etika diskriminasi pekerjaan

22
BAB 7 ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN KELOMPOK 7 : UNIVERSITAS PANCASILA

Upload: zakiah-yoan

Post on 14-Apr-2017

1.797 views

Category:

Economy & Finance


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Diskriminasi Pekerjaan

BAB 7ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN

KELOMPOK 7 :

UNIVERSITAS PANCASILA

Page 2: Etika Diskriminasi Pekerjaan

DISKRIMINASI : UTILITAS, HAK, DAN KEADILANArgumen yang menentang diskriminasi secara umum

dapat dibagi menjadi tiga kelompok:a. Utilitas

Argumen yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan berdasarkan kompetensi (atau “kebaikan”). Pekerjaan – pekerjaan yang berbeda, memerlukan keahlian dan sifat kepribadian yang bebeda jika kita ingin agar semuanya seproduktif mungkin.

Page 3: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Akan tetapi, argumen utilitarian ini dihadapkan pada dua keberatan, yaitu:Jika argumen ini benar, maka pekerjaan haruslah

diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan, hanya jika hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Argumen utilitarian juga harus menjawab tuntutan penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk–bentuk diskriminasi seksual tertentu.

Page 4: Etika Diskriminasi Pekerjaan

b. HakArgumen non- utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah satunya menyatakan bahwa diskriminasi salah karena hal tersebut melanggar hak moral dasar manusia. Prinsip dari teori Kant berarti, masing – masing individu memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai seorang yang merdeka dan sejajajr dengan semua orang lain, dan bahwa semua individu memiliki kewajiban moral korelatif untuk memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang merdeka dan sederajat.Tindakan diskriminasi meanggar prinsip ini dalam dua

cara, yaitu:Pertama, diskriminasi didasarkan pada keyakinan

bahwa suatu kelompok tertentu dianggap lebih rendah dibandingkan kelompok lain.

Page 5: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Kedua, diskriminasi menempatkan kelompok yang terdiskriminasi dalam posisi social dan ekonomi yang rendah.

b. KeadilanKelompok argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan. Menutup kesempatan bagi kaum minoritas untuk menuduki posisi-posisi tertentu dalam sebuah lembaga sehingga otomatis berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang lain. Diskriminasi dalam pekerjaan adalah salah karena ia melanggar prinsip dasar keadilan dengan cara membedakan orang-orang berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu (ras atau jenis kelamin) yang tidak relevan dengan tugas yang harus dilaksanakan.

Page 6: Etika Diskriminasi Pekerjaan

PRAKTIK DISKRIMINASIDiantara tindakan tindakan–tindakan yang dianggap

diskriminatif adalah sebagai berikut :1.Rekrutmen. Perusahaan – perusahaan yang

sepenuhnya bergantung pada referensi verbal para pegawai saat ini dalam merekrut pegawai baru cenderung merekrut pegawai dari kelompok ras dan seksual yang sama dengan yang terdapat dalam perussahaan.

2.Screening (seleksi). Kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Wawancara kerja juga akan diskriminatif jika pewawancara mendiskualifikasi calon pegawai dengan berdasarkan stereotype seksual atau rasial.

Page 7: Etika Diskriminasi Pekerjaan

3.Kenaikan Pangkat. Proses kenaikan pangkat, kemajuan kerja, dan transfer dikatakan diskriminatif jika perusahaan memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas. System senioritas dikatakan diskriminatif jika diskriminasi masa lalu tidak memungkinkan pegawai perempuan atau minoritas untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi dalam jenjang karier.

4.Kondisi Pekerjaan. Pemberian gaji dikatakan diskriminatif jika diberikan dalam jumlah yang tidak sama untuk orang- orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya sama.

Page 8: Etika Diskriminasi Pekerjaan

5. PHK. Memecat pegawai berdasarkan pertimbangan ras dan jenis kelamin jelas merupakan diskriminasi. Bentuk diskriminasi lainnya adalah kebijakan pemutusan hubungan kerja.

Page 9: Etika Diskriminasi Pekerjaan

PELECEHAN SEKSUAL

Meskipun cukup sering terjadi, namun pelecehan seksual masih sulit didefinisikan, dikendalikan, dan dicegah. Pada tahun 1978, Equal Employment Opportunity Commission memublikasikan serangkaian “pedoman” untuk mendefinisikan pelecehan seksual dan menetapkan apa yang menurut mereka sebagai tindakan yang melanggar hukum. Lebih jauh lagi, pedoman tersebut menyatakan bahwa pelecehan seksual adalah dilarang dan bahwa pengusaha atau perusahaan bertanggung jawab atas semua tindakan pelecehan seksual yang dilakukan para pegawai, dan tidak masalah apakah tindakan tersebut “dilarang oleh perusahaan”.

Page 10: Etika Diskriminasi Pekerjaan

DILUAR RAS JENIS KELAMIN : KELOMPOK LAIN

Diluar ras dan jenis kelamin juga terdapat berbagai diskriminasi terhadap kelompok lain. Yaitu diantaranya:Diskriminasi terhadap pegawai yang lebih tua

berdasarkan usiaPenderita cacatPrefensi seksual yang tidak lazimKaum gay dan transeksualTenaga kerja yang kelebihan berat badanPenderita AIDS

Page 11: Etika Diskriminasi Pekerjaan

TINDAKAN AFIRMATIFUntuk menghapus pengaruh- pengaruh diskriminasi

masa lalu banyak perusahaan yang melaksanakan program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan kelompok minoritas. Inti dari program tindakan afirmatif adalah sebuah penyelidikan yang mendetail (analisis utilisasi) atas semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan.

Kritik terhadap tindakan afirmatif, bahwa dalam upaya memperbaiki kerugian akibat diskriminasi masa lalu, program program itu sendiri juga menjadi diskriminatif, baik rasial maupun seksual.

Page 12: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Argumen untuk membenarkan program afirmatif tersebut:

a.Tindakan Afirmatif Sebagai KompensasiArgumen-argumen yang mendukung tindakan afirmatif, sebagai salah satu bentuk kompensasi, didasarkan pada konsep keadilan kompensatif, yaitu mengimplikasikan bahwa seseorang wajib memberikan kompensasi terhadap orang-orang yang dirugikan secara sengaja. Namun kelemahan pada argumen ini yaitu, prinsip ini mensyaratkan kompensasi hanya dari individu individu yang secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan kompensasi hanya pada individu-individu yang dirugikan. Singkatnya, program tindakan afirmatif tidak adil karena pihak yang memperoleh keuntungan dari program ini bukanlah individu-individu yang dirugikan di masa lalu, dan orang-orang yang harus membayar ganti rugi juga bukan individu yang melakukan tindakan tersebut.

Page 13: Etika Diskriminasi Pekerjaan

b. Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan SosialRangkaian argumen ini didasarkan pada gagasan, program- program tersebut secara moral merupakan instrument yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan yang secara moral juga sah. Para penentang argumen ini menyatakan bahwa program tindakan afirmatif tidak adil karena mendistribusikan keuntungan dengan berdasarkan kriteria yang tidak relevan seperti ras, maka kaum utilitarian bisa menjawab bahwa kebutuhan, bukan ras, merupakan kriteria untuk mendistribusikan keuntungan dari program afirmatif.

Page 14: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Hambatan yang dihadapi oleh pembenaran utilitarian atas program tindakan afirmatif:

Apakah biaya social dari program tindakan afirmatif (seperti perasaan frustasi yang dialami pria kulit putih) lebih besar dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh.

Apakah asumsi bahwa ras merupakan indikator kebutuhan yang tepat.

Argumen paling tegas dan paling persuasif untuk mendukung program tindakan afirmatif ini adalah:

Bahwa tujuan yang diharapkan oleh program tindakan afirmatif adalah keadilan yang merata.

Bahwa program tindakan afirmatif secara moral merupakan cara yang sah untuk mencapai tujuan.

Page 15: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Tujuan program tindakan afirmatif diharapkan dapat dicapai dengan beberapa cara, dan tujuan program tindakan afirmatif ini adalah:

Mendistribusikan keuntungan dan beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip-prinsip keadilan distributif, dan yang mampu menghapuskan dominasi ras atau jenis kelamin tertentu atas kelompok pekerjaan penting.

Untuk memberikan bias (baik yang disadari maupun tidak) untuk menjamin hak yang sama untuk memperoleh kesempatan bagi kaum perempuan dan minoritas.

Untuk menetralkan kelemahan kompetitif, agar kaum yang terdiskriminasi (perempuan dan kaum minoritas) memperoleh posisi yang sama untuk bersaing dengan kaum mayoritas.

Page 16: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Tiga alasan mengapa tindakan afirmatif yang pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan keadilan pada masyarakat, dikatakan tidak sah:

Program tindakan airmatif merupakan “diskriminasi” terhadap pria kulit putih.

Perlakuan prefensial melanggar prinsip keadilan karena menggunakan karakteristik yang tidak relevan untuk membuat keputusan kepegawaian.

Tindakan ini sesungguhnya malah merugikan kaum perempuan dan minoritas.

Page 17: Etika Diskriminasi Pekerjaan

1. Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan keberagaman

Selain ras dan jenis kelamin kriteria lain juga perlu dipertimbangkan saat mengambil keputusan dalam program tindakan afirmatif, yaitu diantaranya: Jika hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang

digunakan, hal ini akan mengarahkan pada perekrutan yang tidak berkualifikasi dan mungkin akan menurunkan produktifitas

Banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh-pengaruh penting pada kehidupan orang lain.

Para penentang menyatakan bahwa program tindakan afirmatif, jika dilanjutkan, akan membuat Negara kita menjadi Negara yang lebih diskriminatif.

Page 18: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Cara memasukan berbagai pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif ketika kaum minoritas kurang terwakili:a. Kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib

direkrut atau di promosikan hanya jika mereka telah mencapai tingkat kompensasi minimum atau mampu mencapai tingkat tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

b. Jika kualifikasi minoritas hanya sedikit lebih rendah (atau sama atau lebih tinggi) dibandingkan yang bukan dari kelompok minoritas, maka calon tersebut harus lebih diutamakan.

c. Jika calon dari kelompok minoritas dan bukan minoritas sama-sama berkualifikasi atas suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok bukan minoritas jauh lebih berkualifikasi, maka:

Page 19: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung pada kehidupan atau keselamatan orang lain atau jika pelaksanaan pekerjaan tersebut memiliki pengaruh pentig pada efisiensi seluruh perusahaan, maka calon dari bukan minoritas yang lebih diutamakan

Jika pekerjaan tersebut tidak berkaitan langsung dengan aspek keselamatan dan tidak memiliki pengaruh penting pada efisiensi perusahaan, maka calon dari kelompok minoritas harus lebih diutamakan

d. Perefensi juga harus diberikan pada calon dari kelompok minoritas hanya jika jumlah pegawai minoritas dalam berbagai tingkat jabatan dalam perusahaan tidak proposional dengan ketersediaan dalam populasi.

Page 20: Etika Diskriminasi Pekerjaan

2. Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding

Program tindakan afirmatif dimaksudkan untuk menambah proposi perempuan dalam jabatan-jabatan di mana mereka kurang terwakili, namun tidak menyinggung masalah gaji dalam jabatan tersebut ingin diperoleh kaum perempuan. Program nilai sebanding yang diusulkan dimaksudkan untuk mengatasi masalah gaji rendah. Program nilai sebanding tidak berusaha menempatkan lebih banyak pegawai perempuan dalam jabatan-jabatan dengan gaji yang lebih tinggi. Akan tetapi, berusaha memberikan gaji yang lebih tinggi bagi bpegawai perempuan dalam pekerjaan mereka saat ini. Program nilai sebanding dalam perusahaan dimaksudkan untuk menyesuaikan gaji dari kedua jenis pekerjaan ini agar menjadi kurang lebih sama.

Page 21: Etika Diskriminasi Pekerjaan

Program nilai sebanding menilai setiap pekerjaan menurut tingkat kesulitan, persyaratan keahlian, pengalaman, akuntabilitas, risiko, persyaratan pengetahuan, tanggung jawab, kondisi kerja, dan semua faktor lain yang dianggap layak memperoleh kompensasi. Argumen dasar yang mendukung program nilai sebanding didasarkan pada prinsip keadilan: keadilan mewajibkan yang sebanding haruslah diperlakukan secara sebanding. Argumen utama yang menentang program nilai sebanding difokuskan pada kelayakan pasar sebagai penentu gaji.

Page 22: Etika Diskriminasi Pekerjaan

TERIMA KASIH