disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

114
i MASYARAKAT TAMBANG TIMAH INKONVENSIONAL BANGKA SELATAN TAHUN 2003 2012 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Sejarah Oleh Tiur Angelina O B N NIM 144314013 PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

i

MASYARAKAT TAMBANG TIMAH

INKONVENSIONAL BANGKA SELATAN

TAHUN 2003 – 2012

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sejarah

Oleh

Tiur Angelina O B N

NIM 144314013

PROGRAM STUDI SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

iv

MOTTO

“Segala sesuatu yang bisa kau bayangkan adalah nyata”

Pablo Picasso

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi berjudul “Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka

Selatan Tahun 2003-2012” ini saya persembahkan untuk kedua orangtua saya

yang sudah berjuang untuk menguliahkan saya, dan juga untuk keluarga besar Op.

Maroha dan R. Banjar Nahor yang selalu mendukung saya agar menjadi lebih

baik. Karya ini juga dipersembahkan untuk masyarakat penambang timah di

Bangka dan almamater Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas

Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

PER}TYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa slripsi ini merupokan

karya sendiri dan belum pernah saya ajukan scbagai syarat untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di pergunran frbggi. Slcipsi ini tidak memuat karyra orang

lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang dijadikaa

sumber.

Yogyakarta, .14 Desember 2018

Penulis

MTiur Angelina O BN

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

LEMBAR PERI\TYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

: Tiur Angelina O B N

Nomor Mahasiswa : 144314013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata.Dharma karya ilmiah saya yang be{udul:

MASYARAKAT TAMBAI{G TIMAH INKOIYVENSIONAL BAIIGKA

SELATAI\ TAIIUN 2003-2012

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan ke

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memita izin dari dari saya

sebagai penulis

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,Pada 14 Desember 2018

Yang menyatakan

wTiurAngelinaOBN

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

viii

ABSTRAK

Tiur Angelina O B N, Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka

Selatan Tahun 2003-2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah,

Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2018.

Skripsi ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama,

bagaimana sejarah penambangan timah inkonvensional oleh masyarakat

Kecamatan Pulau Besar. Kedua, bagaimana kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Tambang Inkonvensional (TI) sejak diberlakukannya Peraturan

Daerah (Perda) mengenai perizinan penambangan oleh Bupati Bangka Eko

Maulana Ali pada tahun 2001.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan metode

pengumpulan data berupa wawancara dan studi pustaka. Analisis dilakukan

dengan mengelompokkan, mengkaitkan, membandingkan, dan interpretasi

terhadap data yang berhasil dikumpulkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambang Inkonvensional terjadi di

Bangka atas izin dalam Perda Nomor 6 Tahun 2001, dan kesempatan bekerja di

sektor pertambangan ini ditanggapi oleh masyarat Kecamatan Pulau Besar untuk

beralih pekerjaan dari petani menjadi penambang timah. Penambangan timah di

Bangka membuahkan hasil bagi para pekerja, penghasilan dari pekerjaan

tersebut mampu mencukupi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier keluarga

penambang.

Kata Kunci: Tambang timah inkonvensional, masyarakat tambang, Pulau Besar,

Bangka Selatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

ix

ABSTRACT

Tiur Angelina O B N, Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka

Selatan Tahun 2003-2012. Thesis. Yogyakarta: History Study Program, Faculty of

Letters, Sanata Dharma University, 2018.

The objective of this thesis were to answer two problems. First, what was

the history of unconventional tin mining by the people at Pulau Besar District.

Second, how had the socio-economic life of the Unconventional Mining (TI)

society since the enactment of Regional Regulation (Perda) concerning mining

permitted by Eko Maulana Ali as Bangka Regent in 2001.

This study used qualitative method, which used data collections such as

interview and literature method. The analysis was done by grouping, linking,

comparing, and interpreting the data collected.

The result of the study showed that Unconventional mines occurred in

Bangka with permission in Regional Regulation Number 6 of 2001, and the

opportunity to work in the mining sector was responded by the society of Pulau

Besar District which those switched job from farmer to tin miner. Tin mining in

Bangka produced result for tin miners, income from this job was able to complete

the primary, secondary, and tertiary needs of the miners family.

Keywords: Unconventional tin mines, mine society, Pulau Besar, South Bangka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Perlu proses

yang panjang hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, yaitu dari pemilihan

topik, sumber, proposal, penelitian lapangan sampai pada historiografi. Dari

semua proses yang diusahakan untuk menyelesaikan skripsi ini, saya dibantu oleh

orang tua, dan orang-orang disekitar saya. Mulai dari dukungan, doa, semangat,

diskusi, hingga pelajaran tentang kesabaran, ketekunan, kegigihan, ketelitian, dan

lainnya. Atas kebaikan dan pelajaran-pelajaran yang saya terima maka

perkenankanlah saya mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua saya, bapak dan mama yang selalu mendoakan dan

mendukung saya di perantauan.

2. Bapak Hb. Hery Santosa M. Hum., selaku Ketua Program Studi Sejarah

dan sebagai dosen pembimbing akademik, terimakasih sudah membimbing

dan mengajar dengan sabar.

3. Bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno M. Hum., selaku dosen

pembimbing skripsi, terimakasih atas waktu yang bapak berikan, serta

kebaikan, kesabaran, dan semangat bapak dalam memimbing agar kami

dapat segera selesai.

4. Dosen-dosen pengajar akademik; Dr. Yerry Wirawan, Alm. Dr. Lucia

Juningsih M. Hum, Drs. Ignatius Sandiwan Suharso, Dr. Hieronymus

Purwanta M. A, Heri Priyatmoko M. A, Romo Heri Setyawan, S.J,, M.A.,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

xi

Romo Dr. Baskara Tulus Wardaya, S.J, Romo Dr. Gregorius Budi

Subanar, S.J., Drs. Manu, Miss Siska, Mom Retno dan Prof. Dr. I.

Praptomo Baryadi, M. Hum. Terimakasih sudah memberikan saya banyak

ilmu, pengalaman, inspirasi dan motivasi selama berkuliah di Universitas

Sanata Dharma.

5. Mas Doni dan Mas Tri selaku Staf Sekretariat Program Studi Sejarah,

terimakasih sudah membantu dalam mengurus segala administratif saya

selama kuliah. Tidak lupa juga terimakasih saya untuk seluruh Pegawai

Sanata Dharma yang membuat suasana kampus terasa nyaman.

6. Narasumber penelitian yaitu keluarga Bapak Suroso, Bapak Suryani,

Bapak Yakobus Dasar, Bapak Sugeng Prasetyo, Bapak Saudara, dan para

penambang timah di Bangka, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk

menceritakan kembali kondisi pertambangan timah Bangka.

7. Pegawai di Dinas Transmigrasi Bangka Selatan, Badan Pusat Statistik

(BPS) Bangka Selatan, Kearsipan Bangka dan Bangka Selatan, kantor

Bupati Bangka Selatan, terimakasih atas diskusinya dan memperbolehkan

saya mengakses data.

8. Ibu Atik, Pak Tjahyo, dan Pak Wardoyo, terimakasih atas dukungan dan

semangatnya bagi saya untuk segera menyelesaikan skripsi

9. Semua teman-teman di Program Studi Sejarah, terutama teman

seperjuangan angkatan 2014. Terimakasih atas semangat lulus bersama

dan pengalamannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Penulis

@Tiur Angelina

10. Sabam Sariaman Siregar terimakasih untuk dukungan, motivasi dan

kerjasama yang baik.

ll. Soso, Edut, Rosma, Carolinq Oyon, Wulan, Yesi, Geka, Geleng, dan

Firda Noftalinq terimakasih atas dukungan, keceriaan dan

kebersamaannya.

Saya menyadari, skripsi yang saya sunm berjudul Masyarakat Tambang

Timah Kabupaten Bangka Seiitan Tahun 2003-2012 masih jauh dari kara

s€mpuma, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun bagi penulisan sejarah di masa mendatang.

Yogyakarta, 14 Desember 2018

OBN

xI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO...................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vii

ABSTRAK....................................................................................................... viii

ABSTRACT..................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR...................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah......................................................... 5

C. Rumusan Masalah...................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian....................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian...................................................................................... 7

F. Kajian Pustaka............................................................................................. 8

G. Landasan Teori........................................................................................... 12

H. Metode Penelitian....................................................................................... 14

I. Sistematika Penelitian................................................................................... 17

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN PULAU BESAR

A. Geografis Kabupaten Bangka Selatan........................................................ 18

B. Geografis Kecamatan Pulau Besar............................................................. 23

C. Masyarakat Kecamatan Pulau Besar.......................................................... 26

D. Mata Pencaharian....................................................................................... 32

BAB III PERTAMBANGAN TIMAH BANGKA

A. Penemuan Timah Bangka........................................................................... 38

B. Pendirian Banka Tinwinning ...................................................................... 42

C. PT Timah Bangka....................................................................................... . 49

BAB IV TAMBANG INKONVENSIONAL (TI)

A. Pelaksanaan Tambang Inkonvensional......................................................... 52

B. Perkembangan Tambang Inkonvensional..................................................... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

xiv

BAB V KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAMBANG TIMAH

A. Konsep Sosial Ekonomi............................................................................. 62

B. Masyarakat Tambang Timah di Kecamatan Pulau Besar.......................... 77

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 89

B.Saran............................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 92

DAFTAR NARASUMBER............................................................................. 94

LAMPIRAN..................................................................................................... 95S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perkembangan Penduduk Kecamatan Pulau Besar................... 24

Tabel 2.2. Penduduk Dalam Usia Produktif di Kecamatan Pulau Besar... 25

Tabel 2.3. Jumlah Murid Sekolah Negeri dan Swasta Menurut

Desa/Kelurahan di Kecamatan Pulau Besar Tahun 2008......... 31

Tabel 2.4. Produksi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan

Kecamatan Pulau Besar............................................................ 33

Tabel 2.5. Statistik Tabama Kecamatan Pulau Besar............................... 34

Tabel 2.6. Jumlah Pemilik Usaha Pertambangan Timah Inkonvensional

dan Tenaga Kerja di Kecamatan Pulau Besar.......................... 37

Tabel 5.1. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Besar Sebelum

dan Sesudah Berlakunya Perda Perizinan Tambang Timah

Inkonvensional...................................................................... 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bangka Selatan........................................ 22

Gambar 2.2. Peta Kecamatan Pulau Besar............................................. 22

Gambar 4.1. Tambang Inkonvensional Darat......................................... 61

Gambar 4.2. Tambang Inkonvensional Apung/Rajuk............................ 61

Gambar 5.1. Lahan TI di Kemingking Bangka Tengah......................... 82

Gambar 5.2. Warung Sembako di Wilayah Penambangan TI................ 88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rumah Pondok atau Rumah Sementara Penambang (nge-camp).

Lampiran 2: Rumah Pondok Untuk Penambang yang Tidak Nge-camp.

Lampiran 3: Sampan Sebagai Transportasi Menuju Tempat Penambangan di

Sungai.

Lampiran 4: Pembuatan Ponton TI Apung /Rajuk.

Lampiran 5: Perakitan alat-alat TI Apung/ Rajuk.

Lampiran 6: Lahan bekas TI darat yang menjadi wisata danau biru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pulau Bangka merupakan salah satu jejak dari sejarah penjajahan kolonial

yang telah menjadikan Pulau Bangka terkenal dengan timah sebagai hasil

buminya. Bagi sejarah nasional, pulau ini sudah menghasilkan timah sejak

pemerintahan kolonial Belanda dan menjadi produsen timah terbesar di Indonesia,

juga sekaligus eksportir timah terbesar di dunia1.

Timah adalah salah satu komoditas tambang yang sangat ramai diperjual-

belikan sejak abad Ke-18 hingga sekarang abad Ke-21. Kegunaan timah sendiri

yaitu sebagai bahan pendukung pelapis kaleng, pembuatan peluru, komponen

otomotif, produksi kaca, pembuatan kemasan, dan lain-lain.

Keberadaan timah di Kepulauan Bangka Belitung ini juga mendorong

berdirinya industri timah dengan nama PT TIMAH2. Industri tersebut memiliki

sejarah panjang, dimana PT TIMAH (Persero) Tbk resmi berdiri sejak 2 Agustus

1976 dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di

bidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak

1PT Timah, pada http://www.timah.com/v2/ina/tentang-

kami/8410052012110526/sekilas-pt-timah/. Diakses pada 03 April 2018 pukul 18:59

WIB.

2PT TIMAH merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki

segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi,

penambangan, pengolahan hingga pemasaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

2

tahun 1995. Namun demikian sejarah pendirian perseroan telah dimulai sejak

pengelolaan di bawah pemerintahan Belanda yakni penambangan mineral timah

di Indonesia yang ditemukan secara tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-

pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur. Pada masa itu,

pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial,

Banka Tinwinning Bedrijf (BTW). Sedangkan di Belitung dan Singkep usaha ini

dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, Gemeenschappelijke

Mijnbouwmaatschappij Biliton (GMB) di Belitung dan NV Singkep Tin

Exploitatie Maatschappij (NV SITEM) di daerah Singkep.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah Indonesia

mengambil alih kepemilikan perusahaan tersebut berdasarkan program

nasionalisasi perusahaan oleh negara pada tahun 1958.3 Semua perusahaan

milik pemerintahan Belanda yang ada di Bangka dinasionalisasikan atau diambil

alih oleh pemerintah Indonesia. Ketiga perusahaan milik Belanda tersebut

(BTW, GMB, dan SITEM) menjadi Perusahaan Negara (PN) yang terpisah.

BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka, GMB menjadi PN Tambang Timah

Belitung, SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep.

Pada tahun 1961 Pemerintah membentuk Badan Pimpinan Umum (BPU)

perusahaan-perusahaan pertambangan timah negara. Tahun 1968 ketiga entitas

perusahaan bersama dengan BPU dikonsolidasikan menjadi Perusahaan Negara

3Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1958 Tentang

Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda. Pada pasal 1 menjelaskan bahwa

“Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang

akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan

menjadi milik penuh dan bebas Negara Republik Indonesia”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

3

(PN) Tambang Timah. Sesuai UU No.9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah

No. 19 tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek

Peleburan Timah Mentok diubah menjadi Perusahaan Persero, di mana seluruh

sahamnya dimilliki oleh Pemerintah dan namanya diubah menjadi PT Tambang

Timah (Persero) dengan Akta No.1 Tahun 1976 oleh Notaris Imas Fatimah, SH

tertanggal 22 Agustus 1976. Kemudian pada tanggal 19 Oktober 1995,

Pemerintah melakukan privatisasi dengan mencatatkan saham PT Tambang

Timah di Bursa Efek dan merubah nama perusahaan menjadi PT TIMAH

(Persero) Tbk.4

Keberadaan timah sebagai komoditas yang paling menguntungkan di

Bangka membuat masyarakat menginginkan kepemilikan atas pasir timah

termasuk teknologi yang dimiliki oleh perusahaan timah. Tetapi kontrol

Pemerintah Pusat terhadap komoditas timah begitu kuat sehingga mereka

menggunakan tangan-tangan militer untuk melakukan proteksi sebagaimana

yang dikatakan oleh Erman Erwiza dalam penelitiannya tahun 2007,

“Masyarakat lokal dilarang untuk menambang, menjual, bahkan menyimpannya

walau satu kilogram”. Kondisi ini menjadi prakondisi bagi munculnya

disharmonisasi dalam pengelolaan timah di daerah ini.5

Timah sebagai hasil bumi di Bangka berada dalam genggaman

penguasa. Perusahaan-perusahaan timah memainkan peran penting dalam

4Laporan Tahunan 2014 PT TIMAH (PERSERO) TBK.

5Citra Asmara Indra, 2014, ”Implikasi terbitnya Regulasi Tentang Pertimahan

Terhadap Dinamika Pertambangan Timah Inkonvensional di Pulau Bangka”, Jurnal

Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 26.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

4

penambangan dan produksi di daerah kepulauan ini6. Dengan adanya peranan

tersebut acap kali munculnya potensi untuk berbuat nepotisme. Hal tersebut

terbukti dari seluruh karyawan PT TIMAH, hanya sebagian kecil yang

merupakan masyarakat Bangka.

Kemudian pada tahun 1998 pemerintah mengeluarkan surat keputusan

mengenai ketentuan umum di bidang ekspor yang tidak memuat timah sebagai

barang yang diatur dan diawasi ekspornya7. Kebijakan ini yang akan membuat

perubahan secara drastis tentang pengelolaan timah sebagai barang strategis dan

barang yang bebas bagi masyarakat dan negara. Surat Keputusan mengenai

ketentuan umum di bidang ekspor yang tidak memuat timah sebagai barang

yang diatur dan diawasi ekspornya segera mendapat respon dari bupati Bangka

tiga tahun setelahnya. Bupati Eko Maulana Ali mengeluarkan Perda8 pada tahun

2001, isi dari Perda tersebut ialah mengizinkan masyarakat untuk dapat

menambang bahan galian diluar gas bumi dan minyak. Tujuan diberlakukannya

Perda tersebut dilatarbelakangi untuk peningkatan penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD)—yaitu dengan diberlakukannya Pajak Pertambangan Umum dan

Mineral Ikutannya.

Perda yang telah dibuat dan disetujui Bupati Eko tersebut menjadi titik

tolak atau faktor utama pembentukan tambang-tambang bebas atau tambang-

6Ibid.

7Kepmenperindag Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum di

Bidang Ekspor.

8Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan

Pertambangan Umum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

5

tambang rakyat yang sering disebut oleh masyarakat Bangka dengan sebutan TI

(Tambang Inkonvensional). Bupati Bangka Eko Maulana Ali meminta PT

TIMAH untuk mengijinkan masyarakat menambang di sebagian wilayah kuasa

penambangan yang telah ditinggalkan. Sebagai konsekuensinya, masyarakat

penambang timah haruslah menjual pasir timahnya hanya kepada PT TIMAH

yang pada akhirnya berujung pada kerusakan lingkungan di Bangka.

Penelitian ini akan berfokus pada sejarah terbentuknya TI dan kondisi

sosial-ekonomi masyarakat tambang. Topik penelitian ini dipilih karena

memiliki pengaruh yang luas dan penting terhadap kehidupan sosial dan

ekonomi masyarakat Bangka Selatan, karena merupakan salah satu referensi

untuk melihat perkembangan sosial ekonomi masyarakat tambang timah

Bangka.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah TI (Tambang Inkonvensional)

atau Tambang Rakyat yang menjadi sumber kehidupan mayoritas masyarakat di

Bangka. Diangkatnya TI sebagai pokok bahasan penelitian disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya:

1. Belum ada tulisan yang membahas tentang kehidupan masyarakat TI

Bangka Selatan secara mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

6

2. Sejarah lokal kurang mendapatkan perhatian dalam historiografi

Indonesia, termasuk sejarah Bangka dan tambang timahnya, sehingga

pembahasan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah

inkonvensional Bangka Selatan secara mendalam diharapkan dapat

muncul dalam penelitian ini.

2. Pembatasan Masalah

Alasan pemilihan periode 2003 sampai 2012 adalah untuk menunjukkan

sejarah pembentukan TI, masyarakatnya dan perkembangannya dalam dua periode

pemerintahan Bupati Eko Maulana Ali yang mendukung dan meresmikan

berlakunya TI. Tahun 2003 dipilih sebagai awal penelitian karena pada tahun ini

wilayah Bangka Selatan resmi disahkan menjadi kabupaten baru yang sebelumnya

masuk dalam kabupaten Bangka Induk.

Tahun 2012 dipilih sebagai akhir penelitian ini yaitu untuk melihat sejarah

TI dan perkembangannya dalam waktu ± 10 tahun. Kurun waktu 10 tahun ini

akan digunakan sebagai penjelas bagaimana sejarah TI dan kehidupan sosial-

ekonomi masyarakat tambang timah inkonvensional Bangka Selatan.

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pulau Besar,

Kabupaten Bangka Selatan, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemilihan

lokasi ini berdasarkan tempat tinggal penambang timah atau masyarakat

penambang timah yaitu di Kecamatan Pulau Besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penelitian ini merumuskan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana sejarah penambangan timah inkonvensional oleh

masyarakat Kecamatan Pulau Besar?

b. Bagaimana kehidupan sosial-ekonomi masyarakat TI sejak

diberlakukannya Perda mengenai perizinan penambangan oleh Bupati

Bangka Eko Maulana Ali pada tahun 2001?

D. Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan sejarah penambangan timah inkonvensional di Pulau Besar

b. Memaparkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat TI sejak di

berlakukannya Perda Bupati Bangka Eko Maulana Ali pada tahun 2001

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang membahas salah satu sejarah tambang timah

inkonvensional Bangka ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, secara keilmuan,

penelitian ini memberi sumbangan terhadap penulisan sejarah lokal yang

mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat tambang timah. Kedua, bagi

mahasiswa ilmu sejarah dan pemerhati sejarah, penelitian ini dapat menambah

wawasan tentang pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

tambang timah. Ketiga, bagi masyarakat umum hasil penelitian dapat digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

8

untuk membantu mereka yang ingin memahami sejarah tambang inkonvensional

pada periode 2003-2012.

F. Kajian Pustaka

Pelaksanaan penelitian ini akan berdasarkan hasil riset di lapangan berupa

wawancara dan pengamatan. Sedangkan untuk mendukung data-data yang

diperoleh dari lapangan, maka diperlukan sumber-sumber tertulis berupa buku-

buku, laporan penelitian, majalah, koran, dan artikel-artikel di internet.

Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku pun yang

menuliskan tentang “Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka Selatan

Tahun 2003-2012” meski ada banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh peneliti

tentang timah Bangka, kebanyakan peneliti mengambil fokus penelitian pada

kerusakan alam atau lingkungan Bangka bukan sejarah dari tambang

inkonvensional atau tambang rakyat itu sendiri.

Penelitian mengenai Pulau Bangka dan timah dipelopori oleh Mary

Somers Heidhues yaitu dalam karangan berjudul Timah Bangka Dan Lada

Mentok.9 Periode dan wilayah penelitian pada buku ini ialah pada awal

ditemukannya hasil bumi berupa timah yaitu di Bangka pada abad Ke-18. Periode

berikutnya yaitu pada abad Ke-19 pertambangan timah di Bangka mulai

diusahakan dengan mengirimkan pekerja dari China ke Bangka dan terbentuklah

masyarakat Tionghoa di Bangka serta pembukaan maskapai timah di Belitung

9Heidhues, Mary Somers. Timah Bangka Dan Lada Mentok: Peran Masyarakat

Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d XX. Jakarta: Yayasan

Nabil, 2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

9

terjadi di abad Ke-19. Kemudian pada Abad Ke-20 dibentuk sebuah perusahaan

resmi milik pemerintah Belanda yang kemudian begeser menjadi milik Jepang

dan ketika kemerdekaan Indonesia diraih, perusahaan pertambangan tersebut

berganti menjadi milik pemerintah Indonesia.

Pada bab pertama buku ini menjelaskan bagaimana perdagangan timah

dunia bermula hingga abad Ke-18. Kebutuhan China terhadap timah membuat

timah di Bangka di eksploitasi melalui Kesultanan Palembang hingga kekuasaan

kolonial.

Pada bab kedua menjelaskan bagaimana popularitas timah sebagai

komoditas yang mahal dan penting. Sultan Palembang melakukan hubungan

kerjasama dengan Inggris, dan pada tahun 1812 menyerahkan Bangka sebagai

bagian dari kekuasaan Inggris. Sultan mendatangkan para buruh timah dari negeri

Cina dimana kelak hasil timah akan diberikan kepada pemerintah Inggris dengan

bayaran enam dolar mata uang Spanyol untuk setiap pikul timah.

Pada bab ketiga menjelaskan penambangan timah yang dikuasai oleh

orang Inggris. Dalam masa penguasaan Inggris tersebut, ada pembaruan teknologi

dalam manufaktur penambangan yang ditindaklanjuti dengan pembukaan wilayah

Belitung dan penemuan timah di Belitung dimana setelah itu menjadi

penambangan Billiton.

Pada bab keempat menggambarkan kehidupan orang Bangka yang

pekerjaannya adalah bertani serta terjadinya konflik antara orang pendatang dan

penduduk asli yaitu orang melayu Bangka, dimana pekerjaanya adalah petani

lada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

10

Pada bab kelima hingga bab kedelapan, menggambarkan kehidupan kuli

timah dalam masa setelah perang dunia kedua, perang nasionalis, dan perang anti-

Jepang. Dalam delapan bagian yang dituliskan oleh Mary Somers Heidhues tidak

ada pembahasan mengenai sejarah TI secara khusus dalam bagian bahasannya.

Dalam buku Erwiza Erman yang berjudul Kesenjangan Buruh dan

Majikan : Pengusaha, Koeli dan Penguasa : Industri Timah Belitung10

menjelaskan tentang kehidupan kuli timah di Belitung. Kuli timah dipekerjakan

oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menambang timah di Belitung yang baru

dibuka lahannya. Dalam buku ini menjelaskan bagaimana kehidupan kuli timah

Belitung berada dibawah kuasa penguasa dan pemilik modal. Dalam bagian-

bagian bahasannya mengenai sejarah kehidupan kuli timah di Belitung, hanya ada

sedikit bahasan mengenai sejarah timah Bangka, terutama yang berkaitan dengan

TI tidak ada disebutkan dalam buku Erwiza Erman ini.

Dalam buku Erwiza Erman yang berjudul Menguak Sejarah Timah

Bangka-Belitung: Dari Pembentukan Kampung ke Perkara Gelap.11 Karangan

tulisan Erwiza ini menjelaskan sejarah pembentukan kampung di Bangka dan

peranan tokoh-tokoh lokal yang menentang penjajahan Belanda. Sejarah

perusahaan timah milik kolonial juga diulas dalam buku ini, terlebih mengenai

komoditas lada dan timah Bangka di balik tahun-tahun krisis Indonesia. Dalam

bab terakhir dijelaskan mengenai perkara gelap, keuntungan diam: studi

10Erwiza Erman. Kesenjangan Buruh dan Majikan: Pengusaha, Koeli dan

Penguasa : Industri Timah Belitung. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.

11Erwiza Erman. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung. Yogyakarta: Ombak,

2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

11

hubungan kekuasaan dalam bisnis pertimahan, menjelaskan sekilas mengenai

kebijakan Bupati Eko Maulana Ali dalam Perda Bangka yang menjadi gejolak

awal hadirnya TI. Akan tetapi mengenai kehidupan sosial-ekonomi masyarakat

TI Bangka Selatan tidak disinggung dalam karyanya.

Penelitian serupa mengenai pertambangan timah juga pernah dilakukan

oleh seorang pegawai tambang di PT Tambang Timah Bangka pada tahun 1963-

1993, bernama Sutedjo Sujitno, di masa pensiunnya beliau melakukan

historiografi mengenai sejarah petambangan timah di Bangka.

Tahun 1996 buku karangannya diterbitkan oleh PT Timah yang berjudul

“Sejarah Penambangan Timah di Indonesia: Abad 18 – Abad 20”12 dan buku

“Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah”13. Kedua buku karya

Sutedjo Sujitno menjelaskan bagaimana sejarah penambangan timah di Indonesia

bermula hingga pertambangan timah di Bangka dapat berlangsung. Tahapan

perkembangan sejarah timah yaitu bermula dari penemuan timah di Indonesia,

seperti Bangka, Riau, dan Belitung, kemudian dilakukanlah penambangan timah

di darat dan penambangan timah di laut. Agar dapat menjadi komoditas

internasional maka didirikan peleburan timah dan hingga pemasaran timah. Pada

salah satu sub-bab dari buku Sutedjo Sujitno yang berjudul “Dampak Kehadiran

Timah Indonesia Sepanjang Sejarah” menjelaskan bagaimana sejarah Tambang

Inkonvensional di Bangka terjadi dan dalam cakupan yang luas yaitu Bangka,

12Sutedjo Sujitno. Sejarah Penambangan Timah Di Indonesia Abad Ke 18 – Abad

Ke 20. Jakarta Selatan: Cempaka Publishing, 2007.

13Sutedjo Sujitno. Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah.

Jakarta Selatan: Cempaka Publishing, 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

12

tetapi untuk menggambarkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Bangka

terutama Bangka Selatan tidak dijelaskan dalam sub-bab ini.

Pokok bahasan dalam tulisan ini adalah kondisi sosial ekonomi

masayarakat TI Bangka Selatan dalam kurun waktu 2003-2012. Ini merupakan

penelitian baru yang belum diteliti oleh sejarawan lain, sebagian besar penulis

hanya menyinggung sedikit tentang TI dan Bangka, tetapi belum dilakukan

penelitian secara mendalam. Penelitian ini tidak hanya membahas sejarah TI

Bangka namun lebih pada kondisi masyarakat TI Bangka Selatan khususnya di

Kecamatan Pulau Besar. Oleh sebab itu penelitian ini baru dan berbeda dengan

penelitian sejarawan yang sudah ada.

G. Landasan Teori

Untuk menjelaskan fenomena mengenai pokok rumusan masalah di atas,

maka diperlukanlah teori yaitu untuk memahami fakta, menjelaskan, dan

memberikan ramalan yang valid sebagai penjelas. Berdasarkan fenomena

penelitian yaitu kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah Bangka

Selatan dalam studi kasus di Kecamatan Pulau Besar tahun 2003 sampai 2012,

maka teori yang berhubungan untuk menganalisa masalah pada rumusan masalah

ialah teori stratifikasi sosial oleh Max Weber.

Masyarakat Bangka Selatan ialah masyarakat yang mayoritas berprofesi

sebagai petani. Hasil dari tani tersebut ialah lada dan karet yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan para petani. Pernah suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

13

ketika, dimana para petani meraup untung yang sangat besar karena harga lada

dan karet berada dimasa kejayaannya.

Harga lada di pasar internasional tidak dapat seimbang dan mempengaruhi

perekonomian petani lada. Terutama di tahun-tahun krisis atau Depresi Ekonomi

Dunia yaitu pada tahun-tahun 1929, dan periode deflasi pada 1948, 1956-1958,

1997-1999. Lada menumpuk dalam gudang dan membusuk hingga para petani

hanya dapat bergantung pada tauke lada.

Ketika krisis lada, terutama setelah tahun 1999 yang disambut dengan

kenaikan harga timah dan pembukaan tambang inkonvensional, maka sektor

ekonomi timah dapat meyerap tenaga kerja petani di pertambangan atau para

petani beralih membuka tambang-tambang timah, baik dengan modal mereka

sendiri maupun dengan modal pengusaha timah selain PT Timah dan dan PT

Koba Tin yang berkembang sejak adanya izin perdagangan pasir timah oleh

pemerintah pusat.14

Max Weber menjelaskan bahwa stratifikasi dibagi menjadi 3 bagian yaitu,

ekonomi, budaya, dan politik. Teori Weber ini merupakan perluasan dari teori

Marx. Marx melihat ekonomi sebagai dasar struktur sosial, dan posisi-posisi orang

dalam struktur ini dapat ditentukan terutama oleh apakah dia memiliki alat

produksi atau tidak, serta pemilikan benda aau kekayaan menjadi dasar utama

stratifikasi.15

14Erwiza Erman. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung., op. cit., hlm.176.

15Doyle Paul Jhonson. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia,

1986., hlm. 223.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

14

Sejalan dengan pernyataan Marx, Weber menyatakan bahwa stratifikasi

ekonomi sebagai dasar yang fundamental untuk kelas. Menurut Weber kelas

sosial terdiri dari semua mereka yang memiliki kesempatan hidup yang sama

dalam bidang ekonomi. Kelas sosial yang dimaksudkan Weber ialah (1) sejumlah

orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang merupakan sumber

dalam kesempatan-kesempatan hidup mereka, sejauh (2) komponen ini secara

eksklusif tercermin dalam kepentingan ekonomi berupa pemilikan benda-benda

dan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh pendapatan, dan (3) hal itu

terlihat dalam kondisi-kondisi komoditi atau pasar tenaga kerja.16

Terjadinya kegiatan menambang yang dilakukan oleh rakyat atau tambang

inkonvensional di Bangka merupakan stratifikasi sosial oleh petani dan pekerja

harian lada untuk memperbaiki perekonomian keluarga dengan cara menambang

timah melalui kesempatan-kesempatan yang telah diwujudkan dalam UU mineral

oleh pemerintah pusat serta Perda oleh Bupati Bangka.

H. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek penelitian.

Selain itu, metode juga dapat diartikan bagaimana cara untuk membuat atau

mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur, dalam

metode penelitian sejarah, metode ini bertujuan agar penulisan sejarah menjadi

lebih terstruktur dan sistematis.

16Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

15

Terkait dengan hal diatas, maka penelitian ini akan menggunakan metode

penelitian sejarah. Dalam penelitian sejarah secara umum terdapat empat tahapan

yaitu, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber),

interpretasi: analisis dan sintesis dan penulisan.

Sebelum mencari data atau sumber, akan dilakukan pemilihan topik yang

sesuai dengan minat dan kemampuan penulis. Pemilihan topik mengenai

Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka Selatan dengan studi kasus

di Kecamatan Pulau Besar tahun 2003-2012 yaitu berawal dari kedekatan personal

dengan daerah-daerah transmigrasi di Kecamatan Pulau Besar, sehingga ingin

menulis sesuatu tentang tempat berkembang dan tempat tinggal. Kemudian, hal

ini didukung oleh fakta keadaan masyarakat transmigrasi di Kecamatan Pulau

Besar yang mencari penghidupan dari bertambang TI, membuat pemilihan topik

mengerucut menjadi masyarakat tambang timah Bangka Selatan dengan ruang

lingkup pada kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah inkonvensional

Kecamatan Pulau Besar.

Setelah pemiihan topik, tahap berikutnya yang dilakukan ialah tahap

pengumpulan sumber. Untuk mencari sumber yang terkait maka perlu dipastikan

wilayah penelitian lapangan sesuai dengan topik. Penelitian ini dilakukan di

Bangka Selatan dan Bangka Barat dengan narasumber para penambang TI yang

tinggal di Kecamatan Pulau Besar.

Pengumpulan sumber dilakukan dengan menggunakan sumber lisan dan

sumber tertulis. Pengumpulan sumber sejarah lisan yaitu dengan cara melakukan

wawancara terhadap narasumber yang mengetahui tentang tambang timah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

16

Bangka, seperti penambang timah, bekas penambang timah, dan masyarakat

setempat Kecamatan Pulau Besar. Setelah sumber lisan didapatkan, maka untuk

melengkapi data-data ialah dengan cara mencari sumber tertulis atau studi pustaka

seperti historiografi tentang bangka dan timah, surat kabar, laporan tahunan

perusahaan timah, BPS Kabupaten Bangka Selatan dan Kecamatan Pulau Besar,

jurnal, buku dan artikel yang terkait dengan topik penelitian.

Setelah proses pengumpulan data dilakukan, maka langkah berikutnya

adalah melakukan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua bagian, yang

pertama ialah kritik eksternal. Maksud dari kritik eksternal adalah memperhatikan

otensitas atau keaslian sumber, misalnya dengan melihat data-data dari lapangan

Penelitian apakah sesuai dengan data yang telah diperoleh dari sumber tertulis dan

lisan.

Kemudian kritik yang kedua ialah kritik internal yaitu, memperhatikan

kredibilitas isi sumber dengan peristiwa sejarah yang diteliti dapat percaya atau

tidak. Data-data yang telah diverifikasi kemudian dibaca secara menyeluruh

dalam tahapan interpretasi. Dari pembacaan tersebut baru kemudian diperoleh

makna mengenai data-data yang telah didapat. Data-data yang diuji kebenarannya,

kemudian diinterpretasikan dan dijadikan bahan penulisan sejarah atau disebut

juga dengan tahap historiografi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

17

I. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini dijabarkan ke dalam tulisan dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar Belakang, identifikasi dan

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Deskripsi Masyarakat Pulau Besar. Dalam bab kedua ini akan

membahas mengenai letak geografis, demografi dan kondisi sosial ekonomi.

Bab III Sejarah Pertambangan Timah Bangka. Dalam bab ketiga ini akan

membahas tentang periodesasi penambangan timah di Bangka.

Bab IV Tambang Inkonvensional. Dalam bab keempat ini akan membahas

tentang pelaksanaan tambang inkonvensional dan perkembangannya.

Bab V Perubahan Sosial Ekonomi Pasca Berlakunya Perda Tambang

Inkonvensional. Pada bab kelima ini akan menjelaskan perubahan kondisi sosial

ekonomi masyarakat tambang timah Pulau Besar setelah terbitnya perda bupati

tentang perizinan penambangan timah.

Bab VI atau bab terakhir berisi Kesimpulan atau Saran. Dalam bab enam

ini akan dipaparkan kesimpulan dari penjelasan kondisi masyarakat tambang

timah Pulau Besar Bangka Selatan (2003-2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

18

BAB II

DESKRIPSI MASYARAKAT PULAU BESAR

A. Geografis Kabupaten Bangka Selatan

Kecamatan Pulau Besar yang menjadi wilayah penelitian ialah bagian dari

Kabupaten Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan termasuk salah satu

kabupaten dari 6 kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sebelum terbentuk menjadi provinsi, wilayah Bangka dan Belitung

termasuk dalam wilayah administrasi Sumatera Selatan. Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000

Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 Nopember

2000, yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kota

Pangkalpinang.

Tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan diresmikan menjadi kabupaten

baru yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemekaran

wilayah. Sebelum Kabupaten Bangka Selatan terbentuk, wilayah Bangka Selatan

menjadi wilayah adminstratif dari Kabupaten Bangka.

Pada tanggal 25 Februari 2003 dilakukan pemekaran wilayah di Provinsi

Bangka Belitung dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka

Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Maka dengan demikian wilayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

19

adminstrasi pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi dalam 6

kabupaten dan 1 kota.17

Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2º 26’ 27”

sampai 3º 5’ 56 Lintang selatan dan 107º 14’ 31” sampai 105º 53’ 09” Bujur

Timur. Kabupaten Bangka Selatan secara administratif wilayah mempunyai

wilayah daratan ± 10. 640 Km². Meliputi 8 kecamatan yaitu Kecamatan Simpang

Rimba, Payung, Air Gegas, Toboali, Lepar Pongok, Tukak Sadai, Pulau Besar,

dan Kepulauan Pongok. Dari delapan kecamatan yang termasuk dalam wilayah

administratif Kabupaten Bangka Selatan, wilayah yang menjadi penelitian untuk

mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah Bangka Selatan

ialah wilayah Kecamatan Pulau Besar.

Kabupaten Bangka Selatan memiliki batasan geografis sebagai berikut :

Bagian Barat dan Selatan berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa

Bagian Timur berbatasan langsung dengan Selat Gaspar

Bagian Utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Sungai Selan, dan

Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah.

Untuk dapat memahami keadaan geografis dan batasan wilayah Bangka

Selatan, maka perlu dijabarkan pula keadaan alam daerah Bangka Selatan secara

menyeluruh. Bangka Selatan memiliki iklim Tropis tipe A dengan variasi curah

hujan antara 56,2 hingga 292,0 mm tiap bulan untuk tahun 2003, dengan curah

hujan terendah pada bulan Agustus. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka

17Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada

http://www.babelprov.go.id/content/wilayah-administrasi. Diakses tanggal pada tanggal

24 November 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

20

Selatan berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjukkan

variasi antara 25,9 hingga 28,0º Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi

antara 76 hingga 88 persen pada tahun 2003. Sementara intensitas penyinaran

matahari pada tahun 2003 rata-rata bervariasi antara 2,4 hingga 7,6 jam dan

tekanan udara antara 1009,2 hingga 1011,1 MBS.

Tanah di daerah Kabupaten Bangka Selatan ini mempunyai PH rata-rata di

bawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya

seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan

tanahnya adalah sebagai berikut:

a. 4% berbukit seperti Bukit Paku, Permis dan lain-lain. Jenis tanah

perbukitan tersebut adalah Komplek Posdolik Coklat Kekuning-kuningan

dan Litosil berasal dari Batu Plutonik Masam.

b. 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik

Coklat Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu Pasir

Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam.

c. 20% lembah atau datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Posdolik

berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit.

d. 25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya asosiasi Alluvial

Hedromotiff dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari

endapan pasir dan tanah liat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

21

Geografi bagian Hidrologi, pada umumnya sungai-sungai di daerah

Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan

bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka

Selatan ini adalah: Sungai Kepoh, Bangka Kota dan lain-lain. Sungai-sungai

tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk

petanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut.

Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya

ada bekas penambangan bijih timah yang luas menyerupai danau buatan yang

sering disebut kolong atau camoy.

Flora yang terdapat di hutan Bangka Selatan yaitu, Kayu Ramin, Meranti,

Kapuk dan Jelutung. Sedangkan fauna yang terdapat kawasan hutan ialah, Rusa,

Beruk, Monyet, Babi, Tringgiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit,

Kalong, Elang, Ayam Hutan, dan tidak terdapat binatang buas seperti Gajah,

Harimau, dan lain sebagainya.18

18Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka 2003.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

22

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bangka Selatan

.

Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka 2017

Gambar 2.2. Peta Kecamatan Pulau Besar

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Pulau Besar Tahun 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

23

B. Geografis Kecamatan Pulau Besar

Kecamatan Pulau Besar adalah salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Bangka Selatan. Kecamatan ini merupakan kecamatan baru, hasil

pemekaran dari Kecamatan Payung yang terletak di Bagian Selatan Pulau Bangka.

Secara administratif wilayah Kecamatan Pulau Besar mempunyai luas ± 169, 873

Km² yang meliputi lima desa yaitu: Desa Batu Betumpang, Desa Sukajaya, Desa

Sumber Jaya Permai, Desa Fajar Indah, dan Desa Panca Tunggal.

Secara umum wilayah administratif Kecamatan Pulau Besar memiliki

batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bedengung Kecamatan Payung

Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Bangka

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gudang dan Sebagin Kecamatan

Simpang Rimba

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nyelanding, Sidoharjo dan Pergam

Kecamatan Air Gegas.

Kecamatan Pulau Besar yang berada dalam wilayah Kabupaten Bangka

Selatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bangka

Selatan Nomor 26 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan Tukak Sadai dan

Kecamatan Pulau Besar berserta penataan kecamatan di Kabupaten Bangka

Selatan.19

19Profil Kecamatan Pulau Besar tahun 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

24

1. Demografi

Demografi penduduk perlu diuraikan dengan tujuan untuk melihat

komposisi penduduk, distribusi penduduk, dan perubahan-perubahan yang terjadi

melalui 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),

perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.

Kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Besar selama periode 2008-2010

terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2008 jumlah

penduduk sebanyak 8.538 jiwa kemudian tumbuh sebesar 1,51 persen di tahun

2009 sehingga penduduk menjadi 8.667 jiwa. Terjadinya pertumbuhan penduduk

di tahun 2009, menyebabkan kepadatan penduduk tahun 2009 meningkat 51

jiwa/km2 dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 50 jiwa/km2. Tahun 2010

jumlah penduduk bertambah menjadi sebanyak 8.883 jiwa dan kepadatan

penduduk menjadi 52 jiwa/km, persentase pertumbuhan penduduk ini naik

sebanyak 1,92 persen.

Tabel 2.1. Perkembangan Penduduk Kecamatan Pulau Besar

Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa)

Laki-

Laki

Perempuan Jumlah

2008 4.48

3

4.055 8.538

2009 4.59

4

4.073 8.667

2010 4.72

0

4.113 8.833

2011 4.61

9

4.159 8.778

Sumber: pengolahan data BPS Kecamatan Pulau Besar Dalam Angka Tahun

2009,2010,2011,2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

25

Komposisi penduduk Kecamatan Pulau Besar dapat dilihat dari komposisi

penduduk menurut pekerjaan. Usia produktif penduduk untuk bekerja dibagi

menjadi 3 yaitu; usia 1-14 tahun adalah usia belum produktif, usia 15-64 tahun

adalah usia dewasa/usia kerja/usia produktif, usia 65 tahun keatas adalah usia

tidak produktif/usia jompo. Di Kecamatan Pulau Besar, jumlah penduduk yang

berada pada usia produktif ialah; pada tahun 2008 berjumlah 5656 jiwa, pada

tahun 2009 berjumlah 6103 jiwa, dan di tahun 2010 berjumlah 6206 jiwa.

Tabel 2.2. Penduduk dalam usia produktif di Kecamatan Pulau Besar

Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa)

Laki-

Laki

Perempuan Jumlah

2008 3127 2529 5656

2009 3230 2873 6103

2010 3300 2906 6206 Sumber: pengolahan data BPS Kecamatan Pulau Besar Dalam Angka Tahun

2009,2010,2011

Dari data usia produktif penduduk Kecamatan Pulau Besar, dapat

diketahui jumlah tertinggi penduduk berada pada usia dewasa atau usia produktif,

dengan demikian dapat diketahui bahwa Kecamatan Pulau Besar merupakan

kecamatan yang sedang mengalami pertumbuhan. Penduduk yang berusia

produktif akan menanggung beban dari penduduk usia tidak produktif yaitu 1-14

tahun dan 65 tahun keatas.

Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke

daerah lain. Mobilitas penduduk terbagi menjadi 2 yaitu, pertama mobilitas non

permanen artinya perpindahan penduduk yang bersifat sementara seperti turisme

baik nasional maupun internasional, kedua mobilitas penduduk permanen yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

26

artinya perpindahan penduduk bersifat menetap atau disebut juga dengan migrasi.

Migrasi yang terjadi di Kecamatan Pulau Besar ialah migrasi ruralisasi dan

transmigrasi. Migrasi ruralisasi adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa.

Perpindahan penduduk dari wilayah kota ke Kecamatan Pulau Besar dapat

disebabkan karena tugas dari pekerjaan yang menempatkan untuk menetap di

Kecamatan Pulau Besar, perkawinan, berkurangnya lapangan pekerjaan, dan

sebagainya. Kemudian transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau

ke pulau yang lain dan merupakan program dari pemerintah untuk mengurangi

kepadatan penduduk di suatu daerah atau pulau.

C. Masyarakat Kecamatan Pulau Besar

Mengenai penduduk asli20 Pulau Bangka belum ada data pasti siapa yang

mendiami Pulau Bangka pada mulanya dan bergenerasi. Tetapi tercatat dalam

kujungan kolonial Belanda J. Van Bogart ke Bangka pada tahun 1803 bahwa

penghuni Bangka terdiri dari empat kelompok suku.21 Penghuni Bangka yang

dimaksudkan oleh van Bogart ialah; Suku Tionghoa, Suku Melayu, Orang Bukit

atau Orang Gunung, dan Orang Laut atau Sekak22.

20Penduduk asli menurut KBBI ialah :Orang-orang yang turun-temurun tinggal di

suatu daerah (kampung dsb).

21Mary Somers Heidhues. Timah Bangka Dan Lada Mentok: Peran Masyarakat

Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d XX. Jakarta: Yayasan

Nabil, 2008., hlm. 87.

22Orang Laut sama dengan Sekak, Sekah, atau Sakai. Mereka adalah orang yang

tinggal di atas perahu dekat pantai, mencari nafkah sebagai nelayan dan perompak kecil.

Di Bangka jumlah mereka tidak pernah mencapai lebih dari beberapa ratus orang

sehingga posisinya mudah tergeser dengan arus pendatang dari luar Bangka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

27

Pada perkembangannya di abad Ke-19 arus pendatang di Pulau Bangka

terus terjadi dalam jumlah besar. Sepanjang tahun 1834 hingga 1843 terjadi arus

besar datangnya kuli China dari wilayah-wilayah pegunungan di provinsi

Guangdong, diperkirakan jumlah mereka tiga perempat kuli yang ada di Bangka.

Selain kedatangan kuli dari wilayah China, terjadi juga migrasi orang melayu dari

berbagai tempat di Indonesia dan sejumlah orang Tionghoa dari Jawa, Sumatera,

Riau datang turut mewarnai ragam penduduk Bangka.23

Pasca kedatangan orang-orang Tionghoa atau kuli tambang timah di abad

17 mereka menetap dan melanjutkan generasinya di Bangka. Sejak itu pula Pulau

Bangka di tinggali dan menjadi tempat lahirnya generasi Tionghoa. Oleh sebab

itu, Pulau Bangka dapat dikatakan sebagai pulaunya para pendatang atau pulau

orang-orang perantau. Hal ini didukung dari sejarah awal mula Pulau Bangka

mulai di tinggali. Derasnya arus pendatang ke Bangka, membuat pulau ini

ditinggali beragam suku dan budaya.

Salah satu desa di Kecamatan Pulau Besar termasuk wilayah pesisir, ialah

Desa Batu Betumpang, daerah yang berbatasan langsung dengan pantai ini sangat

memungkinkan terjadinya arus kedatangan orang asing melalui jalur laut ke desa

Batu Betumpang dan menetap menjadi masyarakat asli Batu Betumpang. Faktor

geografis Pulau Bangka yang di kelilingi oleh lautan membuat pulau ini selalu di

datangi kapal-kapal asing dan menyebabkan terjadinya akulturasi budaya.

23Heidhues, Mary Somers., op.cit., hlm. 44.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

28

Hal menarik lainnya yang terjadi pada kedatangan penduduk dari wilayah

lain ke Kecamatan Pulau Besar ialah, pada tahun 1990-1997 pemerintah

melakukan transmigrasi dari Pulau Jawa ke Bangka, transmigran yang jumlahnya

ratusan tersebut tersebar ke beberapa kecamatan di Bangka, menetap dan

berakulturasi dengan budaya di Bangka. Transmigrasi dilakukan pemerintah

bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk disuatu daerah yang padat ke

daerah yang berpenduduk jarang. Daerah-daerah yang menjadi daerah

transmigrasi di Bangka tersebut ialah, di Kabupaten Bangka Selatan (Trans Rias),

di Kecamatan Pulau Besar (Desa Sidoharjo, Desa Sumber Jaya Permai, Desa

Fajar Indah dan, Desa Panca Tunggal).

Sebagian penduduk di Kecamatan Pulau Besar ini ialah penduduk

transmigrasi dengan jumlah penduduk 1.256 jiwa pada saat penempatan

transmigrasi. Penempatan transmigrasi di Bangka Selatan terjadi dalam 3 periode,

yaitu pada tahun 1990 penempatan pertama di Desa Fajar Indah sejumlah 500 KK

(Kepala Keluarga), penempatan kedua terjadi pada tahun 1995 di Desa Panca

Tunggal sejumah 400 KK, dan penempatan ketiga yaitu pada tahun 1996-1997 di

Desa Sumber Jaya Permai sejumlah 356 KK.24 Jenis transmigrasi yang dilakukan

pemerintah ini merupakan transmigrasi umum.

Setelah perpindahan penduduk secara besar ke Pulau Bangka yang

dipelopori oleh pemerintah, terjadi juga transmigrasi spontan yaitu transmigrasi

atas kemauan dan biaya sendiri ditahun-tahun berikutnya setelah masyarakat

24Wawancara dengan Ibu Fiona Vellaka Sary di Kantor Dinas Transmigrasi

Kabupaten Bangka Selatan pada tanggal 10 April 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

29

transmigrasi mampu hidup berkecukupan dan mengajak sanak saudaranya dari

luar Bangka untuk tinggal di Bangka.

Transmigrasi dari Pulau Jawa tidak hanya membawa orang-orang Jawa

saja ke tanah Bangka, suku-suku lain juga turut mencari peruntungan di tanah

Bangka seperti orang Bali, Madura, Batak, Sunda, Palembang dan Flores. Mereka

hidup dan bergenerasi di Bangka.

Keberagaman suku dan regenerasinya terjadi perlahan pada awal-awal

pembentukan desa-desa di Pulau Besar, hal inilah yang menjadi alasan mengapa

tidak ada penduduk asli di Bangka. Bukti yang paling nampak dari program

transmigrasi oleh pemerintah yaitu terdapat pada nama-nama desa yang diawali

dengan nama trans. Desa Fajar Indah dengan nama Trans 1, Desa Panca Tunggal

menjadi Trans 3, dan Desa Sumber Jaya Permai menjadi Trans 4, terkecuali desa

Batu Betumpang dan Suka Jaya yang tidak menjadi bagian dari wilayah

transmigrasi pemerintah.

Pada tahun 2008 pendataan statistik masyarakat dilakukan secara

menyeluruh oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hal ini bertepatan dengan

terbentuknya kecamatan baru yaitu Pulau Besar. Terdapat gambaran kondisi

masyarakat Pulau Besar tahun 2008 di bidang kesehatan, pendidikan, tenaga

kerja, penduduk, dan agama.

Tingkat kesehatan masyarakat Pulau Besar dapat dilihat dari sarana dan

prasarana yang dibangun dalam desa-desa di Pulau Besar. Belum ada rumah sakit

yang dibangun, baik milik pemerintah maupun swasta. Sarana yang telah di

bangun yaitu terdapat 5 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), dan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

30

Posyandu, 4 Pustu (Puskesmas Pembantu) dan 3 Polindes. Tenaga kesehatan yang

membantu di Puskesmas ialah 5 Paramedis, 3 Bidan, dan belum terdapat dokter

untuk menangani kesehatan masyarakat sampai tahun 2008. Selain itu, pelayanan

untuk persalinan di bantu oleh dukun beranak yang berjumlah 10 orang dan

tersebar di desa-desa Pulau Besar. Persalinan dilakukan di rumah-rumah warga

yang sedang bersalin atau di Puskesmas, belum ada rumah bersalin yang

dibangun.

Agama yang dianut oleh masyarakat Pulau Besar beragam, serupa dengan

keberagaman sukunya. Jumlah tempat peribadatan di Pulau Besar tahun 2008

dirinci sebagai berikut; 10 Masjid, 19 Langgar, 5 Surau, 2 Gereja Kristen, 1

Gereja Katolik, 3 Pura, dan 0 Vihara. Untuk penduduk yang beragama Buddha

belum ada tempat peribadatan yang di bangun.

Pendidikan di Pulau Besar dapat dikatakan termasuk maju hal ini

dikarenakan pembangunan sarana sekolah yang merata disetiap desa dalam

Kecamatan Pulau Besar. Sarana sekolah yang telah di bangun yaitu, terdapat 4 TK

(Taman Kanak-kanak) milik swasta, kemudian 7 SD, 1 SMP dan 1 SMA

merupakan sekolah negeri atau milik pemerintah. Selain sekolah negeri untuk

umum dibangun juga yaitu sekolah Agama Islam di desa Batu Betumpang yaitu

dengan tingkat pendidikan Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SMP), dan Aliyah

(SMA) masing-masing sejumlah 1 sekolah. Untuk mengikuti pendidikan tingkat

dasar TK dan SD pelajar masih bisa bersekolah di masing-masing desa, tetapi

untuk SMP pelajar harus bersekolah ke desa Fajar Indah karena jumlah SMP

hanya 1, sedangkan untuk tingkat SMA, pemerintah Kecamatan Pulau Besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

31

belum membangun gedung sekolah karena tingkat pendidikan terakhir siswa rata-

rata di jenjang pendidikan SMP. Beberapa pelajar yang ingin melanjutkan hingga

jenjang SMA harus bersekolah di Madrasah Aliyah di desa Batu Betumpang yang

berarti pelajar harus seorang muslim agar dapat bersekolah di lingkup Kecamatan

Pulau Besar. Sedangkan pelajar yang beragama non-muslim harus bersekolah di

kecamatan lain, seperti Kecamatan Payung, Kecamatan Air Gegas atau di

Kabupaten Bangka Selatan di kota Toboali.

Berdasarkan uraian di atas kondisi pendidikan masyarakat di Kecamatan

Pulau Besar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Jumlah Murid Sekolah Negeri dan Swasta menurut Desa/Kelurahan di

Kecamatan Pulau Besar Tahun 2008

Sumber: Kecamatan Pulau Besar dalam Angka 2009

Desa

TK SD SMP SMA

Neg

eri

Swa

sta

Juml

ah

Mur

id

Neg

eri

Swa

sta

Juml

ah

Mur

id

Neg

eri

Swa

sta

Juml

ah

Mur

id

Nege

ri

Swa

sta

Juml

ah

Mur

id

Batu

Betum

pang

0 1 23 2 0 280 0 0 0 0 1 0

Panca

Tungga

l

0 1 40 1 0 127 0 0 0 0 0 0

Fajar

Indah 0 1 22 2 0 274 1 0 329 0 0 0

Suka

Jaya 0 0 0 1 0 143 0 0 0 0 0 0

Sumber

Jaya

Permai

0 1 19 1 0 183 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 4 104 7 0 100

7 1 0 329 0 1 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

32

D. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pulau Besar terdiri dari petani,

pekerja industri, konstruksi, pedagang, transportasi, PNS, ABRI, pensiunan PNS,

buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan nelayan.

Wilayah daratan Kecamatan Pulau Besar lebih luas dibandingkan dengan

wilayah perairan menyebabkan kecamatan ini secara ekonomi menggunggulkan

penggunaan daratan sebagai lahan penyokong ekonomi mereka. Keadaan wilayah

agraris ini membuat mayoritas masyarakat di Kecamatan Pulau Besar menjadi

petani. Wilayah perairan atau pantai yang luas hanya terdapat di Desa Batu

Betumpang, hal ini jugalah yang menyebabkan masyarakat Batu Betumpang

mayoritas berprofesi sebagai nelayan, pekerjaan tersebut juga diselingi dengan

berdagang, dan bertani.

Daratan dengan luas tanah 169,87 Km² menjadikan masyarakat

Kecamatan Pulau Besar mayoritas bekerja di sektor pertanian. Dalam data BPS

mengenai penduduk dan tenaga kerja Kecamatan Pulau Besar, jumlah pekerjaan

tertinggi di wilayah ini ialah petani dengan jumlah 3.785 jiwa pada tahun 2008,

pada tahun 2009 berjumlah 4408 jiwa, pada tahun 2010 sejumlah 4427 jiwa dan

mengalami peningkatan pada tahun 2011 sejumlah 4441 jiwa.

Jenis tanaman petani ialah, palawija, padi, sayur-sayuran, berkebun karet

(Hevea brasiliensis), berkebun lada (Piper nigrum), dan berkebun sawit (Elaeis).

Lada dan karet merupakan komoditas unggulan pada subsektor perkebunan di

Kecamatan Pulau Besar. Dalam pendataan tahun 2008 hingga 2010 produksi karet

selalu meningkat, namun untuk lada produksinya terus menurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

33

Tabel 2.4. Produksi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Kecamatan

Pulau Besar (Ton)

Komoditas 2008 2009 2010

Lada 3,6 3,3 2,7

Karet 111 119 134 Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Pulau Besar tahun 2011

Pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama), masyarakat di

Kecamatan Pulau Besar memiliki 3 jenis tanaman yaitu, padi sawah dan ladang,

ketela pohon, dan jagung. Pada tahun 2009 masyarakat memiliki lahan pertanian

padi sawah 914 Hektar dan hasil panen sebanyak 1364 Ton. Pertanian padi ladang

menghasilkan 2,3 Ton padi dari 15 Hektar ladang pada tahun 2008, kemudian

terjadi peningkatan produksi di tahun 2009, dari 35 Hektar ladang menghasilkan

20 Ton padi, di tahun 2010 masyarakat panen padi sebanyak 18 Ton padi dari 17

Hektar ladang. Hasil tabama jenis ketela pohon ialah, 9,5 Ton dari 16 Hektar

lahan di tahun 2008, 10,0 Ton dari 19 Hektar lahan di tahun 2009, 11 Ton dari 20

Hektar lahan di tahun 2010. Hasil tabama jenis jagung ialah, pada tahun 2008

menghasilkan 2,3 Ton jagung dengan luas lahan 15 Hektar, pada tahun 2009

menghasilkan 1,8 Ton jagung dengan luas lahan 14 Hektar, dan pada tahun 2010

menghasilkan 1,3 Ton jagung dengan luas lahan 13 Hektar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

34

Tabel 2.5. Statistik Tabama Kecamatan Pulau Besar

Uraian 2008 2009 2010

Padi Sawah

Luas Panen (Ha) - 914 -

Produksi (Ton) - 1.364 -

Padi Ladang

Luas Panen (Ha) 15 35 17

Produksi (Ton) 2,3 20 18

Ketela Pohon

Luas Panen (Ha) 16 19 20

Produksi (Ton) 9,5 10,0 11

Jagung

Luas Panen (Ha) 15 14 13

Produksi (Ton) 2,3 1,8 1,3 Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Pulau Besar tahun 2011

Hasil panen dari tabama tidaklah sebanyak hasil dari perkebunan karet dan

lada, hal ini terjadi karena sedikitnya masyarakat yang menanam tabama.

Menanam tabama memiliki resiko kegagalan panen yang besar dan harga

komoditas dari tabama rendah sehingga masyarakat cenderung menanam karet

dan lada. Di bidang peternakan masyarakat memelihara ayam, bebek, sapi,

kambing, dan babi. Hasil peternakan masyarakat hanya bisa di perjualbelikan

dalam satu kecamatan saja, jarang sekali hasil peternakan dapat dijual keluar dari

kecamatan, misalnya ke kecamatan lain atau ke kabupaten, hal ini terjadi karena

peternakan masyarakat merupakan peternakan berskala kecil.

Desa Batu Betumpang yang merupakan wilayah pesisir yaitu berbatasan

dengan pantai Batu Betumpang mayoritas penduduknya menjadi nelayan dan

pedagang, juga bekerja sebagai petani sahang25 atau lada (Piper Nigrum) dan

karet (Havea Brasiliensis). Pada tahun 2010 jumlah nelayan di Desa Batu

Betumpang berjumlah 480 orang dan menghasilkan produksi ikan laut sebanyak

25Bahasa daerah Bangka untuk menyebut lada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

35

2.453 ton. Sedangkan Desa Panca Tunggal, Desa Fajar Indah, dan Desa Sumber

Jaya Permai wilayahnya merupakan daratan luas dan merupakan lahan agraris,

penduduk dari desa tersebut mayoritas bekerja di sektor pertanian, pedagang, dan

penambang timah.

Dalam perkembangan perekomian masyarakat, terjadi pasang surut dari

hasil produksi mereka, harga kebutuhan pokok naik, panen gagal, hasil tangkapan

ikan kurang, dan lain sebagainya membuat masyarakat mencari peluang sumber

penghasilan yang baru. Seiring dengan perkembangan dalam teknologi membuat

masyarakat Pulau Besar mulai meninggalkan kehidupan dan kebiasaan lama

mereka. Mereka sudah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam. Mata

pencaharian masyarakat Pulau Besar tidak hanya sebagai petani, nelayan,

pedagang saja, kebutuhan ekonomi membuat masyarakat harus lebih ulet dan

cekatan mencari peluang pekerjaan yang menguntungkan dan memperkuat

perekonomian keluarga mereka. Desakan akan pemenuhan kebutuhan hidup

membuat mereka mencari peluang-peluang untuk pemenuhan ekonomi,

sedangkan untuk bekerja di sektor-sektor selain petani, pedagang, dan nelayan

mereka harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan. Semua desakan itu

membuat mereka harus belajar ilmu pengetahuan dan teknologi

Selain menjadi petani masyarakat Kecamatan Pulau Besar memiliki

pekerjaan sampingan atau pekerjaan sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka yaitu dengan bekerja sebagai penambang timah, misalnya di waktu pagi

bertani atau berladang, tiba saat siang dilanjutkan dengan menambang timah.

Tidak jarang juga pekerjaan menjadi penambang timah sebagai pekerjaan utama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

36

dibandingkan menjadi petani. Hal ini dikarenakan masa panen dalam bertani yang

lama dan hasil panen ketika dijual, penghasilannya tidak sebesar yang dihasilkan

dari menambang timah.26

Usaha pertambangan timah inkonvensional (TI) sudah dilakukan

masyarakat Kecamatan Pulau Besar sejak diberlakukannya perizinan tambang

oleh Bupati Bangka melalui perda, saat perizinan tersebut berlaku masyarakat

Bangka marak membuka TI di berbagai tempat. Pada awal maraknya TI di

Kecamatan Pulau Besar yaitu pada tahun 2001-2003, dimana masyarakat mulai

beralih profesi menjadi tenaga kerja di TI bersama patner kerja (teman dan

keluarga) di luar daerah Pulau Besar. Setelah tahun-tahun pembukaan TI berlalu,

masyarakat mulai mengusahakan untuk membuka tambang sendiri dan

bekerjasama dengan tenaga kerja TI. Dari data BPS tahun 2009-2013 dapat

diketahui jumlah pemilik tambang dan tenaga kerja tambang sebagai berikut, pada

tahun 2008 pemilik usaha TI berjumlah 10 dengan tenaga kerja berjumlah 38

orang, pada tahun 2009 pemilik usaha TI berjumlah 23 dengan tenaga kerja

berjumlah 90 orang, pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu pemilik usaha

TI berjumlah 92 dengan tenaga kerja berjumlah 276 orang, pada tahun 2011 dan

2012 dalam jumlah yang sama, pemilik usaha TI berjumlah 67 dengan tenaga

kerja 201 orang.

26Wawancara dengan Bapak Yakobus Dasar pada tanggal 14 April di desa

Sumber Jaya Permai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

37

Tabel 2.6. Jumlah Pemilik Usaha Pertambangan Timah Inkonvensional

dan Tenaga Kerja di Kecamatan Pulau Besar (Orang)

Uraian Tambang 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah pemilik TI 10 23 92 67 67

Tenaga kerja TI 38 90 276 201 201

Sumber: Pengolahan data BPS Kecamatan Pulau Besar dalam Angka 2009, 2010, 2011,

2012, 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

38

BAB III

PERTAMBANGAN TIMAH BANGKA

A. Penemuan Timah Bangka

Tahun penemuan dan penambangan timah di Bangka tidak dapat

dipastikan pada tahun berapa bermula, berbagai versi dari peneliti timah Bangka

sebelumnya menuliskan pada tahun 1709, 1710, 1711 sebagai tahun penemuan

dan penambangan timah. Begitu pula dengan tempat awal ditemukan

penambangan timah Bangka, beberapa catatan peneliti mewakili sejarah awal

penambangan timah Bangka yaitu di Sungai Ulim atau Olim di Toboali pada

tahun 1709, Kampung Calin Merawang pada tahun 1709, dan Bangka pada tahun

1710 yang tidak diketahui nama daerahnya.

Penduduk yang sudah akrab dengan lingkungannya lebih mengetahui

keadaan lingkungannya, termasuk sumber daya alam yang dapat mereka

manfaatkan, termasuk penemuan timah dan pemanfaatannya bagi penduduk asli.

Diperkirakan penemu timah pada mulanya ialah penduduk asli daerah penghasil

timah itu sendiri. Penduduk asli yang menemukan timah Bangka yang

dimaksudkan adalah orang laut atau suku Sekak yang tinggal diatas perahu dan

bibir pantai Bangka. Orang laut ini datang dari Johor dan kemudian mendiami

Pulau Bangka. Pengetahuan Orang laut mengenai timah27 diketahui dari

penambangan timah yang sudah ada di Semenanjung Malaya sebelum permulaan

27Pengetahuan suku Sekak tentang Timah ini diketahui dari pergaulan mereka

dengan orang-orang China. Sementara bahasa lokal tentang Timah hingga kini belum

diketahui.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

39

abad Ke-18. Dari pengetahuan Orang Laut inilah penduduk Bangka yang tinggal

di daratan mengerti bahwa timah merupakan komoditas yang dapat dijual.28

Penduduk daratan Bangka ialah Orang Melayu dan Orang Gunung,

penemuan timah bermula dari ditemukannya butiran-butiran logam timah,

butiran-butiran logam tersebut berwarna putih keperak-perakan berada di

permukaan tanah bekas suatu hutan yang terbakar.

Kebakaran hutan yang dimaksud adalah pembakaran hutan yang disengaja

oleh penduduk. Tujuan dari pembakaran hutan tersebut adalah untuk membuka

lahan perkebunan yang baru. Cara pembukaan lahan perkebunan dengan

menebang pohon dianggap tidak efektif karena mengeluarkan tenaga yang besar

dan waktu yang lama. Tradisi membakar hutan untuk lahan perkebunan ini

merupakan kebiasaan penduduk Bangka.

Setelah pembakaran hutan selesai dilakukanlah pembersihan lahan

perkebunan, disaat yang bersamaan pula penduduk menemukan pasir berwarna

keperak-perakan. Penduduk daratan Bangka yaitu Suku Melayu dan Suku (orang)

Gunung pada awalnya tidak mengetahui bahwa pasir tersebut adalah timah,

namun seiring perjalanan waktu, pengetahuan dari Suku Laut atau Sekak

mengenai timah telah diterima oleh penduduk daratan Bangka dan timah mulai

diusahakan.

Ketika pembakaran hutan berlangsung, terjadilah reaksi kimia yang dapat

melebur pasir timah menjadi timah murni dengan nama Stannum (Sn). Diperlukan

temperatur yang tinggi untuk mencapai titik lebur pasir timah yaitu hingga

28Heidhues, Mary Somers., op. cit., hlm. 88.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

40

231.97ºC. Pembakaran hutan di Bangka diperkirakan mencapai suhu panas hingga

231.97ºC atau lebih sehingga pasir timah dapat melebur. Reaksi kimia yang

terjadi saat pembakaran tersebut ialah: SnO² + CO Sn + CO².

Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan baru di Bangka menunjukkan

bahwa pada awalnya penduduk hanya bekerja sebagai petani dan bergantung pada

kebaikan alam. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan yaitu seperti damar, buah-

buahan, madu lebah, kayu, rotan, mencari binatang buruan dan sebagainya.

Ketika istirahat atau senggang dari bertani, petani mulai mengusahakan

timah dengan menggalinya didalam tanah.29 Pasir timah dapat ditemukan dalam

jumlah cukup banyak dengan cara menggali tanah kemudian mendulang tanah

tersebut dengan air, hingga pasir timah dapat terlihat.

Cara mendulang atau memisahkan tanah pasir dan pasir timah yang

dilakukan oleh penduduk ialah, tanah yang diduga mengandung pasir timah digali

dan dikumpulkan di suatu tempat yang dekat dengan sumber air. Sebagian demi

sebagian tanah tersebut dituang ke sebuah dulang, kemudian pasir timah yang

berwarna hitam dan berat dipisahkan dari tanah liat dan bahan kotoran lainnya

dengan cara membasuhnya dengan air. Dulang digoyang-goyang sambil diputar-

putar, sehingga bahan-bahan yang lebih ringan terlempar keluar bersama dengan

aliran air yang mengandung larutan tanah liat. Bahan yang berat yakni butir-butir

29Sutedjo Sujitno. Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah,

2007., op. cit., hlm. 43.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

41

timah terkumpul di tengah dulang, dan timah yang telah terkumpul inilah yang

menjadi tambahan penghasilan penduduk.30

Untuk melebur timah menjadi timah murni atau cair, penduduk asli

Bangka telah mempelajarinya dengan cara mengikuti cara peleburan besi yang

sudah ada lebih dulu pada abad Ke-17. Peleburan besi ini terdapat di daerah Paku,

Kecamatan Payung, Kabupaten Bangka Selatan.

Pada tahun-tahun awal penemuan timah Bangka yaitu pada tahun 1709

hinga tahun 1711 terjadi perkembangan dalam perdagangan timah di Asia Timur

dan Asia Tenggara. Permintaan untuk timah di Tiongkok dan untuk perdagangan

Tiongkok meningkat. Permintaan timah yang meningkat di China disebabkan

karena meningkatnya produksi perlengkapan agama yang membutuhkan timah

sebagai bahan campurannya. Perlengkapan keagamaan tersebut ialah tempat lilin

logam, bejana untuk altar leluhur, patung-patung, kertas dupa atau kertas timah

dan sebagainya.

Pasir timah yang didapatkan penduduk dijual kepada tengkulak, dan

melalui para tengkulak tersebut timah Bangka dibawa ke China dan India untuk

memenuhi kebutuhan produksi negara tersebut. Di abad Ke-18 perusahaan-

perusahaan penempaan timah China di Kiangsu dan Chekiang membutuhkan

sekitar 70.000 lempeng timah setiap tahun untuk membuat kertas timah bagi

persembahan. Selain sebagai bahan untuk membuat perlengkapan keagamaan,

30Ibid.31Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Pelembang

Darussalam: Sejarah Dan Warisan Budayanya . Jember: Jember University Press, 2016.,

hlm. 36.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

42

timah juga dapat dipergunakan sebagai bahan pelengkap pembuatan kaca, cangkir

teh, untuk pembuatan uang logam, pelapis kemasan dan sebagainya.

B. Pendirian Banka Tinwinning (BTW)

1. Penguasaan Bangka oleh Kesultanan Palembang

Kepulauan Bangka dan Belitung berada di bawah kekuasaan Kesultanan

Palembang sejak abad Ke-17. Kesultanan Palembang yang dipimpin oleh Sultan

Abdurrachman dapat menguasai Bangka karena terjadinya perkawinan politik

antara Sultan dengan seorang putri dari penguasa Bangka. Setelah pernikahan

tersebut Sultan Abdurrachman yang akhirnya mendapatkan warisan atas

Kepulauan Bangka.31 Sejak saat itu, tahun 1671, Bangka menjadi bagian dari

wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang.

Setelah Sultan Abdurrachman wafat pada tahun 1702, kesultanan di

pimpin oleh anak pertama sultan yaitu Dipati Anum Muhammad Mansur.

Pemerintahan oleh Sultan Anum Mansur sangatlah singkat, yaitu kurang dari 15

tahun (1703-1714). Pada tahun 1714 sebelum wafat Sultan Anum Mansur

menitipkan wasiatnya agar pemimpin kesultanan berikutnya adalah anak dari

sultan tersebut yaitu Dipati Anum Badarrudin32.

Setelah Sultan Anum Muhammad Mansur wafat, terjadi perebutan

kekuasaan di Kesultanan Palembang. Saudara kandung Sultan Anum Muhammad

31Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Pelembang Darussalam:

Sejarah Dan Warisan Budayanya . Jember: Jember University Press, 2016., hlm. 36.

32Dipati Anum merupakan anak dari istri kedua Sultan Anum Mansur. Heidhues,

Mary Somers., op.cit., hlm. 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

43

Mansur yang bernama Sultan Anum Kamaruddin menginginkan tahta kesultanan.

Sultan Anum Kamaruddin dengan segera memproklamirkan dirinya

sebagai pengganti kakaknya untuk menjadi Sultan Palembang. Wasiat dari Sultan

Anum Muhammad Mansur tidak dijalankan oleh Sultan Anum Kamaruddin dan

membuat pegawai pemerintah terpecah menjadi dua golongan. Pendukung Sultan

Anum Kamarudin dan pendukung Dipati Anum Badarrudin. Pengikut Dipati

Anum Badarrudin adalah pegawai pemerintahan dan rakyat Palembang yang

mengikuti wasiat Sultan sebelum wafat bahwa Dipati harus menjadi pemimpin

selanjutnya.

Ketika itu terjadilah perang saudara, antara kedua belah pihak dibantu

dengan pasukannya masing-masing. Setelah perang saudara terjadi berlarut-larut,

Dipati Anum Badaruddin dan pengikutnya mengalah dan mengasingkan diri ke

Pulau Bangka dan mendarat di Permis.

Setelah mengasingkan diri ke Pulau Bangka, Dipati Anum Badarrudin

melakukan perjalanan ke Riau, Johor dan Siantan untuk mencari dukungan agar

dapat merebut kembali Kesultanan Palembang. Pengasingan Dipati Anum

Badarrudin diikuti oleh saudaranya Raden Lembu atau Sultan Lemabang, yang

kemudian menjadi Sultan Mahmud Badaruddin.

Dalam pengasingannya di Johor hingga Riau, sebuah pusat perdagangan

timah dan pusat penyelundupan, memberikan kesempatan bagi Dipati Anum

Badaruddin dan saudaranya untuk mengenal barang dagangan dan melihat bahwa

timah diperjualbelikan. Untuk bertahan hidup di Pulau Bangka, Johor dan Siantan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

44

Sultan Mahmud Badaruddin dan pengikutnya menggali timah Bangka33 dan

menjualnya secara sembunyi-sembunyi.

Keinginan untuk menyerang Palembang masih membara di hati Sultan

Mahmud Badarrudin I dan pengikutnya. Oleh karena itu diaturlah siasat

kerjasama yang dilakukan ialah dengan membuat perjanjian antara Sultan dan

Wan Akup.34

Pada tahun 1733 pasukan dari Sultan Mahmud Badaruddin menyerang

Kesultanan Palembang dengan 40 kekuatan kapal dan dibantu oleh rakyat

Pelembang yang masih berpihak padanya. Dengan cepat pertahanan Kesultanan

Palembang runtuh dan Sultan Anum Kamaruddin melarikan diri.

Kesultanan Palembang telah kembali kepada Sultan Mahmud Badarrudin

dan perjanjian dengan Wan Akup ditepati. Didirikanlah sebuah kampung kecil

(Mentok) dan diperuntukkan kepada Wan Akup dan keturunannya sebagai tempat

tinggalnya. Tidak hanya sebatas tempat tinggal, Sultan memberikan kekuasaan

kepada Wan Akup untuk menjadi pemegang kekuasaan di Mentok sebagai

ibukota pemerintahan sekaligus sebagai kepala urusan penambangan bijih timah

di Bangka, dan diberi gelar Datok Rangga Setiya Agama.35

33Pengetahuan mengenai timah didapatkan oleh Sultan Anum Badarrudin dari

pertemuan dengan perdagangan dan pertambangan di Johor dan Siantan.

34Wan Akup adalah Kepala Negeri Siantan yang mendukung Sultan Mahmud

Badarrudin untuk merebut kembali Kesultanan Palembang, dan imbalan yang diberikan

Sultan bagi Wan Akup ialah memberikan sebagian Pulau Bangka. Wilayah dari Pulau

Bangka yang dijanjikan yaitu sebuah kampung kecil di bagian barat Pulau Bangka. Pada

perkembangannya kampung tersebut menjadi Kota Mentok atau Muntok.

35Sutedjo Sujitno, Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah,

2007., op. cit., hlm. 51.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

45

Ketika Wan Akup menjadi Kepala Kota Mentok, para Patih, Batin, dan

Orang-orangnya dikerahkan untuk mencari timah secara besar-besaran. Mereka

menemukan banyak tempat yang kaya kandungan timah dan kemudian membuka

parit-parit penggalian timah di banyak tempat.

Atas laporan Wan Akup mengenai cadangan timah Bangka, maka Sultan

menetapkan peraturan untuk menambang timah. Peraturan ini disebut peraturan

Timah Tiban, isi peraturan tersebut demikian:

“...bahwa semua lelaki yang sudah kawin, kecuali orang Melayu,

diharuskan menyerahkan timah seberat 50 kati. Sebagai imbalan Sultan

akan menganugerahi sepotong kain hitam dan sepotong kain tjukal.

Timah-timah agar diserahkan pada Wan Akup untuk dikumpulkan dan

pada akhir tahun akan diserahkan pada Sultan di Palembang. Sedangkan

timah yang dikerjakan Wan Akup dan orang-orang Melayu dan

Penduduk Bangka di bagian barat (Mentok) diperbolehkan dimiliki Wan

Akup dan keluarganya sendiri.”36

Wan Akup sebagai Kepala kampung (Mentok) merasa perlu

mengembangkan pertambangan Bangka, maka diutuslah saudaranya yaitu Wan

Seren dari Siantan untuk mencari orang-orang Siam, Malaysia dan China yang

sudah berpengalaman menambang timah. Tenaga kerja dari Siam, Malaysia, dan

China berdatangan dan dipekerjakan oleh Sultan di bawah pimpinan Wan Akup

dengan sistem kongsi. Pengiriman tenaga kerja dari Siam, Malaysia dan China

inilah yang akan merangkai sistem penambangan timah Bangka.

36Ibid., hlm. 52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

46

2. Perusahaan Banka Tinwinning (BTW)

Karena di bawah Kesultanan Palembang, Bangka menjadi pemasok timah

bagi pemerintahan Palembang. Timah-timah tiban dan timah dari Wan Akup

dipergunakan Kesultanan sebagai komoditas yang diperjualbelikan kepada VOC.

Barang dagang yang dibeli VOC dari Palembang adalah komoditas lada dan timah

milik Bangka.

Perjanjian hubungan dagang antara VOC dan Palembang terjadi pada

tahun 1722, seorang komisaris VOC bernama Abraham Patras menandatangani

kontrak pengiriman timah dan lada Bangka dengan Sultan Palembang. Kesultanan

Palembang menyetujui kontrak tersebut karena perjanjian dengan VOC, bahwa

VOC akan membantu Kesultanan melawan Dipati Anum.37 Sejak

ditandatanganinya kontak tersebut, lada dan timah Bangka hanya dijual kepada

Belanda.

90 tahun perjalanan kontrak timah antara Palembang dan VOC, kontrak

tersebut putus pada tahun 1812. Pada tahun 1812 Inggris datang ke Palembang

dan Bangka. Inggris memberhentikan Sultan Mahmud Badarrudin II dan

menggantikannya dengan saudaranya yang bernama Ahmad Najamudin.

Sultan baru Palembang yaitu Sultan Ahmad Najamudin menyepakati

untuk menyerahkan Bangka kepada Inggris pada bulan Mei 1812, dan akan

menerima pembayaran tiap tahunnya sebagai kompensasi atas hilangnya

pendapatan dari timah.38

37Heidhues, Mary Somers., op. cit., hlm. 8.

38Ibid., hlm. 29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

47

Sejak penguasan Inggris di Bangka, Bangka berada di bawah kewenangan

langsung kekuasaan kolonial dan secara administratif dipisahkan dari urusan

Palembang dan ditangani langsung dari Batavia.

Pembaharuan di bidang pertambangan dilakukan oleh pihak Inggris

melalui residen di Bangka bernama Court. Pembaruan tersebut diantaranya adalah

transisi kekuasaan langsung, pengiriman tenaga buruh untuk pertambangan dan

pertanian, pengiriman tenaga tukang atau ahli, mengekang perompakan.

Disaat pembaruan pertambangan diusahakan agar hasil timah dapat

maksimal, perjanjian London terjadi di London pada tanggal 13 Agustus 1814.

Salah satu isi perjanjian tersebut adalah mengharuskan Britania Raya

menyerahkan Pulau Bangka kepada Belanda untuk ditukar dengan Cochin di

India. Sejak saat inilah era kekuasaan Inggris dan Palembang atas Bangka

berakhir dan dikuasai langsung oleh pemerintahan Belanda.

Pada tahun 1913 Pemerintah Belanda mendirikan perusahaan

pertambangan timah di Bangka dengan nama Banka Tinwinning (BTW). Sebuah

Badan Usaha Milik Negara yang menjadi tonggak pertama sejarah berdirinya

perusahaan pertambangan di Indonesia.

BTW dibentuk sebagai usaha perbaikan adminstratif dan teknologi

penambangan. Dalam usaha administratif, adanya peraturan bagi buruh-buruh

Tionghoa, dalam usaha teknologi ada pembaharuan mesin-mesin pertambangan.

Setelah pembentukan perusahaan Banka Tinwinning pada tahun 1913,

pemerintah Belanda merasa perlu didirikan sebuah kantor untuk mengurus seluruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

48

administrasi penambangan. Didirikanlah kantor Banka Tinwinning pada tahun

1915 di Kota Mentok.

Sejak berdirinya kantor dagang tersebut dimulailah eskpor timah dalam

jumlah besar dibandingkan sebelum perusahaan ini dibentuk. Pengiriman timah

dalam jumlah besar didukung karena pekerjaan buruh dalam menambang tidak

terlalu berat lagi dan telah dibantu mesin-mesin penambangan sehingga

menghasilkan jumlah timah yang maksimal dari para penambang.

Pembentukan perusahaan BTW ini sebagai cara Belanda memperkenalkan

generasi mesin, yang akan menggantikan kerja berat buruh dan memperbaiki

kondisi buruh tambang.39 Mesin-mesin baru yang membantu pertambangan

seperti, mesin penggerak dan pengangkut tanah, alat pengangkut biji timah,

pompa gravel, dan penggunaan kapal keruk.

Selain pembentukan perusahaan Belanda di Bangka, pembentukan badan-

badan pertambangan juga dilakukan di Singkep dengan nama Singkep Tin

Exploitatie Maatschappij (SITEM) pada tahun 1887 dan di Belitung dengan nama

Gemeenschappelijeke Maatschapij Billiton (GMB) pada tahun 1923.

39ibid., hlm. 134.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

49

C. PT TIMAH Bangka

PT Timah di Bangka merupakan perusahaan lanjutan dari perusahaan

milik Belanda yang bernama Banka Tinwinning (BTW). Perusahaan Belanda ini

mengalami gejolak pasang dan surut selama perjalanannya. Saat pasang yaitu

ketika perjanjian London disepakati dan Bangka dikembalikan oleh pihak Inggris,

Belanda membangun BTW dengan pembaharuan-pembaharuannya. Saat surut

yang dialami BTW ialah ketika Jepang mengambil alih pertambangan milik

Belanda termasuk tambang timah dan pekerjanya, kemudian ketika kemerdekaan

Republik Indonesia dicapai dan perusahaan milik asing (Belanda) harus

diserahkan menjadi milik Negara Indonesia.

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945,

Indonesia sedang bergegas mempersiapkan kemerdekaan sebelum pihak Sekutu

datang dan mengambil alih kekuasaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945

kemerdekaan Indonesia di proklamasikan oleh Presiden Indonesia Ir. Soekarno.

Proklamasi kemerdekaan tersebut sebagai tanda bahwa seluruh rakyat Indonesia

menolak penjajahan kembali dari pihak Sekutu.

Setelah mencapai kemerdekaanya, Bangsa Indonesia banyak mengalami

perubahan dalam organisasi pertambangan timah di Bangka. Pemerintah Belanda

yang telah meninggalkan Indonesia saat perebutan kekuasaaan dengan Jepang

pada tahun 1942 ternyata kembali ke Bangka untuk membicarakan hak konsesi

perpanjangan tambang timah.

Tambang timah di Bangka, Belitung dan Singkep diusahakan agar

berproduksi kembali. Pihak pemerintah Belanda meminta konsesi perpanjangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

50

waktu untuk mengurus tambang di Indonesia, tetapi permintaan tersebut tidak

disetujui oleh Dewan Kepala-Kepala Pemerintahan. Atas kesepakatan bersama

maka diberikanlah waktu konsesi bagi Belanda selama 5 tahun terhitung sejak 1

Maret 1948, dan akan selesai pada tahun 1953.40

Pada tahun 1953 masa hak konsesi Belanda atas tambang di Indonesia

telah habis, oleh sebab itu tambang-tambang yang semula dikelola oleh

perusahaan Belanda yang di dalamnya terdapat saham Belanda diambil alih oleh

pemerintah Republik Indonesia (RI). Perusahaan-perusahaan yang diambil alih

menjadi milik RI ialah BTW, GMB, SITEM, Tambang Batubara Loa Kulu di

Mahakam, Tambang Bauxite di Kijang Bintan.41

Tahun 1958 pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan atas

perusahaan Belanda menjadi milik Indonesia. kebijakan tersebut diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1958 Tentang

Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda. Setelah terbitnya UU

tentang nasionalisasi perusahaan Belanda, posisi perusahaan tambang BTW

semakin diperkuat dengan UU tersebut dengan status menjadi milik Negara

Indonesia.

Di tahun 1959 dibentuklah Biro Urusan Perusahaan Tambang Negara

(BUPTAN) sebagai koordinator yang mengurusi ketiga tambang timah dalam satu

kesatuan, perusahaan BTW, GMB, dan SITEM dirubah namanya menjadi

Perusahaan Pertambangan Timah Bangka (TTB), Perusahaan Pertambangan

40Sutedjo Sujitno. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia: Abad Ke-18 –

Abad Ke 20, 2007., op. cit., hlm. 179.

41Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

51

Timah Belitung (PPTBel), dan Perusahaan Pertambangan Timah Singkep (PPTS).

Pada tahun 1961 BUPTAN dibubarkan dan diganti menjadi Badan

Pimpinan Umum (BPU) untuk mengatasi Perusahaan-perusahaan Negara. BPU

dikelompokkan sesuai bidangnya yaitu;

1. BPU Pertambangan Timah Negara,

2. BPU Pertambangan Batubara,

3. BPU Pertambangan Umum Negara.

BPU Pertambangan Timah Negara membawahi PN. Tambang Timah Bangka, PN.

Tambang Timah Belitung, dan Tambang Singkep.

Pada tahun 1967, Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun

1967 tentang Pengarahan dan Penyederhanaan Perusahaan Negara Kedalam Tiga

Bentuk Usaha Negara, dengan demikian mengartikan bahwa BPU yang telah

dibentuk harus dibubarkan. Dilanjutkan dengan Keputusan Pemerintah No. 21

tahun 1968, dibentukah PN. Tambang Timah yang merupakan leburan dari BPU.

Berdasarkan UU No. 9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun

1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah

Mentok diubah menjadi Perusahaan Persero, dimana seluruh sahamnya dimiliki

oleh Pemerintah dan mengubah nama perusahaan tersebut dengan nama PT

Tambang Timah.42 Setelah menjadi perusahaan terbuka, PT Tambang Timah

melakukan privatisasi dengan mencatatkan saham PT Tambang Timah di Bursa

Efek dan merubah nama perusahaan menjadi PT Timah (Persero) Tbk.43

42Ibid., hlm. 190.

43Ibid., hlm. 194.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

52

BAB IV

TAMBANG INKONVENSIONAL (TI)

A. Pelaksanaan Tambang Inkonvensional

Pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

menjadikan perekonomiannya rapuh. Krisis ekonomi ini disebabkan karena

hutang swasta dan persoalan perbankan, dan diiringi dengan pengunduran diri

oleh Soeharto sebagai presiden.

Krisis ekonomi ini berakibat pada semua sektor kehidupan. Dampak dari

krisis tersebut terlihat pada jumlah pengangguran yang meningkat akibat

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor pekerjaan. Harga

kebutuhan pokok meningkat sedangkan upah penghasilan dari sektor pertanian,

pertambangan, dan industri menurun. Penduduk Indonesia yang berada di bawah

garis kemiskinan meningkat.

Mengalami kondisi ekonomi yang lemah pada tahun 1998 berbagai cara

untuk memulihkan keadaan ekonomi ditempuh oleh pemerintah. Salah satu usaha

tersebut yaitu dengan diterbitkannya Kepmenperindag Nomor 558 pada tahun

1998.

Pada tahun 1998 Menteri Perindustrian dan Perdagangaan (Menperindag)

membuat sebuah kebijakan di bidang ekspor. Kebijakan ini tertulis dalam

Keputusan Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998

Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

53

Tujuan diberlakukannya kebijakan oleh Menperindag adalah sebagai

pembaharuan dalam rangka reformasi ekonomi nasional dan untuk meningkatkan

daya saing. Isi dari keputusan Menperindag ini yaitu bahwa timah merupakan

komoditas yang bebas ekspornya. Pengertian dari barang yang bebas ekspornya

adalah barang yang bebas diekspor oleh siapapun dan tidak diawasi oleh

Menperindag.

Setelah Kepmenperindag diterbitkan, satu tahun kemudian diterbitkan

keputusan dari Pemerintah Pusat mengenai otonomi daerah. Keputusan tersebut

tertulis dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan

tersebut menjelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan kewenangan kepada

Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan (otonomi daerah), termasuk

bertanggung jawab dalam mengatur dan memanfaatkan sumber-sumber potensi

yang ada di daerah masing-masing.

Sejak otonomi daerah diberlakukan dari pemerintahan pusat, wilayah

kepulauan Bangka Belitung secara administrasi berada dalam pimpinan langsung

otonomi gubernur dan bupati daerah. Pada saat otonomi daerah tersebut diberikan,

pemerintahan daerah Kabupaten Bangka di pimpin oleh Bupati Eko Maulana Ali.

Masa jabatan beliau sejak tahun 1998 hingga tahun 2006.

Tahun 1999 adalah periode setelah krisis ekonomi mulai membaik. Ketika

tahun-tahun perbaikan ekonomi sedang diusahakan, harga lada sebagai komoditas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

54

utama pertanian di Bangka menurun. Sejak tahun 1999 harga lada berkisar rata-

rata 20.000 per kilogram dan tidak pernak naik.44

Melihat keadaan ekonomi Kabupaten Bangka yang terpuruk karena

jatuhnya harga komoditas utama pertanian yaitu lada, maka bupati Eko berinisiatif

memperbaiki keadaan perekonomian tersebut. Komoditas timah dianggap dapat

menyamai keuntungan yang di dapatkan masyrakat ketika bertani lada. Sejalan

dengan otonomi daerah dari pemerintah pusat untuk bertanggung jawab mengatur

daerah masing-masing, maka jalan yang ditempuh bupati ialah dengan cara

menerbitkan perda bagi pertambangan agar timah dapat memulihkan

perekonomian masyarakat Bangka.

Pada tahun 2001 diterbitkanlah Perda Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun

2001 yang mengatur tentang Pengelolaan Pertambangan Umum. Tujuan utama

dari perda ini adalah agar usaha pertambangan rakyat dapat menaikkan

pendapatan masyarakat Bangka yang merosot akibat turunnya harga lada. Tidak

hanya sampai disitu, perda juga bertujuan agar pertambangan dapat menaikkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bangka melaui pajak dan retribusi.

Dengan diterbitkannya perda Bupati mengenai pertambangan umum pada

tahun 2001, mengartikan bahwa pertambangan timah dapat diakses masyarakat

umum. Sejak saat ini pula komoditas timah menjadi incaran bagi masyarakat

umum Bangka dan menjadi ancaman bagi PT Timah sebagai pemegang monopoli

timah sejak masa kolonial.

44Erwiza Erman. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung, 2009., op. cit., hlm.

164.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

55

Atas izin penambangan dalam Perda dari Bupati inilah masyarakat Bangka

dengan sigap menanggapi kebijakan tersebut dan membuka lahan-lahan baru yang

jauh dari permukiman warga untuk membuat lahan tambang. Usaha pertambangan

rakyat ini disebut dengan Tambang Inkonvensional (TI).

Untuk dapat memahami tentang Tambang Inkonvensional (TI), maka

perlulah diketahui pengertian kata inkonvensional, menurut KBBI inkonvensional

ialah penggalian tanah yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan adat

kebiasaan, menyimpang atau tidak lazim. Secara garis besar dapat dikatakan

bahwa tambang inkonvensional merupakan tambang yang menyimpang atau tidak

lazim dilakukan seperti kegiatan menambang pada umumnya.

Pengertian mengenai TI ini ternyata memiliki banyak versi, pemahaman

mengenai TI dari PT Timah yaitu sebuah kegiatan penambangan yang di lakukan

diluar kontrol PT Timah atau bisa dimaksudkan sebagai tambang ilegal karena

diluar kontrol penambangan pusat, sedangkan pengertian TI menurut Perda Bupati

Bangka Nomor 21 Tahun 2001, TI ialah kegiatan penambangan timah yang

dilakukan tanpa izin, baik di dalam daerah wilayah kuasa penambangan ataupun

diluar kuasa wilayah penambangan daerah Bangka.

Karena situasi pro dan kontra diantara pihak aparat dan masyarakat

pekerja tambang tentang pertambangan rakyat tersebut maka masyarakat Bangka

memberi istilah bagi pertambangan tersebut yaitu sebagai Tambang Ilegal (TI).

Dalam wawancara yang dilakukan, masyarakat lebih umum atau terbiasa dengan

kata Tambang Ilegal dibandingkan dengan kata Tambang Inkonvensional yang

asing dan kaku bagi mereka, sehingga kemudian dipersingkat menjadi TI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

56

Dalam waktu yang singkat setelah perizinan TI dilaksanakan, PAD yang

diharapkan dapat meningkat telah terwujud di tahun awal perizinan TI.

Sumbangan untuk PAD antara bulan Januari–September 2001 mencapai Rp. 9

miliar. Sumbangan tersebut melebihi angka PAD sebelum terlaksananya TI,

sumbangan dari PT Timah ke daerah pertahunnya adalah Rp. 2 milyar sampai Rp.

3 milyar saja.45

B. Perkembangan Tambang Inkonvensional

Tambang Inkonvensional menjadi usaha pertambangan rakyat sejak tahun

2001 setelah Perda Bupati diterbitkan. Pada awalnya TI hanya dikerjakan oleh

masyarakat di Kabupaten Bangka saja, tetapi dalam waktu singkat kabupaten-

kabupaten lain di Bangka ingin turut bekerja sebagai penambang timah.

Di Bangka Selatan pada tahun 2001 wilayah awal yang menjadi lahan

pertambangan yaitu Tanjung Sangkar, Tukak Sadai dan Nyelanding. Wilayah

Kecamatan Pulau Besar belum tersentuh oleh aktivitas pertambangan timah—

kecamatan ini belum terbentuk dan masih menjadi bagian desa-desa dari

Kecamatan Payung. Meskipun di Kecamatan Pulau Besar belum ada usaha TI,

petani-petani di kecamatan ini mencoba mencari peruntungan dengan merantau

sementara ke Tanjung Sangkar dan Nyelanding untuk bekerja menjadi

penambang TI.

45Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken. Politik lokal di Indonesia.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007., hlm. 234.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

57

Menurut jenis penambangan timah oleh TI, usaha TI terbagi menjadi 2

jenis yaitu:

1. TI darat

TI darat adalah penambangan timah yang dilakukan di darat dengan sistem

pengambilan timah yaitu, menggunakan cangkul untuk menggali tanah, kemudian

dilakukan penyemprotan menggunakan pipa air, agar pasir dan tanah terpisah dari

batuan. Pasir dan tanah yang didapatkan dikumpulkan, lalu dicuci agar timah dan

pasir terpisah.

2. TI apung atau rajuk

TI apung atau rajuk adalah penambangan timah yang dilakukan di atas

permukaan air seperti sungai, rawa, atau pantai dengan sistem pengambilan timah

menggunakan mesin hisap yaitu melalui pipa besi penyedot pasir dan kemudian

tanah yang dihisap dibersihkan di tempat pencucian timah. Diberi nama TI apung

karena penambangan dilakukan dengan mengapung dari atas air.

Jenis usaha TI yang dikerjakan oleh penambang pada permulaan tambang

di tahun 2001 adalah TI darat. Alat-alat pertambangan dapat dirakit oleh beberapa

penambang. Perakitan alat-alat sederhana untuk menambang di perkirakan

mengadaptasi alat-alat pertambangan milik PT Timah. Untuk TI darat yaitu

menggunakan mesin semprot atau monitor sedangkan PT Timah menggunakan

mesin semprot dengan ukuran besar.

Pada tahun 2002 penggalian timah oleh TI sudah banyak memasuki daerah

dengan deposit yang memiliki kedalaman lebih dari 6 meter, sehingga tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

58

mungkin lagi dikerjakan dengan alat yang sederhana. Perkembangan selanjutnya

ialah TI dikerjakan dengan alat berat seperti buldozer, shovel yang dalam istilah

lokal disebut dengan Produksi Caterpillar (PC).

Jenis TI darat dikerjakan oleh masyarakat hingga tahun 2006, kemudian

teknologi menambang diganti dengan TI rajuk. Menurunnya jenis TI darat,

diperkirakan karena TI darat lebih berisiko terhadap kecelakaan-kecelakan dalam

penambangan di bandingkan dengan TI Rajuk. Meskipun begitu usaha TI darat

masih dikerjakan oleh beberapa masyarakat.

Jenis usaha TI rajuk mulai marak dan cenderung dipakai penambang timah

sejak tahun 2006. Pemilihan TI rajuk dikarenakan anggapan penambang bahwa TI

rajuk risiko kecelakaannya lebih kecil dan sedikit. Selain itu reklamasi yang

dilakukan tidak seberat reklamasi di TI darat. Sistem rajuk ini diadaptasi

penambang TI dari sistem penambangan timah di laut atau sungai yang dikerjakan

oleh PT Timah.

Lahan yang dipilih menjadi wilayah TI yaitu lahan yang berada di hutan

atau merupakan tanah tidur46 yang jauh dari pemukiman warga atau jalan umum.

Pemilihan lahan yang demikian dimaksudkan agar warga sekitar tidak terganggu

dari proses penambangan, dan juga agar limbah TI tidak sampai ke permukiman

warga setempat. Tetapi pada perkembangannya, lahan TI di hutan menyusut dan

TI merambat ke wilayah-wilayah terlarang untuk ditambang seperti; hutan bakau,

kawasan hutan lindung, pemukiman warga, sungai dan pantai tanpa izin. Hingga

46Tanah tidur adalah tanah yang bukan merupakan milik penduduk dan tidak

diolah oleh penduduk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

59

pada tahun 2004-2010, terhitung lahan kritis di Bangka seluas 810.059,87 ha atau

sekitar 79,91 persen47.

Persediaan SDA timah di Bangka tidak dapat diperkirakan secara pasti

kapan akan menipis dan habis, tetapi faktor kelimpahan inilah yang menjadi

faktor utama timah tetap digali. Baik dari perusahaan timah maupun masyarakat

penambang menjadikan timah sebagai komoditas unggul yang menguntungkan

bagi mereka. Dalam suatu wawancara dengan Bapak Suroso48, beliau

mengatakan bahwa tanah Bangka merupakan suatu tanah yang dianugerahi harta

karun berupa timah yang melimpah.

Jumlah usaha TI tidak dapat diketahui secara pasti, hal ini dikarenakan

usaha TI yang berpindah-pindah dan surat Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang

jarang di administrasikan oleh pemilik TI. Dalam perhitungan kasar jumlah TI

yang dapat diketahui yaitu:

Bulan Desember tahun 2001 ada sekitar 1.320 TI yang memiliki badan

usaha, dan sebanyak 4.671 sebagai usaha perorangan.

Bulan Januari tahun 2002 ada sekitar 10.000 unit mesin TI dan

diperkirakan sekitar 130.000 orang penambang.49

47Bangka Pos, “Hasil Kajian Walhi, 64,12 Persen Daratan Babel Rusak Parah Aki

bat Tambang”. 30 Januari 2017, pada http://bangka.tribunnews.com/2017/01/30/hasil-kaji

an-walhi-6412-persen-daratan-babel-rusak-parah-akibat-tambang.

48Seorang penambang Bangka Selatan, pada tanggal 12 April 2018 di Desa

Sidoharjo (tran 2).

49Perhitungan jumlah TI di pulau Bangka secara keseluruhan. Ibid., hlm. 236.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

60

Masa jabatan Eko Maulana dalam pemerintahannya di Bangka ialah 3 kali

menjabat. Pada tahun 1998 hingga tahun 2006 Bapak Eko Maulana Ali sebagai

Bupati Bangka. Tahun 2007 sampai tahun 2012 beliau terpilih melanjutkan

pemerintahan sebagai Gubernur Bangka Belitung, karirnya tersebut berlanjut

dalam pemilihan gubernur berikutnya. Beliau terpilih menjadi gubernur kembali

yaitu sejak tahun 2012 hingga tahun 2017.50

Selama masa pemerintahan Bupati hingga Gubernur Eko Maulana Ali,

belum ada peraturan yang melarang TI untuk ditutup atau diberhentikan. 11 tahun

perjalanan TI yaitu sejak tahun 2001-2012 diikuti dengan pergantian kepala

daerah, tetapi belum ada perda pembaharuan untuk TI, melihat kebijakan

pemerintah yang demikian maka rakyat Bangka menganggap bahwa pemerintahan

setelah Gubernur Eko tetap setuju dengan TI.

50Masa jabatan gubernur ialah 5 tahun, tetapi beliau meninggal pada tahun 2013

dan kemudian jabatan pemerintahannya digantikan oleh Wakil Gubernur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

61

Gambar 4.1. Tambang Inkonvensional Darat

Sumber: Dokumentasi pribadi.

Gambar 4. 2. Tambang Inkonvensional Apung atau Rajuk

Sumber: Dokumentasi pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

62

BAB V

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PASCA

BERLAKUNYA PERDA TAMBANG

INKONVENSIONAL

A. Konsep Sosial Ekonomi

Kondis i sosial ekonomi merupakan kondisi yang menggambarkan situasi

kehidupan sosial dan perekonomian individu atau masyarakat tertentu. Kondisi

sosial ekonomi suatu individu atau masyarakat bersifat tidak tetap dan akan

mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial.

Agar dapat memahami pengertian kondisi sosial ekonomi masyarakat

Pulau Besar, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari kondisi sosial

ekonomi tersebut. Menurut para ahli sosiologi, pengertian dari kondisi sosial

ekonomi adalah51;

1. FS Chapin mengartikan bahwa kondisi sosial ekonomi berkaitan dengan

status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi yang dimaksudkan ialah

posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berhubungan dengan

ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural,

pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas

kelompok dari komunitasnya.

51StudiNews, “Pengertian Sosial Ekonomi, Faktor dan Kondisi Sosial”24 Oktober

2017, pada https://www.studinews.co.id/2017/10/pengertian-sosial-ekonomi-faktor-yang-

menentukan-kondisi-sosial.html#1FS_Chapin_Kaare_198926.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

63

2. Melly G Tan mengemukakan sosial ekonomi adalah kedudukan sosial

ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

3. Santrock mengemukakan sosial ekonomi adalah pengelompokan orang-

orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan

ekonomi.

4. Abdulsyani mengemukakan bahwa sosial ekonomi adalah kedudukan atau

posisi seseorang dalam kelompok menusia yang ditentukan oleh jenis

aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal,

dan jabatan dalam organisasi.

5. Soerjono Soekanto mengemukakan sosial ekonomi adalah posisi

seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti

lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam

hubungannya dengan sumber daya.

Dari kelima pengertian mengenai kondisi sosial ekonomi menurut para

ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah suatu kondisi

yang menggambarkan kedudukan (status) individu atau masyarakat yang

ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi dan pendapatan, tingkat pendidikan, jenis

rumah tinggal dan alokasi pendapatan.

Manusia dalam masyarakatnya terbagi dalam kelompok-kelompok status

atau lapisan-lapisan status. Lapisan-lapisan masyarakat mulai ada sejak manusia

mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Max Weber

berpendapat, bahwa di dalam setiap kondisi kehidupan masyarakat, warga-warga

masyarakat terbagi dalam kelas-kelas (ekonomis), kelompok status (sosial), dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

64

partai-partai (politik). Hubungan antara ketiganya bersifat timbal balik; dan

menurut Marx, bahwa dimensi ekonomis yang menentukan dimensi-dimensi

lainnya.

Status dalam masyarakat ada karena kondisi sosial, ekonomi, dan ukuran-

ukuran lain yang ditetapkan suatu masyarakat untuk mengelompokkan masyarakat

dalam kelas-kelas. Pengelompokan ke dalam kelas-kelas disebut dengan

stratifikasi sosial.

Menurut Pitirim A. Sorokin bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara

hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas lebih

rendah.

Stratifikasi dapat terjadi pada setiap masyarakat bahkan terjadi pada

masyarakat yang paling sederhana sekalipun. Hanya jarak dan tingkatan antara

lapisan-lapisan itu yang berbeda. Menurut Soerjono Soekanto, secara teoritis

semua manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan kenyataan

kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian.

Pembedaaan atas lapisan-lapisan merupakan gejala universal yang merupakan

bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.52

Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan

anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut adalah sebagai berikut53:

52Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali, 1982., hlm.

222.

53Ibid., hlm. 230.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

65

1. Ukuran kekayaan. Ukuran kekayaan atau kebendaan dapat dijadikan suatu

ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk

dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari

bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara

mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan

untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan. Barang siapa tang memiliki atau yang mempunyai

wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi.

3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari

ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan

dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak

dijumpai pada msyarakat tradisional. Biasanya mereka dalah golongan tua

atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh

masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi

ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat

yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan mutu ilmu

pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.

Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha dilakukan untuk

mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

66

Status dicapai dengan tujuan untuk merubah status seseorang dan ada

status yang merupakan status pemberian yang sifatnya tertutup dan tidak dapat

berubah. Status dalam masyarakat Pulau Besar merupakan status terbuka. Artinya

status tersebut dapat diusahakan melalui ukuran ekonomi masyarakat.

Menurut Weber bahwa suatu kelas mencakup orang-orang yang

mempunyai peluang-peluang kehidupan yang sama, dipandang dari sudut

ekonomis. Dengan peluang-peluang kehidupan dimaksudkan sebagai kondisi

hidup, pengalaman hidup dan kesempatan mendapatkan benda dan jasa, termasuk

kemampuan membeli rumah dan seterusnya.54

Kondisi ekonomi dan sosial menjadi penting dalam masyarakat

Kecamatan Pulau Besar. Dari kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat tergambar

lapisan-lapisan yang ada di dalam masyarakat tersebut.

Untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Besar, faktor-

faktor penentu haruslah dijabarkan sebagai gambaran atau penunjuk kedudukan

masyarakat.

1. Aktivitas ekonomi

Aktivitas ekonomi masyarakat Kecamatan Pulau Besar didukung oleh

keadaaan geografis wilayahnya, yaitu memungkinkan masyarakatnya bekerja

pada sektor pertanian, perikanan, peternakan dan penambangan. Masyarakat di

Kecamatan Pulau Besar mayoritas bekerja pada sektor petanian dan

pertambangan, maka 2 sektor sumber mata pencaharian ini akan diuraikan.

54Ibid., hlm. 252.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

67

a. Pada sektor pertanian

Profesi sebagai petani pada awalnya sangat menjanjikan kemakmuran

pada masyarakat Bangka, khususnya masyarakat Pulau Besar. Pada tahun-tahun

tertentu kenaikan harga komoditas pertanian membuat masyarakat menikmati

masa kejayaannya. Di tahun 1998 harga lada melonjak hingga berada pada harga

90.000 rupiah/Kg, tetapi di tahun 1999 harga lada turun drastis menjadi 20.000

rupiah/Kg55. Keterpurukan harga lada ini turut membuat masyarakat harus beralih

profesi agar dapat bertahan di kondisi yang sangat merugikan bagi para petani.

Jatuhnya harga lada membuat banyak peluang-peluang pekerjaan baru

bagi masyarakat untuk tetap memiliki penghasilan yang mencukupi. Perlahan-

lahan komoditas lada ditinggalkan. Masyarakat beralih profesi menjadi petani

sawit dan karet.

Harga sawit dan karet memiliki grafik yang stabil, tidak seperti grafik

harga lada. Dalam artian bahwa permintaan karet dan sawit masuk dalam kategori

permintaan yang tidak langka atau sedang. Tidak semua masyarakat Bangka dan

Pulau Besar beralih profesi menjadi petani karet dan sawit, hal ini dikarenakan

modal bertani karet dan sawit yang besar, dan beberapa masyarakat masih tetap

mempertahankan komoditas lada sebagai mata pencaharian mereka sembari

menunggu naiknya harga lada kembali.

Kebijakan pemerintah Bangka mengenai izin penambangan timah juga

turut memberikan peluang bagi masyarakat Bangka untuk beralih menjadi

55Kompas, ”Lada Putih Bangka Tergusur”. 08 Februari 2010, pada https://nasion

al.kompas.com/read/2010/02/08/05050255/Lada.Putih.Bangka.Tergusur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

68

penambang-penambang rakyat. Belum diketahui jelas siapa pelopor pertama yang

mengetahui cara penambangan timah dengan alat-alat sederhana yang dapat

dirakit sendiri.

Pada awal tahun 2001 tambang-tambang inkonvensional sudah dibuka di

Tanjung Sangkar Toboali. Salah satu penambang yang terlibat adalah Sugeng

Prasetyo56 dan keluarganya. Sugeng Prasetyo mengetahui adanya tambang timah

di Toboali berdasarkan informasi dari rekannya. Hal yang sama diutarakan oleh

pekerja TI yang lainnya, Suroso, Yakobus Dasar, dan Suryani bahwa mereka tidak

mengetahui bagaimana sejarah TI secara pasti, tetapi keterlibatan mereka di TI

karena diajak rekannya yang sudah lebih dulu menjadi penambang.

b. Pada sektor pertambangan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang kaya akan

bahan tambang seperti timah. Komoditas timah ini telah dimanfaatkan oleh

penduduk Bangka dan Belitung selama ± 2 abad. Kepemilikan atas komoditas

timah inipun bergulir seiring bergantinya kebijakan-kebijakan mengenai

pertambangan dari pihak yang berwenang.

Sebagian besar masyarakat Bangka telah menggantungkan

perkonomiannya pada aktivitas TI. Sebesar 60 persen masyarakat Bangka

56Narasumber penelitian TI mayoritas tidak mengetahui sejarah TI, informasi

yang mereka dapat dari rekan kerja TI ialah bahwa timah bisa digali bebas atau untuk

umum, sehingga pada akhirnya mereka ikut menggali timah dan dibeli oleh kolektor

timah dengan harga mahal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

69

Belitung bekerja di tambang inkonvensional untuk menghidupi keluarga, ungkap

Noor Nedi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Babel57.

Usaha-usaha untuk melegalkan TI terus dilakukan agar masyarakat kecil

dan menengah tetap dapat sejahtera dari hasil menambang. Gubernur Eko dalam

pernyataannya mengungkapkan bahwa semua TI akan dilegalkan dalam upaya

membantu perkonomian masyarakat ditengah terjadinya krisis ekonomi global.

Hanya itu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah,

perkebunan sawit, karet dan lada belum memiliki basis di perdagangan dunia, dan

untuk perdagangan di pasar lokal membutuhkan waktu lama dan tidak

menjanjikan dengan perdagangan internasional yang dapat dilakukan dengan

perdagangan timah58.

Ketika kepemilikan timah bergulir menjadi milik rakyat, peluang-peluang

mobilitas sosial dirasakan oleh penduduk Bangka, termasuk penduduk Kecamatan

Pulau Besar Kabupaten Bangka Selatan. Tambang millik rakyat ini disebut

dengan Tambang Inkonvensional (TI) dimana peralatan untuk menambang timah

menggunakan alat-alat sederhana dan melakukan pendulangan dengan cara

sederhana pula, seperti pendulangan di sungai atau menggunakan mesin semprot

dengan tenaga yang kecil. Pekerjaan penambangan dan pendulangan dilakukan

oleh penduduk Kecamatan Pulau Besar melibatkan orang tua sampai anak-anak

57Kompas,“60 Persen Warga Babel Hidup Dari Tambang Inkonvesional”. 16 Nov

ember 2008, pada https://tekno.kompas.com/read/2008/11/16/00170457/60.persen.warga.

babel.hidup.dari.tambang.inkonvensional.

58Kompas, “Wuih..Semua Tambang Timah Dilegalkan”. 10 November 2008,

pada

https://ekonomi.kompas.com/read/2008/11/10/21315732/wuih.semua.tambang.timah.dile

galkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

70

sekolah. Pemasaran produksi pasir timah dapat melalui tengkulak, kolektor timah

atau bos timah di sekitar tempat tinggal penduduk atau di wilayah penambangan.

2. Pendidikan

Ketika masih berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Payung,

akses pembangunan di desa-desa ini terlambat dibandingkan dengan desa yang

lebih dekat dengan kecamatan. Jarak antara Kecamatan Payung dan desa-desa

didekat pesisir ini terbilang jauh, dan akibatnya proses pembangunan prasarana

pendidikan dan lainnya menjadi melambat.

Dari kelima desa di Kecamatan Pulau Besar, prasarana pendidikan yang

dibangun pemerintah adalah; berdiri 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN), 1 Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN), dan belum berdiri Sekolah Menengah Atas

Negeri (SMAN).

Sejak berdirinya Kecamatan Pulau Besar menjadi kecamatan mandiri pada

tahun 2007, pendidikan di wilayah Kecamatan Pulau Besar sudah mulai

berkembang dan terbilang sedang bertumbuh untuk maju. Di tahun 2009

pemerintah membangun Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN). Tahun

2015 membangun SMAN 1 Pulau Besar, dan tahun 2016 membangun gedung

SMPN 2 Pulau Besar.

Bekerja menjadi petani lada dan menjadi nelayan adalah sumber

terpenting untuk melanjutkan kehidupan keluarga mereka. Setelah adanya

program transmigrasi pada tahun 1995 dan 1996, daerah-daerah masyarakat

Melayu Bangka yang berada di pesisir pantai ikut merasakan proses akulturasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

71

budaya. Begitu pula sebaliknya dengan pendatang dari Pulau Jawa yang tinggal di

daerah trans.

Proses akulturasi budaya tidak terjadi dalam waktu yang cepat, perlu

waktu lama untuk mengenal dan mengerti budaya baru. Proses akulturasi tersebut

terjadi dalam 7 unsur budaya yaitu bahasa, sosial, ekonomi, religi, teknologi,

kesenian, dan pendidikan.

Proses akulturasi kebudayaan terjadi sampai pada pemahaman pendidikan

bagi masyarakat Melayu Bangka. Sebelum tahun 1995 hanya sedikit masyarakat

Melayu Bangka yang menempuh pendidikan di wilayah ini.

Faktor ekonomi masyarakat menentukan tingkat pendidikan

seseorang.Tetapi setelah adanya program transmigrasi, pandangan masyarakat

Melayu Bangka perlahan-lahan berubah mengenai pendidikan. Pendidikan di

sekolah mulai diterapkan pada anak-anak mereka untuk masuk Sekolah Dasar

atau Madrasah Ibitiidiah.

Setelah Perda Bupati diterbitkan, pendidikan di Kecamatan Pulau Besar

memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya adalah, masyarakat

yang berhasil banyak dalam menambang dapat menyekolahkan anak mereka

hingga jenjang SMA dan bahkan hingga perguruan tinggi. Kemudian dampak

negatif yang terjadi adalah, ketika anak memilih untuk membantu orangtua

bekerja di pertambangan, dan tidak melanjutkan pendidikannya. Ekonomi

keluarga menentukan keberlanjutan pendidikan anak-anak di Kecamatan Pulau

Besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

72

3. Alokasi Pendapatan

Alokasi pendapatan adalah penentuan banyaknya uang (pendapatan) yang

disediakan untuk suatu keperluan. Hasil dari bekerja TI akan digunakan oleh

masyarakat TI untuk keperluan primer, sekunder dan tersier.

Pengalokasian pendapatan terbagi menjadi 3 yaitu; kebutuhan primer,

sekunder dan tersier. Kebutuhan primer yaitu pangan, sandang dan papan.

Kebutuhan sekunder yaitu alat elektronik seperti televisi, smartphone, sepeda

motor. Kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan tersier, kebutuhan ini seperti

rumah mewah, kendaraan mewah, perhiasan, dan sebagainya.

Sebelum bekerja pada sektor pertambangan, penduduk Kecamatan Pulau

Besar menghidupi kebutuhan keluarga dari bekerja di sektor pertanian, dan

beberapa penduduk yang tinggal pesisir bekerja di sektor perikanan. Kebutuhan

penduduk masih terbilang sederhana, kebutuhan pokok (primer) tercukupi yaitu

pangan, sandang dan papan.

Setelah pekejaan masyarakat berallih ke sektor pertambangan, maka

penghasilan yang didapatkan juga bertambah. Penghasilan yang didapatkan

penambang yaitu Rp3.200.000 hingga Rp6.000.000 per bulannya, dibandingkan

dengan penghasilan ketika bertani yaitu berkisar antara Rp1.000.000 hingga Rp

2.500.000 per bulannya.

Sumber pangan dipenuhi masyarakat dengan cara bertani dan

mengandalkan kekayaan hutan. Beberapa masyarakat yang tidak bertani dapat

membeli bahan pangan dari petani terdekat. Pemakaian kompor gas untuk

memasak masih sedikit dan mayoritas menggunakan kompor minyak tanah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

73

tungku kayu bakar. Tetapi pada perkembangannya setelah pelaksanaan TI,

masyarakat sudah banyak yang menggunakan kompor gas dan sudah berdiri

beberapa warung makan.

Kebutuhan sandang dipenuhi masyarakat dengan membelinya di pusat

kota atau di kabupaten dan kecamatan. Masyarakat di wilayah ini tidak

memanfaatkan hasil alam sebagai pemenuhan kebutuhan sandang, misalnya

seperti pembuatan baju atau kain dari pelepah kayu dan kulit binatang.

Kebutuhan sandang belum bisa dipenuhi secara mandiri, harus membelinya di

suatu toko penjualan baju. Perkembangan yang terjadi setelah perda yaitu,

beberapa warga desa membeli mesin jahit guna memenuhi kebutuhan sandang di

masyarakat tersebut.

Kebutuhan papan dapat dicukupi masyarakat di wilayah kecamatan Pulau

Besar. Seperti halnya rumah yang dimiliki masyarakat terbuat dari papan dan

anyaman bambu. Kondisi lantai rumah masih beralaskan tanah, tetapi sudah

banyak juga masyarakat yang mampu membeli semen sebagai alas rumah mereka.

Di dalam rumah belum memiliki kamar mandi sendiri, sehingga masyarakat harus

pergi ke luar rumah untuk buang air maupun mandi dan sumber penerangan

rumah warga didapatkan dari lampu teplok. Setelah munculnya TI, terjadi

perkembangan yang pesat dalam memenuhi kebutuhan papan contohnya yaitu

rumah-rumah sudah banyak beralih menjadi rumah batu dan setiap rumah sudah

memiliki kamar mandi sendiri. Sumber penerangan berallih dari lampu teplok ke

penerangan lampu yang berasal dari diesel bersama milik warga. Lantai rumah

sudah beralih ke lantai keramik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

74

Transportasi dilakukan dengan bersepeda atau berjalan kaki. Kendaraan

roda empat sudah ada, yaitu truk dan bis umum. Truk digunakan sebagai

transportasi guna membawa hasil pertanian ke wilayah lain untuk dijual. Bis

digunakan sebagai alat transportasi penduduk ke ibukota provinsi atau ke

kabupaten. Setelah TI berlangsung, jumlah kendaraan di kecamatan ini

meningkat. Sudah ada mobil pribadi milik kolektor-kolektor timah, jumlah bis dan

truk bertambah, jumlah sepeda motor berlimpah ruah. Hampir setiap keluarga

memilik motor, satu anggota keluarga dapat memiliki 1-2 motor dan penggunaan

sepeda sudah sangat jarang ditemui.

Kemajuan pemenuhan kebutuhan terjadi pada masyarakat tambang timah

di Kecamatan Pulau Besar. Kebutuhan primer, sekunder hingga tersier sudah

dapat dapat dipenuhi. Kebutuhan tersier yang dapat dipenuhi masyarakat yaitu:

televisi, smartphone, sepeda motor, rekreasi, inventasi dalam bentuk tanah dan

tabungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

75

Tabel 5.1. Tabel Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesudah diberlakukannya Perda Perizinan Tambang Timah

Inkonvensional

No Faktor Pembanding Sebelum Munculnya TI Sesudah Munculnya TI

1 Pekerjaan dan penghasilan

Masyarakat hanya bekerja

sebagai nelayan dan/atau petani

dan/atau peternak dengan

penghasilan rata-rata sekitar

Rp1.000.000. sampai

Rp2.500.000

Pekerjaan masyarakat beralih dan didominasi

ke pekerjaan menambang dengan

penghasilan Rp3.200.000 sampai

Rp6.000.000.

2 Alokasi pendapatan

Pendapatan masyarakat hanya

cukup untuk memenuhi

kebutuhan primer seperti

sandang, pangan dan papan.

Pendapatan masyarakat sudah dapat

memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier

seperti pendidikan, televisi, smartphone,

sepeda motor, rekreasi, investasi tanah, dan

tabungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

76

3 Kondisi tempat tinggal

Rumah masih terbuat dari

papan dan anyaman bambu

dengan luas bangunan yang

kecil.

Lantai rumah masih berupa

tanah atau semen dan atap

rumah berasal dari daun

kelapa.

Belum memiliki kamar mandi

sendiri

Rumah terbuat dari batu dengan luas

bangunan yang cukup besar.

Lantai rumah berupa keramik dan atap

rumah berupa seng.

Tiap rumah sudah memiliki kamar mandi

sendiri.

4 Pendidikan Rata-rata pendidikan anak

hingga jenjang SD

Pendidikan anak hingga jenjang SMA/SMK

dan perguruan tinggi.

5 Teknologi

Penerangan masyarakat dari

lampu teplok/minyak

Alat masak menggunakan

tungku kayu bakar.

Transportasi sehari-hari

masyarakat dilakukan dengan

berjalan kaki dan bersepeda.

Penerangan sudah menggunakan lampu

dari diesel.

Alat masak sudah menggunakan kompor

gas.

Masyarakat sudah memiliki kendaraan

bermotor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

77

B. Masyarakat Tambang Timah di Kecamatan Pulau Besar

Para penambang yang bekerja di sektor pertambangan timah, dahulu

merupakan seorang petani lada, baik sebagai pekerja atau memiliki kebun lada

sendiri. Bertani lada menjadi usaha pertanian turun menurun dari nenek moyang

orang Bangka.

Bekerja di pertanian lada memang menguntungkan, harga lada terus

meningkat. Pada tahun 1998 harga jual lada hingga 90.000 rupiah per kilogram,

komoditas pertanian lainnya seperti sayur dan buah-buahan tidak dapat menyamai

harga jual lada, sehingga masyarakat Bangka terkhusus Pulau Besar mayoritas

memilih bertani lada atau menjadi pekerja-pekerja harian di kebun milik orang

lain.

Masa-masa kejayaan komoditas lada tidak dapat diprediksi, setahun

setelah harga lada melonjak, tahun 1999 harga lada menjadi sangat jatuh. Panen

dari kebun lada tidak lagi menggiurkan, petani merugi.

Di samping itu pertanian lada membutuhkan waktu yang lama untuk

mencapai masa panen yaitu 2 tahun hingga 3 tahun sebagai panen pertama. Usia 5

tahun sebagai panen kedua, dan usia 7 tahun untuk panen terakhir. Terkadang

musim yang tidak menentu membuat panen lada gagal. Hal inilah yang menjadi

faktor utama masyarakat untuk beralih mencoba peruntungan di sektor

pertambangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

78

Solusi dari rendahnya harga lada yaitu bertahan pada perkebunan lada dan

berharap harganya dapat naik kembali. Beberapa masyarakat juga memilih

mengganti komoditas pertanian mereka dengan bertani sayur mayur, sawit, dan

karet. Faktor ekonomi inilah yang membuat masyarakat Bangka dengan sigap

menyambut pertambangan TI sebagai jalan keluar tercepat dari perekonomian

yang sulit.

Tahun 2001 TI mulai diusahakan oleh pemilik-pemilik modal. Pemilik

modal tersebut mayoritas orang kota. Pemodal menyediakan alat-alat tambang

kemudian membuka tambang secara kecil-kecilan, tenaga kerjanya ialah orang-

orang dari desa yang mencari kerja ke kota. Alat-alat tambang dibeli pemodal dari

daerah Pangkal Pinang dan dirakit di tempat penambangan oleh pekerja TI.

Sebagian besar pekerja tambang tidak mengetahui bagaimana sejarah TI ini

bermula hingga ke Kecamatan Pulau Besar. Menurut mereka TI menjadi usaha

umum rakyat sejak lengsernya kekuasaan Soeharto sehingga berakibat pada

perubahan peraturan penambangan, ada juga yang mengatakan bahwa Bupati

telah mengizinkan penambangan timah bagi rakyat Bangka.

Pelopor penambangan TI di Pulau Besar berawal dari orang-orang desa

yang mencari pekerjaan ke kota, di kota mereka belajar cara menambang dari

rekan-rekan sekerjanya yang sudah lebih dulu menambang timah. Hasil dari

bekerja tambang yang menggiurkan membuat masyarakat di Kecamatan Pulau

Besar ingin turut bekerja di TI. Lambat laun pekerjaan bertani di tinggalkan

dengan menjadi perantau TI di daerah lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

79

Pada awal penambangan TI, tambang yang dikerjakan adalah TI darat. TI

darat adalah penambangan timah yang dilakukan didarat atau ditanah, cara

pengambilan timah dari tanah ialah dengan cara menggali tanah dengan cangkul

sampai lapisan tanah yang mengandung timah terlihat, setelah itu timah

dipisahkan dari tanah menggunakan selang penyemprot atau monitor agar pasir

terbawa arus air karena lebih ringan dan timah yang berat tinggal ditempat.

TI dikerjakan oleh laki-laki usia dewasa maupun muda yang berada dalam

usia produktif, karena butuh tenaga besar untuk mengoperasikan alat-alat TI.

Tetapi dalam perkembangannya perempuan dewasa dan anak sekolahpun ikut

membantu bekerja di TI.

Pekerja TI berada di wilayah penambangan di tentukan dari jarak antara

lokasi penambangan dan rumah. Jika jarak antara wilayah penambangan dan

rumah semakin jauh, maka semakin jarang pula pekerja pulang ke rumah.

Pekerja yang jauh dengan rumah tinggal dan memerlukan waktu 5 jam

lebih untuk perjalanan, dan akan tinggal di penambangan (ngecamp) sementara

dalam waktu 2-3 bulan. Kemudian kembali lagi ke wilayah penambangan sesuai

dengan persetujuan bos TI dan teman sekerja (pron)59.

Jika jarak rumah dan tempat penambangan tidak terlalu jauh, dapat

ditempuh dalam waktu 1-4 jam maka penambang akan pulang ke rumah dalam

waktu 2-3 minggu sekali. Untuk penambangan yang tidak nge-camp atau tidak

59Pron yaitu istilah yang sering digunakan pekerja tambang untuk menyebut satu

tim yang terdiri dari 3-4 orang. Pron berasal dari kata Front, kemudian menjadi pron agar

lebih mudah pengucapannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

80

menginap di tempat penambangan, rata-rata waktu tempuh antara rumah dan

tempat penambangan hanya 30 menit sampai 1 jam.

Penambang yang menginap atau nge-camp menyiapkan segala

perlengkapan yang dibutuhkan seperti sandang dan papan dan pangan untuk

tinggal di wilayah penambangan. Wilayah hutan sangat dingin dan tempat tinggal

yang berdindingkan plastik membuat para penambang harus menahan dingin,

maka dari itu kebutuhan sandangnya seperti pakaian dan selimut atau sarung

harus dipersiapkan.

Kebutuhan papan yang harus dipenuhi ialah membuat rumah sementara

bagi pekerja tambang yang menginap. Rumah sementara tersebut disebut pondok.

Rumah pondok terbuat dari papan, triplek, dan plastik atau terpal untuk menutupi

bagian dinding rumah. Atap rumah terbuat dari plastik dan terpal, beberapa rumah

mengunakan atap daun dan seng. Ketika pekerjaan menambang selesai dan pindah

lokasi menambang, atap dari rumah tersebut di ambil dan dipakai ulang di rumah

yang baru, beberapa rumah juga di biarkan tertinggal dengan atap utuh di lokasi

penambangan.

Untuk kebutuhan pangan, bos TI sudah membuatkan makanan untuk

penambang dengan jatah makan 3 kali sehari, makan pagi, makan siang dan

makan malam. Makanan disajikan sesuai dengan waktu makan di pondok khusus

untuk makan yang berdekatan dengan dapur.

Orang yang mengolah makanan di tambang ialah istri dari beberapa

penambang yang ikut juga nge-camp dengan suaminya. Saat waktu luang dan

istirahat dari mengolah makanan, maka istri dari penambang tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

81

membantu suami dengan cara melimbang. Melimbang atau ngelimbang adalah

kegiatan mengumpulkan tanah-tanah limbah dari cucian TI, kemudian di cuci lagi

dengan mendulangnya dan timah akan tertinggal di tempat pendulangan karena

berat timah lebih besar dibandingkan dengan pasir dan tanah yang tercampur

dengan timah sebelumnya. Hasil timah tersebut nantinya akan dijual kepada bos

TI bersamaan dengan pengupahan dari memasak yang telah dilakukan istri

penambang.

Lokasi penambangan yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Besar sangat

beragam, hampir semua kabupaten di Bangka telah menjadi lahan garapan

mereka. Di Kota Pangkal Pinang yaitu Bukit Merapin, di Bangka yaitu Sungailiat

dan Belinyu, di Bangka Barat seperti Mentok dan Jebus, di Bangka Tengah seperti

Lubuk Besar, Bemban, Kemingking, di Bangka Selatan seperti Tanjung Sangkar,

Nyelanding, Ranggung, Tepus, Pergam, Sidoharjo, Sumber Jaya Permai dan

sebagainya. Lokasi penambangan berpindah-pindah sesuai dengan arahan bos TI

atau menambang didaerah baru yang diperkirakan banyak mengandung sumber

timah.

Penentuan lokasi penambangan tidaklah sembarangan. Agar hasil timah

yang diperoleh memuaskan, maka perlu pengamatan kadar timah yang terkandung

didalam tanah terlebih dahulu. Pengamatan ini dilakukan oleh pemilik-pemilik

tambang untuk menentukan lokasi penambangan. Alat yang digunakan untuk

mengukur kadar timah di wilayah penambangan seperti, bor, dan Global

Positioning Sytem (GPS). Tidak semua pengamatan lokasi penambangan

dilakukan dengan sistem bor dan GPS, beberapa pemilik TI menggunakan jasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

82

orang pintar atau dukun untuk memprediksi keberadaan timah di lahan yang akan

di tambang. Selain itu beberapa pemilik TI juga tidak mengeluarkan biaya untuk

membeli alat atau jasa pengukuran kadar timah, untuk memprediksi kadar timah

tersebut, pemilik tambang memperkirakan keberadaan timah berdasarkan “piling”

(feeling).

Daerah yang telah selesai ditambang oleh TI seharusnya di reklamasi

kembali agar tanah tersebut dapat berfungsi kembali menjadi lahan pertanian dan

sebagainya. Tetapi yang terjadi ialah lahan-lahan bekas penambangan dibiarkan

terbuka dan meninggalkan kolong-kolong atau danau buatan hasil pengerukan

tanah yang sering disebut dengan camoy.

Gambar 5.1. Lahan TI di Kemingking Kabupaten Bangka Tengah

Sumber: Google Maps 2018, terletak pada 2º25’22.3”S, 106º07’01.6E.60

60Google Maps 2018, pada https://www.google.com/maps/@-

2.4184894,106.1173976,3182m/data=!3m1!1e3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

83

Menurut masyarakat tambang timah lebih menguntungkan menjadi

penambang timah di bandingkan dengan bekerja sebagai petani. Jika bertani

membutuhkan modal yang besar untuk membeli lahan dan bibit, perawatan yang

rutin, harga komoditas pertanian rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk

panen, itupun belum pasti panen, adakalanya panen rusak dan petani merugi.

Sedangkan pekerjaan menambang dilihat masyarakat sebagai kebalikan dari

pekerjaan bertani, menambang tidak perlu modal besar, hasil timah pasti ada

walaupun sedikit, proses menambang yang singkat untuk mendapatkan panen

timah, harga timah tinggi dan hampir selalu untung dalam bertambang.

Pandangan untung dan rugi antara bekerja TI atau bertani tergantung pada

masyarakat yang mengalami proses bekerja di masing-masing sektor. Beberapa

penambang juga memilih untuk mengakhiri kegiatan pertambangan dan memilih

bertani karena beberapa alasan tertentu misalnya, bertani lebih sedikit resikonya

kecelakannya dari pada bertambang. Hasil tani meskipun harga jualnya rendah

tetapi akan menghasilkan panen walaupun sedikit di bandingkan dengan

bertambang yang akan menguras tenaga banyak dan kadang tidak menemui timah

dalam penambangannya, dan terkadang resiko kecelakaan yang sangat tinggi di

penambangan.

Hasil dari bertambang dapat dikatakan membuat masyarakat TI cukup

sejahtera. Tidak hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup primer seperti pangan.

Sandang dan papan, tetapi dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier

keluraga penambang, misalnya hasil pengupahan TI dapat dipergunakan untuk

membeli motor, biaya sekolah anak, modal usaha, membeli kebun, membeli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

84

handphone, membangun rumah batu bata hingga mendirikan TI sendiri dan

sebagainya.

Jumlah pendapatan yang diperoleh dari penambang TI tergantung dari

hasil timah yang dapat dikumpulkan. Pembayaran uang kontan akan langsung

diberikan oleh bos timah setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali sesuai

dengan kesepakatan. Pasir timah dari 1 pron akan dikumpulkan dan ditimbang.

Hasil 1 kilogram timah dihargai sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik timah,

mulai Rp.30.000 hingga Rp. 100.000 per kilogram sesuai dengan harga timah di

pasaran Bangka. Jika hasil timah melimpah, hasil pekerja tambang perorang dapat

mencapai 800.000 rupiah hingga 1.500.000 rupiah per sekali pengupahan. Hal ini

juga tergantung dari harga timah di pasaran Bangka, jika harga timah menurun,

maka menuruh pula hasil pengupahan mereka dan sebaliknya.

Ketika hasil timah sedikit atau tidak memuaskan dan kebutuhan ekonomi

keluarga penambang sedang naik, maka pekerja dapat meminjam uang kepada

pemilik TI atau bos TI. Sistem hutang atau pinjaman ini dilunasi berdasarkan

kesepakatan bersama dengan pemilik timah atau bos. Sistem hutang ini tidaklah

mengikat pekerja tambang harus bekerja dan mengabdi dengan pemberi pinjaman

atau bos TI. Pekerja tambang dapat berganti wilayah TI hingga bos TI tanpa

ikatan apapun, dan perjanjian hutang akan tetap berlaku selama hutang belum di

lunasi.

Jam kerja di TI tidak ada, pekerja dalam satu tim atau pron (front) bebas

menggunakan waktu untuk memulai dan menyudahi pekerjaan. Jika ingin hasil

timah banyak, maka penambang akan lebih pagi mulai menghidupkan mesin dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

85

mencari timah, perhitungan hasil atau upah ditentukan dari hasil timah yang dapat

dikumpulkan, bukan dari jam kerja.

Pekerjaan menambang di mulai pagi hari atau ketika 1 tim sudah siap

untuk menambang. Biasanya penambang mulai bekerja antara pukul 06:00 sampai

08:00 pagi hingga 17:00 sore, tetapi jika merasa hasil pencarian timah kurang

banyak dalam satu hari maka penambang akan lembur hingga pukul 21:00. Para

penambang tidak bekerja sepanjang waktu dari pagi hingga sore dan malam,

mereka juga bisa beristirahat sesuai dengan kesepakatan 1 pron. Ada waktu untuk

istirahat termasuk waktu untuk makan. Sejak pagi hingga sore bekerja, di malam

hari penambang dapat istirahat malam dengan tidur atau menggunakan waktu

malam untuk bersantai bersama pekerja lainnya dengan bermain kartu atau gaple

dan bernyanyi yang diiringi gitar.

Sistem pembagian kerja di TI adalah penambang 1 pron yang terdiri dari

3-4 orang saling mengisi pekerjaan satu sama lain, bersifat luwes atau fleksibel.

Semua anggota dapat saling bergantian dalam memegang tugas kerjanya. Hal ini

pulalah yang menjadi salah satu faktor terjaganya relasi sosial yang baik antar

sesama penambang. Berada dalam posisi yang sama yaitu sebagai buruh

penambang timah yang bekerjasama demi mendapatkan timah sebanyak mungkin

untuk dibagi dalam satu tim. Tanggungjawab ekonomi yang besar dirasakan

mereka, ketika harus beralih profesi dari petani menjadi penambang timah,

peruntungan demi peruntungan di wilayah penambangan dicoba guna

memperbaiki perekonomian keluarga. Seperasaan dan sepenanggungan menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

86

buruh tambang timah itulah yang dirasakan mereka sehingga konflik antar

penambang sangat jarang sekali terjadi.

Dalam kerjasama satu pron harus terjadi komunikasi yang baik agar

pekerjaan menambang lancar dan dapat saling bergantian tugas. Tugas-tugas

pekerjaan di TI darat yaitu, dalam 1 pron terdapat 1 orang sebagai pencangkul, 1

orang sebagai penyemprot, 1 orang yang mengurus mesin, dan 1 orang yang

membuang sampah dan batu-batu. Sedangkan pada TI rajuk atau apung tugas

pekerjaannya ialah, 1 orang mengurusi mesin, 1 orang menaiki tower dan

memasukkan pipa besi ke dasar tanah, 1 orang mencangkul membersihkan hasil

cucian timah.

Di dalam penambangan inkonvensional, pekerja tambang rentan tehadap

risiko kesehatan dan keselamatan. Air di penambangan yang tercampur oli dan

solar mesin sering menjadi penyakit bagi pekerja, alergi gatal-gatal dan iritasi di

kulit badan sehingga menjadi memerah, selain itu wilayah pertambangan atau

hutan sangatlah dingin, pekerja rentan sakit karena kedinginan. Kecelakaan-

kecelakaan dalam penambangan juga sering terjadi seperti tangan tergulung tali

dari mesin win, jatuh dari tower saat mendorong pipa besi, dan tertimpa tanah

longsor, akan sulit untuk menggali korban jika sudah tertimpa tanah longsor.

Tidak ada jaminan kesehatan dan keselamatan dalam penambangan. Maka dari

itu, selain harus selalu waspada dalam penambangan, pekerja juga harus

mempersiapkan obat-obatan pribadi agar langsung dapat dikonsumsi dan tidak

menunggu pemulihan dari paramedis yang letaknya jauh dari wilayah

penambangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

87

Suasana kehidupan di TI beragam-ragam, ada yang lingkungannya ramai

dan sepi, hal ini ditentukan dari luasnya daerah pertambangan yang sedang

berlangsung. Di daerah pertambangan yang luas seperti di Kemingking dan

Bemban terdapat pemukiman atau rumah pondok dalam jumlah yang banyak.

Penambang yang merantau sudah melebihi hitungan puluhan orang.

Di wilayah pertambangan tidak hanya berisikan peralatan tambang dan

pekerja tambang, terdapat juga penjual-penjual kebutuhan para penambang yang

sifatnya sementara di wilayah itu, seperti warung sembako yang menjual bahan

makanan, perlengkapan mandi dan cuci, hingga warung makan yang juga

menyediakan teh dan kopi. Para pedagang di daerah tambang ikut merasakan

dampak dari hadirnya TI, kegiatan berdagang dapat diselingi dengan kegiatan

melimbang sebagai tambahan pendapatan. Ketika TI di daerah tersebut telah

selesai dan tinggalkan oleh penambang, maka pedagang sembako dan pedagang

lainnya juga ikut meninggalkan lokasi penambangan dan mencari daerah tambang

yang baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

88

Gambar 5.2. Warung sembako di wilayah penambangan TI

Sumber: Dokumentasi Pribadi (diambil pada April 2018).

Dalam wawancara dengan penambang, diketahui bahwa jumlah

penambang di Kemingking dan Bemban berkisar ribuan orang yang tak dapat

diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan tidak ada pendataan apapun mengenai

masuknya orang-orang dalam wilayah TI dan bebasnya akses keluar masuk

daerah tambang. Ada juga orang-orang yang merantau dari daerah lain mencari

kerja sebagai penambang di Bangka, seperti dari pulau Jawa, dari Palembang dan

sebagainya. Hubungan solidaritas dan kerjasama antara masyarakat Bangka dan

pendatang dari luar Bangka terjalin baik, hal ini dikarenakan kesamaan profesi

sebagai penambang timah di Bangka demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

89

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang Kondisi Masyarakat Tambang Timah

Bangka Selatan pada Tahun 2003-2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Terjadinya penambangan timah Tambang Inkonvensional (TI) di

Kepulauan Bangka Belitung berawal dari Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan (Kepmenperindag) Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 Tahun 1998

Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. Peraturan tersebut berisi tentang

pengawasan barang-barang yang dapat di ekspor. Timah tidak menjadi bagian

dalam Kepmenperindag tersebut, sehingga mengartikan bahwa timah merupakan

komoditas yang bebas dan tidak diawasi ekspornya oleh pemerintah.

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998-1999 membuat Bupati

Bangka mengambil langkah perbaikan ekonomi bagi masyarakatnya, maka dari

itu diterbitkanlah Perda Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Pertambangan Umum. Perda dari bupati mengartikan bahwa

pertaambangan rakyat diizinkan oleh pemda. Setelah Perda tersebut terbit,

tambang-tambang inkonvensional mulai diusahakan.

Di Bangka Selatan tahun 2001 usaha TI bermula di Tanjung Sangkar,

Tukak Sadai, dan Nyelanding. Pekerja penambangan TI adalah masyarakat Pulau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

90

Besar yang hendak mencoba peruntungan ekonomi di sektor penambangan.

Mereka dapat bekerja di sektor pertambang karena ajakan dari teman atau kenalan

yang sudah lebih dulu bekerja di TI.

2. Terjadi perubahan sosial ekonomi pada masyarakat tambang timah

setelah diberlakukannya Perda bupati mengenai perizinan tambang timah.

perekonomian menjadi lebih baik, kebutuhan primer, sekunder hingga tersier

dapat terpenuhi oleh masyarakat. Tidak hanya itu, para penambang yang sering

mendapatkan timah banyak lebih disegani dan digemari oleh masyarakat

penambang yang lainnya.

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang dapat saya sampaikan kepada Pemerintah

Daerah Bangka (Pemda), masyarakat tambang timah dan bagi para pembaca pada

umumnya, yaitu:

1. Perlunya bagi pemerintah mengadakan sensus masyarakat penambang TI,

agar ada data mengenai pertambangan timah Bangka.

2. Perlunya kerjasama antara pemda dan masyarakat untuk

menyelenggarakan penyuluhan mengenai izin penambangan, prosedur

penambangan timah, pelatihan kerja, dan reklamasi lahan pertambangan

oleh pemilik TI.

3. Haruslah diperkirakan alternatif pekerjaan masyarakat Bangka, ketika

cadangan timah di Bangka sudah menipis dan habis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

91

4. Ekologi Bangka harus tetap diperhatikan dan dilestarikan agar tetap dapat

menjadi pijakan bagi anak cucu di generasi mendatang.

5. Saran bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian di daerah

Kemingking dan Bemban yang menjadi lahan TI terbesar di Bangka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

92

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anton Haryono. Sejarah (Sosial) Ekonomi : Teori Metodologi Penelitian dan

Narasi Kehidupan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2011.

Erwiza Erman, Kesenjangan Buruh-Majikan : Pengusaha, Koeli dan Penguasa:

Industri Timah Belitung, 1852-1940. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1995.

______. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung. Yogyakarta: Ombak, 2009.

Heidhues, Mary Somers. Timah Bangka Dan Lada Mentok: Peran Masyarakat

Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d XX.

Jakarta: Yayasan Nabil, 2008.

Jhonson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia,

1986.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Bentang, 2001.

Mubyarto, dkk. Kajian Sosial-Ekonomi Desa-Desa Perbatasan di Kalimantan

Timur. Yogyakarta: Aditya Media, 1991.

Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Pelembang Darussalam:

Sejarah dan Warisan Budayanya . Jember: Jember University Press, 2016.

Selo Soemarjan. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta: Komunitas Bambu,

2012.

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali, 1982.

______. Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV.

Rajawali, 1984.

Susanto, Phil Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Binacipta,

1985.

Sutedjo Sujitno. Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah. Jakarta

Selatan: Cempaka Publishing, 2007.

______. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia: Abad Ke 18 – Abad Ke 20.

Jakarta Selatan: Cempaka Publishing, 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

93

ARSIP

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998

Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor.

Laporan Tahunan 2014 PT Timah.

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan

Pertambangan Umum.

Profil Kecamatan Pulau Besar Tahun 2017.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1958 Tentang

Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda.

JURNAL

Jurnal Society,Volume II, Nomor 1, Juni 2014. Citra Asmara Indra. 2014.

”Implikasi terbitnya Regulasi Tentang Pertimahan Terhadap Dinamika

Pertambangan Timah Inkonvensional di Pulau Bangka.

INTERNET

http://www.timah.com/v2/ina/tentang-kami/8410052012110526/sekilas-pt-timah/

http://www.babelprov.go.id/content/wilayah-administrasi

https://www.studinews.co.id/2017/10/pengertian-sosial-ekonomi-faktor-yang-

menentukan-kondisi-sosial.html#1FS_Chapin_Kaare_198926.

https://www.google.com/maps/@-

2.4184894,106.1173976,3182m/data=!3m1!1e3http://bangka.tribunnews.com/201

7/01/30/hasil-kajian-walhi-6412-persen-daratan-babel-rusak-parah-akibat-

tambang.

https://nasional.kompas.com/read/2010/02/08/05050255/Lada.Putih.Bangka.Terg

usur

https://tekno.kompas.com/read/2008/11/16/00170457/60.persen.warga.babel.hidu

p.dari.tambang.inkonvensional.

https://ekonomi.kompas.com/read/2008/11/10/21315732/wuih.semua.tambang.ti

mah.dilegalkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

94

DAFTAR NARASUMBER

No Nama Umur Pekerjaan Alamat

1 Suroso 46

Penambang

timah dan

Petani

Kecamatan

Pulau Besar

2 Suryani 42 Petani Kecamatan

Pulau Besar

3 Sugeng

Prasetyo 57

Penambang

timah dan

Petani

Kecamatan

Pulau Besar

4 Yakobus

Dasar 45

Penambang

timah

Kecamatan

Pulau Besar

5 Saudara 32 Penambang

timah

Kecamatan

Pulau Besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

95

LAMPIRAN

Rumah Pondok atau rumah sementara penambang (nge-camp)

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Rumah Pondok Untuk Penambang yang Tidak Nge-camp

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

96

Sampan Sebagai Transportasi Menuju Tempat Penambangan di Sungai.

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Pembuatan Ponton TI Apung /Rajuk.

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

97

Perakitan Peralatan TI Apung/Rajuk

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Lahan bekas TI darat yang menjadi wisata danau biru.

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI