skripsi bab 1-3

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dipandu oleh nilai-nilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan sosial.Apalagi masyarakat indonesia secara khusus mayoritasnya agama islam, sudah sewajarnya untuk membekali diri dengan memahami arti pentingnya nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, lebih- lebih dalam pergaulan sehari-hari. Terutama pada anak-anak remaja yang sangat mudah terpengaruhi oleh perkembangan teknologi canggih, secara tanpa disadari dengna kemajuan tehknologi tersebut kita bisa mendengar, melihat melalui tayangan-tayangan televisi, itu akan membuka jalan untuk kita masuk kedalam pergaulan bebas. Seperti yang sering kita lihat tayangan televisi yang di gemari hususnya para anak-anak, remaja bahkan orang dewasa yaitu film “SinetronPutih Abu-Abu” didalam film tersebut 1

Upload: ies-achmad-membla

Post on 12-Aug-2015

476 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

zz

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Bab 1-3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dipandu oleh nilai-

nilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan sosial.Apalagi

masyarakat indonesia secara khusus mayoritasnya agama islam, sudah

sewajarnya untuk membekali diri dengan memahami arti pentingnya nilai-

nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, lebih-lebih dalam

pergaulan sehari-hari. Terutama pada anak-anak remaja yang sangat mudah

terpengaruhi oleh perkembangan teknologi canggih, secara tanpa disadari

dengna kemajuan tehknologi tersebut kita bisa mendengar, melihat melalui

tayangan-tayangan televisi, itu akan membuka jalan untuk kita masuk

kedalam pergaulan bebas. Seperti yang sering kita lihat tayangan televisi

yang di gemari hususnya para anak-anak, remaja bahkan orang dewasa yaitu

film “SinetronPutih Abu-Abu” didalam film tersebut menggambarkan

bagaimana para remaja berkompetisi dalam segala hal sehingga apapun yang

dilakukan sah-sah saja demi mendapatkan apa yang di inginkan.

Melalui tayangan tersebut anak-anak dan para remaja akan meniru dan

memperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti gaya bergaul, gaya

berpakayan, gaya bahasa, semua di rubah-rubah contohnya” Saya, Kamu”

berubah menjadi “Guwe, Low” katanya itu bahasa“Gaul”bahasa yangngetren

saat ini dikalangan anak remaja. Bahkan sebagian besar dari para anak-anak

remaja melakukan hal-hal yang keluar dari ketentuan nilai dan norma sosial,

1

Page 2: Skripsi Bab 1-3

akibat dari lemahnya kontrol sosial, sehingga mereka bebas bergaul dengan

siapa saja yang disukainya, karna tidak ada penekanan dari orang tua, atau

dari penegakan nilai dan norma tersebut di dalam kehidupan masyarakat.

Dari penomena diatas kita melihat bahwa lemahnya peroses penegakan

kontrol sosial yang dilakukan oleh aparat penegak hukum seperti: Tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan beserta peran para orang tua dalam mengawasi

gerak-gerik anak-anaknya, yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa.

Tetapi apa yang terjadi pada saat ini, seiring dengan perkembangan dan

perubahan zaman sangat jarang sekali kita jumpai anggota masyarakat

konsisten dalam mematuhi aturan atau niali dan norma yang berlaku.

Sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan yang

berlaku, hampir bisa dipastikan dalam kehidupan bermasyarakat akan bisa

berlangsung dengan lancar dan tertib. Tetapi berharap semua anggota

masyarakat bisa berperilaku taat, tentu merupakan hal yang mahal.Didalam

kenyataan, tentu tidak semua orang yang selalu bersedia dan bisa memenuhi

ketentuan atau aturan yang berlaku, bahkan tidak jarang ada orang-orang

tertentu yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan

peribadinya, seperti seorang yang bernekat menjadi pencuri dan sebagainya.

Untuk mencegah agar kecendrungan warga masyarakat yang ingin dan yang

telah melanggar agar tidak terus merebak berkembang lebih parah, maka

masyarakat perlu menjalankan pengendalian sosial atau kontrol sosial

terhadap individu-individu, dan anggota masyarakat. Namun bagaimanapun

anggota masyarakat mencoba untuk mentaati aturan-aturan dan nilai sosial

2

Page 3: Skripsi Bab 1-3

yang masih ada yang melakukan berbagai bentuk pelanggaran-pelanggaran

yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat, baik itu pelanggaran yang sifatnya terbuka maupun yang

tersembunyi.

Sebagaimana fakta kongkrit yang telah terjadi disebagian kost- kostan

yang ada lingkungan pancor sanggeng, banyak telah ditemukan pelanggaran-

pelanggaran seperti: Pencurian, Perampokan, dan Perzinahan atau mesum,

yang dilakukan oleh anggota masyarakat hususnya anak kost- kostan yang

tidak sewajarnya dilakukan, sehingga banyak yang kita temukan anak-anak

kost-kostan tidak bisa melanjutkan pendidikannya, akibat lemahnya kontrol

dari wali kostnya, mereka hamil diluarnikah, dan ada yang ditemukan

berduaan akhirnya dikawin. Apakah seperti itu yang dilakukan sebagai

seorang penuntut ilmu yang di harapkan sebagai generasi penerus oleh orang

tuanya dan oleh masyarakat, semua itu terjadi karna mereka merasa terlepas

dari kontrol orang tunya, atau mereka jauh dari orang tuanya,dalam keadaan

seperti inilah sangat dibutuhkan peranan wali kost, tokoh masyarakat, tokoh

agama, dalam menjaga nilai dan norma yang seharusnya di tegakkan dalam

menciptakan tertib sosial.

Akan tetapi sebagian besar dari wali kost yang ada dilingkungan pancor

sanggeng kurang memperhatikan bagaimana perilaku anak kost-kostan

sehari-harinya, ini merupakan tanggungjawab sebagai wali kost, yang

demikian itu yang harus dihadapi oleh beberapa individu yang menjadi wali

kost merupakan salah satu beban yang harus di tanggung agar bagaimana

3

Page 4: Skripsi Bab 1-3

peran seorang wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial yang ada di

lingkungan masyarakat sekitar khususnya di lingkungan kost-kostan agar

tetap terjaga sesuai dengan harapan masyarakat.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti melihat berbagai pelanggaran

yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat hususnya dilingkungan kost-

kostan, oleh karnaitu peneliti menganggap masalah ini sangat penting untuk

diteliti.Dengan banyaknya fakta kongkrit yang peneliti temukan khususnya di

lingkungan kost-kostan dan dilingkungan masyarakat secara umum, Maka

peneliti mengangkat masalah, “Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan

Norma Sosial” (Studi Kasus Dipancor Sanggeng, Selong Lombok

Timur).

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka pokus peneliti dalam

pelaksanaan penelitian ini, peneliti dapat mengetahui masalah- masalah yang

akan diteliti sehingga nampak jelas dan terarah, mengenai bentuk kontrol

sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai dan norma sosial yang

berlaku.

C. Rumusan Masalah

Dari fokus penelitian diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial

dilingkungan masyarakat dan dilingkungan kost-kostan yang ada di

Pancor Sanggeng?

4

Page 5: Skripsi Bab 1-3

2. Bagaimanakah bentuk sanksi bagi pelanggar nilai dan norma sosial

terhadap anak kost yang melanggar nilai dan norma yang telah ditetapkan

oleh wali kost diPancor Sanggeng?

D. Tujuan Penelitian

Untuk member arahan yang lebih sistematik baik dan teratut maka perlu

ditetapkan tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana peran wali kost dalam menjaga nilai dan

norma sosial dilingkungan masyarakat dan kost-kostan.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk sangsi bagi pelanggar nilai dan

norma sosisl yang telah ditetapkan oleh wali kost, studi kasus di Pancor

Sanggeng.

E. Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dan hasilnya kiranya akan memberikan sumbangan positif

bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi mahasiswa. Penelitian

ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kehidupan wali kost dan terutama anak kost-kostan dan secara umumnya

bagi semua manusia, untuk bisa menjadi masyarakat yang lebih baik.

B. Manfaat Praktis.

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat penulis kelompokkan menjadi

dua, yaitu manfaat praktis bagi individu (Perorangan) dan manfaat praktis

bagi anggota masyarakat secara keseluruhan.

5

Page 6: Skripsi Bab 1-3

1. Bagi peneliti bermanfaat untuk:

a. Menambah pengetahuan tentang bagaimana peran-peran wali kost

dalam menjaga nilai dan noram sosial didalam lingkungan kost-kostan

dan lingkungan masyarakat secara umum.

b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kontrol sosial didalam

kehidupan bermasyarakat.

c. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran wali kost

dalam menjaga nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam

lingkungan kost-kostan dan lingkunan masyarakat setempat.

2. Bagi pembaca dapat bermanfaat untuk :

a. Menambah pemahaman terhadap bagaimana peranan wali kost yang

bertanggung jawab dalam menjaga nilai dan norma sosial di dalam

masyarakat umumnya.

b. Menambah pengetahuan tentang pentingnya penerapan nilai dan

norma didalam lingkungan kost-kostan dan lingkungan masyarakat.

c. Memberikan memotifasi untuk menjadi anggota masyarakan yang

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

6

Page 7: Skripsi Bab 1-3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Wali Kost

1. Pengertian Peran

Dalam kamus besar bahasa indonesia peran adalah suatu yang

mewujudkan bagian yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya

suatu hal atau peristiwa, (Poer Madarmita:1985;735). Menurut soekanto

menyatakan peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat yang meliputi nilai dan

norma yang di kembangkan dalam dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat.

Sedangkan konsep tentang peran (Role) menurut (kamarudin:

1994;766) menganggap bahwa peran merupakan dari tugas utama yang harus

dilakukan oleh manajemen, pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai

suatu status yang bagian dari suatu fungsi seseorang di dalam kelompok

peranata fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik

yang ada padanya, dan fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

(Skripsi, Lia eka sutaria: 2011;07).

Dapat dikatakan peran seseorang berkaitan dengan setatus yang melekat

padanya nampak dari perilaku sebab dalam berinteraksi dengan individu lain

dalam berbagai kegiatan dalam masyarakat. Disamping itu pula peran

seseorang itu di tentukan oleh situasi yang di hadapi dalam arti sesuai dengan

situasi dimana dan dengan siapa individu tersebut mengadakan interaksi.

7

Page 8: Skripsi Bab 1-3

Sedangkan dalam pengertian sosialogi peran adalah perilaku atau tugas yang

diharapkan untuk di laksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau

setatus yang dimiliki. Dengan kata lain peran adalah penanggungjawab,

jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama

manusiadalam suatu masyarakat atau organisasi. (Skripsi Radiah: 2003;6)

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (Status).Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia

menjalankan suatu peran. (Soekanto:1990;268). Peran adalah seperangkat

tingkah laku yang diharapkan oleh orang lainterhadap seseorang sesuai

kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhioleh keadaan sosial baik

dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Barbara:2008).

2. Pengertian Wali Kost

Wali kost merupakan orang tua kedua yang di beri tanggung jawab

oleh orang tua pertama dalam janngka waktu tertentu, mereka diserahkan

kepada wali kost, guna untuk dikontrol selama mereka berada dilingkungan

kost-kostan yang dipimpinnya tersemut, kemudian memiliki peranan penting

dalm menjaga keteraturan atau nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat, karna dia sudah diserahkan oleh orangtua mereka untuk di awasi,

dijaga, dan dididik untuk menjadi masyarakat yang memiliki pekerti yang

baik. (Skripsi, hiryani radiah: 2010;11).

Wali kost juga bisa di setarakan dengan peranannya sebgai orang tua

atau keluarga, sama-sama memiliki peranan penting dalam memberikan

bimbingan kepada anggota keluarga. Keluarga adalah unit satuan masyarakat

8

Page 9: Skripsi Bab 1-3

yang terkecil sekaligus merupakan kelompok kecil dalam masyarakat.

Klompok ini dalam hubungannya dengn perkembangan individu, sering

dikenal dengan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu

dengan berbagai macam bentuk keperibadiannya dalam masyarakat. Tidak

dapat di pungkiri, bahwa keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya

terbatas selaku penerus keturunan saja. (Singgih: 1981; 9). Menurut oqburn,

fungsi keluarga adalah kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan,

status keluarga, dan agama. Sedangkan fungsi keluarga menurut bierstatt

adalah menggantikan keluarga, mengatur, bersipat membantu, menggerakkan,

nilai-nilai kebudayaan, dan menunjukkan status. (Suprianto: 2010;117)

B. Nilai Sosial

1. Pengertian Nilai Sosial

Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai

sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau

tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung

tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan.  Dalam sebuah

masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada

orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan,

celaan, cemoohan, atau bahkan makian.  Sebaliknya, kepada orang-orang

yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang

yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani.

Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan

bahwa nilai (Value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,

9

Page 10: Skripsi Bab 1-3

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan

Hunt: (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu

pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai

merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau

tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat

berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.

2. Macam-Macam Nilai Sosial

Prof. Notonegor, Membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai

Material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang

berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai Vital, yakni meliputi berbagai

konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia

dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai Kerohanian, yakni

meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang

berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang

bersumber pada akal manusia (Cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber

pada unsur perasaan (Estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur

kehendak (Karsa), dan nilai keagamaan (Religiusitas), yakni nilai yang

bersumber pada revelasi (Wahyu) dari Tuhan.

3. Nilai Individual

Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan

bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang

dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh

sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual.

10

Page 11: Skripsi Bab 1-3

Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat

disebut nilai sosial. Beberapa pandangan tentang nilai:

1. Nilai bersifat Objektif

Pandangan ini menganggap bahwa nilai suatu objek itu melekat pada

objeknya dan tidak tergantung pada subjek yang menilai maksudnya, setiap

objek itu memiliki nilai sendiri, meskipun tidak diberi nilai oleh seseorang

atau subjek.

2. Nilai bersifat Subjektif.

Pandangan ini beranggapan bahwa nilai dari sesuatu itu tergantung pada

orang/subjek yang menilainya suatu objek yang sama dapat mempunyai nilai

yang berbeda bahkan bertentangan bagi orang yang satu dengan orang lain,

suatu objek yang sama dapat dinilai baik atau buruk, benar atau salah, serta

berguna atau tidak berguna tergantung pada subjek yang menilainya. Nilai

dibagi menjadi empat antara lain:

a. Nilai Etika merupakan nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh,

misalnya kejujuran, nilai tersebut saling berhubungan dengan akhlak,

nilai ini juga berkaitan dengan benar atau salah yang dianut oleh

golongan atau masyarakat. Nilai etik atau etis sering disebut sebagai

nilai, moral, akhlak, atau budi pekerti, selain kejujuran, perilaku suka

menolong, adil, pengasih, penyayang, ramah dan sopan termasuk juga

ke dalam nilai ini. sanksinya berupa teguran, cacimaki, pengucilan,

atau pengusiran dari masyarakat.

11

Page 12: Skripsi Bab 1-3

b. Nilai Estetika atau nilai keindahan sering dikaitkan dengan benda,

orang, dan peristiwa yang dapat menyenangkan hati (Perasaan) nilai

estetika juga dikaitkan dengan karya seni. Meskipun sebenarnya

semua ciptaan tuhan juga memiliki keindahan alami yang tak

tertandingi.

c. Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan Tuhan kaitannya

dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai agama

diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik

didunia maupun di akhirat, seperti rajin beribadah, berbakti kepada

orangtua, menjaga kebersihan, tidak berjudi dan tidak meminum-

minuman keras, dan sebagainnya. bila seseorang melanggar

norma/kaidah agama, ia akan mendapatkan sanksi dari Tuhan sesuai

dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tujuan

norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam pengertian mampu

melaksanakan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan apa yang

dilarangannya. adapun kegunaan norma agama, yaitu untuk

mengendalikan sikap dan perilaku setiap manusia dalam

kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat.

d. Nilai sosial berkaitan dengan perhatian dan perlakuan kita terhadap

sesama manusia di lingkungan kita. nilai ini tercipta karena manusia

sebagai mahkluk sosial. Manusia harus menjaga hubungan diantara

sesamannya, hubungan ini akan menciptakan sebuah keharmonisan

12

Page 13: Skripsi Bab 1-3

dan sikap saling membantu, kepedulian terhadap persoalan

lingkungan, seperti kegiatan gotong-royong dan menjaga keserasian

hidup bertetangga, merupakan contoh nilai sosial.

C. Norma Sosial

1. Pengertian Norma Sosial

Norma adalah harapan perilaku yang pantas dan berfugsi sebagai

pedoman. Umum untuk tindakan sosial perilaku manusia menampilkan

keteraturan tertentu. Yang merupakan hasil kepatuhan terhadap norma- norma

bersama dalam pengertian ini tindakan manusia di tata oleh aturansebuah

norma sosial tidak selalu perilaku aktual dan perilaku normatif tidak hanya

merupakan pola yang paling sering terjadi karna istilah ini muncul pada

harapan masyarakat tentang perilaku yang ‘Benar’ atau ‘Pantaas’, norma

menyiratkan adanya legitimasi, persetujuan dan preskripsi. Walaupun

penyimpangan terhadap norma-norma didapat melalui internalisasi atau

sosialisasi. Konsep ini adalah konsep sentral, dalam teori ketertiban. (Kamus

Sosiologi: 2010; 384)

Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka

norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat  apakah tindakan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan

yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar

warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena

tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.

13

Page 14: Skripsi Bab 1-3

2. Macam-Macam Norma Sosial

Secara umum kita dapat membedakan norma menjadi dua yaitu:

1. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam kegiatan atau kehidupan

khusus misalnya aturan olahraga,aturan pendidikan,atau aturan sekolah,

dan sebagainnya.

2. Norma umum adalah Norma yang bersifat umum atau universal.

Didalam kehidupan masyarakat terdapat norma-norma (Aturan-

Aturan)yang mengatur perilaku anggota masyarakatyaitu sebagai berikut:

a. Norma Agama

Norma agama merupakan atuaran-aturan yang mutlak kebenarannya

karena aturan-aturan tersebut berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa.

Kebenaran norma adalah mutlak.hal ini disebabkan oleh aturan dan sanksinya

diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Norma agama berisi petunjuk

Tuhan yang berupa perintah (kewajiban dan anjuran), larangan dan sanksinya

bagi yang melanngar adalah di akhirat.

b. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang bersumber dari suara

hati nurani manusia berupa perintah dan larangan hati nurani manusaia.

Contohnya kita harus jujur, mencintai sesama manusia, tidak boleh

berbohong, dan tidak boleh menyakiti hati orang lain. Seorang yang

melanggar norma ini akan menerima sanksi berupa perasaan tidak tentram,

resah, gelisah dan sebagainya.

14

Page 15: Skripsi Bab 1-3

c. Norma Kesopanan

Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang mengatur sikap dan

tingkah laku manusia dalam masyarakat, norma ini berisi perintah masyarakat

yang harus dilaksanakan dan larangan masyarakat tidak boleh dilakukan,

contohnya antara lain:Jangan meludah sembarang tempat, berbicara dengan

orangtua berbahasa halus dan sopan, mengucapkan salam bila bertemu orang

lain. Pelanggarannya terhadap norma kesopanan akan menimbulkan sanksi

dari masyarakat yang terwujud dalam bentuk teguran, caci maki, cemooh,

diasingkan dari pergaulan, dan sebagainnya.

d. Norma Hukum

Norma hukum adalah seperangkat peraturan yang dibuat oleh negara

atau badan yang berwenang, norma hukum berisi perintah negara yang

dilaksanakan dan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh warga

Negara, sifat dari norma ini adalah tegas dan memaksa. Sifat ”Memaksa”

dengan sanksinya yang tegas inilah yang merupakan kelebihan dari norma

hokum, jika dibandingkan dengan norma-norma yang lainnya, demi tegaknya

hukum, negara mempunyai lembaga beserta aparat-apratnya di bidang

penegakan hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim, bila seseorang melanggar

hukum, ia akan menerima sanksinya berupa hukuman misalnya hukuman

mati, penjara, kurungan, dan denda.

15

Page 16: Skripsi Bab 1-3

D. Kontrol Sosial

1. Pengertian Kontrol Sosial

Menurut (Roucek: 1965;146), Kontrol sosial adalah suatu istilah kolektif

yang mengacu pada peroses terencana atau tidak untuk mengajar individu

agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai kelompok tempat

mereka tinggal. Menurut (Soekanto: 1981;146 ), yang dimaksud pengendalian

sosial adalah suatu peroses baik yang direncanakan atau yang tidak

direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan

memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah

yang berlaku.

Salah satu paktor yang mempertimbangkan alasan mengapa warga

msyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu-rambu didalam perperilaku

sehari-hari ada kaitan dengan efektivitas tidaknya proses sosialisasi. Peroses

sosialisasi, secara normatif, tidak hanya mendatangkan manfaatbagi

masyarakat dalam arti memungkunkan terwujutnya tertib sosiaal, akan tetapi

juga akan mendatang kan manfaat bagi warga masyarakat secara individual.

Melalui peroses sosialisai ialah warga-warga masyarakat dapat belajar

bagaimana bertingkah pekerti dan menyusuaikan diri didalam masyarakat

tanpa menemui kesulitan apa pun juga.

Ide utama dibelakang teori kontrol adalah penyimpangan merupakan dari

hasil kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas

dasar pandangan bahwa setiap manusia senderung untuk tidak patuh pada

hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelenggaran hukum. Oleh

16

Page 17: Skripsi Bab 1-3

sebabitu para ahli teori kontrol sosial menilai perilaku menyimpang adalah

konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk menati hukum.

Sebagaimakhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain, dalam hidup

bersama, tentu seorang manusia tidak dapat bertindak seenaknya. Norma

meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya dan

bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya.Akan tetapi sering

terjadi norma-norma itu tidak diindahkan.Terjadi berbagai penyimpangan

socialAkibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat.

Kontrol sosial didalam arti mengendalikan tingkah pekerti masyarakat

agar selalu tetap komfrom dengan keharusan-keharusan norma. Adapun yang

dimaksud dengan sanksi didalam pembicaraan disini adalah suatu bentuk

penderitaan yang secara sengaja dibebankan oleh masyarakat kepada seorang

warga yang terbukti melanggar keharusan norma sosial. Dengan tujuan agar

warga masyarakat ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan

penyimpangan terhadap nilai dan norma tersebut

Norma-norma merupakan petunjuk dan pedoman mengenai bagaimana

caranya dan bagai mana sebaiknya, menyelesaikan urusan-urusan hidup

didalam masyarakat. Demikian lah karna peroses sosialisasi itu pada akhirnya

bersifat rewarding- artinya mendatangkan reward, manfaat atau mendatang

kan keuntungan tertentubagi individu-individu warga masyarakat normaliter

para warga masyarakat tidak seorang pun yang menentang (secara total)

berbagai sosialisasi yang diselenggarakan terhadapnya, baik sosialisasi secara

otoriter maupun yang bersifa ekualitas. Bahkan apa yang sering kali terjadi

17

Page 18: Skripsi Bab 1-3

adalah para warga masyarakat itu justru sukarela menyerahkan dirinya untuk

disosialisasi norma-norma dan pola-pola disosialisasikan terhadapnya

itu.Secara rinci, beberapa paktor yang menyebabkan warga masyarakat

berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut

menurut, (Soekanto: 1981;134):

1. Karna kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak

tertentu atau tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Karna kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga

menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.

3. Karna didalam masyaraakat terjadi konflik antara peranan-peranan

yang dipegang warga masyarakat.

4. Karna memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan

warga masyarakat secara merata.

2. Bentuk Kontrol Sosial

Kontrol sosial mengacu kepada berbagai alat yang dipergunakan oleh

suatu masyarakat untuk mengembalikan anggota-anggota yang kepala batu

kedalam relnya. Tidak ada masyarakat tanpa adanya kontrol sosial. Bentuk

kontrol sosial atau cara-cara pemaksaan komformitas relatif beragam. Cara

pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara fersuasif dan dengan

cara koersif. Cara fersuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan

pada usaha untuk mengajak atua membimbing, sedang koersif tekanan

diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau

mengandalkan kekuatan fisik.

18

Page 19: Skripsi Bab 1-3

Menurut (Soekanto: 1981; 146), cara mana yang lebih baik senantiasa

tergantung pada situasi yang di hadapi dan tujan yang hendak dicapai,

maupun jangka waktu yang dikehendaki.Metode kontrol sosial bervareasi

menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkuatan, disamping berbagai

mekanisme seperti desas- desus, mengolok-olok mengucilkan, menyakiti,

bentuk pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui ideologi, bahasa, seni,

rekreasi, organisasi rahasia, cara-cara tanpa kekerasan.

Pengendalian sosial pada dasarnya bisa dijalankan melalui institusi atau

tidak, ada yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang

dilakukan secara kekeerasan, ada yang menggunakan hukuman, dan adayang

menggunakan imbalan, serta ada yang bersifat informal dan ada pula yang

formal. Didalam kelompok perimer atau komunitas yang relatif akrab dimana

satu samalain saling kenal secara personal, mekanisme kontrol umumnya

dilakukan secara langsung oleh anggota komunitas itu secara keseluruhan.

Tentang bentuknya bisa berupa mekanisme persuasi, menertawakan,

pergunjingan, atau penghinaan. Berbeda dengan daerah perkotaan dimana

antar anggota masyarakat saling acuh, individualistis, dan rata-rata bersikap

tidak mau mencampuri urusan orang lain, di daerah pedesaan yang masih

tradisional,nyaris apa pun tindakan dantingkah pola anggota warga

masyarakat mana pun akan diketahui oleh semua warga yang ada.

(Roucek:1965;146),

Ditegaskan (Peter L. Berger), bahwa olok-olok dan pergunjingan adalah

alat kontrol sosial yang kuat didalam kelompok primer dalam segala jenis.

19

Page 20: Skripsi Bab 1-3

Disamping itu, mekanisme yang tak kalah efektif untuk menegakkan tertib

sosial didalam komunitas primer adalah moralitas, adat- istiadat, dan tata

sopan-santun. Seseorang yang dinilai sering bersikap tidak sopan, biasanya

akan jarang atau bahkan tidak pernah diundang ke dalam beerbagai

pertemuan warga desa. Disini lain, jika ada seorang bertindak moral, seperti

berzina, misalnya dia tidak hanya dikucilkan, tetapi tidak jarang juga akan

diberi sanksi yang betul-betul memalukan sehingga membuat orang lain yang

ingin berbuat serupa bakal berfikir seribu kalisebelum benar- benar

melanggarnya. Kita pernah membaca dimedia massa, bahwa dibeberapa

tempat orang yang disangka melakukan hubungan seks diluar nikah akan

diarak bugil dan bahkan dipaksa mengulangi perbuatannya di depan umum.

Cara terakhir, dan tak layak lagi, yang tertua dalam kontrol sosial adalah

kekerasan fisik. Diberbagai komunitas cara-cara kekerasan dapat di gunakan

secara resmi dan sah mana kala semua cara paksaan gagal. Kerusuhan yang

telah berkembang menjadi gerakan anarki, misalnya sering kali secara

terpaksa dibubarkan dan diatasi oleh aparat petugas dengan cara kekerasan,

misalnya, dengan cara melemparkan gas air mata atau membubarkan massa

yang berkerumun dengan pukulan pentungan. Kalangan masyarakat umum

cukulp sering terpaksa menggunakan kekerasan untuk menegakkan norma

sosial yang berlaku. Kita berkali-kali membaca dalam media massa bahwa

seorang tersangka pelaku kejahatan seperti pencopetan, penodong meninggal

dunia setelah secara berramai-ramai dianiaya massa yang marah. Menurut

(Barger: 1985;147).

20

Page 21: Skripsi Bab 1-3

3. Aparat Penegak Kontrol Sosial

Upaya penegakan kaidah-kaidah sosial di dalam masyarakat yang

semakin moderen, tak pelak harus dilakukan dan dibantu olek kehadiran

aparat petudgas kontrol sosial lainnya. Didalam berbagai masyarakat,

beberapa aparat petugas kontrol sosial yang lazim dikenal adalah aparat

kepolisian, pengadilan, sekolah, lembaga keagamaan, adat, tokoh masyarakat,

seperti kiai, pendeta, tokoh yang dituakan dan sebagainya. Dikehidupan

masyarakat yang moderen, pihak yang paling utama diharapkan didalam

usaha menegakkan kaidah sosial sekaligus melindungi warga masyarakat lain

dari gangguan orang- orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja

melanggar aturan atau hukum yang berlaku adalah aparat kepolisian.

Kepolisian disini memiliki otoritas sesuai dengan mandat yang diterima untuk

mengatur ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat diberbagai

tempat dan waktu.

4. Bentuk Sanksi Terhadap Planggaran Nilai dan Norma Sosial dalam

Upaya Penegakan Peraturan

Dalam upaya penegakan kontrol sosial agar dapat berjalan dengan tertib

maka harus di tentukan sanksi-sanksi, dengan tujuan agar warga masyarakat

ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan penyimpangan terhadap nilai

dan norma tersebut. Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya

terdapatlima cara yaitu:

1. Tata cara atau Usage.Tata cara (Usage); merupakan norma dengan sanksi

yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang

21

Page 22: Skripsi Bab 1-3

garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum.

Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.

2. Kebiasaan (Folkways). Kebiasaan (Folkways); merupakan cara-cara

bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-

ulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu,

membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang

lebih tua.

3. Tata kelakuan (Mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber

kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat.

Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum

minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.

4. Adat (Customs). Adat merupakan  norma yang tidak tertulis namun sangat

kuat mengikat, apabila adat  menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.

5. Hukum (Law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan

sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas.

Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum

didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang

tegas.

Ada tiga jenis sanksi yang digunakan didalam usaha-usaha

pelaksanaan kontrol sosial ini yaitu:

a. Sanksi yang bersifat fisik

22

Page 23: Skripsi Bab 1-3

Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik

pada mereka yang dibebeni sanksi tersebut, misalnya didera, dipenjara,

diikat, dijemur dibawah matahari dan tidak diberimakan dan sebagainya.

b. Sanksi yang bersifat sikologik

Sanksi sikologik adalah menanggung beban penderitaan yang

dikenakan padasi pelanggar norma itubersifat kejiwaan, dan mengenai

perasaan, misalnya hukuman dipermalukan dimuka umum, diumumkan

segala kejahatan yang telah diperbuat, dicopot tanda kepangkatan didalam

suatu upacara, dan lain sebagainya.

c. Sanksi yang bersifat ekonomik

Sanksi ekonomik adalah beban pendritaan yang di kenakan kepada

pelanggar norma, berupa pengurangan kekayaan atau potensi

ekonomiknya, misalnya dikenakan denda, penyitaan harta kekayaan,

dipaksa membayar gantirugi dan sebagainya. (James: 2008).

E. Kerangka Berfikir

Wali kost memiliki peranan penting dalam menjaga nilai dan norma

sosial, karna wali kost memiliki wewenang atau kedudukan tertinggi terhadap

anggota kost yang di pimpinnya, Karnadidalam masyarakat yang terus

berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal

juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang

berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian wali kost memkiliki peran

penting dalam menjaga nilai dan norma sosial, dengan memberikan

pengawasan, perhatian, dan memberikan aturan-aturan terhadap anak kost-

23

Page 24: Skripsi Bab 1-3

kostan yang menjadi tanggungjawabnya sebagai wali kost, yang di percayakan

oleh orang tua mereka.

Dengan epektifnya kontrol sosial yang di lakukan oleh wali kost, maka

dapat dipastikan bahwa, pergaulan yang terjadi terhadap anak-anak kost-

kostan akan terkontrol sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada, meskipun dari

anak-anak kost tersebut sudah dewasa, sudah memiliki kesadaran namun tanpa

pengawasan yang dilakukan wali kost pelanggaran bisa saja menyimpang dari

nilai dan norma yang berlaku. Dengan demikian kontrol sosial didalam arti

mengendalikan tingkah pekerti masyarakat agar selalu tetap komfrom dengan

keharusan-keharusan norma, nilai dan norma dapat terjaga secara epektif

apabila diiringi dengan sanksi-sanksi yang harus dijalani sesuai dengan

pelanggaran yang di lakukan oleh individu didalam masyarakat. Dengan

berfungsinya peranan kontrol sosial yang di lakukan oleh aparat penegak

kontrol sosial, hususnya wali kost maka dapat di pastikan nilai dan norma

sosial menjadi kontrol yang utama dalm masyarakat kususnya anak kost-

kostan didalam pergaulan sehari-hari.

2.1 Bagan Krangka Berfikir

24

Page 25: Skripsi Bab 1-3

BAB III

25

WALI KOST

NILAI DAN NORMA SOSIAL

PENGAWASAN PERHATIAN PERATURAN

ANAK KOST-KOSTAN

TERCIPTANYA SUASANA KONDUSIF

Page 26: Skripsi Bab 1-3

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian yang bersifat

kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai mana yang di kemukakan oleh lexy j .

Moleong mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan prilaku yang dapat di amati, menurutnya, pendekatan ini di arahkan

pada latar individu tersebut secara holistik (Utuh). (Moleong.J. Lexy).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, ini

karna beberapa pertimbangan sebagai mana yang di kemukakan oleh moleong

sebagai, pertama, menyusuaikan metode kulitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda.Kedua, metode ini menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.Ketiga, metode

ini lebih peka dan lebih dapat menyusuaikan diri dengan banyak penajaman

pengaruh bersama terhadap pola-pola yang di hadapi.

Selain dari pertimbangan di atas peneliti menggunaka metode kualitatif

ini juga di sebabkan kerna penelitian ini ingin mengungkapkan dengan apa

adanya mengenai, “Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan Norma

Sosial” (Studi Kasus Di Pancor Sanggeng, Selong Lombok Timur).

B. Lokasi Penelitian

26

Page 27: Skripsi Bab 1-3

Dalam Penelitian ini dilaksanakan diPancor Sanggeng Lombok Timur.

Pemilihan wilayah ini didasarkan pada alasan bahwa: Pancor Sanggeng

merupakan tempat yang cocok karna banyak penomena yang terjadi sesuai

dengan pengalaman dan observasi yang peneliti temukan sebagai anak kost-

kostan. Dan tidak terlalu banyak menghabiskan biaya dalam melakukan

penelitian.

C. Subjek Penelitian

Untuk menentukan subjek penelitian ini di perlukan tehnik

pengambilan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang di miliki oleh populasi tersebut. (Sugiono:2003;91). Berdasarkan

penjelasan di atas, maka subjek yang diteliti adalah Peran Wali Kost dalam

Menjaga Nilai dan Norma Sosial (Studi Kasus Di Lingkungan Pancor

Sanggeng), Subjek Penelitian ini antara lain adalah:

a. Subjek dalam penelitian ini disesuikan dengan judul penelitian dimana

sasarannya beberapaWali Kost- Kostan yang ada di Pancor Sanggeng.

b. Informant Penguat Data

Untuk penguat data peneliti mengambil impormasi dan informant-

informant yaitu sebagai berikut:

1. Tokoh Masyarakat

2. Tokoh Agama

D. Objek Penelitian

27

Page 28: Skripsi Bab 1-3

Sedangkan objek penelitian ini Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai

Dan Norma Sosial( Studi Kasus Di Lingkungan Pancor Sanggeng ).

E. Jenis Dan Sumber Data

Lofland dan Lofland (Meleong:2004;157), menyatakan bahwa sumber dan

data utama dalam kualitatif ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lai-lain. Dengan demikian, sumber data

penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung

dari informan dilapangan yaitu dari hasil observasi dan wawancara. Oleh

sebab itu, sumber data utama penelitian ini adalah para wali kost itu sendiri

denganinforman yang diwawancarai bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial dalam lingkungan kost-

kostan dan lingkungan masyarakat .

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak

langsung dari informan dilapangan, seperti dokumentasi dan sebagainya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik yang di gunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan

adalah:

1. Metode Wawancara

28

Page 29: Skripsi Bab 1-3

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara yang mengajak pertanyaan –

pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong:2002;135).Wawancara merupakan data informasi dengan

caramengajukan sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula.

(Rachman:1999;83).

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman atau

instrumen wawancara yaitu berbentuk pertanyaan yang diajukan kepada

subjek penelitian. Sedangkan wawancara yang diterapkan adalah wawancara

berstruktur. Wawancara berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun

secara terperinci sehingga menyerupai check – list (Arikunto:2002;20).

Selain itu wawancara dilakukan melalui wawancara tak berstruktur yaitu

wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan tentang pandangan

sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya yang berkaitan

dengan peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial, yang diajukan

secara bebas kepada subjek penelitian. Di samping itu wawancara ini dapat

dikembangkan apabila diperlukan untuk melengkapi data-data yang masih

kurang. Kelebihan tersebut wawancara tak berstruktur antara lain:

a. Memungkinkan peneliti untuk mendapatkan keterangan dengan lebih

cepat.

b. Ada keyakinan bahwa penafsiran responden terhadap pertanyaan yang

diajukan adalah tepat.

c. Sifatnya lebih luas.

29

Page 30: Skripsi Bab 1-3

d. Pembatasan-pembatasan dapat dilakukan secara langsung, apabila

jawaban yang diberikan melewati batas ruang lingkup masalah yang

diteliti.

e. Kebenaran jawaban dapat diperiksa secara langsung.

(Soekanto: 1984;25)

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa wawancara adalah untuk

mendapatkan gambaran yang sejelas-jelasnya dan informasi yang selengkap-

lengkapnya. Melalui wawancara ini diharapkan peneliti mendapatkan

gambaran mengenai, peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial.

2. Metode Observasi.

Dalam penelitian ini, observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek

ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada

bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedangkan

observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau

rangkaian foto (Rachman:1999;77).

Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode observasi secara langsung dan

tidak langsung yaitu di Pancor Sanggeng Lombok Timur.

3. Metode Dokumentasi

30

Page 31: Skripsi Bab 1-3

Dokumentasi menurut, Schatzman dan Strauss: (prof. Dedimulyanan:

2001;195), menegaskan bahwa metode dokumentasi historis merupakan bahan

penting dalam penelitian kualitatif. Menurut mereka, sebagai bagian metode

lapangan. Peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber- sumber

sekunderkainnya karna kebanyakan situasi yang dikaji mempunyai sejarah dan

dokumen- dokumen ini sering menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut.

Dalam kaitan ini, otobiografi, cetakan harian, surat-surat pribadi biasanya

yang terpenting.

G. Uji Keabsahan Data

Sebelum menafsirkan data terlebih dilakukan pemerikasaan (Check)

keabsahan data. Ada beberapa teknik pemerikasaan keabsahan data,

antaranya memperpanjang Keikutsertaan, ketekunan pengamatan,

trianggulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif,

kecukupan referensi, pengecekan anggota, uraian rinci, dan Auditing

(Moleong:1990;178).

Dalam penelitian ini ditetapkan dua teknik utama yaitu memperpanjang

keikutsertaan dan trianggulasi.Memperpanjang waktu penelitiaan memang

relatif tergantung dari masalah yang diteliti, juga sebelumnya dilaksanakan

Pra-survey. Sedangkan tringgulasi merupakan proses menemukan

kesimpulan dengan mengadakan Check dan recheck dari berbagai sudut

pandang atau strategi. Mengenai trianggulasi dalam penelitian ini, bukan

sekedar menguji kebenaran data dan bukan untuk mengumpulkan berbagai

ragam data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam

31

Page 32: Skripsi Bab 1-3

hubungan antara berbagai data untuk mencegah kekeliruan dan kesalahan

dalam analisis data.

H. Teknik Analisis Data

Patton (Hasan: 2002;97) Mengemukakan analisis data adalah proses

mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor (Hasan: 2002; 97)

mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk

menemukan tema dan merumusakan hipotesis (Ide) seperti yang disarankan

oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan

hipotesis itu. ( Moleong: 2002;_ ) menyatakan bahwa yang dimaksud analisis

data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

kategori satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumusakan

hipotesis kerja seperti yang dirumuskan data. Bentuk dan Cara Melakukan

Analisis Data

Pada prinsipnya analisis data ada dua cara yaitu analisis statistic dan

analisis non statistik, hal ini tergantung pada datanya. Adapun analisis data

non statistik, yang disebut juga sebagai analisis kualitatif deskriptif yaitu

analisis yang tidak menggunakan model matematik, model statistik dan

ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Analisis data dilakukan

terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada dinding-dingding

aturan, mading serta media tatatertib yang tersedia kemudian melakukan

uraian dan penafsiran (Hasan: 2002;98).

32

Page 33: Skripsi Bab 1-3

Toha Anggoro: (2002;6.18) Langkah- langkah analissi yang biasa

dilakukan oleh para peneliti kualitatif yang dapat dijadikan acuan dalam

upaya untuk memhami dan meninterpretasikan data yang diperoleh. Analisis

data kualitatif pada umumnya merupakan suatu proses interatif yang

berkesinambungan yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini;

1.Analisis temuan yang terus menerus di lapangan, khususnya dalam masalah

yang diteliti dan juga dalam keseluruhan fenomena yang berkaitan

dengan pertanyaan penelitian, dengan tujuan untuk mendapatkan tema-

tema besar dan untuk mengembangkan konsep-konsep

2.Pengelompokkan dan pengorganisasian data, sesegera mungkin setelah data

diperoleh sehingga dapat membantu peneliti dalam memahami pole

permasalahan dan atau fenomena yang diteliti.

3. evaluasi kualitatif tentang validitas atau kepercayaan data yang terus

menerus

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif non

statistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan bersamaan

dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul maka, tiga

komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan)

berinteraksi. Ini untuk menjawab permasalahan pertama dari penelitian.

Langkah- langkah analisis kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

33

Page 34: Skripsi Bab 1-3

Pengumpulan data ialah mencari, mencatat dan mengumpulkan semua

data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan

wawancara di lapangan yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap

berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang ada di lapangan yang

diturunkan peneliti serta melakukan pencatatan di lapangan.

b. Reduksi data

Data yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan data

yang mirip atau sama. Kemudian data ini diorganisasikan untuk mendapatkan

kesimpulan data sebagai bahan penyajian data. Penyusunan data dilakukan

dengan pertimbangan penyusunan data sebagai berikut:

1) Hanya memasukan data yang penting dan benar – benar dibutuhkan.

2) Hanya memasukan data yang benar – benar objektif.

3) Hanya memasukan data yang autentik.

4) Membedakan antara data informasi dengan pesan pribadi responden

(Rachman: 1999;103).

c. Penyajian data

Setelah diorganisasikan, selanjutnya data disajikan dalam uraian – uraian

naratif disertai dengan bagan atau tabel untuk memperjelas penyajian data.

d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

34