stasiun meteorologi hang nadim batam...

39
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam BULETIN BMKG EDISI 17, MEI 2015 KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Mei 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Mei 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku- rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan- yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau . KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

Upload: hakien

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

EDISI 17, MEI 2015

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir

dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa

depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek

lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi

keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan

dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta

mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Mei 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim

wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan

pasang surut bulan Mei 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian

informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada

masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-

rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar

buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-

yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si.

NIP. 19590406 198203 1 002

TIM REDAKSI

PELINDUNG :

PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB :

TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM :

YAYAN HERMAWAN

DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.

SRI SULISMIYATI, Ah.Mg.

DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.

SABILA RAHMABUDHI, A.Md.

PANDE MADE RONY, S.ST.

RIZKI ADZANI, S.ST.

NANGSIP CAHYANA, S.SI.

DUATI WARDANI, S.SI.

MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466

Phone :

+62-778-761507 ext 1025

Fax. +62-778-761401

E-mail : [email protected]

Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id

Web: bmkg.bpbatam.go.id

DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M

A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN APRIL 2015

1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean

Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscillation (MJO)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2015

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2015 Stamet

Hang Nadim

5

7

7

9

1 0

1 2

1 2

1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N M E I 2 0 1 5

A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian

2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7

1 7

1 8

1 9

2 1

2 3

2 4

V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S

L A U T B U L A N M E I 2 0 1 5

2 6

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N M E I 2 0 1 5 3 0

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M

D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M E I 2 0 1 5

3 5

V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

1. Berdasarkan data curah hujan bulan April 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di

Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan

sifat hujan bulan April 2015 adalah sebagai berikut :

Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan

secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah

curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm. Angin bertiup dengan ke-

cepatan 10 hingga 25 km/jam, kondisi angin ini sangat signifikan dalam mendukung

proses pembentukan awan.

Untuk kondisi atmosfer di bulan April 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan

April berada pada sifat lemah hingga kuat. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup ber-

pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam.

Secara umum nilai OLR pada bulan April 2015 bernilai relatif rendah di wilayah Indo-

nesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 0-30. Nilai tersebut menunjukan bahwa

tutupan awan konvektif lebih sedikit di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka

laut di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2015 berkisar antara 27.00C hingga

30.00C. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan

yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai

anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Kepulauan Riau sebesar -0.5 – 1,5

terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan April 2015 kondisi suhu muka laut

masih berada dalam kisaran normalnya. Tekanan udara masih lebih tinggi daripada dae-

rah equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju

equator (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan angin di wilayah Kepulauan Riau

dominan bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah

BBS (Belahan Bumi Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga memicu

terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator. Pada daerah

belokan angin terjadi penumpukkan dan pengangkatan massa udara sehingga

menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan

terjadinya hujan dan petir.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Mei 2015 hingga April 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian

Hang Nadim periode Mei1999 s.d April 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan

model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi

0.93898 dan RMSE (error) 18.1795 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2015

diprakirakan bersifat di bawah normal .

I. RINGKASAN

Page 4 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan

nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

Mei 1901 s/d 31 Mei 1930, 1 Mei 1931 s/d 31 Mei 1960, 1 Mei 1961 s/d 31 Mei 1990, dan

seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-

lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-

pengaruhi keragaman iklim di Indonesia .

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II. PENGERTIAN

Page 5 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang

tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi

keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri

merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal

cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah

gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang

tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan

dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan

menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan

equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)

hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-

cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi

intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman

hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi

pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan

waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan ter-

jadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-

se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3

di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia

( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah

( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).

Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit

mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-

hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah

pada satelit.

Page 6 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Page 7 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan April 2015

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN APRIL 2015

1. Monsun

Pada bulan April matahari telah melewati equator dan mulai berada pada penjalarannya me-

nuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.8° yaitu dari

5.2°LU menuju 17°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator

yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan April 2014 tercatat

telah terjadi 1 siklon tropis yaitu Siklon Tropis Maysak. Siklon tropis dan pusat – pusat

tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi

kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah curah hu-

jan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau .

Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan April 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/

Page 8 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan

Riau pada bulan April 2015 berkisar antara 27.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat

(>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini

meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga

berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan

Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan

April 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya.

Pada bulan April, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah

equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator

(bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan

bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi

Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari

wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu

terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai

Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr. 3). Pada daerah belokan

angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga

terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan kon-

vektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan April 2015

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 9 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan

10 hingga 25 km/jam. Kondisi angin ini cukup signifikan dalam mendukung proses pembentukan

awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan April, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

anomali SST Nino 3.4 pada akhir April sebesar +0.98°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern

Oscillation Index) pada April 2015 berada pada kondisi normal dengan nilai pada akhir bulan

Maret mencapai -3.0. Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan

jumlah curah hujan pada bulan September di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan April 2015

Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan April 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 10 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar

angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke

luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan

gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka

nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai anomali OLR pada bulan April bernilai 0 – 30 di

wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau. Nilai anomali OLR tersebut menunjukan

bahwa tutupan awan konvektif lebih sedikit di wilayah tersebut.

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI

Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Page 11 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan April 2015

b. Fase MJO (Median Julian Oscillation)

MJO pada bulan April berada pada fase 2 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah

Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat

kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia

termasuk Batam .

Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Page 12 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran

normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir April IOD bernilai +0.070C. Sehingga

bisa diketahui bahwa selama bulan April 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam

menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepu-

lauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan April 2015 yang diterima dari stasiun / AWS

(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka

evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2015 adalah sebagai berikut :

Gbr.10 Grafik IOD

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Page 13 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai

dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah

curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm.

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan April 2015

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan April 2015

Lokasi RR Maret 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 96.2 167.9 Bawah Normal

Mukakuning 45.8 149.8 Bawah Normal

Nongsa 68.6 121.5 Bawah Normal

Tg. Uncang 127.0 240.6 Bawah Normal

Seiladi 186.0 158.6 Bawah Normal

Page 14 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan April 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi

selama bulan April 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang.

dengan nilai antara 0-200 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Ladi.

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2015 Stamet Hang Nadim

a. Hujan

Sifat hujan bulan April 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan

selama sebulan berkisar 0,2 mm - 186 mm atau antara 0,07 % - 73,8 %. Curah hujan ter-

endah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Sie Ladi. Khusus di Hang Nadim dalam bulan

April 2015 terdapat 14 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total

curah hujan sebesar 96,2 mm atau berkisar 37,3% dari rata-rata yang berarti sifat hujan

Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 14 mm,

dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 2,5 mm, dan dasarian III terjadi 9

hari dengan curah hujan 79,7 mm. Curah hujan tertinggi 38,5 mm terjadi pada tanggal 27

April 2015.

Page 15 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan April 2015 di Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,8 - 29,5 ° C. Suhu udara ter-

endah dalam bulan April adalah 23,9 °C terjadi pada tanggal 29 April 2015 pagi hari dan

suhu udara tertinggi 34,1 °C terjadi pada tanggal 21 April 2015 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 89 %. Kelembaban

udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 12 April 2015 siang hari, sedangkan

kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 20 April 2015 pagi hari. Dengan

demikian udara pada bulan April 2015 lebih kering dibandingkan bulan Maret 2015.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III April 2015 angin permukaan secara umum

didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan ke-

cepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 47 km/jam terjadi pada tanggal 20

April 2015.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan April 2015 di Hang Nadim

Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan April 2015 di Hang Nadim

Page 16 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Mei, posisi matahari bergerak semu menuju belahan bumi utara (BBU)

sebesar 5,8° yaitu dari 17,0° LU menuju 22,8° LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini

memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta

sebagian di perairan tropis. Sehingga dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah

pada Mei 2015 diperkirakan berada di kawasan BBU dan tropis.

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Mei secara dominan bertiup dari Bumi Bagian

Utara Selatan (BBS) menuju Bagian Utara Utara (BBU). Hal ini menyebabkan terjadinya per-

temuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Selain itu, daerah tekanan

rendah banyak terbentuk di barat Pulau Sumatera yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

awan di wilayah Kepulauan Riau. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline bulan Mei

dibawah ini:

Page 17 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N M E I 2 0 1 5

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut

periode Mei 2015

Rata-rata Tekanan Udara

Bulan Mei 2015

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2015

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/

composites/

Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

glbbld_DJF_nov2012.html

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di

wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National

Oceanic and Atmospheric Administration) dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for

Australia) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Sedang untuk Mei 2015. Sedangkan JAMSTEC

(Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) BMKG menyatakan bahwa ENSO

masih dalam kondisi lemah. Dengan demikian, diprediksi akan terdapat penambahan jumlah

curah hujan.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Mei 2015

Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Page 18 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM

(Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Mei akhir menunjukkan kondisi normal

dengan nilai mencapai -3.0. Sehingga diprakirakan untuk bulan Mei 2015 di wilayah Indo-

nesia akan terdapat penambahan jumlah curah hujan.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan

di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau

disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 Maret s.d 12

Mei 2015 MJO berada pada fase 8 dan 1 atau berada pada wilayah Afrika hingga Samude-

ra Hindia bagian Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah

hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave

Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum

menunjukkan nilai -10 s.d +10 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data

anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d +10. Hal ini berarti

tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei cukup banyak.

Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Mei 2015

Page 19 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/

Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan April 2015 dan Prakiraan Bulan Mei 2015

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 30 April 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan

Page 20 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,

khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks

IOD awal Mei 2015 berada pada kisaran. -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.07

(gambar 7) dan prediksi bulan Mei 2015 bernilai -0.14. Sedangkan BMKG memprediksi nilai

indeks dipole mode April 2015 bernilai -0.04 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data

prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam

kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Mei 2015 tidak terjadi penambahan jumlah

curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam.

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Mei 2015 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Page 21 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Mei di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun

(1993-2014) diketahui:

Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi tiga daerah konsentrasi hujan

selama bulan April. Daerah Rempang dan Galang curah hujannya 150 - 200 mm. Sedangkan

Batam Timur curah hujannya sedikit lebih rendah yaitu 50 - 200 mm, dan Batam Barat curah

hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 150 - 250 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di

Batam pada bulan Mei 2015 cenderung sama dengan bulan April dan peluang jumlah inten-

sitas curah hujan juga cenderung sama.

Page 22 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Mei 2015 hingga April 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian

Hang Nadim periode Mei 1999 s.d April 2015.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan da-

sarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.93898 dan RMSE (error) 18.1795.

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2015 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada

dasarian I, II dan III berada di bawah normalnya.

Page 23 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Dasarian Pertama Di Bawah Normal 60.9

Dasarian Kedua Di Bawah Normal 55.5

Dasarian Ketiga Di Bawah Normal 53.3

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat

diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Mei 2015 di wilayah Barelang

sebagai berikut:

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2015

Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2015

Page 24 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm Batam dan Rempang

150 mm - 300 mm Galang

300 mm - 450 mm -

450 mm - 600 mm -

WILAYAH

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2015 di Barelang

dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2015

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2015

Page 25 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal

Normal

Bawah Normal Batam, Rempang dan Galang

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau

pada bulan Mei 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software

Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus

laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

M E I 2 0 1 5

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2015

Page 26 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI

GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP.

ANGIN

( km/Jam)

ARUS LAUT

( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,75 – 1 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Batam - Tarempa 1– 2 Tenggara – 10 Tenggara - 15

Batam - Natuna 1 – 2 Tenggara – 10 Timur - 20

Batam - Karimun 0,5 – 1, 5 Tenggara – 10 Utara - 5

Batam – Lingga 1– 1,5 Tenggara – 10 Tenggara – 5

Batam - Singapura 0,75 – 1 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Batam - Dumai 0,5 – 1,5 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Batam - Tambelan 1 – 2 Tenggara – 10 Tenggara - 5

Page 27 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Mei 2015

Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan April 2015

Page 28 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Mei 2015

Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2015

Page 29 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Mei 2015

Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan April 2015

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi

akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti

yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut

dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,

dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-

trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu

kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah

setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali

pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-

diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga

level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang

menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu

hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk

menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung

anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water

(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Wa-

ter (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya

terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya ter-

hadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan

Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan

prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabu-

paten Kota sebagai berikut :

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )

Page 30 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Page 31 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

I. KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Mei 2015

2. Sekupang, Mei 2015

1

2

II. KABUPATEN BINTAN

1. Tanjung Uban, Mei 2015

2. Tanjung Pinang, Mei 2015

3

4

Page 32 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

III. KABUPATEN KARIMUN

1. Tanjung Balai Karimun, Mei 2015

IV. KABUPATEN LINGGA

1. Dabo Singkep, Mei 2015

6

Page 33 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

5

IV. KABUPATEN ANAMBAS

1. Selat Peninting, Mei 2015

V. KABUPATEN NATUNA

1. Sedanau, Mei 2015

Page 34 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

7

8

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M E I 2 0 1 5

Page 35 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, May 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0556 1805 1603 0340

2 0556 1805 1647 0423

3 0556 1805 1733 0507

4 0556 1805 1820 0553

5 0556 1805 1910 0641

6 0555 1805 2002 0732

7 0555 1805 2055 0824

8 0555 1805 2149 0918

9 0555 1805 2243 1012

10 0555 1805 2337 1107

11 0555 1805 000 1201

12 0555 1805 0030 1254

13 0555 1805 0123 1347

14 0555 1805 0215 1440

15 0555 1805 0308 1534

16 0555 1805 0401 1629

17 0555 1805 0456 1724

18 0555 1805 0551 1820

19 0555 1805 0647 1916

20 0555 1805 0742 2011

21 0555 1805 0836 2104

22 0555 1805 0928 2155

23 0555 1805 1017 2243

24 0555 1806 1104 2328

25 0555 1806 1149 000

26 0555 1806 1233 0012

27 0555 1806 1316 0054

28 0555 1806 1358 0136

29 0555 1806 1442 0218

30 0556 1806 1527 0302

31 0556 1807 1614 0347

Location : E104 32, N00 55, May 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0555 1803 1601 0339

2 0555 1803 1645 0421

3 0554 1803 1731 0506

4 0554 1803 1818 0552

5 0554 1803 1908 0640

6 0554 1803 2000 0730

7 0554 1803 2053 0823

8 0554 1803 2147 0916

9 0554 1803 2241 1011

10 0554 1803 2335 1105

11 0554 1803 000 1159

12 0554 1803 0029 1253

13 0554 1803 0121 1346

14 0553 1803 0213 1439

15 0553 1803 0306 1532

16 0553 1803 0400 1627

17 0553 1803 0454 1722

18 0553 1803 0549 1818

19 0553 1803 0645 1914

20 0554 1803 0741 2009

21 0554 1803 0835 2102

22 0554 1803 0927 2153

23 0554 1804 1016 2241

24 0554 1804 1103 2326

25 0554 1804 1148 000

26 0554 1804 1231 0010

27 0554 1804 1314 0052

28 0554 1804 1357 0134

29 0554 1804 1440 0217

30 0554 1804 1525 0300

31 0554 1805 1612 0346

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Page 36 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Location : E108 24, N03 55, May 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0536 1751 1546 0322

2 0536 1751 1631 0404

3 0536 1751 1717 0448

4 0535 1751 1805 0533

5 0535 1751 1856 0621

6 0535 1751 1948 0710

7 0535 1751 2041 0803

8 0535 1751 2135 0856

9 0535 1751 2229 0951

10 0534 1751 2322 1046

11 0534 1751 000 1141

12 0534 1751 0015 1235

13 0534 1751 0106 1329

14 0534 1752 0158 1423

15 0534 1752 0249 1517

16 0534 1752 0342 1613

17 0534 1752 0435 1709

18 0534 1752 0530 1806

19 0534 1752 0625 1902

20 0534 1752 0720 1957

21 0534 1752 0814 2050

22 0534 1752 0907 2140

23 0534 1753 0957 2228

24 0534 1753 1044 2313

25 0534 1753 1130 2356

26 0534 1753 1214 000

27 0534 1753 1258 0037

28 0534 1753 1341 0118

29 0534 1754 1425 0200

30 0534 1754 1511 0243

31 0534 1754 1558 0327

Location : E103 23, N01 03, May 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0559 1808 1606 0343

2 0559 1808 1650 0426

3 0559 1808 1736 0510

4 0559 1808 1823 0556

5 0559 1808 1913 0645

6 0558 1808 2005 0735

7 0558 1808 2058 0827

8 0558 1808 2152 0921

9 0558 1808 2246 1015

10 0558 1808 2340 1110

11 0558 1808 000 1204

12 0558 1808 0033 1257

13 0558 1808 0126 1350

14 0558 1808 0218 1443

15 0558 1808 0311 1537

16 0558 1808 0404 1632

17 0558 1808 0459 1727

18 0558 1808 0554 1823

19 0558 1808 0650 1919

20 0558 1808 0745 2014

21 0558 1808 0839 2107

22 0558 1808 0931 2158

23 0558 1808 1021 2246

24 0558 1808 1108 2331

25 0558 1809 1152 000

26 0558 1809 1236 0015

27 0558 1809 1319 0057

28 0558 1809 1401 0139

29 0559 1809 1445 0222

30 0559 1809 1530 0305

31 0559 1809 1617 0350

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Page 37 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

Location : E104 34, S00 28, May 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0556 1802 1601 0339

2 0556 1802 1644 0422

3 0556 1802 1730 0506

4 0556 1801 1817 0553

5 0556 1801 1906 0641

6 0555 1801 1958 0732

7 0555 1801 2051 0824

8 0555 1801 2145 0918

9 0555 1801 2240 1012

10 0555 1801 2334 1107

11 0555 1801 000 1200

12 0555 1801 0027 1253

13 0555 1801 0120 1346

14 0555 1801 0213 1438

15 0555 1801 0306 1531

16 0555 1801 0400 1626

17 0555 1801 0455 1721

18 0555 1801 0551 1816

19 0555 1801 0647 1912

20 0555 1801 0742 2007

21 0555 1801 0836 2100

22 0555 1801 0928 2151

23 0556 1801 1017 2239

24 0556 1801 1104 2325

25 0556 1801 1149 000

26 0556 1802 1232 0009

27 0556 1802 1314 0052

28 0556 1802 1356 0134

29 0556 1802 1439 0217

30 0556 1802 1524 0301

31 0556 1802 1610 0347

Location : E106 15, N03 12, May 2015

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0545 1759 1555 0331

2 0545 1759 1639 0413

3 0545 1759 1726 0457

4 0545 1759 1814 0543

5 0545 1759 1904 0630

6 0544 1759 1956 0720

7 0544 1759 2049 0812

8 0544 1759 2143 0906

9 0544 1759 2237 1001

10 0544 1759 2330 1056

11 0544 1759 000 1150

12 0544 1759 0023 1244

13 0544 1759 0115 1338

14 0544 1759 0207 1432

15 0543 1759 0258 1526

16 0543 1759 0351 1621

17 0543 1759 0445 1717

18 0543 1759 0540 1814

19 0543 1800 0635 1910

20 0543 1800 0730 2005

21 0543 1800 0824 2058

22 0543 1800 0917 2148

23 0543 1800 1006 2236

24 0543 1800 1054 2321

25 0543 1800 1139 000

26 0543 1801 1223 0004

27 0544 1801 1307 0046

28 0544 1801 1350 0127

29 0544 1801 1434 0209

30 0544 1801 1519 0252

31 0544 1801 1607 0337

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses

pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin

kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki

wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada

saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada

waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan

uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya

secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung

berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur

sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO

(El Nino-Shouthern

Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ

berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan

cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

Page 38 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum

menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO

(Madden-

Novemberan

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-

tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan

penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan

hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat

ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar

ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada

suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya

akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun

yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan

dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,

1978-2007, dsb) OLR

(Outgoing

Longwave

Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan

konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan

konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971

-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan

kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI

(Southern

Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1

diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,

dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-

ungan dengan fenomena cuaca

Page 39 E D I S I 1 7 — M E I 2 0 1 5