makalah isbd-diskriminasi (fixed)

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik. Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inherent yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, suku bangsa, kebangsawanan ataupun kekayaan dan kekuasaan.

Upload: rippi-maya

Post on 04-Aug-2015

2.337 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan

dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama

yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu

mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi

diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi

lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat

yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan

masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas

yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inherent yang dimiliki manusia

sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada

dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan

derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan

meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan

atas asal rasial, suku bangsa, kebangsawanan ataupun kekayaan dan kekuasaan.

Tidak dapat dipungkiri lagi, hampir semua wilayah (termasuk kota) di

Indonesia adalah wilayah dengan masyarakat multikultur. Kondisi masyarakat

Indonesia, yang berdimensi majemuk dalam berbagai sendi kehidupan, seperti

budaya, agama, ras dan etnis, berpotensi menimbulkan konflik. Ciri budaya

gotong royong yang telah dimiliki masyarakat Indonesia dan adanya perilaku

musyawarah/mufakat, bukanlah jaminan untuk tidak terjadinya konflik, terutama

dengan adanya tindakan diskriminasi ras dan etnis.

Di Indonesia, berbagai konflik antar suku bangsa, antar penganut keyakinan

keagamaan, ataupun antar kelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta

harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso, dan kalimantan Tengah.

Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang

egalitarian dan demokratis.

Page 2: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

2

Kerusuhan rasial yang pernah terjadi tersebut menunjukkan bahwa di

Indonesia, pada sebagian warga negaranya masih terdapat adanya diskriminasi

atas dasar ras dan etnis, misalnya, diskriminasi dalam dunia kerja atau dalam

kehidupan sosial ekonomi. Konflik antar ras dan etnis tersebut biasanya diikuti

dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkelahian, pemerkosaan dan

pembunuhan. Konflik tersebut muncul karena adanya ketidakseimbangan

hubungan yang ada dalam masyarakat, baik dalam hubungan sosial, ekonomi,

maupun dalam hubungan kekuasaan.

Adanya dominasi sosial dimana semua kelompok manusia ditunjukkan pada

struktur dalam sistem hirarki sosial pada suatu kelompok. Di dalamnya ditetapkan

satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan

satu atau sejumlah kelompok subordinat pada posisi paling bawah. Di antara

kelompok-kelompok yang ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan

yang lebih besar dalam pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Dominasi sosial

ini dapat mengakibatkan ketidak-seimbangan hubungan sehingga konflik sosial

menjadi lebih tajam.

Konflik yang terjadi tersebut tidak hanya merugikan kelompok-kelompok

masyarakat yang terlibat konflik tetapi juga merugikan masyarakat secara

keseluruhan. Kondisi itu dapat menghambat pembangunan nasional yang sedang

berlangsung. Hal itu juga mengganggu hubungan kekeluargaan, persaudaraan,

persahabatan, perdamaian dan keamanan di dalam suatu negara serta menghambat

hubungan persahabatan antarbangsa.

Konsitusi yang merupakan cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang

dirumuskan oleh pendiri bangsa, secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah

negara yang berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: “Setiap warga negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan” adalah rujukan

yang melandasi seluruh produk hukum dan ketentuan moral yang mengikat warga

negara. Keberagaman bangsa yang berkesetaraan merupakan kekuatan besar bagi

kemajuan dan kesejahteraan negara Indonesia. Negara yang beragam tetapi tidak

memiliki kesetaraan dan diskriminatif akan menghadirkan kehancuran.

Page 3: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

3

Berdasarkan sejarah dan pengalaman kehidupan manusia Indonesia itulah,

guna menghilangkan diskriminasi ras dan etnis yang telah mengakibatkan

keresahan, perpecahan serta kekerasan fisik, mental, dan sosial, sangat diharapkan

adanya suatu langkah atau terobosan. Melalui terobosan tersebut nantinya

diharapkan falsafah Pancasila, pandangan hidup bangsa Indonesia serta Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia yang tercermin dalam sila kedua “Kemanusiaan

yang adil dan beradab” dapat terlaksana sepenuhnya di masyarakat. Pada akhirnya

amanat konstitusional bahwa bangsa Indonesia dapat dijalankan dan segala bentuk

diskriminasi ras dan etnis dapat terhapuskan sepenuhnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Apakah diskriminasi dan konflik itu?

2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya konflik dari

diskriminasi di Indonesia serta dampak yang ditimbulkannya?

3) Bagaimanakah bentuk-bentuk perilaku diskriminasi di Indonesia?

4) Bagaimanakah keterkaitan perilaku diskriminasi tersebut dengan

kemajemukan/keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia?

5) Apa saja penyelesaian atau terobosan yang diharapkan untuk diterapkan

guna menghapuskan diskriminasi di masyarakat Indonesia sepenuhnya?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk menambah pengetahuan di Bidang Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

tentang diskriminasi dan konflik serta problematikanya di masyarakat

Indonesia.

2) Melalui pengetahuan yang didapat tersebut, pembaca diajak untuk

menjauhkan diri dari perilaku diskriminasi karena banyaknya dampak

negatif yang ditimbulkan.

Page 4: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Diskriminasi & Konflik

Kata diskriminasi berasal dari bahasa Belanda “discriminatie” artinya

pemisahan atau perbedaan. Kata diskriminasi menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi III artinya perbedaan perlakuan terhadap sesame warga Negara.

Kata diskriminasi juga berasal dari bahasa Inggris disebut “discrimination”

artinya perbedaan perlakuan. Kata diskriminasi yang berasal dari bahasa Arab

disebut “tafriq” dan merupakan sifat tercela yang harus dihapus.

Menurut UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab 1 pasal

1 menjelaskan kata diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau

pengucilan yang langsung atau tidak langsung didasarkan pada perbedaan

manusia atas alasan agama, suku, ras, etnik, kelompok, jenis kelamin, bahasa,

keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan

pengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dalam

kehidupan, baik individu atau kolektif dalam bidang politik ekonomi, hukum,

sosial, budaya, dan aspek kehidupan lain.

Menurut Theodorson & Theodorson, diskriminasi adalah perlakuan yang

tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu,

biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras,

kesuku-bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah tersebut

biasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan

dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah sehingga dapat dikatakan

bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokrasi. Dalam

arti tersebut, diskriminasi adalah bersifat aktif atau aspek yang dapat terlihat

(overt) dari prasangka yang bersifat negatif (negative prejudice) terhadap seorang

individu atau suatu kelompok.

Diskriminasi juga diartikan sebagai tindakan yang melakukan pembedaan

terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis,

kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik,

Page 5: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

5

usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik serta batas negara dan

kebangsaan seseorang.

Definisi yang dikemukaan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)

berbunyi: “Diskrimasi mencakup perilaku apa saja yang berdasarkan perbedaan

yang dibuat berdasarkan alamiah atau pengkategorian masyarakat yang tidak ada

hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya (merit)”.

Perlu kiranya dicatat di sini, bahwa dalam arti tertentu diskriminasi

mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang, yang

pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok pelaku diskriminasi. Obyek

diskriminasi tersebut sebenarnya memiliki beberapa kapasitas dan jasa yang sama.

Apakah diskriminasi dianggap illegal tergantung dari nilai-nilai yang dianut

masyarakat bersangkutan atau kepangkatan dalam masyarakat.

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang

atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan

pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu

dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya adalah

menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain

sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,

konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu

masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau

dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan

dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan

sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan

integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

2.2. Faktor-faktor Penyebab Diskriminasi dan Konflik

Komunitas Internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi

di berbagai belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus mengawali

Page 6: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

6

kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan

perdamaian. Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi

karena adanya beberapa faktor penyebab antara lain:

1) Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama

ekonomi.

2) Adanya tekanan dan intimidasi yang biasanya dilakukan oleh kelompok

yang dominan terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah.

3) Ketidak-berdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan

membuat mereka terus terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.

Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintekrasi bangsa dan

hancurnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang

sedikit demi sedikit bisa menjadi penyebab utama yaitu:

1) Kegagalan kepemimpinan

2) Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama

3) Krisis politik

4) Krisis sosial

5) Demoralisasi

6) Interfensi asing

Agus Dwiyanto (2001) menyebutkan ada tiga faktor utama yang menjadi

penyebab diskriminasi dalam pemberian pelayanan publik di Indonesia. Pertama,

faktor struktural yaitu adanya ssstem paternalisme dalam birokrasi. Paternalisme

adalah sistem yang menempatkan atasan sebagai pihak yang sentral dalam

birokrasi. Orientasi aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan lebih ditujukan

kepada kepentingan pejabat atasan dibanding ke masyarakat pengguna jasanya.

Kedua, faktor kultural yaitu adanya ikatan kekerabatan untuk mendahulukan

lingkungan terdekat yakni saudara terdekatnya atau sesama etniknya. Budaya

nepotisme ini turut memberikan sumbangan terhadap perlakuan diskriminatif

dalam pelayanan publik. Ketiga, faktor ekonomi. Rendahnya tingkat penghasilan

seorang petugas pelayanan memaksa petugas untuk mencari alternatif sumber

Page 7: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

7

penghasilan yang lain dengan jalan memberikan pelayanan lebih cepat kepada

pengguna jasa dengan imbalan tertentu.

Ketiga faktor penyebab di atas cocok untuk menjelaskan diskriminasi dalam

pelayanan publik yang berdasarkan alasan status sosial ekonomi. Dalam

pemberian pelayanan publik juga berlaku diskriminasi yang tidak disadari sebagai

bentuk ketidakadilan yakni diskriminasi karena karakteristik fisik seperti cacat

tubuh, ras, dan jenis kelamin.

Menurut Novi (2010), diskriminasi diawali dari proses keragaman dengan

faktor-faktor penyebab sebagai berikut:

1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali

memiliki kebudayaan yang berbeda.

2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang

bersifat non komplemeter.

3) Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat

tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4) Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan

yang lainnya.

5) Secara relatif intergrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling

ketergantungan didalam bidang ekonomi.

6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Secara umum konflik dapat terbentuk akibat:

1) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki

pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan

pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat

menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,

seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung

pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan

berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang

merasa terhibur.

Page 8: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

8

2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-

pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan

pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya

akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan

yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing

orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang

orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.

Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi

bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang.

Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi

mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-

pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan

membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian

dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan

kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan

mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan

kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan

budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan

individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi

karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah

yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk

dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika

perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat

memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang

Page 9: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

9

mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik

sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak

pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai

yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak

kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan

kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi

formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan

nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah

menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam

dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak,

akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan

terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap

mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

2.3. Dampak Diskriminasi

Perilaku diskriminasi yang terjadi dalam masyarakat akan cenderung

menimbulkan konflik pada masyarakat itu sendiri. Ada beberapa teori yang

menyatakan munculnya konflik dalam masyarakat antara lain:

1) Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang

sering muncul ditengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi,

ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda,

perbedaan bisa dilatarbelakangi SARA bahkan pilihan ideologi politiknya.

2) Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras di masyarakat

tidak lain disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada

hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan

3) Teori kesalahpahaman antar budaya, teori ini melihat konflik disebabkan

ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara budaya yang

berbeda.

4) Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik adalah

ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial

budaya dan ekonomi.

Page 10: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

10

Menurut Novi (2010), jika masalah diskriminasi tidak diselesaikan dengan

baik ada beberapa masalah lanjutan yang akan timbul yaitu:

1) Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara

manusia dengan dunia lingkungannya.

2) Kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan

bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

3) Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat

bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya

kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.

2.4. Bentuk-bentuk Diskriminasi di Indonesia

Diskriminasi adalah perbuatan zalim dan tercela karena akan mendatangkan

kerugian kepada orang yang diperlakukan diskriminatif. Secara umum

diskriminasi bisa terdapat dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga,

bermasyarakat dan bernegara.

1) Orangtua yang membeda-bedakan perlakuan terhadap anak-anaknya adalah

contoh perilaku diskriminasi dalam kelusarga .

2) Islam mengajarkan agar dalam berkehidupan bertetangga, antara satu

tetangga dengan tetangga lainnya saling menghormati dan menghargai,

tanpa membedakan suku bangsa, agama, status sosial, dan sebagainya.

3) Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, perilaku

diskriminasi itu misalnya jika pemerintah hanya melindungi golongan

tertentu. Padahal pemerintah wajib melindungi seluruh rakyatnya tanpa

kecuali.

Berdasarkan ras, suku, warna kulit, perlakuan diskriminasi antara lain

adalah:

1) Diskriminasi kelamin, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap orang

berdasarkan jenis kelamin. Di kota Mekkah pada masa Jahiliah, kaum

perempuan berkedudukan sangat rendah.

Page 11: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

11

2) Diskriminasi ras, yaitu pembedaan berdasarkan asal bangsa yang

menganggap bahwa tras yang satu lebih hebat daripada ras yang lain.

3) Diskriminasi sosial, yaitu berdasarkan status sosialnya, seperti kaya dan

miskin, bangsawan dan rakyat jelata, atau suatu agama dengan agama lain.

4) Diskriminasi warna kulit (apartheid) yaitu berdasarkan warna kulit, orang

yang berkulit putih dianggap lebih terhormat.

Di Indonesia terdapat berbagai bentuk diskriminasi. Beberapa bentuk

diskriminasi yang disebutkan di bawah ini adalah segelintir kasus yang sering

beredar di masyarakat. Permasalahan diskriminasi yang paling umum misalnya

adalaha dalam jenis kelamin, permasalahan utama yang dihadapi adalah kuatnya

pandangan sebagian masyarakat yang menempatkan laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan. Pandangan demikian tidak hanya terdapat pada kaum laki-laki, tetapi

juga banyak perempuan yang mempunyai pandangan bahwa perempuan secara

kodrati memang merupakan subordinasi dari laki-laki. Apabila seseorang yang

berpandangan demikian berada di posisi pembentuk peraturan perundang-

undangan atau pembuat kebijakan publik, potensi terjadinya kebijakan yang

diskriminatif menjadi lebih besar. Di samping itu, kurangnya perhatian para

pembentuk peraturan perundang-undangan dalam mematuhi asas kesamaan

kedudukan dalam hukum dan pemerintahan juga berperan besar bagi lahirnya

peraturan perundang-undangan yang diskriminatif.

Di beberapa daerah, kebijakan yang bersifat diskriminatif masih sering

terjadi, antara lain dengan dibentuknya peraturan daerah (perda) yang mengatur

tentang tata cara berpakaian dan batas ruang gerak perempuan di ruang publik

serta melarang perempuan keluar malam tanpa muhrim.

Disamping itu, sejak diberlakukannya UU Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, laporan terhadap terjadinya tindakan kekerasan terhadap

perempuan malah semakin meningkat, sedangkan catatan terjadinya kekerasan

terhadap laki-laki tidak tersedia. Sistem sosial belum memungkinkan hal tersebut

dilakukan. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas

Perempuan) mencatat bahwa pada tahun 2005 terjadi 20.392 kasus kekerasan

Page 12: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

12

terhadap perempuan. Angka tersebut meningkat menjadi 22.512 kasus pada tahun

2006.

Selain itu, Indonesia sebagai negara yang juga meratifikasi berbagai

konvensi, salah satunya adalah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of All Forms

of Discrimination Against Women/CEDAW) melalui UU Nomor 7 Tahun 1984,

tetapi dalam tataran pelaksanaan ketentuan yang ada dalam konvensi tersebut

belum sepenuhnya dijadikan acuan bagi aparat penegak hukum dalam

penyelesaian kasus-kasus yang berhubungan dengan tindakan diskriminasi

khususnya diskriminasi terhadap perempuan.

Dalam konteks kesenjangan ekonomi, diskriminasi pada tingkat kebijakan

juga terjadi pada kelompok masyarakat kurang mampu. Dalam kaitan itu,

beberapa peraturan perundang-undangan, terutama pada tingkat operasional,

menetapkan berbagai persyaratan tertentu yang mengakibatkan sulitnya kelompok

masyarakat kurang mampu untuk memperoleh pelayanan publik hampir pada

semua bidang. Hal itu antara lain tercermin dari tingginya biaya pendaftaran

perkara perdata pada pengadilan tingkat pertama, sehingga menyulitkan kelompok

masyarakat yang kurang mampu untuk memperoleh pelayanan publik di bidang

hukum atau memperoleh keadilan. Kendala yang sama juga dialami oleh

kelompok masyarakat kurang mampu dalam memperoleh pelayanan publik pada

bidang kehidupan lainnya.

Pada tingkat pelaksanaan, permasalahan utama terletak pada kurangnya

pemahaman masyarakat termasuk para penyelenggara negara dan aparat penegak

hukum akan pentingnya kesamaan cara pandang dalam upaya penghapusan

diskriminasi dalam berbagai bentuk, misalnya terminologi kekerasan dalam

rumah tangga yang sering dipahami secara sempit sebagai kekerasan fisik,

padahal peraturan perundang-undangan memberikan arti luas, antara lain meliputi

kekerasan ekonomi (penelantaran ekonomi) dan kekerasan psikis.

Hal yang perlu mendapat perhatian khusus berkaitan dengan upaya

penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk ialah dalam penyelenggaraan

pelayanan umum. Keluhan masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik

Page 13: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

13

merupakan isu yang sering kita dengar dari masyarakat. Secara umum yang

menjadi permasalahan adalah kelambanan proses pelayanan terhadap kelompok

masyarakat yang kurang mampu dibandingkan dengan kelompok yang secara

ekonomis lebih mampu.

Pada kenyataannya, beberapa contoh yang telah tersebut di atas belumlah

mewakili kasus-kasus diskriminasi di Indonesia. Mengingat bahwa bangsa

Indonesia merupakan bangsa yang sangat majemuk, kemajemukan yang besar

tersebut akan semakin besar potensinya dalam memunculkan kasus-kasus

diskriminasi lain jika tidak ditangani secara baik dan tepat.

2.5. Keragaman Bangsa Indonesia

Berdasarkan teori kultur dominan, masyarakat multikultur di Indonesia dalam

lingkup provinsi dapat dikategorikan menjadi empat:

1) Kelompok etnis tertentu menjadi dominan di wilayah teritorialnya. Beberapa

provinsi yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah lima provinsi di

Jawa (Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Jawa Barat), Bali, Gorontalo,

Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat,

Nangroe Aceh Darusalam

2) Kelompok etnis tertentu menjadi dominan di luar wilayah teritorialnya. Untuk

kategori ini hanya terjadi di propinsi Lampung, dimana orang Jawa menjadi

mayoritas (61,89%) diikuti dengan Orang asli Lampung (Peminggir, Pepadun,

Abang Bunga Mayang) justru menjadi minoritas.

3) Beberapa etnis memiliki jumlah yang berimbang, dapat dikateorikan lagi

menjadi:

Perimbangan jumlah etnis dengan jumlah etnis asli lebih besar Kategori

ini kebanyakan berasal dari etnis diaspora seperti Batak, Bugis, Melayu,

Minahasa, dan Buton di wilayah teritorialnya. Selain itu, etnis Banten

juga paling banyak jumlahnya meskipun tidak dominan. Beberapa

provinsi yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah: Banten,

Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jambi, Riau,

Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Page 14: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

14

Perimbangan jumlah etnis dengan jumlah etnis pendatang lebih besar

Kategori ini kebanyakan terjadi di wilayah dimana para pendatang yang

justru “membangun” wilayah di perantauan, terutama DKI Jakarta,

Kalimanatan Timur, Kalimantan Tengah, dan Bengkulu. Di ketiga

propinsi ini orang Jawa merupakan etnis yang jamlahnya terbesar.

4) Beberapa etnis memiliki jumlah yang berimbang, namun yang terbanyak adalah

kumpulan beberapa etnis (kelompok lain-lain), yaitu Maluku, Maluku Utara,

Papua, dan Sulawesi Tengah.

Pemahaman terhadap multikultural sendiri sebenarnya tidak dapat

dilepaskan dari pengertian kebudayaan. Karena kata kebudayaan itulah, yang

menjadi kunci pemahaman konsep multikulturalisme. Kebudayaan merupakan

sekumpulan nilai moral untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaan.

Multikulturalisme adalah sebuah paham yang mengakui adanya perbedaan

dalam kesetaraan, biak secara individual maupun secara kelompok dalam

kerangka kebudayaan. Heterogenitas kekayaan Negara Indonesia ini terekatkan

dalam bhineka tunggal ika. Dengan kata lain, kekayaan budaya dapat bertindak

sebvagai faktor pemersatu, yang sifatnya majemuk dan dinamis. Tidak ada

kebudayaan Indonesia, bila bukan terbentuk dari kebudayaan masyarakat yang

lebih kecil.

Sebagai sebuah konsep, mutikulturalisme manjadi dasar bagi tumbuhnya

masyarakat sipil yang demokratis demi terwujudnya keteraturan sosial. Dengan

demikian, bisa menjamin rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata

kehidupan masyarakat.

Melihat kemajemukan Indonesia yang begitu luasnya terdiri dari sedikitnya

500 suku bangsa, maka mutikulturalisme hendaknya tidak hanya sekedar retorika,

tetapi harus diperjuangkan sebagai landasan bagi tumbuh dan tegaknya proses

demokrasi, pengakuan hak asasi manusia, dan akhirnya bermuara pada

kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus dilakukan jika melihat berbagai

konflik yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air beberapa waktu lalu. Konflik

itu mengindikasikan belum tuntasnya penbentuka masyarakat mutikultural di

Indonesia. Munculnya konflik antar suku misalnya, menunjukkan belum

Page 15: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

15

dipahaminya prinsip mutikulturalisme yang mengakui perbedaan dalam

kesetaraan. Pemahaman nilai-nilai kesetaraan dalam perbedaan itulah yang

senantiasa dilakukan secara aktif baik oleh tokoh masyarakat, tokoh partai,

maupun lembaga swadaya masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa

bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai kebudayaan

harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kesetaraan setiap warga masyarakat dan dijaminnya hak masyarakat

tradisional merupakan unsur dasar dari prinsip demokrasi yang terkandung dalam

pengakuan terhadap kesetaraan dan toleransi perbedaan dalam kemajemukkan.

Tuntutan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terakhir ini dimulai oleh

manusia. Tentunya seruan dengan suara kecil malah yang hamper tidak terdengar,

pada ribuan tahun yang lalu suda ada. Tingkatanya rakyat jelata, tetapi

berkeinginnan agar menjadi seapadan dengan para bangsawan, dengan para orang

kaya serta berkuasa bahkan memjadi anggota kalangan sang bagianda raja. Kalau

seandainya setiap orang mau memikirkan matang-matang keinginan untuk setara

itu, biasanya dan selalu datang dari pihak yang kurang beruntung untuk menyamai

kaum yang sedang atau sudah beruntung.

Sudah adakah yang sebaliknya? Mungkin saja pernah ada dan contohnya

bisa kita ambil misalnya saja seorang raja yang ingin hidup seperti rakyat biasa,

seorang pemimpin atau khalifah yang amat merakyat. Mungkin yang dijalani oleh

Umar bin Abdul Aziz adalah seperti itu. Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad

adalah contoh lain yang paling mengena. Seorang penguasa seperti dia masih

hidup di rumahnya yang kecil sejak dia masih dosen, tidur bukan di atas temapat

tidur, tetapi di atas kasur yang digelar dilantai, kalau bersembahyang di dalam

masjid, dia duduk dimana saja, di tengah jamaah lain, tidak menuju shaf paling

depan seperti presiden lainnya yang selalu begitu.

Kalau sekarang ini ada yang meneriakkan kesetaraan mungkin sekali adalah

karena jurang yang memisahkan kaum yang merasa dirinya tidak setara dengan

kaum yang ingin disetarai, semakin suram dan semakin lebar saja. Kesetaraan ini

tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan

diatas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang

Page 16: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

16

lain. Republik yang sudah berumur tua untuk ukuran manusia, 65 tahun saja tidak

ada keadilan dalam kehidupan berbangsa. Keadaan adil dan makmur yang

menjadi idaman seluruh rakyat Indonesia tidak pernah datang sampai sekarangdan

kemungkinan besar di masa yang akan dating nanti.

Untuk mencapai kesetaraan itu sebaiknya dengan cara menaikkan derajat,

peringkat, kondisi serta kemampuan setiap perorangan ketingkat yang diingininya

dengan upaya sendiri-sendiri untuk tahap awal. Ini adalah satu-satunya jalan.

Jangan mengajak teman sejawat terlebih dahulu hanya untuk membentuk mass

forming. Mass forming seperti ini akan menjadi utuh kalau para pemebentuknya

memang memiliki peringkat yang setara. Kalau isi para pembentuknya tidak sama

kemampuannya, visinya dan tugasnya maka masa yang dibentuknya akan tidak

utruh serta mudah tercerai-berai. Yang memilukan adalah bahwa setiap orang

yang menpunyai ambisi untuk menggerakkan massa untuk mencapai kesetaraan,

kurang mengamati sekelilingnya sendiri.

Dengan identitas pluralis dan multikulturalis itu bangunan interaksi dan

relasi antara manusia Indonesia akan bersifat setara. Paham kesetaraan akan

menandai cara berfikir dan perilaku bangsa Indonesia, apabila setiap orang

Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu.

Identitas kesetaraan ini tidak akan mucul dan berkembang dalam susunan

masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok

terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan merupakan identitas nasional Indonesia.

2.6. Solusi Penyelesaian Masalah Diskriminasi

Dalam menghapus permasalahan diskriminasi ini sangat diharapkan

partisipasi berbagai pihak. Untuk itu penulis menawarkan beberapa solusi pada

setiap sisi yang terlibat antara lain:

1) Keagamaan

Dengan dasar Al-Qur’an:

Page 17: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

17

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (Q.S. Al Hujurat:13)

Maka diskriminasi dapat dihilangkan dengan cara-cara berikut:

a) Gemar bersilaturahmi

b) Menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan

c) Bersikap toleransi (tasamuh) terhadap sesama umat beragama dan tidak

memaksakan keyakinan agama kepada orang lain.

d) Aktif dalam kegiatan yang tujuannya mengahapus diskriminasi.

e) Tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain.

f) Tidak menghina, berburuk sangka , bahakn memfitnah orang lain.

g) Selalu beribadah kepada Allah dan tidak menyukutukan-Nya, serta berbuat

baik kepada sesama.

2) Pemerintahan

Berdasarkan pandangan dan pertimbangan, undang-undang yang dibuat oleh

pemerintah hendaklah harus mengenai aspek berikut:

a) Asas dan tujuan penghapusan diskriminasi ras dan etnis

b) Tindakan yang memenuhi unsur diskriminatif

c) Pemberian perlindungan kepada warga negara yang mengalami tindakan

diskriminasi ras dan etnis

d) Penyelenggaraan perlindungan terhadap warga negara dari segala bentuk

tindakan diskriminasi ras dan etnis yang diselenggarakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat, serta seluruh warga negara

e) Pengawasan terhadap segala bentuk upaya penghapusan diskriminasi ras

dan etnis oleh Komnas HAM

f) Hak warga negara untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam

mendapatkan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya

g) Kewajiban dan peran serta warga negara dalam upaya penghapusan

diskriminasi ras dan etnis

h) Gugatan ganti kerugian atas tindakan diskriminasi ras dan etnis

Page 18: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

18

i) Pemidanaan terhadap setiap orang yang melakukan tindakan berupa

perlakukaan pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan

berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau

pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi,

sosial, dan budaya.

Di samping itu pemerintah juga harus mempercepat penyusunan RUU Anti-

Diskriminasi Ras dan Etnik yang saat ini sedang dilakukan pembahasan antara

pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai salah satu upaya untuk

menghapuskan diskriminasi dalam berbagai bentuk terutama diskriminasi rasial.

Dengan demikian, diharapkan RUU itu dapat segera disahkan dalam waktu dekat.

Serta meratifikasi International Covenant on Economic, Social and Culture Rights

(ICESCR) dan I (ICCPR) melalui UU No. 11 dan UU No.12 Tahun 2005, saat ini

sedang dilakukan proses harmonisasi berbagai peraturan perundang-undangan

untuk mewujudkan kepastian hukum di bidang tersebut.

Penghapusan diskriminasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik juga

harus terus dilakukan melalui berbagai penyederhanaan persyaratan, prosedur

serta peningkatan transparansi. Dalam rangka mendukung peningkatan investasi

telah dilakukan pendelegasian wewenang kepada 33 Kantor Wilayah Departemen

Hukum dan HAM serta peningkatan kualitas pelayanan melalui proses sistem

informasi penyusunan prosedur, standardisasi, persyaratan pelayanan jasa hukum.

3) Pendidikan

Sudah saatnya memikirkan pendidikan multikultur yang mengembangkan

konsep toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan saling menyadari

tentang sebuah perbedaan. Para pendidik harus bekerja keras untuk melakukan

reorientasi pembelajaran agama kepada para peseta didik dengan tetap

mensosialisasikan nilai-nilai dan norma agama dari masing-masing agama yang

diajarkan tetapi dengan mengembangkan konsep multiculturalism

education/learning. Karena dengan begitu mekanisme manajemen konflik akan

bisa dilaksanakan.

Page 19: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

19

Dalam buku laporannya ke UNESCO, Jacques Delors pada tahun 1996

mengemukkan bahwa ada empat buat sendi/pilar pendidikan, yaitu:

a) Learning to know (belajar untuk mengetahui)

Yaitu memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan

keseempatan untuk mempelajari secara mendalam pada sejumlah kecil mata

pelajaran. Pilar ini juga berarti juga learning to learn (belajar untuk belajar)

sehingga memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan pendidikan

yang disediakan sepanjang hayat.

b) Learning to do (belajar untuk berbuat)

Yaitu untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja tetapi juga

lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi dan

bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam konteks pengalaman kaum

muda dalam berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan yang mungkin bersifat

informal, sebagai akibat konteks lokal atau nasional, atau bersifat formal

melibatkan kursus-kursus, program bergantian antara belajar dan bekerja.

c) Learning to live togather, learning to live with others (belajar

untuk hidup bersama)

Yaitu dengan jalan mengembangkan pengertian akan orang lain dan

apresiasi atas interdependensi melaksanakan proyek-proyek bersama dan

belajar mengatur konflik dalam semangat menghormati nilai-nilai

kemajemukan, saling memahami dan perdamaian.

d) Learning to be ( belajar untuk menjadi seseorang)

Yaitu mengembangkan kepribadian lebih baik dan mampu bertindak

mandiri, membuat pertimbangan dan rasa tanggung jawab pribadi yang

semakin besar, ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik, dan

keterampilan berkomunikasi.

4) Kebangsaan

Solusi yang pantas untuk dikembangkan lainnya adalah pembangunan

karakter dan semangat kebangsaan atau nation and character building (NCB).

Dalam hal ini, karakter kebangsaan merupakan pengembangan jati diri bangsa

Page 20: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

20

Indonesia yang (pernah) dikenal sebagai bangsa yang ramah, sopan, toleran, dan

sebagainya. Sedangkan semangat kebangsaan adalah keinginan yang amat

mendasar dari setiap komponen masyarakat untuk berbangsa.

Karakter dan semangat kebangsaan seperti itu akan berkembang, baik secara

natural maupun kultural, menuju tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam konteks NCB, bangsa itu adalah satu dan tidak terpisah-pisahkan. Pada

akhirnya persatuan dan kesatuan merupakan konsekuensi logis pengembangan jati

diri dan keinginan mendasar untuk berbangsa.

Page 21: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

21

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, ada beberapa

kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1) Diskriminasi merupakan tindakan pembatasan, pelecehan, atau pengucilan

yang langsung atau tidak langsung didasarkan pada perbedaan manusia yang

menyebabkan ketidakseimbangan terhadap perorangan atau kelompok.

2) Suatu konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu

dalam suatu interaksi, dimana perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya

adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,

keyakinan, dan lain sebagainya.

3) Perilaku diskriminasi dapat terbentuk dari berbagai hal atau faktor. Faktor

yang paling berpengaruh dalam terbentuknya adalah terbentuknya

segementasi dan stratifikasi yang tidak seimbang atau disalahartikan.

4) Konflik yang berkepanjangan merupakan dampak dari perilaku

diskriminasi.

5) Dengan keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia, sangatlah penting untuk

memahami, menghargai, mengakui dan menerima keberagaman yang sudah

menjadi realitas sosial.

6) Penyelesaian diskriminasi dan konflik dapat ditempuh melalui tindakan-

tindakan yang solutif di bidang keagamaan, pemerintahan, pendidikan dan

kebangsaan.

3.2. Saran

Berdasarkan analisa dan pengamatan yang dilakukan penulis, saran-saran

yang pantas untuk dilakukan antara lain:

1) Setiap orang adalah sama di hadapan Allah SWT, hanya taqwa yang

membedakannya.

Page 22: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

22

2) Biasakanlah hidup dengan nilai-nilai keagamaan dan rasa cukup, syukur

serta tidak berlebihan.

3) Mulailah untuk membentuk rasa sosial dan saling toleransi serta buanglah

keangkuhan.

4) Teruslah belajar dan belajar dan menerapkan apa yang didapat, karena

dengan hal tersebut orang-orang akan menjadi semakin baik seiring

berjalannya waktu.

Page 23: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

23

DAFTAR PUSTAKA

Andarimsa, Wenaldy, 2010, Pluralisme Indonesia, Hubungan Internasional Unikom, Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 23.04 WIB.

Anonimus, 2011, Kemajemukan Indonesia dan Konflik Sosial.doc, Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 23.00 WIB.

Anonimus, 2011, Penghapusan Diskriminasi dalam Berbagai Bentuk: Bab 9 dan Bab 10.doc, Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 23.04 WIB.

CWGI, 2007, Implementasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia.pdf, Jakarta.

Danandjaja, James, Prof, Dr, MA., Diskriminasi Minoritas Merupakan Masalah Aktual sehingga Perlu Ditangani Segera.pdf. Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 22.58 WIB.

Febriyanti, Novi, dkk., 2011. Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar: Manusia, Keragaman dan Kesetaraan.pdf, Jurusan Teknik Elektro-Fakultas Teknik, Palembang, Universitas Sriwijaya.

Muttaqin, Tatang, 2006, Strategi dalam Membangun Masyarakat Multikultur.doc, Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 23.05 WIB.

Nitibaskara, T.R.R, 2002, Paradoks Konflik dan Otonomi Daerah: Sketsa Bayang-bayang Konflik Dalam Prospek Maasa depan Otonomi Daerah, Peradaban, Jakarta.

Septianingrum, Herwinda, dkk., 2010, Proposal Ilmu Sosial Budaya Dasar: Keragaman Etnis dan Ras di Indonesia.pdf, Program Studi Teknik Informatika-Fakultas Teknik, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudiadi, Dadang, 2011, Menuju Kehidupan Harmonis Dalam Masyarakat Yang Majemuk: Suatu Pandangan Tentang Pentingnya Pendekatan Multikultur dalam Pendidikan di Indonesia.doc. Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 23.18 WIB

Syamsuri, Drs. H., 2007, Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Erlangga.

Theodorson, G. A. dan Theodorson A. G., 1979, A Modern Dictionary of Sociology, London, Barnes & Noble Books.

Page 24: Makalah ISBD-Diskriminasi (Fixed)

24

Yuliani, Sri, Waria: Warga Negara yang Tersisihkan dalam Pelayanan Publik.doc, Program Studi Administrasi Negara FISIP UNS, Diakses dari www.google.com pada 14 Oktober 2011 pukul 23.08 WIB.