skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh

87
RESTRUKTURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA MEMBANTU NASABAH BERITIKAD BAIK (STUDI KASUS BANK SUMUT MEDAN SIMPANG KWALA) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Oleh MUHAMMAD YUDHA NIM : 150200137 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NASABAH BERITIKAD BAIK
SKRIPSI
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan pemberi kredit dengan nasabah kredit. Salah satu lembaga pemberi kredit adalah
bank. Bank adalah lembaga penghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam menjalankan kegiatannya, bank sering kali
dihadapkan pada kredit bermasalah dalam pengembalian dana kredit. Maka untuk
menyelamatkan kredit, dilakukan upaya restrukturisasi kredit. Adapun yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini adalah: Bagaimanakah terjadinya kredit macet (Non-
Performing Loan) pada kredit perbankan, Bagaimanakah akibat hukum yang timbul setelah
restrukturisasi, Bagaimanakah implementasi restrukturisasi kredit sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif atau doktriner yaitu
ditekankan pada penggunaan data sekunder. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data
berupa Studi Kepustakaan atau Studi Dokumen (Documentary Study) dan wawancara
(Interview).
tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, Peraturan OJK Nomor
11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati- hatian dalam Rangka Stimulus Perekonomian
Nasional Bagi Bank umum, pada Peraturan OJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang
Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi
Bank Umum dirujuk pada Pasal 3 tentang penyelesaian kredit bermasalah dan Pasal 4 yang
mencakup tentang kewajiban bank mematuhi ketentuan pedoman pengelolaan kredit. Dalam
restrukturisasi kredit didukung oleh penanganan kredit secara profesional. Hambatan
restrukturisasi antara lain debitur yang tidak kooperatif dan tidak transparan, bank tidak
didukung data usaha debitur, dan bank kesulitan mengawasi usaha debitur. Bank Sumut
Cabang Simpang Kwala dalam menyelesaikan kredit bermasalah lebih mengutamakan upaya
restrukturisasi.
**) Dosen Pembimbing I
***) Dosen Pembimbing II
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah, kasih
karunia, hikmat dan sukacita sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini
dengan judul “Restrukturisasi Kredit Bermasalah Sebagai Upaya Membantu
Nasabah Beritikad Baik (Studi Kasus Bank Sumut Medan Simpang Kwala)”
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang
telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.HumSelaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara juga sekaligus Dosen Pembimbing I saya.
3. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
5. Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Dr. Rosnidar Sembiring,
SH,M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan di Fakultas
Hukum USU.
iii
6. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Syamsul Rizal, SH, M.Hum
selaku sekretaris Departemen Hukum Keperdataan di Fakultas Hukum
USU sekaligus Dosen Pembimbing II saya.
7. Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan
dan semangat kepada saya baik secara moral maupun secara materi.
8. Terima kasih kepada rekan- rekan saya di Fakutas Hukum USU yang telah
membantu saya selama pengerjaan skripsi ini.
Mudah- mudahan skripsi saya ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan dan berguna bagi masyarakat.
Medan, Juli 2019
D. Keaslian Penulisan .................................................................... 16
E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................... 18
F. Metode Penelitian ..................................................................... 23
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 26
PERBANKAN DAN PENYELESAIANNYA
B. Kategori Kredit Macet pada Kredit Perbankan ............................. 34
C. Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah Pada Kredit Perbankan 38
D. Kriteria yang Harus Dipenuhi Debitur Agar Dapat Dilakukan
Restrukturisasi .............................................................................. 41
RESTRUKTURISASI
Bermasalah .................................................................................... 45
Penyelamatan Kredit Bermasalah .................................................. 49
Restrukturisasi Dinyatakan Gagal ................................................. 53
A. Pengaturan Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit ........................... 56
B. Tata Cara Pelaksanaan Restrukurisasi Kredit ............................... 60
C. Faktor- faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya
Penyelamatan Melalui Restrukturisasi .......................................... 63
BAB V PENUTUP
Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan
pembangunan di segala bidang. Salah satu pembangunan yang sangat penting dan
mendesak untuk senantiasa dilakukan secara terus- menerus adalah pembangunan
perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari
pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang adil, makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Kegiatan pembangunan di bidang ekonomi tentu
membutuhkan penyediaan modal yang cukup besar, karena merupakan salah satu
faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. 1
Langkah dalam melaksanakan pembangunan yang berkesinabungan, para
pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang
perorangan dan badan hukum, sangat diperlukan dana dalam jumlah yang sangat
besar. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam pengadaan dana
tersebut adalah perbankan. Perbankan dalam melakukan kegiatan tersebut dengan
pemberian kredit kepada masyarakat. Kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu
credere yang berarti kepercayaan. 2
Pemberian kredit terhadap rakyat merupakan salah satu indikator
pemeliharaan kepercayaan pemberi kredit dengan nasabah kredit. Salah satu
1 R. Tcipto Adinugrogo, Perbankan Masalah Perkreditan Penghayatan, Analisis dan
Penuntun (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994) hal. 14 2 Sofian, Hukum Jaminan di Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1994) hal. 4
Universitas Sumatera Utara
2
lembaga pemberi kredit antara lain adalah bank. Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat berbentuk simpanan kemudian menyalurkan
dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk lain dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Pasal 1 angka 2 Undang- undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan). Dengan kata lain dapat dikatakan
sebagai lembaga pranata atau institusi antara kelompok orang yang mempunyai
dana lebih (surplus spending group) dan kelompok orang yang membutuhkan atau
sedang kekurangan dana (defisit spending group). 3
Menurut Mohammad Djumhana, dalam perkembangan perbankan modern,
pengertian kredit tidak terbatas pada peminjam kepada nasabah semata atau kredit
secara tradisional, melainkan lebih luas lagi serta adanya flesibilitas kredit yang
diberikannya. Hal ini terlihat dari pengertian cakupan kredit yang terdapat pada
lampiran Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank, dimana kredit
tidak terbatas hanya pada pemberian fasilitas kredit yang lazim dibukukan dalam
pos kredit pada aktiva dalam neraca bank, namun termasuk pula pembelian surat
berharga yang disertai note purchase agreement atau perjanjian kredit, pembelian
surat berharga lain yang diterbitkan nasabah, pengambilan tagihan dalam rangka
anjak piutang dan pemberian jaminan bank yang di antaranya meliputi akseptasi,
endosemen, dan awal surat- surat berharga. 4
Sebagaimana telah diketahui di atas bahwa bank adalah sebuah lembaga
intermediasi keuangan. Pada umumnya bank didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Dalam menjalankan
3 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 12
4 Mohammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2000), hal. 368
Universitas Sumatera Utara
perekonomian masyarakat, mulai dari jasa menabung uang, jasa pengiriman uang,
dan juga jasa peminjaman uang yang dikenal dengan istilah kredit. Dana
masyarakat yang terkumpul dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu
yang lama merupakan sumber utama bagi bank dalam menyalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank melayani kebutuhan pembiayaan
serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian. 5
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/ atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/ atau berdasarkan Prinsip Syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Selain itu ada pula dikenal dengan Bank Sentral di Indonesia, tapi tidak
diatur dalam Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, akan
tetapi telah ditetapkan secara tersendiri karena mengingat fungsi dan tugas serta
peranan Bank Sentral yang merupakan lembaga otoritas moneter. Bank umum
dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan
5 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 7
6 Indonesia, Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 5 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dalam hal ini adalah antara lain melaksanakan
kegiatan pembiayaan jangka panjang, kegiatan untuk mengembangkan koperasi,
pengembangan pengusaha ekonomi kecil, pengembangan ekspor non migas, dan
pengembangan pembangunan perumahan. 7
dan perekonomian secara makro, utamanya para pemilik usaha yang
membutuhkan modal tambahan untuk mengembangkan usahanya, maka dianggap
perlu adanya aturan khusus sebagai pendampingan pelaksanaan pemberian kredit
oleh bank kepada masyarakat. 8 Yang menjadi fokus penulis dalam hal ini adalah
pemberian kredit yang dilakukan oleh bank umum. Hal ini sesuai dengan
peraturan yang penulis gunakan yaitu Peraturan OJK (POJK) Nomor
42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan
Perkreditan Atau Pembiayaan Bagi Bank Umum.
Bank umum atau yang lebih dikenal dengan dengan bank komersial
(commercial bank) merupakan bank yang paling banyak beredar di Indonesia.
Bank umum memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan Bank
Perkreditan Rakyat, baik dalam bidang ragam pelayanan maupun jangkauan
wilayah operasinya. Artinya bank umum memiliki kegiatan pemberian jasa yang
paling lengkap dan dapat beroperasi di seluruh wilayah. Bank umum berdasarkan
7 Hermansyah,SH,M.Hum, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2005) hal. 21 8 H. Rachmat Firdaus, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Jakarta: Pustaka Karya
Ilmu, 2013) hal. 97
kepemilikan modalnya dibedakan menjadi: Bank Umum Milik Negara, yaitu bank
umum yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara, contoh:
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Nasional Indonesia (BNI), dan Bank
Mandiri. Bank Umum Milik Swasta, yaitu bank umum yang modalnya dimiliki
oleh perorangan, baik swasta nasional maupun swasta asing. Contoh bank umum
swasta nasional: Bank Central Asia (BCA) dan Bank Danamon. Contoh bank
umum swasta asing: Standard Chartered Bank. Bank umum yang berbentuk
koperasi, yaitu modalnya dimiliki oleh koperasi, contoh: Bank Umum Koperasi
Indonesia (Bank Bukopin). Dan yang terakhir adalah bank umum milik
pemerintah daerah, yaitu bank yang terdapat pada setiap daerah tingkat satu
(provinsi) dan modalnya bersumber dari perusahaan daerah itu sendiri. Contoh:
Bank Nagari (Sumatera Barat), Bank DKI (Jakarta), Bank Sumut (Sumatera
Utara), dan lain- lain.
Dalam hal pemberian kredit oleh bank, terdapat unsur- unsur kredit.
Menurut Rimsky K. Juddisseno, unsur- unsur tersebut adalah: 9
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari yang memberi kredit kepada penerima
kredit bahwa di masa yang akan datang penerima kredit akan sanggup
mengembalikan segala sesuatu yang telah diterima sebagai pinjaman.
2. Waktu, adalah masa yang menjadi jarak antara pemberian kredit dan
pengembaliannya.
9 Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama 2005), hal. 166
Universitas Sumatera Utara
3. Tingkat Risiko, adalah kemungkinan yang terjadi akibat adanya jangka
waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembaliannya.
Dalam keadaan ini kredit yang diberikan memerlukan jaminan. Jaminan
yang dimaksud disini antara lain berupa aset dari nasabah debitur yang
dijadikan jaminan kepada pihak bank.
4. Perjanjian/ prestasi, adalah objek yang akan dijadikan sebagai sesuatu
yang dipinjamkan.
berpedomaan kepada dua prinsip, yaitu: 10
1. Prinsip kepercayaan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian
kredit oleh bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan kepada
kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang
diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan
peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur
mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
2. Prinsip kehati- hatian (prudential principle). Telah dijelaskan di atas
bahwa dalam kredit perbankan terdapat unsur tingkat risiko. Untuk
mengurangi tingkat risiko maka perlu dilakukan pencegahan dengan
menggunakan prinsip kehati- hatian dalam pelaksaan kredit perbankan.
Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara
10
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer (Bandung: Citra Aditya Bakti 1996),
hal. 21
Dalam menjalankan kegiatannya di bidang usaha penyaluran kredit, bank
dihadapkan pada permasalahan risiko yaitu risiko pengembalian kredit
sehubungan dengan adanya jangka waktu antara pencairan kredit dengan
pembayaran kembali. Kemungkinan bagi nasabah debitur untuk melakukan
wanprestasi masih terbuka. Bentuk wanprestasi tersebut seperti kondisi dimana
kredit yang telah disalurkan bank kepada nasabah debitur ternyata tidak dapat
dibayarkan kembali kepada pihak bank oleh nasabah debitur tepat pada waktu
yang telah diperjanjikan meliputi pinjaman pokok beserta bunga yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Wanprestasi yang mungkin dilakukan oleh
nasabah debitur yang melakukan perjanjian dengan bank ada empat macam
yaitu: 11
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Berdasarkan kolektibilitas kredit, yang menggambarkan kualitas kredit
tersebut dapat dibagi menjadi lima golongan kolektibilitas, yaitu kredit lancar,
kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
11
R. Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT. Intermasa. 1979), hal. 45
Universitas Sumatera Utara
macet. Mengenai masing- masing kualitas kredit tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut: 12
a. Pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat;
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif;
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
2. Kredit dalam perhatian khusus, yaitu jika memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga
b. Kadang- kadang terjadi cerukan;
c. Mutasi rekening relatif rendah;
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kredit kurang lancar, yaitu jika memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 90 hari;
d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Kredit yang diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 180 hari;
Interpratama Mandiri), hal. 66
d. Terjadi kapitalisasi bunga;
maupun peningkatan jaminan.
a. Terjadi tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 270 hari;
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Perporming Loan, sedangkan kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus
kurang lancar diragukan, kredit macet masuk dalam kriteria kredit bermasalah
(non- performing loan). Meskipun memenuhi kriteria lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, dan diragkan, namun apabila menurut penilaian keadaan
usaha peminjam diperkirakan tidak mampu untuk mengembailkan sebagian atau
seluruh kewajibannya, maka kredit tersebut harus digolongkan pada kualitas yang
lebih rendah. 13
Interpratama Mandiri), hal. 66
beberapa hal, diantaranya: 14
merosotnya kondisi ekonomi umum dan/ atau bidang usaha dimana
mereka beroperasi.
2. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau
karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka
tangani.
berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa
anggota keluarga debitur.
4. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang
lain.
6. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan
bencana alam.
7. Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah merencanakan
untuk tidak akan mengembalikan kredit).
Pada umumunya kredit bermasalah tidak muncul secara tiba- tiba. Kredit
bermasalah muncul melalui proses. Banyak gejala yang timbul jauh sebelum
kasus kredit bermasalah itu sendiri timbul. Apabila gejala tersebut dapat dideteksi
dengan tepat dan ditangani secara profesional secara cepat, ada harapan kredit
14
Siswanto Sutojo, The Management of Commercial Bank (Jakarta: Damar Mulia
Pustaka 2007) hal. 171
dibiarkan saja, maka akan menimbulkan kerugian, terutama pada pihak kreditur
atau pihak bank itu sendiri. Gejala- gejala yang muncul sebagai tanda- tanda akan
terjadinya kredit bermasalah adalah: 15
1. Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit,
2. Penurunan kondisi keuangan perusahaan,
3. Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti,
4. Penyajian bahan masukan secara tidak benar,
5. Menurunnya sikap kooperatif debitur,
6. Penurunan nilai jaminan yang disediakan,
7. Problem keuangan pribadi.
Hal yang dapat dan harus segera dilakukan oleh pihak bank yaitu
mendeteksi kredit bermasalah untuk menentukan seberapa besar masalah yang
sedang dihadapi debitur yang menjadi penyebab debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Hal ini diperlukan untuk menentukan cara penanganan selanjutnya
karena cara penanganan kredit bermasalah pada tahap selanjutnya dipengaruhi
besar kecilnya masalah tadi.
Hal- hal lain yang mempengaruhi cara penanganan kredit bermasalah oleh
pihak bank: 16
1. Jumlah dana milik debitur yang diharapkan dapat digunakan untuk
mengembailkan kredit,
15
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia (Yogyakarta: Andi Offset, 2000) hal 121 16
Ibid, hal. 178
Universitas Sumatera Utara
4. Sikap debitur dalam menghadapi pihak bank.
Pada dasarnya, kreditur sebagai pemegang jaminan kebendaan memiliki
hak untuk mengeksekusi barang jaminan untuk dijual secara lelang guna
pembayaran utang debitur jika debitur lalai melaksanakan kewajibannya
berdasarkan perjanjian kredit. Pemberian hak kepada kreditur untuk
mengeksekusi jaminan kebendaan dapat kita lihat dalam Kitab Undang- undang
Hukum Perdata Pasal 155: “Kreditur sebagai penerima benda gadai berhak untuk
menjual barang gadai, setelah lewatnya jangka waktu yang ditentukan, atau
setelah dilakukannya peringatan untuk memenuhi perjanjian.” 17
Namun, biasanya sebelum membawa perkara kredit yang bermasalah ke
jalur hukum, dilakukan upaya- upaya penyelamatan kredit secara administratif.
Upaya penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh melalui beberapa cara,
yaitu:
yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk
masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya angsuran maupun
tidak.
17
Letezia Tobing, SH, Langkah- langkah Penyelesaian Kredit Macet, Hukum Online.
https://m/hukumonline.com/klinik/detail/lt50294244defee/langkah-langkah-penyelesaian-kredit-
Universitas Sumatera Utara
Contohnya: Debitur X yang mendapatkan fasilitas rescheduling tenor
kredit dari 6 bulan menjadi 12 bulan sehingga debitur X punya waktu
yang lebih lama untuk melunasi kreditnya.
2. Persyaratan kembali (restructuring), adalah perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan kredit yang tidak tebatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang
tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. Bank juga dapat
mengubah struktur kredit, misalnya dari kredit berjangka menjadi
kredit angsuran dengan besarnya disesuaikan kemampuan nasabah.
Contohnya: Debitur X yang diputuskan mendapatkan fasilitas
restructuring karena bank menganggap usaha yang bersangkutan
masih memiliki prospek bila ditambahkan modal usahanya. Tujuan
penambahan modal tersebut diharapkan dapat menambah omzet yang
lebih besar lagi.
kredit yang menyangkut penambahan fasilitas kredit, dan ada konversi
dari sebagian tunggakan angsuran untuk bunganya menjadi pokok
kredit baru yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan
persyaratan kembali. Dengan kata lain bank akan mengupayakan untuk
mengubah kondisi kredit lebih meringankan beban angsuran nasabah.
Contohnya: Debitur X yang mendapatkan fasilitas reconditioning
dengan menurunkan suku bunga dari awalnya 20 % per tahun menjadi
18 % per tahun. Selain itu dapat juga mendapatkan pembebasan bunga
Universitas Sumatera Utara
pinjaman sampai lunas.
secara administrasi perkreditan. Upaya penyelamatan kredit bermasalah secara
administrasi di atas disebut dengan restrukturisasi kredit bermasalah. Secara
umum restrukturisasi dapat dilakukan dengan pertimbangan- pertimbangan pihak
bank. 18
Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk menggali dan mengulas lebih
dalam lagi tentang pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah sebagai upaya
penyelamatan kredit bermasalah. Masalah tersebut dituangkan dalam bentuk
skripsi dengan judul: “Restrukturisasi Kredit Bermasalah Sebagai Upaya
Penyelamatan Kredit Bermasalah dan Akibat Hukum yang Timbul Menurut
Peraturan OJK (POJK) Nomor 42/POJK.03/2017 Tentang Kewajiban Penyusunan
dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi Bank
Umum”.
Berdasarkan dari latar belakang dan penegasan judul di atas, maka
rumusan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah terjadinya kredit macet (Non- Performing Loan) pada
kredit perbankan?
18
Visimedia, 2011) hal. 67
peraturan yang berlaku?
Adapun tujuan dari penulisan dan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui terjadinya kredit macet (Non- Performing Loan)
pada kredit perbankan.
3. Untuk mengetahui implementasi restrukturisasi kredit sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Manfaat bagi penelitian baik dari segi praktis maupun teoritis, yaitu:
1. Secara teoritis
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum yang
berkaitan dengan aspek restrukturisasi kredit bermasalah dan dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan.
2. Secara praktis
restrukturisasi kredit bermasalah yang merupakan upaya
penyelamatan kredit bermasalah pada bank umum.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara
dan beberapa Universitas yang ada di Indonesia baik secara fisik maupun online
khususnya Fakultas Hukum, tidak didapati bahwa judul skripsi Restrukturisasi
Universitas Sumatera Utara
Kasus Bank Sumut Medan Simpang Kwala). Namun ada beberapa judul
penelitian yang berkaitan dengan restrukturisasi kredit, antara lain:
Paramitha Rianawati (2012) Fakultas Hukum Universitas Jember, dengan
judul penelitian Restrukturisasi Kredit Bermasalah dan Akibat Hukumnya dalam
Perjanjian Kredit Sindikasi. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengertian tentang perjanjian kredit sindikasi dan pengaturan
pelaksanaan perjanjian kredit sindikasi dikaitkan dengan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009.
yang merupakan cara yang efektif dan memberikan manfaat dalam
menyelamatkan kredit bermasalah yang diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009.
dengan judul penelitian Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Macet Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia dan Hambatannya Pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Binjai. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengertian kredit macet dan pengertian restrukturisasi kredit macet
dikaitkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
2. Faktor- faktor yang menjadi pendukung dan juga menjadi penghambat
pelaksanaan restrukturisasi dimana penelitian dilakukan di Bank
Rakyat Indonesia Cabang Binjai.
17
3. Tata cara yang dilakukan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai
dalam mengatasi hambatan- hambatan pelaksanaan restrukturisasi
kredit macet.
Nur Dwi Pratiwi (2011) Fakultas Hukum Universitas Surakarta dengan
judul penelitian Upaya Restrukturisasi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) untuk
Menekan Adanya Kredit Macet pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Cabang Surakarta. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan restrukturisasi dalam kredit kepemilikan rumah sebagai
upaya menekan kredit macet.
penyelesaian kredit macet pada kredit kepemilikan rumah pada PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Surakarta.
Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peraturan yang menjadi bahan penelitian dalam penelitian ini adalah
Peraturan OJK, berbeda dengan penelitian di atas yang masih
menggunakan Peraturan Bank Indonesia sebagai bahan penelitian.
2. Lokasi penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
di Bank Sumatera Utara (Bank Sumut), sedangkan studi kasus
penelitian di atas di tempat- tempat yang berbeda.
3. Dalam penelitian ini dibahas mengenai upaya lain yang dilakukan
untuk menyelamatkan kredit bermasalah apabila restrukturisasi kredit
Universitas Sumatera Utara
18
bermasalah dinyatakan gagal yang pada tersebut di atas tidak ada yang
membahas permasalahan ini.
Bermasalah Sebagai Upaya Membantu Nasabah Beritikad Baik (Studi Kasus
Bank Sumut Medan Simpang Kwala), dengan permasalahan tentang tata cara
restrukturisasi kredit bermasalah, akibat hukum yang akan timbul setelah
restrukturisasi kredit bermasalah dilakukan, serta implementasi restrukturisasi
kredit perbankan dengan peraturan yang berlaku.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa skripsi ini belum ditulis dan diteliti
dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada
judul yang sama dengan tulisan yang telah dilakukan di Fakultas Hukum
manapun. Maka dari itu, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah maupun secara akademik.
Kredit Bermasalah Sebagai Upaya Membantu Nasabah Beritikad Baik (Studi
Kasus Bank Sumut Medan Simpang Kwala).” Dalam tinjauan dicoba untuk
mengemukakan beberapa ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan dalam
mengadakan studi kepustakaan. Hal ini akan berguna bagi penulis untuk
membantu melihat ruang lingkup skripsi agar tetap berada di dalam topik yang
diangkat dari permasalahan yang telah diangkat di atas. Adapun yang menjadi
pengertian secara etimologis daripada judul skripsi ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana debitur baik perorangan
atau perusahaan tidak mampu membayar kredit bank tepat pada waktunya. Di
dunia kredit, kredit bermasalah merupakan kredit macet dimana pengguna jasa
kredit tidak mampu membayar minimum pembayaran yang telah jatuh tempo
lebih dari 3 bulan. Di dunia perbankan kredit bermasalah lebih dikenal dengan
Non- Performing Loan. Istilah ini mungkin terdengar asing bagi masyarakat
awam, namun penting sekali bagi pihak bank menjaga Non- Performing Loan
mereka. Hal ini dikarenakan Non- Performing Loan menjadi indikator dalam
menilai kinerja suatu bank. Jika Non- Performing Loan rendah, maka bank
tersebut terbilang sehat. Jika Non- Performing Loan tinggi, maka tinggi pula
risiko yang dipikul bank tersebut. 19
Jika Non- Performing Loan terlalu tinggi, keberlangsungan bank tersebut
bisa terancam. Hal ini dikarenakan sumber dana bank yang merupakan dana yang
dihimpun dari masyarakat menjadi tehambat investasinya akibat dari tidak
berjalannya siklus perputaran dana. Itu sebabmya bank senantiasa menjaga agar
nilai Non- Performing Loan selalu berada pada angka yang rendah jika ingin tetap
terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Non- Performing Loan ini bukan
dinilai dari kinerja bank saja, namun terutama dari para debiturnya. Hal yang
menjadi fokus utama kredit bermasalah seringkali berada di kalangan debitur. Hal
19
Riski Permana Abadi, Kredit Macet: Ilustrasi dan Efek Negatifnya, Cermati.
https://www.cermati.com/artikel/kredit-bermasalah-pengertian-ilustrasi-dan-efek-negatifnya
Universitas Sumatera Utara
ini dapat dihindari apabila debitur memiliki inisiatif untuk mengembalikan dana
yang dipinjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Bahkan dapat dikatakan bahwa Non- Performing Loan ibarat kanker dalam
tubuh manusia yang mana apabila kanker tersebut tidak segera diatasi maka akan
menjadi semakin parah bahkan pada akhirnya akan berujung kematian. Begitu
pula dengan kredit bermasalah, yang mana kredit bermasalah tersebut dapat
mengganggu sistem kerja dalam organisasi bank yang menjadi kreditur. Apabila
pihak bank tidak mengambil langkah tepat dalam mengatasi Non- Performing
Loan, maka hal tersebut dapat berdampak buruk pada kelangsungan berjalannya
sistem pendanaan di dalam bank tersebut. Contohnya adalah Bank Century yang
pada akhirnya dinyatakan tidak dapat beroperasi lagi karena dana yang dihimpun
dari masyarakat tidak dapat dikekola dengan baik.
Non- Performing Loan tidak menjadi masalah jika satu atau dua debitur
saja yang tidak disiplin dalam membayar cicilan pinjaman mereka, tapi kalau
jumlah debitur yang tidak disiplin dalam membayar kredit dalam jumlah yang
banyak dalam waktu yang hampir bersamaan, maka Non- Performing Loan akan
naik. Bank berusaha mengontrol Non- Performing Loan mereka dengan lebih
berhati- hati dalam memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat baik
perorangan maupun badan usaha. 20
2. Penyelamatan Kredit Bermasalah
dilakukan oleh pihak bank sebagai kreditur untuk dapat menolong atau
menyelamatkan kredit bermasalah agar kredit tersebut bisa berlanjut. Cara- cara
yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kredit bermasalah antara lain yaitu
restrukturisasi kredit bermasalah. Upaya ini dilakukan pihak bank dengan tujuan
dapat menekan Non- Performing Loan. Namun, tidak semua kredit bermasalah
dapat ditolong dengan restrukturisasi. Hal ini disebabkan karena beragamnya
permasalahan yang dihadapi debitur sebagai alasan mereka tidak dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. 21
Maka dari itu, pihak bank memiliki banyak pertimbangan dalam
memberikan fasilitas restrukturisasi kredit bermasalah kepada pihak debitur. Jika
debitur dianggap masih berpotensi untuk dapat menyelesaikan dan melunasi
pinjamannya di bank, maka pihak bank akan mengupayakan kredit tersebut
diselamatkan secara administratif, namun apabila pihak debitur dianggap sudah
tidak mampu lagi ataupun dianggap tidak kooperatif dan tidak ada itikad baik,
maka besar kemungkinan fasilitas restrukturisasi kredit bermasalah tidak akan
diberikan. Bahkan pada umumnya, penyelesaian masalah seperti ini akan
diselesaikan di pengadilan, dan pada akhirnya akan berakhir pada proses
penjualan jaminan oleh pihak bank secara lelang. Hal ini dikenal dengan istilah
penyelesaian kredit bermasalah, berbeda dengan penyelamatan kredit bermasalah.
3. Bank
Visimedia, 2011) hal. 73
Bank badan usaha yang menghimpun dana dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. 22
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
4. Peraturan OJK
Jasa Keuangan yang dibuat dalam rangka melaksanakan tugas Otoritas Jasa
Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang- undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik sektor penbankan, pasar
modal, dan sektor jasa keuangan non- bank seperti Asuransi, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. 23
Otoritas Jasa Keuangan sendiri merupakan lembaga independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang- undang Nomor 21 Tahun 2011 tersebut. Ini artinya, dalam
membuat atau mengeluarkan dan menetapkan sebuah peraturan, Otoritas Jasa
22
Indonesia, Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 Angka (1). 23
Website Resmi OJK. http://www.ojk.go.id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx
Universitas Sumatera Utara
Keuangan tidak dapat diintervensi, melainkan melihat secara langsung fenomena
atau permasalahan dalam sektor jasa keuangan yang dianggap perlu untuk dibuat
peraturannya. Tugas pengawasan industri keuangan non- bank dan pasar modal
secara resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam- LK ke Otoritas
Jasa Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012. Sedangkan pengawasan sektor
penbankan beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan pada 31
Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.
F. Metode Penelitian
kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena
dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam
mencapai tujuan dari penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian
yakni:
atau doktriner yaitu ditekankan pada penggunaan data sekunder.
Penelitian hukum normatif atau doktriner yang juga disebut sebagai
penelitian perpustakaan atau studi dokumen, karena lebih banyak
dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di
perpustakaan. 24
sistem norma yang digunakan untuk memberikan “justifikasi”
24
Ediwarman, Metode Penelitian Hukum (Medan: PT. Sofmedia, 2015) hal. 97
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan
sistem pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah.
2. Metode Pendekatan
yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan menganalisis pasal-
pasal yang mengatur tentang pelaksanaan restrukturisasi kredit
bermasalah, menganalisis berlakunya hukum positif dan pengaruh
berlakunya hukum positif terhadap pelaksanaan restrukturisasi kredit
bermasalah serta faktor non hukum terhadap terbentuknya serta
berlakunya ketentuan hukum positif.
Sumut) Cabang Simpang Kwala, Medan, Sumatera Utara
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara lisan dan tertulis
dengan pegawai Bank bidang Perkreditan. Penelitian dilakukan pada
April 2019.
25
Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999) hal. 36
restrukturisasi kredit bermasalah dikaitkan dengan Peraturan OJK.
Penelitian empiris yang bertujuan medapatkan bahan primer
yang berupa peraturan perundang-undangan dan buku-buku yang
berkaitan dengan sistem pelaksanaan restrukturiasi kredit bermasalah
dan bahan sekunder berupa bahan acuan lainnya yang mendukung
penulisan skripsi ini. 26
5. Prosedur Pengumpulan Data
diperlukan metode pengumpulan data dengan cara studi pustaka
terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non-
hukum. 27
dan media lainnya yang berhubungan dengan sistem pelaksanaan
kredit bermasalah sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah
menurut Peraturan.
26
Ediwarman, Metode Penelitian Hukum (Medan: PT. Sofmedia, 2015) hal. 144 27
Mukti Fajar, , Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999) hal. 160
Analisis data Kualitatif adalah suatu cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu yang dinyatakan oleh
responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata,
yang diteliti dan dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 28
Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis mendalam
(in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus
karena metodologi kualitatif yakin sifat suatu masalah satu akan
berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini
bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap
suatu masalah.
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka dan
metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II, KREDIT MACET (NON- PERFORMING LOAN) PADA
PERBANKAN DAN PENYELESAIANNYA. Bab ini berisikan Jenis- jenis
Kredit Perbankan, Kategori Kredit Macet pada Kredit Perbankan, Upaya
Penyelamatan Kredit Bermasalah Pada Kredit Perbankan dan Kriteria yang Harus
Dipenuhi Debitur Agar Dapat Dilakukan Restrukturisasi.
Bab III, AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL SETELAH
RESTRUKTURISASI. Bab ini berisikan Restrukturisasi Sebagai Salah Satu
28
1982) hal. 93
Universitas Sumatera Utara
Restrukturisasi Sebagai Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah dan Alternatif
Lain Penyelamatan Kredit Bermasalah Apabila Restrukturisasi Dinyatakan Gagal.
Bab IV, IMPLEMENTASI RESTRUKTURISASI KREDIT
BERMASALAH MENURUT PERATURAN YANG BERLAKU. Bab ini
berisikan Pengaturan Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Bermasalah, Tata Cara
Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Bermasalah Menurut Peraturan, Faktor- faktor
Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Restrukturisasi Kredit Bermasalah dan
Analisis Pelaksanaan Restrukturisasi Pada Bank Daerah Sumatera Utara (Bank
Sumut) Simpang Kwala Berdasarkan Peraturan.
Bab V, Kesimpulan dan Saran merupakan penutup dalam penulisan skripsi
ini, dalam hal ini penulis menyimpulkan pembahasan- pembahasan sebelumnya
dan dilengkapi dengan saran- saran.
Universitas Sumatera Utara
DAN PENYELESAIANNYA
Bank dalam menjalankan kegiatannya memilki peranan yang besar
terhadap sistem keuangan. Kegiatan bank yang memberikan kredit kepada
masyarakat ternyata memiliki peranan sebagai berikut: 57
1. Pengalihan Aset (Asset Ttansmutasion)
Pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit deficit. Dalam hal
ini sumber dana yang diberikan kepada pihak peminjam berasal dari
pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur
seusai dengan keinginan pemilik dana. Dengan demikian, bank
berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus kepada
unit deficit.
melakukan transaksi keuangan. Dalam ekonomi modern, transaksi
barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk
itu, produk, jasa, dan layanan yang ditawarkan oleh bank memudahkan
masyarakat dalam bertransaksi.
3. Likuiditas (Liquidity)
Visimedia, 2011) hal. 11
membantu aliran likuiditas/dana dari unit surplus kepada unit deficit
yang dilakukan dengan cara unit surplus menempatkan dananya dalam
bentuk giro, tabungan, deposito dan produk dana bank lainnya yang
kemudian disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak yang
melangalami deficit. Dengan demikian bank memberikan layanan
fasilitas pengelolaan likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang
mengalami kekurangan likuiditas
4. Efisiensi (Efficiency)
memperlancar dan mempertemukan pihal-pihak yang saling
membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris anatara
peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Perang bank
menjadi penting untuk memecahakan masalah insentif tersebut. Untuk
lebih jelas, peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak
yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak
sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi.
Kata kredit sendiri berasal dari bahasa Inggris “credit” yang menurut
kamus Webster berarti trustworthiness atau credibility. Sebagai kata benda
“credible” yang berarti dapat dipercaya. Kredit adalah suatu reputasi yang
dimiliki seseorang yang memungkinkan ia bias memperoleh uang, barang-barang
atau tenaga kerja dengan jalan menukarkannya dengan suatu perjanjian untuk
Universitas Sumatera Utara
membayarnya disuatu waktu yang akan datang. Sedangkan pengertian kredit
menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 21 ayat 11 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak
dicapai yang tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga
tidak akan terlepas dari misi bank tersebut. Tujuan Pemberian suatu kredit adalah
sebagai berikut : 58
1. Mencari Keuntungan
Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh
bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang diberikan
kepada nasabah.
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk
modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
Keunggulan Bersaing (Jakarta: Penerbit PPM, 2004) hal. 116
Universitas Sumatera Utara
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit
berarti adanya pemberian dana dalam rangka peningkatan
pembangunan di beberapa sektor, terutama sektor riil.
Pada dasarnya, kredit yaitu uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah
dan akan dikembalikan pada waktu tertentu di masa mendatang, dengan disertai
kontra prestasi berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta
berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka
jenis kredit menjdi beragam. Jenis-jenis kredit tersebut diuraikan sebagai
berikut: 59
a. Kredit Konsumtif
artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan
terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha-
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
c. Kredit Perdagangan
http://konsultasihukum.org/restrukturisasi-kredit-perbankan/html diakses pada 3 April 2019
umumnya yang berarti peningkatan utility of place dari sesuatu
barang.
a. Kredit investasi
digunakanuntuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atauuntuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit
investasi misalnya untuk membangun atau membeli mesin-mesin.
Masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama dan
dibutuhkan modal yang relatif besar pula.
b. Kredit modal kerja
keperluanmeningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai
contoh kredit modalkerja diberikan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainya yang berkaitan
dengan proses produksi perusahaan.
a. Kredit jangka pendek
Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya utuk modal kerja. Contohnya untuk
60
Ibid.
pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
investasi. Sebagaicontoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau
peternakan kambing.
Kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.
Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapasawit atau manufaktur dan untuk kredit
konsumtif seperti kredit perumahan.
a. Kredit Rekening Koran Bebas
Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran
dan kepadanya diberikan blanko cek dan rekening koran
pinjamannya di isi menurut besarnyakredit yang diberikan
(maksimum kredit yang ditetapkan). Debitur atau nasabah bebas
melakukan penarikan-penarikan ke dalam rekening bersangkutan
selama kredit berjalan.
Dalam sistem ini terdapat suatu pembatasan tertentu bagi nasabah
dalam melakukan penarikan-penarikan uang via rekeningnya.
Universitas Sumatera Utara
Penarikan kredit dilakukan sekaligus dalam arti kata seluruh
maksimum kredit pada waktu penarikan pertama telah sepenuhnya
dipergunakan oleh nasabah.
d. Revolving credit
dengan masa penggunaannya 1 tahun. Akan tetapi cara
pemakaiannya berbeda.
a. Unsecured Loans
perbankan di Indonesia bentuk ini belum lazim dan malahan
dilarang oleh Bank Sentral.
Jenis seperti inilah yang digunakan oleh seluruh bank di Indonesia
tentang pemberian kredit tanpa jaminan.
B. Kategori Kredit Macet pada Kredit Perbankan
Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan kredit bermasalah, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal bank. Faktor internal bank seperti analisis yang
kurang tepat, adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan
nasabah, keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur,
Universitas Sumatera Utara
campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, kelemahan dalam melalukan
pembinaan dan monitoring kredit debitur, dsb. 61
Faktor eksternal terdiri dari unsur kesengajaan yang dilakukan oleh
nasabah dan unsur ketidaksengajaan. Unsur kesengajaan contohnya nasabah
sengaja tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, debitur melakukan
ekspansi terlalu besar, penggunaan dana yang tidak sesuai dengan tujuan, dsb.
Sedangkan unsur ketidaksengajaan seperti usaha debitur yang terbatas, usaha
debitur tidak dapat bersaing dengan pasar, perubahan kebijakan pemerintah, serta
bencana alam, dsb.
Permasalahan Kredit yang biasanya timbul dapat terjadi pada saat pertama
kali diberikannya kucuran dana oleh bank kepada pihak debitur, seperti pemberian
kredit yang dilakukan tanpa akad perjanjian kredit yang tentunya hal ini
merupakan kejadian yang sangat tidak masuk akal dan jelas akan sangat
merugikan pihak debitur, atau bisa juga kredit itu bermasalah di tengah masa
perkreditan. Kredit yang bermasalah di tengah masa perkreditan misalnya seperti
seorang debitur yang mengalami kesulitan keuangannya sehingga pembayaran
kewajiban atas kredit tidak dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati bersama sebelumnya.
Kemudian bisa juga diakibatkan oleh kondisi diluar bisnis debitur, seperti
kondisi keamanan yang tidak mendukung untuk berjalannya proses bisnis debitur
tersebut atau juga kondisi alam yang tidak bersahabat seperti terjadinya bencana
alam, cuaca yang buruk dan lain-lain yang tentunya semua kondisi tersebut akan
61
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Suatu Tinjauan Yuridis (Bandung:
Djambatan, 1997) hal. 62
berdampak secara langsung kepada bank sebagai debitur dengan tidak dapat
dipenuhinya kewajiban debitur kepada kreditur.
Sedangkan Siswanto Sutojo mengatakan bahwa kredit bermasalah dapat
timbul selain karena sebab-sebab dari pihak kreditur, sebagian besar kredit
bermasalah timbul karena hal-hal yang terjadi pada pihak debitur, antara lain: 62
1. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan yang disebabkan
merosotnya kondisi ekonomi umum dan/ atau bidang usaha dimana
mereka beroperasi.
2. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau
karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka
tangani.
berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa
orang anggota keluarga debitur.
4. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang
lain.
6. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan
bencana alam.
7. Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah merencanakan
untuk tidak akan mengembalikan kredit).
62
Pustaka Utama, 2007) hal. 14
Universitas Sumatera Utara
kredit lancar, kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit
diragukan, dan kredit macet. Mengenai masing- masing kualitas kredit tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut: 63
6. Kredit lancar, yaitu jika memenuhi kriteria:
d. Pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat;
e. Memiliki mutasi rekening yang aktif;
f. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
7. Kredit dalam perhatian khusus, yaitu jika memenuhi kriteria:
f. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga
g. Kadang- kadang terjadi cerukan;
h. Mutasi rekening relatif rendah;
i. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
j. Didukung oleh pinjaman baru.
8. Kredit kurang lancar, yaitu jika memenuhi kriteria:
f. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 90 hari;
i. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
j. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
9. Kredit yang diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria:
63
Universitas Sumatera Utara
f. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 180 hari;
i. Terjadi kapitalisasi bunga;
maupun peningkatan jaminan.
d. Terjadi tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 270 hari;
f. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
perbankan dan juga upaya menyehatkan kembali keuangan nasabah kredit
termasuk penyehatan aset bank sehingga dengan lancarnya kembali pembayaran
kredit oleh debitur maka akan menciptakan suatu penyelamatan dan penyehatan di
kedua sisi yaitu bank sebagai pihak kreditur dari segi penyelamatan kredit dan
penyehatan aset bank dan dari sisi nasabah kredit penyehatan kembali
kelangsungan usahanya sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. 64
64
2010) hal. 69
Universitas Sumatera Utara
perbankan bahwa kelangsungan usaha bank antara lain tergantung dari
kemampuan dan efektifitas bank dalam mengelola risiko kredit dan
meminimalkan potensi kerugian. Untuk itu dalam rangka mengelola risiko kredit
dan untuk meminimalkan potensi kerugian, bank wajib menjaga kualitas aktiva
dan wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva, dimana kewajiban
pembentukan penyisihan penghapusan aktiva perlu diberlakukan terhadap baik
aktiva produktif maupun aktiva non produktif. 65
Bank Indonesia selaku banking regulator mendefinisikan Aktiva Produktif
sebagai suatu penyediaan dana oleh perbankan dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat
berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement),
tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk
penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu, dengan tujuan
untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan untuk Aktiva Non Produktif Bank
Indonesia mendefinisikan sebagai aset Bank selain Aktiva Produktif yang
memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih,
properti terbengkalai (abandoned property), rekening antar kantor dan suspense
account. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai salah satu upaya untuk
meminimalkan potensi kerugian dari debitur bermasalah, bank dapat melakukan
65
Antonius Ketut, Artikel Restrukturisasi Kredit Manfaat dan Kendala yang dihadapi
Bagi dan Oleh Perbankan, 2015
Universitas Sumatera Utara
restrukturisasi kredit atas debitur yang masih memiliki prospek usaha dan
kemampuan membayar. 66
peminjam masih feasible dan menjanjikan profit serta nasabah peminjam tersebut
bersikap transparan dan kooperatif, seyogyanya atas fasilitas kredit nasabah
peminjam tersebut ditempuh upaya penyelamatan kredit baik berupa
restructuring, reconditioning, rescheduling atau tindakan penyelamatan kredit
lainnya. Namun demikian, tidak semua kredit nasabah peminjam yang bermasalah
harus selalu diselamatkan, atas kredit nasabah peminjam yang sudah tidak dapat
lagi untuk diselamatkan maka upaya akhir sebagai tindakan lanjutan yang harus
segera dilaksanakan atau ditempuh oleh bank adalah dengan melakukan upaya
penyelesaian kredit.
Dalam praktiknya, penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan para
pihak bank dilakukan dengan dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi. Namun, tetap
diakui bahwa kedua alternatif tersebut terlepas dari adanya bank- bank yang
melakukan penagihan kredit bermasalah dengan menggunakan jasa debt collector
yang merupakan bukan pihak yang berwenang untuk melakukan tindakan
tersebut. 67
66
Hasanuddin Rahman, Aspek- aspek Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998) hal. 128
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan negosiasi. 68
hukum, di antaranya:
b. Melalui Badan Peradilan
D. Kriteria yang Harus Dipenuhi Debitur Agar Dapat Dilakukan
Restrukturisasi
debitur yang kreditnya bermasalah. Restrukturisasi kredit diperuntukkan untuk
kasus- kasus tertentu, misalnya sebagai berikut: 69
1. Terjadi penurunan sumber pendapatan yang tidak terlalu drastis, sehingga
hanya dengan memperpanjang waktu pinjaman, angsuran baru yang sesuai
dengan kemampuan barunya dapat terpenuhi.
2. Sama dengan nomor 1, namun pilihannya bunga yang diturunkan, dan
pilihan ini sangat jarang diberikan pihak Bank.
68
dilakukan perpanjangan waktu sekaligus menurunkan bunga pinjamannya.
4. Hal ini diberikan kepada debitur yang mengalami kebakaran atau bencana
alam, namun hanya sedikit modal usahanya terbakar atau rusak akibat
bencana alam, biasanya maksimal hanya 6 bulan.
5. Sama dengan nomor empat, hanya saja hampir seluruh modal usahanya
terbakar atau rusak akibat bencana alam, biasanya maksimal hanya 3
bulan.
berikut: 70
1. Berinisiatif
Debitur harus mempunyai insiatif atau semangat untuk terus berjuang
menghadapi kesulitan bisnisnya. Ibaratnya seorang pasien yang sedang sakit,
maka debitur harus punya semangat juang dan keinginan untuk tetap hidup. Full
disclosure diperlukan, karena Bank disini bertindak sebagai seorang dokter yang
akan menyembuhkan penyakit, jadi debitur harus transparan, agar penyakitnya
benar-benar dapat dideteksi, sehingga pengobatannya juga tepat. Bersedia
memikul kerugian, karena dalam restrukturisasi, kita tak berbicara mendapatkan
70
Masyhud Ali, Restrukturisasi Perbankan & Dunia Usaha (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2002) hal. 238
dan Bank sama-sama mendapatkan kerugian atau kehilangan beberapa
kesempatan. Dari sisi Bank, harus mencadangkan PPAP, yang mengurangi
kesempatan Bank untuk mengelola dana yang dihimpunnya guna membiayai
bisnis debitur lain yang membutuhkan. Mengapa debitur harus mempunyai Bisnis
Plan, karena dengan membuat Bisnis Plan, debitur masih dapat melihat prospek
usaha ke depan, dapat membuat proyeksi arah perusahaan, dan membuat cash
flow nya. Bagi nasabah kecil, debitur bisa mengemukakan rencananya pada
Account Officer, dan nantinya Account Officer akan membantu dalam membuat
rencana cash flow nya.
Dari sisi Prospek usaha, maka restrukturisasi akan berhasil jika: 71
1. Net cash flow positif, yang berarti debitur masih mempunyai laba
operasional, masih dapat menutup biaya untuk operasional perusahaan,
membiayai gaji karyawan, serta biaya lain agar usaha tetap berjalan.
2. Ada multiplier effect. Usaha yang mempunyai efek multiplier harus
mendapat perhatian, karena dengan restrukturisasi diharapkan
perusahaan dapat tetap hidup, yang kehidupan ini akan mempengaruhi
perkembangan usaha lainnya.
3. Prospek produk dan Jasa. Dari sisi produk dan jasa yang dihasilkan,
masih ada kemungkinan untuk tumbuh dan bisa mampu bersaing.
71
Ahmad Subagyo, SE, MM, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah (Jakarta: Mitra
Wacanamedia, 2015) hal. 119
yang dapat menembus pasar.
4. Ada peluang efisiensi. Usaha debitur, selain berupaya menghasilkan
produk dan jasa yang mampu bersaing di pasar, juga masih ada peluang
efisiensi yang dapat dilakukan, sehingga bilamana target cash flow tak
tercapai, masih ada margin yang berasal dari efisiensi.
5. Daya saing. Diharapkan produk dan jasa yang dihasilkan mempunyai
daya saing untuk mempertahankan perusahaan tetap hidup.
Pada akhirnya yang penting adalah kemauan kerjasama dari debitur.
Dalam restrukturisasi kredit, sebagaimana telah dijelaskan dalam tulisan di atas,
maka sebetulnya Bank hanya berfungsi membantu dari sisi strategi finansial, serta
berperan sebagai konsultan dan risk doctor, namun upaya lainnya harus dilakukan
oleh debitur. Debitur harus bisa menilai dan memperbaiki berbagai fungsi dalam
perusahaan, seperti fungsi manajemen, operasional, organisasi, sumber daya
manusia, Research & Development serta pemasaran. Bisnis Plan diperlukan agar
Bank dan debitur dapat bersama-sama menilai strategi restrukturisasi secara
komprehensip yang dilakukan debitur, sehingga Bank dalam membantu dari sisi
finansial, sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
A. Restrukturisasi Sebagai Salah Satu Upaya Penyelesaian Kredit
Bermasalah
digunakan dalam perbankan, yang artinya adalah upaya perbaikan yang dilakukan
dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya. Restrukturisasi kredit bertujuan untuk penyelamatan
kredit sekaligus menyelamatkan usaha debitur agar kembali sehat. Restrukturisasi
kredit dapat dilakukan apabila Bank mempunyai keyakinan bahwa debitur masih
mempunyai prospek usaha yang baik, dan mampu memenuhi kewajibannya
setelah kreditnya direstrukturisasi. 87
Ada beberapa pendapat para ahli tentang restrukturisasi kredit yang pada
dasarnya hampir memiliki kesamaan dalam pendapatnya masing- masing,
diantaranya adalah sebagai berikut:
adalah perubahan syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank,
konversi sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau
konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner
lain untuk menambah penyertaan. 88
87
http://konsultasihukum.org/restrukturisasi-kredit-perbankan/html diakses pada 9 April 2019 88
Malayu Hasibuan, Dasar- dasar Perbankan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001) hal. 116
Universitas Sumatera Utara
Menurut Cand Taswan, Restrukturisasi kredit adalah upaya yang
dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar supaya debitur dapat
memenuhi kewajibanya yang dapat dilakukan antara lain, yaitu melalui penuranan
suku bunga; pengurangan tunggakan bunga kredit; pengurangan pokok kredit;
perpanjangan jangka waktu kredit; penambahan fasilitas kredit; pengambilalihan
aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan konversi kredit menjadi
penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur. Penyertaan modal adalah
penyertaan semantara pada perusahaan debitur untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit. 90
Kredit yang diberikan oleh bank memiliki tujuan agar uang yang
disalurkan dalam bentuk kredit kepada debitur dapat dikembalikan sesuai jangka
waktu yang telah diberjanjikan. Namun dalam kenyataannya, dari seluruh kredit
yang diberikan masih terdapat kredit yang bermasalah. Dalam hal terdapat kredit
yang bermasalah maka, bank berupaya untuk menyelesaikannya. Persoalanya
bagaimanakah menghadapi kredit bermasalah tanpa membunuh usaha debitur
sekaligus memberikan solusi terbaik bagi bank maupun bagi debitur itu sendiri.
89
Indra Bastian, Akutansi Perbankan (Jakarta: Salemba Empat, 2006) hal. 268 90
Cand Taswan, Manajemen Perbankan Edisi II (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010)
hal. 68
Solusi ini dianggap terbaik saat ini sebab disamping menyelamatkan dana
perbankan dan menyelamatkan usaha debitur juga memberikan manfaat bagi
masyarakat pada umunya. Karena penyelamatan kredit dapat ikut mendukung
recovery ekonomi nasional. Dengan melakukan restrukturisasi kredit, akan
memberikan manfaat sebagai berikut : 91
1. Terhindar dari kebangkrutan. Penghindaran ini penting sebab
publisitas yang berkaitan dengan kebangkrutan sangat merugikan bagi
usaha yang ada.
3. Pilihan restrukturisasi kredit adalah fleksibel dan dapat dimodifikasi
setelah pembicaraan dilakukan antara pihak manajemen debitur
dengan kreditur.
kemungkinan juga pokok pinjaman.
melikuidasi perusahaan bila pyoksi-proyeksi tidak terpenuhi.
6. Memaksimalkan kesempatan bagi pemegang saham yang ada untuk
mendapatkan keuntungan sehingga menyakinkan manajemen untuk
tetap temotivasi.
Antonius Ketut, Restrukturisasi KreditManfaat dan Kendala yang Dihadapi Bagi dan
Oleh Perbankan, Worpress. http://antoniusketut.wordpress.com/manfaat-restrukturisasi-kredit
Universitas Sumatera Utara
7. Dalam hal konversi utang menjadi equity kreditur dapat memegang
mayoritas suara dalam perusahaan dan dapat memiliki pengaruh yang
sangat besar pda manajemen.
yang akan menurun nilainya dikarnakan kebangkrutan perusahaan.
9. Kreditur dapat menghindari atau menunda penghapus bukuan piutang.
Dalam Peraturan OJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban
Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi
Bank Umum, tidak menyebutkan secara spesifik tentang restrukturisasi. Namun
pada Pasal 3 butir (6) disebutkan bahwa kebijakan perkreditan atau pembiayaan
bank paling sedikit memuat dan mengatur sebagaimana ditetapkan dalam
Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank yaitu
memuat tentang penyelesaian kredit atau pembiayaan bermasalah. Kemudian pada
Pasal 4 disebutkan Bank harus mematuhi kebijakan perkreditan atau pembiayaan
bank yang telah disusun dalam melaksanakan pemberian kredit atau pembiayaan
dan pengelolaan prekreditan atau pembiayaan secara konsekuen dan konsisten. 92
Adapun Peraturan OJK lain yang terkait restrukturisasi kredit yaitu
Peraturan OJK Nomor 11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati- hatian dalam
Rangka Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank umum. Dalam peraturan ini
pengertian restrukturisasi kredit terdapat pada Pasal 1 angka (4) yaitu upaya yang
92
Indonesia, Peraturan OJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Penyusunan
dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum, Pasal 3 & 4
Universitas Sumatera Utara
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui: 93
a. Penurunan suku bunga kredit;
b. Perpanjangan jangka waktu kredit;
c. Pengurangan tunggakan bunga kredit;
d. Pengurangan tunggakan pokok kredit;
e. Penambahan fasilitas kredit; dan/ atau
f. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.
Restrukturisasi kredit diberikan kepada debitur yang tidak dapat memenuhi
kewajibannya atau debitur yang diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga sesuai dengan jadwal yang
diperjanjikan. Bank melakukan restrukturisasi kredit kepada debitur berdasarkan
pertimbangan ekonomi atau hukum, yang pemberiannya terbatas pada adanya
kesulitan keuangan debitur sehingga perlu dibantu oleh bank dalam
menyelesaikannya. 94
Penyelamatan Kredit Bermasalah
hukumnya adalah akan terjadi perubahan kesepakatan antara pihak bank yang
dalam hal ini disebut kreditur dan nasabah kredit disebut sebagai debitur.
Perubahan tersebut dibuat pihak kreditur dan debitur dalam bentuk kesepakatan-
93
Ibid. 94
Iswi Haryani, SH.MH, Hapus Buku & Hapus Tagih Kredit Macet Debitur UMKM di
Bank BUMN (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009) hal. 13
Universitas Sumatera Utara
dimaksud yaitu tata cara pembayaran kredit, jadwal pembayaran, besarnya jumlah
angsuran kredit yang harus dibayarkan debitur kepada pihak kreditur dan juga hak
dan kewajiban lainnya dari kreditur dan debitur yang atas kesepakatan bersama
akan dituangkan ke dalam suatau akta perjanjian kredit yang baru dalam upaya
pelaksanaan penyelesaian kredit bermasalah tersebut. 95
Pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah oleh bank selaku kreditur
terhadap nasabah peminjam selaku debitur mengakibatkan terjadinya perubahan
klausul tentang hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh kedua
belah pihak. Hal ini berarti terjadi pembaharuan perjanjian kredit telah terlebih
dahulu dilakukan negosiasi diantara kreditur dan debitur untuk menyepakati tata
cara, syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pihak bank
selaku kreditur maupun nasabah peminjam selaku debitur. 96
Disamping pembaharuan perjanjian kredit yang memuat hak dan
kewajiban dari para pihak, dengan terjadinya restrukturisasi kredit tersebut maka
perjanjian pengikatan jaminan juga harus diperbaharui sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati dalam perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok tersebut.
Dalam hal ini nasabah debitur dapat melakukan penambahan terhadap jaminan
kepada bank selaku kreditur apabila hal tersebut menjadi syarat tercapainya
kesepakatan pelaksanaan restrukturisasi kredit diantara kedua belah pihak. Dalam
95
Iswi Haryani, SH.MH, Hapus Bunga & Hapus Tagih (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009)
hal. 112 96
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998) hal. 97
Universitas Sumatera Utara
hal terjadi penambahan jaminan oleh nasabah peminjam tersebut maka perjanjian
pengikatan jaminan juga akan mengalami pembaharuan perjanjian sesuai dengan
jumlah agunan yang telah diserahkan oleh debitur kepada kreditur. Dengan
demikian dapat dikatakan bagi nasabah peminjam akibat hukum terjadinya
kesepakatan pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah adalah bahwa nasabah
peminjam (debitur) tetap terikat untuk memenuhi kewajibannya dalam hal
pembayaran sisa hutang yang telah disepakati untuk dilunasi oleh debitur sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dengan kesepakatan bersama antara
kreditur dan debitur sesuai akta perjanjian restrukturisasi kredit bermasalah
tersebut. Disamping itu dalam hal hak dan kewajiban nasabah peminjam selaku
debitur dalam perjanjian restrukturisasi kredit bermasalah tersebut telah
mengalami perubahan (pembaharuan) dimana pada umumnya hak dan kewajiban
debitur tersebut lebih dipermudah oleh bank selaku kreditur guna mendukung
kelancaran pembayaran sisa hutang debitur dalam pelaksanaan perjanjian
restrukturisasi kredit bermasalah tersebut. 97
Kemudahan dalam hal hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh nasabah peminjam (debitur) terhadap bank selaku kreditur
dalam restrukturisasi kredit bermasalah tersebut diantaranya meliputi : 98
1. Pembaharuan dalam hal sisa hutang pokok yang harus dilunasi oleh
debitur dalam jangka waktu yang telah ditetapkan melalui kesepakatan
97
Ibid. hal. 82 98
Agustina Melani, Ini Proses yang Dilalui Untuk Restrukturisasi Kredit, Liputan 6
https://www.liputan6.com/bisnis/read/ini-proses-yang-mesti-dilalui-untuk-restrukturisasi-kredit
Universitas Sumatera Utara
bersama antara kreditur dan debitur yang pada umumnya telah dilakukan
perpanjangan jangka waktu pembayaran kredit.
2. Pemotongan bunga pinjaman kredit yang telah tertunggak oleh debitur
yang akan dikurangi dari hutang pokok sehingga hutang pokok yang harus
dibayar oleh debitur menjadi lebih kecil daripada sebelum terjadi
pemotongan bunga tertunggak.
3. Pemotongan bunga hutang pokok yang akan dibayar oleh debitur kepada
kreditur dalam pelaksanaan perjanjian restrukturisasi kredit bermasalah
sehingga bunga yang ditetapkan menjadi lebih kecil dari perjanjan kredit
sebelumnya.
disepakati oleh kreditur dan debitur yang pada tahap perjanjian kredit
sebelumnya telah lewat waktu, terjadi pembaharuan jangka waktu
pembayaran. Sehingga nasabah peminjam (debitur) melakukan kewajiban
pembayaran hutang kreditnya dari sejak penetapan tanggal pembayaran
yang temuat dalam perjanjiian restrukturisasi tersebut.
5. Perubahan besar pembayaran kredit yang harus dilaksanakan oleh nasabah
peminjam selaku debitur menjadi lebih kecil jumlahnya dari pembayaran
kredit dalam perjanjian kredit sebelumnya.
6. Pembaharuan perjanjian pengikatan jaminan mengikuti perjanjian
pokoknya dimana kemungkinan terjadi penambahan agunan oleh debitur
kepada kreditur sebagai syarat tercapainya pelaksanaan perjanjian
restrukturisasi kredit bermasalah tersebut.
Dari uraian di atas dapat dikatakan akibat hukum terjadinya restrukturisasi
kredit bermasalah terhadap nasabah peminjam (debitur) adalah batalnya perjanjian
kredit yang telah disepakati pada awalnya yang juga membatalkan segala hak dan
kewajiban bagi bank selaku kreditur dan nasabah peminjam selaku debitur.
Pembatalan perjanjian kredit awal yang telah disepakati kedua belah pihak
tersebut diikuti dengan terjadinya kesepakatan baru bagi kreditur bagi bank selaku
kreditur dan nasabah peminjam selaku debitur yang tertuang di dalam perjanjian
restrukturisasi kredit bermasalah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
sebagai ketentuan baru yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh nasabah
peminjam selaku debitur. 99
Restrukturisasi Dinyatakan Gagal
perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang
mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Keputusan restrukturisasi
kredit harus dilakukan oleh pihak atau pejabat yang lebih tinggi dari pihak atau
pejabat yang memutuskan pemberian kredit.
Restrukturisasi kredit dilakukan dengan tiga opsi. Ketiga opsi
restrukturisasi yaitu penjadwalan kembali (Rescheduling), persyaratan kembali
(Reconditioning), penataan kembali (Recapitalizing atau Restructuring).
Langkah- langkah tersebut dilakukan dengan memperhatikan Pedoman
99
Hasil Penelitian di Bank Sumut Cabang Simpang Kwala Tentang Tata Cara
Penanganan Kredit Macet Nasabah
Penyusunan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank. Namun ada kalanya
upaya restrukturisasi kredit tidak berjalan atau gagal. Hal ini karena pihak bank
menolak permohonan upaya restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh pihak
debitur. Adapun pertimbangan penolakan oleh pihak bank disebabkan debitur
dinilai tidak kooperatif, debitur dinilai tidak mampu lagi untuk melunasi utang
kreditnya, ataupun usaha debitur dinilai tidak memiliki prospek untuk
berkembang lagi. Jika hal ini terjadi maka harus diambil kebijakan lain yang
dilakukan pihak bank untuk tetap menyelamatkan kredit debitur. Upaya
restrukturisasi dapat diajukan debitur sebanyak dua kali. Namun jika tetap gagal
maka alternatif lain yang dapat dilakukan misalnya sebagai berikut ini: 100
1. Penjualan aset jaminan ataupun non jaminan di bawah tangan.
Penjualan aset jaminan ataupun non jaminan di bawah tangan dilakukan
sukarela oleh debitur, upaya ini dilakukan dengan cara dilelang namun
tidak melibatkan pihak pengadilan.
tagih terhadap debitur kepada kreditur lain yang dalam hal ini
umumnya adalah bank atau perusahaan finansial lain yang kegiatan
usahanya adalah mengelola kredit.
mengatasi kegagalan kredit termasuk penanaman dalam bentuk surat
utang konversi wajib dengan opsi saham atau jenis transaksi tertentu
100
https://wordpress.com//mangaturnainggolan.co.id/2016 diakses pada 14 April 2019
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tertentu.
dengan melakukan sejumlah pembayaran/ penyerahan aset yang telah
disepakati antara debitur dan bank.
Dari alternatif tersebut, yang paling lazim dilakukan bank adalah
melakukan penjualan aset jaminan atau non jaminan di bawah tangan. Hal ini
dilakukan karena lebih efisien. Jika alternatif tersebut di atas tidak juga dapat
disepakati, maka akan ditempuh penyelesaian dengan langkah litigasi.
Penyelesaian melalui litigasi merupakan langkah untuk menyelesaikan kredit
bukan untuk menyelamatkan kredit. Artinya, langkah penyelesaian litigasi akan
mengakibatkan pengakhiran kredit dengan putusan hukum. 101
101
Ibid.
Restrukturisasi merupakan upaya untuk dapat menyelamatkan kredit. Hal
ini didasarkan pada Undang- undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 10 tahun 1998.
Kemudian diubah lagi dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000
tanggal 12 Juni 2000 tentang perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 31/150/Kep/Dir tanggal 12 Nopemer 1998 tentang Restrukturisasi Kredit
Kemudian pada tahun 2005 dikeluarkan aturan baru oleh Bank Indonesia yakni
PBI Nomor 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang Kualitas Aktiva
Produktif, lalu Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/190/DPNP/IDPnP tanggal
26 April 2005, dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/319/DPNP/IDPnP
tanggal 27 Juni 2005 tentang Kebijakan Restrukturisasi Kredit. 117
Mengenai penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan melalui
lembaga hukum yaitu melalui alternatif penanganan dengan cara: 118
a. Penurunan suku bunga kredit;
b. Perpanjangan jangka waktu kredit;
c. Pengurangan tunggakan bunga kredit;
d. Pengurangan tunggakan pokok kredit;
e. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.
117
https://www.antaranews.com/berita/ojk-anjurkan-kredit-akibat-perlambatan-ekonomi diakses pada
Sutan Remi Syahdeini, Memahami Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009 hal. 381
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Nomor 14 tahun 2005 yang diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara/ Daerah
Bank harus memperhatikan ketentuan tentang kriteria apa saja yang perlu
mendapat perhatian dalam restrukturisasi kredit di dasarkan ketentuan dan
perundang-undangan sebagaimana yang telah ditentukan. Selain itu, dalam
melakukan restrukturisasi, bank wajib mengikuti Standar Akuntansi Keuangan
dan PAPI (PSAK 31 dan 54, PSAK 50/55, PAPI revisi 2001), terutama
perhitungan Present Value dan pengakuan kerugian restrukturisasi. Selain itu,
Bank harus memiliki Kebijakan dan Pedoman secara tertulis sebagai panduan
dalam melakukan restrukturisasi kredit. 119
Pada tahun 2012 Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman
tentang tata cara penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit yaitu dengan
berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012
tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Beberapa kebijakan
dalam penyelamatan kredit macet berdasarkan peraturan tersebut pada Pasal 52
dan 53, yaitu sebagai berikut:
Pasal 52
memenuhi kriteria sebagai berikut:
119
Ibid.
b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajiban setelah kredit dirsetrukturisasi.
a. Memperbaiki kualitas kredit;
debitur sebagaimana dimaksud Pasal 52.
Pada tahun 2015, OJK melihat telah terjadi pelemahan ekonomi di bidang
perbankan. Maka pada saat itu OJK mengeluarkan Peraturan OJK Nomor
11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati- hatian dalam Rangka Stimulus
Perekonomian Nasional Bagi Bank Umum. Pada peraturan ini, dalam melakukan
restrukturisasi hanya mempertimbangkan satu sektor yang pada awalnya tiga
sektor pertimbangan. Sektor tersebut adalah kemamuan membayar oleh debitur.
Sedangkan sektor industri dan sektor kondisi perusahaan tidak dilibatkan dalam
peraturan ini. Namun peraturan ini dianggap tidak banyak memberikan dampak
terhadap kondisi perbankan. Sehingga peraturan ini resmi dicabut pada 23
Agustus 2017, dan kembali menggunakan peraturan lama.
Dalam Peraturan OJK Nomor 42/ POJK. 03/2017 tidak menyebutkan
secara langsung tentang pelaksanaan restrukturisasi kredit. Tapi dirujuk pada
Pasal 3 bahwa kebijakan perkreditan bank paling sedikit memuat dan mengatur
hal pokok sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Penyusunan Kebijakan
Perkreditan atau Pembiayaan Bank sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
59
1. Prinsip kehati- hatian dalam perkreditan, hal ini sejalan dengan analisa
terhebih dahulu terhadap debitur sebelum melakukan restrukturisasi.
2. Organisasi dan manajemen perkreditan, pedoman ini menjadi hal yang
distruktur ulang ketika melaksanakan restrukturisasi kredit bermasalah.
3. Kebijakan persetujuan kredit atau pembiayaan.
4. Dokumentasi dan administrasi kredit. Telah dijelaskan pada Bab III bahwa
salah satu alasan melakukan restrukturisasi kredit adalah untuk
dokumentasi kredit.
melalui perilaku debitur.
6. Penyelesaian kredit, merupakan langkah untuk menuntaskan permasalahan
kredit. Hal ini dilakukan dengan dua cara, yaitu penyelematan kredit dan
pengakhiran kredit.
Kemudian pada Pasal 4 dipertegas bahwa bank wajib mematuhi kebijakan
perkreditan yang telah disusun dalam pelaksanaan pemberian kredit dan
pengelolaan kredit. Adapun sanksi apabila terjadi pelanggaran tercantum pada
Pasal 7 bahwa pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan OJK ini
dikenakan sanksi administratif yang akan mempengaruhi penilaian kesehatan
bank dan sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
Terkait dengan sanksi pidana yang diberikan apabila penanganan
restrukturisasi kredit ini dilakukan tidak sesuai prosedur tercantum dalam Pasal 49
ayat 1 Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998:
Universitas Sumatera Utara
sengaja:
pembukuan atau proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan
kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
b. Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau laporan, maupun
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening suatu bank;
menghilangkan adanya suatau pencatatan dalam pembukuan atau
dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja
mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau
merusak catatan pembukuan tersebut diancam dengan pidana penjara
sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun serta denda sekurang- kurangnya Rp 10.000.000.000 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000 (dua tarus miliar
rupiah).”
Telah disebutkan di atas bahwa restrukturisasi kredit hanya dapat
dilakukan kepada debitur dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud
misalnya debitur sedang mengalami kesulitan pembayaran (pokok dan/atau bunga
Universitas Sumatera Utara
usaha yang baik dan diperkirakan mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit
direstrukturisasi, menunjukkan itikad baik dan bersedia untuk memenuhi
kewajiban kredit setelah direstrukturisasi, tidak dimaksudkan untuk menghindari
penurunan kualitas kredit, peningkatan pembentukan PPAP dan penghentian
pengakuan pendapatan bunga secara akrual.
Untuk dapat melakukan restrukturisasi kredit, ada syarat- syarat yang
harus dipenuhi, syarat- syarat tersebut antara lain:
1. Debitur mengalami kesulitan dalam hal melakukan pembayaran pokok
dan/atau bunga, namun mempunyai kemauan yang kuat untuk
membayar.
2. Telah dilakukan analisa ulang terhadap kondisi usaha atau keuangan
debitur oleh Analis Kredit dan telah disetujui oleh Loan Committee.
3. Semua administrasi yang menyangkut kredit atas nama Debitur harus
lengkap dan benar serta telah diperiksa oleh Legal Officer.
4. Debitur telah menandatangani perjanjian atau akad Restrukturisasi
Kredit.
Apabila kita berpedoman pada syarat- syarat yang disebutkan di atas, jelas
dikatakan bahwa debitur yang mengalami kesulitan dalam hal melakukan
pembayaran pokok dan/atau bunga, namun mempunyai kemauan yang kuat untuk
membayar, yang mana hal ini sudah menjadi alasan utama bahwa debitur tersebut
adalah debitur yang beritikad baik.
Universitas Sumatera Utara
Setelah syarat- syarat di atas telah dipenuhi, debitur menyerahkan surat
permohonan restrukturisasi kredit kepada pihak yang berwenang melakukan
restrukturisasi di bank tersebut. Yang berwenang untuk melakukan restrukturisasi
kredit adalah Direksi berdasarkan Memo Intern yang diajukan oleh Manager
Bisnis. Direksi berwenang memberikan kebijaksanaan terhadap jumlah Kredit
yang harus dibayar oleh Debitur termasuk jangka waktu, suku bunga dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan Restrukturisasi Kredit tersebut. Perkembangan
penanganan kredit yang direstrukturisasi harus dilaporkan oleh Manager Bisnis
kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris secara berkala. Hak dan kewajiban
debitur serta persyaratan lainnya dalam rangka restrukturisasi harus dituangkan
dalam perubahan (addendum) perjanjian kredit secara tertulis.
Sebelum mengadakan Restrukturisasi Kredit, harus dipastikan dulu kondisi
keuangan Debitur dengan mengadakan analisa ulang sesuai dengan azas
perkreditan yang sehat. Hasil analisa kredit ini harus mendapat persetujuan Loan
Committee. Jika telah memenuhi syarat untuk direstrukturisasi, Bagian Legal
mengajukan memo intern yang juga ditandatangani oleh Manager Bisnis kepada
Direksi. Memo ini wajib dilampiri dengan hasil analisa dan history kredit Debitur.
Berdasarkan memo intern yang diajukan oleh Bagian Legal bersama Manager
Bisnis, Direksi lalu mengeluarkan Memo Restrukturisasi Kredit. Kemudian Staf
Administrasi Kredit melakukan Restrukturisasi Kredit berdasarkan Memo Direksi
yang telah disetujui.
Universitas Sumatera Utara
langkah- langkah yang diperlukan. Hal ini juga diterapkan pada pelaksanaan
restrukturisasi kredit.
Melalui Restrukturisasi
Langkah penyelesaian melalui restrukturisasi kredit ini diperlukan syarat
paling utama yaitu adanya kemauan dan itikad baik dan kooperatif dari
debitur serta bersedia mengikuti syarat-syarat yang ditentukan pihak bank.
Karena dalam penyelesaian kredit melalui restrukturisasi lebih banyak
negosiasi dan solusi yang ditawarkan pihak bank untuk menentukan
syarat dan ketentuan restrukturisasi kredit. Pelaksanaan proses restrukturisasi
kredit dilakukan dengan tahapan yaitu prakarsa restrukturisasi kredit,
negosiasi dengan debitur untuk penentuan skema restrukturisasi, analisis
dan evaluasi, putusan restrukturisasi, dokumentasi restrukturisasi dan
pengawasan.
dan mengajukan peringatan serta penagihan sebanyak 3 (tiga) kali. Setelah
melakukan pendekatan terhadap debitur terhadap suatu analisis bahwa kondisi
keuangan debitur mengalami penurunan pemasukan, dalam hal ini bank
menawarkan dan memutuskan untuk melakukan penyelamatan kredit.
Kemudian dilakukan negosiasi baik sebelum maupun setelah analisis dan
evaluasi restrukturisasi kredit. Kredit yang akan direstrukturisasi wajib
Universitas Sumatera Utara
proyeksi arus kas. Setiap tahapan analisis wajib didokumentasikan secara
lengkap dan jelas. Hasil dari analisis dituangkan dalam Memorandum Analisis
Restrukturisasi Kredit. 120
kewenangan setingkat lebih tinggi dari pejabat pemutus pada saat pemberian
kredit terakhir sebelum restrukturisasi kredit. Pengawasan restrukturisasi kredit
dilakukan oleh pejabat kredit lini (pejabat pemrakarsa) secara berkala yang
bertujuan untuk memantau kesanggupan atau perkembangan debitur. Pejabat
tersebut wajib memastikan kesanggupan debitur untuk melakukan
pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian
restrukturisasi kredit serta melaporkan perkembangan usaha debitur.
Dalam pelaksanaan restrukturisasi ada beberapa faktor yang menjadi
faktor pendukung. Faktor pendukung dari internal bank yaitu para pegawai kredit
bank yang profesional siap membantu debitur dalam melakukan restrukturisasi
dan siap memberikan alternatif serta masukan yang lebih baik terhadap masalah
yang dihadapi debitur sehingga debitur memiliki opsi dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
penghambat restrukturisasi kredit antara lain: 121
120
Hasil wawancara dengan Staf Lapangan Penagihan Kredit di Bank Sumut Cabang
Simpang Kwala 121
https://ekonomi.akurat.co.id/-read-empat-kendala-kreditkumkm diakses pada 10 April 2019
1. Debitur sulit untuk diajak bekerjasama. Contohnya seperti pada saat
melakukan pemanggilan dan kemudian dilakukan peringatan
sebanyak 3 (tiga) kali oleh bank yang bertujuan untuk
memberitahukan kepada debitur bahwa kondisi kreditnya dalam
kolektibilitas macet, akan tetapi debitur tidak menghiraukannya artinya
dalam hal ini debitur tidak beritikad baik.
2. Tidak adanya keterbukaan debitur pada saat dilakukan negosiasi
oleh bank. Dalam hal ini, debitur ingin memperoleh keringanan yang
maksimal