makala diskriminasi harga

24
DISKRIMINASI HARGA Disusun oleh : PATRA WIBOWO (01101402062) DEPI SAPUTRA (01101402052) RATIH ACTAVIA (01091402033) Dosen Pembimbing PROF. DR. BERNADETTE. M.Sc/ DRS. TEGUH. M.Si

Upload: depi-saputra

Post on 21-Jan-2016

1.056 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala Diskriminasi Harga

DISKRIMINASI HARGA

Disusun oleh :

PATRA WIBOWO (01101402062)

DEPI SAPUTRA (01101402052)

RATIH ACTAVIA (01091402033)

Dosen Pembimbing

PROF. DR. BERNADETTE. M.Sc/ DRS. TEGUH. M.Si

Page 2: Makala Diskriminasi Harga

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMIPALEMBANG

2013

Page 3: Makala Diskriminasi Harga

1

I. Latar Belakang

            Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama 

dengan  harga   berbeda  untuk   konsumen   yang  berbeda  atas  dasar   alasan   yang   tidak 

berkaitan dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga 

yang sama karena alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak 

semua perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga.

Diskriminasi   harga   seringkali   dapat   meningkatkan   kesejahteraan   ekonomi.  

Monopolis   menaikkan   harga   jual   produk   mereka   dan   menurunkan   jumlah   penjualan 

mereka   untuk   meningkatkan   keuntungan.   Dengan   melakukan   hal   tersebut,   mereka 

mungkin   bisa   mendapatkan   pasar   untuk   para   pembeli   yang   berkeinginan   kuat   dan 

kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan.   Dengan memberikan harga yang berbeda 

untuk mereka yang mau membeli dengan harga tinggi dan mereka yang mau membeli 

dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan keuntungan serta kepuasan 

pelanggannya.

Tujuan   utama   pelaku   usaha   melakukan   diskriminasi   harga   yaitu   untuk 

mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut

diperoleh  dengan  cara  merebut   surplus   konsumen.  Surplus   konsumen  adalah 

selisih harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar 

dibayar   oleh   konsumen.   Diskriminasi   harga   /   price   discrimination   didasari   adanya 

kenyataan bahwa konsumen sebenarnya  bersedia  untuk membayar   lebih   tinggi,  maka 

perusahaan akan berusaha merebut surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan 

diskriminasi harga

Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga adalah sebagai berikut :

i. Sikap pengguna  

Page 4: Makala Diskriminasi Harga

2

Pembeli   tidak   peduli   dengan   perbezaan   harga   barang   tersebut   kerana 

beberapa  sebab  seperti   layanan  yang  diterima   lebih  baik,   jarak  kedai  dengan 

rumah yang lebih dekat, telah biasa dengan kedai tersebut dan sebagainya.

ii. Pasaran hendaklah terpisah  

Pasaran hendaklah dipisahkan supaya tidak berlaku perpindahan penjual dan 

pembeli   di  antara  dua  pasaran.  Contohnya  penjual  dari   pasaran  barang  yang 

murah harganya kepada pasaran barang yang mahal harganya dan sebaliknya. 

iii. Barang tidak boleh dipindahkan.  

Seseorang penjual yang membeli barang di pasar yang murah tidak boleh 

menjualnya semula di pasar yang mahal harganya ( arbitrage). Ini kerana harga 

barang   di   pasar   yang   murah   tadi   akan   meningkat   disebabkan   kekurangan 

penawaran dan harga barang di pasar yang mahal akan berkurangan disebabkan 

pertambahan penawaran Ini akan menyebabkan amalan diskriminasi harga tidak 

berjaya.

iv. Keanjalan permintaan berbeza.  

Keadaan pasaran mestilah dibezakan mengikut kebolehan untuk membayar 

atau keanjalan permintaan yang berlainan.  Ini  bermakna penjual di pasar yang 

permintaannya anjal  boleh menjual  dengan harga yang  lebih rendah manakala 

penjual di pasar yang permintaannya kurang anjal boleh menjual dengan harga 

yang lebih tinggi untuk menambahkan jumlah hasil.

v. Kos memisahkan pasaran tidak melebihi keuntungan.  

Page 5: Makala Diskriminasi Harga

3

Kos untuk memisahkan pasaran seperti kos pengangkutan, kos pengiklanan 

dan sebagainya mestilah kurang daripada keuntungan yang diperolehi.

II. JENIS – JENIS DISKRIMINASI HARGA

Jenis – jenis diskriminasi harga adalah sebagai berikut :

1. Diskriminasi harga derajat 1

Diskriminasi   harga   derajat   1  dilakukan   dengan   cara   menerapkan   harga   yang 

berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) 

masing-masing   konsumen  dibedakan   pada   kemampuan   daya   beli   masing-masing 

Page 6: Makala Diskriminasi Harga

4

konsumen.  Contoh: seorang dokter  memberlakukan tarif  konsultasi  yang berbeda-beda 

pada setiap pasiennya.  Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang 

tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1

Pada gambar 1 menjelaskan  tentang grafik  diskriminasi  harga derajat  1.  Pada 

grafik tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga 

terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P 

tinggi maka Q rendah. Hal  ini  apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli  konsumen 

berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen 

yang   akan   membeli   produk   tersebut,  Dan   begitu   sebaliknya,   apabila   produsen 

menawarkan harga yang rendah maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli 

barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli 

pada masing-masing konsumen.

Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus 

konsumen yang diterima oleh produsen,  biaya yang harusnya diterima oleh konsumen 

namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1  juga disebut  perfect price

discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.

Kasus Diskriminasi Harga Derajat I

Page 7: Makala Diskriminasi Harga

5

Diskriminasi   harga   derajat   I  dilakukan   dengan   cara  menerapkan   harga   yang 

berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) 

masing-masing   konsumen  dibedakan   pada   kemampuan   daya   beli   masing-masing 

konsumen. Walaupun harga yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang dikeluarkan 

oleh produsen adalah sama. 

Contoh   dari   diskriminasi   harga   adalah   pelayanan   dokter   dan   tiket   pesawat 

terbang. Menurut hasil  wawancara, memang pada prakteknya dokter tidak menerapkan 

beban  biaya  yang  sama kepada setiap  pasien  nya.  Jika  si  dokter  mengetahui  bahwa 

tingkat   ekonomi   pasien   lemah,   dokter   bisa   meminimalkan   biaya   bahkan   bisa 

menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu secara ekonomi 

dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani setiap pasien 

sama.   Tetapi   karena   mempertimbangkan   kemampuan   ekonomi   pasien,   dokter   tidak 

menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.

Tiket   pesawat   pun  memakai   konsep  diskriminasi   harga  derajat   I.  Harga  Tiket 

Pesawat Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 

5 Febuari 2013 pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 

500.000,00. Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat 

yang   sama)   harganya  menjadi   Rp.   1.400.000,00.   Kenaikan   harganya   hamper   150%. 

Dalam satu pesawat yang sama, kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk 

harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen 

sama.  Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi  harga derajat   I,  ketika perbedaan harga 

dibedakan berdasarkan daya beli setiap konsumen.

2. Diskriminasi harga derajat 2

Diskriminasi   harga   derajat   2   dilakukan   dengan   cara  menerapkan   harga   yang 

berbeda-beda   pada   jumlah  batch  atau  lot  produk   yang   dijual.   Diskriminasi   harga   ini 

Page 8: Makala Diskriminasi Harga

6

dilakukan   karena   perusahaan   tidak   memiliki   informasi   mengenai  reservation price

konsumen.  Contoh:   perbedaan   harga   per   unit   pada   pembelian   grosir   dan   pembelian 

eceran,   pembeli   yang   membeli   mie   instan   1   bungkus   dan   1   kardus   akan   berbeda 

harganya.  Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada 

gambar 2. 

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat  2

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi  harga derajat  2.  Pada 

grafik   tersebut  pelaku usaha menetapkan harga   (P1,  P2 dan P3)  berdasarkan  jumlah 

konsumsi.   Kebijakan   ini   dapat  meningkatkan   kesejahteraan   konsumen   karena   jumlah 

output   bertambah   dan   harga   jual   semakin  murah.  Hal   ini   dikarenakan   pelaku   usaha 

menggunakan sistem perbedaan harga per  unit  pada pembelian  grosir  dan pembelian 

eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik 

membeli barang langsung per pak daripada membeli barang eceran.

Kasus Diskriminasi Harga Derajat II

Diskriminasi   harga   derajat   2   dilakukan   dengan   cara  menerapkan   harga   yang 

berbeda-beda   pada   jumlah  batch  atau  lot  produk   yang   dijual.   Diskriminasi   harga   ini 

dilakukan   karena   perusahaan   tidak   memiliki   informasi   mengenai  reservation price

konsumen.  Contoh:   perbedaan   harga   per   unit   pada   pembelian   grosir   dan   pembelian 

Page 9: Makala Diskriminasi Harga

7

eceran,   pembeli   yang   membeli   mie   instan   1   bungkus   dan   1   kardus   akan   berbeda 

harganya. 

Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT. 

Indofood sukses makmur, yang di jual di Carrefour Indonesia, pada bulan Januari 2013, 

sebagai berikut :

Tabel 1. Perbandingan Harga Indomie Pada Pembelian Kardus Dan Eceran

Nama produk Harga perKardus

(Rp)

Harga satuan bila membeli 1

Kardus(Rp)

Harga satuan eceran( Rp )

Selisih Harga(Rp)

Indomie Ayam bawang 51.500 1.287,5 1.400 112,5

Indomie Soto 51.500 1.287,5 1.400 112,5

Indomie Kari ayam 57.500 1.437,5 1.600 162,5

Indomie Goreng 56.500 1.412,5 1.600 187,5

Indomie Goreng rendang 56.500 1.412,5 1.600 187,5

Keterangan :. 1 Kardus mie instan isi 40 pcs

Berdasarkan Tabel  1,  dapat  dilihat  perbedaan harga pembelian eceran 

dan pembelian banyak (kardusan).  Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5 

sampai dengan Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara 

eceran   sebenarnya   menguntungkan   baik   bagi   produsen   maupun   konsumen.   Ketika 

membeli  secara kardus,  produsen mendapatkan keuntungan pembelian 40 pcs secara 

langsung walaupun secara nominal  lebih sedikit  dengan keuntungan pembelian 40 pcs 

secara eceran. Konsumen pun merasa diuntungkan dengan harga yang lebih murah bila 

membeli   banyak   (kardus).   Bagi   konsumen   yang   tidak  memerlukan  mie   instan   dalam 

jumlah   banyak,   pembelian   secara   eceran   sangat   menguntungkan   konsumen.   Bagi 

produsen pun, penjualan secara eceran akan menambah keuntungan. 

Kebijakan   diskriminasi   harga   derajat   II   dapat   meningkatkan   kesejahteraan 

konsumen   karena   jumlah   output   bertambah   dan   harga   jual   semakin  murah.   Hal   ini 

Page 10: Makala Diskriminasi Harga

8

dikarenakan   pelaku   usaha   menggunakan   sistem   perbedaan   harga   per   unit   pada 

pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per 

kardus, sehingga konsumen lebih baik membeli  barang langsung per kardus   daripada 

membeli barang eceran.

3. Diskriminasi harga derajat 3

Diskriminasi   harga   derajat   3   dilakukan   dengan   cara  menerapkan   harga   yang 

berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan  reservation price masing-masing 

kelompok  konsumen.  Diskriminasi   harga  derajat  3  dilakukan  karena  perusahaan   tidak 

mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price

kelompok   konsumen.   Kelompok   konsumen   dapat   dibedakan   atas   lokasi,   geografis, 

maupun   karakteristik   konsumen   seperti   umur,   jenis   kelamin,   pekerjaan,   dan   lain-lain. 

Contoh   :   barang   yang   dijuala   di   pedesaan  dan  di   perkotaan   akan  berbda   harganya. 

Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

 

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3

Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi  harga derajat 3. 

Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang 

lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

Page 11: Makala Diskriminasi Harga

9

Kasus Diskriminasi Harga Derajat III

Diskriminasi   harga   derajat   3   dilakukan   dengan   cara  menerapkan   harga   yang 

berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan  reservation price masing-masing 

kelompok  konsumen.  Diskriminasi   harga  derajat  3  dilakukan  karena  perusahaan   tidak 

mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price

kelompok konsumen. 

Contoh kasus dari diskriminasi harga derajat ketiga adalah perbedaan harga yang 

ditawarkan  di  Restoran  Solaria.  Harga  makanan   yang  ditetapkan  Restoran  Solaria   di 

Margo City,  Depok dan di  Bandara  Soekarno Hatta  berbeda Rp 5.000,00,  sedangkan 

untuk  harga  minuman berbeda Rp.  2.000,00.  Perbedaan harga  ini  disebabkan karena 

menurut   produsen,   terjadi   perbedaan   kemampuan   atau   daya   beli   antara   dua   lokasi 

tersebut.  Produsen menganggap bahwa bandara merupakan kawasan yang cukup elit, 

sehingga produsen menganggap bahwa konsumen mampu membeli dengan harga yang 

lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di Margo City dan di Bandara 

Soekarno  Hatta  adalah  sama.  Tetapi   karena  daya  belinya  yang  berbeda,  harga  yang 

ditawarkan pun berbeda.

Page 12: Makala Diskriminasi Harga

10

III. BAGAIMANA MONOPOLIS DISKRIMINASI HARGA MENCAPAI KESEIMBANGAN.

Monopolis  akan  mencapai  keseimbangan  apabila  menjual  barangnya  di   setiap 

pasaran sehingga hasil Marjinal Revenue (MR) bagi setiap pasaran itu adalah sama 

dan monopolis akan mendapat untung yang maksimum (MC=MR).

Tabel. 2  Tabel Hasil Penerimaan Monopolis

Qty (UniT)

Pasar A Pasar B

H(RP) HP(RP) HS(RP) H(RP) HP(RP) HS(RP)1 8 8 8 12 12 12

2 7,5 15 7 11 22 10

3 7,0 21 6 10 30 8

4 6,5 26 5 9 36 6

5 6,0 30 4 8 40 4

6 5,5 33 3 7 42 2

Dari tabel di atas, monopolis akan menjual 5 unit di pasar A dan 5 unit di pasar B 

kerana HS pasar A = HS pasar B. Harga yang dikenakan di pasar A ialah Rp.6.00 dan di 

pasar B ialah Rp.8.00.  

Jumlah hasil yang diperoleh oleh monopolis di pasar A adalah Rp.30 (5 X Rp.6) dan di 

pasar B adalah Rp.40 (5 X Rp.8).  Andaikan  jumlah  biaya  untuk mengeluarkan 10 unit 

barang tersebut adalah Rp.45. Oleh itu keuntungan yang diperolehi adalah:

Keuntungan = Jumlah hasil – Jumlah Biaya

                    = (Rp.30 + Rp.40) – Rp.45

Page 13: Makala Diskriminasi Harga

11

                    = Rp.25.

   Jika  monopolis   tidak  mengamalkan   diskriminasi   harga   dan  menjual   10  unit   barang 

dengan harga Rp.5, maka keuntungan yang diperolehi adalah:

Keuntungan = (10 X Rp.5 ) – Rp.45

                    = Rp.5

Oleh itu diskriminasi harga telah menambahkan keuntungan sebanyak Rp.20 (  Rp.25 – 

Rp.5)

Secara gambar juga dapat ditunjukkan bagaimana monopolis diskriminasi harga 

mencapai keseimbangan.  

Monopolis diskriminasi harga akan mencapai keseimbangan apabila HS di pasar A = HS 

dipasar B. Kuantiti keseimbangan adalah OQ + OQ1 iaitu apabila HS = KS pada titik e. 

Harga barang di pasar A ialah OPo dan di pasar B ialah OP1. Jika monopolis menjual di 

pasar A saja atau di pasar B saja keuntungan adalah seperti kawasan yang diatsir (lebih 

kecil).  Tetapi   jika penjual  menjalankan diskriminasi  harga maka keuntungannya seperti 

kawasan beratsir (lebih besar).

Page 14: Makala Diskriminasi Harga

12

IV. SOLUSI KASUS

Strategi   diskriminasi   harga  pada  umumnya  memberikan  keuntungan  baik  bagi 

konsumen maupun bagi  produsen.  Diskriminasi  harga  tingkat  pertama menguntungkan 

konsumen maupun produsen, tetapi dengan 1 syarat, produsen mengetahui kemampuan 

konsumen sehingga mampu memberikan diskriminasi harga tepat sasaran. 

Diskriminasi   harga   tingkat   kedua   memberikan   keuntungan   dari   perbedaan 

pembelian secara partai  maupun eceran.  Dengan melihat  kebutuhan,  konsumen dapat 

memilih keuntungan dari pembelian partai maupun eceran. Sedangkan untuk diskriminasi 

harga tingkat ketiga memberlakukan perbedaan harga berdasarkan daya beli sekelompok 

konsumen.   Produsen   harus   memperkirakan   dengan   tepat   kemampuan   sekelompok 

konsumen agar strategi diskriminasi harga tepat sasaran.

Berdasarkan   penjabaran   di   atas,   bagi   produsen,   informasi   terutama   informasi 

daya beli konsumen dan sekelompok konsumen adalah data yang harus dimiliki produsen 

ketika   ingin  menerapkan   strategi   diskriminasi   harga.   Bagi   konsumen   pun   penerapan 

strategi diskriminasi harga ternyata memuaskan konsumen, karena konsumen dipuaskan 

karena kebutuhannya terpenuhi. 

Page 15: Makala Diskriminasi Harga

13

V. KESIMPULAN

1. Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama 

dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak 

berkaitan dengan biaya

2. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena 

alasan   yang   tidak   ada   kaitannya   dengan   perbedaan   biaya,   tetapi   tidak   semua 

perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga

3. Syarat-syarat   terjadinya   diskriminasi   harga:   Jika   monopolis   mampu   memisah-

misahkan pasar dan elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda 

di antara kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan

4. Diskriminasi harga dibedakan menjadi 3 tingkat.

5. Diskriminasi  harga   tingkat  pertama menguntungkan  konsumen maupun  produsen, 

tetapi   dengan   1   syarat,   produsen  mengetahui   kemampuan   konsumen   sehingga 

mampu memberikan diskriminasi harga tepat sasaran. 

6. Diskriminasi harga tingkat kedua memberikan keuntungan dari perbedaan pembelian 

secara partai maupun eceran. Dengan melihat kebutuhan, konsumen dapat memilih 

keuntungan dari pembelian partai maupun eceran

7. Diskriminasi harga tingkat ketiga memberlakukan perbedaan harga berdasarkan daya 

beli   sekelompok   konsumen.   Produsen   harus   memperkirakan   dengan   tepat 

kemampuan sekelompok konsumen agar strategi diskriminasi harga tepat sasaran.

8. Informasi daya beli konsumen dan sekelompok konsumen adalah data yang harus 

dimiliki produsen ketika ingin menerapkan strategi diskriminasi harga.

DAFTAR PUSTAKA

Hari.   2012.  Diskriminasi  Harga.  http://hary-semarang.blogspot.com/2012/01/diskriminasi-

harga.html. Didownload pada tanggal 15 Januari 2013.

Page 16: Makala Diskriminasi Harga

14

Hafida.   2009.   Diskriminasi   Harga   Pasar   Monopoli. 

http://hafidasatya.blogspot.com/2009/12/diskriminasi-harga-pasar-monopoli.html. 

Didownload pada tanggal 15 Januari 2013.

Kotler, P dan Armstrong G. 1991. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Intermedia.