stasiun meteorologi hang nadim batam buletinhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2015/01/...1....

39
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETIN BMKG EDISI 13, JANUARI 2015 KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Januari 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Januari 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penun- jang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku- rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan- yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau . KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

Upload: hoanganh

Post on 02-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

EDISI 13, JANUARI 2015

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir

dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa

depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek

lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi

keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan

dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta

mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Januari 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan

iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut,

serta prakiraan pasang surut bulan Januari 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penun-

jang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi

dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-

rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar

buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-

yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si.

NIP. 19590406 198203 1 002

TIM REDAKSI

PELINDUNG :

PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB :

TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM :

YAYAN HERMAWAN

DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.

SRI SULISMIYATI, A.Md.

AGITA DEVI PRASTIWI, A.Md.

DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.

SABILA RAHMABUDHI, A.Md.

TATA NASKAH

NANGSIP CAHYANA, S.SI.

DUATI WARDANI, S.SI.

MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

Phone :

+62-778-761507 ext 1025

Fax. +62-778-761401

E-mail : [email protected]

hangnadim.kepri.bmkg.go.id

bmkg.bpbatam.go.id

DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M

A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN DESEMBER 2014

1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean

Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscilation (MJO)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2014

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Desember 2014

Stamet Hang Nadim

5

7

7

9

1 0

1 2

1 2

1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N J A N U A R I 2 0 1 5

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation)

3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian

2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7

1 7

1 8

1 9

2 1

2 3

2 4

V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S

L A U T B U L A N J A N U A R I 2 0 1 5

2 6

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N J A N U A R I

2 0 1 5

3 0

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M

D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M J A N U A R I

2 0 1 5

3 5

V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2014 yang diterima dari stasiun / pos hujan

di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan

dan sifat hujan bulan Desember 2014 adalah sebagai berikut:

Secara umum bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat

hujan secara umum berada pada kisaran diatas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah

curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 320 mm. Berdasarkan hasil analisa

angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Barat hingga Utara dengan

kecepatan 05 hingga 20 km/jam .

Untuk kondisi atmosfer dibulan Desember 2014 adalah sebagai berikut:

MJO pada bulan Desember berada pada fase 3 hingga 7 dengan sifat lemah hingga kuat.

Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah Indone-

sia, pada akhir Desember MJO aktifitasnya mulai menguat di wilayah Indonesia. Dalam

Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah

Indonesia khusunya bagian barat. Secara umum nilai OLR pada bulan Desember ber-

nilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang se-

makin kecil ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah

tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia

termasuk Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014 berkisar antara 28.00C hingga

30.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air

yang lebih banyak dan meningkatkan terjadinya pembentukan awan-awan yang

menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu

Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan

Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Desember

2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya .

II. Secara umum kondisi cuaca bulan Januari 2015 di Batam Berdasarkan keluaran program

HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2015 hingga Febuari 2016. Data

masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Januari 1998

s.d Desember 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal

hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96534 dan RMSE (error)

9.3638 dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indo-

nesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan

Januari 2015 adalah normal hingga diatas normal .

I. RINGKASAN

Page 4 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan

nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31

Januari 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-

lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-

pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II. PENGERTIAN

Page 5 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang

tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-

ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri

merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal

cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah

gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang

tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan

dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan

menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan

equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)

hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-

cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi

intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keraga-

man hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya

variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan wa-

ktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terja-

dinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-

se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3

di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia

( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah

( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).

Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit

mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-

hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada

satelit.

Page 6 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Page 7 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Desember 2014

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN DESEMBER 2014

1. Monsun

Pada bulan Desember matahari sudah berada jauh melewati garis equator dan sudah berada

di wilayah Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1.5° yaitu dari

22°LS menuju 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah

equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan

Desember 2014 tercatat ada empat kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Sinlaku, Hagupit,

Bakung, dan Siklon Tropis Jangmi. Namun hal ini kurang berpengaruh terhadap bertambahnya

jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Desember 2014

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monanomv2.png

Page 8 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan

Riau pada bulan Desember 2014 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang

hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini

meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga

berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan

Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal

ini menunjukan pada bulan Desember 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas

normalnya.

Keadaan seperti ini juga mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di

wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Desember

2014.

Pada bulan Desember, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS me-

nyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan ren-

dah) sehingga menyebabkan pola angiin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup

dari arah barat laut hingga timur laut serta membentuk pola belokan angin (shearline) dan

pusaran angin (eddy) Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang

menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan

menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektiv yang menyebabkan ter-

jadinya hujan lebat dan petir.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Desember 2014

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 9 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5

hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses

pembentukan banyak awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan Desember ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Desember +0.68 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern

Oscillation Index) pada Desember 2014 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir

Desember sebesar -6.4 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan

jumlah curah hujan pada bulan September di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Desember 2014

Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Desember 2014

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 10 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar

angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke

luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan

gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka

nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Desember bernilai relatif ren-

dah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil ini

menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI

Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Page 11 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Desember 2014

b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

MJO pada bulan Desember berada pada fase 3 hingga 7 dengan sifat lemah hingga

kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah In-

donesia, pada akhir Desember MJO aktifitasnya mulai menguat di wilayah Indonesia. Da-

lam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wila-

yah Indonesia khusunya bagian barat.

Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 12 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran

dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Desember nilai IOD

memiliki kondisi normal yang bernilai -0.140C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan

Desember 2014, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan

awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2014

Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2014 yang diterima dari stasiun / AWS

(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka

evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2014 adalah sebagai berikut:

Gbr.10 Grafik IOD

Page 13 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai

dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran diatas normal terhadap rata-ratanya.

Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 320 mm.

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Desember 2014

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Desember 2014

Lokasi RR Desember 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 298.5 313.7 Normal

Mukakuning 276.6 208.1 Atas Normal

Nongsa 200.2 185.4 Normal

Tg. Uncang 302.8 167.9 Atas Normal

Pagoda 313.8 333.0 Normal

Sengkuang 292.4 187.8 Atas Normal

Seiladi 126.4 119 Normal

Page 14 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Desember 2014

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi

selama bulan Desember 2014. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan

Galang. dengan nilai antara 100 – 350 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wila-

yah Duriangkang.

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Desember 2014 Stamet Hang Nadim

a. Hujan

Sifat hujan bulan Desember 2014 di Barelang Bawah Normal (B) sampai dengan Atas Nor-

mal (A) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 200,2 mm - 313,8 mm atau antara

79,5 % - 124,5 %. Curah hujan terendah terjadi di Nongsa dan tertinggi di Pagoda. Khusus

di Hang Nadim dalam bulan Desember 2014 terdapat 19 hari hujan terukur dan 4 hari hu-

jan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 298,5 mm atau berkisar 118,5%

dari rata-rata yang berarti sifat hujan Atas Normal (A). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan

dengan jumlah curah hujan 38,5 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah

hujan 127,3 mm, dan dasarian III terjadi 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 132,7 mm.

Curah hujan tertinggi 116,7 mm terjadi pada tanggal 19 Desember 2014 .

Page 15 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Desember 2014 di Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,4 - 27,6 ° C. Suhu udara terendah

dalam bulan Desember 2014 adalah 22,2 °C terjadi pada tanggal 19 Desember 2014 pagi

hari dan suhu udara tertinggi 32,4 °C terjadi pada tanggal 03 Desember 2014 siang

hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 96 %. Kelembaban

udara terendah mutlak 58% terjadi pada tanggal 02, 03, dan 10 Desember 2014 siang

hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 19 dan 27 Desember

2014. Dengan demikian udara pada bulan Desember 2014 lebih basah dibandingkan

bulan Nopember 2014.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Desember 2014 angin permukaan secara umum

didominasi dari arah Barat Laut sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 06 km/

jam – 09 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari sekitar 32 km/jam terjadi pada

tanggal 10,13 dan 14 Desember 2014.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Desember 2014 di Hang Nadim

Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Desember 2014 di Hang Nadim

Page 16 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Januari, posisi matahari sedang berada dalam penjalarannya dari titik balik di

BBS (Belahan Bumi Selatan) menuju ke BBU (Bumi Bagian Utara) dengan pergerakan semu

sejauh kurang lebih 3,5° yaitu dari 23.5°LS menuju 20,0°LS (http://www.physicalgeography.net).

Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Januari akan berada di

wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).

Sehingga, pola angin rata-rata bulan Januari secara umum akan bertiup dari Bumi

Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan ber-

temu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis

dan dinamakan sebagai ITCZ ( Inter Tropical Convergance Zone) Sedangkan untuk wilayah

Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada

dekat dengan daerah belokan angin (shearline) . Pola angin ini cenderung mendukung dalam

proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Page 17 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N J A N U A R I 2 0 1 5

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut

periode Januari 2015

Rata-rata Tekanan Udara

Bulan Januari 2015

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2015

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

glbbld_DJF_nov2012.html

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di

wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National

Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for

Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk Januari 2015.

Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur

diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Januari 2015

Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Page 18 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM

(Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Nopember menunjukkan kondisi normal

dengan nilai mencapai -6.0. Sehingga diprakirakan untuk bulan Januari 2015 di wilayah Indo-

nesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan

di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau

disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Desember

2014 s.d 13 Januari 2015 MJO mengalami peningkatan aktivitas. Pada Akhir Desember

hingga pertengahan Januari intensitasnya meningkat. Saat melewati wilayah sekitar Kepu-

lauan Indonesia pada akhir Desember sifatnya kuat, namun pada awal Januari hingga

pertengahan Januari MJO sudah tidak berada di sekitar Kepulauan Indonesia. Sehingga

diprediksi tidak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan

berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu

indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d +5 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal

ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Januari 2015 cenderung lebih

sedikit.

Gbr.19 Grafik SOI Januari 2012 sampai dengan awal Januari 2015

Page 19 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Desember 2014 dan Prakiraan Bulan Januari 2015

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Desember 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan

Page 20 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di

Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM,

grafik indeks IOD akhir Desember berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir -0.14

(gambar 7) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,50 C s.d 0,50 C dan BMKG mem-

prediksi nilai indeks dipole mode pada bulan Desember bernilai 0. (gambar 8). Secara umum

berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa

nilai IOD pada bulan Januari tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah

Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi

normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Januari 2015 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Page 21 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Januari di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun

(1993-2013) diketahui:

Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 350

mm selama bulan Desember. Wilayah Batam bagian Timur merupakan daerah dengan

konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 200 – 350 mm. Sedangkan daerah Batam Barat

dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di

Batam pada bulan Januari 2015 cenderung lebih besar dibandingkan pada bulan Desember

dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cukup besar.

Page 22 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Januari 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan

dasarian Hang Nadim periode Januari 1998 s.d Desember 2014.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan

dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96534 dan RMSE (error) 9.3638

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2015 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada

dasarian I, II, dan III berada pada normalnya terhadap rata-rata.

Page 23 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Dasarian Pertama Normal 97.8

Dasarian Kedua Normal 77.9

Dasarian Ketiga Normal 112

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh

hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Januari 2015 di wilayah Barelang sebagai

berikut:

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan januari 2015

Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Januari 2015

Page 24 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm

150 mm - 300 mm Rempang, Galang

300 mm - 450 mm Batam

450 mm - 600 mm -

WILAYAH

Berdasarkan prakiraan curah hujan bulan Januari 2015 dapat diperoleh sifat hujan bulan

Januari 2015 di Barelang sebagai berikut :

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan JANUARI 2015

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan januari 2015

Page 25 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal Batam

Normal Rempang, Galang

Bawah Normal

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau

pada bulan JANUARI 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan

Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut

serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

J A N U A R I 2 0 1 5

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Januari 2015

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI

GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP.

ANGIN

( km/jam )

ARUS LAUT

( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 1 – 2 Barat Laut – 10 Barat Laut – 5

Batam - Tarempa 1,25 – 3 Barat Laut – 15 Barat Laut - 45

Batam - Natuna 1,25 – 3 Barat Laut – 15 Barat - 55

Batam - Karimun 1 – 2 Barat Laut – 10 Tenggara - 10

Batam - Lingga 1,25 – 2,5 Barat Laut – 10 Barat Laut – 25

Batam - Singapura 1 – 2 Barat Laut – 10 Barat Laut – 5

Batam - Dumai 1 – 2 Barat Laut – 10 Timur - 5

Batam - Tambelan 1 – 2,5 Barat Laut – 10 Barat – 40

Page 26 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Page 27 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Januari 2015

Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Desember 2014

Page 28 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Januari 2015

Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Desember 2014

Page 29 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Januari 2015

Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Desember 2014

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi

akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti

yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut

dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,

dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-

trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu

kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah

setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali

pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-

diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga

level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang

menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu

hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk

menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung

anomaly pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Wa-

ter (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low

Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wila-

yahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar

pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar

Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam

buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang

meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )

Page 30 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Page 31 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

I. KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Januari 2015

2. Sekupang, Januari 2015

1

2

II. KABUPATEN BINTAN

1. Tanjung Uban, Januari 2015

2. Tanjung Pinang, Januari 2015

3

4

Page 32 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

III. KABUPATEN KARIMUN

1. Tanjung Balai Karimun, Januari 2015

IV. KABUPATEN LINGGA

1. Dabo Singkep, Januari 2015

6

Page 33 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

5

IV. KABUPATEN ANAMBAS

1. Selat Peninting, Januari 2015

V. KABUPATEN NATUNA

1. Sedanau, Januari 2015

Page 34 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

7

8

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M J A N U A R I 2 0 1 5

Page 35 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, January 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 1958 0801 0425 1652

2 1959 0802 0517 1744

3 1959 0802 0608 1836

4 2000 0803 0700 1927

5 2000 0803 0750 2017

6 2000 0804 0839 2105

7 2001 0804 0926 2151

8 2001 0805 1012 2235

9 2002 0805 1056 2317

10 2002 0805 1138 2359

11 2002 0806 1221 000

12 2003 0806 1304 0041

13 2003 0807 1348 0124

14 2004 0807 1434 0208

15 2004 0807 1522 0254

16 2004 0808 1614 0344

17 2005 0808 1708 0437

18 2005 0809 1806 0533

19 2005 0809 1905 0631

20 2006 0809 2005 0731

21 2006 0809 2103 0830

22 2006 0810 2200 0929

23 2006 0810 2255 1025

24 2007 0810 2348 1120

25 2007 0811 000 1213

26 2007 0811 0040 1306

27 2007 0811 0131 1358

28 2007 0811 0223 1450

29 2007 0812 0314 1541

30 2008 0812 0405 1633

31 2008 0812 0456 1723

Location : E104 32, N00 55, January 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 2000 0803 0427 1654

2 2000 0804 0519 1746

3 2000 0804 0610 1838

4 2001 0805 0702 1929

5 2001 0805 0752 2018

6 2002 0806 0841 2106

7 2002 0806 0928 2152

8 2003 0807 1014 2236

9 2003 0807 1057 2319

10 2003 0807 1140 000

11 2004 0808 1223 0001

12 2004 0808 1305 0043

13 2005 0809 1349 0126

14 2005 0809 1435 0210

15 2005 0809 1524 0256

16 2006 0810 1615 0346

17 2006 0810 1710 0439

18 2006 0810 1807 0535

19 2007 0811 1907 0633

20 2007 0811 2006 0733

21 2007 0811 2105 0832

22 2007 0812 2202 0931

23 2008 0812 2257 1027

24 2008 0812 2350 1122

25 2008 0813 000 1215

26 2008 0813 0042 1307

27 2009 0813 0133 1359

28 2009 0813 0225 1451

29 2009 0813 0316 1543

30 2009 0814 0407 1634

31 2009 0814 0458 1725

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Page 36 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Location : E108 24, N03 55, January 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 2020 0814 0440 1713

2 2021 0814 0531 1806

3 2021 0815 0622 1858

4 2021 0815 0714 1949

5 2022 0816 0804 2038

6 2022 0816 0854 2126

7 2023 0817 0941 2211

8 2023 0817 1027 2254

9 2023 0818 1112 2336

10 2024 0818 1155 000

11 2024 0819 1239 0017

12 2024 0819 1322 0058

13 2025 0819 1407 0140

14 2025 0820 1454 0224

15 2025 0820 1543 0309

16 2026 0821 1635 0358

17 2026 0821 1730 0451

18 2026 0821 1828 0546

19 2026 0822 1927 0645

20 2027 0822 2026 0745

21 2027 0823 2124 0845

22 2027 0823 2219 0945

23 2027 0823 2313 1042

24 2028 0824 000 1138

25 2028 0824 0005 1232

26 2028 0824 0056 1325

27 2028 0824 0147 1418

28 2028 0825 0238 1511

29 2028 0825 0328 1603

30 2028 0825 0419 1654

31 2028 0825 0510 1745

Location : E103 23, N01 03, January 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 1955 0759 0422 1649

2 1956 0759 0514 1741

3 1956 0800 0605 1833

4 1956 0800 0657 1924

5 1957 0800 0747 2014

6 1957 0801 0836 2102

7 1958 0801 0923 2147

8 1958 0802 1009 2232

9 1959 0802 1053 2314

10 1959 0803 1135 2356

11 1959 0803 1218 000

12 2000 0803 1301 0038

13 2000 0804 1345 0121

14 2001 0804 1430 0205

15 2001 0805 1519 0251

16 2001 0805 1611 0341

17 2002 0805 1705 0434

18 2002 0806 1803 0530

19 2002 0806 1902 0628

20 2002 0806 2002 0728

21 2003 0807 2100 0827

22 2003 0807 2157 0926

23 2003 0807 2252 1022

24 2003 0807 2345 1117

25 2004 0808 000 1210

26 2004 0808 0037 1303

27 2004 0808 0128 1355

28 2004 0808 0220 1447

29 2004 0809 0311 1538

30 2005 0809 0402 1630

31 2005 0809 0453 1720

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Page 37 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

Location : E104 34, S00 28, January 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 1957 0806 0429 1652

2 1958 0806 0520 1744

3 1958 0807 0612 1836

4 1959 0807 0704 1927

5 1959 0808 0754 2017

6 2000 0808 0843 2105

7 2000 0809 0930 2151

8 2000 0809 1015 2235

9 2001 0809 1058 2319

10 2001 0810 1141 000

11 2002 0810 1223 0001

12 2002 0811 1305 0043

13 2003 0811 1349 0126

14 2003 0811 1434 0211

15 2003 0812 1522 0258

16 2004 0812 1614 0348

17 2004 0812 1708 0441

18 2004 0813 1806 0537

19 2005 0813 1905 0635

20 2005 0813 2005 0735

21 2005 0814 2104 0834

22 2006 0814 2201 0932

23 2006 0814 2256 1028

24 2006 0814 2350 1122

25 2006 0815 000 1215

26 2007 0815 0043 1307

27 2007 0815 0134 1358

28 2007 0815 0226 1450

29 2007 0815 0318 1541

30 2007 0816 0409 1632

31 2008 0816 0500 1723

Location : E106 15, N03 12, January 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 2010 0806 0432 1704

2 2011 0807 0523 1756

3 2011 0807 0614 1848

4 2012 0808 0706 1939

5 2012 0808 0756 2028

6 2012 0809 0846 2116

7 2013 0809 0933 2201

8 2013 0810 1019 2245

9 2014 0810 1103 2327

10 2014 0811 1147 000

11 2014 0811 1230 0008

12 2015 0812 1313 0050

13 2015 0812 1358 0132

14 2015 0812 1444 0215

15 2016 0813 1533 0301

16 2016 0813 1625 0350

17 2016 0814 1720 0443

18 2017 0814 1818 0539

19 2017 0814 1917 0637

20 2017 0815 2016 0737

21 2017 0815 2114 0837

22 2018 0815 2210 0936

23 2018 0816 2304 1033

24 2018 0816 2357 1129

25 2018 0816 000 1223

26 2018 0817 0048 1316

27 2018 0817 0139 1409

28 2019 0817 0229 1501

29 2019 0817 0320 1553

30 2019 0818 0411 1644

31 2019 0818 0502 1735

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses

pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin

kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki

wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada

saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada

waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan

uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya

secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung

berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur

sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO

(El Nino-Shouthern

Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ

berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan

cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

Page 38 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum

menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO

(Madden-

Novemberan

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-

tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan

penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan

hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat

ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar

ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada

suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya

akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun

yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan

dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,

1978-2007, dsb) OLR

(Outgoing

Longwave

Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan

konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan

konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971

-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan

kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI

(Southern

Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1

diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,

dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-

ungan dengan fenomena cuaca

Page 39 E D I S I 1 3 — J A N U A R I 2 0 1 5