ahp kadar abu

25
ANALISA MUTU DAN HASIL PERTANIAN LAPORAN ANALISA KADAR ABU Oleh : Nama : Sigit Satria P NIM : 121710101111 Kleas : THP - C Kelompok :2 / C2 Shift 1 Hri / Tgl Praktikum : 08 Oktober 2013 Hrai / Tgl Pengumpulan : 22 Oktober 2013

Upload: sigit-satria-putra

Post on 31-Dec-2015

238 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: AHP Kadar Abu

ANALISA MUTU DAN HASIL PERTANIAN

LAPORAN ANALISA KADAR ABU

Oleh :

Nama : Sigit Satria P

NIM : 121710101111

Kleas : THP - C

Kelompok :2 / C2 Shift 1

Hri / Tgl Praktikum : 08 Oktober 2013

Hrai / Tgl Pengumpulan : 22 Oktober 2013

Page 2: AHP Kadar Abu

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar

abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam satu bahan

dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam organik

terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan pektat, sedangkan garam anorganik

antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat ,klorida, sulfat, nitrat.

Mineral juga biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis. Apabila

akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit, oleh karenanya

biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang

dikenal dengan pengabuan Kadar abu pada bahan pangan menggambarkan kandungan mineral

dari sampel bahan makanan.

Kadar abu ialah material yang tertinggal bila bahan makanan dipijarkan dan dibakar pada

suhu sekitar 500-800°C. dalam hal ini metode pengabuan dengan metode tanur adalah dengan

cara membakar bahan hingga mencapai suhu 600-750 oC hingga bahan berwarna abu-abu

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui cara analisis kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian.

Untuk mengukur kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian dengan metode

pengabuan kering.

Page 3: AHP Kadar Abu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pengabuan Kering dan Basa

Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu dengan penentuan abu total dan penentuan individu komponen mineral (makro

& trace mineral) menggunakan titrimetrik, spektrofotometer, AAS (atomic absorption

spectrofotometer).( A.L.Underwood. 1989).

Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis

elemen-elemen mineral (individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu:

a.   Pengabuan cara kering

Pengabuan ini menggunakan panas tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan

dalam analisis kadar abu (analisis proksimat). Metode pengabuan cara kering banyak dilakuakan

untuk analisis kadar abu. Caranya adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan

suhu tinggi di dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk

abu berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam

udara bertindak sebagai oksidator. Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 500-

6000C. Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh.

Beberapa hal yang oerlu diperhatikan dalam pengabuan cara kering ini adalah sebagai

berikut.

1) Cawan Pengabuan

Cawan biasanya terbuat dari porselin, silika, kuarsa, nikel, platina (kapasitas 25-100ml).

Pemilihan cawan disesuaikan sifat bahan yang akan dianalisis. Cawan porselin (bagian dalam

dilapisi silika) merupakan bahan bersifat asam. Cawan nikel digunakan untuk analisa abu untuk

contoh dalam jumlah besar. Cawan kuarsa  dapat dipanaskan sampai 9000C, tahan asam, tidak

tahan basa. Cawan platina biasanya untuk bahan bersifat basa.

Cawan porselen sering digunakan untuk pengabuan karena cepat mencapai berat konstan,

harga relatif murah, namun mudah retak dan pecah jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-

tiba.

Page 4: AHP Kadar Abu

2) Contoh/bahan

Untuk contoh basah (kadar air tinggi) dan cairan  dikeringkan dahulu dalam oven

pengering atau dapat juga dengan hotplate atau penangas air. Tahap pengeringan ini dapat pula

dilakukan untuk menentukan kadar air contoh. Contoh yang mudah berbuih dilakukan pra-

pengabuan di atas api terbuka sampai mengering dan tidak mengeluarkan asap lagi atau dapat

ditambahkan anti buih (parafin, olive). Bahan berlemak banyak dan mudah menguap memiliki

suhu mula-mula rendah, kemudian dinaikkan ke suhu pengabuan.

3) Suhu pengabuan

Suhu pengabuan ini sangat penting karena elemen abu (K, Na, S, Ca, )  dapat menguap

pada suhu tinggi serta dekomposisi senyawa K2CO3, CaCO3, MgCO3. Suhu pengabuan berbeda-

beda tergantung komponen mineral dalam contoh.

4) Pengabuan

Dalam pengabuan menggunakan tanur (furnace) sehingga suhu dapat diatur. Jika

menggunakan pemanas bunsen suhu tidak dapat diatur. Secara visual warna api merah membara

menandakan  suhu sekitar 5500C (cawan porselin). Lama pengabuan sekitar 2-8 jam. Residu

pengabuan berwarna putih keabuan & berat konstan pada selang waktu 30 menit. Setelah itu

dilakukan penimbangan pada kondisi dingin. Bahan dimasukkan oven 1050C supaya suhu turun,

lalu dimasukkan dalam desikator sampai dingin.

b.  Pengabuan cara basah

Pengabuan ini menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat). Biasanya digunakan

untuk penentuan individu komponen mineral. Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh.

Pengabuan cara basah ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen organik

(C, H, dan O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara ini dilakukan untuk

menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari cara kering karena pengabuan cara

kering lama dan terjadi kehilangan mineral karena suhu tinggi (Harrizul, 1995).

Prinsip pengabuan cara basah adalah memberi reagen kimia (asam kuat) pada bahan

sebelum pengabuan. Bahan tersebut dapat berupa:

1. Asam sulfat

Bahan pengoksidasi kuat yang dapat mempercepat reaksi oksidasi.

Page 5: AHP Kadar Abu

2. Campuran asam sulfat & potasium sulfat

K2SO4 menaikkan titik didih H2SO4 menyebabkan suhu pengabuan tinggi sehingga

pengabuan berlangsung cepat.

3. Campuran asam sulfat & asam nitrat

Campuran ini banyak digunakan selain itu capuran ini merupakan oksidator kuat.

Memiliki suhu difesti dibawah 3500C.

4. Campuran asam perklorat & asam nitrat

Untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi campuran ini baik untuk digunakan karena

pengabuan sangat cepat ± 10 menit. Perklorat bersifat mudah meledak.

Residu anorganik dari proses pengabuan (cara kering dan basah) terdiri dari bermacam-

macam mineral yang komposisi dan jumlahnya tergantung pada jenis bahan pangan dan metode

analisis yang digunakan. Analisis atau penentuan kadar mineral dalam bahan pangan dapat

dilakukan dengan berbagai jenis metode: metode titrimetrii, spektrofotometer, dan atomic

absorption spectrofotometer (AAS).

2.2 Bahan baku

2.2.1 Kopi

Kopi merupakan suatu minuman stimulan yang didapatkan dari biji yang tanamn kopi yang

dipanggang, pada umumnya disebut biji kopi. Saat ini, kopi merupakan minuman yang sangat

populer di seluruh dunia. Pernyataan ini disampaikan oleh Villanueva, Cristina M.; Cantor,

Kenneth P.; King, Will D.; Jaakkola, Jouni J. K.; Cordier, Sylvaine; Lynch, Charles F.; Porru,

Stefano; Kogevinas, Manolis (2006).dalam judul "Total and specific fluid consumption as

determinants of bladder cancer risk". International Journal of Cancer 118 (8): 2040–2047. Pada

awalnya kopi dikonsumsi pada abad ke-9 di dataran tinggi Ethiopia 12 kemudian menyebar ke

Mesir dan Yaman, seterusnya pada abad ke-15 telah mencapai Azerbaijan, Persia, Turki, dan

Afrika Utara, Italia, benua Eropa, Indonesia, dan Amerika. (Meyers, 2007)

Selain dikonsumsi sebagai stimulant, kopi juga digunakan dalam ritual-ritual agama,

kepentingan politik, dan sebagai jamuan untuk tamu-tamu agung. (FAO, 2004)

Senyawa kimia yang terkandung didalam biji kopi dapat dibedakan atas senyawa volatil

dan non volatil. Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama apabila terjadi

kenaikan suhu. Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap aroma kopi antara lain dari golongan

Page 6: AHP Kadar Abu

aldehid, keton dan alkohol, sedangkan senyawa non volatil yang berpengaruh terhadap mutu

kopi antara lain kafein, chlorogenic acid dan senyawa-senyawa nutrisi. Senyawa nutrisi pada biji

kopi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Sukrosa yang termasuk golongan

karbohidrat merupakan senyawa disakarida yang terkandung dalam biji kopi, kadarnya bisa

mencapai 75% pada biji kopi kering. Selain itu, dalam biji kopi juga terdapat gula pereduksi

sekitar 1 %. Berkurangnya gula pereduksi yang disebabkan oleh penyimpanan pada suhu tinggi

akan menyebabkan turunnya mutu kopi seduhan yang dihasilkan, karena gula merupakan salah

satu komponen pembentuk aroma. Golongan asam juga dapat mempengaruhi mutu kopi, karena

merupakan salah satu senyawa pembentuk aroma kopi. Asam yang dominan pada biji kopi

adalah asam klorogenat yaitu sekitar 8 % pada biji kopi atau 4,5% pada kopi sangrai. Selama

penyangraian sebagian besar chlorogenic acids akan terhidrolisa menjadi asam kafeat dan

Quinic acid. Selain itu terdapat juga kafein yang merupakan unsur terpenting pada kopi yang

berfungsi sebagai stimulant, sedangkan kafeol merupakan faktor yang menentukan rasa. Kafein

merupakan suatu alkaloid dari metil xantin yaitu 1,3,7 trimetil xantin.

2.2.2 Tepung Tapioka

2.3 Prinsip Analisa

Penentuan kadar abu secara langsung (cara kering) adalah dengan mengoksidasikan

semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000

C dan kemudian melakukan

penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Sampel yang akan

ditimbang sejumlah tertentu tergantung macam bahannya. Bahan yang mempunyai kadar air

tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan lebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan

zat yang mudah menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan dengan suhu mula-mula

rendah sampai asam hilang, baru kemudian dinaikkan suhunya sesuai dengan yang dikehendaki.

Sedangkan untuk bahan yang membentuk buih waktu dipanaskan harus dikeringkan dahulu

dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya olive atau parafin.

Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut krus yang

terbuat dari porselin, silika, quartz, nikel atau platina dengan berbagai kapasitas (25-100 ml).

Pemilihan bahan ini disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan (Apriantono,1989).

Page 7: AHP Kadar Abu

Mengingat adanya berbagai komponen abu yang mudah mengalami dekomposisi atau

bahkan menguap pada suhu yang tinggi maka suhu pengabuan untuk tiap-tiap bahan dapat

berbeda-beda tergantung komponen yang ada dalam bahan tersebut. Pengabuan dilakukan

dengan muffle yang dapat diatur suhunya., tetapi bila tidak tersedia dapat menggunakan pemanas

bunsen. Bila menggunakan bunsen sulit diketahui ataupun dikendalikan suhunya untuk ini dapat

digunakan pengamatan secara visual yaitu kelihatan membara merah berarti suhu lebih kurang

5500

C (bila menggunakan krus porselin). Kadangkala pada proses pengabuan terlihat bahan hasi

pengabuan berwarna putih abu-abu dengan bagian tengahnya terdapat noda hitam, ini

menunjukkan pengabuan belum sempurna maka perlu diabukan lagi sampai noda hitam hilang

dan diperoleh abu yang berwarna putih  keabu-abuan. (Warna abu ini tidak selalu abu-abu atau

putih tetapi ada juga yang berwarna kehijauan, kemerah-merahan (Apriantono,1989).

Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan

dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan

beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit. Penimbangan terhadap bahan

dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu maka krus yang berisi abu yang diambil dari dalam

muffle harus lebih dahulu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105 ?C agar supaya suhunya

turun, baru kemudian dimasukkan ke dalam eksikator sampi dingin.

Eksikator yang digunakan harus dilengkapi dengan zat penyerap uap air misalnya silika

gel atau kapur aktif atau kalsium khlorida, sodium hidroksida. Agar supaya eksikator mudah

digeser tutupnya maka permukaan gelas diolesi dengan vaselin (Apriantono,1989).

Rumus yang digunakan untuk menentukan kadar abu cara kering adalah bobot sampel

sebelum diabukan(dalam gram) dikurangi bobot sampel ditambah cawan sesudah diabukan

(dalam gram) dibagi bobot cawan kosong (dalam gram) dikali 100 persen.

2.4 Mengapa Pengabuan penting bagi sebagian produk makanan

Sebagian besar bahan makanan yaitu 96% terdiri atas bahan organik dan air. Sisanya terdiri

atas unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagai bahan anorganik atau kadar abu.

Kadar abu atau mineral merupakan bagian berat mineral dari bahan yang didasarkan atas berat

keringnya (Acker, L. 1969)Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan

organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang

Page 8: AHP Kadar Abu

terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat,

pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan nitrat. Proses untuk

menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu

atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya (Gunawan,2004).

Kandungan dan komposisi bahan abu atau mineral tergantung dari jenis bahan dan

pengabuannya. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat

dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan dihasilkan. Bahan makanan dibakar

dalam suhu yang tinggi dan menjadi abu. Pengukuran kadar abu bertujuan untu mengetahui

besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam makanan/pangan. Penentuan abu total dapat

dikerjakan dengan pengabuan secara kering atau cara langsung dan dapat pula secara basah atau

cara tidak langsung (Gunawan, 2004)

Page 9: AHP Kadar Abu

BAB III

BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

3.1Alat dan Bahan

o Alat :

1. Tanur pengabuan/mufle

2. Eksikator beserta silika gelnya

3. Kurs porselen

4. Neraca analitik

5. Penjepit kurs

6. Spatula

o Bahan :

1. Tepung tapioka

2. Kopi fermentasi

3. Kopi tanpa fermentasi

4. Label

Page 10: AHP Kadar Abu

2.3. Prosedur Analisa

Oven 15 menit, 100oC

Eksikator 5 menit

Timbang (a gram)

Masukkan tanur

Atur suhu pada skala 30-40 selama 1 jam atau asapnya habis

Naikkan suhu skala menjadi 60-80 selama 4 jam

Timbang (c gram)

Kurs Porselen

3 gram tepung tapioka (3X) (b

gram)

Page 11: AHP Kadar Abu

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kopi Sangrai Tanpa Fermentasi

Pengulangan Berat Kurs

Porselin (gr)

Berat Bahan

(gr)

Berat Kurs

Porselin + Bahan

(gr)

Berat Kurs Porselin +

Bahan Setelah

Pengabuan (gr)

Berat Bahan Setelah

Pengabuan (gr)

Kadar abu

(g/100 g, %bb)

1 18,240 3,007 21,247 18,369 0,129 4,289

2 11,842 3,035 14,877 11,967 0,125 4,118

3 8,532 3,001 11,533 8,666 0,134 4,465

Rata - rata 4,291

SD 0,1735

RSD 3,885

Page 12: AHP Kadar Abu

4.1.2 Kopi Sangrai Fermentasi

Pengulangan Berat Kurs

Porselin (gr)

Berat Bahan

(gr)

Berat Kurs

porselin + Bahan

(gr)

Berat Kurs Porselin +

Bahan Setelah

Pengabuan (gr)

BeratBahan Setelah

Pengabuan (gr)

Kadar abu (g/100 g,

%;bb)

1 10,702 3,021 13,723 10,851 0,149 4,932

2 10,972 3,043 14,015 11,116 0,144 4,732

3 7,994 3,039 11,033 8,142 0,148 4,870

Rata – rata 4,844

SD 0,1024

RSD 2,113

4. 1.3 Tepung Tapioka

Pengulangan (1, 2, 3)

Berat Kurs

Porselin (gr)

Berat Bahan

(gr)

Berat Kurs

porselin + Bahan

(gr)

Berat Kurs Porselin +

Bahan Setelah

Pengabuan (gr)

Kadar abu (%, bb)

Kadar abu (%;bk)

1 13,871 3,016 16,887 13,872 0,0331 % 0,0387 %

2 12,952 3 15,952 12,953 0,0333 % 0,0389 %

3 14,825 3,012 17,837 14,827 0,0641 % 0,0749 %

Rata – rata 13,882 3,009 16,892 13,884 0,0435 % 0,0508 %

SD 0,936 % 0,008 % 0,942 % 0,937 0,0178 % 0,0208 %

Page 13: AHP Kadar Abu

RSD 6,742 % 0,265 % 5,576 % 6,748 40,9195 % 40,9448 %

4.2 Pembahasan

Penentuan kadar abu secara langsung (cara kering) adalah dengan mengoksidasikan semua

zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000

C dan kemudian melakukan

penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Sampel yang akan

ditimbang sejumlah tertentu tergantung macam bahannya. Bahan yang mempunyai kadar air

tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan lebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan

zat yang mudah menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan dengan suhu mula-mula

rendah sampai asam hilang, baru kemudian dinaikkan suhunya sesuai dengan yang dikehendaki.

Sedangkan untuk bahan yang membentuk buih waktu dipanaskan harus dikeringkan dahulu

dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya olive atau parafin.

Kandungan dan komposisi bahan abu atau mineral tergantung dari jenis bahan dan

pengabuannya. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat

dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan dihasilkan. Bahan makanan dibakar

dalam suhu yang tinggi dan menjadi abu. Pengukuran kadar abu bertujuan untu mengetahui

besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam makanan/pangan. Penentuan abu total dapat

dikerjakan dengan pengabuan secara kering atau cara langsung dan dapat pula secara basah atau

cara tidak langsung (Gunawan, 2004)

Pada praktikum anaisa kadar abu yang telah dilakukan terdapat prosedur-prosedur

(tahapan) yang harus dilakukan selama analisa dilakukan. Didapatkan hasilnya yaitu:

Bahan kopi sangrai tanpa fermentasi mempunyai nilai rata-rata kadar abu sebesar 4,291 %

(bb). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kandungan mineral pada kopi sangrai tanpa

fermentasi mempunyai kandungan mineral sebanyak 4,291%.

Sedangkan pada nilai RSD pada data pengamatan yang dipaparkan diatas diperoleh nilai

sebesar 3,885%.

Page 14: AHP Kadar Abu

Dari bahan kopi sangri fermenatsi nilai kadar abu yang diperoleh dari proses analisa

sebesar 4,844%. Dimana dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa kandungan mineral yang ada

pada kopi sangrai dengan fermentasi sebesar 4,844%, hai ini dikarenakan nilai kadar abu yang

diperoleh diartikan sebagai kandungan mineral pada bahan.

Untuk nilai RSD pada data pengamatan didapatkan nilai 2,113%. Dimana nilai tersebut

menunjukan bahwa keakurasian data yang diperoleh selama praktikum sangat bagus.

Kemudian untuk bahan tepung tapioka diperoleh data nilai rata-rata kadar abu sebesar

0,0508%. Dimana data tersebut menunjukan kandungan mineral yang terkandung pada tepung

tapioka. Namun data pengamatan yang diperoleh selama praktikum mendapatkan hasil RSD

yang sangat besar yaitu dengan nilai 40,94%. Dimana dengan nilai RSD yang sebesar itu dapat

ditarik kesimpulan bahwa data pengamatan yang telah diperoleh memiliki tingkat keakurasian

yang sangat buruk. Hal ini dikarenakan nilai RSD yang sangat jauh melebihi 5%. Oleh karena itu

kemungkinan data nilai kadar abu yang digunakan untuk menetapkan kadar mineral yang

terkandung didalam bahan juga tidak akurat.

Page 15: AHP Kadar Abu

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian praktikum analisa kadar abu pada beberapa bahan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

Penentuan kadar abu secara langsung (cara kering) adalah dengan mengoksidasikan semua

zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000

C dan kemudian melakukan

penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut

Kandungan dan komposisi bahan abu atau mineral tergantung dari jenis bahan dan

pengabuannya.

Nilai keakurasian data yang paling tinggi (bagus) ada pada data pengamatan analisa kadar

abu dengan bahan tepung tapioka

Nilai RSD yang paling besar adalah pada sampel bahan kopi sangrai tanpa perlakuan proses

fermentasi

5.2 Saran

Praktikan yang bertugas harus lebih teliti dan akurasi dalam mencampurkan larutan

sampel agar tidak terjadi kesalahan dan deviasi dalam praktikum.

Sebaiknya praktikum dilakukan oleh semua praktikan agar lebih memahami konsep

tentang cara penetapan kadar abu yang benar.

Page 16: AHP Kadar Abu

DAFTAR PUSTAKA

Acker, L. 1969. Water Activity and Enzime Activity. Food Technol. 23,1257-1270

Alexeyev. V. 1969. Quantitative Analysis. Moscow : MIR Publishers

Apriantono,A. dan D.Fardiaz.1989.Analisa Pangan .Bogor:Depatemen

Barus . P. 2005. Studi Penentuan Kandungan Karbohidrat, Protein danineral dalam Air

Rebusan Beras sebagai Minuman Pengganti Susu. USU: Medan (Jurnal Sains Kimia vol

9, No.3.2005)

Gunawan, A. 2004. Copper (zat tembaga) Mineral Penguat Tulang dan Sistem Syaraf.

Harrizul, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Erlangga

Page 17: AHP Kadar Abu

LAMPIRAN

Perhitungan kopi

Kopi sangria tanpa fermentasi

Kopi sangria fermentasi

Perhitungan tepung tapioca

1. Kadar Abu (%, bb)

(Berat kurs porselen + bahan setelah pengabuan – berat kurs porselen) / berat bahan x 100%

- Pengulangan I : rata-rata X = 0,0331+0,0333+0,0641/3

13,872 – 13,871/3,016 x 100% = 0,0331% = 0,0435 %

- Pengulangan II :

12,953 – 12,952/3 x 100% = 0,0333 %

- Pengulangan III :

14,827 – 14,825/3,012 x 100% = 0,0641 %

2. Kadar Abu (%, bk)

(Kadar abu %bb) / (100-kadar air bb) x 100%

- Pengulangan I :

0,0331 / (100 – 14,5) x 100% = 0,0387 % rata-rata X = 0,0387+0,0389+0,0749/3

- Pengulangan II : = 0,0508%

Page 18: AHP Kadar Abu

0,0333 / (100 – 14,5) x 100% = 0,0389 %

- Pengulangan III :

0,0641 / (100 – 14,5) x 100% = 0,0749 %

Kadar abu (%bb)

SD = √(0,0331-0,0435)2 + (0,0333-0,0435) 2 + (0,0641-0,0435) 2

2

= √0,00031828 = 0,0178 %

RSD = SD/ X x 100

= 0,0178/ 0,0435 x 100 = 40,9195 %

Kadar abu (%bk)

SD = √ (0,0387-0,0508)2+(0,0389-0,0508)2+(0,0749-0,0508)2

2

= √0,000434415 = 0,0208 %

RSD = SD/ X x 100

= 40,9448 %