a. kompetensi b. gambaran umum materi c. waktu d....
TRANSCRIPT
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 1
A. KOMPETENSI
Memberikan keahlian kepada mahasiswa pemahaman tujuan yang hendak dicapai
dalam bab ini adalah mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu
melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi.
B. GAMBARAN UMUM MATERI
Materi yang diajarkan melalui modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
komponen dan detail perencanaan ERP pada suatu bangunan. Selain itu, mahasiswa
dapat memahami pentingnya usaha-usaha pencegahan kebakaran, memahami
sistim pengendalian kebakaran pasif.
C. WAKTU
Mata kuliah ini berbobot 2 sks atau 4 jam tatap muka setiap minggunya. Sehingga
untuk bisa mencapai kompetensi yang telah ditentukan, mahasiswa harus mengikuti
kegiatan tatap muka sebanyak 4 jam x 17 kali tatap muka. Atau sebesar 68 jam.
D. PRASYARAT
Untuk mempermudah pencapaian kompetensi yang diharapkan, mahasiswa harus
mempunyai pemahaman dengan baik tentang Dasar-dasar K3.
E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL AJAR
Modul ajar Mekanika Teknik ini telah disusun secara sistematis dengan mengacu
pada SAP yang berlaku. Untuk itu mahasiswa dalam menggunakan modul ajar ini
harus memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Membawa modul ajar ini setiap mengikuti perkuliahan.
2. Membaca dengan baik setiap isi yang ada di dalam modul ajar.
3. Membuat daftar catatan kecil untuk sesuatu hal yang belum dimengerti.
Untuk kemudian ditanyakan kepada dosen.
4. Mengerjakan semua latihan soal yang terdapat di dalam modul.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 2
3.1. Sub Kompetensi Memberikan keahlian kepada mahasiswa pemahaman tentang :
• Memahami latar belakang, dasar hukum, pengertian ERP
• Memahami komponen-komponen ERP dan penerapannya
• Memahami perhitugan terkait waktu evakuasi di gedung
3.2. Uraian Materi 3.2.1. Pendahuluan
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan kebakaran terjadi secara bertahap, tahapan
terjadinya kebakaran di dalam bangunan dimulai dengan adanya percikan atau
penyalaan api. Fase ini disebut sebagai fase pertumbuhan api. Penjalaran api karena
konveksi ibarat efek domino yang dapat membakar semua bahan dengan cepat. Lalu,
terjadilah sambaran-sambaran (flash over) dan temperatur mencapai puncaknya
sekitar 700 - 1000º C. Setelah mencapai puncaknya dan bahan bakar/bahan yang
dapat terbakar mulai menipis maka api akan menurun intensitasnya dan mengalami
fase pelapukan api (decay).
Gambar 3.1. Tahapan terjadinya kebakaran dalam bangunan
Sumber : firefightersclosecalls. com
Sekali menyala, api dapat menyebar ke seluruh ruangan yang ada di dalam
suatu bangunan dengan berbagai cara, yaitu :
- Dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya.
- Di sepanjang koridor atau ruang yang memanjang secara vertikal, seperti
void yang terdapat di dalam struktur,
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 3
- Perpindahan panas melalui permukaan kulit luar bangunan.
Efek bahaya kebakaran dalam bangunan
Jika api sudah menyebar di dalam bangunan maka akan dihasilkan dua produk yang
terdiri dari :
asap
asap yang dihasilkan dari proses pembakaran yang kadar racunnya serta jenis
asapnya merupakan produk langsung dari material yang mengalami pembakaran
dan panas yang akan menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia.
Asap yang dihasilkan pada proses pembakaran umumnya terdiri atas :
- Uap dan gas panas yang berasal dari material yang terbakar,
- Material yang tidak terbakar dalam proses pembakaran, dan
- Sejumlah udara yang tercampur unsur material hasil pembakaran
Tabel 3.1. Efek pada manusia ketika menghirup gas karbon monoksida
Konsentrasi
CO (ppm) Efek
1500 Sakit kepala dalam 15 menit, pingsan dalam 30 menit, meninggal
dalam 1 jam
2000 Sakit kepala dalam 10 menit, pingsan dalam 20 menit, meninggal
dalam 45 menit
3000 Waktu aman maksimum 5 menit, berbahaya dan pingsan dalam
waktu 10 menit
6000 Sakit kepala, tidak sadar dalam 1-2 menit, dan kematian dalam 10 –
15 menit
12000 Efek langsung, pingsan dalam 2 – 3 hirupan napas, dapat berakibat
kematian dalam 1 – 3 menit Sumber : Manajemen Kebakaran, Soehatman Ramli
panas
Panas yang dihasilkan juga mempengaruhi kekuatan material yang terbakar. Panas
yang dihasilkan dari kebakaran dapat mengakibatkan kerusakan pada kulit manusia
dikarenakan temperatur api yang berkisar dari suhu 45o C sampai dengan > 72oC.
Termal/panas juga berpengaruh terhadap material bangunan yang terbakar yang
dihasilkan dari tingkat panas yang terjadi di dalam bangunan. Tingkat panas yang
dihasilkan umumnya berkisar antara 700 - 1100º C dan lamanya waktu yang
diperlukan untuk menghasilkan tingkat panas rata-rata berkisar antara 15 menit – 3
jam. Kemampuan tiap material di dalam bangunan yang mengalami kebakaran
sangat bervariasi sebagai contoh, kekuatan baja tulangan akan berkurang ketika suhu
panas yang dihasilkan dalam kebakaran mencapai > 600°C, bahkan dapat mengalami
pengurangan kekuatan sampai 2/3 nya. Hal ini berpotensi menyebabkan runtuhnya
bangunan dan membahayakan penghuni yang berada di dalamnya. Oleh karena itu,
tujuan dari arsitek mendesain sebuah bangunan yang memiliki kelayakan akan
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 4
keselamatan terhadap bahaya kebakaran adalah dengan memperkecil risiko dua
produk yang dihasilkan dalam kebakaran yaitu, asap dan efek panas. Dalam bahasan
ini akan disampaikan tentang sistem proteksi pasif, dimana pengertiannya adalah
suatu sarana, sistem atau rancangan yang menjadi bagian dari sistem sehingga tidak
perlu digerakkan secara aktif, diantaranya :
• Penghalang (barrier), sebagai penghalang/penghambat jalannya api dari satu
bagian bangunan ke bagian lainnya. Dapat didesain dalam bentuk tembok
atau partisi dengan material tahan api.
• Jarak aman, pengaturan jarak antar bangunan untuk mengurangi penjalaran
api.
• Pelindung tahan api, hal yang menentukan ketahanan bangunan dan dapat
menghambat penjalaran api, seperti penggunaan material bangunan yang
tahan api.
• Means of escape
Sarana jalan keluar termasuk ke dalam sarana struktural yang disediakan
untuk manusia agar dapat menyelamatkan diri jika \ terjadi kebakaran. Dalam
merancang sarana jalan keluar ini harus memperhatikan beberapa hal seperti :
waktu evakuasi, jarak perjalanan menuju tempat aman, jumlah penghuni,
lebar jalur keluar, jumlah minimum pintu keluar. Berikut beberapa fasilitas
yang dapat digolongkan ke dalam jenis means of escape yaitu : pintu keluar,
tangga darurat, lampu darurat, penunjuk arah, dan koridor.
Perilaku manusia pada saat terjadi kebakaran
Faktor yang menentukan bagaimana manusia akan bereaksi saat terjadi kebakaran,
diantaranya adalah usia , ukuran tubuh, kondisi fisik seseorang, kapasitas paru-paru
/pernapasan , tingkat kesadaran, bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran, suhu,
panas, asap dan juga penipisan jumlah oksigen. Manusia normal akan kehilangan
kemampuan saat evakuasi karena menghirup asap, luka bakar, dan keracunan gas.
Pada tahun 1982, Dr John Keating menulis artikel untuk NFPA magazine - Fire
Journal yang berjudul “The Myth of Panic”, yang mengembangkan definisi panik
menjadi tingkat ketakutan yang tidak rasional dan mengurangi peluang
menyelamatkan diri bagi sekelompok manusia secara keseluruhan . Panik adalah
suatu perasaan berlebihan akan ketakutan atau bahaya yang mempengaruhi tubuh
manusia dan mendorong untuk menyelamatkan dirinya sendiri dengan cara yang
sembrono, karakteristik dari perilaku panik diantaranya :
- Keinginan menyelamatkan diri, bahkan jika jalur penyelamatan tertutup.
- Perilaku yang dapat menjalar,
- Keagresifan untuk menyelamatkan diri secara individual.
- Tindakan respon yang tidak logis terhadap situasi yang sedang terjadi.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 5
3.2.2. Klasifikasi bahaya kebakaran berdasarkan hunian
1. Bahaya kebakaran ringan ialah jenis hunian dan kemudahan terbakar
rendah. Yang dimaksud bahan kebakaran ringan adalah hunian:
- Ibadat - perkantoran
- Pendidikan - perumahan
- Perawatan - rumah makan
- Lembaga - perhotelan
- Perpustakaan - rumah sakit
- Museum - penjara
2. Bahaya kebakaran ringan
2.1 bahaya kebakaran sedang kelompok I
jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunan tinggi bahan mudah terbakar tidak lebih dari 2.5
m. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok I ialah hunian:
- parker mobil - pabrik susu
- pabrik minuman - pabrik elektronik
- pabrik roti - pabrik barang gelas
- pengalengan - pabrik permata
- binatu
2.2 bahaya kebakaran kelompok II
jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunan tinggi bahan mudah terbakar tidak lebih dari 2.5
m. Yang termasuk hunian ini ialah hunian:
- pabrik penggilingan padi - pabrik bahan makanan
- pabrik kimia - perakitan barang kayu
- pabrik tembakau - pabrik tekstil
- bengkel mesin - percetakan
2.3 bahaya kebakaran kelompok III
jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas tinggi dan menjalarnya
cepat. Yang termasuk hunian ini ialah hunian:
- Pameran - pabrik sikat
- pabrik makanan - pabrik karung
- pabrik sabun - pabrik lilin
- bengkel mobil - pergudangan
- pabrik plastic - pabrik penggergajian kayu
- pabrik pakain - pabrik tepung
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 6
3. Bahaya kebakaran berat
jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
penyimpanan cairan yang mudah terbakar serta bahan lain yan apabila
terbakar apinya akan cepat membesar. Yang termasuk hunian ini ialah
hunian:
- Pabrik kimia - penggergajian kayu
- pabrik kembang api - studio film
- pabrik korek api - pabrik karet
- penyulingan minyak - pabrik cat
- pabrik busa - pemintalan benang
3.2.3. Sarana dan Prasarana Penting dalam Evakuasi
Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan ke luar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat
3.2.2.1 AKSES EKSIT KORIDOR
Koridor sendiri dapat diartikan sebagai :
§ Lorong dalam rumah; menghubungkan gedung satu dengan gedung lainnya.
§ Tanah (jalan) sempit yang menghubungkan daerah terkurung
§ Tanah yang menghubungkan dua bagian negara,
§ Jalur lalu lintas yang dimiliki suatu negara yang melintasi negara lain,
§ Pada bangunan, koridor dapat berarti jalan penghubung berupa lorong,
menghubungkan sebuah ruangan ke ruangan lainnya.
Gambar 3.1. Tingkeat Ketahanan Api pada akses koridor
Koridor sebagai ruang sirkulasi horizontal dalam bangunan memiliki lebar berkisar
antara 60 – 144 inchi atau 152,4 – 365,8 cm.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 7
Gambar 3.2. Akomodasi kelompok bertubuh besar dan kecil pada koridor
Standar Koridor (Internasional)
Koridor harus memiliki lebar tidak kurang dari 2,6 m area bebas hambatan untuk
memungkinkan ruangan ini dilewati oleh dua kursi roda. Bangunan yang memiliki
lebih dari satu pintu darurat atau pintu akses keluar bangunan, akses keluarnya
disusun agar tidak terdapat titik mati pada koridor panjangnya lebih dari 6 m, karena
hal ini akan menyebabkan terjadinya penumpukan manusia saat terjadi gejala
kebakaran di bangunan tersebut.
Gambar 3.3. Penempatan pintu keluar berdasarkan jarak koridor
Sumber : Simplified Design For Building Fire Safety
3.2.2.2 EKSIT
Eksit horizontal, adalah suatu jalan terusan dari satu bangunan gedung ke satu daerah
tempat berlindung di dalam bangunan gedung lain pada ketinggian yang hampir
sama, atau suatu jalan terusan yang melalui atau mengelilingi suatu penghalang api
ke daerah tempat berlindung pada ketinggian yang hampir sama dalam bangunan
gedung yang sama, yang mampu menjamin keselamatan dari kebakaran dan asap
yang berasal dari daerah kejadian dan daerah yang berhubungan.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 8
Konstruksi dan kompartemenisasi” menurut NFPA 101 memiliki persyaratan :
(1) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya 1 jam
apabila eksit menghubungkan tiga lantai atau kurang.
(2) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api 2 jam, apabila eksit
menghubungkan empat lantai atau lebih, kecuali ada satu dari kondisi berikut:
(a)Dalam bangunan gedung yang sudah ada dan bukan bertingkat tinggi, tangga
eksit terlindung yang sudah ada harus mempunyai tingkat ketahanan api
sekurang-kurangnya 1 jam.
(b)Dalam bangunan gedung yang sudah ada dan diproteksi keseluruhannya
dengan sistem springkler otomatik tersupervisi, tangga eksit terlindung yang
sudah ada harus mempunyai TKA sekurang kurangnya 1 jam.
(c)Untuk pelabuhan, garasi dan bengkel perbaikan diizinkan tangga eksit
terlindung mempunyai TKA 1 jam
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 9
Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak boleh diletakkan sehingga menggangu
eksit, akses ke sana, jalan ke luar dari sana atau mengganggu pandangan.
Gambar 3.1. Tingkat Ketahanan Api pada akses koridor
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 10
3.2.2.3 PINTU
Penjelasan Contoh 3.9
(1) Pintu C diizinkan mengayun balik ke dalam ruangan jika ruangan mempunyai
beban hunian sekitar 50 orang dan tidak mempunyai isi bahaya berat.
(2) Pintu D harus mengayun searah jalur jalan ke luar jika ruangan mempunyai beban
hunian lebih dari 50.
(3) Pintu E, meskipun pintu eksit, tidak digunakan dalam eksit terlindung, maka
diizinkan mengayun balik ke dalam ruangan jika beban hunian kurang dari 50
dan ruangan tidak mempunyai isi berbahaya berat.
(4) Pintu A dan B terkait dengan pelanggaran batas yang berkaitan dengan butir
3.7.1.4. Pintu ini membuka ke langsung koridor berlawanan satu sama lain.
Meskipun tidak melanggar persyaratan teknis ini, sebaiknya pintu itu tidak
mengayun dalam arah yang menutup penggunaan koridor jika keduanya
membuka.
Selama mengayun, setiap pintu pada sarana jalan ke luar harus menyisihkan ruang
tak terhalangi tidak kurang dari setengah lebar yang disyaratkan dari gang, koridor,
jalan terusan, atau bordes tangga, maupun tonjolan yang lebih dari 18 cm terhadap
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 11
lebar yang disyaratkan dari gang, koridor, jalan terusan atau bordes tangga apabila
pintu membuka penuh, kecuali salah satu dari kondisi berikut dipenuhi:
3.2.2.4 RUANG TERLINDUNG DAN PROTEKSI TANGGA
Tempat terpakai terlindung diperkenankan di bawah tangga, asalkan memenuhi
kriteria sebagai berikut :
(1) tempat tersebut dipisahkan dari ruang tangga terlindung oleh bahan tahan api
yang sama seperti ruang eksit terlindung
(2) Jalan masuk ke tempat terpakai terlindung, tidak dari dalam ruang tangga
terlindung.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 12
• Penandaan harus menunjukkan identifikasi dari ruang tangga terlindung.
• Penandaan harus menunjukkan tingkat lantai dari, dan ke arah eksit pelepasan.
• Penandaan harus di dalam ruang terlindung ditempatkan mendekati 1,5 m di atas
bordes lantai dalam suatu posisi yang mudah terlihat bila pintu dalam posisi
terbuka atau tertutup.
• Penunjukan tingkat lantai harus juga memenuhi ketentuan yang berlaku.
Identifikasi dari akhir jalur tangga teratas dan terbawah harus ditempatkan pada
bagian bawah dari penandaan dengan tinggi huruf atau angka minimum 2,5 cm
Gambar 6. 3 Tangga Berbalik Arah - Model U
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 13
Tangga dapat terbuat dari pasangan batu, kayu, besi, baja dan beton. Adapun sebuah tangga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Lebar Tangga Lebar tangga yang biasa digunakan (dan diijinkan) dalam bangunan rumah tinggal adalah minimal 80 cm (tangga utama, bukan tangga service). Sedangkan untuk tangga service minimal lebarnya 60 cm. Tangga dalam bangunan rumah tinggal tidak diharuskan memiliki bordes (space datar pada ketinggian tertentu untuk beristirahat), karena biasanya hanya terdiri dari 2 atau 3 lantai saja. Apabila terdapat bordes, maka lebarnya biasanya minimal adalah sama lebar dengan lebar tangga. Dalam satu tangga dimungkinkan untuk terdapat lebih dari satu bordes. Lebar tangga minimal untuk 1 orang adalah 60 cm. Maka untuk desain tangga:
Untuk 1 orang = 60 cm Untuk 2 orang 2 x 60 = 120 cm Untuk 3 orang 3 x 60 = 180 cm
Lebar tangga tersebut adalah lebar tangga bersih. Tidak termasuk railling dan atau
batas dinding.
Perhitungan kebutuhan tangga untuk bangunan umum dihitung 60cm lebar tangga untuk tiap 100 orang. Misalnya bangunan teater dengan kapasitas 1.000 orang membutuhkan lebar tangga 1.000/100 x 60cm = 6m. Untuk itu dapat dipakai 1 tangga denga lebar 6m atau dua buah tangga dengan lebar masing-masing 3m. Namun demikian apabila masih dimungkinkan sebaiknya menggunakan lebar minimal 1.20 cm, yang merupakan lebar tangga standart keamanan/keadaan darurat (emergency stairs). Kemiringan Tangga Pada dasarnya kemiringan tangga dibuat tidak terlalu curam agar memudahkan orang naik tanpa mengeluarkan banyak energi, tetapi juga tidak terlalu landai sehingga tidak akan menjemukan dan memerlukan banyak tempat karena akan terlalu panjang. Kemiringan tangga yang wajar dan biasa digunakan adalah berkisar antara 25 – 42o
untuk bangunan rumah tinggal biasa digunakan kemiringan 38o Lebar dan Tinggi Anak Tangga Satu langkah manusia arah datar adalah 60 - 65 cm, sedangkan untuk melangkah naik perlu tenaga 2 kali lebih besar daripada melangkah datar. Oleh karena itu, perbandingan yang baik adalah :
L = lebar anak tangga (lebar injakan = aantrede)
(L+2T) = 60 s/d 65 cm
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 14
T = tinggi anak tangga (tinggi tanjakan = optrade) Biasanya, T berkisar antara 14 – 20 cm agar masih terasa mudah di daki L berkisar antara 22,5 – 30 cm agar tapak sepatu dapat berpijak dengan baik Jumlah Anak Tangga Jumlah anak tangga dalam satu tangga diusahakan tidak lebih dari 12 buah apabila lebih dianjurkan untuk menggunakan bordes. Hal ini untuk mencapai kenyamanan pengguna terutama penyandang cacat dan orang tua. Kalau keadaan memaksa, misalnya karena keterbatasan ruangan yang ada, maka dimungkinkan jumlahnya maksimal 16 anak tangga, hal ini mengacu kondisi maksimal kemampuan (kelelahan) tubuh manusia.
Untuk menghindari kecelakaan, apabila dimungkinkan sebaiknya anak tangga dibuat seragam ukurannya, baik tinggi ataupun lebarnya. Apabila tidak dimungkinkan, anak tangga yang berbeda ukurannya diletakkan pada bagian paling bawah (antisipasi keamanan). Contoh Perhitungan Tangga Misalkan tinggi lantai (floor to floor) = 320 cm Jumlah anak tangga = tinggi floor to floor – 1 cm Ukuran Anak Tangga Dicoba : t = 16 cm, I= 26 cm Maka : 2 t + l = (2 x 16) + 26 = 58 < 60. tangga terlalu landai, melelahkan. Dicoba : t = 20 cm, l = 28 cm Maka : 2 t + l =(2 x 20) + 28 = 68 > 65. tangga terlalu curam, cepat lelah. Dicoba : t = 18 cm, l = 28 cm Maka : 2 t + l = (2 x 18) + 28 = 64 cm boleh dipakai. Jumlah Anak Tangga Jumlah anak tangga = 320/18 – 1 = 16,78 buah Maka jumlah yang dipakai: Alternatif 1: Jumlahnya dibulatkan ke atas (17 buah), selisihnya dibagi rata. 320/t – 1 = 17, maka t dibuat 17,8 cm Alternatif 2: Tinggi seluruh anak tangga dibuat sama, kecuali anak tangga terbawah dengan ukuran yang berbeda.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 15
Karena jumlahnya lebih dari 12 anak tangga (17 anak tangga), maka anak tangga ke 9 dapat menjadi bordes.
3.2.2.5 JALAN TERUSAN EKSIT
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 16
Suatu jalan terusan eksit harus dipisahkan dari bagian lain bangunan gedung
seperti ditentukan pada butir 3.5 dan alternatif berikut diizinkan:
(1) Jendela kebakaran sesuai ketentuan tentang “pintu dan jendela kebakaran”
1), diperkenankan untuk dipasang pada pemisah dalam bangunan gedung
yang diproteksi keseluruhannya oleh sistem springkler otomatis yang
disetujui dan tersupervisi, sesuai butir 5.3.
(2) Panel kaca berkawat dipasang tetap dalam rangka baja diperkenankan
terus digunakan pada pemisah dalam bangunan gedung yang diproteksi
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 17
keseluruhannya oleh sistem springkler otomatis yang disetujui dan
tersupervisi sesuai butir 5.3.
Pelepasan tangga.
Suatu jalan terusan eksit yang melayani sebagai pelepasan dari ruang tangga
terlindung, harus mempunyai sekurang-kurangnya tingkat ketahanan api yang sama
dengan proteksi bukaan yang tingkat proteksi kebakarannya seperti disyaratkan
untuk ruang tangga terlindung.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 19
3.2.2.6 KAPASITAS SARANA JALAN KE LUAR
Beban hunian setiap bangunan gedung atau bagiannya harus tidak boleh kurang dari
jumlah orang yang ditetapkan dengan membagi luas lantai yang diberikan terhadap
penggunaan oleh faktor beban hunian sesuai dengan tabel 3.10.1.2 dan gambar
3.10.1.2.
Tabel 3.10.1.2 - Faktor beban hunian
Penggunaan (m2 per orang) a
Pertemuan :
Padat, tanpa kursi yang dipasang tetap. 0,65 bersih
Kurang padat, tanpa kursi yang dipasang
tetap
1.4
Tempat duduk jenis bangku. 1 orang/455 mm lurus
Tempat duduk dipasang tetap. Jumlah kursi yang dipasang tetap
Tempat tunggu Lihat standar 1)
Dapur 9.3
Daerah tumpukan di Perpustakaan 9.3
Ruang baca perpustakaan 4,6 bersih
Kolam renang. 4,6 (permukaan air)
Geladak kolam renang. 2,8
Ruang latihan dengan peralatan, 4,6
Ruang latihan tanpa peralatan. 1,4
Panggung. 1,4 bersih
Pencahayaan dan akses jalan sempit
(catwalk), galeri, alat panggang.
9,3 bersih
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 20
Kasino dan daerah permainan serupa. 1
Lingkaran skating. 4,6
Pendidikan :
Ruang kelas 1,9 bersih
Bengkel, laboratorium, ruang kejuruan. 4,6 bersih
Perawatan harian 3,3 bersih
Pelayanan Kesehatan.
Ruang tindakan rawat inap. 22,3
Rawat inap 11,1
Rawat jalan 9,3
Rumah Tahanan dan Lembaga
Pemasyarakatan.
11,1
Rumah Tinggal :
Hotel dan Asrama 18,6
Bangunan gedung Apartemen. 18,6
Rumah perawatan, besar. 18,6
Industry :
Umum dan industry berisiko tinggi 9,3
Industry dengan tujuan khusus Tidak tersedia
Bisnis 9,3
Gudang
Dalam hunian gudang Tidak tersedia
Dalam hunian perdagangan 27
Dalam hunian lain dan hunian
perdagangan
46,5
Perdagangan
Daerah penjualan pada lantai jalan b,c) 2,8
Daerah penjualan pada dua atau lebih
lantai jalan c)
3,7
Daerah penjualan pada lantai di bawah
lantai jalan c)
2,8
Daerah penjualan pada lantai di bawah
lantai jalan c)
5,6
Lantai atau bagian dari lantai yang
digunakan hanya untuk kantor
Lihat bisnis
Lantai atau bagian dari lantai yang
digunakan hanya untuk gudang,
penerimaan, pengiriman, dan tidak terbuka
ke public umum.
27,9
Bangunan gedung Mall d) Per faktor penerapan penggunaan
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 21
tempat e)
Keterangan :
(Tidak tersedia) : Beban hunian adalah angka mungkin yang maksimum dari hunian
yang ada pada setiap waktu. a) Semua faktor dinyatakan dalam luas kotor kecuali diberi tanda “bersih”. b) Untuk tujuan menentukan beban hunian dalam hunian perdagangan, apabila karena
perbedaan dari poermukaan jalan pada sisi yang berbeda, dua atau lebih lantai
jalan masuk langsung dari jalan lama (tidak termasuk lorong atau jalan belakang
sejenis), setiap lantai seperti itu diizinkan untuk dihitung menjadi lantai jalan.
Faktor beban hunian adalah satu orag untuk setaip 40 ft2 (3,7 m2) luas lantai kotor
dari tempat penjualan. c) Untuk tujuan menentukan beban hunian dalam hunian perdagangan dengan tanpa
lantai jalan, seperti didefinisikan dalam bab II tetapi dengan akes langsung dari
jalan dengan tangga atau eskalator, lantai pada titik jalan masukke hunian
perdagangan dihitung lantai jalan. d) Untuk setiap jualan makanan atau daerah yang digunakan untuk pertemuan lain
yang berada di dalam mal yang tidak termasuk sebagai bagian dari luasan kotor
yang disewakan dari bangunan gedung mal, beba hunian dihitung berdasarkan
pada faktor beban hunian untuk penggunaan seperti ditentukan pada tabel
3.10.1.2. Luas mal yang tersisa tidak disyaratkan untuk ditentukan beban
huniannya e) Bagian dari mal yang diperhitungkan sebagai jalan untuk pejalan kaki dan tidak
digunakan sebagai luasan kotor yang disewakan tidak disyaratkan untuk
ditentukan beban huniannya berdasarkan tabel 3.10.1.2. Bagaimanapun sarana
jalan ke luar dari jalan untuk pejalan kaki di mal disyaratkan untuk disediakan
untuk beban hunian yang ditentukan dengan membagi luas kotor yang disewakan
dari bangunan gedung mal (tidak termasuk toko pancing) dengan jumlah terendah
faktor beban hunian dari gambar 3.10.1.2. .
Setiap penyewa tempa tersendiri disyaratkan mempunyai sarana jalan ke luar ke
luar bangunan gedung atau ke mal didasarkan pada beban hunian dihitung dengan
menggunakan faktor beban hunian keseluruhan dari tabel 3.10.1.2. Setiap toko
pancing tersendiri disyaratkan utuk mempunyai sarana jalan ke luar tersendiri dari
mal.
Apabila luas kotor dan luas bersih pada gambar keduanya digunakan untuk hunian
yang sama; perhitungan harus dibuat dengan menerapkan gambar luas kotor untuk
luas kotor bagian bangunan gedung yang disediakan untuk penggunaan gambar luas
kotor yang ditentukan, dan dengan menerapkan gambar luas bersih untuk luas bersih
dari bagian bangunan gedung yang disediakan untuk penggunaan gambar area bersih
yang ditentukan
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 22
Tabel A.3.10.1.2 – Beban hunian Terminal Bandara
Daerah terminal bandara m2 (kotor)
Tempat berkumpul banyak orang 9,3
Ruang tunggu 1,4
Ruang pengambilan bagasi 1,9
Ruang penanganan bagasi 27,9
Eksit Yang Melayani Lebih Dari Satu Lantai.
Apabila sebuah eksit melayani lebih dari satu lantai, hanya beban hunian tiap lantai
diperhitungkan tersendiri harus digunakan dalam kapasitas yang dibutuhkan dari
eksit pada lantai itu, dijelaskan bahwa kapasitas jalan ke luar yang dibutuhkan dari
eksit tidak dikurangi dalam arah lintasan jalan ke luar.
Kapasitas Titik Pertemuan. (Capacity from a Point of Convergence)
Apabila sarana jalan ke luar dari sebuah lantai atas dan lantai bawah bertemu pada
sebuah lantai tengah, kapasitas sarana jalan keluar dari titik pertemuan harus tidak
kurang dari penjumlahan kapasitas dua sarana jalan keluar
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 23
Gambar 3.8. Jalur lintas bersama.
Kapasitas Sarana Jalan Keluar Balkon dan Mezzanin.
Apabila kapasitas jalan keluar yang disyaratkan dari sebuah balkon atau mezzanin
yang ke luar melalui ruang di bawahnya, kapasitas yang dibutuhkan harus
ditambahkan ke kapasitas jalan ke luar yang dibutuhkan dari ruang di bawahnya.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 24
Pada bangunan gedung yang sudah ada, lebar dari akses eksit diperkenankan tidak
kurang dari 80 cm.
3.2.2.7 PENGUKURAN JARAK TEMPUH KE EKSIT
Berikut ini adalah ilustrasi travel distance ke sebuah pintu keluar (exit). Dalam
ilustrasi (a), tangga tidak tepat untuk dijadikan syarat sebagai jalan keluar;
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 25
Pengukuran jarak perjalanan lantai dimulai di pintu keluar lantai pertama ke luar
pintu. Dalam ilustrasi (b), tangga merupakan jalan keluar menerus; Pengukuran jarak
perjalanan berakhir di lantai dua di pintu masuk ke tangga. Jalur ditandai 1 sampai 6
menunjukkan bahwa perjalanan jarak diukur sebagai berikut:
1 Mulai dari subjek titik paling jauh untuk hunian
2 Di lantai atau permukaan jalan lainnya
3 Sepanjang tengah lajur
4. Sekitar sudut dan halangan dengan clearance 1 ft (0,3 m)
5. Menuju exit pada ramp terbuka dan menuju akses tangga
6 Akhir menuju pintu keluar
Jarak perjalanan yang dihitung menghasilkan evakuasi yang aman dan cepat selama berlangsungnya situasi darurat. Tabel 2.3 menguraikan jarak perjalanan yang diperlukan untuk jenis penggunaan yang berbeda-beda, dengan atau tanpa perlindungan terhadap kebakaran. Tabel 2.4 menguraikan jarak perjalanan, kapasitas jalan keluar dan jarak maksimum ke jalan buntu.
Tabel 2.3. Persyaratan Jarak Perjalanan Yang Aman dan Kapasitas Jalan Keluar Berdasarkan Penggunaan Bangunan
Tabel 2.4. Persyaratan Kapasitas Sarana Keluar Yang Aman dan Jarak Perjalanan Yang Aman Pada Kondisi Jalan Buntu
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 26
3.2.2.8 JUMLAH SARANA JALAN KE LUAR
Jumlah minimum sarana jalan ke luar dari setiap balkon, mezanin, lantai atau bagian
dari padanya harus dua, kecuali salah satu di bawah kondisi berikut :
(1) apabila sarana jalan ke luar tunggal diizinkan untuk bangunan gedung.
(2) apabila sarana jalan ke luar tunggal diizinkan untuk suatu mezanin atau
balkon dan dilengkapi jalur lintasan bersama terbatas dari seluruh klasifikasi
hunian bangunan gedung.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 27
Jumlah minimum sarana jalan ke luar dari setiap lantai atau bagian dari padanya
selain untuk bangunan gedung yang sudah ada seperti diizinkan untuk seluruh
klasifikasi bangunan gedung, harus sebagai berikut :
(1) beban hunian lebih dari 500 tetapi tidak lebih dari 1000, sekurang-kurangnya 3.
(2) beban hunian lebih dari 1000, sekurang-kurangnya 4.
Lebar dan jumlah pintu keluar untuk suatu ruang atau bagian lain dari pabrik bergantung pada jumlah pekerja dalam ruang tersebut dan bukan pada luas lantai. Oleh sebab itu, ruang kecil bisa saja memerlukan pintu keluar yang besar apabila menampung banyak penghuni. Sebaliknya, dalam ruang atau daerah yang besar dengan sedikit pekerja (misalnya: gudang), jalan keluar yang lebih kecil dapat diterima. Tabel 2.2 memuat persyaratan untuk jumlah jalan keluar dan lebar total jalan untuk menyelamatkan diri atau jalan keluar, dengan jumlah orang yang ada di dalam ruang bangunan. Misalnya, tempat atau ruang interior dengan 450 pekerja sekurang-kurangnya harus memiliki 2 pintu keluar, dengan lebar total sekurang-kurangnya 3 meter.
Tabel 3.1. Persyaratan Lebar Total Jalan Untuk Menyelamatkan Diri dan Jumlah Jalan Keluar
3.2.2.9 SUSUNAN SARANA JALAN KE LUAR
Apabila dua eksit atau pintu akses eksit diperlukan, harus ditempatkan satu sama lain
pada jarak minimal ½ jarak maksimum dari diagonal ruangan atau bangunan
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 28
gedung yang dilayaninya di ukur garis lurus dari ujung terdekat dari eksit atau pintu
akses eksit.
Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor, kecuali
diizinkan oleh OBS, dibatasi untuk panjang yang ditentukan dalam seluruh
klasifikasi hunian
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 29
3.2.2.10 EKSIT PELEPASAN
Eksit pelepasan harus ditata dan diberi tanda untuk membuat jelas arah dari jalan ke
luar ke jalan umum.
Komponen eksit pelepasan.
Pintu, tangga, ram, koridor, jalan terusan, jembatan, balkon, eskalator, travelator dan
komponen lain dari eksit pelepasan harus memenuhi persyaratan.
Pelepasan ke atap.
Apabila disetujui oleh OBS, eksit diizinkan untuk pelepasan ke atap atau bagian lain
dari bangunan gedung atau bangunan gedung yang bersebelahan apabila kriteria
berikut terpenuhi:
(1). konstruksi atap/pasangan konstruksi langit-langit mempunyai TKA tidak kurang
sesuai seperti yang disyaratkan untuk ruang eksit terlindung.
(2) tersedia sarana jalan ke luar menerus dan aman dari atap.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 30
3.2.2.11 PENCAHAYAAN DARURAT
Peristiwa kebakaran biasanya disertai dengan padamnya listrik utama. Timbulnya
produk pembakaran berupa asap daat memperburuk keadaan karena kepekatan asap
membuat orang sulit untuk melihat ditambah lagi timbulnya sikap panik dari
penghuni gedung. Oleh karena itu penting disediakan sumber energi cadangan untuk
penerangan darurat (emergency light), baik pada tanda arah jalan keluar maupun
jalur evakuasi. Adapun persyaratan penerangan darurat antara lain sebagai berikut:
a. Lampu Exit/emergency ini harus menyala biasa dalam keadaan normal pada saat terjadi indikasi kebakaran, sinar lampu berwarna kuning
b. Sistem penyalaan Lampu Exit/emergency harus dilengkapi dengan Magnetic Contactor.
c. Gelombang Electromagnetic yang ditimbulkan tidak boleh lebih besar dari 50 Oersted.
d. Lampu Exit dan Emergency dilengkapi dengan : • High Temperature Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu
bekerja selama 3 jam operasi. • Change Over Switch • Converter - Inverter
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 32
Gambar XXX. Tanda arah Photoluminescent
Tanda arah photoluminescent harus di iluminasi menerus saat bangunan gedung
dihuni. Level iluminasi pada tanda arah photoluminescent harus sesuai dengan daftar
yang teruji. Iluminasi harus diisi dengan sumber cahaya yang handal.
3.2.2.12 PENANDAAN SARANA JALAN KE LUAR
Arah jalan keluar harus diberi tanda sehingga dapat terlihat dengan jelas dan dapat
dengan mudah ditemukan. Tanda jalan keluar dan tanda yang menunjukkan jalan
keluar harus mudah terlihat dan terbaca. Tanda jalan keluar yang jelas akan
memudahkan dan mempercepat proses evakuasi karena menghilangkan keraguan
penghuni gedung pada saat terjadinya peristiwa kebakaran (NFPA 101). Tanda
petunjuk arah harus berbentuk tanda gambar atau tulisan yang ditempatkan di lokasi-
lokasi strategis, misalnya di persimpangan koridor atau di lorong-lorong dalam areal
gedung atau bangunan.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 33
Penempatan tanda yang baru haruslah sedemikian sehingga tidak ada titik di dalam
akses eksit koridor melebih jarak pandang atau 30 m, atau kurang dari tanda terdekat.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 34
Gambar 3.1. Penempatan tanda yang berlebihan
(a)
(b)
Gambar 3.1. (a) Penempatan tanda arah eksit yang berlebihan
(b) Penempatan tanda arah eksit yang sesuai
3.2.4. Perhitungan ERP
Ketentuan Teknis menurut Buku Diklat Pengawasan K3 Penanggulangan
Kebakaran, DEPNAKERTRANS 2003
1. Laju alir dalam keadaan normal jumlah rata – rata orang yang kluar dari satu
baris tunggal tiap menit adalah 60 orang. Dalam perencanaan diperhitungkan
40 orang/menit.
2. Durasi Evakuasi :
o Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 2,0 menit.
o Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Sedang : 2,5 menit.
o Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 3,0 menit.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 35
3. Lebar Pintu Minimal : 21 inch selanjutnya unit exit ditetapkan sebagai
berikut :
Dua unit exit = 21’ + 21’
Tiga unit exit = 21’ + 21’ + 18’
Tiga unit exit = 21’ + 21’ + 18’ + 18’ dan seterusnya ditambah 18’
4. Panjang jarak tempuh
- resiko ringan = 30 meter
- resiko sedang = 20 meter
- resiko berat = 15 meter
Contoh Perhitungan :
Contoh soal 1 :
Berapakah jumlah unit pintu darurat untuk mengevakuasi orang sebanyak 350
orang dalam waktu 2,5 menit?
Jawaban : Jumlah orang dibagi 40 orang/menit dikalikan 2.5 menit = � � �
� � x 2,5 =
3,5 = 4 unit pintu darurat.
Contoh soal 2 :
Hitunglah jumlah dan lebar unit exit yang diperlukan pada perusahaan pabrik cat
yang mempekerjakan 240 orang tenaga kerja.
Jawaban :
Pabrik cat termasuk klasifikasi bahaya kebakaran berat, sehingga lamanya
waktu keluar adalah 2 menit
Jumlah unit exit = � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � /� � � � � � � � � � � �
Jumlah = � � � � � � � �
� � � � � /� � � � � � � � � � � � =
� � �
� �
Jumlah = 3 unit exit
Lebar minimal = 21”+21”+18”=50”
Contoh soal 3 :
Pada contoh perhitungan dibawah ini diambilkan studi kasus yang terdapat pada
SFPE Handbook of Fire Protection Engineering Edisi III tahun 2002, pada section 3
chapter 14 hal 3-367 sampai dengan 3-380 sebagai berikut :
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 36
Gambar 3.XXX. Dimensi lantai 1 sampai dengan 9 (300 ft x 80 ft).
Diketahui sebuah gedung dengan bentuk di atas ini :
• Jumlah lantai 9 lantai dimensi 300 ft x 80 ft (91 m x 24 m)
• Jarak antar lantai 12 ft (3,7 m).
• Dua buah tangga di kiri dan kanan langsung menuju ke luar.
• Masing-masing tangga lebar 44 in (1,12 m), dengan handrail 2,5 in (63 mm).
• Anak tangga memiliki tanjakan 7 in (178 mm) dan injakan 11 in (279 mm).
• Lebar landing bordes 8 ft (2,4 m).
• Terdapat pintu menuju ketangga dengan lebar 36 in (0,91 m)
• Pada lantai satu pintu keluar tidak menggunakan tangga.
• Masing-masing lantai memiliki koridor dengan lebar 8 ft (2.4 m), ujung
koridor bertemu dengan pintu masuk ke tangga.
• Jumlah penghuni 300 orang/lantai.
Pertanyaannya: Hitunglah waktu keluar penghuni sampai berada di lantai bawah !
Solusi A:
Dengan mengasumsikan semua orang bergerak tiap lantai maka akan terdapat antrian
pada pintu masuk menuju tangga.
Perkiraan kemampuan dari tangga :
Lebar efektif tangga We = 44 – (2x6) = 32 in (2,66 ft) à lihat tabel 3.14.1
Lebar efektif pintu We = 36 – (2x6) = 24 in (2 ft) à lihat tabel 3.14.1
Tangga Fs = Fsm = 18,5 persons/min/ft à lihat tabel 3.14.5
Fc = Fs x We = 18,5 persons/min/ft x 2,66 ft = 49,2 persons/min
Perkiraan Laju Kapasitas melewati sebuah pintu :
Fs = Fsm = 24 persons/min/ft à lihat tabel 3.14.5
Fc = Fs x We = 24 persons/min/ft x 2 ft = 48 persons/min
Oleh karena laju kapasitas pintu kurang dari laju kapasitas tangga maka laju aliran di
wakili oleh pintu (48 persons/min).
Perkiraan kecepatan pergerakan pada tangga :
S = k-akD à lihat tabel 3.14.2 untuk mendapatkan nilai k dan a
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 37
= 212 – (2,86x212x 0,175) à lihat gambar 3.14.5 untuk mendapatkan nilai D
= 105 ft/min
Jarak lantai ke lantai melewati tangga (Td)
Td = [tinggi lantai x cf (lih. tabel 3.14.3)] + (2 x landing)
= [ 12 x 1,85] + (2 x 8) = 38,2 ft
Waktu tempuh pada tangga = � �
�
= � � ,� � �
� � � � � /� � � = 0,36 min
Gambar 3.XXX. Tangga tiap lantai.
Perkiraan waktu evakuasi pada bangunan
Jika semua penghuni banguan dievakuasi secara bersamaan maka, setiap tangga
dapat dilalui 48 persons/min. Jumlah penghuni 2400 persons (300 persons x 8 lantai),
maka penghuni dilantai dasar membutuhkan 25 menit ((
� � � �
�)� � � � � � �
� � � � � � � � � /� � �) untuk
mencapai exit. Penambahan waktu 0,36 menit dibutuhkan untuk evakuasi dari lantai
2 ke exit. Total minimum waktu yang digunakan untuk evakuasi lantai 2 sampai
dengan lantai 9 adalah 25,4 menit.
Solusi B:
Asumsikan semua penghuni keluar secara bersamaan pada waktu yang sama.
Estimasikan flow density (D), kecepatan (S), spesific flow (Fs), lebar efektif (We)
dan laju perhitungan awal (Fc) untuk tiap lantai. Dengan membagi bangunan menjadi
2 bagian maka :
Pada koridor D = � � � � � � � � � �
(� � � � � � � � � ) = 0,125 persons/ft2.
S = k-akD à lihat tabel 3.14.2 untuk mendapatkan nilai k dan a
S = 275 - (2,86 x 275 x 0,125) = 177 ft/min
Fs = S D = 177 ft/min x 0,125 persons/ft2 = 22 persons/min/ft
Fsm = 24 persons/min/ft à lihat tabel 3.14.5
Fs < Fsm maka yang digunakan Fs
Lebar efektif koridor We = 8 – (2x�
� �) = 7 ft à lihat tabel 3.14.1
8 ft
12 ft
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 38
Fc = Fs x We = 22 persons/min/ft x 7 ft = 154 persons/min
Estimasi tabrakan di pintu masuk tangga pada laju keluar
Lebar efektif pintu We = 36 – (2x6) = 24 in (2 ft) à lihat tabel 3.14.1
Fsm = 24 persons/min/ft (doorway) à lihat tabel 3.14.5
� � (� � � � ) =� � (� � � � � � � � )� � � (� � � � � � � � )
� � (� � � � ) =
� � � �
� = 77 persons/min/ft
Fsm < Fs maka yang digunakan Fsm
Fc = Fsm x We = 24 persons/min/ft x 2 ft = 48 persons/min.
Oleh karena Fc koridor = 154 persons/min > Fc pintu = 48 persons/min maka
terjadilah antrian sebesar 154 persons/min - 48 persons/min = 106 persons/min.
Estimasi tabrakan di tangga pada laju keluar
Lebar efektif tangga We = 44 – (2x6) = 32 in (2,66 ft) à lihat tabel 3.14.1
Fsm = 18,5 persons/min/ft (Stairs riser 7 in dan tread 11 in) à lihat tabel 3.14.5
� � (� � � � � � � � ) =� � (� � � � )� � � (� � � � )
� � (� � � � � � � � ) =
� � � �
� ,� � = 18 persons/min/ft
Fs < Fsm maka yang digunakan Fs
Fc = Fs x We = 18 persons/min/ft x 2,66 ft = 47,88 persons/min. Atar lantai ke lantai
Gunakan gambar 3.14.4 atau rumus 5 dan tabel 3.14.2 untuk mendapatkan
� (� � � � � � � � ) sebesar 0,146 persons/ft2 diperoleh dari :
Catatan : Fs = (1-a.D).k.D
18 = (1-2,86.D).2,86.D
18 = 212.D – 606,32.D2
àGunakan Rumus ABC
X1.2 = � � ±√ � � � � � �
� �
X1 = 0,204 dan X2 = 0,146 àpilih yang terkecil
� (� � � � � � � � )= k-akD = 212 - (2,86 x 212 x 0,146) = 123 ft/min
Jarak lantai ke lantai melewati tangga (Td)
Td = [tinggi lantai x cf (lih. tabel 3.14.3)] + (2 x landing)
= [ 12 x 1,85] + (2 x 8) = 38,2 ft
Waktu tempuh pada tangga = � �
�
= � � ,� � �
� � � � � /� � � = 0,31 min (19 s)
Fc = Fs x We = 18 persons/min/ft x 2,66 ft = 48 persons/min.
Setelah 0,31 menit atau 19 detik, 15 orang (48 persons/min x 0,31 min) berada di
tangga, sehingga bila lantai 2 sampai dengan 9 maka ada 8 x 15 = 120 persons di
seluruh tangga.
Estimasi tabrakan pada penggabungan dari laju tangga dan laju pintu masuk tangga
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 39
� � (� � � � � � � � � � � � ) =� � � � (� � � � ) � � � (� � � � ) � + [18� 2,66]�
2,66
� � (� � � � � � � � � � � � ) ={[� � � � ]� [� � � � ,� � ]}
� ,� � =36 persons/min/ft
Fsm = 18,5 persons/min/ft (Stairs riser 7 in dan tread 11 in) à lihat tabel 3.14.5
Fsm < Fs maka yang digunakan Fsm
Fc = Fs x We = 18,5 persons/min/ft x 2,66 ft = 49,21 persons/min.
Laju jalan keluar
Dengan menganggap semua orang memiliki laju kecepatan 177 ft/min, semua
penghuni bisa diasumsikan mencapai tangga selama 30 detik. Pada saat 30 detik
pertama laju penghuni melewati pintu menuju tangga, dengan Fc = 48 person/min
lalu 19 detik kemudian (49 detik dari awal) 120 persons berada di dalam seluruh
tangga, dan 135 persons mengantri di pintu masuk tangga.
Mengingat 135 persons mengantri di pintu masuk tangga, lalu akan melewati pintu
dengan Fc = 48 person/min. Rata – rata waktu penghuni turun di tangga selama 19
detik/lantai. Maka :
• Saat 218 detik (3,6 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 9.
• Saat 237 detik (4,0 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 8.
• Saat 401 detik (6,7 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 8.
• Saat 420 detik (7,0 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 7.
• Saat 584 detik (9,7 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 7.
• Saat 603 detik (10,1 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 6.
• Saat 767 detik (12,8 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 6.
• Saat 786 detik (13,1 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 5.
• Saat 950 detik (15,8 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 5.
• Saat 969 detik (16,2 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 4.
• Saat 1133 detik (18,9 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 4.
• Saat 1152 detik (19,2 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 3.
• Saat 1316 detik (21,9 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 3.
• Saat 1335 detik (22,3 min) aliran akhir penghuni mencapai lantai 2.
• Saat 1499 detik (25,0 min) semua orang telah dievakuasi dari lantai 2.
• Saat 1518 detik (25,3 min) semua orang telah dievakuasi dari gedung.
Catatan : � � � � � � � � � �
� � ,� � � � � � � � � /� � �+
� � � � � � �
� � = 3,6 min
237 detik – 218 detik = 19 detik à
401 detik – 237 detik = 164 detik à �� � � � � � � � � �
� � ,� � � � � � � � � /� � ��
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 40
3.2.5. Validasi Perhitungan dengan Software Pathfinder
Kata simulasi berasal dari kata simulate yang artinya meniru. Maka teknik simulasi
adalah teknik untuk meniru dimana hasilnya disebut simulator.
Pathfinder Simulator
Pathfinder adalah sebuah simulator yang menentukan pergerekan manusia beserta
jalur yang ditempuhnya. Software ini berasal dari salah satu publisher di Amerika,
Thunderhead Engineering. Software ini mampu menyajikan perangkat visualisasi
untuk penganalisa hasil sebuah interface pengguna grafis untuk desain simulasi dan
eksekusi sebaik 2 dimensi dan 3 dimensi. Pathfinder termasuk sebuah interface
pengguna grafis yang digunakan terutama untuk membuat dan menjalankan model
simulasi. Sebuah screenshot dari interface pengguna ini dtampilkan pada gambar
berikut ini :
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 41
3.3. Referensi 1). SNI 03 – 1736 – 2000 tentang Tata Cara Proteksi Pasif Bahaya Kebakaran.
2). Life Safety Code, NFPA 101, 2006 Edition.
3). SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002.
4). Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire
management). Jakarta: Dian Rakyat
5). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.
Jakarta, 2008.
6). SNI 03 – 6574 – 2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung.
7). SNI 03 – 1746 – 2000 tentang Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana
jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
8). Menteri Negara Pekerjaan umum. Keputusan Menteri No.10/KPTS/2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan. Jakarta, 2000.
9). Yunita, Puspa (2011), Evaluasi efektivitas koridor sebagai sarana evakuasi saat
terjadi bahaya kebakaran, Skripsi Arsitektur, Universitas Indonesia.
10). Indaryana P.K., Mochammad (2014), Perancangan sistem evakuasi dan
pembuatan simulasi sistem evakuasi menggunakan software pathfinder, Tugas
Akhir Teknik K3, PPNS.
11). Panduan Kesehatan dan Keselamatan, Adidas Group, diakses tanggal 16 Februari 2016.
12). Fire Safety Risk Assesment Educational Premises, Department for Communities
and Local Government, 2006. ISBN 978 1 85112 819 8.
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 42
13). Gambar Konstruksi Bangunan Semester 4, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri, 2013.
3.4. Latihan Soal
1). Sebutkan dan jelaskan 10 kelas bangunan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.26/PRT/M/2008 !
2). Sebutkan persyaratan penulisan ukuran “EXIT” dan “BUKAN EXIT” menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 !
3). Jelaskan langkah-langkah yang perlu Saudara lakukan apabila ditempat Saudara
terjadi kebakaran !
4). Sebutkan type dasar rute untuk penyelamatan/evakuasi yang Saudara ketahui ! 5). Pedoman prosedur darurat dalam peristiwa kebakaran meliputi apa saja. Uraikan
jawaban Saudara!
6). Hitunglah kebutuhan Unit Exit, lebar minimal dan waktu evakuasi pada
bangunan di bawah ini :
3.5. Lembar Kerja .........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 43
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
MODUL 3. ERP
MODUL AJAR SPPK 44
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
3.6. Jawaban
Selamat mengerjakan