skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh...

134
i PENGARUH RASA SALAH, RASA MALU, DAN TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP SELF-FORGIVENESS PADA RESIDEN NARKOBA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh: Destiana Istyqomah NIM: 113070000022 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/2018M

Upload: doanthuan

Post on 21-Jun-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

i

PENGARUH RASA SALAH, RASA MALU, DAN TIPE

KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP SELF-FORGIVENESS

PADA RESIDEN NARKOBA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:

Destiana Istyqomah

NIM: 113070000022

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439H/2018M

Page 2: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

ii

Page 3: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

iii

Page 4: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

iv

Page 5: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

v

MOTTO

“You have Allah with you. You have everything you need.”

-AcceptingQadr

Page 6: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Mei 2018

C) Destiana Istyqomah

D) Pengaruh Rasa Salah, Rasa Malu, dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap

Self-Forgiveness pada Residen Narkoba

E) xii + 96 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi rasa salah

(Negative Behavior Evaluation (NBE) dan repair), dimensi rasa malu

(Negative Self-Evaluation (NSE) dan withdraw), dan tipe kepribadian big

five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness to experience) terhadap self-forgiveness. Sampel berjumlah 127

korban penyalahgunaan narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi diambil

dengan menggunakan teknik non probability sampling. Pada penelitian ini

menggunakan alat ukur Heartland Forgiveness Scale (HFS), Guilt and

Shame Proneness (GASP), dan Big Five Inventory (BFI). Uji validitas alat

ukur menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan analisis

data menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan rasa

salah, rasa malu, dan tipe keperibadian big five terhadap self-forgiveness

sebesar 25%. Hasil hipotesis minor menunjukan hanya tiga dimensi yaitu

withdraw, agreeableness, dan openness berpengaruh terhadap self-

forgiveness, sedangkan NBE, repair, NSE, extraversion, conscientiousness,

dan neuroticism tidak berpengaruh terhadap self-forgiveness. Penelitian ini

dapat memberikan manfaat khusunya bagi residen narkoba yang sedang

menjalani rehabilitasi untuk meningkatkan self-forgiveness dengan cara

mengurangi emosi negatif yang berkaitan dengan kesehatan dan

kesejahteraan psikologis. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti

dengan menggunakan faktor-faktor lain yang mungkin dapat

mempengaruhi self-forgiveness seperti empati, atribusi, beratnya kesalahan,

dan lain-lain.

G) Bahan Bacaan: 51; buku: 10 + jurnal: 33 + tesis: 2 + artikel: 4 + skripsi: 2

Page 7: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sabahat.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga

kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa

dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan

tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka

izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, beserta

jajarannya.

2. Ibu Solicha M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Terima

kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan.

3. Ibu Dr. Natris Indriyani, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik

Psikologi kelas A angkatan 2013, terima kasih atas bimbingannya selama

penulis menjalani masa perkuliahan.

4. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah mendidik dan memberikan ilmu serta wawasan. Serta para staf

Page 8: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

viii

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

bantuan dan kemudahan bagi penulis dalam proses administrasi.

5. Kepada pimpinan di PSPP “GalihPakuan” Bogor yang telah meberi izin

untuk melakukan penelitian di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, beserta para

staf yang telah membantu dalam proses izin serta pengambilan data. Kepada

residen yang sudah bersedia dan membantu penulis dalam proses

pengambilan data.

6. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materil serta do’a tulus yang tiada hentinya kepada penulis selama

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

7. Kepada seluruh mahasiswa/i Fakultas Psikologi, khususnya “coming soon”

yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, motivasi, serta hiburan

bagi penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala

dan rahmat dari Allah SWT. Semoga apa yang ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 11 April 2018

Destiana Istyqomah

Page 9: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 12

1.2.1 Pembatasan Masalah .................................................................... 12

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 14

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 15

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 16

1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 16

1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 16

BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 17

2.1 Self-Forgiveness ..................................................................................... 17

2.1.1 Definisi Self-Forgiveness ............................................................. 17

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Self-forgiveness .............................. 19

2.1.3 Pengukuran Self-Forgiveness ...................................................... 22

2.2 Rasa salah ............................................................................................... 23

2.2.1 Definisi Rasa salah....................................................................... 23

2.2.2 Dimensi Rasa salah ...................................................................... 24

2.2.3 Pengukuran Rasa Salah ................................................................ 26

2.3 Rasa Malu ............................................................................................... 28

2.3.1 Definisi Rasa Malu ...................................................................... 28

2.3.2 Dimensi Rasa Malu ...................................................................... 29

2.3.3 Pengukuran Rasa Malu ................................................................ 31

2.4 Tipe Kepribadian Big Five ..................................................................... 32

2.4.1 Definisi Tipe Kepribadian Big Five ............................................. 32

2.4.2 Dimensi Tipe Kepribadian Big Five ............................................ 33

2.4.3 Pengukuran Tipe Kepribadian Big Five....................................... 41

2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................. 42

2.6 Hipotesis ................................................................................................. 47

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 49

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 49

3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 49

3.3 Teknik Pengumpulam Data .................................................................... 53

Page 10: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

x

3.3.1 Instrumen Penelitian .................................................................... 54

3.4 Uji Validitas ........................................................................................... 56

3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 68

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 72

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 63

4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 68

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel .......................................................... 74

4.3 Uji Hipotesis ........................................................................................... 77

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................... 85

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 85

5.2 Diskusi .................................................................................................... 85

5.3 Saran ....................................................................................................... 92

5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 92

5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96

LAMPIRAN ......................................................................................................... 99

Page 11: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print skala Heartland Forgiveness Scale (HFS) ........................... 54

Tabel 3.2 Blue print skala rasa salah dan rasa malu ............................................. 55

Tabel 3.3 Blue print skala kepribadian Big Five ................................................... 55

Tabel 3.4 Bobot skor skala .................................................................................... 56

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Self-Forgiveness ................................................... 58

Tabel 3.6 Muatan Item Faktor NBE ...................................................................... 59

Tabel 3.7 Muatan Item Faktor Repair ................................................................... 60

Tabel 3.8 Muatan Item Faktor NSE ...................................................................... 61

Tabel 3.9 Muatan Item Faktor Withdraw .............................................................. 62

Tabel 3.10 Muatan Item Faktor Extraversion ....................................................... 63

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Agreeableness .................................................... 64

Tabel 3.12 Muatan Item Faktor Conscientiousness .............................................. 65

Tabel 3.13 Muatan Item Faktor Neuroticism ........................................................ 66

Tabel 3.14 Muatan Item Faktor Opennes to Experience....................................... 67

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................. 72

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 73

Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ............................................................................ 74

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 75

Tabel 4.5 R Square ................................................................................................ 78

Tabel 4.6 Signifikansi Pengaruh Seluruh Independent Variable terhadap

Dependent Variable .............................................................................................. 78

Tabel 4.7 Koefisien Regresi .................................................................................. 79

Tabel 4.8 Proporsi Varian ..................................................................................... 83

Page 12: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Tersangka Narkotika Tahun 2012-2016 ................................. 2

Gambar 1.2 Layanan Rehabilitasi ........................................................................... 3

Gambar 2.1 Bagan pengaruh rasa salah, rasa malu, dan tipe kepribadian big five

terhadap self-forgiveness ....................................................................................... 47

Page 13: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 99

LAMPIRAN 2 Syntax dan Path Diagram ........................................................... 108

LAMPIRAN 3 Output SPSS ............................................................................... 118

LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitian ................................................................... 120

Page 14: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kasus atau permasalahan yang terjadi di Indonesia dan sampai saat ini

masih belum bisa teratasi adalah penyalahgunaan narkoba. Narkoba merupakan

singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya, sering juga

dikenal dengan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan (www.bnn.go.id).

Selanjutnya, terdapat beberapa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba yaitu

faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan narkoba. Faktor diri biasanya

disebabkan karena keingintahuan untuk mencoba-coba karena penasaran,

keinginan untuk bersenang-senang atau bahkan bisa juga disebabkan karena

ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba. Faktor

lingkungan biasanya disebabkan karena keluarga yang bermasalah atau broken

home, terbawa lingkungan atau komunitas yang didalamnya ada beberapa atau

bahkan semua anggotanya adalah pengguna, dan bisa juga disebabkan karena orang

tua yang juga merupakan pengguna atau pengedar narkoba. Sedangkan dari faktor

ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu untuk mendapatkan atau

membelinya, harga narkoba yang semakin murah sehingga dari kalangan anak-anak

atau pelajar bisa membelinya, dan lain-lain (www.jauhinarkoba.com).

Page 15: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

2

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI melakukan pendataan

jumlah tersangka narkotika selama lima tahun terakhir dari tahun 2012-2016,

jumlah tersangka narkotika yang berhasil diungkap sebesar 71,62%. Kenaikan

paling tinggi pada tahun 2013 ke 2014 sebesar 146,03 %. Pada tahun 2016 jumlah

tersangka narkotika yang berhasil diungkap sebanyak 1.330 tersangka, jumlah ini

meningkat 16,67% dari tahun 2015, seperti pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Jumlah Tersangka Narkotika Tahun 2012-2016

Sumber: Sistem Informasi Narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) 2017

Hal penting yang perlu dilakukan untuk mengurangi penyalahgunaan narkoba

adalah dengan menjalani program rehabilitasi medis maupun rehabilitasi sosial. Hal

ini diperjelas dalam pasal 3 ayat (1) peraturan kepala Badan Narkotika Nasional no.

11 tahun 2014 (“Peraturan BNN 11/2014”) yang mengatur bahwa pecandu narkoba

atau korban penyalahgunaan narkoba yang tanpa hak dan melawan hukum sebagai

tersangka dan/atau terdakwa dalam penyalahgunaan narkotika yang sedang

menjalani penyidikan, penuntutan, dan persidangan di pengadilan diberikan

pengobatan, perawatan dan pemulihan dalam lembaga rehabilitasi.

Pada tahun 2106, BNN telah memberikan layanan rehabilitasi terhadap 22.485

pecandu dan penyalahguna narkoba dan layanan pasca rehabilitasi terhadap 10.782

Page 16: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

3

mantan pecandu dan penyalahguna narkoba. Dari jumlah tersebut terdapat 15.971

pecandu dan penyalahguna narkotika yang telah selesai program rehabilitasi dan

9.408 mantan pecandu dan penyalahguna narkotika yang telah selesai program

pasca rehabilitasi. Kemudian dari jumlah tersebut terdata 7.292 mantan pecandu

dari lembaga pasca rehabilitasi. Dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Layanan Rehabilitasi

Sumber: Sistem Informasi Narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) 2017

Masa rehabilitasi merupakan suatu masa yang akan dilewati oleh seorang

pecandu yang memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba. Dalam masa

rehabilitasi, kebanyakan dari pecandu narkoba mengalami perubahan emosional

yang meliputi kontrol emosi, adanya perubahan sifat, dan munculnya kesadaran diri

(Pranato & Astuti, 2006) dan emosional pecandu narkoba menjadi labil (Rosyidah

& Nurdibyandaru, 2010). Perubahan emosi juga dirasakan oleh beberapa residen di

lembaga rehabilitasi PSPP “Galih Pakuan” Bogor, mereka mengatakan bahwa pada

saat menjalani rehabilitasi merasakan kemarahan di dalam diri, merasa tidak

menerima karena harus menjalani rehabilitasi, merasa kesal karena dihadapkan

dengan peraturan-peraturan yang “mengikat” dirinya, serta keadaan emosi negatif

lainnya. Para residen narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi juga menyadari

adanya perasaan bersalah yang timbul karena pernah menggunakan narkoba.

Page 17: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

4

Mereka mengungkapkan bahwa dengan menggunakan narkoba menimbulkan

banyak dampak negatif untuk dirinya, seperti mengecewakan keluarga serta orang-

orang sekitar, menghancurkan cita-cita yang akan mereka capai, bagi residen yang

sudah berkeluarga dan memiliki anak mengaku merasa bersalah kepada anaknya

karena tidak bisa menjadi contoh yang baik, hilangnya kepercayaan keluarga

bahkan merasa dijauhi dari lingkungan sekitar, dan hal-hal lain yang merugikan diri

dan orang lain.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan beberapa residen di

PSPP “Galih Pakuan” Bogor pada tanggal 21 November 2017, para residen narkoba

yang sedang menjalani rehabilitasi juga mengaku merasa malu, terutama ketika

lingkungan sekitar sudah mengetahui bahwa mereka menggunakan narkoba. Bagi

pengguna narkoba, respon negatif dari lingkungan sulit dihindari. Hal tersebut yang

menjadi salah satu alasan mereka merasa malu, bahkan sampai menarik diri dari

lingkungan atau sampai mengurung diri di dalam rumah. Dengan menarik diri dari

lingkungan justru membuat mereka lebih tertekan karena kurangnya kegiatan yang

dilakukan, sehingga pikiran dan perasaan negatif karena kesalahannya

menggunakan narkoba akan lebih sering muncul.

McGaffin, Lyons, dan Deane (2013) mengungkapkansangat penting untuk

residen mengelola emosi negatif yang dialaminya karena pada umumnya mereka

mengalami kemarahan dan kebencian pada diri yaitu dengan self-forgiveness. Self-

forgiveness adalah salah satu atribut yang menguntungkan, terkait dengan

kesejahteraan psikologis. Hall dan Fincham (2008) juga berpendapat bahwa self-

forgiveness sebagi emotion focused coping yang berfungsi untuk mengurangi

Page 18: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

5

emosi, pikiran, dan perilaku negatif menjadi lebih positif. Van Vliet (dalam Davis

et al., 2015) mengungkapkan bahwa memaafkan diri sendiri dapat meringankan

emosi negatif (misalnya, rasa malu, bersalah, marah, menyesal, atau kecewa) yang

terkait dengan masalah kesehatan fisik atau mental. Emosi-emosi ini akan

berdampak pada hubungan individu dengan orang lain, kesulitan individu untuk

menerima dirinya, dan mencapai perkembangan diri. Selain itu, emosi yang terjadi

setelah melakukan suatu kesalahan (misalnya, rasa malu, bersalah, marah)

berhubungan dengan masalah psikologis, seperti gangguan mood (Orth, Berking,

& Burkhardt, dalam Davis et al., 2015), gangguan kecemasan (Schoenleber, Chow,

& Berenbaum, dalam Davis et al., 2015), dan perilaku bunuh diri (Hirsch, Webb,

& Jeglic, dalam Davis et al., 2015). Dengan demikian, kemampuan memaafkan diri

untuk mengurangi emosi negatif mengarah pada berbagai manfaat kesehatan (Davis

et al., 2015).

Worthington (2006) mengatakan terdapat tiga hal dalam model coping dan

stress self-fogiveness yang menyatakan bahwa self-forgiveness sebagai salah satu

mekanisme coping yang tepat yang menunjukan dampak buruk dari emosi-emosi

negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan psikologis. Pertama, emosi negatif

adalah sebuah tekanan dan terdiri dari beberapa jenis yaitu rasa salah, rasa malu,

menyesal, kecewa, dan putus asa. Kedua, self-forgiveness sebagai salah satu coping

untuk emosi negatif dan efek stress. Ketiga, self-forgiveness terkait penting dengan

aspek-aspek kesehatan dan kesejahteraan psikologis. Mereka juga mengatakan

bahwa self-forgiveness menjadi fasilitas penting dalam rehabilitasi adiksi.

Page 19: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

6

Mauger (dalam Scherer, 2010) juga berpendapat bahwa self-forgiveness

memainkan peran penting dari pada forgiveness of others, karena ketika individu

gagal memaafkan dirinya sendiri, ia cenderung akan menghukum dirinya, akan

tetapi ketika seseorang gagal dalam memaafkan orang lain ia tidak menghukum

dirinya.Scherer, Worthington, Hook, dan Campana (dalam Davis et al., 2015)

berpendapat bahwa memaafkan diri sendiri lebih terkait dengan kesehatan psikis

dan fisik dibandingankan dengan memaafkan orang lain, karena memaafkan diri

dapat membantu individu menyelesaikan penilaian dan emosi negatif yang

menghalangi self-care, merusak hubungan interpersonal, dan memperkuat distress.

Hasil penelitian Peterson (dalam Krause, 2017) juga menunjukan bahwa individu

yang mampu memaafkan dirinya cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih

baik dibandingkan dengan individu yang tidak mampu memaafkan diri sendiri.

Davis et al. (2015) juga berpendapat bahwa individu yang mampu memaafkan diri

sendiri cenderung memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan

individu yang tidak mampu memaafkan dirinya.

Webb (2011) mengembangkan model umum Worthington (2006) untuk

memasukan hasil terkait adiksi sebagai manifestasi kesehatan dan kesejahteraan

psikologis (well-being). Dalam model yang dikembangkan, efek langsung dari self-

forgiveness pada rehabilitasi adiksi bahwa self-forgiveness sangat penting dalam

menangani hubungan buruk yang terjadi akibat kebencian pada perilaku

adiksi.Selain itu, berdasarkan wawancara pribadi dengan beberapa residen di PSPP

“Galih Pakuan” Bogor, menurut beberapa residen narkoba yang sedang menjalani

rehabilitasi juga menyadari pentingnya self-forgiveness atas kesalahan yang

Page 20: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

7

dilakukan yaitu menggunakan narkoba. Self-forgiveness membuat diri menjadi

lebih ikhlas, menggangap semuanya sebagai masa lalu dan proses untuk melangkah

ke arah yang lebih baik, dan dengan self-forgiveness menjadi pencegah untuk lebih

terpuruk dan terjerumus lebih dalam lagi karena kesalahan yang dilakukan serta

menjadi lebih berhati-hati agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dikemudian

hari. Selain itu, dengan memaafkan diri sendiri mereka juga bisa menata kembali

hubungan dengan orang terdekat dengan lebih baik lagi, seperti anak dengan orang

tua yang bercerai.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi self-forgiveness yaitu rasa salah

(Hall & Fincham, 2005; McGaffin et al., 2015; Davis et al., 2015; Carpenter,

Tignor, Tsang, & Willet, 2016), rasa malu (Hall & Fincham, 2005; McGaffin et al.,

2015; Davis et al., 2015; Carpenter, et al., 2016), empati (Hall & Fincham, 2005;

McGaffin et al., 2015), atribusi (Hall & Fincham, 2005), perilaku damai (Hall &

Fincham, 2005; McGaffin, 2015; Carpenter et al., 2016), merasakan forgiveness

orang lain (Hall & Fincham, 2005), beratnya kesalahan yang dilakukan (Hall &

Fincham, 2005) dan kepribadian menjadi salah satu hal yang juga mempengaruhi

self-forgiveness (Walker & Gorsuch, 2002; Leach & Lark, 2004; Ross et al., 2004;

dan Hafnidar, 2013; Strelan, 2017). Dalam penelitian ini penulis mengkaji rasa

salah, rasa malu dan kepribadian sebagai faktor prediktor yang mempengaruhi self-

forgiveness pada residen narkoba, dikarenakan terdapat perbedaan hasil penelitian

dan berdasarkan fenomena yang ada rasa salah dan rasa malu merupakan emosi

yang paling sering dirasakan oleh residen narkoba. Penting untuk meneliti self-

forgiveness terhadap kesalahan yang dilakukan terhadap diri sendiri yaitu

Page 21: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

8

menggunakan narkoba, karena pada penelitian sebelumnya cenderung meneliti

kesalahan yang dilakukan terhadap orang lain.

Faktor pertama yang mempengaruhi self-forgiveness adalah rasa salah, yaitu

emosi yang ditandai dengan evaluasi perilaku negatif dan approach motivation

yang mungkin terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan secara pribadi (Wolf,

Cohen, Panter, & Insko, 2010). Kecenderungan approach motivation dibandingkan

dengan avoidance motivation lebih bisa membantu individu dalam menemukan

cara untuk mencapai self-forgiveness. Rasa salah juga dikaitkan dengan perasaan

pribadi karena telah melakukan sesuatu yang salah atau berperilaku yang melanggar

hati nurani dan hanya berfokus pada perilaku tertentu. Hall & Fincham (2008)

menemukan bahwa rasa salah menjadi penghalang untuk memaafkan diri sendiri.

Strelan (2006) juga mengungkapkan bahwa individu yang rentan mengalami rasa

salah terhadap kesalahan yang dilakukan lebih mungkin untuk menghukum dirinya

sendiri dan lebih sulit untuk memaafkan dirinya sendiri, sehingga membiarkan

dirinya terjebak dalam kesalahan masa lalu yang menyebabkan timbulnya rasa

sakit. Scherer (2010) menambahkan bahwa rasa salah yang sudah lama ada di dalam

diri seseorang, menyebabkan seseorang tersebut menghubungkan sifat-sifat negatif

dengan dirinya, berpikir bahwa ia adalah orang jahat, dan dengan demikian ia akan

mulai mengutuk dirinya sendiri, agar self-forgiveness terjadi pelaku harus

bertanggung jawab dan menyesali tindakannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hall dan Fincham (2008) rasa

salah berpengaruh negatif terhadap self-forgiveness, berbeda dengan hasil

penelitian McGaffin et al. (2013) dan Carpenter et al. (2016) yang menyatakan

Page 22: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

9

bahwa rasa salah berpengaruh positif terhadap self-forgiveness. Selain itu, beberapa

penelitian sebelumnya yang meneliti rasa salah dengan menggunakan dua dimensi

yaitu Negative Evaluation Behavior (NBE), bagaimana individu fokus menilai

negatif perilaku yang dilakukan dan bagaimana individu memperbaiki perilaku

tersebut (repair). Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin individu menilai

negatif perilakunya maka semakin tinggi juga self-forgiveness (Tangney, (dalam

Carpenter, 2016); Cohen et al., 2011; dan Carpenter et al., 2016), sedangkan Hall

dan Fincham (2005) menyatakan bahwa semakin individu tidak menilai negatif

perilakunya maka akan semakin tinggi self-forgiveness individu tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan penelitian sebelumnya dimensi repair memiliki pengaruh

positif terhadap self-forgiveness (Tangney, (dalam Carpenter, 2016); Cohen et al.,

2011; dan Carpenter et al., 2016), kemungkinan karena repair merupakan respon

yang penting untuk memfasilitasi self-forgiveness yaitu memperbaiki kesalahan

sehingga dapat membantu individu merasa bahwa dirinya layak untuk dimaafkan

(Carpenter, Carlisle, & Tsang, 2014).

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi self-forgiveness adalah rasa malu. Wolf

et al. (2010) mendefinisikan rasa malu sebagai emosi yang ditandai dengan eveluasi

diri yang negatif dan adanya motivasi untuk menghindar dan cenderung terjadi

setelah seseorang melakukan kesalahan di depan umum. Lewis (1971) menyatakan

bahwa rasa malu melibatkan persepsi diri yang cacat, dan Dearing (dalam

McGaffin, 2013) juga menyatakan bahwa rasa malu sering disertai dengan perasaan

tidak berharga dan tidak berdaya. Berbeda dengan rasa salah, rasa malu melibatkan

fokus yang berlebihan dan kritis pada diri sendiri, dan cenderung untuk berniat

Page 23: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

10

merusak diri terkait dengan kegagalan memaafkan diri sendiri. Pada berbagai

penelitian sebelumnya menyatakan bahwa rasa malu berpengaruh secara negatif

terhadap self-forgiveness (Strelan, 2007; Hall & Fincham, 2008; Rangganadhan &

Todorov, 2010; Carpenter et al., 2016), sedangkan McGaffin (2015) menyatakan

bahwa rasa malu berpengaruh positif terhadap self-forgiveness. Selain itu,

Carpenter et al. (2016) melakukan penelitian dimensi rasa malu yaitu bagaimana

individu menilai negatif keseluruhan dirinya setelah melakukan kesalahan

(Negative Self-Evaluation (NSE)) dan perilaku menarik diri dari lingkungan

(withdraw). Hasil penelitian menunjukan bahwa NSE dan withdraw berpengaruh

negatif terhadap self-forgiveness, yang berarti semakin individu menilai negatif

keseluruhan dirinya dan semakin individu menarik diri dari lingkungan, akan

semakin sulit individu memaafkan dirinya.

Faktor terakhir yang mempengaruhi self-forgiveness adalah kepribadian. Pervin

(2004) mendefinisikan kepribadian sebagai karakteristik seseorang yang

menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku. Pola

konsistensi perilaku dan kualitas dalam diri seseorang yang berbeda yang meliputi

pemikiran, perasaan dan perilaku nyata orang tersebut. Selanjutnya, Oliver dan

Srivastava (1999) menjelaskan bahwa tipe kepribadian big five tidak mewakili

perspektif teoritis tertentu tetapi berasal dari analisis yang digunakan individu untuk

menggambarkan diri mereka dan orang lain serta menyajikan berbagai jenis

deskripsi kepribadian dalam kerangka umum.

Leach dan Lark (2004) melakukan penelitian yang mengukur kepribadian,

forgiveness, dan spiritual. Mereka mengukur kepribadian dengan five-factor yaitu

Page 24: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

11

neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, dan conscientiousness. Hasil

penelitian menunjukan bahwa kepribadian neuroticism berhubungan negatif

dengan self-forgiveness, yang berarti bahwa individu dengan skor tinggi pada

kepribadian neuroticism lebih sulit memaafkan diri atas kasalahan yang dilakukan.

Strelan (dalam Scherer, 2010) juga menemukan bahwa seseorang yangmemiliki

kepribadian neuroticism yang tinggi, dia cenderung tidak merasa bersalah karena

telah merugikan orang lain dan, oleh karena itu, kurang mungkin untuk benar-benar

mengalami self-forgiveness. Selanjutnya, mereka juga menemukan adanya

hubungan positif antara self-forgiveness dengan openness, agreeableness, dan

conscientiousness.

Ross et al. (2004) menyatakan bahwa neuroticism nampaknya memainkan

peran yang besar dalam kegagalan untuk memaafkan diri sendiri, dan extraversion

memiliki hubungan positif dengan self-forgiveness, yang berarti individu yang

memeliki trait warmth, gregarious, dan emosi positif lainnya lebih mudah untuk

memaafkan diri sendiri. Selajutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan Walker

& Gorsuch (2002) menghasilkan bahwa tipe kepribadian neuroticism berpengaruh

negatif terhadap self-forgiveness dan tipe kepribadian openness berpengaruh positif

terhadap self-forgiveness, tiga lainnya yaitu extraversion, agreeableness, dan

conscientiousness tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap self-forgiveness.

Literatur tentang kepribadian dan self-forgiveness tampaknya sejalan dalam

pernyataannya bahwa faktor-faktor kepribadian memang mempengaruhi self-

forgiveness. Beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa individu

yang tinggi dalam kepribadian opennes mungkin lebih bersedia untuk menerima

Page 25: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

12

bahwa mereka hanya manusia dan mungkin melakukan kesalahan, dan dengan

demikian, lebih bersedia memaafkan diri mereka sendiri (Leach & Lark, 2004;

Walker & Gorsuch, 2002) sementara beberapa penelitian tidak menemukan

hubungan antara openness dan self-forgiveness (Ross et al., 2004). Beberapa

penelitian lain juga menemukan dukungan untuk individu yang memiliki

agreeableness dan conscientiousness lebih mampu mencapai self-forgiveness (Ross

et al., 2004) di mana penelitian lain tidak menemukan adanya hubungan (Walker &

Gorsuch, 2002), sementara masih banyak penelitian telah menemukan extraversion

yang berkorelasi positif dengan kemampuan individu untuk memaafkan dirinya

sendiri (Ross et al., 2004). Selain itu, individu yang tinggi pada kepribadian

neuroticism lebih cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih

tinggi dan, sebagai hasilnya, memiliki kesulitan yang cukup untuk mencapai self-

forgiveness (Ross et al., 2004; Walker & Gorsuch, 2002).

Adanya hasil penelitian yang berbeda-beda baik pada pengaruh dimensi rasa

salah, rasa malu, dan kepribadian terhadap self-forgiveness, membuat peneliti

bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini berjudul “Pengaruh

Rasa Salah, Rasa Malu dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap Self-

Forgiveness pada Residen Narkoba”

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada self-forgiveness yang dipengaruhi oleh rasa salah, rasa

malu, dan tipe kepribadian big five. Adapun pengertian konsep yang digunakan

adalah sebagai berikut.

Page 26: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

13

1. Self-forgiveness

Self-forgiveness adalah bentukdari kesalahanyang dirasakan sehingga

respon yang berupa pikiran, perasaan, dan motivasi akibat dari perilaku atau

kesalahan yang dilakukan tersebut berubah dari negatif ke netral atau

positif. Sumber kesalahan dan objek pengampunan mungkin berasal dari

diri sendiri (self-forgiveness), orang lain (forgivenessof others), atau

situasi/keadaan (forgiveness of situation) di luar kendali siapa pun (bencana

alam, penyakit, dll) (Thompson, 2005).

2. Rasa Salah

MenurutWolf, Cohen Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa salah

sebagai emosi yang ditandai dengan evaluasi perilaku negatif dan approach

motivation yang mungkin terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan

secara pribadi. Rasa salah dikaitkan dengan perasaan pribadi karena telah

melakukan sesuatu yang salah atau berperilaku yang melanggar hati nurani.

Rasa salah terdiri dari dua dimensi yaitu Negative-Behavior-Evaluation

(NBE) dan repair.

3. Rasa Malu

Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa malu sebagai

emosi yang ditandai dengan evaluasi diri yang negatif dan adanya motivasi

untuk menghindar yang cenderung terjadi setelah seseorang melakukan

kesalahan di depan umum. Rasa malu berfokus pada penilain negatif

terhadap keseluruhan diri individu. Rasa malu terdiri dari dua dimensi yaitu

Negative Self-Evolution (NSE) dan withdraw.

Page 27: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

14

4. Tipe Kepribadian

McCrae dan Costa (1987) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu

karakteristik seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu

neuroticism, extraversion, openness, agreeableness dan conscientiousness.

Dalam penelitian ini akan menggunakan tipe kepribadian big five yang

terdiri dari lima dimensi yaitu, extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism dan opennesto experience.

1.3 Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, rumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Apakah ada pengaruh rasa salah, rasa malu dan tipe kepribadian big five

terhadap self-forgiveness?

2. Apakah ada pengaruh rasa salah terhadap self-forgiveness?

a. Apakah ada pengaruh negative behavior evaluation (NBE) terhadap

self-forgiveness?

b. Apakah ada pengaruh repair terhadap self-forgiveness?

3. Apakah ada pengaruh rasa malu terhadap self-forgiveness?

a. Apakah ada pengaruh negative self-evaluation (NSE) terhadap self-

forgiveness?

b. Apakah ada pengaruh withdraw terhadap self-forgiveness?

4. Apakah ada pengaruh tipe kepribadian terhadap self-forgiveness?

a. Apakah ada pengaruh extraversion terhadap self-forgiveness?

b. Apakah ada pengaruh agreeableness terhadap self-forgiveness?

c. Apakah ada pengaruh conscientiousness terhadap self-forgiveness?

Page 28: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

15

d. Apakah ada pengaruh neouroticism terhadap self-forgiveness?

e. Apakah ada pengaruh openness to experience terhadap self-

forgiveness?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh rasa salah, rasa malu dan tipe kepribadian big

five terhadap self-forgiveness.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasa salah terhadap self-forgiveness.

a. Untuk mengetahui pengaruh negative behavior evaluation (NBE)

terhadap self-forgiveness.

b. Untuk mengetahui pengaruh repair terhadap self-forgiveness.

3. Untuk mengetahui pengaruh rasa malu terhadap self-forgiveness.

a. Untuk mengetahui pengaruh negative self evaluation (NSE)

terhadap self-forgiveness.

b. Untuk mengetahui pengaruh withdraw terhadap self-forgiveness.

4. Untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian big five terhadap self-

forgiveness.

a. Untuk mengetahui pengaruh extraversion terhadap self-forgiveness.

b. Untuk mengetahui pengaruh agreeableness terhadap self-

forgiveness.

c. Untuk mengetahui pengaruh conscientiousness terhadap self-

forgiveness.

Page 29: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

16

d. Untuk mengetahui pengaruh neouroticism terhadap self-

forgiveness.

e. Untuk mengetahui pengaruh openness to experience terhadap self-

forgiveness.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk wawasan

keilmuan dan pengetahuan bagi masyarakat dibidang pengetahuan

psikologi, khususnya mengenai self-forgiveness.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada

dimasyarakat khususnya bagi lembaga rehabilitasi dan korban

penyalahgunaan narkoba untuk meningkatkan self-forgiveness yang

berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan psikologis.

Page 30: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

17

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Self-Forgiveness

2.1.1 Definisi Self-Forgiveness

Definisi self-forgiveness dalam literatur ilmu sosial lebih menekankan cinta dan

rasa hormat terhadap diri seseorangdalam menghadapi kesalahan yang pernah

dilakukan (Hall & Fincham, 2005). Sedangkan dalam literatur filsafat, self-

forgiveness telah dikonseptualisasikan sebagai goodwill terhadap diri yaitu

membersihkan pikiran kebencian diri dan penghinaan yang dihasilkan dari

menyakiti orang lain (Horsbrugh, dalam Hall & Fincham, 2005). Filsuf

mengandaikan bahwa self-forgiveness melibatkan pemulihan harga diri dan terdiri

dari tiga unsur; pertama, self-forgiveness membutuhkan kesalahan objektif; kedua,

perasaan negatif yang dipicu oleh kesalahanharus diatasi; dan, ketiga, penerimaan

internal diri sendiri harus dicapai (Holmgren, dalam Hall & Fincham, 2005).

Dalam literatur psikologi, self-forgiveness telah didefinisikan sebagai

"kesediaan untuk meninggalkan kebencian diri dalam menghadapi pengakuan

kesalahan yang diperbuat sendiri, sementara mendorong belas kasih, kemurahan

hati, dan cinta terhadap diri sendiri" (Enright, 1996). Self-forgiveness juga dapat

dikonseptualisasikan menggunakan fase model, di mana individu bergerak melalui

tahap pengungkapan (misalnya, penolakan, rasa salah, rasa malu), fase keputusan

(misalnya, change of heart), fase usaha (misalnya kesadaran diri, kasih sayang),

dan akhirnya fase hasil (misalnya, menemukan makna, tujuan baru) (Enright,

1996).

Page 31: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

18

Thompson (2005) mendefinisikan self-forgiveness adalah bentuk dari

kesalahanyang dirasakan sehingga respon yang berupa pikiran, perasaan, dan

motivasi akibat dari perilaku atau kesalahan yang dilakukan tersebut berubah dari

negatif ke netral atau positif. Sumber kesalahan dan objek pengampunan mungkin

berasal dari diri sendiri (self-forgiveness), orang lain (forgiveness of others), atau

situasi/keadaan (forgiveness of situation) di luar kendali siapa pun (bencana alam,

penyakit, dll) (Thompson, 2005).

McCullough, Worthington, dan Rachal (dalam Hall & Fincham, 2005)

mendefinisikan self-forgiveness sebagai proses penggantian hubungan respon

destruktif dengan perilaku konstruktif, konsep self-forgiveness sebagai satu set

perubahan motivasi dimana seseorang menjadi termotivasi untukmenghindari

respon yang berkaitan dengan kesalahan, semakin menurunnyamotivasi untuk

membalas diri (misalnya, menghukum diri, terlibat dalam perilaku yang merusak

diri, dll), dan semakin termotivasi untuk bertindak positif terhadap diri.

Flanagan (dalam Jacinto, 2011) mendeskripsikan self-forgiveness sebagai

proses yang mengarah pada hasil sebagai berikut: (a) keyakinan bahwa seseorang

telah mampu membebaskan diri dari dosa; (b) berakhirnya perilaku menghukum

diri sendiri; (c) munculnya insight kebutuhan untuk berubah, dan dengan merubah

perilaku, diri merasa lebih baik; dan (d) dengan memaafkan diri sendiri membuat

individu untuk bisa percaya lagi dengan dirinya dan orang lain. Ketika proses ini

bekerja mungkin akan timbul satu atau lebih perasaan yang dirasakan seperti marah,

rasa salah, rasa malu, kecemasan, depresi, menyesal, dan lain-lain.

Page 32: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

19

Definisi yang digunakan dalam penelitian ini bahwa self-forgiveness adalah

bentuk dari kesalahan yang dirasakan sehingga respon yang berupa pikiran,

perasaan, dan motivasi akibat dari perilaku atau kesalahan yang dilakukan tersebut

berubah dari negatif ke netral atau positif. Sumber kesalahan dan objek

pengampunan mungkin berasal dari diri sendiri (self-forgiveness), orang lain

(forgivenessof others), atau situasi/keadaan (forgiveness of situation) di luar kendali

siapa pun (bencana alam, penyakit, dll) (Thompson, 2005).

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Self-forgiveness

Keinginan individu untuk memaafkan diri sendiri tidak muncul begitu saja, tetapi

dipengaruhi oleh banyak hal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu ada beberapa hal yang mempengaruhi self-forgiveness yaitu

sebagai berikut.

a. Faktor Emosi

1. Rasa Salah

Rasa salah dapat dinilai sebagai sifat atau sikap, dan melibatkan ketegangan,

penyesalan yang dihasilkan akibat dari tindakan seseorang (Tangney, dalam

Hall & Fincham, 2005). Rasa salah bersifat “other oriented” yang berarti

berfokus pada efek seseorang pada orang lain. Rasa salah menumbuhkan

kepedulian empati dan memotivasi individu untuk menunjukan perilaku

positif seperti meminta maaf, restitusi, atau mencari pemaafan (Tangney,

dalam Hall & Fincham, 2005). Dalam rasa salah, diri bukanlah objek

sentral, melainkan hal yang berfokus pada apa yang dilakukan. Dalam rasa

Page 33: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

20

salah, diri dievaluasi sehubungan dengan perilaku yang dilakukan tapi tidak

berfokus pada pengalaman (Lewis, 2008).

2. Rasa Malu

Tidak seperti rasa salah yang melibatkan perilaku seseorang, malu berfokus

pada diri sendiri atau “self-oriented” (Lewis, 2008). Pengalaman rasa malu

langsung berhubungan dengan diri yang merupakan fokus evaluasi. Malu

juga sering menjadi motivasi seseorarang untuk memberikan respon negatif

yaitu penghindaran dalam self-forgiveness (Lewis, 2008).

3. Empati

Individu dapat mengetahui dan merasakan posisi orang lain di mana ia

menempatkan diri dalam posisi orang lain yang mungkin akan

menimbulkan perasaan bersalah dan malu terkait dengan kesalahan yang

dilakukan (Hall & Fincham, 2005).

b. Faktor Sosial Kognitif

Boon dan Sulsky (dalam Hall & Fincham, 2005) melakukan penelitian

forgiveness of others yang menunjukan bahwa atribusi terkait dengan

forgiveness, dan atribusi maladaptif berhubungan dengan kurangnya

forgiveness. Zeichmeister dan Romero (2002) juga menukan bahwa individu

yang tidak memiliki self-forgiveness cenderung memiliki atribusi maladaptif

yang ditunjukan dengan perilaku sewenang-wenang.

Page 34: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

21

c. Faktor Perilaku

1. Perilaku Damai

Sejauh mana individu meminta maaf dan mencari pemaafan untuk

kesalahan yang dilakukan. Mencari pemaafan dari orang lain (korban) juga

memainkan peran penting dalam self-forgiveness (Hall & Fincham, 2005).

2. Merasakan Forgiveness Orang Lain

Sejauh mana individu percaya bahwa ia akan mendapatkan pemaafan dari

orang lain (korban). Witvliet (dalam Hall & Fincham, 2005) menemukan

bahwa dengan membayangkan respon positif dari korban dapat

mengakibatkan respon fisiologis yang konsisten dengan peningkatan emosi

positif dan menurunkan emosi negatif.

3. Beratnya Kesalahan

Hubungan antara tingkat kesalahan dan forgiveness of others adalah salah

satu hubungan yang paling kuat dalan literature forgiveness. Meskipun, self-

forgiveness memerlukan individu menyadari konsekuensi atas kesalahan

yang dilakukan, individu yang telah mampu memaafkan diri sendiri

mengakui mendapatkan konsekuensi yang lebih positif dan mengurangi

konsekuensi negatif dari kesalahan yang dilakuakan (Zechmeister &

Romero, 2002)

d. Karakteristik Kepribadian

Ciri kepribadian tertentu seperti extraversion memiliki hubungan positif

dengan self-forgiveness, yang berarti individu yang memeliki trait warmth,

gregarious, dan emosi positif lainnya lebih mudah untuk memaafkan diri

Page 35: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

22

sendiri (Ross, 2004). Tipe kepribadian lainnya juga seperti openness,

agreeableness, dan conscientiousness juga mempengaruhi self-forgiveness

(Leach & Lark, 2004).

2.1.3 Pengukuran Self-Forgiveness

Terdapat beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur self-forgiveness,

yaitu sebagai berikut.

1. Heartland Forgiveness Scale (HFS)

Heartland Forgiveness Scale (HFS) merupakan kuesioner self-forgiveness

dikembangkan oleh Thompson et al. (2005) yang mengukur dispositional

forgiveness, yaitu kecenderungan umum untuk memaafkan diri sendiri (self-

forgiveness), orang lain (forgiveness of others), dan situasi di luar kendali

seseorang (forgiveness of situations). Skala HFS terdiri dari 18 item, setiap

sub skala terdiri dari 6 item. Fokus perhatian HFS adalah subskala self-

forgiveness.

2. Forgiveness Scale

Mauger et al. membuat skala forgiveness untu mengukur disposisi self-

forgiveness terdiri adri 30 item dengan sub skala yang mengukur

forgiveness of others dan sub skala yang mengukur forgiveness of self.

Dalam penelitian ini akan menggunakan alat ukur Heartland Forgiveness

Scale (HFS) dan hanya berfokus pada subskala self-forgiveness, karena HFS

merupakan alat ukur yang paling sering digunakan untuk mengukur self-forgiveness

dan paling menggambarkan self-forgiveness.

Page 36: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

23

2.2 Rasa salah

2.2.1 Definisi Rasa salah

Lewis (1971) (dalam Tangney, 2002) memandang rasa salah sebagai pengalaman

yang biasanya tidak terlalu menyakitkan dan merugikan, bila dibandingan dengan

rasa malu. Dalam rasa salah fokus individu berada pada perilaku teretentu, sehingga

rasa salah tidak mempengaruhi identitas atau konsep diri individu. Rasa salah juga

melibatkan ketegangan penyesalan atas perilaku negatif yang di lakukan. Individu

yang sedang mengalami perasaan bersalah cenderung fokus pada apa yang

menggangu dari perilaku yang dilakukannya, sehingga ia akan memikirkan perilaku

tersebut berualang kali dan berharap bisa berperilaku berbeda atau entah bagaimana

ia berharap dapat membatalkan perilaku tersebut.

Selanjutnya Tangney (2002) berpendapat bahwa rasa salah melibatkan

hukuman yang dirasakan individu yang dihubungkan dengan perilaku tertentu

(“What I did?”) dan individu yang memiliki kecenderungan merasa bersalah lebih

mampu untuk berempati dengan orang lain dan bertanggung jawab atas kejadian

interpersonal atau kejadian negatif. Namun, ketika marah ia cenderung

mengekspresikan kemarahannya secara langsung.

Lewis, Havilland, dan Barret (2008) menyatakan bahwa rasa salah adalah

keadaan emosi yang dihasilkan ketika individu mengevaluasi perilaku mereka

sebagai kegagalan tetapi hanya berfokus pada perilaku spesifik yang menyebabkan

kegagalan. Ketika individu ingin membebaskan diri rasa salah tersebut, karena rasa

salah hanya berfokus pada perilaku spesifik saja, maka untuk bisa terbebas dari

emosi tersbeut individu hany perlu untuk memperbaiki perilaku.

Page 37: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

24

Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa salah sebagai

emosi yang ditandai dengan evaluasi perilaku negatif dan approach motivation

motivation yang mungkin terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan secara

pribadi. Rasa salah juga dikaitkan dengan perasaan pribadi karena telah melakukan

sesuatu yang salah atau berperilaku yang melanggar hati nurani dan hanya berfokus

pada perilaku tertentu.

Definisi rasa salah yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi

menurut Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa salah sebagai

emosi yang ditandai dengan evaluasi perilaku negatif dan approach motivation

yang mungkin terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan secara pribadi.Rasa

salah juga dikaitkan dengan perasaan pribadi karena telah melakukan sesuatu yang

salah atau berperilaku yang melanggar hati nurani dan hanya berfokus pada perilaku

tertentu.

2.2.2 Dimensi Rasa salah

Cohen, Wolf, Panter, dan Insko (2011) membagi rasa salah menjadi dua dimensi

untuk dapat mendeteksi rasa salah pada diri individu.

1. Negative‐Behavior‐Evaluation (NBE)

Dimensi Negative‐Behavior‐Evaluation (NBE) berfungsi sebagai pintu

gerbang ke perasaan bersalah yang memiliki beberapa hasil termasuk

mengambil perspektif dan keprihatinan empatik (Wolf, Cohen, Panter,

Insko, 2010). NBE mengacu pada konsep bahwa rasa salah adalah sebuah

pengakuan yang dirasakan oleh pelanggar bahwa ia telah melakukan

perilaku yang menyebabkan kerusakan, tetapi hanya dikaitkan dengan

Page 38: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

25

perilaku itu sendiri bukan merupakan seluruh bagian dari diri individu

tersebut (Cohen et al., 2011). NBE terjadi ketika perilaku belum terang-

terangan atau terbuka, tetapi pihak yang bersalah merasa bahwa ia telah

melakukan perilaku yang mengarah pada perilaku yang tidak sesuai dengan

hati nurani seseorang (Smith, dalam Cohen et al., 2011).

Selanjutnya, NBE hanya ditujukan untuk bertindak sebagai

pengukuran disposisi emosional moral yang mengakui bahwa tindakan yang

tidak diinginkan sudah terjadi, kemudia mengambil keputusan untuk

melakukan perilaku moral (Cohen et al., 2011). Selain itu, Tangney (dalam

Cohen et al., 2011) menunjukkan bahwa NBE adalah kecenderungan afektif

yang meresap di situasi bukan berorientasi pada tindakan, yang berarti

bahwa setelah perilaku negatif sudah terasa, bahkan jika hanya untuk waktu

yang singkat, kebutuhan untuk meningkatkan keadaan afektif negatif

diwujudkan dalam perilaku reparasi. Selain itu, NBE juga dikaitkan dengan

tingkat penurunan gejala depresi (Cohen et al., 2011). Hal ini menunjukkan

bahwa komponen emosional bersalah adalah adaptif karena diletakkan pada

perilaku, bukan diri, yang memungkinkan timbulnya perasaan negatif

(Cohen et al., 2011).

2. Repair

Dimensi repair berfungsi sebagai sistem perbaikan emosi moral yang

dirasakan untuk memperbaiki situasi. Greitmeyer (dalam Cohen et al.,

2011) menunjukkan bahwa emosi dan situasi adalah dua penyebab terbesar

dari perilaku moral. Emosi dan situasi berarti bahwa seseorang harus berada

Page 39: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

26

dalam suasana hati yang baik, dan berada dalam situasi yang menyajikan

dengan pilihan moral yang bertentangan dengan keputusan rutin agar

individu dapat membuat pilihan moral. Hal ini sejalan dengan Tangney

(dalam Cohen et al., 2011) yang menunjukkan bahwa komponen bersalah

menyebabkan perilaku moral. Seperti yang dibahas oleh Jorgensen (dalam

Cohen et al., 2011) NBE membawa pengalaman kognitif permusuhan dari

"Saya telah melakukan hal yang buruk", memicu repair dimana individu

mencoba untuk memperbaiki kesalahan. Meskipun kognitif menjadi

komponen utama dari repair namun perbaikan perilaku yang lebih utama

karena merupakan aspek yang paling terlihat (Tangney et al., 2000).

Cohen et al. (2011) menjelaskan bahwa orang-orang yang tinggi

pada repair jauh lebih mungkin untuk mencoba memperbaiki situasi

permusuhan atau membantu orang lain dengan masalah mereka sendiri

daripada yang tinggi pada NBE, NSE, atau withdraw. Hal ini kemungkinan

besar disebabkan oleh persepsi bahwa persepsi negatif dari diri seseorang

tidak selalu dapat diperbaiki, namun perilaku negatif yang dilakukan oleh

seorang individu dapat diperbaiki (Wolf et al., 2010). Vaish (dalam Cohen

2011) berpendapat bahwa perilaku perbaikan ini sering terjadi dalam bentuk

perilaku prososial seperti permintaan maaf atau mencoba untuk

memperbaiki kesalahan tersebut.

2.2.3 Pengukuran Rasa Salah

Terdapat bebarapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur rasa salah,

diantaranya sebagai berikut.

Page 40: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

27

1. Test of Self-Conscious Affect (TOSCA)

TOSCA adalah sekolompok laporan diri yang secara teoritis dirancang

untuk menilai perbedaan individu dalam enam dimensi yaitu kecenderungan

rasa salah, kecenderungan rasa malu, eksternalisasi rasa salah,

ketidaktertarikan, kebanggaan terhadap diri, dan membanggakan perilaku.

TOSCA terdiri dari beberapa versi berdasarkan usia yaituuntuk orang

dewasa (TOSCA; Tangney et al., 1989), remaja berusia antara 12 dan 20

tahun (TOSCA-A; Tangney et al., 1991), dan anak-anak berusia antara 8

dan 12 tahun (TOSCA -C; Tangney et al., 1990).

2. Guilt and Shame Prononess (GASP)

Skala pengukuran ini dikembangan oleh Cohen et al. (2011) untuk

mengukur perbedaan kecenderungan individu mengalami rasa salad dan

rasa malu pada berbagai kesalahan pribadi. GASP terdiri dari 4 sub skala

yaitu Guilt‐Negative‐Behavior‐Evaluation (Guilt‐NBE), Guilt‐Repair,

Shame‐Negative‐Self‐Evaluation (Shame‐NSE), and Shame‐Withdraw

dimana setiap sub skala terdiri dari 4 item pernyataan.

Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur Guilt and Shame Proneness

(GASP) dikarenakan alat ukur ini hanya berfokus pada rasa salah dan rasa malu

sesuai dengan variabel dalam penelitian ini dan tidak dikelompokan berdasarkan

usia.

Page 41: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

28

2.3 Rasa Malu

2.3.1 Definisi Rasa Malu

Lewis (1971) (dalam Tangney, 2002) menggambarkan rasa malu sebagai emosi

yang sangat menyakitkan yang biasanya disertai dengan perasaan tidak berharga

dan tidak berdaya. Individu yang merasa malu, merasa bahwa dirinya diamati orang

lain. Meskipun rasa malu tidak selalu melibatkan pengamatan orang lain yang

menyaksikan kekurangannya, namun seringkali individu yang merasa malu

memiliki gambaran bagaiamana seseorang yang dirinya kurang baik untuk muncul

di hadapan orang lain. Rasa malu juga sering mangarang pada keinginan untuk

melarikan diri atau bersembunyi, dan menghilang.

Selanjutnya, Tangney (2002) menjelaskan bahwa rasa malu adalah

penilaian negatif individu terhadap keseluruhan dirinya (“Who I am?”) dan

merupakan perasaan yang sangat menyakitkan dan berbahaya yang memiliki

dampak negatif pada perilaku interpersonal. Individu yang memiliki kecenderungan

merasa malu relatif mudah menyalahkan orang lain atau dirnya sendiri untuk

kejadian yang merugikan, lebih rentang terhadap kemarahan, permusuhan, dan

kurang mampu untuk berempati terhadap orang lain.

Lewis, Havilland, dan Barret (2008) berpendapat bahwa rasa malu tidak

dihasilkan dari perisitiwa tertentu, tetapi hasil penilaian individu atas peristiwa

tersebut dan dikaitkan dengan keseluruhan diri individu tersebut. Rasa malu juga

tidak terkait dengan kejadian yang bersifat publik atau pribadi, meskipun banyak

yang berpendapat bahwa rasa malu adalah hasil dari kesalahan yang dilakukan di

depan umum. Menurut Lewis et al. (2008) kesalahan yang dilakukan tersebut bisa

Page 42: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

29

bersifat publik atau pun pribadi dan dikaitkan dengan penilain individu terhadap

keseluruhan dirinya.

Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa malu sebagai

emosi yang ditandai dengan evaluasi diri yang negatif dan adanya motivasi untuk

menghindar yang cenderung terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan di

depan umum. Rasa malu berfokus pada penilain negatif terhadap keseluruhan diri

individu.

Definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi rasa malu

menurut Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa malu sebagai

emosi yang ditandai dengan evaluasi diri yang negatif dan adanya motivasi untuk

menghindar yang cenderung terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan di

depan umum.Rasa malu berfokus pada penilain negatif terhadap keseluruhan diri

individu.

2.3.2 Dimensi Rasa Malu

Cohen, Wolf, Panter, dan Insko (2011) membagi rasa malu menjadi dua dimensi

untuk dapat mendeteksi rasa malu pada diri individu. Konsep-konsep ini mengukur

sejauh mana seseorang berpikir dia adalah orang yang buruk karena suatu

kesalahan(Negative‐Self‐Evaluation (NSE)), dan sejauh mana seseorang

menghindari situasi atau orang lain karena kesalahan yang dilakukan (withdraw).

1. Negative‐Self‐Evaluation (NSE)

Tracy dan Robbins (dalam Cohen et al., 2011) menempatkan NSE pada

beratnya kesalahan pada konsep diri individu. NSE mengacu pada konsep

malu yang dikaitkan dengan pengakuan telah melakukan kesalahan yang

Page 43: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

30

mengakibatkan individu memiliki kepercayaaan bahwa komponen

kepribadian atau diri mereka cacat, atau sudah merugikan diri sendiri atau

orang lain (Cohen et al., 2011). Tangney (dalam Cohen et al., 2011) seperti

NBE, dimensi NSE timbul dari penilaian negatif terhadap diri sendiri, dan

kemudian digunakan untuk menentukan sejauh mana tindakan telah

melampaui batas.

Tangney dan Dearing (dalam Cohen et al., 2011) mejelaskan karena

refleksi negatif pada diri individu selama NSE, ada potensi efek samping

merusak seperti mengalami kesedihan, kemarahan, serta tingkat harga diri

yang sangat rendah, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tekanan

kognitif yang disebabkan oleh internalisasi menyalahkan diri. Tracy dan

Robbins (dalam Cohen et al., 2011) juga menyatakan bahwa salah satu cara

merusak NSE individu adalah dengan membangkitkan emosi yang

menyakitkan serta respons emosional menyakitkan pada situasi, hal ini

kemungkinan besar disebabkan oleh tekanan kognitif yang disebabkan oleh

internalisasi menyalahkan diri.

2. Withdraw

Dimensi withdraw mengacu pada penarikan individu dari masyarakat, dan

sering melibatkan bersembunyi atau melarikan diri dari situasi (Cohen et

al., 2011). Hasil perilaku withdraw juga jelas berbeda dari NSE, karena

withdraw adalah reaksi intens individu tidak dapat berinteraksi sehingga

membangkitkan perasaan buruk. Ini adalah hasil yang berbeda karena

kesadaran bahwa NSE merupakan kesalahan perilaku dari pelanggar

Page 44: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

31

sedangkankan withdraw cenderung menghindari tanggung jawab demi

bersembunyi dari peristiwa memalukan (Cohen et al., 2011).

Selanjutnya, Cohen et al. (2011) mencatat bahwa withdraw, tidak

seperti NSE, tidak ada hubungannya dengan hambatan pengambilan

keputusan tidak bermoral atau tidak etis. Hal ini tidak mengherankan

mengingat bahwa penelitian lain telah menemukan bahwa rasa malu

menyebabkan peningkatan kenakalan serta kecenderungan untuk bertindak

agresif. Selain itu, ada juga korelasi ditemukan dengan withdraw dan

permusuhan yang kemungkinan menjadi strategi untuk menghadapi rasa

malu (Cohen et al., 2011). Tangney (dalam Cohen et al., 2011)

menambahkan bahwa alasan untuk ini adalah bahwa jika seseorang berpikir

dia adalah orang yang buruk dan kemudian melakukan hal-hal buruk, citra

dirinya tidak akan berubah dengan melakukan kesalahan lebih lanjut.

Dengan demikian, tekanan kognitif sebagai kontrol untuk perilaku moral

dihapus dan individu dapat merasa bebas untuk bertindak buruk.

2.3.3 Pengukuran Rasa Malu

Terdapat beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur rasa malu,

diantaranya sebagai berikut.

1. Test of Self-Conscious Affect (TOSCA)

TOSCA adalah sekolompok laporan diri yang secara teoritis dirancang

untuk menilai perbedaan individu dalam enam dimensi yaitu kecenderungan

rasa salah, kecenderungan rasa malu, eksternalisasi rasa salah,

ketidaktertarikan, kebanggaan terhadap diri, dan membanggakan perilaku.

Page 45: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

32

TOSCA terdiri dari beberapa versi berdasarkan usia yaituuntuk orang

dewasa (TOSCA; Tangney et al., 1989), remaja berusia antara 12 dan 20

tahun (TOSCA-A; Tangney et al., 1991), dan anak-anak berusia antara 8

dan 12 tahun (TOSCA -C; Tangney et al., 1990).

2. Guilt and Shame Prononess (GASP)

Skala pengukuran ini dikembangan oleh Cohen et al., (2011) untuk

mengukur perbedaan kecenderungan individu mengalami rasa salad dan

rasa malu pada berbagai kesalahan pribadi. GASP terdiri dari 4 sub skala

yaitu Guilt‐Negative‐Behavior‐Evaluation (Guilt‐NBE), Guilt‐Repair,

Shame‐Negative‐Self‐Evaluation (Shame‐NSE), and Shame‐Withdraw

dimana setiap sub skala terdiri dari 4 item pernyataan.

Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur Guilt and Shame Proneness

(GASP) dikarenakan alat ukur ini hanya berfokus pada rasa salah dan rasa malu

sesuai dengan variabel dalam penelitian ini dan tidak dikelompokan berdasarkan

usia.

2.4 Tipe Kepribadian Big Five

2.4.1 Definisi Tipe Kepribadian Big Five

McCrae dan Costa (1987) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu karakteristik

seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu neuroticism,

extraversion, openness, agreeableness dan conscientiousness. John dan Srivastava

(1999) menjelaskan bahwa dimensi kepribadian big five tidak mewakili perspektif

teoritis tertentu tetapi berasal dari analisis yang digunakan individu untuk

Page 46: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

33

menggambarkan diri mereka dan orang lain. Tipe kepribadian ini juga menyajikan

berbagai jenis deskripsi kepribadian dalam kerangka umum.

Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah salah satu

kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku, suatu pendekatan

yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait

yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan

menggunakan analisis faktor. Lima tipe kepribadian tersebut adalah extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan oppeness to experience. Pervin

(2004) menambahkan bahwa big five adalah teori faktor trait dengan lima kategori

sifat secara umum yang meliputi emosi, tindakan, dan faktor sosial.

Definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi dari McCrae

dan Costa (1987) yang mendefinisikan kepribadian sebagai suatu karakteristik

seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu neuroticism,

extraversion, openness, agreeableness dan conscientiousness.

2.4.2 Dimensi Tipe Kepribadian Big Five

John dan Oliver (1999) menjabarkan lima tipe atau lima kategori sifat dalam

kepribadian big five dan pada setiap tipe terdiri dari beberapa facets atau aspek yaitu

sebagai berikut.

1. Extraversion

Extraversion ditandai dengan keterlibatan individu dengan dunia luar. Individu

yang memeiliki extraversion menikmati kebersamaan dengan orang lain,

penuh energi, dan lebih sering mengalami emosi positif. Extraversion terdiri

dari beberapa facets atau aspek yaitu sebagai berikut.

Page 47: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

34

a. Warmth. Individu yang warmth secara terbuka menunjukkan perasaan

positif terhadap orang lain. Mereka membuat orang disekelilingnya dengan

cepat dan mudah untuk membentuk kedekatan atau hubungan intim. Skor

rendah pada warmth tidak selalu dingin dan bermusuhan, tetapi mereka

menjaga jarak dari orang lain dan cenderung pendiam.

b. Sociable. Individu yang suka berteman menemukan kehadiran orang lain

senang menstimulasi dan bermanfaat. Mereka menikmati kegembiraan

dengan orang lain. Skor rendah cenderung merasa kewalahan oleh hal-hal

tersebut, dan karena itu secara aktif menghindari dari banyak orang. Kadang

tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang lain, namun mereka memiliki

privasi dan waktu untuk diri sendiri jauh lebih besar dibandingkan dengan

orang-orang yang mendapat skor tinggi pada skala ini.

c. Assertiveness. Skor tinggi pada assertiveness ingin banyak berbicara,

mengambil alih, dan mengarahkan kegiatan orang lain. Mereka cenderung

menjadi pemimpin dari kelompok. Skor rendah cenderung tidak banyak

bicara dan membiarkan orang lain mengontrol kegiatan kelompok.

d. Energetic. Individu yang aktif dalam memimpin, memiliki kehidupan yang

sibuk. Mereka bergerak cepat, penuh semangat, dan terlibat dalam berbagai

kegiatan. Orang yang mendapat skor rendah pada skala ini mengikuti lebih

lambat dan lebih santai.

e. Excitement-Seeking. Skor tinggi pada skala ini mudah bosan jika tidak ada

stimulasi, menyukai hiruk-pikuk, cenderung untuk mengambil risiko dan

mencari sensasi. Skor rendah kewalahan oleh kebisingan dan keributan.

Page 48: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

35

f. Positive Emotions. Mengukur emosi positif bukan emosi negatif (yang

merupakan bagian dari domain Neuroticism). Orang yang mendapat skor

tinggi pada skala ini biasanya mengalami berbagai perasaan positif,

termasuk kebahagiaan, semangat, optimisme, dan sukacita. skor rendah

yang tidak memiliki energik seperti tidak memiliki semangat yang tinggi.

2. Agreeableness

Agreeableness mencerminkan perbedaan individu dalam keprihatinan dengan

kerjasama dan harmoni sosial. Individu mudah bergaul dengan orang lain.

Karena itu mereka perhatian, ramah, murah hati, senang membantu, dan

bersedia untuk berkompromi tentang kepentingan mereka dengan orang lain.

Individu juga memiliki pandangan yang optimis. Mereka percaya orang pada

dasarnya jujur dan dapat dipercaya. Agreeableness terdiri dari beberapa facets

atau aspek yaitu sebagai berikut.

a. Trust. Seseorang dengan kepercayaan yang tinggi mengasumsikan bahwa

kebanyakan orang yang adil, jujur, dan memiliki niat baik. Orang yang

memiliki skor rendah pada trust melihat orang lain sebagai egois, licik, dan

berpotensi berbahaya.

b. Morality. Skor tinggi pada skala ini tidak melihat perlunya untuk berpura-

pura atau manipulasi ketika berhadapan dengan orang lain, sehingga mereka

jujur dan tulus. Skor rendah percaya bahwa sejumlah penipuan dalam

hubungan sosial diperlukan, namun bukan berarti tidak bermoral; mereka

hanya lebih menjaga dan kurang bersedia untuk secara terbuka

mengungkapkan seluruh kebenaran.

Page 49: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

36

c. Altruism. Orang altruistik bersedia untuk membantu orang lain yang sedang

membutuhkan yang merupakan bentuk pemenuhan diri bukan suatu

pengorbanan diri. Skor rendah pada skala ini tidak begitu suka membantu

orang lain yang sedang membutuhkan. Permohonan bantuan dirasa seperti

pemaksaan daripada kesempatan untuk pemenuhan diri.

d. Cooperation. Individu yang mendapat skor tinggi pada skala ini tidak

menyukai konfrontasi, mereka sangat bersedia untuk berkompromi atau

menyangkal kebutuhan mereka sendiri untuk bergaul dengan orang lain.

Mereka yang mendapat skor rendah pada skala ini lebih mungkin untuk

mengintimidasi orang lain untuk mendapatkan jalan mereka.

e. Modesty. Skor tinggi pada skala ini tidak suka untuk mengklaim bahwa

mereka lebih baik daripada orang lain. Dalam beberapa kasus sikap ini

mungkin berasal dari rendahnya kepercayaan diri atau harga diri.

f. Sympathetic. Skor tinggi pada skala ini adalah berhati lembut dan

penyayang. Mereka merasakan penderitaan yang dialami orang lain dan

mudah kasihan. Skor rendah tidak terpengaruh pada penderitaan orang lain,

mereka lebih peduli dengan kebenaran dan keadilan yang berimbang

dibandingkan dengan belas kasihan.

3. Conscientiousness

Conscientiousness menyangkut cara individu mengontrol, mengatur, dan

mengarahkan impuls. Impuls tidak inheren buruk; sesekali kendala waktu

memerlukan keputusan cepat, dan bertindak atas dorongan bisa menjadi respon

yang efektif. Juga, pada saat bermain daripada bekerja, bertindak secara

Page 50: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

37

spontan dan impulsif bisa menyenangkan. individu impulsif dapat dilihat oleh

orang lain sebagai fun-to-be-with, dan lucu. Conscientiousness terdiri dari

beberapa facets atau aspek yaitu sebagai berikut.

a. Competence. Competence menggambarkan kepercayaan pada kemampuan

seseorang untuk mencapai sesuatu. Skor tinggi percaya bahwa mereka

memiliki kecerdasan (akal sehat) dan kontrol diri yang diperlukan untuk

mencapai kesuksesan. Skor rendah tidak merasa efektif, dan mungkin

memiliki arti bahwa mereka tidak dapat mengendalikan hidup mereka.

b. Orderliness. Orang dengan skor tinggi padaorderliness (ketertiban)

memiliki kehidupan yang terorganisasi dengan baik. Mereka menyukai

hidup menurut rutinitas dan jadwal. Mereka menyimpan daftar dan

membuat rencana. Skor rendah cenderung tidak teratur.

c. Dutifulness. Skala ini mencerminkan kekuatan akal seseorang terhadap

tugas dan kewajiban. Mereka yang mendapat skor tinggi pada skala ini

memiliki rasa yang kuat terhadap kewajiban moral. Skor rendah cenderung

dilihat sebagai tidak dapat diandalkan atau bahkan tidak bertanggung jawab.

d. Achievement-Striving. Individu yang mendapat skor tinggi pada skala ini

berusaha keras untuk mencapai keunggulan. Mereka sering memiliki rasa

yang kuat terhadap tujuan yang akan dicapai namun kadang mereka terlalu

single-minded dan terobsesi dengan pekerjaan mereka. Skor rendah lebih

memilih jumlah pekerjaan yang lebih sedikit, dan mungkin terlihat seperti

orang yang malas.

Page 51: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

38

e. Self-Dicipline. Self-Dicipline mengacu pada kemampuan untuk bertahan

pada tugas-tugas sulit atau tidak menyenangkan sampai dengan tugas

tersebut selesai. Orang-orang yang memiliki disiplin diri yang tinggi mampu

mengatasi keengganan untuk memulai tugas dan tetap mengerjakan

meskipun ada gangguan. Mereka yang memiliki skor rendah pada disiplin

diri suka menunda dan tidak melanjutkan tugas yang sulit.

f. Cautiousness. Cautiousness menjelaskan disposisi untuk memikirkan

kemungkinan sebelum bertindak. Skor tinggi pada skala

cautiousnessmemikirkan terlebih dahulu ketika membuat keputusan. Skor

rendah sering mengatakan atau melakukan hal pertama yang terlintas dalam

pikiran tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu dan konsekuensi yang

mungkin terjadi.

4. Neuroticism

Neuroticism adalah istilah untuk menggambarkan kondisi yang ditandai oleh

tekanan mental, penderitaan emosional, dan ketidakmampuan untuk mengatasi

secara efektif dengan tuntutan hidup normal. Setiap orang menunjukkan

beberapa tanda-tanda neurosis, tetapi berbeda derajat setiap individu.

Neuroticism mengacu kecenderungan untuk mengalami perasaan negatif.

Mereka yang memiliki skor tinggi pada neuroticism mungkin mengalami

terutama satu perasaan negatif tertentu seperti kecemasan, kemarahan, atau

depresi, tapi mungkin akan mengalami beberapa emosi ini. Neuroticism terdiri

dari beberapa facets atau aspek yaitu sebagai berikut.

Page 52: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

39

a. Anxiety. Orang-orang yang tinggi dalam kecemasan sering merasa seperti

sesuatu yang berbahaya akan terjadi. Mereka mungkin takut situasi tertentu

tertentu atau hanya umumnya takut. Mereka merasa tegang dan gelisah.

Orang yang rendah dalam anxiety umumnya tenang dan tak kenal takut.

b. Anger. Orang yang mendapat skor tinggi pada anger merasa marah ketika

sesuatu tidak berjalan dengan sesuai. Mereka sensitif diperlakukan secara

adil dan merasa marah ketika mereka merasa mereka sedang ditipu. Skala

ini mengukur kecenderungan untuk merasa marah; apakah orang tersebut

mengungkapkan kemarahan dan permusuhan tergantung pada tingkat

individu pada agreeableness. Skor rendah tidak mudah marah.

c. Depression. Skala ini mengukur kecenderungan untuk merasa sedih dan

putus asa. Skor rendah cenderung bebas dari perasaan-perasaan depresi.

d. Self-Consciousness. Individu pada skala ini sensitif tentang apa yang orang

lain pikirkan tentang mereka. Khawatir pada penolakan dan cemoohan

menyebabkan mereka merasa malu dan tidak nyaman berada dekat dengan

orang lain. Mereka mudah malu dan sering merasa malu. Ketakutan mereka

bahwa orang lain akan mengkritik atau mengolok-olok mereka dengan

berlebihan dan tidak realistis, tetapi kecanggungan dan ketidaknyamanan

mereka dapat membuat ketakutan sebagai sebuah ramalan. Sebaliknya skor

rendah, tidak menderita dari kesan keliru bahwa semua orang menonton dan

menilai mereka. Mereka tidak merasa gugup dalam situasi sosial.

e. Immoderation. Individu tidak moderat merasa keinginan yang kuat dan

mendesak bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menolak. Mereka

Page 53: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

40

cenderung berorientasi pada kesenangan jangka pendek dan manfaat

daripada konsekuensi jangka panjang. Skor rendah tidak mengalami hasrat

tak tertahankan dan akibatnya tidak menemukan diri mereka tergoda untuk

terlalu memuaskan nafsu.

f. Vulnerability. Skor tinggi pada skal ini memiliki pengalaman panik,

bingung, dan tak berdaya ketika berada di bawah tekanan atau stres. Skor

rendah merasa pemikiran yang lebih seimbang, percaya diri, dan jelas ketika

stres.

5. Openness to Experience

Openness to Experience menjelaskan dimensi gaya kognitif yang imajinatif,

kreatif serta memiliki pikiran terbuka untuk ide-ide yang tidak biasa atau baru.

Orang yang Openness to Experience memiliki intelektual rasa ingin tahu,

menghargai seni, dan peka terhadap keindahan. Opennes terdiri dari beberapa

facets atau aspek yaitu sebagai berikut.

a. Imagination. Untuk individu yang memiliki imajinatif, dunia nyata sering

terlalu sederhana dan biasa. Skor tinggi pada skala ini menggunakan fantasi

sebagai cara untuk menciptakan dunia yang lebih menarik. Skor rendah pada

skala ini lebih berorientasi pada fakta dari pada fantasi.

b. Artistic Interest. Skor tinggi pada skala ini cinta keindahan, baik dalam seni

maupun di alam. Mereka menjadi mudah terlibat dalam acara artistik dan

alami. Skor rendah kekurangan sensitivitas estetika dan minat dalam seni.

Page 54: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

41

c. Emotionality. Skor tinggi pada emosionalitas memiliki akses yang baik pada

kesadaran perasaan mereka sendiri. Skor rendah kurang menyadari perasaan

mereka dan cenderung tidak mengekspresikan emosi mereka secara terbuka.

d. Adventurousness. Skor tinggi pada skala ini ingin mencoba kegiatan baru,

perjalanan ke tempat-tempat asing, dan pengalaman hal yang berbeda, dan

bosan pada kegiatan yang rutin. Skor rendah cenderung merasa tidak

nyaman dengan perubahan dan lebih memilih rutinitas.

e. Intellect. Skor tinggi pada intelek suka bermain dengan ide-ide. Mereka

berpikiran terbuka untuk ide-ide baru dan tidak biasa, dan suka berdebat

masalah intelektual. Mereka menikmati teka-teki dan permainan yang

mengasah otak. Skor rendah pada intelek lebih suka berurusan dengan

orang-orang atau sesuatu daripada ide-ide. Mereka menganggap latihan

intelektual sebagai buang-buang waktu. Intelek tidak boleh disamakan

dengan kecerdasan. Intelek adalah gaya intelektual, bukan kemampuan

intelektual.

f. Liberalism. Mengacu pada kesiapan untuk menantang otoritas, konvensi,

dan nilai-nilai tradisional. Dalam bentuk yang paling ekstrim, bahkan dapat

mewakili permusuhan langsung menuju aturan, simpati untuk pelanggar

hukum, menyukai ambiguitas, kekacauan, dan gangguan.

2.4.3 Pengukuran Tipe Kepribadian Big Five

Terdapat beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur kepribadian big

five, diantaranya sebagai berikut.

Page 55: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

42

1. International Personality Item Pool (IPIP)

Alat ukur ini dibangun oleh Lewis R. Goldberg (1992) berisi 50 item

pernyataan untuk mengukur kelima kepribadian big five yaitu extraversion,

agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan

openness/intellect, setiap tipe terdiri dari 10 item pernyataan dan memiliki

5 pilihan jawaban, dari tidak sesuai (skala 1) sampai dengan sangat sesuai

(skala 5).

2. Big Five Inventory (BFI)

Alat ukur ini dibuat oleh Oliver P. John (1999) berisi laporan diri untuk

mengukur lima dimensi kepribadian yaitu extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience terdiri dari 44

item.

Pada penelitian ini akan menggunakan alat ukur Big Five Invetory (BFI)

karena cukup singkat untuk pengukuran kepribadian serta berisi frasa pendek

dengan kosakata yang relaitif mudah dipahami.

2.5 Kerangka Berpikir

Sebagaimana telah dijelaskan di atas faktor-faktor psikologis yang dapat

mempengaruhi self-forgiveness adalah rasa salah, rasa malu, dan tipe kepribadian

big five. Self-forgiveness adalah bentukdari kesalahanyang dirasakan sehingga

respon yang berupa pikiran, perasaan, dan motivasi akibat dari perilaku atau

kesalahan yang dilakukan tersebut berubah dari negatif ke netral atau positif.

Sumber kesalahan dan objek pengampunan mungkin berasal dari diri sendiri (self-

forgiveness), orang lain (forgiveness of others), atau situasi/keadaan (forgiveness of

Page 56: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

43

situation) di luar kendali siapa pun (bencana alam, penyakit, dll) (Thompson, 2005).

Dalam penelitian ini sumber kesalahan dan objek pengampunan berasal dari diri

sendiri.

Faktor pertama yang mempengaruhi self-forgiveness adalah rasa salah.

Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa salah sebagai emosi

yang ditandai dengan evaluasi perilaku negatif dan approach motivation yang

mungkin terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan secara pribadi. Rasa salah

juga dikaitkan dengan perasaan pribadi karena telah melakukan sesuatu yang salah

atau berperilaku yang melanggar hati nurani dan hanya berfokus pada perilaku

tertentu. Rasa salah melibatkan beberapa kombinasi ketegangan, penyesalan,

kegelisahan, dan penyeselan yang dihasilkan dari evaluasi diri pada perilaku

negative tertentu, dan sesuai dengan penelitian sebelumnya (Strelan, 2006)

menemukan sebagai penghalang untuk memaafkan diri sendiri (Hall & Fincham,

2005). Artinya, individu yang rentan mengalami rasa salah untuk kesalahan yang

telah dilakukan lebih mungkin untuk menghukum dirinya sendiri dengan tidak

terlihat memaafkan diri sendiri, sehingga membiarkan dirinya terjebak dalam

kesalahan masa lalu dan menyebabkan rasa sakit (Strelan, 2006). Rasa salah terdiri

dari dua dimensi yaitu Negative-Behavior-Evaluation (NBE) dan Repair

Faktor kedua yang mempengaruhi self-forgiveness adalah rasa malu. Wolf,

Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa malu sebagai emosi yang

ditandai dengan evaluasi diri yang negatif dan adanya motivasi untuk menghindar

yang cenderung terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan di depan umum.

Rasa malu berfokus pada penilain negatif terhadap keseluruhan diri individu. Rasa

Page 57: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

44

malu melibatkan fokus yang berlebihan dan kritis pada diri sendiri, dan lebih

mungkin untuk berniat merusak diri terkait dengan kegagalan dalam self-

forgiveness (Tangney, 1991). Rasa malu terdiri dari dua dimensi yaitu Negative

Self-Evaluation (NSE) dan withdraw.

Menurut Cohen et al., (2011) rasa salah terbagi menjadi dua dimensi yaitu

Negative Evaluation Behavior (NBE), dan repair. Sedangkan rasa malu terbagi

menjadi dua dimensi yaitu Negative Self-Evaluation (NSE) dan withdraw.Cohen et

al. (2011) menjelaskan bahwa orang-orang yang tinggi pada repair jauh lebih

mungkin untuk mencoba memperbaiki situasi permusuhan atau membantu orang

lain dengan masalah mereka sendiri daripada yang tinggi pada NBE, NSE, atau

withdraw. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh persepsi bahwa persepsi

negatif dari diri seseorang tidak selalu dapat diperbaiki, namun perilaku negatif

yang dilakukan oleh seorang individu dapat diperbaiki (Wolf, Cohen, Panter &

Insko, 2010). Vaish (dalam Cohen 2011) berpendapat bahwa perilaku perbaikan

ini sering terjadi dalam bentuk perilaku prososial seperti permintaan maaf atau

mencoba untuk memperbaiki kesalahan tersebut.Sehingga dapat diasumsikan

dimensi repair berpengaruh positif terhadap self-forgiveness, sedangkan dimensi

NBE, NSE, dan withdraw berpengaruh negatif terhadap self-foegiveness.

Faktor terakhir yang mempengaruhi self-forgiveness adalah tipe

kerpibadian yang dimiliki individu. Tipe kepribadian big five terdiri dari lima

macam tipe di mana masing-masing tipe digunakan sebagai independent variable

dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut meliputi extraversion,

agreeableness, consciensciusness, neuroticism, dan openness.

Page 58: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

45

Extraversion adalah memiliki afek positif seperti antusiasme yang tinggi,

senang bergaul dan juga ramah terhadap orang lain. Extraversion berarti individu

bersikap terbuka terhadap keadaan atau situasi yang berbeda, bahkan yang sulit dan

membutuhkan dukungan orang lain. Individu yang memiliki sikap terbuka mungkin

akan lebih bersedia untuk memaafkan, karena individu tersebut cenderung melihat

perubahan daripada kelemahan (Ross et al., 2004). Dapat diasumsikan extraversion

berpengaruh positif terhadap self-forgiveness, yang berarti bahwa semakin tinggi

extraversion, akan semakin tinggi pula self-forgiveness.

Agreeableness mencerminkan perbedaan individu dalam keprihatinan

dengan kerjasama dan harmoni sosial. Individu mudah bergaul dengan orang lain.

Karena itu mereka perhatian, ramah, murah hati, membantu, dan bersedia untuk

berkompromi tentang kepentingan mereka dengan orang lain. Individu juga

memiliki pandangan yang optimis. Mereka percaya orang pada dasarnya jujur dan

dapat dipercaya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti

yang menyatakan bahwa self-forgiveness ditemukan positif terkait dengan sikap

prososial seperti agreeableness (Walker & Gorsuch, 2002), yang berarti semakin

tinggi extraversion maka akan semakin tinggi pula self-forgiveness.

Conscientiousness menyangkut cara individu mengontrol, mengatur, dan

mengarahkan impuls. Impuls tidak inheren buruk; sesekali kendala waktu

memerlukan keputusan cepat, dan bertindak atas dorongan bisa menjadi respon

yang efektif. Juga, pada saat bermain daripada bekerja, bertindak secara spontan

dan impulsif bisa menyenangkan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahawa conscientiousness memiliki hubungan yang positif dengan

Page 59: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

46

self-forgiveness (Leach & Lark, 2004). Sehingga dapat diasumsikan

conscientiousness berpengaruh positif terhadap self-forgiveness, yang berarti

semakin tinggi conscientiousness maka akan semakin tinggi self-forgiveness.

Neuroticism adalah individu yang memeliki skor yang tinggi pada tipe

kepribadian neuroticism adalah individu yang mudah mengalami kecemasan, rasa

marah, depresi, dan kecenderungan tidak memiliki kestabilan emosi yang

memungkinkan individu rendah dalam self-forgiveness. Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ross, Kendal, dan Matters (2004) bahwa neuroticism memiliki

hubungan yang negatif dengan self-forgiveness. Sehingga dapat diasumsikan

neuroticism berpengaruh negatif terhadap self-forgiveness, yang berarti bahwa

semakin rendah neuroticism maka semakin tinggi self-forgiveness.

Openness to experience menjelaskan dimensi gaya kognitif yang kreatif

serta memiliki pikiran terbuka untuk ide-ide yang tidak biasa atau baru. Orang yang

openness to experience memiliki intelektual rasa ingin tahu, menghargai seni, dan

peka terhadap keindahan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada openness cenderung lebih mampu

untuk self-forgiveness (Leach & Lark, 2004). Sehingga dapat diasumsikan bahwa

openness berpengaruh positif terhadap self-forgiveness, yang berarti bahwa

semakin tinggi openness maka akan semakin tinggi self-forgiveness.

Page 60: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

47

Gambar 2.1

Bagan pengaruh rasa salah, rasa malu, dan tipe kepribadian big five terhadap

self-forgiveness

2.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori, dan kerangka

berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Hipotesis Mayor: Ada pengaruh yang signifikan dimensi rasa salah (negative

behavior evaluation (NBE) dan repair), dimensi rasa malu (negative self-

evaluation (NSE) dan withdraw) dan tipe kepribadian big five

(extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness to experience) pada self-forgiveness.

Page 61: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

48

Hipotesis Minor:

H1: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah negatif dimensi negative

behavior evaluation (NBE) pada self-forgiveness.

H2: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah positif dimensi repair pada

self-forgiveness.

H3: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah negatif dimensi negative self-

evaluation (NSE) pada self-forgiveness.

H4: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah negatif dimensi withdraw

pada self-forgiveness.

H5: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah positif dimensi extraversion

pada self-forgiveness.

H6: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah positif dimensi agreeableness

pada self-forgiveness.

H7: Ada pengaruh yang signifikan dengan arah positif dimensi

conscientiousness pada self-forgiveness.

H8 : Ada pengaruh yang signifikan dengan arah negatif dimensi neouroticism

pada self-forgiveness.

H9 : Ada pengaruh yang signifikan dengan arah positif dimensi openness to

experience pada self-forgiveness.

Page 62: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

49

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah residen narkoba di PSPP

“Galih Pakuan” Bogor yang berjumlah 226 orang. Karakteristik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna narkoba yang sedang menjalani

rehabilitasi dan tidak mengalami dual diagnosis dikarenakan keterbatasan perizinan

dan khawatir residen tidak mampu mengisi kuesioner. Terdapat 146 residen yang

sesuai dengan karakteristik pengambilan sampel, namun hanya 127 residen yang

bersedia untuk mengisi kuesioner. Teknik yang digunakan dalam memilih sampel

adalah dengan non probability sampling, merupakan teknik pengambilan sampel

dimana tidak semua individu atau elemen dalampopulasi mendapat peluang atau

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

3.2 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi dependent variable adalah self-forgiveness dan

terdapat enam independent variable yaitu rasa salah, rasa malu, dan tipe

kepribadian big five. Berikut ini penjelesan dari masing-masing variabel.

1. Self-Forgiveness

Self-forgiveness adalah bentukdari kesalahanyang dirasakan sehingga respon

yang berupa pikiran, perasaan, dan motivasi akibat dari perilaku atau

kesalahan yang dilakukan tersebut berubah dari negatif ke netral atau positif.

Sumber kesalahan dan objek pengampunan mungkin berasal dari diri sendiri

(self-forgiveness), orang lain (forgiveness of others), atau situasi/keadaan

Page 63: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

50

(forgiveness of situation) di luar kendali siapa pun (bencana alam, penyakit,

dll) (Thompson, 2005). Self-forgiveness adalah skor yang diperoleh dari skala

Heartland Forgiveness Scale (HFS) yang terdiri dari 6 item.

2. Rasa salah

Menurut Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa salah

sebagai emosi yang ditandai dengan evaluasi perilaku negatif dan approach

motivation yang mungkin terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan

secara pribadi. Rasa salah terdiri dari dua dimensi yaitu Negative Behavior

Evaluation (NBE) dan repair. Skor masing-masing dimensi diperoleh dari

skala Guilt and Shame Proneness (GASP) yang berjumlah delapan item, di

mana setiap dimensi terdiri dari empat item.

a. Negative Behavior Evaluation (NBE)

Dimensi Negative Behavior Evaluation (NBE) berfungsi sebagai pintu

gerbang ke perasaan bersalah yang memiliki beberapa hasil termasuk

mengambil perspektif dan keprihatinan empatik (Wolf, Cohen, Panter,

Insko, 2010).

b. Repair

Dimensi repair berfungsi sebagai sistem perbaikan emosi moral yang

dirasakan untuk memperbaiki situasi (Cohen et al., 2011).

3. Rasa malu

Wolf, Cohen, Panter dan Insko (2010) mendefinisikan rasa malu sebagai emosi

yang ditandai dengan evaluasi diri yang negatif dan adanya motivasi untuk

menghindar yang cenderung terjadi setelah seseorang melakukan kesalahan di

Page 64: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

51

depan umum. Rasa malu terdiri dari dua dimensi yaitu Negative Self-

Evaluation (NSE) dan withdraw. Skor masing-masing dimensi diperoleh dari

skala Guilt and Shame Proneness (GASP) yang berjumlah delapan item, di

mana setiap dimensi terdiri dari empat item.

a. Negative Self-Evaluation (NSE)

NSE mengacu pada konsep malu yang dikaitkan dengan pengakuan telah

melakukan kesalahan yang mengakibatkan individu memiliki

kepercayaaan bahwa komponen kepribadian atau diri mereka cacat, atau

sudah merugikan diri sendiri atau orang lain (Cohen et al., 2011).

b. Withdraw

Dimensi withdraw mengacu pada penarikan individu dari masyarakat,

dan sering melibatkan bersembunyi atau melarikan diri dari situasi

(Cohen et al., 2011). Hasil perilaku withdraw juga jelas berbeda dari

NSE, karena withdraw adalah reaksi intens individu tidak dapat

berinteraksi sehingga membangkitkan perasaan buruk.

4. Tipe kepribadian big five adalah karakteristik seseorang yang terdiri dari lima

karakter kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness, agreeableness

dan conscientiousness (McCrae& Costa, 1987). Tipe kepribadian big five

adalah skor yang diperoleh dari skala Big Five Inventory (BFI) yang terdiri dari

44 item.

a. Neuroticism

Neuroticism adalah istilah untuk menggambarkan kondisi yang ditandai

oleh tekanan mental, penderitaan emosional, dan ketidakmampuan untuk

Page 65: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

52

mengatasi secara efektif dengan tuntutan hidup normal. Setiap orang

menunjukkan beberapa tanda-tanda neurosis, tetapi berbeda derajat setiap

individu. Neuroticism mengacu kecenderungan untuk mengalami perasaan

negatif. Mereka yang memiliki skor tinggi pada neuroticism mungkin

mengalami terutama satu perasaan negatif tertentu seperti kecemasan,

kemarahan, atau depresi, tapi mungkin akan mengalami beberapa emosi

ini. Neuroticism adalah skor yang diperoleh dari skala BFI yang berkaitan

dengan facet dalam neuroticism.

b. Extraversion

Extraversion ditandai dengan keterlibatan individu dengan dunia luar.

Individu yang memeiliki extraversion menikmati kebersamaan dengan

orang lain, penuh energi, dan lebih sering mengalami emosi positif.

Extraversion adalah skor yang diperoleh dari skala BFI yang berkaitan

dengan facet dalam extraversion.

c. Openness to experience

Openness to Experience menjelaskan dimensi gaya kognitif yang

membedakannya dengan imajinatif, orang-orang kreatif untuk down-to-

earth, konvensional. Orang yang Openness to Experience memiliki

intelektual rasa ingin tahu, menghargai seni, dan peka terhadap keindahan.

Openness to experience adalah skor yang diperoleh dari skala BFI yang

berkaitan dengan facet dalam openness to experience.

Page 66: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

53

d. Agreeableness

Agreeableness mencerminkan perbedaan individu dalam keprihatinan

dengan kerjasama dan harmoni sosial. Individu mudah bergaul dengan

orang lain. Karena itu mereka perhatian, ramah, murah hati, membantu,

dan bersedia untuk berkompromi tentang kepentingan mereka dengan

orang lain. Individu juga memiliki pandangan yang optimis. Mereka

percaya orang pada dasarnya jujur dan dapat dipercaya. Agreeableness

adalah skor yang diperoleh dari skala BFI yang berkaitan dengan facet

agreeableness.

e. Conscientiousness

Conscientiousness menyangkut cara individu mengontrol, mengatur, dan

mengarahkan impuls. Impuls tidak inheren buruk; sesekali kendala waktu

memerlukan keputusan cepat, dan bertindak atas dorongan bisa menjadi

respon yang efektif. Juga, pada saat bermain daripada bekerja, bertindak

secara spontan dan impulsif bisa menyenangkan. Individu impulsif dapat

dilihat oleh orang lain sebagai fun-to-be-with, dan lucu. Conscientiousness

adalah skor yang diperoleh dari skala BFI yang berkaitan dengan facet

conscientiousness.

3.3 Teknik Pengumpulam Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan angket yaitu sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

mengenai laporan diri. Terdiri dari skala self-forgiveness, skala rasa salah dan rasa

malu, dan tipe kepribadian big five.

Page 67: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

54

3.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berbentuk kuesioner dengan skala

model likert. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpulan data berupa daftar

pertanyaan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat

ukur yaitu sebagai berikut.

3.1.1.1 Skala Self-forgiveness

Heartland Forgiveness Scale (HFS)merupakan kuesioner self-forgiveness yang

mengukur dispositional forgiveness, yaitu kecenderungan umum untuk memaafkan

diri sendiri (self-forgiveness), orang lain (forgiveness of others), dan situasi di luar

kendali seseorang (forgiveness of situations). Subskala HFS terdiri dari 18 item.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan sub skala self-forgiveness yang terdiri

dari 6 item.

Tabel 3.1

Blue print skala Heartland Forgiveness Scale (HFS)

Ket. (*) item unfavorable

3.1.1.2 Skala Rasa Salah dan Rasa Malu

Guilt and Shame Proneness (GASP) lebih menilai perilaku emosional yaitu rasa

salah dan rasa malu, daripada keadaan emosioanal itu sendiri yaitu rasa salah dan

rasa malu pada saat itu.

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1. Self-forgiveness Sumber kesalahan dan objek

pengampunan berasal dari diri

sendiri.

1, 2*, 3, 4*, 5, 6* 6

2. Forgiveness of

others

Sumber kesalahan dan objek

pengampunan berasal dari oran

lain.

7*, 8, 9*, 10, 11*,

12

6

3. Forgiveness of

situations

Sumber kesalahan berasal dari

situasi di luar kendali siapa pun

13*, 14, 15*, 16,

17*, 18

6

Jumlah 18

Page 68: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

55

Tabel 3.2

Blue print skala rasa salah dan rasa malu. No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1. Negative

Behavior

Evaluation

(NBE)

Perasaan negatif tentang bagaimana individu bertindak

atau berperilaku.

1, 9,

14, 16

4

2. Repair Kecenderungan pada tindakan yang berfokus pada

bagaimana individu memperbaiki atau mengatasi

kesalahan yang dilakukan.

2, 5,

11, 15

4

3. Negative Self-

Evaluation

(NSE)

Menggambarkan perasaan negatif tentang diri sendiri. 3, 6,

10, 13

4

4. Withdraw Kecenderungan perilaku yang berfokus pada

bersembunyi atau menarik diri dari orang lain (publik).

4, 7, 8,

12

4

Jumlah 16

3.1.1.3 Skala Kepribadian Big Five

Big Five Inventory (BFI) terdiri dari 44 item. BFI mengukur tipe kepribadian yang

terdiri dari lima dimensi yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, dan openness dimana setiap dimensi terdiri dari beberapa aspek.

Tabel 3.3

Blue print skala kepribadian Big Five

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1. Extraversion Warmth, sociable,

assertiveness, energetic,

excitement seeking, dan

positive emotions.

1, 6*, 11, 16, 21*,

26, 31*, 36

8

2. Agreeableness Trust, morality, altruism,

cooperation, modesty, dan

sympathetic.

2*, 7, 12*, 17, 22,

27*, 32, 37*, 42

9

3. Conscientiousness Competence, orderliness,

dutifullnes, achievement

striving, self-dicipline, dan

cautiousness.

3, 8*, 13, 18*, 23*,

28, 33, 38, 43*

9

4. Neuroticism Anxiety, anger, depression,

self-consciousness,

immoderation, dan

vulnerability.

4, 9*, 14, 19, 24*,

29, 34*, 39

8

5. Openness to

Experience

Imagination, artistic interest,

emotionality,

adventurousness, intellect,

dan liberalism.

5, 10, 15, 20, 25,

30, 35*, 40, 41*, 44

10

Jumlah 44

Keterangan: (*) item unfavorable

Page 69: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

56

Pemberian skor pada penelitian ini menggunakan skala model likert yang

dimodifikasi menjadi empat. Dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Bobot skor skala

Skala Skala Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju

(STS)

Sangat Tidak Mungkin

(STM)

1 4

Tidak Setuju (TS) Tidak Mungkin (TM) 2 3

Setuju (S) Mungkin (M) 3 2

Sangat Setuju (S) Sangat Mungkin (SM) 4 1

3.4 Uji Validitas

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).

Adapun langkah-langkah dalam menguji validitas dari setiap alat ukur ini menurut

Jahja Umar (2013) adalah sebagai berikut:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional

sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataanuntuk mengukurnya. Trait

ini disebut faktor, sedangkanpengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui

analisis terhadaprespon atas item-item tersebut.

2. Diteorikan bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga

subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala

bersifat unidimensional.

3. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan Chi-

Square. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil

tersebut “ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima

bahwa item hanya mengukur satu faktor saja. Tetapi jika Chi-Square signifikan

(p<0.05), maka dilakukan modifikasi dengan cara membebaskan parameter

berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur

Page 70: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

57

selain konstruk yang ingin diukur. Artinya item tersebut selain mengukur apa

yang hendak diukur juga mengukur hal lain (mengukur lebih dari satu

konstruk/model/multidimensional).

4. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara

membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Setelah

beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk boleh saling berkorelasi,

maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan

digunakan pada langkah selanjutnya.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menganalisis item dengan melihat

apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien

positif, dengan menggunakan t-value. Jika hasil t-value tidak signifikan

(t<1.96) maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak

diukur, artinya item tersebut tidak di drop. Sedangkan item yang nilai t nya

tidak signifikan (t<1,96) maka item akan di drop.

6. Setelah mendapatkan item dengan muatan faktor siginifikan (t>1.96) dan

positif, selanjutnya item-item signifikan dan positif diolah untuk didapatkan

factor scorenya. Adapaun skor faktor dihitung untuk menghindari estimasi bias

dari kesalahan pengukuran. Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil

analisis maka peneliti mentransformasikan factor score yang diukur dalam

skala baku (z-score) menjadi t-score yang memiliki mean = 50 dan SD = 10

dan diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki

rentangan diperkiraan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang

Page 71: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

58

telah diubah menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji

hipotesis korelasi dan regresi. Adapun rumus t-score yaitu:

Tskor = 50 + (10 x faktor skor)

3.4.1 Uji Validitas Alat Ukur Self-Forgiveness

Peneliti menguji apakah enam item bersifatunidimensional, artinya item-item

tersebut benar-benar hanya mengukur self-forgiveness. Setelah dilakukan analisis

menggunakan CFA model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=101.033, df=15, P-value=0.0010, RMSEA=0.134. Namun setelah

dilakukan modifikasi sebanyak 5 kali terhadap model dengan membebaskan

korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item yang dianalisis, maka kemudian

diperoleh model fit dengan Chi-Square=3.881, df=3, P-value=0.2747,

RMSEA=0,000. Diketahui nilai chi square menghasilkan p-value>0.05

(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa

setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu self-forgiveness.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Self-Forgiveness

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 1 0,133 0,117 1,137 x

Item 2 0,705 0,087 8,061 √

Item 3 0,175 0.109 1,607 x

Item 4 0,560 0,089 6,310 √

Item 5 -0,222 0,133 -1,678 x

Item 6 0,392 0,085 6,948 √

Page 72: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

59

Berdasarkan tabel 3.5dapat diketahui bahwa terdapat 3 item yang bermuatan

positif dan signifikan, sementara 3 item lainnya memiliki nilai t <1.96 dan tidak

signifikan sehingga 3 item tersebut harus di drop.

3.1.2 Uji Validitas Alat Ukur GASP

3.1.2.1 Dimensi Negative Behavior Evaluation (NBE)

Peneliti menguji apakah apakah empat item NBE bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur NBE. Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model

satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=4.486, df=2, P-value=0.1061,

RMSEA=0.099. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square=1.334,

df=1, P-value=0.2482, RMSEA=0,05. Diketahui nilai chi square menghasilkan p-

value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu Negative Behavior Evaluation

(NBE).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Muatan Item Faktor NBE

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 1 0,368 0,152 2,414 √

Item 9 0,790 0,256 3,083 √

Item 14 0,307 0,129 2,377 √

Item 16 0,314 0,131 2,392 √

Page 73: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

60

Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa keseluruhan item Negative

Behavior Evaluation (NSE) memenuhi syarat item fit yaitu t >1.96.

3.1.2.2 Dimensi Repair

Pada uji validitas konstruk repair, peneliti menguji apakah empat item bersifat

unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur repair.

Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model satu faktor dan ternyata fit,

dengan Chi-Square=0.942, df=2, P-value=0.6243, RMSEA=0.000. Diketahui nilai

chi square menghasilkan p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor,

yaitu repair.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Muatan Item Faktor Repair

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 2 0,934 0,183 5,112 √

Item 5 0,332 0,112 2,963 √

Item 11 0,408 0,118 3,447 √

Item 15 0,347 0,106 3,273 √

Berdasarkan tabel 3.7dapat diketahui bahwa keseluruhan item repair

memenuhi syarat item fit yaitu t >1.96.

3.1.2.3 Dimensi Negative Self-Evaluation (NSE)

Pada uji validitas konstruk Negative Self-Evaluation (NSE), peneliti menguji

apakah empat item bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar

Page 74: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

61

hanya mengukur NSE. Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model satu

faktor dan ternyata fit, dengan Chi-Square=0.553, df=2, P-value=0.7584,

RMSEA=0.000. Diketahui nilai chi square menghasilkan p-value>0.05

(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa

setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu Negative Self Evaluation (NSE).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Muatan Item Faktor NSE

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 3 0,559 0,261 2,138 √

Item 6 0,535 0,170 3,146 √

Item 10 0,352 0,136 2,592 √

Item 13 0,397 0,164 2,428 √

Berdasarkan tabel 3.8 dapat diketahui bahwa keseluruhan item Negative Self

Evaluation (NSE) memenuhi syarat item fit yaitu t >1.96.

3.1.2.4 Dimensi Withdraw

Pada uji validitas konstruk withdraw, peneliti menguji apakah empat item bersifat

unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur withdraw.

Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model satu faktor dan ternyata fit,

dengan Chi-Square=1.946, df=2, P-value=0.3780, RMSEA=0.000. Diketahui nilai

chi square menghasilkan p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor,

yaitu withdraw.

Page 75: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

62

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Muatan Item Faktor Withdraw

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 4 0,621 0,150 4,125 √

Item 7 0,566 0,126 4,502 √

Item 8 0,474 0,135 3,496 √

Item 12 0,333 0,108 3,077 √

Berdasarkan tabel 3.9dapat diketahui bahwa keseluruhan item withdraw

memenuhi syarat item fit yaitu t >1.96.

3.4.2 Uji Validitas Alat Ukur BFI

3.1.2.5 Dimensi Extraversion

Pada uji validitas konstruk extraversion, peneliti menguji apakah delapan item

bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

extraversion. Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model satu faktor,

ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=33.058, df=18, P-value=0.0164,

RMSEA=0.081. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 6 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square=14.641,

df=14, P-value=0.4031, RMSEA=0.019. Diketahui nilai chi square menghasilkan

p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu extraversion.

Page 76: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

63

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10

Muatan Item Faktor Extraversion

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 1 0,111 0,095 1,178 x

Item 6 -0,277 0,086 -3,207 x

Item 11 0,917 0,091 10,084 √

Item 16 0,416 0,083 5,027 √

Item 21 -0,413 0,072 -5,725 x

Item 26 0,467 0,088 5,324 √

Item 31 -0,088 0,097 -0,908 x

Item 36 0,593 0,126 4,693 √

Berdasarkan tabel 3.10dapat diketahui bahwa terdapat 4 item yang

bermuatan positif dan signifikan, sementara 4 item lainnya memiliki nilai t <1.96

dan tidak signifikan sehingga 4 item tersebut harus didrop.

3.1.2.6 Dimensi Agreeableness

Pada uji validitas konstruk agreeableness, peneliti menguji apakah sembilan item

bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

agreeableness. Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model satu faktor,

ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=110.689, df=27, P-value=0.000,

RMSEA=0.156. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 12 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square=22.214,

df=16, P-value=0.1364, RMSEA=0.032. Diketahui nilai chi square menghasilkan

Page 77: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

64

p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu agreeableness.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11

Muatan Item Faktor Agreeableness

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 2 0,470 0,096 4,883 √

Item 7 0,351 0,095 3,675 √

Item 12 0,760 0,078 9,700 √

Item 17 0,328 0,092 3,573 √

Item 22 0,619 0,228 2,709 √

Item 27 0,276 0,106 2,606 √

Item 32 0,335 0,086 3,915 √

Item 37 0,558 0,087 6,428 √

Item 42 -0,131 0,094 -1,399 x

Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa terdapat 8 item yang

bermuatan positif dan signifikan, sementara 1 item lainnya memiliki nilai t <1.96

dan tidak signifikan sehingga 1 item tersebut harus di drop.

3.1.2.7 Dimensi Conscientiousness

Pada uji validitas konstruk conscientiousness, peneliti menguji apakah sembilan

item bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya

mengukur conscientiousness. Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model

satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=86.712, df=27, P-value=0.000,

RMSEA=0.132. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 6 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

Page 78: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

65

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square=21.974,

df=21, P-value=0.4010, RMSEA=0.019. Diketahui nilai chi square menghasilkan

p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu conscientiousness.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.12

Muatan Item Faktor Conscientiousness

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 3 0,731 0,078 9,328 √

Item 8 0,094 0,969 0,333 x

Item 13 0,429 0,068 6,347 √

Item 18 -0,528 0,078 -6,761 x

Item 23 0,402 0,085 4,708 √

Item 28 0,649 0,070 9,322 √

Item 33 0,479 0,078 6,118 √

Item 38 0,192 0,111 1,723 x

Item 43 0,298 0,103 2,894 √

Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa terdapat 6 item yang

bermuatan positif dan signifikan, sementara 3 item lainnya memiliki nilai t <1.96

dan tidak signifikan sehingga 3 item tersebut harus di drop.

3.1.2.8 Dimensi Neuroticism

Pada uji validitas konstruk neuroticism, peneliti menguji apakah sembilan item

bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

neuroticism. Setelah dilakukan analisis menggunakan CFA model satu faktor,

ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=48,378, df=20, P-value=0.0004,

Page 79: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

66

RMSEA=0.106. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 5 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square=17.879,

df=15, P-value=0.2691, RMSEA=0.039. Diketahui nilai chi square menghasilkan

p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor, yaitu neuroticism.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.13 berikut:

Tabel 3.13

Muatan Item Faktor Neuroticism

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 4 0,678 0,079 8,603 √

Item 9 0,549 0,075 7,297 √

Item 14 0,593 0,068 8,779 √

Item 19 0,655 0,078 8,414 √

Item 24 0,294 0,083 3,533 √

Item 29 0,129 0,103 1,250 x

Item 34 0,149 0,091 1,639 x

Item 39 0,659 0,095 6,915 √

Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa terdapat 6 item yang

bermuatan positif dan signifikan, sementara 2 item lainnya memiliki nilai t <1.96

dan tidak signifikan sehingga 2 item tersebut harus di drop.

3.1.2.9 Dimensi Openness to Experience

Pada uji validitas konstruk openness to experience, peneliti menguji apakah

sembilan item bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar

Page 80: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

67

hanya mengukur openness to experience. Setelah dilakukan analisis menggunakan

CFA model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=95.265, df=35, P-

value=0.000, RMSEA=0.116. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 8 kali

terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara

item-item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-

Square=34.327, df=27, P-value=0.1567, RMSEA=0.046. Diketahui nilai chi square

menghasilkan p-value>0.05 (signifikan), artinya model satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa setiap item hanya mengukur satu faktor,

yaitu openness to experience.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item signifikan (mengukur faktor yang

hendak diukur). Selain itu juga, ditentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak, dengan cara melihat nilai t dan muatan koefisien pada setiap koefisien faktor,

seperti pada tabel 3.14 berikut:

Tabel 3.14

Muatan Item Faktor Opennes to Experience

No Koefisien Standar Eror Nilai T Signifikan

Item 5 0,586 0,068 8,567 √

Item 10 0,514 0,066 7,816 √

Item 15 0,657 0,076 8,686 √

Item 20 0,534 0,073 7,332 √

Item 25 0,564 0,072 7,784 √

Item 30 0,579 0,065 8,956 √

Item 35 -0,372 0,104 -3,574 x

Item 40 0,364 0,086 4,224 √

Item 41 -0,502 0,075 -6,676 x

Item 44 0,401 0,083 4,882 √

Berdasarkan tabel 3.14dapat diketahui bahwa terdapat 8 item yang

bermuatan positif dan signifikan, sementara 2 item lainnya memiliki nilai t <1.96

dan tidak signifikan sehingga 2 item tersebut harus di drop

Page 81: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

68

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi

berganda. Dalam hal ini yang dijadikan dependent variable adalah self-forgiveness,

sedangkan yang dijadikan independent variable adalah NBE, repair, NSE,

withdraw, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness.

Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory

Factor Analysis), maka akan didapatkan data variabel yang berupa true-score yang

selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda.

Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan

analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.

Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada

penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dimana terdapat lebih dari satu

variabel bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat

sembilanindependent variable (variabel bebas) dan satu dependent variable

(variabel terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1 +b2X2 +b3X3 +b4X4 +b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9+ e

Dimana:

Y’ = Nilai Prediksi Y (Self-Forgiveness)

a = intercept (konstan)

b = koefisisen regresi untuk masing-masing X

X1 = Negative Behavior Evaluation (NBE)

X2 =Repair

X3 = Negative Self Evaluation (NSE)

X4 = Withdraw

X5 = Extraversion

X6 = Agreeableness

X7 = Conscientiousness

X8 = Neuroticism

Page 82: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

69

X9 = Openness

e = residual

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien

determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians dari DV yang

bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara keseluruhan.

Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :

𝑅2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔

𝑆𝑆𝑦

Dimana:

R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah

diperoleh.

SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus

untuk uji F terhadap R2 adalah :

𝐹 = 𝑅2 𝑘⁄

(1−𝑅2) (𝑁−𝑘−1)⁄ dengan df= K dan (N-K-1)

Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila

nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.

Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing

IV terhadap DV. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien

regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti IV yang bersangkutan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya. Adapun rumus t-test yang digunakan

adalah:

𝑡𝑖 =𝑏𝑖

𝑆𝑏𝑖

Page 83: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

70

Dimana bi adalah koefisien regresi untuk IV(i) dan Sbi adalah standar deviasi

sampling dari 𝑏𝑖.

Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian yang

disumbangkan oleh masing-masing IV dalam mempengaruhi DV. Dalam hal ini

penulis melakukannya melalui analisis regresi berganda yang bersifat berjenjang

atau stepwise. Artinya, dilakukan analisis regresi berulang-ulang dimulai dengan

hanya satu IV kemudian dengan dua IV, dilanjutkan dengan tiga IV, dan seterusnya

sampai IV ke sembilan. Setiap kali dilakukan analisis regresi akan diperoleh nilai

R2. Setiap kali ditambahkan IV baru diharapkan terjadi peningkatan R2 secara

signifikan.

Jika pertambahan R2 (R2change) signifikan secara statistik maka berarti IV

baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara statistik maupun dalam upaya

memprediksi DV serta untuk menguji hipotesis apakah IV bersangkutan signifikan

pengaruhnya. Setiap pertambahan R2 ketika satu IV baru ditambahkan adalah

menunjukan besarnya sumbangan unik IV tersebut terhadap bervariasinya DV

setelah pengaruh dari beberapa IV terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh

sebab itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan

stepwise regression. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan

tidaknya pertambahan proporsi varian (R2change) adalah sebagai berikut :

𝐹 =(RT

2 −RS2) (𝑇−𝑆)⁄

(1−𝑅𝑇2) (𝑁−𝑇−1)⁄

dengan 𝑑𝑓 = (𝑇 − 𝑆) dan (𝑁 − 𝑇 − 1)

Disini, RT2 adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkann

kedalam persamaan, dan RS2 adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum IV baru

Page 84: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

71

ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya IV pada RT2 , dan S adalah banyaknya

IV pada RS2 . N adalah besarnya sampel penelitian.

Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji signifikan

tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu IV maupun untuk

pertambahan beberapa IV.

Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat

dijelaskan dan merupakan sumbangan dari IV yang ditambahkan adalah signifikan

secara statistik. Jadi rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya pertambahan IV baik

hanya dengan menambahkan satu IV maupun dengan menambahkan beberapa IV

sekaligus.

Page 85: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

72

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 127 orang residen di PSPP “Galih Pakuan”

Bogor. Subjek yang dipilih merupakan residen narkoba yang tidak mengalami dual

diagnosis berusia 15-47 tahun dan sedang menjalani rehabilitasi. Untuk

mempermudah perhitungan maka peneliti mengkategorikan usia responden

kedalam dua kategori yaitu remaja (15-21 tahun) dan dewasa (22-47 tahun).

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Penelitian

Jumlah Persentase

Usia

15-21 Tahun 33 26.0

22-47 Tahun 94 74.0

Status

Single 82 64.6

Menikah 33 26.0

Bercerai 12 9.4

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam

penelitian ini berada dalam kategori dewasa (22-47 tahun) berjumlah 94 orang

dengan persentase sebesar 74%, sedangkan sisanya berada pada kategori remaja

(15-21 tahun) berjumlah 33 orang dengan persentase sebesar 26%.

Selanjutnya, diketahui sebagian besar responden berjumlah 82 orang

(64.6%) berstatus single, selanjutnya sebanyak 33 responden (26%) telah menikah,

dan sebanyak 12 orang (9.4%) bercerai.

Page 86: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

73

4.2 Analisis Deskriptif

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai skor yang digunakan dalam analisis

statistik adalah skor faktor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari

kesalahan pengukuran. Jadi, penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak

menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi dihitung dengan

menggunakan maximum likelihood, skor ini disebut true score. Item-item yang

dianalisis oleh maximum likelihood adalah item yang bermuatan positif dan

signifikan. Adapun true score yang dihasilkan oleh maximum likelihood

selanjutnya berbentuk Z-score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari Z-

score, semua skor ditransformasi ke skala yang semuanya positif dengan

mentapkan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya adalah

melakukan proses komputasi melalui T-score = 50 + 10.z.

Tabel 4.2

Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Self-Forgiveness 127 27.66 75.33 50 10.0

NBE 127 27.53 59.74 50 7.2

Repair 127 35.04 63.89 50 7.3

NSE 127 36.18 66.07 50 6.4

Withdraw 127 28.10 71.96 50 10.0

Extraversion 127 25.37 65.18 50 8.1

Agreeableness 127 25.06 66.54 50 8.0

Conscientiousness 127 32.68 65.50 50 7.8

Neuroticism 127 24.50 70.47 50 8.5

Openness 127 27.80 68.72 50 8.3

Valid N (listwise) 127

Page 87: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

74

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel.

Kolom N menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 127. Kolom

minimum dan maximum menjelaskan nilai minimum dan maximum setiap variabel.

Dilihat dari kolom minimum diketahui variabel nueroticism memiliki nilai terendah

dengan nilai 24,50. Sementara itu, pada kolom maximum diketahui variabel self-

forgiveness memiliki nilai tertinggi dengan nilai 75,33.

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel

Pada sub bab ini peneliti menggunakan informasi analisa deskriptif sebagai acuan

untuk membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan

menggunakan data mentah (raw score) melainkan menggunakan true score yang

skalanya telah dipindah menggunakan rumus t-score yang telah dijelaskan pada bab

3. Nilai tersebut menjadi batas peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan

tinggi dari masing-masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor dijelaskan

pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Norma Skor Variabel

Kategori Rumus

Rendah X ≤ X

Tinggi X > X

Keterangan:

X : Skor

X : Rata-rata (mean)

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan

rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4.

Page 88: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

75

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel

Variabel Frekuensi %

Jumlah Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Self-Forgiveness 56 71 44,1 55,9 127

NBE 61 66 48,0 52,0 127

Repair 58 69 45,7 54,3 127

NSE 59 68 46,5 53,5 127

Withdraw 65 62 51,2 48,8 127

Extraversion 65 62 51,2 48,8 127

Agreeableness 64 63 50,4 49,6 127

Conscientiousness 54 73 42,5 57,5 127

Neuroticism 61 66 48,0 52,0 127

Openness 67 60 52,8 47,2 127

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa:

1. Responden dengan tingkat kecenderungan self-forgiveness rendah

berjumlah 56 orang (44,1%), sedangkan responden dengan kecenderungan

self-forgiveness tinggi berjumlah 71 orang (55,9%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas residen narkoba berada padatingkat self-

forgiveness yang tinggi yaitu berjumlah 71 orang (55,9%).

2. Responden dengan tingkat kecenderungan NBE rendah berjumlah 61 orang

(48,0%), sedangkan responden dengan kecenderungan NBE tinggi

berjumlah 66 orang (52,0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas

residen narkoba berada padatingkat NBEyang tinggi yaitu berjumlah 66

orang (52,0%).

3. Responden dengan tingkat kecenderungan repair rendah berjumlah 58

orang (45,7%), sedangkan responden dengan kecenderungan repair tinggi

berjumlah 69 orang (54,3%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas

Page 89: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

76

residen narkoba berada padatingkat repair yang tinggi yaitu berjumlah 69

orang (54,3%).

4. Responden dengan tingkat kecenderungan NSE rendah berjumlah 59 orang

(46,5%), sedangkan responden dengan kecenderungan NBE tinggi

berjumlah 68 orang (53,5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas

residen narkoba berada padatingkat NSEyang tinggi yaitu berjumlah 68

orang (53,5%).

5. Responden dengan tingkat kecenderungan withdraw rendah berjumlah 65

orang (51,2%), sedangkan responden dengan kecenderungan withdraw

tinggi berjumlah 62 orang (48,8%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

mayoritas residen narkoba berada padatingkat withdraw yang rendah yaitu

berjumlah 65 orang (51,2%).

6. Responden dengan tingkat kecenderungan extraversion rendah berjumlah

65 orang (51,2%), sedangkan responden dengan kecenderungan

extraversion tinggi berjumlah 62 orang (48,8%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas residen narkoba berada padatingkat

extraversion yang rendah yaitu berjumlah 65 orang (51,2%).

7. Responden dengan tingkat kecenderungan agreeableness rendah berjumlah

64 orang (50,4%), sedangkan responden dengan kecenderungan

agreeableness tinggi berjumlah 63 orang (49,6%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas residen narkoba berada padatingkat

agreeableness yang rendah yaitu berjumlah 64 orang (50,4%).

Page 90: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

77

8. Responden dengan tingkat kecenderungan conscientiousness rendah

berjumlah 54 orang (42,5%), sedangkan responden dengan kecenderungan

conscientiousness tinggi berjumlah 73 orang (57,5%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas residen narkoba berada padatingkat

conscientiousness yang tinggi yaitu berjumlah 73 orang (57,5%).

9. Responden dengan tingkat kecenderungan neuroticism rendah berjumlah 61

orang (48,0%), sedangkan responden dengan kecenderungan neuroticism

tinggi berjumlah 66 orang (52,0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

mayoritas residen narkoba berada padatingkat neuroticism yang tinggi yaitu

berjumlah 66 orang (52,0%).

10. Responden dengan tingkat kecenderungan openness to experience rendah

berjumlah 67 orang (52,8%), sedangkan responden dengan kecenderungan

openness to experience tinggi berjumlah 60 orang (47,2%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas residen narkoba berada padatingkat openness

to experience yang rendah yaitu berjumlah 67 orang (52,8%).

4.3 Uji Hipotesis

4.3.1 Pengujian R square

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis regresi

seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat,

yaitu pertama melihat R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians

dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable, yang kedua apakah

keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap

Page 91: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

78

dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari masing-masing independent variable.

Langkah pertama peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent

variable. Selanjutnya untuk tabel R-square, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

R Square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .500a 0.250 0.192 8.98692

a. Dependent Variable: Self-Forgiveness

b. Predictors (Constant): NBE, Repair, NSE, Withdraw, Extraversion,

Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa R-Square sebesar 0,250 atau 25,0%.

Artimya, proporsi varian terhadap self-forgiveness yang dijelaskan oleh NBE,

repair, NSE, withdraw, extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, dan openness sebesar 25,0%, sedangkan 75,0% sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah selanjutnya, peneliti menguji

apakah seluruh variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

self-forgiveness. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Annova

Signifikansi Pengaruh Seluruh Independent Variable terhadap Dependent

Variable

Page 92: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

79

Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada

kolom paling kanan adalah p = 0.001 dengan nilai p < 0,05. Syarat terpenuhinya

nilai Sig. apabila p < 0,05, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada

pengaruh yang signifikan dari NBE, repair, NSE, withdraw, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience

terhadap self-forgiveness, ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari

NBE, repair, NSE, withdraw, extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, dan openness to experience terhadap self-forgiveness.

4.3.2 Pengujian Koefisien Regresi masing-masing Independent Variable

terhadap Dependent Variable

Langkah selanjutnya, peneliti ingin melihat koefisien regresi dari masing-masing

variabel independen. Jika Sig. < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan

yang berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap self-forgiveness.

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Keterangan: Variabel Dependen: Self-forgiveness

(*) Signifikan

Page 93: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

80

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, maka persamaan regresinya

sebagai berikut: (*signifikan)

Self-Forgiveness = 41,098 + 0,034 (NBE) + 0,026 (repair) – 0,165 (NSE) – 0,193

(withdraw)*– 0,118 (extraversion) + 0,272 (agreeableness)* – 0,038

(conscientiousness) – 0,039 (neuroticism) + 0,370 (openness)*+ e

Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat tiga

variabel yang nilai koefisien regresinya sigifikan yaitu withdraw, agreeableness,

dan openness. Sementara enam variabel lainnya tidak signifikan. Penjelasan dari

nilai koefisein regresi yang diperoleh dari masing-masing variabel independen

adalah sebagai berikut.

1. Variabel NBE memiliki koefisien regresi sebesar 0,034 dengan signifikansi

0,724 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak

ada pengaruh yang signifikan antara NBE dengan self-forgiveness diterima.

Artinya, tidak ada pegaruh yang signifikan antara NBE terhadap self-

forgiveness.

2. Variabel repair memiliki koefisien regresi sebesar 0,026 dengan

signifikansi 0,770 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh signifikan antara repair dengan self-

forgiveness diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan antara

repair terhadap self-forgiveness.

3. Variabel NSE memiliki koefisien regresi sebesar -0,165 dengan signifikansi

0,082 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak

ada pengaruh yang signifikan antara NSE dengan self-forgiveness diterima.

Page 94: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

81

Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan antara NSE terhadap self-

forgiveness.

4. Variabel withdraw memiliki koefisien regresi sebesar -0,193 dengan

signifikansi 0,035 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh antara withdraw dengan self-forgiveness

ditolak. Hal ini berarti bahwa withdraw memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap self-forgiveness. Nilai koefisien negatif menunjukan arah

hubungan, semakin rendah skor withdraw maka akan semakin tinggi skor

self-forgiveness atau sebaliknya.

5. Variabel extraversion memiliki koefisien regresi sebesar -0,118 dengan

signifikansi 0,205 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

menyatakantidak ada pengaruh signifikan antara extraversion dengan self-

forgiveness diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan antara

extraversion terhadap self-forgiveness.

6. Variabel agreeableness memiliki koefisien regresi sebesar 0,272 dengan

signifikansi 0,004 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara agreeableness

dengan self-forgiveness ditolak. Hal ini berarti bahwa agreeableness

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-forgiveness. Nilai

koefisien positif menunjukan arah hubungan, semakin tinggi skor

agreeableness maka semakin tinggi pula skor self-forgiveness.

7. Variabel conscientiousness memiliki koefisien regresi sebesar -0,038

dengan signifikansi 0,685 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

Page 95: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

82

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara conscientiousness

dengan self-forgiveness diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang

signifikan antara conscientiousness terhadap self-forgiveness.

8. Variabel neuroticism memiliki koefisien regresi sebesar -0,039 dengan

signifikansi 0,662 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara neuroticism dengan

self-forgiveness diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan

antara neuroticism terhadap self-forgiveness.

9. Variabel openness memiliki koefisien regresi sebesar 0,370 dengan

signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara openness dengan

self-forgiveness ditolak. Hal ini berarti bahwa openness memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap self-forgiveness. Nilai koefisien positif

menunjukan arah hubungan, semakin tinggi skor openness maka semakin

tinggi pula skor self-forgiveness.

Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui koefisien regresi mana yang

lebih kuat. Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien rehresi yang

terstandarisasi (standardized coefficient) atau beta (β) untuk melihat angka

koefisien regresi yang lebih kuat terhadap variabel dependen. Variabel

openness to experience memiliki pengaruh yang paling kuat dengan nilai β

= 0,370.

Page 96: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

83

4.3.3 Pengujian Proporsi Varian masing-masing Independent Variable

terhadap Dependent Variable

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui proporsi varian sumbangan dari tiap variabel

independen. Untuk itu peneliti melakukan analisis regresi berganda secara stepwise,

yaitu dengan menambahkan satu variabel independen setiap melakukan analisis

regresi. Dalam hal ini peneliti dapat menghitung pertambhan dari 𝑅2 (𝑅2change).

Peneliti juga menguji apakah pertambahan 𝑅2change signifikan atau tidak. Hal

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Proporsi Varian

Model R R

Square

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .153a 0.023 0.023 2.990 1 125 0.086

2 .167b 0.028 0.004 0.570 1 124 0.452

3 .279c 0.078 0.050 6.671 1 123 0.011

4 .332d 0.110 0.033 4.466 1 122 0.037

5 .332e 0.110 0.000 0.001 1 121 0.975

6 .394f 0.155 0.045 6.362 1 120 0.013

7 .398g 0.158 0.003 0.402 1 119 0.527

8 .398h 0.158 0.000 0.042 1 118 0.838

9 .500i 0.250 0.092 14.304 1 117 0.000

Ket. Variabel Dependen: Self-Forgiveness

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa:

1. Variabel NBE memberikan sumbangan sebesar 2,3% dalam varians self-

forgiveness. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=0,086

(P>0,05).

Page 97: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

84

2. Varibel repair memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam varians self-

forgiveness. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=0,452

(P>0,05).

3. Variabel NSE memberikan sumbangan sebesar 5,0% dalam varians self-

forgiveness. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=0,011 (P<0,05).

4. Variabel withdraw memberikan sumbangan sebesar 3,3% dalam varians

self-forgiveness. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=0,037

(P<0,05).

5. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians

self-forgiveness. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=0,975

(P>0,05).

6. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 4,5% dalam

varians self-forgiveness. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai

P=0,013 (P<0,05).

7. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam

varians self-forgiveness. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai

P=0,527 (P>0,05).

8. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians

self-forgiveness. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=0,838

(P>0,05).

9. Variabel openness memberikan sumbangan sebesar 9,2% dalam varians self

forgiveness. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=0,000 (P<0,05).

Page 98: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

85

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian

ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi variabel rasa salah

(Negative Behavior Evaluation (NBE) dan repair), dimensi variabel rasa malu

(Negative Self-Evaluation (NSE) dan withdraw), dan dimensi variabel tipe

kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness to experience) terhadap self-forgiveness pada residen narkoba.

Berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang bertujuan untuk menguji

signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap variabel dependen diperoleh

tiga koefisien yang signifikan mempengaruhi self-forgiveness pada residen narkoba

yaitu withdraw, tipe kepribadian agreeableness dan tipe kepribadian openness to

experience. Sementara variabel independen lain seperti, NBE, repair, NSE,

extraversion, conscientiousness, dan neuroticism tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap self-forgiveness pada residen narkoba.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengeruhi

residen narkoba dalam memaafkan dirinya sendiri yang bermanfaat bagi kesehatan

dan kesejahteraan psikologis. Peneliti meneliti sembilan faktor psikologis, hanya

tiga faktor saja yang mempengaruhi self-forgiveness yaitu withdraw, tipe

kepribadian agreeableness dan openness to experience.

Page 99: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

86

Faktor pertama yang mempengaruhi self-forgiveness adalah withdraw, yang

mengacu pada penarikan diri individu dari masyarakat dan sering melibatkan

bersembunyi atau melarikan diri dari situasi (Cohen et al., 2011).Withdraw

merupakan reaksi intens individu yang tidak dapat berinteraksi sehingga

membangkitkan perasaan buruk dan cenderung menghindari tanggung jawab

(Cohen et al., 2011). Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa withdraw

berpengaruh negatif terhadap self-forgiveness. Hal ini menjelaskan bahwa semakin

rendah skorwithdraw maka semakin tinggi self-forgiveness atau dengan kata lain

semakin individu tidak menarik diri atau bersembunyi dari lingkungan sosialnya

maka individu tersebut semakin mudah untuk memaafkan dirinya sendiri. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Carpenter et al. (2016)

yang mengatakan bahwa withdraw berpengaruh negatif terhadap self-forgiveness.

Menarik diri dari lingkungan membuat individu fokus terhadap diri dan akan

menghambat kemampuan untuk perilaku damai (memaafkan) (Hall & Fincham,

2008). Kemudian Day dan Maltby (dalam Campana, 2010) juga berpendapat bahwa

individu yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri akan menarik diri dari

lingkungan sosial karena mereka merasa tidak layak untuk dimaafkan, atau individu

yang merasa kesepian mungkin sedikit berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,

hal ini juga yang menyebabkan individu tidak dapat memaafkan diri sendiri.

Faktor selanjutnya yang signifikan mempengaruhi self-forgiveness adalah

tipe kepribadian agreeablenesss. Agreeableness secara positif mempengaruhi self-

forgiveness, yang berarti jika aspek agreeableness tinggi maka akan meningkatkan

self-forgiveness residen narkoba. Agreeableness memiliki karakteristik individu

Page 100: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

87

dengan kepercayaan yang tinggi, tidak suka berpura-pura atau jujur dan tulus,

bersedia untuk membantu orang yang membutuhkan, suka berkompromi atau

bergaul dengan orang lain, tidak merasa lebih baik dari orang lain, dan berhati

lembut serta penyayang, hal ini yang memungkinkan individu lebih mampu untuk

memaafkan diri sendiri. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Leach dan Lark (2003) dan Hafnidar (2013)yang

menyatakan bahwa agreeableness terkait positif dengan self-forgiveness. Pada

terapi forgiveness yang dilakukan pada saat rehabilitasi, residen dituntut tidak

berpura-pura atau jujur terhadap kesalahan yang pernah dilakuakan atau dengan

kata lain residen harus mengakui kesalahan pernah menggunakan narkoba terlebih

dahulu agar selanjutnya ia bisa lebih mudah untuk memaafkan diri sendiri.

Faktor terakhir yang signifikan mempengaruhi self-forgiveness adalah tipe

kepribadian openness to experience. Opennes to experience secara positif

mempengaruhi self-forgiveness, yang berarti semakin tinggi aspek openness to

experience akan semakin tinggi pula self-forgiveness residen narkoba. Openness to

experience memiliki karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif imajinatif,

menyukai keindahan dan seni, memiliki kesadaran yang baik pada perasaannya,

menyukai perubahan, dan berpikiran terbuka. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leach dan Lark (2003) dan

Hafnidar (2013) yang menyatakan bahwa openness to experience berpengaruh

positif terhadap self-forgiveness. Penelitian lain juga mengatakan bahwa individu

dengan skor intellect yang tinggi mungkin lebih mampu untuk mengatasi masalah

Page 101: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

88

(Walker & Gorsuch, 2002), sehingga ia cenderung lebih mudah untuk memaafkan

dirinya.

Karakteristik lain dari kepribadian openness yang mungkin mempengeruhi

self-forgiveness adalah emotionally yang berarti apabila individu memiliki skor

tinggi pada karakteristik ini cenderung memiliki control yang baik terhadap

perasaannya dan mudah untuk mengekspresikan emosi secara terbuka. Walker dan

Gorsuch (2002) menambahkan bahwa individu yang tinggi dalam kepribadian

opennes mungkin lebih bersedia untuk menerima bahwa mereka hanya manusia dan

mungkin melakukan kesalahan, dan dengan demikian, lebih bersedia memaafkan

diri mereka sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan residen narkoba bahwa

salah satu cara mudah untuk memaafkan diri sendiri adalah dengan

mengungkapkan emosi yang dirasakan terlebih jika itu emosi negatif yang

disebabkan karena penyesalan menggunakan narkoba.

Selain faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi self-forgiveness,

terdapat juga beberapa faktor dalam penelitian ini yang tidak berpengaruh terhadap

self-forgiveness yaitu, Negative Behavior Evaluation (NBE), repair, Negative Self-

Evaluation (NSE), tipe kepribadian extraversion, tipe kepribadian

conscientiousness, dan tipe kepribadian neuroticism. Berdasarkan hasil penelitian

ini NBE tidak memeliki pengaruh yang signifikan terhadap self-forgiveness. NBE

berfungsi sebagai pintu gerbang ke perasaan bersalah dan mengacu pada pengakuan

individu bahwa ia telah melakukan kesalahan yang megakibatkan kerugian (Cohen

et al., 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Carpenter et al. (2016) yang menyatakan bahwa NBE tidak berpengaruh signifikan

Page 102: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

89

terhadap self-forgiveness. NBE tidak berpengaruh signifikan terhadap self-

forgiveness kemungkinan karena banyak dari residen narkoba yang tidak atau

belum merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan yang menimbulkan

kerugian baik untuk diri sendiri atau bahkan merugikan orang lain.

Faktor berikutnya yang tidak signifikan mempengaruhi self-forgiveness

adalah repair. Repair berfungsi sebagai sistem perbaikan emosi moral yang

dirasakan individu untuk memperbaiki situasidan repair merupakan tindakan yang

muncul ketika individu merasa bahwa NBE membawa dampak negatif untuk

dirinya sehingga ia perlu untuk memperbaiki hal tersebut (Cohen et al., 2011).

Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Carpenter et al. (2016) yang menyatakan bawha repair memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap self-forgiveness, yang berarti bahwa semakin tinggi skor

repair maka akan semakin tinggi juga self-forgiveness, dengan kata lain semakin

individu berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan maka akan

semakin mudah untuk memaafkan dirinya sendiri. Repair tidak berpengaruh

terhadap self-forgiveness kemungkinan karena individu tidak merasa bahwa NBE

membawa dampak negatif untuk dirinya sehingga keinginan untuk memperbaiki

(repair) diri pun tidak muncul.

Selanjutnya, NSE juga tidak signifikan mempengaruhi self-forgiveness.

NSE merupakan salah satu dari dimensi rasa malu yang dikaitkan dengan adanya

pengakuan telah berbuat kesalahan yang mengakibatkan individu memiliki konsep

diri yang cacat atau negatif terhadap dirinya serta merasa bahwa ia sudah merugikan

diri ataupun orang lain (Cohen et al., 2011). Dikarenakan adanya refleksi negatif

Page 103: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

90

terhadap diri mengakibatakan munculnya potensi efek samping yang negatif juga

seperti kemarahan, kesedihan, atau bahkan merasa sangat rendah diri. Namun, hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Carpenter et al. (2016)

yang menyatakan bahwa NSE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap self-

forgiveness, yang berarti bahwa semakin individu tidak menilai dirinya negatif

maka semakin mudah individu tersebut memaafkan dirinya. NSE tidak berpengaruh

signifikan kemungkinan dikarenakan banyak dari residen tidak memiliki

kecenderungan menilai dirinya negatif.

Tipe kepribadian extraversion ditandai dengan keterlibatan individu dengan

dunia luar, menikmati kebersamaan dengan orang lain, penuh energy, dan lebih

sering mengalami emosi positif sehingga cenderung mampu untuk memaafkan

dirinya sendiri. Namun, berdasarkan hasil penelitian extraversion tidak

berpengaruh terhadap self-forgiveness dan hasil ini cukup mengejutkan di mana

pada beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa extraversion memiliki

pengaruh positif terhadap self-forgiveness (Ross et al., 2004; Hafnidar, 2013).

Sebaliknya, terdapat juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Walker dan Gorsuch

(2002) yang menyatakan bahwa extraversion memang tidak berpengaruh terhadap

self-forgiveness. Extraversion sendiri terdiri dari beberapa aspek seperti

friendliness yang memiliki pengaruh positif terhadap self-forgiveness dan

assertiveness juga memiliki pengaruh positif terhadap self-forgiveness. Walker dan

Gorsuch (2002) juga menambahkan bahwa kemungkinan penyebab extraversion

tidak berpengaruh terhadap self-forgiveness adalah karena individu dengan skor

tinggi pada extraversion atau dengan kata lain memiliki beberapa atau banyak aspek

Page 104: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

91

positif di dalam dirinya yang membuat individu tersebut membuat keputusan bahwa

mereka tidak merasa butuh untuk memaafkan dirinya sendiri.

Tipe kepribadian conscientiousness menyangkut pada bagaimana cara

individu mengontrol, mengatur, dan mengarahkan impuls. Berdasarkan hasil

penelitian conscientiousness tidak berpengaruh signifikan terhadap self-

forgiveness. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuakan oleh

Walker dan Gorsuch (2002) yang menyatakan bahwa conscientiousness tidak

berpengaruh signifikan terhadap self-forgiveness. Conscientiousness tidak

berpengaruh signifikan terhadap self-forgiveness karena mungkin sebagian besar

individu dengan kepribadian conscientiousness tidak merasa bahwa memaafkan

diri sendiri perlu untuk dilakukan.

Tipe kepribadian neuroticism menggambarkan kondisi yang ditandai oleh

tekanan mental, penderitaan emosial, ketidakmampuan untuk mengatasi tuntutan

hidup secara efektif, dan mengacu pada kecenderungan untuk mengalami emosi

negatif. Berdasarkan hasil penelitian neuroticism tidak berpengaruh signifikan

terhadap self-forgiveness. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil

peneltian sebelumnya yang menyatakan bahwa neuroticism berpengaruh negatif

terhadap self-forgiveness, yang berarti bahwa semakin rendah neuroticism maka

semakin tinggi self-forgiveness (Leach & Lark, 2004; Ross et al., 2004; Walker &

Gorsuch, 2002). Beberapa peneliti sebelumnya berpendapat bahwa individu yang

tinggi pada kepribadian neuroticism lebih cenderung memiliki tingkat kecemasan

dan depresi yang lebih tinggi dan, sebagai hasilnya, memiliki kesulitan yang cukup

untuk mencapai self-forgiveness (Ross et al., 2004; Walker & Gorsuch, 2002),

Page 105: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

92

kemungkinan hal ini yang menyebabkan neuroticism tidak berpengaruh terhadap

self-forgiveness.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu hanya menemukan

pengaruh sebesar 25%, sehingga masih terdapat 75% pengaruh yang dapat

dijelaskan oleh variabel lain selain variabel negative behavior evaluation (NBE),

repair, negative self-evaluation (NSE), withdraw, extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience, ada kemungkinan pada

penelitian ini variabel yang sangat berpengaruh tidak diteliti. Selanjutnya,

penelitian ini hanya terbatas pada residen narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor,

dan peneliti kurang mampu untuk mengawasi residen pada saat mengisi kuesioner

sehingga terdapat beberapa kuesioner yang tidak diisi.

5.3 Saran

Pada penelitian ini, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan

saran praktis. Peneliti memberikan saran secara teoritis sebagai bahan

pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti juga

menguraikan saran praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi pembaca

sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Saran yang akan peneliti

berikan berdasarkan dengan temuan dalam penelitian yang telah dilakukan, sebagai

berikut.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, ditemukan proporsi varian dari self-

forgiveness pada residen narkoba yang dijelaskan oleh rasa salah, rasa malu,

dan tipe kepribadian adalah sebesar 25,0%, sedangkan 75,0% sisanya

Page 106: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

93

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa

masih banyak variabel lain di luar penelitian yang dapat mempengaruhi self-

forgiveness. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan

faktor-faktor lain yang dapat dijadikan variabel independen, seperti empati,

atribusi, dan beratnya kesalahan yang dilakukan yang mungkin berpengaruh

terhadap self-forgiveness.

2. Selanjutnya peneliti menyarankan agar ketika menyebar kuesioner penelitian

dapat memastikan responden mengisi sesuai dengan petunjuk yang sudah ada,

agar hasil yang didapat juga lebih akurat.

5.3.2 Saran Praktis

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin individu tidak menarik diri

dari lingkungan akan semakin mudah untuk memaafkan diri sendiri. Salah satu

penyebab residen pengguna narkoba menarik diri dari lingkungan adalah

sulitnya mengindari respon negatif dari masyarakat.

a. Untuk masyarakat agar dapat menerima kembali residen ke dalam

lingkungan masyarakat tidak menilai atau memandang negatif residen

serta memberikan motivasi bagi residen agar bisa bangkit kembali dari

keadaan sebelumnya dan membantu agar tidak kembali terjerumus dalam

penyalahgunaan narkoba.

b. Untuk residen agar lebih mempersiapkan diri sebelum kembali ke

lingkungan masyarakat. Residen yang menarik diri biasanya dikarenakan

ia memiliki harga diri (self-esteem) yang rendah, oleh karena itu, salah satu

cara mempersiapkan diri sebelum kembali ke lingkungan sebelum

Page 107: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

94

menjalani rehabilitasi adalah dengan meningkatkan self-esteem untuk

mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku menarik diri dari

lingkungan.

c. Untuk lembaga rehabiliatasi bisa membuat dan meningkatkan kegiatan

yang bisa meningkatkan self-esteem, seperti therapeutic community,

family gatheringdan memperbanyak kegiatan yang melibatkan residen

dengan lingkungan luar rehabilitasi.

2. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa keperibadian agreeableness

berpengaruh terhadap self-forgiveness. Dalam hal ini berarti individu yang

memiliki rasa percaya yang tinggi, memiliki rasa empati, tidak suka berpura-

pura atau jujur dan tulus, bersedia untuk membantu orang lain lebih mampu

untuk memaafkan diri. Bagi residen bisa meningkatkan aspek-aspek dari

agreeableness seperti jujur terhadap diri maupun orang lain ketika melakukan

kesalahan.

3. Kepribadian openness juga diketahui memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap self-forgiveness. Dalam hal ini berarti individu yang memiliki pikiran

terbuka, menyukai hal-hal baru, memiliki kesadaran emosi yang baik dan

memiliki kemampuan intelektual lebih mampu untuk memecahkan masalah

yang membutuhkan individu untuk memaafkan dirinya sendiri. Sehingga

disarankan untuk residen, meningkatkan kemampuan dalam memecahkan

masalah seperti dengan mempertimbangkan bahaya sebelum melakukan

sesuatu serta dapat mengontrol emosi dan menerima bahwa ia hanya manusia

Page 108: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

95

yang mungkin dapat melakukan kesalahan sehingga lebih mampu untuk

memaafkan diri dan menerima dirinya.

Page 109: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

96

DAFTAR PUSTAKA

Boyle, G. J., Saklofske, D. H., & Matthews, G. (2014). Measures of personality and

social psychological constructs. Oxford: Academic Press.

BNN RI. Advokasi pencegahan penyalahgunaan narkoba. (2009). Diakses dari

https://www.jauhinarkoba.com pada tanggal 27 April 2017.

BNN RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika. Diunduh dari https://www.bnn.go.id pada tanggal 27 April 2017.

Campana, K. (2010). Self-forgiveness interventions for women experiencing a

breakup. Virginia Commonwealth University. Theses and Dissertations.

Carpenter, P. T., Tignor. M. S., Tsang, Jo-Ann., & Willet, A. (2016). Dispositional

self-forgiveness, guilt-and shame-proneness, and the roles of motivational

tendencies. Personality and Individual Differences, 53-61.

Cohen, T. R., Wolf, S. T., Panter, A. T., &Inko, C. A. (2011). Introducing the gasp

scale: A new measure of guilt and shame proneness. Journal of Personality

and Social Psychology, 100 (05), 947-966.

Davis, D. E., Ho, M. Y., Griffin, B. J., Bell, C., Hook, J. N., Van Tongeren, D. R.,

Westbrook, C. J. (2015). Forgiving the self and physical and mental health

correlates: A meta-analytic review. Journal ofCounseling Psychology, 62,

329–335.

Enright, R. D. (1996). Counseling within the forgiveness triad: on forgiving,

receiving forgiveness, and self-forgiveness. Counseling and Values, 40,

107-126.

Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Hafnidar. (2013). The relationship among five factor model of personality,

spirituality, and forgiveness. International Journal of Social Science and

Humanity, 167-170.

Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2005). Self-forgiveness: The stepchild of forgiveness

research. Journal of Social and Clinical Psychology, 24 (5), 621-637.

Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2008). The temporal course of self-forgiveness.

Journal of Social and Clinical Psychology, 27(2), 174-202.

Jacinto, G, A., & Edwards, B. L. (2011). Therapeutic stages of forgiveness and self-

forgiveness. Journal of Human Behavior in the Social Environment, 423-

437.

Page 110: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

97

John, P. O., & Srivastava, S. (1999). The big-five trait taxonomy: History,

measurement, and theoretical perspective. Barkeley: University of

California.

Leach, M. M., & Lark, R. (2004). Does spirituality add to personality in the study

of trait forgiveness?. Personality and Individual Differences, 147-156.

Lewis, M., Haviland-Jones, J. M., & Barrett, L. F. (Eds.). (2008). Handbook of

emotions. New York: The Guilford Press.

Lidya, L., Worthington, E. L., Wenzel, M., & Griffin, J. B. (Ed.). (2017). Handbook

of the psychology of self-forgiveness. Springer International Publishing AG.

McConnell, J. M., Dixon, N. D., & Finch, W. H. (2012). An alternative model of

self-forgiveness. The New School Psychology Bulletin, 9 (2), 35-51.

McCrae, R. R., & Costa, P. T. (1987). Validation of the five-factor model of

personality across instruments and observers. Journal of Personality and

Social Psychology, 81-90.

McGaffin, J. B., Lyons, B. C., & Deane, P. F. (2013). Self-forgiveness, shame, and

guilt in recovery from drug and alcohol problems. Substance Abuse, 396–

404.

Krause, N. (2017). Religious involvement and self-forgiveness. Mental Health,

Religion & Culture, 128-142.

Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2004). Psikologi kepribadian: Teori dan

penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2017). Anti narkoba sedunia.

Diunduh tanggal 27 Agustus 2017 dari http://www.depkes.go.id.

Pranato, L. S., & Astuti, Y. D. (2006). Pengaruh craving dalam pencapaian kondisi

clean and sober pecandu NAPZA. Psikologika, 107-122.

Rangganadhan, A. R., & Todorov, N. (2010). Personality and self-forgiveness: The

role of shame, guilt, empathy, and conciliatory behavior. Journal of Social

and Clinical Psychology, 1-22.

Ransley, C., & Spy, T. (Eds.). (2005). Forgiveness and the healing process: A

central therapeutic concern. New York: Taylor & Francis.

Ross, S. R., Kendall, A. C., Matters, K. G., Rye, M. S., & Wrobel, T. A. (2004) A

personological examination of self- and other-forgiveness in the five factor

model. Journal of Personality Assessment, 207-214.

Page 111: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

98

Ross, S. R., Hertenstein, M. J., & Wrobel, T. A. (2007). Maladaptive correlates of

the failure to forgive self and others: Further evidence for a two-component

model of forgiveness. Journal of Personality Assessment, 1-10.

Rosyidah, R., & Nurdibyanandaru, D. (2010). Dinamika emosi pecandu narkotika

dalam masa pemulihan. Insan, 113-118.

Scherer, M. (2010). Forgiveness and the bottle: Promoting self-forgiveness with

alcohol misuse. Virginia Commonwealth University. Theses and

Dissertations.

Strelan, P., & Boeckmann, R. J. (2006). Why drug testing in elite sport does not

work perceptual deterrence theory and the role of personal moral beliefs.

Journalof Applied Social Psychology, 2909-2934.

Tangney, J. P., & Dearing, R. L. (2002). Shame and guilt. New York: The Guilford

Press.

Thompson, L. Y., dkk. (2005). Dispositional forgiveness of self, others, and

situations. Journal of Personality, 313-360.

Umar, J. (2013). Confimatory factor analysis: Bahan ajar perkuliahan. Fakultas

Psikologi UIN Jakarta.

Walker, F. D., Gorsuch, L. R. (2002). Forgiveness within big five personality

model. Personality and Individual Differences, 1127-1137.

Webb, J. R., Hirsch, J. K., & Toussaint, L. (2011) Forgiveness and alcohol

problems: a review of the literature and a call for intervention-based

research. Alcoholism Treatment Quarterly, 245-273.

Wolf, S. T., Cohen, T. R., Panter, T. A., & Insko, C. A. (2010) Shame proneness

and guilt proneness: toward the further understanding of reactions to public

and private transgressions. Self and Identity, 337-362.

Worthington, E. L. (Ed.). (2005). Handbook of forgiveness. New York: Taylor &

Francis Group.

Worthington, E. L. (2006). Forgiveness and reconciliation: theory and application.

New York: Taylor & Francis Group.

Zechmeister, J. S., & Romero, C. (2002). Victim and offender accounts of

interpersonal conflict: Autobiographical narratives of forgiveness and

unforgiveness. Journal of Personality and Social Psychology, 675-686.

Page 112: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

99

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

INFORMED CONSENT

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Destiana Istyqomah, mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang Perilaku Self-Forgiveness pada

Pengguna Narkoba yang Sedang Menjalani Rehabilitasi. Oleh karena itu, saya

mengharapkan kesediaan Anda untuk memberikan beberapa informasi dengan

mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Anda sangat diharapkan untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya. Tidak ada jawaban benar atau salah tetapi jawablah sesuai dengan

keadaan diri Anda yang sebenarnya. Jawaban yang Anda berikan hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian dan akan dijamin kerahasiannya.

Peneliti Responden

(Destiana Istyqomah) ( )

Page 113: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

100

Isilah data diri Anda di bawah ini.

Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin : P / L

Status : a. Single b. Menikah c. Bercerai

Jika sudah menikah atau bercerai, berapa jumlah anak yang dimiliki? ……..

Domisili :

Etnis/ Suku :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Berapa lama Anda menggunakan Narkoba? ………

Jenis narkoba apa yang Anda gunakan?

a. Ganja b. Kokain

c. Heroin d. Morfin

e. Shabu f. Ekstasi

g. Lainnya (sebutkan) ………….

Apa alasan Anda menggunakan Narkoba?

……………………………………………………………………………………

Sudah berapa lama Anda menjalani rehabilitasi? ………..

Program rehabilitasi:

a. Primary House Program

b. Special Program

c. Rawat Jalan

d. Lainnya (sebutkan) ………

Page 114: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

101

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda

yang sebenarnya.

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Item SS S TS STS

1. Meskipun pada awalnya saya merasa buruk

pernah menggunakan narkoba, tapi lama

kelamaan saya mulai menerimanya.

2. Saya menyimpan dendam terhadap diri sendiri

karena pernah menggunakan narkoba.

3. Belajar dari kesalahan menggunakan narkoba

membantu saya mengatasi masalah tersebut.

4. Saya sulit menerima diri saya karena pernah

menggunakan narkoba.

5. Seiring berjalannya waktu saya memahami

kesalahan saya menggunakan narkoba.

6. Saya tidak mampu berhenti untuk mengkritik

negatif diri sendiri karena telah menggunakan

narkoba.

7. Saya terus menghukum seseorang yang telah

melakukan sesuatu yang menurut saya salah.

8. Seiring dengan waktu saya dapat memahami

orang lain atas kesalahan yang mereka buat.

9. Saya terus berbuat jahat kepada orang lain

yang telah menyakiti saya.

10. Meskipun di masa lalu orang lain menyakiti

saya, tapi akhirnya saya mampu melihat

mereka sebagai orang baik.

11. Jika ada orang yang menyakiti saya, saya terus

berpikiran negatif tentang orang tersebut.

Page 115: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

102

12. Saya mampu mengikhlaskan orang yang

pernah mengecewakan saya.

13. Bila terjadi kesalahan karena alasan yang tidak

dapat dikendalikan, saya terjebak dalam pikiran

negatif tentang hal tersebut.

14. Seiring waktu saya dapat memahami keadaan

buruk dalam hidup saya.

15. Jika saya kecewa dengan keadaan yang tidak

terkendali dalam hidup saya, saya terus

menerus berpikir negatif tentang hal tersebut.

16. Pada akhirnya saya mampu berdamai dengan

situasi buruk dalam hidup saya.

17. Saya sulit menerima keadaan saya karena

pernah menggunakan narkoba.

18. Saya mampu melepaskan pikiran negatif

tentang keadaan bahwa saya pernah

menggunakan narkoba yang di luar kendali

siapa pun.

Dalam kuesioner ini Anda akan membaca tentang situasi yang mungkin dihadapi

orang dalam kehidupan sehari-hari, diikuti oleh reaksi umum terhadap situasi

tersebut. Saat Anda membaca setiap skenario, coba bayangkan diri Anda dalam

situasi tersebut. Kemudian tentukan kemungkinan yang Anda akan bereaksi

dengan memilih salah satu dari pilihan kemungkinan yang tersedia.

SM : Sangat Mungkin

M : Mungkin

TM : Tidak Mungkin

STM : Sangat Tidak Mungkin

Berilah tanda silang (X) pada kolom sesuai dengan cara Anda akan bereaksi.

No. Item SM M TM STM

1. Setelah menyadari menerima uang kembalian

lebih dari toko, Anda memutuskan menyimpan

uang tersebut karena penjaga toko tidak melihat.

Page 116: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

103

Apakah Anda merasa resah menyimpan uang

tersebut?

2. Anda diberi tahu bahwa Anda adalah satu-

satunya yang tidak menghormati masyarakat,

karena terlalu sering meninggalkan kegiatan

yang ada di masyarakat. Apakah hal tersebut

membuat Anda merasa bertanggung jawab?

3. Anda merobek sebuah buku yang ada di

perpustakaan dan teman Anda melihatnya.

Kemudian teman Anda menceritakan kepada

petugas perpustakaan dan seluruh teman-teman

Anda. Apakah hal tersebut membuat Anda

merasa seperti orang jahat?

4. Setelah membuat kesalahan besar pada proyek

penting pekerjaan Anda, kemudian atasan Anda

menegur di depan rekan-rekan kerja Anda.

Apakah Anda mungkin berpura-pura sakit dan

meninggalkan pekerjaan tersebut?

5. Anda mengungkapkan rahasia seorang teman,

walaupun teman Anda tidak pernah tahu.

Apakah kegagalan Anda menyimpan rahasia

tersebut membuat Anda lebih berhati-hati dalam

menjaga rahasia teman?

6. Anda memberikan presentasi yang buruk

ditempat kerja, lalu atasan Anda memberi tahu

rekan kerja Anda bahwa perusahaan kehilangan

kontrak karena Anda. Apakah mungkin Anda

akan merasa tidak kompeten?

Page 117: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

104

7. Seorang teman memberi tahu bahwa Anda

terlalu banyak omong kosong. Apakah Anda

akan berhenti berteman dengannya?

8. Rumah Anda berantakan dan tamu tak terduga

mengetuk pintu dan meminta masuk. Apakah

Anda akan menghindar hingga mereka pergi?

9. Secara diam-diam Anda melakukan kejahatan.

Apakah kemungkinan Anda merasa telah

melanggar hukum?

10. Anda berhasil melebih-lebihkan kerugian Anda

dalam sebuah gugatan. Beberapa bulan

kemudian kebohongan Anda terungkap dan

Anda dibebankan dengan sumpah palsu.

Apakah mungkin Anda berpikir bahwa Anda

adalah manusia yang hina?

11. Dalam sebuah diskusi Anda mempertahankan

argumen Anda dan Anda menyadari bahwa

argumen Anda salah meskipun tidak ada yng

menyadarinya. Apakah hal tersebut akan

membuat Anda berpikir lebih hati-hati sebelum

bicara?

12. Anda membawa pulang data kantor untuk

kepentingan pribadi dan ketahuan oleh atasan

Anda. Apakah Anda akan berpikir untuk keluar

dari pekerjaan Anda?

13. Anda membuat kesalahan pada pekerjaan Anda

dan ternyata rekan kerja Anda yang disalahkan.

Kemudian rekan kerja Anda menemui Anda

karena kesalahan Anda. Apakah mungkin Anda

merasa sebagai pengecut?

Page 118: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

105

14. Ketika menghadiri pesta yang dibuat oleh

teman, Anda menumpahkan sirup pada karpet

berwarna putih. Anda menutupi noda tersebut

dengan kursi sehingga tidak ada seorang pun

yang tahu. Apakah Anda mungkin merasa cara

yang Anda lakukan menyedihkan?

15. Saat mendiskusikan topik yang hangat dengan

teman, Anda tiba-tiba menyadari Anda teriak

meski tak ada yang memperhatikan. Apa

kemungkinan Anda mencoba bertindak lebih

memperhatikan teman Anda?

16. Anda berbohong kepada orang-orang tetapi

mereka tidak pernah mengetahui hal itu. Apa

kemungkinan Anda merasa tidak enak dengan

kebohongan yang Anda katakan?

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda

yang sebenarnya.

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Item SS S TS STS

1. Saya banyak berbicara.

2. Saya cenderung mencari kesalahan orang lain.

3. Saya melakukan pekerjaan dengan teliti.

4. Saya sering murung/sedih.

5. Saya memiliki ide-ide baru.

6. Saya pendiam.

7. Saya suka membantu orang lain dan tidak

mementingkan diri sendiri.

Page 119: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

106

8. Saya agak ceroboh.

9. Saya dapat menangani stress dengan baik.

10. Saya ingin tahu tentang banyak hal yang

berbeda.

11. Saya penuh energy.

12. Saya sering memulai pertengkaran dengan

orang lain.

13. Saya pekerja yang handal.

14. Saya mudah tegang.

15. Saya suka memikirkan sesuatu dengan

mendalam.

16. Saya antusias terhadap banyak hal.

17. Saya mudah memaafkan.

18. Saya orang yang teratur.

19. Saya memiliki kekhawatiran yang berlebih.

20. Saya memiliki imajinasi yang tinggi.

21. Saya cenderung tenang.

22. Saya mudah mempercayai orang lain.

23. Saya cenderung malas.

24. Saya memiliki emosi yang stabil, tidak mudah

marah.

25. Saya memiliki kemampuan untuk merancang

hal baru.

26. Saya orang yang tegas.

27. Saya suka menyendiri.

28. Saya tekun ketika mengerjakan sesuatu

hingga selesai.

29. Perasaan (mood) saya mudah berubah-ubah.

30. Saya memiliki nilai artistic.

31. Saya kadang pemalu.

32. Saya perhatian dan baik hampir ke semua

orang.

33. Saya melakukan sesuatu secara efisien.

Page 120: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

107

34. Saya tetap tenang dalam situasi tegang.

35. Saya lebih menyukai pekerjaan yang rutin.

36. Saya mudah bergaul.

37. Saya kadang kasar dengan orang lain.

38. Saya suka membuat rencana kemudian

menjalankannya.

39. Saya mudah gugup.

40. Saya suka merenung, bermain dengan ide-ide.

41. Saya memiliki beberapa minat artistic.

42. Saya suka bekerja sama dengan orang lain.

43. Saya mudah terganggu.

44. Saya pintar dalam seni, music atau, sastra.

Page 121: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

108

LAMPIRAN 2

SYNTAX DAN PATH DIAGRAM

Syntax Self-forgiveness

TITLE: UJI VALIDITAS DATA SF;

DATA: FILE= DATT.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SF1-SF6 NBE1-NBE4

REPAIR1-REPAIR4 NSE1-NSE4 WD1-WD4

PT1-PT7 FANTASY1-FANTASY7 EC1-EC7 PD1-PD7;

USEVAR ARE SF1-SF5 SF6;

CATEG ARE SF1-SF5 SF6;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000;

PROCESSORS=2;

DEFINE: IF SF1<2 THEN SF1=2;

MODEL: SF BY SF1* SF2-SF5 SF6*;

SF@1;

SF5 WITH SF3;

SF4 WITH SF1;

SF5 WITH SF4;

SF3 WITH SF1;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS SF.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Negative Behavior Evaluation (NBE)

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NBE;

DATA: FILE= DATT.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SF1-SF6 NBE1-NBE4

REPAIR1-REPAIR4 NSE1-NSE4 WD1-WD4;

USEVAR ARE NBE1-NBE3 NBE4;

CATEG ARE NBE1-NBE3 NBE4;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000;

PROCESSORS=2;

DEFINE: IF NBE1<2 THEN NBE1=2;

MODEL: NBE BY NBE1* NBE2-NBE3 NBE4*;

NBE@1;

NBE4 WITH NBE3;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS NBE.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Page 122: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

109

Syntax Repair

TITLE: UJI VALIDITAS DATA REPAIR;

DATA: FILE= DATT.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SF1-SF6 NBE1-NBE4

REPAIR1-REPAIR4 NSE1-NSE4 WD1-WD4;

USEVAR ARE REPAIR1-REPAIR3 REPAIR4;

CATEG ARE REPAIR1-REPAIR3 REPAIR4;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000;

PROCESSORS=2;

DEFINE: IF REPAIR1<2 THEN REPAIR1=2;

MODEL: REPAIR BY REPAIR1* REPAIR2-REPAIR3 REPAIR4*;

REPAIR@1;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS REPAIR.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Negative Self-Evaluation (NSE)

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NSE;

DATA: FILE= DATAPSPP.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SF1-SF6 NBE1-NBE4

REPAIR1-REPAIR4 NSE1-NSE4 WD1-WD4;

USEVAR ARE NSE1-NSE3 NSE4;

CATEG ARE NSE1-NSE3 NSE4;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000;

PROCESSORS=2;

DEFINE: IF NSE1<2 THEN NSE1=2;

MODEL: NSE BY NSE1* NSE2-NSE3 NSE4*;

NSE@1;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS NSE.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Withdraw

TITLE: UJI VALIDITAS DATA WITHDRAW;

DATA: FILE= DATT.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE SF1-SF6 NBE1-NBE4

REPAIR1-REPAIR4 NSE1-NSE4 WD1-WD4;

USEVAR ARE WD1-WD3 WD4;

CATEG ARE WD1-WD3 WD4;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000;

PROCESSORS=2;

DEFINE: IF WD1<2 THEN WD1=2;

MODEL: WD BY WD1* WD2-WD3 WD4*;

WD@1;

Page 123: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

110

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS WD.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Extraversion

TITLE: UJI VALIDITAS DATA EXTRA;

DATA: FILE= KEPRIBADIAN.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE EXTRA1-EXTRA8;

USEVAR ARE EXTRA1-EXTRA7 EXTRA8;

CATEG ARE EXTRA1-EXTRA7 EXTRA8;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000;

PROCESSORS=2;

DEFINE: IF EXTRA1<2 THEN EXTRA1=2;

IF EXTRA6<2 THEN EXTRA6=2;

MODEL: EXTRA BY EXTRA1* EXTRA2-EXTRA7 EXTRA8*;

EXTRA@1;

EXTRA7 WITH EXTRA2;

EXTRA7 WITH EXTRA6;

EXTRA8 WITH EXTRA2;

EXTRA7 WITH EXTRA1;

EXTRA8 WITH EXTRA7;

EXTRA8 WITH EXTRA3;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS EXTRA1.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Agreeableness

TITLE: UJI VALIDITAS DATA AGREE;

DATA: FILE= KEPRIBADIAN.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE EXTRA1-EXTRA8 AGREE1-AGREE9

CONS1-CONS9 NEURO1-NEURO8 OPEN1-OPEN10;

USEVAR ARE AGREE1-AGREE8 AGREE9;

CATEG ARE AGREE1-AGREE8 AGREE9;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000; PRO

DEFINE: IF AGREE1<2 THEN AGREE1=2;

MODEL: AGREE BY AGREE1* AGREE2-AGREE8 AGREE9*;

AGREE@1;

AGREE6 WITH AGREE5;

AGREE8 WITH AGREE5;

AGREE5 WITH AGREE3;

AGREE9 WITH AGREE2;

AGREE4 WITH AGREE2;

AGREE6 WITH AGREE1;

AGREE9 WITH AGREE7;

AGREE7 WITH AGREE1;

Page 124: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

111

AGREE5 WITH AGREE1;

AGREE6 WITH AGREE2;

AGREE7 WITH AGREE4;

AGREE7 WITH AGREE2;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS AGREE.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Conscientiousness

TITLE: UJI VALIDITAS DATA CONS;

DATA: FILE= KEPRIBADIAN.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE EXTRA1-EXTRA8 AGREE1-AGREE9

CONS1-CONS9 NEURO1-NEURO8 OPEN1-OPEN10;

USEVAR ARE CONS1-CONS8 CONS9;

CATEG ARE CONS1-CONS8 CONS9;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000; PRO

DEFINE: IF CONS1<2 THEN CONS1=2;

MODEL: CONS BY CONS1* CONS2-CONS8 CONS9*;

CONS@1;

CONS5 WITH CONS2;

CONS9 WITH CONS8;

CONS7 WITH CONS2;

CONS9 WITH CONS7;

CONS8 WITH CONS7;

CONS8 WITH CONS6;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS CONS.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Neuroticism

TITLE: UJI VALIDITAS DATA NEURO;

DATA: FILE= KEPRIBADIAN.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE EXTRA1-EXTRA8 AGREE1-AGREE9

CONS1-CONS9 NEURO1-NEURO8 OPEN1-OPEN10;

USEVAR ARE NEURO1-NEURO7 NEURO8;

CATEG ARE NEURO1-NEURO7 NEURO8;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000; PRO

DEFINE: IF NEURO1<2 THEN NEURO1=2;

MODEL: NEURO BY NEURO1* NEURO2-NEURO7 NEURO8*;

NEURO@1;

NEURO7 WITH NEURO5;

NEURO8 WITH NEURO2;

NEURO6 WITH NEURO3;

NEURO8 WITH NEURO4;

NEURO8 WITH NEURO6;

Page 125: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

112

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS NEURO.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Syntax Openness

TITLE: UJI VALIDITAS DATA OPEN;

DATA: FILE= KEPRIBADIAN.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE EXTRA1-EXTRA8 AGREE1-AGREE9

CONS1-CONS9 NEURO1-NEURO8 OPEN1-OPEN10;

USEVAR ARE OPEN1-OPEN9 OPEN10;

CATEG ARE OPEN1-OPEN9 OPEN10;

ANALYSIS: !ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=5000; PRO

DEFINE: IF OPEN1<2 THEN OPEN1=2;

MODEL: OPEN BY OPEN1* OPEN2-OPEN9 OPEN10*;

OPEN@1;

OPEN7 WITH OPEN5;

OPEN10 WITH OPEN8;

OPEN9 WITH OPEN8;

OPEN7 WITH OPEN1;

OPEN8 WITH OPEN7;

OPEN6 WITH OPEN4;

OPEN9 WITH OPEN3;

OPEN7 WITH OPEN3;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; MODINDICES(ALL 2);

SAVEDATA: FILE IS OPEN.DAT; !SAVE=FSCORES(100);

Path Diagram Self-Forgiveness

Page 126: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

113

Path Diagram Negative Behavior Evaluation (NBE)

Path Diagram Repair

Page 127: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

114

Path Diagram Negative Self-Evaluation (NSE)

Path Diagram Withdraw

Page 128: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

115

Path Diagram Extraversion

Path Diagram Agreeableness

Page 129: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

116

Path Diagram Conscientiousness

Path Diagram Neuroticism

Page 130: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

117

Path Diagram Openness

Page 131: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

118

LAMPIRAN 3

OUTPUT SPSS

Descriptive

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

NBE 127 27.53 59.74 50.0000 7.22698

REPAIR 127 35.04 63.89 50.0000 7.27660

NSE 127 36.18 66.07 50.0000 6.40712

WITHDRAW 127 28.10 71.96 50.0000 10.00000

EXTRA 127 25.37 65.18 50.0000 8.07364

AGREE 127 25.06 66.54 50.0000 8.02361

CONS 127 32.68 65.50 50.0000 7.77167

NEURO 127 24.50 70.47 50.0000 8.53065

OPEN 127 27.80 68.72 50.0000 8.28927

SF 127 27.66 75.33 50.0000 10.00000

Valid N (listwise)

127

Regression

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .500a 0.250 0.192 8.98692 0.250 4.334 9 117 0.000

a. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA, AGREE, CONS, NEURO, OPEN

ANOVAa

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 3150.530 9 350.059 4.334 .000b

Residual 9449.470 117 80.765

Total 12600.000 126

a. Dependent Variable: SF

b. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA, AGREE, CONS, NEURO, OPEN

Page 132: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

119

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 41.098 13.793 2.980 0.004

NBE 0.047 0.134 0.034 0.355 0.724

REPAIR 0.036 0.123 0.026 0.293 0.770

NSE -0.257 0.147 -0.165 -1.753 0.082

WITHDRAW -0.193 0.091 -0.193 -2.134 0.035

EXTRA -0.146 0.114 -0.118 -1.275 0.205

AGREE 0.339 0.116 0.272 2.928 0.004

CONS -0.049 0.121 -0.038 -0.407 0.685

NEURO -0.045 0.104 -0.039 -0.438 0.662

OPEN 0.446 0.118 0.370 3.782 0.000

a. Dependent Variable: SF

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .153a 0.023 0.016 9.92197 0.023 2.990 1 125 0.086

2 .167b 0.028 0.012 9.93907 0.004 0.570 1 124 0.452

3 .279c 0.078 0.055 9.71929 0.050 6.671 1 123 0.011

4 .332d 0.110 0.081 9.58516 0.033 4.466 1 122 0.037

5 .332e 0.110 0.074 9.62465 0.000 0.001 1 121 0.975

6 .394f 0.155 0.113 9.41821 0.045 6.362 1 120 0.013

7 .398g 0.158 0.109 9.44177 0.003 0.402 1 119 0.527

8 .398h 0.158 0.101 9.48002 0.000 0.042 1 118 0.838

9 .500i 0.250 0.192 8.98692 0.092 14.304 1 117 0.000

a. Predictors: (Constant), NBE

b. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR

c. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE

d. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW

e. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA

f. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA, AGREE

g. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA, AGREE, CONS

h. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA, AGREE, CONS, NEURO

i. Predictors: (Constant), NBE, REPAIR, NSE, WITHDRAW, EXTRA, AGREE, CONS, NEURO, OPEN

Page 133: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

120

LAMPIRAN 4

SURAT IZIN PENELITIAN

Surat Izin Penelitian kepada PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

Page 134: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44519/1/DESTIANA... · ketersediaan narkoba adalah mudah bagi individu

cxxi