isi feb 2017 edited - stasiun meteorologi | hang nadim...
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Februari 2017ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Januari 2017, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Februari 2017. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] ii
TIM REDAKSI
ANGGOTA TIM
ANGGOTA
NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA
DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA
YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA
DUDI JUHANDINATA,
S.Stat, MM
ANGGOTA
NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA
ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA
ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA
PANDE MADE RONY
KURNIAWAN, SST
ANGGOTA
MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
PELINDUNG
PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PENANGGUNG JAWAB
SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI
DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA
DEBORA TRULY
MARPAUNG, SST.
ANGGOTA
HANA SOLIHAH, S.Si
ANGGOTA
DEDI HARIANTO
PANJAITAN, S.T.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1 II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM JANUARI 2017 ........................................................................................ 2 IV. PRAKIRAAN CUACA FEBRUARI 2017 ..................................................................................................... 11 V. PRAKIRAAN PASANG SURUT FEBRUARI 2017.................................................................................... 16 VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
FEBRUARI 2017 ................................................................................................................................................ 19
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran normal hingga di atas normal terhadap rata-ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Timur Lautdari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 9,5 km/jam.
b. Selama bulan Januari, perambatan MJO di Indonesia bersifat lemah hingga kuat di akhir bulan. Sehingga pengaruh pertumbuhan awan cukup signifikan di akhir bulan Januari. Nilai IOD, ENSO, NINO 3.4 serta SOI yang berada pada kondisi netral menyebabkan kurangnya peluang pertumbuhan awan serta penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Namun kondisi perairan di Indonesia yang masih cukup hangat selama bulan Desember masih menunjang untuk menghasilkan uap air untuk pembentukan awan.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Februari 2017 hingga Januari 2018. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang Nadimperiode Februari 1999 s.d Januari 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.82049 dan RMSE (error) 16.963 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Februari 2017 pada dasarian dasarian I,II dan III sesuai dengan normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 2
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIMJANUARI 2017
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 3
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JANUARI 2017
1. Monsun Pada bulan Januari, matahari mulai berada pada penjalarannya dari BBS (Belahan Bumi
Selatan) menuju ekuator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 23.5°LS - 20.0°LS. Hal ini berdampak pada peningakatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Januari 2017 tercatat satu kejadian siklon tropis yaitu Siklon Tropis Auring, hal ini menyebabkan massa udara menuju ke wilayah tersebut dan cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Januari 2017
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar2. Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanJanuari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 4
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Januari 2017 berkisar antara 28.00 - 30.00C(Gambar.1) dengan anomali -0.5-+1.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia termasuk wilayah Kepulauan Riau masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Hal ini sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/map/images/fnl/slp_30.fnl.html
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Januari 2017
Pada bulan Januari 2017, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS karena matahari sudah berada di selatan. Hal ini menyebabkan adanya pergerakkan massa udaradari BBUmenuju BBSsehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi)di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada BulanJanuari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin umumnya bertiup dari arah Barat Laut hingga Timur Laut yang di dominasi dari arah Utara dengan kecepatan 5 hingga 15 knot (Gambar.5). Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/Global_Monsoons/Figures/curr.850wind.30day.figa.gif
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Januari 2017
2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation) ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada bulan Januari
2017, nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Januari yaitu sebesar-0.31 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Januari sebesar+1.4 (Kondisi Netral). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar6. Grafik indeks SST Nino3.4
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 6
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar7. Grafik indeks ENSO / SOI
3. MJO(Madden-Julian Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Januari 2017, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat dan Kalimantan bagian barat yaitu berkisar antara 170-190 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 190-200 W/m2.Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Januari 2017 cukup banyak.
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Januari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 7
b. Fase MJO MJO selama bulan Januari 2017 berada pada fase 6 sampai 4 dengan sifat lemah hingga kuat
pada perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat bahwa pada akhir bulan Januari wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO.Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau pada akhir bualan Januari.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD(Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4 s.d 0,4). Pada akhir bulan Januari 2017 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai +0.05. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Januari 2017, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar10. Grafik IOD
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 8
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER2016
Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2017yang diterima dari stasiundi Pulau Batam yang
mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Januari
2017 adalah sebagai berikut:
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JANUARI 2017
a. Hujan
Sifat hujan bulan Januari 2017 di Barelang Bawah Normal (B) sampai Normal(N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 44,4 mm - 298,7 mm atau antara 17,6 % - 118,5 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Hang Nadim. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Januari 2017 terdapat 12 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 298,7 mm atau berkisar 118,5% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N) . Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 45,7 mm, dasarian II terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 5.0 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari dengan curah hujan 248 mm. Curah hujan tertinggi 85,9 mm terjadi pada tanggal 22 Januari 2017.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 9
Gambar11. Grafik Curah Hujan bulan Desember2016di Hang Nadim
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,9°C - 29,3° C. Suhu udara terendah dalam
bulan Januari 2017 adalah 22,8 ° C terjadi pada tanggal 21 Januari 2017 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4°C terjadi pada tanggal 8 Januari 2017 siang hari.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 10
Gambar12. Grafik Suhu Udara bulan Januari 2017di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 75 % - 98 %. Kelembaban udara
terendah mutlak 43% terjadi pada tanggal 8 Januari 2017 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 22,23,24,dan 25 Januari 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Januari 2017 lebih basah dibandingkan bulan Desember 2016.
Gambar13.Grafik Kelembaban Udara Bulan Januari 2017di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Januari 2017 angin permukaan secara umum didominasi dari
arah Utara sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 9,5 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 32,4km/jam terjadi pada tanggal 10 dan 27 Januari 2017.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 11
PRAKIRAAN CUACA FEBRUARI 2017
A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Februari, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10.2° yaitu dari 20.0°LS menuju 9.8° LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Februari 2017 akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Desember 2016 – Januari 2017 – Februari 2017
Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Februari 2017
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Februari2017
Pola angin rata-rata bulan Februari secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ ( Inter Tropical Convergence Zone). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) (Gambar.16). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 18.Rata-rata Streamline 3000 feetpada Bulan Februari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 12
2. ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan BMKG menyatakan bahwa pada bulan Februari 2017 dalam kondisi Normal. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 19.Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Januari menunjukkan berada pada kondisi Normal dengan nilai SOI +0,15,sehingga tidak memepengaruhi terhadap bertambah atau berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 20. Grafik SOI Bulan Februari 2015s.d.Awal Februari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 13
3. MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Februari 2017 berada pada fase 4 - 5 dengan sifat kuat sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah sebelah barat Indonesia (Gambar 20), pada awal bulan Februari.Hal tersebut mengindikasikan cukup banyak tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat pada awal bulan Februari.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 21.Grafik Fase MJO pada Bulan Januari 2017 dan prakiraan Bulan Februari 2017
Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.g if
Gambar 22.Anomali OLR sampai dengan 31 Januari 2017 dan prakiraan 15 hari kedepan
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,
khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, NASA, maupun
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 14
BMKG memprakirakan pada bulan Februari DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 23.Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Februari di Batam berdasarkan data klimatologis selama 24 tahun
(1993-2016) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Februari
dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam.Batam bagian Utara sekitar 0 – 50 mm, dan Batam bagian Selatan sekitar 50 – 100 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan Februari 2017 lebih rendah dibanding dengan bulan Januari 2017, sehingga peluang curah hujannya lebih rendah pula bila dibanding dengan bulan Januari 2017.
B. PRAKIRAAN HUJANBULAN FEBRUARI 2017 1. PrakiraanHujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Februari2017 hingga Januari 2017.Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeFebruari1999 s.d Januari 2017.
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA 21.5 27 33.6
KELEMBAPAN UDARA 47% 81% 100%
ANGIN 11 Km/jam 16 Km/jam 65 Km/jam
HARI HUJAN 0 8* 19*3 hari disertai petir
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 15
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.82049 dan RMSE (error) 16.963. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Februari 2017 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III sesuai dengan normalnya.
2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curahhujan satu bulan pada bulan Februari 2017 di wilayah Barelangsebagaiberikut: Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Februari 2017
danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan Februari 2017 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Februari 2017
SIFAT HUJAN WILAYAHAtas Normal -
Normal Batam, Rempang dan GalangBawah Normal -
Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulanFebruari2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)FEBRUARI 2017
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) /
Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING
6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI FEBRUARI 2017
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0615 1819 0932 2156
2 0615 1819 1022 2247
3 0615 1819 1112 2339
4 0615 1820 1205 000
5 0615 1820 1259 0033
6 0615 1820 1356 0129
7 0615 1820 1454 0227
8 0615 1820 1553 0325
9 0615 1820 1650 0424
10 0615 1820 1746 0520
11 0615 1820 1839 0614
12 0615 1820 1930 0705
13 0615 1820 2017 0754
14 0615 1820 2103 0840
15 0615 1820 2148 0925
16 0615 1820 2233 1008
17 0615 1820 2317 1052
18 0615 1820 000 1136
19 0615 1820 0002 1221
20 0615 1820 0048 1308
21 0615 1820 0135 1356
22 0614 1820 0224 1445
23 0614 1819 0314 1535
24 0614 1819 0404 1626
25 0614 1819 0455 1717
26 0614 1819 0545 1808
27 0614 1819 0636 1859
28 0613 1819 0726 1950
2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0613 1818 0930 2154
2 0613 1818 1020 2245
3 0613 1818 1111 2337
4 0613 1818 1203 000
5 0613 1818 1258 0031
6 0613 1818 1355 0127
7 0614 1818 1453 0225
8 0614 1818 1551 0323
9 0614 1819 1649 0422
10 0614 1819 1745 0518
11 0614 1819 1838 0612
12 0614 1819 1928 0703
13 0613 1819 2016 0752
14 0613 1819 2102 0838
15 0613 1819 2146 0923
16 0613 1819 2231 1007
17 0613 1818 2315 1051
18 0613 1818 2400 1135
19 0613 1818 000 1220
20 0613 1818 0046 1306
21 0613 1818 0133 1354
22 0613 1818 0222 1443
23 0612 1818 0312 1533
24 0612 1818 0402 1624
25 0612 1818 0453 1715
26 0612 1818 0543 1806
27 0612 1817 0634 1857
28 0612 1817 0724 1948
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 20
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0601 0601 0915 2138 2 0601 0601 1003 2230 3 0601 0601 1053 2323 4 0601 0601 1145 000
5 0601 0601 1239 0018
6 0601 0601 1335 0115
7 0601 0601 1432 0213
8 0601 0601 1531 0311
9 0601 0601 1629 0410
10 0601 0601 1725 0505
11 0601 0601 1819 0559
12 0601 0601 1910 0649
13 0601 0601 1959 0737
14 0601 0601 2046 0822
15 0601 0601 2132 0906
16 0600 0600 2217 0949
17 0600 0600 2302 1032
18 0600 0600 2347 1116
19 0600 0600 000 1200
20 0600 0600 0034 1246
21 0600 0600 0122 1334
22 0559 0559 0210 1423
23 0559 0559 0300 1513
24 0559 0559 0350 1604
25 0559 0559 0440 1656
26 0558 0558 0530 1748
27 0558 0558 0619 1840
28 0558 0558 0709 1932
4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0618 1822 0935 2159
2 0618 1822 1025 2250
3 0618 1822 1115 2342
4 0618 1823 1208 000
5 0618 1823 1303 0036
6 0618 1823 1359 0132
7 0618 1823 1457 0230
8 0618 1823 1556 0328
9 0618 1823 1653 0426
10 0618 1823 1749 0523
11 0618 1823 1842 0617
12 0618 1823 1933 0708
13 0618 1823 2020 0757
14 0618 1823 2106 0843
15 0618 1823 2151 0928
16 0618 1823 2236 1012
17 0618 1823 2320 1055
18 0618 1823 000 1139
19 0618 1823 0005 1225
20 0618 1823 0051 1311
21 0617 1823 0138 1359
22 0617 1823 0227 1448
23 0617 1822 0317 1538
24 0617 1822 0407 1629
25 0617 1822 0458 1720
26 0617 1822 0548 1811
27 0616 1822 0639 1902
28 0616 1822 0729 1953
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 21
5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0612 1818 0930 2154
2 0612 1818 1020 2244
3 0613 1818 1111 2336
4 0613 1819 1203 000
5 0613 1819 1258 0030
6 0613 1819 1355 0126
7 0613 1819 1453 0224
8 0613 1819 1552 0323
9 0613 1819 1649 0421
10 0613 1819 1745 0517
11 0613 1819 1838 0611
12 0613 1819 1928 0703
13 0613 1819 2016 0751
14 0613 1819 2102 0838
15 0613 1819 2146 0923
16 0613 1819 2230 1007
17 0613 1819 2315 1051
18 0613 1819 2359 1135
19 0613 1819 000 1220
20 0612 1818 0045 1307
21 0612 1818 0133 1355
22 0612 1818 0221 1444
23 0612 1818 0311 1534
24 0612 1818 0401 1624
25 0612 1818 0452 1715
26 0612 1818 0543 1806
27 0611 1818 0633 1857
28 0611 1817 0724 1948
6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0601 1800 0915 2139
2 0601 1800 1004 2230
3 0601 1801 1054 2323
4 0601 1801 1146 000
5 0601 1801 1240 0018
6 0601 1801 1336 0114
7 0601 1801 1434 0212
8 0601 1801 1533 0311
9 0601 1801 1630 0409
10 0601 1801 1727 0505
11 0601 1801 1820 0559
12 0601 1802 1911 0649
13 0601 1802 2000 0737
14 0601 1802 2047 0823
15 0601 1802 2132 0907
16 0600 1802 2217 0950
17 0600 1802 2302 1034
18 0600 1802 2347 1117
19 0600 1802 000 1202
20 0600 1802 0034 1248
21 0600 1802 0121 1336
22 0559 1802 0210 1425
23 0559 1802 0259 1515
24 0559 1801 0349 1606
25 0559 1801 0440 1657
26 0558 1801 0530 1749
27 0558 1801 0620 1841
28 0558 1801 0709 1933
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.038] 22
DAFTAR ISTILAH Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI (Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara
umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ(Intertropical Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat. MJO(Madden-Novemberan Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR(Outgoing Longwave Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca