stasiun jogja.pdf

26
 BAB 3 KONDISI JARINGAN TRANSPORTASI WILAYAH 3.1. BA NGKITAN TARIKA N PERGERAKAN Pada studi ini Propinsi DIY dibagi menjadi 29 zona internal. Penetapan zona ini didasarkan unit satu kecamatan atau gabungan beberapa kecamatan yang menunjukkan karakter bangkitan/tarikan pergerakan yang amat menonjol. Seluruh pembagian zona internal dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3. 1. Pembagian Zona Internal dalam Wilayah Studi Zone Kecamatan 1 Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Umbulharjo, Kotagede, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis, Tegalrejo (Kota Yogyakarta), Gamping, Mlati, Depok, (Kab.Sleman), Sewon, Kasihan, Banguntapan (Kab.Bantul) 2 Sleman, Tempel (Kabupaten Sleman) 3 Wates, Panjatan (Kabupaten Kulonprogo) 4 Temon, Kokap (Kabupaten Kulonprogo) 5 Pengasih (Kabupaten Kulonprogo) 6 Girimulyo, Nanggulan (Kabupaten Kulonprogo) 7 Samigaluh, Kalibawang (Kabupaten Kulonprogo) 8 Sentolo (Kabupaten Kulonprogo), Sedayu (Kabupaten Bantul) 9 Srandakan, Pandak, Sanden (Kabupaten Bantul), Lendah, Galur (Kab.Kulonprogo) 10 Pundong, Bambanglipuro, Kretek (Kabupaten Bantul) 11 Moyudan, Minggir (Kabupaten Sleman) 12 Imogiri, Jetis, Pleret (Kabupaten Bantul) 13 Bantul (Kabupaten Bantul) 14 Pajangan (Kabupaten Bantul) 15 Godean, Seyegan (Kabupaten Sleman) 16 Turi, Pakem, Cangkringan (Kabupaten Sleman) 17 Ngemplak, Ngaglik (Kabupaten Sleman) 18 Dlingo (Kabupaten Bantul) 19 Prambanan, Kalasan, Berbah (Kabupaten Sleman) 20 Piyungan (Kabupaten Bantul), Patuk (Kabupaten Gunung Kidul) 21 Gedangsari, Nglipar (Kabupaten Gunung Kidul) 22 Semin, Ngawen (Kabupaten Gunung Kidul) 23 Playen (Kabupaten Gunung Kidul) 24 Wonosari, Semanu (Kabupaten Gunung Kidul) 25 Ponjong, Karangmojo (Kabupaten Gunung Kidul) III - 1

Upload: eka-faisal

Post on 08-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB 3 KONDISI JARINGAN TRANSPORTASI

    WILAYAH

    3.1. BANGKITAN TARIKAN PERGERAKAN Pada studi ini Propinsi DIY dibagi menjadi 29 zona internal. Penetapan zona ini

    didasarkan unit satu kecamatan atau gabungan beberapa kecamatan yang menunjukkan karakter bangkitan/tarikan pergerakan yang amat menonjol. Seluruh pembagian zona internal dapat dilihat pada Tabel 3.1

    Tabel 3. 1. Pembagian Zona Internal dalam Wilayah Studi

    Zone Kecamatan

    1 Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Umbulharjo, Kotagede, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis, Tegalrejo (Kota Yogyakarta), Gamping, Mlati, Depok, (Kab.Sleman), Sewon, Kasihan, Banguntapan (Kab.Bantul)

    2 Sleman, Tempel (Kabupaten Sleman) 3 Wates, Panjatan (Kabupaten Kulonprogo) 4 Temon, Kokap (Kabupaten Kulonprogo) 5 Pengasih (Kabupaten Kulonprogo) 6 Girimulyo, Nanggulan (Kabupaten Kulonprogo) 7 Samigaluh, Kalibawang (Kabupaten Kulonprogo) 8 Sentolo (Kabupaten Kulonprogo), Sedayu (Kabupaten Bantul) 9 Srandakan, Pandak, Sanden (Kabupaten Bantul), Lendah, Galur (Kab.Kulonprogo)

    10 Pundong, Bambanglipuro, Kretek (Kabupaten Bantul) 11 Moyudan, Minggir (Kabupaten Sleman) 12 Imogiri, Jetis, Pleret (Kabupaten Bantul) 13 Bantul (Kabupaten Bantul) 14 Pajangan (Kabupaten Bantul) 15 Godean, Seyegan (Kabupaten Sleman) 16 Turi, Pakem, Cangkringan (Kabupaten Sleman) 17 Ngemplak, Ngaglik (Kabupaten Sleman) 18 Dlingo (Kabupaten Bantul) 19 Prambanan, Kalasan, Berbah (Kabupaten Sleman) 20 Piyungan (Kabupaten Bantul), Patuk (Kabupaten Gunung Kidul) 21 Gedangsari, Nglipar (Kabupaten Gunung Kidul) 22 Semin, Ngawen (Kabupaten Gunung Kidul) 23 Playen (Kabupaten Gunung Kidul) 24 Wonosari, Semanu (Kabupaten Gunung Kidul) 25 Ponjong, Karangmojo (Kabupaten Gunung Kidul)

    III - 1

  • III - 2

    Tabel 3. 1. (lanjutan)

    Zone Kecamatan

    26 Tepus (Kabupaten Gunung Kidul) 27 Rongkop (Kabupaten Gunung Kidul) 28 Panggang (Kabupaten Gunung Kidul) 29 Paliyan, Saptosari (Kabupaten Gunung Kidul)

    Sumber: Analisis, 2004

    Bangkitan dan tarikan pergerkan dibedakan untuk kendaraan angkutan barang dan angkutan penumpang. Bangkitan pergerakan merupakan seluruh pergerakan yang dihasilkan/diproduksi dan berasal dari suatu zona tertentu. Sedangkan tarikan pergerakan merupakan jumlah seluruh pergerakan yang tertarik/menuju ke sutu zona tertentu. Besarnya bangkitan/tarikan pergerakan ini sangat dipengaruhi oleh tataguna lahan, karakteristik penduduk dan sistem transportasi yang tersedia. Tabel 3.2 menunjukkan besarnya bangkitan tarikan pergerakan penumpang yang disajikan dalam matrik asal-tujuan kendaraan penumpang kondisi saat ini yang diilustrasikan dalam Gambar 3.1. Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa 5 zona yang membangkitkan pergerakan paling besar adalah zona 1 (Kota Yogyakarta dan sekitarnya), Zona 9, 12, 23 dan 24. Sedangkan 5 Zona yang menarik perjalanan terbesar adalah Zona 1 , Zona 9, 12, 19 dan 24.

    Zona 1 merupakan aglomerasi Kota Yogyakarta dengan beberapa kecamatan di Kabupaten Sleman dan Bantul yang berdekatan langsung dengan Kota Yogyakarta. Zona ini merupakan zona penarik dan pembangkit pergerakan terbesar mengingat zona ini merupakan pusat kegiatan ekonomi dan permukiman di Propinsi DIY. Zona 9 merupakan gabungan Kecamatan Srandakan, Pandak, Sanden (Kab. Bantul), Lendah dan Galur (Kab. Kulon Progo). Zona ini juga sebagai pembangkit dan penarik pergerakan yang besar dan merupakan sentra-sentra industri dan pertanian disamping perikanan.

    Zona 12 yang terdiri dari Kec. Imogiri, Jetis dan Pleret di Kab. Bantul juga memiliki bangkitan dan tarikan pergerakan yang besar. Zona ini merupakan sentra industri kerajinan dan terkenal dengan keberadaan makam raja-raja Mataram. Zona 24 merupakan pembangkit dan penarik pergerakan yang cukup besar di Kecamatan Wonosari dan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Sebagai ibukota kabupaten, Wonosari juga merupakan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan yang banyak menarik pergerakan dari wilayah sekitarnya. Zona 23 yaitu kecamatan Playen (Kabupaten Gunungkidul) merupakan zona pembangkit dan pergerakan. Zona 19 yaitu Kecamatan Prambanan, Kalasan dan Berbah (Kab. Sleman) merupakan penarik pergerakan yang besar pula. Zona ini merupakan kawasan wisata Candi Prambanan dan Kalasan yang sangat terkenal.

    Pergerakan kendaraan barang ditunjukkan dalam Tabel 3.3 yaitu matrik asal tujuan kendaraan barang eksisting.

  • Tabel 3. 2. Matrik Angkutan Penumpang

    III - 3

  • Tabel 3. 3. Matrik Angkutan Barang

    III - 4

  • Gambar 3. 1. Desire line Pergerakan penumpang di Propinsi DIY (smp/hari)

    III - 5

  • III - 6

    Gambar 3. 2. Desire line Pergerakan Angkutan Barang di Propinsi DIY (smp/hari)

  • Dari Tabel 3.2 terlihat ada 5 zona yang merupakan pembangkit dan penarik pergerakan barang yang dominan, yaitu zona 1, 9, 12, 19 dan 24. Zona 1 adalah gabungan kecamatan yang ada di Kota Jogja dan merupakan pusat kegiatan perekonomian, pendidikan dan pemerintahan. Zona 9 dan 12 yaitu beberapa kecamatan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah penghasil Pertanian dan Perikanan yang cukup potensial, sedangkan zona 19 merupakan daerah tujuan wisata di terutama Kecamatan Prambanan yang memiliki tempat wisata berskala nasional dan internasional yaitu Candi Prambanan dan Candi Kalasan. Zona 24 adalah Kota Wonosari dan Kecamatan Semanu di Kabupaten Gunungkidul. Kota Wonosari merupakan ibukota dari Kabupaten Gunungkidul yang juga merupakan pusat perkenomian dan pemerintahan tingkat kabupaten.

    3.2. KARAKTER PERGERAKAN DAN KESESUAIANNYA DENGAN PENYEDIAAN PELAYANAN TRANSPORTASI Dari hasil survey home based interview yang telah dilaksanakan terlihat bahwa

    struktur usia responden cukup beragam, seperti terlihat pada Gambar 3.3 dan Tabel 3.4.

    KELOMPOK UMUR RESPONDEN

    40 - 60 th 22,4%

    > 60 th 7,1% 0 - 5 th

    6,6% 6 - 17 th20,1%

    18 - 25 th16,9%

    26 - 40 th 26,9%

    Gambar 3. 3. Komposisi responden berdasarkan umur Sumber : Survey Primer, 2004, diolah

    Tabel 3. 4. Struktur usia responden Sebagian besar responden (70,5%) responden memiliki usia kurang dari 40 tahun. Usia tersebut merupakan masa seseorang sangat produktif kerja dan dari sisi mobilitas memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sehingga akan berpengaruih dalam upaya penyediaan sarana transportasi. Berdasarkan maksud perjalanan responden, 43,18 % untuk bekerja, 30,79% sekolah, 11,62% sosial

    budaya, 9,69% belanja, 2,29% bisnis, 1,84% rekreasi dan 0,54%. Dari data tersebut di

    Usia %

    < 25 tahun 43,6

    26-40 tahun 26,9

    40-60 tahun 22,4

    > 60 tahun 7,1%

    III - 7

  • atas terlihat bahwa sebagian besar (73,97%) perjalanan untuk bekerja dan sosial yang merupakan kegiatan yang bersifat reguler/teratur dan tentu saja menuntut ketersediaan sarana transportasi yang cukup setiap hari (lihat Gambar 3.4)

    MAKSUD PERJALANAN RESPONDEN

    Sekolah30,79%

    Rekreasi1,84%

    Kursus0,58%

    Belanja9,69%

    Bisnis2,29%

    Sosial Budaya11,62%

    Bekerja43,18%

    ,

    Gambar 3. 4. Maksud perjalanan responden

    Gambaran pendapatan responden per bulan adalah 55% kurang dari 1 juta, 32% 1-2 juta, 12% 2-4 juta dan hanya 1% berpenghasilan lebih dari 4 juta. Dominasi penghasilan responden 55% kurang dari 1 juta rupiah (lihat Gambar 3.5). Kondisi penghasilan tersebut tentu saja akan berpengaruh dalam hal kemampuan responden dalam mendapatkan layanan angkutan. Pendapatan 1 juta per bulan untuk sebuah keluarga tentunya sangat terbatas sekali sehingga alokasi untuk biaya transport akan semakin terbatas pula.

    KELOMPOK RESPONDEN BERDASARKAN PENDAPATAN PER BULAN

    4 jt1%

    Gambar 3. 5. Penghasilan Responden per bulan

    III - 8

  • Dari jenis kendaraan yang digunakan oleh responden dalam melakukan perjalanan terlihat gambaran sebagai berikut :

    Tabel 3. 5. Jenis Kendaraan yang digunakan responden untuk beraktivitas Jenis Kendaraan Prosentase

    Jalan kaki ke tujuan 13,1% Sepeda 15,0% Becak 0,3% Sepeda Motor 47,6% Ojek 0,1% Sedan, Colt, S. Wagon dll. 8,2% Bis Sedang 8,3% Bis Besar 0,7% Angkot 5,2% Taksi 0,1% Kend. Antar Jemput 1,4%

    Pergerakan penumpang dan atau barang menggunakan kereta api dilayani oleh 2 stasiun besar di Kota Yogyakarta yaitu Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan. Stasiun Tugu khusus melayani perjalanan penumpang kereta api kelas bisnis dan eksekutif. Sedangkan Stasiun Lempuyangan melayani perjalanan penumpang dengan kereta api kelas ekonomi dan pergerakan barang. Jumlah pergerakan penumpang dan barang di kedua stasiun tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 dan Gambar 3.6.

    Tabel 3. 6. Jumlah Penumpang dan Barang dengan KA di D.I Yogyakarta

    Tahun Penumpang (orang) Barang (ton) 1999 2.145.937 -2000 4.298.274 664.9032001 4.197.668 874.5532002 1.996.898 947.1712003 1.699.595 879.806

    Sumber : D.I.Y dalam angka 2002 dan Program & Realisasi Pendapatan DAOP VI Yk 2003

    Tabel 3. 7. Jumlah Penumpang Berbagai Route di DAOP VI Yogyakarta tahun 2003

    Route Penumpang Yogyakarta Jakarta 1.295.493 Yogyakarta Surabaya 276.720 Yogyakarta Solo 395.796 Yogyakarta Bandung 369.983

    Sumber : Realisasi Pendapatan DAOP VI Yk 2003

    Kinerja pelayanan angkutan kereta api ditunjukan oleh nilai load factor rata-rata rangkaian kereta api untuk jenis pelayanan tertentu dan ketepatan jadwal perjalanan dan realisasi jadwal perjalanan. Dari data yang ada, load factor beberapa kereta api yang ada di Daerah Operasi (DAOP) VI Yogyakarta cukup tinggi yaitu berkisar antara 40%-85%.,

    III - 9

  • bahkan untuk kereta api lokal Prambanan Ekspres (Prameks) load factornya bisa mencapai 100% (sumber: Program dan Realisasi Pendapatan tahun 2003, DAOP 6 Yogyakarta).

    Permasalahan yang muncul adalah keberadaan fasilitas pergudangan di stasiun lempuyangan yang juga berfungsi sebagai terminal barang. Lokasi stasiun yang ada ddi pusat kota menyebabkan tarikan kendaraan besar pengangkut barang untuk mendistribusikan barang yang tiba di Stasiun Lempuyangan. Kegiatan bongkar muat barang dari KA ke kendaraan besar (truck) dan pergerakan truk-truk besar tersebut sangat mengganggu arus lalu lintas di sekitar Stasiun Lempuyangan khususnya dan jaringan jalan di Kota Yogyakarta pada umumya. Mestinya perlu dipikirkan kemungkinan penyediaan terminal barang di tempat yang lebih minimal dampak negatifnya seperti misalnya di luar pusat kota.

    Disamping itu keberadaan stasiun KA di Maguwo yang letaknya berdekatan dengan Bandara Adisucipto sangat dimungkinkan sekali untuk dikembangkan menjadi bagian dari terminal angkutan udara yang bersifat multi moda sehingga penumpang pesawat bisa memanfaatkan KA untuk menuju dan meninggalkan Bandara sesuai dengan route yang tersedia.

    Perjalanan jarak jauh menggunakan moda angkutan udara memiliki sebaran pergerakan penumpang dan barang seperti terlihat pada Tabel 3.8 dan diilustrasikan Gambar 3.7 dan Gambar 3.8.

    Tabel 3. 8. Distribusi Penumpang dan Barang di Bandara Adisucipto tahun 2002 Penumpang Barang (kg) Tujuan

    Datang

  • Gambar 3. 10. Prasarana Jaringan Transportasi Jalan Eksisting

    III - 18

  • Gambar 3. 11. Prasarana Jaringan Transportasi Jalan Rel Eksisting

    III - 19

  • Gambar 3. 12. Rute Angkutan Kota dalam Propinsi (AKDP)

    III - 20

  • Gambar 3. 13. Rute Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP)

    III - 21

  • 3.5. PERMASALAHAN POKOK SAAT INI

    Berikut adalah beberapa permasalahan yang terkait dengan sarana dan prasarana transportasi, lalu lintas, angkutan umum, dan angkutan barang yang dapat diidentifikasi.

    Tabel 3. 12. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Transportasi dan Lalulintas

    Masalah Kemungkinan penyebab Alternatif solusi 1. Kesemrawutan

    dan kemacetan lalu lintas di jaringan jalan pusat kota

    1. Tingkat pertumbuhan lalulintas tinggi sehingga kapasitas jalan terlampaui

    2. Tercampurnya pergerakan kendaraan bermotor dan tidak bermotor

    3. tidak tertatanya kegiatan di tepi jalan

    4. kegiatan PKL di trotoar yang melimpah ke badan jalan

    5. keberadaan parker di badan jalan yang sangat banyak dilihat dari sisi waktu dan lokasi

    1. Menenkan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi dengan mengupayakan daya tarik angkutan umum

    2. Pemisahan jalur khusus kendaraan tidak bermotor pada jalan-jalan yang padat lalulintasnya

    3. Perda tentang penataan kegiatan di tepi jalan terutama di pusat kota

    4. Membatasi ruang trotoar untuk kegiatan PKL dan penataan lokasi kegiatan PKL

    5. a) Pembatasan lokasi dan waktu parker di badan jalan b) Implementasi Perda tentang pengaturan parker yang lebih konsisten dan kontinyu

    2. Aksesibilitas wilayah dalam propinsi belum merata

    1. Belum terpadunya berbagai moda dari sisi jenis moda (umum/pribadi), lokasi dan waktu pelayanan

    2. Belum tersedia sarana dan prasarana transportasi yang memadai

    3. Kesulitan jangkauan akibat kondisi medan

    1. Memadukan operasi berbagai moda yang ada

    2. Penyediaan sarana dan prasarana untuk membuka isolasi

    3. Penyediaan sarana yang sesuai dengan kondisi medan

    4. Akses ke luar wilayah propinsi belum optimal

    1. Sarana dan prasarana transportasi masih sangat terbatas

    2. Terputusnya jaringan jalan yang ada

    1. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana transportasi baik melalui moda JR, JKA, Udara dan Laut

    2. Membuka jaringan-jaringan jalan yang terputus

    5. Polusi udara akibat transport meningkat

    1. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi

    2. Kondisi kendaraan yang tua dan tidak terpelihara

    1. Mndorong peningkatan pengguna kendaraan yang efisien dan ramah lingkungan

    2. Pemberlakuan control kendaraan (emisi kendaraan) yang lebih ketat

    Sumber : Analisis Konsultan, 2004

    III - 22

  • Tabel 3. 13. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Sarana Prasarana Transportasi

    Masalah Kemungkinan Penyebab Alternatif solusi I. Transportasi Darat Overload-nya volume

    lalulintas terhadap kapasitas jalan di beberapa ruas jalan

    Penataan jaringan jalan belum optimal

    Operasionalisasi Teknik-teknik TDM : cycle lane, road pricing, car pooling, park and ride

    Terjadinya isu kesenjangan spasial antara wilayah utara, tengah dan selatan (wilayah selatan terkesan menjadi daerah marginal)

    Jaringan jalan di wilayah selatan belum berkembang

    Pengembangan jaringan lintas selatan diharapkan dapat mengurangi kemarginal-an wilayah selatan

    Buruknya pelayanan transportasi di terminal

    Sistem pengelolaan terminal belum baik

    Di beberapa terminal masih belum tersedia lahan yang cukup

    Belum terpadunya perpindahan antar moda

    Simpang-simpang tak memenuhi standar

    Penyalahgunaan fungsi simpang; kapasitas simpang sdh tidak mampu melayani volume lalulintas

    Perlu strategi penanganan simpang yang baru

    Penyalahgunaan ruas-ruas jalan (untuk kegiatan perdagangan; bongkar muat barang; naik/turun penumpang dll

    Tidak tegasnya sanksi yang diberikan terkait dgn penyalahgunaan ruas jalan

    Perlunya regulasi yang jelas terkait pemanfaatan ruas jalan

    Kep. Jalan Kereta Api belum optimal

    Jalur lintasan KA masih terbatas

    pengembangan jalur ganda KA

    penambahan route-route pelayanan

    II. Transportasi Laut Tidak ada pelayanan angkutan penumpang dan barang

    Tidak memiliki fasilitas

    pelayanan angkutan laut seperti pelabuhan

    Belum tersedianya jaringan jalan pendukung yang memadai ke lokasi pelabuhan

    1. Mengembangkan

    pelayanan angkutan laut baik bagi angkutan orangdan barang

    2. Mengembangkan jaringan jalan pendukung ke lokasi pelabuhan

    III. Transportasi Udara Prasarana bandara semakin terbatas

    Meningkatnya lalulintas

    penumpang dan barang Perubahan status

    bandara menjadi bandara internasional

    Rencana pemindahan

    lokasi latihan penerbangan militer ke Gading

    Pengembangan fasilitas bandara (terminal, tempat parker) sesuai dengan master plan

    Sumber : Analisis Konsultan, 2004

    III - 23

  • Tabel 3. 14. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Angkutan Umum (AU)

    Masalah Kemungkinan Penyebab Alternatif Solusi 1. Seluruh wilayah belum

    terlayani AU secara merata

    1. Jangkauan pelayanan AU belum merata

    2. Kondisi medan yang sulit membatasi pelayanan

    2. Pelayanan AU masih buruk

    1. Manajemen pengelolaan

    1. Penetapan standar mutu pelayanan = jam operasi, frekuensi pelayanan, jadwal operasi, standar kenyamanan, jaminan keselamatan, dll

    3. Kondisi fisik AU buruk 1. Peremajaan angkutan umum

    1. Penyediaan/peremajaan armada angkutan umum dengan sistem kerjasama antara masyarakat dengan swasta

    4. Pergantian moda tidak mudah

    1. Sistem halte/terminal yang tidak tertata baik

    2. Belum tersedianya sistem pelayanan multimoda dari aspek waktu, lokasi dan pelayanan

    1. Penataan halte/terminal sesuai dengan karakter perjalanan yang ada

    2. Mengembangkan sistem pelayanan angkutan yang bersifat multi moda

    5. Peran terminal kurang optimal

    1. Pemilihan lokasi tidak tepat

    2. Kurang didukung sarana/prasarana transportasi untuk pencapaian terminal

    1. Penataan/pemilihan lokasi terminal yang didukung oleh sarana prasarana transport yang memadai

    6. Perilaku pengemudi AU masih buruk

    1. Sifat dan sikap pengemudi

    2. Penegakan hukum yang tidak konsisten

    3. Motivasi mencari penumpang sebanyak-banyaknya (akibat sistem setoran yang diberlakukan)

    1. Penegakan hukum yang lebih konsisten

    2. Pencabutan SIM bagi pengemudi yang sering tidak disiplin

    3. Merubah model/sistem pengelolaan angkutan umum yang tidak berbasis setara

    Sumber : Analisis Konsultan, 2004

    III - 24

  • Tabel 3. 15. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Angkutan Barang

    Masalah Kemungkinan Penyebab Alternatif Solusi 1. Angkutan barang

    dengan kendaraan besar masuk ke pusat kota mengakibatkan gangguan lalulintas dan permasalahan parkir

    1. Lintasan angkutan barang belum diatur secara tegas

    1. Penentuan lintasan angkutan barang di setiap kabupaten dan kota

    2. Terminal angkutan barang dan sistem pergudangan di pusat kota

    2. Akibat berfungsinya Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sebagai terminal angkutan barang

    2. Pemindahan dan penataan lokasi terminal barang dan sistem pergudangan ke lokasi dengan tingkat gangguan lalulintas dan lingkungan minimal

    3. Beban angkutan yang berlebihan

    Kontrol terhadap beban muatan angkutan barang tidak berjalan baik

    Revitalisasi peran jembatan timbang

    4. Angkutan barang melalui KA, Pesawat dan kapal belum berkembang

    Kendala sarana prasarana pendukung

    Mengembangkan sistem pelayanan angkutan barang melalui moda KA, udara dan laut

    Sumber : Analisis Konsultan, 2004

    III - 25

  • BAB 3 .............................................................................................................................. 1 KONDISI JARINGAN TRANSPORTASI WILAYAH ............................................................................................................... 1 3.1. BANGKITAN TARIKAN PERGERAKAN.......................................................... 1 3.2. KARAKTER PERGERAKAN DAN KESESUAIANNYA DENGAN PENYEDIAAN PELAYANAN TRANSPORTASI ............................................................. 7 3.3. MODA UNGGULAN ............................................................................................. 14 3.4. OUTLET WILAYAH.............................................................................................. 17 3.5. PERMASALAHAN POKOK SAAT INI .................................................................... 22

    Tabel 3. 1. Pembagian Zona Internal dalam Wilayah Studi ............................................... 1 Tabel 3. 1. (lanjutan)......................................................................................................... 2 Tabel 3. 2. Matrik Angkutan Penumpang .......................................................................... 3 Tabel 3. 3. Matrik Angkutan Barang.................................................................................. 4 Gambar 3. 1. Desire line Pergerakan penumpang di Propinsi DIY (smp/hari) .......................... 5 Gambar 3. 2. Desire line Pergerakan Angkutan Barang di Propinsi DIY (smp/hari) ................. 6 Gambar 3. 3. Komposisi responden berdasarkan umur........................................................... 7 Tabel 3. 4. Struktur usia responden ........................................................................................ 7 Gambar 3. 4. Maksud perjalanan responden........................................................................... 8 Gambar 3. 5. Penghasilan Responden per bulan ............................................................. 8 Tabel 3. 5. Jenis Kendaraan yang digunakan responden untuk beraktivitas ............................ 9 Tabel 3. 6. Jumlah Penumpang dan Barang dengan KA di D.I Yogyakarta ....................... 9 Tabel 3. 7. Jumlah Penumpang Berbagai Route di DAOP VI Yogyakarta tahun 2003 ............. 9 Tabel 3. 8. Distribusi Penumpang dan Barang di Bandara Adisucipto tahun 2002 ................ 10 Gambar 3. 6. Volume pergerakan penumpang Moda KA................................................ 11 Gambar 3. 7. Volume pergerakan penumpang tiap rute di Bandara Adisutjipto - Yogyakarta 12 Gambar 3. 8. Volume pergerakan barang tiap rute di Bandara Adisutjipto Yogyakarta 13 Tabel 3. 9. Data lalulintas di Pantai Sadeng, Gunungkidul .................................................... 14 Tabel 3. 10. Karakter Perjalanan di Prop. DIY .................................................................. 15 Gambar 3. 9. Penggunaan Kendaraan di Propinsi DIY ................................................... 16 Tabel 3. 11. Lokasi dan Kondisi Outlet Wilayah DIY ......................................................... 17 Gambar 3. 10. Prasarana Jaringan Transportasi Jalan Eksisting ...................................... 18 Gambar 3. 11. Prasarana Jaringan Transportasi Jalan Rel Eksisting................................ 19 Gambar 3. 12. Rute Angkutan Kota dalam Propinsi (AKDP) ............................................. 20 Gambar 3. 13. Rute Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP) .............................................. 21 Tabel 3. 12. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Transportasi dan Lalulintas . 22 Tabel 3. 13. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Sarana Prasarana Transportasi 23 Tabel 3. 14. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Angkutan Umum (AU) ......... 24 Tabel 3. 15. Identifikasi Permasalahan yang Terkait dengan Angkutan Barang ................ 25

    III - 26