stadium oma

4
1. Stadium kataralis ( catarrhalis ) Keradangan yang mengenai mukosa hidung dan nasofaring akibat adanya URI ( Upper Respiratory Infection ), juga diteruskan pada mukosa tuba Eustachii dan cavum timpani. Akibatnya mukosa tuba Eustachii mengalami udema dan udema ini akan menyempitkan lumen tuba Eustachii itu sendiri. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya fungsi tuba Eustachhii itu sendiri ( fungsi drainase dan ventilasi ). Gangguan fungsi ini antara lain akan menyebabkan kurangnya “supply” O2 kedalam cavum timpani. Zat asam yang terus – menerus selalu dibutuhkan untuk kehidupan mukosa cavum timpani makin lama makin berkurang, padahal “supply” dari tuba Eustachii menjadi kurang lancar akibat udema tadi ( oklusi ). Akibatnya tekanan uara dalam cavum timpani menjadi berkurang ( hipotensi ), kyurang dari 1 atmosfer. Keadaan ini disebut “vaccum”. Keadaan “vaccum” ini mengakibatkan timbulnya beberapa perubahan pada mukosa cavum timpani. a. Menungkatnya permeabilitas tabung – tabung darah dan limfe b. Meningkatnya permeabilitas dinding – dinding sel c. Terjadinya proliferasi sel –sel kelenjar submukosa Perubahan – perubahan yang terjadi pada mukosa cavum timpani tersebut, mengakibatkan tejadinya perembesan cairan kedalam cavum timpani ( transudasi ). Keadaan ini disebut sebagai “Hydrps ex vacuo” 2. Stadium Supurasi ( bombans ) Perubahan – perubahan yang mengenai mukosa cavum timpani akibat adanya “vaccum” pada stadium katalis, menyebabkan menurunnya pertahanan mukosa setempat ( lokal ). Kuman – kuman yang datangnya dari hidung dan nasofaring ( akibat salah dalam cara membuang ingus ), besar kemungkinannya untuk mampu mengadakan penetrasi kedalam jaringan mukosa cavum timpani. Pus dengan cepat

Upload: dimaz-anugerah-ilaahi

Post on 11-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

stadium OMA

TRANSCRIPT

Page 1: Stadium OMA

1. Stadium kataralis ( catarrhalis )

Keradangan yang mengenai mukosa hidung dan nasofaring akibat adanya URI ( Upper Respiratory Infection ), juga diteruskan pada mukosa tuba Eustachii dan cavum timpani. Akibatnya mukosa tuba Eustachii mengalami udema dan udema ini akan menyempitkan lumen tuba Eustachii itu sendiri. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya fungsi tuba Eustachhii itu sendiri ( fungsi drainase dan ventilasi ). Gangguan fungsi ini antara lain akan menyebabkan kurangnya “supply” O2 kedalam cavum timpani. Zat asam yang terus – menerus selalu dibutuhkan untuk kehidupan mukosa cavum timpani makin lama makin berkurang, padahal “supply” dari tuba Eustachii menjadi kurang lancar akibat udema tadi ( oklusi ). Akibatnya tekanan uara dalam cavum timpani menjadi berkurang ( hipotensi ), kyurang dari 1 atmosfer. Keadaan ini disebut “vaccum”. Keadaan “vaccum” ini mengakibatkan timbulnya beberapa perubahan pada mukosa cavum timpani.

a. Menungkatnya permeabilitas tabung – tabung darah dan limfeb. Meningkatnya permeabilitas dinding – dinding selc. Terjadinya proliferasi sel –sel kelenjar submukosa

Perubahan – perubahan yang terjadi pada mukosa cavum timpani tersebut, mengakibatkan tejadinya perembesan cairan kedalam cavum timpani ( transudasi ). Keadaan ini disebut sebagai “Hydrps ex vacuo”

2. Stadium Supurasi ( bombans )

Perubahan – perubahan yang mengenai mukosa cavum timpani akibat adanya “vaccum” pada stadium katalis, menyebabkan menurunnya pertahanan mukosa setempat ( lokal ). Kuman – kuman yang datangnya dari hidung dan nasofaring ( akibat salah dalam cara membuang ingus ), besar kemungkinannya untuk mampu mengadakan penetrasi kedalam jaringan mukosa cavum timpani. Pus dengan cepat terbentuk, sehingga tekanan di dalam cavum timpani berubah menjadi lebih tinggi ( hipertensi ).

3. Stadium perforata

Tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan muko – pus, akhirnya akan menimbulkan lubang perforata pada membrana timpani. Pus kemudian mengalir ke arah meatus eksternus, sehingga keadaan ini akan menurunkan tekanan dalam cavum timpani.

4. Stadium resolusi ( penyembuhan )

Pada stadium ini proses penyakit telah menyembuh. Infeksi di dalam mukosa telah dapat diatasi. Mukosa sudah tidak mengalami udema lagi., juga sekresi sudah jauh berkurang atau bahkan telah brhenti. Akibatnya gangguan fungsi juga telah mereda.

Page 2: Stadium OMA

NO. STADIUM ANAMNESIS OTOSKOPI1. OKLUS TUBA Biasanya diawali dengan ISPA akut

dan diikuti dengan gejala di telinga :- Terasa penuh- Grebeg – grebeg- Biasanya tidak didapatkan

demam

- Mebra timpani :Retraksi, namun kadang tetap normal tidak ada kelainan atau hanya berwarna keruh pucat.

- Posisi maleus horizontal

- Refleks cahaya berkurang

2. HIPEREMI/ KATARALIS/ PRESUPURATIF

Biasanya dapat diawali dngan keluhan batuk dan pilek, dengan gejala di telinga seperti- Nyeri pada telinga- Grebeg – grebeg- Telinga terasa penuh- Demam- Gangguan pendengaran

- Mebran timpani :Mengalami hiperemi, edema mukosa

- Eksudat serosa yang sulit terlihat

3. SUPURASI/ BOMBANS/ DEBULGING

- Otalgia berat- Gangguan pendengaran- Febris , batuk, pilek- Pada bayi dan anak kadanag

disertai dengan gelisah, rewel, konvulsi, gastroentritis

- Belum terjadi otore

- Membran timpani: Bombans dan hiperemia

- Belum ada sekret di telinga luar

4. PERFORASI - Otore mukopurulen- Otalgi dan febris mereda- Gangguan pendengaran- Masih ada batuk pilek

- Membran timpai :Perforasi, sentral, kecil di kuadra anteroinferior

- Sekret: mukopurulen kadang tampak pulsasi / light hous sign

- Warna membran timpani hiperemia

5. RESOLUSI / PENYEMBUHAN/ PERFORASI BERKURANG

- Gejala – gejala pada stadium sebelumnya sudah banyak mereda

- Kadang – kadang masih ada gejala sisa: Tinitus dan gangguan pendengaran

- Membran timpani: sudah pulih menjadi normal kembali

- Masih dijumpai lubang perforasi

- Tidak dijumpai sekret lagi ( telinga telah kering )