skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

127
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BUKU BICARA (TALKING BOOK) DI YAYASAN MITRA NETRA LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: Ismul Azham 105054102074 JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2011 M

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BUKU BICARA

(TALKING BOOK)

DI YAYASAN MITRA NETRA LEBAK BULUS

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Ismul Azham

105054102074

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2011 M

Page 2: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Page 3: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Page 4: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

ABSTRAK

Ismul Azham

Evaluasi Pelaksanaan Program Buku Bicara (Talking Book) di Yayasan Mitra Netra

Lebak Bulus Jakarta Selatan

Tunanetra yang mendapat kesempatan untuk mengenyam dunia pendidikan regular

sangat memerlukan bantuan untuk menunjang kegiatan belajar mereka. Apalagi di sekolah

tempat mereka belajar tidak menyediakan pelayanan khusus untuk mereka. Meski pemerintah

membuat peraturan melalui program pendidikan inklusif untuk mereka, namun keterbatasan

fasilitas itu masih harus mereka hadapi. Untuk itu yayasan Mitra Netra melalui program Buku

Bicara ini berusaha untuk mewujudkan dan membantu tunanetra dalm program pemerintah

dalam pendidikan inklusif itu. Dengan program ini tunanetra dapat mengakses buku-buku

pelajaran sekolah sehingga dapat mereka baca dan pelajari layaknya teman-teman mereka yang

awas membaca buku yang sama.

Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program buku bicara ini agar

mengetahui nilai terhadap hasil pelaksanaannya, keberhasilan program dalam membantu

tunanetra. Serta hambatan-hambatan apa yang terdapat dalam pelaksanaan program.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian evaluasi dengan pendekatan kualitatif.

Teknik pengumpulan datanya adalah melalui interview, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Kerangka teori yang digunakan adalah model evaluasi CIPP yang telah dikemukakan

oleh Daniel L Stufflebeum yang meliputi; evaluasi konteks, evaluasi input, evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada evaluasi proses pelaksanaan

program buku bicara di yayasan Mitra Netra.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil dari proses pelaksanaan program Buku Bicara

ini adalah sangat positif dan membantu klien dalam kebutuhan mereka. Program ini telah

memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan mereka. Melalui program buku bicara ini,

tunanetra mampu mengakses semua buku-buku bacaan, buku-buku pelajaran dan tugas-tugas

sekolah yang disiapkan oleh sekolah-sekolah mereka untuk dapat mereka pelajari ulang di luar

jam belajar sehingga mereka mampu megikuti siklus belajar sesuai dengan jadwal. Dan dengan

peralihan teknologi dari analog menjadi digital menjadikan program ini semakin tidak memiliki

hambatan dalam pelaksanaannya.

Page 5: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

i

KATA PENGANTAR

بِِِِسْمِ الِله الَّر حْمَنِ الَّر حِيْمِ

Tiada kata yang lebih pantas penulis untaikan selain mengucapkan

Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur serta puja dan puji hanya kehadirat Allah

SWT. Tuhan yang telah menjadikan alam semesta beserta isinya dengan segala

kenikmatan yang tak pernah terhingga. Dan atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-NYA

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga tekcurahkan

kepada Rasul alam, junjungan umat manusia, Nabi akhir zaman, Nabi besar Muhammad

SAW serta segenap keluarga, dan para sahabat beliau.

Penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Evaluasi Pelaksanaan

Program Buku Bicara (Talking Book) Di Yayasan Mitra Netra Lebak Bulus Jakarta

Selatan “. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)

pada Jurusan Kesejahteraan Sosial.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Dengan hati yang terbuka dan tulus

penulis akan menerima kritik, saran dan pendapat agar menjadi tambahan dan

pembelajaran untuk penulis kedepannya agar menjadi lebih baik lagi.

Tidak sedikit waktu yang dibutuhkan dan melalui berbagai macam rintangan dan

cobaan, namun berkat perjuangan yang disertai bantuan dari semua pihak yang terus

membantu dan selalu memberikan dorongan akhirnya semua rintangan itu dapat teratasi.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan, dorongan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini :

Page 6: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

ii

1. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus ketua sidang Munaqasyah yang telah

memberikan penilaian dan arahan untuk penulis sehingga penulis berhasil lulus

dengan nilai skripsi amat baik.

2. Ibu Siti Napsiyah MSW selaku ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan sekaligus

Dosen pembimbing untuk skripsi ini, yakni yang telah sangat banyak

memberikan arahan, bimbingan dan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial

sekaligus Dosen pembimbing Praktikum, yang juga telah banyak membantu,

mendampingi dan memberi dukungan sehingga penulis dapat melewati semua

proses akademik dan sampai menyelesaikan study di Jurusan Kesejahteraan

Sosial.

4. Bapak Ismet Firdaus M.Si selaku penguji dalam sidang munaqasyah sekaligus

dosen yang telah banyak membimbing penulis dalam skripsi ini serta telah

memberikan penilaian dan arahan.

5. Dosen-dosen di Jurusan Kesejahteraan Sosial, Ibu Ellies, Ibu Nurhayati Nurbus,

Bapak Asep Usman Ismail, Ibu Lisma Dyawati Fuaida dan dosen-dosen lain

yang tidak dapat tertuliskan satu persatu yang telah memberikan penulis

segudang ilmu dan pengetahuan sehingga penulis mendapatkan pemahaman dan

pengamalan yang bermanfaat dan berguna.

Page 7: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

iii

6. Seluruh dosen yang telah memberikan dedikasi ilmunya selama penulis

menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan Staf Perpustakaan Utama, kepustakaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

fasilitas kepada penulis dalam masa study.

8. Pimpinan Yayasan Mitra Netra beserta seluruh Staf, khususnya Bapak Irwan,

Bapak Firdaus, Bapak Nur Ichsan, Mbak Endah, Mbak Indah, Mas Adi

Ariyanto, Ibu Rini, serta Senna Rusli dan Fajar yang telah banyak membantu,

mendukung, membimbing penulis dalam masa penelitian dan penulisan skripsi

ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya.

9. Yang terhormat dan tercinta kedua orang tua penulis, Almarhum Ayahanda Rusli

dan Ibunda Salamah semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan nikmat,

kemuliaan dan keselamatan dunia dan akhirat sebagai balasan atas cinta dan

kasih sayang yang tak terhingga serta pengorbanan tulus mereka untuk penulis

hingga akhir hayat. Amin.

10. Kakak-kakak dan adik tercinta; Almarhum Abanganda Jonimar, kakanda

Mairidhah Nur, kakanda Ernis Marliza, Uponda tersayang Mulyanti, kakanda

Safrizal, kakanda Farliyansyah, serta adinda Elsa Janerta. Terima kasih untuk

dukungan dan semangat kalian untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

11. Keluarga besar Umi H. Faridah, Bang Rais, Kak Siti, Fuad dan Mang Anjay

terima kasih untuk kasih sayang dan perhatiannya hingga saat ini. Sahabat-

Page 8: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

iv

sahabat yang menjadi tempat berbagi; Ambiya Dahlan, Ahmad Nur Sahri,

Hamzah, Frendy Suma, Kejo, Lani, Fahmi, Penyok, Ardi dan teman-teman kesos

angkatan 2005 lainnya yang tidak dapat tertulis satu persatu, terima kasih untuk

motivasi dan saran-sarannya.

12. Special untuk Muthmainnah sebagai pendamping dan penyemangat yang telah

memberikan banyak hal yang berarti, motivasi dan inspirasi. Selalu

mengingatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih

untuk cinta dan kasih sayangnya yang tulus. You Are My Everything.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi, maupun analisanya.

Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca akan disambut dengan segala kelapangan.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat sedikit memberikan

manfaat bagi semua. Amin Ya Rabbal Alamin..

Jakarta, 23 September 2011

Penulis

Page 9: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

v

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstrak

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... v

Daftar Tabel dan Gambar ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

E. Metodologi Penelitian ................................................................. 9

1. Pendekatan Penelitian ............................................................. 9

2. Jenis Penelitian ....................................................................... 12

3. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 12

4. Sumber Data ........................................................................... 12

5. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 13

6. Tehnik Pemilihan Informan.................................................... 13

7. Tehnik Analisis Data .............................................................. 15

8. Tehnik Penulisan .................................................................... 15

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 16

Page 10: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

vi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Evaluasi ....................................................................................... 18

1. Pengertian Evaluasi ................................................................ 18

2. Model Evaluasi ....................................................................... 20

3. Manfaat dan Kegunaan Evaluasi ............................................ 22

B. Program ....................................................................................... 23

a. Definisi Program..................................................................... 23

b. Tujuan Program ...................................................................... 24

C. Evaluasi Program ............................................................................ 24

D. Buku Bicara

a. Definisi Buku Bicara .............................................................. 25

b. Rangkuman Definisi ............................................................... 25

c. Sejarah Perkembangan Buku Bicara ...................................... 26

d. Perkembangan Buku Bicara di Dunia menurut Encyclopedia

e. Americana Volume ...................................................................... 28

E. Definisi Pendidikan Inklusif ....................................................... 30

a. Menurut Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman .................................. 31

b. Menurut Dyah. S .......................................................................... 31

F. Hakikat Tunanetra ....................................................................... 32

1. Pengertian Tunanetra .............................................................. 33

2. Klasifikasi Tunanetra .............................................................. 33

3. Karakteristik Tunanetra Kurang Lihat (low vision) ............... 35

Page 11: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

vii

BAB III YAYASAN MITRA NETRA

A. Latar Belakang ............................................................................ 36

B. Sejarah Singkat Perjalanan Mitra Netra Menuju Rumah Sendiri di

Gunung Balong-Lebak Bulus ..................................................... 37

C. Alamat Yayasan Mitra Netra ...................................................... 41

D. Tokoh-Tokoh Pendiri Yayasan Mitra Netra ............................... 41

E. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra ............................................ 47

F. Aspek Hukum dan Legalitas Yayasan Mitra Netra .................... 48

G. Prestasi ........................................................................................ 49

H. Produk-Produk Yayasan Mitra Netra ......................................... 49

I. Struktur Organisasi ..................................................................... 51

J. Program Layanan ........................................................................ 52

K. Sejarah Program Buku Bicara di Yayasan Mitra Netra ............. 59

L. Penggalangan Dana ..................................................................... 71

BAB IV HASIL EVALUASI

A. Evaluasi Pelaksanaan Program ................................................... 73

1. Fasilitas Program Buku Bicara ............................................... 77

2. Pelayanan Program Buku Bicara............................................ 85

B. Hambatan-Hambatan .................................................................. 90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 94

B. Saran ............................................................................................ 95

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hak bagi tiap warga negara dan sudah semestinya

pemerintah yang mengemban beban dan tanggung jawab nasional berkewajiban

menjunjung tinggi amanat konstitusional itu dalam upaya memenuhi hak dasar

setiap warga negara untuk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas tanpa

adanya pengecualian dan bersifat merata. Sebagaimana yang telah tertuang dalam

UUD 1945 pasal 31 bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran”.

Sejauh ini pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sudah berkembang sangat

baik, banyak lahir lembaga-lembaga pendidikan baik dari sektor swasta maupun

negeri. Semua itu menunjukkan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang

berwawasan pendidikan dan memandang pendidikan sebagai prioritas utama

untuk modal dasar pembentukan watak dan pengembangan diri serta memiliki

peran penting dalam pembangunan nasional.

Namun, yang masih menjadi persoalan adalah pendidikan yang semestinya

dapat diakses bagi seluruh warga negara ini belum merata. Masih ada sebagian

warga negara yang belum bisa berpartisipasi dalam dunia pendidikan, terutama

pendidikan formal. Dalam hal ini para penyandang cacat tunanetra misalnya. Saat

ini komunitas tunanetra masih belum bisa mengakses seluruh bidang pendidikan

formal secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena kurangnya dukungan dari

1

Page 13: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

2

masyarakat dan pihak-pihak terkait dalam upaya membantu dan mengantarkan

tunanetra untuk sampai kepada tujuan itu. Padahal pemerintah juga telah berupaya

secara konstitusi yaitu dengan membuat peraturan-peraturan khusus tentang

pendidikan yang ditujukan bagi para penyandang cacat. Seperti yang diterangkan

dalam Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1991 bahwa “Pendidikan luar biasa

adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang

menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap,

pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam

sekitar sehingga dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau

mengikuti pendidikan lanjutan” .

Jelaslah bahwa siapa saja yang termasuk dalam data warga negara maka

secara hak mereka harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik dan adil

agar mereka dapat mengembangkan diri dan mengenyam pendidikan tersebut

tanpa adanya diskriminasi. Selain pemerintah, sektor-sektor pendidikan negeri

maupun swasta hendaknya lebih peka dalam merespon permasalahan ini dan

dapat memfokuskan program-programnya pada bidang pelayanan pendidikan

khususnya bagi para penyandang cacat ini.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

4 tahun 1997 tentang penyandang cacat bahwa “ Pembangunan nasional bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia “

. Pembangunan nasional juga merupakan pengamalan Pancasila yang mencakup

Page 14: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

3

seluruh aspek kehidupan bangsa yang di selenggarakan bersama oleh masyarakat

dan pemerintah. Kegiatan masyarakat dan pemerintah saling menunjang, mengisi,

dan melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya pembangunan

nasional itu.

Kemudian dilanjutkan dalam Undang-Undang Pemerintah tahun 2004 tentang

Pendidikan Inklusif. Pendidikan Inklusif adalah program pendidikan yang

mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kelainan fisik dalam pendidikan

formal dan dapat berbaur dengan anak-anak normal sebayanya di sekolah umum.

Pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat sekolah tersebut. Sehingga

anak-anak berkebutuhan khusus ( cacat ) itu dapat belajar bersama-sama dalam

suasana belajar yang kondusif.

Program Pendidikan Inklusif untuk Disabilitas ini tentunya akan berjalan baik

jika saja semua pihak memberikan motivasi dan dukungan baik materi maupun

partisipasi langsung secara paralel dan konsisten. Selama ini, program pemerintah

ini bisa dikatakan belum maksimal karena masih banyak para penyandang cacat

yang belum mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi karena alasan tidak mendapatkan fasilitas belajar untuk dapat

mengikuti poros kegiatan belajar di sekolah-sekolah dalam pendidikan formal.

Secara teknis mereka memerlukan fasilitas belajar khusus agar dapat mengikuti

dan berkompetisi di kelas pendidikan formal. Tunenetra membutuhkan respon

dari orang-orang di sekitar mereka untuk membantu dan mendampingi mereka

dalam menghadapi masa depan baik secara individual maupun kelembagaan.

Page 15: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

4

Telah muncul sebuah lembaga yang merespon baik permasalahan tersebut,

lembaga itu adalah Yayasan Mitra Netra. Yayasan Mitra Netra hadir untuk

menjembatani tunanetra agar sampai pada tujuan Pendidikan Inklusif itu. Melalui

program-programnya yayasan ini terus menjalankan peran dan mengembangkan

diri dalam upaya mendampingi tunanetra untuk menghadapi persaingan global di

dunia pendidikan dan bahkan dunia kerja. Bisa dikatakan bahwa yayasan ini

merupakan pelopor dan teladan bagi lembaga-lembaga lain yang bergerak di

bidang layanana pendidikan bagi penyandang cacat tunanetra di negeri ini. Dan

tentunya semua itu juga berkat orng-orang yang berada didalamnya yang memiliki

semangat juang yang luar biasa, profesional dan mempunyai SDM yang baik.

Antara program dan para penggerak organisasi saling mengisi dan mendukung

dalam mempertahankan visi dan misi untuk keberhasilan yayasan dan

eksistensinya dalam membantu sahabat netra mengejar cita-cita hidup dan masa

depan mereka.

Menurut Prof. Sidarta Ilyas yakni salah seorang pendiri Yayasan Mitra Netra

yang berprofesi sebagai Dokter Mata dan juga merupakan seorang Guru Besar di

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beliau mengaku sangat bangga pada

Mitra Netra, beliau mengatakan "Ibarat bola, saya selalu merasa Mitra Netra

menggelinding lebih cepat dari yang saya bayangkan" . Kata-kata ini senantiasa

disampaikannya saat beliau berbicara dengan masyarakat maupun ketika bertatap

muka dengan segenap jajaran personil di Mitra Netra1.

1 Data Yayasan Mitra Netra, update 2011. www.mitranetra.ac.id (Diakses pada: 13 Mei

2011, pukul: 13.15 WIB).

Page 16: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

5

Beliau melanjutkan, jauh sebelum Mitra Netra berdiri secara sendiri-sendiri

sejumlah kecil tunanetra di Indonesia telah berupaya menempuh pendidikan di

sekolah umum dan perguruan tinggi. Dari jumlah yang sedikit itu, sebagian kecil

di antaranya berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi2. Menurut Prof. Ilyas hal

ini biasanya terjadi karena tunanetra tersebut mendapatkan dukungan penuh dari

keluarga yang secara ekonomi mampu atau yang bersangkutan memiliki daya

juang yang luar biasa. Dan ini tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan fasilitas

yang dibutuhkan agar mereka dapat menempuh jenjang pendidikan dasar,

menengah, bahkan hingga jenjang pendidikan tinggi” 3.

Tunanetra membutuhkan usaha dan biaya yang melebihi usaha dan biaya yang

dibutuhkan oleh mereka yang bukan tunanetra. Misalnya ketika mereka

memerlukan buku dan ternyata saat itu tidak ada lembaga yang menyediakannya,

maka tunanetra harus mengupayakan buku itu sendiri. Misalnya juga saat

mengerjakan ujian sekolah, tunanetra harus membutuhkan seseorang untuk

membantu membacakan soal serta menuliskan jawaban. Tidak selamanya dan

tidak semua tunanetra menginginkan hal itu terus menerus terjadi, mereka juga

memiliki potensi layaknya manusia normal lain. Potensi itu dapat mereka

kembangkan dan pada akhirnya tunanetra tidak lagi harus menggunakan jasa

orang lain. Untuk itu, apa yang dilakukan oleh Mitra Netra adalah upaya

memberdayakan tunanetra dalam mengatasi permasalan-permasalahan mereka.

2 Data Yayasan Mitra Netra, update 2011. www.mitranetra.ac.id (Diakses pada: 13 Mei

2011, pukul: 13.15 WIB). 3 Data Yayasan Mitra Netra, update 2011. www.mitranetra.ac.id (Diakses pada: 13 Mei

2011, pukul: 13.15 WIB).

Page 17: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

6

Prof. Sidarta Ilyas juga berpendapat bahwa orang-orang yang memiliki

gangguan penglihatan permanen, baik buta total maupun lemah penglihatan masih

dapat menjalani kehidupan yang berkualitas. Akan tetapi diperlukan bantuan

khusus pada mereka untuk membuat para tunanetra menjadi mandiri dan

berfungsi di masyarakat4.

Mengapa Mitra Netra? Karena penulis telah menjalani aktifitas akademisi

mata kuliah jurusan Kesejahteraan Sosial di yayasan ini semenjak dua semester

terakhir dalam kegiatan Praktikum I dan Praktikum II. Sejauh perkenalan dengan

yayasan ini, penulis melihat dan menyaksikan bahwa program-program yang

dilaksanakan oleh Mitra Netra sangat potentif dan tepat sasaran. Dengan program-

program itu Mitra Netra telah banyak mencetak tunanetra yang berkualitas yakni

yang mampu berkompetisi di dunia pendidikan formal dan bahkan dunia kerja.

Dari itu, penulis sangat tertarik untuk menggali lebih dalam tentang program-

program di Yayasan Mitra Netra ini dengan memilih salah satu programnya

sebagai objek penelitian. Salah satu programnya itu adalah “Buku Bicara (Talking

Book)” .

Mengapa Talking Book? Karena program ini merupakan salah satu dari

program lain yang ada sejak awal lahirnya Yayasan Mitra Netra. Penulis ingin

mengatahui lebih jauh tentang aktifitas program ini secara teknis pelaksanaan dan

keberhasilan yang telah dicapai oleh Mitra Netra melalui program tersebut sejak

lahirnya program itu hingga saat ini.

4 Data Yayasan Mitra Netra, update 2011. www.mitranetra.ac.id (Diakses pada: 13 Mei

2011, pukul: 13.15 WIB).

Page 18: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

7

Program Buku Bicara sangat berperan banyak dalam membantu dan

mendampingi tunanetra di Yayasan Mitra Netra khususnya dalam bidang

pendidikan. Untuk itu penulis tertarik untuk menggali lebih dalam tentang

program ini yaitu dalam proses pelaksanaan, konten dan produk program serta

hasil yang dicapai. Dengan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul:

“ EVALUASI PROGRAM BUKU BICARA (TALKING BOOK) DI

YAYASAN MITA NETRA LEBAK BULUS, JAKARTA SELATAN “

B. BATASAN MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

membatasi masalah untuk meneliti mengenai “Evaluasi Program Buku Bicara

(Talking Book) di Yayasan Mitra Netra Lebak Bulus, Jakarta Selatan”.

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah pokok sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan Program Buku Bicara (Talking Book) di Yayasan

Mitra Netra lebak bulus, Jakarta Selatan dalam membantu tunanetra untuk

mencapai pendidikan inklusif?

2. Hambatan-hambatan apa yang ada dalam pelaksanaan Program Buku

Bicara (Talking Book) di Yayasan Mitra Netra lebak bulus, Jakarta

Selatan ini?

Page 19: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

8

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Menjelaskan pelaksanaan Program Buku Bicara (Talking Book) serta

sejauh mana perannya dalam upaya membantu sahabat tunanetra untuk

menuju pendidikan inklusif.

2. Menjelaskan evaluasi terhadap hambatan-hambatan yang ada dalam

pelaksanaan Program Buku Bicara (Talking Book) di Yayasan Mitra Netra

lebak bulus.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Akademis dari penulisan Skripsi ini adalah :

1. Menambah wacana pengetahuan bagi pengembangan ilmu

kesejahteraan sosial khususnya mengenai pendampingan untuk

tunanetra dan wawasan baru bagi seluruh mahasiswa/mahasiswi yang

tertarik terhadap permasalahan tunanetra sebagai tambahan bahan

bacaan bagi yang berminat membahas program ini.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi Universitas khususnya

jurusan bahwasanya skripsi ini bisa menjadi salah satu studi kasus

dalam mata kuliah Perilaku Manusia dan Lingkungan Sosial, Analisis

Masalah sosial sehingga dapat memberikan sumbangan pengetahuan

bagi kompetensi pekerja sosial di bidang pelayanan sosial khususnya

bagi lembaga yang memiliki program yang sama.

Page 20: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

9

b. Manfaat Praktis dari penulisan Skripsi ini adalah :

1. Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,

khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan program Talking

Book bagi penyandang cacat netra.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengurus Yayasan Mitra Netra

dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan program-

programnya dalam membantu meningkatkan kesejahteraan serta

pengembangan potensi tunanetra terutama dalam bidang pendidikan.

E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud,

sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah

kerja, yaitu cara kerja untuk mendapatkan informasi atau fakta terhadap

suatu masalah yang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Nawawi

pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau

proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan

suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari

sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai

dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya,

Page 21: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

10

utnuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh

akal sehat manusia5.

Sedangkan Bodgan dan mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Meleong, penelitian kualitatif mempunyai karakteristik yang

penting antara lain : berada pada latar alamiah (konteks dari suatu

keutuhan/ entry), memandang manusia (peneliti) sebagai alat atau

instrumen penelitian, analisa data bersifat induktif, dan menghendaki arah

bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data, lebih

mementingkan proses dari pada hasil6.

Penelitian ini mengambil bentuk Evaluasi Program yakni yang

merupakan proses penilaian terhadap program Talking Book untuk

mengetahui efektifitas pelaksanaan program dan hambatan-hambatan yang

terdapat di dalamnya melalui rangkaian informasi yang diperoleh

evaluator yang hendaknya membantu pengembangan, implementasi,

pertanggung jawaban, seleksi, menambah pengetahuan dan informasi.

Dalam penelitian untuk keilmuan Kesejahteraan Sosial dikenal sebuah

metode yaitu metode Context, Input, Process, Product ( CIPP ) yang

5 Nawawi Hadari. “Instrumen Penelitian Bidang Sosial “ (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 1992). h. 209. 6 Meleong, Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2001). h. 3.

Page 22: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

11

merupakan salah satu metode evaluasi yang terdiri dari evaluasi

Konteks, Input, Proses, dan Produk. Model evaluasi ini dikembangkan

oleh Stufflebeam 1971Seperti pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1. Sampel Model Evaluasi CIPP

konteks Input proses produk

objektif Solusi strategi

Desian prosedur

implementasi Dihentikan

Dilanjutkan

Dimodifikasi

Program ulang

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan analisanya dalam tahapan-

tahapan yang dijalankan oleh program Talking Book. Yaitu analisa

pelaksanaan program, analisa apa-apa yang menjadi hambatan dan analisa

hasil program. Evaluasi program ini melihat pada kegiatan selama

implementasi, serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai

kesuksesan dan kegagalan terhadap program itu. Evaluasi Program ini

mengambil lokasi di Yayasan Mitra Netra Lebak Bulus.

Alasan memilih lokasi ini sebagai penelitian adalah dimulai dari

ketertarikan penulis ketika melaksanakan kegiatan praktikum I dan II di

Yayasan Mitra Netra bahwa banyak anak-anak usia sekolah menengah dan

kuliah bahkan yang belum sekolah beraktifitas dengan program-program

di Yayasan Mitra Netra.

Page 23: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

12

2. Jenis Penelitian

Jenis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi

program, yaitu sebuah bentuk penilaian dari data-data yang berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang dapat diamati.

Tujuannya adalah untuk membuat suatu gambaran sistematis, faktual dan

akurat tentang program yang diselidiki dalam penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data

yang akan dilaksanakan adalah melalui :

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dalam

pelaksanaan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di yayasan

tersebut.

b. Interview yang dilakukan untuk memperoleh data dari berbagai

narasumber. Pencarian data dengan metode ini juga penting karena

akan mendapat informasi lebih banyak dan lebih real.

c. Dokumentasi, yaitu menyelidiki benda-benda atau alat-alat yang

berada di lingkungan tempat dilaksanakan penelitian ini. Alat-alat

kantor, alat-alat perpustakaan, studio recording dll.

4. Sumber Data

a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber utama (

Pimpinan atau yang mewakili, Kabid Perpustakaan, Staff

Page 24: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

13

Perpustakaan, Kabid Penelitian dan Pengembangan, dan beberapa

orang Klien pengguna Talking Book di Yayasan Mitra Netra ).

b. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari literatur yang

berhubungan dengan tulisan ini seperti para pengamat dan tokoh-

tokoh sosial.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Yayasan Mitra Netra jl. Gunung Balong no. 21

Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Waktu penelitian selama 3 bulan yang

terhitung dari bulan Maret 2011 sampai bulan Mei 2011.

6. Teknik Pemilihan Informan

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berupaya

memperoleh informasi tentang pelaksanaan program Talking Book dan

apa saja yang menjadi konten program tersebut maka dalam penelitian ini

menggunakan non probability sampling7. Dimana tidak setiap populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Tidak representatif, dan

peneliti tidak dibolehkan untuk membuat generalisasi hasil penelitian.

Dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan besarnya sample, yang

penting adalah kelengkapan data dan sumber informasi sesuai tujuan

penelitian, dan sumber tersebut disebut informan.

Moleong mengemukakan bahwa informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

7 Alston, Margareth. & Bowles, Wendy. (1998). Research For Sosial Worker :

An Introduction to Methods. Canberra : Allen and Unwin Pty Ltd.

Page 25: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

14

latar penelitian8. Sementara Taylor dan Grinnel mengatakan bahwa

informan yang baik adalah mereka yang memahami latar penelitian,

terlibat secra aktif di dalamnya, bersedia membantu, dapat meluangkan

waktunya, dan memberikan tanggapan berdasarkan perspektif masing-

masing. Untuk lebih jelasnya Lihat tabel 2 berikut yang menyajikan

informasi & informan dalam penelitian :

Table 2. Informasi & Informan Penelitian

No Data Yang Dibutuhkan Informan Jumlah

1

2

3

Pelaksanaan Program

Buku Bicara (Talking

Book)

Evaluasi Hambatan

Program Buku Bicara

(Talking Book)

Evaluasi SDM dan

Fasilitas Program Buku

Bicara (Talking Book)

1. WaDir Mitra Netra

2. Kabid Perpustakaan

3. Klien

1. Staff Perpustakaan

2. Kabid Perpustakaan

3. Klien

1. Kabid Litbang

2. Kabid perpustakaan

3. Staff Perpustakaan

4. Klien

1

1

2

1

1

2

1

1

1

2

8 Meleong, Lexy J. “Metode Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2001). h. 90.

Page 26: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

15

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis merupakan

proses penyusunan data untuk memudahkan penafsirannya. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk data

deskriptif, yaitu data yang berbentuk uraian yang memaparkan keadaan

obyek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai

kenyataannya sehingga menuntut penafsiran peneliti yang dinyatakan oleh

sasaran peneliti yang bersangkutan secara tertulis atau lisan dan perilaku

nyata.

Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari

hasil observasi, wawancara dengan tiap-tiap informan dan studi

dokumentasi untuk direduksi, dideskripsikan, dianalisis, dan kemudian

ditafsirkan. Prosedur analisis terhadap masalah tersebut lebih difokuskan

pada upaya menggali fakta sebagaimana adanya, dengan teknik analisis

pendalaman kajian (verstehen). Untuk memberikan gambaran data tentang

hasil penelitian. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyajikan data

deskriptif mengenai pelaksanaan program Talking book yang difokuskan

pada evaluasi peran dan konten program Talking Book tersebut.

8. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disertasi”, yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.

Page 27: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

16

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun

kedalam lima bab. Dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab tersendiri.

Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis

mensistematisasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab

sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan, memuat : Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Tinjauan Teoritis, merupakan paparan dari berbagai

literature yang berhubungan dengan penelitian meliputi pembahasan

mengenai metode-metode belajar atau program-program sebagai alat bantu

bagi tunanetra di yayasan mitra netra pada umumnya dan Program Talking

Book khususnya.

BAB III. Gambaran umum lokasi penelitian, yakni menggambarkan

secara umum tentang Yayasan Mitra Netra: Sejarah singkat, visi dan misi,

program layanan, struktur organisasi dan Program Talking Book .

BAB IV. Hasil Penelitian, yakni sesuai dengan permasalahan dan

tujuan penelitian diuraikan tentang hasil penelitian dalam bentuk

deskriptif, termasuk data-data faktual dan studi dokumentasi dengan

menjelaskan pelaksanaan program Talking Book yang ada di Yayasan

Mitra Netra. Analisis hasil penelitian, yang merupakan analisa hasil

penelitian tentang proses pelaksanaan dan faktor-faktor lain dalam

Page 28: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

17

program talking book tersebut. Sebagai analisa adalah konsep-konsep dan

kerangka pemikiran yang ada di bab dua.

BAB V. Penutup yakni kesimpulan yang berisikan penilaian dari

hasil evaluasi pelaksanaan program sesuai dengan perumusan masalah dan

tujuan penelitian. Terakhir dikemukakan beberapa saran yang terkait

dengan permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan Program

Talking Book khususnya mengenai proses dan hasil dilapangan.

Page 29: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris "Evaluation",

yang berarti penilaian/penaksiran. Dan menurut pengertian istilah, evaluasi

merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu

objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan

tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Evaluasi diartikan dengan

penilaian.10

Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan yang

bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program. Dengan

demikian, penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat

efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang

berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.11

Pius A. Partanto dan Al-Barry dalam kamus ilmiah popular

mengartikan bahwa evaluasi secara etimologi adalah panaksiran, penilaian,

perkiraan keadaan dan penentu nilai.12

Sedangkan menurut terminology

9 M. Chatib Toha, “Teknik Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta : Rajawali Press,1991), Cet

Ke- 1, h.1. 10

Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi ke-2, (Jakarta: Balai Pustaka,

1995), Cet Ke-4. 11

Suharsimi Arikunto, “Penilaian Program Pendidikan”, (Jakarta : PT Bina Aksara,

1998), Cet.Ke-l, h. 8. 12

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry. “Kamus Ilmiah Populer”, (Surabaya:

Arloka.l994). h. l63.

18

Page 30: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

19

pengertian Evaluasi menurut Casley dan Kumar adalah suatu penilaian

berkala terhadap relevansi, kinerja, efesiensi dan dampak suatu proyek

dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, sementara Fink dan

Kocekoff memberikan defmisi evaluasi adalah merupakan serangkaian

prosedur untuk menilai mutu sebuah program.13

Tetapi pada dasarnya

evaluasi dibutuhkan dalam setiap program untuk mengetahui keberhasilan

dan kemajuannya serta sasaran apakah yang sudah tercapai atau belum dan

hasilnya nanti diperbaiki menjadi lebih baik pada program selanjutnya.

Kemudian Stufflebeam juga membedakan Proaktictive Evaluation

untuk melayani pemegang keputusan, dan Retroactive Evaluation untuk

keperluan pertanggung jawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi,

yaitu fungsi formatif, yaitu evaluasi yang dipakai untuk perbaikan dan

pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk

dan sebagainya). Fungsi Sumatif, yaitu Evaluasi dipakai untuk

pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi

hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu

program perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi,

menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.14

Dengan demikian dapat disimpulkan evaluasi program merupakan

proses pemeriksaan dan penilaian sebuah program untuk mengetahui

efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkaian informasi yang

diperoleh evaluator yang hendaknya membantu pengembangan,

13

Fredy S. nggao, “Evaluasi Program” (Jakarta, Nyansa Mandiri; 2003), h. 15. 14

Frida Yusuf Tayibnasib, “Evaluasi Program” (Jakarta: Rineka Cipta), h. 4.

Page 31: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

20

implementasi, kebutuhan suatu program perbaikan program,

pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan

informasi.

2. Model Evaluasi Program

Ada berbagai macam model-model evaluasi program, model-model

tersebut merupakan alternatif-alternatif yang dipilih oleh evaluator sesuai

dengan masalah dan tujuan evaluasi, salah satu diantaranya yaitu model

evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Pietrzak, Ramler, Renner, Ford

dan Gilbert guna mengawasi suatu program secara lebih seksama yaitu :

evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil.15

Dengan pengertian

dibawah ini:

a. Evaluasi Input

Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam

pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang

terkait dengan evaluasi input ini yaitu : klien, staf dan program.

b. Evaluasi Proses

Evaluasi proses menurut Pietrzek (1990) memfokuskan diri pada

aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan

staf terdepan (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan

(objektif) program.

c. Evaluasi Hasil

15

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi, (Jakarta: Lembaga

Penerbit FEUI, 2003), h. 189.

Page 32: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

21

Evaluasi hasil menurut Piertzek, diarahkan pada evaluasi keseluruhan

dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerimaan layanan

(recipient).16

Berdasarkan penjelasan tersebut dalam konteks ini penulis akan

menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP yang telah dikemukakan

oleh Daniel L. Stufflebeam yaitu berupa evaluasi konteks, evaluasi input,

evaluasi proses dan evaluasi hasil. Dalam hal ini penulis akan

memfokuskan penjelasan pada evaluasi pelaksanaan / proses. Berikut

penjelasannya.

Evaluasi proses memfokuskan diri pada penilaian dinamika internal

dan pengoperasian program. Dalam evaluasi ini yang dinilai adalah

perjalanan operasi lembaga dan kualitas layanan yang diberikan. Aktivitas

program yang dinilai mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf

terdepan (line staff) dan yang terkait langsung dengan pencapaian tujuan

progam. Evaluasi proses berupaya menganalisa dan menilai keseluruhan

proses berdasarkan kriteria yang relevan seperti: standar praktek terbaik

(best practice standard), kebijakan lembaga, tujuan proses (proses goals)

dan kepuasan klien.

Beberapa pertanyaan yang ada dalam evaluasi proses yang

dikemukakan oleh Prof. Dr. Suharsini Arikunto dalam bukunya “evaluasi

program pendidikan” diantaranya adalah17

:

a. Apakah pelaksanaan program tersebut sudah sesuai dengan jadwal ?

16

Ibid, h,189. 17

Suharsimi Arikunto, “Evaluasi Program Pendidikan”, (Jakarta : PT Bumi Aksara,

2008), h. 47.

Page 33: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

22

b. Apakah staff yang terlibat didalam pelaksanaan program sanggup

menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan

jika program itu dilanjutkan?

c. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara

maksimal?

d. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan

program dan kemungkinan jika program itu dilanjutkan?

3. Manfaat dan kegunaan Evaluasi

Feurstein menyatakan ada 10 manfaat dan keguanaan evaluasi yaitu :

a. Pencapaian, guna apa yang sudah dicapai

b. Mengukur kemajuan, Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek

program

c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat

program itu sendiri.

e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat

perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapakan suatu program.

f. Biaya dan manfaat (cost benefit) melihat apakah biaya yang

dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable).

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola

kegiatan program secara lebih baik.

Page 34: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

23

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak

dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang

untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang

dijalankan telah berhasil dengan baik.

i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih

luas.

j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena

memeberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari

masyarakat, komunitas fungsional dan koraunitas lokal.

B. Program

1. Pengertian Program

Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok organisasi, lembaga, bahkan

Negara. Menurut Suharsimi Arikunto program adalah sederetan rencana

kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai satu tujuan tertentu.18

2. Tujuan Program

Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan

pusat perhatian. Jika suatu program tidak memiliki tujuan yang

bermanfaat, maka program itu tidak perlu dilaksanakan, karena tujuan

menentukan apa yang akan diraih oleh suatu program.

Tujuan program dibagi menjadi dua yaitu:

1. Tujuan Umum

18

Suharsimi Arikunto, “Penilaian Program Pendidikan”, (Yogyakarta: Bina Aksara,

1998). h. 1

Page 35: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

24

2. Tujuan Khusus

Tujuan umum biasanya menunjukkan Output dari program jangka

panjang. Sedangkan tujuan khusus Outputnya untuk jangka pendek.19

C. Evaluasi Program

Agar mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh suatu program,

maka harus melakukan Evaluasi, Evaluasi merupakan satu kegiatan untuk

mengukur dan menilai sebuah hasil dari suatu program atau kegiatan.20

D. Buku Bicara

a. Definisi Buku Bicara (Talking Book)

Berdasarkan buku modul yang berjudul Apa dan Siapa Yayasan

Mitra Netra tahun 1999 halaman 1. Buku bicara (talking book} adalah

buku dalam bentuk kaset (disebut analog talking book) atau dalam bentuk

compact disc/CD (disebut dengan istilah digital talking book). Menurut

Kamus Pendidikan karya Dra. Lenny Fanggidaesij halaman 195. “Talking

book adalah sebuah buku yang dibaca dengan suara keras pada audio-tape

untuk digunakan oleh orang-orang buta”21

.

Menurut Benet’s Readers dalam Encyclopedia of America

Literature, definisi asli dari talking book/buku bicara adalah "The books

recorded for the use of the blind artinya buku yang direkam untuk

dipergunakan oleh orang-orang buta.

19

Ibid, h. 35 20

Wayan Nurkacana, “Evaluasi Pendidikan” (Surabaya: Usaha Nasional, 1976), h. 85. 21

Kamus Pendidikan Karya Dra. Lenny Fanggidaesij. h. 195.

Page 36: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

25

Definisi Talking Book menurut kamus Word Reference.Com adalah :

“Talking book are sound recording of someone reading a book, frequently

used by blind people”, artinya rekaman suara dari seorang pembaca buku

yang sering dipergunakan oleh orang tunanetra.

b. Rangkuman Definisi Buku Bicara

Dari definisi diatas maka dapat diambi kesimpulan:

1. Buku yang direkam ke dalam pita analog kaset atau dalam bentuk

Compact Disc (CD)

2. Memiliki dua macam bentuk, yaitu kaset atau Compact Disc (CD)

3. Dibacakan oleh satu orang pembaca naskah (tunggal) atau lebih dari

satu orang.

4. Penggunaan buku bicara ditujukan untuk orang-orang tunanetra.

c. Sejarah Perkembangan Buku Bicara menurut Jenifer Lindsey dalam

Artikelnya yang Berjudul Talking Book.

Konsep buku bicara telah dikenal pada 5000 tahun yang lalu dengan

cara yang masih tradisional yaitu dengan membacakan cerita dan puisi

dengan lisan secara langsung kepada para penyimak atau penonton.

Namun, ketika teknologi telali berkembang dan telah diciptakan mesin alat

perekam suara maka lahirlah audio Talking Book.

Kongres membuat sebuah sebuah program buku bicara, yang diberi

nama Proyek Buku untuk Orang-orang Tunanetra Dewasa pada tahun

1931. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi tunanetra dewasa.

Page 37: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

26

Pada tahun 1932, buku bicara yang pertama dibuat oleh Organisasi

Tunanetra Amerika dan Organisasi Pengembangan Mesin Radio untuk

membuat alat pemutar kaset, pada tahun 1933 telah dapat memproduksi

mesin pemutar kaset. Pada tahun 1934, kongres membuktikannya dengan

pengiriman buku bicara melalui pos untuk warga Negara yang

membutuhkan tanpa dipungut biaya. Dan ketika tahun 1935 program buku

bicara telah sepenuhnya berjalan.

Tujuan dasar dari program ini adalah untuk melayani orang

tunanetra yang dewasa. Namun, pada tahun 1952 program ini telah dapat

melayani kebutuhan anak-anak, tahun 1966 program ini terus

dikembangkan hingga meliputi individu yang memiliki keterbatasan atau

ketidak mampuan dalam membaca buku.

Jaringan organisasi NLS (National Library Service untuk Tunanetra

dan Cacat Fisik), telah mengedarkan lebih dari 21 juta kopi, buku Braile,

dan majalah untuk 761.300 pembaca di tahun 1992. Kaset-kaset ini

dikirim kepada masyarakat yang membutuhkan melalui jaringan

perpustakaan lokal dan daerah.

Kaset audio menjadi sangat pupuler pada akhir tahun 1960, ketika

kaset masuk ke pasaran. Pertama, yang ada di pasaran kebanyakan adalah

kaset yang memberikan instruksi atau petunjuk, membantu untuk

mempelajari bahasa asing, kemudian muncul kaset panduan. Pada tahun

1970-an, sebuah perusahaan yang bernama Book on Tape membuat buku

audio lebih populer lagi dengan membuat rental buku audio untu

Page 38: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

27

masyarakat. Dan perusahaan memberikan layanan peminjaman melalui

internet. Perusahaan Book on Tape mengembangkan pelayanannya dengan

adanya bagian pelayanan.

Dukungan dan kontribusi untuk mempopulerkan buku bicara

dilakukan oleh radio. Radio umum milik masyarakat membuat sebuah

program yang mendorong pendengar untuk dapat terbiasa inendengar kata-

kata.

Pada akhir tahun 1970 ketika buku bicara sangat populer, beberapa

perusahaan memulai untuk berbisnis audio book. Perusahaan yang pertama

kali memulai bisnis ini adalah Recorded Books berdiri pada tahun 1979

dan Olivers Audio Books pada 1980, sampai dengan tahun 1990 bisnis

buku bicara terus berkembang pesat. Ketika, tahun 1991 dibuat sebuah

festival penghargaan untuk buku bicara terbaik, seperti layaknya sebuah

Academy Award. Di tahun 1997 masyarakat Amerika membuat sebuah

Klub pengguna buku bicara. Yang beranggotakan tidak hanya orang buta,

tetapi orang normal pun ikut serta.

d. Perkembangan Buku Bicara di Dunia menurut Encyclopedia

Americana Volume 4

Sejak pertama kali kehadiran Braile, penggunaanya sudah tersebar

luas. Pada tahun 1868, perpustakaan Umum di Boston yang pertama kali

memiliki koleksi Braile dan membuat sebuah unit lembaga untuk anggota

pembaca perpustakaan runantera dengan koleksi 8 buah buku timbul

(Braile). Selama perang dunia I, Palang Merah Dunia memulai

Page 39: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

28

mentranslitkan atau memindahkan buku orang normal kedalam buku

Braile, sehingga permintaan terhadap pemesanan braile meningkat pesat.

Pada tahun 1931, kebijakan Pratt-Smoot mengesahkan bahwa pemerintah

memberikan wewenang kepada perpustakaan umum untuk memberikan

pelayanan kepada tunanetra dibawah pengarahan dewan perpustakaan

untuk tunanetra.

Pertama kali progran ini masih terbatas hanya pada buku Braile.

Namun, pada tahun 1934 program ini semakin luas hingga produksi buku

bicara (talking book). Buku bicara merekarn buku-buku dan majalah-

majalah, nembaca naskah dibacakan oleh aktor profesional yang

diproduseri atau didanai oleh Yayasan untuk orang-orang tunanetra dan

Percetakan Buku Braile Amerika. Buku bicara didistribusikan ke

perpustakaan daerah tanpa dikenai biaya pengiriman. Di tahun 1966

program perpustakaan ini terus dikembangkan sampai menawarkan

program-program seperti buku dan kamus untuk direkam kedalam kaset,

musik Braile dan kursus membaca tuhsan Braile yang ditujukan untuk para

sukarelawan. Dewan Perpustakaan untuk Tunanetra merevisi persyaratan

dalam kemudahan penggunaan buku bicara dapat dmikmati oleh para

tunanetra dan orang-orang penyandang cacat lainnya. Beberapa

sukarelawan membantu dalam perekaman buku-buku teks berdasarkan

permintaan. Organisasi yang sangat aktif dalam membuat perekaman kaset

untuk tenanetra telah memiliki cabang di 16 kota di Amerika. Beberapa

organisasi tersebut adalah Yayasan John Milton, Perkumpulan Al Kitab

Page 40: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

29

Amerika, dan beberapa organisasi khusus buku-buku Braille dibidang

Agama. Semuanya adalah organisasi yang aktif membuat buku bicara.

Program buku bicara di Inggris telah dikenal pada tahun 1935

bersamaan dengan rekaman dalam bentuk Compact Disc (CD), yang

dalam bentuk kaset lalu dipindahkan kedalam bentuk CD. Buku bicara

telah dikenal di seluruh Eropa dan Kanada, Australia, New Zealand,

Afrika Utara, India, Sri Langka, Jepang, dan Amerika Latin.

Dewan Braille Dunia memiliki peranan yang sangat penting dalam

mendorong upaya pengembangan Braille di tiap-tiap daerah dan

penyebaran bahan buku Braile dalam bermacam-macam bahasa.

Penyeragaman kode untuk Braille bahasa Spanyol telah dilakukan pada

tahun 1951. Kemudian konfrensi untuk membahas penyelenggaraan

produksi pembuatan Braille dan buku bicara Spanyol diselenggarakan di

Buenos Aires pada tahun 1996.

Perkembangan digital talking book diseluruh dunia terus maju pesat,

selling dengan kebutuhan yang bertambah banyak. Maka disetiap Negara

memiliki sistem dan alat digital talking book yang berbeda-beda. Oleh

karena untuk keseragaman dan kemudahan bagi pengguna di seluruh dunia

maka perpustakaan buku bicara diseluruh dunia membuat sebuah

kesreragaman dengan membentuk sebuah konsorsium yang diberi nama

Digital Audio Information System atau DAISY pada tahun 1994 di

Swedia. DAISY juga membuat Play back atau alat untuk memutar

Compact Disc.

Page 41: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

30

E. Definisi Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif yaitu pendidikan yang dilaksanakan di sekolah /

kelas reguler dengan melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali,

meliputi : anak yang memiliki perbedaan bahasa, beresiko putus sekolah

karena sakit, kekurangan gizi, tidak berprestasi, anak yang berbeda agama,

penyandang HIV/ AIDS, dan sebagainya. Mereka dididik dan diberikan

layanan pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan penuh kasih

sayang tanpa diskriminasi22

.

a. Menurut Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman

Pendidikan Inklusif adalah penggabungan pendidikan regular dan

pendidikan khusus ke dalam satu sistem persekolahan yang

dipersatukan untuk mempertemukan perbedaan kebutuhan semua

siswa. Pendidikan inklusif bukan sekedar metode atau pendekatan

pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang

mengakui kebhinnekaan antar manusia yang mengemban misi

tunggal nuntuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik

dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdian kepada Tuhan

Yang Maha Esa23

.

22

Written by Dedekusn. “Pentingnya Pendidikan Inklusif”. Last Updated on Monday, 1

February 2010 06:14 pm . 23

Written by Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman. “Anak Berkebutuhan Khusus”. Sunday,

February 8th, 2009 at 07:37 pm.

Page 42: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

31

b. Menurut Dyah. S

Pendidikan Inklusif pada hakikatnya adalah bagaimana memahami

segala kesulitan pendidikan yang dihadapi oleh peserta didik.

Peserta didik berkelainan misalnya, mereka mendapatkan kesulitan

untuk mengikuti beberapa kurikulum yang ada, atau tidak mampu

mengakses cara baca tulis secara normal, atau kesulitan mengakses

lokasi sekolah dan sebagainya24

.

F. Hakikat Tunanetra

Dari segi bahasa tunanetra dari kata tuna dan netra. Tuna berarti

rusak, luka, kurang. atau tidak memiliki, sedangkan netra berarti mata. Maka

tunanetra adalah orang yang rusak atau luka matanya sehingga tidak dapat

atau kurang dalam penglihatannya. Tunantera ada 2 macam yaitu buta total

dan buta sebagian (low vision).

Secara sederhana tunanetra dapat diartikan sebagai penglihatan tidak

normal. Ada 2 pendekatan yang umumnya dipakai untuk mengartikan

tunanetra, yaitu tunanetra secara legal (kedokteran) dan arti tunanetra sudut

pandang pendidikan.

Menurut American Foundation for the Blind, seperti dikutip oleh

Norris G. Harring, tunanetra secara “legal” adalah mereka yang memiliki

ketajaman penglihatan sentral 20/200 kaki atau lebih kecil (lebih buruk) atau

mereka yang luas pandangannya demikian sempit sehingga tidak lebih dari 20

24

Dyah. S. “Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. H. 4.

Page 43: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

32

derajat (Legally blind people have cebtral visual acuity of 20/200 feet, or have

periherd vision is 20 degress or less in the better eyes).

1. Pengertian Tunanetra

Menurut Kirk seperti dikutip oleh Mulyono Abdurrahman dan

Soedjadi, arti tunanetra secara pendidikan adalah mereka yang

penglihatannya tidak sempurna, cacat atau rusak sehingga ia tidak dapat

dididik dengan metode-metode yang menggunakan penglihatan (awas)

sehingga memerlukan metode khusus dalam pengajaran.

Dilihat dari segi pendidikan siswa yang mengalami kesulitan dalam

mengjkuti pendidikan yang dirancang untuk siswa awas. Sehingga mereka

memerlukan metode khusus dalam pengajaran, misalnya: dalam proses

pembelajaran mereka memerlukan pendekatan-pendekatan dan alat bantu

secara khusus, misalnya: alat tulis Braille.

Sedangkan arti tunanetra secara pendidikan menurut Surai dan Rizzo

seperti dikutip oleh Frieda Mangunsong membagi tunanetra menjadi 2

(dua) kelompok, mencakup siswa tuanetra yang tergolong buta akademis

dan siswa tunanetra yang melihat sebagian. Maksudnya buta akdemis

adalah buta secara keseluruhan tidak dapat melihat sedikit pun.

2. Klasifikasi Tunanetra

Tunanetra terbagi menjadi dua yaitu buta total yaitu mereka yang

sama sekali tidak berfimgsi indera penglihatannya karena sudah rusak sulit

untuk disembuhkan dan yang kedua adalah law vision yaitu mereka yang

masih memiliki sisa penglihatan sampai batas-batas tertentu.

Page 44: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

33

Menurut Soekini Pradopo secara garis besar membagi menjadi dua

yaitu:

Ditinjau dari waktu terjadinya kecacatan dapat digolongkan atas.

1) Penderita tunanetra sebelum dan sesudah lahir, yaitu mereka yang

sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan

2) Pendidikan tunanetra sesudah lahir atau pada usia kecil, yang

sudah memiliki kesan-kesan dan pengalaman visual, tetapi kuat

dan mudah terlupakan.

3) Penderita tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja;

kesan-kesan pengalaman visual meninggalkan pengaruh yang

mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

4) Penderita tunanetra pada usia dewasa, yaitu dengan segala

kesadaran masih mampu melakukan latihan-latihan penyesuain

diri.

5) Penderita tuanetra dalam usia lanjut, yang sebagian besar sudah

sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

Klasifikasi tunanetra berdasarkan kemampuan daya lihat.

a) Penderita Tunanetra Ringan (Defective Vision/Low Vision)

Yaitu mereka yang mempunyai kelainan atau kekurangan daya

penglihatan seperti rabun, juuling, myopia ringan dan masih

mampu mengikuti program pendidikan biasa dan masih mampu

berjalan sendiri tanpa tongkat atau melakukan pekerjaan yang

Page 45: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

34

memerlukan penglihatan seperti membaca, bermain badminton,

mengetik, dll.

b) Tunanetra Setengah Berat (Partially Sighted)

Yaitu mereka yang kehilangan sebaaian daya penglihatan. Hanya

dengan menggunakan kaca mata pembesar mereka masih bisa

mengikuti program pendidikan atau masih bisa mengikuti program

pendidikan atau masih mampu membaca tulisan yang berhuruf

tebal. Masih bisa melihat muka orang yang diajak bicara namun

kurang jelas dan masih bisa melihat benda-benda besar dihadapan

tapi tidak jelas seperti kusi, pintu, tembok,dIl

c) Tunanetra Berat (Totally Blind)

Yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat (gelap sama

sekali) yang oleh masyrakat disebut buta.

3. Karakteristik Tunanetra Kurang Lihat (Low Vision)

Low Vision termasuk kedalam klasifikasi tunanetra yang ringan,

maka kemungkinan dapat disembuhkan. Pada anggota perpustakaan

Yayasan Mitra Netra banyak ditemui tunanetra yang mengalami low

vision, karena itu perlu diketahui karateristiknya, adalah sebagai berikut:

a. Menanggapi rangsang cahaya yang daring padanya.

Bila ada benda yang terkena sinar cahaya, tunanetra kurang lihat

bereaksi atau merespon benda tersebut dengan cara mencari benda

Page 46: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

35

yang terkena sinar matahari dan tidak akan berhenti mencari bila

belum dapat melihataya

b. Selalu mencoba mengadakan fixation terhadap suatu benda.

memfokuskan terhadap ritik benda, yaitu dengan cara mengerutkan

dahi dengan tujuan melihat benda yang ada disekitarnya.

c. Merespon warna

Tunaneta kurang lihat selalu berusaha memberi komentar pada warna

benda yang dilihatnya, terutama warna-warna mencolok.

d. Bergerak dengan penuh percaya diri.

Karena tunanetra kurang lihat masih dapat melihat siluet-siluet benda

didepannya.

e. Dapat menghindari rintangan-rintangan yang berukuran besar. Dengan

sisa penglihatan yang dimilkinya maka rintangan-rintangan yang

berukuran besar masih dapar dihindarinya.

f. Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatannya.

g. Selalu melihat benda dengan menyeluruh. Keterbatasannya dalam

melihat menyebabkan tunanetra kurang lihat tidak jeli melihat benda

secara detail atau rinci.

Page 47: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

36

BAB III

YAYASAN MITRA NETRA

A. Latar Belakang

Yayasan Mitra Netra merupakan satu-satunya lembaga swasta yang

menjadi pelopor dalam program pelayanan terhadap tunanetra. Banyak

prestasi yang telah dicapai dan menghasilkan produk-produk yang inovatif.

Yayasan ini lahir di latarbelakangi oleh fenomena minimnya kepedulian

masyarakat terhadap eksistensi dan fungsi tunanetra dalam dunia pendidikan

dan bahkan dunia kerja. Mitra Netra membangun sebuah model-model

pelayanan yang sangat tepat untuk mendampingi tunanetra yaitu dengan

program-programnya.

Yayasan Mitra Netra ini adalah organisasi nirlaba yang memusatkan

programnya pada upaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra di

bidang pendidikan dan lapangan kerja. Mitra Netra Didirikan di Jakarta

tanggal 14 Mei 1991, dan berstatus sebagai badan hukum dengan terdaftar

pada Tambahan Berita Negara tanggal 14/12 tahun 2001 nomor 100. Yayasan

ini didirikan oleh beberapa orang tunanetra yang berhasil menyelesaikan

studinya di perguruan tinggi bersama-sama dengan sahabat-sahabat mereka

yang bukan tunanetra. Mitra Netra juga diartikan kerja sama antara tunanetra

dengan mereka yang bukan tunanetra. Hal ini tercermin dalam struktur

organisasi Yayasan ini yaitu hampir di setiap organ organisasi senantiasa

terdiri dari unsur tunanetra dan mereka yang bukan tunanetra. Mitra Netra

36

Page 48: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

37

berprinsip bahwa yang paling memahami masalah dan kebutuhan para

tunanetra adalah tunanetra itu sendiri. Akan tetapi untuk mengatasi masalah

serta memenuhi kebutuhan tersebut tunanetra tidak dapat melakukannya

sendirian, tunanetra harus bermitra dengan mereka yang tidak tunanetra25

.

Semangat kemitraan ini tidak hanya di dalam institusi Mitra Netra saja,

tetapi juga diaktualisasikan pada kiprah Yayasan ini di masyarakat. Dalam

menyelenggarakan dan mengembangkan layanan untuk tunanetra, Mitra Netra

senantiasa bekerja sama dengan lembaga atau organisasi lain baik pemerintah

maupun swasta, dengan maksud untuk membangun sinergi26

.

B. Sejarah Singkat Perjalanan Mitra Netra Menuju Rumah Sendiri di

Gunung Balong Lebak Bulus

Mitra Netra beroperasi d Gunung Balong pada tahun 2002 yaitu

setelah Yayasan ini berumur 11 tahun. Sebelumnya, lembaga yang secara

konsisten melayani para tunanetra di negeri ini masih harus berpindah-pindah

dari satu tempat ke tempat lain. Saat awal didirikan, Mitra Netra menempati

ruangan berukuran3 x 3 m yang berada di sebuah perusahaan penerbit buku

(Jambatan) yang terletak di jalan Keramat. Ibu Roswita Singgih yang

merupakan salah seorang pengurus kala itu adalah pemilik perusahaan

tersebut, beliau yang bersedia meminjamkannya kepada Mitra Netra. Hanya

kurang lebih dua tahun berada di sana, Mitra Netra harus pindah karena

ruangan itu harus direnovasi dan dimanfaatkan oleh sang pemilik. Dari

25 Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB). 26

Data update 2011 www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 49: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

38

Keramat, Mitra Netra kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya ke Lenteng

Agung, meminjam sebuah rumah yang sedang dalam proses dijual. Tentu ini

bukan situasi yang menenangkan hati, sama seperti sebelumnya, karena

Yayasan ini harus siap setiap saat meninggalkan rumah tersebut tatkala sang

pemilik baru akan menghuni rumah itu.

Hanya kurang lebih satu tahun bermukim di Lenteng Agung, Yayasan

ini mendapatkan pinjaman tempat di salah satu ruangan milik Yayasan

Pamentas di kawasan Lebak Bulus Jakarta Selatan. Hal ini terjadi karena

prestasi Mitra Netra dalam memproduksi bahan-bahan konferensi Disable

People International (DPI) dalam huruf Braille untuk peserta tunanetra, yang

kala itu diselenggarakan di Jakarta. Atas prestasi ini, ketua panitia konferensi

yang juga ketua Yayasan Pamentas mengijinkan Mitra Netra menempati salah

satu ruangan berukuran 7 x 5 di lingkungan Yayasan ini. Pada periode inilah

kegiatan Mitra Netra mulai tumbuh dan berkembang. Produksi buku bicara

mulai dilengkapi dengan studio rekaman kedap suara, meski dalam bentuk

yang sederhana. Tidak hanya itu, buku Braille pun mulai diproduksi karena

telah memiliki mesin Braille embosser meski masih dalam skala yang kecil

yaitu 40 karakter per detik dan hanya mampu mencetak satu sisi (single sided

printing).

Karena makin banyaknya kegiatan serta penyebaran tunanetra yang

dilayani yaitu hampir di lima penjuru Jakarta, menempati satu ruangan di

Yayasan Pamentas saja tidak cukup. Pak Sidarta Ilyas, yang berprofesi sebagai

dokter kemudian mengupayakan penambahan fasilitas ruangan kantor.

Page 50: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

39

Melalui pertemanan dengan DR. Sujudi yang kala itu menjabat sebagai

Menteri Kesehatan RI, Mitra Netra kemudian mendapatkan pinjaman ruangan

di Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan yang berada di

jalan Percetakan Negara Jakarta Pusat. Ruangan berukuran 35 meter persegi

ini kemudian dimanfaatkan untuk kantor sekretariat dan layanan pendidikan

bagi siswa tunanetra untuk wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta

Utara.

Dari sisi manajemen, organisasi sudah memiliki dua kantor secara

terpisah yang mana di saat kondisi organisasi masih relatif muda dan belum

mapan ini bukanlah hal yang mudah. Kondisi ini akan memperpanjang waktu

koordinasi, dan dari sisi biaya ini tentu tidak efisien. Akan tetapi, dari sisi

pelaksanaan layanan, keberadaan kantor Mitra Netra di Jakarta Pusat sangat

memudahkan tunanetra yang berada di sekitarnya untuk mengakses layanan

Mitra Netra meski tidak semuanya, sehingga tidak perlu datang ke pusat

layanan yang ada di Jakarta Selatan. Kala itu Mitra Netra dapat dikatakan

tidak punya pilihan. Dalam kondisi terus tumbuh di satu sisi dan keterbatasan

fasilitas yang dimiliki di sisi lain, kabar gembira datang dari Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan yang pada waktu itu dijabat oleh Wardiman.

Setelah bertemu dengan para pengurus dan mengetahui peran Mitra Netra

dalam melayani tunanetra, Pak Menteri memutuskan untuk memberikan

pinjaman kantor kepada Yayasan ini, dan tempat yang dipilih adalah di

lingkungan sekolah luar biasa (SLB) untuk tunanetra di jalan Pertanian Raya

Lebak Bulus Jakarta Selatan. Keputusan itu adalah, bahwa Mitra Netra

Page 51: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

40

diperbolehkan menggunakan kantor tersebut selama Yayasan ini

membutuhkannya.

Kantor dua lantai berukuran 200 meter persegi kemudian dibangun di

bagian belakang sekolah untuk tunanetra di Jakarta Selatan tersebut. Hanya

ada yang berbeda dari apa yang telah diputuskan sang Menteri dan yang telah

diinformasikan kepada Mitra Netra. Setelah melalui proses disposisi, perintah

Menteri dikerjakan oleh eselon yang ada di tingkatan lebih bawah. Dan di

level inilah keputusan itu diubah. Ruangan kantor dua lantai yang oleh

Menteri sedianya boleh dimanfaatkan selama Mitra Netra membutuhkannya,

diubah menjadi hanya dipinjamkan dalam waktu tiga tahun. Setelah ruangan

kantor yang dipinjamkan itu usai dibangun, kegiatan layanan Mitra Netra yang

berada di Yayasan Pamentas lalu dipindahkan ke kantor baru tersebut.

Sedangkan kantor sekretariat yang berada di jalan Percetakan Negara tetap

dipertahankan.

Sepanjang periode berada di lingkungan SLB ini upaya untuk memiliki

kantor sendiri terus dilakukan. Tapi belum memberikan hasil. Dan Karena

tidak memiliki alternatif lain, memasuki tahun ketiga masa peminjaman kantor

tersebut. Mitra Netra menyampaikan permohonan perpanjangan

penggunaannya kepada instansi yang memiliki aset tersebut. Akan tetapi

bukan persetujuan yang diterima, melainkan pemberitahuan untuk segera

pindah karena gedung yang sebenarnya secara fisik sudah tidak lagi

memenuhi syarat untuk menampung sarana dan fasilitas yang Mitra Netra

miliki ini akan dimanfaatkan untuk keperluan lain. Dan kondisi ini membuat

Page 52: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

41

Mitra Netra memiliki alasan kuat untuk membuat salah satu partnernya yaitu

Foundation Dark & Light Blind Care (DLBC) dari Belanda, yang sejak

tahun 1999 membiayai program produksi dan distribusi buku Braille serta

buku bicara, akhirnya menyetujui permintaan Yayasan ini untuk membelikan

kantor baru dan menjadikan kantor itu milik Mitra Netra sendiri.

Ibarat pepatah mengatakan “ Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke

tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian “. Itulah yang Mitra

Netra alami. Selalu dihadapkan dalam kondisi terdesak yang mana harus

berpindah-pindah dari kantor-kantor yang sifatnya hanya pinjaman itu telah

membuat Mitra Netra sejak tahun 2002 dapat terus bertahan dan terus

mengembangkan eksistensinya hingga kini sampai di tempat yang sudah

menjadi hak milik Mitra Netra sendiri yaitu tepatnya di jalan Gunung Balong

II nomor 58, Lebak Bulus III Jakarta Selatan.

C. Alamat Yayasan Mitra Netra

Jl. Gunung Balong II nomor 58, Lebak Bulus III Jakarta Selatan.

D. Tokoh-Tokoh Pendiri Yayasan Mitra Netra

1. Lukman Nazir

Lukman, pria berdarah sunda ini menjadi tunanetra saat berusia 40

tahun karena glaukoma (meningginya tekanan cairan bola mata), beliau

merasakan betapa sulitnya menjadi orang yang baru saja mengalami

kebutaan tanpa dukungan layanan serta fasilitas yang memadai. Sebagai

pria dewasa yang telah merasakan bekerja dan mencapai puncak karir

sebagai direktur di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, beliau bingung

Page 53: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

42

dan tidak tau pekerjaan apa yang bisa ia lakukan setelah menjadi orang

buta. Sebagaimana kebanyakan orang, yang ia tahu saat itu adalah

tunanetra hanya bisa menjadi pemijat, tapi ia tidak mau menjalani

pekerjaan itu karena itu bukan minatnya. Beliau mengatakan "Pasti ada

bidang pekerjaan lain yang bisa dilakukan tunanetra, atau bahkan akan

lebih produktif jika dilakukan oleh tunanetra", begitu yang sering ia

katakan untuk selalu mendorong Mitra Netra, selain memberikan layanan

di bidang pendidikan, juga merintis program diversifikasi

(penganekaragaman) peluang kerja untuk tunanetra27

.

2. Bambang Basuki

Pak Bambang Menjadi tunanetra saat usia remaja karena

glaukoma, dan telah menghabiskan lima tahun tanpa melakukan apapun.

Beliau mengatakan "hanya menunggu mati". Akan tetapi semangatnya

mulai bangkit saat beliau memutuskan mengubah nama panggilannya

setelah ia menjadi butayaitu dengan panggilan “Bambang”. Semula ia

dipanggil Basuki, setelah bertemu dengan Joni Watimena, seorang

tunanetra yang menjadi guru di sekolah luar biasa untuk tunanetra.

Muncullah keinginannya untuk dapat berguna bagi anak-anak tunanetra, ia

memutuskan menjadi guru di sekolah luar biasa untuk tunanetra. Pak

Bambang mendaftarkan diri ke IKIP Jakarta - sekarang Universitas Negeri

Jakarta, dan memilih jurusan pendidikan bahasa Inggris. Sudah bisa

27

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 54: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

43

dipastikan kesulitan yang ia hadapi saat itu, tanpa dukungan dari lembaga

penyedia layanan seperti Mitra Netra28

.

Dari pengalaman pribadi beliau ketika menjalani masa studi di

perguruan tinggi yang sangat "menekan" itulah maka Pak Bambang turut

mendorong pendirian Yayasan Mitra Netra di tahun 1991, dan sejak tahun

2001 beliau diminta menduduki jabatan Direktur Eksekutif hingga

sekarang. Pengalaman sulit di masa awal menjadi tunanetra serta di saat

menempuh studi di jurusan Bahasa Inggris IKIP Jakarta telah memberikan

inspirasi serta energi bagi Pak Bambang yang secara bertahap terus

mengembangkan ide-ide kreatifnya hingga menjadikan Mitra Netra seperti

saat ini yaitu satu-satunya lembaga yang menyediakan dan

mengembangkan layanan untuk tunanetra secara komprehensif, dan

menjadikan Yayasan yang dilahirkannya berfungsi sebagai "lokomotif"

pendorong kemajuan tunanetra di negeri ini.

3. Nicoline N. Sulaiman

Perempuan berdarah asli belanda ini ibarat "Ibu" bagi Yayasan

Mitra Netra. Hatinya tersentuh ketika ada seorang perempuan tunanetra

yang datang kepadanya dan ingin belajar bahasa Belanda. Saat itu pula,

Nicoline yang biasa dipanggil "Ibu Nina", yang juga merupakan guru

besar di Universitas Nasional bidang Bahasa Inggris, terkesan karena ada

tunanetra di Indonesia yang berhasil menyelesaikan studi di perguruan

tinggi. Menurut beliau seharusnya ada lebih banyak tunanetra yang bisa

28

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 55: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

44

berpendidikan tinggi. Untuk mewujudkan keadaan ini, tentu harus ada

lembaga yang memberikan layanan pendukung untuk mereka. Dan,

Yayasan Mitra Netra adalah wujudnya.

Akan tetapi Tuhan tidak mengijinkan Ibu yang telah

mendedikasikan sebagian harinya untuk para tunanetra ini mendampingi

Mitra Netra saat Yayasan ini tumbuh pesat. Di tahun 1993 hanya dua

tahun setelah Mitra Netra dilahirkannya, sang Maha Pencipta

memanggilnya, meninggalkan rasa kehilangan yang amat sangat pada

orang-orang yang telah bersamanya melahirkan Mitra Netra, serta para

tunanetra yang dilayani oleh Mitra Netra. Sebelum beliau berpulang,

Nicoline telah memberikan amanah pada suami tercinta yaitu Sulaiman M.

Sumitakusuma untuk melanjutkan perjuangan yang baru ia rintis di Mitra

Netra. Dan sepeninggal Nicoline, Pak Sulaiman kemudian melanjutkan

tugas-tugas Ibu Nicoline menjadi penasehat Yayasan Mitra Netra29

.

4. Mariani Lusli

Mimi (nama panggilannya) menjadi tunanetra pada usia 10 tahun.

Dan Mimi pulalah yang telah mengilhami Nicoline Sulaiman untuk

mendirikan Yayasan Mitra Netra. Beliaulah tunanetra yang datang pada

Ibu Nicoline dan ingin belajar bahasa Belanda. Seperti halnya Pak

Bambang Basuki, pengalamannya selama menjalani pendidikan tanpa

dukungan fasilitas dan layanan yang dibutuhkan telah mengilhaminya

serta memberinya energi untuk bekerja bersama-sama Mitra Netra yaitu

29

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 56: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

45

untuk menyediakan dan mengembangkan layanan pendukung pendidikan

bagi tunanetra.

Karena kesibukannya di masyarakat, sejak tahun 2001 Mimi tidak

lagi aktif di Yayasan yang didirikannya ini. Setelah menyelesaikan

masternya di Inggris, di tahun 2007 Mimi bergabung dengan Helen Keller

Internasional/Indonesia (HKI/Indonesia) yaitu sebuah organisasi asal

Amerika yang mempromosikan upaya-upaya pencegahan kebutaan di

dunia termasuk Indonesia, dan sejak enam tahun terakhir organisasi ini

juga kembali aktif mempromosikan pendidikan inklusif untuk anak-anak

tunanetra setelah sebelumnya di tahun 80an mereka merintis pendidikan

terpadu. Di lembaga ini, Mimi aktif mempromosikan sistem pendidikan

inklusi untuk murid-murid berkebutuhan khusus termasuk murid

tunanetra30

.

2. Sidarta Ilyas

Pak Prof, begitu beliau biasa di panggil di Mitra Netra. Beliau

adalah dokter spesialis ahli mata. Tapi beliau tidak seperti rekan

sejawatnya, ibeliau memiliki kepedulian lebih pada para pasien yang

secara medis tidak lagi bisa disembuhkan artinya mengalami gangguan

penglihatan permanen. Pak Bambang dan Bu Mimi adalah pasiennya. Dan

karena kepeduliannya itu, saat Bu Mimi dan Bu Nicoline mengajaknya

mendirikan Mitra Netra, beliau menyambut gembira. Beliau berpendapat

bahwa orang-orang yang memiliki gangguan penglihatan permanen, baik

30

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 57: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

46

buta total maupun lemah penglihatan masih dapat menjalani kehidupan

yang berkualitas. Untuk itu diperlukan bantuan khusus pada mereka untuk

membuat para tunanetra menjadi mandiri dan berfungsi di masyarakat31

.

Ketiadaan layanan dan sarana khusus yang tepat bagi tunanetra di

bidang pendidikan mengakibatkan tidak adanya kesamaan kesempatan

melalui kesetaraan perlakuan bagi tunanetra di bidang tersebut. Kondisi inilah

yang menyebabkan sumber daya manusia tunanetra tidak dapat

mengembangkan potensinya, sehingga sulit bersaing di dunia kerja, baik di

sektor formal maupun non formal.

Dilatarbelakangi situasi inilah maka, pada 14 Mei 1991, Lukman

Nazir, Bambang Basuki, Mimi Mariani, Nicoline, Sidarta Ilyas dan beberapa

sahabat yang lain bersepakat mendirikan Yayasan Mitra Netra. Para pendiri

Mitra Netra memiliki keyakinan bahwa:

1. Tunanetra dapat menjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, bermakna dan

bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila diberikan:

o Rehabilitasi yang dapat mengura ngi dampak kecacatannya,

o Pendidikan dan latihan yang dapat mengembangkan potensinya,

o Peluang kerja yang seluas-luasnya,

o Serta sarana atau layanan khusus yang dibutuhkan.

2. Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan

membiayai sendiri kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah

lembaga yang membantu mengupayakannya untuk mereka.

31

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 58: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

47

3. Untuk menjamin agar program yang diselenggarakan sesuai dengan

aspirasi tunanetra, maka, tunanetra harus dilibatkan dalam proses

pengambilan keputusan, pelaksanaan serta evaluasi suatu program. Para

tunanetralah yang paling mengerti dan memahami kebutuhan mereka.

4. Untuk meringankan tantangan yang dihadapi, diperlukan sinergi antara

tunanetra dengan sahabat-sahabat yang bukan tunanetra, serta antara Mitra

Netra dengan organisasi lain.

5. Dengan menggunakan pendekatan secara inklusif yang

mengakomodasikan berbagai jenis perbedaan, perlakuan diskriminatif

akan dapat dikurangi atau dihindari.

E. Visi Dan Misi

Sebagai bagian dari komponen bangsa, Yayasan Mitra Netra mencita-

citakan terwujudnya masyarakat yang inklusif masyarakat yang dapat

mengakomodasikan berbagai perbedaan, bebas hambatan dan berdasarkan atas

hak. Dalam masyarakat semacam ini, tunanetra akan dapat hidup mandiri,

cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat. Dalam upaya

memberikan perannya untuk mewujudkan cita-cita itu, visi Yayasan Mitra

Netra adalah:

"BERFUNGSI SEBAGAI PENGEMBANG DAN PENYEDIA

LAYANAN, GUNA TERWUJUDNYA KEHIDUPAN TUNANETRA YANG

MANDIRI, CERDAS DAN BERMAKNA DALAM MASYARAKAT YANG

INKLUSIF" 32

32

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 59: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

48

Mitra Netra adalah lembaga yang terus tumbuh, dan dalam perannya

sebagai organisasi lokomotif yang mendorong kemajuan bagi tunanetra di

Indonesia, Yayasan ini juga melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan

kapasitas lembaga lain, sehingga lembaga-lembaga tersebut makin meningkat

kemampuannya dalam melayani dan memberdayakan tunanetra. Dan dalam

perannya Sebagai sebuah pusat layanan dan pelatihan bagi tunanetra dan

organisasi lain, Yayasan ini hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misi

sebagai berikut:

Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi

Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan

Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya diversifikasi dan

penempatan kerja

Mengembangkan keahlian dan sarana khusus yang dibutuhkan melalui

penelitian

Meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan bagi tunanetra yang

lain dengan menyebarluaskan keahlian serta mendistribusikan produk yang

dihasilkan

Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat inklusi

yang mengakomodir berbagai perbedaan33

.

F. Aspek Hukum Dan Legalitas

Akte Notaris, No. 31/Notaris Agus Majid, Tgl 14 Mei 1991.

Surat izin Dinas Sosial DKI Jakarta No. 387/ ORSOS /1992.

33

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB).

Page 60: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

49

Surat izin BKKKS DKI Jakarta. No. 054/ BKKKS/KU/SK/ DU/IX/1996.

Surat izin Kanwil Depsos DKI Jakarta No. 387/ ORSOS/ 1992

Telah terdaftar Dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No.100 pada

tanggal 14 Desember 2001 sebagai Yayasan yang berbadan hukum34

.

G. Prestasi

Berikut ini adalah Beberapa penghargaan yang telah Mitra Netra raih:

1. Index Award 2000

2. Penghargaan Menteri Sosial Ri Tahun 2003

3. Samsung Digitall Hope 2004

4. Asia Pacific Ngo Awards 2005

5. Samsung Digitall Hope 2005

6. Penghargaan Musium Rekor Indonesia (MURI) tahun 2006

7. Penghargaan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Jakarta tahun 200835

H. Produk-Produk Yayasan Mitra Netra

Sebagai hasilnya, Mitra Netra senantiasa mempersembahkan karya-

karya kreatif itu kepada Negara, dengan menghibahkannya ke seluruh

lembaga yang bekerja di bidang pemberdayaan tunanetra. Berikut ini adalah

uraian tentang karya-karya inovatif Mitra Netra.

1. Mitranetra Braille Converter (MBC)

MBC adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

memproduksi buku Braille. Perangkat lunak ini memiliki kemampuan

untuk:

34

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB). 35

Azham, Ismul. “Laporan Akhir Praktikum 1”. Di Yayasan Mitra Netra 2010

Page 61: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

50

1. Mengubah dokumen teks dalam huruf latin menjadi file dalam huruf

Braille secara otomatis (forward translation). Conversi ini dapat

dilakukan dalam dua bentuk. Conversi grade 1, untuk tulisan penuh

(full writing), dan conversi grade 2 untuk tulisan singkat (tusing) atau

yang juga disebut contraction.

2. Mengubah kembali file berformat huruf Braille menjadi dokumen teks

dalam huruf latin (backward translation)

3. Mengetik symbol Braille secara langsung dengan menggunakan

fasilitas enam tombol bagian tengah pada keyboard komputer, yaitu

tombol A S D F J K ; fasilitas ini disebut "six key mode", dan biasa

digunakan untuk mengetik symbol matematika, kimia, fisika, notasi

Braille, serta arab Braille.

4. Mencetak, baik single copy maupun multi copy

Manfaatnya :

1. Pembuatan buku Braille dapat dilakukan lebih cepat

2. Mereka yang tidak memahami huruf Braille juga dapat membantu -

mengambil bagian dalam proses pembuatan buku Braille, yaitu pada

tahapan pengetikan ulang buku-buku yang akan dicetak menjadi buku

Braille.

3. Distribusi buku Braille dapat dilakukan dalam bentuk file secara on

line, sehingga memangkas biaya pengiriman yang begitu besar. Untuk

diketahui, bentuk buku Braille pada umumnya besar dan tebal, karena

membutuhkan kertas lebih tebal (minimal 120 gram) dan

Page 62: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

51

membutuhkan space lebih banyak, karena ukuran huruf Braille yang

lebih besar dan harus standar (tidak dapat diubah-ubah).

4. Tidak lagi perlu mengimpor software serupa, sehingga dapat

menghemat anggaran negara.

2. Mitranetra Electronic Dictionary (Meldict)

Meldict adalah kamus elektronik Inggris-Indonesia dan

Indonesia-Inggris yang khusus dibuat untuk tunanetra. Meldict dikemas

dalam CD, dan untuk memanfaatkannya, tunanetra harus mengunakan

komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak

pembaca layar.

I. Struktur Organisasi

1. Pembina

Ketua : Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM.

Anggota : Hj. Imas Fatimah, SH

2. Penasehat

Marzuki Usman

3. Pengawas

Drs. Wisnu Sambhoro, M.Si

4. Pengurus

Ketua : H.M.E. Kurnadi

Sekretaris : H. Subarmat

Bendahara : M. Nurizal, SE,MSi

Page 63: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

52

5. EKSEKUTIF

Direktur : Drs. Bambang Basuki

Wakil Direktur : Drs. Irwan Dwi Kustanto36

J. Program Layanan

1. Layanan Perpustakaan

a. Jenis Layanan

1) Peminjaman buku dalam bentuk buku Braille maupun buku bicara

digital kepada anggota perpustakan

2) Mendistribusikan buku bicara digital kepada perpustakaan untuk

tunanetra lain yang telah berafiliasi dengan Mitra Netra

3) Memberikan informasi yang dibutuhkan tunanetra

4) Menyelenggarakan kegiatan belajar bersama dengan nama Mini

Learning Center (MLC), meliputi:

a) English lesson,

b) English conversation club,

c) Diskusi rutin dengan tema tema menarik untuk memperluas

wawasan dan mendukung kemandirian tunanetra,

d) Menulis kreatif.

5) Layanan pemesanan buku, baik pembuatan buku Braille maupun

buku bicara digital

6) Layanan membaca buku diperpustakaan

36

Azham, Ismul. “Laporan Akhir Praktikum 1”. Di Yayasan Mitra Netra 2010

Page 64: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

53

b. Fasilitas Layanan

Ruang perpustakaan

Alat untuk membaca (mendengarkan) buku bicara digital

Tempat untuk membaca/mendengarkan buku

Komputer desktop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar

Buku braille koleksi perpustakaan Mitra Netra

Buku bicara digital koleksi perpustakaan Mitra netra

Loker penyimpanan barang sementara tunanetra beraktivitas di

perpustakaan

Gazebo untuk belajar bersama (MLC)

c. Syarat & Ketentuan Layanan

Layanan peminjaman dan pemesanan buku:

Mendaftar menjadi anggota perpustakan:

Mengisi formulir

Membayar iuran anggota sekali setahun sebesar Rp 10,000

Mentaati peraturan peminjaman buku

Proses pemesanan/pembuatan buku Braille atau buku bicara

digital dapat berlangsung antara 1 hingga 3 bulan, sesuai ketebalan buku.

Layanan pemberian informasi dan membaca buku di perpustakaan

disediakan selama hari kerja.

2. Mini Learning Center

English class : 2 kali seminggu masing-masing 2 jam

English conversation club : sekali seminggu dengan durasi 2 jam

Page 65: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

54

Diskusi : sekurang-kurangnya 2 kali sebulan, dengan durasi minimal 2

jam

Menulis kreatif : sekali seminggu, dengan durasi 2 jam

a. Syarat-syarat Mini learning Center:

Mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan MLC yang diinginkan

Mengikuti sesuai ketentuan yang ditetapkan

3. Layanan Rehabilitasi

a. Latar Belakang

Gangguan penglihatan baik buta total maupun lemah

penglihatan yang dialami seseorang pada umumnya memberikan

dampak, baik secara fisik maupun secara psikologis. Dampak

ketunanetraan ini harus dikurangi seminim mungkin. Dan, layanan

rehabilitasi yang disediakan Mitra Netra pada dasarnya bertujuan

untuk mengurangi dampak ketunanetraan yang dialami, khususnya

dampak psikologis, baik oleh si tunanetra sendiri maupun keluarga

mereka.

b. Jenis Layanan

1. Layanan konseling yang diberikan oleh konselor sesama tunanetra

2. Kelompok dukungan untuk orang tua yang punya anak tunanetra

(parrent supporting group)

3. Supporting group untuk tunanetra sesuai kategori usia mereka;

remaja, dewasa

4. Kunjungan rumah (home visit)

Page 66: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

55

5. Bimbingan karir studi

6. Bimbingan karir pekerjaan tahap awal

c. Fasilitas Layanan

Ruang konseling pribadi

Gazebo untuk supporting group

d. Syarat & Ketentuan Layanan

Datang ke kantor Mitra Netra bertemu konselor

Mengikuti proses setiap tahapan yang ditentukan

4. Layanan Pendampingan Pendidikan

a. Latar Belakang

Tempat belajar yang terbaik bagi tunanetra adalah di sekolah

umum dan perguruan tinggi bersama-sama teman-teman mereka yang

tidak tunanetra, yang dikenal dengan pendidikan inklusif.

Olehkarenanya, jika tidak memiliki disabilitas lainnya, Mitra netra

senantiasa mendorong siswa tunanetra untuk menempuh pendidikan di

sekolah umum hingga ke perguruan tinggi. Agar dapat belajar dengan

lebih mandiri di sekolah umum dan perguruan tinggi, tunanetra

memerlukan layanan pendampingan, yang berupa penyediaan layanan

dan fasilitas khusus yang mereka butuhkan.

b. Jenis Layanan

1. Persiapan pendaftaran sekolah dan perguruan tinggi

2. Pendampingan pendaftaran sekolah dan perguruan tinggi

Page 67: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

56

3. Advokasi jika terjadi penolakan dari sekolah maupun perguruan

tinggi

4. Pendampingan ujian memasuki perguruan tinggi

5. Orientasi lokasi sekolah dan perguruan tinggi

6. Pendampingan belajar dan tutorial

7. Pendampingan ujian

8. Pendampingan saat menyusun skripsi

9. Sosialisasi pendidikan inklusi untuk tunanetra di sekolah dan

perguruan tinggi, baik kepada guru, dosen siswa dan mahasiswa

10. Supporting group (kelompok dukungan) untuk siswa dan

mahasiswa

c. Fasilitas Layanan

Ruang pendampingan belajar

Komputer desktop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layer

untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah

Peminjaman computer laptop untuk mahasiswa yang belum

memiliki sarana sendiri guna memperlancar studi mereka.

Peminjaman alat tulis (riglet/slade dan stylus) serta alat Bantu

mobilitas (tongkat) bagi yang belum memiliki sendiri

Peminjaman tape recorder untuk merekam proses belajar di kelas

bagi yang belum memiliki dan memerlukan.

d. Syarat & Ketentuan Layanan

Datang dan mendaftarkan diri ke kantor Mitra Netra

Page 68: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

57

Mengikuti setiap tahapan yang ditentukan.

5. Layanan Kursus Komputer Bicara

a. Latar Belakang

Sebagai sumber daya manusia, tunanetra juga harus memiliki

ketrampilan-ketrampilan, baik ketrampilan dasar maupun ketrampilan

tambahan, yang diperlukan untuk kemandirian hidup mereka, baik

dalam menjalani hidup sehari-hari, dalam menempuh pendidikan,

maupun dalam bekerja. Untuk itu, Mitra Netra menyelenggarakan

pelatihan komputer bagi tunanetra.

b. Fasilitas Layanan

Materi kursus yang aksesibel untuk tunanetra

Ruang kursus ber-AC berikut sarana yang diperlukan

Komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layer

Scanner

Akses internet

Tempat kursus yang mudah dijangkau dan memiliki fasilitas

pendukung yang lengkap bagi tunanetra

c. Syarat & Ketentuan Layanan

Peserta memiliki kemampuan mengetik 10 jari

Peserta mendaftar langsung ke Yayasan Mitra Netra dengan

mengisi formulir yang telah disediakan

Peserta telah lulus tes mengetik 10 jari yang dilakukan oleh

instruktur

Page 69: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

58

Peserta memiliki komitmen untuk mengikuti kursus hingga selesai

6. Layanan Ketenagakerjaan

a. Latar Belakang

Sebagaimana manusia lainnya, setelah menyelesaikan

pendidikan, tunanetra juga seharusnya bekerja, agar mereka dapat

mandiri secara ekonomi, menjadi manusia yang bermakna di

masyarakat, dan tidak lagi menjadi beban keluarga serta masyarakat.

Melalui program "diversifikasi peluang kerja bagi tunanetra".

b. Jenis Layanan

1. Bimbingan karir pekerjaan lanjutan

2. Pelatihan ketrampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft skill

pre employment training)

3. Magang kerja

4. Promosi tenaga kerja tunanetra ke masyarakat

5. Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan maupun

instansi pemerintah

6. Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama setelah

penempatan kerja

7. Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika tunanetra

memeerlukan untuk magang kerja

c. Fasilitas Layanan

Tempat pelatihan

Page 70: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

59

Komputer laptop

Scanner

Bahan pelatihan kerja (job training) yang dapat dibaca secara

mandiri oleh tunanetra.

d. Syarat & Ketentuan Layanan

Pendidikan minimal SMA atau yang sederajat

Memiliki ketrampilan menggunakan komputer tingkat dasar, yaitu

Ms word dan internet, namun jika peluang pekerjaan

membutuhkan kualifikasi lebih maka persyaratan akan ditambah

sesuai permintaan perusahaan

Memiliki kemauan dan kesungguhan untuk bekerja

Bersedia mengikuti tahapan yang ditetapkan

K. Sejarah Program Buku Bicara (Talking Book)

Di awal masa pendiriannya, hanya ada dua layanan yang disediakan

secara sederhana, akan tetapi dua layanan itu mempunyai fungsi strategis

dan terbukti telah membantu para tunanetra belajar lebih mandiri baik di

sekolah umum dan perguruan tinggi.

1. Produksi Buku Bicara

Buku adalah salah satu pilar penting penyangga pendidikan, dan bagi

tunanetra itu sesuatu yang sangat "mewah", atau bahkan "barang langka".

Semuanya dilakukan dengan cara yang sederhana. Para pengurus

menghimpun kaset-kaset yang berisi rekaman buku yang dibacakan milik

para tunanetra yang tidak lagi dipergunakan proses perekamannya pun

Page 71: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

60

hanya menggunakan tape recorder biasa, bahkan kadang-kadang hanya

tape recorder kecil saja. Misalnya, Mimi Mariani yang pernah belajar di

IKIP Sanatadharma, dan memiliki kaset-kaset yang berisi rekaman buku-

buku referensi yang pernah dipakainya dulu saat kuliah, kemudian

disumbangkan ke Mitra Netra, dengan pemikiran mungkin akan ada

tunanetra yang membutuhkannya. Jika ada buku yang dibutuhkan

tunanetra dan tidak ada atau belum ada di kumpulan kaset-kaset tersebut,

yang para pengurus lakukan adalah mengumpulkan "kaset-kaset bekas"

dari siapapun, lalu membacakan buku yang diperlukan tersebut dan

merekamnya dengan menggunakan tape recorder biasa tidak ada studio,

apalagi alat perekam yang canggih. Jadi, bisa dipastikan bahwa di antara

suara pembaca pada umumnya mereka adalah relawan (volunteer), juga

terdengar suara-suara lain, suara motor, penjual baso atau mie ayam,

mobil, guntur, hujan, dan sebagainya. Tapi, dari buku bicara yang

sederhana itu, Mitra Netra telah melahirkan beberapa sarjana tunanetra37

.

2. Produksi Analog Talking Book (Kaset) dan Digital Talking Book (CD)

di Yayasan Mitra Netra

Analog talking book atau buku bicara yang tradisional adalah sebuah

gambaran/perwakilan dalam bentuk analog dari sebuah cetakan terbitan

atau sebuah buku38

.

37

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15

WIB). 38 www.DAISY.org (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB).

Page 72: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

61

a. Produksi Analog Talking Book (Kaset)

Tujuan penyelenggaraan produksi buku bicara pada awalnya adalah

untuk menyediakan buku yang aksesibel (dapat dijangkau) bagi tunanetra

di Jakarta yang menempuh jalur pendidikan terpadu. Produksi buku bicara

ini diawali dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana, yakni

home-used tape recorder dan kaset-kaset bekas. Komitmen dan dedikasi

yang tinggi yang dirujukkan Yayasan Mitra Netra dalam penyelenggaraan

program ini, menarik perhatian donor agent (lembaga pemberi dana) untuk

memberikan dukungan finansial, sehingga akhirnya Yayasan Mitra Netra

dapat memiliki studio rekaman dengan peralatan yang lebih modern.

Adapun tahap-tahap pembuatan buku bicara yang berbentuk kaset

seperti tersebut dibawah ini.

Tahap pertama, buku-buku yang dibacakan pada saat yang

bersamaan direkam kedalam kaset master. Pada tahap ini, selain

melibatkan staf Yayasan sebagai pembaca, juga melibatkan

relawan pembaca dari kalangan masyarakat luas

Tahap kedua, melakukan koreksi terhadap hasil rekaman tersebut.

Tahap ketiga, melakukan penggandaan kaset sesuai dengan

kebutuhan dan pemberian sampul kaset, selanjutnya siap untuk

digunakan.

Ada pun kelemahan mendasar pada buku bicara yang berbentuk

kaset ini yaitu :

Page 73: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

62

Dari sisi penyimpanan kurang praktis, dimana semakin tebal

halaman sebuah buku, akan semakin banyak kaset yang dibutuhkan

untuk perekaman, sehingga semakin membutuhkan tempat

penyimpanan yang luas. Karena 1 buah kaset 60 menit dapat

merekam 30 halaman buku awas ini pun tergantung pada jenis

huruf dan besar huruf yang dipakai pada buku awas.

Dari sisi penggunaan , tidak midah bagi pengguna untuk mencari

halaman atau bagian tertentu dari buku, karena ia harus menelusuri

halaman atau bagian buku tersebut, misalnya, berada pada kaset ke

berapa dan disisi apa, A atau B.

Dari sisi perawatan, pita kaset sangat mudah rusak karena terkena

debu atau mudah sobek.

b. Produksi Digital Talking Book (DTB)

Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki Analog Talking Book,

maka pada tahun 2002 Yayasan Mitra Netra memprogramkan pembuatan

buku bicara dengan menggunakan teknologi digital yang disebut dengan

digital talking book. Pada tahap awal, produksi digital talking book ini

lebih diprioritaskan untuk buku tebal seperti buku refensi yang biasa

digunakan oleh mahasiswa.

Proses pembuatan digital talking book lebih rumit dibandingkan

analog talking book, karena proses pengolahannya berdasarkan standar

DAISY konsorsium.

Page 74: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

63

Untuk membuat sebuah digital talking book yang memiliki standar

Internasional Yayasan Mitra Netra menjadi anggota dari DAISY

konsorsium. Digital Audio Information System (DAISY) adalah sebuah

konsorsium dunia yang membuat standar mutu dan kualitas isi sebuah

digital talking book.

Bila dibandingkan dengan kaset (analog talking book) kelebihan

digital talking book dalam bentuk CD adalah :

a. Dari sisi penyimpanannya sangat praktis karena berbentuk CD, dan

satu CD memiliki kapasitas antara 30 sampai 50 jam. Buku

berbentuk CD ini sangat cocok untuk buku-buku referensi yang

sangat tebal,

b. Dari sisi penggunaanya lebih mudah, karena memberikan fasilitas

kepada pengguna untuk mencari perhalaman atau per bab, dengan

demikian pengguna dapat langsung membaca halaman atau bab

yang dibutuhkan.

c. Dari sisi harga lebih murah, karena buku setebal kurang lebih 500

halaman cukup dikemas dalam satu CD.

Tahap-tahap pembuatan digital talking book adalah sebagai berikut:

Membuat struktur Buku, yaitu membuat kerangka dasar isi buku.

Untuk membuat kerangka keseluruhan isi buku maka seluruh isi

buku harus diketik ulang.

Setelah sehingga dapat diketahui jumlah halaman setiap bab,

sehingga dapat diketahui bab 1 berada pada halaman sekian.

Page 75: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

64

Sehingga kita dapat jump kehalaman yang kita inginkan dengan

teknologi komputer kita dapat menandai keberadaan bab, sub bab,

dll. Maka tidak hanya suara yang dapat kita dengar namun bagi

tunanetra low vison juga dapat memperbesar tulisan.

Selanjutnya adalah proses perekaman suara yang dilakukan seperti

merekam untuk kaset.

Setelah proses perekaman selesai maka hasilnya dikompresor yaitu

memperkecil hasil rekaman suara sehingga filenya dapat sesuai

dengan saruan kapasitas pada CD.

Menurut DAISY konsorsium ada 6 jenis Digital Talking Book (DTB):

1. DTB yang terdiri secara keseluruhan hanya berisi suara saja

dengan unsur judul sejajar. Ini adalah DTB yang pembuatannya

tidak mempergunakan struktur navigasi

2. DTB yang terdiri dari suara dan mempergunakan pusat navigasi

saja. Tipe ini adalah DTB yang mempergunakan struktur buku

yang terdiri dari dua dimensi, yaitu navigasi secara hirarki dan

navigasi secara urutan halaman buku.

3. DTB yang terdiri dari audio dengan menggunakan pusat navigasi

dan sebagian berisi tulisan/teks. Ini adalah DTB dengaii struktur

buku sebagai gambaran tercantum diatas, sama dengan teks

tambahan. Teks tambahan berisi kata-kata yang menunjukan teks

yang mungkin akan bermanfaat, misalnya: indeks, daftar istilah,

dam lain-lain. Suara dan teks saling menyamakan/bersinkronis.

Page 76: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

65

4. DTB yang terdiri dariaudio dan teks. Ini adalah DTB dengan

struktur, teks, dan suara yang lengkap. Suara dan teks saling

menyamakan.

5. DTB yang terdiri dari audio dan beberapa suara. Ini adalah DTB

dengan struktur, teks yang lengkap, dan suara yang terbatas. DTB

jenis ini biasa digunakan untuk kamus yang hanya berisi pelafalan

suara yang hanya dalain bentuk audio saja.

6. DTB yang berisi teks dan tanpa suara. Ini adalah DTB yang

memiliki pusat navigasi dan struktur teks saja. Tanpa ada suara.

3. Pedoman Membaca Rekaman Buku Yayasan Mitra Netra

Dalam membacakan isi dari buku asli/buku sumber ada sebuah

peraturan atau pedoman membaca rekaman buku yang dibuat oleh

Yayasan Mitra Netra:

1. Bagian Awal Kaset Sisi A

a. Dibacakan data Bibliografis buku sebagaimana tercantum pada

judul buku, seperti: Judulnya, Pengarangnya, Penerbit, tahun terbit,

Jilid, dll.

b. Setelah dlbacakan data Bibliografis, disebutkan: siapa pembaca

naskah buku, tanggal; bulan; dan tahun produksi. Disediakan

tempat untuk menyebutkan jumlah kaset yang dihasilkan dari

perekaman dalam saru judul, yang berbunyi: “Rekaman ini terdiri

dari ......kaset” . (Titik tersebut diisi sesuai jumlah kaset yang

digunakan dalam satu judul setelah buku selesai dibacakan).

Page 77: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

66

c. Selanjumya dibacakan daftar isi (walaupun pada buku, daftar isi

urutannya tidak seperti ketentuan ini). Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam membaca daftar isi adalah pembacaan Bab, Sub

bab,....dst. Misalnya Bab I harus dibaca dengan: “Bab satu

romawi”, berbeda dengan Bab 1 (angka) dibaca “Bab satu” atau

Sub Bab I dibaca: “Sub Bab satu romawi”, dst. Begitu juga

pembaca harus membedakan pembacaan A (huruf A besar)

dengan a (huruf a kecil).

d. Setelah daftar isi, dibacakan isi teks. Untuk memnunjukan bahwa

bacaan teks akan segra dimulai. Ini ditandai atau ditunjukan dengan

latar belakang musik yang lebih pendek dibanding dengan musik

sebelumnya.

2. Bagian Awal Setiap Sisi Kaset Kecuali Kaset Pertama Sisi A

Pada awal bagian setiap sisi kaset, baik sisi A atau sisi B kecuali kaset

pertama sisi A, disebutkan “kaset ke..., sisi...., lanjutan

buku...(judul), jilid...(jika ada), pengarang..., bab..., halaman...”.

3. Bagian Akhir Setiap Sisi Kaset

a. Sisi A

Pada setip akhir sisi A disebutkan “Dilanjutkan ke sisi B,

halaman....”.

Page 78: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

67

b. Sisi B

Pada setiap akhir sisi B disebutkan "Dilanjutkan pada kaset ke

..., sisi A, bab ... halaman...".

4. Bagian-Bagian Buku yang Dibaca

Pada dasarnya seluruh isi buku dibacakan, kecuali indeks. Kata

pengantar dapatdihilangkan jika tidak ada hubungannya dengan

isi/bahsan buku. “Lampiran” juga dapat dipertimbangkan untuk tidak

dibacakan jika terdapat kesulitan atau terlalu banyak untuk direkam.

Untuk itu perlu dikonsultasikan dengan penata baca dan atau

pengguna.

5. Nomor Halaman

Setiap pergantian halaman baru disebutkan nomor halamannya jika

pada pergantian tersebut ada kalimat yang terputus sebelum titik, maka

harus diselesaikan dulu sampai titik, baru menyebutkan: “halaman

1/2/3...dst”.

6. Alinea Baru

Pada setiap alenia baru disebutkan ungkapan: “Alenia baru” atau

dengan tanda lain yaitu berupa bunyi tertentu. Untuk buku-buku yang

penggunaan alineanya terlalu banyak atau tidak proporsional, maka

dapat dipertimbangkan untuk tidak disebutkan ungkapan “alenia

baru”.

7. Tanda Baca

Page 79: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

68

a. Untuk tanda baca hanya tanda kurung, tanda kutip/petik dan garis

miring yang dibaca. Tetapi jika buku tersebut membahas serta

memberi contoh tentang penggunanan tanda baca, maka tanda-

tanda baca tersebut mutlak harus dibacakan.

b. Cara menyebutkan tanda kurung, tanda kutip/petik adalah sebagai

berikut:

Jika kata yang berada di dalam tanda kurung/kutip tersebut

hanya satu kata, maka disebutkan: “Tanda kutip...” atau

“dalam kurung...”.

Jika lebih dari satu kata, maka disebutkan: “kutip buka...kutip

tutup” atau “kurung buka...kurung tutup”.

8. Ungkapan Yang Dicetak Miring, Cetak Tebal dan Garis bawah

b. Apabila di dalam kalimat terdapat kata/frasa yang digaris

bawahi/dicetak tebal/dicetak miring, maka setelah kalimat tersebut

selesai dibacakan, kata/frasa tersebut dibacakan kembali dan diikuti

ungkapan: “Digarisbawahi/dicetak tebal/dicetak miring”.

c. Apabila sebuah kalimat digaris bawahi/dicetak tebal/dicetak

miring, maka kalimat tersebut dibacakan kalimat dan diikuti

ungkapan: “Digarisbawahi/dicetak tebal/dicetak miring”.

d. Apabila sebuah paragraf dicetak/dicetak tebal/dicetak miring, maka

sebelum dibacakan paragraf tersebut disebutkan: “Paragraf

berikui ini dicetak miring/dicetak tebal”.

Page 80: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

69

9. Kata-kata/Nama-nama Asing dan Kata-kata Sukar/Baru

Untuk kata-kata/nama-nama asing yang diperkirakana belun dikenal

konsumen, dieja setelah kalimat yang mengandung kata-kata tersebut

dibacakan.

10. Gambar/Tabel/Diagram/Peta, DLL

Jika terdapat gambar, table, diagram, peta, dan sejenisnya sedapat

mungkin untuk dibacakan, diterjemahkan atau diterangkan secara

singkat dan jelas maksud dan maknanya. Tapi bila sulit diterjemahkan,

dapat dilewatkan (tidak dibacakan) dengan menyebutkan: “Gambar

/Tabel/Diagram/Peta, dsb, nomor ...(bila nomor), pada halaman...

tidak dibacakan”.

11. Penunjukan (Acuan, See Reference)

Jika terdapat penunjukan kata-kata: “Lihat halaman......,.......” atau

“baca bagian................”. maka pembaca diharapkan menggantikan

kalimat penunjukan tersebut dengan kata: “Lihat halaman pada

kaset...... sisi.....”.

12. Footnote (Catatan Kaki)

a. Footnote yang Pendek

Dibacakan langsung setelah kalimat/kata yang diberi tanda footnote

selesai dibacakan dengan menyebutkan: “Footnote pada

kata/kalimat.....” kemudian disebutkan: “Lanjutkan teks”,

kemudian meneruskan bacaan.

Page 81: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

70

b. Footnote yang Panjang

Untuk footenote yang panjang yang dapat mengganggu konsentrasi

pemahaman isi paragrarf, dibacakan setelah paragraph selesai, dengan

menyebutkan: “Footnote pada kalimat/kata .....pada

paragraph diatas”, kemudian diteruskan dengan: “Isi footnote

untuk kata/kalimat...... yaitu...”, kemudian : “Lanjutkan teks”. Jika

di dalam suatu paragraph terdapat lebih dari suatu footnote

panjang, maka footnotenya diberi nomor. Setelah dibacakan kalimat

yang mengandung footnote, disebutkan: “footnote nomor

satu/dua/tiga…..., dst Pada kata/kalimat…….”. Kemudian

diteruskan dengan menyebutkan: “Lanjutan teks” sampai selesai

paragraph. Setelah akhir paragraph disebutkan: “Isi footnote

satu/dua/tiga, dst adalah .....”. Jika anda selesai pada pembacaan isi

footnote yang terakhir, kemudian menyebutkan: “Lanjutan teks”.

Jika di dalam footnote hanya disebutkan keterangan singkat “IBID”,

“OP.CIT”, “LOC. CIT”, maka keterangan tersebut diuraikan

selengkapnya sesuai dengan footnote yang ditunjuk sebelumnya

dengan menyebutkan: “Isi footnote: Ibid/Op.Cit /Loc.Cit, yaitu....”,

kemudian menyebutkan: “Lanjutan teks”

13. Suara, Cara, dan Kecepatan Membaca

Cara membaca naskah dilakukan seperti orang yang sedang bercerita

atau berpidato, tidak terlalu cepat tetapi tidak terlalu lambat. Pada

umumnya agak cepat masih lebih disukai daripada agak lambat. Jika

Page 82: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

71

diberi ukuran, kira-kira 1 (satu) lembar folio denga pengetikan berjarak

2 (dua) spasi memerlukan waktu 2 menit untuk membacanya.

Hendaknya digunakan artikulasi yang baik, suara tidak ditelan atau

diseret, tidak pula terlalu ditegaskan secara berlebih-lebihan kata

perkata sehingga terputus-putus seperti anak belajar membaca.

Sebaiknya dihindarkan suara yang menurun atau menghilang diujung

kalimat. Intonasi bacaan hendaknya disesuaikan dengan tanda baca

yang ada. Pemenggalan kalimat disesuaikan denga frasa atau

pengertian dari ungkapan bacaan.

L. Penggalangan Dana

Penggalangan dana Yayasan adalah hasil sumbangan dari donatur baik

donatur yang tetap maupun spontanitas. Penggalangan dana adalah melaui

teledonasi dan transfer atau bisa langsung menyampaikan ke Yayasan

Mitra Netra. Selain itu Yayasan Mitra Netra juga memiliki upaya lain

yaitu pengumpulan dana melalui celengan. Yang mana celengan itu

dibagikan ke tiap-tiap tunanetra di Mitra Netra dan hasil dari celengan itu

akan digunakan kembali untuk kebutuhan tunanetra itu sendiri dan sarana-

sarana penunjang lain di Yayasan Mitra Netra. Selain tunanetra

masyarakat diluar lembaga juga bisa berpartisipasi untuk mengisi celengan

Mitra Netra ini.

Page 83: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

72

BAB IV

HASIL EVALUASI

A. Evaluasi Pelaksanaan Program

Minimnya fasilitas di sekolah-sekolah regular merupakan faktor dilahirkan

program Buku Bicara di Yayasan Mitra Netra. Terutama bagi tunanetra yang

tidak memiliki fasilitas di rumah atau dalam kategori kurang mampu. Maka

program ini lahir untuk mendampingi siswa-siswi tunanetra dalam menunjang

prestasi belajar di sekolah reguler. Sekolah belum menyediakan layanan

khusus untuk kebutuhan tunanetra dalam pendidikan. Untuk itu tunetra

memerlukan alat bantu yang bisa mereka temukan di luar sekolah. Seperti

program buku bicara yang disediakan di Yayasan Mitra Netra.

Informan menjelaskan:

“ Tujuan didirikan Mitra Netra adalah untuk membantu dan

mendampingi tunanetra untuk mencapai program pemerintah

tentang pendidikan inklusif. Tentunya semua program yang ada di

Yayasan Mitra Netra memiliki tujuan yang sama meski masih ada

tujuan lain. Menurut saya program Talking Book ini adalah salah

satu dari program-program layanan Mitra Netra lain yang

membantu menunjang pendidikan untuk tunanetra. Akan tetapi

perlu dipahami bahwa program Buku Bicara ini merupakan

program yang telah ada sejak awal berdirinya Yayasan Mitra

Netra sudah pasti perannya lebih banyak untuk tunanetra terutama

dalam pendidikan inklusif itu “.39

Dengan perencanaannya Program Buku Bicara ini dilahirkan dengan

tujuan mendampingi tunanetra dalam pendidikan Inklusif. Dengan bantuan

Program Buku Bicara ini tunanetra tidak mendapat kesulitan dalam mengikuti

39

Irwan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, selasa 12 April. Pukul 11.25 WIB

72

Page 84: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

73

pelajaran di kelas karena buku bacaan yang digunakan di sekolah hanya dapat

mereka dengar 1 kali yaitu ketika jam pelajaran saja. Di luar sekolah mereka

harus membutuhkan bantuan dari teman atau orang lain untuk membacakan

ulang buku pelajaran itu, dan itu juga jika ada yang bersedia. Yayasan Mitra

Netra dengan program Buku Bicara ini dilahirkan untuk mendampingi

tunanetra agar dapat mengakses buku-buku pelajaran sekolah yang meraka

butuhkan untuk dibaca dan dipelajari ulang di luar sekolah dengan format

yang lebih praktis dan efisien.

Informan menyatakan:

“saya membutuhkan bantuan belajar di luar sekolah karena

sekolah saya belum menyediakan layanan khusus untuk murid-

murid seperti saya.40

Buku Bicara juga dibuat untuk memberikan wawasan keilmuan lain di luar

sekolah seperti buku-buku bacaan dan buku-buku cerita yang best saler.

Program ini diharapkan bisa memberikan informasi lebih banyak lagi untuk

tunanetra selain tujuan pokoknya mendampingi tunanetra dalam pendidikan

inklusif di sekolah-sekolah regular.

Informan menyatakan:

“ Saya sudah menggunakan layanan Program Buku Bicara

sejak tahun 2009, menurut saya program ini sangat membantu

tunanetra terutama yang bersekolah. Sebelumnya saya kesulitan

untuk mengakses buku pelajaran dari sekolah. Setelah

menggunakan layanan program Buku Bicara di Mitra Netra saya

dapat mengulang-ulang pelajaran sekolah tanpa harus mencari

dan menunggu pendamping yang membacakan. Selain itu saya

juga memanfaatkan fasilitas layanan Program Buku Bicara untuk

40

Senna Rusli, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Kamis 07 April 2011. Pukul 13.35

WIB

Page 85: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

74

membaca buku-buku lain di luar sekolah yang dikoleksi oleh

perpustakaan yayasan”. 41

Keberadaan Buku Bicara di Mitra Netra sejak awal telah memberikan

peran terhadap pendidikan tunanetra terutama bagi siswa-siswi. Selain dapat

mengikuti pelajaran di sekolah, tunanetra juga dapat memanfaatkan fasilitas

pelayanan Program Buku Bicara untuk mendapatkan informasi dan wawasan

yang lebih luas. Buku Bicara hadir untuk menjawab pertanyaan tunanetra

terhadap kebutuhan mereka dalam mengakses dunia pendidikan. Mitra Netra

menjadikan DTB ini sebagai Buku Masa Depan seperti yang dinyatakan oleh

informan menyatakan:

“ Sejak awal berdirinya Yayasan Mitra Netra, bahkan Talking

Book masih dengan format analog yaitu dalam bentuk kaset tape

recording ini telah menemani kami dalam melayani tunanetra.

Sangat banyak kelebihan Buku Bicara ini. Sekarang dengan format

digital yang dimuat dalam kepingan CD menjadi lebih

memudahkan tunanetra. Di antara kelebihannya: 1. Hemat

penyimpanan, 2. Hemat biaya, 3. Lebih mudah dibawa, 4. Lebih

mudah mengorientasikan, 5. Lebih mempermudah belajar. Untuk

itu saya menyebutnya Buku Masa Depan untuk tunanetra ”.42

Hingga saat ini Yayasan Mitra Netra melalui program Buku Bicara ini

masih menunjukkan eksistensinya. menjadi pelopor dan satu-satunya lembaga

yang aktif dalam pengoperasian program dan Produksi Buku Bicara DTB di

Indonesia.

Yang menjadi sasaran dari program Buku Bicara ini adalah siswa dan

siswi tunanetra yang belajar di sekolah reguler yang memerlukan bantuan

41

Senna Rusli, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Kamis 07 April 2011. Pukul 13.50

WIB 42

Irwan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Selasa 12 April 2011. Pukul 11.25 WIB

Page 86: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

75

fasilitas belajar. Terutama siswa-siswi tunanetra yang kurang mampu dan

juga tidak memiliki fasilitas belajar di rumah.

Informan menyatakan:

“ Yang menjadi sasaran program ini adalah siswa dan siswi

sekolah, yang mana mereka memerlukan bantuan khusus untuk

mengakses buku-buku pelajaran. Jika saja bukan dengan Talking

Book para pelajar akan membutuhkan waktu yang lama untuk

menunggu pembuatan buku dalam format Braille ”.43

Tujuan program Buku Bicara ini adalah mendampingi dan membantu

tunanetra untuk menunjang prestasi dan sampai kepada pendidikan inklusif.

Memberikan pelayanan pendidikan terbaik untuk tunanetra.

Informan menyatakan:

“ Tujuan didirikan Mitra Netra adalah untuk membantu dan

mendampingi tunanetra untuk mencapai program pemerintah

tentang pendidikan inklusif. Tentunya semua program yang ada di

Yayasan Mitra Netra memiliki tujuan yang sama meski masih ada

tujuan lain. Menurut saya program Talking Book ini adalah salah

satu dari program-program layanan Mitra Netra lain yang

membantu menunjang pendidikan untuk tunanetra. Akan tetapi

perlu dipahami bahwa program Buku Bicara ini merupakan

program yang telah ada sejak awal berdirinya Yayasan Mitra

Netra sudah pasti perannya lebih banyak untuk tunanetra terutama

dalam pendidikan inklusif itu ”.44

Informan menyatakan:

“ Kalau saja saya tidak gunakan DTB mungkin saya harus

terus bergantung kepada orang lain untuk mendampingi dan

membacakan buku pelajaran saya ”.45

Selain itu Buku Bicara juga bertujuan untuk memberikan akses kepada

tunanetra dalam informasi-informasi lain dan perkembangan wawasan di luar

pengetahuan di sekolah. Yaitu agar pada waktu senggang dan hari-hari libur

43

Firdaus, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Rabu 06 April 2011. Pukul 09.45 WIB 44

Irwan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Selasa 12 April 2011. Pukul 11.25 WIB 45

Fajar, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Rabu 13 April 2011. Pukul 15.00 WIB

Page 87: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

76

sekolah tunanetra tetap beraktifitas untuk mengembangkan pengetahuan atau

hanya sekedar untuk melepas penat dengan membaca buku-buku novel, kisah-

kisah, buku-buku motivasi yang ada dalam koleksi perpustakaan Yayasan

Mitra Netra.

Informan menyatakan:

“ Kalau hari libur saya juga gunakan DTB untuk membaca

buku-buku koleksi perpustakaan, buku-buku terbaru bahkan saya

pernah meminjam buku cerita Harry Potter jilid 1 sampai dengan

jilid 7 untuk dibawa pulang dan dibaca di rumah ”.46

Secara konteks, program Buku Bicara memiliki tujuan yang tepat karena

dengan fasilitas pelayanan yang diberikan mampu menjawab kebutuhan

tunanetra terutama yang sekolah di sekolah-sekolah regular. Secara konteks

Program Buku Bicara di Yayasan Mitra Netra ini telah menunjukkan satu

perencanaan yang optimal untuk pencapaian tujuannya. Klien yang

menggunakan layanan program merasakan manfaatnya dan hal itu juga

dipertegas oleh pihak yayasan yang menjadi penanggung jawab dari program

Buku Bicara ini.

1. Fasilitas Program Buku Bicara

a. Studio Recording

Mitra Netra menyediakan 3 buah studio rekam untuk Program Buku

Bicara ini yang berada di ruang perpustakaan yayasan. Ruang studio sangat

sederhana karena harus beradaptasi dengan ruang perpustakaan sehingga

terlihat kurang kondusif. Studio rekam sangat mempengaruhi kualitas dari

46

Senna Rusli, Yayasan Mitra Netra. wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 13.50 WIB

Page 88: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

77

hasil produk dari program buku bicara itu sendiri karena hasil rekam audio

itulah yang merupakan isi dari buku itu.

b. SDM Yang Dimiliki

Dalam mengoperasikan fasilitas program memerlukan sumber daya

manusia untuk menunjang program secara operasional. Diantara

SDM yang dimiliki program buku bicara ini adalah:

Pengisi Suara

Pengisi suara merupakan seorang petugas yang memiliki tugas

sebagai pembaca buku yang direkam di studio rekam. Bacaan

seorang pengisi suara direkam yang kemudian akan menjadi isi

dari buku bicara itu. Jumlah pengisi suara pada program ini adalah

5 orang.

Editor

Merupakan seorang petugas yang berada di ruang editor yang

memiliki tugas merangkum hasil rekaman suara dari ruang rekam

yang kemudian diedit. Hasil rekaman suara yang diedit kemudian

dirangkum kedalam sebuah CD dengan menggunakan format

DAISY. Dalam tugas editor ini juga berperan beberapa orang dari

petugas pengisi suara.

Informan menjelaskan:

” Selama ini belum ada kendala keterlambatan dalam

pembuatan. Program ini hanya memiliki 5 orang tenaga pembaca

dan 2 buah studio rekam. 3 diantara orang-orang ini adalah bukan

pekerja tetap. Mereka membaca sekaligus menjadi editor juga.

Mereka membutuhkan waktu 1 jam setengah untuk untuk

membacakan buku lalu kemudian istirahat dan setelah itu

Page 89: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

78

melanjutkannya lagi. Untuk antrian yang tidak terlalu padat SDM

yang ada sudah cukup, mungkin jika ada sebuah proyek besar itu

yang akan memerlukan tambahan tenaga bahkan penambahan

fasilitas studio rekam ”.47

Penanggung Jawab Penelitian dan Pengembangan

Penanggung Jawab Produksi

Staff Bidang Pelayanan dan Pendampingan

e. Victor Reader ClassicX + 3.3

Ada 3 buah alat jenis ini di Mitra Netra. Sedangkan 2 buah lainnya adalah

merk PlexTalk buatan Jepang. Buatan jepang ini sudah tidak digunakan karena

modenya agak lebih rumit dibanding dengan Victor Reader. Alat ini

didapatkan melalui Proyek Daisy For All (DFA) yang dilaksanakan di

Indonesia pada tahun 2005 yaitu dalam program sosialisasi Daisy di Asia

Tenggara. Mitra Netra menjadi lokomotif Indonesia waktu itu dan

mengirimkan 5 orang anggota yang pendanaannya disediakan oleh

penyelenggara. Mita Netra dihadiahkan 3 buah Victor Reader.

Victor Reader ini merupakan sebuah alat pemutar dalam bentuk HardWare

yang didatangkan dari Kanada. Victor Reader didisain untuk bacaan waktu

luang seperti novel, majalah, dan sebagainya. Dengan fungsi-fungsi

penggunaan yang sederhana, kita dapat memeriksa daftar isi, menuju ke bab,

atau kembali ke suatu bookmark .48

47

Endah, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 09.30.WIB 48

BUKU PANDUAN PENGGUNAAN Victor Reader ClassicX + 3.3, Edisi Terjemah

Bahasa Indonesia (Yayasan Mitra Netra, 2011). h. 5.

Page 90: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

79

a. Cara Penggunaan Victor Reader

1. Menghidupkan Victor Reader

Hidupkan Victor Reader dengan menekan tombol Power yang terletak di

atas tombol Eject di bagian permukaan player lalu akan terdengar suara

bip dan pesan selamat datang.

2. Memasukkan dan Memutar Buku

Masukkan CD ke dalam slot yang terletak di sisi depan player.

Lalu pelan-pelan dorong CD ke depan. Mekanisme dorong pada

alat ini akan mengambil alih dan secara otomatis memasukkan CD.

Setelah beberapa detik player akan menyuarakan judul buku.

Untuk memutar buku, tekan tombol Play/Stop. Jika secara tidak

sengaja memasang CD terbalik maka CD akan keluar secara

otomatis dalam 15 detik tanpa kerusakan. Kita dapat menyesuaikan

Tone, Volume dan Sped dengan menekan tombol-tombol ke atas

dank e bawah. Tombol-tombol itu terletak di bagian atas tengah

bagian depan alat.

Untuk pindah ke belakang atau ke depan dengan kecepatan tinggi,

tekan dan tahan tombol Rewind atau Fast-Forward sampai pada

bagian yang diinginkan, kemudian lepaskan. Lalu kecepatan

selanjutnya akan kembali normal.

Pause/Jeda pada saat membaca. Tekan tombol Play/Stop untuk

jeda dan untuk melanjutkan kembali bacaan lalu tekan tombol

Play/Stop lagi. Jika player tidak terhubung dengan stop kontak,

Page 91: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

80

atau jika ada pada mode pause yang lebih dari 30 menit maka

player akan mati secara otomatis untuk menghemat batrei.

3. Mengakhiri membaca

Untuk mengakhiri sesi membaca, matikan player dengan menekan dan

menahan tombol Power. Victor Reader secara otomatis akan mengingat

posisi terakhir dalam buku guna jika ingin melanjutkan sesi membaca

kembali.

4. Mengeluarkan CD

Untuk mengeluarkan CD, tekan tombol Eject. Victor Reader akan

menyuarakan Eject dan setelah beberapa detik mekanisme motoris akan

secara pelan-pelan mengeluarkan CD dari slot.

5. Penjelasan Fungsi-Fungsi Tombol Numerik Pada Victor Reader pada

Gambar 1 Berikut:

Gambar 1. Tombol Victor Reader

1 Bookshelf

2 Navigation

Element

3 History

5 Where am I

9 7 Menu

* Cancel

0 Info

# Confirm

8 Navigation

Element

6

Forward

4 Back

Page 92: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

81

a. 1 : Rak Buku

Tombol ini digunakan untuk mengakses rak buku yaitu Victor Reader

akan menyuarakan jumlah buku pada CD dan judul buku.

b. 2, 4, 6, 8 : Tombol-Tombol Navigasi

Tombol-tombol ini merupakan tombol navigasi yang memungkinkan

untuk dengan mudah berpindah dari satu elemen struktur ( disebut juga

level navigasi ) ke lainnya untuk dengan cepat menemukan informasi yang

diinginkan. Tombol ini juga memungkinkan pengguna untuk bernavigasi

dari bab, sub-bab, halaman, lompat waktu, paragraph, atau elemen index

apapun yang dibuat oleh produsen buku.

Tombol 2 dan 8 untuk memilih level navigasi. Biasanya berbeda

masing-masing buku, namun umumnya level 1 berarti bab, level 2

berarti sub-bab, level 3 berarti sub-sub bab dan seterusnya.

Tombol 4 dan 6 untuk berpindah dari elemen yang dipilih ke

elemen terdahulu atau berikutnya.

c. 3 : Tombol Terdahulu

Tombol ini memungkinkan secara cepat untuk kembali ke posisi

sebelumnya. Alat ini mampu mengingat sampai maksimal 5 kegiatan (

navigasi ke satu halaman, bookmark ). Buku terdahulu akan terhapus jika

berganti buku. Setelah menekan tombol 3 lalu gunakan tombol 4 dan 6

untuk berpindah dari satu elemen ke elemen berikutnya.

Page 93: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

82

d. 5 : Tombol Where am I?

Ketika ditekan tombol ini akan memberitahukan di mana posisi kita tanpa

menghentikan proses membaca. Lalu alat ini akan menyuarakan halamn,

Bab, dan judul buku yang sedang dibacakan.

e. 0 : Tombol Info

Tombol ini akan memberikan akses langsung ke berbagai informasi.

Terdapat dua cara untuk mengakses informasi yang diinginkan.

Akan menampilkan daftar item-item yang tersedia

Dilanjutkan dengan menekan tombol 4 atau 6 untuk berpindah

dari satu item ke lainnya.

Untuk cancel tekan tombol star ( * )

Kita juga dapat menekan dan menahan tombol Info ini untuk

mengaktifkan mode tombol penjelasan.

f. (#) dan (*) : Tombol Pagar dan Bintang

Tombol pagar memungkinkan untuk mengkonfirmasi operasi. Tombol

bintang memungkinkan untuk melakukan cancel operasi.

g. 9 : Tombol ini adalah tombol tanpa fungsi

b. Kelemahan Victor Reader

Sama dengan teknologi ciptaan manusia lain, alat ini juga memiliki

kelemahan yaitu rentan rusak pada slot pemutar CD karena kelamaan

digunakan maka pita pada pemutar akan tipis dan jika itu terjadi maka alat itu

sudah tidak akan mampu membaca CD yang diputarkan.

Informan menjelaskan:

Page 94: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

83

“ Ada beberapa kendala pada alat Victor Reader ini, yang

pertama alat yang didatangkan dari kanada ini sangat susah untuk

mencari sparepartnya, kedua lama kelamaan dipakai optik pada

CD Roomnya akan lemah, namanya juga barang digunakan

nonstop. Ketiga jika terjadi kerusakan itu kami harus mengganti

dengan CD Room laptop dan itupun tidak semua bisa dipakai,

harus dipilih lagi. Umur CD Room aslinya ini sekitar 3 tahun saja.

Hanya itu saja kendala dari alat ini. Kalau sparepart tersedia,

kami bisa service sendiri karena elemennya tidak sulit. “ 49

c. Kemudahan Victor Reader

Dengan sumber tenaga yang bisa di akses dengan daya listrik dan batrei

membuat alat ini sangat efisien dan dapat digunakan dimana saja. Untuk

pemutar dengan tenaga batrei yang ada pada alat ini bisa dilakukan pemutaran

CD hingga 500 kali pemutaran. Daya tahan batreinya itu sekitar 5 tahun.

Batrei jenis A2 sebanyak 6 buah.

f. Komputer Dengan Format Daisy

Selain Victor Reader, perpustakaan juga memiliki fasilitas lain untuk

mendukung program Talking Book ini. Yaitu alat pemutar buku dalam jenis

software. Alat ini adalah berupa komputer yang sudah di instalisasi program

Daisy yaitu bisa memutarkan CD dan digunakan seperti menggunakan Victor

Reader. Ada 3 komputer di ruang perpustakaan akan tetapi ini hanya bisa

digunakan pada komputer yang telah diinstal dengan program Daisy. Jika

tidak pemutaran hanya akan dapat didengar seperti pemutaran musik pada

MP3 biasa. Dan itu juga hanya bisa di gunakan oleh tunanetra yang sudah

mahir menggunakan komputer.

49

Firdaus, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Rabu, 06 April 2011. Pukul 09.45 WIB

Page 95: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

84

Bagian LitBang pada program Talking Book ini kemudian

mengembangkan teknologi alat pemutar untuk Talking Book. Yaitu membuat

format Daisy untuk telepon genggam. Pada standardnya CD bisa diputar

dengan alat putar pada umumnya seperti DVD Player, Discman dan lain-lain

akan tetapi untuk format Daisy dibutuhkan untuk mempermudah tunanetra

dalam mengakses buku bacaan seperti orang awas membaca buku.

Informan menjelaskan:

“ Selain Victor Reader, tunanetra juga dapat menggunakan

komputer yang diinstall format Daisy. Akan tetapi karena masih

banyak pembaca yang tidak tahu komputer maka kami sedang

mengembangkan teknologi untuk mengakses Buku Bicara ke dalam

handphone. Karena tunanetra sekarang lebih mahir menggunakan

handphone dari pada laptop atau komputer. Selain gampang

dibawa, handphone sekarang sudah menggunakan teknologi yang

sangat canggih. Bisa mengakses berbagai bidang. Bisa saya

katakan orang lebih mau membeli handphone yang harganya 5

juta dari pada harus membeli laptop harga 3 juta “.50

2. Pelayanan Program

Untuk pembuatan buku klien harus melalui pelayanan perpustakaan karena

layanan program termasuk dalam salah satu pelayanan di perpustakaan

Yayasan Mitra Netra. Klien akan melalui prosedur perpustakaan yakni dimulai

dengan mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan Mitra Netra.

Informan menjelaskan:

“ Untuk mengakses pelayanan program DTB klien yang

berkepentingan terlebih dahulu mendaftar sebagai anggota pada

perpustakaan Mitra Netra yaitu dengan membayar iuran

pendaftaran Rp. 10.000 dan jika ingin melanjutkan atau

memperpanjang keanggotaan maka tiap 1 tahun sekali membayar

50

Nur Ichsan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB

Page 96: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

85

iuran dengan nominal yang sama. Tidak susah karena kami tidak

menggunakan kartu member “.51

Disini terlihat bahwa proses pelayanan untuk program Buku Bicara ini

adalah sangat memudahkan tunanetra untuk mengakses dan dapat

menggunakan fasilitas program.

Informan menyatakan:

“ Untuk mengakses program ini tidak susah karena program

ini ada di perpustakaan. Selain lokasi yang masih dalam lingkup

yayasan, staff perpustakaan juga mendampingi yunanetra yang

memerlukan dampingan dengan baik. Terutama klien pengguna

layanan program DTB. Mereka akan mendapat informasi yang

lengkap dari staff perpustakaan “.52

a. Proses Pembuatan Buku Bicara

Ada beberapa tahapan untuk proses pembuatan DTB yaitu:

1. Klien menyerahkan buku yang akan dibuat

Pada tahap ini buku akan dimasukkan dalam daftar buku masuk di

perpustakaan Mitra Netra. Pada buku entri ini dicantumkan nama pengaju,

tanggal masuk, judul buku, penerbit, terbitan tahun, halaman dan nomor

antrian. Seperti terlihat pada tabel 3 berikut:

51

Endah, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 09.30.WIB 52

Senna Rusli, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 13.50

WIB

Page 97: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

86

Table 3. Buku Registrasi

BUKU MASUK

Format ini dirancang oleh Kepala Bagian Produksi dan Perpustakaan. Format

dibuat untuk komputer. Yang diharapkan akan lebih memudahkan dalam

menyimpan dan mencari data. Karena jika terus menggunakan cara yang lama

yaitu catatan dalam buku maka akan menjadi sulit karena jika buku itu sudah

menumpuk banyak maka akan menyulitkan untuk mencari data.

2. Buku yang sudah di data kemudian diletakkan pada Rak Buku Belum

Dibaca

Pada tahap ini buku akan ditempel tanda “BDB” (buku belum dibaca).

Pada tahap ini juga buku telah masuk pada antrian untuk dibacakan oleh

pengisi suara dalam studio recording. Buku dibacakan oleh pengisi suara

sesuai dengan nomor antrian masuk buku.

3. Data recording kemudian diserahkan ke bagian Editor

Pada tahap ini data recording yang telah diisi suara oleh pengisi suara

diedit dan disetting ke dalam format Daisy oleh editor di Ruang Litbang.

PENGAJU :

TGL MASUK :

JUDUL BUKU :

PENGARANG :

PENERBIT :

TAHUN :

HALAMAN :

Page 98: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

87

Informan menjelaskan:

“ Data yang sudah direkam kemudian diedit dalam format

Daisy yaitu menggunakan program Sigtuna untuk membuat

struktur dan menggunakan program Sound Force atau Adoube

Edition untuk editan suara. Untuk DTB ini kami gunakan jenis

Daisy Table Of Content Only artinya format yang hanya memuat

data dalam bentuk suara saja tidak menambah dengan teks lain

karena jika dengan teks tentunya akan menambah biaya lagi untuk

membayar jasa pengetikan. Sedangkan untuk format audio sendiri

kami gunakan MP3 dengan kapasitas 128 kbps, karna filenya lebih

kecil 1/3 dibandingkan dengan WAV. Sedangkan untuk isi CD kami

buat 1 judul saja dalam 1 CD guna mempermudah dalam

penyimpanan ” .53

4. Hasil Edit dimasukkan pada rak Buku Jadi

Pada tahap ini hasil edit dibuat dalam dua Copy yaitu 1 untuk master yang

akan diperbanyak dan 1 untuk dipinjamkan dan jadi koleksi perputakaan. Pada

tahap ini juga buku diserahkan kembali pada bagian produksi untuk

diperbanyak dan disebarkan.

5. Tahap Produksi

Pada tahap ini dilakukan perbanyakan yaitu CD master di copy pada CDR.

Lalu CD diberi lable judul, pengarang, penerbit dan kategori. Untuk Produksi

sendiri perpustakaan Mitra Netra mampu menghasilkan 25-75 judul/bulannya

dan 14 ribu keeping CD/tahunnya.

6. Prosedur dan Jadwal Pelaksanaan Program

Untuk prosedur program adalah mengikuti jadwal dan prosedur

operasional perpustakaan. Selama perpustakaan beroperasi maka layanan

program buku bicara dapat dimanfaatkan oleh klien. Klien biasanya

53

Nur Ichsan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB

Page 99: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

88

memanfaatkan fasilitas program ini setelah selesai jam sekolah dan

kampus dan bahkan di hari libur.

Informan Menyatakan:

“ Biasanya saya ke perpustakaan setelah pulang dari sekolah,

kalau ada buku yang ingin dibuatkan untuk dibaca atau mengambil buku

yang sudah jadi. Kalau hari libur kadang juga saya ke perpustakaan untuk

sekedar baca-baca komik dan buku-buku lainnya.”54

7. Pengembangan Teknologi Program

Dari awalnya Talking Book dalam bentuk analog (kaset) kemudian

bertahap YMN khususnya bagian Litbang menambah fasilitas dan mengganti

komposisi analog dengan komponen yang lebih praktis yaitu Talking Book

dalam format Digital Talking Book (DTB). Format penyimpanan data yang

sebelumnya dalam bentuk kaset, kini ditransformasikan ke dalam kepingan

CD. YMN juga memfasilitasi alat pemutar atau player DTB ini dengan

fasilitas yang lebih canggih dari sebelumnya.

Informan menyatakan:

“ Kami akan terus mengembangkan teknologi untuk program

DTB ini agar tunanetra akan semakin mudah menggunakan

program dan pada akhirnya akan terus membantu memenuhi

kebutuhan yang diinginkan tunanetra. Pengalihan dari analog

menjadi Digital ini dimulai dari setelah 1 tahun saya di bagian

Litbang tepatnya pada tahun 1998 pada waktu itu kami baru

mengenal DTB, kemudian tahun 2005/2006 baru DTB di

realisasikan di YMN melalui program sosialisasi Daisy dan pada

waktu itu YMN menjadi member dalam Daisy Consortium dan

program Daisy Far All yang diselenggarakan di tingkat asia

tenggara. Dari situ kami dihadiahkan 5 buah player, 2 Plextalk

dan 3 buah Victor Raeder. Semua merupakan alat pemutar CD

dengan format standard Daisy “.55

54

Senna Rusli, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 13.50

WIB 55

Nur Ichsan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB

Page 100: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

89

8. Pengembangan Produksi

Selain untuk tunanetra di Yayasan Mitra Netra, produksi DTB juga disebar

ke berbagai daerah di nusantara. Ada 55 kota besar se Indonesia yang menjadi

target penyebaran kepingan CD ini. Selain memberikan CD, YMN juga

memberikan player atau alat putarnya. Hal itu terus diupayakan di setiap

tahunnya. Upaya ini dilakukan untuk mengenalkan program Talking Book

pada lembaga-lembaga yang belum mengetahui banyak tentang program itu.

Selain itu YMN juga membantu dan membina lembaga-lembaga yang mau

menjalankan program ini di tempat mereka.

Informan menyatakan:

“ Selain koleksi dibuat untuk dibaca di perpustakaan Mitra

Netra, kami juga menyebar Buku di beberapa kota di Indonesia,

selama ini ada beberapa kota yang menjadi target kami yaitu

dimulai dari pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT,

NTB, sampai manado. Di pulau jawa yang terbanyak. Memang

masih belum merata tapi itu akan terus diupayakan dalam tiap

tahunnya selama kami masih memiliki biaya “.56

B. Hambatan-Hambatan

Dalam setiap pelaksanaan tidak akan pernah terlepas dari halangan dan

hambatan. Akan tetapi bagaimana manajemen suatau program mampu

membaca situasi dan dapat membuat satu keputusan untuk mengantisipasi

hambatan itu. Program Buku Bicara di Yayasan Mitra Netra merupakan

program yang telah lahir dari awal berdiri yayasan ini.

56

Informan Firdaus, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Rabu, 13 April 2011. Pukul 11.00

WIB

Page 101: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

90

Sebelumnya, semua dilakukan dengan cara yang sederhana. Para pengurus

menghimpun kaset-kaset yang berisi rekaman buku yang dibacakan milik para

tunanetra yang tidak lagi dipergunakan proses perekamannya pun hanya

menggunakan tape recorder biasa, bahkan kadang-kadang hanya tape recorder

kecil saja.

Jika ada buku yang dibutuhkan tunanetra dan tidak ada atau belum ada di

kumpulan kaset-kaset tersebut, yang para pengurus lakukan adalah

mengumpulkan "kaset-kaset bekas" dari siapapun, lalu membacakan buku

yang diperlukan tersebut dan merekamnya dengan menggunakan tape

recorder biasa tidak ada studio, apalagi alat perekam yang canggih. Jadi, bisa

dipastikan bahwa di antara suara pembaca pada umumnya mereka adalah

relawan (volunteer), juga terdengar suara-suara lain, suara motor, penjual baso

atau mie ayam, mobil, guntur, hujan, dan sebagainya.57

Informan Menjelaskan:

” Dibandingkan sekarang, format Tape Recording jauh lebih

memiliki kendala. Yang mana mitra harus mencari sumbangan

kaset-kaset bekas dari kampus-kampus dan masyarakat yang

bersedia untuk membantu fasilitas program.”58

Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki Analog Talking Book,

maka pada tahun 2002 Yayasan Mitra Netra memprogramkan pembuatan

buku bicara dengan menggunakan teknologi digital yang disebut dengan

digital talking book. Pada tahap awal, produksi digital talking book ini

57

Data update 2011. www.mitranetra.or.id (Diakses pada: 13 Mei 2001, pukul: 13.15

WIB). 58

Irwan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara, Selasa 12 April 2011. Pukul 11.25 WIB

Page 102: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

91

lebih diprioritaskan untuk buku tebal seperti buku refensi yang biasa

digunakan oleh mahasiswa.

Pada dasarnya jika dilihat dari segi proses pembuatannya, digital

talking book lebih rumit dibandingkan analog talking book, karena proses

pengolahan digital talking book harus berdasarkan standar DAISY

konsorsium. Namun dri segai kualitas hasil, format digital jauh lebih

memuaskan dan sangat memudahkan. Untuk itu Mitra Netra bergabung

dengan asosiasi konsorsium dunia.

Informan Menjelaskan:

“Untuk membuat sebuah digital talking book yang memiliki standar

Internasional Yayasan Mitra Netra menjadi anggota dari DAISY

konsorsium. Digital Audio Information System (DAISY) adalah sebuah

konsorsium dunia yang membuat standar mutu dan kualitas isi sebuah

digital talking book.”59

kelebihan digital talking book adalah :

a. Dari sisi penyimpanannya sangat praktis karena berbentuk CD, dan

satu CD memiliki kapasitas antara 30 sampai 50 jam. Buku

berbentuk CD ini sangat cocok untuk buku-buku referensi yang

sangat tebal,

b. Dari sisi penggunaanya lebih mudah, karena memberikan fasilitas

kepada pengguna untuk mencari perhalaman atau per bab, dengan

demikian pengguna dapat langsung membaca halaman atau bab

yang dibutuhkan.

59 Nur Ichsan, Yayasan Mitra Netra. Wawancara Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB

Page 103: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

92

c. Dari sisi harga lebih murah, karena buku setebal kurang lebih 500

halaman cukup dikemas dalam satu CD.

Page 104: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

93

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Program buku bicara merupakan program pelopor yayasan mitra netra

yang memiliki visi dan misi untuk pendidikan inklusif bagi tunanetra yang

menjadi kliennya. Setelah peralihan format ke dalam bentuk CD program

buku bicara semakin mudah dimanfaatkan klien pengguna layanan program

buku bicara di yayasan mitra netra. Perjalanan program buku bicara di

yayasan mitra netra sejauh ini telah menunjukkan pencapaian pada target.

Diantara pencapaian tersebut adalah:

Peralihan teknologi yang menjadikan program buku bicara di yayasan

mitra netra semakain memudahkan klien pengguna layanan program. Dari

awal pengadaan program hingga saat ini masih berjalan sesuai dengan tujuan

yayasan yaitu mendampingi tunanetra dalam program pemerintah tentang

pendidikan inklusif. Pelaksanaan program Buku Bicara berlandaskan

kebutuhan tunanetra terhadap fasilitas di dunia pendidikan regular dan

mendukung program pemerintah dalam pendidikan inklusif bagi tunanetra.

Program Buku Bicara merupakan salah satu program dari yayasan mitra

netra yang berpengaruh besar dalam pendidikan tunanetra. Hingga Buku

Bicara ini mendapat gelar khusus yaitu “ buku masa depan “. Kebanyakan

yang menggunakan layanan program Buku Bicara ini adalah mahasiswa-

mahasiswi dan siswa-siswi sekolah menengah atas. Sedangkan SD dan SMP

93

Page 105: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

94

lebih dominan dengan Braille karena mereka masih harus belajar tentang tulis

dan baca. Jika diperlukan, buku-buku koleksi perpustakaan bisa dipinjam dan

dibawa pulang oleh klien. Buku Bicara dibuat dalam format mp3 agar

memudahkan klien jika tidak dapat memutar dengan Victor Reader maka bisa

dengan alat pemutar CD biasa dan computer. Kelebihan Victor Reader adalah

menggunakan format standard Daisy. Dapat mengatur tinggi rendah suara,

cepat lambat tempo, dan dapat mengakses semua bagian buku dari bab dan

halaman layaknya orang awas membaca buku.

Hambatan yang dimiliki program ini adalah ketika program buku bicara

masih menggunakan format Analog Talking Book dan ketika itu pula mitra

netra masih harus barpindah-pindah tempat tinggal karena belum memiliki

rumah sendiri seperti sekarang ini. Namun, saat ini setelah peralihan teknologi

menjadi Digital Talking Book, program buku bicara jauh lebih efisien dan

efektif karena menggunakan format yang lebih modern sehingga lebih

memudahkan klien.

B. Saran

1. Pengguna sarana Program (Klien)

Penulis mengharapkan para tunanetra pada umumnya dan pelajar

khususnya yang sampai saat ini menggunakan fasilitas layanan

program buku bicara di Yayasan Mitra Netra untuk dapat

memanfaatkan program itu untuk kebutuhan pendidikan dan sarana

informasi dengan sebaik-baiknya. Karena Yayasan Mitra Netra

Page 106: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

95

menyediakan program yang mungkin tidak akan mudah ditemukan di

lembaga-lembaga lain apalagi sekolah-sekolah reguler. Untuk itu

selama fasilitas layanan program ini masih bersama dengan Mitra

Netra, maka diharapkan semua kalangan tunanetra untuk

menggunakan kesempatan baik ini.

2. Staff Perpustakaan

Penulis mengharapkan agar staff selaku pendamping tunanetra

dalam pelayanan program ini untuk senantiasa terus mendampingi dan

dapat terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien. Sebagai

pendamping klien diharapkan staff juga memposisikan diri sbagai

partner yang akan menampung kebutuhan klien baik yang berada di

dalam Yayasan Mitra Netra sendiri maupun klien yang datang dari luar

Mitra Netra. Khususnya untuk pelayanan program Talking Book ini.

3. Pengisi Suara dan Editor

Penulis mengharapkan agar bidang ini untuk memberikan yang

terbaik dan bekerja maksimal dalam proses pembuatan isi Buku

Bicara. karena program ini tidak bergerak dalam bidang pendampingan

akan tetapi program ini memerlukan kualitas isi yang baik agar dapat

dirasakan manfaatnya oleh klien. Untuk itu sebagai SDM yang

bersama-sama dengan fasilitas program Talking Book, Pengisi Suara

dan Editor sangat diharapkan untuk memberikan yang terbaik dalam

rangka membantu mobilitas Program Buku Bicara ini.

4. Kabid Produksi & Perpustakaan

Page 107: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

96

Penulis mengharapkan kepada Pak Firdaus sebagai penanggung

jawab fasilitas dan produksi program untuk terus menjalankan

tugasnya yakni dengan terus memberikan dan realisasikan ide serta

gagasan cemerlang untuk meningkatkan dan mengembangkan program

terutama dalam bidang produksi.

5. Kabid Litbang

Penulis sangat mengharapkan kepada bagian ini untuk selalu

berkreasi dalam hal-hal baru yang berkenaan dngan teknologi yang

diperlukan untuk membantu kesuksesan program Talking Book ini.

Hal ini terlihat dari sejak awal program dengan setting analog

kemudian oleh kepala Bagian Litbang yang dalam hal ini dijabat oleh

Pak Nur Ichsan menggagas teknologi baru yaitu program dengan

setting digital hingga sekarang. Penulis sangat mengharapkan bidang

Litbang meneruskan rencananya untuk model-modl teknologi baru

yang lebih praktis dfan efisien sehingga program akan merangkum

seluruh kalngan tunanetra.

6. Untuk Yayasan Mitra Netra

Penulis berharap agar Lembaga ini tetap terus berdiri meski

belumbanyak kalngan yang mau menjadi partner kerja dalam bidang

pelayanan untuk tunanetra. Sejauh ini Mitra Netra masih menjadi satu-

satunya Lembaga yang sangat berhasil dalam mendampingi dan

memberikan pelayanan untuk tunanetra. Penulis harapkan Yayasan

Mitra Netra terus menjadi partner tunanetra untuk mencapai cita-cita

Page 108: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

97

dan masa depan. Dengan program-program dan pelayanan yang

dimiliki Mitra Netra maka akan membuka harapan baru untuk

tunanetra dan menciptakan tunanetra yang berenergi dan optimis.

Page 109: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

98

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Adi, Rukminto, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat

dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis)

Edisi Revisi (Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI, 2003).

Alston, Margareth & Bowles, Wendy (1998). Research For Social

Worker : an introduction to methods. Canberra : Allen and Unwin pty Ltd.

Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan (Jakarta : Bina

Aksara, 1998) Cet. Ke-1

Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2008).

Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan (Yogyakarta:

Bina Aksara, 1998).

Buku Panduan Penggunaan Victor Reader. Edisi Bahasa Indonesia

(Jakarta : Yayasan Mitra Netra, 2011).

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Jogjakarta : Gajah

Mada University Press, 1992).

Kamus Pendidikan Karya Dra. Lenny Fanggidaesij.

Lexy J, Meleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2001)

Lexy J, Meleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2001)

Nurkacana, Wayan, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha

Nasional, 1976).

Nggao, Fredy S. Evaluasi Program (Jakarta : Nyansa Mandiri, 2003).

Partanto, Pius A dan Al-Barry M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer

(Surabaya : Arloka, 1994).

98

Page 110: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

99

Tayibnasib, Yusuf, Frida. Evaluasi Program (Jakarta : Rineka Cipta).

Toha, M. Chatib. Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Rajawali Press,

1991) Cet. Ke-1

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-2 (Jakarta :

Balai Pustaka, 1995) Cet. Ke-4

B. BROSUR / ARTIKEL / LAPORAN

Brosur Yayasan Mitra Netra. Update 2011 (Diakses pada: 13 Mei 2011,

pukul: 13.15 WIB).

Azham, Ismul. Laporan Praktikum 1 di Yayasan Mitra Netra

Azham, Ismul. Laporan Praktikum 2 di Yayasan Mitra Netra

Artikel Encyclopedia Of America Literature oleh Benet’s Readers

Artikel American Foundation For The Blind oleh Norris. G Harring

Artikel oleh Dedekusn. “Pentingnya Pendidikan Inklusif”. Last Updated

on Monday, 1 February 2010 06:14 pm

Artikel oleh Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman. “Anak Berkebutuhan

Khusus”. Sunday, February 8th

, 2009 at 07:37 pm

C. INTERNET

Data Yayasan Mitra Netra, update 2011. www.mitranetra.ac.id (Diakses

pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB).

Data Yayasan Mitra Netra, update 2011. www.mitranetra.ac.id (Diakses

pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB).

www.DAISY.com. Data Yayasan Mitra Netra, update 2011.

www.mitranetra.ac.id (Diakses pada: 13 Mei 2011, pukul: 13.15 WIB).

Page 111: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

HASIL WAWANCARA 1

Informan 1

Nama : Irwan

Pendidikan :

Jabatan : Wakil Direktur Yayasan Mitra Netra

Bagaimana Sejarah Singkat Talking Book di Mitra Netra?

Sejak awal berdirinya Yayasan Mitra Netra, bahkan Talking Book

masih dengan format analog yaitu dalam bentuk kaset tape recording

ini telah menemani kami dalam melayani tunanetra. Sangat banyak

kelebihan Buku Bicara ini. Sekarang dengan format digital yang

dimuat dalam kepingan CD menjadi lebih memudahkan tunanetra. Di

antara kelebihannya: 1. Hemat penyimpanan, 2. Hemat biaya, 3. Lebih

mudah dibawa, 4. Lebih mudah mengorientasikan, 5. Lebih

mempermudah belajar. Untuk itu saya menyebutnya Buku Masa

Depan untuk tunanetra.

Bagaimana proses pengadaan program buku bicara di yayasan

mitra netra?

buku bicara menjadi program di yayasan mitra netra sejak awal

berdirinya yayasan ini. Pada awalnya masih dalam bentuk kaset tape

recording. Program ini muncul karena minimnya fasilitas belajar bagi

tunanetra di sekolah-sekolah regular. Maka untuk itu mitra netra

tergerak dan merencanakan untuk mengambil peran itu.

Siapakah yang bertanggung jawab terhadap program ini?

Secara keseluruhan yang bertanggung jawab terhadap segala fasilitas

dan program-program yayassan adalah semua orang-orang yang terkait

dengan yayasan dan kepengurusan yayasan mitra netra.

Apakah program buku bicara ini menunjukkan kemajuan selama

ini?

Pelaksanaan program buku bicara ini sejak awal sangat menunjukkan

kemajuan apalagi setelah pengalihan teknologi dari kaset ke CD.

Program buku bicara sangat berhasil karena buku ini sangat

memudahkan tunanetra dan dengan format DAISY membuat program

buku bicara ini menjadikan tunanetra mampu membaca buku melebihi

orang awas. Saya menyebutnya “ buku masa depan “.

Page 112: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Bagaimana kaitan dan peran program buku bicara dalam

pendidikan inklusif?

Program buku bicara merupakan penunjang dalam kegiatan belajar

tunanetra. Tentunya hal itu merupakan sebuah tujuan dari mitra netra.

Berkenaan dengan kaitannya dengan pendidikan inklusif adalah

program buku bicara adalah sebuah fasilitas belajar tunanetra yang

menggantikan buku bacaan orang awas menjadi buku tunanetra.

Dengan buku bicara tunanetra dapat mengikuti mata pelajaran sekolah

untuk dapat dipelajari ulang di luar sekolah. Secara signifikan

tunanetra telah mampu bersaing dengan orang awas di sekolahnya.

Selama ini tunanetra tidak mampu sekolah di sekolah regular karena

fasilitas untuk mereka tidak tersedia. Untuk itu melalui mitra netra

dengan program buku bicara tunanetra dapat mengikuti siklus belajar

sekolah regular dan bahkan perguruan tinggi.

Bagaimana Fungsi Program Talking Book di Yayasan Mitra Netra

Dalam Pendidikan Inklusif Terhadap Klien?

Tujuan didirikan Mitra Netra adalah untuk membantu dan

mendampingi tunanetra untuk mencapai program pemerintah tentang

pendidikan inklusif. Tentunya semua program yang ada di Yayasan

Mitra Netra memiliki tujuan yang sama meski masih ada tujuan lain.

Menurut saya program Talking Book ini adalah salah satu dari

program-program layanan Mitra Netra lain yang membantu menunjang

pendidikan untuk tunanetra. Akan tetapi perlu dipahami bahwa

program Buku Bicara ini merupakan program yang telah ada sejak

awal berdirinya Yayasan Mitra Netra sudah pasti perannya lebih

banyak untuk tunanetra terutama dalam pendidikan inklusif itu.

Apakah program buku bicara berhasil?

program buku bicara berhasil mendampingi tunanetra dalam

pendidikan inklusif. Akan tetapi sebagaimana yang kita ketahui

bahwasanya program buku bicara tidak merupakan satu-satunya

program dalam membantu tujuan inklusif itu. Ada program-program

lain yang juga berperan di yayasan mitra netra ini. Namun program

buku bicara ini adalah salah satu yang berperan besar untuk pendidikan

inklusif.

Page 113: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

HASIL WAWANCARA 2

Informan 2

Nama : Firdaus

Pendidikan :

Jabatan : Kabid. Produksi Dan Perpustakaan

Siapakah yang merupakan sasaran dari program buku bicara di

yayasan mitra netra?

Yang menjadi sasaran program ini adalah siswa dan siswi sekolah,

yang mana mereka memerlukan bantuan khusus untuk mengakses

buku-buku pelajaran. Jika saja bukan dengan Talking Book para

pelajar akan membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu

pembuatan buku dalam format Braille.

Apakah ada prioritas tertentu untuk klien pengguna layanan

program Buku Bicara di yayasan mitra netra ini?

secara garis besar tidak pengelompokan dalam penggunaan layanan

program ini. Tetapi khusunya untuk di yayasan mitra netra sendiri

kebanyakan yang menggunakan layanan program ini adalah siswa-

siswi dan mahasiswa-mahasiswi. Bukan berarti tidak untuk orang

umum. Hanya kami lebih mendahulukan yang lebih membutuhkan

yang dalam hal ini adalah tunanetra yang masih belajar atau dalam

masa belajar karena kami berpegang pada tujuan yayasan yaitu

membantu tunanetra menuju pendidikan inklusif.

Apa yang menjadi kekurangan dari alat Victor Reader?

Ada beberapa kendala pada alat Victor Reader ini, yang pertama alat

yang didatangkan dari kanada ini sangat susah untuk mencari

sparepartnya, kedua lama kelamaan dipakai optik pada CD Roomnya

akan lemah, namanya juga barang digunakan nonstop. Ketiga jika

terjadi kerusakan itu kami harus mengganti dengan CD Room laptop

dan itupun tidak semua bisa dipakai, harus dipilih lagi. Umur CD

Room aslinya ini sekitar 3 tahun saja. Hanya itu saja kendala dari alat

ini. Kalau sparepart tersedia, kami bisa service sendiri karena

elemennya tidak sulit.

Apakah hasil produksi program buku bicara di yayasan mitra

netra hanya memiliki ruang lingkup di yayasan saja?

Selain koleksi dibuat untuk dibaca di perpustakaan Mitra Netra, kami

juga menyebar Buku di beberapa kota di Indonesia, selama ini ada

beberapa kota yang menjadi target kami yaitu dimulai dari pulau

Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, sampai manado. Di

Page 114: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

pulau jawa yang terbanyak. Memang masih belum merata tapi itu akan

terus diupayakan dalam tiap tahunnya selama kami masih memiliki

biaya.

Apakah ada penyeleksian terhadap kriteria-kriteria buku tertentu

untuk dijadikan DTB?

Khusus untuk buku-buku di luar pelajaran sekolah, kami lakukan

penyeleksian sebelum dibacakan karena kami takut ada tulisan-tulisan

yang terlalu berlebihan dan fulgar yang tentunya hal itu sangat tidak

baik jika dijadikan bahan bacaan untuk tunanetra khususnya pelajar.

Kalaupun buku itu tetap diminta klien untuk dibuatkan, kami

menghilangkan bagian-bagian tulisan itu. Saya tidak mau ikut

berkontribusi untuk hal-hal semacam itu.

Apa yang dilakukan oleh yayasan untuk pengembangan poduksi

Buku Bicara ini?

Mitra Netra memberikan pelatihan untuk lembaga-lembaga yang

bergerak di bidang yang sama di Negara ini. Mitra netra merupakan

ikon bagi lembaga-lembaga tunanetra di Indonesia. Namun hingga saat

ini mitra belum dapat mengembangkan program ini ke lembaga lain

karena belum ada respon dari pemerintah untuk program dengan

format DAISY ini.

Sejak kapan Mitra Netra menggunakan format DAISY untuk

program Buku Bicara?

Dimulai tahun 2005 yang pada waktu itu melalui sebuah proyek yang

dinamakan DFA (Daisy For All) yaitu program sosialisasi Daisy untuk

kawasan Asia Tenggara. Mitra Mendapat tugas manjadi lokomotif

untuk Indonesia. Mitra mendapatkan dana pelatihan untuk 5 orang

anggota. Sejak itu mitra menjadi pelopor Daisy di Indonesia hingga

saat ini.

Buku-buku apa saja yang menjadi konten dari Buku Bicara ini?

untuk buku-buku pelajaran eksakta kami menyarankan klien untuk

membuat dalam format Braille. Karena klien harus mengetahui bentuk

angka, simbul-simbul, lambag-lambang dan huruf-huruf tertentu.

Tetapi terkadang klien meminta untuk dibuatkan Buku ke dalam dua

format, Buku Bicara dan Braille.

Page 115: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

HASIL WAWANCARA 3

Informan 3

Nama : Nur Ichsan

Pendidikan :

Jabatan : Kabid. Litbang Yayasan Mitra Netra

Bagaimana proses editing program buku bicara ini?

Data yang sudah direkam kemudian diedit dalam format Daisy yaitu

menggunakan program Sigtuna untuk membuat struktur dan

menggunakan program Sound Force atau Adoube Edition untuk

editan suara. Untuk DTB ini kami gunakan jenis Daisy Table Of

Content Only artinya format yang hanya memuat data dalam bentuk

suara saja tidak menambah dengan teks lain karena jika dengan teks

tentunya akan menambah biaya lagi untuk membayar jasa pengetikan.

Sedangkan untuk format audio sendiri kami gunakan MP3 dengan

kapasitas 128 kbps, karna filenya lebih kecil 1/3 dibandingkan dengan

WAV. Sedangkan untuk isi CD kami buat 1 judul saja dalam 1 CD

guna mempermudah dalam penyimpanan.

Jika tidak memiliki alat pemutar seperti Victor Reader apakah

bisa dengan alat pemutar yang lain?

Selain Victor Reader, tunanetra juga dapat menggunakan komputer

yang diinstall format Daisy. Akan tetapi karena masih banyak pembaca

yang tidak tahu komputer maka kami sedang mengembangkan

teknologi untuk mengakses Buku Bicara ke dalam handphone. Karena

tunanetra sekarang lebih mahir menggunakan handphone dari pada

laptop atau komputer. Selain gampang dibawa, handphone sekarang

sudah menggunakan teknologi yang sangat canggih. Bisa mengakses

berbagai bidang. Bisa saya katakan orang lebih mau membeli

handphone yang harganya 5 juta dari pada harus membeli laptop harga

3 juta.

Rencana apa yang akan dilakukan untuk masa depan program

Buku Bicara di yayasan Mitra Netra ini?

Kami akan terus mengembangkan teknologi untuk program DTB ini

agar tunanetra akan semakin mudah menggunakan program dan pada

akhirnya akan terus membantu memenuhi kebutuhan yang diinginkan

tunanetra. Pengalihan dari analog menjadi Digital ini dimulai dari

setelah 1 tahun saya di bagian Litbang tepatnya pada tahun 1998 pada

waktu itu kami baru mengenal DTB, kemudian tahun 2005/2006 baru

DTB di realisasikan di YMN melalui program sosialisasi Daisy dan

pada waktu itu YMN menjadi member dalam Daisy Consortium dan

program Daisy Far All yang diselenggarakan di tingkat asia tenggara.

Page 116: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Dari situ kami dihadiahkan 5 buah player, 2 Plextalk dan 3 buah Victor

Raeder. Semua merupakan alat pemutar CD dengan format standard

Daisy.

Page 117: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

HASIL WAWANCARA 4

Informan 4

Nama : Endah

Pendidikan :

Jabatan : Staff. Perpustakaan Yayasan Mitra Netra

Bagaimana prosedur pelayanan program Buku Bicara ini?

Untuk mengakses pelayanan program DTB klien yang berkepentingan

terlebih dahulu mendaftar sebagai anggota pada perpustakaan Mitra

Netra yaitu dengan membayar iuran pendaftaran Rp. 10.000 dan jika

ingin melanjutkan atau memperpanjang keanggotaan maka tiap 1 tahun

sekali membayar iuran dengan nominal yang sama. Tidak susah karena

kami tidak menggunakan kartu member.

Apakah ada ketentuan khusus untuk pembuatan Buku Bicara?

Untuk prioritas biasanya kami mendahulukan buku-buku pelajaran dari

sekolah klien karena buku pelajaran itu dibutuhkan segera dengan

jarak waktu yang terbatasa hanya dalam satu semerter masa belajar.

Jika tidak didahulukan maka buku tidak mungkin dapat digunakan.

Berapa lama jangka waktu untuk pembuatan Buku Bicara ini?

Untuk pembuatan buku-buku tipis hanya memakan waktu dua minggu

saja. Tetapi jika buku-buku yang tebal pembuatan Buku Bicara ini

memakan waktu hingga kurang lebih 1 bulan.

Apakah SDM untuk program Buku Bicara ini sudah memadai?

Selama ini belum ada kendala keterlambatan dalam pembuatan.

Program ini hanya memiliki 5 orang tenaga pembaca dan 2 buah studio

rekam. 3 diantara orang-orang ini adalah bukan pekerja tetap. Mereka

membaca sekaligus menjadi editor juga. Mereka membutuhkan waktu

1 jam setengah untuk untuk membacakan buku lalu kemudian istirahat

dan setelah itu melanjutkannya lagi. Untuk antrian yang tidak terlalu

padat SDM yang ada sudah cukup, mungkin jika ada sebuah proyek

besar itu yang akan memerlukan tambahan tenaga bahkan penambahan

fasilitas studio rekam.

Menurut anda, apakah pelaksanaan program Buku Bicara telah

membantu tunanetra dalam pendidikan inklusif?

Menurut saya pelaksanaan program ini jelas sangat membantu program

pemerintah tentang pendidikan inklusif. Karena program ini telah

memberikan pelayanan khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan

Page 118: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

khusus sedangkan di sekolah mereka tidak tersedia pelayanan khusus

untuk mereka. Jadi jelas dengan adanya program buku bicara telah

membantu mereka dalam pendidikan. Media belajar di sekolah adalah

buku. Tunanetra tidak akan mampu mengikuti pelajaran jika tidak

memiliki buku bacaan yang sama seperti teman-teman awasnya. Untuk

itu program ini hadir dan menjawab pertanyaan itu.

Page 119: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

HASIL WAWANCARA 5

Informan 5

Nama : Senna Rusli

Usia : 20 tahun

Pendidikan : SMAN 66

Status : Klien 1

Mengapa menggunakan layanan program buku bicara di yaysan

mitra netra?

saya membutuhkan bantuan belajar di luar sekolah karena sekolah saya

belum menyediakan layanan khusus untuk murid-murid seperti saya.

Untuk itu dengan adanya program buku bicara ini dapat membantu

saya untuk belajar sendiri kapan saja.

Sejak kapan menggunakan layanan program buku bicara di

yayasan mitra netra?

Saya sudah menggunakan layanan Program Buku Bicara sejak tahun

2009, menurut saya program ini sangat membantu tunanetra terutama

yang bersekolah. Sebelumnya saya kesulitan untuk mengakses buku

pelajaran dari sekolah. Setelah menggunakan layanan program Buku

Bicara di Mitra Netra saya dapat mengulang-ulang pelajaran sekolah

tanpa harus mencari dan menunggu pendamping yang membacakan.

Selain itu saya juga memanfaatkan fasilitas layanan Program Buku

Bicara untuk membaca buku-buku lain di luar sekolah yang dikoleksi

oleh perpustakaan yayasan.

Selain untuk belajar buku-buku pelajaran sekolah, apakah anda

juga memanfaatkan DTB untuk bacaan lain?

Kalau hari libur saya juga gunakan DTB untuk membaca buku-buku

koleksi perpustakaan, buku-buku terbaru bahkan saya pernah

meminjam buku cerita Harry Potter jilid 1 sampai dengan jilid 7 untuk

dibawa pulang dan dibaca di rumah .

Bagaimana pelayanan program, apakah anda kesulitan?

Untuk mengakses program ini tidak susah karena program ini ada di

perpustakaan. Selain lokasi yang masih dalam lingkup yayasan, staff

perpustakaan juga mendampingi yunanetra yang memerlukan

dampingan dengan baik. Terutama klien pengguna layanan program

DTB. Mereka akan mendapat informasi yang lengkap dari staff

perpustakaan.

Page 120: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Menurut anda, apa yang diperlukan klien untuk program Buku

Bicara ini kedepan?

Saya berharap program ini terus berkembang dan meningkatkan

fasilitas pelayanannya untuk meneruskan dan mempertahankan Visi

dan Misi Mitra Netra agar semakin memudahkan klien. Mungkin

dengan menambahkan fasilitas-fasilitas pendukung program seperti

alat pemutar CD Victor Reader, komputer, dll.

Page 121: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

HASIL WAWANCARA 6

Informan 6

Nama : Fajar Risdianto

Usia : 20 tahun

Pendidikan : SMA Daarul Ma’arif (swasta)

Status : Klien 2

Mengapa menggunakan layanan program buku bicara?

Kalau saja saya tidak gunakan DTB mungkin saya harus terus

bergantung kepada orang lain untuk mendampingi dan membacakan

buku pelajaran saya. Menurut saya, tunanetra harus memanfaatkan

layanan program ini terutama untuk yang masih sekolah dan sekolah

tidak memfasilitasi tunanetra dengan pelayanan khusus. Jika di sekolah

hanya dapat saya ikuti satu kali, dengan layanan program ini saya

dapat membaca buku itu berulang-ulang bahakan sampai hafal.

Apakah semua jenis buku pelajaran dimuat dalam Buku Bicara?

Buku Bicara itu lebih mudah digunakan untuk pelajaran-pelajaran

umum seperti: IPS, IPA, PPKN, Sejarah, Agama. Akan tetapi untuk

pelajaran-pelajaran eksakta seperti: Matematika, Fisika, Kimia lebih

tepat menggunakan Braille untuk dapat mengetahui bentuk huruf dan

symbol-simbol.

Apakah Program Buku Bicara membantu anda dalam

pendidikan?

Iya. Program ini telah membantu kami sebagai klien di yayasan mitra

netra. Unuk saya yang masih sekolah yang mana di sekolah tidak

menyediakan layanan khusus untuk tunanetra merasa sangat

memerlukan program layanan seperti ini. Apalagi itu akan lebih

memudahkan bagi tunanetra. Itulah yang diperlukan oleh tunanetra.

Bagaimana pelaksanaan program buku bicara di mitra netra?

Selama saya menggunakan layanan program ini. Saya merasakan

pelaksanaan program ini berjalan lancar. Banyak klien yang bolak-

balik perpustakaan untuk membaca buku-buku koleksi perpustakaan.

Ada yang meminjam buku dan ada juga yang memasukkan buku untuk

dibuatkan ke dalam format Buku Bicara.

Page 122: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

B. HASIL OBSERVASI

Rabu, 06 April 2011. Pukul 09.00 WIB

Saya menyaksikan 5 orang tunanetra dalam ruang perppustakaan, 2 orang

sedang menggunakan alat Victor Reader (alat pemutar CD), dan 3 orang

yang lain sedang konsultai dengan staff perpustakaan.

Rabu, 06 April 2011. Pukul 09.45 WIB Saya menemui bapak Kepala Bagian Produksi dan Perpustakaan yakni

untuk melakukan wawancara untuk penelitian skripsi tentang Program

Buku Bicara di Yayasan Mitra Netra.

Kamis, 07 April 2011. Pukul 08.00 WIB Saya menyaksikan para staff yayasan yang baru tiba di yayasan. Ada yang

diantar oleh keluarga dan ada juga yang menggunakan kendaraan umum

lalu berjalan menuju yayasan dengan hanya di bantu oleh tongkat.

Kamis, 07 April 2011. Pukul 09.30 WIB Saya menemui staff perpustakaan untuk melakukan wawancara tentang

sepitar pelayanan program buku bicara di yayasan mitra netra.

Kamis, 07 April 2011. Pukul 10.30 WIB

Saya melihat 2 orang tunanetra yang saling bergandengan sedang berjalan

menuju gedung yayasan, 1 orang berusaha memastikan jalan, dan yang 1

lagi mengikuti arah yang ditunjuk oleh yang memegang tongkat. Kondisi

ini sering Nampak dilingkungan yayasan mitra netra. Biasanya tunanetra

yang telah menghafal rute jalan-jalan di sekitar yayasan menjadi penuntun

untuk teman yang belum memahami situasi dan lingkungan yayasan.

Kamis, 07 April 2011. Pukul 11.00 WIB Saya menemui dan sekaligus mewawancarai bapak Kepala Bagian

Penelitian dan Pengembangan Program yayasan mitra netra yang dalam

hal ini adalah Bapak Nur Ichsan. Wawancara dilakukan untuk

mengumpulkan data skripsi. Wawancara berlangsung 30 menit di ruang

tunggu tamu.

Kamis, 07 April 2011. Pukul 13.50 WIB Wawancara dengan informan Senna Rusli. Wawancara berlangsung 25

menit di halaman belakang yayasan. Wawancara berlangsung sangat

ramah karena informan sangat merespon baik maksud saya untuk

mengumpulkan informasi seputar program buku bicara yang akan

dimanfaatkan untuk keperluan penelitian dan skripsi.

Jum’at, 08 April 2011. Pukul 09.00 WIB Menyaksikan sekaligus membantu 2 orang siswi praktek yang sedang

melakukan tugas di ruang perpustakaan. Tugas yang mereka lakukan

adalah memburning CD dan memasangkan label pada CD mata pelajaran

untuk tunanetra. CD ini adalah hasil dari program buku bicara yang siap

Page 123: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

dibaca oleh klien. Kami bersama saling membantu untuk penyelesaian

tugas yang diberikan oleh staff perpustakaan ini.

Jum’at 08 April 2011. Pukul 14.00 WIB

Saya menyaksikan seorang tunanetra yang tergolong lansia sedang asik

memainkan rubik di ruang tunggu tamu. Bapak ini juga merupakan salah

seorang klien dan sekaligus menjadi pelatih rubik untuk teman-teman

tunanetra di yayasan mitra netra. Dengan lihai dan penuh konsentrasi sang

bapak tunanetra memutar-mutar untuk menyelesaikan pola-pola dari alat

permainan itu.

Jum’at 08 April 2011. Pukul 14.30 WIB

Saya kembali ke ruang produksi untuk melanjutkan tugas memasang label

pada bagian depan CD yang sudah diburning.

Rabu, 13 April 2011. Pukul 11.00 WIB Melakukan pertemuan kedua dengan kepala bidang produksi dan

perpustakaan untuk melakukan wawancara dan konsultasi seputar skripsi.

Kebetulan Bapak Firdaus juga merupakan sal;ah seorang alumni dari UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain memberikan informasi, beliau juga

membantu mengarahkan dalam penulisan dan pengumpulan informasi

untuk skripsi saya.

Rabu, 13 April 2011. Pukul 14.00 WIB Saya menyaksikan seorang klien yayasan yang sedang dibimbing untuk

menghafal langkah demi langkah seputaran yayasan. Tunanetra yang

masih berada di sekolah dasar ini adalah seorang gadis kecil asal singapur

yang baru pindah ke Indonesia. Dia sangat mengikuti arahan pembimbing.

Dan mereka menggunakan komunikasi dengan bahasa inggris tentunya.

Rabu, 13 April 2011. Pukul 15.00 WIB

Mewawancarai informan Fajar setelah sebelumnya menunggunya karena

harus terlebih dahulu melaksanakan bimbingan belajar di ruang bimbingan

belajar untuk mata pelajaran sekolah.

Rabu, 13 April 2011. Pukul 16.00 WIB Menyaksikan pergelaran music angklung di halaman belakang yayasan.

Pergelaran dilakukan oleh tunanetra bekerja sama dengan kelompok music

yang barasal dari luar yayasan. Meski kekurangan tidak menjadikan

tunanetra tidak bisa berekspresi di dunia kesenian. Disini terlihat jelas

bahwa dalam diri mereka juga masih terdapat potensi-potensi yang bahkan

tidak dimiliki oleh orang-orang awas. Kebanyakan dari tunanetra

memainkan alat angklung. Namun ada juga yang sangat mahir memainkan

ritme piano.

Page 124: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

DOKUMENTASI

Yayasan Mitra Netra Lebak Bulus

Ruang Perpustakaan

Page 125: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Meja Registrasi dan Informasi Untuk Program Digital Talking Book dan Braille di Ruang Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra

Tempat pembuatan Cover CD setelah selesai di Burning

Page 126: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Alat pemutar CD dengan format Daisy Victor Reader

Page 127: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Rak Buku

CD jadi, hasil Burning dan Covering