skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh...

95
DISKRIMINASI TERHAD ETNIS TIONGHOA KECAMATAN TENJO KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama-Agama Oleh Enis Khaerunisa 1111032100021 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1349 H./2018 M.

Upload: hathu

Post on 25-May-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

DISKRIMINASI TERHAD ETNIS TIONGHOA KECAMATAN TENJO

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama-Agama

Oleh

Enis Khaerunisa

1111032100021

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1349 H./2018 M.

Page 2: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan
Page 3: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan
Page 4: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan
Page 5: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

iv

Abstrak

Enis Khaerunisa

Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia

Persepsi etnis Tionghoa erat hubungannya dengan sikap ataupun prilaku

yang berkaitan dengan diri mereka dan kelompok lain. Persepsi etnis Tionghoa

terhadap etnis non-Tionghoa maksudnya adalah anggapan atau sikap etnis

Tionghoa menilai diri mereka terutama pada posisi atau kedudukannya sebagai

kelompok minoritas dan cara pandang mayoritas etnis non-Tionghoa.Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui persepsi etnis Tionghoa sebagai kelompok

minoritas terhadap etnis non-Tionghoa dalam diskriminasi budaya dan agama.

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah

kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis dan sosiologis, pendekatan

Historis digunakan untuk mengkaji sejarah dan kehidupan etnis Tionghoa pada

masa orde lama, orde baru sampai masa pasca reformasi. Dan pendekatan

sosioligis untuk merumuskan secara jelas kebijakan pemerintah dan mencari jalan

keluar dari diskriminasi etnis Tionghoa.

etnis Tionghoa peranakan di Indonesia mengatakan bahwa ada pembedaan

budaya antara penduduk asli Indonesia dan keturunan Tionghoa. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa persepsi etnis Tionghoa terhadap

etnis non-Tionghoa dipengaruhi oleh adanya stereotip atau anggapan negatif dan

pembedaan atau diskriminasi perlakuan terhadap etnis Tionghoa. Diskriminasi

ini membuat etnis Tionghoa kesulitan untuk membaur dengan masyarakat etnis

non-Tionghoa sehingga menumbuhkan sikap membatasi diri (mengisolasi diri)

etnis Tionghoa yang hanya bergaul di lingkungan kelompoknya saja. Kondisi

politik di Indonesia saat ini mulai membuka peluang bagi etnis Tionghoa untuk

berpartisipasi aktif dalam berpolitik yang bertujuan untuk mengakomodir

kepentingan kelompoknya sebagai kelompok minoritas.

Page 6: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

v

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menuntut ilmu sampai saat

inidan penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Diskriminasi

Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia”. Salawat dan salam semoga senantiasa

terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta segenap keluarga,

sahabatnya dan seluruh umat-Nya.

Satu kebahagiaan tersendiri jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan

sebaik-baiknya. Skripsi ini merupakan syarat tahap akhir untuk menyelesaikan

studi masa perkuliahah, bagi penulis penyusunan skripsi ini merupakan suatu

tugas yang tidaklah ringan. Secara sadar banyaklah hambatan yang penulis jumpai

dalam proses penyusunan skripsi ini dikarenakan keterbatasan kemampuan

penulis sendiri. Dalam penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, tapi penulis

berusaha untuk menjadi yang terbaik berkat jasa bimbinhan serta do’a dari

berbagai pihak, dan akhirnya skripsi ini terselesaikan.

Oleh karena itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua

pihak terhadap jerih payahnya dan jasa-jasa yang tek bisa terbayarkan oleh

apapun, terutama kepada:

1. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok M. Si sebagai pembimbing dalam

penulisan skripsi ini, yang telah banyak meluangkan waktu dan

tenaganya serta gambaran dalam memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis sehingga membuka cakrawala berfikir dan nuansa

Page 7: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

vi

keilmuan yang baru, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

2. Dr. Media Zainul Bahri, MA, dan Dra. Halimah Mahmudy, MA.

Selaku ketua dan sekretaris jurusan Studi Agama-Agama, yang telah

membantu dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

3. Prof. Dr. Masri Mansoer, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Segenap jajaran dosen dan guru besar Studi Agama-Agama, Dra.

Hermawati, MA, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, Prof. Dr. Ridwan

Lubis, MA, Drs. M. Nuh Hasan, MA, Dr. Amin Nurdin, MA, Dr.

Hamid Nasuhi, M. Ag dan Dr. Abdul Muthalib yang senantiasa

memberikan ilmu serta wejangan yang tiada tara manfaatnya.

5. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

Litang Bio Tangerang terkhusus kepada bapak Bratayana, Bapak Rudi,

Engkong Tjin Enk dan Staf lintang lainnya yang telah memberikan

penulis banyak inspirasi dan referansi.

6. Penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada Bapak Juliono, Bapak

Sugiandi dan Bapak Dedi Sukatman, yang telah meluangkan waktunya

untuk menjadi narasumber penulis didalam penelitian skripsi ini dan

memberikan pengetahuan baru mengenai etnis Tionghoa.

7. Mamah tersayang Hj. Nuraeni dan Bapak tercinta H. Muhaemin S.Pd

yang selau menjadi sumber inspirasi, yang selalu memberikan kasih

Page 8: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

vii

sayangnya, motivasi dan yang paling utama selalu memberikan do’a

yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan

skrispsi ini dengan baik.

8. Ucapan terimakasih untuk adik-adik tersayang Elsa pujiatunisa dan al-

Faidz Fitri Nugraha yang telah memberi semangat dan selalu

menghibur ketika penulis sedang lelah dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Penulis mengucapkan banya terimakasih kepada teman-teman

seperjuangan seperti Mylinda Chairunissa, Annisa Kholida, Faur

Rasyid dan Nurjaman, annisa Fachraddiena, Noviah, yang sudah

membantu dan menemani penulis mencari referensi untuk dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Segenap teman kelas dan seperjuangan angkatan 2011 yang telah

memberi warna dalam kehidupan dan ilmu pengetahuan baru selama di

kampus dari awal perkuliahan sampai akhirperkuliahan, yang tidak

bisa penulis sebutkan satu eprsatu tanpa mengurangi rasa terima kasih

penulis.

11. Kemudian untuk segenap kawan-kawan KKN BERLIAN, yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu kerena mereka juga tidak henti-

hentinya memberikan semangatdan motifasi kepada penulis.

12. Yang terakhir, penulis ucapkan terimakasih kepada seseorang yang ada

diluar sana dan selalu menemani, membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh keluhan, baik dengan

keluhan senang maupun susah.

Page 9: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

viii

Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membacanya, terutama bagi yang berminat dibidang theologi lebih khusu tentang

Diskriminasi terhadap Tenis Tionghoa di Indonesia. Kritik dan saran akan penulis

terima dengan lapang dada.

Jakarta, 30 Juli 2018

Enis Khaerunisa

Page 10: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

ix

DAFTAR ISI

Surat pernyataan ...............................................................................................i

Lembar Persetujuan .........................................................................................ii

Lembar Pengesahan ..........................................................................................iii

Abstrak ..........................................................................................................iv

Kata pengantar ..................................................................................................v

Daftar isi ..........................................................................................................ix

BAB I: Pendahuluan ...........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .........................................................14

C. Tujuan dan manfaat Penulisan ..........................................................14

D. Tinjauan Pustaka ...............................................................................15

E. Motode Penelitian .............................................................................18

F. Sistematika Penulisan .......................................................................20

BAB II: Etnis Tionghoa di Indonesia..................................................................22

A. Masa Awal Kedatangan Etnis Tionghoa di Indinesia

pada masa ode lama dan orde baru ...................................................22

B. Kehidupan etnis Tionghoa pada masa setelah Reformasi .................32

BAB III: Diskriminasi Anti Tionghoa di Indonesia di Kecamatan Tenjo ..........41

A. Profil daerah kecamatan Tenjo..........................................................41

B. Diskriminasi terhadap budaya dan Agama .......................................49

Page 11: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

x

C. Kebijakan Pemerintah dan Masyarakat Indonesia ............................54

D. Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan

diskriminasi di Indonesia ..................................................................58

BAB IV: Masalah Tionghoa di Kecamatan Tenjo dan Jalan Keluarnya ...............65

A. Merintis Jalan Keluar Pemecahan Maslah WNI

Keturunan Tionghoa .......................................................................65

B. Masalah Tionghoa dalam Rangka Stabilitas Politik .......................70

BAB V: Penutup .................................................................................................74

A. Kesimpulan .......................................................................................74

B. Saran ..................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................81

Page 12: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beragama merupakan hak asasi manusia yang paling hakiki dan dalam

keadaan apapun negara tidak boleh mengurangi hak warganya untuk memeluk

agama yang diyakininya. Agama itu sendiri telah hadir sebelum manusia

mengenal kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama merupakan pemberian

Tuhan Yang Maha Esa diwahyukan melalui para nabi sebagai bimbingan manusia

agar dapat menempuh jalan suci.

Bilamana setiap insan beragama bersinergi bersama pemerintah untuk

menciptakan kerukunan, baik kerukunan intern maupun antar umat beragama dan

agar setiap warga negara mendapat kejelasan hukum dalam menjalankan serta

mengamalkan agamanya secara baik sesungguhnya ini akan menjadi modal dasar

dalam membangun bangsa dan negara yang kuat.

Awal kedatangan orang-orang Cina ke Indonesia dapat ditelusuri kembali

sampai dinasti Ming. antara lain dapat dipelajari dari perselen-porselen Cina hasil

penggalian. Akan tetapi kedatangan orang Cina secara besar-besaran ke Indonesia

baru terjadi pada gelombang-gelombang eksodus.1

Indonesia adalah sebuah bangsa dengan beragam etnis dan budaya. Cita-

cita untuk menciptakan sebuah negara bangsa yang bersatu tampak dalam

semboyan Bhineka Tunggal Ika, pada tahun 1945. Jatuhnya Soeharto pada tahun

1 Leo Suryadinata, Pemikiran Politk etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, (Jakarta,

Pustaka LP3ES Indonesia, 2005) hlm. 407

Page 13: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

2

1998 membuat ideologi Orde Baru dan kebijakan asimilasi berakir, sekaligus

membuka ruang baru bagi kebangkitan kembali politik multikulturalisme pun

muncul yang kemudian diperbincangkan dan diperdebatkan para aktivis sosial dan

akademisi.

Tidak dapat diragukan bahwa Soeharto telah memperkenalkan kebijakan

asimilasi terhadap etnik Tionghoa sebagai sebuah praktik politik yang tidak

pernah dilakukan pada masa sebelumnya. Selama periode parlementer (1949-

1958) yang berazaskan demokrasi, kebijakan asimilasi sulit bahkan tidak mungkin

diterapkan karena asimilasi melawan prinsip-prinsip umum demokrasi. Kendati

demikian, rezim Demokrasi terpimpin (1959-1965) yang bersifat semi-otoriter

tetap mempertahankan sejumlah ciri pluralistik di satu sisi dan mulai melakukan

praktik integrasi yang mendekati usaha asimilasi disisi lain.2

Hal ini mencerminkan dalam kebijakan pemerintah untuk membatasi

pendaftaran di sekolah-sekolah menengah Tionghoa serta jumlah dan pengelolaan

koran-koran Tionghoa. Anak-anak warga negara Indonesia dilarang masuk

sekolah-sekolah tersebut dan sejumlah besar koran asing ditutup. Hal-hal tersebut

tidak dapat dikategorikan secara hitam-putih bersifat asimilasi mengingat bahwa

tiga pilar budaya Tionghoa yaitu pers berbahasa Tionghoa , sekolah-sekolah

menengah Tionghoa dan organisasi-organisasi etnik Tionghoa masih ada.3

2Dwipayana, G. dan R. K. Hadimadja, Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya.

(Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada.1989), h. 10 3Dwipayana, G. dan R. K. Hadimadja, Soeharto, Pikiran, ucapan dan tindakan saya, h.

10-11

Page 14: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

3

Kendati demikian sulit untuk menyangkal bahwa ciri-ciri utama dari

kebijakan selama rezim Orde Baru adalah asimilasi. Ciri terpenting adalah

penghapuskan tiga pilar utama kebudayaan Tionghoa.4

Tidak berlangsung lama setelah mengambil alih kekuasaan, rezim

Soeharto menutup semua koran Tionghoa, kecuali satu. Koran yang menjadi

harian Tionghoa satu-satunya yang dikelola oleh pemerintah dan dikuasai oleh

militer. Koran ini adalah harian berdwibahasa:Tionghoa dan Indonesia menjadi

populer diantara etnik Tionghoa untuk memasang pemberitahuan dan iklan.

Impeor publikasi dalam bentuk apapun yang berbau bahasa Cina seterusnya juga

dilarang. Sejak tahun 1966 tidak satupun sekolah menengah Tionghoa yang

mengizinkan beroperasi dan penggunaan bahsa Tionghoa pun tidak didukung.5

Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia yang terjadi selama ini

merupakan salah satu tantangan dari segenap warga bangsa dalam berproses

menuju kesejahteraan sosial yang adil berdasarkan Pancasila. Terjadinya

diskriminaasi terhadap etnis Tionghoa sebagai bagian dari etnis yang turut

memperkaya pluralitas Indonesia seolah telah menorehkan luka bagi segenap

warga bangsa agar segera menyembuhkannya.6 Hal ini dapat dipahami karena

bagaimanapun juga keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia dalam sejarahnya

telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap lahirnya

Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia

4Dwipayana, G. dan R. K. Hadimadja, Soeharto, Pikiran, ucapan dan tindakan saya, h.

11 5Dwipayana, G. dan R. K. Hadimadja, Soeharto, Pikiran, ucapan dan tindakan saya, h.

20 6Slamet Martosidiro Penyelesaian Masalah Cina perantauan, Prisma, Jakarta, No. 3

Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi 1973, h. 30

Page 15: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

4

telah berusia lebih dari 500 tahun. Meski demikian, entah kenapa diskriminasi

terhadap etnis Tionghoa yang dianggap tidak memiliki akar budaya asli Indonesia

terus menerus terjadi hingga saat ini.7

Sejak awal keberadaannya dibumi nusantara ini, etnis Tionghoa telah

mengalami berbagai macam keterlibatan politik yang menjadikan mereka etnis

khusus yang pantas mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. Hal ini

disebabkan oleh khas mereka yang begiu dalam persaudaraan, budaya dan juga

kecakapan dalam bidang pengembangan ekonomi. Oleh karena kekhasan inilah

pihak penguasa seringkali memanfaatkan mereka demi mempertahankan

kekuasaan.

Konsep pribumi yang menyatakan hak atas tanah dan oleh karena itu

memiliki hak yang lebih besar dibanding dengan para imigran. Semua suku

Indonesia dinyatakan sebagai penduduk asli mengingat bahwa tanah kelahiran

mereka berada dalam wilayah republik Indonesia. Sedangakan etnis Tionghoa

berasal dari Tiongkok dan oleh karenanya mereka dari dulu dianggap orang asing.

Apabila mereka ingin menjadi orang Indonesia, jalan satu-satunya yang dapat

diterima adalah dengan asimilasi ke dalam penduduk asli Indonesia.8

Sebelum tahun 1960-an pemerintah Indonesia tidak pernah berkesempatan

untuk merumuskan suatu kebijakan menyeluruh berkenaan dengan minoritas

Tionghoa. Dibidang-bidang tertentu (seperti misalnya kegiatan ekonomi,

7 Mely G. Tan, Etnis Tionghoa di Indonesia, “Kumpulan Tulisan” Etnik Cina di

Indonesia (Mely G. Tan), (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) hlm. 1 8www.ijil.ui.ac.id/index.php/jai/article/download/3464/2744 diakses pada tgl 24-

07-2018 jam 13.21

Page 16: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

5

kewarganegaraan atau pendidikan) undang-undang dan peraturan dibuat untuk

demikian, peraturan perundangan suatu kebijakan itu bersifat sementara, dan tidak

merupakan bagian dari suatu kebijakan mengenai masalah Tionghoa secara

terkoordinasi. Hal ini bukan disebabkan karena golongan Tionghoa tidak dilihat

sebagai suatu masalah.9

Pada tahun 1957, kebijaksanaan Indonesia mulai berubah, dan

perkembangan-perkembangan selanjutnya cendrung untuk mempertajam garis

pemisah antara kedua masyarakat Tionghoa itu. Sekarang hanya anak-anak kaum

Totoklah yang bersekolah di sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa, sedangkan

anak-anak kaum peranakan bersekolah hampir semuanya disekolah-sekolah

berbahasa Indonesia yang di sponsori sebagian besar oleh organisasi-organisasi

kaum peranakan.10

Pemenfaatan kekhasan etnis tionghoa bagi kepentingan penguasa di

Indonesia ini telah bermula dari sejak pemerintahan kolonial Belanda dan

memuncak saat Orde Baru berkuasa. Selama itu pula keberadaan etnis Tionghoa

selalu menjadi polemik tersendiri dalam usaha konsolidasi sebagai bangsa

Indonesia. Hingga akhirnya, sejak lahirnya Indonesia, etnis Tionghoa masih tetap

saja dianggap sebagai suatu etnis „pendatang‟ yang harus mengalami proses

naturalisasi melalui asimilasi atau pembaharuan yang dipaksakan. Sejak saat itu,

tepatnya lima tahun sebelum Orde berkuasa serta mulai menerapkan asimilasi

terhadap etnis Tionghoa di Indonesia, diskusi tentang proses pembaruan etnis

9 Charles A. Coppel, Tionghoa Indonesia Dalam krisis, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,

1994), hlm. 60 10 Mely G. Tan, Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia Suatu Masalah Pembinaan

Kesatuan Bangsa. hlm. 15

Page 17: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

6

Tionghoa di Indonesia telah berjalan dengan seru. Diskusi dan prdebatan itu justru

terjadi dikalangan etnis Tionghoa sendiri.11

Diskriminasi terhadap etnis di Indonesia sudah dimulai semenjak masa

kolonial Belanda. Bahkan pada tahun 1740 dibawah Gubernur Jendral Valckenier

terjadi pembunuhan besar-besaran tesrhadap etnis Tionghoa di Batavia. 10.000

orang etnis tionghoa ditumpas habis. Pembataian yang dilakuakan Belanda secara

besar-besar terhadap Tionghoa. Itu sebabnya tidak banyak muncul oposisi-oposisi

dari etnis Tionghoa. Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa tidak berhenti hanya

pada masa kolonial Belanda, namun terus berlanjut hingga Orde lama dan Orde

Baru.12

Diskriminasi resmi yang dilakukan terhadap orang Tionghoa warga

apapun juga, biasanya berbentuk perlakuan yang mendahulukan orang indonesia

Pribumi. Didalam bidang ekonomi, misalnya pemerintah nasional melakukan

pengawasan terhadap pemberian kredit, izin impor, izin berusaha memprodusir

dan valuta asing dengan tujuan untuk menguntungkan orang Indonesia asli dan

bukan asal menguntungkan warga negara Indonesia pada umumnya.13

Pemerintahan Presiden Soekarno pada era 1959-1960 adalah masa dimana

etnis Tionghoa sungguh terdiskriminasi dalam wajah yang sangat rasialis.

Pengajaran terhadap orang-orang Tionghoa ketika itu merupakan bagian dari

pelaksanaan serta pengembangan politik anti Tionghoa 1956. Konsep pemikiran

11 H. Junus Jahya, masalah tionghoa di Indonesia Asimilasi vs Intergrasi, Jakarta:

Lembaga Pengkajian masalah Pembaruan, 1999 hlm 19 12 Leo Suryadinata http//www.Diskriminasi EtnisTionghoa di Indonesia Pada Masa Orde

Lama dan Orde Baru Tionghoa.htm. diakses pada hari Minggu tanggal 10 Juni 2018 pukul 12:21 13 Mely G. Tan, Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia Suatu Masalah Pembinaan

Kesatuan Bangsa. hlm. 19

Page 18: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

7

dari pemerintah mengenasi nasionalisasi perusahaan telah sangat meminggirkan

usaha milik orang-orang etnis Tionghoa.14

Pada 14 mei 1959 pemerintah mengeluarkan PP No. 10/1959 yang isinya

menetapkan bahwa semua usaha dagang kecil milik orang asing ditingkat desa

tidak diberi izin lagi setelah 31 desember 1959. Peraturan ini terutama ditujukan

pada pedagang kecil. Tionghoa yang merupakan bagian terbesar orang-orang

asing yang melakukan usaha ditingkat desa. Akibatnya, semakin meresahkan

perlakuan rasis terhadap orang Tionghoa di Indonesia.15

Sebutan orang Tionghoa oleh sebagian besar Rakyat Indonesia dan

perlakuan aparat militer yang menjadi alat negara telah mampu kendiskreditkan

etnis Tionghoa sebagai kaum pendatang yang harus tunduk pada masyarakat yang

punya tanah kelahiran (pribumi). Namun kenyataan menjadi paradoks ketika lobi-

lobi penguasa tempo itu tidak bisa menghindar dari sebagian elit etnis Tionghoa.

Rasa dendam terhadap etnis Tionghoa semakin memberi kekuatan baru bagi

perjuangan meminggirkan etnis Tionghoa. Disisi lain, bangkitnya semangat

nasionalisme yang cendrung mengacu pada sentimen primordial adalah faktor lain

yang menunjukan betapa suramnya rasialisme itu di wajah Negara Repulik

Indonesia.16

Selama rezim orde baru berkuasa (1966-1998), etnis Tionghoa

memperoleh hak-hak istimewa untuk mengembangkan ekonomi Indonesia, tetapi

14 Leo Suryadinata http//www.Diskriminasi EtnisTionghoa di Indonesia Pada Masa Orde

Lama dan Orde Baru Tionghoa.htm. diakses pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 12:26 15 Leo Suryadinata http//www.Diskriminasi EtnisTionghoa di Indonesia Pada Masa Orde

Lama dan Orde Baru Tionghoa.htm. diakses pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 12:43 16 Leo Suryadinata http// www.Diskriminasi Etnis Tionghoa di Indonesia Pada Masa

Orde Lama dan Orde Baru Tionghoa.htm. diakses pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 12:21

Page 19: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

8

anehnya mereka dipinggirkan dan didiskriminasi dalam semua wilayah sosial:

budaya, bahasa, politik, hak masuk perguruan tinggi, hak atas pelayanan publik

dan hak untuk menjadi pegawai negeri.

Diskriminasi yang disengaja dan berkelanjutan ini membuat etnis

Tionghoa terus menerus merasa sebagai “orang asing” dan berada dalam posisi

rentan untuk dimusuhi secara kelas dan etnis. Pada tahun 1998,17

ketika negeri ini

dilanda krisis ekonomi Asia, muncul tekanan kuat dari publik yang menuntut

Presiden Suharto mengundurkan diri. Namun, pemerintah malah menjadikan etnis

Tionghoa sebagai kambing hitam krisis ekonomi dan menuntut mereka

bertanggung jawab.18

Akibatnya kerusuhan anti Tionghoa dalam skala besar meledak di

beberapa kota di Indonesia pada Mei 1998. Toko-toko milik etnis Tionghoa pun

diobrak abrik, dijarah dan dibakar; banyak orang Tionghoa di serang; dan sekitar

152 perempuan Tionghoa disiksa, diperkosa dan dibunuh banyak etnis Tionghoa

panik dan kabur ke tempat-tempat yang lebih aman baik itu di dalam atau di luar

negeri.19

Gerakan Asaat atau pribumisasi yang dinilai berpengaruh besar pada

gerakan anti Tionghoa, pada bulan November 1959 dikeluarkan PP Nomor 10

tahun 1959 berisi larangan untuk orang asing berusaha dibidang perdagangan

eceran ditingkat kabupaten dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga

negara Indonesia, dan mereka diharuskan menutup perdagangan sampai batas 1

17W.D Soekisman, Masalah Cina di Indonesia, Jakarta, Yayasan Ilmu CV. 1975, h. 10 18 Chang-Yau Hoon, Identitas Tionghoa Pasca-suharto: budaya, politik dan media,

(Jakarta, Yayasan nabil dan LP3ES, 2012) hlm xxxii 19 Chang-Yau Hoon, Identitas Tionghoa Pasca-Suharto: budaya, politik dan media, hlm

xxxii

Page 20: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

9

Januari 1960. PP. No 10 ini dimaksudkan untuk menyehatkan dengan Duta Besar

Tiongkok untuk Indonesia.20

Namum menimbulkan ketegasngan diplomatik

antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Dalam pertemuan antara

Menteri Luar Negeri Subandrio dengan Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia

(Huang Chen) di Jakarta. Pemerintah Peking mendesak peninjauan kembali PP ni.

10 dan permintaan pun ditolak.21

Anti tiongkok dalam hubungan pelaksanaan PP

No. 10 Pelaksanaan dimulai di bidang ekonomi juga merupakan bagian

pelaksanaan pelaksanaan dalam revolusi Indonesia dalam nasionalisasi tersebut,

PP No 10 memerintahkan agar usaha pedagang eceran bangsa asing diluar ibukota

kabupaten harus ditutup dan pedagang itu hanya beleh berdomisili ditempat

tinggalnya. Sedangkan tempatnya berjualan selama ini tidak diberi izin untuk

berusaha dan semua barang yang ada ditempat berjualan harus diserahkan kepada

koperasi.22

Peristiwa yang berlarut-larut ini menunjukan dengan jelas betapa

lemahnya kedudukan orang Tionghoa yang sekarang tinggal di Indonesia.23

Pertama-tama hal itu menunjukan bahwa orang Tionghoa itu memang sedikit

temannya didalam struktur kekuasaan Indonesia yang baru. Dengan mundurnya

partai-partai dan bertambahnya kekuasaan militer maka tinggal sedikitlah

pengendalian terhadap politik anti Tionghoa itu. Sesungguhnya, tampak bahwa

20https://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_Presiden_Nomor_10_tahun_1959 diakses pada

tgl 24-07-2018 jam 12.35 21Amri Marzani, Hubungan sosial Cina-Pribumi, Jurnal penelitian Sosial, penerbitan

Khusus, Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia 1975. H. 30 22 Berita Peristiwa 60 Tahun Waspada: Penduduk Tionghoa Dipulangkan (1960). PP

No.10 dan Masalah Pemulangan Hoakiao Hal 39 23 Mely G. Tan, Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia Suatu Masalah Pembinaan

Kesatuan Bangsa. hlm. 22

Page 21: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

10

hanya Sukarnolah yang mencegah tindakan militer yang bisa mengubah tragedi

itu menjadi bencana langsung bagi orang-orang Tionghoa.24

Dalam proses menyatakan diri sebagai sebuah negara bangsa baru, bangsa-

bangsa perlu dibayangkan seperti berbagi isi atau warisan budaya yang sama.

Keragaman agama, etnisitas, kelas didalam negeri mungkin perlu dikenali dan

diakui sebagai sesuatu yang khas dari kompleksitas dan kekayaan warisan budaya

bangsa tersebut. Akan tetapi keragaman yang diperkirakan mengganggu atau

mengancam integrasi nasional tidak akan diakui begitu saja.25

Boleh dikatakan, semua orang Tionghoa di Indonesia merupakan imigran

kelahiran Tiongkok atau keturunan imigran menurut garis laki-laki. Namun

sebagai akibat dari perkawinan campuran dan asimilasi dibanyak bagian

Indonesia kita tidak dapat lagi memastikan yang mana tergolong orang Tionghoa,

dan yang mana bukan orang Tionghoa, berdasarkan kreteria ras yang paling

sederhana pun.26

Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial di Asia, dimana kemudian

terjadi tragedi Trisakti. Penembakan Mahasiswa Trisakti, yang terjadi pada 12

Mei 1998. Demonstran menuntut Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden.

Orban tewas terkena peluru tajam aparat, yang mengenai organ vital seperti

kepala, dada dan leher.27

24 Mely G. Tan, Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia Suatu Masalah Pembinaan

Kesatuan Bangsa. hlm. 22 25 Leo Suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa Indonesia,( terjemahan Dede

Oetomo), (Jakarta:PT. Gramedia, 1988) h. 105 26MN. Ibad, Akhmad Fikri AF, Bapak Tionghoa Indonesia (Yogyakarta: PT LkiS

Printing Cemerlang 2012), h. 70 27Indarto, Selayang Pandang Lembaga Agama Khonghucu Indonesia Dahulu, Sekarang

dan Masa Depan, (Jakarta, Matakin, 2010) h. 10

Page 22: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

11

Karena adanya amuk massa terhadap orang Tionghoa, akibatnya banyak

warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Hak asasi

manusia mereka telah dilanggar dan aparat tidak bisa menjamin hak mereka

karena kekacauan, banyak orang beranggapan bahwa orang-orang Tionghoa

bukanlah bangsa Indonesia asli.28

Secara fisik mereka berbeda dari orang

Indonesia yang lain. Mereka dianggap hanya sekedar menumpang hidup di

Indonesia. Efek dari kerusuhan rasial 1997 begitu besar. Kerugian yang didapat

seperti kerusakan beberapa bangunan yang sangat besar hingga mencapai triliunan

rupiah. Juga trauma, dendam dan rasa takut yang mencekam yang didapat

memperburuk suasana saat itu.29

Tidak lama kejadian itu berakhir dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta

(TGPF) untuk menyelidiki masalah ini. TGPF ini mengeluarkan sebuah laporan

yang dikenal dengan Laporan TGPF.berdasarkan laporan tersebut ditemukan

bahwa adanya keterkaitan dengan oknum-oknum militer. Sebagian pihak

beranggapan bahwa Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto dan Pangdam Mayjen

Sjafrie Sjamsoeddin terkesan membiarkan atau bahkan aktif terlibat dalam

provokasi kerusuhan ini. Pada tahun 2004, kasus ini dipertanyakan kembali oleh

komnas HAM kepada Kejaksaan Agung. Namun 1 Maret 2004 Komnas HAM

belum menerima tanggapan dari Kejaksaan Agung. Dalam hal ini pemerintah

kurang tanggap dalam pristiwa tersebut.30

28 http// www.Keadilan HAM Bagi Kaum Tionghoa KOMPASIANA.com.htm diakses

pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 10:01 29 http// www.Keadilan HAM Bagi Kaum Tionghoa KOMPASIANA.com.htm diakses

pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 10:07 30 http// www.Keadilan HAM Bagi Kaum Tionghoa KOMPASIANA.com.htm diakses

pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 10:49

Page 23: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

12

Sehubugan dengan HAM sama sekali belum terlaksana. Apalagi bagi

orang-orang Tionghoa, hak yang seharusnya mereka terima dilanggar. Hidup

mereka terancam, terhina dan diperlakukan dengan tidak sepantasnya. Sebagai

generasi muda, seharusnya kita berfikir cerdik dan berani demi mengungkap dan

membela kebenaran. Kebenaran itu tidak akan muncul kalau bukan kita sendiri

yang membukanya.31

Dengan menelusuri jejak dimasa kasus kerusuhan Mei 1998 itu terjadi

secara detail, kita bisa mencari segala sumber terpercaya dan terbukti

kebenarannya. Karena penyidikan kita sangat membutuhkan data yang akurat

sehingga kita mudah mengambil beberapa hipotesis sementara yang mengacu

pada kebenaran sebuah kasus.32

Selain itu wakil ketua Komnas Perempuan,

melalui media online menuliskan, ingatan sejarah adalah modal pembangunan

karakter bangsa, mendidik untuk menghormati hak asasi manusia dan

keberagamaan serta dalam memperjuangkan keadilan bagi korban pelanggaran

HAM, termasuk di dalamnya tragedi Mei 1998. Dalam hal ini sejarah dipakai

sebagai tolak ukur perkembangan sebuah HAM, khususnya bagi kaum

perempuan, sehingga HAM perempuan harusnya dihormati dan disamaratakan

dengan kaum laki-laki tanpa tidak merubah kodrat sebagai perempuan.33

Setiap manusia memiliki HAM yang berasal dari Tuhan. Sebaiknya,

pemerintah harus menindaklanjuti kasus ini sungguh-sungguh supaya tercipta

penegakan hukum dan perasaan keadilan untuk menuntaskan masalah

31Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, Titik Temu Jurnal

Dialog Peradaban Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2008, h. 119 32

33

Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h. 117

Page 24: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

13

pelanggaran HAM. Selain itu, kita perlu menanamkan rasa menghargai dan

menghormati hak sesama manusia.34

Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk menggali lebih lebih dalam

lagi mengenai Hak Asasi Manusia Persepektif Etnis Tionghoa, untuk itu saya

mengambil penelitian ini dengan judul ”Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa

di Indonesia”. Judul ini menarik untuk dikaji karena dapat menambah wawasan

dan pengetahuan tentang Hak Asasi Manusia Persepektif Etnis Tionghoa, serta

nantinya bermanfaat bagi mahasiswa sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

34 Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h. 119

Page 25: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

14

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Banyak hal yang dapat diangkat sebagai bahan penelitian prihal

Diskriminasi dalam konsep Etnis Tionghoa ini. Maka agar dalam pembahasan

skripsi ini tida terlalu melebar, panulis membatasinya pada masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Etnis Tionghoa tentang Diskriminasi

kemanusiaan?

2. Bagaimana peran pemerintah untuk mengatasi diskriminasi terhadap

etnis minoritas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah ditentukan batasan dan rumusan masalah, maka penelitian ini

memiliki tujuan diantaranya:

1. Untuk mengetahui pandangan etnis Tionghoa tentang diskriminasi

kemanusiaan.

2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mengatasi diskriminasi

terhadap etnis minoritas.

Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat mendapatkan gerai S.Ag di fakultas Ushuluddin

jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

Page 26: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

15

2. Secara teoritis, menambah khazanah keilmuan bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca umumnya, tentang peranan agama dalam memberikan

jawaban atas setiap permasalahan hidup manusia terutama dalam

mengatasi diskriminasi terhadap etnis Tionghoa

3. Memberikan kontribusi terhadap Fakultas Ushuluddin terkhusus pada

jurusan Studi Agama-Agama, diharapkan juga dalam penelitian ini dapat

dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini berfungsi untuk mengetahui apakah topik penelitian

yang akan diteliti, sudah diteliti atau belum karena hal ini dijadikan referensi

dalam melakukan penelitian tentang skripsi penulis.

Buku yang ditulis oleh Chang-Yau Hoon yang berjudul Identitas Tionghoa

Pasca Soeharto-Budaya, Politik, dan Media. Buku tersebut berisi Identitas bagi

kebanyakan orang yang dipahami sebagai hal yang umum, namun bersifat pribadi

karena terkait dengan identifikasi diri. Chang-Yau Hoon menunjukan bahwa

identitas etnis dalam hal ini identitas Tionghoa ternyata tidak sederhana, karena

itu semua hasil proses pembelahan politisyang mempunyai sejarah panjang.

Satu-satunya cara yang dibahas di buku ini adalah mendekonstruksi

identitas Tionghoa sebagai alat politis tersebut agar sekat-sekat yang membatasi

hubungan Tionghoa dan pribumi dapat dilampaui. Dekonstruksi yang ditawarkan

adalah melalui hibriditas yang diyakini Chang-Yau Hoon akan dapat mengatasi

Page 27: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

16

kelemahan konsep asimilasi dan multikulturasi yang karena sifat esensialisnya

cendrung menguatkan sekat-sekat rasial antara Tionghoa dan Pribumi.

Buku yang ditulis oleh Mely G, Tan. Golongan Etnis Tionghoa di

Indonesia Suatu Masalah Pembinaan kesatuan Bangsa buku ini membahas

tentang kehadiran dan keberartian orang-orang Tionghoa di tengah-tengah

masyarakat Indonesia merupakan suatu kenyataan. Kehadiran ini sudah

berlangsung sekian keturunan sedangkan keberartiannya dapat diukur dari

perlakuan masyarakat sekitarnya.

Melihat masalah Tionghoa sebagai bagian dari kenyataan kebhinekaan

masyarakat Indoneisa ini mengharuskan suatu pengetahuan dan pengertian yang

lebih mendalam mengenai sejarah dan peranan gologan minoritas ini dalam

masyarakat luas. Walaupun jumlah orang etnis Tionghoa di Indonesia relatif

sedikit, namun berhubung dengan peranan mereka dalam kehidupan ekonomi,

suatu peranan kunci dalam masyarakat mana pun. Maka mereka merupakan suatu

minoritas yang berarti. Keadaan inilah yang merupakan sumber permasalahan apa

yang dinamakan masalah Cina.

Buku yang berjudul “penyelesaian Masalah Diskriminasi terhadap Etnis

Cina” yang ditulis oleh Tundjung Herning Sitabuana mengatakan. Bahwa pada

masa pemerintahan Presiden BJ Habibie, Secara lisan Menteri Agama

mengatakan bahwa agama Khonghucu dilayani kembali oleh pemerintah. Ini

menyaratkan bahwa pemerintah ingin merangkul orang Tionghoa,

khususnyapenganut Khonghucu dalam upaya memperbaiki citra buruk di mata

Page 28: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

17

internasional tentang kebebasan beragama, HAM dan tentunya berhubungan

dengan perekonomian.

Buku yang berjudul “Orang cina Khek dari Singkawang” buku ini di tulis

oleh Hari Poerwanto, buku ini menyatakan bahwa perlakuan diskriminatif yang

kerap dialami orang cina di Indonesia bersikap rasis aau cemburu terhadap

kemajuan ekonomi orang Cina.

Pada masa pemerintahan Soeharto, orang Cina di Indonesia diperlakukan

seperti bangsa Paria. Berbagai kegiatan mereka dibatasi, sekolah ekslusif orang

Cina dibubarkan, media masa dalam bahasa Cina dilarang , bahkan kegiatan

kebudayaan dalam upacara keagamaan orang Cina pun di persulit, kadang

dilarang secara halus.

Pada zaman pemerinahan Presiden Soekarno ada sekelompok orang Cina

yang mendukung komunis, yakni partai politik Baperki. Akan tetapi banyak juga

yang menenang komunisme dan berjuang keras dalam merebut kemerdekaan dari

belanda. Sejak berdirinya pemerinahan Soeharo banyak orang Cina yang menjadi

korban dari pemerinah militer yang menganggap orang Cina pendukung

komunisme dan harus di berantas. Yang mengakibatkan orang Cina dilarang

meakukan riual keagamaan dan kegiatan kebudayaan.

Setelah pemerinahan Soeharto tumbang berbagai hak Cina untuk

mengekspresikan dirinya dikembalikan. Mereka diperkenankan meryakan

berbagai kegiatan kebudayaan dan keagamaan. Sumbangan peradaban Cina

kepada bangsa Indonesia, perjuangan orang Cina dalam menegakan kedaulatan

bangsa bebas berekspresi.

Page 29: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

18

Buku yang ditulis oleh Leo Suryadinata yang berjudul Negara dan Etnis

Tionghoa Kasus Indonesia, didalam buku ini penulis menjelaskan bahwa pada

masa lampau, orang Tionghoa hanya ditonjolkan sebagai makhluk ekonomi,

sehingga orang lupa bahwa minoritas ini juga memiliki kesustraannya, kesustraan

mereka terbagi atas dua jenis, sastra peranakan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam setiap kegiatan penelitian atau

penulisan skripsi. Hal ini bertujuan untuk menemukan data yang valid dan analisa

yang logis rasional. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kajian

kepustakaan (Library research). Melalui studi kepustakaan inilah

penulis mengumpulkan data dan informasi terkait bahan-bahan yang

diteliti, baik dari pustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Perpustakaan MATAKIN, Perpustakaan Nasional dan sumber lainnya.

Peneliti akan mengkaji literatur-literatur seperti buku, jurnal ilmiah

ensiklopedia, majalah dan sumber kepustakaan lainnya yang

berhubungan dengan penelitian.

Sedangkan untuk melengkapi data yang telah ada, menulis

melakukan wawancara dengan serentetan pertanyaan yang sudah

terstruktur (sistematis), kemudian diperdalam untuk mengorek

Page 30: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

19

keterangan lebih lanjut. Penulis melakukan wawancara dengan

MATAKIN (majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia).

2. Pendekatan

Adapun pendekatan yang akan digunakan penulis yaitu historis dan

sosiologis, yang dimaksud pendekatan historis yaitu untuk mengkaji

sejarah awal mula terjadinya diskriminasi terhadap etnis Tionghoa

adapun pendekatan sosiologis digunakan untuk merumuskan secara

jelas bagaimana dampak dari diskriminasi yang di alami oleh etnis

Tionghoa.

3. Pengumpulan Data

Adapun dalam pembahasan Skripsi ini, penulis menggunakan

metode deskriptif analisis. Deskriptif yang dimaksud adalah metode

penulisan yang yang berusaha menggambarkan atau menguraikan hal-

hal yang berkaitan dengan judul skripsi ini menurut apa adanya secara

detail tanpa mengurangi ataupun menambahkan.

4. Sumber Data

Sumber data dari penulisan skripsi ini terdiri dari dua macam, yaitu

data Primer35

dan Sekunder36

dalam pemikiran ini menjadi data primer

adalah Negara dan Etnis Tionghoa kasus Indonesia oleh Leo

Suryadinata.

35Primer adalah sumber informasi yang secara langsung berkaitan dengan tema dalam

penelitian. 36 Sekunder adalah sumber informasi yang secara tidak langsung dengan tema atau pokok

pembahasan dalam penelitian, dengan kata lain data sekunder dapat disebut sebagai penunjang

atau pendukung.

Page 31: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

20

Sementara itu data yang termasuk Sekunder adalah buku, jurnal,

skripsi, tesis, majalah, koran, wawancara dan sebagainya yang

dipandang relevan dan dapat mendukung penelitian penulis.

5. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada Buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakrta.

F. Sistematika penulisan

Penulis menyusun Skripsi ini sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan. Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah dan

beberapa argumentasi penelitian tentang pentingnya penelitian ini dilakukan.

Bagian ini mencakup latar belakang masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian

metodelogi penelitian, teknik penulisan dan sistematika pembahasan.

Bab II. Etnis Tionghoa di Indonesia. Pada bab ini penulis membahas

tentang awal kedatanag etnis Tionghoa di Indonesia pada orde lama dan orde

baru, kehidupan etnis Tionghoa setelah masa Reformasi.

Bab III. Diskriminasi Anti Tionghoa di Indonesia. Bab ini berisi tentang

Diskriminasi terhadap budaya dan Agama, Diskriminasi atas Golongan Etnis

Tionghoa, Kebijakan yang Diskriminatif bagi orang Tionghoa, Pembaharuan

Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan Diskriminasi di Indonesia

Page 32: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

21

Bab IV. Masalah Tionghoa di Indonesia dan Jalan Keluarnya, bab ini

berisi tentang Merintis Jalan Pemecahan Masalah WNI Keturunan Tionghoa,

Masalah Tionghoa dalam Rangka Stabilitas Politik.

Bab V. Penutup. Sebagi bab terakhir dalam penelitian ini, maka bab ini

berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini. Adapun isi bab ini merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang telah disajikan pada awal hingga akhir

penelitian.

Page 33: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

22

BAB II

Etnis Tionghoa dan Indonesia

A. Awal Kedatangan Etnis Tionghoa di Indonesia ada masa orde lama

dan orde baru

Beberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan seperti Fa Hien

pada abad ke-4 dan I-Ching pada abad ke-7. Fa-Hien melaporkan suatu

kerajaan di Jawa (To lo mo) dan I Ching ingin datang ke India untuk

mempekajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar

bahasa sansekerta dahulu.

Bangsa indonesia dalam kesejarahannya berkaitan erat dengan

keberadaan kelompok Tionghoa, baik pada masa kerajaan, penjajahan,

orde lama, orde baru, maupun pada masa pasca orde baru.

Keberadaan kelompok Tionghoa dalam ranah kesejarahan

Indonesia, dikenal sejak masa kerajaan Sriwijaya runtuh akibat serbuan

singasari. Kerajaan Sriwijaya mengirim utusan beberapa kali ke Tiongkok

sejak tahun 960 sampai dengan tahun 988. Utusan yang terakhir menetap

dikanton selama dua tahun karena Kerajaan Sriwijaya diserang oleh

tentara dari Cho-p‟o. Pada tahun 992 utusan terakhir ini berlayar kembali

namun hanya sampai di negeri Campa, dan meminta pemerintahan

Tiongkok agar membuat pernyataan bahwa Kerajaan Sriwijaya berada

dalam perlindungan Tiongkok.

Page 34: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

23

Kehidupan kelompok Tionghoa di Nusantara pada dasarnya telah

membaur dengan masyarakat pribumi. Kelompok pendatang Tionghoa

yang umumnya pedagang, banyak yang menikah dengan perempuan

pribumi.

Pada dasarnya kedatangan etnis Tionghoa ke Nusantara jauh

sebelum zaman Hindia-Belanda, akan tetapi keberadaannya kurang jelas.

Dugaan selama ini hanya berdasarkan hasil temuan benda-benda kuno

seperti Tembikar dari Tiongkok di Jawa Barat, Lampung, daerah

Batanghari, dan Kalimantan Barat maupun yang disimpan dibaerbagai

keraton. Demikian juga dengan temuan berbagai kapak batu yang dipoles

dari zaman Neolithikum yang mempunyai persamaan dengan kapak batu

giok atau zamrud yang ditemukan di Tiongkok dan berasal dari zaman

yang sama.37

Agama Khonghucu mengalami perkembangan dari masa ke masa,

diawali oleh para penrantau Tionghoa yang merantau ke negeri samudra

selatan, dari negeri leluhurnya yang sedang dilanda kekacauan,

membangun rumah Ibadah yang dinamakan Klenteng untuk merumusakan

ketenangan batin akan leluhur dan tanah air yang di tinggalkan.38

Pada masa kolonial di Indonesia terdapat tiga orientasi sosio-

politik yang besar diantaranya pertama. Tionghoa lokal, yaitu yang

berorientasi pada Tiongkok (kelompok Sin-Po), yang percaya bahwa

37Benny G setiopno, Tionghoa dalam pusaran Politik (Jakarta:Trans Media Pustaka.

2008), h. 19. 38Ws, Indarto, Selayang Pandang Lembaga Agama Khonghucu Indonesia Dahulu,

Sekarang dan Masa Depannya (Jakarta:Matakin, 2010, h. 2.

Page 35: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

24

orang Tionghoa lokal adalah anggota bangsa Cina. Kedua, mereka yang

berorientasi pada Hindia-Belanda (Chung Hua Hui), yang memahami

posisi mereka sebagai kawula Belanda sambil melanjutkan kehidupan

sebagai Tionghoa peranakan. Dan yang ketiga, mereka yang menyebut

sebagai anggota bangsa Indonesia yang akan datang (partai Tionghoa

Indonesia). Sebagaian dari para pemimpin Tionghoa di masa kolonial

Indonesia, khususnya para imigran baru, berorientasi ke Tiongkok, tetapi

kelompok yang kedua dan ketiga kebanyakan terdiri dari orang Tionghoa

peranakan.39

Masyarakat Tionghoa di Jawa sebelum akhir abad ke 19 pada

dasarnya adalah masyarakat peranakan.40

Para anggota masyarakat ini

telah kehilangan kemampuannya berbahasa Tionghoa dan menggunakan

bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasinya. Orang-orang Tionghoa

peranakan ini, sebelum abad ke 20 umumnya buta huruf dan hanya

berminat mencari uang. Beberapa orang mampu menggaji guru pribadi

untuk mengajar anak-anak laki-lakinya aksara Tionghoa dan kadang

diberikan pelajaran tentang kitab klasik Khonghucu. Akan tetapi

pendidikan anak perempuan tidak diperhatikan. Anak perempuan

didasarkan ibunya menurut kebiasaan dan pola orang-orang pribumi.

39Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia 2002),

h. 19. 40Tionghoa Peranakan adalah orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia dan

umumnya sudah membaur. Mereka berbahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dan bertingkah

laku seperti pribumi. Lihat Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa (Jakarta:Pustaka LP3ES

Indonesia 2002)h. 17.

Page 36: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

25

Waktu anak perempuan menikah dan menjadi ibu sendiri, anak-anaknya

dibesarkan dengan cara yang sama.41

Namun demikian, keadaan itu telah berubah pada tahun 1800-an,

Belanda mengeluarkan peraturan yang berisi larangan kelompok

keturunan Tionghoa masuk agama Islam dan larangan bagi kelompok

pribumi menikah dengan kelompok Tionghoa. Belanda tampaknya takut

melihat Tionghoa dan muslim bersatu. Peraturan ini memiliki dampak

pada kehidupan masyarakat Nusantara dalam memandang keturunan

Tionghoa. Keturunan Tionghoa menjadi kelompok yang terpinggirkan,

dikucilkan dan dibenci oleh kelompok masyarakat yang lain karena

hubungan dengan mereka berarti malapetaka yang datang dari

pemerintahan Kolonial Belanda. Belum lagi Belanda dengan para

sarjananya dan juga para para sarjana pribumi yang menjadi kaki tangan

Belanda, juga ikut serta menyampaikan sastra dan ajaran yang semakin

memojokan kelompok keturunan Tionghoa.42

Menjelang abad ke-19 dengan munculnya para pemimpin

Tionghoa peranakan berpendidikan Barat di Hindia, bersama dengan

timbulnya kebijakan-kebijakan anti Tionghoa dari pemerintah kolonial

Belanda.43

Orang Tionghoa Hindia dibatasi geraknya dan sumber

penghasilannya yang penting yang penting yaitu sistem Pacht percukaian

41 Kwee Tek Hoay (terj. Lea E, Williams), The Prigins of the Modern Chinese Movement

in Indonesia (Ithaca:Cornel Modern in Indonesia Project 1969), h. 9-10. 42MN, Ibad, Akhmad Fikri AF, Bapak Tionghoa Indonesia (Yogyakarta:PT LKIS

Printing Cemerlang 2012), h. 62. 43 Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa, h. 159

Page 37: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

26

dihapuskan.44

Akan tetapi orang Tionghoa Peranakan berpendidikan Barat

yang membenci kebijakan-kebijakan Belanda sama kritisnya akan adat

yang berlaku dimasyarakat, teristimewa kebiasaan pernikahan dan

pemakaman. Karenanya mereka memprakarsai suatu pergerakan

pembaharuan untuk memperbaiki kondisi budaya dan nasionalnya.45

Tahun 1900 Gubernur Hindia Belanda menyetujui berdirinya

THHK (Tiong Hwee Koan) di Jakarta46

dengan tujuan utama untuk

memperbaharui adat kebiasaan orang Tionghoa di Jawa, yang masih

merupakan penganjur ajaran khonghucu.47

Tahun 1919 di Nusantara sudah ada 200 lebih sekolah umum

bersifat nasional. Perubahan ini menyebabkan orang-orang yang

berorientasi pada agama Khonghucu meninggalkan THHK, kemudian

membentuk Khong-jiou-hui (Khong Kauw Hwe) yang mandiri.48

Walaupun posisi etnis Tionghoa dalam kesejarahan Indonesia pada

masa penjajahan Belanda tidak begitu terlihat dalam teks sejarah, namun

sebenarnya mereka ikut aktif dalam pergerakan dan perjuangan adalah

John Lie alias Jahya Daniel Dharma seorang keturunan Tionghoa yang

menjadi perwira angkatan laut RI. Dengan kapal kecil cepat bernama The

44Suatu sistem yang menggunakan orang-orang Tionghoa sebagai apa yang dinamakan

Pachter, yaitu pemegang izin resmi untuk mengoperasikan beraneka ragam monopoli sebagai

penghasilan pajak negara. Untuk uraian yang lebih lengkap mengenai sistem Pacht pajak dan

orang Tionghoa di Jawa, lihat, Lea E, Williams, “The Ethical Program and the Chinese of

Indonesia”, Journal of Southeast Asian History, Thn. II No.2 (1961), h. 35-42. 45Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa, h. 159 46M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesa

(Jakarta:Pelita Kebijakan 2005) h. 89. 47Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa, h. 161 48Indarto, Selayang Pandang Lembaga Agama Khonghucu Indonesia Dahulu, Sekarang

dan Masa Depannya, h. 3.

Page 38: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

27

Outlow, ia rutin melakukan operasi melawan blokade Belanda dengan

membawa hasil bumi Indonesia ke Singapura untuk barter dengan senjata.

Senjata yang diperoleh kemudian diserahkan ke pejabat RI yang ada di

Sematra sebagai sarana perjuangan melawan Belanda.49

Adanya organisasi Khonghucu pada masa penjajahan menunjukan

eksistensi agama Khonghucu jauh sebelum Indonesia merdeka. Tidak

dapat dipungkiri dengan eksistensi tersebut banyak etnis Tionghoa yang

ikut berjuang untuk memerdekakan Indonesia dari jerat penjajah yang

terjadi dibumi pertiwi. Meskipun ajaran dan tradisi yang mereka amalkan

berasal dari nenek moyangnya tetapi mereka juga menganggap Indonesia

adalah tanah air dan negaranya karena mereka lahir di Indonesia.

Pada tahun 1965 Presiden Soekarno mengeluarkan penetapan

Presiden No. 1/Pn.ps/1965, tentang pencegahan penyalahgunaan dan atau

penodaan Agama,50

yang didalamnya menjelaskan bahwa agama-agama

yang dipeluk penduduk Indonesia berdasarkan sejarah ada enam, yaitu

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Menurut Eka

Dharmaputra, seperti yang dikutip Lasiyo dalam disertasinya dan dikutip

kembali oleh Chandra Setiawan, menyebutkan bahwa pemilihan keenam

agama diatas berdasarkan pada definisi agama seperti yang diusulkan

menteri Agama pada masa itu adalah minimal memiliki: Kitab Suci Nabi,

kepercayaan akan satu Tuhan, dan tata Ibadah bagi pengikutnya.51

49Ibad, Bapak Tionghoa Indonesia, h. 67-68 50Emma Nurmawati Hadian, Swia Asto, Buku Saku Pembinaan dan Penganut Agama

Khonghucu di Indonesia,(Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013), h. 65. 51Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 104

Page 39: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

28

1. Masa Orde Lama

Pemerintahan Presiden Soekarno pada era 1959-1960 adalah masa

dimana etnis Tionghoa seungguh terdiskriminasi dalam wajah yang sangat

rasialis, pengejaran terhadap orang-orang Tionghoa ketika itu merupakan

bagian dari pelaksanaan serta pengembangan politik anti Tionghoa pada

1956. Konsep pemikiran dari pemerintah mengenai nasionalisasi

peusahaan telah sangat meminggirkan usaha milik orang-orang etnis

Tionghoa.52

Pada 14 Mei 1959 pemerintah mengeluarkan PP No10/1959 yang

isinya menetapkan bahwa semua usaha dagang kecil milik orang asing

ditingkat desa tidak diberi izin lagi setelah 31 Desember 1959. Peraturan

ini ditujukan pada pedagang kecil Tionghoa yang merupakan bagian

terbesar orang-orang asing yang melakukan usaha tingkat desa. Sebagai

akibat dari PP No. 10/1959, selama tahun 1960-1961 tercatat lebih dari

100.000 orang Tionghoa meninggalkan Indonesia dan secara tipikal

mereka mengalami banyak kesengsaraan. Di satu pihak karena intrik-intrik

politik negara Indonesia dan Tiongkok dan dilain oihak meningkatnya

teror dalam perbatasan-perbatasan Indonesia.53

Rasa dendam orang Cina semakin memberi kekuatan baru bagi

perjuangan meminggirkan etnis Cina. Disisi lain, bangkitnya semangat

nasionalisme yang cenderung mengacu pada sentimen primodial adalah

52https://www.tionghoa.info/diskriminasi-etnis-tionghoa-di-indonesia-pada-masa-orde-

lama-dan-orde-baru/ diakses pada tgl 23 Mei 2018 Pukul 10:00 53https://www.tionghoa.info/diskriminasi-etnis-tionghoa-di-indonesia-pada-masa-orde-

lama-dan-orde-baru/ diakses pada tgl 23 Mei 2018 Pukul 10:15

Page 40: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

29

faktor lain yang menunjukan betapa suramnya rasialisme itu diwajah

Negara Republik Indonesia.

2. Masa Orde Baru

Pada dasarnya Orde Baru, pemerintahan Indonesia sedikit berpihak

pada Etnis Tionghoa. Terutama dalam bidang ekonomi dan budaya, karena

pemerintahan Orde Baru menginginkan adanya legitimasi terhadap

keberhasilan dalam bidang pembangunan ekonomi. Pemerintahan Orde

Baru lebih memilih merangkul dalam bidang ekonomi, namun tetap

mencurigai dan mengawasi mereka dalam bidang politik.54

Namun demikian, umat Khonghucu mulai mengalami tugas yang

berat. Pada periode 1965-1967 terjadi tragedi nasional peristiwa G. 30S

PKI, yang terjadi pada tahun 1965 yang mengakhiri masa Orde Lama

menjadi Masa Orde Baru. Disini pengurus GAPAKSI berkewajiban

meningkatkan pembinaan kebaktian diseluruh Indonesia.55

proses asimilasi dari pemerintah untuk etnis Tionghoa adalah

mereka harus mengganti nama, melarang segala bentuk penerbitan dengan

bahasa aksara Cina, membatasi kegiatan-kegiatan keagamaan hanya dalam

keluarga, tidak mengizinkan pagelaran dalam perayaan hari raya

tradisional Tionghoa dimuka umum, melarang sekolah-sekolah Tionghoa

54Ibad, Bapak Tionghoa Indonesia h. 69-70. 55Indarto,Selayang Pandang Lembaga Agama Khonghucu Indonesia Dahulu, Sekarang

dan Masa Depannya, h. 6

Page 41: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

30

dan menganjurkan anak-anak Tionghoa untuk masuk ke sekolah umum

negeri atau swasta.56

Benang merah Yang menjadi latar belakang terjadinya diskriminasi

rasial di Indonesia sendiri adalah kepentingan politik ekonomi pemerintah

di masing-masing masa. Di Orde Baru ini kata Diskriminasi rasial nyaris

tidak terdengar dan memang tidak disebutkan bahkan dilarang untuk

diperbincangkan. Isu ini diperhalus dengan istilah SARA (Suku, Agama,

Ras, Antargolongan).57

Maksudnya adalah segala sesuatu yang berbau

rasisme dikatakan SARA, yang berarti tidak boleh diributkan dan semua

dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindak lanjut dari pemerintah. Ini

merupakan suatu kesengajaan yang dibuat oleh pemerintah sekaligus

bentuk rasisme yang paking kejam.

Pada masa Orde Baru tercatat ada 8 buah produk perundang-

undangan yang sangat diskriminatif secara brasial terhadap etnis

Tionghoa, yaitu:

1. Instruksi Edaran Presidium Kabinet RI No. 37/U/IN/6/1967

tentang Kebijaksanaan pokok Penyelesaian Masalah Cina

2. Surat Edaran Presidium Kabinet RI No. SE-

36/Pres/Kab/6/1967 tentang Masalah Cina

3. Instruksi Presiden No. 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan,

dan Adat Istiadat Cina

56H. Junus Jahya, Masalah Tionghoa di Indonesia Asimilasi dan Integrasi, Jakarta

Lembaga Pengkajian Masalah Pembaruan, 1999 h. 10 57Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, (Jakarta,

Pustaka LP3ES Indonesia, 2005) h. 500

Page 42: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

31

4. Innstruksi Presiden No. 15/1967 tentang Pembentukan Staf

Khusus Urusan Cina.

5. Instruksi Mendagri No. 455-2-360 tentang Penetapan Klenteng

6. Keputusan Kepala Bakin No. 031/1973 tentang Badan

Koordinasi Masalah Cina.

7. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 286/1978 tentang

Pelarangan Inpor Penjualan dan pengedaran Terbitan dalam

Bahasa dan Aksara Cina.

8. Surat Edaran Menteri Penerangan No. 02/SE/Di tentang

Larangan Penerbitan dan Pencetakan Tulisan/ Iklan beraksara

dan Bahasa Cina.58

Dari sini bisa dilihat bahwa fenomena diskriminasi rasial terhadap

etnis Tionghoa di Indonesia nampaknya sudah begitu sistematis, tidak

hanya masyarakat dikalangan Grassroot(akar rumput) yang begitu keras

dengan sentimen orang-orang Non-Pribumi yang tidak setia ada Negara,

namun Pemerintahan dimasa Orde Lama dan Orde Baru pun nampaknya

cukup gencar menjadi pelumas semakin tajamnya diskriminasi ras

terhadap etnis Tionghoa di Indonesia.

Padahal salah satu tujuan negara Indoneisa yang tercantum pada

pembukaan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945

58Emma Nurmawati Hadian, Swia Asto, Buku Saku Pembinaan dan Penganut Agama

Khonghucu di Indonesia, h. 45

Page 43: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

32

adalah, melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Para

etnis Tionghoa merupakan warga negara Indonesia.

Walaupun mereka orang keturunan (bukan asli indonesia) tapi

mereka telah berasimilasi dan mereka merasa diri mereka adalah orang

Indonesia. Bukannya seperti perlakuan sentimen yang dilakukan oleh para

Pribumi. Maka sudah selayaknya mereka mendapat perlakuan yang sama,

dilindungi seperti warga negara Indonesia yang lain (pribumi), karena

mereka juga bagian dari Bangsa Indonesia, Warga Negara Indonesia.

B. Kehidupan etnis Tionghoa pada masa setelah Reformasi

Ketik Zaman reformasi nempaknya agama Khonghucu

mempunyai peluang ke arah yang lebih baik. Presiden BJ. Habibie telah

menghapuskan istilah pribumi dan non pribumi (Inpres No. 26/1998),59

beberapa seminar juga diadakan menyangkut keberadaan agama

Khonghucu di Indonesia, salah satunya IAIN Jakarta tahun 1998, ada juga

karya tulis yang menyangkut Agama Khonghucu, diantaranya: “Hak-Hak

Beragama dan Perkawinan Khonghucu:Persefektip Sosial, Legal, dan

Teologi” yang diterbitkan oleh PT. Gramedia 1998. Buku ini ditulis oleh

berbagai tokoh yang memandang Khonghucu dari berbaai sudut.60

Ketika Abdurahman Wahid menjabat sebagai Presiden dengan

wawasan kebangsaannya, dan adanya kesempatan dan kekuatan selaku

Presiden, kemudian mengeluarkan kebijakan untuk mencabut Inpres No 14

59 E. Setiawan, Tahun Baru Imlek, Marga, dan silsilah Warga Tionghoa

(Semarang:Yayasan Widya Menggala Indonesia, 2012) h. 134 60Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 105

Page 44: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

33

tahun 1967 yang dikeluarkan oleh pemerintah Orde Baru yang berisi

apapun bentuk ekspresi keagamaan dan adat istiadat Tionghoa dimuka

umum, dan termasuk pelarangan bagi semua tempat usaha kelompok etnis

Tionghoa, seperti toko, pabrik, dan sebagainya untuk tutup pada ahri raya

Imlek, dengan mengeluarkan pengumuman bahwa tahun baru Imlek juga

menjadi hari libur Fakultatif yaitu hari libur untuk penganut agama yang

merayakan hari raya.61

Tidak diakuinya agama Khonghucu sebagai agama resmi

membuat banyak masyarakat yang memeluk agama yang diakui negara,

dan kebanyakan dari masyarakat Tionghoa memeluk agama Buddha,

Tridarma, Katolik dan Protestan. Walau jumlahnya kecil, masyarakat

Tionghoa juga ada yang memeluk agama Islam. Pada masa Orde Baru

masyarakat Tionghoa sebagai etnis minoritas memang merasa terbatasi

ruang geraknya dalam melestarikan kebudayaan mereka.

Hingga masa reformasi masyarakat Tionghoa mempunyai

harapan besar pada pemerintah baru tersebut dalam hal pengakuan etnis

minoritas yang ada di Indonesia. Pemerintah yang dipimpin oleh B.J

Habibie ini membuat Indonesia menjadi lebih demokrasi dengan meninjau

kembali peraturan-peraturan yang bersifat diskriminatif rasial dengan

mengakui kembali agama Khonghucu namun hal ini tidak dapat berjalan

dengan mudah karena pengakuan agama Khonghucu tidak berarti banyak

karena agama tersebut belum mendapat pengakuan di MPR, dikarenakan

61Ibad, Bapak Tionghoa Indonesia, h. 81-82

Page 45: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

34

wakil agama Khonghucu tidak hadir pada pemilu 1999 hal tersebut

mendapat protes besar dari pemeluk agama Khonghucu namun hal tersebut

tidak membuahkan hasil. Pengakuan agama Khonghucu dapat perhatian

penuh dari pemerintah setelah Abdurahman Wahid (Gus Dur) menjadi

Presiden62

Setelah adanya pengakuan resmi dari pemerintah mengenai

agama Khohucu masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu

kembali kepada agama mereka dan melepaskan kepercayaan yang selama

ini terpaksa mereka anut. Agama Khonghucu pernah dilembagakan untuk

keperluan politik ketika masa setelah kemerdekaan sehingga

Khonghucuisme menjadi agama dan terorganisasi sama seperti Islam

Katolik namun setelah Prde Baru Khonghucu kembali tidak diakui karena

Khonghucuisme dianggap bertentangan dengan kebijakan asimilasi yang

diamalkan oleh Orde Baru. Khonghucu kembali diakui oleh pemerintah

Indonesia ketika Abdurahman Wahid resmi menjadi presiden RI.63

Pengumuman Abdurahman Wahid atas hari libur fakultatif pada

tahun baru Imlek ditindak lanjuti oleh Megawati dengan mengeluarkan

keputusan Presiden No. 19 tahun 2002 yang meresmikan Imlek sebagai

hari libur nasional berlaku sejak tahun 2003.64

Sebagaimana dua presiden

sebelumnya, presiden Susilo Bambang Yudoyono, juga mengeluarkan

kebijakan yang membela etnis Tionghoa, beberapa UU. 12 tahun 2006

tentang kewarganegaraan Indonesia, yang salah satu poin pentingnya

62Ibad, Bapak Tionghoa Indonesia h. 72 63Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa, h. 160 64Setiawan, Tahun Baru Imlek, Marga dan Silsilah Warga Tionghoa, h. 135

Page 46: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

35

adalah etnis Tionghoa yang lahir di negeri ini termasuk orang Indonesia

asli. Bukan hanya itu saja, sejumlah kebijakanpun dikeluarkan oleh

presiden Susilo Bambang Yudoyono dengan pasal-pasal yang telah

diambiluntuk diimplikasikan demi mengembangkan hak-hak sipil terhadap

umat Khonghucu dan etnis Tionghoa.65

Setelah adanya pengakuan dari pemerintah mengenai agama

Khonghucu masyarakat Tionghoa yang baragama Khonghucu kembali

kepada agama mereka dan meleskan kepercayaan yang selama ini terpaksa

mereka anut. Agama Khonghucu pernah dilembagakan untuk keperluan

politik ketika masa setelah kemerdekaan sehingga Konghucuisme mejadi

agama yang terorganisasi sama seperti Islam atau Katolik namun setelah

Orde Baru Khonghucu kembali tidak diakui karena Konghucuisme

dianggap bertentangan dengan kebijakan asimilasi yang diamalkan oleh

Orde Baru.66

Sebelum Orde Baru etnis Tionghoa aktif dalam bidang kesehatan

dan pendidikan. Setelah 32 tahun berdiam mereka kembali melakukan

kegiatan sosial, aktif dalam bidang pendidikan, bahasa Mandarin mulai

diajarkan diberbagai sekolah sebagai bahasa alternatif disamping bahasa

Ingggris. Mereka mulai berani memasuki bidang-bidang diluar bisnis

semata, mereka mulai membuka diri dan memperdulikan lingkungan

disekitarnya, merayakan ritual agama dan seterusny. Filsafat kalangan

65Ibad, Bapak Tionghoa Indonesia, h. 82 66Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 136

Page 47: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

36

Tionghoa sekarang adalah berakar dibumi tempat berpijak, artinya (lahir

dan menetap di Indonesia selamanya.67

Situasi di Indonesia telah berubah secara derastis, Pemerintah

Republik telah kembali ke ibu kotanya di Yogyakarta dan konferensi

internal diantara masyarakat Indonesia telah berjalan dengan sukses tanpa

benyak kesulitan.kesepakatan genjatan senjata antara Belanda dan

Republik secara resmi diumumkan malam hari sebelum berakhirnya

konferensi. Persyaratan untuk mengadakan konferensi Meja Bundar.68

Telah dipenuhi di Den Haag, anggota-anggota Komite Indonesia yang

mewakili Negara Federal dan Republik segera berangkat ke Belanda.

Dalam dua bulan tersebut perhatian mengenai masalah Indonesia akan

berpindah ke Den Haag.69

Tujuan Konferensi Meja Bundar adalah membicarakan berbagai

persoalan setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

Permintaan mengadakan konferensi seperti ini mengindikasikan kerumitan

masalah Indonesia. Selain dua pihak yang saling bertentangan dari

Indonesia, terdapat perwakilan internasional komite Indonesia.

Daftar perwakilan masyarakat Tionghoa perantauan belum secara

resmi diumumkan, perwakilan ini terdiri dari individu-individu yang

terpilih oleh Republik dan masing-masing negara bagian. Ketika mereka

67https://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-etnis-tionghoa-di-

indonesia-dari-masa-ke-masa/ diakses pada tanggal 24 Juli 2018 pukul 14.50 68Konferensi Meja Bundar diadakan menjelang akhir tahun 1949 dan menyebabkan

terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) kesepakatan dibatalkan oleh Indonesia di tahun

1953. 69Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 136

Page 48: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

37

terpilih tidak membahas opini Tionghoa Perantauan. Para perwakilan ini

dipilih karena balas budi. Mereka mengikuti para perwakilan lain ke

Barat.70

Orang Tionghoa kelahiran Cina dan kelahiran setempat umumnya

memiliki sikap yang sama yaitu, bersimpati dengan pembangunan bengsa

dan kemerdekaan nasional Indonesia, orang Tionghoa berjuang untuk

memperoleh hak-hak kelompok minoritas.71

Etnis Tionghoa berkeinginan untuk memenuhi kewajibannya

sebagai penduduk setempat, akan tetapi pada waktu yang sama mereka

berupaya keras untuk memperoleh perlakuan yang memadai di bidang

ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Mereka menentang diskriminasi

yang tidak manusiawi, posisi dan keberadaan Tionghoa perantauan tidak

harus dibasmi. Mereka berharap bahwa wakil Tionghoa perantauan yang

dipilih oleh negara Federal dan Republik akan menyatu mengkukuhkan

Tionghoa perantauan dan memperjuangkan status Tionghoa Perantauan.72

Di masa sesudah 30 September 1965 gagal, kudeta Komunis di

Indonesia, pemerintah Soeharto menghadapi tantangan yang sangat besar

dalam menekan kekacauan yang diakibatkan oleh serangan terbuka yang

dilakukan terhadap komunisme, Tiongkok, dan orang Tionghoa. Dalam

70Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 136 71Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 137 72Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 137

Page 49: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

38

dua tahun sesudah kudeta tersebut, terjadi sentimen anti Tionghoa yang

tersebar luas di Indonesia.73

Di Aceh pada tahun 1966 dan di Kalimantan Barat pada akhir

1967, puluhan ribu orang Tionghoa diusir dari rumahnya dan kehilangan

penghidupan mereka. Di Jawa Timur, peraturan yang dilakukan oleh

komandan militer propinsi yang membatasi kegiatan perekonomian orang

Tionghoa asing yang mengakibatkan benturan antara orang Tionghoa

Indonesia dan Tionghoa. Pemindahan paksa orang Tionghoa dari Aceh dan

Kalimantan Barat disebabkan oleh tidak adanya kepemimpinan yang

mempersatukan dipusat, para komandan militer ditingkat propinsi merasa

bebas untuk menerapkan tindakan anti Tionghoa tanpa merujuk ke

pemerintah pusat.74

Pemerintah lebih menyatu dibawah perintah Soeharto dan para

pemimpin di daerah lebih bersedia patuh pada pejabat yang lebih tinggi.

Penyebaran kekejaman anti Tionghoa dari Jawa Timur ke Jakarta pada

bulan April 1967 memuncak hingga masalah Tionghoa mengharuskan

dibuat perumusan oleh pemerintah tentang kebijakan dasar untuk

memecahkan masalah Cina. Hal ini menandai langkah resmi pertama

dalam agenda pemerintah untuk memecahkan masalah Cina melalui proses

asimilasi.75

Salah satu peraturan asimilasi yang paling menyeluruh dari

rejim Soeharto adalah kebijakan Dasar untuk memecahkan masalah Cina

73Aimee Dawis, Ph.D,Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, (Jakarta, PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 104 74Aimee Dawis, Ph.D,Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, h. 104 75Aimee Dawis, Ph.D,Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, h. 105

Page 50: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

39

yang menetapkan asas dasar bagi warga asing untuk tinggal dan bekerja di

Indonesia.76

Di masa reformasi, eksistensi Tionghoa kemudian dipulihkan

kembali 3 pilar utama yang telah diruntuhkan pada masa Orde Baru yaitu

Organisasi Kemasyarakatan Tionghoa, media masa berbahsa Cina, sekolah

berpengantar bahasa Cina. Masyarakat Tionghoa kemudian membentuk

partai berbasis etnis dan tercatat sebagai partai yang aktif masa tersebut

yaitu partai reformasi Tionghoa Indonesia. Partai pembaruan Indonesia

dan Partai Bhineka Tunggal Ika sebagai Tokoh Tionghoa yang sejak awal

tidak setuju dengan berdirinya partai etnis memilih bergabung dengan

partai bentukan masyarakat Indonesia non Tionghoa atau mendirikan

organisasi masa yanglebih berfungsi sebagai presure group. Ini dapat

dimaknai bahwa etnis Tionghoa adalah masyarakat tidak homogen, tetapi

multi etnik dan budaya multi budaya yang memiliki orientasi politik

sebagai cerminan orientasi budaya yang berbeda-beda dan beragam.77

Tujuan dan kegiatannya memiliki kesamaan antara yang satu

dengan yang lainnya yaitu beranggotakan warga Tionghoa. Beberapa

organisasi yang menonjol adalah Paguyuban Sosial MargaTionghoa

Indonesia (PSMTI) dan Perhimpunan Keturunan Tionghoa Indonesia.

Beberapa tokoh PSMTI kemudian memisakan diri dan membentuk

perkumpulan INTI, disusul dengan beberapa organisasi lainnya seperti

LSM yang digerakan oleh para pemuda Tionghoa yaitu Gandi, Solidaritas

76Aimee Dawis, Ph.D,Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, h. 105 77Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 139

Page 51: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

40

Nusa-Bangsa, SIMPATIK, dll.78

dengan munculnya organisasi-organisasi

sosial budaya Tionghoa yang dulunya sudah pudar sekarang sudah pulih

kembali.

Pada era Reformasi perjuangan etnis Tionghoa dalam

memulihkan identitas tepatnya tanggal 28 September 1998 Organisasi

kemasyarakatan Tionghoa yaitu Peguyuban Sosial Marga Tionghoa

Indonesia mengambil momentum Era Reformasi yang Demokratis. PSMTI

mendata ada 14 (empat belas) peraturan serta perundang-undangan yang

bersifat diskriminatif terhadap etnis Tionghoa setelah mengajukan

permohonan kepada lembaga instansi yang berwenang agar peraturan serta

perundang-undangan yang diskriminatif tersebut dicabut, hasilnya

sebagaian besar peraturan perundang-undanganan tersebut sudah dicabut.79

78Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 1340 79Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 143

Page 52: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

41

BAB III

Diskriminasi Anti Tionghoa di Indonesia

A. Profil Kecamatan Tenjo

Kecamatan Tenjo Adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten

Bogor yang berada diwilayah bagian, memang kecamatan Tenjo ditelinga

warga Bogor khususnya Kabupaten Bogor masih terdengar asing hal

tersebut mungkin saja anggapan serta gambaran kecamatan Tenjo itu ialah

Tenjolaya yang notabene telah diketahui banyak orang yang lokasinya

juga bagian Barat Kabupaten Bogor. Tentunya Kecamatan Tenjo dengan

karakteristik yang dimiliki akan menjadi daerah berkembang yang modern

hal tersebut dikarenakan faktor strategis kecamatan Tenjo yang dilintasi

jalur Kereta Api Merak-Jakarta serta berbatasan langsung dengan

kabupaten Lebak dan kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

Kecamatan Tenjo terbentuk dari pemekaran kecamatan Parung

Panjang dan Kecamatan Jasinga, mempunyai 9 (Sembilan) Desa melipiti

Desa Tenjo, Desa Singabraja, Desa Batok, Desa Babakan, Desa Bojong,

Desa Ciomas, Desa Tapos, Desa Singabraja, dan Desa Ciomas.

Asal usul Kecamatan Tenjo sangatlah beragam ada beberapa

cerita-cerita dari masyarakat tentang asal usul sebutan Tenjo sehingga

sekarang disebut kecamatan Tenjo, kata Tenjo berasal dari bahasa sunda

yang berarti Lihat, konon dahulu disalah satu Dusun terdapat sebuah

Page 53: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

42

pohon tinggi menjulang dan tidak ada pohon yang tumbuh sama seperti

pohon tersebut, pohon itu itu pun dapat terlihat dari empat arah mata angin

dari kejauhan sehingga orang-orang yang terlihat dari empat dari kejauhan

sehingga oran-orang yang melihatnya pada waktu itu sering mengatakan

TENJO (LIHAT) jika menunjuk ke arah pohon tersebut sehingga warga

yang berpergian kearah pohon tersebut sering menyenut Tenjo atau

Dusun/Desa Tenjo.

Adapun data Statistik Kecamatan Tenjo adalah:

Luas : 8.580,72 hektar

Batas Administratif :

Sebelah Utara : Kabupaten Tanggerang

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

Sebelah Selatan : Kecamatan Jasinga

Sebelah Timur : Kecamatan Parung Panjang

Terdiri dari 9 Desa, yaitu :

1.

Desa Ciomas 6. Desa Singabraja

2. Desa Tapos 7. Desa Tenjo

3. Desa Batok 8. Desa Cilaku

4. Desa Babakan 9. Desa Singabangsa

5. Desa Bojong

Page 54: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

43

PENDUDUK

TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

RASIO JENIS

KELAMIN

2012 34.785 32.438 67.223 107

2013 35.028 32.908 67.936 106

2014 36.026 33.858 69.884 106

Sumber dari Kecamatan Tenjo

PENDIDIKAN

o JUMLAH SEKOLAH

TAHUN

TK SD MI SMP MTs SMA SMK MA

N S N S N S N S N S N S N S N S

2012 0 2 34 0 0 10 4 7 0 5 1 2 0 2 0 1

2013 0 2 34 0 0 10 5 7 0 5 1 3 0 2 0 1

2014 0 2 34 1 0 10 5 7 0 5 1 3 0 2 0 1

JUMLAH SISWA

TAHUN

TK SD MI SMP MTs SMA SMK MA

N S N S N S N S N S N S N S N S

Page 55: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

44

2012 0 35 8.175 0 0 2.103 1.589 1.333 0 1.399 136 231 0 463 0 41

2013 0 22 7.943 0 0 2.031 1.840 1.301 0 1.676 297 419 0 654 0 58

2014 0 48 7.730 67 0 2.024 1.840 1.301 0 1.719 297 419 0 709 0 85

o JUMLAH GURU

TAHUN TK SD MI SMP MTs SMA SMK MA

2012 8 326 111 267 113 56 61 18

2013 7 340 109 242 103 77 18 49

2014 4 345 104 230 67 77 62 16

Sumber dari kecamatan Tenjo

KESEHATAN

o SARANA KESEHATAN

TAHUN

SARANA KESEHATAN DASAR

POSYANDU PUSTU PUSKESMAS RUMAH SAKIT

2012 82 2 2 -

2013 83 2 2 -

2014 83 2 2 -

o KONDISI KESEHATAN

Page 56: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

45

TAHUN

KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT

BALITA GIZI

BURUK

CAKUPAN

PERSALINAN

OLEH TENAGA

MEDIS

PENDERITA

TB PARU

PENDERITA

DBD

2012 30 72,4 % - -

2013 27 64,9% - -

2014 52 62,83% - -

Sumber dari Kecamatan Tenjo

AGAMA

o SARANA IBADAH

TAHU

N

SARANA IBADAH

MESJI

D

MUSHOL

A

PONPE

S

GEREJA

KATHOLI

K

GEREJA

PROTESTA

N

PUR

A

WIHAR

A

2012 - - - - - - -

2013 302 102 - - - - -

2014 69 - - - - - -

Seumber dari Kecamatan Tenjo

Page 57: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

46

INFRASTRUKTUR

o PANJANG JALAN BERDASARKAN KONDISI

TAHUN

KONDISI JALAN

BAIK

(Km)

SEDANG

RUSAK

(Km)

RUSAK

(Km)

RUSAK

BERAT

(Km)

JUMLAH

(Km)

2012 40,380 3,060 1,000 2,100 46,540

2013 28,34 16,84 - 1,36 46,54

2014 34,380 0,800 3,000 8,360 46,540

o RASIO JARINGAN IRIGASI

TAHUN

PANJANG JARINGAN

IRIGASI

TOTAL

PANJANG

JARINGAN

IRIGASI

LUAS

LAHAN

BUDIDAYA

(Ha)

RASIO

PRIMER SEKUNDER TERSIER

2012 5.500 - 175 5.675 729 7,78

2013 5.500 - 175 5.675 - -

2014 5,500 0 0 5,500 - -

Sumber dari Kecamatan Tenjo

PERTANIAN

Page 58: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

47

N

O

KOMODITA

S

TAHUN

2013 2014

LUAS

PANE

N (Ha)

PRODUKT

I-VITAS

(Ku/Ha)

PRODUKS

I (Ton)

LUAS

PANE

N (Ha)

PRODUKT

I-VITAS

(Ku/Ha)

PRODUKS

I (Ton)

1 Padi sawah 709 34,24 2.428 2.654 61,83 16.410

2 Padi Gogo 2.538 62,38 15.835 498 33,38 1.662

3 Ubi Kayu 33 201,41 665 23 202,59 466

4 Ubi Jalar 15 145,28 217 11 146,50 161

5 Talas - - - - - -

6 Jagung - - - - - -

7 Kedelai - - - - - -

8 Kacang Hijau 1 10,49 1 - - -

9

Kacang

Tanah

21 12,87 27 18 12,99 23

Sumber dari Kecamatan Tenjo

EKONOMI

o PASAR

Page 59: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

48

NO JENIS PASAR

TAHUN

2013 2014

1 Pasar Desa milik Desa - -

2 Pasar Desa milik Swasta - -

3 Pasar Tradisional - -

4 Mini Market - -

5 Toko - -

6 Pasar Modern - -

o KOPERASI

TAHUN AKTIF TIDAK AKTIF JUMLAH

2012 10 6 16

2013 10 6 16

2014 11 5 16

Sumber dari Kecamatan Tenjo

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

No INDIKATOR 2013 2013

1 IPM 71,41 70,27

Page 60: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

49

2 Komponen IPM:

- Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 70,19 71,60

- Angka Melek Huruf (AMH) (%) 95,46 95,46

- Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 6,61 5,61

3

Kemampuan Daya Beli Masyarakat

(Konsumsi Riil per Kapita)

(Rp/kap/bln)

622.200 606,82

Sumber dari Kecamatan Tenjo

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

NO PDRB dan LPE

Tahun 2013

(Juta Rp)

Tahun 2014

(Juta Rp)

1 PDRB :

Atas Dasar Harga Konstan 91.303 96.321

Atas Dasar Harga Berlaku 300.632 336.900

2

Laju Pertumbuhan EKonomi

(LPE) %

- 5,50

Sumber dari Kecamatan Tenjo

B. Diskriminasi terhadapat budaya dan Agama

Page 61: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

50

Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap

perorangan. Atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat

kategorikal, atau atribu-atribut khas, seperti berdasarkan ras,

kesukubangsaa, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial, istilah

tersebut biasanya melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang

dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah.

Kelompok minoritas adalah kelompok-kelompok yang diakui

berdasarkan perbedaan ras, agama, atau suku bnagsa, yang mengalami

kerugian akibat prasangka atau diskriminasi istilah ini pada umumnya

dipergunakan bukanlah sebuah istilah teknis. Diskriminasi terhadap

kelompok-kelompok minoritas yang ada di Republik Indonesia berupa

suku bangsa (etnis), kelompok agama, dan kelompok gender seperti kaum

perempuan.

Diskriminasi terhadap warga negara berdasarkan identitas

agama/kepercayaan. Pemerintah berusaha memperbaiki keadaan tersebut

dengan mengeluarkan UU No. 1/1974. Undang-undang tersebut

menghapuskan beberapa aturan tentang perkawinan, misalnya reglemen

tentang perkawinan campuran dan reglemen perkawinan Kristen, namun

hukum ini menimbulkan permasalahan baru dengan pembatasan

pencatatan perkawinan hanya pada lima agama resmi Negara.80

Beberapa kasus pernikahan Konghucu yang bahkan sudah mendapat

penegasan dai Mahkama Agung, selalu mendapat penolakan dari kantor

80Wahyu Efendi, Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan penghapusan diskriminasi di

Indonesia, h. 228

Page 62: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

51

Catatan Sipil dengan anggapan bahwa pengesahan Ma tersebut bagi

pasangan perkawinan Konghucu dalam pengesahan MA dan tidak berlaku

untuk [asangan Konghucu lainnya.81

Salah satu rekomendasi yang harus dilakukan untuk penghapusan

diskriminasi warga negara dan penciptaan kesetaraan WNI adalah dengan

memperbarui peraturan perundang-undangan bidang catatan sipil.

Walaupun tidak serta merta dapat penghapusan peraturan hukum catatan

sipil membuka jalan bagi pembaharuan UU Perkawinan, UU

Kewarganegaraan, KUH Perdata, UU Imigrasi, dan lain-lain.

Dalam Undang-Undang Dasar 45 bab X tentang “warga Negara”

pasal 27 ayat 1 yang menganggap semua WNI memiliki persamaan

kedudukan didalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung

hukum dan pemerintah itu tidak ada pengecualian, dan dalam ayat 2

mengatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, namun diselewengkan oleh

paar pemimpin-pemimpin dikemudian hari, yang sudah mulai berlaku

pada jaman Orde Lama sampai pada jaman Orde Baru.82

Isi Instruksi Presiden No.26 tahun 1998 yang dikeluarkan pada

tanggal 16 September 1998 dan ditujukan kepada para menteri, para

pemimpin Lembaga Pemerintah non Departemen, para pemimpin

Kesekretariatan Lembaga Tertinggi Negara dan para Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I dan Bupati/walikota Kota Madya, Kepala Daerah

81Wahyu Efendi, Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan penghapusan diskriminasi di

Indonesia, h. 228 82Wawancara pribadi denga, n bapak Juliono

Page 63: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

52

Tingkat II. yang isinya adalah, pertama mengenai penghentian penggunaan

istilah pribumi dan non pribumi dalam semua perumusan dan

penyelenggaraan pemerintah; kedua memberikan perlakuan dan layanan

yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia, tanpa perlakuan dan

layanan yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia, tanpa perlakuan

berbeda atas dasar suku bangsa, agama, ras, maupunasal usul, tiga

meninjau kembali dan menyesuaikan seluruh peraturan perundang-

undangan, bijaksanaan, program, dan kegiatan selama ini telah ditetapkan

dan dilaksanakan, termasuk dalam pemberian layanan perizinan usaha,

keuangan/perbankan, kependudukan, pendidikan, kesehatan, kesepakatan

kerja dan gak-hak pekerja lainnya. Alasan rasional bagi mereka yang

mendukung politik pembaruan asimilasi adalah bahwa jika orang

Tionghoa semua sudah tukar nama, bahkan masuk agama Islam maka

tidak akan ada masalah Tionghoa lagi .83

Memang dalam kenyataan akibat politik asimilasi tersebut orang

keturunan Tionghoa oleh para anti Cina malah lebih didiskriminasikan

buktinya tukar nama, orang keturunan Tionghoa masih tetap dianggap

Cina. Penyebabnya adalah stereotip yang tetap melekat pada mereka,

bahkan diperkuat dengan hukum, sebagai contoh saya adalah keturunan

Tionghoa yang sampai pada masa reformasi adalah penganut politik

pembaruan yang diasimilasi, tapi sejak mengalami kejadian yang bersifat

83

Wawancara pribadi dengan tokoh Agama Khonghucu bapak. sugiandi

Page 64: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

53

shock therapy, saya telah beralih ke politik pembaruan yang bersifat

integrasi yang sinergis.84

Di Indonesia, orang Tionghoa umumnya dikenali oleh kaum pribumi

maupun sesama Tionghoa dari ciri-ciri lahiriah yang berbeda seperti warna

kulit lebih terang, bermata sipit, berambut lurus, bertulang pipi menonjol

dibandingkan dengan kaumPribumi.85

Abdurahman Wahid banyak mengeluarkan pernyataan nahwa

berbagai tradisi dan budaya dari kelompok keturunan Tionghoa dan

budaya dari kelompok keturunan Tionghoa adalah bagian dari kekayaan

budaya Indonesia, sejak itu tradisi dan budaya dari kelompok Tionghoa

menjadi semakin semarak hingga kepelosok desa, hingga sudah menjadi

milik bersama rakyat Indonesia, seperti budaya Liong ataupun budaya

barongsai, hari raya Tionghoa menjadi hari libur nasional.86

Kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan

masing-masing adalah bagian prinsip dari kehidupan setiap manusia dalam

kehidupan sehari-hari, dengan kebijakan yang telah dikeluarkan GusDur,

kelompok keturunan Tionghoa dapat kembali bebas menjalankan

ibadahnya sesuai dengan keyakinannya.87

Hubungan kuasa antara Pribumi dan Tionghoa itu kompleks dan

berubah, kuasa kaum Pribumi untuk mempresentasikan orang Tionghoa

sering muncul manakala istilah Pribumi meripakan esensialisasi dari

84Wawancara pribadi dengan tokoh Khonghucu bapak Dedi Sukatman. 85Chang-Yau Hoon,Identitas Tionghoa-Budaya, Politik dan Media, h. 174 86 87MN. Ibad, Ahmad Fikri Af, Bapak Tionghoa Indonesia, h. 138

Page 65: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

54

sebagai kolektivitas ras yang homogen, mencakup keragaman seperti

kelas, etnisitas, bahasa dan budaya serta menganggap statusnya sebagai

kelompok mayoritas dalam penduduk Indonesia minoritas Tionghoa.88

C. Kebijakan Pemerintah dan Masyarakat Indonesia

Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat Tionghoa terbagi dalam

dua kelompok, yaitu peranakan dan totok. Peranakan umumnya hanya

berbahasa Indonesia, sedangkan yang totok masih berbahasa Tionghoa.

Akan tetapi setelah Orde Batu, karena lenyapnya tiga pilar kebudayaan

Tionghoa:sekolah Tioghoa, media massa Tionghoa dan organisasi

Tionghoa, umumnya anak-anak totok juga menjadi peranakan.

Namun kondisi politik setelah kemerdekaan tidak mnguntungkan

bagi orang Tionghoa, kuatnya desakan pemerintah Orde Baru untuk

membaur orang Tionghoa ke dalam kelompok pribumi, dan ditambah lagi

dengan dikeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.

477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 yang

menyebutkan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah adalah Islam,

Katoli, Hindu, dan Buddha, maka mulai saat itu agama Khonghucu

menjadi kurang Jelas statusnya di Indonesia, serta banyak penganut pindah

ke agama lain seperti Kristen, Katolik, dan Buddha.89

Atas dasar itulah

88 Chang-Yau Hoon,Identitas Tionghoa-Budaya, Politik dan Media, h. 177 89Kepindahan Penganut Agama Khonghucu ke Kristen atau Buddha tidak Jelas banyak

penganutnya yang apabila ditanya menyatakan dirinya agama Khonghucu, tetapi dikartu tanda

Penduduk beragama Buddha dan Kristen. Dalam praktek kehidupan sehari-hari mereka (warga

Negara Indonesia keturunan Cina) masih menjalankan tradisi leluhurnya seperti merayakan hari

raya Imlek.

Page 66: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

55

perlu kiranya diketahui latar belakang bangkitnya agama Khonghucu serta

perkembangan dari tahun 1900 sampai dengan sekarang. Sehubungan

dengan itu, besar dugaan bahwa bangkitnya agama Khonghucu di

Indonesia dipelopori oleh organisasi Tionghoa Hwe Koan yang di singkat

THHK.90

Peraturan Pemerintah No. 10/1959 tentang larangan bagi orang

Tionghoa (WNA) untuk berdagang eceran di tingkat kabupaten kebawah

saat itu masih banyak orang Tionghoayang Dwi Kewarganegaraan,

walaupun lahir dan besar di Indonesia,91

diperkirakan ada 25.000 toko

berada dalam ketegori pedagangan eceran peraturan ini dijalankan dengan

kekerasan oleh militer dan lebih dari 130.000 orang Tionghoa

meninggalkan Indonesia, dan sistem perekonomian pun menjadi kacau-

balau.92

Sebagai ilustrasi dalam UUD 1945 “kepentingan negara” menjaga

eksistensi seperti pasal-pasal tentang bentuk negara, yakni negara kesatuan

yang berbentuk Republik (Pasal 1), bendera nasional (Pasal 35), bahasa

resmi dan lagu kebangsaan (pasal 36) atau pasal-pasal yang berkenaan

dengan penyelenggaraan negara seperti kedudukan presiden dan lembaga-

lembaga negara lain yang jelas-jelas merupakan bagian dari retorika

politik itegrasi. Ada pasal yang berkenaan dengan hak-hak individu warga

seperti hak berserikat atau mengutarakan pendapat (pasal 28) dan hak-hak

90Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 87 91Ivan Wibowo, Kebijakan yang Diskriminatif bagi Orang Tionghoa, (Jakarta,PT.

Gramedia Utama. 2002) h. 246 92Ivan Wibowi, Kebijakan yang Diskriminatif bagi Orang Tionghoa, h. 246

Page 67: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

56

lain yang diklaim kepada negara seperti hak untuk mendapatkan

pendidikan (pasal 31) dak hak untuk mendapat penghidupan yang layak

(pasal 27) atau hak fakir miskin dan anak terlantar untuk dipelihara oleh

negara (pasal 34)93

Dalam tataran yang sama pengakuan konstitusional terhadap

eksistensi agama-agama sebagaimana dalam pasal 29 juga memiliki makna

yang bersayap. Disebutkan bahwa negara Republik Indonesia

“berdasarkan ketuhanan yang maha esa”, dan karena itu, “negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agamanya

masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaan”.94

Diskriminasi dan restriksi dalam agama semakin kelihatan dengan

munculnya penetapan Presiden No. 1 tahun 1965 (juncto UU No. 5 Tahun

1969 tentang Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan Agama

yang ditandatangani oleh Soekarno.95

Kebijakan politik “identitas agama

sebagai bagian dari “identitas keindonesiaan” terus menguat seiring

dengan menguatnya konsolidasi politik otoritarian Orde Baru. Hal ini tidak

ubahnya seperti cek kosong yang memberikan porsi yang sangat besar bagi

rezim untuk meregulasikan agama sampai ke akar-akarnya.96

Sejak tahun 1967 sampai 1995, sebagaimana yang terekam dalam

buku peraturan perundang-undangan kehidupan beragama (1999)

Departemen Agama RI terdapat paling tidak 110 (seratus sepuluh) aturan

93Emma Nurmawati Hadian, Swia Asto, Buku Saku Pembinaan dan Penganut Agama

Khonghucu di Indonesia, h. 65. 94Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h.119 95Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h.121 96Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h. 122

Page 68: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

57

negara tentang agama dalam bentuk undang-undang, surat keputusan, atau

surat keputusan bersama, Instruksi, Surat Edaran, Radiogram,/telegram,

Pedoman Dasar yang ditandatangani oleh Presiden, Jaksa Agung, Mentri

Agama, dan Menteri Dalam Negeri.97

Harus dicatat bahwa dari 110 aturan

yang telah dikeluarkan itu ada 51 (Lima Puluh Satu) aturan yang berisi

tentang pelarangan negara terhadap sekte, ajaran, kegiatan agama, buku-

buku, kalender dan lain sebagainya. Yang oleh negara dianggap yang

menyebarkan paham palsu, menyimpang dari mainstream atau menodai

satu tradisi agama tertentu sesuai dengan kreteria sederhana yang ada

dalam penjelasan Keputusan Presiden No 1 Tahun 1965. Dari 51 larangan

yang dikeluarkan pemerintah, 32 aturan (63%) berhubungan dengan umat

Islam, 7 aturan (14%) kepada umat Kristiani (Protestan/Katolik), 11 aturan

(21%) berhubungan dengan Aliran Kepercayaan; dan 1 aturan (2%)

dengan kelompok lain.98

31 aturan (61%) tentang larangan atas

berkembangnyansuatu sekte atau doktrin tertentu yang dianggap

menyimpang, 15 (29%) berisi larangan tentang buku, majalah, simbol,

kalender, komik atau gambar, dan 5 aturan (10%) tentang lainnya seperti

pernikahan beda agama.99

Secara umum, amandemen UUD 1945 memang membawa banyak

perubahan dalam konstruksi dasar hukum dimana hak-hak individu

97Departemen Agama RI, Peraturan Perundang-undangan Kehidupan Beragama,

(Jakarta:Departemen Agama RI, 1999), H. 32 98Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h.123 99Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h.123

Page 69: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

58

merupakan hak-hak asasi mendapat perlindungan secara konstitusional.100

Hampir semua prinsip yang berkenaan dengan hak asasi manusia dapat

ditemukan seperti hak hidup (pasal 28A), hak untuk mendapat informasi

(pasal 28F), hak untuk tidak disiksa dan mencari suaka (pasal 28H), hak

atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum serta untuk

diperlakukan sama dihadapan hukum (pasal 28D) atau hak bebas dari

diskriminasi atas dasar apapun (pasal 28I).101

Secara kasat mata hak-hak minoritas tentu bertabrakan dengan

regulasi yang bernuansa syariat tadi karena dengan sendirinya hak-hak

minoritas itu berbeda diluar jangkauan hukum dan dengan sendirinya itu

adalah bentuk diskriminasi, bukan hanya regulasi yang hegemonik yang

mengancam hak-hak mereka, tetapi secara prinsipal memang setiap

regulasi berkaitan dengan agama memiliki “potensi” mengancam

kebebasan beragama dan pluralisme agama.102

D. Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan diskriminasi di

Indonesia

Dalam konteks Indonesia, diskriminasi menjadi kebijakan yang

populis dan tersistematis sejak zaman kolonialisme Hindia-Belanda.

Pemerintahan kolonialis menerapkan kebijakan penggolongan penduduk

Indonesia atas 4 (empat) golongan ras/etnis ataupun agama sebagaimana

tertuang dalam Indische staatsregeling (IS), yaitu eropa (Staatsblas (S)

1849), Tionghoa (S.1917), Indonesia asli Kristen (S.1933) dan Indonesia

100

Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h.125 101Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h. 125 102

Ismatu Ropi, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, h.126

Page 70: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

59

asli non Kristen (S.1920) yang masing-masing dibedakan perlakuan status

perdatanya.103

Ironisnya setelah kurang lebih satu abad berlalu, kebijakan model

kolonialisme tersebut justru masih diterapkan oleh pemerintahan bangsa

Indonesia sendiri bahkan dengan dimensi yang lebih beragam dan

terinstitusionalisasi, memang, pasca kemerdekaan pemerintah Indonesia

pernah mencoba untuk memperbaharui pola kebijakan penggolongan

penduduk warisan pemerintah kolonial dengan instruksi presidium kabinet

Nomor 31/IN/12/1966, dan dan ditindaklanjuti dengan surat edaran

bersama mendagri dan menteri kehakiman No:pemudes pelaksaan

keputusan presidium kabinet No. 127/U/Kep/12/1966 dan Instruksi

Presidium Kabinet No 13/U/IN/12/1966.104

Dalam perkembangannya, kebijakan warisan kolonialisme yang

masih diterapkan mengakibatkan implementasi diskriminasi yang semakin

melembaga. Hal tersebut kemudian diikuti dengan eskalasi sentimen dan

rekayasa politik yang ujung-ujungnya menimbulkan kesemerawutan dan

inkonsistensi hukum nasional, permasalahan diskriminasi warga negara

menjadi semakin komplek.105

Munculnya beberapa produk perundang-undangan pada masa Orde

Lama maupun Orde Baru seperti UU no 62/1958 tentang kewarganegaraan

yang mengatur pembuktian kewarganegaraan RI melalui sebuah dokumen

formal (terutama bagi WNI etnis tionghoa), UU No 5/pnps/1965 tentang

103Carles A. Copple, Tionghoa Indoneisa dalam Krisis, h. 131 104Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 137 105Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 138

Page 71: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

60

penodaan Agama, yang menempatkan kepercayaan terhadap Tuhan yang

Maha Esa dalam status “pengawasan”.106

Penetapa UU No. 1/1974, yang berimplikasi pada pembatasan dan

pengakuan perkawinan hanya bagi pemeluk lima agama “resmi” negara,

hal tersebut makin memperkeruh status kewarganegaraan dan hak-hak sipil

warga negara Indonesia, terutama untuk mengakses pelayanan publik

dalam bidang catatan sipil, dan lain-lain.107

Warga etnis Tionghoa lebih sering diperlakukan sebagai etnis

Tionghoa daripada statusnya sebagai WNI, seorang WNI yang beragama

Islam lebih sering diperlakukan keislamannya daripada status ke-WNI-

annya, sehingga status perdatanya berbeda dengan WNI. Namun seorang

warga negara Indonesia etnis Tionghoa apapun agamanya dia akan tetap

diperlakukan sebagai etnis Tionghoa.108

Dengan kebijakan seperti itu akan timbul banyak persoalan yang

mengarah pada diskriminasi, seperti surat Bukti Kewarganegaraan

Indonesia (SBKRI) untuk WNI etnis Tionghoa atau pembatasan pelayanan

pencatatan sipil untuk WNI yang beragama/kepercayaan diluar lima agama

“resmi” negara. Benyaknya permasalahan diskriminasi itu berakar pada

106Amiee Dawis, Ph.D, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas,h. 86 107Chang-Yau-Hoon,Identitas Tionghoa Pasca-Shuharto-Budaya, Politik dan Media,

(Jakarta,Yayasan Nabil LP3ES, 2012), h. 220 108Chang-Yau-Hoon,Identitas Tionghoa Pasca-Shuharto-Budaya, Politik dan Media, h.

121

Page 72: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

61

kebijakan segregatif dari peraturan catatan sipil warisan kolonialisme, dan

diperparah oleh beberapa peraturan yang muncul belakangan ini.109

Peraturan-peraturan diskriminatif yang ada termasuk mengenai

catatan sipil, pada hakikatnya bersifat administratif,. Namun, karena sifat

keperdataan yang terkandung dalam pencatatan sipil, praktek pembatasan

dan diskriminatif tersebut mengakibatkan praktek pembatasan dan

diskriminatif hak-hak sipil terhadap WNI.110

Misalnya, seorang WNI Tionghoa diperlakukan diskriminatif, status

perdatanya disamakan dengan seorang WNA RRC, yang hingga saat ini

status kewarganegaraan mereka selalu “dipertanyakan” dalam bentuk

kepemilikan SBKRI sekalipun WNI Tionghoa tersebut sudah menjadi

generasi WNI. “keraguan” status warga negara tersebut mengakibatkan

ketidaksamaan hak-hak sipil dan politik mereka sebagai warga negara

seperti mendapat pembatasan menjadi pegawai pemerintah, mengalami

perlakuan yang berbeda dalam pelayanan publik dan lain-lain.111

Permasalahan serupa dialami oleh WNI yang menganut

agama/kepercayaannya selain lima agama resmi negara. Mereka yang

masuk kedalam kategori ini tidak mendapatkan hak-hak mereka untuk

mendapatkan pelayanan publik pencatatan sipil peristiwa penting dalam

kehidupannya seperti pencatatan kelahiran, perkawinan, kamatian,

109Pri dan Non Pri Mencari Format Baru Pembaruan/editor Moch. Sa‟dun M, (Jakarta,

PT. Cidesindo, 1999) h. 24 110W.D, Soekisman, Masalah Cina di Indonesia, (Jakarta Yayasan Ilmu CV. 1975), h. 57 111Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia, h. 163

Page 73: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

62

pengangkatan, pengesahan dan adopsi anak, perubahan nama, perubahan

jenis kelamin, serta perubahan kewarganegaraan.

Pada akhirnya diskriminasi yang diterima oleh warga negara yang

tidak memeluk salah satu agama yang diakui negara itu yang terlahir dari

keluarga itu sering dianggap “anak haram” diskriminatif anatara lain

dalam hal kesempatan untuk menjadi pegawai dilembaga pemerintahan,

pendidikan , dan lain-lain. Begitupun halnya mereka yang menikah

berbeda agama/kepercayaan yang seragam, melahirkan sikap kantor

catatan sipil dan kantor urusan agama untuk menolak pernikahan berbeda

agama.

Dalam kontribusi terkini, ternyata pengelolaan sistem dan

manajemen catatan sipil yang berbasis aturan staatsblad tersebut,

mengakibatkan permasalahan diskriminasi terhadap kelompok warga

negara yang lebih luas, terlepas dari apapun etniis dan agamanya. Sudah

banyak diketahui betapa banyaknya WNI yang tidak tercatat dalam

pendaftaran pemilih pemilihan umum 2004. Persepektif catatan sipil yang

selalu ditempatkan dalam kerangka pendaftaran penduduk, akhirnya

membiaskan status perdata penduduk warga negara dan penduduk secara

pasti yang mempunyai hak untuk menjadi pemilih dalam pemilihan umum

2004.

Dalam perkembangannya kebijakan warisan kolonialisme yang

masih diterapkan mengakibatkan implikasi diskriminasi yang semakin

melembaga. Hal tersebut kemudian diikuti dengan askalasi sentimen dan

Page 74: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

63

rekayasa politik yang ujung-ujungnya menimbulkan kesemrautan dan

inkonsistensi hukum nasional, permasalahan diskriminasi warga negara

menjadi semakin kompleks.

Dengan kebijakan itu, akan timbul banyak persoalan yang mengarah

pada diskriminasi seperti Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia

(SBKRI) untuk etnis Tionghoa atau pemberantasan pelayanan pencatatan

sipil untuk WNI yang beragama diluar lima agama resmi negara.

Banyaknya permasalahan diskriminasi itu berakar pada kebijakan

segregatif dari peraturan catatan sipil warisan kolonial dan diperparah oleh

beberapa peraturan yang muncul belakangan.

Peraturan diskriminatif yang ada termasuk mengenai catatan sipil

pada hakikatnya bersifat administratif. Namun karena sifat

keperdataanyang terkandung dalam pencatatan sipil, praktek segregatif dan

diskriminasi hak-hak sipil terhadap sebagian WNI.112

Permasalahan diskriminasi etnis WNI Tionghoa di Indonesia adalah

permasalahan kewarganegaraan yang sangat mendasar bagi WNI etnis

Tionghoa, SBKRI bertubi-tubi dipersyaratkan dalam setiap pelayanan

publik seperti dalam permohonan paspor dikantor imigrasi, temasuk

sekolah, pengajuan kredit, pengurusan akte tanah, dan pengurusan KTP.

Kendati sudah dianggap bagian dari Negara Republik Indonesia dengan

penegasan tempat lahir dalam UU Kewarganegaraan yang pertama No. 3

Tahun 1946, keadaan malah menjadi semakin kompleks dengan adanya

112Wahyu Efendi, Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan penghapusan diskriminasi di

Indonesia, (Depok, Komunitas Bambu, 2008) h. 223

Page 75: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

64

perjanjian konferensi meja bundar, perjanjian tersebut mengembalikan

status kewarganegaraan dalam pembagian warga negara berdasarkan

penggolongan etnis.113

Dokumen SBKRI untuk WNI Tionghoa, yang dilembagakan dengan

peraturan Kehakiman No. JB.3/4/12, 14 Maret 1978 sebenarnya secara

yuridis sudah dianulir oleh keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 yang

menytakan untuk kepentingan tertentu yang memerlukan kewarganegaraan

RI cukup mempergunakan Keputusan Presiden mengenai pemberian

kewarganegaraan beserta berita acara pengambilan sumpah, KTP atau

Akta Kelahiran, selanjutnya Keppres tersebut ditegaskan kembali

implementasinya dengan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999.114

Namun kenyataannya resolusi hukum yang sudah ada tentang tidak

berlakunya SBKRI dagi WNI Tionghoa tersebut, tidak diimplementasikan

oleh berbagai oejabat instansi pusat maupun daerah.

113Wahyu Efendi, Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan penghapusan diskriminasi di

Indonesia, h. 226 114Wahyu Efendi, Pembaharuan Hukum Catatan Sipil dan penghapusan diskriminasi di

Indonesia, h. 227

Page 76: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

65

BAB IV

MASALAH TIONGHOA DAN JALAN KELUARNYA

A. Merintis Jalan Keluar Pemecahan Masalah WNI Keturunan Tionghoa

Perkembangan hubungan antar golongan mayoritas dan minoritas

yang kini disebut WNI pribumi dan WNI non pribumi,yang tercermin

dalam berbagai keresahan, ketimpangan dan ketidakpastia, bahkan

kadangkala meletus dalam peristiwa-peristiwa rasialisme yang

kebanyakan timbul hanya karena soal sepele.

Inti ketidak serasian hubungan antar golongan yang dalam

ketimpangan diberbagai bidang kehidupan bersama dianggap menjadi

masalah karena melahirkan berbagai kegelisahan, kesulitas, resiko dan

bahayabaik bagi golongan yang bersangkutan maupun bagi masyarakat,

pemerintah, bangsa dan negara, bahkan merupakan ancaman laten

terhadap cita-cita, kepentingan dan kebutuhan nasional; kesatuan dan

persatuan bangsa, ketahan nasional dan kelancaran pembangunan.115

Masalah struktural mengenai sebuah golongan kecil zaman

kolonial dibatasi ruang hidup dan kerjanya pada bidang perdagangan,

etnis Tionghoa mempunyai ciri khas yaitu keuletan, kerja keras,

berhemat, gesit, kreatif disamping kecendrungan aportunisme dan

kemajuannya, faktor-faktor tersebut menghasilkan sukses ekonomi,

115Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 341

Page 77: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

66

namun dari itu kesuksesan itu harus dibayar dengan pandangan negatif,

kurang disukai dan irihati dari masyarakat mayoritas dan penguasa.116

Jika ditempatkan dalam lingkup nasional masalah WNI non

pribumi pada hakikatnya merupakan salah satu corak dan bagian dari

masalah pembinaan bangsa. Pemecahan masalah-masalah pembinaan

bangsa terletak pada usaha yang konsekuen, konsisten, dan kontinyu

untuk memperkuat faktor-faktor kebersamaan sebagai sesama bangsa

mempertebal rasa keindonesiaan, semangat dan rasa keasalannya seperti

kejawaannya, kebatakannya, ketionghoaannya, ketimorannya dan

sebagainya. Jalan yang paling efektif sekalipun makan waktu lama

adalah pendidikan baik dirumah tangga maupun disekolah.117

Alangkah baiknya bila pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah

mengenai pembinaan bangsa dapat dirumuskan dan dituangkan dalam

GBHN yang akan datang, antara lain menegaskan: bahwa kesatuan dan

persatuan Indonesia perlu ditingkatkan bahwa semua rakyat mempunyai

dan harus diberi tugas melaksanakan kewajiban, tanggung jawab dan

hak-hak yang sama; bahwa golongan WNI non pribumi adalah bagian

integral dari bangsa dan keluarga besar Indonesia bahwa smua pihak

perlu melaksanakan dan membantu proses pembinaan bangsa termasuk

penyelesaian masalah WNI tersebut;bahwa potensi-potensi positif yang

terdapat pada golongan WNI nonpribumi termasuk totalitas potensi

nasional harus diikutsertakan dan dimanfaatkan secara wajar dan adil

116Amiee Dawis, Ph.Orang Indonesia Tionghoa mencari Identitas¸h. 204 117Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h.344

Page 78: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

67

dalam pembangunan nasional, semua rintangan dan hambatan semua

pihak untuk mencapai integritas nasional perlu dihilangkan. Kemudian

dijabarkan dalam peraturan pelaksanaan dan dituangkan dalam program-

program pembinaan bangsa seperti penerangan, pendidikan, konsultasi

dan komunikasi, penyelesaian status hukum WNI program-program kerja

sama dan pembauran dalam semua bidang kehidupan dan

penghidupan.118

Untuk melaksanakan kebijakan pembinaan bangsa perlu dibentuk

sarana forum komunikasi dan konsultasi yang bersifat tripartite; sarana

operasional berbentuk aparatur pemerintah yang interdepartemental

termasuk unsur ABRI dan sarana-sarana swadaya masyarakat untuk

mengembangkan kerja sama dalam semua bidang sudah tentu dengan

syarat adanya interaksi antara ketiga sarana tersebut.119

Meskipun masalah WNI nonpribumi pelik, rumit dan rawan,

bukanlah bebarti masalah itu tidak terpecahkan dalam rangka nasional

yang penting adanya kemauan politik dan kesadaran serta itikad baik

pada semua pihak.

Ada beberapa hal Untuk memecahkan masalah etnis Tionghoa di

negeri ini yaitu:120

Pertama kebangkitan Tiongkok yang artinya keberhasilan

Republik Tiongkok menaklukan daratan Tiongkok sehingga Tiongkok

118Alfian Hamzah (editor), Kapok jadi NonPri Warga Tionghoa Mencari Keadilan,

(Bandung, Zaman Wacana Mulia, 1998), h. 50 119Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h.346 120Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 309

Page 79: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

68

akan bersatu kembali dibawah Republik Tiongkok. Jika ini terjadi,

negara-negara lain akan mrncabut kebijakan anti Tionghoa dan

membangun hubungan persahabatan dengan pemerintah Indonesia.

Pemerintah Indonesia mengadopsi sebuah kebijakan yang aktif untuk

melindungi kepentingan kalangan Tionghoa, sehingga masalah Tionghao

dapat dipecahkan dengan baik, ini adalah dasar dan cara yang paling

efektif untuk memecahkan masalah Tionghoa.

Kedua, harus berusaha mendekati masyarakat setempat sehingga

mereka akan bersimpati dan memahami etnis Tionghoa. Dengan

demikian negara akan mengubah kebijakan anti Tionghoa dan memakai

angkatan kerja dan modal Tionghoa, masyarakat setempat dan Tionghoa

akan bekeja sama dalam membangun negara untuk memecahkan agresi

Komunis untuk mempertahankan kemerdekaan.

Ketiga, adaptasi masyarakat Tionghoa pada saat ini masyarakat

Tionghoa berada dalam situasi sulit harus tetap tenang dan toleran,

mereka tidak boleh membuat penduduk lokal membenci. Keduanya harus

memperkuat ikatan dengan penduduk setempat dan berpartisipasi dalam

pembangunan sehingga keduanya akan saling menyayangi, hidup dalam

harmoni dan akan menimbulkan kerjasama yang tulus.

Yang disebut diatas adalah cara untuk memecahkan masalah

Tionghoa, negara harus bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan

pertama, kedua, sedangkan tujuan ketiga tergantung pada kebijakan dan

berbagai upaya kalangan Tonghoa perantauan di berbagai tempat.

Page 80: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

69

Adapun tindakan pemerintah untuk memecahkan masalah etnis

Tionghoa adalah:121

Pertama, selama revolusi fisik pemerintah dengan tegas mengecam

segala tindakan kekerasan yang telah terjadi dan riil memberi bantuan

kepada para korban kekerasan dan operasi-operasi militer.

Kedua, atas dasar pandangan yang realistis dan praktis pemerintah

RI mencoba memikat kesetiaan sebanyak mungkin dan menjadikan

mereka sebagai bagian masyarakat Indonesia yang berfaedah.

Ketiga, undang-undang kewarganegaraan 1946 dimaksudkan untuk

menarik etnis Tionghoa. Namun politik ini tidak selalu diwujudkan

dalam praktik, terutama oleh pejabat-pejabat rendahan RI, kaum

Tionghoa peranakan sering disamakan kaum totok (asing). Ini

membahayakan politik menarik hati.

Keempat, sejak 27 Desember 1949 (KMB) berbagai upaya

dilakukan untuk menjernihkan status kewarganegaraan golongan

pranakan, untuk menjadikan mereka WNI secara pasif (UU 1946-KMB

1949 s/d 1951) akhirnya diubah menjadi politik pemilihan

kewarganegaraan secara aktif (1962)

Kelima, kedudukan kewarganegaraan sudah jelas dan asimilasi

menjadi politik resmi pemerintah RI.

Untuk mencapai itu semua diperlukan dialog unutk menciptakan

dan disuburkan kesempatan-kesempatan disegala bidang, disekolah-

121Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h.326

Page 81: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

70

sekolah, di bidang usaha, bisnis, dalam kehidupan sehari-hari, agar orang

nonpribumi dan pribumi bertemu dan berdialog.

Dibidang pendidikan harus dilaksanakan secara konsisten terus

menerus usaha pembauran, usaha mencari sistem pendidikan yang

melancarkan proses integrasi dan asimilasi. Ini semua demi generasi

yang akan datang dan merupakan suatu “long term program” untuk

national building Indonesia.

Dalam bidang ekonomi harus dimulai untuk mencari dan

melaksanakan suatu sistem dan usaha yang konsisten untuk

menghilangkan kesan, kenyataan, seolah olah ekonomi kuat dan

golongan ekonomi lemah jatuh bersamaan dengan golongan nonpribumi

dan golongan pribumi.

B. Masalah Tionghoa dalam Rangka Stabilitas Politik

Keadaan etnis Tionghoa selalu diwarnai berbagai macam peristiwa

yang menarik untuk diamati di ranah politik Indonesia dan tiap orde

pemerintahan Indonesia. Hal ini tentu saha berdampak pada sikap dan

prilaku elit politk etnis Tionghoa dari masa ke masa, baik masa kolonial,

orde lama, orde baru, hingga berakhir orde reformasi.

Etnis Tionghoa menempuh cara politik yang berbeda-beda dalam

mencapai tujuannya, ketika Indonesia memasiki msa reformasi, corak

aktivisme politik menjadi fenomena baru. Dua cara yang dipakai oleh

Page 82: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

71

etnis Tionghoa adalah gerakan tuntutan untuk mendapatkan hak-hak

konstitusional dan keterlibatan dalam pemilu.122

Dalam perkembangan politik mutahir definisi identitas Tionghoa

yang mengacu pada totok da peranakan tentu tidak lagi relevan,

pencarian identitas diluar pemilihan tersebut menjadi penting untuk

ditelusuri. Berkaitan dengan orientasi dan strategi politik, perkembangan

mutakhir memungkinkan terjadinya reorientasi politik.123

Secara politis, partisipasi Tionghoa bertujuan untuk mendorong

perubahan aturan-aturan yang dianggap diskriminatif, sementara secara

ekonomi keterlibatan politik etnis Tionghoa sebagai alat kontrol berbagai

kebijakan dari dekat. Partisipasi ini berpotensi mebuka kembali politik

persahabatan yang berkembang di masa Orde Baru.

Masalah Penting dalam stabilitasi politik pada masalah Tionghoa

merupakan salah satu warisan kolonialisme dari zaman lampau, tuduhan

tuduhan dari zaman lampau. Tuduhan-tuduhan yang terberat adalah

bahwa golongan bersifat eksklusif tidak menginginkan asimilasi dengan

pribumi dan yang secara sadar atau tidak sadar mengadakan identifikasi

dengan negara leluhurnya.124

122http://bangka.tribunnews.com/2011/10/10/wajah-baru-politik-tionghoa, diakses pada

tanggal 20 Mei 2018 pukul 13.45. 123http://bangka.tribunnews.com/2011/10/10/wajah-baru-politik-tionghoa, diakses pada

tangal 20 Mei 2018 pukul 13.55 124Leo Suryadinata,Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 311

Page 83: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

72

Menurut pandangan Ong Hok Ham125

salam satu sejarawan

terkemuka di indonesia, dimana ia menyebutkan, “masyarakat Tionghoa

bukanlah kelompok yang homogen; mereka begitu beragam hampir

seperti kepulauan Indinesia”. Pandangan umum terhadap etnis Tionghoa

di Indonesia yang notabene adalah keturunan Tionghoa memiliki

pandangan yang beragam dimasyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat

dari sisi stereotip yang melekat dalam etnis Tionghoa yang identik

dengan penguasaan sumber ekonomi, individualis, yang kuat dan

rendahnya perhatian terhadap politik ataupun alienasi terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan politik praktis.

Dewasa ini setelah era reformasi berjalan hingga 13 tahun lebih,

idealnya etnis Tionghoa sudah optimal dalam hal eksistensi di bidang

politik, hal ini dapat dilihat dari ebrbagai macam etnis Tionghoa yang

terlibat dalm struktur kepengurusan partai politik, menduduki jabatan

eksekutif maupun legislatif baik dari tingkat nasional dan daerah. Hal ini

tentu menjadi golongan menengah etnis Tionghoa yang di sebut sebagai

elit etnis Tionghoa di bidang politik.126

Pasca reformasi dan lengsernya presiden Soeharto, masyarakat

Indonesia telah memulai babak baru dalam sistem pamerintahan dan

politik dengan menciptakan perubahan menjadi lebih demokratis. Hal ini

125Suhardinata, Dr, Ir, Justian, WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan

Politik Indonesia, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 9 126Chang Yau Hoon, Identitas Tionghoa Pasca-Suharto Budaya, Politik dan Media, h.

259

Page 84: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

73

dapat dilihat dari adanya daerah diberikan kemampuan untuk pemilukada

hingga hingga pemilihan DPRD secara langsung.127

Sepanjang legislatif dan pimilihan Presiden mencatat beberapa

perkembangan selama pemilu legislatif sejumlah media mencatat ada 150

calon legislatif Tionghoa meskipun pada akhirnya hanya sebagian kecil

yang berhasil mendapatkan kursi.128

Di tahun 2009 orang Tionghoa diberi hak langsung untuk memilih

calon DPR dari tingkat pusat hingga daerah secara langsung. Hal ini

tentu memberikan kemudahan dan tantangan bagi etnis Tionghoa untuk

dapat memberi daya imajinasi dengan kekuatan modal politik dan modal

sosial yang dimiliki untuk mendapat kekuasaan dan menjadi elit politik

di tingkat legislatif maupun eksekutif.129

Ditengah perkembangan demokrasi politik Indonesia saya berharap

banyak partisipasi politik etnis Tionghoa dapat memberikan warna baru

dalam proses pencerahan dan pendidikan politik, etnis Tionghoa

memiliki kemampuan finansial dan intelektual yang relatif baik dengan

harapan dapat memberi karakter kuat dalam vivi baru reformasi politik.

Namun alih-alih berharap partisipasi mereka dapat berkontribusi positif

sepanjang pilitisi yang mengaku pribumi juga masih kerap

mempertontonkan pragmatisme dan oportunisme. Reformasi politik tidak

boleh dipahami sebagai pekerjaan primordial dan sentimental.

127Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h. 315 128Chang Yau Hoon, Identitas Tionghoa Pasca-Suharto Budaya, Politik dan Media, h.

260 129

Page 85: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

74

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut:

Sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia tidak ada catatan yang

pasti, kapan tepatnya orang-orang Tionghoa untuk pertama kali datang ke

Nusantara, namun seiring berkembangnya waktu, gelombang kedatangan besar-

besaran orang Tionghoa ke Indonesia diperkirakan terjadi pada abad XVI

khusunya di Pulau Jawa. Saling berinteraksi antar Tionghoa dan pribumi

merupakan hal yang sangat bagus, proses interaksi serta asimilasi etnis Tionghoa

dan masyarakat pribumi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor

pendukung adanya asimilasi, toleransi, sikap menghormati serta terjadinya kawin

campur.

unsur-unsur budaya antara masyrakat pribumi dan orang Tionghoa

diantaranya dalam bahasa, sistem teknologi, serta mata pencahariannya.

Sementara itu, proses Islamisasi dikalangan etnis Tionghoa dipengaruhi karena

proses interaksi antar etnis Tionghoa yang sudah ada di Nusantara dengan pribumi

setempat yang beragama Islam. Ini merupakan salah satu strategi untuk berbaur

dengan masayarakat setempat. Meskipun ada juga etnis Tionghoa beragama Islam

datang dari negeri Cina adalah bertujuan untuk menyampaikan agama Islam atau

berdakwah ada juga yang berdagang.

Page 86: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

75

Pada masa presiden Soekarno tahun 1959-1960 etnis Tionghoa sungguh

terdiskriminasi dalam wajah yang sangat rasialis, pengejaran terhadap orang-

orang Tionghoa ketika itu merupakan bagian dari pelaksanaan serta

pengembangan politik anti Tionghoa pada tahun 1956.

Pada 14 Mei 1959 pemerintah mengeluarkan PP No10/1959 yang isinya

menetapkan bahwa semua usaha dagang kecil milik orang asing ditingkat desa

tidak diberi izin lagi setelah 31 Desember 1959. Peraturan ini ditujukan pada

pedagang kecil Tionghoa yang merupakan bagian terbesar orang-orang asing yang

melakukan usaha tingkat desa. Sebagai akibat dari PP No. 10/1959, selama tahun

1960-1961 tercatat lebih dari 100.000 orang Tionghoa meninggalkan Indonesia

dan secara tipikal mereka mengalami banyak kesengsaraan. Di satu pihak karena

intrik-intrik politik negara Indonesia dan Tiongkok dan dilain oihak meningkatnya

teror dalam perbatasan-perbatasan Indonesia.

Pada dasarnya Orde Baru, pemerintahan Indonesia sedikit berpihak pada

Etnis Tionghoa. Terutama dalam bidang ekonomi dan budaya, karena

pemerintahan Orde Baru menginginkan adanya legitimasi terhadap keberhasilan

dalam bidang pembangunan ekonomi. Pemerintahan Orde Baru lebih memilih

merangkul dalam bidang ekonomi, namun tetap mencurigai dan mengawasi

mereka dalam bidang politik

Pada tanggal 7 Juni 1967, Suharto mengeluarkan Surat edaran “Kebijakan

Pokok Penyelesaian Masalah Cina” yang isinya menyatakan bahwa etnis

Tionghoa WNA yang beritikad baik akan mendapat jaminan keamanan dan

Page 87: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

76

perlindungan atas kehidupan, kepemikikan, dan usaha. Surat edaran ini ditidak

lanjuti dengan keputusan Presiden pada Desember 1967 yang isinya menyatakan

bahwa Pemerinta tidak membedakan antara Tionghoa WNA dan Tionghoa

WNI.130

Untuk menghindari eksklusifisme rasial maka pemerintah memilh untuk

mengasimilasikan orang-orang etnis Tionghoa dan melakukan berbagai usaha

untuk memutuskan hubungan mereka dengan leluhur mereka.

Memasuki era reformasi 1998, merupakan kabar gembira bagi etnis

Tionghoa sekaligus bisa menghirup kebebasan. Bagi orang-orang Cina peranakan

yang tinggal menetap turun temuun di Indonesia yang memperjuangkan agar tidak

lagi disebut dengan Tionghoa, melainkan dengan sebutan orang Tionghoa.

Disamping itu ada alasan hak asasi manusia dan sikap non diskriminasi, sejak

masa pemerintahan B.J. Habibie melalui intruksi Presiden No.26 Tahun 1998

tentang penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi, seluruh

aparatur pemerintahan telah diperintahkan untuk tidak lagi menggunakan istilah

tersebut.

Ketika Abdurahman Wahid menjabat sebagai Presiden dengan wawasan

kebangsaannya, dan adanya kesempatan dan kekuatan selaku Presiden, kemudian

mengeluarkan kebijakan untuk mencabut Inpres No 14 tahun 1967 yang

dikeluarkan oleh pemerintah Orde Baru yang berisi apapun bentuk ekspresi

keagamaan dan adat istiadat Tionghoa dimuka umum, dan termasuk pelarangan

bagi semua tempat usaha kelompok etnis Tionghoa, seperti toko, pabrik, dan

sebagainya untuk tutup pada ahri raya Imlek, dengan mengeluarkan pengumuman

Page 88: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

77

bahwa tahun baru Imlek juga menjadi hari libur Fakultatif yaitu hari libur untuk

penganut agama yang merayakan hari raya.

Di masa reformasi, eksistensi Tionghoa kemudian dipulihkan kembali 3

pilar utama yang telah diruntuhkan pada masa Orde Baru yaitu Organisasi

Kemasyarakatan Tionghoa, media masa berbahsa Cina, sekolah berpengantar

bahasa Cina. Masyarakat Tionghoa kemudian membentuk partai berbasis etnis

dan tercatat sebagai partai yang aktif masa tersebut yaitu partai reformasi

Tionghoa Indonesia. Partai pembaruan Indonesia dan Partai Bhineka Tunggal Ika

sebagai Tokoh Tionghoa yang sejak awal tidak setuju dengan berdirinya partai

etnis memilih bergabung dengan partai bentukan masyarakat Indonesia non

Tionghoa atau mendirikan organisasi masa yanglebih berfungsi sebagai presure

group. Ini dapat dimaknai bahwa etnis Tionghoa adalah masyarakat tidak

homogen, tetapi multi etnik dan budaya multi budaya yang memiliki orientasi

politik sebagai cerminan orientasi budaya yang berbeda-beda dan beragam.

Memang dalam kenyataan akibat politik asimilasi tersebut orang

keturunan Tionghoa oleh para anti Cina malah lebih didiskriminasikan buktinya

tukar nama, orang keturunan Tionghoa masih tetap dianggap Cina. Penyebabnya

adalah stereotip yang tetap melekat pada mereka, bahkan diperkuat dengan

hukum, sebagai contoh saya adalah keturunan Tionghoa yang sampai pada masa

reformasi adalah penganut politik pembaruan yang diasimilasi, tapi sejak

mengalami kejadian yang bersifat shock therapy, saya telah beralih ke politik

pembaruan yang bersifat integrasi yang sinergis.

Page 89: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

78

Namun kondisi politik setelah kemerdekaan tidak mnguntungkan bagi

orang Tionghoa, kuatnya desakan pemerintah Orde Baru untuk membaur orang

Tionghoa ke dalam kelompok pribumi, dan ditambah lagi dengan dikeluarkan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18

November 1978 yang menyebutkan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah

adalah Islam, Katoli, Hindu, dan Buddha, maka mulai saat itu agama Khonghucu

menjadi kurang Jelas statusnya di Indonesia, serta banyak penganut pindah ke

agama lain seperti Kristen, Katolik, dan Buddha. Atas dasar itulah perlu kiranya

diketahui latar belakang bangkitnya agama Khonghucu serta perkembangan dari

tahun 1900 sampai dengan sekarang. Sehubungan dengan itu, besar dugaan bahwa

bangkitnya agama Khonghucu di Indonesia dipelopori oleh organisasi Tionghoa

Hwe Koan yang di singkat THHK

Peraturan Pemerintah No. 10/1959 tentang larangan bagi orang Tionghoa

(WNA) untuk berdagang eceran di tingkat kabupaten kebawah saat itu masih

banyak orang Tionghoayang Dwi Kewarganegaraan, walaupun lahir dan besar di

Indonesia, diperkirakan ada 25.000 toko berada dalam ketegori pedagangan

eceran peraturan ini dijalankan dengan kekerasan oleh militer dan lebih dari

130.000 orang Tionghoa meninggalkan Indonesia, dan sistem perekonomian pun

menjadi kacau-balau.

Diskriminasi dan restriksi dalam agama semakin kelihatan dengan

munculnya penetapan Presiden No. 1 tahun 1965 (juncto UU No. 5 Tahun 1969

tentang Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan Agama yang

Page 90: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

79

ditandatangani oleh Soekarno.131

Kebijakan politik “identitas agama sebagai

bagian dari “identitas keindonesiaan” terus menguat seiring dengan menguatnya

konsolidasi politik otoritarian Orde Baru. Hal ini tidak ubahnya seperti cek

kosong yang memberikan porsi yang sangat besar bagi rezim untuk meregulasikan

agama sampai ke akar-akarnya.

Kalaupun ada perbedaan, maka perbedaan itu hanyalah menunjuk pada

keragaman etnis saja.Dalam berpolitik etnis Tionghoa di Yogyakarta mulai

tumbuh, munculnya etnis Tionghoa yang terjun langsung ke dunia politik

membuktikan bahwa sudah tidak lagi canggung dalam bergerak di dunia politik.

Sebagai orang Tionghoa Indonesia menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk

membongkar stereotip etnis Tionghoa sebagai apolitis sebagai binatang ekonomi

adalah melalui aktivisme politik, pemerintah membuka peluang bagi etnis

Tionghoa untuk menjadi lebih sepenuhnya terintegrasi ke dalam semua segi

kehidupan politik Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis kerjakan, maka selajutnya dan

lembaga dari penulis baik untuk etnis Tionghoa. Penelitian selanjutnya dan

lembaga MATAKIN maupun fakultas Ushuluddin lebih khusu program

sudi agama-agama.

1. Etnis Tionghoa

a. Etnis Tionghoa sangat menekankan terhadap pendangan

diskriminasi kemanusiaan, semoga tidak ada lagi yang namanya

Page 91: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

80

diskriminasi di negeri ini dan masyarakat pribumi dan non

pribumi harus bersikap toleransi di lingkungan masyarakat

b. Meskipun dibeberapa kejadian yang di alami oleh etnis Tionghoa

dipemerintahan masih sikap intoleran terhadap etnis Tionghoa di

Indonesia, tetapi hal tersebut semoga tidak menyurutkan sikap

cinta terhadap negara Indonesia.

2. Peneliti selanjutnya

a. Masih banyak diskriminasi terhadap Etnis Tionghoa yang belum

diteliti. Penulis hanya meneliti dari segi pandangannetnis Tionghoa

terhadap diskriminasi kemanusiaannya dan peran dari pemerintah

mengatasi diskriminasi terhadap kaum minoritasnya saja, jadi bisa

menjadi bahan penelitian selanjutnya, agar dapat menjadi wawasan

keilmuan terutama prodi studi agama-agama.

b. Referensi mengenai diskriminasi terhadap etnis Tionghoa bisa

didapatkan melalui lembaga MATAKIN atau Litang Bio

Tangerang.

3. Fakultas Ushuluddin

Lebih diperbanyak lagi referensi mengenai etnis Tionghoa, karena

untuk referensi etnis Tionghoa terbilang masih sedikit.

Page 92: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

81

Daftar Pustaka

Asto, Swia, Hadian, Nurmawati, Ema, Buku saku Pembinaan dan

Penganut Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta, Kementrian Republik

Indonesia, 2013.

Coppel, A, Charles. Tionghoa Indonesia Dalam krisis, Jakarta, Pustaka

Sinar Harapan, 1994.

Drs. U. Maman Kh., M.Si. dkk, “metodelogi penelitian agama teori dan

praktik”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Dwipayana, G. dan R. K. Hadimadja, Soeharto, Pikiran, Ucapan dan

Tindakan Saya. Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada.1989

Hoon, Chnang-Yau. Identitas Tionghoa Pasca Suharto- budaya, politik,

dan media, Jakarta, Yayasan Nabil LP3ES, 2012. Hoay, Tek, Kwee, (Terj. Lea E.

Williams), The Priging Of The Modern Chinese Movement In Indonesia, Ithaca,

Cornel Modern In Indonesia Project, 1969.

Ibad, MN, Akhmad Fikri AF, Bapak Tionghoa Indonesia,

Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang 2012.

Indarto, Ws, Selayang Pandang Lembaga Agama Khonghucu Indonesia

Dahulu, Sekarang dan Masa Depan, Jakarta, Matakin, 2010.

Jahya, Junus, H. Masalah Tionghoa di Indonesia Asimilasi vs Intergrasi,

Jakarta: Lembaga Pengkajian masalah Pembaruan, 1999.

Page 93: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

82

Justian, Suhardinata, Dr. Ir, WNI keturunan Tionghoa dalam Stabilitas

Ekonomi dan Politik Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Martosidiro, Marto, Penyelesaian Masalah Cina perantauan, Prisma,

Jakarta, No. 3 Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi 1973.

Marzani, Amri, Hubungan Sosial Cina-Pribumi jurnal penelitian Sosial,

penerbitan Khusus, Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia, 1975.

Ph.D, Amiee, Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas,

Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Poerwanto, Hari, Orang Cina Khek dari Singkawang, Depok: Komunias

Bambu, 2005.

Ropi, Ismatu, Hak-hak Minoritas, Negara, dan Regulasi Agama, Titik

Temu Jurnal Dialog Peradaban Volume 1, AF, Fikri, Ahmad, Ibad, MN, Bapak

Tionghoa Indonesia, Yogyakarta, PT. LKIS Printing Cemerlang 2012.

Setiawan, E, Tahun Baru Imlek, Marga dan Istilah Warga Tionghoa,

Semarang, Yayasan Widya Menggala Indonesia, 2012.

Setiopno, Benny,Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Trans Media

Pustaka, 2008.

Situbuana, Penyelesaian Masalah Diskriminasi Terhadap Etnis Cina,

Jakarta, Konpress, 2014.

Soekisman, W.D, Masalah Cina di Indonesia, Jakarta, Yayasan Ilmu CV. 1975

Page 94: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

83

Suryadinata,Leo Kebudayaan Minoritas Tionghoa Indonesia, terjemahan

Dede Oetomo, Jakarta:PT. Gramedia, 1988.

Suryadinata, Leo, Negara dan Etnis Tionghoa, Jakarta:Pustaka LP3ES

Indonesia 2002.

Suryadinata, Leo, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002,

Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2005.

Tanggok, Ikhsan, M, Mengenal Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta,

Pelita Kebijakan, 2005.

Tundjung, Herning, Sitabuana, Penyelesaian Masalah Diskriminasi

terhadap Etnis Cina, Jakarta: onpress, 2014.

Yahya, Junus, Masalah Tionghoa di Indonesia Asimilasi dan Integrasi,

Jakarta,, Lembaga Pengkajian Masalah Pembaruan, 1999.

Link Internet

http//Kakarisah Wordpress.com, Perkembangan Etnis Tionghoa di

Indonesia dari Masa ke Masa, Diakses pada tanggal 24 Juli 2018 Pukul 14.50.

http/www.Tionghoa. Info/Diskriminasi Etnis Tionghoa di Indonesia Pada

Masa Orde Lama dan Orde Baru, di Kases pada tanggal 23 Juli 2018 pukul 10.00.

https://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_Presiden_Nomor_10_tahun_1959.

Diakses pada tanggal 24 Juli 2018 pukul 14.02

Page 95: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia ... Historis digunakan

84

http//www.KeadilanHAMBagi Kaum Tionghoa KOMPASIANA.com.htm

diakses pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 10:49.

Leo Suryadinata http// www.Diskriminasi Etnis Tionghoa di Indonesia

Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru Tionghoa.htm. diakses pada tanggal 10

Juni 18 pukul 12:21.

LeoSuryadinatahttp/www.ijil.ui.ac.id/index.php/jai/article/download/3464/

2744 diakses pada tgl 24 Juli 2018 jam 13.21

https://tirto.id/sejarah-kebencian-terhadap-etnis-tionghoa-bFLpdiakses

pada tanggal 24 Juli 2018 Pukul 14:00