sppk

7
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran adalah terbentuknya api melalui reaksi dari 3 komponen segitiga api, yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang tidak dapat dikendalikan serta mengakibatkan kerugian. Kebakaran terjadi karena adanya kelalaian, kecerobohan, maupun karena kejadian alam. Kerugian akibat kebakaran bukan hanya berupa material, tetapi juga kecacatan dan hilangnya nyawa yang berakibat pada perekonomian keluarga dari korban. Dalam kebakaran, material yang terbakar juga berpengaruh pada tingkat bahaya dari kebakaran tersebut, sehingga dalam rangka kesiapan siagaan pemberantasan pada mula terjadinya kebakaran maka setiap perusahaan harus dilengkapi dengan instalasi alarm kebakaran automatik sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : PER.02/MEN/1983. Menurut sudomo (1983:1) Instalasi Alarm Kebakaraan Automatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Sehingga diharapkan dengan adanya instalasi alarm kebakaran automatik ini dapat mencegah terjadinya

Upload: ary-priambodo

Post on 29-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: sppk

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran adalah terbentuknya api melalui reaksi dari 3 komponen

segitiga api, yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang tidak dapat

dikendalikan serta mengakibatkan kerugian. Kebakaran terjadi karena adanya

kelalaian, kecerobohan, maupun karena kejadian alam. Kerugian akibat

kebakaran bukan hanya berupa material, tetapi juga kecacatan dan hilangnya

nyawa yang berakibat pada perekonomian keluarga dari korban. Dalam

kebakaran, material yang terbakar juga berpengaruh pada tingkat bahaya dari

kebakaran tersebut, sehingga dalam rangka kesiapan siagaan pemberantasan

pada mula terjadinya kebakaran maka setiap perusahaan harus dilengkapi

dengan instalasi alarm kebakaran automatik sesuai dengan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : PER.02/MEN/1983. Menurut

sudomo (1983:1) Instalasi Alarm Kebakaraan Automatik adalah sistem atau

rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap,

detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya

yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Sehingga diharapkan dengan

adanya instalasi alarm kebakaran automatik ini dapat mencegah terjadinya

perkembangan api dan proses evakuasi bisa segera dilakukan serta

mengurangi resiko adanya korban jiwa

Praktikum tugas besar sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran

ini membahas tentang perencanaan pemasangan automatic integrated system

atau alarm kebakaran automatik di Gedung Kantor Pengelola/ Monitoring dan

Museum Jembatan Suramadu “SURAMADU BRIDGE BUILDING”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari perencanaan pemasangan automatic integrated

system atau alarm kebakaran automatik di Gedung Kantor Pengelola/

Monitoring dan Museum Jembatan Suramadu “SURAMADU BRIDGE

BUILDING” ini adalah sebagai berikut :

Page 2: sppk

1. Bagaimana cara merencanakan pemasangan automatic integrated

system atau alarm kebakaran automatik di Gedung Kantor

Pengelola/ Monitoring dan Museum Jembatan Suramadu

“SURAMADU BRIDGE BUILDING” ?

2. Apa rekomendasi yang diberikan dalam perencanaan automatic

integrated system di Gedung Kantor Pengelola/ Monitoring dan

Museum Jembatan Suramadu “SURAMADU BRIDGE

BUILDING” ?

1.3. Tujuan

1. Mampu merencanakan sistem alarm kebakaran automatik pada

Gedung Kantor Pengelola/ Monitoring dan Museum Jembatan

Suramadu “SURAMADU BRIDGE BUILDING”.

2. Mampu menerapkan peraturan dan standar sistem alarm kebakaran

automatik pada Gedung Kantor Pengelola/ Monitoring dan

Museum Jembatan Suramadu “SURAMADU BRIDGE

BUILDING”.

1.4. Manfaat

Manfaat yang di dapat dari perencanaan sistem alarm kebakaran

automatik pada Gedung Kantor Pengelola/ Monitoring dan Museum Jembatan

Suramadu “SURAMADU BRIDGE BUILDING” adalah sebagai berikut

1. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam merencanakan sistem

alarm kebakaran otomatis pada bangunan/gedung

2. Hasil studi dapat digunakan untuk media pembelajaran tentang

instalasi automatic integrated system.

3. Pengaplikasian dasar hukum terkait dengan instalasi automatic

integrated system.

1.5. Ruang Lingkup

Agar dalam penulisan laporan ini tidak mengalami perluasan

pembahasan dan kesalahpahaman bagi pembaca, penulis memberikan ruang

lingkup dalam penulisan makalah ini diantaranya :

Page 3: sppk

1. Tinjauan pustaka yang meliputi :

a) Definisi Sistem Alarm Kebakaran Automatik

b) Pemeliharaan dan pengujian Sistem Alarm Kebakaran Automatik

c) Sistem Deteksi Panas

d) Sistem Deteksi Asap

e) Sistem Detektor Api

2. Prosedur perencanaan Sistem Alarm Kebakaran Automatik, yang

meliputi :

a) Perencanaan konsep

b) Penelitian lapangan

c) Rencana dasar

d) Rancangan pendahuluan

e) Rancangan pelaksanaan

3. Estimasi biaya yang diperlukan dalam perencanaan sistem alarm

kebakaran otomatis di

4. Kesimpulan dan Saran

Page 4: sppk

BAB 2

Kajian Pustaka

Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan

tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik.

Apabila detektor-detektor dipasang dalam suatu ruangan aman yang tahan api

(strong room), maka detektor-detektor tersebut harus memiliki kelompok alarm

yang terpisah atau harus terpasang dengan alat yang dapat mengindikasi sendiri

yang dipasang diluar ruangan tersebut.

Setiap ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan apabila suatu ruangan

terbagi oleh dinding pemisah atau rak yang mempunyai celah 30 (tiga puluh) cm

kurang dari langit-langit atau dari balok melintang harus dilindungi secara sendiri

sendiri.

Barang-barang dilarang untuk disusun menumpuk seolah-olah membagi ruangan,

kecuali untuk ruang demikian telah diberikan perlindungan secara terpisah.

Pasal 4

Page 5: sppk

Pada gedung yang dipasang sistem alarm kebakaran automatik maka untuk

ruangan

tersembunyi harus dilindungi dan disediakan jalan untuk pemeliharaannya,

kecuali

hal-hal sebagai berikut:

a. ruangan tersembunyi dimana api kebakaran dapat tersekat sekurang-kurangnya

selama satu jam;

b. ruangan tersembunyi yang berada diantara lantai paling bawah dengan tanah

yang

tidak berisikan perlengkapan listrik atau penyimpanan barang dan tidak

mempunyai jalan masuk;

c. ruangan tersembunyi dengan jarak kurang dari 80 (delapan puluh) cm di bawah

atap;

d. ruangan tersembunyi dengan jarak kurang dari 80 (delapan puluh) cm yang

terletak diantara langit-langit palsu dan lembaran tahan api di atasnya.

e. ruangan tersembunyi dengan jarak kurang dari 35 (tiga puluh lima) cm yang

terletak diantara permukaan sebelah langit-langit dengan permukaan sebelah

bawah lantai atasnya tanpa menghiraukan konstruksinya.