i
MASYARAKAT TAMBANG TIMAH
INKONVENSIONAL BANGKA SELATAN
TAHUN 2003 – 2012
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sejarah
Oleh
Tiur Angelina O B N
NIM 144314013
PROGRAM STUDI SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Segala sesuatu yang bisa kau bayangkan adalah nyata”
Pablo Picasso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi berjudul “Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka
Selatan Tahun 2003-2012” ini saya persembahkan untuk kedua orangtua saya
yang sudah berjuang untuk menguliahkan saya, dan juga untuk keluarga besar Op.
Maroha dan R. Banjar Nahor yang selalu mendukung saya agar menjadi lebih
baik. Karya ini juga dipersembahkan untuk masyarakat penambang timah di
Bangka dan almamater Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PER}TYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa slripsi ini merupokan
karya sendiri dan belum pernah saya ajukan scbagai syarat untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di pergunran frbggi. Slcipsi ini tidak memuat karyra orang
lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang dijadikaa
sumber.
Yogyakarta, .14 Desember 2018
Penulis
MTiur Angelina O BN
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERI\TYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
: Tiur Angelina O B N
Nomor Mahasiswa : 144314013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata.Dharma karya ilmiah saya yang be{udul:
MASYARAKAT TAMBAI{G TIMAH INKOIYVENSIONAL BAIIGKA
SELATAI\ TAIIUN 2003-2012
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan ke
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memita izin dari dari saya
sebagai penulis
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,Pada 14 Desember 2018
Yang menyatakan
wTiurAngelinaOBN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Tiur Angelina O B N, Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka
Selatan Tahun 2003-2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2018.
Skripsi ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama,
bagaimana sejarah penambangan timah inkonvensional oleh masyarakat
Kecamatan Pulau Besar. Kedua, bagaimana kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Tambang Inkonvensional (TI) sejak diberlakukannya Peraturan
Daerah (Perda) mengenai perizinan penambangan oleh Bupati Bangka Eko
Maulana Ali pada tahun 2001.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan metode
pengumpulan data berupa wawancara dan studi pustaka. Analisis dilakukan
dengan mengelompokkan, mengkaitkan, membandingkan, dan interpretasi
terhadap data yang berhasil dikumpulkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambang Inkonvensional terjadi di
Bangka atas izin dalam Perda Nomor 6 Tahun 2001, dan kesempatan bekerja di
sektor pertambangan ini ditanggapi oleh masyarat Kecamatan Pulau Besar untuk
beralih pekerjaan dari petani menjadi penambang timah. Penambangan timah di
Bangka membuahkan hasil bagi para pekerja, penghasilan dari pekerjaan
tersebut mampu mencukupi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier keluarga
penambang.
Kata Kunci: Tambang timah inkonvensional, masyarakat tambang, Pulau Besar,
Bangka Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Tiur Angelina O B N, Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka
Selatan Tahun 2003-2012. Thesis. Yogyakarta: History Study Program, Faculty of
Letters, Sanata Dharma University, 2018.
The objective of this thesis were to answer two problems. First, what was
the history of unconventional tin mining by the people at Pulau Besar District.
Second, how had the socio-economic life of the Unconventional Mining (TI)
society since the enactment of Regional Regulation (Perda) concerning mining
permitted by Eko Maulana Ali as Bangka Regent in 2001.
This study used qualitative method, which used data collections such as
interview and literature method. The analysis was done by grouping, linking,
comparing, and interpreting the data collected.
The result of the study showed that Unconventional mines occurred in
Bangka with permission in Regional Regulation Number 6 of 2001, and the
opportunity to work in the mining sector was responded by the society of Pulau
Besar District which those switched job from farmer to tin miner. Tin mining in
Bangka produced result for tin miners, income from this job was able to complete
the primary, secondary, and tertiary needs of the miners family.
Keywords: Unconventional tin mines, mine society, Pulau Besar, South Bangka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Perlu proses
yang panjang hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, yaitu dari pemilihan
topik, sumber, proposal, penelitian lapangan sampai pada historiografi. Dari
semua proses yang diusahakan untuk menyelesaikan skripsi ini, saya dibantu oleh
orang tua, dan orang-orang disekitar saya. Mulai dari dukungan, doa, semangat,
diskusi, hingga pelajaran tentang kesabaran, ketekunan, kegigihan, ketelitian, dan
lainnya. Atas kebaikan dan pelajaran-pelajaran yang saya terima maka
perkenankanlah saya mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Kedua orangtua saya, bapak dan mama yang selalu mendoakan dan
mendukung saya di perantauan.
2. Bapak Hb. Hery Santosa M. Hum., selaku Ketua Program Studi Sejarah
dan sebagai dosen pembimbing akademik, terimakasih sudah membimbing
dan mengajar dengan sabar.
3. Bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno M. Hum., selaku dosen
pembimbing skripsi, terimakasih atas waktu yang bapak berikan, serta
kebaikan, kesabaran, dan semangat bapak dalam memimbing agar kami
dapat segera selesai.
4. Dosen-dosen pengajar akademik; Dr. Yerry Wirawan, Alm. Dr. Lucia
Juningsih M. Hum, Drs. Ignatius Sandiwan Suharso, Dr. Hieronymus
Purwanta M. A, Heri Priyatmoko M. A, Romo Heri Setyawan, S.J,, M.A.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Romo Dr. Baskara Tulus Wardaya, S.J, Romo Dr. Gregorius Budi
Subanar, S.J., Drs. Manu, Miss Siska, Mom Retno dan Prof. Dr. I.
Praptomo Baryadi, M. Hum. Terimakasih sudah memberikan saya banyak
ilmu, pengalaman, inspirasi dan motivasi selama berkuliah di Universitas
Sanata Dharma.
5. Mas Doni dan Mas Tri selaku Staf Sekretariat Program Studi Sejarah,
terimakasih sudah membantu dalam mengurus segala administratif saya
selama kuliah. Tidak lupa juga terimakasih saya untuk seluruh Pegawai
Sanata Dharma yang membuat suasana kampus terasa nyaman.
6. Narasumber penelitian yaitu keluarga Bapak Suroso, Bapak Suryani,
Bapak Yakobus Dasar, Bapak Sugeng Prasetyo, Bapak Saudara, dan para
penambang timah di Bangka, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk
menceritakan kembali kondisi pertambangan timah Bangka.
7. Pegawai di Dinas Transmigrasi Bangka Selatan, Badan Pusat Statistik
(BPS) Bangka Selatan, Kearsipan Bangka dan Bangka Selatan, kantor
Bupati Bangka Selatan, terimakasih atas diskusinya dan memperbolehkan
saya mengakses data.
8. Ibu Atik, Pak Tjahyo, dan Pak Wardoyo, terimakasih atas dukungan dan
semangatnya bagi saya untuk segera menyelesaikan skripsi
9. Semua teman-teman di Program Studi Sejarah, terutama teman
seperjuangan angkatan 2014. Terimakasih atas semangat lulus bersama
dan pengalamannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis
@Tiur Angelina
10. Sabam Sariaman Siregar terimakasih untuk dukungan, motivasi dan
kerjasama yang baik.
ll. Soso, Edut, Rosma, Carolinq Oyon, Wulan, Yesi, Geka, Geleng, dan
Firda Noftalinq terimakasih atas dukungan, keceriaan dan
kebersamaannya.
Saya menyadari, skripsi yang saya sunm berjudul Masyarakat Tambang
Timah Kabupaten Bangka Seiitan Tahun 2003-2012 masih jauh dari kara
s€mpuma, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi penulisan sejarah di masa mendatang.
Yogyakarta, 14 Desember 2018
OBN
xI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vii
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah......................................................... 5
C. Rumusan Masalah...................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian....................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian...................................................................................... 7
F. Kajian Pustaka............................................................................................. 8
G. Landasan Teori........................................................................................... 12
H. Metode Penelitian....................................................................................... 14
I. Sistematika Penelitian................................................................................... 17
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN PULAU BESAR
A. Geografis Kabupaten Bangka Selatan........................................................ 18
B. Geografis Kecamatan Pulau Besar............................................................. 23
C. Masyarakat Kecamatan Pulau Besar.......................................................... 26
D. Mata Pencaharian....................................................................................... 32
BAB III PERTAMBANGAN TIMAH BANGKA
A. Penemuan Timah Bangka........................................................................... 38
B. Pendirian Banka Tinwinning ...................................................................... 42
C. PT Timah Bangka....................................................................................... . 49
BAB IV TAMBANG INKONVENSIONAL (TI)
A. Pelaksanaan Tambang Inkonvensional......................................................... 52
B. Perkembangan Tambang Inkonvensional..................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAMBANG TIMAH
A. Konsep Sosial Ekonomi............................................................................. 62
B. Masyarakat Tambang Timah di Kecamatan Pulau Besar.......................... 77
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 89
B.Saran............................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 92
DAFTAR NARASUMBER............................................................................. 94
LAMPIRAN..................................................................................................... 95S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perkembangan Penduduk Kecamatan Pulau Besar................... 24
Tabel 2.2. Penduduk Dalam Usia Produktif di Kecamatan Pulau Besar... 25
Tabel 2.3. Jumlah Murid Sekolah Negeri dan Swasta Menurut
Desa/Kelurahan di Kecamatan Pulau Besar Tahun 2008......... 31
Tabel 2.4. Produksi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan
Kecamatan Pulau Besar............................................................ 33
Tabel 2.5. Statistik Tabama Kecamatan Pulau Besar............................... 34
Tabel 2.6. Jumlah Pemilik Usaha Pertambangan Timah Inkonvensional
dan Tenaga Kerja di Kecamatan Pulau Besar.......................... 37
Tabel 5.1. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Besar Sebelum
dan Sesudah Berlakunya Perda Perizinan Tambang Timah
Inkonvensional...................................................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bangka Selatan........................................ 22
Gambar 2.2. Peta Kecamatan Pulau Besar............................................. 22
Gambar 4.1. Tambang Inkonvensional Darat......................................... 61
Gambar 4.2. Tambang Inkonvensional Apung/Rajuk............................ 61
Gambar 5.1. Lahan TI di Kemingking Bangka Tengah......................... 82
Gambar 5.2. Warung Sembako di Wilayah Penambangan TI................ 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Rumah Pondok atau Rumah Sementara Penambang (nge-camp).
Lampiran 2: Rumah Pondok Untuk Penambang yang Tidak Nge-camp.
Lampiran 3: Sampan Sebagai Transportasi Menuju Tempat Penambangan di
Sungai.
Lampiran 4: Pembuatan Ponton TI Apung /Rajuk.
Lampiran 5: Perakitan alat-alat TI Apung/ Rajuk.
Lampiran 6: Lahan bekas TI darat yang menjadi wisata danau biru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pulau Bangka merupakan salah satu jejak dari sejarah penjajahan kolonial
yang telah menjadikan Pulau Bangka terkenal dengan timah sebagai hasil
buminya. Bagi sejarah nasional, pulau ini sudah menghasilkan timah sejak
pemerintahan kolonial Belanda dan menjadi produsen timah terbesar di Indonesia,
juga sekaligus eksportir timah terbesar di dunia1.
Timah adalah salah satu komoditas tambang yang sangat ramai diperjual-
belikan sejak abad Ke-18 hingga sekarang abad Ke-21. Kegunaan timah sendiri
yaitu sebagai bahan pendukung pelapis kaleng, pembuatan peluru, komponen
otomotif, produksi kaca, pembuatan kemasan, dan lain-lain.
Keberadaan timah di Kepulauan Bangka Belitung ini juga mendorong
berdirinya industri timah dengan nama PT TIMAH2. Industri tersebut memiliki
sejarah panjang, dimana PT TIMAH (Persero) Tbk resmi berdiri sejak 2 Agustus
1976 dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di
bidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak
1PT Timah, pada http://www.timah.com/v2/ina/tentang-
kami/8410052012110526/sekilas-pt-timah/. Diakses pada 03 April 2018 pukul 18:59
WIB.
2PT TIMAH merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki
segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi,
penambangan, pengolahan hingga pemasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tahun 1995. Namun demikian sejarah pendirian perseroan telah dimulai sejak
pengelolaan di bawah pemerintahan Belanda yakni penambangan mineral timah
di Indonesia yang ditemukan secara tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-
pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur. Pada masa itu,
pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial,
Banka Tinwinning Bedrijf (BTW). Sedangkan di Belitung dan Singkep usaha ini
dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, Gemeenschappelijke
Mijnbouwmaatschappij Biliton (GMB) di Belitung dan NV Singkep Tin
Exploitatie Maatschappij (NV SITEM) di daerah Singkep.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah Indonesia
mengambil alih kepemilikan perusahaan tersebut berdasarkan program
nasionalisasi perusahaan oleh negara pada tahun 1958.3 Semua perusahaan
milik pemerintahan Belanda yang ada di Bangka dinasionalisasikan atau diambil
alih oleh pemerintah Indonesia. Ketiga perusahaan milik Belanda tersebut
(BTW, GMB, dan SITEM) menjadi Perusahaan Negara (PN) yang terpisah.
BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka, GMB menjadi PN Tambang Timah
Belitung, SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep.
Pada tahun 1961 Pemerintah membentuk Badan Pimpinan Umum (BPU)
perusahaan-perusahaan pertambangan timah negara. Tahun 1968 ketiga entitas
perusahaan bersama dengan BPU dikonsolidasikan menjadi Perusahaan Negara
3Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1958 Tentang
Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda. Pada pasal 1 menjelaskan bahwa
“Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang
akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan
menjadi milik penuh dan bebas Negara Republik Indonesia”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(PN) Tambang Timah. Sesuai UU No.9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek
Peleburan Timah Mentok diubah menjadi Perusahaan Persero, di mana seluruh
sahamnya dimilliki oleh Pemerintah dan namanya diubah menjadi PT Tambang
Timah (Persero) dengan Akta No.1 Tahun 1976 oleh Notaris Imas Fatimah, SH
tertanggal 22 Agustus 1976. Kemudian pada tanggal 19 Oktober 1995,
Pemerintah melakukan privatisasi dengan mencatatkan saham PT Tambang
Timah di Bursa Efek dan merubah nama perusahaan menjadi PT TIMAH
(Persero) Tbk.4
Keberadaan timah sebagai komoditas yang paling menguntungkan di
Bangka membuat masyarakat menginginkan kepemilikan atas pasir timah
termasuk teknologi yang dimiliki oleh perusahaan timah. Tetapi kontrol
Pemerintah Pusat terhadap komoditas timah begitu kuat sehingga mereka
menggunakan tangan-tangan militer untuk melakukan proteksi sebagaimana
yang dikatakan oleh Erman Erwiza dalam penelitiannya tahun 2007,
“Masyarakat lokal dilarang untuk menambang, menjual, bahkan menyimpannya
walau satu kilogram”. Kondisi ini menjadi prakondisi bagi munculnya
disharmonisasi dalam pengelolaan timah di daerah ini.5
Timah sebagai hasil bumi di Bangka berada dalam genggaman
penguasa. Perusahaan-perusahaan timah memainkan peran penting dalam
4Laporan Tahunan 2014 PT TIMAH (PERSERO) TBK.
5Citra Asmara Indra, 2014, ”Implikasi terbitnya Regulasi Tentang Pertimahan
Terhadap Dinamika Pertambangan Timah Inkonvensional di Pulau Bangka”, Jurnal
Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penambangan dan produksi di daerah kepulauan ini6. Dengan adanya peranan
tersebut acap kali munculnya potensi untuk berbuat nepotisme. Hal tersebut
terbukti dari seluruh karyawan PT TIMAH, hanya sebagian kecil yang
merupakan masyarakat Bangka.
Kemudian pada tahun 1998 pemerintah mengeluarkan surat keputusan
mengenai ketentuan umum di bidang ekspor yang tidak memuat timah sebagai
barang yang diatur dan diawasi ekspornya7. Kebijakan ini yang akan membuat
perubahan secara drastis tentang pengelolaan timah sebagai barang strategis dan
barang yang bebas bagi masyarakat dan negara. Surat Keputusan mengenai
ketentuan umum di bidang ekspor yang tidak memuat timah sebagai barang
yang diatur dan diawasi ekspornya segera mendapat respon dari bupati Bangka
tiga tahun setelahnya. Bupati Eko Maulana Ali mengeluarkan Perda8 pada tahun
2001, isi dari Perda tersebut ialah mengizinkan masyarakat untuk dapat
menambang bahan galian diluar gas bumi dan minyak. Tujuan diberlakukannya
Perda tersebut dilatarbelakangi untuk peningkatan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD)—yaitu dengan diberlakukannya Pajak Pertambangan Umum dan
Mineral Ikutannya.
Perda yang telah dibuat dan disetujui Bupati Eko tersebut menjadi titik
tolak atau faktor utama pembentukan tambang-tambang bebas atau tambang-
6Ibid.
7Kepmenperindag Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum di
Bidang Ekspor.
8Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tambang rakyat yang sering disebut oleh masyarakat Bangka dengan sebutan TI
(Tambang Inkonvensional). Bupati Bangka Eko Maulana Ali meminta PT
TIMAH untuk mengijinkan masyarakat menambang di sebagian wilayah kuasa
penambangan yang telah ditinggalkan. Sebagai konsekuensinya, masyarakat
penambang timah haruslah menjual pasir timahnya hanya kepada PT TIMAH
yang pada akhirnya berujung pada kerusakan lingkungan di Bangka.
Penelitian ini akan berfokus pada sejarah terbentuknya TI dan kondisi
sosial-ekonomi masyarakat tambang. Topik penelitian ini dipilih karena
memiliki pengaruh yang luas dan penting terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat Bangka Selatan, karena merupakan salah satu referensi
untuk melihat perkembangan sosial ekonomi masyarakat tambang timah
Bangka.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah TI (Tambang Inkonvensional)
atau Tambang Rakyat yang menjadi sumber kehidupan mayoritas masyarakat di
Bangka. Diangkatnya TI sebagai pokok bahasan penelitian disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya:
1. Belum ada tulisan yang membahas tentang kehidupan masyarakat TI
Bangka Selatan secara mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Sejarah lokal kurang mendapatkan perhatian dalam historiografi
Indonesia, termasuk sejarah Bangka dan tambang timahnya, sehingga
pembahasan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah
inkonvensional Bangka Selatan secara mendalam diharapkan dapat
muncul dalam penelitian ini.
2. Pembatasan Masalah
Alasan pemilihan periode 2003 sampai 2012 adalah untuk menunjukkan
sejarah pembentukan TI, masyarakatnya dan perkembangannya dalam dua periode
pemerintahan Bupati Eko Maulana Ali yang mendukung dan meresmikan
berlakunya TI. Tahun 2003 dipilih sebagai awal penelitian karena pada tahun ini
wilayah Bangka Selatan resmi disahkan menjadi kabupaten baru yang sebelumnya
masuk dalam kabupaten Bangka Induk.
Tahun 2012 dipilih sebagai akhir penelitian ini yaitu untuk melihat sejarah
TI dan perkembangannya dalam waktu ± 10 tahun. Kurun waktu 10 tahun ini
akan digunakan sebagai penjelas bagaimana sejarah TI dan kehidupan sosial-
ekonomi masyarakat tambang timah inkonvensional Bangka Selatan.
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pulau Besar,
Kabupaten Bangka Selatan, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemilihan
lokasi ini berdasarkan tempat tinggal penambang timah atau masyarakat
penambang timah yaitu di Kecamatan Pulau Besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah penambangan timah inkonvensional oleh
masyarakat Kecamatan Pulau Besar?
b. Bagaimana kehidupan sosial-ekonomi masyarakat TI sejak
diberlakukannya Perda mengenai perizinan penambangan oleh Bupati
Bangka Eko Maulana Ali pada tahun 2001?
D. Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan sejarah penambangan timah inkonvensional di Pulau Besar
b. Memaparkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat TI sejak di
berlakukannya Perda Bupati Bangka Eko Maulana Ali pada tahun 2001
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang membahas salah satu sejarah tambang timah
inkonvensional Bangka ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, secara keilmuan,
penelitian ini memberi sumbangan terhadap penulisan sejarah lokal yang
mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat tambang timah. Kedua, bagi
mahasiswa ilmu sejarah dan pemerhati sejarah, penelitian ini dapat menambah
wawasan tentang pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
tambang timah. Ketiga, bagi masyarakat umum hasil penelitian dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
untuk membantu mereka yang ingin memahami sejarah tambang inkonvensional
pada periode 2003-2012.
F. Kajian Pustaka
Pelaksanaan penelitian ini akan berdasarkan hasil riset di lapangan berupa
wawancara dan pengamatan. Sedangkan untuk mendukung data-data yang
diperoleh dari lapangan, maka diperlukan sumber-sumber tertulis berupa buku-
buku, laporan penelitian, majalah, koran, dan artikel-artikel di internet.
Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku pun yang
menuliskan tentang “Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka Selatan
Tahun 2003-2012” meski ada banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh peneliti
tentang timah Bangka, kebanyakan peneliti mengambil fokus penelitian pada
kerusakan alam atau lingkungan Bangka bukan sejarah dari tambang
inkonvensional atau tambang rakyat itu sendiri.
Penelitian mengenai Pulau Bangka dan timah dipelopori oleh Mary
Somers Heidhues yaitu dalam karangan berjudul Timah Bangka Dan Lada
Mentok.9 Periode dan wilayah penelitian pada buku ini ialah pada awal
ditemukannya hasil bumi berupa timah yaitu di Bangka pada abad Ke-18. Periode
berikutnya yaitu pada abad Ke-19 pertambangan timah di Bangka mulai
diusahakan dengan mengirimkan pekerja dari China ke Bangka dan terbentuklah
masyarakat Tionghoa di Bangka serta pembukaan maskapai timah di Belitung
9Heidhues, Mary Somers. Timah Bangka Dan Lada Mentok: Peran Masyarakat
Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d XX. Jakarta: Yayasan
Nabil, 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
terjadi di abad Ke-19. Kemudian pada Abad Ke-20 dibentuk sebuah perusahaan
resmi milik pemerintah Belanda yang kemudian begeser menjadi milik Jepang
dan ketika kemerdekaan Indonesia diraih, perusahaan pertambangan tersebut
berganti menjadi milik pemerintah Indonesia.
Pada bab pertama buku ini menjelaskan bagaimana perdagangan timah
dunia bermula hingga abad Ke-18. Kebutuhan China terhadap timah membuat
timah di Bangka di eksploitasi melalui Kesultanan Palembang hingga kekuasaan
kolonial.
Pada bab kedua menjelaskan bagaimana popularitas timah sebagai
komoditas yang mahal dan penting. Sultan Palembang melakukan hubungan
kerjasama dengan Inggris, dan pada tahun 1812 menyerahkan Bangka sebagai
bagian dari kekuasaan Inggris. Sultan mendatangkan para buruh timah dari negeri
Cina dimana kelak hasil timah akan diberikan kepada pemerintah Inggris dengan
bayaran enam dolar mata uang Spanyol untuk setiap pikul timah.
Pada bab ketiga menjelaskan penambangan timah yang dikuasai oleh
orang Inggris. Dalam masa penguasaan Inggris tersebut, ada pembaruan teknologi
dalam manufaktur penambangan yang ditindaklanjuti dengan pembukaan wilayah
Belitung dan penemuan timah di Belitung dimana setelah itu menjadi
penambangan Billiton.
Pada bab keempat menggambarkan kehidupan orang Bangka yang
pekerjaannya adalah bertani serta terjadinya konflik antara orang pendatang dan
penduduk asli yaitu orang melayu Bangka, dimana pekerjaanya adalah petani
lada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pada bab kelima hingga bab kedelapan, menggambarkan kehidupan kuli
timah dalam masa setelah perang dunia kedua, perang nasionalis, dan perang anti-
Jepang. Dalam delapan bagian yang dituliskan oleh Mary Somers Heidhues tidak
ada pembahasan mengenai sejarah TI secara khusus dalam bagian bahasannya.
Dalam buku Erwiza Erman yang berjudul Kesenjangan Buruh dan
Majikan : Pengusaha, Koeli dan Penguasa : Industri Timah Belitung10
menjelaskan tentang kehidupan kuli timah di Belitung. Kuli timah dipekerjakan
oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menambang timah di Belitung yang baru
dibuka lahannya. Dalam buku ini menjelaskan bagaimana kehidupan kuli timah
Belitung berada dibawah kuasa penguasa dan pemilik modal. Dalam bagian-
bagian bahasannya mengenai sejarah kehidupan kuli timah di Belitung, hanya ada
sedikit bahasan mengenai sejarah timah Bangka, terutama yang berkaitan dengan
TI tidak ada disebutkan dalam buku Erwiza Erman ini.
Dalam buku Erwiza Erman yang berjudul Menguak Sejarah Timah
Bangka-Belitung: Dari Pembentukan Kampung ke Perkara Gelap.11 Karangan
tulisan Erwiza ini menjelaskan sejarah pembentukan kampung di Bangka dan
peranan tokoh-tokoh lokal yang menentang penjajahan Belanda. Sejarah
perusahaan timah milik kolonial juga diulas dalam buku ini, terlebih mengenai
komoditas lada dan timah Bangka di balik tahun-tahun krisis Indonesia. Dalam
bab terakhir dijelaskan mengenai perkara gelap, keuntungan diam: studi
10Erwiza Erman. Kesenjangan Buruh dan Majikan: Pengusaha, Koeli dan
Penguasa : Industri Timah Belitung. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.
11Erwiza Erman. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung. Yogyakarta: Ombak,
2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
hubungan kekuasaan dalam bisnis pertimahan, menjelaskan sekilas mengenai
kebijakan Bupati Eko Maulana Ali dalam Perda Bangka yang menjadi gejolak
awal hadirnya TI. Akan tetapi mengenai kehidupan sosial-ekonomi masyarakat
TI Bangka Selatan tidak disinggung dalam karyanya.
Penelitian serupa mengenai pertambangan timah juga pernah dilakukan
oleh seorang pegawai tambang di PT Tambang Timah Bangka pada tahun 1963-
1993, bernama Sutedjo Sujitno, di masa pensiunnya beliau melakukan
historiografi mengenai sejarah petambangan timah di Bangka.
Tahun 1996 buku karangannya diterbitkan oleh PT Timah yang berjudul
“Sejarah Penambangan Timah di Indonesia: Abad 18 – Abad 20”12 dan buku
“Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah”13. Kedua buku karya
Sutedjo Sujitno menjelaskan bagaimana sejarah penambangan timah di Indonesia
bermula hingga pertambangan timah di Bangka dapat berlangsung. Tahapan
perkembangan sejarah timah yaitu bermula dari penemuan timah di Indonesia,
seperti Bangka, Riau, dan Belitung, kemudian dilakukanlah penambangan timah
di darat dan penambangan timah di laut. Agar dapat menjadi komoditas
internasional maka didirikan peleburan timah dan hingga pemasaran timah. Pada
salah satu sub-bab dari buku Sutedjo Sujitno yang berjudul “Dampak Kehadiran
Timah Indonesia Sepanjang Sejarah” menjelaskan bagaimana sejarah Tambang
Inkonvensional di Bangka terjadi dan dalam cakupan yang luas yaitu Bangka,
12Sutedjo Sujitno. Sejarah Penambangan Timah Di Indonesia Abad Ke 18 – Abad
Ke 20. Jakarta Selatan: Cempaka Publishing, 2007.
13Sutedjo Sujitno. Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah.
Jakarta Selatan: Cempaka Publishing, 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tetapi untuk menggambarkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Bangka
terutama Bangka Selatan tidak dijelaskan dalam sub-bab ini.
Pokok bahasan dalam tulisan ini adalah kondisi sosial ekonomi
masayarakat TI Bangka Selatan dalam kurun waktu 2003-2012. Ini merupakan
penelitian baru yang belum diteliti oleh sejarawan lain, sebagian besar penulis
hanya menyinggung sedikit tentang TI dan Bangka, tetapi belum dilakukan
penelitian secara mendalam. Penelitian ini tidak hanya membahas sejarah TI
Bangka namun lebih pada kondisi masyarakat TI Bangka Selatan khususnya di
Kecamatan Pulau Besar. Oleh sebab itu penelitian ini baru dan berbeda dengan
penelitian sejarawan yang sudah ada.
G. Landasan Teori
Untuk menjelaskan fenomena mengenai pokok rumusan masalah di atas,
maka diperlukanlah teori yaitu untuk memahami fakta, menjelaskan, dan
memberikan ramalan yang valid sebagai penjelas. Berdasarkan fenomena
penelitian yaitu kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah Bangka
Selatan dalam studi kasus di Kecamatan Pulau Besar tahun 2003 sampai 2012,
maka teori yang berhubungan untuk menganalisa masalah pada rumusan masalah
ialah teori stratifikasi sosial oleh Max Weber.
Masyarakat Bangka Selatan ialah masyarakat yang mayoritas berprofesi
sebagai petani. Hasil dari tani tersebut ialah lada dan karet yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan para petani. Pernah suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
ketika, dimana para petani meraup untung yang sangat besar karena harga lada
dan karet berada dimasa kejayaannya.
Harga lada di pasar internasional tidak dapat seimbang dan mempengaruhi
perekonomian petani lada. Terutama di tahun-tahun krisis atau Depresi Ekonomi
Dunia yaitu pada tahun-tahun 1929, dan periode deflasi pada 1948, 1956-1958,
1997-1999. Lada menumpuk dalam gudang dan membusuk hingga para petani
hanya dapat bergantung pada tauke lada.
Ketika krisis lada, terutama setelah tahun 1999 yang disambut dengan
kenaikan harga timah dan pembukaan tambang inkonvensional, maka sektor
ekonomi timah dapat meyerap tenaga kerja petani di pertambangan atau para
petani beralih membuka tambang-tambang timah, baik dengan modal mereka
sendiri maupun dengan modal pengusaha timah selain PT Timah dan dan PT
Koba Tin yang berkembang sejak adanya izin perdagangan pasir timah oleh
pemerintah pusat.14
Max Weber menjelaskan bahwa stratifikasi dibagi menjadi 3 bagian yaitu,
ekonomi, budaya, dan politik. Teori Weber ini merupakan perluasan dari teori
Marx. Marx melihat ekonomi sebagai dasar struktur sosial, dan posisi-posisi orang
dalam struktur ini dapat ditentukan terutama oleh apakah dia memiliki alat
produksi atau tidak, serta pemilikan benda aau kekayaan menjadi dasar utama
stratifikasi.15
14Erwiza Erman. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung., op. cit., hlm.176.
15Doyle Paul Jhonson. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia,
1986., hlm. 223.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sejalan dengan pernyataan Marx, Weber menyatakan bahwa stratifikasi
ekonomi sebagai dasar yang fundamental untuk kelas. Menurut Weber kelas
sosial terdiri dari semua mereka yang memiliki kesempatan hidup yang sama
dalam bidang ekonomi. Kelas sosial yang dimaksudkan Weber ialah (1) sejumlah
orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang merupakan sumber
dalam kesempatan-kesempatan hidup mereka, sejauh (2) komponen ini secara
eksklusif tercermin dalam kepentingan ekonomi berupa pemilikan benda-benda
dan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh pendapatan, dan (3) hal itu
terlihat dalam kondisi-kondisi komoditi atau pasar tenaga kerja.16
Terjadinya kegiatan menambang yang dilakukan oleh rakyat atau tambang
inkonvensional di Bangka merupakan stratifikasi sosial oleh petani dan pekerja
harian lada untuk memperbaiki perekonomian keluarga dengan cara menambang
timah melalui kesempatan-kesempatan yang telah diwujudkan dalam UU mineral
oleh pemerintah pusat serta Perda oleh Bupati Bangka.
H. Metode Penelitian
Metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek penelitian.
Selain itu, metode juga dapat diartikan bagaimana cara untuk membuat atau
mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur, dalam
metode penelitian sejarah, metode ini bertujuan agar penulisan sejarah menjadi
lebih terstruktur dan sistematis.
16Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Terkait dengan hal diatas, maka penelitian ini akan menggunakan metode
penelitian sejarah. Dalam penelitian sejarah secara umum terdapat empat tahapan
yaitu, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber),
interpretasi: analisis dan sintesis dan penulisan.
Sebelum mencari data atau sumber, akan dilakukan pemilihan topik yang
sesuai dengan minat dan kemampuan penulis. Pemilihan topik mengenai
Masyarakat Tambang Timah Inkonvensional Bangka Selatan dengan studi kasus
di Kecamatan Pulau Besar tahun 2003-2012 yaitu berawal dari kedekatan personal
dengan daerah-daerah transmigrasi di Kecamatan Pulau Besar, sehingga ingin
menulis sesuatu tentang tempat berkembang dan tempat tinggal. Kemudian, hal
ini didukung oleh fakta keadaan masyarakat transmigrasi di Kecamatan Pulau
Besar yang mencari penghidupan dari bertambang TI, membuat pemilihan topik
mengerucut menjadi masyarakat tambang timah Bangka Selatan dengan ruang
lingkup pada kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah inkonvensional
Kecamatan Pulau Besar.
Setelah pemiihan topik, tahap berikutnya yang dilakukan ialah tahap
pengumpulan sumber. Untuk mencari sumber yang terkait maka perlu dipastikan
wilayah penelitian lapangan sesuai dengan topik. Penelitian ini dilakukan di
Bangka Selatan dan Bangka Barat dengan narasumber para penambang TI yang
tinggal di Kecamatan Pulau Besar.
Pengumpulan sumber dilakukan dengan menggunakan sumber lisan dan
sumber tertulis. Pengumpulan sumber sejarah lisan yaitu dengan cara melakukan
wawancara terhadap narasumber yang mengetahui tentang tambang timah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Bangka, seperti penambang timah, bekas penambang timah, dan masyarakat
setempat Kecamatan Pulau Besar. Setelah sumber lisan didapatkan, maka untuk
melengkapi data-data ialah dengan cara mencari sumber tertulis atau studi pustaka
seperti historiografi tentang bangka dan timah, surat kabar, laporan tahunan
perusahaan timah, BPS Kabupaten Bangka Selatan dan Kecamatan Pulau Besar,
jurnal, buku dan artikel yang terkait dengan topik penelitian.
Setelah proses pengumpulan data dilakukan, maka langkah berikutnya
adalah melakukan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua bagian, yang
pertama ialah kritik eksternal. Maksud dari kritik eksternal adalah memperhatikan
otensitas atau keaslian sumber, misalnya dengan melihat data-data dari lapangan
Penelitian apakah sesuai dengan data yang telah diperoleh dari sumber tertulis dan
lisan.
Kemudian kritik yang kedua ialah kritik internal yaitu, memperhatikan
kredibilitas isi sumber dengan peristiwa sejarah yang diteliti dapat percaya atau
tidak. Data-data yang telah diverifikasi kemudian dibaca secara menyeluruh
dalam tahapan interpretasi. Dari pembacaan tersebut baru kemudian diperoleh
makna mengenai data-data yang telah didapat. Data-data yang diuji kebenarannya,
kemudian diinterpretasikan dan dijadikan bahan penulisan sejarah atau disebut
juga dengan tahap historiografi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
I. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini dijabarkan ke dalam tulisan dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar Belakang, identifikasi dan
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Deskripsi Masyarakat Pulau Besar. Dalam bab kedua ini akan
membahas mengenai letak geografis, demografi dan kondisi sosial ekonomi.
Bab III Sejarah Pertambangan Timah Bangka. Dalam bab ketiga ini akan
membahas tentang periodesasi penambangan timah di Bangka.
Bab IV Tambang Inkonvensional. Dalam bab keempat ini akan membahas
tentang pelaksanaan tambang inkonvensional dan perkembangannya.
Bab V Perubahan Sosial Ekonomi Pasca Berlakunya Perda Tambang
Inkonvensional. Pada bab kelima ini akan menjelaskan perubahan kondisi sosial
ekonomi masyarakat tambang timah Pulau Besar setelah terbitnya perda bupati
tentang perizinan penambangan timah.
Bab VI atau bab terakhir berisi Kesimpulan atau Saran. Dalam bab enam
ini akan dipaparkan kesimpulan dari penjelasan kondisi masyarakat tambang
timah Pulau Besar Bangka Selatan (2003-2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
BAB II
DESKRIPSI MASYARAKAT PULAU BESAR
A. Geografis Kabupaten Bangka Selatan
Kecamatan Pulau Besar yang menjadi wilayah penelitian ialah bagian dari
Kabupaten Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan termasuk salah satu
kabupaten dari 6 kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Sebelum terbentuk menjadi provinsi, wilayah Bangka dan Belitung
termasuk dalam wilayah administrasi Sumatera Selatan. Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000
Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 Nopember
2000, yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kota
Pangkalpinang.
Tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan diresmikan menjadi kabupaten
baru yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemekaran
wilayah. Sebelum Kabupaten Bangka Selatan terbentuk, wilayah Bangka Selatan
menjadi wilayah adminstratif dari Kabupaten Bangka.
Pada tanggal 25 Februari 2003 dilakukan pemekaran wilayah di Provinsi
Bangka Belitung dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka
Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Maka dengan demikian wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
adminstrasi pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi dalam 6
kabupaten dan 1 kota.17
Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2º 26’ 27”
sampai 3º 5’ 56 Lintang selatan dan 107º 14’ 31” sampai 105º 53’ 09” Bujur
Timur. Kabupaten Bangka Selatan secara administratif wilayah mempunyai
wilayah daratan ± 10. 640 Km². Meliputi 8 kecamatan yaitu Kecamatan Simpang
Rimba, Payung, Air Gegas, Toboali, Lepar Pongok, Tukak Sadai, Pulau Besar,
dan Kepulauan Pongok. Dari delapan kecamatan yang termasuk dalam wilayah
administratif Kabupaten Bangka Selatan, wilayah yang menjadi penelitian untuk
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat tambang timah Bangka Selatan
ialah wilayah Kecamatan Pulau Besar.
Kabupaten Bangka Selatan memiliki batasan geografis sebagai berikut :
Bagian Barat dan Selatan berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa
Bagian Timur berbatasan langsung dengan Selat Gaspar
Bagian Utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Sungai Selan, dan
Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah.
Untuk dapat memahami keadaan geografis dan batasan wilayah Bangka
Selatan, maka perlu dijabarkan pula keadaan alam daerah Bangka Selatan secara
menyeluruh. Bangka Selatan memiliki iklim Tropis tipe A dengan variasi curah
hujan antara 56,2 hingga 292,0 mm tiap bulan untuk tahun 2003, dengan curah
hujan terendah pada bulan Agustus. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka
17Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada
http://www.babelprov.go.id/content/wilayah-administrasi. Diakses tanggal pada tanggal
24 November 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Selatan berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjukkan
variasi antara 25,9 hingga 28,0º Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi
antara 76 hingga 88 persen pada tahun 2003. Sementara intensitas penyinaran
matahari pada tahun 2003 rata-rata bervariasi antara 2,4 hingga 7,6 jam dan
tekanan udara antara 1009,2 hingga 1011,1 MBS.
Tanah di daerah Kabupaten Bangka Selatan ini mempunyai PH rata-rata di
bawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya
seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan
tanahnya adalah sebagai berikut:
a. 4% berbukit seperti Bukit Paku, Permis dan lain-lain. Jenis tanah
perbukitan tersebut adalah Komplek Posdolik Coklat Kekuning-kuningan
dan Litosil berasal dari Batu Plutonik Masam.
b. 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik
Coklat Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu Pasir
Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam.
c. 20% lembah atau datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Posdolik
berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit.
d. 25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya asosiasi Alluvial
Hedromotiff dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari
endapan pasir dan tanah liat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Geografi bagian Hidrologi, pada umumnya sungai-sungai di daerah
Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan
bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka
Selatan ini adalah: Sungai Kepoh, Bangka Kota dan lain-lain. Sungai-sungai
tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk
petanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut.
Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya
ada bekas penambangan bijih timah yang luas menyerupai danau buatan yang
sering disebut kolong atau camoy.
Flora yang terdapat di hutan Bangka Selatan yaitu, Kayu Ramin, Meranti,
Kapuk dan Jelutung. Sedangkan fauna yang terdapat kawasan hutan ialah, Rusa,
Beruk, Monyet, Babi, Tringgiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit,
Kalong, Elang, Ayam Hutan, dan tidak terdapat binatang buas seperti Gajah,
Harimau, dan lain sebagainya.18
18Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bangka Selatan
.
Sumber: Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka 2017
Gambar 2.2. Peta Kecamatan Pulau Besar
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Pulau Besar Tahun 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
B. Geografis Kecamatan Pulau Besar
Kecamatan Pulau Besar adalah salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangka Selatan. Kecamatan ini merupakan kecamatan baru, hasil
pemekaran dari Kecamatan Payung yang terletak di Bagian Selatan Pulau Bangka.
Secara administratif wilayah Kecamatan Pulau Besar mempunyai luas ± 169, 873
Km² yang meliputi lima desa yaitu: Desa Batu Betumpang, Desa Sukajaya, Desa
Sumber Jaya Permai, Desa Fajar Indah, dan Desa Panca Tunggal.
Secara umum wilayah administratif Kecamatan Pulau Besar memiliki
batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bedengung Kecamatan Payung
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Bangka
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gudang dan Sebagin Kecamatan
Simpang Rimba
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nyelanding, Sidoharjo dan Pergam
Kecamatan Air Gegas.
Kecamatan Pulau Besar yang berada dalam wilayah Kabupaten Bangka
Selatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bangka
Selatan Nomor 26 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan Tukak Sadai dan
Kecamatan Pulau Besar berserta penataan kecamatan di Kabupaten Bangka
Selatan.19
19Profil Kecamatan Pulau Besar tahun 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
1. Demografi
Demografi penduduk perlu diuraikan dengan tujuan untuk melihat
komposisi penduduk, distribusi penduduk, dan perubahan-perubahan yang terjadi
melalui 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
Kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Besar selama periode 2008-2010
terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2008 jumlah
penduduk sebanyak 8.538 jiwa kemudian tumbuh sebesar 1,51 persen di tahun
2009 sehingga penduduk menjadi 8.667 jiwa. Terjadinya pertumbuhan penduduk
di tahun 2009, menyebabkan kepadatan penduduk tahun 2009 meningkat 51
jiwa/km2 dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 50 jiwa/km2. Tahun 2010
jumlah penduduk bertambah menjadi sebanyak 8.883 jiwa dan kepadatan
penduduk menjadi 52 jiwa/km, persentase pertumbuhan penduduk ini naik
sebanyak 1,92 persen.
Tabel 2.1. Perkembangan Penduduk Kecamatan Pulau Besar
Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa)
Laki-
Laki
Perempuan Jumlah
2008 4.48
3
4.055 8.538
2009 4.59
4
4.073 8.667
2010 4.72
0
4.113 8.833
2011 4.61
9
4.159 8.778
Sumber: pengolahan data BPS Kecamatan Pulau Besar Dalam Angka Tahun
2009,2010,2011,2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Komposisi penduduk Kecamatan Pulau Besar dapat dilihat dari komposisi
penduduk menurut pekerjaan. Usia produktif penduduk untuk bekerja dibagi
menjadi 3 yaitu; usia 1-14 tahun adalah usia belum produktif, usia 15-64 tahun
adalah usia dewasa/usia kerja/usia produktif, usia 65 tahun keatas adalah usia
tidak produktif/usia jompo. Di Kecamatan Pulau Besar, jumlah penduduk yang
berada pada usia produktif ialah; pada tahun 2008 berjumlah 5656 jiwa, pada
tahun 2009 berjumlah 6103 jiwa, dan di tahun 2010 berjumlah 6206 jiwa.
Tabel 2.2. Penduduk dalam usia produktif di Kecamatan Pulau Besar
Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa)
Laki-
Laki
Perempuan Jumlah
2008 3127 2529 5656
2009 3230 2873 6103
2010 3300 2906 6206 Sumber: pengolahan data BPS Kecamatan Pulau Besar Dalam Angka Tahun
2009,2010,2011
Dari data usia produktif penduduk Kecamatan Pulau Besar, dapat
diketahui jumlah tertinggi penduduk berada pada usia dewasa atau usia produktif,
dengan demikian dapat diketahui bahwa Kecamatan Pulau Besar merupakan
kecamatan yang sedang mengalami pertumbuhan. Penduduk yang berusia
produktif akan menanggung beban dari penduduk usia tidak produktif yaitu 1-14
tahun dan 65 tahun keatas.
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain. Mobilitas penduduk terbagi menjadi 2 yaitu, pertama mobilitas non
permanen artinya perpindahan penduduk yang bersifat sementara seperti turisme
baik nasional maupun internasional, kedua mobilitas penduduk permanen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
artinya perpindahan penduduk bersifat menetap atau disebut juga dengan migrasi.
Migrasi yang terjadi di Kecamatan Pulau Besar ialah migrasi ruralisasi dan
transmigrasi. Migrasi ruralisasi adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa.
Perpindahan penduduk dari wilayah kota ke Kecamatan Pulau Besar dapat
disebabkan karena tugas dari pekerjaan yang menempatkan untuk menetap di
Kecamatan Pulau Besar, perkawinan, berkurangnya lapangan pekerjaan, dan
sebagainya. Kemudian transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau
ke pulau yang lain dan merupakan program dari pemerintah untuk mengurangi
kepadatan penduduk di suatu daerah atau pulau.
C. Masyarakat Kecamatan Pulau Besar
Mengenai penduduk asli20 Pulau Bangka belum ada data pasti siapa yang
mendiami Pulau Bangka pada mulanya dan bergenerasi. Tetapi tercatat dalam
kujungan kolonial Belanda J. Van Bogart ke Bangka pada tahun 1803 bahwa
penghuni Bangka terdiri dari empat kelompok suku.21 Penghuni Bangka yang
dimaksudkan oleh van Bogart ialah; Suku Tionghoa, Suku Melayu, Orang Bukit
atau Orang Gunung, dan Orang Laut atau Sekak22.
20Penduduk asli menurut KBBI ialah :Orang-orang yang turun-temurun tinggal di
suatu daerah (kampung dsb).
21Mary Somers Heidhues. Timah Bangka Dan Lada Mentok: Peran Masyarakat
Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d XX. Jakarta: Yayasan
Nabil, 2008., hlm. 87.
22Orang Laut sama dengan Sekak, Sekah, atau Sakai. Mereka adalah orang yang
tinggal di atas perahu dekat pantai, mencari nafkah sebagai nelayan dan perompak kecil.
Di Bangka jumlah mereka tidak pernah mencapai lebih dari beberapa ratus orang
sehingga posisinya mudah tergeser dengan arus pendatang dari luar Bangka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Pada perkembangannya di abad Ke-19 arus pendatang di Pulau Bangka
terus terjadi dalam jumlah besar. Sepanjang tahun 1834 hingga 1843 terjadi arus
besar datangnya kuli China dari wilayah-wilayah pegunungan di provinsi
Guangdong, diperkirakan jumlah mereka tiga perempat kuli yang ada di Bangka.
Selain kedatangan kuli dari wilayah China, terjadi juga migrasi orang melayu dari
berbagai tempat di Indonesia dan sejumlah orang Tionghoa dari Jawa, Sumatera,
Riau datang turut mewarnai ragam penduduk Bangka.23
Pasca kedatangan orang-orang Tionghoa atau kuli tambang timah di abad
17 mereka menetap dan melanjutkan generasinya di Bangka. Sejak itu pula Pulau
Bangka di tinggali dan menjadi tempat lahirnya generasi Tionghoa. Oleh sebab
itu, Pulau Bangka dapat dikatakan sebagai pulaunya para pendatang atau pulau
orang-orang perantau. Hal ini didukung dari sejarah awal mula Pulau Bangka
mulai di tinggali. Derasnya arus pendatang ke Bangka, membuat pulau ini
ditinggali beragam suku dan budaya.
Salah satu desa di Kecamatan Pulau Besar termasuk wilayah pesisir, ialah
Desa Batu Betumpang, daerah yang berbatasan langsung dengan pantai ini sangat
memungkinkan terjadinya arus kedatangan orang asing melalui jalur laut ke desa
Batu Betumpang dan menetap menjadi masyarakat asli Batu Betumpang. Faktor
geografis Pulau Bangka yang di kelilingi oleh lautan membuat pulau ini selalu di
datangi kapal-kapal asing dan menyebabkan terjadinya akulturasi budaya.
23Heidhues, Mary Somers., op.cit., hlm. 44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Hal menarik lainnya yang terjadi pada kedatangan penduduk dari wilayah
lain ke Kecamatan Pulau Besar ialah, pada tahun 1990-1997 pemerintah
melakukan transmigrasi dari Pulau Jawa ke Bangka, transmigran yang jumlahnya
ratusan tersebut tersebar ke beberapa kecamatan di Bangka, menetap dan
berakulturasi dengan budaya di Bangka. Transmigrasi dilakukan pemerintah
bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk disuatu daerah yang padat ke
daerah yang berpenduduk jarang. Daerah-daerah yang menjadi daerah
transmigrasi di Bangka tersebut ialah, di Kabupaten Bangka Selatan (Trans Rias),
di Kecamatan Pulau Besar (Desa Sidoharjo, Desa Sumber Jaya Permai, Desa
Fajar Indah dan, Desa Panca Tunggal).
Sebagian penduduk di Kecamatan Pulau Besar ini ialah penduduk
transmigrasi dengan jumlah penduduk 1.256 jiwa pada saat penempatan
transmigrasi. Penempatan transmigrasi di Bangka Selatan terjadi dalam 3 periode,
yaitu pada tahun 1990 penempatan pertama di Desa Fajar Indah sejumlah 500 KK
(Kepala Keluarga), penempatan kedua terjadi pada tahun 1995 di Desa Panca
Tunggal sejumah 400 KK, dan penempatan ketiga yaitu pada tahun 1996-1997 di
Desa Sumber Jaya Permai sejumlah 356 KK.24 Jenis transmigrasi yang dilakukan
pemerintah ini merupakan transmigrasi umum.
Setelah perpindahan penduduk secara besar ke Pulau Bangka yang
dipelopori oleh pemerintah, terjadi juga transmigrasi spontan yaitu transmigrasi
atas kemauan dan biaya sendiri ditahun-tahun berikutnya setelah masyarakat
24Wawancara dengan Ibu Fiona Vellaka Sary di Kantor Dinas Transmigrasi
Kabupaten Bangka Selatan pada tanggal 10 April 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
transmigrasi mampu hidup berkecukupan dan mengajak sanak saudaranya dari
luar Bangka untuk tinggal di Bangka.
Transmigrasi dari Pulau Jawa tidak hanya membawa orang-orang Jawa
saja ke tanah Bangka, suku-suku lain juga turut mencari peruntungan di tanah
Bangka seperti orang Bali, Madura, Batak, Sunda, Palembang dan Flores. Mereka
hidup dan bergenerasi di Bangka.
Keberagaman suku dan regenerasinya terjadi perlahan pada awal-awal
pembentukan desa-desa di Pulau Besar, hal inilah yang menjadi alasan mengapa
tidak ada penduduk asli di Bangka. Bukti yang paling nampak dari program
transmigrasi oleh pemerintah yaitu terdapat pada nama-nama desa yang diawali
dengan nama trans. Desa Fajar Indah dengan nama Trans 1, Desa Panca Tunggal
menjadi Trans 3, dan Desa Sumber Jaya Permai menjadi Trans 4, terkecuali desa
Batu Betumpang dan Suka Jaya yang tidak menjadi bagian dari wilayah
transmigrasi pemerintah.
Pada tahun 2008 pendataan statistik masyarakat dilakukan secara
menyeluruh oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hal ini bertepatan dengan
terbentuknya kecamatan baru yaitu Pulau Besar. Terdapat gambaran kondisi
masyarakat Pulau Besar tahun 2008 di bidang kesehatan, pendidikan, tenaga
kerja, penduduk, dan agama.
Tingkat kesehatan masyarakat Pulau Besar dapat dilihat dari sarana dan
prasarana yang dibangun dalam desa-desa di Pulau Besar. Belum ada rumah sakit
yang dibangun, baik milik pemerintah maupun swasta. Sarana yang telah di
bangun yaitu terdapat 5 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), dan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Posyandu, 4 Pustu (Puskesmas Pembantu) dan 3 Polindes. Tenaga kesehatan yang
membantu di Puskesmas ialah 5 Paramedis, 3 Bidan, dan belum terdapat dokter
untuk menangani kesehatan masyarakat sampai tahun 2008. Selain itu, pelayanan
untuk persalinan di bantu oleh dukun beranak yang berjumlah 10 orang dan
tersebar di desa-desa Pulau Besar. Persalinan dilakukan di rumah-rumah warga
yang sedang bersalin atau di Puskesmas, belum ada rumah bersalin yang
dibangun.
Agama yang dianut oleh masyarakat Pulau Besar beragam, serupa dengan
keberagaman sukunya. Jumlah tempat peribadatan di Pulau Besar tahun 2008
dirinci sebagai berikut; 10 Masjid, 19 Langgar, 5 Surau, 2 Gereja Kristen, 1
Gereja Katolik, 3 Pura, dan 0 Vihara. Untuk penduduk yang beragama Buddha
belum ada tempat peribadatan yang di bangun.
Pendidikan di Pulau Besar dapat dikatakan termasuk maju hal ini
dikarenakan pembangunan sarana sekolah yang merata disetiap desa dalam
Kecamatan Pulau Besar. Sarana sekolah yang telah di bangun yaitu, terdapat 4 TK
(Taman Kanak-kanak) milik swasta, kemudian 7 SD, 1 SMP dan 1 SMA
merupakan sekolah negeri atau milik pemerintah. Selain sekolah negeri untuk
umum dibangun juga yaitu sekolah Agama Islam di desa Batu Betumpang yaitu
dengan tingkat pendidikan Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SMP), dan Aliyah
(SMA) masing-masing sejumlah 1 sekolah. Untuk mengikuti pendidikan tingkat
dasar TK dan SD pelajar masih bisa bersekolah di masing-masing desa, tetapi
untuk SMP pelajar harus bersekolah ke desa Fajar Indah karena jumlah SMP
hanya 1, sedangkan untuk tingkat SMA, pemerintah Kecamatan Pulau Besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
belum membangun gedung sekolah karena tingkat pendidikan terakhir siswa rata-
rata di jenjang pendidikan SMP. Beberapa pelajar yang ingin melanjutkan hingga
jenjang SMA harus bersekolah di Madrasah Aliyah di desa Batu Betumpang yang
berarti pelajar harus seorang muslim agar dapat bersekolah di lingkup Kecamatan
Pulau Besar. Sedangkan pelajar yang beragama non-muslim harus bersekolah di
kecamatan lain, seperti Kecamatan Payung, Kecamatan Air Gegas atau di
Kabupaten Bangka Selatan di kota Toboali.
Berdasarkan uraian di atas kondisi pendidikan masyarakat di Kecamatan
Pulau Besar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Jumlah Murid Sekolah Negeri dan Swasta menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Pulau Besar Tahun 2008
Sumber: Kecamatan Pulau Besar dalam Angka 2009
Desa
TK SD SMP SMA
Neg
eri
Swa
sta
Juml
ah
Mur
id
Neg
eri
Swa
sta
Juml
ah
Mur
id
Neg
eri
Swa
sta
Juml
ah
Mur
id
Nege
ri
Swa
sta
Juml
ah
Mur
id
Batu
Betum
pang
0 1 23 2 0 280 0 0 0 0 1 0
Panca
Tungga
l
0 1 40 1 0 127 0 0 0 0 0 0
Fajar
Indah 0 1 22 2 0 274 1 0 329 0 0 0
Suka
Jaya 0 0 0 1 0 143 0 0 0 0 0 0
Sumber
Jaya
Permai
0 1 19 1 0 183 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 4 104 7 0 100
7 1 0 329 0 1 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pulau Besar terdiri dari petani,
pekerja industri, konstruksi, pedagang, transportasi, PNS, ABRI, pensiunan PNS,
buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan nelayan.
Wilayah daratan Kecamatan Pulau Besar lebih luas dibandingkan dengan
wilayah perairan menyebabkan kecamatan ini secara ekonomi menggunggulkan
penggunaan daratan sebagai lahan penyokong ekonomi mereka. Keadaan wilayah
agraris ini membuat mayoritas masyarakat di Kecamatan Pulau Besar menjadi
petani. Wilayah perairan atau pantai yang luas hanya terdapat di Desa Batu
Betumpang, hal ini jugalah yang menyebabkan masyarakat Batu Betumpang
mayoritas berprofesi sebagai nelayan, pekerjaan tersebut juga diselingi dengan
berdagang, dan bertani.
Daratan dengan luas tanah 169,87 Km² menjadikan masyarakat
Kecamatan Pulau Besar mayoritas bekerja di sektor pertanian. Dalam data BPS
mengenai penduduk dan tenaga kerja Kecamatan Pulau Besar, jumlah pekerjaan
tertinggi di wilayah ini ialah petani dengan jumlah 3.785 jiwa pada tahun 2008,
pada tahun 2009 berjumlah 4408 jiwa, pada tahun 2010 sejumlah 4427 jiwa dan
mengalami peningkatan pada tahun 2011 sejumlah 4441 jiwa.
Jenis tanaman petani ialah, palawija, padi, sayur-sayuran, berkebun karet
(Hevea brasiliensis), berkebun lada (Piper nigrum), dan berkebun sawit (Elaeis).
Lada dan karet merupakan komoditas unggulan pada subsektor perkebunan di
Kecamatan Pulau Besar. Dalam pendataan tahun 2008 hingga 2010 produksi karet
selalu meningkat, namun untuk lada produksinya terus menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 2.4. Produksi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Kecamatan
Pulau Besar (Ton)
Komoditas 2008 2009 2010
Lada 3,6 3,3 2,7
Karet 111 119 134 Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Pulau Besar tahun 2011
Pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama), masyarakat di
Kecamatan Pulau Besar memiliki 3 jenis tanaman yaitu, padi sawah dan ladang,
ketela pohon, dan jagung. Pada tahun 2009 masyarakat memiliki lahan pertanian
padi sawah 914 Hektar dan hasil panen sebanyak 1364 Ton. Pertanian padi ladang
menghasilkan 2,3 Ton padi dari 15 Hektar ladang pada tahun 2008, kemudian
terjadi peningkatan produksi di tahun 2009, dari 35 Hektar ladang menghasilkan
20 Ton padi, di tahun 2010 masyarakat panen padi sebanyak 18 Ton padi dari 17
Hektar ladang. Hasil tabama jenis ketela pohon ialah, 9,5 Ton dari 16 Hektar
lahan di tahun 2008, 10,0 Ton dari 19 Hektar lahan di tahun 2009, 11 Ton dari 20
Hektar lahan di tahun 2010. Hasil tabama jenis jagung ialah, pada tahun 2008
menghasilkan 2,3 Ton jagung dengan luas lahan 15 Hektar, pada tahun 2009
menghasilkan 1,8 Ton jagung dengan luas lahan 14 Hektar, dan pada tahun 2010
menghasilkan 1,3 Ton jagung dengan luas lahan 13 Hektar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel 2.5. Statistik Tabama Kecamatan Pulau Besar
Uraian 2008 2009 2010
Padi Sawah
Luas Panen (Ha) - 914 -
Produksi (Ton) - 1.364 -
Padi Ladang
Luas Panen (Ha) 15 35 17
Produksi (Ton) 2,3 20 18
Ketela Pohon
Luas Panen (Ha) 16 19 20
Produksi (Ton) 9,5 10,0 11
Jagung
Luas Panen (Ha) 15 14 13
Produksi (Ton) 2,3 1,8 1,3 Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Pulau Besar tahun 2011
Hasil panen dari tabama tidaklah sebanyak hasil dari perkebunan karet dan
lada, hal ini terjadi karena sedikitnya masyarakat yang menanam tabama.
Menanam tabama memiliki resiko kegagalan panen yang besar dan harga
komoditas dari tabama rendah sehingga masyarakat cenderung menanam karet
dan lada. Di bidang peternakan masyarakat memelihara ayam, bebek, sapi,
kambing, dan babi. Hasil peternakan masyarakat hanya bisa di perjualbelikan
dalam satu kecamatan saja, jarang sekali hasil peternakan dapat dijual keluar dari
kecamatan, misalnya ke kecamatan lain atau ke kabupaten, hal ini terjadi karena
peternakan masyarakat merupakan peternakan berskala kecil.
Desa Batu Betumpang yang merupakan wilayah pesisir yaitu berbatasan
dengan pantai Batu Betumpang mayoritas penduduknya menjadi nelayan dan
pedagang, juga bekerja sebagai petani sahang25 atau lada (Piper Nigrum) dan
karet (Havea Brasiliensis). Pada tahun 2010 jumlah nelayan di Desa Batu
Betumpang berjumlah 480 orang dan menghasilkan produksi ikan laut sebanyak
25Bahasa daerah Bangka untuk menyebut lada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.453 ton. Sedangkan Desa Panca Tunggal, Desa Fajar Indah, dan Desa Sumber
Jaya Permai wilayahnya merupakan daratan luas dan merupakan lahan agraris,
penduduk dari desa tersebut mayoritas bekerja di sektor pertanian, pedagang, dan
penambang timah.
Dalam perkembangan perekomian masyarakat, terjadi pasang surut dari
hasil produksi mereka, harga kebutuhan pokok naik, panen gagal, hasil tangkapan
ikan kurang, dan lain sebagainya membuat masyarakat mencari peluang sumber
penghasilan yang baru. Seiring dengan perkembangan dalam teknologi membuat
masyarakat Pulau Besar mulai meninggalkan kehidupan dan kebiasaan lama
mereka. Mereka sudah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam. Mata
pencaharian masyarakat Pulau Besar tidak hanya sebagai petani, nelayan,
pedagang saja, kebutuhan ekonomi membuat masyarakat harus lebih ulet dan
cekatan mencari peluang pekerjaan yang menguntungkan dan memperkuat
perekonomian keluarga mereka. Desakan akan pemenuhan kebutuhan hidup
membuat mereka mencari peluang-peluang untuk pemenuhan ekonomi,
sedangkan untuk bekerja di sektor-sektor selain petani, pedagang, dan nelayan
mereka harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan. Semua desakan itu
membuat mereka harus belajar ilmu pengetahuan dan teknologi
Selain menjadi petani masyarakat Kecamatan Pulau Besar memiliki
pekerjaan sampingan atau pekerjaan sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka yaitu dengan bekerja sebagai penambang timah, misalnya di waktu pagi
bertani atau berladang, tiba saat siang dilanjutkan dengan menambang timah.
Tidak jarang juga pekerjaan menjadi penambang timah sebagai pekerjaan utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dibandingkan menjadi petani. Hal ini dikarenakan masa panen dalam bertani yang
lama dan hasil panen ketika dijual, penghasilannya tidak sebesar yang dihasilkan
dari menambang timah.26
Usaha pertambangan timah inkonvensional (TI) sudah dilakukan
masyarakat Kecamatan Pulau Besar sejak diberlakukannya perizinan tambang
oleh Bupati Bangka melalui perda, saat perizinan tersebut berlaku masyarakat
Bangka marak membuka TI di berbagai tempat. Pada awal maraknya TI di
Kecamatan Pulau Besar yaitu pada tahun 2001-2003, dimana masyarakat mulai
beralih profesi menjadi tenaga kerja di TI bersama patner kerja (teman dan
keluarga) di luar daerah Pulau Besar. Setelah tahun-tahun pembukaan TI berlalu,
masyarakat mulai mengusahakan untuk membuka tambang sendiri dan
bekerjasama dengan tenaga kerja TI. Dari data BPS tahun 2009-2013 dapat
diketahui jumlah pemilik tambang dan tenaga kerja tambang sebagai berikut, pada
tahun 2008 pemilik usaha TI berjumlah 10 dengan tenaga kerja berjumlah 38
orang, pada tahun 2009 pemilik usaha TI berjumlah 23 dengan tenaga kerja
berjumlah 90 orang, pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu pemilik usaha
TI berjumlah 92 dengan tenaga kerja berjumlah 276 orang, pada tahun 2011 dan
2012 dalam jumlah yang sama, pemilik usaha TI berjumlah 67 dengan tenaga
kerja 201 orang.
26Wawancara dengan Bapak Yakobus Dasar pada tanggal 14 April di desa
Sumber Jaya Permai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 2.6. Jumlah Pemilik Usaha Pertambangan Timah Inkonvensional
dan Tenaga Kerja di Kecamatan Pulau Besar (Orang)
Uraian Tambang 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah pemilik TI 10 23 92 67 67
Tenaga kerja TI 38 90 276 201 201
Sumber: Pengolahan data BPS Kecamatan Pulau Besar dalam Angka 2009, 2010, 2011,
2012, 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
PERTAMBANGAN TIMAH BANGKA
A. Penemuan Timah Bangka
Tahun penemuan dan penambangan timah di Bangka tidak dapat
dipastikan pada tahun berapa bermula, berbagai versi dari peneliti timah Bangka
sebelumnya menuliskan pada tahun 1709, 1710, 1711 sebagai tahun penemuan
dan penambangan timah. Begitu pula dengan tempat awal ditemukan
penambangan timah Bangka, beberapa catatan peneliti mewakili sejarah awal
penambangan timah Bangka yaitu di Sungai Ulim atau Olim di Toboali pada
tahun 1709, Kampung Calin Merawang pada tahun 1709, dan Bangka pada tahun
1710 yang tidak diketahui nama daerahnya.
Penduduk yang sudah akrab dengan lingkungannya lebih mengetahui
keadaan lingkungannya, termasuk sumber daya alam yang dapat mereka
manfaatkan, termasuk penemuan timah dan pemanfaatannya bagi penduduk asli.
Diperkirakan penemu timah pada mulanya ialah penduduk asli daerah penghasil
timah itu sendiri. Penduduk asli yang menemukan timah Bangka yang
dimaksudkan adalah orang laut atau suku Sekak yang tinggal diatas perahu dan
bibir pantai Bangka. Orang laut ini datang dari Johor dan kemudian mendiami
Pulau Bangka. Pengetahuan Orang laut mengenai timah27 diketahui dari
penambangan timah yang sudah ada di Semenanjung Malaya sebelum permulaan
27Pengetahuan suku Sekak tentang Timah ini diketahui dari pergaulan mereka
dengan orang-orang China. Sementara bahasa lokal tentang Timah hingga kini belum
diketahui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
abad Ke-18. Dari pengetahuan Orang Laut inilah penduduk Bangka yang tinggal
di daratan mengerti bahwa timah merupakan komoditas yang dapat dijual.28
Penduduk daratan Bangka ialah Orang Melayu dan Orang Gunung,
penemuan timah bermula dari ditemukannya butiran-butiran logam timah,
butiran-butiran logam tersebut berwarna putih keperak-perakan berada di
permukaan tanah bekas suatu hutan yang terbakar.
Kebakaran hutan yang dimaksud adalah pembakaran hutan yang disengaja
oleh penduduk. Tujuan dari pembakaran hutan tersebut adalah untuk membuka
lahan perkebunan yang baru. Cara pembukaan lahan perkebunan dengan
menebang pohon dianggap tidak efektif karena mengeluarkan tenaga yang besar
dan waktu yang lama. Tradisi membakar hutan untuk lahan perkebunan ini
merupakan kebiasaan penduduk Bangka.
Setelah pembakaran hutan selesai dilakukanlah pembersihan lahan
perkebunan, disaat yang bersamaan pula penduduk menemukan pasir berwarna
keperak-perakan. Penduduk daratan Bangka yaitu Suku Melayu dan Suku (orang)
Gunung pada awalnya tidak mengetahui bahwa pasir tersebut adalah timah,
namun seiring perjalanan waktu, pengetahuan dari Suku Laut atau Sekak
mengenai timah telah diterima oleh penduduk daratan Bangka dan timah mulai
diusahakan.
Ketika pembakaran hutan berlangsung, terjadilah reaksi kimia yang dapat
melebur pasir timah menjadi timah murni dengan nama Stannum (Sn). Diperlukan
temperatur yang tinggi untuk mencapai titik lebur pasir timah yaitu hingga
28Heidhues, Mary Somers., op. cit., hlm. 88.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
231.97ºC. Pembakaran hutan di Bangka diperkirakan mencapai suhu panas hingga
231.97ºC atau lebih sehingga pasir timah dapat melebur. Reaksi kimia yang
terjadi saat pembakaran tersebut ialah: SnO² + CO Sn + CO².
Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan baru di Bangka menunjukkan
bahwa pada awalnya penduduk hanya bekerja sebagai petani dan bergantung pada
kebaikan alam. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan yaitu seperti damar, buah-
buahan, madu lebah, kayu, rotan, mencari binatang buruan dan sebagainya.
Ketika istirahat atau senggang dari bertani, petani mulai mengusahakan
timah dengan menggalinya didalam tanah.29 Pasir timah dapat ditemukan dalam
jumlah cukup banyak dengan cara menggali tanah kemudian mendulang tanah
tersebut dengan air, hingga pasir timah dapat terlihat.
Cara mendulang atau memisahkan tanah pasir dan pasir timah yang
dilakukan oleh penduduk ialah, tanah yang diduga mengandung pasir timah digali
dan dikumpulkan di suatu tempat yang dekat dengan sumber air. Sebagian demi
sebagian tanah tersebut dituang ke sebuah dulang, kemudian pasir timah yang
berwarna hitam dan berat dipisahkan dari tanah liat dan bahan kotoran lainnya
dengan cara membasuhnya dengan air. Dulang digoyang-goyang sambil diputar-
putar, sehingga bahan-bahan yang lebih ringan terlempar keluar bersama dengan
aliran air yang mengandung larutan tanah liat. Bahan yang berat yakni butir-butir
29Sutedjo Sujitno. Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah,
2007., op. cit., hlm. 43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
timah terkumpul di tengah dulang, dan timah yang telah terkumpul inilah yang
menjadi tambahan penghasilan penduduk.30
Untuk melebur timah menjadi timah murni atau cair, penduduk asli
Bangka telah mempelajarinya dengan cara mengikuti cara peleburan besi yang
sudah ada lebih dulu pada abad Ke-17. Peleburan besi ini terdapat di daerah Paku,
Kecamatan Payung, Kabupaten Bangka Selatan.
Pada tahun-tahun awal penemuan timah Bangka yaitu pada tahun 1709
hinga tahun 1711 terjadi perkembangan dalam perdagangan timah di Asia Timur
dan Asia Tenggara. Permintaan untuk timah di Tiongkok dan untuk perdagangan
Tiongkok meningkat. Permintaan timah yang meningkat di China disebabkan
karena meningkatnya produksi perlengkapan agama yang membutuhkan timah
sebagai bahan campurannya. Perlengkapan keagamaan tersebut ialah tempat lilin
logam, bejana untuk altar leluhur, patung-patung, kertas dupa atau kertas timah
dan sebagainya.
Pasir timah yang didapatkan penduduk dijual kepada tengkulak, dan
melalui para tengkulak tersebut timah Bangka dibawa ke China dan India untuk
memenuhi kebutuhan produksi negara tersebut. Di abad Ke-18 perusahaan-
perusahaan penempaan timah China di Kiangsu dan Chekiang membutuhkan
sekitar 70.000 lempeng timah setiap tahun untuk membuat kertas timah bagi
persembahan. Selain sebagai bahan untuk membuat perlengkapan keagamaan,
30Ibid.31Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Pelembang
Darussalam: Sejarah Dan Warisan Budayanya . Jember: Jember University Press, 2016.,
hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
timah juga dapat dipergunakan sebagai bahan pelengkap pembuatan kaca, cangkir
teh, untuk pembuatan uang logam, pelapis kemasan dan sebagainya.
B. Pendirian Banka Tinwinning (BTW)
1. Penguasaan Bangka oleh Kesultanan Palembang
Kepulauan Bangka dan Belitung berada di bawah kekuasaan Kesultanan
Palembang sejak abad Ke-17. Kesultanan Palembang yang dipimpin oleh Sultan
Abdurrachman dapat menguasai Bangka karena terjadinya perkawinan politik
antara Sultan dengan seorang putri dari penguasa Bangka. Setelah pernikahan
tersebut Sultan Abdurrachman yang akhirnya mendapatkan warisan atas
Kepulauan Bangka.31 Sejak saat itu, tahun 1671, Bangka menjadi bagian dari
wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang.
Setelah Sultan Abdurrachman wafat pada tahun 1702, kesultanan di
pimpin oleh anak pertama sultan yaitu Dipati Anum Muhammad Mansur.
Pemerintahan oleh Sultan Anum Mansur sangatlah singkat, yaitu kurang dari 15
tahun (1703-1714). Pada tahun 1714 sebelum wafat Sultan Anum Mansur
menitipkan wasiatnya agar pemimpin kesultanan berikutnya adalah anak dari
sultan tersebut yaitu Dipati Anum Badarrudin32.
Setelah Sultan Anum Muhammad Mansur wafat, terjadi perebutan
kekuasaan di Kesultanan Palembang. Saudara kandung Sultan Anum Muhammad
31Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Pelembang Darussalam:
Sejarah Dan Warisan Budayanya . Jember: Jember University Press, 2016., hlm. 36.
32Dipati Anum merupakan anak dari istri kedua Sultan Anum Mansur. Heidhues,
Mary Somers., op.cit., hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Mansur yang bernama Sultan Anum Kamaruddin menginginkan tahta kesultanan.
Sultan Anum Kamaruddin dengan segera memproklamirkan dirinya
sebagai pengganti kakaknya untuk menjadi Sultan Palembang. Wasiat dari Sultan
Anum Muhammad Mansur tidak dijalankan oleh Sultan Anum Kamaruddin dan
membuat pegawai pemerintah terpecah menjadi dua golongan. Pendukung Sultan
Anum Kamarudin dan pendukung Dipati Anum Badarrudin. Pengikut Dipati
Anum Badarrudin adalah pegawai pemerintahan dan rakyat Palembang yang
mengikuti wasiat Sultan sebelum wafat bahwa Dipati harus menjadi pemimpin
selanjutnya.
Ketika itu terjadilah perang saudara, antara kedua belah pihak dibantu
dengan pasukannya masing-masing. Setelah perang saudara terjadi berlarut-larut,
Dipati Anum Badaruddin dan pengikutnya mengalah dan mengasingkan diri ke
Pulau Bangka dan mendarat di Permis.
Setelah mengasingkan diri ke Pulau Bangka, Dipati Anum Badarrudin
melakukan perjalanan ke Riau, Johor dan Siantan untuk mencari dukungan agar
dapat merebut kembali Kesultanan Palembang. Pengasingan Dipati Anum
Badarrudin diikuti oleh saudaranya Raden Lembu atau Sultan Lemabang, yang
kemudian menjadi Sultan Mahmud Badaruddin.
Dalam pengasingannya di Johor hingga Riau, sebuah pusat perdagangan
timah dan pusat penyelundupan, memberikan kesempatan bagi Dipati Anum
Badaruddin dan saudaranya untuk mengenal barang dagangan dan melihat bahwa
timah diperjualbelikan. Untuk bertahan hidup di Pulau Bangka, Johor dan Siantan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Sultan Mahmud Badaruddin dan pengikutnya menggali timah Bangka33 dan
menjualnya secara sembunyi-sembunyi.
Keinginan untuk menyerang Palembang masih membara di hati Sultan
Mahmud Badarrudin I dan pengikutnya. Oleh karena itu diaturlah siasat
kerjasama yang dilakukan ialah dengan membuat perjanjian antara Sultan dan
Wan Akup.34
Pada tahun 1733 pasukan dari Sultan Mahmud Badaruddin menyerang
Kesultanan Palembang dengan 40 kekuatan kapal dan dibantu oleh rakyat
Pelembang yang masih berpihak padanya. Dengan cepat pertahanan Kesultanan
Palembang runtuh dan Sultan Anum Kamaruddin melarikan diri.
Kesultanan Palembang telah kembali kepada Sultan Mahmud Badarrudin
dan perjanjian dengan Wan Akup ditepati. Didirikanlah sebuah kampung kecil
(Mentok) dan diperuntukkan kepada Wan Akup dan keturunannya sebagai tempat
tinggalnya. Tidak hanya sebatas tempat tinggal, Sultan memberikan kekuasaan
kepada Wan Akup untuk menjadi pemegang kekuasaan di Mentok sebagai
ibukota pemerintahan sekaligus sebagai kepala urusan penambangan bijih timah
di Bangka, dan diberi gelar Datok Rangga Setiya Agama.35
33Pengetahuan mengenai timah didapatkan oleh Sultan Anum Badarrudin dari
pertemuan dengan perdagangan dan pertambangan di Johor dan Siantan.
34Wan Akup adalah Kepala Negeri Siantan yang mendukung Sultan Mahmud
Badarrudin untuk merebut kembali Kesultanan Palembang, dan imbalan yang diberikan
Sultan bagi Wan Akup ialah memberikan sebagian Pulau Bangka. Wilayah dari Pulau
Bangka yang dijanjikan yaitu sebuah kampung kecil di bagian barat Pulau Bangka. Pada
perkembangannya kampung tersebut menjadi Kota Mentok atau Muntok.
35Sutedjo Sujitno, Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah,
2007., op. cit., hlm. 51.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Ketika Wan Akup menjadi Kepala Kota Mentok, para Patih, Batin, dan
Orang-orangnya dikerahkan untuk mencari timah secara besar-besaran. Mereka
menemukan banyak tempat yang kaya kandungan timah dan kemudian membuka
parit-parit penggalian timah di banyak tempat.
Atas laporan Wan Akup mengenai cadangan timah Bangka, maka Sultan
menetapkan peraturan untuk menambang timah. Peraturan ini disebut peraturan
Timah Tiban, isi peraturan tersebut demikian:
“...bahwa semua lelaki yang sudah kawin, kecuali orang Melayu,
diharuskan menyerahkan timah seberat 50 kati. Sebagai imbalan Sultan
akan menganugerahi sepotong kain hitam dan sepotong kain tjukal.
Timah-timah agar diserahkan pada Wan Akup untuk dikumpulkan dan
pada akhir tahun akan diserahkan pada Sultan di Palembang. Sedangkan
timah yang dikerjakan Wan Akup dan orang-orang Melayu dan
Penduduk Bangka di bagian barat (Mentok) diperbolehkan dimiliki Wan
Akup dan keluarganya sendiri.”36
Wan Akup sebagai Kepala kampung (Mentok) merasa perlu
mengembangkan pertambangan Bangka, maka diutuslah saudaranya yaitu Wan
Seren dari Siantan untuk mencari orang-orang Siam, Malaysia dan China yang
sudah berpengalaman menambang timah. Tenaga kerja dari Siam, Malaysia, dan
China berdatangan dan dipekerjakan oleh Sultan di bawah pimpinan Wan Akup
dengan sistem kongsi. Pengiriman tenaga kerja dari Siam, Malaysia dan China
inilah yang akan merangkai sistem penambangan timah Bangka.
36Ibid., hlm. 52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Perusahaan Banka Tinwinning (BTW)
Karena di bawah Kesultanan Palembang, Bangka menjadi pemasok timah
bagi pemerintahan Palembang. Timah-timah tiban dan timah dari Wan Akup
dipergunakan Kesultanan sebagai komoditas yang diperjualbelikan kepada VOC.
Barang dagang yang dibeli VOC dari Palembang adalah komoditas lada dan timah
milik Bangka.
Perjanjian hubungan dagang antara VOC dan Palembang terjadi pada
tahun 1722, seorang komisaris VOC bernama Abraham Patras menandatangani
kontrak pengiriman timah dan lada Bangka dengan Sultan Palembang. Kesultanan
Palembang menyetujui kontrak tersebut karena perjanjian dengan VOC, bahwa
VOC akan membantu Kesultanan melawan Dipati Anum.37 Sejak
ditandatanganinya kontak tersebut, lada dan timah Bangka hanya dijual kepada
Belanda.
90 tahun perjalanan kontrak timah antara Palembang dan VOC, kontrak
tersebut putus pada tahun 1812. Pada tahun 1812 Inggris datang ke Palembang
dan Bangka. Inggris memberhentikan Sultan Mahmud Badarrudin II dan
menggantikannya dengan saudaranya yang bernama Ahmad Najamudin.
Sultan baru Palembang yaitu Sultan Ahmad Najamudin menyepakati
untuk menyerahkan Bangka kepada Inggris pada bulan Mei 1812, dan akan
menerima pembayaran tiap tahunnya sebagai kompensasi atas hilangnya
pendapatan dari timah.38
37Heidhues, Mary Somers., op. cit., hlm. 8.
38Ibid., hlm. 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Sejak penguasan Inggris di Bangka, Bangka berada di bawah kewenangan
langsung kekuasaan kolonial dan secara administratif dipisahkan dari urusan
Palembang dan ditangani langsung dari Batavia.
Pembaharuan di bidang pertambangan dilakukan oleh pihak Inggris
melalui residen di Bangka bernama Court. Pembaruan tersebut diantaranya adalah
transisi kekuasaan langsung, pengiriman tenaga buruh untuk pertambangan dan
pertanian, pengiriman tenaga tukang atau ahli, mengekang perompakan.
Disaat pembaruan pertambangan diusahakan agar hasil timah dapat
maksimal, perjanjian London terjadi di London pada tanggal 13 Agustus 1814.
Salah satu isi perjanjian tersebut adalah mengharuskan Britania Raya
menyerahkan Pulau Bangka kepada Belanda untuk ditukar dengan Cochin di
India. Sejak saat inilah era kekuasaan Inggris dan Palembang atas Bangka
berakhir dan dikuasai langsung oleh pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1913 Pemerintah Belanda mendirikan perusahaan
pertambangan timah di Bangka dengan nama Banka Tinwinning (BTW). Sebuah
Badan Usaha Milik Negara yang menjadi tonggak pertama sejarah berdirinya
perusahaan pertambangan di Indonesia.
BTW dibentuk sebagai usaha perbaikan adminstratif dan teknologi
penambangan. Dalam usaha administratif, adanya peraturan bagi buruh-buruh
Tionghoa, dalam usaha teknologi ada pembaharuan mesin-mesin pertambangan.
Setelah pembentukan perusahaan Banka Tinwinning pada tahun 1913,
pemerintah Belanda merasa perlu didirikan sebuah kantor untuk mengurus seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
administrasi penambangan. Didirikanlah kantor Banka Tinwinning pada tahun
1915 di Kota Mentok.
Sejak berdirinya kantor dagang tersebut dimulailah eskpor timah dalam
jumlah besar dibandingkan sebelum perusahaan ini dibentuk. Pengiriman timah
dalam jumlah besar didukung karena pekerjaan buruh dalam menambang tidak
terlalu berat lagi dan telah dibantu mesin-mesin penambangan sehingga
menghasilkan jumlah timah yang maksimal dari para penambang.
Pembentukan perusahaan BTW ini sebagai cara Belanda memperkenalkan
generasi mesin, yang akan menggantikan kerja berat buruh dan memperbaiki
kondisi buruh tambang.39 Mesin-mesin baru yang membantu pertambangan
seperti, mesin penggerak dan pengangkut tanah, alat pengangkut biji timah,
pompa gravel, dan penggunaan kapal keruk.
Selain pembentukan perusahaan Belanda di Bangka, pembentukan badan-
badan pertambangan juga dilakukan di Singkep dengan nama Singkep Tin
Exploitatie Maatschappij (SITEM) pada tahun 1887 dan di Belitung dengan nama
Gemeenschappelijeke Maatschapij Billiton (GMB) pada tahun 1923.
39ibid., hlm. 134.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
C. PT TIMAH Bangka
PT Timah di Bangka merupakan perusahaan lanjutan dari perusahaan
milik Belanda yang bernama Banka Tinwinning (BTW). Perusahaan Belanda ini
mengalami gejolak pasang dan surut selama perjalanannya. Saat pasang yaitu
ketika perjanjian London disepakati dan Bangka dikembalikan oleh pihak Inggris,
Belanda membangun BTW dengan pembaharuan-pembaharuannya. Saat surut
yang dialami BTW ialah ketika Jepang mengambil alih pertambangan milik
Belanda termasuk tambang timah dan pekerjanya, kemudian ketika kemerdekaan
Republik Indonesia dicapai dan perusahaan milik asing (Belanda) harus
diserahkan menjadi milik Negara Indonesia.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945,
Indonesia sedang bergegas mempersiapkan kemerdekaan sebelum pihak Sekutu
datang dan mengambil alih kekuasaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945
kemerdekaan Indonesia di proklamasikan oleh Presiden Indonesia Ir. Soekarno.
Proklamasi kemerdekaan tersebut sebagai tanda bahwa seluruh rakyat Indonesia
menolak penjajahan kembali dari pihak Sekutu.
Setelah mencapai kemerdekaanya, Bangsa Indonesia banyak mengalami
perubahan dalam organisasi pertambangan timah di Bangka. Pemerintah Belanda
yang telah meninggalkan Indonesia saat perebutan kekuasaaan dengan Jepang
pada tahun 1942 ternyata kembali ke Bangka untuk membicarakan hak konsesi
perpanjangan tambang timah.
Tambang timah di Bangka, Belitung dan Singkep diusahakan agar
berproduksi kembali. Pihak pemerintah Belanda meminta konsesi perpanjangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
waktu untuk mengurus tambang di Indonesia, tetapi permintaan tersebut tidak
disetujui oleh Dewan Kepala-Kepala Pemerintahan. Atas kesepakatan bersama
maka diberikanlah waktu konsesi bagi Belanda selama 5 tahun terhitung sejak 1
Maret 1948, dan akan selesai pada tahun 1953.40
Pada tahun 1953 masa hak konsesi Belanda atas tambang di Indonesia
telah habis, oleh sebab itu tambang-tambang yang semula dikelola oleh
perusahaan Belanda yang di dalamnya terdapat saham Belanda diambil alih oleh
pemerintah Republik Indonesia (RI). Perusahaan-perusahaan yang diambil alih
menjadi milik RI ialah BTW, GMB, SITEM, Tambang Batubara Loa Kulu di
Mahakam, Tambang Bauxite di Kijang Bintan.41
Tahun 1958 pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan atas
perusahaan Belanda menjadi milik Indonesia. kebijakan tersebut diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1958 Tentang
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda. Setelah terbitnya UU
tentang nasionalisasi perusahaan Belanda, posisi perusahaan tambang BTW
semakin diperkuat dengan UU tersebut dengan status menjadi milik Negara
Indonesia.
Di tahun 1959 dibentuklah Biro Urusan Perusahaan Tambang Negara
(BUPTAN) sebagai koordinator yang mengurusi ketiga tambang timah dalam satu
kesatuan, perusahaan BTW, GMB, dan SITEM dirubah namanya menjadi
Perusahaan Pertambangan Timah Bangka (TTB), Perusahaan Pertambangan
40Sutedjo Sujitno. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia: Abad Ke-18 –
Abad Ke 20, 2007., op. cit., hlm. 179.
41Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Timah Belitung (PPTBel), dan Perusahaan Pertambangan Timah Singkep (PPTS).
Pada tahun 1961 BUPTAN dibubarkan dan diganti menjadi Badan
Pimpinan Umum (BPU) untuk mengatasi Perusahaan-perusahaan Negara. BPU
dikelompokkan sesuai bidangnya yaitu;
1. BPU Pertambangan Timah Negara,
2. BPU Pertambangan Batubara,
3. BPU Pertambangan Umum Negara.
BPU Pertambangan Timah Negara membawahi PN. Tambang Timah Bangka, PN.
Tambang Timah Belitung, dan Tambang Singkep.
Pada tahun 1967, Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun
1967 tentang Pengarahan dan Penyederhanaan Perusahaan Negara Kedalam Tiga
Bentuk Usaha Negara, dengan demikian mengartikan bahwa BPU yang telah
dibentuk harus dibubarkan. Dilanjutkan dengan Keputusan Pemerintah No. 21
tahun 1968, dibentukah PN. Tambang Timah yang merupakan leburan dari BPU.
Berdasarkan UU No. 9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah
Mentok diubah menjadi Perusahaan Persero, dimana seluruh sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah dan mengubah nama perusahaan tersebut dengan nama PT
Tambang Timah.42 Setelah menjadi perusahaan terbuka, PT Tambang Timah
melakukan privatisasi dengan mencatatkan saham PT Tambang Timah di Bursa
Efek dan merubah nama perusahaan menjadi PT Timah (Persero) Tbk.43
42Ibid., hlm. 190.
43Ibid., hlm. 194.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
TAMBANG INKONVENSIONAL (TI)
A. Pelaksanaan Tambang Inkonvensional
Pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
menjadikan perekonomiannya rapuh. Krisis ekonomi ini disebabkan karena
hutang swasta dan persoalan perbankan, dan diiringi dengan pengunduran diri
oleh Soeharto sebagai presiden.
Krisis ekonomi ini berakibat pada semua sektor kehidupan. Dampak dari
krisis tersebut terlihat pada jumlah pengangguran yang meningkat akibat
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor pekerjaan. Harga
kebutuhan pokok meningkat sedangkan upah penghasilan dari sektor pertanian,
pertambangan, dan industri menurun. Penduduk Indonesia yang berada di bawah
garis kemiskinan meningkat.
Mengalami kondisi ekonomi yang lemah pada tahun 1998 berbagai cara
untuk memulihkan keadaan ekonomi ditempuh oleh pemerintah. Salah satu usaha
tersebut yaitu dengan diterbitkannya Kepmenperindag Nomor 558 pada tahun
1998.
Pada tahun 1998 Menteri Perindustrian dan Perdagangaan (Menperindag)
membuat sebuah kebijakan di bidang ekspor. Kebijakan ini tertulis dalam
Keputusan Menteri Perindustrian dan Pedagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998
Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tujuan diberlakukannya kebijakan oleh Menperindag adalah sebagai
pembaharuan dalam rangka reformasi ekonomi nasional dan untuk meningkatkan
daya saing. Isi dari keputusan Menperindag ini yaitu bahwa timah merupakan
komoditas yang bebas ekspornya. Pengertian dari barang yang bebas ekspornya
adalah barang yang bebas diekspor oleh siapapun dan tidak diawasi oleh
Menperindag.
Setelah Kepmenperindag diterbitkan, satu tahun kemudian diterbitkan
keputusan dari Pemerintah Pusat mengenai otonomi daerah. Keputusan tersebut
tertulis dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan
tersebut menjelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (otonomi daerah), termasuk
bertanggung jawab dalam mengatur dan memanfaatkan sumber-sumber potensi
yang ada di daerah masing-masing.
Sejak otonomi daerah diberlakukan dari pemerintahan pusat, wilayah
kepulauan Bangka Belitung secara administrasi berada dalam pimpinan langsung
otonomi gubernur dan bupati daerah. Pada saat otonomi daerah tersebut diberikan,
pemerintahan daerah Kabupaten Bangka di pimpin oleh Bupati Eko Maulana Ali.
Masa jabatan beliau sejak tahun 1998 hingga tahun 2006.
Tahun 1999 adalah periode setelah krisis ekonomi mulai membaik. Ketika
tahun-tahun perbaikan ekonomi sedang diusahakan, harga lada sebagai komoditas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
utama pertanian di Bangka menurun. Sejak tahun 1999 harga lada berkisar rata-
rata 20.000 per kilogram dan tidak pernak naik.44
Melihat keadaan ekonomi Kabupaten Bangka yang terpuruk karena
jatuhnya harga komoditas utama pertanian yaitu lada, maka bupati Eko berinisiatif
memperbaiki keadaan perekonomian tersebut. Komoditas timah dianggap dapat
menyamai keuntungan yang di dapatkan masyrakat ketika bertani lada. Sejalan
dengan otonomi daerah dari pemerintah pusat untuk bertanggung jawab mengatur
daerah masing-masing, maka jalan yang ditempuh bupati ialah dengan cara
menerbitkan perda bagi pertambangan agar timah dapat memulihkan
perekonomian masyarakat Bangka.
Pada tahun 2001 diterbitkanlah Perda Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun
2001 yang mengatur tentang Pengelolaan Pertambangan Umum. Tujuan utama
dari perda ini adalah agar usaha pertambangan rakyat dapat menaikkan
pendapatan masyarakat Bangka yang merosot akibat turunnya harga lada. Tidak
hanya sampai disitu, perda juga bertujuan agar pertambangan dapat menaikkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bangka melaui pajak dan retribusi.
Dengan diterbitkannya perda Bupati mengenai pertambangan umum pada
tahun 2001, mengartikan bahwa pertambangan timah dapat diakses masyarakat
umum. Sejak saat ini pula komoditas timah menjadi incaran bagi masyarakat
umum Bangka dan menjadi ancaman bagi PT Timah sebagai pemegang monopoli
timah sejak masa kolonial.
44Erwiza Erman. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung, 2009., op. cit., hlm.
164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Atas izin penambangan dalam Perda dari Bupati inilah masyarakat Bangka
dengan sigap menanggapi kebijakan tersebut dan membuka lahan-lahan baru yang
jauh dari permukiman warga untuk membuat lahan tambang. Usaha pertambangan
rakyat ini disebut dengan Tambang Inkonvensional (TI).
Untuk dapat memahami tentang Tambang Inkonvensional (TI), maka
perlulah diketahui pengertian kata inkonvensional, menurut KBBI inkonvensional
ialah penggalian tanah yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan adat
kebiasaan, menyimpang atau tidak lazim. Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa tambang inkonvensional merupakan tambang yang menyimpang atau tidak
lazim dilakukan seperti kegiatan menambang pada umumnya.
Pengertian mengenai TI ini ternyata memiliki banyak versi, pemahaman
mengenai TI dari PT Timah yaitu sebuah kegiatan penambangan yang di lakukan
diluar kontrol PT Timah atau bisa dimaksudkan sebagai tambang ilegal karena
diluar kontrol penambangan pusat, sedangkan pengertian TI menurut Perda Bupati
Bangka Nomor 21 Tahun 2001, TI ialah kegiatan penambangan timah yang
dilakukan tanpa izin, baik di dalam daerah wilayah kuasa penambangan ataupun
diluar kuasa wilayah penambangan daerah Bangka.
Karena situasi pro dan kontra diantara pihak aparat dan masyarakat
pekerja tambang tentang pertambangan rakyat tersebut maka masyarakat Bangka
memberi istilah bagi pertambangan tersebut yaitu sebagai Tambang Ilegal (TI).
Dalam wawancara yang dilakukan, masyarakat lebih umum atau terbiasa dengan
kata Tambang Ilegal dibandingkan dengan kata Tambang Inkonvensional yang
asing dan kaku bagi mereka, sehingga kemudian dipersingkat menjadi TI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dalam waktu yang singkat setelah perizinan TI dilaksanakan, PAD yang
diharapkan dapat meningkat telah terwujud di tahun awal perizinan TI.
Sumbangan untuk PAD antara bulan Januari–September 2001 mencapai Rp. 9
miliar. Sumbangan tersebut melebihi angka PAD sebelum terlaksananya TI,
sumbangan dari PT Timah ke daerah pertahunnya adalah Rp. 2 milyar sampai Rp.
3 milyar saja.45
B. Perkembangan Tambang Inkonvensional
Tambang Inkonvensional menjadi usaha pertambangan rakyat sejak tahun
2001 setelah Perda Bupati diterbitkan. Pada awalnya TI hanya dikerjakan oleh
masyarakat di Kabupaten Bangka saja, tetapi dalam waktu singkat kabupaten-
kabupaten lain di Bangka ingin turut bekerja sebagai penambang timah.
Di Bangka Selatan pada tahun 2001 wilayah awal yang menjadi lahan
pertambangan yaitu Tanjung Sangkar, Tukak Sadai dan Nyelanding. Wilayah
Kecamatan Pulau Besar belum tersentuh oleh aktivitas pertambangan timah—
kecamatan ini belum terbentuk dan masih menjadi bagian desa-desa dari
Kecamatan Payung. Meskipun di Kecamatan Pulau Besar belum ada usaha TI,
petani-petani di kecamatan ini mencoba mencari peruntungan dengan merantau
sementara ke Tanjung Sangkar dan Nyelanding untuk bekerja menjadi
penambang TI.
45Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken. Politik lokal di Indonesia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007., hlm. 234.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Menurut jenis penambangan timah oleh TI, usaha TI terbagi menjadi 2
jenis yaitu:
1. TI darat
TI darat adalah penambangan timah yang dilakukan di darat dengan sistem
pengambilan timah yaitu, menggunakan cangkul untuk menggali tanah, kemudian
dilakukan penyemprotan menggunakan pipa air, agar pasir dan tanah terpisah dari
batuan. Pasir dan tanah yang didapatkan dikumpulkan, lalu dicuci agar timah dan
pasir terpisah.
2. TI apung atau rajuk
TI apung atau rajuk adalah penambangan timah yang dilakukan di atas
permukaan air seperti sungai, rawa, atau pantai dengan sistem pengambilan timah
menggunakan mesin hisap yaitu melalui pipa besi penyedot pasir dan kemudian
tanah yang dihisap dibersihkan di tempat pencucian timah. Diberi nama TI apung
karena penambangan dilakukan dengan mengapung dari atas air.
Jenis usaha TI yang dikerjakan oleh penambang pada permulaan tambang
di tahun 2001 adalah TI darat. Alat-alat pertambangan dapat dirakit oleh beberapa
penambang. Perakitan alat-alat sederhana untuk menambang di perkirakan
mengadaptasi alat-alat pertambangan milik PT Timah. Untuk TI darat yaitu
menggunakan mesin semprot atau monitor sedangkan PT Timah menggunakan
mesin semprot dengan ukuran besar.
Pada tahun 2002 penggalian timah oleh TI sudah banyak memasuki daerah
dengan deposit yang memiliki kedalaman lebih dari 6 meter, sehingga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mungkin lagi dikerjakan dengan alat yang sederhana. Perkembangan selanjutnya
ialah TI dikerjakan dengan alat berat seperti buldozer, shovel yang dalam istilah
lokal disebut dengan Produksi Caterpillar (PC).
Jenis TI darat dikerjakan oleh masyarakat hingga tahun 2006, kemudian
teknologi menambang diganti dengan TI rajuk. Menurunnya jenis TI darat,
diperkirakan karena TI darat lebih berisiko terhadap kecelakaan-kecelakan dalam
penambangan di bandingkan dengan TI Rajuk. Meskipun begitu usaha TI darat
masih dikerjakan oleh beberapa masyarakat.
Jenis usaha TI rajuk mulai marak dan cenderung dipakai penambang timah
sejak tahun 2006. Pemilihan TI rajuk dikarenakan anggapan penambang bahwa TI
rajuk risiko kecelakaannya lebih kecil dan sedikit. Selain itu reklamasi yang
dilakukan tidak seberat reklamasi di TI darat. Sistem rajuk ini diadaptasi
penambang TI dari sistem penambangan timah di laut atau sungai yang dikerjakan
oleh PT Timah.
Lahan yang dipilih menjadi wilayah TI yaitu lahan yang berada di hutan
atau merupakan tanah tidur46 yang jauh dari pemukiman warga atau jalan umum.
Pemilihan lahan yang demikian dimaksudkan agar warga sekitar tidak terganggu
dari proses penambangan, dan juga agar limbah TI tidak sampai ke permukiman
warga setempat. Tetapi pada perkembangannya, lahan TI di hutan menyusut dan
TI merambat ke wilayah-wilayah terlarang untuk ditambang seperti; hutan bakau,
kawasan hutan lindung, pemukiman warga, sungai dan pantai tanpa izin. Hingga
46Tanah tidur adalah tanah yang bukan merupakan milik penduduk dan tidak
diolah oleh penduduk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pada tahun 2004-2010, terhitung lahan kritis di Bangka seluas 810.059,87 ha atau
sekitar 79,91 persen47.
Persediaan SDA timah di Bangka tidak dapat diperkirakan secara pasti
kapan akan menipis dan habis, tetapi faktor kelimpahan inilah yang menjadi
faktor utama timah tetap digali. Baik dari perusahaan timah maupun masyarakat
penambang menjadikan timah sebagai komoditas unggul yang menguntungkan
bagi mereka. Dalam suatu wawancara dengan Bapak Suroso48, beliau
mengatakan bahwa tanah Bangka merupakan suatu tanah yang dianugerahi harta
karun berupa timah yang melimpah.
Jumlah usaha TI tidak dapat diketahui secara pasti, hal ini dikarenakan
usaha TI yang berpindah-pindah dan surat Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang
jarang di administrasikan oleh pemilik TI. Dalam perhitungan kasar jumlah TI
yang dapat diketahui yaitu:
Bulan Desember tahun 2001 ada sekitar 1.320 TI yang memiliki badan
usaha, dan sebanyak 4.671 sebagai usaha perorangan.
Bulan Januari tahun 2002 ada sekitar 10.000 unit mesin TI dan
diperkirakan sekitar 130.000 orang penambang.49
47Bangka Pos, “Hasil Kajian Walhi, 64,12 Persen Daratan Babel Rusak Parah Aki
bat Tambang”. 30 Januari 2017, pada http://bangka.tribunnews.com/2017/01/30/hasil-kaji
an-walhi-6412-persen-daratan-babel-rusak-parah-akibat-tambang.
48Seorang penambang Bangka Selatan, pada tanggal 12 April 2018 di Desa
Sidoharjo (tran 2).
49Perhitungan jumlah TI di pulau Bangka secara keseluruhan. Ibid., hlm. 236.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Masa jabatan Eko Maulana dalam pemerintahannya di Bangka ialah 3 kali
menjabat. Pada tahun 1998 hingga tahun 2006 Bapak Eko Maulana Ali sebagai
Bupati Bangka. Tahun 2007 sampai tahun 2012 beliau terpilih melanjutkan
pemerintahan sebagai Gubernur Bangka Belitung, karirnya tersebut berlanjut
dalam pemilihan gubernur berikutnya. Beliau terpilih menjadi gubernur kembali
yaitu sejak tahun 2012 hingga tahun 2017.50
Selama masa pemerintahan Bupati hingga Gubernur Eko Maulana Ali,
belum ada peraturan yang melarang TI untuk ditutup atau diberhentikan. 11 tahun
perjalanan TI yaitu sejak tahun 2001-2012 diikuti dengan pergantian kepala
daerah, tetapi belum ada perda pembaharuan untuk TI, melihat kebijakan
pemerintah yang demikian maka rakyat Bangka menganggap bahwa pemerintahan
setelah Gubernur Eko tetap setuju dengan TI.
50Masa jabatan gubernur ialah 5 tahun, tetapi beliau meninggal pada tahun 2013
dan kemudian jabatan pemerintahannya digantikan oleh Wakil Gubernur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 4.1. Tambang Inkonvensional Darat
Sumber: Dokumentasi pribadi.
Gambar 4. 2. Tambang Inkonvensional Apung atau Rajuk
Sumber: Dokumentasi pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB V
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PASCA
BERLAKUNYA PERDA TAMBANG
INKONVENSIONAL
A. Konsep Sosial Ekonomi
Kondis i sosial ekonomi merupakan kondisi yang menggambarkan situasi
kehidupan sosial dan perekonomian individu atau masyarakat tertentu. Kondisi
sosial ekonomi suatu individu atau masyarakat bersifat tidak tetap dan akan
mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial.
Agar dapat memahami pengertian kondisi sosial ekonomi masyarakat
Pulau Besar, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari kondisi sosial
ekonomi tersebut. Menurut para ahli sosiologi, pengertian dari kondisi sosial
ekonomi adalah51;
1. FS Chapin mengartikan bahwa kondisi sosial ekonomi berkaitan dengan
status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi yang dimaksudkan ialah
posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berhubungan dengan
ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural,
pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas
kelompok dari komunitasnya.
51StudiNews, “Pengertian Sosial Ekonomi, Faktor dan Kondisi Sosial”24 Oktober
2017, pada https://www.studinews.co.id/2017/10/pengertian-sosial-ekonomi-faktor-yang-
menentukan-kondisi-sosial.html#1FS_Chapin_Kaare_198926.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Melly G Tan mengemukakan sosial ekonomi adalah kedudukan sosial
ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.
3. Santrock mengemukakan sosial ekonomi adalah pengelompokan orang-
orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan
ekonomi.
4. Abdulsyani mengemukakan bahwa sosial ekonomi adalah kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompok menusia yang ditentukan oleh jenis
aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal,
dan jabatan dalam organisasi.
5. Soerjono Soekanto mengemukakan sosial ekonomi adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam
hubungannya dengan sumber daya.
Dari kelima pengertian mengenai kondisi sosial ekonomi menurut para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah suatu kondisi
yang menggambarkan kedudukan (status) individu atau masyarakat yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi dan pendapatan, tingkat pendidikan, jenis
rumah tinggal dan alokasi pendapatan.
Manusia dalam masyarakatnya terbagi dalam kelompok-kelompok status
atau lapisan-lapisan status. Lapisan-lapisan masyarakat mulai ada sejak manusia
mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Max Weber
berpendapat, bahwa di dalam setiap kondisi kehidupan masyarakat, warga-warga
masyarakat terbagi dalam kelas-kelas (ekonomis), kelompok status (sosial), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
partai-partai (politik). Hubungan antara ketiganya bersifat timbal balik; dan
menurut Marx, bahwa dimensi ekonomis yang menentukan dimensi-dimensi
lainnya.
Status dalam masyarakat ada karena kondisi sosial, ekonomi, dan ukuran-
ukuran lain yang ditetapkan suatu masyarakat untuk mengelompokkan masyarakat
dalam kelas-kelas. Pengelompokan ke dalam kelas-kelas disebut dengan
stratifikasi sosial.
Menurut Pitirim A. Sorokin bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara
hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas lebih
rendah.
Stratifikasi dapat terjadi pada setiap masyarakat bahkan terjadi pada
masyarakat yang paling sederhana sekalipun. Hanya jarak dan tingkatan antara
lapisan-lapisan itu yang berbeda. Menurut Soerjono Soekanto, secara teoritis
semua manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan kenyataan
kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian.
Pembedaaan atas lapisan-lapisan merupakan gejala universal yang merupakan
bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.52
Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut adalah sebagai berikut53:
52Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali, 1982., hlm.
222.
53Ibid., hlm. 230.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
1. Ukuran kekayaan. Ukuran kekayaan atau kebendaan dapat dijadikan suatu
ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk
dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari
bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara
mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan
untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan. Barang siapa tang memiliki atau yang mempunyai
wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi.
3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari
ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan
dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak
dijumpai pada msyarakat tradisional. Biasanya mereka dalah golongan tua
atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.
4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh
masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi
ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan mutu ilmu
pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha dilakukan untuk
mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Status dicapai dengan tujuan untuk merubah status seseorang dan ada
status yang merupakan status pemberian yang sifatnya tertutup dan tidak dapat
berubah. Status dalam masyarakat Pulau Besar merupakan status terbuka. Artinya
status tersebut dapat diusahakan melalui ukuran ekonomi masyarakat.
Menurut Weber bahwa suatu kelas mencakup orang-orang yang
mempunyai peluang-peluang kehidupan yang sama, dipandang dari sudut
ekonomis. Dengan peluang-peluang kehidupan dimaksudkan sebagai kondisi
hidup, pengalaman hidup dan kesempatan mendapatkan benda dan jasa, termasuk
kemampuan membeli rumah dan seterusnya.54
Kondisi ekonomi dan sosial menjadi penting dalam masyarakat
Kecamatan Pulau Besar. Dari kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat tergambar
lapisan-lapisan yang ada di dalam masyarakat tersebut.
Untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Besar, faktor-
faktor penentu haruslah dijabarkan sebagai gambaran atau penunjuk kedudukan
masyarakat.
1. Aktivitas ekonomi
Aktivitas ekonomi masyarakat Kecamatan Pulau Besar didukung oleh
keadaaan geografis wilayahnya, yaitu memungkinkan masyarakatnya bekerja
pada sektor pertanian, perikanan, peternakan dan penambangan. Masyarakat di
Kecamatan Pulau Besar mayoritas bekerja pada sektor petanian dan
pertambangan, maka 2 sektor sumber mata pencaharian ini akan diuraikan.
54Ibid., hlm. 252.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
a. Pada sektor pertanian
Profesi sebagai petani pada awalnya sangat menjanjikan kemakmuran
pada masyarakat Bangka, khususnya masyarakat Pulau Besar. Pada tahun-tahun
tertentu kenaikan harga komoditas pertanian membuat masyarakat menikmati
masa kejayaannya. Di tahun 1998 harga lada melonjak hingga berada pada harga
90.000 rupiah/Kg, tetapi di tahun 1999 harga lada turun drastis menjadi 20.000
rupiah/Kg55. Keterpurukan harga lada ini turut membuat masyarakat harus beralih
profesi agar dapat bertahan di kondisi yang sangat merugikan bagi para petani.
Jatuhnya harga lada membuat banyak peluang-peluang pekerjaan baru
bagi masyarakat untuk tetap memiliki penghasilan yang mencukupi. Perlahan-
lahan komoditas lada ditinggalkan. Masyarakat beralih profesi menjadi petani
sawit dan karet.
Harga sawit dan karet memiliki grafik yang stabil, tidak seperti grafik
harga lada. Dalam artian bahwa permintaan karet dan sawit masuk dalam kategori
permintaan yang tidak langka atau sedang. Tidak semua masyarakat Bangka dan
Pulau Besar beralih profesi menjadi petani karet dan sawit, hal ini dikarenakan
modal bertani karet dan sawit yang besar, dan beberapa masyarakat masih tetap
mempertahankan komoditas lada sebagai mata pencaharian mereka sembari
menunggu naiknya harga lada kembali.
Kebijakan pemerintah Bangka mengenai izin penambangan timah juga
turut memberikan peluang bagi masyarakat Bangka untuk beralih menjadi
55Kompas, ”Lada Putih Bangka Tergusur”. 08 Februari 2010, pada https://nasion
al.kompas.com/read/2010/02/08/05050255/Lada.Putih.Bangka.Tergusur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
penambang-penambang rakyat. Belum diketahui jelas siapa pelopor pertama yang
mengetahui cara penambangan timah dengan alat-alat sederhana yang dapat
dirakit sendiri.
Pada awal tahun 2001 tambang-tambang inkonvensional sudah dibuka di
Tanjung Sangkar Toboali. Salah satu penambang yang terlibat adalah Sugeng
Prasetyo56 dan keluarganya. Sugeng Prasetyo mengetahui adanya tambang timah
di Toboali berdasarkan informasi dari rekannya. Hal yang sama diutarakan oleh
pekerja TI yang lainnya, Suroso, Yakobus Dasar, dan Suryani bahwa mereka tidak
mengetahui bagaimana sejarah TI secara pasti, tetapi keterlibatan mereka di TI
karena diajak rekannya yang sudah lebih dulu menjadi penambang.
b. Pada sektor pertambangan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang kaya akan
bahan tambang seperti timah. Komoditas timah ini telah dimanfaatkan oleh
penduduk Bangka dan Belitung selama ± 2 abad. Kepemilikan atas komoditas
timah inipun bergulir seiring bergantinya kebijakan-kebijakan mengenai
pertambangan dari pihak yang berwenang.
Sebagian besar masyarakat Bangka telah menggantungkan
perkonomiannya pada aktivitas TI. Sebesar 60 persen masyarakat Bangka
56Narasumber penelitian TI mayoritas tidak mengetahui sejarah TI, informasi
yang mereka dapat dari rekan kerja TI ialah bahwa timah bisa digali bebas atau untuk
umum, sehingga pada akhirnya mereka ikut menggali timah dan dibeli oleh kolektor
timah dengan harga mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Belitung bekerja di tambang inkonvensional untuk menghidupi keluarga, ungkap
Noor Nedi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Babel57.
Usaha-usaha untuk melegalkan TI terus dilakukan agar masyarakat kecil
dan menengah tetap dapat sejahtera dari hasil menambang. Gubernur Eko dalam
pernyataannya mengungkapkan bahwa semua TI akan dilegalkan dalam upaya
membantu perkonomian masyarakat ditengah terjadinya krisis ekonomi global.
Hanya itu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah,
perkebunan sawit, karet dan lada belum memiliki basis di perdagangan dunia, dan
untuk perdagangan di pasar lokal membutuhkan waktu lama dan tidak
menjanjikan dengan perdagangan internasional yang dapat dilakukan dengan
perdagangan timah58.
Ketika kepemilikan timah bergulir menjadi milik rakyat, peluang-peluang
mobilitas sosial dirasakan oleh penduduk Bangka, termasuk penduduk Kecamatan
Pulau Besar Kabupaten Bangka Selatan. Tambang millik rakyat ini disebut
dengan Tambang Inkonvensional (TI) dimana peralatan untuk menambang timah
menggunakan alat-alat sederhana dan melakukan pendulangan dengan cara
sederhana pula, seperti pendulangan di sungai atau menggunakan mesin semprot
dengan tenaga yang kecil. Pekerjaan penambangan dan pendulangan dilakukan
oleh penduduk Kecamatan Pulau Besar melibatkan orang tua sampai anak-anak
57Kompas,“60 Persen Warga Babel Hidup Dari Tambang Inkonvesional”. 16 Nov
ember 2008, pada https://tekno.kompas.com/read/2008/11/16/00170457/60.persen.warga.
babel.hidup.dari.tambang.inkonvensional.
58Kompas, “Wuih..Semua Tambang Timah Dilegalkan”. 10 November 2008,
pada
https://ekonomi.kompas.com/read/2008/11/10/21315732/wuih.semua.tambang.timah.dile
galkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sekolah. Pemasaran produksi pasir timah dapat melalui tengkulak, kolektor timah
atau bos timah di sekitar tempat tinggal penduduk atau di wilayah penambangan.
2. Pendidikan
Ketika masih berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Payung,
akses pembangunan di desa-desa ini terlambat dibandingkan dengan desa yang
lebih dekat dengan kecamatan. Jarak antara Kecamatan Payung dan desa-desa
didekat pesisir ini terbilang jauh, dan akibatnya proses pembangunan prasarana
pendidikan dan lainnya menjadi melambat.
Dari kelima desa di Kecamatan Pulau Besar, prasarana pendidikan yang
dibangun pemerintah adalah; berdiri 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN), 1 Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN), dan belum berdiri Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN).
Sejak berdirinya Kecamatan Pulau Besar menjadi kecamatan mandiri pada
tahun 2007, pendidikan di wilayah Kecamatan Pulau Besar sudah mulai
berkembang dan terbilang sedang bertumbuh untuk maju. Di tahun 2009
pemerintah membangun Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN). Tahun
2015 membangun SMAN 1 Pulau Besar, dan tahun 2016 membangun gedung
SMPN 2 Pulau Besar.
Bekerja menjadi petani lada dan menjadi nelayan adalah sumber
terpenting untuk melanjutkan kehidupan keluarga mereka. Setelah adanya
program transmigrasi pada tahun 1995 dan 1996, daerah-daerah masyarakat
Melayu Bangka yang berada di pesisir pantai ikut merasakan proses akulturasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
budaya. Begitu pula sebaliknya dengan pendatang dari Pulau Jawa yang tinggal di
daerah trans.
Proses akulturasi budaya tidak terjadi dalam waktu yang cepat, perlu
waktu lama untuk mengenal dan mengerti budaya baru. Proses akulturasi tersebut
terjadi dalam 7 unsur budaya yaitu bahasa, sosial, ekonomi, religi, teknologi,
kesenian, dan pendidikan.
Proses akulturasi kebudayaan terjadi sampai pada pemahaman pendidikan
bagi masyarakat Melayu Bangka. Sebelum tahun 1995 hanya sedikit masyarakat
Melayu Bangka yang menempuh pendidikan di wilayah ini.
Faktor ekonomi masyarakat menentukan tingkat pendidikan
seseorang.Tetapi setelah adanya program transmigrasi, pandangan masyarakat
Melayu Bangka perlahan-lahan berubah mengenai pendidikan. Pendidikan di
sekolah mulai diterapkan pada anak-anak mereka untuk masuk Sekolah Dasar
atau Madrasah Ibitiidiah.
Setelah Perda Bupati diterbitkan, pendidikan di Kecamatan Pulau Besar
memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya adalah, masyarakat
yang berhasil banyak dalam menambang dapat menyekolahkan anak mereka
hingga jenjang SMA dan bahkan hingga perguruan tinggi. Kemudian dampak
negatif yang terjadi adalah, ketika anak memilih untuk membantu orangtua
bekerja di pertambangan, dan tidak melanjutkan pendidikannya. Ekonomi
keluarga menentukan keberlanjutan pendidikan anak-anak di Kecamatan Pulau
Besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
3. Alokasi Pendapatan
Alokasi pendapatan adalah penentuan banyaknya uang (pendapatan) yang
disediakan untuk suatu keperluan. Hasil dari bekerja TI akan digunakan oleh
masyarakat TI untuk keperluan primer, sekunder dan tersier.
Pengalokasian pendapatan terbagi menjadi 3 yaitu; kebutuhan primer,
sekunder dan tersier. Kebutuhan primer yaitu pangan, sandang dan papan.
Kebutuhan sekunder yaitu alat elektronik seperti televisi, smartphone, sepeda
motor. Kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan tersier, kebutuhan ini seperti
rumah mewah, kendaraan mewah, perhiasan, dan sebagainya.
Sebelum bekerja pada sektor pertambangan, penduduk Kecamatan Pulau
Besar menghidupi kebutuhan keluarga dari bekerja di sektor pertanian, dan
beberapa penduduk yang tinggal pesisir bekerja di sektor perikanan. Kebutuhan
penduduk masih terbilang sederhana, kebutuhan pokok (primer) tercukupi yaitu
pangan, sandang dan papan.
Setelah pekejaan masyarakat berallih ke sektor pertambangan, maka
penghasilan yang didapatkan juga bertambah. Penghasilan yang didapatkan
penambang yaitu Rp3.200.000 hingga Rp6.000.000 per bulannya, dibandingkan
dengan penghasilan ketika bertani yaitu berkisar antara Rp1.000.000 hingga Rp
2.500.000 per bulannya.
Sumber pangan dipenuhi masyarakat dengan cara bertani dan
mengandalkan kekayaan hutan. Beberapa masyarakat yang tidak bertani dapat
membeli bahan pangan dari petani terdekat. Pemakaian kompor gas untuk
memasak masih sedikit dan mayoritas menggunakan kompor minyak tanah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tungku kayu bakar. Tetapi pada perkembangannya setelah pelaksanaan TI,
masyarakat sudah banyak yang menggunakan kompor gas dan sudah berdiri
beberapa warung makan.
Kebutuhan sandang dipenuhi masyarakat dengan membelinya di pusat
kota atau di kabupaten dan kecamatan. Masyarakat di wilayah ini tidak
memanfaatkan hasil alam sebagai pemenuhan kebutuhan sandang, misalnya
seperti pembuatan baju atau kain dari pelepah kayu dan kulit binatang.
Kebutuhan sandang belum bisa dipenuhi secara mandiri, harus membelinya di
suatu toko penjualan baju. Perkembangan yang terjadi setelah perda yaitu,
beberapa warga desa membeli mesin jahit guna memenuhi kebutuhan sandang di
masyarakat tersebut.
Kebutuhan papan dapat dicukupi masyarakat di wilayah kecamatan Pulau
Besar. Seperti halnya rumah yang dimiliki masyarakat terbuat dari papan dan
anyaman bambu. Kondisi lantai rumah masih beralaskan tanah, tetapi sudah
banyak juga masyarakat yang mampu membeli semen sebagai alas rumah mereka.
Di dalam rumah belum memiliki kamar mandi sendiri, sehingga masyarakat harus
pergi ke luar rumah untuk buang air maupun mandi dan sumber penerangan
rumah warga didapatkan dari lampu teplok. Setelah munculnya TI, terjadi
perkembangan yang pesat dalam memenuhi kebutuhan papan contohnya yaitu
rumah-rumah sudah banyak beralih menjadi rumah batu dan setiap rumah sudah
memiliki kamar mandi sendiri. Sumber penerangan berallih dari lampu teplok ke
penerangan lampu yang berasal dari diesel bersama milik warga. Lantai rumah
sudah beralih ke lantai keramik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Transportasi dilakukan dengan bersepeda atau berjalan kaki. Kendaraan
roda empat sudah ada, yaitu truk dan bis umum. Truk digunakan sebagai
transportasi guna membawa hasil pertanian ke wilayah lain untuk dijual. Bis
digunakan sebagai alat transportasi penduduk ke ibukota provinsi atau ke
kabupaten. Setelah TI berlangsung, jumlah kendaraan di kecamatan ini
meningkat. Sudah ada mobil pribadi milik kolektor-kolektor timah, jumlah bis dan
truk bertambah, jumlah sepeda motor berlimpah ruah. Hampir setiap keluarga
memilik motor, satu anggota keluarga dapat memiliki 1-2 motor dan penggunaan
sepeda sudah sangat jarang ditemui.
Kemajuan pemenuhan kebutuhan terjadi pada masyarakat tambang timah
di Kecamatan Pulau Besar. Kebutuhan primer, sekunder hingga tersier sudah
dapat dapat dipenuhi. Kebutuhan tersier yang dapat dipenuhi masyarakat yaitu:
televisi, smartphone, sepeda motor, rekreasi, inventasi dalam bentuk tanah dan
tabungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 5.1. Tabel Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesudah diberlakukannya Perda Perizinan Tambang Timah
Inkonvensional
No Faktor Pembanding Sebelum Munculnya TI Sesudah Munculnya TI
1 Pekerjaan dan penghasilan
Masyarakat hanya bekerja
sebagai nelayan dan/atau petani
dan/atau peternak dengan
penghasilan rata-rata sekitar
Rp1.000.000. sampai
Rp2.500.000
Pekerjaan masyarakat beralih dan didominasi
ke pekerjaan menambang dengan
penghasilan Rp3.200.000 sampai
Rp6.000.000.
2 Alokasi pendapatan
Pendapatan masyarakat hanya
cukup untuk memenuhi
kebutuhan primer seperti
sandang, pangan dan papan.
Pendapatan masyarakat sudah dapat
memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier
seperti pendidikan, televisi, smartphone,
sepeda motor, rekreasi, investasi tanah, dan
tabungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3 Kondisi tempat tinggal
Rumah masih terbuat dari
papan dan anyaman bambu
dengan luas bangunan yang
kecil.
Lantai rumah masih berupa
tanah atau semen dan atap
rumah berasal dari daun
kelapa.
Belum memiliki kamar mandi
sendiri
Rumah terbuat dari batu dengan luas
bangunan yang cukup besar.
Lantai rumah berupa keramik dan atap
rumah berupa seng.
Tiap rumah sudah memiliki kamar mandi
sendiri.
4 Pendidikan Rata-rata pendidikan anak
hingga jenjang SD
Pendidikan anak hingga jenjang SMA/SMK
dan perguruan tinggi.
5 Teknologi
Penerangan masyarakat dari
lampu teplok/minyak
Alat masak menggunakan
tungku kayu bakar.
Transportasi sehari-hari
masyarakat dilakukan dengan
berjalan kaki dan bersepeda.
Penerangan sudah menggunakan lampu
dari diesel.
Alat masak sudah menggunakan kompor
gas.
Masyarakat sudah memiliki kendaraan
bermotor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
B. Masyarakat Tambang Timah di Kecamatan Pulau Besar
Para penambang yang bekerja di sektor pertambangan timah, dahulu
merupakan seorang petani lada, baik sebagai pekerja atau memiliki kebun lada
sendiri. Bertani lada menjadi usaha pertanian turun menurun dari nenek moyang
orang Bangka.
Bekerja di pertanian lada memang menguntungkan, harga lada terus
meningkat. Pada tahun 1998 harga jual lada hingga 90.000 rupiah per kilogram,
komoditas pertanian lainnya seperti sayur dan buah-buahan tidak dapat menyamai
harga jual lada, sehingga masyarakat Bangka terkhusus Pulau Besar mayoritas
memilih bertani lada atau menjadi pekerja-pekerja harian di kebun milik orang
lain.
Masa-masa kejayaan komoditas lada tidak dapat diprediksi, setahun
setelah harga lada melonjak, tahun 1999 harga lada menjadi sangat jatuh. Panen
dari kebun lada tidak lagi menggiurkan, petani merugi.
Di samping itu pertanian lada membutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai masa panen yaitu 2 tahun hingga 3 tahun sebagai panen pertama. Usia 5
tahun sebagai panen kedua, dan usia 7 tahun untuk panen terakhir. Terkadang
musim yang tidak menentu membuat panen lada gagal. Hal inilah yang menjadi
faktor utama masyarakat untuk beralih mencoba peruntungan di sektor
pertambangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Solusi dari rendahnya harga lada yaitu bertahan pada perkebunan lada dan
berharap harganya dapat naik kembali. Beberapa masyarakat juga memilih
mengganti komoditas pertanian mereka dengan bertani sayur mayur, sawit, dan
karet. Faktor ekonomi inilah yang membuat masyarakat Bangka dengan sigap
menyambut pertambangan TI sebagai jalan keluar tercepat dari perekonomian
yang sulit.
Tahun 2001 TI mulai diusahakan oleh pemilik-pemilik modal. Pemilik
modal tersebut mayoritas orang kota. Pemodal menyediakan alat-alat tambang
kemudian membuka tambang secara kecil-kecilan, tenaga kerjanya ialah orang-
orang dari desa yang mencari kerja ke kota. Alat-alat tambang dibeli pemodal dari
daerah Pangkal Pinang dan dirakit di tempat penambangan oleh pekerja TI.
Sebagian besar pekerja tambang tidak mengetahui bagaimana sejarah TI ini
bermula hingga ke Kecamatan Pulau Besar. Menurut mereka TI menjadi usaha
umum rakyat sejak lengsernya kekuasaan Soeharto sehingga berakibat pada
perubahan peraturan penambangan, ada juga yang mengatakan bahwa Bupati
telah mengizinkan penambangan timah bagi rakyat Bangka.
Pelopor penambangan TI di Pulau Besar berawal dari orang-orang desa
yang mencari pekerjaan ke kota, di kota mereka belajar cara menambang dari
rekan-rekan sekerjanya yang sudah lebih dulu menambang timah. Hasil dari
bekerja tambang yang menggiurkan membuat masyarakat di Kecamatan Pulau
Besar ingin turut bekerja di TI. Lambat laun pekerjaan bertani di tinggalkan
dengan menjadi perantau TI di daerah lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pada awal penambangan TI, tambang yang dikerjakan adalah TI darat. TI
darat adalah penambangan timah yang dilakukan didarat atau ditanah, cara
pengambilan timah dari tanah ialah dengan cara menggali tanah dengan cangkul
sampai lapisan tanah yang mengandung timah terlihat, setelah itu timah
dipisahkan dari tanah menggunakan selang penyemprot atau monitor agar pasir
terbawa arus air karena lebih ringan dan timah yang berat tinggal ditempat.
TI dikerjakan oleh laki-laki usia dewasa maupun muda yang berada dalam
usia produktif, karena butuh tenaga besar untuk mengoperasikan alat-alat TI.
Tetapi dalam perkembangannya perempuan dewasa dan anak sekolahpun ikut
membantu bekerja di TI.
Pekerja TI berada di wilayah penambangan di tentukan dari jarak antara
lokasi penambangan dan rumah. Jika jarak antara wilayah penambangan dan
rumah semakin jauh, maka semakin jarang pula pekerja pulang ke rumah.
Pekerja yang jauh dengan rumah tinggal dan memerlukan waktu 5 jam
lebih untuk perjalanan, dan akan tinggal di penambangan (ngecamp) sementara
dalam waktu 2-3 bulan. Kemudian kembali lagi ke wilayah penambangan sesuai
dengan persetujuan bos TI dan teman sekerja (pron)59.
Jika jarak rumah dan tempat penambangan tidak terlalu jauh, dapat
ditempuh dalam waktu 1-4 jam maka penambang akan pulang ke rumah dalam
waktu 2-3 minggu sekali. Untuk penambangan yang tidak nge-camp atau tidak
59Pron yaitu istilah yang sering digunakan pekerja tambang untuk menyebut satu
tim yang terdiri dari 3-4 orang. Pron berasal dari kata Front, kemudian menjadi pron agar
lebih mudah pengucapannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
menginap di tempat penambangan, rata-rata waktu tempuh antara rumah dan
tempat penambangan hanya 30 menit sampai 1 jam.
Penambang yang menginap atau nge-camp menyiapkan segala
perlengkapan yang dibutuhkan seperti sandang dan papan dan pangan untuk
tinggal di wilayah penambangan. Wilayah hutan sangat dingin dan tempat tinggal
yang berdindingkan plastik membuat para penambang harus menahan dingin,
maka dari itu kebutuhan sandangnya seperti pakaian dan selimut atau sarung
harus dipersiapkan.
Kebutuhan papan yang harus dipenuhi ialah membuat rumah sementara
bagi pekerja tambang yang menginap. Rumah sementara tersebut disebut pondok.
Rumah pondok terbuat dari papan, triplek, dan plastik atau terpal untuk menutupi
bagian dinding rumah. Atap rumah terbuat dari plastik dan terpal, beberapa rumah
mengunakan atap daun dan seng. Ketika pekerjaan menambang selesai dan pindah
lokasi menambang, atap dari rumah tersebut di ambil dan dipakai ulang di rumah
yang baru, beberapa rumah juga di biarkan tertinggal dengan atap utuh di lokasi
penambangan.
Untuk kebutuhan pangan, bos TI sudah membuatkan makanan untuk
penambang dengan jatah makan 3 kali sehari, makan pagi, makan siang dan
makan malam. Makanan disajikan sesuai dengan waktu makan di pondok khusus
untuk makan yang berdekatan dengan dapur.
Orang yang mengolah makanan di tambang ialah istri dari beberapa
penambang yang ikut juga nge-camp dengan suaminya. Saat waktu luang dan
istirahat dari mengolah makanan, maka istri dari penambang tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
membantu suami dengan cara melimbang. Melimbang atau ngelimbang adalah
kegiatan mengumpulkan tanah-tanah limbah dari cucian TI, kemudian di cuci lagi
dengan mendulangnya dan timah akan tertinggal di tempat pendulangan karena
berat timah lebih besar dibandingkan dengan pasir dan tanah yang tercampur
dengan timah sebelumnya. Hasil timah tersebut nantinya akan dijual kepada bos
TI bersamaan dengan pengupahan dari memasak yang telah dilakukan istri
penambang.
Lokasi penambangan yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Besar sangat
beragam, hampir semua kabupaten di Bangka telah menjadi lahan garapan
mereka. Di Kota Pangkal Pinang yaitu Bukit Merapin, di Bangka yaitu Sungailiat
dan Belinyu, di Bangka Barat seperti Mentok dan Jebus, di Bangka Tengah seperti
Lubuk Besar, Bemban, Kemingking, di Bangka Selatan seperti Tanjung Sangkar,
Nyelanding, Ranggung, Tepus, Pergam, Sidoharjo, Sumber Jaya Permai dan
sebagainya. Lokasi penambangan berpindah-pindah sesuai dengan arahan bos TI
atau menambang didaerah baru yang diperkirakan banyak mengandung sumber
timah.
Penentuan lokasi penambangan tidaklah sembarangan. Agar hasil timah
yang diperoleh memuaskan, maka perlu pengamatan kadar timah yang terkandung
didalam tanah terlebih dahulu. Pengamatan ini dilakukan oleh pemilik-pemilik
tambang untuk menentukan lokasi penambangan. Alat yang digunakan untuk
mengukur kadar timah di wilayah penambangan seperti, bor, dan Global
Positioning Sytem (GPS). Tidak semua pengamatan lokasi penambangan
dilakukan dengan sistem bor dan GPS, beberapa pemilik TI menggunakan jasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
orang pintar atau dukun untuk memprediksi keberadaan timah di lahan yang akan
di tambang. Selain itu beberapa pemilik TI juga tidak mengeluarkan biaya untuk
membeli alat atau jasa pengukuran kadar timah, untuk memprediksi kadar timah
tersebut, pemilik tambang memperkirakan keberadaan timah berdasarkan “piling”
(feeling).
Daerah yang telah selesai ditambang oleh TI seharusnya di reklamasi
kembali agar tanah tersebut dapat berfungsi kembali menjadi lahan pertanian dan
sebagainya. Tetapi yang terjadi ialah lahan-lahan bekas penambangan dibiarkan
terbuka dan meninggalkan kolong-kolong atau danau buatan hasil pengerukan
tanah yang sering disebut dengan camoy.
Gambar 5.1. Lahan TI di Kemingking Kabupaten Bangka Tengah
Sumber: Google Maps 2018, terletak pada 2º25’22.3”S, 106º07’01.6E.60
60Google Maps 2018, pada https://www.google.com/maps/@-
2.4184894,106.1173976,3182m/data=!3m1!1e3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Menurut masyarakat tambang timah lebih menguntungkan menjadi
penambang timah di bandingkan dengan bekerja sebagai petani. Jika bertani
membutuhkan modal yang besar untuk membeli lahan dan bibit, perawatan yang
rutin, harga komoditas pertanian rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk
panen, itupun belum pasti panen, adakalanya panen rusak dan petani merugi.
Sedangkan pekerjaan menambang dilihat masyarakat sebagai kebalikan dari
pekerjaan bertani, menambang tidak perlu modal besar, hasil timah pasti ada
walaupun sedikit, proses menambang yang singkat untuk mendapatkan panen
timah, harga timah tinggi dan hampir selalu untung dalam bertambang.
Pandangan untung dan rugi antara bekerja TI atau bertani tergantung pada
masyarakat yang mengalami proses bekerja di masing-masing sektor. Beberapa
penambang juga memilih untuk mengakhiri kegiatan pertambangan dan memilih
bertani karena beberapa alasan tertentu misalnya, bertani lebih sedikit resikonya
kecelakannya dari pada bertambang. Hasil tani meskipun harga jualnya rendah
tetapi akan menghasilkan panen walaupun sedikit di bandingkan dengan
bertambang yang akan menguras tenaga banyak dan kadang tidak menemui timah
dalam penambangannya, dan terkadang resiko kecelakaan yang sangat tinggi di
penambangan.
Hasil dari bertambang dapat dikatakan membuat masyarakat TI cukup
sejahtera. Tidak hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup primer seperti pangan.
Sandang dan papan, tetapi dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier
keluraga penambang, misalnya hasil pengupahan TI dapat dipergunakan untuk
membeli motor, biaya sekolah anak, modal usaha, membeli kebun, membeli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
handphone, membangun rumah batu bata hingga mendirikan TI sendiri dan
sebagainya.
Jumlah pendapatan yang diperoleh dari penambang TI tergantung dari
hasil timah yang dapat dikumpulkan. Pembayaran uang kontan akan langsung
diberikan oleh bos timah setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali sesuai
dengan kesepakatan. Pasir timah dari 1 pron akan dikumpulkan dan ditimbang.
Hasil 1 kilogram timah dihargai sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik timah,
mulai Rp.30.000 hingga Rp. 100.000 per kilogram sesuai dengan harga timah di
pasaran Bangka. Jika hasil timah melimpah, hasil pekerja tambang perorang dapat
mencapai 800.000 rupiah hingga 1.500.000 rupiah per sekali pengupahan. Hal ini
juga tergantung dari harga timah di pasaran Bangka, jika harga timah menurun,
maka menuruh pula hasil pengupahan mereka dan sebaliknya.
Ketika hasil timah sedikit atau tidak memuaskan dan kebutuhan ekonomi
keluarga penambang sedang naik, maka pekerja dapat meminjam uang kepada
pemilik TI atau bos TI. Sistem hutang atau pinjaman ini dilunasi berdasarkan
kesepakatan bersama dengan pemilik timah atau bos. Sistem hutang ini tidaklah
mengikat pekerja tambang harus bekerja dan mengabdi dengan pemberi pinjaman
atau bos TI. Pekerja tambang dapat berganti wilayah TI hingga bos TI tanpa
ikatan apapun, dan perjanjian hutang akan tetap berlaku selama hutang belum di
lunasi.
Jam kerja di TI tidak ada, pekerja dalam satu tim atau pron (front) bebas
menggunakan waktu untuk memulai dan menyudahi pekerjaan. Jika ingin hasil
timah banyak, maka penambang akan lebih pagi mulai menghidupkan mesin dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mencari timah, perhitungan hasil atau upah ditentukan dari hasil timah yang dapat
dikumpulkan, bukan dari jam kerja.
Pekerjaan menambang di mulai pagi hari atau ketika 1 tim sudah siap
untuk menambang. Biasanya penambang mulai bekerja antara pukul 06:00 sampai
08:00 pagi hingga 17:00 sore, tetapi jika merasa hasil pencarian timah kurang
banyak dalam satu hari maka penambang akan lembur hingga pukul 21:00. Para
penambang tidak bekerja sepanjang waktu dari pagi hingga sore dan malam,
mereka juga bisa beristirahat sesuai dengan kesepakatan 1 pron. Ada waktu untuk
istirahat termasuk waktu untuk makan. Sejak pagi hingga sore bekerja, di malam
hari penambang dapat istirahat malam dengan tidur atau menggunakan waktu
malam untuk bersantai bersama pekerja lainnya dengan bermain kartu atau gaple
dan bernyanyi yang diiringi gitar.
Sistem pembagian kerja di TI adalah penambang 1 pron yang terdiri dari
3-4 orang saling mengisi pekerjaan satu sama lain, bersifat luwes atau fleksibel.
Semua anggota dapat saling bergantian dalam memegang tugas kerjanya. Hal ini
pulalah yang menjadi salah satu faktor terjaganya relasi sosial yang baik antar
sesama penambang. Berada dalam posisi yang sama yaitu sebagai buruh
penambang timah yang bekerjasama demi mendapatkan timah sebanyak mungkin
untuk dibagi dalam satu tim. Tanggungjawab ekonomi yang besar dirasakan
mereka, ketika harus beralih profesi dari petani menjadi penambang timah,
peruntungan demi peruntungan di wilayah penambangan dicoba guna
memperbaiki perekonomian keluarga. Seperasaan dan sepenanggungan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
buruh tambang timah itulah yang dirasakan mereka sehingga konflik antar
penambang sangat jarang sekali terjadi.
Dalam kerjasama satu pron harus terjadi komunikasi yang baik agar
pekerjaan menambang lancar dan dapat saling bergantian tugas. Tugas-tugas
pekerjaan di TI darat yaitu, dalam 1 pron terdapat 1 orang sebagai pencangkul, 1
orang sebagai penyemprot, 1 orang yang mengurus mesin, dan 1 orang yang
membuang sampah dan batu-batu. Sedangkan pada TI rajuk atau apung tugas
pekerjaannya ialah, 1 orang mengurusi mesin, 1 orang menaiki tower dan
memasukkan pipa besi ke dasar tanah, 1 orang mencangkul membersihkan hasil
cucian timah.
Di dalam penambangan inkonvensional, pekerja tambang rentan tehadap
risiko kesehatan dan keselamatan. Air di penambangan yang tercampur oli dan
solar mesin sering menjadi penyakit bagi pekerja, alergi gatal-gatal dan iritasi di
kulit badan sehingga menjadi memerah, selain itu wilayah pertambangan atau
hutan sangatlah dingin, pekerja rentan sakit karena kedinginan. Kecelakaan-
kecelakaan dalam penambangan juga sering terjadi seperti tangan tergulung tali
dari mesin win, jatuh dari tower saat mendorong pipa besi, dan tertimpa tanah
longsor, akan sulit untuk menggali korban jika sudah tertimpa tanah longsor.
Tidak ada jaminan kesehatan dan keselamatan dalam penambangan. Maka dari
itu, selain harus selalu waspada dalam penambangan, pekerja juga harus
mempersiapkan obat-obatan pribadi agar langsung dapat dikonsumsi dan tidak
menunggu pemulihan dari paramedis yang letaknya jauh dari wilayah
penambangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Suasana kehidupan di TI beragam-ragam, ada yang lingkungannya ramai
dan sepi, hal ini ditentukan dari luasnya daerah pertambangan yang sedang
berlangsung. Di daerah pertambangan yang luas seperti di Kemingking dan
Bemban terdapat pemukiman atau rumah pondok dalam jumlah yang banyak.
Penambang yang merantau sudah melebihi hitungan puluhan orang.
Di wilayah pertambangan tidak hanya berisikan peralatan tambang dan
pekerja tambang, terdapat juga penjual-penjual kebutuhan para penambang yang
sifatnya sementara di wilayah itu, seperti warung sembako yang menjual bahan
makanan, perlengkapan mandi dan cuci, hingga warung makan yang juga
menyediakan teh dan kopi. Para pedagang di daerah tambang ikut merasakan
dampak dari hadirnya TI, kegiatan berdagang dapat diselingi dengan kegiatan
melimbang sebagai tambahan pendapatan. Ketika TI di daerah tersebut telah
selesai dan tinggalkan oleh penambang, maka pedagang sembako dan pedagang
lainnya juga ikut meninggalkan lokasi penambangan dan mencari daerah tambang
yang baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 5.2. Warung sembako di wilayah penambangan TI
Sumber: Dokumentasi Pribadi (diambil pada April 2018).
Dalam wawancara dengan penambang, diketahui bahwa jumlah
penambang di Kemingking dan Bemban berkisar ribuan orang yang tak dapat
diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan tidak ada pendataan apapun mengenai
masuknya orang-orang dalam wilayah TI dan bebasnya akses keluar masuk
daerah tambang. Ada juga orang-orang yang merantau dari daerah lain mencari
kerja sebagai penambang di Bangka, seperti dari pulau Jawa, dari Palembang dan
sebagainya. Hubungan solidaritas dan kerjasama antara masyarakat Bangka dan
pendatang dari luar Bangka terjalin baik, hal ini dikarenakan kesamaan profesi
sebagai penambang timah di Bangka demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Kondisi Masyarakat Tambang Timah
Bangka Selatan pada Tahun 2003-2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terjadinya penambangan timah Tambang Inkonvensional (TI) di
Kepulauan Bangka Belitung berawal dari Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan (Kepmenperindag) Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 Tahun 1998
Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. Peraturan tersebut berisi tentang
pengawasan barang-barang yang dapat di ekspor. Timah tidak menjadi bagian
dalam Kepmenperindag tersebut, sehingga mengartikan bahwa timah merupakan
komoditas yang bebas dan tidak diawasi ekspornya oleh pemerintah.
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998-1999 membuat Bupati
Bangka mengambil langkah perbaikan ekonomi bagi masyarakatnya, maka dari
itu diterbitkanlah Perda Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Pertambangan Umum. Perda dari bupati mengartikan bahwa
pertaambangan rakyat diizinkan oleh pemda. Setelah Perda tersebut terbit,
tambang-tambang inkonvensional mulai diusahakan.
Di Bangka Selatan tahun 2001 usaha TI bermula di Tanjung Sangkar,
Tukak Sadai, dan Nyelanding. Pekerja penambangan TI adalah masyarakat Pulau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Besar yang hendak mencoba peruntungan ekonomi di sektor penambangan.
Mereka dapat bekerja di sektor pertambang karena ajakan dari teman atau kenalan
yang sudah lebih dulu bekerja di TI.
2. Terjadi perubahan sosial ekonomi pada masyarakat tambang timah
setelah diberlakukannya Perda bupati mengenai perizinan tambang timah.
perekonomian menjadi lebih baik, kebutuhan primer, sekunder hingga tersier
dapat terpenuhi oleh masyarakat. Tidak hanya itu, para penambang yang sering
mendapatkan timah banyak lebih disegani dan digemari oleh masyarakat
penambang yang lainnya.
B. Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat saya sampaikan kepada Pemerintah
Daerah Bangka (Pemda), masyarakat tambang timah dan bagi para pembaca pada
umumnya, yaitu:
1. Perlunya bagi pemerintah mengadakan sensus masyarakat penambang TI,
agar ada data mengenai pertambangan timah Bangka.
2. Perlunya kerjasama antara pemda dan masyarakat untuk
menyelenggarakan penyuluhan mengenai izin penambangan, prosedur
penambangan timah, pelatihan kerja, dan reklamasi lahan pertambangan
oleh pemilik TI.
3. Haruslah diperkirakan alternatif pekerjaan masyarakat Bangka, ketika
cadangan timah di Bangka sudah menipis dan habis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4. Ekologi Bangka harus tetap diperhatikan dan dilestarikan agar tetap dapat
menjadi pijakan bagi anak cucu di generasi mendatang.
5. Saran bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian di daerah
Kemingking dan Bemban yang menjadi lahan TI terbesar di Bangka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anton Haryono. Sejarah (Sosial) Ekonomi : Teori Metodologi Penelitian dan
Narasi Kehidupan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2011.
Erwiza Erman, Kesenjangan Buruh-Majikan : Pengusaha, Koeli dan Penguasa:
Industri Timah Belitung, 1852-1940. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995.
______. Menguak Sejarah Timah Bangka Belitung. Yogyakarta: Ombak, 2009.
Heidhues, Mary Somers. Timah Bangka Dan Lada Mentok: Peran Masyarakat
Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d XX.
Jakarta: Yayasan Nabil, 2008.
Jhonson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia,
1986.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Bentang, 2001.
Mubyarto, dkk. Kajian Sosial-Ekonomi Desa-Desa Perbatasan di Kalimantan
Timur. Yogyakarta: Aditya Media, 1991.
Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi. Kesultanan Pelembang Darussalam:
Sejarah dan Warisan Budayanya . Jember: Jember University Press, 2016.
Selo Soemarjan. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta: Komunitas Bambu,
2012.
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali, 1982.
______. Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV.
Rajawali, 1984.
Susanto, Phil Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Binacipta,
1985.
Sutedjo Sujitno. Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah. Jakarta
Selatan: Cempaka Publishing, 2007.
______. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia: Abad Ke 18 – Abad Ke 20.
Jakarta Selatan: Cempaka Publishing, 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
ARSIP
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998
Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor.
Laporan Tahunan 2014 PT Timah.
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Umum.
Profil Kecamatan Pulau Besar Tahun 2017.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1958 Tentang
Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda.
JURNAL
Jurnal Society,Volume II, Nomor 1, Juni 2014. Citra Asmara Indra. 2014.
”Implikasi terbitnya Regulasi Tentang Pertimahan Terhadap Dinamika
Pertambangan Timah Inkonvensional di Pulau Bangka.
INTERNET
http://www.timah.com/v2/ina/tentang-kami/8410052012110526/sekilas-pt-timah/
http://www.babelprov.go.id/content/wilayah-administrasi
https://www.studinews.co.id/2017/10/pengertian-sosial-ekonomi-faktor-yang-
menentukan-kondisi-sosial.html#1FS_Chapin_Kaare_198926.
https://www.google.com/maps/@-
2.4184894,106.1173976,3182m/data=!3m1!1e3http://bangka.tribunnews.com/201
7/01/30/hasil-kajian-walhi-6412-persen-daratan-babel-rusak-parah-akibat-
tambang.
https://nasional.kompas.com/read/2010/02/08/05050255/Lada.Putih.Bangka.Terg
usur
https://tekno.kompas.com/read/2008/11/16/00170457/60.persen.warga.babel.hidu
p.dari.tambang.inkonvensional.
https://ekonomi.kompas.com/read/2008/11/10/21315732/wuih.semua.tambang.ti
mah.dilegalkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
DAFTAR NARASUMBER
No Nama Umur Pekerjaan Alamat
1 Suroso 46
Penambang
timah dan
Petani
Kecamatan
Pulau Besar
2 Suryani 42 Petani Kecamatan
Pulau Besar
3 Sugeng
Prasetyo 57
Penambang
timah dan
Petani
Kecamatan
Pulau Besar
4 Yakobus
Dasar 45
Penambang
timah
Kecamatan
Pulau Besar
5 Saudara 32 Penambang
timah
Kecamatan
Pulau Besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
LAMPIRAN
Rumah Pondok atau rumah sementara penambang (nge-camp)
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Rumah Pondok Untuk Penambang yang Tidak Nge-camp
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Sampan Sebagai Transportasi Menuju Tempat Penambangan di Sungai.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Pembuatan Ponton TI Apung /Rajuk.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Perakitan Peralatan TI Apung/Rajuk
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Lahan bekas TI darat yang menjadi wisata danau biru.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI