spondilitis final

Upload: frincia

Post on 10-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    1/15

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    2/15

    Anatomi vertebrae

    Vertebra tipikal terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

    Korpus vertebra, terletak di anterior, berfungsi untuk menjaga untuk

    menyangga berat badan Arkus vertebra, terletak di posterior, menutup foramen vertebra. Di dalam

    foramina vertebral terdapat kanal vertebral tempat medula spinalis. Fungsi dari

    arkus vertebra untuk melindungi medulla spinalis. Arkus vertebra terdiri dari

    dua pedikel melingkar, satu dari korpus, dan dua plat datar yang disebut

    laminae yang menyatu di garis tengah posterior.

    Tiga prosesus, dua transversus dan satu spinosus, merupakan tempat

    perlekatan otot dan membantu pergerakan vertebra.

    Empat prosesus artikularis, dua superior dan dua inferior, masing-masing

    mempunyai articular facet. Prosesus artikularis terproyeksi ke superior dan

    inferior dari arkus vertebra. Arah dari artikular facet menentukan pergerakan

    alami dari vertebra dan mencegah vertebra terjatuh ke anterior.

    Etiologi dan Faktor Predisposisi

    Penyebab penyakit Tb Tulang adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Bakteri

    ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan

    Asam (BTA). Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

    Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada

    anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.

    Pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini

    akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.Meningkatnya penularan infeksi banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan,

    antara lain:

    -memburuknya kondisi sosial ekonomi

    -belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat

    -meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal

    -daya tahan tubuh yang lemah/menurun,

    -asupan nutrisi yang buruk

    Kuman Tuberkulosis hidup dan berkembang biak pada tekanan O2 sebesar

    140 mm H2O diparu dan dapat hidup di luar paru dalam lingkungan mikroaerofilik.

    Droplet infeksius secara inhalasi masuk ke alveolus menimbulkan bronkopneumonia

    non spesifik yang merupakan fokus primer.

    Penularan penyakit TB biasanya melalui udara dengan inhalasi droplet

    nukleus yang mengandung basil tuberkulosis berukuran 1-5 mikro meter yang dapat

    melewati atau menembus sistem mukosilier saluran nafas, sehingga dapat mencapai

    dan bersarang di bronkiolus dan alveolus. Kuman TB menyebar dari seorang

    penderita TB paru terbuka kepada orang lain

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    3/15

    Patofisiologi Spondilitis TB

    Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran hematogen

    atau penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau melalui jalur limfatik ke

    tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar tulang belakang.

    Pada penampakannya, fokus infeksi primer tuberkulosa dapat bersifat tenang. Sumber

    infeksi yang paling sering adalah berasal dari sistem pulmoner dan genitourinarius.

    Pada anak-anak biasanya infeksi tuberkulosa tulang belakang berasal dari

    fokus primer di paru-paru sementara pada orang dewasa penyebaran terjadi dari fokus

    ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil).

    Penyebaran basil dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang

    memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian

    bawah vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui pleksus

    Batsons yang mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan banyak vertebra

    yang terkena. Hal inilah yang menyebabkan pada kurang lebih 70% kasus, penyakit

    ini diawali dengan terkenanya dua vertebra yang berdekatan, sementara pada 20%

    kasus melibatkan tiga atau lebih vertebra.

    Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk spondilitis:

    (1) Peridiskal / paradiskal

    Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di

    bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan padaorang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus. Terbanyak

    ditemukan di regio lumbal.

    (2) Sentral

    Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga

    disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering

    menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga

    menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang

    bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.

    (3) Anterior

    Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas

    dan dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanyascallopedkarena erosi di

    bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga disebabkan

    karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses prevertebral dibawah

    ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari suplai

    darah vertebral.

    (4) Bentuk atipikal :

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    4/15

    Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat

    diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan

    keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis tanpa

    keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan

    spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior. Insidensituberkulosa yang melibatkan elemen posterior tidak diketahui tetapi diperkirakan

    berkisar antara 2%-10%.

    tuberkulosa pada awalnya mengenai tulang cancellous dari vertebra. Area

    infeksi secara bertahap bertambah besar dan meluas, berpenetrasi ke dalam korteks

    tipis korpus vertebra sepanjang ligamen longitudinal anterior, melibatkan dua atau

    lebih vertebrae yang berdekatan melalui perluasan di bawah ligamentum longitudinal

    anterior atau secara langsung melewati diskus intervertebralis. Terkadang dapat

    ditemukan fokus yang multipel yang dipisahkan oleh vertebra yang normal, atau

    infeksi dapat juga berdiseminasi ke vertebra yang jauh melalui abses paravertebral.

    Terjadinya nekrosis perkijuan yang meluas mencegah pembentukan tulang

    baru dan pada saat yang bersamaan menyebabkan tulang menjadi avascular sehingga

    menimbulkan tuberculous sequestra, terutama di regio torakal. Discus

    intervertebralis, yang avaskular, relatif lebih resisten terhadap infeksi tuberkulosa.

    Penyempitan rongga diskus terjadi karena perluasan infeksi paradiskal ke dalam ruang

    diskus, hilangnya tulang subchondral disertai dengan kolapsnya corpus vertebra

    karena nekrosis dan lisis ataupun karena dehidrasi diskus, sekunder karena perubahan

    kapasitas fungsional dari end plate. Suplai darah juga akan semakin terganggu dengan

    timbulnya endarteritis yang menyebabkan tulang menjadi nekrosis.

    Destruksi progresif tulang di bagian anterior dan kolapsnya bagian tersebut

    akan menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat badan

    sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dengan sendi intervertebral dan

    lengkung syaraf posterior tetap intak, jadi akan timbul deformitas berbentuk kifosis

    yang progresifitasnya (angulasi posterior) tergantung dari derajat kerusakan, level lesi

    dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah timbul deformitas ini, maka hal tersebut

    merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah meluas.

    Di regio torakal kifosis tampak nyata karena adanya kurvatura dorsal yangnormal; di area lumbar hanya tampak sedikit karena adanya normal lumbar lordosis

    dimana sebagian besar dari berat badan ditransmisikan ke posterior Sehingga akan

    terjadi parsial kolaps; sedangkan di bagian servikal, kolaps hanya bersifat minimal,

    kalaupun tampak hal itu disebabkan karena sebagian besar berat badan disalurkan

    melalui prosesus artikular(3). Dengan adanya peningkatan sudut kifosis di regio

    torakal, tulang-tulang iga akan menumpuk menimbulkan bentuk deformitas rongga

    dada berupa barrelchest.

    Proses penyembuhan kemudian terjadi secara bertahap dengan timbulnya

    fibrosis dan kalsifikasi jaringan granulomatosa tuberkulosa. Terkadang jaringan

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    5/15

    fibrosa itu mengalami osifikasi, sehingga mengakibatkan ankilosis tulang vertebra

    yang kolaps.

    Pembentukan abses paravertebral terjadi hampir pada setiap kasus. Dengan

    kolapsnya korpus vertebra maka jaringan granulasi tuberkulosa, bahan perkijuan, dan

    tulang nekrotik serta sumsum tulang akan menonjol keluar melalui korteks dan

    berakumulasi di bawah ligamentum longitudinal anterior. Coldabcesss ini kemudian

    berjalan sesuai dengan pengaruh gaya gravitasi sepanjang bidang fasial dan akan

    tampak secara eksternal pada jarak tertentu dari tempat lesi aslinya.

    Di regio lumbal abses berjalan sepanjang otot psoas dan biasanya berjalan

    menuju lipat paha dibawah ligamen inguinal. Di regio torakal, ligamentum

    longitudinal menghambat jalannya abses, tampak pada radiogram sebagai gambaran

    bayangan berbentuk fusiform radioopak pada atau sedikit dibawah level vertebra yang

    terkena, jika terdapat tegangan yang besar dapat terjadi ruptur ke dalam mediastinum,

    membentuk gambaran abses paravertebral yang menyerupai sarang burung.

    Terkadang, abses torakal dapat mencapai dinding dada anterior di area parasternal,

    memasuki area retrofaringeal atau berjalan sesuai gravitasi ke lateral menuju bagian

    tepi leher.

    Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit neurologis dapat timbul pada

    pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Kompresi syaraf sendiri dapat terjadi karena

    kelainan pada tulang (kifosis) atau dalam canalis spinalis (karena perluasan langsung

    dari infeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan dari tulang (seperti epidural granuloma,

    intradural granuloma, tuberculous arachnoiditis).

    Salah satu defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia yang

    dikenal dengan nama Potts paraplegia. Paraplegia ini dapat timbul secara akut

    ataupun kronis (setelah hilangnya penyakit) tergantung dari kecepatan peningkatan

    tekanan mekanik kompresi medula spinalis. Pada penelitian yang dilakukan Hodgson

    di Cleveland, paraplegia ini biasanya terjadi pada pasien berusia kurang dari 10 tahun

    (kurang lebih 2/3 kasus) dan tidak ada predileksi berdasarkan jenis kelamin untuk

    kejadian ini.

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    6/15

    Gambaran Klinis

    Gambaran Spondylitis Tuberkulosa antara lain : :

    Badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun,

    Suhu subfebril terutama pada malam hari serta sakit pada punggung, Pada

    anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.

    Pada awal dapat dijumpai nyeri interkostal yaitu nyeri yang menjalar dari

    tulang belakang ke garis tengah keatas dada melalui ruang intercosta, hal ini

    karena tertekannya radiks dorsalis ditingkat torakal

    Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal.

    Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus karena proses destruksi lanjut

    berupa:

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    7/15

    Paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radiks saraf, akibat penekanan medulla

    spinalis yang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan dan nyeri,

    Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai bersifat UMN dan adanya batas

    deficit sensorik setinggi tempat gibus/lokalisasi nyeri interkostal

    Diagnosis

    Pemeriksaan Fisik

    Nyeri dan kaku pada punggung

    Deformitas pada punggung (Gibbus)

    Pembengkakan setempat (abscess)

    Kelemahan/kelumpuhan extremitas (defisit neurologis)

    Adanya tanda dan gejala sistemik proses tbc

    Hiperreflesia tendon lutut/Achilles dan reflex patologik pada kedua belah sisi

    Batas deficit sensorik akibat mielitis transversa dan gangguan miksi jarang dijumpai

    Spondylitis korpus vertebra dibagi menjadi tiga bentuk :

    1. Pada bentuk sentral.

    Detruksi awal terletak di sentral korpus vertebra, bentuk ini sering ditemukan pada

    anak.

    2. Bentuk paradikus.

    Terletak di bagian korpus vertebra yang bersebelahan dengan diskus

    intervertebral, bentuk ini sering ditemukan pada orang dewasa.

    3. Bentuk anterior vertebra bagian anterior, merupakan penjalaran per kontinuitatum

    dari vertebra di atasnya dengan lokus awal di korpus.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis, tetapi hal ini tidak dapat

    digunakan untuk uji tapis. Al-marri melaporkan 144 anak dengan Spondylitis

    tuberkulosis didapatkan 33 % anak dengan laju endap darah yang normal.

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    8/15

    Uji Mantoux positif

    Pada pewarnaan Tahan Asam dan Pemeriksaan biakan kuman mungkin

    ditemukan mikobakterium

    Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.

    Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel

    Pungsi lumbal., harus dilakukan dengan hati-hati, karena jarum dapat

    menembus masuk abses dingin yang merambat ke daerah lumbal. Akan

    didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah, test Queckenstedt

    menunjukkan adanya blokade sehingga menimbulkan sindrom Froin yaitu

    kadar protein likuor serebrospinalis amat tinggi hingga likuor dapat secara

    spontan membeku.

    Peningkatan CRP ( C-Reaktif Protein ) pada 66 % dari 35 pasien spondylitis

    tuberkulosis yang berhubungan dengan pembentukan abses.

    Pemeriksaan serologi didasarkan pada deteksi antibodi spesifik dalam

    sirkulasi.

    Pemeriksaan dengan ELISA ( Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay )

    dilaporkan memiliki sensitivitas 60-80 % , tetapi Pemeriksaan ini

    menghasilkan negatif palsu pada pasien dengan alergi.Pada populasi denganendemis tuberkulosis,titer antibodi cenderung tinggi sehingga sulit mendeteksi

    kasus tuberkulosis aktif.

    Identifikasi dengan Polymerase Chain Reaction ( PCR ) masih terus

    dikembangkan. Prosedur tersebut meliputi denaturasi DNA kuman

    tuberkulosis melekatkan nucleotida tertentu pada fragmen DNA , amplifikasi

    menggunakanDNA polymerase sampai terbentuk rantai DNA utuh yang dapat

    diidentifikasi dengangel.

    Pada Pemeriksaan mikroskopik dengan pulasan Ziehl Nielsen membutuhkan 10

    basil permililiter spesimen, sedangkan kultur membutuhkan 10 basil permililiter

    spesimen. Kesulitan lain dalam menerapkan Pemeriksaan bakteriologik adalah

    lamanya waktu yang diperlukan. Hasil biakan diperoleh setelah 4-6 minggu dan hasil

    resistensi baru diperoleh 2-4 minggu sesudahnya.Saat ini mulai dipergunakan system

    BATEC ( Becton Dickinson Diagnostic Instrument System ), Dengan system ini

    identifikasi dapat dilakukan dalam 7-10 hari. Kendala yang sering timbul adalah

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    9/15

    kontaminasi oleh kuman lain, masih tingginya harga alat dan juga karena system ini

    memakai zat radioaktif maka harus dipikirkan bagaimana membuang sisa-sisa

    radioaktifnya.

    Pemeriksaan Radiologis:

    Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru. Hal ini

    sangat diperlukan untuk menyingkirkan diagnosa banding penyakit yang lain

    Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus

    vertebra, disertai penyempitan discus intervertebralis yang berada di antara

    korpus tersebut dan mungkin dapat ditemukan adanya massa abses

    paravertebral. Pada foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk

    sarang burung (birds net), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah

    lumbal abses terlihat berbentuk fusiform. Pada stadium lanjut terjadi destruksi

    vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis.

    Dekalsifikasi suatu korpus vertebra (pada tomogram dari korpus tersebut

    mungkin terdapat suatu kaverne dalam korpus tersebut) oleh karena itu maka

    mudah sekali pada tempat tersebut suatu fraktur patologis. Dengan demikian

    terjadi suatu fraktur kompresi, sehingga bagian depan dari korpus vertebra itu

    adalah menjadi lebih tipis daripada bagian belakangnya (korpus vertebra jadi

    berbentuk baji) dan tampaklah suatu Gibbus pada tulang belakang itu.

    Dekplate korpus vertebra itu akan tampak kabur (tidak tajam) dan tidak

    teratur.

    Diskus Intervertebrale akan tampak menyempit.

    Abses dingin. (2,3,7)

    Foto Roentgen, abses dingin itu akan tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk kumparan (Spindle). Spondylitis ini paling sering ditemukan pada

    vertebra T8-L3 dan paling jarang pada vertebra C1-2.

    Pemeriksaan CT scan

    o CT scan dapat memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi

    irreguler, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.

    o Mendeteksi lebih awal serta lebih efektif untuk menegaskan bentuk dan

    kalsifikasi dari abses jaringan lunak.

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    10/15

    Pemeriksaan MRI

    o Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra dan osteomielitis tulang

    belakang.

    o Menunjukkan adanya penekanan saraf.

    Dilaporkan 25 % dari pasien mereka memperlihatkan gambaran proses infeksi pada

    CT-Scan dan MRI yang lebih luas dibandingkan dengan yang terlihat dengan foto

    polos.CT-Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak . Selain itu

    CT-Scan dapat digunakan untuk memandu prosedur biopsi.

    Penatalaksanaan

    Tujuan penatalaksanaan terhadap tuberkulosis pada vertebra ini adalah untuk

    menghilangkan kuman penyebab, mencegah deformitas dan komplikasi berupa

    paraplegi.

    Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan

    sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah

    paraplegia.

    Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :

    1. Pemberian obat antituberkulosis2. Dekompresi medulla spinalis

    3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi

    4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)

    Pengobatan terdiri atas :

    1. Terapi konservatif berupa:

    a. Tirah baring (bed rest)

    b. Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra

    c. Memperbaiki keadaan umum penderita

    d. Pengobatan antituberkulosa

    Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :

    Kategori 1

    Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2

    tahap ;

    Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan

    Pirazinamid 1.500 mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    11/15

    (60 kali).

    Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu

    (intermitten) selama 4 bulan (54 kali).

    Kategori 2

    Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,

    termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam

    2 tahap yaitu :

    Tahap I diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450

    mg, Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan

    setiap hari , Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan

    obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).

    Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol

    1250 mg. Obat diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan

    (66 kali).

    Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita

    bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis

    berupa nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan

    adanya union pada vertebra.

    2. Terapi operatif

    Indikasi operasi yaitu:

    Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malahsemakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan,

    setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.

    Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka

    dan sekaligus debrideman serta bone graft.

    Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun

    pemeriksaan

    CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.

    Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi

    penderita tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih

    memegang peranan penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses

    (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.

    Abses Dingin (Cold Abses)

    Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat

    terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar

    dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    12/15

    a. Debrideman fokal

    b. Kosto-transveresektomi

    c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.

    Paraplegia

    Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:

    a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata

    b. Laminektomi

    c. Kosto-transveresektomi

    d. Operasi radikalOsteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

    Operasi kifosis

    Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,. Kifosis

    mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan

    operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.

    Penatalaksanaan terhadap penyakit tuberkulosis meliputi:

    Konservatif: tuberkulostatik (rifampisin, isoniazid dan etambutol), diet

    yang bergizi, bed rest di papan keras

    Operatif: bedah kostotransversektomi berupa debridement untuk

    mengeluarkan pus, sequester yang mengandung tuberkulosis dan

    mengganti tulang yang terinfeksi dengan bone graft. Penatalaksanaan

    operatif dilakukan bila sudah terjadi defisit neurologis, deformitas berat,dan tidak adanya respons terhadap obat-obatan.

    Apabila fasilitas tidak memadai maka terapi dengan OAT yang adekuat

    dan pemakaian spinal brace/gips sudah cukup.

    Komplikasi

    Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Potts

    paraplegia yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural

    oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan

    bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan

    granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.

    Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab

    paraplegi ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun

    sequester membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis

    dan saraf.

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    13/15

    Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra

    torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan

    pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas

    abses yang merupakan cold abscess.

    Diagnosis Banding

    Spondilitis tuberkulosis harus dibedakan dari poliomyelitis, penyakit paru

    dengan empiema, rheumatoid arthritis, gout, dan fraktur kompresi pada vertebra yang

    traumatic ataupun akibat tumor.

    Prognosis

    Prognosis spondilitis tuberkulosis tergantung pada cepatnya dilakukan terapi,

    sensitivitas kuman tuberkulosis terhadap obat anti tuberkulosis dan ada tidaknya

    komplikasi neurologik. Untuk spondilitis dengan paraplegia awal, prognosis untuk

    kesembuhan sarafnya lebih baik, sedangkan spondilitis dengan paraplegia akhir,

    prognosisnya kurang baik.

    Diagnosis sedini mungkin, dan dengan pengobatan yang tepat, prognosisnya

    baik meskipun tanpa tindakan operatif. Penyakit dapat kambuh jika pengobatan tidak

    teratur atau tidak dilanjutkan setelah beberapa saat, yang dapat menyebabkan

    terjadinya resistensi terhadap pengobatan.

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    14/15

    SPONDILITIS

    TUBERKULOSIS

    Disusum Oleh :

    Kelompok 3 :

    Ivana Las Maria Sagala (08-006)

    Christy Imelda (08-007)

    Dwi Indah Setyowati ( 08-020)

    Andhiyatno Ermandaka (08-055)

    Arini Harliana (08-106)

    Charles Hasudungan Siregar (08-141)

    Frincia Bunga R.A (08-052)

    Lisda Putri Nurcahaya (08-103)

    Anindita Dyah Larasati (08-148)

    Putu Tara Judica (08-186)

    Kezia Theodora Sonya (07-157)

    Tutor Pembimbing : dr. Jurita

  • 8/8/2019 Spondilitis Final

    15/15

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia