bahan soca diare
DESCRIPTION
DiareTRANSCRIPT
ANATOMI SALURAN PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ organ pencernaan tambahan. Saluran
pencernaan pada dasarnya adalah suatu saluran dengan panjang ±30 kaki (9 meter) yang berjalan dari
mulut sampai anus. Saluran pencernaan mencakup mulut, pharynx, oesophagus, lambung, duodenum,
jejunum, ileum, caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens.
Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus.
Bagian-bagian yang terdapat dalam mulut:
Gigi (dens)
Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Berfungsi untuk:
1. sebagai indera pengecap/perasa
2. mengaduk makanan di dalam rongga mulut
3. membantu proses penelanan
4. membantu membersihkan mulut
5. membantu bersuara/berbicara
Ludah (saliva) dihasilkan oleh kelenjar ludah. Kandungan air liur adalah:
Elektrolit: natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, bikarbonat, fosfat. Mukosa,
mukopolisakarida dan glikoprotein.
Senyawaan antibakteri (tiosianat, hidrogen peroksida, dan immunoglobulin A).
Beberapa macam enzim, di antaranya alfa-amilase, lisozim, dan lingual lipase. Amilase dan lipase
berturut-turut memulai pencernaan pati dan lemak sebelum makanan ditelan. Enzim-enzim tersebut
bekerja optimal pada pH 7,4. Lisozim berperan dalam lisis bakteri. Manusia mengeluarkan sekitar 700
ml air liur setiap harinya.
Faring
Ada 3 pembagian faring, yaitu :
Epifaring (nasofaring)
Mesofaring (orofaring)
Hipofaring (faringofaring)
Kerongkongan / esophagus
Esofagus (dari bahasa Yunani: oeso - "membawa", dan phagus - "memakan") atau tabung (t u b e ) berotot
pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui esofagus dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring yang
menghubungkan esofagus dengan rongga mulut pada ruas ke-6 tulang belakang.
Lambung
Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yag terletak dibawah sekat rongga badan. Lambung dapat
dibagi menjadi tiga daerah:
Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan.
Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.
Pylorus adalah bagian bawah gaster yang berhubungan dengan usus duabelas jari/
duodenum.
Usus halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak antara lambung dan usus besar. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Di dalam
usus dua belas jari, dihasilkan enzim dari dinding usus. Enzim tersebut diperlukan untuk mencerna makanan
secara kimiawi:
Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas;
Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino;
Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa;
Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa;
Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida;
Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino;
Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak;
Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Di dalam usus penyerapan (ileum) terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut jonjot-jonjot usus (vili).
Vili berfungsi memperluas permukaan penerapan, sehingga makanan dapat terserap sempurna.
Usus Besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang
(transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum.
Organ Assesoris
1. Hati
H ati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan,
tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun
dan menghasilkan anomia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.
Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut prosesde t o k s i f i k a s i. Sebagai kelenjar, hati
menghasilkan empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu berasal dari hemoglobin sel darah
merah yang telah tua. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit. Zat ini disimpan di dalam
kantong empedut . Empedu mengandung kolestrol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin,
dan biliverdin. Empedu yang disekresikan berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase,
membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang
larut dalam air. Sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemglobin yang terkandung di dalamnya
dipecah menjadi zat besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme
dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin yang bewarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini
mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan. Apabila saluran
empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi
kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning. Hati juga menghasilkan
enzim arginase yang dapat mengubah arginin menjadi ornintin dan urea. Ornintin yang terbentuk dapat
mengikat NH³ dan CO² yang bersifat racun. Fungsi lain dari hati adalah mengubah zat buangan dan
bahan racun untuk dikeluarkan dalam empedu dan urin, serta mengubah glukosa yang diambil dari
darah menjadi glikogen yang disimpan di sel- sel hati.G likogen akan dirombak kembali menjadi
glukosa oleh enzim amilase dan dilepaskan ke darah sebagai respons meningkatnya kebutuhan energi
oleh tubuh.
2. Kantung empedu
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena
warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
3. Pancres
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim
pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut
dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). 6
HISTOLOGI SALURAN PENCERNAAN7
ANATOMI HISTOLOGI
Mulut Epitel Selapis Gepeng Tanpa Lapisan Tanduk
Oesophagus - Terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
- Di lamina propria bisa terdapat nodulus limfatikus
- Terdapat juga tunika muscularis mukosa
- Terdiri dari : Cervical oesophagus, Thoracal oesophagus, Hyatal
oesophagus, Abdominal oesophagus
Gaster - Pada peralihan dari oesophagus ke gaster ( epitel selapis torax)
- Terdapat sel-sel gaster yang memproduksi enzim-enzim pencernaan
a. Chief cell ( sel zimogenik) memproduksi pepsinogen
b. Neck cell memproduksi mukus asam
c. Parietal cell memproduksi faktor intrinsik gaster dan HCl
d.Sel tunas (stem cell) untuk regenerasi sel-sel mukosa
e. Sel-sel enteroendokrin
Duodenum - Mukosanya terdiri dari epitel selapis torax dengan sel goblet yang
mempunyai micro villi
- Terdapat villi- villi intestinalis, yang berfungsi menyerap sari-sari
makanan
- Dalam vilus intestinalis, terdapat juga central lacteal (pembuluh limfa),
serat otot polos (T. muscularis mukosa), dan pembuluh darah
- Terdapat kriptus liberkunh yang di dasarnya terdapat sel paneth yang
berfungsi menghancurkan dinding bakteri tertentu, agar flora normal
tetap terjaga
Jejunum - Epitel selapis torax dengan sel goblet, lapisan mukosanya kurang lebih
sama dengan duodenum tetapi villus intestinalnya lebih langsing dan sel
gobletnya lebih banyak
- Terdapat plica semi sirkularis kerkringi pada T. Mukosa dan T. Sub
mukosa
Ileum - T. mukosanya mirip dengan jejunum tetapi lebih banyak sel goblet.
- Terdapat plaque payeri, yang merupakan kelompokan nodulus
limfatikus
Usus Besar :
- Caecum
- Colon ascendens
- Colon transversum
- Colon descendens
- Colon sigmoid
- Epitel selapis torax, dengan sel goblet
Anus -Bagian dalam epitel berlapis gepeng tanpa lapisan taduk. Lapisan
tanduk ini semakin ke luar, semakin menebal.
PROSES PENCERNAAN MAKANAN8
Nutrien Enzim untuk
mencerna makanan
Sumber
enzim
Tempat
kerja
enzim
Kerja enzim Satuan
nutrient yang
dapat diserap
Karbohidrat
Amilase Kelenjar
liur
Mulut dan
korpus
lambung
Menghidrolisa
polisakarida
menjadi disakarida Monosakarida:
-glukosa
-fruktosa
-galaktosa
Pankreas
eksokrin
Lumen
usus halus
Disakaridase(sukrase,
maltase,laktase)
Sel epitel
usus halus
Brush
border
usus halus
Menghidrolisis
disakarida menjadi
monosakarida
Protein Pepsin Sel utama
lambung
Antrum
lambung
Menghidrolisis
protein menjadi
Asam amino
dan beberapa
fragmen peptide
peptida kecil
Tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase
Pancreas
eksokrin
Lumen
usus halus
Menyerang
fragmen peptide
yang berneda
aminopeptidase Sel epitel
usus halus
Brush
border
usus halus
Menghidrolisis
fragmen peptide
menjadi asam
amino
Lemak
Lipase Pankreas
eksokrin
Lumen
usus halus
Menghidrolisis
trigliserida menjadi
asam lemak dan
monogliseridaAsam lemak
dan
monogliseridaGaram empedu
(bukan enzim)
hati Lumen
usus halus
Memngemulsifikas
i globules lemak
besar
1. Pencernaan karbohidrat
Terdapat 3 sumber utama karbohidrat, yaitu sukrosa (disakarida dalam gula tebu),
laktosa (disakarida dalam susu), dan pati (polisakarida pada hampir semua makanan).
Pada mulanya, pati di hidrolisis menjadi maltosa yang meruapakan disakarida. Kemudian bersama
dengan disakarida yang lain (laktosa dan sukrosa), di hidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa,
dan fruktosa.
Hidrolisis pati dimulai didalam mulut oleh pengaruh enzim ptyalin, yang terutama diekskresikan di
dalam saliva dari glandula paratiroid. Asam hidroklorida lambung melakukan sedikit hidrolisis tambahan.
Akhirnya bagian utama hidrolisis terjadi di dalam usus halus bagian atas (duodenum) dibawah pengaruh
enzim amylase pancreas.
Enzim lactase, sukrase, maltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili “brush
border” sel epitel. Disakarida ini mencerna monosakarida saat berkontak dengan mikrovili ini atau saat
berdifusi ke dalam mikrovili. Hasil produk pencernaan, monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa
kemudian segera di absorpsi ke dalam darah.
2. Pencernaan protein
Protein dalam makanan sehari-hari hampir seluruhnya bersumber dari daging dan sayuran dan dicerna
terutama di lambung dan usus halus.
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, enzim pepsin memecah protein proteosa, peptone, dan
polipeptida besar. Enzim ini hanya berfungsi pada medium yang sangat asam, paling baik pada ph 2
sehingga sekresi asam hidroklorida sangat penting untuk proses pencernan ini.
Penyerapan protein
Di dalam tubuh yang dicerna dan diserap tidak hanya protein eksogen (dari makanan) saja, tetapi
protein endogen (dari dalam tubuh) yang masuk ke lumen saluran pencernaan dari 3 sumber juga dicerna
dan diserap :
Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein yang telah disekresikan ke dalam
lumen.
Protein di dalam sel yang lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran
mukosa.
Sejumlah kecil protein plasma yang dalam keadaan normal bocor dari kapilar ke dalam
lumen saluran pencernaan.
Setiap hari dari ketiga sumber tersebut sekitar 20-40 gram protein endogen masuk ke lumen. Jumlah ini
dapat mencapai lebih dari separuh protein yang disajikan ke usus halus untuk dicerna dan diserap. Semua
jenis protein endogen harus dicerna dan diserap bersama protein makanan untuk mencegah pengurangan
cadangan protein tubuh. Asam amino yang diserap dari makanan dan protein endogen digunakan untuk
mensintesis protein baru dalam tubuh.
Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk asam amino dan
beberapa fragmen peptide kecil. Asam-asam amino diserap menembus sel usus melalui transport aktif
sekunder yaitu transportasi Na+ yang menggunakan energi. Peptide-peptida kecil masuk melalui bantuan
pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen-konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush
border atau oleh peptidase intrasel yang kemjudian masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.
Dengan demikian, proses penyerapan produk akhir pencernaan protein melibatkan system
transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta
kotransportasi Na+ yang kemudian produk akhirny diserap ke dalam darah.
3. Pencernaan lemak
Sebagian kecil lemak dicerna di dalam lambung oleh enzim lipase lambung, sedangkan 95 - 99%
pencernaan lemak terjadi didalam usus halus terutama dibawah pengaruh enzim lipase pankreas.
Emulsifikasi lemak oleh asam empedu
Langkah pertama pencernaan lemak adalah memecah butir-butir lemak menjadi partikel yang lebih
kecil sehingga enzim pencernaan yang tidak larut dalam lemak dapat bekerja pada permukaan butiran.
Proses ini dinamakan emulsifikasi lemak dan dicapai dibawah pengaruh empedu yang disekresikan ke
hati. Garam empedu berlaku sebagai detergen yang menurunkan tegangan antar permukaan lemak.
Dengan penurunan tegangan permukaan lemk tersebut, gerakan mencampur saluran pencernaan
berangsur-angsur dapat memecah globules lemak menjadi partikel yang lebih halus.
Pencernaan lemak oleh lipase pancreas dan lipase usus
Dibawah pengaruh lipase pancreas trigliserida dipecah menjadi monogliserida, asam lemak, dan
gliserol. Pada sel epitel usus halus mengandung sedikit lipase yang disebut lipase usus yang berperan juga
dalam pencernaan lemak.
Peranan garam empedu dalam mempercepat pencernaan lemak
Hidrolisis trigliserida merupakan proses yang sangat reversible, oleh karena itu penimbunan
monogliserida dan aam lemak bebas dapat menghambat pencernaan lebih lanjut. Pada hal ini, garam
empedu mempunyai peranan penting dalam menyingkirkan monogliserida dan asam lemak bebas dari
sekitar butiran lemak yang sedang dicernakan. Hal ini terjadi sebagai berikut : garam empedu memiliki
kecenderungan untuk membentuk misel, yang merupakan butiran sferis kecil yang dihasilkan oleh garam
empedu. Misel timbul karena setiap molekul garam empedu terdiri atas inti sterol yang sangat larut dalam
lemak dan gugus polar yang larut dalam air. Inti sterol dari garam empedu berkelompok membentuk
butiran kecil lemak pada bagian tengah misel. Ini menyebabkan gugus polar menonjol ke permukaan
misel. Karena gugus polar ini bermuatan negatif, memungkinkan seluruh butiran misel larut dalam air
cairan pencernaan dan berada dalam larutan yang stabil walaupun ukuran misel sangat besar.
Selama pencernaan trigliserida, mereka larut dalam bagian lemak misel, yang segera membuang hasil
akhir pencernaan ini dari sekitar butiran lemak yang sedang dicernakan. Akibatnya, proses pencernaan
dapat berlangsung tanpa ada yang menghambat.
Misel juga bekerja sebagai media transpot untuk membawa monogliserida dan asam lemak bebas ke
brush border.
KESEIMBANGAN CAIRAN
Sel-sel pada organisme multisel kompleks mampu bertahan hidup dan hanya berfungsi dalam rentang
komposisi cairan ekstrasel (CES), lingkungan cairan internal yang membasahi sel-sel tersebut, yang
sangat sempit.
Kuantitas setiap bahan tertentu di CES dianggap sebagai pool (simpanan) internal yang siap dipakai.
Jumlah suatu bahan di dalam simpanan tersebut dapat meningkat akibat pemasukan dari lingkungan
eksternal (terutama melalui ingesti) atau melalui pembentukan bahan tersebut melalui metabolisme di
dalam tubuh. Suatu bahan dapat dikurangi dari tubuh dengan mengekskresikannya ke luar atau
menggunakannya dalam reaksi-reaksi metabolisme. Jika kuantitas suatu bahan akan dipertahankan stabil
di dalam tubuh, pemasukannya melalui ekskresi atau konsumsi metabolik. hubungan ini sangat penting
untuk mempertahankan homeostasos. Tidak semua jalur pemasukan dan pengeluaran dapat diterapkan
untuk semua konstituen cairan tubuh. Sebagai contoh, garam tidak disintesis atau dikonsumsi oleh tubuh,
sehingga stabilitas konsentrasi garam di dalam cairan tubuh bergantung seluruhnya pada keseimbangan
antara ingesti dan ekskresi garam.
Pada saat pemasukan total suatu bahan ke dalam tubuh sebanding dengan penegluaran total dari tubuh,
tercipta keseimbangan stabil. Jika peningkatan suatu bahan melalui pemasukan melebihi
pengutangannya melalui pengeluaran, tercipta keseimbangan positif. Hasilnya adalah peningkatan
jumlah total bahan tersebut di dalam tubuh. Sebaliknya, jika pengurangan suatu bahan melebihi
peningkatannya, terjadi keseimbangan negatif dan jumlah total bahan tersebut dalam tubuh akan
berkurang.
Perubahan besar pemasukan atau pengeluaran suatu bahan tertentu dapat mengubah konsentrasi plasma
bahan yang bersangkutan. Untuk mempertahankan homesotasis, setiap perubahan pengeluaran (sebagai
contoh, peningkatan asupan garam harus disesuaikan dengan peningkatan pengeluaran garam melalui
urin), dan sebaliknya, peningkatan pengeluaran harus dikompensasi dengan peningkatan pemasukan.
Namun, tidak semua jalur pemasukan dan pengeluaran diatur untuk mempertahankan keseimbangan.
Secara umum, pemasukan berbagai konstituen plasma kurang atau tidak dikontrol sama sekali. Kita
sering mengonsumsi garam dan air, sebagai contoh, bukan karena kita membutuhkan mereka tetapi
karena kita menginginkan mereka, sehingga asupan garam dan air sangat bervariasi.
Air adalah komponen tubuh manusia yang paling banyak, menyusun sekitar 60% berat tubuh dengan
kisaran antara 40% sampai 80%. Kandungan air seseorang berada dalam rentang konstan selama suatu
periode waktu, terutama disebabkan oleh efisiensi ginjal mengatur keseimbangan air di dalam tubuh.
Penyebab rentang yang luas kandungan air di dalam tubuh adalah variasi jumlah jaringan adiposa yang
dimiliki oleh seseorang. Jaringan adiposa memiliki kandungan air yang rendah dibandingkan dengan
jaringan lain. Plasma, mengandung lebih air lebih dari 90%. Bahkan jaringan lunak, misalnya kulit, otot,
dan organ internal, terdiri dari 70-80% air. Tulang belulang yang relatif lebih kering hanya mengandung
22% air. Namun lemak, yaitu jaringan yang paling kering, memiliki kandungan air hanya 10%. Dengan
demikian, kandungan air tubuh yang tinggi berkaitan dengan kelangsingan dan kandungan air tubuh yang
rendah berkaitan dengan kegemukan, karena pada individu dengan kelebihan berat badan proporsi tubuh
yang ditempati lemak yang kering relatif lebih besar.
Klasifikasi Cairan Tubuh
Air tubuh terdistribusi di antara dua kompartemen cairan utama: cairan di dalam sel, cairan instrasel
(CIS) dan cairan yang mengelilingi sel, cairan ekstrasel (CES). Kompartemen CIS membentuk sekitar
dua pertiga dari cairan tubuh total. Walaupun setiap sel memiliki campuran konstituennya masing-
masing, cukup banyak terdapat kemiripan di antara triliunan kompartemen cairan berukuran kecil ini,
sehingga secara kolektif mereka dapat dianggap sebagai satu komapartemen cairan yang besar. Sepertigfa
sisa cairan tubuh yang terdapat di kompartemen CES dibagi lagi menjadi plasma dan cairan interstisium.
Plasma, yang membentuk seperlima volume CES, adalah bagian cairan dari darah. Cairan interstisium,
yang membentuk empat perlima dari kompartemen cairan ekstrasel. Cairan ini merupakan lingkungan
internal yang membasahi sel-sel jaringan.
Dua kategori minor lainnya yang termasuk dalam CES adalah limfe dan cairan lintas-sel(transel). Limfe
adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstisium ke plasma melalui sistem limfe, tempat cairan
tersebut disaring melalui kelenjar limfe untuk kepentingan pertahanan imun. Cairan lintas-sel terdiri dari
sejumlah volume cairan khusus kecil, yang semuanya disekresikan oleh sel-sel spesifik ke dalam rongga
tubuh tertentu untuk melaksanakan fungsi khusus. Cairan lintas sel mencakup cairan serebrospinalis,
cairan intra-okulus, cairan sinovial, cairan perikardium, pleura, dam peritoneum da getah pencernaan.
Walau memiliki fungsi yang sangat penting, cairan-cairan ini hanya mewakili fraksi cairan yang
kurang bermakna dibandingkan dengan keseluruhan cairan tubuh. Selain itu, cairan lintas-sel
sebagai suatu keseluruhan tidak mencerminkan perubahan dalam keseimbangan cairan tubuh.
Sebagai contoh, volume cairan serebrospinalis tidak berkurang jika tubuh secara keseluruhan
mengalami keseimbangan cairan yang negatif.
Kompartemen Volume Cairan
(Liter)
Persentasi Cairan
Tubuh
Persentase Berat
Tubuh
Cairan Tubuh Total 42 100% 60%
Cairan Intrasel (CIS) 28 67 40
Cairan Ekstrasel (CES) 14 33 20
Plasma 2,8 6,6 (20% CES) 4
Cairan interstisium 11,2 26,4 (80% CES) 16
Limfe Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan
Cairan lintas-sel Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan
PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN
Pengaturan keseimbangan cairan pada saluran cerna didasari proses absorpsi melalui mukosa saluran
cerna yang terjadi secara difusi aktif. Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan zat untuk
melintasi suatu membran agar zat tersebut mampu melawan gradient konsentrasi. Sedangkan istilah difusi
merupakan transport sederhana zat melalui membran akibat dari bergeraknya molekul yang mengikuti
gradient konsentrasi.
I. Absorpsi Usus Halus
a) Absorpsi Air
Air di transport melalui membrane usus halus dengan proses difusi. Karena zat yang larut ditransport
aktif dari lumen usus ke dalam darah, transport ini menurunkan tekanan osmotic kimus tetapi air berdifusi
dengan mudah melalui membrane usus yang mengikuti zat yang di absorpsi masuk ke sirkulasi.
b) Absorpsi Ion
Ion Proses Absorpsi
Natrium Absorpsi natrium melalui transport aktif natrium dari dalam sel epitel melalui
dinding sel masuk ke ruang intersel. Transport aktif membutuhkan suatu energi
untuk menembus membran. Air berdifusi bersama natrium melalui brush border sel
epitel.
Kalium Transport klorida berlangsung secara difusi pasif. Transport ion natrium melalui sel
epitel menimbulkan elektronegativitas pada kimus dan elektropositifitas pada basal
sel epitel.
Ion klorida bergerak mengikuti selisih listrik ion natrium, akan tetapi sel epitel
ileum distal dan usus besar mempunyai kemampuan khusus secara aktif
mengabsorpsi klorida.
Ion Lainnya - Ion kalsium di absorpsi secara aktif di duodenum
- Ion besi secara aktif di absorpsi di usus halus
II. Absorpsi Usus Besar
Diperkirakan sebanyak 500-1000 ml kimus melalui usus besar setiap hari. Sebagian air dan elektrolit
dalam kimus diabsorpsi dalam kolon. Mukosa usus besar memiliki kemampuan untuk absorpsi aktif
natrium dan potensial listrik yang ditimbulkan absorpsi natrium menyebabkan absorpsi klorida. Mukosa
usus besar secara aktif mensekresi ion bikarbonat dan bersamaan dengan itu pula secara aktif
mengabsorpsi ion klorida tambahan dalam jumlah kecil. Bikarbonat membantu menetralisir hasil akhir
kerja bakteri dalam kolon yang bersifat asam.
Absorpsi dan sekresi elektrolit dan air
Mukosa usus besar mempunyai kemampuan untuk absopsi aktif natrium dan potensial listrik yang
ditimbulkan oleh absopsi natrium menyebabkan absorpsi kloroda . Selain itu seperti bagian distal usus
halus , mukosa usus besar secara aktif mensekresi ion bikarbonat dan bersamaan dengan itu secara aktif
mengabsorpsi ion klorida tambahan dalam jumlah kecil . Bikarbonat membantu menetralkan hasil akhir
kerja bakteri dalam kolon .
Absorpsi natrium dan klorida menghasilkan perbedaan osmotic antara kedua sel mukosa usus besar , yang
mengakibatkan terjadinya absorpsi air .
Pada anak dengan status gizi yang buruk , terjadi atrofi dinding saluran pencernaan yang menyebabkan
terganggunya proses absorpsi di lumen usus halus . Terganggunya proses absorpsi ini disebsbksn oleh
karena adanya hambatan sekresi enzim-enzim pencernaan dan perubahan gambar histologist dari vili-vili
usus halus yang memendek dan melebar sehingga absorpsi nutrient terganggu yang menyebabkan anak
yang gizi buruk mengalami kondisi yang lebih buruk apabila terkena diare .
Pada keadaan diare baik anak berstatus gizi baik maupun gizi buruk akan mengalami perubahan pada
proses pencernaannya seperti yang telah dijelaskan . Dampak yang terjadi akibat perubahan dalam proses
pencernaan adalah : kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan parubahan homeostatic dan
keseimbangan asam basa yang terganggu , terjadi malabsorpsi , protein dan karbohidrat tidak dapat
diabsorpsi sehingga dapat menyebabkan adanya malnutrisi pada anak dengan status gizi baik dan keadaan
yang memburuk pada anak yang berstatus gizi buruk .
Saluran cerna berperan dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh harian . Dalam keadaan
normal , jumlah elektrolit yang masuk di usus halus sama dengan jumlah cairan dan elektrolot
yang diekskresikan oleh tubuh . Hal tersebut dapat kita lihat pada table di bawah ini :
Table keseimbangan air harian
Pemasukan air Pengeluaran air
Jalan jumlah ( mL/hari ) Jalan Jumlah (mL/hari )
Asupan cairan 1250 Insisible loss (mdarain
paru , kulit yang tidak
berkeringat )
900
Air dalam makanan 1000 Keringat 100
Air yang diproduksi
secara metabolism
350 Feses 100
Urin 1500
Total pemasukan 2600 Total pengeluaran 2600
Jumlah air dalam tubuh harus tetap dipertahankan dalamn batas-batas tertentu supaya faal sel / organ dan
juga metabolismenya dapat berlangsung dengan baik .
Tubuh manusia terdiri atas :
a) Lean body mass ( tubuh tanpa jaringan lemak ) yaitu air , tulang dan jaringan bukan lemak
b) Jaringan lemak
Air merupakan 73% dari lean body mass ( pada orang dewasa konstan ) sedangkan jaringan lemak hanya
sedikit mengandung air . Karena itu tubuh orang gemuk relative lebih sedikit mengandung air daripada
orang yang kurus
Pada bayi dan penderita malnutrisi , kadar air dalam lean body mass lebih tinggi dari normal , kira-kira
82% . Perubahan perbandingan air dan lean body mass juga terdapat pada penderita dehidrasi dan edema .
Perubahan ini terjadi pada air ekstraseluler.
DIARE
Menurut kepustakaan, diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan
atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan
berlangsung kurang dari 14 hari.9
ETIOLOGI
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal 1970 agen penyebab
dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknik
diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab dalam 60-80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare
adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus,
dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan
beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia,
Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak.
Infeksi enteral meliputi :
Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.
Infestasi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa ( E. Histolytica, Giardia
lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
b) Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis
media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie, Enchepalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsopsi
a. Malabsobsi karbohidrat
b. Malabsobsi lemak
c. Malabsobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare terutama
pada anak besar.
PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan
isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulakan diare pula.14
PATOFISIOLOGI
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare.
Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan normal
vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini
menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus.15
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non invasive
(vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik disitu, dan
kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk
ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang
sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus
akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare.16
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat
mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli
yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas
mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang
menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik.
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi kehilangan air (output ) lebih banyak daripada pemasukan (input),
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan bersifat
cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang).
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi
dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan Gizi
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan bertambah
hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa
renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan
bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.17
Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja.
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah
(hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam
dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonik
Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan natrium
dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan ekstraseluler.
2. Dehidrasi Hipertonik
Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada keadaan ini
didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa
ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik
pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup.
3. Dehidrasi Hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 % glukosa
dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari usus sementara
kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.
GEJALA KLINIS
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau
lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya
defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam
laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan
air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ %.
Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ - 5 %.
Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10 %.
Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10%
b. Skor Maurice king17
Bagian tubuh yang
diperiksa
Nilai Untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi / menit
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120
Gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
Mengigau, koma atau
syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan sianosis
Lemah > 140
Ket : Nilai 0-2 = dehidrasi ringan, nilai 3-6 = dehidrasi sedang, nilai 7-12 = dehidrasi berat
c. Menurut WHO (1980)
Tanda dan Gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
1.Keadaan umum
dan kondisi :
- Bayi dan anak Haus, sadar, gelisah Haus, gelisah, atau
letargi tetapi iritabel
Mengantuk, lemas,
ektremitas dingin,
Kecil
- Anak lebih besar
dan dewasa
2.Nadi radialis
3.Pernafasan
4.Ubun-ubun besar
5.Elastisitas kulit
6.Mata
7.Air mata
8.Selaput lendir
9.Pengeluaran urin
10.Tekanan darah
sistolik
% kehilangan
berat
Prakiraan kehilangan
cairan
Haus, sadar, gelisah
Normal
Normal
Normal
Pada pencubitan,
elsatisitas kembali
segera
Normal
Ada
Lembab
Normal
Normal
4 – 5 %
40 – 50 ml/kg
Haus, sadar, merasa
pusing pada perubahan
Cepat dan lemah
Dalam, mungkin cepat
Cekung
Lambat
Cekung
Kering
Kering
Berkurang dan warna tua
Normal-rendah
6 - 9 %
60 – 90 ml/kg
berkeringat,
sianotik, mungkin
koma
Biasanya sadar,
gelisah, ektremitas
dingin, berkeringat
dan sianotik, kulit
jari-jari tangan dan
kaki berkeriput,
kejang otot.
Cepat, halus,
kadang-kadang
tidak teraba
Dalam dan cepat
Sangat cekung
Sangat lambat ( >2
detik)
Sangat cekung
Sangat kering
Sangat kering
Tidak ada urin
untuk beberapa jam,
kandung kencing
kosong
< 80 mmHg,
mungkin tidak
teratur
10 % atau lebih
100 – 110 ml/kg
d. Pembagian dehidrasi menurut Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009
Kategori Tanda dan Gejala
Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut:
Letargi atau penurunan kesadaran
Mata cowong
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan perut kembali dengan sangat lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi Tak Berat Dua atau lebih tanda berikut:
Gelisah
Mata Cowong
Kehausan atau sangat haus
Cubitan kulit perut kembali dengan lambat
Tanpa Dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam dehidrasi
berat atau tidak berat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan :
1. Pemeriksaam tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam – basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
3. Pemeriksaan Elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang
disertai kejang).
4. Pemeriksaan intubasi duodenal
Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.18
KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi seperti :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan
.
PENATALAKSANAAN 1 .
Terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu :
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Suplementasi Zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
A. REHIDRASI
1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi
Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :
a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
b) Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak :
• Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg (½ tablet) per hari
• Anak diatas usia 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh. Cara
pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
• Teruskan ASI / berikan susu PASI
• Bila anak 6 bulan / lebih, atau telah mendapatkan makanan padat :
- Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging / ikan.
Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop tiap porsi
- Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium
- Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik
- Bujuklah anak untuk makan
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan tambahan
setiap hari selama 2 minggu
d) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Anak harus diberi oralit dirumah apabila :
• Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
• Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk
• Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan
merupakan kebijakan pemerintah.
Berikan oralit formula baru sesuai ketentuan yang benar.
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total Osmolaritas : 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
• Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
• Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24 jam.
• Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut :
- Untuk anak usia < 2 tahun : berikan 50-100 mL tiap kali buang air.
- Untuk anak usia > 2 tahun : berikan 100-200 mL tiap kali buang air.
• Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus dibuang.
2) Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat
Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang
dilakukan di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral
yang akan diberikan selama 4 jam pertama.
Usia < 4 bln 4 – 11 bln 12 – 23 bln 2 - 4 thn 5 – 14 thn ≥ 15 thn
BB < 5 kg 5 – 7,9 kg 8 – 10,9 kg 11 – 15,9 kg 16 – 29,9 kg ≥ 30 kg
Jmlh 200 – 400 ml 400 – 600 ml600 – 800
ml800 – 1200 ml
1200 – 2200
ml
2200 –
4000 ml
Jika anak minta minum lagi, berikan.
a. Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
o Berikan minum sedikit demi sedikit.
o Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral perlahan.
o Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
b. Setelah 4 jam :
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
o Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.
o Mulai beri makan anak di klinik.
c. Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.
o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam Rencana Terapi A.
o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya.
- Beri tablet zinc.
- Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
- Kapan anak harus dibawa kembali ke petugas kesehatan.
3) Rencana Terapi C : Diare Dengan Dehidrasi Berat
Ikuti arah anak panah berikut sesuai keadaan pasien :
Apakah saudara dapat menggunakan cairan IV segera?
Mulai beri cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Berikan 100 mL/kgBB cairan RL (atau NS, atau Ringer Asetat) sebagai berikut :
Usia Pemberian 1 Kemudian
30 mL/kgBB 70 mL/kgBB
By < 1 thn : 1 jam 5 jam
Anak 1-5 thn : 30 menit2 ½ jam
Ulangi bila denyut nadi lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.
Juga berikan oralit (5 mg/kgBB/jam) bila penderita masih bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai ulang penderita menggunakan tabel penilaian. Lalu pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan terapi.
Ya
Tidak
Kirim penderita untuk terapi intravena.
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama perjalanan.
Mulai rehidrasi mulut dengan oralit melalui pipa nasogastrik atas mulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam (total 120 mL/kgBB).
Nilailah penderita tiap 1-2 jam :
Bila muntah / perut kembung, berikan cairan perlahan.
Bila rehidrasi tidak tercapai selama 3 jam, rujuk penderita untuk terapi IV.
Setelah 6 jam, nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Apakah ada terapi IV terdekat
(dalam 30 menit) ?
Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik untuk
rehidrasi ?
Ya
Tidak
Tidak
Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui
NGT atau IV
Catatan :• Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit.
• Bila usia > 2 thn, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.
B. DUKUNGAN NUTRISI
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak sehat sebagai
pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI tetap diberikan pada
diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan diberikan dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya.
C. SUPLEMENTASI ZINC
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa zinc mempunyai
efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna
serta mempercepat proses penyembuhan epiel selama diare. Kekurangan zinc ternyata sudah
pandemik pada anak anak di negara sedang berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam
metallo-enzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu
pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui juga bahwa
selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc
ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa mengurangi lama
diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan sampai 20%. Bukti lain
mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari bukti-bukti
juga dikatakan tidak ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala
muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat pada diare
akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare berdarah. Dalam
penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc bisa menekan biaya untuk
diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan penggunaan antibiotik yang tidak
rasional. 19
Efek zinc antara lain sebagai berikut :
• Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan merubah anion
superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP yang sangat kuat
dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah menjadi
H2O dan O2 oleh enzim katalase. Jadi SOD sangat berperan dalam menjaga integritas epitel
usus.
• Zinc berperan sebagai anti-oksidan, ‘berkompetisi’ dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe) yang
dapat menimbulkan radikal bebas.
• Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc, diharapkan NO tidak
disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak terjadi hipersekresi.
• Zinc berperan dalam penguatan sistem imun.
• Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor berbagai faktor
transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.
D. ANTIBIOTIK SELEKTIF
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada diare
berdarah dan kolera.
E. EDUKASI ORANG TUA
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah, muntah
berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam tiga
hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari satu
tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang sudah
dengan komplikasi.
Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang adekuat akan
memberi keuntungan menyehatkan pada individu.2
Pemberian makan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus casei atau
lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host dengan mengaktivasi makrofag
dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang diproduksi oleh organisme-organisme ini selama
proses fermentasi yaitu beberapa bahan metabolit, peptide dan enzim.2
Pada anak dengan malnutrisi, diare akut menyebabkan perubahan keseimbangan mikroflora
secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat membantu rekolonisasi.8
Susu formula bayi yang mengandung Bifidobacterium lactis atau Lactobacillus reuteri, dapat
menurunkan resiko diare, gejala gangguan saluran pernapasan, demam dan parameter kelainan lainnya.
Anak-anak yang mempunyai resiko terhadap penyakit ini seperti anak-anak di TPA, dapat diberikan
formula probiotik profilaksis secara teratur. Beberapa penulis melaporkan adanya penurunan episode
penyakit dan jumlah hari kesakitan akibat diare dan demam.
Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh secara in situ di
lambung, duodenum dan ileum. Pada epitel ileum manusia, mikroorganisme ini dapat menginduksi
aktivitas immunomodulatory, termasuk pengambilan CD4+ T Helper cells. Probiotik menginduksi sistem
imun, produksi musin, down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan antimikroba, pengaturan
permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa, stimulasi produksi
immunoglobulin dan mekanisme probiotik lainnya. 2
Enzim akan memproduksi bakteri asam laktat yang dapat mempengaruhi proses metabolisme
host. Yogurt mempunyai aktivitas laktase yang tinggi, yang dapat membantu keadaan malabsorbsi
laktosa. Selama proses fermentasi susu, secara umum, mikroorganisme akan menggunakan laktosa
sebagai substrat. Hasilnya, konsentrasi laktosa dalam yogurt akan lebih rendah daripada susu yang tidak
difermentasi. Malabsorbsi laktosa dapat mempengaruhi mekanisme diare dengan memproduksi tekanan
osmotic intraluminal sehingga mendorong air dan elektrolit ke dalam lumen usus, akibatnya karbohidrat
yang tidak diabsorbsi dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di usus kecil.
Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9. Rekomendasi dari
Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6. Jika kita memberikan kurang dari itu,
maka proses keseimbangan tidak tercapai yang berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu,
preparat probiotik Lactobacillus umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga pangkat 9.
PENCEGAHAN
1. Penggunaan ASI
Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumoulkan data penelitian dari 14 negara mengenai
dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan menyimpulkan bahwa peningkatan
penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas sebesar 6-20 % dan mortalitas 24 – 27 % selama 6
bulan pertama kehidupan. Untuk bayi dan anak balita penurunan morbiditas sebesar 1-4 % dan
mortalitas 8 – 9 %.
2. Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2) rendahnya kadar
kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4) kurang sabarnya ibu memberikan
makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3. Imunisasi campak
Program imunisasi campak mencakup 60 % bayi berumur 9 – 11 bulan, dengan efektivitas sebesar
85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan mortalitas diare sebesar 13 % pada bayi
dan anaki balita.
4. Perbaikan higiene perorangan
Amerika serikat menunjukan bahwa kebiasaan mencuci sebelum makan, dan sebelum masak dan
setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan morbiditas diare sebesar 14 –48%.
Definisi dehidrasi
Dehidrasi berarti bahwa tubuh seorang anak tidak memiliki cukup cairan. Dehidrasi dapat disebabkan
tidak minum, muntah , diare , atau kombinasi dari kondisi ini.Berkeringat terlalu banyak atau buang air
kecil terlalu banyak dapat menyebabkan dehidrasi . Bayi dan anak-anak kecil lebih mungkin untuk
menjadi dehidrasi daripada anak yang lebih tua atau orang dewasa, karena mereka dapat kehilangan
cairan relatif lebih cepat.
Penyebab Dehidrasi pada Anak4
Dehidrasi paling sering disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan demam , diare, muntah,
dan kemampuan utuk minum atau makan menurun. Infeksi virus sering menyebabkan muntah dan
diare yaitu rotavirus ,virus Norwalk , dan adenovirus. Kadang-kadang luka pada mulut anak dapat
disebabkan oleh virus, dan sakit untuk makan atau minum, hal ini dapat menyebabkan atau
memperburuk dehidrasi.
Infeksi bakteri yang lebih serius lagi dapat membuat anak cenderung tidak dapat makan karena
muntah dan diare. infeksi bakteri yang paling sering adalah Salmonella , Escherichia coli ,
Campylobacter, dan Clostridium difficile .
infeksi Parasit seperti Giardia lamblia menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai giardiasis , yang
dapat menyebabkan diare dan kehilangan cairan.
Banyak berkeringat dari lingkungan yang sangat panas bisa menyebabkan dehidrasi.
Buang air kecil yang berlebihan yang disebabkan oleh diabetes mellitus yang tidak diobati
atau diabetes insipidus adalah penyebab lainnya.
Kondisi seperti cystic fibrosis atau sariawan celiac tidak mengizinkan makanan untuk diserap dan
dapat menyebabkan dehidrasi.
Gejala Dehidrasi pada Anak4
Tanda-tanda dehidrasi :
o Mata cekung
o Penurunan frekuensi buang air kecil atau popok kering
o Fontanela cekung
o Tidak ada air mata ketika anak menangis
o Kering atau selaput lendir lengket (lapisan mulut atau lidah )
o Kelesuan (kurang dari aktivitas normal)
o Gelisah ( lebih menangis, rewel ).
Pembagian dehidrasi5
Ringan
Haus, lidah dan mulut kering, iritabilitas, kulit kering dan hangat, pengeluaran urin berkurang.
Sedang
Sangat haus, gelisah,lemas, mata dan fontanela major cekung, mulut kering, turgor kulit
menurun, takikardia.
Berat
Gambaran seperti dia atas disertai stupor, hipotonia tidak dapat menghisap, tanda – tanda
renjatan, suhu rektal meningkat tetapi kulit dingin, nadi lemah dan cepat, atau tidak teraba.
Patofisiologi1
Keseimbangan cairan negatif yang menyebabkan hasil dehidrasi dari penurunan asupan, peningkatan
keluaran (ginjal, GI, atau kerugian insensible), atau pergeseran cairan ( ascites , efusi, dan kebocoran
kapiler seperti luka bakar dan sepsis ). Penurunan dalam air total tubuh menyebabkan penurunan baik
volume cairan intraseluler dan ekstraseluler. Manifestasi klinis dehidrasi yang paling erat kaitannya
dengan deplesi volume intravaskular. Sebagai dehidrasi berlangsung, syok hipovolemik akhirnya terjadi
kemudian, sehingga akhirnya kegagalan organ dan kematian.
Anak-anak kecil lebih rentan terhadap dehidrasi karena kadar air tubuh yang lebih besar, ketidakdewasaan
ginjal, dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka secara independen. Anak yang lebih
besar menunjukkan tanda-tanda dehidrasi lebih cepat dari bayi karena tingkat yang lebih rendah dari
cairan ekstraselular (ECF).
Dehidrasi dapat dikategorikan sesuai dengan osmolaritas dan tingkat keparahan. natrium serum adalah
tanda pengganti yang baik dari osmolaritas asumsi pasien memiliki glukosa serum normal. Dehidrasi
dapat isonatremic (130-150 mEq / L), hyponatremic (<130 mEq / L), atau hypernatremic (> 150 mEq /
L). dehidrasi Isonatremic adalah yang paling umum (80%).Hypernatremic dan dehidrasi hyponatremic
masing-masing terdiri dari 5-10% dari kasus. Variasi natrium serum mencerminkan komposisi cairan
yang hilang dan memiliki efek pathophysiologic berbeda.
Isonatremic (isotonik) dehidrasi terjadi ketika cairan yang hilang sama dalam konsentrasi natrium
ke darah. Natrium dan air kerugian yang besarnya relatif sama di kedua kompartemen cairan
intravaskular dan ekstravaskuler.
Hyponatremic (hipotonik) dehidrasi terjadi ketika cairan yang hilang mengandung natrium lebih
dari darah (kehilangan cairan hipertonik).natrium relatif lebih dari air hilang. Karena natrium
serum rendah, pergeseran air intravaskular ke ruang ekstravaskuler, melebih-lebihkan deplesi
volume intravaskular dengan jumlah tertentu kehilangan air tubuh total.
Hypernatremic (hipertonik) dehidrasi terjadi ketika cairan yang hilang mengandung natrium
kurang dari darah (kehilangan cairan hipotonik). natrium relatif kurang dari air hilang. Karena
natrium serum tinggi, pergeseran air ekstravaskuler ke ruang intravaskular, meminimalkan
deplesi volume intravaskular dengan jumlah tertentu kehilangan air tubuh total.
Komplikasi neurologis dapat terjadi di negara hyponatremic dan hypernatremic. hiponatremia yang berat
dapat menyebabkan kejang, sedangkan koreksi cepat hiponatremia kronis (> 2 mEq / L / h) telah
dikaitkan dengan myelinolysis pontine pusat. Selama hypernatremic dehidrasi, air osmotically ditarik dari
sel ke ruang ekstraseluler. Untuk kompensasi, sel dapat menghasilkan osmotically partikel aktif (osmoles
idiogenic) yang menarik air kembali ke dalam sel dan mempertahankan volume cairan selular. Selama
rehidrasi cepat hipernatremia, aktivitas osmotik peningkatan sel-sel ini dapat menghasilkan pemasukan
besar air, menyebabkan pecah pembengkakan dan selular; edema serebral merupakan konsekuensi paling
dahsyat. Slow rehidrasi lebih dari 48 jam umumnya meminimalkan risiko ini.
Penatalaksanaan3
Resusitasi Cairan & Elektrolit sesuai derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolitnya.
Upaya Rehidrasi Oral (U.R.O.)
UsiaDehidrasi Ringan – 3 jam Tanpa Dehidrasi
pertama (50ml/kg) - jam selanjutnya
(10-20 ml/kg/setiap diare
Bayi sp 1 tahun 1,5 gelas * 0,5 gelas*
Bayi sp 5 tahun 3 gelas ** 1 gelas **
Bayi > 5 tahun 6 gelas 2 gelas
*Berat badan + 6 kg. :
6 kg x 50 ml = 300 mI = + 1,5 gelas
6 kg x 10-20 ml = 60-120 ml/setiap diare = 0,5 gelas/setiap diare
**Berat badan + 13 kg :
13 kg x 50 mi = 650 mi = 3 gelas
13 kg x 10-20 mi = 150-250 ml/setiap diare = 1 gelas setiap diare
Terapi Cairan Standar (Iso Hiponatremia) Untuk Segala Usia Kecuali Neonatus
PLAN DERAJAT
DEHIDRASI
KEBUTUHAN
CAIRANJENIS CAIRAN CARA/LAMA
PEMBERIAN
C BERAT +30 ml/kg/1 jam
= 10 tts/kg/mnt
RL T.I.V/ 3 Jam atau
lebih cepat
*)
B
SEDANG
6-9 %
RINGAN
+70 ml/kg/1 jam
= 5 tts/kg/mnt
+50 ml/kg//3 jam
= 3- 4 tts/kg/mnt
HSD
Atau
Oralit
HSD
atau
oralit
T.I.V/ 3 Jam
Atau
T.I.G/ 3 Jam
Oral 3 jam
T.I.V/ 3 Jam
Atau
T.I.G/ 3 Jam
A TANPA
DEHIDRASI
+10-20 ml/kg/ setiap kali
diare
Larutan RT atau
oralit
Oral sampai diare
berhenti
Keterangan : T.I.V : tetes intra venus
T.I.G : tetes intra gastrik
(untuk jenis-jenis cairan lihat lampiran 1)
Perkecualian :
A. Neonatus ( < 3 bulan )
D10%/0,18NaCl 30 ml/kg.BB 2 jam
D10%/0,18NaCl 70 ml/kg.BB 6 jam
B. Penyakit Penyerta (Broncopneumonia., Malnutrisi berat, dsb)
HSD 30 ml/kg.BB 2 jam
HSD 70 ml/kg.BB 6 jam
*)
C. Hipernatremia :
HSD 320 ml/kg.BB 48 jam
Setelah melewati resusitasi cepat (1-2 jam) diberikan cairan HSD secara lambat.
Defisit (70 ml) + rumatan (100 ml) + 2 hari ongoing losses : ± 320 mi/kg dalam waktu 48 jam
(2-3 tetes/kg/menit).
Larutan Baku Yang Tersedia
- Ringer Laktat (RL)
- Cairan Garam Faali (NS = NaCl 0,9%)
- Dekstrosa 5% , 10% (D5 , D10)
- Dekstrosa 5% dalam 0,225% NaCL (D5 – ¼ NS)
- Bikarbonas – natrikus (NaBik) 2% - 3,75% -7,5%)
- KCl 15%
- NaCl15%
Larutan Khusus
- R.L. (Ringer Lactate)
- D5 : NS = 4 : 1 + NaBik (15 mEq/l) + KCl ( 10 mEq/l)
- D5 – ¼ NS + NaBik + KCl
- D5 : RL = 4 : 1 + KCl
- D5 + 6 ml NaCl 15% + NaBik + KCl
- Khusus untuk neonatus, kurang dari 3 bulan, kurang dari 4 kg.
- D10 : NS = 4 : 1 + NaBik (7mEq/l) + KCL (5mEq/l)
Penambahan NaBik / KCl untuk 500 ml cairan :
- Bila NaBik 2% : 60 ml
NaBik 3,75% : 30 ml
NaBik 7,5% : 15 ml
Untuk neonatus ½ dosis
- Bila KCl 15% : 5 ml
Untuk neonatus ½ dosis
(1 liter 7,79% NaBik = 90 mEq Na+ dan HCO3-)
(1 liter 14,9% KCl = 2000 mEq K+)
Komplikasi2
Hipernatremia, hiponatremia, dan hipoglikemia adalah komplikasi dari dehidrasi. Hipernatremia (natrium
serum tingkat lebih besar dari 145 mEq per L [145 mmol per L]) menunjukkan kehilangan air lebih dari
kehilangan natrium. Karena natrium dibatasi dengan ruang cairan ekstraselular. Temuan yang dapat
membantu dalam diagnosis hipernatremia pada anak-anak termasuk "pucat" ,pengujian untuk turgor kulit,
peningkatan tonus otot, lekas marah, dan menangis bernada tinggi. Hiponatremia sering disebabkan oleh
penggunaan yang tidak tepat dari cairan mulut yang rendah natrium, seperti air, jus, dan soda. Jika
dehidrasi berat hadir, seorang anak dengan hipernatremia atau hiponatremia harus menerima kristaloid
isotonik sampai stabil. Jika volume awal telah terpenuhi, hiponatremia atau hipernatremia masih tetap
tidak beubah moderate sampai parah (tingkat natrium serum kurang dari 130 mEq per L [130 mmol per
L] atau lebih besar dari 150 mEq per L [150 mmol per L]), maka penggantian sisa defisit harus diubah,
sesuai dengan tujuan utama. Dalam sebuah penelitian, kadar glukosa darah kurang dari 60 mg / dL (3,33
mmol per L) yang terdeteksi di 9 persen anak-anak muda dari sembilan tahun (usia rata-rata 18 bulan)
dirawat di rumah sakit dengan diare.Sejarah dan temuan pemeriksaan fisik tidak menunjukkan bahwa
anak-anak berisiko, karena itu, skrining glukosa darah dapat diindikasikan untuk balita dengan diare.
Antropometri
BB/TB BB/U TB/U LLA/U BMI TLK
Gizi buruk
<70% - <60%
-60-80% dgn
edema
<70%
Gizi
kurang
70-90% 70-90% tanpa
edema
70-89% <p 5
Gizi baik ≥90% 80-120% 90-109%
Gizi lebih >120% 110-120%
Obese >p 90 atau
>120% BB
ideal
>120%
Persenti
l 85-90
>p 85
Super
obese
>140% BB
ideal>p 90
Perawakan
pendek< p 3
Tinggi
sangat
kurang
<70%
Tinggi
kurang70-89%
Tinggi
Normal90-110%
Baku Standar
Kurva CDC
BB/U = BB sekarang x 100%
BB seharusnya menurut umur
TB/U = TB sekarang x 100%
TB seharusnya menurut umur
BB/TB = BB sekarang x 100%
BB sesuai TB sekarang
Kurva WHO NCHS (Z-score)
• Rumus :
z – Skor = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpangan Baku Rujukan
• Kurva Normal z – Skor
• 5 tingkatan menurut WHO
1. Gizi lebih : > +3 SD
2. Gizi baik : -2 – (+2) SD
3. Gizi sedang : -2 – (-1) SD
4. Gizi kurang : -3 – (-2) SD
5. Gizi buruk : < -3 SD
(untuk distribusi, liat tabel WHO sesuai umur anak)
Gangguan osmotik Gangguan sekresi Gangguan motilitas
Intoleransi
P osmotik rongga usus meningkat
Sekresi air dan elektrolit rongga usus
meningkat
Rangsangan toxin mikroorganisme Peristaltik <<
Rangsang pertumbuhan bakteri
secara berlebihan
PATOGENESIS DIARE
Tekanan usus meningkat
PATOFISIOLOGI DIARE
Virus Bakteri invasifBakteri non invasif
Merusak vili halus usus
Mengurangi luas permukaan usus halus
Mempengaruhi mekanisme enzimatik
usus
Perkembangan normal enterocytes usus
terhambat
Perubahan dalam struktur dan fungsi sel
epitel
Malabsorbsi dan motilitas abnormal
dari usus
Melekat pada dinding usus, berkembang biak dan
mengeluarkan enzim mucinase
Bakteri masuk ke membran, keluarkan subunit A dan B, dan
cAMP
Rangsang sekresi cairan usus
Hambat arbsorbsi
Dinding usus teregang
Berat badan berkurang
Tinggi badan tidak sesuai usia
Gangguan keseimbangan
cairan
Gangguan keseimbangan
elektrolit
Dehidrasi Hipernatremia
HipokalemiaGelisah, volume urin
<<, fontanela dan mata cekung,
konjungtiva kering
kejangKompensasi: Takikardia
Gangguan sirkulasi
Syok hipovolemik
Perfusi jaringan berkurangHipoksia jaringan
Asidosis bertambah berat (tidak
terkompensasi)
Intake ASI <<mudah
terinfeksiGangguan sistem
pencernaan
Higienitas makanan <<
Infeksi sekunder
Feses berlendir
Laktosa digunakan metabolisme
mikrooorganisme
Produksi gas >>Perut
kembung
Gangguan sistemik
Pilek
ANAMNESIS
Diare
Batuk
Demam
Gangguan keseimbangan
asam basa
Asidosis metabolik
Kelemahan otot polos
Bising usus tidak terdengarPeristaltik <<
Muntah (tidak asam)
Kompensasi: hiperpnoe (pernpasan kussmaul)Demam
Imunitas menurun
PEMERIKSAAN FISIK
Malnutrisi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Enzim usus tidak dapat dibuat
Intoleransi laktosa