soca astigmatisme
DESCRIPTION
bahan soca 2010 telat 1 semester astigmatisme by podlehTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Astigmatisme
Definisi
- Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang
oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.1
- Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana berkas sinar tidak difokuskan pada
satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus
yang terjadi akibat kelainan kelengkungan kornea.2
Epidemiologi
Anatomi
Anatomi bagian mata dibagi menjadi 4 bagian:
1. Tulang pembatas rongga orbita- Superior: os frontal- Lateral: os frontal, os zigomaticus, ala magna os sphenoid- Inferior: os zigomaticus, os maksilaris, os palatina- Nasal: os maksilaris, os lakrimalis, os etmhoidalis
2. Margo3. Bola mata → pembahasannya nanti yak4. Adneksa
- Palpebra → ada 7- Glandula lakrimalis & sistem ekskresi
Sistem seksresi air mata atau lakrimal di daerah temporal bola mata. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu:
Sistem produksi atau glandula lakrimalis. Glandula lakrimalis terletak di tempero antero superior rongga orbita
Sistem ekskresi, yang terdiri dari pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimalis, sacus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Sakus lakrimalis terletak di bagian rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimalis mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
- Otot gerak bola mata M. rectus (superior, inferior, medialis, lateralis) M. obliquus (superior, inferior)
Nervus yang mempersarafinya n. occulatomotorius (3), n. trochlearis (4), n. abducens (6).
Jembatan keledai: 6RL, 4OS, 3 sisanya
- Konjungtiva Konjuntiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, sukar digerakan dari tarsus Konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakan dari sclera Konjungtiva forniks merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjugtiva bulbi.
Bola mata
Bola mata bentuknya menyerupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan didalamnya.
Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya tidak
bulat sempurna dengan diameter anteroposterior 24 mm.
Anatomi bola mata dibagi menjadi 3 bagian:
1) segmen anterior
- Kornea
- iris
- corpus siliaris
- procesus siliaris
- zonula ciliaris
- camera bulbi anterior
- canalis schlem
- camera bulbi posterior
- lensa
2) segmen posterior
- segmen anterior dan posterior dibatasi oleh ora serrata
- corpus vitreos
3) dinnding bola mata
- sclera
- choriodea
- retina
Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea,
aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata
sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan
tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi
atau istirahat melihat jauh (H. Sidarta Ilyas, 2004).
1 Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi
bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm
permukaan Universitas Sumatera Utara
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 µm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula
okluden (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Kornea merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan
difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dengan sifatnya yang
transparan merupakan hal yang sangat menguntungkan karena sinar yang masuk 80% atau
kekuatan 40 dioptri dilakukan atau dibiaskan oleh kornea ini. Kornea memiliki indek bias
1,38. Kelengkungan kornea mempunyai kekuatan yang sebagai lensa hingga 40,0 dioptri.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh
lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus
Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan (H. Sidarta Ilyas, 2004).
2 Aqueos humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu
lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari
oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah
anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke
darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya
(sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun
di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”).
Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong
lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan
saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang
dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi (Lauralee Sherwood, 1996).
3 Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata
dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat
tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional,
fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan
disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa
disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus
lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di
bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan
berada di sumbu mata. (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,
Keruh atau apa yang disebut katarak,
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat
(H. Sidarta Ilyas, 2004).
4 Corpus vitreos
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel
transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam
hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya
mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous
disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak
terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis
(Lauralee Sherwood, 1996).
5 Panjang bola mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata
seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih
pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini
disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma
(H. Sidarta Ilyas, 2004).
Fisiologis refraksi
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali
ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai
sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari
satu medium dengankepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.
Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lainnya misalnya :
kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang lebih tinggi,
cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah
perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.
Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar perbedaan
densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua
(semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam
kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang
dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total
karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas
antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap
konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi
lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat
dekat/jauh.2
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus diretina agara
penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau
belum terfokus sebelum mencapai retina ,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya
yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari
sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap
sejajar saat mencapai mata.
Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih besar
di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari
sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak
antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauhdan dekat terfokus di
retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuks umber dekat.
Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.3
Proses arah jalan sinar
Etiologi astigmatisme
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4
i. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta yang
memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d
90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan
pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung
permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di
kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.
ii. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah umur
seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang dan lama
kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan
astigmatismus.
iii. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
iv. Trauma pada kornea
v. Tumor
Klasifikas astigmatisme
A. Astigmatisma Reguler
Secara teori, pada setiap titik pada permukaan yang lengkung, arah dari kelengkungan yang
terbesar dan yang terkecil selalu terpisah 90 derajat tetapi arah ini bias beribah saat melewati satu
titik ke titik yang lain. Bila meridian utama dari astigmatisma mempunyai orientasi yang
konstan pada setiap titik yang melewati pupil dan apabila ukuran astigmatisma ini sama pada
setiap titik. Kondisi refraktif ini dikenal sebagai astigmatisma regular. Dan ini bisa dikoreksi
dengan kacamata lensa silindris.
Berdasarkan axis dan sudut antara 2 meridian utama, astigmatisma reguler dibagi atas:
1. Horizonto-vertikal astigmatisma
Dibagi dalam 2 bentuk :
a. Astigmatisma with the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian vertical lebih curam dari horizontal, dikoreksi
dengan lensa silindris positif dengan axis 9020 atau lensa silindris negatif dengan
axis 180°±20°.
b. Astigmatisma against the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian horizontalnya lebih curam dari meridian vertical.
Koreksinya dengan lensa silindris positif dengan axis 180°±20° atau lensa silindris negatif
dengan axis 90°±20°.
c. Astigmatisma oblique
Suatu bentuk regular astigmatisma dimana garis meridian utamanya tidak tegak lurus tapi
miring dengan axis 45° dan 135°
. Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada
retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah
titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks
2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina.
Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
3. Astigmatisme Miopia Kompositus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara
titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.
Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus
4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus
Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di
antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X
Cyl +Y.
Gambar 6. Astigmatisme Hiperopia Kompositus
5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y,
atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X
menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Gambar 7. Astigmatisme Mixtus
B. Astigmatisme irregular
Suatu astigmatisma dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang dibias tidak teratur.
Astigmatisma irregular ini bersifat / mempunyai perubahan-perubahan irregular dari tenaga
refraksinya pada meridian-meridian yang berbeda. Terdapat multimeridian yang tidak dapat
dianalisa secara geometris. Lensa silindris hanya sedikit memperbaiki penglihatan dalam kasus-
kasus ini, tapi dapat diterapi dengan lensa kontak rigid.
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus rendah tidak
perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka
koreksi kacamata sangat perlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada
astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak
diberikan kacamata koreksi.
Tanda Dan Gejala
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala
sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan ini
sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada
saat bekerja dekat seperti membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata,
seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,
meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejalagejala
sebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan
mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
Notes
Dafpus
1. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York: Blackwell Publishing, 2003; 20-26.
2. Ilyas S, Yulianti SR, 2012. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ke-4. Jakarta: Badan penerbit FKUI3.