kepala stasiun meteorologi kelas i hang nadim...
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi April 2017ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret 2017, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan April 2017. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] ii
TIM REDAKSI
ANGGOTA TIM
ANGGOTA
NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA
DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA
YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA
DUDI JUHANDINATA,
S.Stat, MM
ANGGOTA
NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA
ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA
ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA
PANDE MADE RONY
KURNIAWAN, SST
ANGGOTA
MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
PELINDUNG
PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PENANGGUNG JAWAB
SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI
DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA
DEBORA TRULY
MARPAUNG, SST.
ANGGOTA
HANA SOLIHAH, S.Si
ANGGOTA
DEDI HARIANTO
PANJAITAN, S.T.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1 II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM MARET 2017 ............................................................................................ 2 IV. PRAKIRAAN CUACA APRIL 2017 ............................................................................................................. 11 V. PRAKIRAAN PASANG SURUT APRIL 2017 ............................................................................................ 16 VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
APRIL 2017 ........................................................................................................................................................ 19
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2017adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Utara sampai Timur Laut dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 10 km/jam.
b. Selama bulan Maret Indonesia terlewati oleh perambatan MJO sehingga memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau. Kondisi perairan di Indonesia yang juga masih cukup hangat turut menunjang untuk menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Namun nilai IOD, ENSO, serta SOI yang berada pada kondisi netral dan didukung dengan kondisi angin yang masih cukup kuat menyebabkan kurangnya peluang pertumbuhan awan serta penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April 2017 hingga Maret 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode April 1999 s.d Maret 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95579 dan RMSE (error) 13.1318 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2017 pada dasarian I dan III berada pada kisaran normalnya, sedangkan pada dasarian II berada di bawah normal.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 2
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIMMARET 2017
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 3
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN MARET 2017
1. Monsun Pada bulan Maretmatahari berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu
menuju ekuator dan mencapai BBU (Belahan Bumi Utara) sejauh kurang lebih 15° yaitu dari 10,0°LS menuju 5,0°LU. Hal ini berdampak pada peningakatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Maret 2017 tercatat satu kejadian siklon tropis di perairan Samudra Hindia selatan Indonesia yaitu Siklon Tropis Blanche,Siklon Tropis Caleb, Siklon Tropis Debbie.Hal ini menyebabkan massa udara menuju ke wilayah tersebut dan cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Maret 2017
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar2. Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanMaret 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 4
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Maret 2017 berkisar antara 28.00 - 31.00C(Gambar.1) dengan anomali -0.5-+1.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia termasuk wilayah Kepulauan Riau masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Hal ini sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Maret 2017 berkisar antara 28.00 - 31.00C(Gambar.1) dengan anomali -1.5-+1.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia termasuk wilayah Kepulauan Riau masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Hal ini sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Maret 2017
Pada bulan Maret 2017, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS karena matahari masih berada di ekuator. Hal ini menyebabkan adanya pergerakkan massa udaradari BBUmenuju BBSsehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi)di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin umumnya bertiup dari arah Barat hingga Utara yang di dominasi dari arah Barat Laut dengan kecepatan 0 hingga 10 knot (Gambar.5). Kondisi angin yang lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 5
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada BulanMaret 2017
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Maret 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 6
2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation) ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada bulan Maret
2017, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar+0.54 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Maret sebesar+5.6 (Kondisi Netral). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 7
3. MJO(Madden-Julian Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Maret 2017 OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Maret 2017, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat dan Kalimantan bagian selatan yaitu berkisar antara 160-180 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 220 - 250 W/m2.Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret 2017 tidak cukup banyak.
b. Fase MJO MJO selama bulan Maret 2017 berada pada fase 2 sampai 4 dengan sifat lemah hingga kuat
pada perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat bahwa pada bulan Maret wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO.Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 8
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD(Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4 s.d 0,4). Pada akhir bulan Maret 2017 nilai IOD berada pada kondisi positif yang bernilai +0.19. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Maret 2017, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar10. Grafik IOD
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 9
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER2016
Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadimdi Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan
dan sifat hujan bulan Maret 2017 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 10
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN MARET 2017
a. Hujan
Sifat hujan bulan Maret 2017 di Barelang Bawah Normal (B) sampai Atas Normal (A) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 152,6 mm - 365,1 mm atau antara 60,3 % - 144,9 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Hang Nadim. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Maret 2017 terdapat 13 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 365,1 mm atau berkisar 144,9% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Atas Normal (A) . Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 180,1mm, dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 84,7 mm, dan dasarian III terjadi 7 hari dengan curah hujan 100,3 mm. Curah hujan tertinggi 149,3 mm terjadi pada tanggal 4 Maret 2017.
Gambar11. Grafik Curah Hujan bulan Maret2016di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 11
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,2°C - 28,9° C. Suhu udara terendah dalam
bulan Maret 2017 adalah 22,8 ° C terjadi pada tanggal 14 Maret 2017 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33.0°C terjadi pada tanggal 15 Maret 2017 siang hari.
Gambar12. Grafik Suhu Udara bulan Maret 2017di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73 % - 93 %. Kelembaban udara
terendah mutlak 48% terjadi pada tanggal 15 Maret 2017 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 4 Maret 2017 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Maret 2017 lebih basah dibandingkan bulan Februari 2017.
Gambar13.Grafik Kelembaban Udara Bulan Maret 2017di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Maret 2017 angin permukaan secara umum didominasi dari
arah Utara sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 34 km/jam terjadi pada tanggal 5, 9, dan 26 Maret 2017.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 12
PRAKIRAAN CUACA APRIL 2017
A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan April, posisi matahari dalam gerak semunya bergerak ke utara dari ekuator di BBU (Belahan Bumi Utara) yaitu sekitar 5,0°LU s.d 16,0°LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini masih berdampak pada hangatnya suhu muka laut di daerah ekuator sehingga memicu terbentuknya banyak pola tekanan udara rendah.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Februari – Maret – April 2017
Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April 2017
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April2017
Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.Pola angin rata-rata bulan April secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) (Gambar.16). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 18.Rata-rata Streamline 3000 feetpada Bulan April 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 13
2. ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menyatakan bahwa pada bulan April 2017 dalam kondisi El-Nino lemah. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi cukup memberi pengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 19.Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Maret menunjukkan berada pada kondisi Normal dengan nilai SOI +5.6,sehingga tidak memepengaruhi terhadap bertambah atau berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2015s.d.AkhirApril 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 14
3. MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO.Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan April 2017 berada pada fase 1 - 4 dengan sifat lemah sehingga kurang mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19).Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah sebelah barat Indonesia (Gambar 20) pada awal hingga pertengahan bulan April.Hal tersebut mengindikasikan cukup banyak tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat pada awal hingga pertengahan bulan April.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 21.Grafik Fase MJO pada Bulan Maret 2017 dan prakiraan Bulan April 2017
Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 22.Anomali OLR sampai dengan 1 April 2017 dan prakiraan 15 hari kedepan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 15
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,
khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, NASA, maupun BMKG memprakirakan pada bulan April DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 23.Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan April di Batam berdasarkan data klimatologis selama 24 tahun (1993-
2016) diketahui:
Secara umum jumlah curah hujan terbagi dua di Pulau Batam selama Bulan April.Batam
bagian Utara jumlahnya sekitar 100 – 250 mm, sedangkan Batam bagian Selatan sekitar 150 – 200 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan April 2017 lebih rendah dibanding dengan bulan maret 2017, sehingga peluang curah hujannya lebih rendah juga bila dibanding dengan bulan Maret 2017.
B. PRAKIRAAN HUJANBULAN APRIL 2017 1. PrakiraanHujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April2017 hingga Maret 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeApril1999 s.d Maret 2017.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 16
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95579 dan RMSE (error) 13.1318. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2017 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan III berada pada kondisi normalnya, sedangkan pada dasarian II sifat hujannya di bawah normal.
2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanApril 2017 di wilayah Barelangsebagaiberikut:
Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2017
danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan April 2017 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2017
Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulanApril2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 17
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)APRIL 2017
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) /
Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 18
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 19
5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING
6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 20
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI APRIL 2017
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0604 1811 0945 2215
2 0603 1811 1043 2314
3 0603 1811 1141 000
4 0603 1810 1238 0012
5 0602 1810 1333 0108
6 0602 1810 1426 0201
7 0602 1810 1516 0252
8 0601 1809 1604 0341
9 0601 1809 1651 0428
10 0601 1809 1736 0513
11 0601 1809 1821 0557
12 0600 1808 1905 0641
13 0600 1808 1950 0725
14 0600 1808 2036 0810
15 0559 1808 2122 0855
16 0559 1808 2209 0942
17 0559 1807 2257 1029
18 0559 1807 2345 1117
19 0558 1807 000 1206
20 0558 1807 0034 1255
21 0558 1807 0123 1344
22 0558 1806 0212 1434
23 0557 1806 0301 1524
24 0557 1806 0351 1616
25 0557 1806 0443 1709
26 0557 1806 0537 1805
27 0557 1806 0633 1902
28 0556 1806 0731 2002
29 0556 1806 0831 2103
30 0556 1805 0932 2203
2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0602 1809 0944 2213
2 0602 1809 1042 2312
3 0601 1809 1140 000
4 0601 1809 1237 0010
5 0601 1808 1332 0106
6 0601 1808 1425 0159
7 0600 1808 1515 0251
8 0600 1808 1603 0339
9 0600 1807 1649 0426
10 0559 1807 1734 0511
11 0559 1807 1819 0555
12 0559 1807 1903 0639
13 0558 1806 1948 0723
14 0558 1806 2034 0808
15 0558 1806 2120 0854
16 0558 1806 2207 0940
17 0557 1806 2255 1028
18 0557 1805 2343 1116
19 0557 1805 000 1204
20 0557 1805 0032 1253
21 0556 1805 0121 1342
22 0556 1805 0210 1432
23 0556 1804 0259 1522
24 0556 1804 0350 1614
25 0556 1804 0441 1707
26 0555 1804 0535 1803
27 0555 1804 0631 1900
28 0555 1804 0730 2000
29 0555 1804 0830 2101
30 0555 1804 0930 2201
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 21
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0546 1755 0924 2201
2 0545 1755 1021 2300
3 0545 1755 1119 2358
4 0545 1754 1216 000
5 0544 1754 1312 0054
6 0544 1754 1405 0147
7 0543 1754 1456 0237
8 0543 1754 1545 0325
9 0543 1754 1633 0411
10 0542 1753 1719 0455
11 0542 1753 1804 0538
12 0541 1753 1849 0622
13 0541 1753 1935 0705
14 0541 1753 2021 0749
15 0540 1753 2108 0834
16 0540 1752 2155 0920
17 0540 1752 2243 1007
18 0539 1752 2331 1055
19 0539 1752 000 1144
20 0539 1752 0020 1234
21 0538 1752 0108 1324
22 0538 1752 0156 1414
23 0538 1752 0245 1505
24 0538 1752 0334 1558
25 0537 1752 0425 1652
26 0537 1752 0518 1749
27 0537 1751 0613 1847
28 0537 1751 0710 1948
29 0536 1751 0809 2049
30 0536 1751 0910 2150
4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0607 1814 0948 2218
2 0606 1814 1046 2317
3 0606 1814 1144 000
4 0606 1813 1241 0015
5 0605 1813 1336 0111
6 0605 1813 1429 0204
7 0605 1812 1519 0255
8 0604 1812 1607 0344
9 0604 1812 1654 0431
10 0604 1812 1739 0516
11 0604 1812 1824 0600
12 0603 1811 1908 0644
13 0603 1811 1953 0728
14 0603 1811 2039 0813
15 0602 1811 2125 0858
16 0602 1810 2212 0945
17 0602 1810 2300 1032
18 0602 1810 2348 1120
19 0601 1810 000 1209
20 0601 1810 0037 1258
21 0601 1809 0126 1347
22 0601 1809 0215 1437
23 0600 1809 0304 1527
24 0600 1809 0354 1619
25 0600 1809 0446 1712
26 0600 1809 0540 1808
27 0600 1809 0636 1905
28 0559 1808 0734 2005
29 0559 1808 0834 2106
30 0559 1808 0935 2206
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 22
5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0602 1809 0944 2213
2 0602 1809 1042 2311
3 0602 1809 1140 000
4 0601 1808 1237 0009
5 0601 1808 1332 0105
6 0601 1808 1425 0159
7 0600 1807 1515 0250
8 0600 1807 1603 0339
9 0600 1807 1649 0425
10 0559 1807 1734 0511
11 0559 1806 1818 0555
12 0559 1806 1903 0639
13 0559 1806 1948 0724
14 0558 1806 2033 0808
15 0558 1806 2119 0854
16 0558 1805 2206 0941
17 0558 1805 2254 1028
18 0557 1805 2343 1116
19 0557 1805 000 1205
20 0557 1804 0031 1254
21 0557 1804 0120 1343
22 0556 1804 0209 1432
23 0556 1804 0259 1523
24 0556 1804 0349 1614
25 0556 1804 0441 1707
26 0556 1803 0535 1802
27 0556 1803 0632 1900
28 0555 1803 0730 1959
29 0555 1803 0830 2100
30 0555 1803 0931 2201
6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0547 1755 0925 2201
2 0546 1755 1023 2300
3 0546 1755 1121 2358
4 0545 1755 1218 000
5 0545 1755 1314 0053
6 0545 1754 1407 0147
7 0544 1754 1458 0237
8 0544 1754 1546 0325
9 0544 1754 1633 0411
10 0543 1754 1719 0456
11 0543 1753 1804 0539
12 0543 1753 1850 0623
13 0542 1753 1935 0706
14 0542 1753 2021 0750
15 0542 1753 2108 0836
16 0541 1753 2155 0922
17 0541 1752 2243 1009
18 0541 1752 2331 1057
19 0540 1752 000 1146
20 0540 1752 0019 1235
21 0540 1752 0108 1325
22 0539 1752 0156 1415
23 0539 1752 0245 1506
24 0539 1752 0335 1558
25 0539 1751 0426 1652
26 0538 1751 0519 1749
27 0538 1751 0614 1847
28 0538 1751 0712 1947
29 0538 1751 0811 2049
30 0537 1751 0911 2149
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.040] 23
DAFTAR ISTILAH Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI (Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara
umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ(Intertropical Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat. MJO(Madden-Novemberan Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR(Outgoing Longwave Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca