askep spondilitis ankilosis

36
ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS BAB I PENDAHULUAN 1 . LATAR BELAKANG Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalahMarie Strumpell disease atau Bechterew's disease1-2. Penyakit ini termasuk jarang dan insidensnya sebanding dengan artritis rematoid. Sekitar 20% donor darah dengan HLA-B27 menderita kelainan sakroilitis. Manifestasi biasanya dimulai pada masa remaja dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita (5 : 1). Angka kekerapan bervariasi antara 1,0-- 4,7%.3-7. Dalam makalah ini, akan dibahas penanganan spondilitis ankilosis. Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus ditempat lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini

Upload: m-nurcholis

Post on 09-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

huhkjh

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

 BAB I

PENDAHULUAN

1 . LATAR BELAKANG

Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik,

ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra)

dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer,

sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan

fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini.

Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang

gejalanya ringan. Nama lain SA adalahMarie Strumpell disease atau Bechterew's disease1-2.

Penyakit ini termasuk jarang dan insidensnya sebanding dengan artritis rematoid. Sekitar

20% donor darah dengan HLA-B27 menderita kelainan sakroilitis. Manifestasi biasanya dimulai

pada masa remaja dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita (5 : 1).

Angka kekerapan bervariasi antara 1,0--4,7%.3-7. Dalam makalah ini, akan dibahas penanganan

spondilitis ankilosis.

Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh

mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus ditempat

lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulnag belakang yang terjadi,

sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott. (Rasjad, 1998).

Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit neurologis.

Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling jarang pada vertebra

C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang menyerang arkus

vertebra (Mansjoer, 2000).

Penyakit Pott adalah osteomielitis tuberculosis yang mengenai tulang belakang. (Brooker. 2001)

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan

peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan oleh mikobakterium

Page 2: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

tuberkulosa.

Tuberkulosis yang muncul pada tulang belakang merupakan tuberkulosis sekunder yang

biasanya berasal dari tuberkulosis ginjal. Berdasarkan statistik, spondilitis tuberkulosis atau

Pott’s disease paling sering ditemukan pada vertebra torakalis segmen posterior dan vertebra

lumbalis segmen anterior (T8-L3), coxae dan lutut serta paling jarang pada vertebra C1-2.

(1,2,3,4)

Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa nyeri

punggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila sudah timbul abses

ataupun kifosis

2 . TUJUAN PENULISAN

  Mahasiswa Dapat Memahami Konsep Penyakit Spondilitis Ankilosa & Spondilitis TB

  Mahasiswa Dapat Mengerti Tentang Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Spondilitis

Ankilosa & Spondilitis TB

  Mahasiswa Dapat Mengaplikasikan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal: Spondilitis Ankilosa & Spondilitis TB

BAB II

TINJAUAN TEORI

I . KONSEP MEDIS

I.1 Spondilitis Ankylosing

A . Defenisi

Page 3: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

Spondilitis ankilosis adalah suatu penyakit peradangan kronik progresif yang terutama

menyerang sendi sakroiliaka dan sendi-sendi tulang belakang. Dengan semakin berkembangnya

penyakit pada tulang belakang, maka jaringan lunak paravertebra dan sendi kostovertebralis

mungkin terserang juga (Price & Wilson, 1985),  Sedangkan depkes (1995) mendefenisikan

spondilitas sebagai suatu peradangan kronis yang menimbulkan kekakuan dan biasanya

gangguan bersifat progresif pada sendi sakro iliaka dan sendi panggul, sendi-sendi sinovial pada

spinal dan jaringan-jaringan lunak di spinal.

B. Etiologi

            Etiologi Patogenesis pada SA tidak begitu dipahami, tetapi SA merupakan penyakit yang

diperantari olehsistem imun, dibuktikan dengan adnya peningkatan IgA dan berhubungan erat

dengan HLA B27.Secara imunologi terdapat interaksi antara class I HLA molecule B27 dan

Limfosit T. Tumor necrosis factor (TNF-) teridentifikasi sebagai pengatur sitokin.

Kecenderungan terjadinya SA dipercayai sebagai penyakit yang diturunkan secara genetik, dan

mayoritas (hampir 90%) penderita SA lahir dengan suatu gen yang disebut dengan HLA B27.

Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya HLA B27 gene marker 

yang dapat menjelaskan adanya hubungan HLA B27 dengan SA. Adanya gen HLA B27 ini

hanya menunjukan adanya kecenderungan yang meningkat terhadap terjadinya SA ini meskipun

ada faktor lain yang mempengaruhi seperti lingkungan.Akhir-akhir ini, dua gen lain telah

teridentifikasi berhubungan dengan SA, yaitu ARTS1 dan Il23R yangmempunyai peran dalam

mempengaruhi fungsi imunitas.

C. Patofisiologi

Spondilitis ankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang

belakang dan ligamen – ligamen para vertebral. Apabila diskusvertebral \is juga terinvasi oleh

jaringan vaskular dan fibrosa maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur

artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra

dengan vertebra lainnya.Jaringan sinovial disekitar sendi yang terserang akan

meradang .Penyakit jantung juga dapat timbul bersamaan dengan penyakit ini.

D. Insidensi

Page 4: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

Penyakit ini termasuk jarang dan insidensnya sebanding dengan artritis rematoid. Sekitar

20% donor darah menderita kelainan sakroilitis. Manifestasi biasanya dimulai pada masa remaja

dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita (5 : 1). Angka kekerapan

bervariasi antara 1,0--4,7%.

E. Manifestasi Klinik

1. Gejala utama SA adalah adanya sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan nyeri

hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha

2. Gejala klinik SA dapat dibagi dalam manifestasi skeletal dan ekstraskeletal.

a. Manifestasi skeletal berupa artritis aksis, artritis sendi panggul dan bahu, artritis perifer,

entensopati, osteoporosis, dan fraktur vertebra. Keluhan yang umum dan karakteristik awal

penyakit ialah nyeri pinggang dan sering menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3

bulan, disertai dengan kaku pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan aktivitas fisik atau

bila dikompres air panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat

unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah

pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan

bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan

menambah gejala nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku pinggang merupakan keluhan dari

75% kasus di klinik. Nyeri tulang juksta-artikular dapat menjadi keluhan utama, misalnya entesis

yang dapat menyebabkan nyeri di sambungan kostosternal, prosesus spinosus, krista iliaka,

trokanter mayor, tuberositas tibia atau tumit. Keluhan lain dapat berasal dari sendi kostovertebra

dan manubriosternal yang menyebabkan keluhan nyeri dada, sering disalahdiagnosiskan sebagai

angina.

b. Manifestasi ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru, dan amiloidosis. Manifestasi di luar

tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda ekuina. Manifestasi di luar tulang

yang paling sering adalah uveitis anterior akut, biasanya unilateral, dan ditemukan 25--30% pada

penderita SA dengan gejala nyeri, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Manifestasi pada

jantung dapat berupa aorta insufisiensi, dilatasi pangkal aorta, jantung membesar, dan gangguan

konduksi. Pada paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun menderita SA, dengan

Page 5: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

lokasi pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-bercak linier pada pemeriksaan

radiologis, menyerupai tuberkulosis

3. Keluhan konstitusional biasanya sangat ringan, seperti anoreksia, kelemahan, penurunan berat

badan, dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit.

F. Pemeriksaan Fisik

Pada stadium awal dapat ditemukan tanda sakroilitis yang ditandai dengan nyeri tekan pada

sendi sakroiliaka. Stadium berikutnya, rasa nyeri dapat hilang karena peradangan diganti dengan

fibrosis dan atau dengan ankilosis. Pada stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak vertebra ke

semua arah yang dapat dinilai dengan gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi, dan rotasi.

Uji Schober sangat berguna untuk menilai keterbatasan sendi. Pemeriksa harus memperhatikan:

1. Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra.

2. Menurunnya mobilitas spinal ke arah anterior dan lateral.

3. Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila membungkuk

4. Berkurangnyaekspansidada

5. Nyeri di daerah prosesus spinosus torakolumbal, persendian sakroiliaka dan daerah sternum,

klavikula, krista iliaka, atau tumit.

Uji Scober dilakukan dengan posisi berdiri tegak, kemudian dibuat tanda titik pada kulit di atas

prosesus spinosus vertebra lumbal lima, kurang lebih setinggi spina iliaka posterior superior, dan

titik kedua 10 cm di atas titik pertama. Penderita diminta membungkukkan punggungnya tanpa

menekuk lutut. Normalnya, jarak kedua titik akan bertambah 5 cm atau lebih. Apabila kurang

dari 15 cm menunjukkan adanya keterbatasan gerak. Pemeriksaan ekspansi rongga dada

dilakukan dengan cara mengambil selisih jarak antara inspirasi dan ekspirasi maksimal, diukur

pada sela iga4. Normalnya, selisih ini 6—10cm.

G. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah ditemukan pada 75%

kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit kurang kuat. Serum C reactive

protein (CRP) lebih baik digunakan sebagai petanda keaktifan penyakit. Kadang-kadang,

ditemukan peninggian IgA. Faktor rematoid dan ANA selalu negatif. Cairan sendi memberikan

Page 6: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

gambaran sama pada inflamasi. Anemia normositik-normositer ringan ditemukan pada 15%

kasus. Pemeriksaan HLA - B27 dapat digunakan sebagai pembantu diagnosis.

H. Pemeriksaan Radiologi

Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial, terutama pada sendi

sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan kostotransversal. Perubahan pada sendi

S2 bersifat bilateral dan simetrik, dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkonral, diikuti

erosi yang memberi gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi penyempitan celah

sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi. Setelah beberapa tahun, terjadi ankilosis

yang komplit. Beratnya proses sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan berdasarkan radiologis, yaitu

tingkat 0 (normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat 2 (tingkat 1 ditambah adanya

sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang atau pseudo widening, tingkat 3 (tingkat 2

ditambah adanya erosi dan jembatan tulang), serta tingkat 4 (ankilosa yang lengkap). Akan

terlihat gambaran squaring (segi empat sama sisi) pada kolumna vertebra dan osifikasi bertahap

lapisan superfisial anulus fibrosus yang akan mengakibatkan timbulnya jembatan di antara badan

vertebra yang disebut sindesmofit. Apabila jembatan ini sampai pada vertebra servikal, akan

membentuk bamboo spine. Keterlibatan sendi panggul memperlihatkan adanya penyempitan

celah sendi yang konsentris, ketidakteraturan subkhondral, serta formasi osteofit pada tepi luar

permukaan sendi, baik pada asetabulum maupun femoral. Akhirnya, terjadi ankilosis tulang dan

pada sendi bahu memperlihatkan penyempitan celah sendi dengan erosi.

I. Diagnosis

Agak sulit menegakkan diagnosis dini SA sebelum timbulnya deformitas yang ireversibel.

Diagnosis SA dapat ditegakkan berdasarkan Kriteria New York 1984 yang dimodifikasi

Kriteria klinis:

1. Keterbatasan gerak vertebra lumbal terhadap bidang frontal dan sagital.

2. Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak hilang dengan

istirahat.

3. Penurunan ekspansi dada.

Kriteria radiologis:

1. Sakroilitis bilateral tingkat

Page 7: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

2. Sakroilitisunilateraltingkat. 

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan minimal 1 kriteria radiologis ditambah 1 kriteriaklinis

Pemeriksaan B27 tidak hanya berguna sebagai penunjang diagnosis, tetapi juga bermanfaat

dalam diagnostik awal sebelum timbulnya kelainan radiologis. Beberapa studi menunjukkan

kelompok B27 dengan gejala khas SA tanpa kelainan radiologis (sakroilitis) sebagian besar

memperlihatkan kelainan radilogis setelah beberapa tahun kemudian.

J. Perawatan :

1. Menghilangkan nyeri

2. Mengurangi inflamasi

3. Latihan fisik untuk perbaikan kekuatan otot, dan memelihara postur tubuh. Latihan fisik

penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi kelainan berupa fleksi spinal yang

progresif. Oleh karena itu, otot-otot ekstensor spinal harus diperkuat.

a. Penderita dianjurkan tidur terlentang menggunakan kasur yang agak keras dengan sebuah

bantal tipis. Menggunakan bantal yang tebal atau beberapa bantal sebaiknya dihindari. Pada pagi

hari, mandi air hangat, diikuti latihan fisik untuk penguatan otot-otot belakang (sesuai dengan

petunjuk dokter atau dokter fisioterapi). Hal ini sebaiknya dilakukan di rumah secara teratur.

Tidur tengkurap selama beberapa menit dilakukan beberapa kali dalam sehari merupakan

tindakan yang bermanfaat dalam menjaga pergerakan ekstensi spinal.

b. Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot masih boleh menahan dalam

keadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan komplikasi dari spondilitis. Karena itu, postur harus

dipertahankan dan menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.

Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan belakang

kepala selalu bersandar pada dinding.

c. Manuver lain yang perlu dilakukan adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi lumbal yang

isometrik. Posisi postur tubuh harus diperhatikan setiap saat. Kursi dengan sandaran yang keras

dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada duduk.

K. Pengobatan

Pengobatan dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) untuk mengurangi nyeri,

mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Indometasin 75--150 mg

Page 8: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

perhari (Areumakin, Benocid, Dialorir, Confortid) memegang rekor terbaik. Apabila penderita

tidak mampu mentolerir efek samping seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa

sakit kepala dan pusing, maka AINS yang lain dapat dicoba.

Penderita yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnya dapat dicoba

dengan fenilbutazon 100-300 mg perhari. Tingginya insidens agranulositosis atau anemia

aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain perlu disampaikan

pada penderita. Jumlah eritrosit dan lekosit harus selalu dimonitor.

Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada penderita dengan poliatritis perifer.

Publikasi studi klinik terakhir dari sulfasalazin 2--3 gr perhari (Sulcolon tab. 500 mg)

menunjukkan adanya perbaikan, baik nyeri maupun kelainan spinal.

Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat dipertimbangkan untuk

dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini sangat berguna untuk

mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut.

L. Prognosis

Prognosis dari SA sangat bervariasi dan susah diprediksi. Secara umum, penderita lebih

cenderung dengan pergerakan yang normal daripada timbulnya restriksi berat. Keterlibatan

ekstraspinal yang progresif merupakan determinan penting dalam menentukan prognosis.

Beberapa survei epidemiologis menunjukkan bahwa apabila penyakitnya ringan, berkurangnya

pergerakan spinal yang ringan, dan berlangsung dalam 10 tahun pertama maka perkembangan

penyakitnya tidak akan memberat. Keterlibatan sendi-sendi perifer yang berat menunjukkan

prognosis buruk. Sebagian besar penderita dengan SA memperlihatkan keluhan serta

perlangsungan yang ringan dan dapat dikontrol sehingga dapat menjalankan tugas dan kehidupan

sosial dengan baik.

Secara umum, wanita lebih ringan dan jarang progresif serta lebih banyak

memperlihatkan keterlibatan sendi-sendi perifer. Sebaliknya, bamboo spine lebih sering terlihat

pada pria. Terdapat dua gambaran yang secara langsung berpengaruh terhadap morbiditas,

mortalitas, dan prognosis. Keduanya dianggap sebagai akibat dari trauma, baik yang tidak

disadari maupun trauma berat. Awalnya, terjadi lesi destruksi pada salah satu diskovertebra,

biasa terjadi pada segmen spinal yang bisa dilokalisir, dan ditandai dengan nyeri akut atau

Page 9: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

berkurangnya tinggi badan yang mendadak. Skintigrafi dan tomografi tulang memperlihatkan

kelainan, baik elemen anterior maupun posterior. Imobilisasi yang tepat dan diperpanjang dapat

memberikan penyembuhan pada sebagian besar kasus. Komplikasi kedua yang menyusul trauma

berat maupun yang ringan berupa fraktur yang dapat menyebabkan koropresi komplit atau

inkomplit.

I.2 Spondilitis Tuberculosis

A. Defenisi

            Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis

di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang

vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )

Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh

mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus ditempat

lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulnag belakang yang terjadi,

sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott. (Rasjad, 1998).

Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit neurologis.

Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling jarang pada vertebra

C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang menyerang arkus

vertebra (Mansjoer, 2000).

Penyakit Pott adalah osteomielitis tuberculosis yang mengenai tulang belakang. (Brooker. 2001)

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa

merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan oleh

mikobakterium tuberkulosa.

Tuberkulosis yang muncul pada tulang belakang merupakan tuberkulosis sekunder yang

biasanya berasal dari tuberkulosis ginjal. Berdasarkan statistik, spondilitis tuberkulosis atau

Pott’s disease paling sering ditemukan pada vertebra torakalis segmen posterior dan vertebra

lumbalis segmen anterior (T8-L3), coxae dan lutut serta paling jarang pada vertebra C1-2.

(1,2,3,4)

Page 10: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa nyeri

punggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila sudah timbul abses

ataupun kifosis.

B.Etiologi

Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat

lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human

dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk

batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu

disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari

langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam

jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun. (Rasjad. 1998)

C.Manifestasi Klinis

Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis

pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu

sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta sakit pada punggung. Pada anak-

anak sering disertai dengan menangis pada malam hari. (Rasjad. 1998)

Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut,kemudian

diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus,, hiper-refleksia

dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium awal ini belum ditemukan deformitas tulang

vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri

spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda

terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50%

kasus,termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis,

ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya kifosis

(gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-tanda defisit neurologis seperti yang

sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)

Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang kepala,

gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring. Harus diingat pada

mulanya penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul terutama

Page 11: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

gangguan motorik. Gangguan sensorik pada stadium awal jarang dijumpai kecuali bila bagian

posterior tulang juga terlibat. (Harsono,2003)

D.Patofisiologi

Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder dari

TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di duga terjadinya penyakit

tersebut sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus urinarius melalui leksus

Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses destruksi tulang progresif tetapi lambat di

bagian depan (anterior vertebral body).Penyebaran dari jaringan yang mengalami pengejuan

akan menghalangi proses pembentukan tulang sehingga berbentuk "tuberculos squestra". Sedang

jaringan granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses para vertebral yang dapat

menjalar ke atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Sedang diskus

Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan mengalami dehidrasi dan terjadi

penyempitan oleh karenadirusak jaringan granulasi TBC. Kerusakan progresif bagian anterior

vertebra akan menimbulkan kiposis.

Pathways

E.Komplikasi

Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Pott’s paraplegia yang

apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun sequester,

atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila muncul pada stadium lanjut

disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing)

di atas kanalis spinalis.

Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab paraplegi ini. Paraplegi

yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester membutuhkan tindakan

Page 12: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis dan saraf.

Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke dalam

pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal maka

nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold abscess.

F. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap :leukositosis, LED meningkat

2) Uji mantoux (+) TB

3) Uji kultur : biakan batkeri

4) Biopsi, jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional

5) Pemeriksaan hispatologis : dapat ditemukan tuberkel

B. Pemeriksaan Radiologis

a) Foto toraks / X – ray

b) Pemeriksaan foto dengan zat kontras

c) Foto polos vertebra

d) Pemeriksaan mielografi

e) CT scan atau CT dengan mielografi

f) MRI

G.Penatalaksanaan Medis

Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera

mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.

Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :

1. Pemberian obat antituberkulosis

2. Dekompresi medulla spinalis

3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi

4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)

Pengobatan terdiri atas :

1. Terapi konservatif berupa:

Tirah baring (bed rest)

Page 13: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra

Memperbaiki keadaan umum penderita

Pengobatan antituberkulosa

Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :

- Kategori 1

Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2 tahap 

Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan Pirazinamid 1.500 mg. Obat

ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).

Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 4

bulan (54 kali).

- Kategori 2

Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan, termasuk penderita

dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam 2 tahap yaitu :

· Tahap I diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450 mg, Pirazinamid

1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan setiap hari , Streptomisin injeksi hanya 2

bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).

· Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1250 mg. Obat diberikan 3

kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).

Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah baik, laju

endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang serta

gambaran radiologik ditemukan adanya union pada vertebra.

2. Terapi operatif

Indikasi operasi yaitu:

• Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat.

Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa

diberikan obat tuberkulostatik.

• Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus

debrideman serta bone graft

• Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan

Page 14: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.

Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis

tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal,

yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.

Abses Dingin (Cold Abses)

Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat terjadi resorbsi

spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah. Ada

tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:

a. Debrideman fokal

b. Kosto-transveresektomi

c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.

Paraplegia

Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:

a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata

b. Laminektomi

c. Kosto-transveresektomi

d. Operasi radikal

e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

Operasi kifosis

Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,. Kifosis mempunyai tendensi untuk

bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau

melalui operasi radikal.

Operasi PSSW

Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan pengobatan tbc tulang belakang yang

disebut total treatment (1989).

Metode ini mengobati tbc tulang belakang berdasarkan masalah dan bukan hanya sebagai infeksi

tbc yang dapat dilakukan oleh semua dokter. Tujuannya, penyembuhan TBC tulang belakang

dengan tulang belakang yang stabil, tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas yang menyolok dan

dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita dapat kembali ke dalam masyarakat,

Page 15: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

kembali pada pekerjaan dan keluarganya.

H.Dampak Masalah

a) Terhadap Individu.

Sebagai orang sakit, khusus klien spondilitis tuberkolosa akan mengalami suatau perubahan, baik

itu bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu menimbulkan dampak yang di karenakan baik

itu oleh proses penyakit ataupun pengobatan dan perawatan oleh karena adanya perubahan

tersebut akan mempengaruhi pola - pola fungsi kesehatan antara lain :

1. Pola nutrisi dan metabolisme.

Akibat proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan anoreksia, sedangkan

kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga klien akan mengalami gangguan

pada status nutrisinya.

2. Pola aktifitas.

Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeri pada punggung menyebabkan klien

membatasi aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktifitas fisik

tersebut.

3. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien dengan Spondilitis teberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan

kadang - kadang mengisolasi diri.

b) Dampak terhadap keluarga.

Dalam sebuah keluarga, jika salah satu anggota keluarga sakit, maka yang lain akan merasakan

akibatnya yang akan mempengaruhi atau merubah segala kondisi aktivitas rutin dalam keluarga

itu.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

II.I Pada Spondilitis Ankylosing

I. Pengkajian

Page 16: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

a. Nyeri / ketidaknyamanan

Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak hilang dengan

istirahat. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau

bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah

menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan bertambah hebat bila

batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri

dan kaku

b. Aktivitas / istrahat

· Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra,Menurunnya mobilitas spinal ke

arah anterior dan lateral,Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila membungkuk.Pada

stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak vertebra ke semua arah yang dapat dinilai dengan

gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi, dan rotasi.

· Pasien nampak berhati – hati dalam beraktifitas ,punggung selalu dijaga untuk tidak bergerak

2.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. Gangguan Mobilitas fisik b/d nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot

3.Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung

3.Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Intervensi Keperawatan :

Tindakan Mandiri Perawat :

a.Bimbing pasien menjelaskan ketidaknyamanannnya mis, lokasi,beratnya,durasi,sifat,

penjalaran nyeri, penjelasan mengenai bagaimana nyeri dengan tindakan tertentu mis membuka

pintu garasi

R/ Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan

evaluasi terhadap terapi

b. Pertahankan tirah baring dan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi

lumbal dengan cara meletakkan pasien pada posisi semifowler dengan tulang spinal ,lutut dan

Page 17: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

pinggang dalam keadaan fleksi , posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 – 30

derajat atau pada posisi lateral.

R/ Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme

otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya tonjolan

diskus dan reduksi

c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan

R/ menurunkan gaya ravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan

edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena.

d. Gunakan logroll ( papan ,penopang ) dalam jangka waktu yag terbatas

R/ Mengurangi fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh sehingga nyeri dan

spasme otot dapat berkurang.

e. Ajarkan pernafasan diafragma dan relaksasi

f. Alihkan perhatian pasien dari nyeri pada aktifitas lain mis nonton TV,membaca, bercakap –

cakap dll )

g. Ajarkan imajinasi berbibimbing dimana pasien yang telah relaks belajar memusatkan diri pada

kejadian yang menyenangkan .

Kolaborasi medis

1. Berikan tempat tidur ortopedik

R/ memberikan sokongan dan menurunkan sokongan dan menurunkan fleksi spinal sehingga

dapat menurunkan spasme.

2. Pemberian obat anti radang non – steroid ( NSAID) seperti Indometasin, Analgesik seperti

asetaminofen dan relaksan otot

R/ Indometasin memiliki kemampuan menghambat prostaglandin yang tinggi dan waktu paruh

yang lama .

3. Konsultasikan ahli tarapi fisik

R/ Program latihan/ peregangan yang spesifik dapat menghilangkan spasme otot dan menguatkan

otot – otot punggung,ekstensor,atot abdomen,otot quadrisep untuk menigkatkan sokongan

terhadap daerah lumbal.

Page 18: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dngan nyeri,kekakuan

(ankilosis), spasme otot

Intervensi Keperawatan :

a. Pantau mobilitas fisik melalaui pengkajian kontinyu ,(bagaimana pasien bergerak dan berdiri).

b. Bantu pasien dalam melakukan ambulasi progresif , perubahan posisi harus dilakukan dengan

perlahan dan dilakukan dengan bantuan bila perlu

R/ Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang

dengan lambat ssuai toleransi .

c. Dorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan , pada kebanyakan proram

latihan dianjurkan pasien melakukan latihan 2 kali sehari yang bertujuan untuk memperkuat otot

abdominal dan batang tubuh, mengurangi lordosis,meningkatkan kelenturan dan mengurangi

ketegangan pada punggung.

R/ Latihan yang salah justru dapat memperberat keadaan/menambah spasme otot.

3. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh

melindungi punggung

Intervensi Keperawatan :

a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta mekanika tubuh yang baik untuk

memperbaiki posisi tubuh.

R/ Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat,

dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan .

b. Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan ”

makanika tubuh ” dengan melakukan latihan , termasuk informasi mengenai mekanika tubuh

untuk berdiri, duduk,berbaring dan mengangkat barang yang benar.

R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan

otot – otot bokong.

c. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan belakang

kepala selalu bersandar pada dinding.

R/ Posisi yang benar dapat mempertahankan postur dan menghindari terjadinya kontraktur dalam

posisi fleksi dari bahu dan lutut.

Page 19: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

I.2 Pada Spondilitis Tuberculosis

A. Pengkajian

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spondilitis

Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan dan

juga sebagai alat dalam melaksanakan praktek keperawatan yang terdiri dari lima tahap yang

meliputi : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. ( Lismidar, 1990 : IX ).

1. Pengkajian.

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Pengkajian di lakukan

dengan cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat memeri arah kepada tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian

dalam tahap pengkajian. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu : pengumpulan data,

pengelompokan data, perumusan diagnosa keperawatan. ( Lismidar 1990 : 1)

a. Pengumpulan data.

Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien, keluarga maupun

orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara , inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi.

1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama,

suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.

2) Riwayat penyakit sekarang.

Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada punggung bagian bawah,

sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang

mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat

terutama pada saat pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa

mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, sumer-sumer (Jawa) , keringat dingin dan

penurunan berat badan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di dahului dengan adanya

Page 20: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru. ( R. Sjamsu hidajat, 1997 : 20).

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab timbulnya adalah klien

pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit tuberkulosis atau pada

lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit menular tersebut.

5) Riwayat psikososial

Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan kelihatan sedih, dengan

kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan terhadapnya maka

penderita akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan

mempengaruhi sosialisai penderita.

6) Pola - pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi persepsi klien

tentang kebiasaan merawat diri , yang dikarenakan tidak semua klien mengerti benar perjalanan

penyakitnya.Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga

kemungkinan terdapatnya riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien

yang mempengaruhi keadaan kesehatan klien.

b. Pola nutrisi dan metabolisme.

Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan amnesia.

Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat, sehingga klien akan mengalami

gangguan pada status nutrisinya. ( Abdurahman, et al 1994 : 144)

c. Pola eliminasi.

Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke kamar mandi, karena

lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi,

sehingga kalau mau BAB dan BAK harus ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya

perubahan tersebut klien tidak terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi.

d. Pola aktivitas.

Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung serta penatalaksanaan

perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktivitas fisik dan berkurangnya

Page 21: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik tersebut.

e. Pola tidur dan istirahat.

Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak hospitalisasi akan

menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.

f. Pola hubungan dan peran.

Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu

menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam keluarga ataupun masyarakat. Hal

tersebut berdampak terganggunya hubungan interpersonal.

g. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan

kadang - kadang mengisolasi diri.

h. Pola sensori dan kognitif.

Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila terjadi komplikasi

paraplegi.

i. Pola reproduksi seksual.

Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan terganggu untuk sementara

waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam hal curahan kasih sayang dan perhatian dari

pasangan hidupnya melalui cara merawat sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.

j. Pola penaggulangan stres.

Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti penyakitnya , akan mengalami

stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang menimbulkan rasa stres, klien akan bertanya - tanya

tentang penyakitnya untuk mengurangi stres.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan ibadah, maka semasa dia

sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi

mereka di jalankan pula sebagai penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.

7) Pemeriksaan fisik.

a. Inspeksi.

Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang

Page 22: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

terlihat bentuk kiposis.

b. Palpasi.

Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat adanya gibus pada

area tulang yang mengalami infeksi.

c. Perkusi.

Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.

d. Auskultasi

Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.

(Abdurahman, et al 1994 : 145 ).

8) Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.

a. Radiologi

- Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior, sangat jarang menyerang area

posterior.

- Terdapat penyempitan diskus.

- Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).

b. Laboratorium

- Laju endap darah meningkat

c. Tes tuberkulin.

- Reaksi tuberkulin biasanya positif

b. Analisa.

Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif yaitu data yang

didapat dari pasien sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan objektiv yaitu data yang

didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan radiologi maupun

laboratorium. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan masalah yang di alami oleh klien. ( Mi Ja

Kim,et al 1994 ).

c. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata ataupun

potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam

Page 23: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

batas wewenang perawat untuk melakukannya. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 ).

Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:

a. Gangguan mobilitas fisik

b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.

c. Perubahan konsep diri : Body image.

d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

( Susan Martin Tucker, 1998 : 445 )

d. Perencanaan Keperawatan.

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan di

laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di

tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien

( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 :20 ).

Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :

a. Diagnosa Perawatan I

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.

1. Tujuan

Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.

2. Kriteria hasil

a) Klien dapat ikut serta dalam program latihan

b) Mencari bantuan sesuai kebutuhan

c) Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

3. Rencana tindakan

a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

b) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

c) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

1) mattress

2) Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak

menimbulkan lekukan saat klien tidur.

d) mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;

Page 24: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

1) Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar pada tembok ) maupun posisi

menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah

secara bersamaan.

2) Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.

3) Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas pernapasan.

e) monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.

f) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet – lecet.

g) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.

h) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping : bisa tak

nyaman pada lambung atau diare.

4. Rasional

a) Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

b) Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

c) Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.

d) Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot – otot paraspinal.

e) Untuk mendeteksi perubahan pada klien.

f) Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.

g) Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak.

h) Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat menimbulkan

efek samping.

b. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.

1) Tujuan

a. Rasa nyaman terpenuhi

b. Nyeri berkurang / hilang

2) Kriteria hasil

a. klien melaporkan penurunan nyeri

b. menunjukkan perilaku yang lebih relaks

c. memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.

Page 25: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

3) Rencana tindakan

a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.

b. Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.

c. Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.

d. Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.

e. Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.

4) Rasional.

a. Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.

b. Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri

klien.

c. Korset untuk mempertahankan posisi punggung.

d. Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot

menjadi lemas dan nyeri berkurang.

e. Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan

mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.

c. Diagnosa Keperawatan III

Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.

1) Tujuan

Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.

2) Kriteria hasil

Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang

positif dalam mengatasi perubahan citra.

3) Rencana tindakan

a. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus mendengarkan

dengan penuh perhatian.

b. Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.

c. Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman serta berikan

aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image.

4) Rasional

Page 26: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

a. meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan

perasaan dapat membantu penerimaan diri.

b. Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

c. Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak

merasa rendah diri.

d. Diagnosa Keperawatan IV

Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan

perawatan di rumah.

1) Tujuan

Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.

2) Kriteria hasil

a. Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset

b. Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

c. Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala

kemajuan penyakit.

3) Rencana tindaka

a. Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.

b. Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.

c. Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.

d. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.

e. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.

f. Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

e. Pelaksanaan

Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di

implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap Implementasi:

a. tindakan keperawatan mandiri

b. tindakan keperawatan kolaboratif

c. dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.( Carol

Page 27: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

vestal Allen, 1998 : 105 )

f. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang dibuat pada

tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.

a. pencapaian kriteria hasil

b. ke efektipan tahap – tahap proses keperawatan

c. revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.

Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah:

1. Adanya peningkatan kegiatan sehari –hari ( ADL) tanpa menimbulkan gangguan rasa

nyaman .

2. Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.

3. Nyeri dapat teratasi

4. Tidak terjadi komplikasi.

5. Memahami cara perawatan dirumah

BAB III

PENUTUP

A . KESIMPULAN

            Spondilitis ankilosis merupakan penyakit rematik inflamasi sistemik kronik yang

terutama menyerang sendi sakroiliaka. Gejala klinik berupa manifestasi skletal dan ekstraskletal,

biasanya dimulai pada masa remaja, dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada

wanita (5 : 1). Latihan fisik secara teratur untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas,

dan memelihara ekspansi dada. Latihan fisik terbaik ialah berenang. Pengobatan dengan obat anti

inflamasi untuk mengontrol nyeri dan proses radang. Indometasin 75--150 mg/hari merupakan

pilihan pertama dan dapat dicoba menggunakan AINS lain bila tidak berhasil. Penggunaan

Page 28: ASKEP SPONDILITIS ANKILOSIS

sufasalazin 2--3 gram perhari memberikan hasil yang memuaskan. Pembedahan seperti

artroplasti kokse atau koreksi deformitas spinal dapat dipertimbangkan bila keluhan sangat

terganggu.

            Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis

di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang

vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )

Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh

mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus ditempat

lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulnag belakang yang terjadi,

sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott. (Rasjad, 1998).

B . SARAN

1. Dengan adanya makalah ini semoga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

2. Semoga dengan adanya makalah ini dapat di gunakan sebagai media dalam pelayanan

kesehatan

Diposkan 21st May 2014 oleh kasaga nurse