. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha yang tepat untuk
diaplikasikan penganggrek di Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang
diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menentukan
pengembangan anggrek di Bogor.
2. Merumuskan strategi pengembangan agribisnis anggrek yang tepat, untuk
diaplikasikan berdasarkan kondisi di Bogor.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait
dalam peningkatan kualitas kinerja maupun program yang ada, untuk dapat
mengembangkan agribisnis anggrek di Bogor. Sehingga potensi sumberdaya
genetik atau flasma nutfah yang besar, dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain
itu juga dengan penelitian ini diharapkan bisa melihat sub sistem mana yang
lemah, tentunya dapat berpengaruh besar dalam pengembangan agribisnis anggrek
di Bogor, sehingga dapat ditingkatkan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, meliputi
gambaran umum agribisnis anggrek, analisis faktor-faktor internal dan eksternal
usaha anggrek, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang dapat
diterapkan dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Teoritis
2.1.1 Definisi Anggrek
Anggrek termasuk Famili Orchidaceae, famili ini merupakan salah satu
grup terbesar di antara tanaman berbunga lainnya. Anggrek merupakan salah satu
tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena bentuk dan warna
bunga yang menarik. Bahkan jenis tanaman ini lebih banyak dikenal orang
daripada jenis tanaman hias lainnya. Klasifikasi ilmiah anggrek dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Ilmiah AnggrekKlasifikasi Ilmiah Anggrek
KINGDOM PlantaeDIVISI MagnoliophytaKELAS LiliopsidaORDO AsparagalesFAMILI OrchidaceaeGENUS Lebih dari 800 genusSPESIES Lebih dari 25.000 spesies alam
Sumber : Ira, P, 2007
Anggrek memiliki variasi jenis cukup banyak, baik yang spesies maupun
hibrida, karena variasi masing-masing jenis tersebut, maka memerlukan perlakuan
yang berbeda. Tanaman anggrek dikenal sebagai sosok tanaman yang memiliki
bunga indah dan tahan lama. Pesona bunganya yang indah, merupakan daya tarik
yang paling memikat. Untaian bunganya tersusun indah dan memiliki bentuk
serta corak yang beragam. Bunga yang telah mekar sempurna, bisa bertahan
hingga 2 sampai 3 minggu, bahkan beberapa jenis anggrek ada yang tahan hingga
2 bulan.
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keragaman
bunga, dalam hal warna dan bentuk cukup beragam. Memiliki struktur bunga
yang sama dan khas. Bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal), mahkota (petal),
dan lidah (labelum). Daun anggrek memiliki ciri khas bertulang daun sejajar dan
bentuknya berbeda-beda, tergantung pada spesies anggrek. Akar anggrek
berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah, dengan ujung akar yang
merucing licin dan sedikit lengket.
Budidaya tanaman hias ternyata mampu mengubah pola usahatani dari
sekedar hobi menjadi usaha komersial yang prospektif, yang dapat memberikan
prospek yang cukup menjanjikan. Sejak 10 tahun terakhir permintaan akan
tanaman hias cenderung meningkat, terutama di Bogor. Lebih dari 50 juta tangkai
potong per tahun, dibutuhkan untuk mencukupi permintaan pasar di Bogor.
(Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2001).
Tanaman anggrek dalam pot mempunyai pangsa pasar sendiri, yaitu para
penggemar anggrek yang terus mencari varietas-varietas baru hasil silangan.
Secara umum jenis yang ditanam di Bogor adalah Dendrobium, Cattleya,
Phalaenopsis, Vanda, Oncidium, dan masih ada beberapa jenis lainnya.
Peningkatan produksi anggrek dapat dicapai, apabila penganggrek mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penggunaan bibit unggul
2. Faktor lingkungan
3. Sumberdaya manusia yang berkualitas.
Dalam usaha meningkatkan produksi anggrek, penyediaan bibit unggul
merupakan kegiatan yang sangat penting. Tersedianya bibit unggul baru yang
mempunyai sifat lebih baik atau berbeda dengan bibit anggrek sebelumnya selalu
diperlukan, untuk mengantisipasi timbulnya tipe hama dan penyakit. Persilangan
anggrek dilakukan secara luas, sehingga untuk mendapatkan tanaman yang sama
dengan induknya dengan jumlah besar sangat tidak mudah. Oleh karana itu,
teknik perbanyakan vegetatif secara cepat sangat diperlukan yaitu dengan terknik
kultur jaringan (Departemen Pertanian, 2003).
Budidaya anggrek membutuhkan waktu kurang lebih lima tahun, untuk
sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Keberhasilan produksi bunga
tergantung faktor waktu, disamping kondisi lingkungan dan perawatan khusus.
Untuk mendapatkan ekosistem yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, tempat
pemeliharaan harus mendapatkan perhatian penting, seperti iklim, cuaca, curah
hujan, kelembaban, cahaya, temperatur, angin, derajat asam air siraman, larutan
pupuk dan media harus diperhatikan. Keterampilan dalam mengelola mulai dari
perencanaan, pengadaan bahan prasarana, sarana produksi dan penggunaan secara
tepat, akan menghasilkan tanaman anggrek yang berkualitas dalam jumlah besar.
2.1.2 Daya Saing Agribisnis Anggrek
Pada prinsipnya pembangunan pertanian dilakukan dalam upaya
meningkatkan produksi dan produk pertanian, yang mempunyai daya saing dan
nilai tambah. Upaya peningkatan daya saing dan nilai tambah pertanian,
dilakukan dengan pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Secara umum upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan daya saing dan nilai
tambah, menurut Balai Penelitian Tanaman Hias (2000), antara lain adalah :
1. Peningkatan mutu produk sehingga lebih banyak dihasilkan produk yang
bermutu tinggi melalui perbaikan teknik budidaya tanaman, efisiensi usaha
dan produktivitas.
2. Peningkatan penanganan pasca panen, sehingga mampu menekan
kehilangan hasil dan kerusakan pasca panen. Dapat menyajikan produk
dengan performen baik dan atraktif yang disertai jaminan kualitas.
3. Pengolahan hasil dalam rangka optimalisasi pemanfaatan produk (terutama
hasil sortasi dan grading yang tidak dapat dijual langsung), diversifikasi
produk dalam bentuk lain. Kemudahan dalam transportasi dan distribusi,
serta peningkatan daya simpan produk.
4. Pengembangan sistem pemasaran, melalui peningkatan efisiensi sub sistem
pemasaran dan jalur distribusi. Dengan memperpendek jalur sub sistem
pemasaran yang efisien, sehingga mengurangi biaya dalam sistem
pemasaran, sekaligus mengurangi ekonomi biaya tinggi dalam distribusi
dan pemasaran.
5. Pemberdayaan kelembagaan usahatani anggrek menjadi kelembagaan
agribisnis, sehingga produksi dilakukan berorientasi bisnis dan mampu
melakukan setiap aspek agribisnis secara baik. Dapat meningkatkan
efisiensi penanganan input-output secara kolektif, yang akhirnya dapat
meningkatkan posisi tawar petani negosiasi dan pemasaran secara bersama.
6. Peningkatan kemampuan manajemen usaha dan kewirausahaan, sehingga
mampu melaksanakan kegiatan agribisnis secara utuh. Membaca dan
memanfaatkan peluang bisnis, mampu mengurangi resiko dan
ketidakpastian. Melakukan kerjasama dan kemitraan usaha, dengan pelaku
usaha lainnya.
2.1.3 Aspek Manajemen
Program pengembangan tanaman anggrek adalah : (1) penyediaan varietas
unggulan spesifik lokasi di imbangi dengan perbanyakan benih, secara mericlonal
untuk mendapatkan tanaman seragam; (2) Pengembangan kawasan sentra
produksi, berbasis pasar dan potensi daerah; (3) Peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM); (4) Pengembangan kelembagaan on farm dan off farm
dalam pola koperasi, korporasi manajemen dan konsorsium; (5) Pengembangan
jaringan kerja, di dalam dan luar negeri; (6) Pengembangan sistem informasi; (7)
Penataan data base dan penyusunan profil tanaman anggrek; (8) Promosi peluang
usaha agribisnis anggrek.
Beberapa alternatif strategi untuk pengembangan agribisnis anggrek
kedepan, yang disarankan oleh Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2003) adalah
sebagai berikut : (1) Pengembangan anggrek perlu diintensifkan, dengan
mendorong dan melakukan investasi di bidang penganggrekan; (2) Identifikasi
dan inventarisasi yang dilakukan, perlu dilanjutkan pada daerah-daerah lain.
Untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan di koordinir, dalam suatu rencana
dan rumusan kebijakan dalam pengembangan anggrek secara nasional; (3) Di
tingkat nasional diperlukan suatu lembaga, yang berfungsi mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan perumusan dan pelaksanaan program penganggrekan nasional.
Khususnya dibidang pengembangan penelitian, hibridisasi, sumber daya manusia,
ilmu pengetahuan dan teknologi, plasma nutfah dan pemasaran hasil; (4) Adanya
kelompok ilmuwan anggrek, yang menguasai berbagai bidang ilmu khususnya
pemuliaan dan bioteknologi. Bermanfaat untuk mengatasi kelesuan penelitian
anggrek di Indonesia, sehingga perlu di tunjang dengan sarana dan prasarana
penelitian yang memadai; (5) Untuk memahami para pemulia dalam mengarahkan
silangannya, perlu pengkajian jenis-jenis dan sifat anggrek yang diinginkan pasar.
Oleh karena itu sudah tiba saatnya, untuk membangun Pusat Plasma Nutfah
Anggrek Indonesia; (6) Pemasaran merupakan strategi terpenting dalam
pengembangan agribisnis anggrek; (7) Promosi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain yang cukup efektif adalah pemasaran, pengenalan produk melalui
pameran media cetak dan elektronik, spanduk, poster, media masa dan lain-lain;
(8) Pembinaan secara teknis di bidang budidaya anggrek, perlu lebih di
intensifkan melalui demonstrasi di lapangan; (9) Sebagai salah satu upaya
peningkatan pemasaran, perlu dirintis dan di fasilitasi kerja sama dengan pihak ke
tiga (misalnya dengan mengelola perhotelan/perusahaan, ekspor/eksportir); (10)
Untuk mendukung pengembangan/pembangunan prasarana terutama rumah
anggrek, diperlukan penguatan modal melalui pinjaman dari bank dengan bunga
rendah; (11) kelembagaan yang sudah ada, yakni Koperasi Usaha Bunga Anggrek
(KUBA) perlu difasilitasi secara lebih lengkap. (Departemen Pertanian, 2003)
Untuk mendukung jalannya berbagai alternatif strategi pengembangan
usaha agribisnis anggrek, maka diberikan jenis regulasi yang terkait dengan
berbagai aspek yang menyangkut pengembangan usaha tanaman hias, antara lain
sebagai berikut : (1) Peraturan menteri pertanian nomor.7/PMP/1961, tentang
pemasukan tanaman atau bibit tanaman kedalam wilayah republik Indonesia; (2)
Surat keputusan menteri pertanian nomor 141/Kpts.120/3/1987, tentang
pengeluaran anggrek di wilayah Indonesia; (3) Peraturan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi; (4) Surat keputusan menteri
pertanian nomor 264/Kpts.120/05/2000, tentang ijin pemasukan dan pengeluaran
tanaman pangan dan hortikultura, mikroba dan bibit ternak/hewan untuk
keperluan penelitian dari/ke berbagai negara Asia, Afrika, Amerika, Australia dan
Eropa; (5) Keputusan menteri pertanian nonor 347/Kpts/Tp.240/6/2003, tentang
pedoman perizinan usaha hortikultura (Departemen Pertanian, 2004).
2.1.4 Pendukung Bisnis Anggrek di Bogor
Sumber daya manusia merupakan titik sentral dalam pengembangan
agribisnis anggrek, karena dalam setiap kegiatan sub sistem peranggrekan harus
dilakukan oleh sumberdaya manusia yang terampil dan ahli, sesuai dengan
bidangnya. Selain itu juga teknologi merupakan salah faktor yang mempengaruhi
bisnis usaha anggrek. Ada beberapa teknologi yang mendukung untuk kemajuan
usaha tersebut, yaitu teknologi budidaya anggrek, teknologi pemuliaan dan kultur
jaringan, sehingga dapat meningkatkan produksi dan kualitas yang lebih baik.
Modal atau Investasi yang besar, akan memudahkan pelaku bisnis anggrek
dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu dapat juga meningkatkan kualitas
produksi anggrek. Permodalan dapat diatasi, dengan cara pembudidaya anggrek
bekerja sama dengan instansi yang lain. Dapat membantu dalam peminjaman
modal seperi lembaga keuangan, yang memang dapat memberikan pinjaman
dalam hal permodalan. Ditunjang dengan organisasi pendukung perkembangan
anggrek, yaitu Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) yang bertujuan
meningkatkan ilmu prngetahuan budidaya anggrek, dengan membuat majalah
tentang peranggrekan, menjalin hubungan dengan luar negeri dan menambah
koleksi anggrek yang sudah dimiliki.
Promosi merupakan serangkaian kegiatan setelah produksi, untuk
meningkatkan pemasaran. Kegiatan promosi sangat penting, untuk menarik
konsumennya. Kegiatan promosi harus dilakukan secara terus menerus, melalui
berbagai media-media cetak elektronika dan yang sangat efektif dengan cara
pameran.
Promosi tanaman anggrek juga dapat dilakukan dengan mengadakan
seminar terbuka, yang khusus membahas tentang anggrek. Mulai cara
penyilangan untuk mendapatkan jenis varietas yang baru, pembudidayaan yang
benar dan dari segi bisnisnya. Seminar tersebut bertujuan selain mempromosikan
anggrek juga memperkenalkan salah satu tanaman asli Indonesia.
2.1.5 Kebijakan Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Dalam usaha meningkatkan produksi anggrek, pengembangan agribisnis
merupkan alternatif kebijaksanaan yang tepat. Sistem agribisnis yang
menampilkan kegiatan-kegiatan pengadaan penyaluran saprodi sampai ke
pemasaran hasil secara terpadu, memberi peluang bagi pengembangan usaha
peranggrekan di Bogor. Pengembangan agribisnis diarahkan pada peningkatan
kemampuan, untuk memanfaatkan peluang pasar.
Dengan cara delivery system (teknologi, sarana produksi, pemasaran hasil,
informasi dan lain-lain), agribisnis anggrek di Bogor dapat berjalan dengan lancar.
Unsur teknologi dalam usaha tani anggrek, yang terkait dengan peningkatan
sumber daya manusia. Pendidikan dan penelitian memegang peranan penting,
karena pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kuantitas, kualitas bagi tenaga
teknis, peneliti, penyuluh maupun produsen anggrek itu sendiri.
Penelitian dan pengembangan di arahkan untuk menghasilkan paket-
paket teknologi tepat guna, baik di bidang budidaya tanaman anggrek maupun
pasca panen. Mengingat sumber pemerintah yang terbatas, maka upaya
pendidikan dan litbang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri. Upaya-
upaya ini, sebagian dapat dilaksanakan oleh pihak swasta.
Dengan berjalannya fungsi organisasi dengan manajemen professional,
maka kegiatan agribisnis anggrek akan berjalan lebih lancar. Teknologi pasca
panen anggrek (grading, sortasi dan packing), merupakan suatu bidang yang akan
mendapatkan perhatian khusus. Untuk itu penerapan teknologi dan sumber daya
manusia, harus terus diupayakan peningkatannya. Dukungan pemerintah dan
masyarakat, dalam rangka mencapai rencana pengembangan agribisnis anggrek
dengan skala besar, memerlukan dukungan pasti dari pemerintah dan masyarakat
swasta. Dukungan pemerintah dan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Dukungan Pemerintah dan MasyarakatMasalah Yang Berlaku Diperlukan
Kebijakan
Budget pembinaan rendahPotensiFiskal dan retribusi daerahKurang terstrukturTransportasi udara rendahInformasi belum terpusatLahan potensial tersedia tapiBelum terinventariser
Alokasi yang dapat membina dan memicu pertumbuhanDiferential dan kondusif pada pertumbuhanPola dan alokasi yang menunjangKhusus,terintegrasi/publikSurvey berkala dan terdesiminasi
BibitKemudahan impor bibit tersedia Pola dalam negeri belum ada
Konsultasi menerus terkendaliRencana program serta investasi dan mitra kerja
IPTEK & RisetProgram tersedia namunBelum tertruktur sesuai potensiBergantung dengan luar negeri
Rencana program sesuai potensi disusunPola terstruktur untuk mitra kerja
Sumber Daya ManusiaBelum terpusat dan terfokusDalam penyediaan dan pelatihanBergantung pada luar negeri
Rencana program sesuai potensi jangka menengah dan panjangPola mitra kerjasama regional
Modal Investasi Fasilitas perbangkan danDana belum terfokus dan khusus
Rencana dan pelayanan secara luas
Informasi Tersedia namun umum terpancar Networking pembinaan khusus berkalaSumber : Perhimpunan Anggrek Indonesia, 2007
Kebijakan lainnya yang berkaitan dengan anggrek yaitu CITES. CITES
mempunyai keutungan bagi sebagian negara, yang melakukan perdagangan
internasional komoditi anggrek dan sebagian ada yang merasa dirugikan. CITES
adalah singkatan dari Convention on International Trade in Edangered Species of
Wild fauna and flora atau konvensi/peraturan perdagangan internasional bagi
jenis-jenis binatang dan tumbuhan yang kritis. Keterangan lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 6.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu
penelitian mengenai anggrek. Penelitian mengenai anggrek dilakukan oleh
Rosmiati (2007) yang berjudul “Analisis Usahatani Anggrek Phalaenopsis Pada
Rumah Rizal (RBR)”. Dengan menggunakan analisis pendapatan, R/C rasio,
BEP, dan sensitivitas harga.
Analisis tersebut digunakan untuk setiap pembesaran anggrek, yaitu
compot, seddling, remaja, dan dewasa. Rumah Bunga Rizal (RBR) melakukan
budidaya pembesaran anggrek mulai dari compot, seedling, remaja sampai
dewasa. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis keuntungan usaha
anggrek di Rumah Bunga Rizal (RBR) dan menganalisis pengaruh perubahan
harga-harga input sampai output terhadap keuntungan usaha anggrek di Rumah
Bunga Rizal (RBR).
Hasil penelitian menyatakan bahwa compot, seedling, remaja dan dewasa,
masih dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dapat di simpulkan
bahwa setiap pembesaran anggrek, layak untuk di usahakan. Namun demikian
pada tahap compot walaupun layak di usahakan, tetapi peka terhadap perubahan
harga input dan output. Disarankan perusahaan mengambil kebijakan untuk tidak
melakukan penjualan pada tahap compot dan memfokuskan kegiatan usaha pada
pembesaran dewasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2006) meneliti tentang “Strategi
Pengembangan Usaha Sayuran Organik Pada Kelompok Tani “Usahatani
Bersama” Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat”. Metode pengolahan dan
analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan konsep
manajemen strategis.
Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis kualitatif (visi, misi, tujusn
dan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan) dan analisis kuantitatif untuk
perumusan strategi terdiri dari tiga tahap (David, 2004), yaitu tahap pemasukan
digunakan matrik IFE (Internal Factor Evaluation), tahap pemaduan dilakukan
dengan matrik IE (Internal-Ekstrenal) dan SWOT (Strength, Weaknes,
Opportunities, Threats) dan tahap pengambilan keputusan menggunakan QSPM
(Quantitative Strategi Position Matrikx).
Hasil penelitian bahwa posisi kelompok tani berada pada kotak di kuadran
II. Hal ini menggambarkan bahwa usaha tani berada dalam kondisi internal rata-
rata dan respon usaha terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapi tergolong
tinggi. Strategi yang dapat digunakan strategi tumbuh dan kembangkan (growth
and build).
Ernawati (2007) berjudul “Analisis Daya Saing dan Strategi
Pengembangan Agribisnis Anggrek di DKI Jakarta”, bertujuan menganalisis
kondisi daya saing agribisnis anggrek di DKI Jakarta, mengidentifikasi factor
lingkungan internal dan eksternal yang penting untuk dipertimbangkan dalam
penusunan alternatif strategi pengembangan anggrek di DKI Jakarta dan
merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis anggrek dan identifikasi
berdasarkan skala prioritas di DKI Jakarta.
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dasajikan dalam pendekatan konsep manajemen strategi pemasaran. Metode
perbandingan eksponensial (MPE) yang digunakan untuk memberikan informasi
mengenai faktor-faktor anggrek. Analisis SWOT (Strengths-Opportunities-
Weaknesses-Threats) digunakan untuk mengetahui lingkunagn eksternal dan
internal sehingga dapat diketahui apa yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan
dan kelemahan yang dihadaoi analisis QSPM digunakan untuk memilih alternatif
strategi-strategi.
Didapatkan hasil penelitian tersebut jenis anggrek Dendrobium memiliki
rangking atau prioritas tertinggi dibandingkan alternatif prioritas lainnya. Selain
itu jenis anggrek Phalaenopsis menjadi pesaing utama Dendrobium. Kemudian
disusul dengan jenis Anthurium dan anggrek Cattleya, pesaing lainnya yaitu jenis
anggrek Vanda, anggrek Oncidium, Melati dan Mawar. Bagitupun dengan jenis
Gladiol dan Palem menjadi pesaing terjauh Anggrek Dendrobium
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa sampai saat ini, belum ada
penelitian mengenai strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor,
menggunakan alat analisis Analytical Hierarchy Process (AHP), yang bertujuan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengarhi pengembangan agribisnis
anggrek di Bogor dan merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan
agribisnis anggrek tersebut. Tentunya diharapkan dengan penelitian ini, bisa
menjadi masukan kepada semua pihak yang terkait dalam peranggrekan di Bogor.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang
menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan
yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari
produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian
(Drillon,1974).
Definisi agribisnis yang dikemukakan oleh Drillon (1974), memberikan
suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai kegiatan pertanian
yang utuh dan komprehensif, sekaligus menjadi konsep untuk dapat menelaah dan
menjawab berbagai masalah, tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan
pertanian, sekaligus dapat menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta
pengaruhnya terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.
Masukan Pengolahan PemasaranProduksi
Lembaga Penunjang Agribisnis(Pertanian , Keuangan, Penelitian ,dll)
Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya(Sumber : Soeharjo, 1997)
Fungsi agribisnis terdiri dari kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan
secara ekonomi, yaitu sektor pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input),
produksi primer (on farm), pengolahan (agroindustri), dan pengemasan. Fungsi-
fungsi tersebut kemudian di susun menjadi suatu sistem, di mana masing-masing
sektor di atas menjadi sub sistem dari sistem agribisnis, dengan dukungan dari
lembaga penunjang yang kebanyakan berada di luar sektor pertanian.
Lembaga-lembaga penunjang yang berperan penting dalam mensukseskan
program pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, yaitu : koleksi dan
konservasi Kebun Raya Bogor, Lembaga Penelitian, Dinas Pertanian, Lembaga
Keuangan, Bioteknologi, Karantina, Litbang Deptan, Puslibang Hortikultura,
Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Dirjen Bina Produksi Hortikultura,
Direktorat Tanaman Hias, dan Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI).
Agribisnis anggrek tidak akan lepas dari sub sistem pemasaran, yang
mendukung jalannya proses antara produsen untuk sampai ke tangan konsumen.
Menurut Dahl dan Hammond (1977), tataniaga merupakan rangkaian fungsi yang
dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk produk dari titik produsen sampai
ke konsumen akhir. Saluran tataniaga adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses, untuk menjadikan suatu produk barang dan
jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
Adanya jarak antara produsen dengan konsumen, maka proses penyaluran
produk dari konsumen melibatkan beberapa perantara. Mulai dari produsen
sendiri, lembaga-lembaga perantara sampai ke konsumen akhir. Sub sistem
pemasaran mempunyai peran penting, dalam menyalurkan anggrek dari produsen
ke konsumen. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lokasi antara produsen dan
konsumen.
Adanya perbedaan lokasi dan aktivitas lembaga sub sistem pemasaran
menyebabkan harga di tiap tingkat sub sistem pemasaran menjadi berbeda.
Serangkaian fungsi tersebut terdiri atas proses produksi, pengumpulan,
pengolahan dan penyaluran oleh pedagang grosir, pedagang pengecer sampai
konsumen seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Produksi
Pedagang Pengumpul
Grosir Pedagang Eceran
Pengumpul
Produsen
Penyaluran
Konsumen
Gambar 2. Sistem Pemasaran(Sumber : Dahl dan Hammond, 1977)
Gambar 2 menunjukan adanya susunan sistem tataniaga dalam
peranggrekan, yang melalui tahapan-tahapan tersebut produk yang dihasilkan
produsen, bisa sampai ke konsumen. Produsen menempatkan pada posisi utama,
untuk dapat memproduksi anggrek dalam jumlah yang cukup banyak. Hasil dari
pembudidayaan dan pengembangan anggrek tersebut, kemudian diambil oleh
seorang pengumpul atau pedagang besar, kemudian dikelola dari segi
pemasarannya.
Bunga anggrek dapat dijual dalam bentuk pot dan bunga potong, yang
dapat menambah nilai ekonomi. Bagi penjual anggrek, dengan ditambah
kreatifitas, untuk dijual ke pedagang kecil, rental tanaman hias, sentral bunga
potong, akan menaikkan nilai jual. Pada tahap akhir akan sampai ke tangan
konsumen, semua terdapat dalam satu saluran dalam agribisnis anggrek.
Agribisnis anggrek merupakan suatu rangkaian kinerja sistem, yang
didalamnya terdapat serangkaian sub sistem yang sangat penting akan fungsi dari
masing-masing sistem tersebut. Agribisnis anggrek tidak bisa lepas dari sistem
satu dengan yang lainnya, karena sistem satu dengan yang lainnya saling erat
kaitannya. Jika rangkaian sub sistem tidak jalan maka akan menghambat jalannya
agribisnis anggrek yang ada.
Sebaliknya jika semua berjalan dengan baik, maka akan menghasilkan
suatu agribisnis yang cukup menjanjikan dalam segala aspek. Mulai dari aspek
pengembangan bibit yang berkualitas, pembudidayaan yang berkembang baik,
produksi yang cukup tinggi, dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi anggrek di Bogor, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Adanya kegiatan pemuliaan
anggrek yang baik; (2) Adanya ketersediaan flasma nutfah yang memadai; (3)
Adanya tenaga pemulia yang handal; (4) Adanya keterkaiatn yang saling
mendukung dan menguntungkan.
Keterkaitan tersebut antara : pemulia (sumber daya genetik/flasma nutfah),
petani budidaya, pedagang retail bunga potong maupun tanaman pot dan rental.
Peneliti dari Balai Penelitian Deptan, Perguruan Tinggi yang mendukung
pengetahuan/teknologi dan keterampilan, dan tenaga pembibitan. Dukungan
kelembagaan seperti organisasi dan KUD. Dukungan pengajaran
pembibitan/budidaya seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI). Dukungan
permodalan, dan dukungan Dinas Pertanian. Keterkaitan antara sub sistem satu
dengan yang lainnya, dapat dilihat pada Gambar 3.
Koleksi, Konservasi (Kebun Raya, LBN)
Pembibitan (laboratorium )
Lembaga Penelitian Dinas Pertanian Bank Organisasi Pendukung
Trader ( importir )
Konsumen
Rental
Pedagang Besar, Kecil dan Retail
Pemulia swasta / individu(Balithi, IPB, Bioteknologi )
Koleksi Plasma nutfah
Gambar 3. Konsep Sistem Agribisnis Anggrek
Mengkaji agribisnis anggrek di Bogor, dapat dilihat bahwa garis paling
depan dalam agribisnis peranggrekan adalah ketersediaan Plasma nutfah anggrek
dalam berbagai jenis anggrek. Didukung oleh suatu badan dalam mengoleksi
konservasi tanaman yang dilindungi karena kelangkaannya. Untuk mendukung
pembudidayaan harus dilakukan penelitian dan pengembangan (Litbang), agar
didapatkan bibit yang berkualitas unggul. Penyilangan yang dilakukan, yang
diikuti oleh penelitian dan pengembangan yang merupakan kegiatan utama dalam
pengembangan anggrek.
Pengembangan agribisnis anggrek, dibutuhkan Pemulia anggrek yang ahli
dalam bidang tersebut. Pemuliaan merupakan rangkaian kegiatan untuk memulai
suatu kegiatan Pembibitan, baik yang dilakukan di laboratorium maupun di rumah
anggrek. Proses pembudidayaan berjalan lancar, disalurkan ke pedagang besar
yang menjadi satu pangkal akhir, untuk sampai ke konsumen.
Semua sub sistem dalam peranggrekan, harus saling mendukung satu sama
lain. Keterkaitan yang erat hubungannya, karena kegiatan tersebut menentukan
kualitas sistem agribisnis. Saat ini perkembangan peranggrekan di Bogor, kurang
berkembang, dikarenakan tidak optimalnya beberapa faktor tersebut diatas.
3.1.2 Manajemen Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “strategos”. Kata “strategos”
berasal dari kata “stratos”, berarti militer dan “ag” artinya memimpin (Purnomo
dan Zulkiefimansyah dalam Triton PB, 2007). Kata strategis dalam bidang
manajemen, didefinisikan sebagai semua keputusan pada sasaran bisnis dan pada
cara untuk mencapai sasaran tersebut. (Drucker dalam Triton PB, 2007)
Secara umum strategi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan pilihan
kritis, perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi
sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran. Dengan
memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal
berkelanjutan, sebagai arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan
yang ideal dari individu atau organisasi.
Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial, yang melakukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Dapat
merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional, membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. (David, 1998)
Manajemen strategi berupaya untuk memadukan manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntasi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. (David, 2004)
Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang
dan ancaman lingkungan, dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Semula disebut kebijakan bisnis, manajemen strategi meliputi perencanaan dan
strategi jangka panjang. Manajemen strategi sebagai suatu bidang ilmu
menggabungkan kebijakan bisnis, dengan lingkungan dan tekanan strategis. Oleh
karena itu, istilah manajemen strategis biasanya menggantikan istilah kebijakan
bisnis, sebagai suatu nama bidang ilmu. (Hunger dan Wheelen, 2001)
Manajemen strategic menurut Pearce dan Robinson (1997), didefinisikan
sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan
(formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana, yang dirancang
untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan, yang terdiri atas sembilan tugas
penting, yaitu:
1. Merumuskan misi perusahaan
2. Mengembangkan profil perusahaan
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan
4. Menganalisis opsi perusahaan
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek
8. Mengimplementasikan pilihan strategi
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi
Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan, dalam
berbagai bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan, menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Tetapi biasanya tidak
dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Kekuatan adalah
sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan
kebutuhan pasar, yang di layani oleh perusahaan. Kelemahan adalah keterbatasan
atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara
serius menghambat kinerja efektif perusahaan.
3.2 Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan teknik yang
dikembangkan oleh Dr.Thomas L.Saaty, seorang ahli matematika dari university
of Pittsburg, Amerika Serikat, pada awal tahun 1970-an. Teknik ini menyediakan
prosedur yang telah teruji efektif, dalam mengidentifikasi dan menentukan
prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Dengan AHP, suatu
masalah dipandang dalam suatu kerangka berfikir, yang terorganisir dan
sederhana, sehingga memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif.
AHP merupakan suatu model, yang memberikan kesempatan bagi
perorangan atau kelompok. Membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan
persoalan, dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh
pemecahan yang diinginkan dirinya. Proses ini memungkinkan orang menguji
kepekaan hasilnya, untuk menyusun hirarki dari suatu masalah, logika, intuisi,
serta pengalaman untuk memberi pertimbangan.
Ada beberapa prinsip yang harus dipahami untuk memecahkan persoalan
dengan analisis ligis eksplisit, yaitu (1) prinsip menyusun hirarki, (2) prinsip
menetapkan prioritas, (3) prinsip konsistensi logis. Prinsip-prinsip alami
pemikiran ini mendasari AHP :
1. Prinsip Menyusun Hirarki
Dalam menyusun hirarki, perusahaan berusaha untuk menggambarkan dan
menguraikan permasalahan atau realitas secara hirarki. Untuk memperoleh
pengetahuan terinci, realitas yang kompleks disusun kedalam bagian yang
menjadi elemen pokoknya. Kemudian bagian ini dimasukkan kedalam bagian
lain, dan seterusnya secara hirarki. Dengan kata lain persoalan yang kompleks,
dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah.
2. Prinsip Menetapkan Prioritas
Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menentukan peringkat elemen-
elemen menurut relatif pentingnya.
3. Prinsip Konsistensi Logis
Konsistensi logis yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara
logis dan diperingkatkan secara konsistensi, sesuai dengan suatu kriteria yang
logis.
3.3 Kerangka Operasional
Kerangka pemikiran operasional dimulai dari pengamatan mengenai
agribisnis anggrek di Bogor dan menidentifikasi faktor-faktor pengembangan
agribisnis anggrek di Bogor. Didukung oleh berbagai informasi baik berupa data
mengenai produktivitas dan luas areal yang digunakan, untuk membudidayakan
anggrek di Bogor.
Gambaran peranggrekan di Bogor seperti data permintaan anggrek, pelaku
bisnis anggrek dan lembaga-lembaga risert yang terkait, serta dukungan Pemda
setempat dalam mengembangkan bisnis anggrek. Selain itu dilakukan wawancara
langsung dengan ahli dalam bisnis peranggrekan, seperti pemulia, pembudidaya,
ahli kultur jaringan, agronomis dan organisasi yang terkait.
Dengan informasi tersebut, dapat membantu dalam menyusun dan
membuat strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Hasil yang
didapat, kemudian diproses menggunakan AHP. Hasil yang diperoleh dapat
dilihat tingkat kepentingannya paling tinggi, yang merupakan strategi dalam
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Proses penelitian dapat dilihat pada
Gambar 4.
Agribisnis Anggrek di Bogor
Pengembangan Bogor
Visi Misi Pengembangan Bogor
Pengembangan Hortikultura
Pengembangan Anggrek
Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi)
Bioteknologi
Kultur Jaringan & Laboratorium
Pemuliaan & Pembudidayaan
Agribisnis Anggrek di Bogor
Pembudidayaan & Penjual
Perlengkapan Keb Budidaya
Pembudidayaan & Pedagang Besar
Pedagang Besar, Kecil
Pedagang Besar, Kecil
Koleksi & Konservasi Plasma
(Kebun Raya Bogor )
Eksportir
Tanaman Pot
Pedangan Rental
Bunga Potong
Para Kolektor
Pedagang (Petani)
Konsumen :- Ekspor- Hotel- Kantor & Even Organiser- Hobbiest- Floriest- Keagenan
Menganalisis Setiap Sub Sistem
Rumusan strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
AHP
Input, Proses, Output, Pemasaran
Analisis Keterkaitan Antar Sub Sistem Satu Dengan yang Lainnya
Gambar 4. Bagan Kerangka Operasional
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bogor. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
dengan mempertimbangkan ketersediaan semua sub sistem yang diperlukan
seperti luas lahan, iklim, cuaca, kelembaban. Tersedianya lembaga-lembaga
penunjang seperti IPB, Balithi, Bioteknologi, LBN, Kebun Raya Bogor.
Didukung oleh pemulia, ahli kultur jaringan dan agronomis yang terampil dalam
bidang tersebut. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan Mei 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung
di lapangan, berupa data hasil wawancara dan pengisian kuisioner responden
pilihan. Responden adalah pihak pembudidaya yang terkait dalam pengembangan
agribisnis anggrek di Bogor.
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data-data
yang di dapat dari literatur ataupun dari instansi terkait. Data sekunder diperoleh
dari data yang dimiliki oleh pembudidaya seperti gambaran umum tentang
peranggrekan saat ini, didukung oleh data-data yang akurat dan lainnya. Selain
itu data didapatkan juga dari hasil wawancara dengan nursery di Bogor, seperti
Shanderiana Orchid dan Taman Sari Orchid.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Pengamatan langsung terhadap kegiatan setiap sub sistem dalam
pengembangan agribisnis anggrek.
2. Wawancara terhadap pihak-pihak terkait, seperti : pemulia anggrek, ahli
kultur jaringan, dan agronomis. Badan instansi yang mendukung
pengembangan agribisnis anggrek, seperti Bioteknologi dan Balai
Penelitian Tanaman Hias.
3. Bantuan laporan buletin tiap bulan, yang diadakan oleh suatu organisasi
seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI).
4. Mendatangi nursery yang ada di Bogor, melakukan pengamatan dan
wawancara langsung dengan pihak pengelola nursery, sebelum mulai
menyusun skripsi sebagai gambaran dan pedoman pembuatan kuisioner.
5. Pengisian kuisioner dilakukan oleh responden pemulia anggrek,
pembudidaya anggrek dan lembaga penunjang pengembangan agribisnis
anggrek di Bogor.
4.4 Metode Pemilihan responden
Pengisian kuisioner dilakukan oleh empat orang, yaitu : pemulia anggrek,
pembudidaya anggrek, utusan dari lembaga riset yang terkait dalam
pengembangan agribisnis anggrek seperti Bioteknologi, dan Perhimpunan
Anggrek Indonesia (PAI). Sumber data/informasi utama dari pemulia anggrek
yaitu Bapak M.Kosim Kardin dan pembudidaya anggrek yaitu Bapak Kamijono
dan Herman, sedangkan sumber data/informasi penunjang yaitu dari lembaga riset
yaitu Kebun Raya Bogor, IPB, Balithi, Bioteknologi, Dinas Agribisnis dan Pemda
Bogor sedangkan organisasi/perhimpunan yang mendukung yaitu PAI.
Sumber informasi utama sangat membantu dalam penyusunan dan
pembahasan dalam AHP dan sumber informasi penunjang sangat memperkuat
argumentasi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Pemilihan responden
dilakukan secara sengaja, dengan mempertimbangkan faktor pemahaman strategi
pengembangan agribisnis anggrek. Kendala dan pendukung pengembangan
agribisnis anggrek, juga daerah pemasaran anggrek. Pengisian kuisioner
responden dipandu oleh penulis.
4.5 Metode Pengolahan Data
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode
pengambilan keputusan berdasarkan penilaian, pertimbangan yang logis dan
sistematis. AHP memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif. Metode AHP
didasarkan pada penilaian orang, yang ahli dibidang yang dipermasalahkan atau
yang sedang dikaji untuk dicari pemecahannya.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional, dengan input
utamanya persepsi manusia. Keahlian, pengalaman, dan wawasan yang luas
sangat diperlukan, untuk memberikan suatu penilaian yang tepat, terhadap
variabel keputusan yang dijadikan kriteria pemilihan.
Hal yang diutamakan dalam data yang diterapkan pada AHP adalah
kualitas dari responden, bukan kuantitas respondennya. Dengan demikian AHP
dapat dilakukan hanya berdasarkan penilaian satu orang saja, dengan syarat orang
tersebut merupakan orang yang ahli pada bidang yang dipermasalahkan. Terdapat
empat kelebihan dalam menggunakan AHP, diantaranya yaitu:
1. Struktur yang hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria, yang dipilih sampai
kepada sub-sub kriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi konsistensi
berbagai kriteria dan alternatif, yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitifitas
pengambilan keputusan.
4. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif
dan multi kriteria, yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap
elemen hirarki.
Kelemahan dari penggunaan AHP, yaitu adanya penilaian yang subjektif,
tidak baku karena berdasarkan pemikiran seseorang. Namun hal ini dapat diatasi
dengan benar-benar memilih orang yang tepat, yaitu orang yang ahli di bidang
yang akan diteliti. Secara ringkas, tahapan pengolahan data menggunakan AHP,
yaitu :
1. Penyusunan matriks perbandingan berpasangan antar faktor dan antar
alternatif keputusan dalam setiap faktor
2. Penghitungan bobot (weight)
3. Penghitungan rasio kekonsistenan (consistency ratio)
Tahap pengolahan data dan strategi pengembangan agribisnis anggrek di
Bogor, dengan menggunakan AHP, yang terdiri dari tujuh langkah kerja utama,
yaitu :
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan permasalahan strategi
pengembangan agribisnis anggrek yang di inginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah pemilihan tujuan,
kriteria, dan elemen-elemen strategi pengembangan bisnis anggrek. Tidak
terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem,
seperti tujuan, kriteria, dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu
sistem hirarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan
kemampuan pada analisis untuk menentukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang pembudidaya anggrek secara
menyeluruh.
Hirarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem, yang mempelajari
interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini
mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub
sistem, tujuan dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario.
Penyusun hirarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil.
Pada tingkat puncak hanya terdiri dari satu elemen. Dibawahnya dapat
terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat
dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.
Tidak ada batasan tertentu yang mengatur jumlah tingkatan struktur keputusan
dan variabel-variabel pada setiap tingkat.
Pada hirarki, tersusun beberapa tingkatan, yaitu Fokus (F) atau stratetgi
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, Faktor Penentu (FP) pada tingkat 2,
Faktor Penyusun (FP) strategi pengembangan pada tingkat 3, Sub Faktor
Penyusun (SEP) strategi pengembangan pada tingkat 4, dan Strategi Agribisnis
(SA) pada tingkat 5. Struktur hirarki identifikasi faktor penyusun strategi
pengembangan dapat dilihat pada Gambar 5.
F
SFp 31SFp 12 SFp22 SFp 2nSFp 21SFp 11
FpnFp2Fp1
FP1 FPnFP2
SFp 32 SFp 3nSFp 1n
SA2 SA3SA1Tingkat 5Sistem Agribisnis
Tingkat 4Sub Faktor Penyusun
Tingkat 3Faktor Penyusun
Tingkat 2Faktor Penentu
Tingkat 1Fokus
Gambar 5. Struktur Hirarki Identifikasi Faktor Penyusun Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Keterangan :F : FokusFP : Faktor PenentuFp : Faktor PenyusunSFp : Sub Faktor PenyusunSA : Strategi Agribisnis
Matriks banding berpasangan adalah matriks yang mempertimbangkan
bobot unsur, dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki diatasnya.
Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki analisa.
Matriks ini dimulai dari puncak hirarki, untuk fokus identifikasi permasalahan
sebagai dasar melakukan perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait
yang ada dibawahnya.
3. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan
yang diperoleh pada langkah 3.
Setelah matriks perbandingan antar elemen di buat, dilakukan
pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i, dengan setiap
elemen pada baris ke-j. Perbandingan berpasangan antar elemen tersebut
dilakukan dengan pernyataan “seberapa kuat elemen beris ke-i di dominasi atau
dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan
dengan kolom ke j?”.
Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang
atau waktu, maka pertanyaannya adalah seberapa lebih mungkin suatu elemen
beris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan elemen di
puncak hirarki?”. Untuk menganalisis matriks berpasangan, digunakan skala
banding yang tertera pada Tabel 5. Angka-angka yang tertera menggambarkan
relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.
Tabel 5. Nilai Skala Banding BerpasanganIntensitas
pentingnya Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya
Pengalama dan prtimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan didominasinya
9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya
Bukti yang menyokongelemen yang satu atas yanglainnya memiliki tingkat yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikannya Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifikas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengani.
Sumber : Saaty, 1993
4. Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama.
Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau
mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (X), dibandingkan bila Fi dengan Fj.
Sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X
dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah
garis diagonal utama, diisi dengan nilai kebalikannya.
Contoh : bila F12 memiliki nilai 3, maka nilai elemen F12 adalah 1/3
5. Melaksanakan langkah 3, 4,dan 5, untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hirarki tersebut.
Matriks perbandingan dalam metode AHP dibedakan menjadi : (1)
Matriks Pendapat Individu (MPI). (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG).
Matriks MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI
memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu matriks pada baris ke-i dan
kolom ke-j. Matriks Pendapat Individu dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Pendapat IndividuX A1 A2 A3 ... AnA1 A11 A12 A13 ... A1nA2 A21 A22 A23 ... A2nA3 A31 A32 A33 ... A3n... ... ... ... ... ...An An1 An2 An3 ... Ann
Sumber : Saaty. 1993
MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata
geometrik pendapat-pendapat individu, yang rasio inkonsistensinya lebih kecil
atau sama dengan 10 persen. Setiap elemen pada baris dan kolom sama, dari MPI
yang baru dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Pendapat GabunganX G1 G2 G3 ... GnG1 G11 G12 G13 ... G1nG2 G21 G22 G23 ... G2n... ... ... ... ... ...Gn Gn1 Gn2 Gn3 ... Gnn
Sumber : Saaty, 1993
6. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas, dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas
terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas, dari tingkat bawah berikutnya
dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu : (1)
Pengolahan horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan
tersebut dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan
MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi tinggi.
a) Pengolahan horisontal terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas
(Vektor Eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang mamiliki rasio
inkonsistensi tinggi.
• Perkalian baris (Z) atau Vektor Eigen (VE) dengan rumus :
(i, j = 1, 2, …, n)
• Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau rasio Vektor Eigen adalah :
VP = (Vpi), untuk i = 1, 2, 3, ..., n)
• Perhitungan nilai Eigen Maks (λmaks), dengan rumus :
dengan VA = (Vai)
dengan VB = (Vbi)
• Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI), dengan rumus :
Zi1
nn
kaij∏
=
=
VPi
1 1
1
∑ ∏
∏
= =
==n
i
nmn
k
nn
k
aij
aij
VPiVA VB =
VA x (aij) VA =
1 CI
−−=
nnmaksλ
• Perhitungan rasio Inkonsistensi (CR), dengan rumus :
RI = indeks acak (random indeks), menurut Saaty
dari matriks berorde 1 s/d 15 yang menggunakan
sampel berukuran 100.
Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 10
persen, merupakan nilai yang mempunyai tingkat inkonsistensi yang baik dan
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur
bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan dalam suatu matriks
pendapat.
Tabel 8. Nilai Indeks AcakOrde (n) Indeks Acak (RI) Orde (n) Indeks Acak (RI)
1 0,00 8 1,412 0,00 9 1,453 0,58 10 1,494 0,90 11 1,515 1,12 12 1,486 1,24 13 1,567 1,32 14 1,57
Sumber : Saaty, 1993
b) Pengolahan vertikal merupakan lanjutan setelah MPI dan MPG di olah secara
horisontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu prioritas
pengaruh setiap elemen, pada tingkat tertentu dalam suatu tingkat hirarki
terhadap fokus atau tujuan utamanya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam
pengolahan horisontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya
berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding, yang merupakan anggota
elemen-elemen tingkat di atasnya.
CRCI CR =
Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot
prioritas setiap elemen, pada tingkat dalam suatu hirarki terhadap sasarannya.
Apabila CVij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada
tingkat ke-i terhadap sasaran utama maka :
CVij = ∑CHij (t, i-1) x (VWt (i-1))
Untuk : i = 1, 2, 3,..., n
j = 1, 2, 3,..., n
t = 1, 2, 3,..., n
Dimana : CHij (t, i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t
pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan
horisontal.
(VWt (i-1) = prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-1)
terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan
horisontal.
p = jumlah tingkat hirarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1)
7. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Langkah ini dilakukan dengan mengembalikan setiap indeks konsistensi,
dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil
kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks
konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk
memperoleh hasil baik, Rasio Inkonsistensi harus bernilai kurang dari atau sama
dengan 10 persen.
Rasio Inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horisontal
dengan menggunakan software expert choice 2000. Jika rasio Inkonsistensi
mempunyai nilai lebih dari 10 persen, maka informasi harus ditinjau kembali dan
diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika
melakukan pengisian ulang kuisioner dan mengarahkan responden yang mengisi
kuisioner.
V GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR
5.1 Letak Geografis
Dilihat dari kondisi geografis, Bogor terletak diantara 106.10 Bujur Timur
dan 6.190 Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 317.102 Ha. Secara
administratif luas wilayah Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen, dari luas
propinsi Jawa Barat. Terdiri dari 35 Kecamatan dan 426 Desa atau kelurahan.
Pemanfaatan lahan di Bogor, terdiri dari lahan sawah seluas 48.142 Ha, lahan
kebun 67.680 Ha, padang rumput 820 Ha, kolam 2.323 Ha, hutan rakyat 16.288
Ha, perkebunan 26.505 Ha dan selebihnya seluas 69.354 Ha diperlukan untuk
keperluan lain-lain.
Bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan
maksimal 330 meter, memiliki udara rata-rata setiap bulannya adalah 260C dan
suhu udara terendah 21,80C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70 persen.
Bogor dikenal dengan sebutan kota hujan karena memiliki curah hujan yang
tinggi, yaitu berkisar 3.500 sampai 4.000 milimeter pertahunnya.
5.1.1 Potensi Pasar Anggrek
Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembaga
pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, untuk memperlancar aliran
produk pertanian dari produsen awal ke konsumen akhir. Sebaliknya
memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif,
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran, dari konsumen akhir ke produsen awal
dalam suatu sistem komoditas.
Dalam agribisnis anggrek, pemasaran merupakan kegiatan utama yang
akan menentukan sasaran kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi sekarang
dan masa yang akan datang. Pemasaran merupakan kegiatan yang terus menerus,
sehingga kegiatan tersebut melembaga sebagai pasar. Pasar merupakan salah satu
lembaga terpenting dalam rangkaian kegiatan bisnis, dan pasar anggrek adalah
lembaga utama dalam agribisnis anggrek.
Saat ini, tanaman hias di Indonesia mengalami perkembangan yang
cenderung meningkat. Dapat dilihat dari segi produksi dan tingginya permintaan
pasar, dengan berbagai jenis tanaman hias. Perkembangan produksi tanaman hias
yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Tabel 9 menunjukan bahwa tanaman hias di Indonesia, cenderung
meningkat. Tiap komoditas tanaman memiliki peningkatan berbeda dengan
tanaman hias lainnya, karena setiap tanaman hias mempunyai pasar dan
konsumen masing-masing. Data tahun 1997 sampai 2005, menunjukan adanya
peningkatan komoditas tanaman hias.
Perkembangan pemasaran anggrek, tidak terlalu besar, tetapi tiap tahunnya
mengalami peningkatan. Perkembangan anggrek yang tertinggi pada tahun 2004,
Tahun Anggrek (Ton)
Anthurium (Ton)
Gladioulus (Ton)
Heliconia (Ton)
Krisan (Ton)
Mawar (Ton)
1997 6,502,669 4,282,433 12,504,879 1,027,474 10,062,753 123,439,3241998 7,780,202 1,670,465 6,471,772 929,683 4,445,770 63,291,8381999 3,206,992 404,127 2,532,171 463,890 1,468,213 33,594,3522000 3, 260,858 583,728 4, 843,188 384,464 2,281,125 78,147,5152001 4,450,787 773,299 4,448,199 448,338 7,387,737 84,951,7412002 4,995,735 1,006,075 10,876,948 797,139 25,804,630 55,708,1372003 6,904,109 1,263,770 7,114,382 681,920 27,406,464 50,766,6562004 8,127,528 1,112,724 14,416,172 823,747 29,503,257 57,983,7472005 7,902,403 2,615,999 14,512,619 1,131,568 47,465,794 60,719,517
produktifitasnya mencapai 8,127,528 ton. Meskipun anggrek saat ini tidak besar
produksinya bila dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, akan tetapi anggrek
mempunyai pasar dan konsumen sendiri. Anggrek termasuk ke dalam jenis
tanaman hias tangkai, yang dalam produksinya selalu mengalami peningkatan,
dapat di lihat peningkatan produksi dari tahun 2005 sampai 2006 persentase
peningkatan sebesar 9,65 persen. Perkembangan produksi komoditas tanaman
hias dari tahun 2005 sampai 2006 dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura dari Tahun 2005 sampai 2006
Kelompok Komoditas
ProduksiTahun 2005 Tahun 2006*)
Persentase Peningkatan
(%)Buah-buahan (Ton) 14.786.599 15.381.937 4,03Sayuran (Ton) 9.101.987 9.350.436 2,73Tanaman Hias- Tanaman Hias Tangkai 173.240.364 189.957.366 9,65- Dracaena (Batang) 1.131.621 1.186.391 4,84- Melati (Kg) 22.552.537 22.604.408 0,23- Palem (Pohon) 751.505 936.150 24,57Tanaman Biofarmaka (kg) 342.388.877 360.527.326
Keterangan : *) Angka Prognosa Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Produksi pada anthurium di tahun 2002 perkembangannya, mengalami
kemajuan yang besar. Sampai saat ini pasar anthurium masih terbuka luas, untuk
pengusaha tanaman hias khususnya anthurium. Saat ini selera konsumen
cenderung lebih melihat tanaman hias dalam bentuk daun, mempunyai nilai
estetika dan seni yang tinggi, dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Gladioulus, heliconia, krisan dan mawar merupakan jenis-jenis tanaman
hias yang masih di gemari sampai saat ini, oleh berbagai lapisan konsumen yang
ada di Indonesia. Pasar tanaman hias di Indonesia menuntut persediaan secara
terus menerus, dengan berbagai jenis komoditas tanaman hias. Tuntutan kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas penyediaan anggrek sebagai unsur penghias, sangat
dipengaruhi oleh selera konsumen pada periode tertentu.
Permintaan anggrek cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Anggrek
banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan
dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan duka cita. Pola
konsumsi bunga anggrek, 55 persen diserap oleh florist, 30 persen oleh hotel dan
catering, 15 persen oleh pihak lain seperti rumah tangga, yang membeli langsung
sebagai pembeli murni.
Secara umum distribusi bunga terdiri dari sekitar 70 persen yang dilakukan
secara langsung oleh produsen kepada konsumen dan 30 persen diambil langsung
dilokasi produsen (Perhimpunan Anggrek Indonesia, 2007). Periode ke depan
anggrek yang dominan disukai masyarakat, menurut pengamatan dari majalah
Flora dan Fauna dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pasar Anggrek di Bogor Tahun 2007No Jenis Penjualan (%)1 Dendrobium 30 2 Phalaenopsis 30 3 Oncidium 15 4 Catleya 15 5 Lain-lain 10
Jumlah 100Sumber : Majalah Flora dan Fauna, 2007
Pemilihan jenis anggrek dan warna bunga tergantung dari maksud
penggunaannya. Pada hari natal warna bunga yang di sukai didominasi oleh
warna putih, pada hari imlek warna merah, pink dan ungu. Keperluan ulang
tahun banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu. Menyatakan
belasungkawa umumnya digunakan warna kuning dan ungu.
Konsumen pasar domestik adalah penggemar dan pecinta anggrek,
pedagang keliling, pedagang kios, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung
pertemuan, pengusaha pertamanan, florist, pesta-pesta dan perkawinan.
5.1.2 Jenis Usaha Anggrek di Bogor
Perdagangan anggrek di Bogor cukup beragam, tergantung dari
perusahaan itu sendiri. Nursery merupakan suatu tempat yang membudidayakan
dan menjual berbagai jenis-jenis tanaman hias. Daftar beberapa nama nursery
yang ada di Bogor dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Beberapa Nama Nursery di Bogor
No Nama Nursery Alamat
1 Sanderiana Orchid Sawangan – Parung, Bogor2 Rosita Nursery Komplek IPB Sindangbarang II Blok S No.6 Bogor3 Dian Nursery Jl.Pesantren No.1 Cimanggu - Bogor4 Ari Orchid Jl.KH.Muhasyim 1/46 Rt.06/06 Cilandak Barat-Bogor5 Esha Flora Perumahan Taman Cimanggu Blok M VI Kemuning 6
No.9 Bogor6 Missfa Orchid Taman Pagelaran Blok DDI No.16 Ciomas - Bogor7 PT. Surya Bumi Manunggal Jln.Korakal No.33 Desa Banjarsari, Ciawi-Bogor8 Moonsorchid Cimande – Bogor9 Permata Anggrek Jl.Lodaya C 10 Komp.BPPB Pasir Mulya – Bogor10 Agropromo Centre Jl.Raya Padjajaran – Bogor11 Centra Anggrek Cipanas, Puncak – Bogor
Tabel 12 merupakan sebagian nama-nama nursery yang terdapat di Bogor,
nursery tersebut membudidayakan dan menjual bunga anggrek dalam bentuk pot
dan bunga potong. Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan di Bogor yaitu jenis
anggrek Dendrobium, anggrek lainnya adalah : Vanda, Phalaenopsis dan
Oncidium.
Pengusaha anggrek menengah dan atas, memproduksi bibit anggrek
botolan, bibit anggrek pohon kecil (seedling) dan bunga potong. Pengusaha
anggrek kecil dan menengah memproduksi bunga anggrek pot dan bunga anggrek
potong. Bibit anggrek botolan dan pohon bibit kecil (seedling) biasanya dijual
langsung oleh pengusaha anggrek ke konsumen untuk berbagai kalangan.
Selain dijual langsung oleh pengusaha (pembibitan atau penyilangan
sendiri) bibit botolan dan seedling dijual oleh petani kecil. Anggrek pot berbunga
biasanya dikonsumsi oleh perumahan, hotel, dan gedung perkantoran sebagai
hiasan. Anggrek potong banyak langsung dijual ke pasar bunga Rawabelong-
Jakarta. Usaha anggrek dapat di golongkan menjadi beberapa skala, tergantung
dari usaha yang dilakukan oleh penganggrek. Di bawah ini beberapa golongan
usaha anggrek di Bogor, yaitu:
1. Usaha bunga potong.
2. Usaha tanaman pot.
3. Usaha perbanyakan bibit bunga potong dengan melakukan kultur jaringan,
dari tanaman anggrek yang telah terpilih melalui seleksi yang ketat.
4. Usaha mencari jenis atau varietas baru dengan melalui penyilangan.
5. Usaha pembesaran bibit botolan menjadi tanaman seedling.
6. Usaha sarana penunjang, misalnya media label, pupuk, pestisida, kotak
pengemasan, jasa pengepakan dan pengemasan.
Anggrek dapat dipasarkan dalam bentuk compot (Community Pot),
tanaman individu/tanaman remaja, tanaman dewasa dan bunga potong.
Pertanaman anggrek dapat dilakukan melalui tahapan (1) Protocorm like bodies
sampai menjadi plantlet siap keluar dari botol, waktu yang dibutuhkan ± 1 tahun.
(2) Compot plantlet menjadi seedling dalam bentuk compot diperlukan waktu ± 6
bulan. (3) Compot menjadi seedling dalam bentuk individu dibutuhkan waktu ± 6
bulan. (4) Seedling individu menjadi tanaman remaja dibutuhkan waktu ± 6
bulan. (5) Tanaman remaja menjadi dewasa dan siap berbunga ± 6 bulan. Harga
jenis anggrek beragam tergantung dari jenis varietas dan tahap pertumbuhan,
dapat di lihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Harga Jenis Anggrek Pada Berbagai Tahap PertumbuhanTahap
PertumbuhanTanaman
Harga (Rp)
Dendrobium Vanda Cattleya Phalaenopsis Oncidium Cymbidium
Botolan 25.000-75.000 150.000 75.000-100.000 75.000 50.000-75.000 50.000-75.000Kompot 50.000 100.000 100.000 100.000 150.000 75.000Seedling 10.000-15.000 25.000-75.000 12.500-25.000 15.000-20.000 50.000-75.000 150.000Remaja 20.000-30.000 75.000-150.000 75.000-150.000 25.000-75.000 20.000-350.000 45.000-60.000Berbunnga 30.000-150.000 50.000-300.000 50.000-250.000 30.000-125.000 35.000-600.000 600.000Sumber : Ira. P. 2007
Tabel 13, menjelaskan bahwa beberapa tahapan pertumbuhan anggrek
mulai dari tahap botolan, kompot, seddling, remaja hingga berbunga, dapat
mempengaruhi dan menentukan harga jual anggrek. Anggrek jenis Phalaenopsis
merupakan salah satu anggrek yang banyak di cari konsumennya. Mulai dari
tahap botolan hingga berbunga.
Bunga anggrek tidak saja dijual dalam bentuk pot atau bunga potong.
Anggrek juga dirangkai menjadi indah, tentunya dapat meningkatkan nilai jual.
Saat ini trend merangkai bunga tidak dengan bunga potong, melainkan dalam satu
pot bunga besar di isi dengan berbagai macam bunga anggrek.
Dalam satu pot anggrek, terdapat beberapa tanaman anggrek, pada
umumnya dua sampai tiga jenis anggrek, yang dirangkai dengan mengikutkan
medianya. Penataan tanaman anggrek, tentunya akan menarik perhatian
konsumen dan menghasilkan nilai jual tinggi. Kelebihan rangkaian anggrek ini,
selain nilai jualnya tinggi, dan dapat dibongkar pasang.
5.1.3 Pelaku Bisnis Anggrek di Bogor
Pelaku bisnis anggrek bermacam-macam, tergantung dari aktivitas dalam
mengembangkan bisnis anggrek.
1. Hobiis adalah penggarek yang merupakan penggemar saja. Karena
cintanya akan tanaman anggrek penggemar ini, berusaha mengoleksi
setiap jenis anggrek baru baik species maupun silangan baru. Anggrek
yang bermutu tinggi dengan harga tinggi bukan masalah. Dengan
demikian penggemar anggrek tipe ini, mempunyai koleksi yang sangat
berkualitas dan bervariasi.
2. Penganggrek yang selain mengoleksi, juga berusaha untuk
mengembangkan dengan melakukan persilangan anggrek. Di sini, tujuan
penyilangan anggrek sangat penting. Apakah untuk mendapatkan jenis
baru atau percobaan saja, atau untuk mencari bunga potong. Golongan ini
secara tidak disadari merupakan penganggrek yang sangat berjasa,
terhadap perkembangan anggrek.
3. Panganggrek yang memang dari semula hanya mengkhususkan untuk
menghasilkan bunga potong. Mungkin inilah yang dapat dikatakan
memproduksi bibit anggrek, baik sebagai “Industri Anggrek”.
4. Penganggrek yang mengkhususkan untuk botolan, maupun hasil kultur
jaringan.
5. Penganggrek yang menjual hasil produksinya sendiri berupa tanaman pot.
6. Penganggrek yang mempelajari anggrek dari segi ilmu pengetahuan.
7. Pedagang anggrek, hanya menjual tanaman anggrek saja; Biasanya
dengan membeli dari sumber tertentu dan menjual kembali ke konsumen.
5.2 Sentra Produksi Anggrek
Di Indonesia terutama di Pulau Jawa, banyak terdapat sentra tanaman hias.
Sentra-sentra industri tanaman hias, yang menjadi produsen tanaman hias, dapat
di lihat pada Tabel 14 dan data lengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 4.
Tabel 14. Sentra Industri Tanaman Hias Anggrek
NO WILAYAH JENIS TANAMAN HIAS
1 Jakarta BaratAnggrek, Adenium, Dracaena, Aglaonema, Palem, Cordeline, Cemara, Euphorbia, Heliconia, Phylodendron, Ficus, Soka, Bougenville, Kemuning, Cycas, Zingiberaceae.
2 Jakarta Selatan Anggrek, Palem, Dracaena, Monstera, Bougenville, Cemara, Ficus, Cordeline, Euphorbia, Soka, Bougenville, Kemuning, Heliconia.
3 Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera.
4 Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus.
5 Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium,Ficus, Aglaonema, Euphorbia.
6 Karawang & Bekasi Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglaonema dan Dracaena.
7 Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline.
8 Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline. Aglaunema, Adenium, Anthurium.
Sumber: situs Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Dirjen Hortikultura Deptan. 2008
Dapat di lihat pada Tabel 14, Bogor merupakan salah satu kota yang
menjadi sentra produksi anggrek. Bogor juga merupakan pusat agrowisata seperti
Kebun Raya Bogor dan Puncak, mengakibatkan pesatnya pertumbuhan berbagai
institusi ataupun lembaga-lembaga jasa lainnya, seperti perhotelan atau villa.
Kondisi seperti ini dapat meningkatkan prospek pemasaran bunga termasuk
anggrek, karena anggrek dapat menjadi penghias ruangan sekaligus menjadi
keindahan lingkungan.
Pasar tanaman hias di Bogor, berada di sepanjang jalan Padjajaran,
Semeru, Dadali dan Parung. Anggrek potong banyak di jual di sepanjang jalan
Merdeka atau Taman Topi dan di daerah Cibinong, di jual dengan berbagai jenis
varietas dan harga yang beragam. Produsen anggrek Bogor juga bekerja sama
dengan Rawabelong, daerah di Jakarta.
5.3 Lembaga Penunjang Agribisnis Anggrek di Bogor
Pengembangan agribisnis anggrek di Bogor dapat berjalan dengan baik,
jika adanya suatu kerjasama dan koordinasi yang baik antar sub sistem, untuk
mendapatkan tujuan yang sama. Tujuan yang diinginkan, akan tercapai jika
terdapat kesamaan program.
5.3.1 Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor merupakan pusat konservasi tumbuhan yang
melakukan konservasi tumbuhan secara exsitu dalam arti luas. Mencakup usaha
melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan secara
berkesinambungan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pelestarian, penelitian,
pendidikan, rekreasi, serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap dunia
tumbuhan dan lingkungan hidup. Prinsip konservasi yaitu pemanfaatan
sumberdaya untuk mengembangkan setiap spesies yang ada.
Kebun Raya Bogor mempunyai program, dapat mengembangkan setiap tanaman
yang dilindunginya, khususnya anggrek yaitu koleksi hidup yang terus
dikembangkan. Tujuannya menginventarisi konservasi anggrek-anggrek yang ada
di Indonesia. Saat ini Kebun Raya Bogor mengoleksi kurang lebih 5000 spesies.
Kegiatan yang dilakukan di koleksi anggrek Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Kegiatan Yang Dilakukan Di Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor
NO URAIAN KEGIATAN VOLUME
1 Penyiraman Setiap hari2 Pemupukan Seminggu sekali3 Penyiangan Setiap hari4 Penggantian Media Disesuaikan dengan keadaan di lapangan5 Pengendalian HPT Satu minggu 2 kali6 Penerimaan tanaman hasil eksplorasi 584 spesimen, 89 marga, 208 species7 Penghapusan 274 spesimen, 2 marga, 5 species8 Koleksi baru 29 specimen, 2 marga, 34 species9 Identifikasi anggrek 280 nomor10 Pemasangan label 2336 nomor11 Pengamatan pembangunan 89 marga, 300 species12 Kegiatan di Orchidarium Pembabadan rumput, penyapuan lapangan,
penyiangan gulma, pemupukan anggrek tanah,
perapihan dahan pohon tumbang/patah,
membersihkan rumput pada jalan paping blockSumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor, 2006
Untuk meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung
penelitian, bekerjasama dengan departemen PU, Departemen Kehutanan,
Departemen Pariwisata, Kantor Kementrian Lingkkungan Hidup, Yayasan Kebun
Raya Indonesia, PT Asuransi Jasa Raharja Putra, Hongkong Shanghai Bank
Corporation Program pendidikan lingkungan KRB diselenggarakan atas dukungan
UNESCO, Botanic Garden Concervation International (BGCI), Hongkong
Shanghai Bank Corporation (HSBC), PT Bayer Indonesia serta PT Aqua.
Reputasi Kebun Raya Bogor sebagai lembaga konservasi yang dikenal
baik ditingkat nasional maupun Internasional merupakan kekuatan paling
dominan untuk meraih peluang besar saat ini. Tingginya kepedulian masyarakat
terhadap keanekaragaman hayati dan konservasi, bantuan pihak luar yang tidak
mengikat pangsa pasar yang besar,jaringan kemitraan yang luas adalah peluang
yang dimiliki Kebun Raya Bogor.
Peluang yang sangat besar itu belum dapat dimanfaatkan secara maksimal
selama masih ada kelemahan dalam bidang manajemen SDM dan belum
optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana. Sementara itu masalah yang
dihadapi seperti kekurangan dana, kinerja SDM yang rendah, polusi, iklim yang
tidak menguntungkan, gangguan keamanan, vandalisme, krisis ekonomi
merupakan tantangan yang harus dihadapi. Keterkaitan Kebun Raya Bogor
dengan sub sistem lainnya adalah Kebun Raya Bogor mengkonservasi dan
melindungi flasma nutfah yang ada di Indonesia, agar tidak punah keradaanya.
5.3.2 Laboratorium Prof. Watimena, Institut Pertanian Bogor (IPB)
Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah Institusi yang mengembangkan
sektor pertanian, termasuk meningkatkan Hortikultura. Menurut hasil wawancara
dengan Hesti Kholifah dan Nia Daniar, yang merupakan staf di Laboratorium
Prof. Watimena, tanggal 30 Oktober 2007 menjelaskan bahwa produk unggulan
Laboratorium Prof. Watimena adalah anggrek Dendrobium atau Phalaenopsis
amabilis dan kentang (100 varietas),. Laboratorium Prof. Watimena juga
menghasilkan bunga krisan, broksinia, mint, daun dewa, jahe, kunyit, dan
temulawak.
Pengelola Laboratorium Prof. Watimena yang pertama adalah Lifi Winata
Gunawan (Alm, meninggal tahun 1999), diteruskan dengan Ni Made Armini
Wendi, Dini Dinarti, Agus Purwito, dan saat ini di kelola oleh Awang Maharijaya.
Teknisi di Laboratorium Prof. Watimena terdapat 2 orang yang khusus menangani
di laboratorium dan sebagian bibit di peroleh dari Kebun Raya Bogor. Adapun
sistem yang dipakai di Laboratorium Prof. Watimena yaitu menggunakan sistem
koleksi hidup dengan sebar biji. Teknologi yang dihasilkan IPB yaitu kultur
jaringan atau bioteknologi tanaman. IPB untuk pertama kalinya menyumbangkan
teknologi tersebut.
Program yang ada di Laboratorium IPB adalah preserpasi plasma nutfah,
perbanyakan penelitian, pemuliaan, dan breading. Selain itu tugas utama adalah
mengoleksi dan memperbanyak tanaman untuk digunakan penelitian SI dan S2,
dan tidak adanya program khusus, yang paling pennting adalah untuk penelitian
karena tidak ada kerjasama dengan pihak swasta lainnya, untuk itu anggrek tidak
dikomersilkan. Tetapi sebagian koleksi Prof.Watimena ada yang di keluarkan
tetapi hanya untuk digunakan penelitian dan kepentingan-kepentingan yang
berkaitan dengan pengembangbiakan atau pembudidayaan tanaman anggrek.
Laboratorium Prof. Watimena tidak berorientasi pada pasar tetapi lebih
kearah penelitian untuk program studi SI dan S2. Lab kultur jaringan mulai
didirikan tahun 1982 berkembang melalui mahasiswa dan bekerja sama juga
dengan luar negeri yaitu Malaysia. Bila dilihat dari mulai tahun 1982 sampai saat
ini, IPB belum menyumbangkan hasil penelitiannya untuk meningkatkan
peranggrekan di Bogor. Di Laboratorium Prof. Watimena tujuan penelitian
anggrek Dendrobium dan Phalaenopsis amabilis selain untuk penelitian
dijadikan sebagai koleksi hidup Prof.Watimena. Jadi bila dilihat dari hasil
produknya terutama anggrek tidak mengikuti permintaan dan trend pasar saat ini,
dan bila dilihat hasilnya masih kalah bila dibandingkan dengan hasil produk
nursery-nursery yang ada di Bogor.
Laboratorium Prof. Watimena seharusnya dapat menyumbangkan hasil
penelitiannya dalam peranggrekan yang dapat membantu dalam peragribisnisan
anggrek yang ada di Bogor, tetapi kenyataannya yang ada untuk saat ini IPB tidak
ikut menyumbangkan hasil penelitian-penelitian di Laboratoriumnya. Selain itu
IPB tidak memiliki program khusus yang dapat meningkatkan sekaligus
mengembangkan peranggrekan di Bogor. Laboratorium Prof. Watimena tidak
maksimal dalam menyumbangkan hasil penelitianya dan membantu dalam
meningkatkan peranggrekan di Bogor karena IPB tidak menyediakan dana khusus
untuk fasilitas tersebut, kurangnya perhatian pemerintah tentang sumbangan dana
bagi pengembangan IPB.
Bila dilihat dari agribisnis anggrek di Bogor yang seharusnya memiliki
prospek yang cerah karena memiliki IPB, karena dengan adanya penelitian di
Laboratorium kultur jaringan Prof. Watimena maka menghasilkan bibit yang
berkualitas, tetapi kenyataannya IPB belum sepenuhnya menyumbangkan hasil
dari penelitiannya yang dapat membantu dalam peningkatan anggrek di Bogor.
5.3.3 Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)
Balai Penelitian Tanaman Hias merupakan institusi utama penelitian di
bidang tanaman hias. Melaksanakan kegiatan penelitian untuk menghasilkan
teknologi tinggi, strategis dan inovatif, upaya mengatasi kebutuhan masyarakat
agribisnis secara proaktif, responsif dan antisipatif. Komoditas utama Balai
Penelitian Hias, dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Komoditas Utama Balai Penelitian Tanaman HiasNo Jenis komoditas Produk/Hasil1 Komoditas Prioritas Krisan, Anggrek, Mawar, Anyelir, Lily,
Anthurium2 Komoditas Unggulan Mawar, Lily3 Komoditas Trend Setter Tanaman hias tropis, Lily4 Komoditas Prospektif Dracaena, Alpinia, Sedap malam, Costus,
Gladiol dan MelatiSumber : www. Balithi.go.id. 23 Januari 2008
Pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa Balai Penelitian Tanaman Hias,
mempunyai banyak jenis komoditas. Anggrek merupakan jenis komoditas
prioritas dalam pengembangan di Balai Penelitian Tanaman Hias. Keterkaitan
Balai Penelitian Tanaman Hias dengan sub sistem lainnya, Balai Penelitian
Tanaman Hias meneliti flasma nutfah dari IPB dan Kebun Raya Bogor untuk
menghasilkan produk anggrek yang berkualitas. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan melihat program utama dan prioritas penelitian di Balithi, dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17. Program Utama dan Prioritas Penelitian di BalithiNo Jenis Program
1 Pengolahan plasma nutfah2 Perbaikan potensi genetik3 Perbaikan system produksi tanaman4 Perbaikan teknologi produksi benih bebas penyakit dan konsep standarisasi mutu5 Perbaikan teknologi pengendalian hama dan penyakit6 Fisiologi hasil dan biokimia7 Aplikasi bioteknologi dalam perbaikan genetic dan kualitas benih8 Analisis komoditas dan igentifikasi masalah pelaku bisnis tanaman hias
Sumber : www.dirjentanhias.go.id, tgl 23 Januari2008
Sesuai dengan mandatnya Balai Penelitian Tanaman Hias melaksanakan
penelitian dan pengembangan varietas unggul dan teknologi tinggi dan strategis
yang inovatif dan bernilai untuk mendukung pembangunan sistem dan usaha
agribisnis tanaman hias yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan.
Pada tahun anggaran 2003 Balai Penelitian Tanaman Hias melaksanakan
delapan belas judul proposal penelitian: a) Koleksi, karakterisasi dan konservasi
plasma nutfah tanaman hias (6 KGT); b) Pemanfaatan sumber daya genetik
menunjang perakitan varietas unggul (11 KGT); c) Peningkatan mutu dan
produktivitas anggrek Phalaenopsis (5 KGT); d) Perakitan varietas unggul
anggrek tahan penyakit penting (8 KGT); e) Perbaikan varietas dan teknologi
mawar (8 KGT); f) Perakitan varietas unggul krisan dan anyelir tahan terhadap
hama & penyakit penting (5 KGT); g) Formula dan komposisi media tumbuh
organik mawar, anyelir, geranium dan gloxinia (3 KGT); h) Modifikasi
Linkungan Fisik Dracaena dan Alpinia (6 KGT), i). Perbaikan Teknologi Produksi
benih tanaman hias (5 KGT); j) Peningkatan produktivitas dan kualitas sedap
malam (3 KGT); k) Pemanfaatan mikroba antagonis untuk pengendalian penyakit
tular tanah (7 KGT); l) Peramalan insidensi hama dan penyakit penting pada
tanaman krisan, mawar dan anyelir (5 KGT); m) Evaluasi insektisida botani
potensial untuk pengendalian hama tanaman hias (3 KGT); n) Formula pengawet
kesegaran bunga potong alpinia (3 KGT); o) Studi manfaat medis dan kandungan
nutrisi tanaman hias (2KGT); p) Perbaikan varietas dan teknologi lily (8 KGT); q)
Produksi benih dan pemeliharaan varietas tanaman hias (4 KGT), dan r) Penelitian
Pemuliaan partisipatif shuttle breeding tanaman hias (2 KGT).
Balai Penelitian Tanaman Hias sebagai institusi utama penelitian di bidang
tanaman hias telah melaksanakan kegiatan penelitian untuk menghasilkan
teknologi tinggi, strategis dan inovatif dalam upaya mengatasi kebutuhan
masyarakat agribisnis secara proaktif, responsif dan antisipatif. Hasil-hasil
penelitian tersebut siap dikembangkan lebih lanjut melalui proses alih teknologi
sesuai peraturan yang berlaku. Hasil unggulan balithi berdasarkan komoditas yaitu
anggrek, anthurium, anyelir, gladiol, krisan, lily, mawar dan pestisida hayati.
5.3.4 Bioteknologi (BB-Biogen) Badan Litbang Pertanian
Bioteknologi merupakan unit pelaksana komersialisasi teknologi
nonstruktural, yang berfungsi sebagai jembatan dalam mempercepat proses alih
teknologi yang dihasilkan oleh BB-Biogen kepada masyarakat pengguna.
Sebaliknya menghimpun informasi pasar mengenai teknologi apa yang
dibutuhkan oleh pengguna untuk disampaikan kepada BB-Biogen.
Program Bioteknologi adalah : (1) Memanfaatkan teknik biologi
molekultur dan rekayasa genetika untuk perbaikan tanaman; (2) Pemanfaatan
teknik kultur in vitro, untuk pemuliaan tanaman dan metabolit sekunder; (3)
Pengelolaan, pemanfaatan dan sistem informasi plasma nuftah pertanian; (4)
Pengkajian keamanan hayati dan keamanan pangan tanaman transgenik.
Tugas utama dari Bioteknologi adalah melaksanakan penelitian, yang
bertujuan untuk alih teknologi. Pihak bioteknologi harus melakuka publikasi,
komersial. Menurut hasil wawancara dengan Ibu Yati Risyati, yang bekerja di
Bioteknologi tanggal 13 November 2007, Penelitian anggrek di mulai sejak tiga
tahun terakhir, tepatnya tahun 2004, yang dikerjakan dari bioteknologi untuk
anggrek adalah perbanyakan anggrek dengan mediklon dan biji. Selain itu
Bioteknologi melakukan perbanyakan Phalaenopsis amabilis untuk beberapa
hibrida dari luar yang dikembangkan warnanya menjadi warna ungu, kuning dan
orange. Bioteknologi juga melakukan pembibitan yang berasal dari biji
sedangkan dari mediklon hanya untuk penelitian dan tidak untuk dijual, dan
Anggrek yang sudah dewasa, biasanya di simpan dirumah kaca, dan jual untuk
umum.
Produk utama Bioteknologi adalah Pisang, anggrek hanya sebagian kecil
yang diteliti oleh bioteknologi. Sebagian besar produk-produk utamanya masih
mengarah ke pertanian, seperti padi dan buah-buahan. Jenis-jenis anggrek yang
terdapat di Bioteknologi adalah Dendrobium, Phalaenopsis amabilis dan
Gludenslower. Bioteknologi menyediakan anggrek dalam bentuk planet, kompot
dan dewasa untuk dijual.
Tantangan Bioteknologi yang belum tercapai adalah melakukan penelitian
untuk perbanyakan dengan tujuan tidak untuk komersial tetapi hanya untuk
mencari teknologi dalam perbanyakan anggrek. Adanya teknologi menantang
transformasi gen atau pemindahan gen, yaitu memindahkan gen satu ke gen yang
lainnya, karena teknologi seperti itu sudah dapat diterapkan di Biotek tetapi di
anggrek belum dilakukan
Hambatan yang di hadapi dalam penelitian anggrek di Bioteknologi yaitu :
Tidak mempunyai gen warna. Gen warna hanya dipunyai oleh Thailand, jika kita
ingin memilikinya maka kita harus mempunyai perjanjian dalam lisensi, royalti
dan semua proses tersebut sangat rumit dan bahan-bahan kimia yang mahal.
Keterkaitan bioteknologi dengan sub sistem lainnya adalah Bioteknologi ikut
menyumbangkan teknologi yang modern, untuk menciptakan produk unggulan.
5.3.5 Pemda Bogor
Secara geografis kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS,
kedudukan geografis kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten Bogor serta
lokasinya sangat dekat dengan ibukota negara, merupakan potensi yang strategis
bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional
untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata.
Bogor yang merupakan salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat yang
sekaligus penyangga ibu kota yang memiliki asset wisata ilmiah, yang bersifat
internasional yaitu kebun raya. Bogor yang disebut sebagai kota hujan dialiri
beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan kota, yaitu
sungai ciliwung, cisadane, cipakancilan, cidepit, ciparigi, dan cibalok.
Bogor lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian adalah 1.006 ha
berupa lahan sawah, 1.479,67 ha lahan kering, 868,29 ha lahan pekarangan,
309.624 ha lahan perkebunan dan 11.470 ha berupa situ dan kolam. Potensi
lainnya adalah sumber daya manusia petani/pelaku agribisnis, maupun aparatur.
Penggunaan lahan di Bogor dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penggunaan Lahan di Bogor
No Jenis lahan Luas / Ha
1 Lahan Sawah 1.006.0002 Lahan Kering 1.479.6703 Perkebunan 309.6214 Hutan negara 150.0005 Situ dan kolam 111.4706 Pekarangan 869.2907 Pumukiman 6.217.2928 Lain-lain 1.706.657
Jumlah 11.850.000Sumber: pemeritah kota Bogor, tgl 23 januari 2007
Dapat dilihat pada Tabel 18. Pemda Bogor menyusun dalam penggunaan
dan pemanfaatan lahan di Bogor yang paling banyak digunakan adalah untuk
pemukiman, sedangkan untuk pengembangan agribisnis khusus untuk tanaman
hias (anggrek) tidak ada. Bogor yang seharusnya memiliki prospek yang cerah
dalam pengembangan agribisnis anggreknya, tetapi pemda bogor kurang
mendukung dalam memfasiolitasi ketersediaan lahan yang khusus untuk
pengembangan angribisnis anggrek. Adapun target dari pemda dalam
mengembangkan agribisnisnya dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Target dan Realisasi Tanam Padi, Palawija dan Sayuran Tahun 2003
No Komoditi Target Realisasi Persentase
1 Padi 1.500,00 1.165,00 77,672 Jagung 350,00 382,00 109,143 Kedelai 7,00 5,00 71,434 Ubi kayu 310,00 350,00 112,95 Ubi Jalar 100,00 130,00 130,006 Kacang tanah 110,00 62,00 56,357 Talas 215,00 275,00 127,908 Tomat 60,00 47,00 78,339 Kacang panjang 37,00 63,00 170,2710 Cabe 25,00 47,00 188,00
Jumlah 2,714,00 2.256,00 93,07Sumber: pemeritah kota Bogor, tgl 23 januari 2007
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa pemda Bogor menargetkan dalam
pengembangan agribisnisnya lebih ke arah padi, palawija dan sayuran. Pemda
Bogor sampai saat ini masih kurang perhatiannya dalam pengembangan tanaman
hias khususnya anggrek, yang seharusnya anggrek di Bogor lebih berkembang
dengan baik dengan dukungan pemda setempat.
VI IDENTIFIKASI STRATEGI PENGEMBANGAN
AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR
6.1 Hirarki Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Dalam pengembangan agribisnis anggrek tidak sedikit faktor-faktor yang
diperlukan. Peningkatan di berbagai faktor diharapkan dapat meningkatkan
peranggrekan di Bogor. Peningkatan dapat dilakukan mulai dari sumberdaya
genetik dengan meningkatkan kualitas flasma nutfah.
Dalam sumberdaya genetik anggrek, yang sangat berperan di Bogor yaitu
Kebun Raya Bogor. Sumberdaya genetik agar tidak punah keberadaannya, maka
harus dilakukan pengoleksian genetik, yang saat ini dilakukan di Kebun Raya
Bogor. Genetik tersebut kemudian dievaluasi, untuk menentukan mana yang
mempunyai potensi pasar bagus untuk dikembangkan.
Konservasi penting dilakukan, dapat mengembangkan anggrek sesuai
dengan habitatnya, seperti in situ di hutan dan ex situ bisa di Kebun Raya Bogor.
Tahap terakhir yaitu dokumentasi. Sumberdaya genetik yang melimpah harus
dipromosikan keberadaannya, dengan tujuan pecinta anggrek mengetahui habitat
anggrek.
Untuk mendapatkan anggrek yang bagus, maka diperlukan Breader yang
bagus. Breader yaitu pemimpin atau orang-orang yang ahli dalam penanganan
anggrek. Seperti pemulia, ahli kultur jaringan dan agronomis, ketiga ahli tersebut
memiliki pengalaman dan ilmu yang tinggi mengenai anggrek. Selain lebih
mendalami tentang ilmu peranggrekannya, Breader bertugas memberikan ilmunya
dengan jalan mengadakan seminar dan pelatihan tentang anggrek yang bertujuan
untuk menyebarkan informasi yang benar mengenai pengembangan anggrek
kepada petani.
Pemulia yaitu orang yang bekerja dalam bidang kultur jaringan yang
bertugas membuat varietas baru. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
dengan mengikuti seminar-seminar anggrek dan pelatihan. Kultur jaringan yaitu
pemahaman mengenai media dan lingkungan. Peningkatan teknologi dalam
kultur jaringan, misalnya penggunaan alat-alat untuk membuat bibit dalam
botolan. Fungsi kultur jaringan yaitu dapat mengetahui media, bahan apa yang
digunakan, cuaca dan suhu berapa yang cocok untuk jenis anggrek.
Seorang ahli kultur jaringan sangat memerlukan bantuan dan kerjasama
dengan sesama ahli kultur jaringan. Misalnya untuk memenuhi pangsa pasar yang
ada, diperlukan jumlah anggrek yang banyak. Maka dibutuhkan orang-orang
yang ahli dalam kultur jaringan, untuk bisa bekerjasama dalam memproduksi bibit
anggrek yang banyak. Dapat dikembangkan dan diproduksi dengan baik,
sehingga kebutuhan pangsa pasar akan tercukupi. Selain itu dibutuhkan
peningkatan fasilitas sarana yang mendukung jalannya proses kultur jaringan.
Agronomi mencakup pemupukan, proteksi hama penyakit dan
ekofisiologi. Ekofisiologi yaitu mengetahui cahaya, suhu, misalnya anggrek
Dendrobium cocok dengan ukuran jaringan berapa. Peningkatan teknologi dalam
agronomi yaitu dengan penggunaan alat-alat modern dalam penyemprotan pupuk,
dengan dosis yang tepat. Menggunakan teknologi modern dalam memproteksi
dan mengendalikan hama penyakit anggrek dan teknologi dalam ekofisiologi.
Sehingga jika agronomi didukung dengan teknologi yang modern, dapat
memudahkan dalam membudidayakan anggrek.
Anggrek akan di terima oleh pasar, semua itu tergantung dari kinerja
marketing. Karena bertugas untuk lebih mengetahui perubahan trend pasar, dan
melakukan promosi, dan kerjasama dengan luar negeri. Marketing dalam
pengembangan anggrek bertujuan, membuat anggrek bernilai ekonomi tinggi.
Meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan pasar, seperti
mengetahui jenis anggrek yang akan banyak digemari oleh konsumen, untuk lima
tahun kedepan. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih lima tahun, karena proses
mulai dari penyilangan, persemaian, pembudidayaan hingga menghasilkan bunga
yang sempurna. Dengan begitu petani akan membudidayakan anggrek, untuk
jangka waktu lima tahun kedepan, dengan harapan akan mengikuti trend pasar
saat itu.
Seorang marketing akan mengetahui perkembangan dan informasi pasar
yang ada. Dengan mengetahui dan mengikuti berapa banyak permintaan dan
berapa banyak penawaran yang diberikan. Maka seorang marketing harus
mempunyai data supply dan data demand, sehingga dapat memprediksikan
seberapa besar anggrek yang harus diproduksi dengan melihat data supply dan
data demand. Dengan perhitungannya, produksi anggrek tidak akan mengalami
kekurangan persediaan atau kelebihan persediaan.
Seorang marketing yang baik harus mengetahui kapan anggrek itu akan
dipasarkan, dimana dan berapa banyak jumlahnya. Karena akan mempengaruhi
proses produksi anggrek. Misalnya anggrek tersebut akan dikeluarkan pada hari-
hari besar seperti idul fitri, dan imlek maka warna dan coraknya harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
Peranan seorang marketing sangat diperlukan, untuk bisa memasarkan
anggrek dengan baik, maka diperlukan pengetahuan yang luas, mengenai selera
asal daerah yang akan di pasarkan. Pemasaran untuk pasar domestik, misalnya
untuk daerah Bali cenderung menyukai anggrek Phalaenopsis yang berwarna
putih, dipakai untuk beribadah. Umur juga sangat mempengaruhi trend pasar
dalam peranggrekan, seorang Breader yang bagus, akan mengetahui lima tahun
kedepan tujuan pemasarannya paling banyak rata-rata penduduknys berumur
berapa, sehingga Breader akan menyiapkan sesuai dengan selera dan target lima
tahun kedepan.
Umur akan menentukan warna dan corak yang trend pada saat itu. Khusus
untuk umur penduduk yang rata-rata masih muda, mempunyai selera warna dan
corak yang mencolok, dibandingkan dengan selera orang dewasa atau orang tua
pada umumnya. Orang tua cenderung menyukai warna-warna yang lembut dan
konsenpatif.
6.2 Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, terdapat banyak
faktor-faktor yang dapat menentukan. Erat kaitannya dengan peningkatan mutu
atau kualitas dari semua aspek dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor.
Analisis dilakukan dengan wawancara dengan orang yang ahli dalam bidangnya
yang hasilnya kemudian disusun menjadi model struktur hirarki keputusan seperti
terlihat pada Gambar 6.
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGORTujuan
Ahli Kultur JaringanSDMSumberdaya
GenetikTeknologi
STRATEGI AGRIBISNIS Proses PemasaranInput Output
Sub Faktor Penyusun
KontinuitasKuantitasKualitas
Faktor Penyusun
Faktor Penentu
MerketingAgronomis
25239 2220191817161514111087654321 21 24 26
Trend Pasar Ahli Kultur Jaringan AgronomisMerketing
12 13
Ket1. Pemuliaan2. Kultur Jaringan3. Agronomi4. Koleksi5. Evaluasi6. Konservasi
7. Dokumentasi8. Pemulia9. Ahli Kultur Jaringan10. Agronomis11. Warna12. Variasi13. Jenis Anggrek Lokal/Impor
14. Sumberdaya Manusia15. Sarana16. Sumberdaya Manusia17. Sarana18. Data Suplay19. Data Demand20. Dimana
21. Kapan22. Berapa23. Sumberdaya Manusia24. Sarana25. Sumberdaya Manusia26. Sarana
Gambar 6. Hirarki penentuan tingkat kepentingan pengembangan agribisnis anggrek dan hasil pengolahan data Melalui Proses Hirarki AnalitikRasio Inkonsistensi pada tabel diatas adalah 0,05
Gambar di atas menjelaskan bahwa model ini terdiri dari lima tingkat.
Dimana tingkat 1 merupakan fokus yaitu untuk mendapatkan strategi
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Tingkat 2 merupakan faktor penentu
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor terdiri dari kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas. Tingkat 3 merupakan faktor penyusun pengembangan anggrek di
Bogor, yang merupakan penjabaran dari tingkat 2, terdiri dari teknologi,
sumberdaya genetik, sumberdaya manusia, trend konsumen, ahli kultur jaringan,
agronomis, marketing dalam kuantitas, marketing dalam kontinyuitas, ahli kultur
jaringan, dan agronomis.
Tingkat 4 merupakan sub Faktor penyusun pengembangan yang
merupakan penjabaran dari faktor-faktor dari faktor tingkat 3, terdiri dari
teknologi pemuliaan, teknologi kultur jaringan, teknologi agronomi, koleksi,
evaluasi, konservasi, dokumentasi, pemulia, ahli kultur jaringan, agronomis,
warna, variasi, jenis anggrek lokal/impor, sumberdaya manusia, sarana,
sumberdaya manusia, sarana, data supply, data demand, dimana, kapan, berapa,
sumberdaya manusia, sarana, sumberdaya manusia dan sarana.
Terakhir adalah tingkat 5 yang merupakan strategi agribisnis yang harus
ditingkatkan yaitu penjabaran dari tingkat 4, terdiri dari input, proses, output, dan
pemasaran.
Didalam sistem tersebut terdapat pelaku-pelaku usaha yang menjalankan
fungsi-fungsi produktif dalam masing-masing sub sistem. Dengan kata lain
agribisnis dibangun oleh kumpulan pelaku bisnis dan pelaku lain yang interaksi
diantaranya membangun keseluruhan sistem agribisnis yang bersangkutan. Hasil
pengolahan data pada tingkat 2 dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Susunan Faktor Penentu Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Tingkat 1Faktor Penentu Bobot PHA Prioritas Lokal
Kualitas 0,797 1Kuantitas 0,107 2Kontinyuitas 0,096 3
Rasio Inkonsistensi : 0,01
Hasil pengolahan data pada tingkat 2 menunjukan bahwa urutan faktor
penentu pengembangan agribisnis anggrek di Bogor pada tingkat 2 adalah kualitas
(0,797) kuantitas (0,107) dan kontinyuitas (0,096). Dapat dilihat bahwa dalam
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, kualitas mendapat prioritas utama
tingkat kepentingannya. Bila dibandingkan dengan kuantitas, karena kuantitas
atau jumlah produkasi anggrek di Bogor jumlahnya paling tinggi, menduduki
peringkat pertama bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Produksivitas
anggrek dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Luas Panen, dan Produksi Anggrek menurut Propinsi Tahun 2005No Propinsi Luas Panen (m2) Produksi (tangkai)1 Sumatra Utara 44.123 468.3232 DKI Jakarta 188.561 385.3813 Jawa Barat 150.554 2.342.0624 Jawa Timur 334.123 868.9625 Banten 284.193 1.528.2016 Bali 35.181 106.8077 Kalimantan Barat 49.294 551.0728 Sulawesi Utara 25.229 248.889
Sumber : Ditjen Hortikultura dan Tanaman Hias, 2005
Selain jumlah produksi yang tinggi, mencapai 2.342.062 tangkai, Jawa
barat juga memiliki luas areal yang tinggi, untuk memproduksi tanaman anggrek
yaitu 60 Ha. Dapat dibuktikan dengan melihat Tabel 22.
Tabel 22. Luas Areal Pertumbuhan AnggrekNo Nama Daerah Luas/Ha
1 DKI Jakarta 51,8 Ha2 Jawa Barat 60 Ha3 Jawa Timur 51,7 Ha4 Sumatra Utara 20 Ha5 Kalimantan Timur 51,7 Ha6 Sulawesi Selatan 3,6 Ha7 Papua 99,4 Ha
Sumber : Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat, 2008
Dengan melihat Tabel 21 dan 22 maka kuantitas anggrek di Bogor tidak
perlu ditingkatkan lagi. Dan kontinyuitas pun, dengan melihat jumlah produksi
yang tinggi secara otomatis, untuk mencukupi jumlah permintaan anggrek secara
terus menerus akan tercukupi. Menurut Dinas Pertanian, bila potensi genetik
anggrek dapat dicapai, maka peningkatan produksi secara perhitungan dapat
mencapai 2-3 kali lipat produksi yang dicapai saat ini. Proyeksi produksi tahun
2010, produktivitas anggrek diharapkan mencapai 8-10 tangkai pertanaman.
Selain itu untuk mencukupi jumlah permintaan anggrek di Bogor, Dinas
Pertanian menyatakan bahwa sasaran periode tahun 2005 – 2010 adalah (1)
tersedianya produk anggrek sebanyak 75.192.000 tangkai dan 16.166.628 pot.
Pada tahun 2005 menjadi 89.692.000 tangkai dan 19.284.219 pot. Tahun 2010
sesuai standar mutu pasar domestik dan internasional. (2) Tersedianya sentra
anggrek 187.98 ha pada tahun 2005 menjadi 224.23 ha pada tahun 2010. Susunan
prioritas faktor penentu pengembangan agribisnis anggrek di Bogor dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23. Susunan Prioritas Faktor Penentu Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Tingkat 2Faktor Penentu
Tingkat 3Faktor Penyusun Bobot PHA Prioritas Lokal
Kualitas
Teknologi 0,080 4Sumberdaya Genetik 0,627 1Sumberdaya Manusia 0,099 3
Trend Pasar 0,195 2
KuantitasAhli Kultur Jaringan 0,352 2
Agronomis 0,096 3Marketing 0,522 1
KontinyuitasMarketing 0,614 1
Ahli Kultur Jaringan 0,268 2Agronomis 0,117 3
Fungsi pada tingkat 2 dijelaskan oleh faktor pada tingkat 3 dan sub faktor
pada tingkat 4. Hasil Analytical Hierarchy Process pada tingkat 3, menunjukan
secara berurutan prioritas pengembangan agribisnis anggrek untuk kualitas
mencakup sumberdaya genetik (0,627), trend pasar (0,195), sumberdaya manusia
(0,099), dan teknologi (0,080). Urutan prioritas kuantitas mencakup marketing
(0,522), ahli kultur jaringan (0,352), dan agronomis (0,096). Dan urutan prioritas
kontinyuitas mencakup marketing (0,614), ahli kultur jaringan (0,268), dan
agronomis (0,117).
Meningkatkan kualitas sumberdaya genetik dalam pengembangan
agribisnis anggrek penting untuk ditingkatkan, karena menurut laporan dari Soffi
Mursidawati, Peneliti Anggrek Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
(PKT KRB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tercatat lebih 5000
spesies anggrek di Indonesia, baru sekitar 500 spesies yang dilindungi.
Akibatnya, sebagian besar kini terancam punah akibat pembakakan liar, degradasi
dan konversi lahan.
Dalam hal ini Kebun Raya Bogor mempunyai peranan penting dalam
mengoleksi, mengkonservasi dan mengembangkan sumberdaya genetik. Menurut
laporan Tahunan Kebun Raya Bogor Tahun 2006 didapatkan, data koleksi
anggrek terbaru terdapat 29 specimen, 2 marga dan 34 species. Koleksi
pembibitan anggrek di Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Tabel 24 dan
keterangan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 20. Koleksi Pembibitan anggrek 2006No Jenis Jumlah Keterangan1 Bulbophyllum sp 3 jenis -2 Brachypega indusita - +3 Coelogyne cinamomea 3 jenis +4 Chelonistele sulphurea - ++5 Cymbidium pumilum - ++6 Dendrobium sp 10 jenis +++7 Eulophia keithii - +8 Geesinchorkis sp - +9 Geodorum densiflorum - +10 Grammatophyllum sp 3 jenis ++11 Kingidium deliciosum - +12 Paraphalaenopsis serpentilingua - +++13 Phailus tankervilleae - +14 Phalaenopsis sp 4 jenis +15 Porpyroglottis maxwelliae - -16 Renanthera matutina - +17 Rhynchostylis retusa - +18 Vanda sp 3 jenis +++
Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor, 2006Keterangan :+ : Cukup (berjumlah 1-20 botol)++ : Banyak (berjumlah antara 20-200 botol)+++ : Melimpah (berjumlah lebih dari 200 botol)
Menurut laporan Tahunan Kebun Raya Bogor Tahun 2006 menyatakan
bahwa koleksi induk anggrek-anggrek perlu ditambah, agar kesempatan untuk
mendapatkan biji anggrek yang berkualitas, melalui crossing antar individu
berbeda dapat di peroleh. Dalam laporan tahunan tersebut dicantumkan bahwa
Kebun Raya Bogor sangat penting dalam meningkatkan kualitas koleksi
tumbuhan yang sudah ada dan menambah jumlah dengan melakukan eksplorasi
maupun tukar menukar.
Upaya pendayagunaan koleksi tumbuhan untuk menunjang program
konservasi terpadu (integrated conservation) maupun pengembangan potensi
pemanfaatan tumbuhan, senantiasa ditingkatkan dari tahun ketahun melalui
berbagai program penelitian. Dengan melihat data dan laporan tahunan tersebut
sangat jelas bahwa dalam mengoleksi sumberdaya genetik di Kebun Raya Bogor
harus ditingkatkan, untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik. Sehingga
pengembangan agribisnis anggrek dapat tercapai.
Selain sumberdaya genetik, trend pasar harus ditingkatkan bila di
bandingkan dengan sumberdaya manusia dan teknologi yang ada di Bogor.
Teknologi dalam peranggrekan tidak ditingkatkan, karena sarana untuk
mendapatkan teknologi yang mendukung jalannya bisnis peranggrekan, terdapat
di UKT Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik (BB-Biogen). Dinas tersebut berfungsi sebagai jembatan dalam
mempercepat proses alih teknologi, yang dihasilkan oleh BB-Biogen kepada
masyarakat yang menggunakannya. Salah satu kegiatannya adalah melakukan
kemitraan antara BB-Biogen atau Bioteknologi dengan pengguna teknologi
seperti Pemda, swasta, LSM, dll. Jenis teknologi yang ditawarkan sangat
beragam. Informasi tersebut didapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu.Yati
Rusyati yang bekerja di tempat tersebut.
Trend pasar sangat dipengaruhi oleh selera konsumen, dapat dilihat dari
tingkat penjualan. Menurut Departemen Pertanian dalam buku Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Anggrek tahun 2007, saat ini anggrek yang dominan
disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34 persen), diikuti oleh Oncidium
Golden Shower (26 persen), Cattleya (20 persen) dan Vanda (17 persen) serta
anggrek lainnya (3 persen).
Pemilihan warna bunga anggrek yang dikonsumsi banyak dipengaruhi
oleh maksud penggunaannya. Pada hari Natal warna bunga yang disukai di
dominasi oleh warna putih, pada hari Imlek disukai warna merah, pink dan ungu.
Keperluan ulang tahun banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu,
Menyatakan belasungkawa umumnya digunakan warna kuning dan ungu.
Peningkatan kualitas seorang marketing dalam pengembangan agribisnis
anggrek di Bogor penting untuk ditingkatkan, bila dibandingkan dengan
peningkatan ahli kultur jaringan dan agronomis. Menurut Menteri Pertanian,
Anton Apriyantono ”untuk dapat mengubah potensi sumberdaya nasional,
menjadi produk unggulan bernilai tambah yang kompetetif dipasaran
internasional. Maka perlu menempuh beberapa langkah diantaranya adalah
menerapkan varietas unggulan, meningkatkan promosi dan mengembangkan
pemasaran dengan prinsip supply chain management”.
Luas areal dan produksi anggrek di Bogor yang besar, tetapi dalam
pemasarannya masih kurang atau pasarnya masih terbatas. Dapat di lihat dari
salah satu nursery yang ada di Parung-Bogor. Menurut hasil wawancara dengan
Bapak Kamijono pemilik Sanderiana Orchid, menyatakan produknya dipasarkan,
untuk pasar domestik di Bogor - Jakarta, dan luar daerah mencakup wilayah
Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan belum mencakup ke pasar eksport.
Ahli kultur jaringan dan agronomis dalam pengembangan anggrek di
Bogor tidak ditingkatkan. Bila dibandingkan dengan peningkatan kualitas
marketing, untuk dapat terus menerus mencukupi permintaan pasar. Terdapat
banyak ahli kultur jaringan di Bogor, dapat dibuktikan dengan terdapatnya
beberapa Laboratorium di Bogor, seperti : Institut Pertanian Bogor yang
mempunyai Laboratorium Kultur Jaringan Prof.Watimena, di Kebun Raya Bogor
yang mempunyai Laboratorium Kultur Jaringan dan Pembibitan Anggrek, dan di
Bioteknologi yang mempunyai Laboratorium Kultur Jaringan.
Dapat di lihat bahwa dengan banyaknya Laboratorium Kultur Jaringan
yang ada, maka terdapat banyak juga ahli kultur jaringan, yang mampu membuat
bibit anggrek yang berkualitas. Susunan prioritas faktor pengembangan agribisnis
anggrek di Bogor dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Susunan Prioritas Faktor Penyusun Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Tingkat 3Faktor Penyusun Bobot PHA Prioritas Lokal
Teknologi 0,080 10Sumberdaya Genetik 0,627 1Sumberdaya Manusia 0,099 8
Trend Pasar 0,195 6Ahli Kultur Jaringan 0,352 4
Agronomis 0,096 9Marketing 0,552 3
Marketing (kontinyuitas) 0,614 2Ahli Kultur Jaringan
(kontinyuitas) 0,268 5
Agronomis 0,117 7
Dapat dilihat pada Tabel 25, tingkat 3 merupakan faktor penyususn
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, untuk menunjang faktor penentu
pada tingkat 2. Terdiri dari sumberdaya genetik (0,627), marketing untuk
kuantitas (0,614), marketing untuk kontinyuitas (0,552), ahli kultur jaringan untuk
kuantitas (0,352), ahli kultur jaringan untuk koninuitas (0,268), trend pasar
(0,195), agronomis (0,117), sumberdaya manusia (0,099), agronomis (0,096), dan
teknologi (0,080).
Meningkatkan kualitas sumberdaya genetik dalam pengembangan
agribisnis anggrek di Bogor, penting ditingkatkan. Bila dibandingkan dengan
faktor lainnya, dapat dibuktikan dengan pernyataan Soffi Mursidawati, Peneliti
Anggrek Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) “anggrek Indonesia terancam kepunahannya”
karena Pembakaran liar, degradasi, dan konversi lahan semakin mengancam 4.500
spesies anggrek alam Indonesia, yang hingga kini belum terkonservasi. Tercatat
ada lebih dari 5.000 jenis spesies anggrek alam di Indonesia. Angka itu,
merupakan 30 persen dari total spesies anggrek alam di dunia. Namun, baru
sekitar 500 jenis spesies anggrek alam Indonesia yang sudah terkonservasi di PKT
KRB - LIPI. Sisanya, hingga saat ini, belum terkonservasi”.
Sedangkan Trend pasar atau pasar anggrek dalam peningkatan kualitas
untuk pengembangan agribisnis anggrek, tidak penting ditingkatkan. Bila
dibandingkan dengan peningkatan kualitas dalam sumberdaya genetik, marketing,
marketing dalam kontinyuitas, ahli kultur jaringan. Karena menurut Suharto,
konsultan di bidang anggrek yang juga Ketua Koperasi Taman Anggrek Indonesia
Permai, mengatakan bahwa ”secara menyeluruh di berbagai daerah di Indonesia,
pasar anggrek meningkat 10 sampai 25 persen setiap tahunnya”.
Pasaran anggrek dapat bertahan karena telah mempunyai segmen tersediri,
yaitu kelas menengah ke atas yang memiliki daya beli tinggi. Selain untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, permintaan datang dari hotel, perkantoran,
dan sektor lain, yang membutuhkan pasokan bunga anggrek sebagai dekorasi.
Susunan prioritas sub faktor tingkat 4 dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Susunan Prioritas Sub Faktor Penyusun Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Tingkat 3Faktor Penyusun
Tingkat 4Sub Faktor Penyusun Bobot PHA Prioritas Lokal
TeknologiPemuliaan 0,349 2
Kultur Jaringan 0,168 3Agronomi 0,484 1
Sumberdaya Genetik
Koleksi 0,140 3Evaluasi 0,099 4
Konservasi 0,199 2Dokumentasi 0,562 1
Sumberdaya ManusiaPemulia 0,297 2
Ahli Kultur Jaringan 0,163 3Agronomis 0,540 1
Trend PasarWarna 0,311 2Variasi 0,196 3
Jenis Anggrek Lokal/Impor 0,493 1
Ahli Kultur Jaringan Sumberdaya Manusia 0,750 1Sarana 0,250 2
Agronomis Sumberdaya Manusia 0,667 1Sarana 0,333 2
Marketing Data Supply 0,500 1Data Demand 0,500 2
MarketingDimana 0,263 2Kapan 0,190 3Berapa 0,547 1
Ahli Kultur Jaringan Sumberdaya manusia 0,667 1Sarana 0,333 2
Agronomis Sumberdaya Manusia 0,667 1Sarana 0,333 2
Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa susunan prioritas sub faktor penyusun
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, menurut hasil Analytical Hierarchy
Process, dapat disusun sebagai berikut : untuk teknologi mencakup agronomi
(0,484), pemuliaan (0,349), dan kultur jaringan (0,168). Sumberdaya genetik
mencakup dokumentasi (0,562), konservasi (0,199), koleksi (0,140), dan evaluasi
(0,099).
Sumberdaya manusia mencakup agronomis (0,540), pemulia (0,297), ahli
kultur jaringan (0,163). Trend pasar mencakup jenis anggrek lokal/impor (0,493),
warna (0,311), dan variasi (0,196). Ahli kultur jaringan untuk kuantitas
mencakup sumberdaya manusia (0,750), dan sarana (0,250).
Agronomis mencakup sumberdaya manusia (0,667), dan sarana (0,333).
Marketing mencakup data supply (0,500), dan data demand (0,500). Marketing
untuk kontinyuitas berapa (0,547), dimana (0,263), dan kapan (0,190). Ahli
kultur jaringan untuk kontinyuitas mencakup sumberdaya manusia (0,667), dan
sarana (0,333). Agronomis mencakup sumberdaya manusia (0,667), dan sarana
(0,333).
Dalam peningkatan kualitas teknologi, agronomi merupakan faktor yang
penting ditingkatkan, bila dibandingkan dengan sub faktor lainnya. Karena
teknologi agronomi di Bogor masih menggunakan alat-alat yang tradisional.
Dapat dibuktikan dengan melihat cara pembudidayaan atau pemeliharaan anggrek
sehari-hari, seperti dalam penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama
penyakit.
Peningkatan kualitas sumberdaya genetik, faktor dokumentasi lebih
diprioritaskan dibandingkan kegiatan konservasi, koleksi dan evaluasi.
Dokumentasi dalam peningkatan kualitas sumberdaya genetik lebih penting
karena untuk kegiatan konservasi, koleksi dan evaluasi di Bogor sudah berjalan
dengan baik, sedangkan dokumentasi kurang diperhatikan hal ini dapat dilihat dari
kurangnya tersedia data-data mengenai anggrek.
Pentingnya dokumentasi karena saat ini spesies anggrek alam di Indonesia
semakin punah, hal ini berkaitan dengan kondisi habitat alaminya yaitu hutan
yang semakin hilang. Data FAO menyebutkan bahwa setiap tahunnya rata-rata
1,871 juta hektar luas hutan Indonesia hilang. Pada tahun 2005 luas hutan
Indonesia yaitu 88,495 juta hektar, namun tahun 2006 yang lalu, angka ini terus
menurun hingga 86,624 juta hektar2. Kerusakan hutan tentu berimbas secara
langsung pada rusaknya populasi anggrek di alam.
Bila dibandingkan dengan faktor lainnya, dalam meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, ahli kultur jaringan dan pemulia tidak penting dalam
peningkatan kualitasnya. Peningkatan kualitas untuk trend pasar dalam
pengembangan agribisnis anggrek, lebih pada faktor jenis kelamin.
Menurut hasil wawancara dengan pembudidaya anggrek, bahwa jenis
anggrek lokal/impor menjadi prioritas utama dalam pemilihan anggrek oleh
konsumen. Selain itu warna dan variasi anggrek juga menjadi faktor yang penting
bagi konsumen untuk membeli anggrek.
Meningkatkan kualitas ahli kultur jaringan dengan memperbanyak jumlah
sumberdaya manusia, yang terampil dan mengerti dalam teknik kultur jaringan.
Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan
mengikuti seminar dan pelatihan anggrek.
Sumberdaya manusia dalam peningkatan kualitas agronomi sangat penting
untuk ditingkatkan bila dibandingkan dengan sarana. Karena sumberdaya
manusia dalam agronomi anggrek di Bogor, dari hasil wawancara dengan 10
orang petani atau pekerja yang memelihara anggrek sehari-hari, di jalan
Padjajaran, berpendidikan berbeda-beda yaitu SD, SLTP, dan SLTA. Dengan
melihat tingkat pendidikan tersebut, maka penting bagi peningkatan kualitas
sumberdaya manusia.
Peningkatan kualitas marketing dalam pengembangan agribisnis anggrek
di Bogor, lebih menitik beratkan pada data supply, bila dibandingkan dengan data
demand. Bila di lihat dalam bisnis anggrek di Bogor, kurangnya data supply dari
produsen untuk menjual anggrek. Produsen anggrek di Bogor lebih cenderung
menunggu data demand dari konsumen.
Dapat dibuktikan pada salah satu Nursery di Bogor yaitu Griya Anggrek
Kebun Raya Bogor, yang khusus menjual bermacam-macam jenis anggrek,
terutama anggrek Bulan atau Phalaenopsis. Menurut hasil wawancara dengan
Eka Ratna.R, sebagai manager pada nursery tersebut. Griya Anggrek Kebun Raya
Bogor tidak memiliki data supply. Data penjualan pada Griya Anggrek Kebun
Raya Bogor dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Data Penjualan Anggrek Phalaenopsis Bulan Januari-Juli 2007 Bulan Penjualan KRB Mitra 1 Mitra 2 Total
Januari 8.487.500 40.000 3.057.500 472.500 12.057.500Februari 5.414.000 0 1.777.500 142.500 7.334.000Maret 6.740.000 80.000 1.235.000 560.000 8.615.000April 9.069.500 85.000 1.810.000 725.000 11.689.500Mei 6.604.500 0 982.500 95.000 7.682.000Juni 7.498.500 400.000 1.282.500 457.500 9.638.500Juli 9.641.500 0 1.635.000 1.069.500 12.346.000
Sumber : Yayasan Kebun Raya Bogor, 2007Keterangan :Suplayer atau produsen anggrek untuk Yayasan Kebun Raya Indonesia yaitu :Mitra I : Ibu HerlinaMitra II : Ibu Elli
Peningkatan kualitas seorang marketing, dalam pengembangan agribisnis
anggrek di Bogor yaitu pengetahuannya dalam memperkirakan berapa banyak
anggrek yang harus mereka sediakan. Karena untuk dimana dan kapan anggrek
harus disediakan sudah dapat dilihat dari kesiapan seorang marketing menyiapkan
anggrek pada hari-hari besar.
Menurut hasil wawancara seorang penjual anggrek potong di Taman Topi,
Merdeka. Mereka menyediakan jenis atau warna anggrek tergantung pada hari-
hari besar apa, seperti pada natal menyediakan warna putih, imlek menyediakan
warna merah, pink dan ungu, dan untuk sehari-hari yaitu ulang tahun,
menyediakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu, sedangkan untuk
belasungkawa menyediakan warna kuning dan ungu.
Peningkatan kualitas ahli kultur jaringan dalam pengembangan agribisnis
anggrek di Bogor, lebih meningkatkan pada sumberdaya manusia. Bila
dibandingkan dengan sarana, karena sarana dalam kultur jaringan di Bogor, dapat
dibuktikan dengan melihat salah satu laboratorium di Balai Penelitian Tanaman
Hias (Balithi).
Dalam peningkatan agronomis untuk pengembangan agribisnis anggrek di
Bogor, sarana tidak penting ditingkatkan bila dibandingkan dengan sumberdaya
manusia. Karena sumberdaya manusia untuk agronomi di Bogor, dapat
dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Bapak Herman, pembudidaya
anggrek sekaligus pemilik salah satu nursery di Bogor yaitu Tamansari Orchid.
Menjelaskan bahwa di Bogor sampai saat ini masih kekurangan orang, yang
benar-benar mengerti tentang budidaya anggrek yang benar atau biasa disebut
agronomis. Mengetahui suhu, kelembaban, tempat dan sekaligus cara
pengendalian hama penyakit pada anggrek. Susunan prioritas strategi agribisnis
anggrek di Bogor dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Susunan Prioritas Strategi Agribisnis Anggrek di BogorTingkat 5
Strategi Agribisnis Bobot PHA Prioritas Lokal
Input 0,232 2Proses 0,205 4Output 0,222 3
Pemasaran 0,340 1Rasio Inkonsistensi : 0,05
Input merupakan kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan
sarana produksi usahatani seperti pembibitan. Proses merupakan kegiatan
ekonomi yang menggunakan sarana produksi usahatani untuk menghasilkan
produk pertanian primer (farm product) seperti proses budidaya anggrek. Output
merupakan kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi
produk olahan, seperti bunga potong. Pemasaran merupakan kegiatan yang
menyediakan jasa beserta perdagangannya yang langsung berhubungan dengan
konsumen, seperti memasarkan anggrek.
Strategi Agribisnis pada tingkat 5 dengan menggunakan Analytical
Hierarki Process, dapat di susun sebagai berikut, pemasaran (0,340), input
(0,232), output (0,222), dan proses (0,205). Dengan melihat susunan prioritas
tingkat kepentingan yang ada, strategi agribisnis dalam peranggrekan yang sangat
berperan penting dalam strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor
adalah dari segi pemasaran. Dengan rasio inkonsistensinya sebesar 0,05. Ini
menunjukan bahwa strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor, konsisten
dalam pengisian kuisioner.
Peningkatan kualitas pemasaran dalam pengembangan agribisnis anggrek
di Bogor, penting ditingkatkan. Bila dibandingkan dengan input, output dan
proses, karena untuk output dalam anggrek di Bogor, dapat di lihat di sepanjang
jalan Padjajaran, pasar Bogor dan Taman Topi, Merdeka. Anggrek dijual dengan
berbagai jenis atau variasi produk anggrek, seperti anggrek pot, anggrek potong,
anggrek yang dalam satu pot terdapat tiga jenis anggrek, dan anggrek yang sudah
di rangkai.
Pemasaran lebih ditingkatkan, karena untuk pemasaran anggrek di Bogor
masih kurang. Hal itu dapat di lihat dari pemasaran anggrek yang ruang
lingkupnya masih terbatas, hanya untuk pasar domestik dan sekitarnya, seperti
Bogor-Jakarta, dan luar kota yaitu wilayah Sumatra, Jawa dan Kalimantan, belum
mengeksport. Data tersebut didapatkan pada pemasaran salah satu nursery di
Bogor yaitu Shanderiana Orchid. Bogor juga tidak memiliki pusat pemasaran
atau sentra pemasaran anggrek, seperti di Jakarta pusat pemasaran tanaman hias di
Rawabelong.
Selain itu juga dapat dibuktikan, saat ini pemerintah Indonesia sedang
merintis kerjasama anggrek ke pasar internasional dengan Thailand, karena negara
tersebut jauh lebih baik dalam soal jaringan pemasaran dan angkutan. Diperkuat
dengan pernyataan Menteri Pertanian, Anton Apriyantono mengatakan ”Meskipun
Indonesia mempunyai jumlah spesies anggerek terbesar di dunia, tetapi masalah
pemasaran dan pengembangan teknologinya jauh tertinggal dibanding dengan
Thailand".
Selain pemasaran, dari segi input harus ditingkatkan dalam pengembangan
agribisnis anggrek, karena bila di lihat dari peranggrekkan di Bogor, input
anggrek masih kurang diperhatikan. Dapat dibuktikan dengan hasil survey BPS,
2000 “Potensi anggrek spesies (endemik), Indonesia dikategorikan terbesar ke dua
di dunia setelah Brasil, karena 5.000 dari 26 ribu jenis anggrek spesies dunia,
merupakan plasma nutfah yang tersebar di Nusantara. Namun saat ini sekitar 70
jenis dari jumlah tersebut diduga telah 'punah' dari habitatnya”.
Diperkuat dengan pernyataan Pusat Penelitian dan Agloklimat,
menyatakan bahwa Industri hulu perbenihan dilakukan hanya di pusat agribisnis
anggrek DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatra Utara dan
Sulawasi Selatan. Bogor yang termasuk didalamnya, seharusnya lebih maju
dalam peranggrekan, karena mempunyai tempat koleksi dan konservasi yaitu
Kebun Raya Bogor, tetapi kenyataannya tidak demikian.
Di dalam input juga yang harus ditingkatkan, selain sumberdaya genetik,
cara bididaya. Bila dibandingkan dengan negara yang sudah maju
peranggrekannya seperti Taiwan, terdapat perbedaan yang sangat mendasar.
Tentunya akan mempengaruhi hasil akhir anggrek yang didapatkan, dan sistem
budidaya dan teknologi yang diterapkan di Indonesia masih kurang. Dapat
dibuktikan dengan melihat perbedaan cara budidaya pada Tabel 29.
Tabel 29. Perbedaan Budidaya Taiwan dan IndonesiaNo Jenis Taiwan Indonesia Kelebihan Taiwan
1 Jaring PenaungDiletakan diatas atap rumah plastik
Diletakan di dalam rumah plastik
Jaring melindungi atap sehingga suhu di dalam green house rendah
2 Media TanamSpaghnum moss serat panjang
Spaghnum moss serat pendek
Moss serat panjang lebih kuat sehingga tahan 1-2 tahun
3 Pot
Menggunakan pot putih
Menggunakan pot hitam
Pertumbuhan tanaman cepat karena akar Phalaenopsis dapat berfotosintesis dan menghasilkan energy
4 Arah TanamanDaun diarahkan ke utara selatan
Daun diarahkan dengan arah tak beraturan
Arah tangkai bunga seragam dan lurus
5 Tray
Hampir semua pekebun menggunakan tray tempat meletakan tanaman
Jarang pekebun meletakan anggrek di tray
Tray memudahkan dan aman untuk mengangkat dan menggeser tanaman
Sumber : Trubus edisi xxxv, 2004
6.3 Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Bogor
Tanaman Anggrek memiliki potensi nilai ekonomi tinggi jika
pengolahannya dikaitkan dengan selera pasar. Prospek arah dan pengembangan
agribisnis anggrek menurut Departemen Pertanian 2007, dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Prospek Arah dan Pengembangan Agribisnis Anggrek
Benih AnggrekBunga PotongTanaman Pot
Benih Anggrek Berkualitas
Bunga Potong Berkualitas
Tanaman Pot Berkualitas
Benih Anggrek Berkualitas & Beragam
Bunga Potong Berkualitas & Beragam
Tanaman Pot Berkualitas & Beragam
Benih AnggrekBunga PotongTanaman Pot 2015
2025
2010
2005
Sumber : Departemen Pertanian, 2007
Dapat di lihat pada Gambar 7, khusus usaha produk bunga potong dan
bunga pot, permintaan yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan
laku atau tidaknya produk yang ditawarkan. Pengusaha, petani dan produsen
bunga potong dan pot meupun bibit anggrek harus mengikuti perkebangan pasar
terbuka dengan mencari terobosan-terobosan dalam penawaran ke luar negeri
diikuti dengan peningkatan produksi, pembinaan peningkatan kualitas dan
profesionalisme pengusaha, petani dan produsen anggrek.
Hal diatas sangat erat kaitannya dengan hasil yang didapatkan dalam
strategi pengembangan agribisnis anggrek dengan menggunakan analisis AHP
yang menunjukan bahwa pemasaran merupakan strategi yang menjadi prioritas
dalam pengembangan anggrek di Bogor. strategi yang harus dilakukan dalam
pengembangan agribisnis anggrek di Bogor dari segi pemasaran yaitu kegiatan
promosi dan kerjasama dengan lembaga pemasaran lainnya.
Saat ini banyak tersedia media-media publikasi dengan jangkauan pasar
yang luas, diantaranya melalui internet. Banyak forum-forum mailing list yang
mengangkat topik pertanian, tanaman hias, bahkan spesifik ke anggrek. Media ini
dipandang sebagai langkah positif dalam pemasaran langsung pada konsumen
akhir, bahkan tidak jarang akan bertemu dengan para distributor atau perorangan
yang siap menjadi penyalur untuk daerahnya. Selain melalui media internet,
dapat pula melalui bantuan organisasi yang bergerak dibidang pemasaran anggrek.
Organisasi ini tentunya akan memiliki akses yang lebih luas kepada para
pedagang anggrek di kota-kota lain. Organisasi tersebut yaitu himpunan atau
asosiasi tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Himpunan/Asosiasi Tanaman Hias No Nama Perhimpunan/Asosiasi Alamat
1 Asosiasi Bunga Indonesia (ASBINDO) Pasar minggu-Jakarta Selatan2 Perhimpunan Florikultura Indonesia (FPI) Serua Sawangan-Depok3 Ikatan Arsitektur Lansekap Indonesia (IALI) Jakarta4 Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI) Jakarta Barat5 Masyarakat Floristry Indonesia (MFI) Jakarta Selatan6 Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Prigen-Pasuruan7 Asosiasi Petani Anggrek Indonesia (APAI) Lembang-Bandung8 Forum Florikultura Indonesia (FFI) Jl.Merdeka-Bogor9 Asosiasi Pengusaha dan Petani Flora
Indonesia (ASPENI)Jl.MH Thamrin-Jakarta
10 Yayasan Bunga Nusantara (YBN) Pasar minggu-Jakarta Selatan11 PAI DKI Jakarta Gatot subroto-Jakarta12 JAKOS DKI Jakarta Pasar minggu-Jakarta Selatan13 Yayasan Anggrek Indonesia (YAI) Jakarta
Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)
Alternatif strategi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari
komunitas potensial lainnya, yaitu konsumen yang terdiri dari para kolektor,
hobiis, penggemar anggrek, dan pedagang anggrek. Kelompok masyarakat ini
memegang peranan penting untuk menciptakan suasana dinamis yang mendukung
gerakan pemberdayaan komunitas lokal, khususnya dalam pembentukan opini
pasar dan selera pasar. Pelaku usaha agribisnis tanaman hias dapat dilihat pada
Tabel 30 dan data lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 30. Pelaku Usaha Agribisnis Tanaman HiasNo Pelaku Usaha Eksportir/Importir Alamat
1 Exotica Prima Nursery Jakarta Selatan2 PT. Inti Matahari Jakarta Barat3 Tropica Greeneries Cibubur4 CV. Arjuna Flora Utama Kota Baru-Jawa Timur5 Pascal Orchids Lembang-Bandung6 Monfori Flora Parung Bogor7 PT. Benara Flora Utama Klari-Karawang8 PT. Bintang Delapan Hortikultura Jakarta9 Flora Graha Nursery Pluit-Jakarta Utara10 PT. Mandiri Jaya Flora Megamendung-Bogor11 CV. Simanis Orchid Jawa Timur12 CV. Taty Nursery & Galery Medan13 Godong Ijo Nursery Serua Sawangan-Depok14 Alam Indah Bunga Nusantara Sukaresmi-Cianjur
Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)
Pelestarian berbasis komunitas lokal akan berjalan apabila memberi
manfaat yang realistis bagi pelakunya, manfaat tersebut seperti dapat memberikan
sumber penghasilan bagi petani atau penganggrek dan pendapatan bagi
masyarakat di Bogor. Berkembangnya usaha anggrek di Bogor mampu
meningkatkan pendapatan petani, memenuhi tuntutan keindahan lingkungan,
menunjang pembangunan industri pariwisata, membuat kompleks perumahan,
perhotelan/villa dan perkantoran bertambah asri. Pembangunan Industri anggrek
mampu menciptakan lapangan kerja, membuka peluang tumbuhnya industri
sarana produksi, dan jasa transportasi.
Menurut Pearce (1997) peningkatan pemasaran dapat dilakukan dengan
melakukan pengembangan pasar (market development) melalui penjualan produk
lama di pasar baru, dengan cara membuka pasar geografis baru contohnya
ekspansi regional, ekspansi nasional dan ekspansi internasional. Selain itu dapat
dilakukan juga dengan cara memikat segmen pasar lain contohnya
mengembangkan versi produk untuk memikat segmen lain dengan menambah
koleksi varietas dan warna yang lebih bervariasi, menggunakan saluran distribusi
lain dan beriklan di media masa.
Pengembangan pasar dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor
yaitu dapat dengan melakukan strategi yang memasarkan produk lama yaitu hanya
dengan sedikit modifikasi produk yang ditawarkan kepada pelanggan di wilayah-
wilayah yang menjadi daerah pemasaran anggrek, menambah saluran distribusi
atau dengan mengubah isi iklan promosi. Kegiatan promosi yang dilakukan dapat
berupa pemasangan iklan di media massa, pemasangan baliho dan pameran-
pameran. Bentuk pameran yang dilakukan di Bogor dapat di lihat pada Lampiran
8.
Pengembangan pasar memungkinkan perusahaan mempraktikkan satu
bentuk pertumbuhan terkonsentrasi dengan mengidentifikasi penggunaan-
penggunaan baru untuk produk yang sudah ada serta pasar geografis, psikografis,
atau grafis baru. Perubahan dapat dilakukan dengan pilihan media iklan, daya
pikat promosi dan distribusi digunakan untuk memprakarsai ancangan ini.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor-faktor yang menentukan pengembangan agribisnis anggrek di
Bogor meliputi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Faktor penyusun kualitas
meliputi teknologi, sumberdaya genetik, sumberdaya manusia dan trend pasar.
Faktor-faktor tersebut ditunjang oleh sub faktor penyusun dalam pengembangan
agribisnis anggrek yang meliputi pemuliaan, kultur jaringan, agronomi, koleksi,
evaluasi, konservasi, dokumentasi, pemulia, ahli kultur jaringan, agronomis,
warna, variasi dan jenis anggrek lokal/impor.
Faktor penyusun kuantitas meliputi ahli kultur jaringan, agronomis, dan
marketing, ditunjang oleh sub faktor penyusun dalam pengembangan agribisnis
anggrek, meliputi sumberdaya manusia dan sarana dalam ahli kultur jaringan,
sumberdaya manusia dan sarana dalam agronomis, data supply dan data demand.
Faktor penyusun kontinuitas meliputi marketing, ahli kultur jaringan dan
agronomis, ditunjang oleh sub faktor penyusun dalam pengembangan agribisnis
anggrek meliputi dimana, kapan, berapa, sumberdaya manusia dan sarana dalam
ahli kultur jaringan, sumberdaya manusia dan sarana dalam agronomis.
Sub sistem agribisnis ini, mulai dari sub sistem pengadaan dan distribusi
input, proses produksi (on farm), pengolahan hasil dan pemasaran. Berdasarkan
prioritas dari ke empat sub sistem strategi pengembangan agribisnis, didapatkan
hasil faktor pemasaran merupakan faktor utama dalam strategi pengembangan
agribisnis anggrek di Bogor, kemudian diikuti oleh faktor input, output dan
terakhir adalah proses.
Strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan agribisnis anggrek di
Bogor adalah peningkatan dari segi pemasaran, antara lain dengan pengembangan
pasar dengan cara membuka pasar geografis baru dan memikat segmen pasar lain
dengan menambah koleksi varietas dan warna yang lebih bervariasi. Selain
pemasaran, strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor dapat dilakukan
dengan peningkatan dari segi input yang meliputi peningkatan bibit unggul dan
cara budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, I. 1996. Proyeksi Permintaan Anggrek dan Produk Florikultura Pada Umumnya Dalam Kurun Waktu 1-2 Dekade Mendatang. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Hias. 2000. Buku Komoditas Anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2003. Kerjasama Agribisnis Hortikultura Asosistif Kooperatif. Pengembangan Usaha Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
______. Profil Tanaman Hias. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Tanaman Hias. Jakarta
David, R Fred. 2004. Manajemen Strategis. Konsep-Konsep, Edisi Kesembilan. Penerbit PT.Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Dahl, D. C. and Jerome Hammond. 1997. Market and Price Analiysi.The Agricultural Industries. Kingsport Press. United States.
Darie, R. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Tataniaga Bunga Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB.
Djaafarer, R.2006. Anggrek sebagai Hobi dan Usaha Pekarangan. Makalah. Rumah Buanga Rizal, Lembang. Bandung.
Djanun, L. N. C. 1996. Peranan BPEN Dalam Promosi Anggrek. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Ernawati, S. 2007. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di DKI Jakarta. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB.
Fitri, A. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik Pada Kelompok Tani “Usahatani Bersama” Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat”. Skripsi. Program Sarjana Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB
Irawati. 1996. Potensi Anggrek Spesies Indonesia dalam Pengembangan Kultivar Unggul. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Krisnamurti, B. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Prenhallindo. Jakarta.
Nainggolan, K. 1996. Pengembangan Kelembagaan Menuju Agribisnis Anggrek Ynag Efisien. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Parnata, A. S. 1996. Pengembangan Teknologi Budidaya Menuju Usahatani Anggrek Berciri Idustri. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Parluhutan, E. 2006. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Anggrek Spesies di Unit Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB.
Pearce II J.A. dan Robinson JRB., 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Ed Ke-I Terjemahan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI). 1995. Phalaenopsis lesmana beauty X Phalaenopsis joyau. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1997. Anggrek-Anggrek Juara. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1997. Anggrek Denrobium spectabile. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1997. Anggrek Phalaenopsis ambilis. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1991. Anggrek Ascocenda Duang Porn. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1992. Anggrek Cymbidium hartinahianum J. comb & R. E. Nas. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1993. Musyawarah Nasional VIII Perhimpunan Anggrek Indonesia. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
______. 1995. Pesona Anggrek. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. Jakarta.
Rosmiati, R. 2007. Analisis Usahatani Anggrek Phalaenopsis Pada Rumah Bunga Rizal (RBR) di Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB.
Sandra, E. 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Susanto, H. 2005. Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis Buah Manggis (Garcinia mangostan. L) di Wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB.
Soeharto. 1996. Pengembangan Kelembagaan Menuju Agribisnis Anggrek yang Efisien. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Soediono, N. 1996. Upaya Pengembangan dan Promosi Pasar Anggrek Indonesia Mengantisipasi Era Globalisasi. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Sofy. 2005. Evaluasi Kegiatan Kultur In Vitro Anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan. Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor. Bogor.
Sutater, T. 1996. Pengembagan Teknologi Budidaya Menuju Usahatani Anggrek Berciri Industri. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Tiwar, E. 1996. Jenis dan Sifat-Sifat Anggrek yang Diinginkan Konsumen/Pasar. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Wardojo. 1996. Sambutan Ketua umum DPP PAI. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Winata, L.1996. Meningkatkan Kemampuan Laboratorium Kultur Jaringan Untuk Menunjang Industri Anggrek Indonesia. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Winarno, M. 1996. Pengembangan Anggrek Varietas Unggulan Indonesia. Makalah. Perhimpunn Anggrek Indonesia. Jakarta.
Lampiran I. Kuesioner Penelitian
Tgl: ………/04/08No. Kuesioner *)
KUESIONER PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ANGGREK DI BOGOR
Peneliti : IDA WIDYA UTAMI
NRP : A14105557
DATA DEMOGRAFI RESPONDENNama :…………………………………………….Jabatan : …………………………………………….Alamat :…………………………………………….Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
Mohon bapak/ibu/saudara/i dapat mengisi secara objektif dan benar karena kuisioner ini adalah untuk penelitian skripsi dan tujuan ilmiah. Terima kasih.
KUISIONER PENGISIAN MATRIKS BERPASANGANPENILAIAN SKALA BANDING
Bila A sama pentingnya dengan B = 1Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B = 3; Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibandingkan A)
=1/3Bila A jelas lebih penting dibandingkan B = 5; Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A)
=1/5Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B = 7; Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibandingkan A)
=1/7Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B = 9; Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A)
=1/9
Nilai-nilai skala banding genap (2,4,6,8 atau 1/2,1/4,1/6,1/8) khusus diberikan untuk nilai skala pembanding yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil. Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting hingga lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembandingan yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.
DATA DEMOGRAFI RESPONDENNama :…………………………………………….Alamat :…………………………………………….Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda (X) atau (√) pada jawaban yang Anda maksud1. Pekerjaan :
[ ] Pedagang Besar [ ] Pedagang kecil[ ] Pembudidaya [ ] Lainnya, sebutkan:……..
2. Umur : [ ] 20-25 [ ] 31-35 [ ] 41-45[ ] 26-30 [ ] 36-40 [ ] > 46
3. Pendidikan : a. Formal :
[ ] Sekolah Dasar [ ] Diploma 3
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran-Bogor 16143
Phone/Fax (0251) 323496, 323677 E-mail : [email protected]
[ ] Sekolah Menengah Pertama [ ] Sarjana[ ] Sekolah Menengah Umum [ ] Lainnya, sebutkan..
b. Non formal :[ ] Sebutkan…………………………….
I. Analisis Usaha Pengembangan Anggrek1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjalani usaha anggrek :
[ ] 1-3 tahun [ ] 8-11tahun[ ] 4-7 tahun [ ] >11 tahun
2. Luas lahan yang diusahakan saat ini……………………… mII. Analisis Faktor-Faktor Pengembangan Agribisnis Anggrek
Fungsi Tujuan
Kualitas Kuantitas9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kuantitas Kontinuitas9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas Kontinuitas9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fungsi Elemen Kualitas
Teknologi Sumberdaya Genetik
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumberdaya Genetik
Sumberdaya Manusia
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumberdaya Manusia
Trend Konsumen
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Teknologi Sumberdaya Manusia
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumberdaya Manusia
Trend Konsumen
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Teknologi Trend Konsumen
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fungsi Elemen Kuantitas
Ahli Kultur Jaringan Agronomis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Agronomis Marketing9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ahli Kultur Jaringan Marketing
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fungsi Elemen Kontuinitas
Marketing Ahli Kultur jaringan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ahli Kultur Jaringan Agronomis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Marketing Agronomis9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Teknologi
Pemuliaan Kultur jaringan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kultur Jaringan Agronomi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pemuliaan Agronomi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Sumberdaya Genetik
Koleksi Evaluasi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Evaluasi Konservasi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konservasi Dokumentasi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Koleksi Konservasi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Evaluasi Dokumentasi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Koleksi Dokumentasi9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Sumberdaya Manusia
Pemulia Ahli Kultur jaringan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ahli Kultur Jaringan Agronomis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pemulia Agronomis9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Trend Konsumen
Asal Daerah Umur
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umur Jenis Kelamin
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Negara Jenis Kelamin
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Kultur Jaringan
Sumberdaya Manusia Sarana
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Agronomis
Sumberdaya Manusia Sarana
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Marketing
Dimana Kapan9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kapan Berapa9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dimana Berapa
Sub Elemen Marketing
Data Suplay
Data Demand
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Ahli Kultur Jaringan
Sumberdaya Manusia Sarana
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sub Elemen Agronomis
Sumberdaya Manusia Sarana
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Pemuliaan
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Kultur Jaringan
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Agronomi
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Koleksi
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Evaluasi
Input Proses
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Konservasi
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Dokumentasi
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Pemulia
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Ahli Kultur Jaringan
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Agronomis
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Asal Daerah
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Umur
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Jenis Kelamin
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sumberdaya manusia
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sarana
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi agribisnis Sumberdaya Manusia
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sarana
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Data Suplay
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Data Demand
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Dimana
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi agribisnis Kapan
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Berapa
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sumberdaya Manusia
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sarana
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sumberdaya Manusia
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Strategi Agribisnis Sarana
Input Proses9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Output Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Output9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proses Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Input Pemasaran9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lampiran 2.
Keterangan Gambar 6. Hirarki penentuan tingkat kepentingan pengembangan agribisnis anggrek dan hasil pengolahan data melalui AHP dengan Rasio Inkonsistensi (0,05)
Tingkat 1 : FokusTanaman unggul untuk meningkatkan pendapatan penganggrek di Bogor
Tingkat 2 : TujuanKualitas : Meningkatkan kualitas anggrekKuantitas : Meningkatkan kuantitas anggrekKontuinitas : Meningkatkan kontuinitas anggrek
Tingkat 3 : FaktorKualitas
Teknologi : Menggunakan teknologi modernSumberdaya Genetik : Meningkatkan kualitas Flasma NutfahSumberdaya Manusia : Meningkatkan kualitas sumberdaya manusiaTrend Pasar :Meningkatkan pengetahuan tentang trend pasar
KuantitasAhli Kultur Jaringan : Meningkatkan kinerja ahli kultur jaringanAgronomis : Meningkatkan kinerja agronomisMarketing : Meningkatkan kinerja marketing
KontinuitasMarketing : Kinerja marketing harus selalu dilakukanAhli Kultur Jaringan :Kinerja ahli kultur jaringan hasrus selalu dilakukanAgronomis : Kinerja agronomis harus selalu dilakukan
Tingkat 4 : Sub FaktorTeknologi
Pemuliaan : Peningkatan teknologi dalam pemuliaanKultur Jaringan : Peningkatan teknologi dalam kultur jaringanAgronomi : Peningkatan teknologi dalam agronomi
Sumberdaya GenetikKoleksi : Meningkatkan koleksi sumberdaya genetikEvaluasi : Meningkatkan evaluasi sumberdaya genetik Konservasi : Meningkatkan konservasi menurut habitatnyaDokumentasi : Meningkatkan dalam pendokumentasian
Sumberdaya ManusiaPemulia : Meningkatkan keahliannya menjadi pemuliaAhli Kultur Jaringan : Meningkatkan keahliannya di kultur jaringanAgronomis : Meningkatkan keahliannya di agronomi
Trend KonsumenNegara :Meningkatkan pengetahuan tentang selera negara
tujuanUmur :Meningkatkan pengetahuan tentang selera dengan
umur tersebutJenis Kelamin :Meningkatkan pengetahuan tentang selera dengan
jenis kelamin tersebutAhli Kultur Jaringan
Sumberdaya Manusia : Meningkatkan jumlah sumberdaya manusia dalam kultur jaringan
Sarana :Meningkatkan fasilitas sarana yang mendukungAgronomis
Sumberdaya Manusia : Meningkatkan jumlah sumberdaya manusia dalam bidang agronomi
Sarana :Meningkatkan fasilitas sarana yang mendukungMarketing
Data Suplay : Meningkatkan informasi tentang data suplayData Demand : Meningkatkan informasi tentang data demand
MarketingDimana :Mengetahui informasi dimana anggrek akan dijualKapan :Mengetahui informasi kapan anggrek akan dijualBerapa :Mengetahui informasi berapa banyak anggrek yang
akan dijualAhli Kultur Jaringan
Sumberdaya Manusia : SDM kultur jaringan harus selalu adaSarana : Sarana yang memadai harus selalu tersedia
AgronomisSumberdaya Manusia : SDM agronomis harus selalu adaSarana : Sarana yang memadai harus selalu tersedia
Tingkat 5 : Strategi AgribisnisInput : KualitasProses : Kualitas, Kuantitas, KontinuitasOutput : Kuantitas, KontuinitasPemasaran : Kontinuitas
Lampiran 3. Definisi Operasional
Untuk menyamakan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan maka berikut ini didefinisikan sejumlah istilah :1. Enkas adalah kotak transfer ; Alat penabur2. Famili adalah kategori taksonomi tanaman di atas genus, di bawah ordo3. Genus adalah kategori taksonomi yang mencakup beberapa spesies4. Growing farm adalah jaring peneduh cahaya ; paranet5. Kompot adalah commnity pot ; Sekumpulan bibit anggrek yang ditanam bersama dalam
sebuah pot6. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) adalah kotak transfer ; Alat penabur7. Perishable adalah mudah rusak akibat guncangan atau proses metabolisme8. Seedlling adalah bibit tanaman anggrek yang telah dipindahkan dari kompot ke pot
individu9. Sprayer atau alat semprot adalah alat yang digunakan untuk menyemprotkan larutan obat
ke tanaman. Volume sprayer yang banyak digunakan adalah 700 – 2.000 cc10. Serre House adalah sejenis rumah produksi untuk usahatani anggrek yang mirip dengan
rumah kaca untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit yang dibangun dengan menggunakan besi penyangga dan paranet
11. Spesies adalah kategori taksonomik yang teerdiri atas sekelompok populasi alamiah yang mempunyai potensi pengaturan ke dalam. Spesies merupakan tingkatan taksonomik terendah di bawah genus
12. Produsen adalah pihak-pihak yang melakukan usaha-usaha budidaya anggrek. Produsen ini juga bisa disebut denganb petani anggrek
13. Pedagang Pengumpul yang dimaksud adalah pedagang lokal yaitu pedagang yang memperoleh bunga potong anggrek, sebagai barang niaga langsung dari satu atau lebih petani produsen dan biasanya bertempat tinggal dekat dengan daerah produksi
14. Pedagang pengumpul luar daerah adalah pedagang pengumpul yang membeli bunga anggrek dalam bentuk pot atau potong dari petani pedagang yang terlebih dahulu sudah membeli bunga dari petani lainnya untuk dijual kembali
15. Pedagang besar adalah pedagang yang menerima penjualan bunga anggrek jenis pot atau potong dari petani produsen langsung atau dari pedagang pengumpul untuk kemudian menjualnya kepada pengecer atau kepada konsumen
16. Floris adalah toko bunga yang menerima penjualan bunga anggrek dalam bentuk pot atau potong dari pedagang besar dan pedagang pengumpul dua untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir
17. Konsumen akhir adalah konsumen yang membeli anggrek dari floris, pedagang besar, pengumpul atau petani produsen untuk digunakan pada berbagai keperluan
18. Teknik kultur jaringan adalah menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif seperti akar, daun, batang, dan mata tunas (shoot tip) pada medium buatan (cair atau padat) secara aseptik. Dengan teknik ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman secara cepat dan berjumlah banyak.
Lampiran 4. Sentra Produksi Tanaman Hias
NO WILAYAH JENIS TANAMAN HIAS
1 Jakarta BaratAnggrek, Adenium, Dracaena, Aglaonema, Palem, Cordeline, Cemara, Euphorbia, Heliconia, Phylodendron, Ficus, Soka, Bougenville, Kemuning, Cycas, Zingiberaceae.
2 Jakarta SelatanAnggrek, Palem, Dracaena, Monstera, Bougenville, Cemara, Ficus, Cordeline, Euphorbia, Soka, Bougenville, Kemuning, Heliconia.
3 Jakarta Utara Cemara, Palem, Cordeline, Adenium, Dracaena, Aglaonema, Ficus, Soka, Bougenville
4 Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera.
5 Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus.
6 Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis.
7 Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium,Ficus, Aglaonema, Euphorbia.
8 Karawang & Bekasi Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglaonema dan Dracaena.
9 Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline.
10 Kota Bandung Palem, Cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium.
11 Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline. Aglaunema, Adenium, Anthurium.
12 Kota Yogya Anggrek, Palem, Cordyline, Cemara, Heliconia, Dracaena.
13 Bantul Anggrek, Palem, Dracaena, Bougenville, Cemara, Ficus, Cordeline.
14 Sleman Anggrek, Cemara, Palem, Cordeline
15 Kab. Semarang Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Anggrek, Palem, Bougenville, Gerbera.
16 Magelang Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Aspharagus.
17 Karanganyar Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Aspharagus.
18 Sukoharjo Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae.19 Klaten Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Dracaena20 Cilacap Anggrek, Palem, Melati, Dracaena, Cordeline.21 Kendal Palem, Cemara, Melati.22 Kota Semarang Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline.
23 Malang Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Anggrek, Palem, Bougenville, Gerbera.
24 Pasuruan Angrek, Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Asparagus.
25 Kediri Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Gladiol, Gerbera, Dracaena.
26 Jombang Palem, Anggrek, Mawar, Melati.
27 Mojokerto Cemara, Anggrek, Palem, Melati, Gladiol, Anthurium, Dracaena.
28 Lumajang Anggrek, Palem, Melati, Dracaena, Cordeline.29 Banyuwangi Angrek, Palem, Cemara, Melati, Dracaena.30 Kota Batu Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Kaktus, Aspharagus.31 Sumenep Angrek, Dracaena, Palem, Bougenville.
32 Tangerang Anggrek, Adenium, Dracaena, Aglaonema, Palem, Cordeline, Cemara, Euphorbia, Heliconia, Phylodendron
33 Lebak Anggrek, Cemara, Palem, Cordeline.
34 Serang Anggrek, Palem, Dracaena, Monstera, Bougenville, Cemara, Ficus, Cordeline, Euphorbia.
Sumber: situs Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Dirjen Hortikultura Deptan. 2008
Lampiran 5. Koleksi Kebun Raya BogorLaboratorium Kultur Jaringan dan Pembibitan AnggrekHasil Penyemaian Biji Tahun 2006
No Jenis Asal Ketersediaan/Keterangan
1Aerides odoratum
+
2Bulbophyllum lobii
Sumbar&Kalbar +
3 Bulbophyllum phalaenopsis Papua +4 Cadetia taylorii NTT +5 Calanthe triplicate -6 Calanthe vestita -7 Coelogne asperata Kalbar&Sumbar +8 Coelogne xyrekes Sumatra Barat +9
Dendrobirum affineNTT +
10 Dendrobirum anosmum +11 Dendrobirum antenatum Papua +12 Dendrobirum capra +13 Dendrobirum lineale Papua-Biak +14 Dendrobirum Kim ll Sung +15 Dendrobirum phalaenopsis Papua +16 Dendrobirum stuartii +17 Dendrobirum schulerii +18 Dendrobirum secundum Jawa Barat +19 Dendrobirum salacense Sultra -20 Dendrobirum stratiotes Sultra +21 Didymoplexis pallens Jawa Barat +22 Epipogium roseum Jawa Barat -(mati terkontaminasi)23 Eulophia zollingeri Sumatra Barat -24 Gastrodia javanica Jawa Barat -25 Liparis wrayi Sumut +26
Luisia zollingeriNTT +
27Paphiopedillum curtisii
Sumatra Barat (dalam pengamatan)
28 Paph. Camberlainianum (dalam pengamatan)29 Paph. Glaucophyllum Jawa Timur +30 Paphiopedillum supardii (dalam pengamatan)31 Paphiopedillum tonsum Sumatra Barat (dalam pengamatan)32 Paraphalaenopsis serpentilingua Kalbar +33 Paraphalaenopsis laycockii Kaltim +34 Palaenopsis amboinensis Maluku +35 Palaenopsis amabilis SulawesiSelatan - mati36
Palaenopsis celebensisSulawesi -
37 Polidota articulate Sumbar +38 Vanda insignis NTT +39
Vanda saxaltilisSulawesi (dalam pengamatan)
Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor, 2006
Keterangan :+ : Cukup (berjumlah 1-20 botol)++ : Banyak (berjumlah antara 20-200 botol)+++ : Melimpah (berjumlah lebih dari 200 botol)
Hasil transplan invitro anggrek koleksi Kebun Raya Bogor 2006No Jenis Asal Ketersediaan/
Keterangan1
Bulbopohyllum grandiflorumPapua +++
2 Bulbopohyllum lobii Jawa Barat +++3 Bulbopohyllum macranthum +4 Bulbopohyllum phalaenopsis Papua +++5 Coelogne celebensis +6 Coelogne pandurata +++7 Coelogne speciosa +8 Cymbidium bicolor +++9 Cymbidium hartinahianum Sumatra Utara +10 Cymbidium pumilum Jepang +++11 Dendrobium affine NTT +++12 Dendrobium amboinensis Papua +++13 Dendrobium capra +++14 Dendrobium discolor Papua +++15 Dendrobium bifale Papua +++16 Dendrobium lineale +++17 Dendrobium leonis +++18 Dendrobium mirbelianum +++19 Dendrobium Kim ll Sung ++20 Dendrobium rumphianum ++21 Dendrobium spectabile Papua +++22 Eulophia keithii +++23 Didymoplexis pellens Jawa Barat +24 Grammatophillum scriptum Ternate +++25 Grammatophillum speciosum +++26 Grammatophillum
stapeliaeflorum+
27 Kingidium deliciosum +28 Paraphalaenopsis serpentilingua Kalbar +++29 Paraphalaenopsis laycockii Kaltim +++30 Phalaenopsis fimbriata +31 Phalaenopsis gigantean +++32 Phalaenopsis violacea +++33 Porpyroglottis maxwelliae Kalteng +++34 Renanthera matutina +++35 Vanda insignis +++36 Vanda limbata +++37 Vanda tricolor Jawa Tengah +++
Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor, 2006Keterangan :+ : Cukup (berjumlah 1-20 botol)++ : Banyak (berjumlah antara 20-200 botol)+++ : Melimpah (berjumlah lebih dari 200 botol)
Koleksi Pembibitan anggrek 2006
No Jenis Asal Ketersediaan/Keterangan
1Bulbophyllum grandiflorum
-
2 Bulbophyllum lobii Jawa Barat +3 Bulbophyllum phalaenopsis +++4 Brachypega indusita +5 Coelogyne cinamomea +6 Coelogyne dayana ++7 Coelogyne pandurata +++8 Chelonistele sulphurea ++9 Cymbidium pumilum ++10 Dendrobium antenatum +++11 Dendrobium capra +12 Dendrobium bifalce Papua ++13 Dendrobium discolor +14 Dendrobium hercoglosum -15 Dendrobium lineale +16 Dendrobium leonis +17 Dendrobium spectabile +18 Dendrobium mirbelianum +19 Dendrobium Kim ll Sung +20 Eulophia keithii +21 Geesinchorkis sp +22 Geodorum densiflorum +23 Grammatophyllum scriptum Ternate ++24 Grammatophyllum speciosum +25 Grammatophyllum
stapeliaeflorum+
26 Kingidium deliciosum +27
Paraphalaenopsis serpentilingua
Kalbar +++
28 Phailus tankervilleae +29 Phalaenopsis amabilis +30 Phalaenopsis fimbriata -31 Phalaenopsis gigantean +32 Phalaenopsis violacea +33 Porpyroglottis maxwelliae Kalteng -34 Renanthera matutina +35 Rhynchostylis retusa +36 Vanda dearei Kaltim +++37 Vanda limbata +++38 Vanda tricolor Jawa Tengah +
Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor, 2006Keterangan :+ : Cukup (berjumlah 1-20 botol)++ : Banyak (berjumlah antara 20-200 botol)+++ : Melimpah (berjumlah lebih dari 200 botol)
Kegiatan di Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor
NO URAIAN KEGIATAN VOLUME1 Penyiraman Setiap hari2 Pemupukan Seminggu sekali3 Penyiangan Setiap hari4 Penggantian Media Disesuaikan dengan keadaan di lapangan5 Pengendalian HPT Satu minggu 2 kali6 Penerimaan tanaman hasil eksplorasi 584 spesimen, 89 marga, 208 species7 Penghapusan 274 spesimen, 2 marga, 5 species8 Koleksi baru 29 specimen, 2 marga, 34 species9 Identifikasi anggrek 280 nomor10 Pemasangan label 2336 nomor11 Pengamatan pembangunan 89 marga, 300 species12 Kegiatan di Orchidarium Pembabadan rumput, penyapuan lapangan,
penyiangan gulma, pemupukan anggrek tanah, perapihan dahan pohon tumbang/patah, membersihkan rumput pada jalan paping block
Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor, 2006
Lampiran 6. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang berkait dengan pengembangan anggrek yaitu CITES
(Convention on International Trade in Edangered Species of Wild fauna and
flora) atau konvensi/peraturan perdagangan internasional bagi jenis-jenis binatang
dan tumbuhan yang kritis.
Kegiatan CITES dilaksanakan dengan tiga dokumen yang dikenal sebagai
CITES Appendices. Daftar ini adalah daftar jenis-jenis tumbuhan/ binatang yang
terancam oleh perdagangan internasional. Appendix CITES tersebut adalah
sebagai berikut:
Appendix I
Meliputi semua jenis yang terancam punah, baik yang diakibatkan atau
mungkin diakibatkan oleh perdagangan. Jenis-jenis ini sama sekali tidak diijinkan
untuk diperdagangkan, dengan pengecualian yang sangat khusus. 99 jenis dari 23
keluarga tumbuhan termasuk dalam kategori ini, seperti beberapa beberapa jenis
lidah, kantung semar, anggrek dls.
Appendix II
Meliputi jenis-jenis yang akan terancam keberadaannya bila
perdagangannya tidak dibatasi dan dipantau. Perdagangan bagi kelompok ini
hanya diperbolehkan dengan ijin lembaga yang mempunyai otoritas dari negara
pengirim (pengekspor). Ijin ini bertujuan mengatur perdagangannya. Otoritas
nasional (setiap negara) akan membatasi jumlah ijin yang dikeluarkan. Surat ijin
ini juga merupakan catatan yang ideal untuk mengawasi dan menganalisa
perdagangan internasional sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok ini
semua kaktus (Cacteceae), sikas (Cycadaceae), anggrek (Orchidaceae), kantung
semar (Nepenthes spp.), Zamiaceae (sejenis sikas), Dicksoniaceae dan
Cyatheaceae (sejenis paku pohon), Didiereceae (serupa kaktus), lidah buaya
(Aloe spp.), dan Euphorbia spp.
Appendix III
Meliputi jenis-jenis yang perdaganganya diatur di dalam negeri dan
diharapkan kerja samanya dengan anggota CITES lainnya.
Peredaran dan Perdagangan Tumbuhan dan Bibit
1. Undang-undang No. 16. Tahun 1992, tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 No 56,Tambahan Lembaran Negara No. 3482).
2. Undang-undang No 10. Tahun 1995, tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun1995 No 75, Tambahan Lembaran Negara No. 3612).
3. Peraturan Pemerintah RI No 14. Tahun 2002, tentang Karantina Tumbuhan.
4.
Peraturan Pemerintah RI No 8 Tahun 1999, tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Bab II, Pasal4 s/d Bab9, Pasal 41 tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar untuk: a) Pengkajian dan Litbang, b)Penangkaran, c) Perburuan, d) Perdagangan, e) Peragaan, f) Pertukaran, g) Budidaya Tanaman Hias, dan h) Obat-Obatan.
5.Peraturan Pemerintah RI No 59. Tahun 1998, tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Perubahannya melalui PP RI No. 92 Tahun1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 No 201, Tambahan Lembaran Negara No. 3914).
6. PeraturanPemerintahRI No 14. Tahun2002 tentang Karantina Tumbuhan.
7. SK Mentan No. 141/Kpts/TP. 120/03/1987, tentang Pengeluaran Berbagai Jenis Anggrek Dari Wilayah Republik Indonesia.
8. SK Mentan No. 38/Kpts/HK-310/01/1990, tentang Syarat-syarat dan Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Tanaman dan Bibit Tanaman kedalam Wilayah Republik Indonesia.
9.
SK Mentan No. 264/Kpts/TP. 120/05/2000, tentang Izin Pemasukan dan Pengeluaran Tanaman Pangan dan Hortikultura, Microba dan Bibit Tumbuhan/Ternak/Hewan Untuk Keperluan Penelitian Dari/Ke Berbagai Negara di Asia, Amerika, Afrik,Australia dan Eropa.
10. SK Menhut No. 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan, Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar.
11.Keputusan Presiden RI No. 43 Tahun1978, tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species(CITES) of Wild Flora and Fauna(lembaran Negara Tahun1978 Nomor 51).
Sumber : Departemen Pertanian, 2006
Lampiran 7.Daftar Pelaku Usaha Agribisnis Tanaman HiasNo Pelaku Usaha Eksportir/Importir Alamat1 Exotica Prima Nursery Jakarta Selatan2 PT. Inti Matahari Jakarta Barat3 Tropica Greeneries Cibubur4 CV. Arjuna Flora Utama Kota Baru-Jawa Timur5 Pascal Orchids Lembang-Bandung6 Monfori Flora Parung Bogor7 PT. Benara Flora Utama Klari-Karawang8 PT. Bintang Delapan Hortikultura Jakarta9 Flora Graha Nursery Pluit-Jakarta Utara10 PT. Mandiri Jaya Flora Megamendung-Bogor11 CV. Simanis Orchid Jawa Timur12 CV. Taty Nursery & Galery Medan13 Godong Ijo Nursery Serua Sawangan-Depok14 Alam Indah Bunga Nusantara Sukaresmi-Cianjur15 PT. Bina Usaha Flora Cipanas-Cianjur16 PT. Kebun Ciputri Jakarta Selatan17 Inggu Laut Abadi Bumiaji-Batu18 PT. Ekakarya Graha Karya Jakarta19 Wahana Karisma Flora Surabaya20 Rizal Orchids Sentre Lembang-Bandung21 Milo Bali Orchids Kuta-Bali22 Handoyo Budi orchids Malang-Jawa Timur23 Antika Anggrek Pasar Minggu-Jakarta Selatan24 Centra Anggrek Cipanas-Bandung25 Ridho Orchids Cikole-Lembang26 H&W Orchids Jakarta Timur27 Asri Ayu Orchids Grower Denpasar28 Toekang Keboen Serpong-Tangerang29 Ladang Euporbia Serpong Tangerang30 PT. Melrimba Sentra Agrotama Jakarta Selatan31 Floribunda Jakarta32 Osteofarm Jakarta Selatan33 PT.Graha Flora Indonesia Jakarta Pusat34 Sagita Flora Bekasi35 PT. Puri Sekar Asri Jakarta Selatan36 Fuchsia Jakarta37 Rumah Bunga Ciputat
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Lampiran 8. Foto Pameran Anggrek di Bogor
FLORA & FAUNA NASIONAL 2008
Tempat : BOTANI SQUARE, 11 Januari – 10 Februari 2008
Lampiran 9. Peta Bogor
Lampiran 10. Daftar Tanaman Anggrek
AAbdominae minimifloraAcacallis hoehneiAcampe DentataAcanthephippium javanicumAcanthephippium mantinianumAceras anthropophorumAceratorchis tschiliensisAcianthus fornicatusAcineta alticolaAckermania-caudataAcostaea costaricensisAcriopsis javanicaAcrolophia capensis var. lamellataAcrorchis roseolaAda chloropsAdamantinia miltonioidesAdenoncos vesiculosaAerangis fastuosaAeranthes grandifloraAerides japonicaAganisia cyaneaAglossorhyncha bifloraAgrostophyllum brevipesAlamania puniceaAltensteinia fimbriataAmesiella philippinensisAmitostigma keiskeiAnacamptis pyramidalisAnacheilum fragansAncistrochilus rothschildianusAncistrorhynchus metternaeAngraecopsis brevilobaAngraecum scottianumAnguloa spAnoectochilus geniculatusAnsellia giganteaAorchis cyclochilaAplectrum hyemaleAppendicula elegansArachnis flosaerisArethusa bulbosaArpophyllum giganteumArundina.graminifoliaAscocentrum miniatumAspasia lunata
BBaptistonia echinataBarbosella_cucullataBarbrodria miersiiBarkeria lindleyana
Cischweinfia dasyandraCleisocentron merrillianumCleisostoma crochetiiCleistes divaricataClowesia roseaCoccineorchis standleyiCochleanthes amazonicaCochlioda vulcanicaCoelia bellaCoelogyne PandurataCoilostylis ciliarisComparettia falcataCondylago rodrigoiConstantia cipoensisCorallorrhiza maculataCoryanthes maculataCorybas diemenicusCorymborchis veratrifoliaCranichis fertilisCryptarrhena kegeliiCryptocentrum latifoliumCryptophoranthus acaulisCryptostylis leptochilaCuitlauzina pendulaCyanicula gemmataCyclopogon lindleyanusCycnoches chlorochilonCymbidiella rhodochilaCymbidium ensifoliumCymbidium sinenseCynorkis purpurascensCypripedium reginaeCyrtidiorchis frontinoensisCyrtochilum meiraxCyrtopodium punctatumCyrtostylis robustaCystorchis javanica
DDactylorhiza fuchsiiDactylorhiza majalisDendrobium aphyllumDendrochilum anfractumDendrophylax lindeniiDiaphananthe pellucidaDichaea glaucaDisa unifloraDiuris drummondiiDracula BufonisDrakaea elasticaDresslerella pilosissimaDryadella simula
Myrmechila truncata
NNeobathiea perrieriNeocogniauxia monophyllaNeotinea ustulataNephelaphyllum pulchrumNeuwiedia
OOctomeria grandifloraOdontochilus hatusimanusOdontocidium Hansuelia IslerOdontoglossum povedanumOeceoclades decaryanaOncidium pulchellumOphidion pleurothallopsisOphrys apifera var. auritaOrchis italica
PPachystoma pubescensPaphinia. CristataPaphiopedilum barbatumParaphalaenopsis labukensisPeristeria elataPhalaenopsis amabilisPhalaenopsis amboinensisPhalaenopsis bellina-violaceaPhalaenopsis celebensisPhalaenopsis corningianaPhalaenopsis cornu-cerviPhalaenopsis equestrisPhalaenopsis fasciataPhalaenopsis fimbriataPhalaenopsis floresensisPhalaenopsis fuscataPhalaenopsis giganteaPhalaenopsis javanicaPhalaenopsis kunstleriPhalaenopsis lindeniiPhalaenopsis lobbiiPhalaenopsis lowiiPhalaenopsis luddemannianaPhalaenopsis maculataPhalaenopsis manniiPhalaenopsis mariaePhalaenopsis modestaPhalaenopsis pantherinaPhalaenopsis parishiiPhalaenopsis sanderianaPhalaenopsis schillerianaPhalaenopsis stuartiana
Barlia longibracteataBartholina ethelaeBatemannia colleyiBeclardia macrostachyaBenthamia sp MadagascarBifrenaria harrisoniaeBinotia brasiliensisBletia purpureaBletilla striataBollea coelestisBolusiella talbotiiBonatea speciosaBrachionidium kuhniorumBrachtia andinaBrachycorythis helferiBrassavola flagellarisBrassia arcuigeraBromheadia aporoidesBroughtonia sanguineaBulbophyllum echinolabium
CCadetia tayloriCaladenia carneaCalanthe triplicataCaleana majorCalochilus campestrisCalopogon barbatusCalopogon tuberosusCalypso bulbosaCalyptrochilum christyanumCampylocentrum schiedeiCapanemia uliginosaCatasetum saccatumCattleya labiataCattleyella araguaiensisCattleyopsis lindeniiCaularthron bicornutumCentroglossa macrocerasCephalanthera longifoliaCephalantheropsis longibracteataCeratandra grandifloraCeratochilus biglandulosusCeratostylis philippinensisChamaeangis hariotianaChaseella pseudohydraChaubardia heteroclitaChaubardiella pubescensChelonistele sulphureaChiloglottis formiciferaChiloschista usenoidesChloraea alpinaChondrorhyncha hirtzii hirtzii
EEchinosepala uncinataEleorchis japonicaEncyclia ceratistesEpidendrum porpaxEpipactis giganteaEulophia guieensis
FFrondaria caulescens
GGaleola nudifoliaGenoplesium plumosumGlomera hamadryasGlossodia-MinorGongora truncataGoodyera repensGovenia sodiroiGrammatophyllum elegansGuarianthe skinneriGymnadenia conopsea
HHabenaria candida SumatranaHaemaria discolor alba var albaHetaeria polygonoidesHexalectris spicataHexisea bidentataHoulletia odoratissimaHoweara mini primi
IIonopsis utricularioidesIsochilus linearis
JJennyella sanderiJostia teagueiJumellea arachnanthe
KKreodanthus elatus
LLaelia rubescensLecanorchis japonicaLepanthes tentaculataLepanthopsis acetabulumLeptotes bicolor
MMasdevallia. Patula
Phalaenopsis sumatranaPhalaenopsis tetraspisPhalaenopsis venosaPhalaenopsis violaceaPhalaenopsis viridisPhalaenopsis wilsoniiPhragmipedium besseaePlatanthera bifoliaPlatanthera leucophaeaPlatystele stenostachyaPleione formosanaPleurothallis immersaPonthieva racemosaPorroglossum muscosumPrasophyllum suttoniiProsthechea cochleata
RRenanthera monachicaRestrepia antenniferaRestrepiella ophiocephalaRhizanthella gardneriRhyncholaelia glauca
SSalpistele brunneaScaphosepalum swertiifoliumSchomburgkia undulataSelenipedium aequinoctialeSobralia panamenseSophronitis wittigianaSoterosanthus shepheardiiSpiranthes cernuaSpiranthes spiralisStanhopea. TigrinaStelis ciliaris
TTainia viridifuscaThelymitra paucifloraThrixspermum arachnitesThunia marshallianaTipularia discolorTrevoria chlorisTrichocentrum tigrinum
VVanda tricolorVanilla planifolia
XXerorchis amazonica
Christensonia vietnamicaChrysocycnis schlimiiChrysoglossum ornatumChysis aureaChytroglossa aurataCirrhaea longiracemosaCirrhopetalum Copper Queen
Maxillaria rufescensMeiracyllium trinasutumMexipedium xerophyticumMicrotis unifoliaMiltonia clowesiiMischobulbum grandiflorumMyoxanthus punctatus
ZZygopetalum mackayii
xxAscocenda