skripsi bab 1-3
DESCRIPTION
zzTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dipandu oleh nilai-
nilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan sosial.Apalagi
masyarakat indonesia secara khusus mayoritasnya agama islam, sudah
sewajarnya untuk membekali diri dengan memahami arti pentingnya nilai-
nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, lebih-lebih dalam
pergaulan sehari-hari. Terutama pada anak-anak remaja yang sangat mudah
terpengaruhi oleh perkembangan teknologi canggih, secara tanpa disadari
dengna kemajuan tehknologi tersebut kita bisa mendengar, melihat melalui
tayangan-tayangan televisi, itu akan membuka jalan untuk kita masuk
kedalam pergaulan bebas. Seperti yang sering kita lihat tayangan televisi
yang di gemari hususnya para anak-anak, remaja bahkan orang dewasa yaitu
film “SinetronPutih Abu-Abu” didalam film tersebut menggambarkan
bagaimana para remaja berkompetisi dalam segala hal sehingga apapun yang
dilakukan sah-sah saja demi mendapatkan apa yang di inginkan.
Melalui tayangan tersebut anak-anak dan para remaja akan meniru dan
memperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti gaya bergaul, gaya
berpakayan, gaya bahasa, semua di rubah-rubah contohnya” Saya, Kamu”
berubah menjadi “Guwe, Low” katanya itu bahasa“Gaul”bahasa yangngetren
saat ini dikalangan anak remaja. Bahkan sebagian besar dari para anak-anak
remaja melakukan hal-hal yang keluar dari ketentuan nilai dan norma sosial,
1
akibat dari lemahnya kontrol sosial, sehingga mereka bebas bergaul dengan
siapa saja yang disukainya, karna tidak ada penekanan dari orang tua, atau
dari penegakan nilai dan norma tersebut di dalam kehidupan masyarakat.
Dari penomena diatas kita melihat bahwa lemahnya peroses penegakan
kontrol sosial yang dilakukan oleh aparat penegak hukum seperti: Tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan beserta peran para orang tua dalam mengawasi
gerak-gerik anak-anaknya, yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa.
Tetapi apa yang terjadi pada saat ini, seiring dengan perkembangan dan
perubahan zaman sangat jarang sekali kita jumpai anggota masyarakat
konsisten dalam mematuhi aturan atau niali dan norma yang berlaku.
Sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan yang
berlaku, hampir bisa dipastikan dalam kehidupan bermasyarakat akan bisa
berlangsung dengan lancar dan tertib. Tetapi berharap semua anggota
masyarakat bisa berperilaku taat, tentu merupakan hal yang mahal.Didalam
kenyataan, tentu tidak semua orang yang selalu bersedia dan bisa memenuhi
ketentuan atau aturan yang berlaku, bahkan tidak jarang ada orang-orang
tertentu yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan
peribadinya, seperti seorang yang bernekat menjadi pencuri dan sebagainya.
Untuk mencegah agar kecendrungan warga masyarakat yang ingin dan yang
telah melanggar agar tidak terus merebak berkembang lebih parah, maka
masyarakat perlu menjalankan pengendalian sosial atau kontrol sosial
terhadap individu-individu, dan anggota masyarakat. Namun bagaimanapun
anggota masyarakat mencoba untuk mentaati aturan-aturan dan nilai sosial
2
yang masih ada yang melakukan berbagai bentuk pelanggaran-pelanggaran
yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat, baik itu pelanggaran yang sifatnya terbuka maupun yang
tersembunyi.
Sebagaimana fakta kongkrit yang telah terjadi disebagian kost- kostan
yang ada lingkungan pancor sanggeng, banyak telah ditemukan pelanggaran-
pelanggaran seperti: Pencurian, Perampokan, dan Perzinahan atau mesum,
yang dilakukan oleh anggota masyarakat hususnya anak kost- kostan yang
tidak sewajarnya dilakukan, sehingga banyak yang kita temukan anak-anak
kost-kostan tidak bisa melanjutkan pendidikannya, akibat lemahnya kontrol
dari wali kostnya, mereka hamil diluarnikah, dan ada yang ditemukan
berduaan akhirnya dikawin. Apakah seperti itu yang dilakukan sebagai
seorang penuntut ilmu yang di harapkan sebagai generasi penerus oleh orang
tuanya dan oleh masyarakat, semua itu terjadi karna mereka merasa terlepas
dari kontrol orang tunya, atau mereka jauh dari orang tuanya,dalam keadaan
seperti inilah sangat dibutuhkan peranan wali kost, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dalam menjaga nilai dan norma yang seharusnya di tegakkan dalam
menciptakan tertib sosial.
Akan tetapi sebagian besar dari wali kost yang ada dilingkungan pancor
sanggeng kurang memperhatikan bagaimana perilaku anak kost-kostan
sehari-harinya, ini merupakan tanggungjawab sebagai wali kost, yang
demikian itu yang harus dihadapi oleh beberapa individu yang menjadi wali
kost merupakan salah satu beban yang harus di tanggung agar bagaimana
3
peran seorang wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial yang ada di
lingkungan masyarakat sekitar khususnya di lingkungan kost-kostan agar
tetap terjaga sesuai dengan harapan masyarakat.
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti melihat berbagai pelanggaran
yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat hususnya dilingkungan kost-
kostan, oleh karnaitu peneliti menganggap masalah ini sangat penting untuk
diteliti.Dengan banyaknya fakta kongkrit yang peneliti temukan khususnya di
lingkungan kost-kostan dan dilingkungan masyarakat secara umum, Maka
peneliti mengangkat masalah, “Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan
Norma Sosial” (Studi Kasus Dipancor Sanggeng, Selong Lombok
Timur).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka pokus peneliti dalam
pelaksanaan penelitian ini, peneliti dapat mengetahui masalah- masalah yang
akan diteliti sehingga nampak jelas dan terarah, mengenai bentuk kontrol
sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai dan norma sosial yang
berlaku.
C. Rumusan Masalah
Dari fokus penelitian diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial
dilingkungan masyarakat dan dilingkungan kost-kostan yang ada di
Pancor Sanggeng?
4
2. Bagaimanakah bentuk sanksi bagi pelanggar nilai dan norma sosial
terhadap anak kost yang melanggar nilai dan norma yang telah ditetapkan
oleh wali kost diPancor Sanggeng?
D. Tujuan Penelitian
Untuk member arahan yang lebih sistematik baik dan teratut maka perlu
ditetapkan tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran wali kost dalam menjaga nilai dan
norma sosial dilingkungan masyarakat dan kost-kostan.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk sangsi bagi pelanggar nilai dan
norma sosisl yang telah ditetapkan oleh wali kost, studi kasus di Pancor
Sanggeng.
E. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dan hasilnya kiranya akan memberikan sumbangan positif
bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi mahasiswa. Penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kehidupan wali kost dan terutama anak kost-kostan dan secara umumnya
bagi semua manusia, untuk bisa menjadi masyarakat yang lebih baik.
B. Manfaat Praktis.
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat penulis kelompokkan menjadi
dua, yaitu manfaat praktis bagi individu (Perorangan) dan manfaat praktis
bagi anggota masyarakat secara keseluruhan.
5
1. Bagi peneliti bermanfaat untuk:
a. Menambah pengetahuan tentang bagaimana peran-peran wali kost
dalam menjaga nilai dan noram sosial didalam lingkungan kost-kostan
dan lingkungan masyarakat secara umum.
b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kontrol sosial didalam
kehidupan bermasyarakat.
c. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran wali kost
dalam menjaga nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam
lingkungan kost-kostan dan lingkunan masyarakat setempat.
2. Bagi pembaca dapat bermanfaat untuk :
a. Menambah pemahaman terhadap bagaimana peranan wali kost yang
bertanggung jawab dalam menjaga nilai dan norma sosial di dalam
masyarakat umumnya.
b. Menambah pengetahuan tentang pentingnya penerapan nilai dan
norma didalam lingkungan kost-kostan dan lingkungan masyarakat.
c. Memberikan memotifasi untuk menjadi anggota masyarakan yang
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Wali Kost
1. Pengertian Peran
Dalam kamus besar bahasa indonesia peran adalah suatu yang
mewujudkan bagian yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya
suatu hal atau peristiwa, (Poer Madarmita:1985;735). Menurut soekanto
menyatakan peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat yang meliputi nilai dan
norma yang di kembangkan dalam dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat.
Sedangkan konsep tentang peran (Role) menurut (kamarudin:
1994;766) menganggap bahwa peran merupakan dari tugas utama yang harus
dilakukan oleh manajemen, pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai
suatu status yang bagian dari suatu fungsi seseorang di dalam kelompok
peranata fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya, dan fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
(Skripsi, Lia eka sutaria: 2011;07).
Dapat dikatakan peran seseorang berkaitan dengan setatus yang melekat
padanya nampak dari perilaku sebab dalam berinteraksi dengan individu lain
dalam berbagai kegiatan dalam masyarakat. Disamping itu pula peran
seseorang itu di tentukan oleh situasi yang di hadapi dalam arti sesuai dengan
situasi dimana dan dengan siapa individu tersebut mengadakan interaksi.
7
Sedangkan dalam pengertian sosialogi peran adalah perilaku atau tugas yang
diharapkan untuk di laksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau
setatus yang dimiliki. Dengan kata lain peran adalah penanggungjawab,
jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama
manusiadalam suatu masyarakat atau organisasi. (Skripsi Radiah: 2003;6)
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (Status).Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran. (Soekanto:1990;268). Peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lainterhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhioleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Barbara:2008).
2. Pengertian Wali Kost
Wali kost merupakan orang tua kedua yang di beri tanggung jawab
oleh orang tua pertama dalam janngka waktu tertentu, mereka diserahkan
kepada wali kost, guna untuk dikontrol selama mereka berada dilingkungan
kost-kostan yang dipimpinnya tersemut, kemudian memiliki peranan penting
dalm menjaga keteraturan atau nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat, karna dia sudah diserahkan oleh orangtua mereka untuk di awasi,
dijaga, dan dididik untuk menjadi masyarakat yang memiliki pekerti yang
baik. (Skripsi, hiryani radiah: 2010;11).
Wali kost juga bisa di setarakan dengan peranannya sebgai orang tua
atau keluarga, sama-sama memiliki peranan penting dalam memberikan
bimbingan kepada anggota keluarga. Keluarga adalah unit satuan masyarakat
8
yang terkecil sekaligus merupakan kelompok kecil dalam masyarakat.
Klompok ini dalam hubungannya dengn perkembangan individu, sering
dikenal dengan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu
dengan berbagai macam bentuk keperibadiannya dalam masyarakat. Tidak
dapat di pungkiri, bahwa keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya
terbatas selaku penerus keturunan saja. (Singgih: 1981; 9). Menurut oqburn,
fungsi keluarga adalah kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan,
status keluarga, dan agama. Sedangkan fungsi keluarga menurut bierstatt
adalah menggantikan keluarga, mengatur, bersipat membantu, menggerakkan,
nilai-nilai kebudayaan, dan menunjukkan status. (Suprianto: 2010;117)
B. Nilai Sosial
1. Pengertian Nilai Sosial
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai
sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau
tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung
tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah
masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada
orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan,
celaan, cemoohan, atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang
yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang
yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani.
Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan
bahwa nilai (Value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
9
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan
Hunt: (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu
pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai
merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau
tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat
berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
2. Macam-Macam Nilai Sosial
Prof. Notonegor, Membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai
Material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang
berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai Vital, yakni meliputi berbagai
konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia
dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai Kerohanian, yakni
meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang
bersumber pada akal manusia (Cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber
pada unsur perasaan (Estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur
kehendak (Karsa), dan nilai keagamaan (Religiusitas), yakni nilai yang
bersumber pada revelasi (Wahyu) dari Tuhan.
3. Nilai Individual
Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan
bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang
dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh
sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual.
10
Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat
disebut nilai sosial. Beberapa pandangan tentang nilai:
1. Nilai bersifat Objektif
Pandangan ini menganggap bahwa nilai suatu objek itu melekat pada
objeknya dan tidak tergantung pada subjek yang menilai maksudnya, setiap
objek itu memiliki nilai sendiri, meskipun tidak diberi nilai oleh seseorang
atau subjek.
2. Nilai bersifat Subjektif.
Pandangan ini beranggapan bahwa nilai dari sesuatu itu tergantung pada
orang/subjek yang menilainya suatu objek yang sama dapat mempunyai nilai
yang berbeda bahkan bertentangan bagi orang yang satu dengan orang lain,
suatu objek yang sama dapat dinilai baik atau buruk, benar atau salah, serta
berguna atau tidak berguna tergantung pada subjek yang menilainya. Nilai
dibagi menjadi empat antara lain:
a. Nilai Etika merupakan nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh,
misalnya kejujuran, nilai tersebut saling berhubungan dengan akhlak,
nilai ini juga berkaitan dengan benar atau salah yang dianut oleh
golongan atau masyarakat. Nilai etik atau etis sering disebut sebagai
nilai, moral, akhlak, atau budi pekerti, selain kejujuran, perilaku suka
menolong, adil, pengasih, penyayang, ramah dan sopan termasuk juga
ke dalam nilai ini. sanksinya berupa teguran, cacimaki, pengucilan,
atau pengusiran dari masyarakat.
11
b. Nilai Estetika atau nilai keindahan sering dikaitkan dengan benda,
orang, dan peristiwa yang dapat menyenangkan hati (Perasaan) nilai
estetika juga dikaitkan dengan karya seni. Meskipun sebenarnya
semua ciptaan tuhan juga memiliki keindahan alami yang tak
tertandingi.
c. Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan Tuhan kaitannya
dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai agama
diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik
didunia maupun di akhirat, seperti rajin beribadah, berbakti kepada
orangtua, menjaga kebersihan, tidak berjudi dan tidak meminum-
minuman keras, dan sebagainnya. bila seseorang melanggar
norma/kaidah agama, ia akan mendapatkan sanksi dari Tuhan sesuai
dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tujuan
norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam pengertian mampu
melaksanakan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan apa yang
dilarangannya. adapun kegunaan norma agama, yaitu untuk
mengendalikan sikap dan perilaku setiap manusia dalam
kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat.
d. Nilai sosial berkaitan dengan perhatian dan perlakuan kita terhadap
sesama manusia di lingkungan kita. nilai ini tercipta karena manusia
sebagai mahkluk sosial. Manusia harus menjaga hubungan diantara
sesamannya, hubungan ini akan menciptakan sebuah keharmonisan
12
dan sikap saling membantu, kepedulian terhadap persoalan
lingkungan, seperti kegiatan gotong-royong dan menjaga keserasian
hidup bertetangga, merupakan contoh nilai sosial.
C. Norma Sosial
1. Pengertian Norma Sosial
Norma adalah harapan perilaku yang pantas dan berfugsi sebagai
pedoman. Umum untuk tindakan sosial perilaku manusia menampilkan
keteraturan tertentu. Yang merupakan hasil kepatuhan terhadap norma- norma
bersama dalam pengertian ini tindakan manusia di tata oleh aturansebuah
norma sosial tidak selalu perilaku aktual dan perilaku normatif tidak hanya
merupakan pola yang paling sering terjadi karna istilah ini muncul pada
harapan masyarakat tentang perilaku yang ‘Benar’ atau ‘Pantaas’, norma
menyiratkan adanya legitimasi, persetujuan dan preskripsi. Walaupun
penyimpangan terhadap norma-norma didapat melalui internalisasi atau
sosialisasi. Konsep ini adalah konsep sentral, dalam teori ketertiban. (Kamus
Sosiologi: 2010; 384)
Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka
norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan
yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar
warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena
tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.
13
2. Macam-Macam Norma Sosial
Secara umum kita dapat membedakan norma menjadi dua yaitu:
1. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam kegiatan atau kehidupan
khusus misalnya aturan olahraga,aturan pendidikan,atau aturan sekolah,
dan sebagainnya.
2. Norma umum adalah Norma yang bersifat umum atau universal.
Didalam kehidupan masyarakat terdapat norma-norma (Aturan-
Aturan)yang mengatur perilaku anggota masyarakatyaitu sebagai berikut:
a. Norma Agama
Norma agama merupakan atuaran-aturan yang mutlak kebenarannya
karena aturan-aturan tersebut berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa.
Kebenaran norma adalah mutlak.hal ini disebabkan oleh aturan dan sanksinya
diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Norma agama berisi petunjuk
Tuhan yang berupa perintah (kewajiban dan anjuran), larangan dan sanksinya
bagi yang melanngar adalah di akhirat.
b. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang bersumber dari suara
hati nurani manusia berupa perintah dan larangan hati nurani manusaia.
Contohnya kita harus jujur, mencintai sesama manusia, tidak boleh
berbohong, dan tidak boleh menyakiti hati orang lain. Seorang yang
melanggar norma ini akan menerima sanksi berupa perasaan tidak tentram,
resah, gelisah dan sebagainya.
14
c. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang mengatur sikap dan
tingkah laku manusia dalam masyarakat, norma ini berisi perintah masyarakat
yang harus dilaksanakan dan larangan masyarakat tidak boleh dilakukan,
contohnya antara lain:Jangan meludah sembarang tempat, berbicara dengan
orangtua berbahasa halus dan sopan, mengucapkan salam bila bertemu orang
lain. Pelanggarannya terhadap norma kesopanan akan menimbulkan sanksi
dari masyarakat yang terwujud dalam bentuk teguran, caci maki, cemooh,
diasingkan dari pergaulan, dan sebagainnya.
d. Norma Hukum
Norma hukum adalah seperangkat peraturan yang dibuat oleh negara
atau badan yang berwenang, norma hukum berisi perintah negara yang
dilaksanakan dan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh warga
Negara, sifat dari norma ini adalah tegas dan memaksa. Sifat ”Memaksa”
dengan sanksinya yang tegas inilah yang merupakan kelebihan dari norma
hokum, jika dibandingkan dengan norma-norma yang lainnya, demi tegaknya
hukum, negara mempunyai lembaga beserta aparat-apratnya di bidang
penegakan hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim, bila seseorang melanggar
hukum, ia akan menerima sanksinya berupa hukuman misalnya hukuman
mati, penjara, kurungan, dan denda.
15
D. Kontrol Sosial
1. Pengertian Kontrol Sosial
Menurut (Roucek: 1965;146), Kontrol sosial adalah suatu istilah kolektif
yang mengacu pada peroses terencana atau tidak untuk mengajar individu
agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai kelompok tempat
mereka tinggal. Menurut (Soekanto: 1981;146 ), yang dimaksud pengendalian
sosial adalah suatu peroses baik yang direncanakan atau yang tidak
direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan
memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah
yang berlaku.
Salah satu paktor yang mempertimbangkan alasan mengapa warga
msyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu-rambu didalam perperilaku
sehari-hari ada kaitan dengan efektivitas tidaknya proses sosialisasi. Peroses
sosialisasi, secara normatif, tidak hanya mendatangkan manfaatbagi
masyarakat dalam arti memungkunkan terwujutnya tertib sosiaal, akan tetapi
juga akan mendatang kan manfaat bagi warga masyarakat secara individual.
Melalui peroses sosialisai ialah warga-warga masyarakat dapat belajar
bagaimana bertingkah pekerti dan menyusuaikan diri didalam masyarakat
tanpa menemui kesulitan apa pun juga.
Ide utama dibelakang teori kontrol adalah penyimpangan merupakan dari
hasil kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas
dasar pandangan bahwa setiap manusia senderung untuk tidak patuh pada
hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelenggaran hukum. Oleh
16
sebabitu para ahli teori kontrol sosial menilai perilaku menyimpang adalah
konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk menati hukum.
Sebagaimakhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain, dalam hidup
bersama, tentu seorang manusia tidak dapat bertindak seenaknya. Norma
meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya dan
bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya.Akan tetapi sering
terjadi norma-norma itu tidak diindahkan.Terjadi berbagai penyimpangan
socialAkibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat.
Kontrol sosial didalam arti mengendalikan tingkah pekerti masyarakat
agar selalu tetap komfrom dengan keharusan-keharusan norma. Adapun yang
dimaksud dengan sanksi didalam pembicaraan disini adalah suatu bentuk
penderitaan yang secara sengaja dibebankan oleh masyarakat kepada seorang
warga yang terbukti melanggar keharusan norma sosial. Dengan tujuan agar
warga masyarakat ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan
penyimpangan terhadap nilai dan norma tersebut
Norma-norma merupakan petunjuk dan pedoman mengenai bagaimana
caranya dan bagai mana sebaiknya, menyelesaikan urusan-urusan hidup
didalam masyarakat. Demikian lah karna peroses sosialisasi itu pada akhirnya
bersifat rewarding- artinya mendatangkan reward, manfaat atau mendatang
kan keuntungan tertentubagi individu-individu warga masyarakat normaliter
para warga masyarakat tidak seorang pun yang menentang (secara total)
berbagai sosialisasi yang diselenggarakan terhadapnya, baik sosialisasi secara
otoriter maupun yang bersifa ekualitas. Bahkan apa yang sering kali terjadi
17
adalah para warga masyarakat itu justru sukarela menyerahkan dirinya untuk
disosialisasi norma-norma dan pola-pola disosialisasikan terhadapnya
itu.Secara rinci, beberapa paktor yang menyebabkan warga masyarakat
berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut
menurut, (Soekanto: 1981;134):
1. Karna kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak
tertentu atau tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Karna kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga
menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
3. Karna didalam masyaraakat terjadi konflik antara peranan-peranan
yang dipegang warga masyarakat.
4. Karna memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan
warga masyarakat secara merata.
2. Bentuk Kontrol Sosial
Kontrol sosial mengacu kepada berbagai alat yang dipergunakan oleh
suatu masyarakat untuk mengembalikan anggota-anggota yang kepala batu
kedalam relnya. Tidak ada masyarakat tanpa adanya kontrol sosial. Bentuk
kontrol sosial atau cara-cara pemaksaan komformitas relatif beragam. Cara
pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara fersuasif dan dengan
cara koersif. Cara fersuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan
pada usaha untuk mengajak atua membimbing, sedang koersif tekanan
diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau
mengandalkan kekuatan fisik.
18
Menurut (Soekanto: 1981; 146), cara mana yang lebih baik senantiasa
tergantung pada situasi yang di hadapi dan tujan yang hendak dicapai,
maupun jangka waktu yang dikehendaki.Metode kontrol sosial bervareasi
menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkuatan, disamping berbagai
mekanisme seperti desas- desus, mengolok-olok mengucilkan, menyakiti,
bentuk pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui ideologi, bahasa, seni,
rekreasi, organisasi rahasia, cara-cara tanpa kekerasan.
Pengendalian sosial pada dasarnya bisa dijalankan melalui institusi atau
tidak, ada yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang
dilakukan secara kekeerasan, ada yang menggunakan hukuman, dan adayang
menggunakan imbalan, serta ada yang bersifat informal dan ada pula yang
formal. Didalam kelompok perimer atau komunitas yang relatif akrab dimana
satu samalain saling kenal secara personal, mekanisme kontrol umumnya
dilakukan secara langsung oleh anggota komunitas itu secara keseluruhan.
Tentang bentuknya bisa berupa mekanisme persuasi, menertawakan,
pergunjingan, atau penghinaan. Berbeda dengan daerah perkotaan dimana
antar anggota masyarakat saling acuh, individualistis, dan rata-rata bersikap
tidak mau mencampuri urusan orang lain, di daerah pedesaan yang masih
tradisional,nyaris apa pun tindakan dantingkah pola anggota warga
masyarakat mana pun akan diketahui oleh semua warga yang ada.
(Roucek:1965;146),
Ditegaskan (Peter L. Berger), bahwa olok-olok dan pergunjingan adalah
alat kontrol sosial yang kuat didalam kelompok primer dalam segala jenis.
19
Disamping itu, mekanisme yang tak kalah efektif untuk menegakkan tertib
sosial didalam komunitas primer adalah moralitas, adat- istiadat, dan tata
sopan-santun. Seseorang yang dinilai sering bersikap tidak sopan, biasanya
akan jarang atau bahkan tidak pernah diundang ke dalam beerbagai
pertemuan warga desa. Disini lain, jika ada seorang bertindak moral, seperti
berzina, misalnya dia tidak hanya dikucilkan, tetapi tidak jarang juga akan
diberi sanksi yang betul-betul memalukan sehingga membuat orang lain yang
ingin berbuat serupa bakal berfikir seribu kalisebelum benar- benar
melanggarnya. Kita pernah membaca dimedia massa, bahwa dibeberapa
tempat orang yang disangka melakukan hubungan seks diluar nikah akan
diarak bugil dan bahkan dipaksa mengulangi perbuatannya di depan umum.
Cara terakhir, dan tak layak lagi, yang tertua dalam kontrol sosial adalah
kekerasan fisik. Diberbagai komunitas cara-cara kekerasan dapat di gunakan
secara resmi dan sah mana kala semua cara paksaan gagal. Kerusuhan yang
telah berkembang menjadi gerakan anarki, misalnya sering kali secara
terpaksa dibubarkan dan diatasi oleh aparat petugas dengan cara kekerasan,
misalnya, dengan cara melemparkan gas air mata atau membubarkan massa
yang berkerumun dengan pukulan pentungan. Kalangan masyarakat umum
cukulp sering terpaksa menggunakan kekerasan untuk menegakkan norma
sosial yang berlaku. Kita berkali-kali membaca dalam media massa bahwa
seorang tersangka pelaku kejahatan seperti pencopetan, penodong meninggal
dunia setelah secara berramai-ramai dianiaya massa yang marah. Menurut
(Barger: 1985;147).
20
3. Aparat Penegak Kontrol Sosial
Upaya penegakan kaidah-kaidah sosial di dalam masyarakat yang
semakin moderen, tak pelak harus dilakukan dan dibantu olek kehadiran
aparat petudgas kontrol sosial lainnya. Didalam berbagai masyarakat,
beberapa aparat petugas kontrol sosial yang lazim dikenal adalah aparat
kepolisian, pengadilan, sekolah, lembaga keagamaan, adat, tokoh masyarakat,
seperti kiai, pendeta, tokoh yang dituakan dan sebagainya. Dikehidupan
masyarakat yang moderen, pihak yang paling utama diharapkan didalam
usaha menegakkan kaidah sosial sekaligus melindungi warga masyarakat lain
dari gangguan orang- orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja
melanggar aturan atau hukum yang berlaku adalah aparat kepolisian.
Kepolisian disini memiliki otoritas sesuai dengan mandat yang diterima untuk
mengatur ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat diberbagai
tempat dan waktu.
4. Bentuk Sanksi Terhadap Planggaran Nilai dan Norma Sosial dalam
Upaya Penegakan Peraturan
Dalam upaya penegakan kontrol sosial agar dapat berjalan dengan tertib
maka harus di tentukan sanksi-sanksi, dengan tujuan agar warga masyarakat
ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan penyimpangan terhadap nilai
dan norma tersebut. Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya
terdapatlima cara yaitu:
1. Tata cara atau Usage.Tata cara (Usage); merupakan norma dengan sanksi
yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang
21
garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum.
Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
2. Kebiasaan (Folkways). Kebiasaan (Folkways); merupakan cara-cara
bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-
ulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu,
membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang
lebih tua.
3. Tata kelakuan (Mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber
kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat.
Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum
minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.
4. Adat (Customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat
kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.
5. Hukum (Law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan
sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas.
Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum
didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang
tegas.
Ada tiga jenis sanksi yang digunakan didalam usaha-usaha
pelaksanaan kontrol sosial ini yaitu:
a. Sanksi yang bersifat fisik
22
Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik
pada mereka yang dibebeni sanksi tersebut, misalnya didera, dipenjara,
diikat, dijemur dibawah matahari dan tidak diberimakan dan sebagainya.
b. Sanksi yang bersifat sikologik
Sanksi sikologik adalah menanggung beban penderitaan yang
dikenakan padasi pelanggar norma itubersifat kejiwaan, dan mengenai
perasaan, misalnya hukuman dipermalukan dimuka umum, diumumkan
segala kejahatan yang telah diperbuat, dicopot tanda kepangkatan didalam
suatu upacara, dan lain sebagainya.
c. Sanksi yang bersifat ekonomik
Sanksi ekonomik adalah beban pendritaan yang di kenakan kepada
pelanggar norma, berupa pengurangan kekayaan atau potensi
ekonomiknya, misalnya dikenakan denda, penyitaan harta kekayaan,
dipaksa membayar gantirugi dan sebagainya. (James: 2008).
E. Kerangka Berfikir
Wali kost memiliki peranan penting dalam menjaga nilai dan norma
sosial, karna wali kost memiliki wewenang atau kedudukan tertinggi terhadap
anggota kost yang di pimpinnya, Karnadidalam masyarakat yang terus
berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal
juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang
berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian wali kost memkiliki peran
penting dalam menjaga nilai dan norma sosial, dengan memberikan
pengawasan, perhatian, dan memberikan aturan-aturan terhadap anak kost-
23
kostan yang menjadi tanggungjawabnya sebagai wali kost, yang di percayakan
oleh orang tua mereka.
Dengan epektifnya kontrol sosial yang di lakukan oleh wali kost, maka
dapat dipastikan bahwa, pergaulan yang terjadi terhadap anak-anak kost-
kostan akan terkontrol sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada, meskipun dari
anak-anak kost tersebut sudah dewasa, sudah memiliki kesadaran namun tanpa
pengawasan yang dilakukan wali kost pelanggaran bisa saja menyimpang dari
nilai dan norma yang berlaku. Dengan demikian kontrol sosial didalam arti
mengendalikan tingkah pekerti masyarakat agar selalu tetap komfrom dengan
keharusan-keharusan norma, nilai dan norma dapat terjaga secara epektif
apabila diiringi dengan sanksi-sanksi yang harus dijalani sesuai dengan
pelanggaran yang di lakukan oleh individu didalam masyarakat. Dengan
berfungsinya peranan kontrol sosial yang di lakukan oleh aparat penegak
kontrol sosial, hususnya wali kost maka dapat di pastikan nilai dan norma
sosial menjadi kontrol yang utama dalm masyarakat kususnya anak kost-
kostan didalam pergaulan sehari-hari.
2.1 Bagan Krangka Berfikir
24
BAB III
25
WALI KOST
NILAI DAN NORMA SOSIAL
PENGAWASAN PERHATIAN PERATURAN
ANAK KOST-KOSTAN
TERCIPTANYA SUASANA KONDUSIF
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian yang bersifat
kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai mana yang di kemukakan oleh lexy j .
Moleong mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat di amati, menurutnya, pendekatan ini di arahkan
pada latar individu tersebut secara holistik (Utuh). (Moleong.J. Lexy).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, ini
karna beberapa pertimbangan sebagai mana yang di kemukakan oleh moleong
sebagai, pertama, menyusuaikan metode kulitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda.Kedua, metode ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.Ketiga, metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyusuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola yang di hadapi.
Selain dari pertimbangan di atas peneliti menggunaka metode kualitatif
ini juga di sebabkan kerna penelitian ini ingin mengungkapkan dengan apa
adanya mengenai, “Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan Norma
Sosial” (Studi Kasus Di Pancor Sanggeng, Selong Lombok Timur).
B. Lokasi Penelitian
26
Dalam Penelitian ini dilaksanakan diPancor Sanggeng Lombok Timur.
Pemilihan wilayah ini didasarkan pada alasan bahwa: Pancor Sanggeng
merupakan tempat yang cocok karna banyak penomena yang terjadi sesuai
dengan pengalaman dan observasi yang peneliti temukan sebagai anak kost-
kostan. Dan tidak terlalu banyak menghabiskan biaya dalam melakukan
penelitian.
C. Subjek Penelitian
Untuk menentukan subjek penelitian ini di perlukan tehnik
pengambilan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang di miliki oleh populasi tersebut. (Sugiono:2003;91). Berdasarkan
penjelasan di atas, maka subjek yang diteliti adalah Peran Wali Kost dalam
Menjaga Nilai dan Norma Sosial (Studi Kasus Di Lingkungan Pancor
Sanggeng), Subjek Penelitian ini antara lain adalah:
a. Subjek dalam penelitian ini disesuikan dengan judul penelitian dimana
sasarannya beberapaWali Kost- Kostan yang ada di Pancor Sanggeng.
b. Informant Penguat Data
Untuk penguat data peneliti mengambil impormasi dan informant-
informant yaitu sebagai berikut:
1. Tokoh Masyarakat
2. Tokoh Agama
D. Objek Penelitian
27
Sedangkan objek penelitian ini Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai
Dan Norma Sosial( Studi Kasus Di Lingkungan Pancor Sanggeng ).
E. Jenis Dan Sumber Data
Lofland dan Lofland (Meleong:2004;157), menyatakan bahwa sumber dan
data utama dalam kualitatif ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lai-lain. Dengan demikian, sumber data
penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung
dari informan dilapangan yaitu dari hasil observasi dan wawancara. Oleh
sebab itu, sumber data utama penelitian ini adalah para wali kost itu sendiri
denganinforman yang diwawancarai bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial dalam lingkungan kost-
kostan dan lingkungan masyarakat .
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung dari informan dilapangan, seperti dokumentasi dan sebagainya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tehnik yang di gunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan
adalah:
1. Metode Wawancara
28
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara yang mengajak pertanyaan –
pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong:2002;135).Wawancara merupakan data informasi dengan
caramengajukan sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula.
(Rachman:1999;83).
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman atau
instrumen wawancara yaitu berbentuk pertanyaan yang diajukan kepada
subjek penelitian. Sedangkan wawancara yang diterapkan adalah wawancara
berstruktur. Wawancara berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check – list (Arikunto:2002;20).
Selain itu wawancara dilakukan melalui wawancara tak berstruktur yaitu
wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan tentang pandangan
sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya yang berkaitan
dengan peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial, yang diajukan
secara bebas kepada subjek penelitian. Di samping itu wawancara ini dapat
dikembangkan apabila diperlukan untuk melengkapi data-data yang masih
kurang. Kelebihan tersebut wawancara tak berstruktur antara lain:
a. Memungkinkan peneliti untuk mendapatkan keterangan dengan lebih
cepat.
b. Ada keyakinan bahwa penafsiran responden terhadap pertanyaan yang
diajukan adalah tepat.
c. Sifatnya lebih luas.
29
d. Pembatasan-pembatasan dapat dilakukan secara langsung, apabila
jawaban yang diberikan melewati batas ruang lingkup masalah yang
diteliti.
e. Kebenaran jawaban dapat diperiksa secara langsung.
(Soekanto: 1984;25)
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa wawancara adalah untuk
mendapatkan gambaran yang sejelas-jelasnya dan informasi yang selengkap-
lengkapnya. Melalui wawancara ini diharapkan peneliti mendapatkan
gambaran mengenai, peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial.
2. Metode Observasi.
Dalam penelitian ini, observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada
bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedangkan
observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau
rangkaian foto (Rachman:1999;77).
Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode observasi secara langsung dan
tidak langsung yaitu di Pancor Sanggeng Lombok Timur.
3. Metode Dokumentasi
30
Dokumentasi menurut, Schatzman dan Strauss: (prof. Dedimulyanan:
2001;195), menegaskan bahwa metode dokumentasi historis merupakan bahan
penting dalam penelitian kualitatif. Menurut mereka, sebagai bagian metode
lapangan. Peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber- sumber
sekunderkainnya karna kebanyakan situasi yang dikaji mempunyai sejarah dan
dokumen- dokumen ini sering menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut.
Dalam kaitan ini, otobiografi, cetakan harian, surat-surat pribadi biasanya
yang terpenting.
G. Uji Keabsahan Data
Sebelum menafsirkan data terlebih dilakukan pemerikasaan (Check)
keabsahan data. Ada beberapa teknik pemerikasaan keabsahan data,
antaranya memperpanjang Keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
trianggulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif,
kecukupan referensi, pengecekan anggota, uraian rinci, dan Auditing
(Moleong:1990;178).
Dalam penelitian ini ditetapkan dua teknik utama yaitu memperpanjang
keikutsertaan dan trianggulasi.Memperpanjang waktu penelitiaan memang
relatif tergantung dari masalah yang diteliti, juga sebelumnya dilaksanakan
Pra-survey. Sedangkan tringgulasi merupakan proses menemukan
kesimpulan dengan mengadakan Check dan recheck dari berbagai sudut
pandang atau strategi. Mengenai trianggulasi dalam penelitian ini, bukan
sekedar menguji kebenaran data dan bukan untuk mengumpulkan berbagai
ragam data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam
31
hubungan antara berbagai data untuk mencegah kekeliruan dan kesalahan
dalam analisis data.
H. Teknik Analisis Data
Patton (Hasan: 2002;97) Mengemukakan analisis data adalah proses
mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan satuan uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor (Hasan: 2002; 97)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk
menemukan tema dan merumusakan hipotesis (Ide) seperti yang disarankan
oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesis itu. ( Moleong: 2002;_ ) menyatakan bahwa yang dimaksud analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumusakan
hipotesis kerja seperti yang dirumuskan data. Bentuk dan Cara Melakukan
Analisis Data
Pada prinsipnya analisis data ada dua cara yaitu analisis statistic dan
analisis non statistik, hal ini tergantung pada datanya. Adapun analisis data
non statistik, yang disebut juga sebagai analisis kualitatif deskriptif yaitu
analisis yang tidak menggunakan model matematik, model statistik dan
ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Analisis data dilakukan
terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada dinding-dingding
aturan, mading serta media tatatertib yang tersedia kemudian melakukan
uraian dan penafsiran (Hasan: 2002;98).
32
Toha Anggoro: (2002;6.18) Langkah- langkah analissi yang biasa
dilakukan oleh para peneliti kualitatif yang dapat dijadikan acuan dalam
upaya untuk memhami dan meninterpretasikan data yang diperoleh. Analisis
data kualitatif pada umumnya merupakan suatu proses interatif yang
berkesinambungan yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini;
1.Analisis temuan yang terus menerus di lapangan, khususnya dalam masalah
yang diteliti dan juga dalam keseluruhan fenomena yang berkaitan
dengan pertanyaan penelitian, dengan tujuan untuk mendapatkan tema-
tema besar dan untuk mengembangkan konsep-konsep
2.Pengelompokkan dan pengorganisasian data, sesegera mungkin setelah data
diperoleh sehingga dapat membantu peneliti dalam memahami pole
permasalahan dan atau fenomena yang diteliti.
3. evaluasi kualitatif tentang validitas atau kepercayaan data yang terus
menerus
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif non
statistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul maka, tiga
komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan)
berinteraksi. Ini untuk menjawab permasalahan pertama dari penelitian.
Langkah- langkah analisis kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
33
Pengumpulan data ialah mencari, mencatat dan mengumpulkan semua
data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara di lapangan yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap
berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang ada di lapangan yang
diturunkan peneliti serta melakukan pencatatan di lapangan.
b. Reduksi data
Data yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan data
yang mirip atau sama. Kemudian data ini diorganisasikan untuk mendapatkan
kesimpulan data sebagai bahan penyajian data. Penyusunan data dilakukan
dengan pertimbangan penyusunan data sebagai berikut:
1) Hanya memasukan data yang penting dan benar – benar dibutuhkan.
2) Hanya memasukan data yang benar – benar objektif.
3) Hanya memasukan data yang autentik.
4) Membedakan antara data informasi dengan pesan pribadi responden
(Rachman: 1999;103).
c. Penyajian data
Setelah diorganisasikan, selanjutnya data disajikan dalam uraian – uraian
naratif disertai dengan bagan atau tabel untuk memperjelas penyajian data.
d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
34