hubungan antara jenis trauma bola mata …digilib.unila.ac.id/59392/3/3. skripsi full teks tanpa bab...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA BOLA MATA TERHADAP
TAJAM PENGLIHATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
PERIODE TAHUN 2016-2017
(Skripsi)
Oleh
RAISAH ALMIRA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA BOLA MATA TERHADAP
TAJAM PENGLIHATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
PERIODE TAHUN 2016-2017
Oleh
Raisah Almira
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN THE TYPES OF EYE GLOBE INJURY AND
VISUAL ACUITY IN THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL
H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
PERIOD OF 2016-2017
By
RAISAH ALMIRA
Background: Eyeball trauma is a case that requires appropriate action. Eye trauma
is divided into open globe injury and closed globe injury which can affect one's
vision. Complications caused by eyeball trauma can be mild complications to eye
loss / blindness.
Method: The study design used in this study was descriptive retrospective using
secondary data, namely medical record data of 39 patients who analyzed types of
eyeball trauma and visual aquity.
Result: In this study there were 26 male subjects (66.7%), and most of them were
farmer (38.5%), the majority of subjects education was elementary school 53.84%.
The types of trauma were open globe injury in 26 subjects (66.66%), and closed
globe injury in 13 subjects (33.33%). At initial presentetion poor visual acuity in
open globe injury was 38.4% while in closed globe injury was 2.5%, p value 0,008.
After treatment, the visual acuity improved 12.8% in open globe injury and 15.3%
in close globe injury, p value 0,436.
Conclusion: There was a relationship between the type of globe injury and visual
acuity and there was no relationship between the type of globe injury and visual
acuity after treatment.
Keywords: Eye Globe Injury, Vision
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA BOLA MATA TERHADAP
TAJAM PENGLIHATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
PERIODE TAHUN 2016-2017
Oleh
RAISAH ALMIRA
Latar Belakang: Trauma bola mata merupakan kasus yang membutuhkan tindakan
secara tepat. Trauma bola mata dibagi menjadi trauma bola mata terbuka dan
trauma bola mata tertutup yang dapat mempengaruhi visus seseorang. Komplikasi
yang ditimbulkan pada trauma bola mata dapat berupa komplikasi ringan sampai
bisa kehilangan mata/kebutaan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif
retrospektif yang menggunakan data sekunder yaitu data rekam medis sebanyak 39
pasien yang dianalisis jenis trauma bola mata dan tajam penglihatan.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan responden terbanyak berjenis kelamin laki-
laki 26 responden (66,7%), pekerjaan terbanyak 15 responden (38,5%) sebagai
petani atau buruh, tingkat pendidikan terbanyak 21 responden (53,84%) hanya
dengan sekolah dasar (SD), sedangkan untuk jenis tipe trauma yang paling banyak
adalah trauma terbuka 26 responden (66,66%), dan trauma tertutup 13 responden
(33,33%). Ditemukan dengan visus yang buruk saat datang pada trauma terbuka
(38,4%) dan trauma tertutup (2,5%), dengan p value 0,008. Saat pemeriksaan visus
pasca tatalaksana didapatkan yang membaik pada trauma terbuka (12,8%) dan
trauma tertutup sebesar (15,3%) dengan p value 0,436.
Simpulan: Terdapat hubungan antara jenis trauma bola mata dengan tajam
penglihatan pada saat datang dan tidak terdapat hubungan antara jenis trauma bola
mata dengan tajam penglihatan pasca tatalaksana trauma bola mata.
Kata Kunci: Trauma bola mata, Visus
Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA
BOLA MATA TERHADAP TAJAM
PENGLIHATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
LAMPUNG PERIODE TAHUN 2016-2017
Nama Mahasiswa : Raisah Almira
NPM : 1518011015
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Muhammad Yusran, M.Sc., Sp.M. dr. Syahrul Hamidi Nasution
NIP.198001102005011004
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan Sumekar R. W., SKM., M.Kes
NIP 197206281997022001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Muhammad Yusran, M.Sc., Sp.M.
_____________
Sekretaris : dr. Syahrul Hamidi Nasution
_____________
Penguji
Bukan Pembimbing
: Dr. Rani Himayani, S.Ked, Sp.M
_____________
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan Sumekar R. W., SKM., M.Kes
NIP 197206281997022001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 1 Agustus 2019
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA BOLA
MATA TERHADAP TAJAM PENGLIHATAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
PERIODE TAHUN 2016-2017”
2. ” adalah hasil karya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku
dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiarisme.
3. Hak intelektual dan karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas
Lampung
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ditemukan adanya ketidakbenaran,
saya bersedia menangggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya.
Bandar Lampung, September 2019
Pembuat pernyataan,
Raisah Almira
NPM 1518011015
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta, Jawa Tengah pada tanggal 20 September 1998,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Kolonel Drs. Abdul Kholik
Harahap Apt, MSi. Dan Ibu dr. Nila Sandrawati Tanjung, M, Kes.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan pada TK Diniyyah Putri
Lampung pada tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1
GiriKlopomulyo Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur pada tahun
2009, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMPN 4 Metro pada tahun 2012
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Metro pada tahun
2015. Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji
Allah adalah benar. – (Q.S Ar-Rum: 60)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat
serta karunianya, mencurahkan segala kasih sayangnya dan segala keajaibannya
yang masih bisa membawa saya sampai pada titik ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Skripsi berjudul “HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA BOLA MATA
TERHADAP TAJAM PENGLIHATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG PERIODE TAHUN 2016-
2017” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu menuntun saya ke jalan yang mungkin terasa sulit
namun memberikan hasil yang teramat indah atas semuanya, terimakasih atas
iman yang masih Engkau berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini;
2. Prof. DR. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku rektor Universitas Lampung;
3. Dr. Dyah Wulan Sumekar R. W., SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;
4. dr. Muhammad Yusran, M.Sc., Sp.M selaku Pembimbing Utama, yang telah
membimbing saya dengan sebaik-baiknya, menuntun dan mengajari saya dalam
banyak hal yang saya belum mengerti, yang disegala kesibukannya beliau masih
mau menyempatkan diri untuk membimbing kami untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini;
5. dr. Syahrul Hamidi Nasution, S. Ked., selaku Pembimbing Kedua, terimaksih
saya ucapkan atas kesediaan beliau memberikan bimbingan dan saran serta
masukan dan nasihat saat penulisan skripsi, terimakasih banyak atas waktu dan
ilmu yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
6. dr. Rani Himayani Sp. M., selaku Penguji Utama dan Pembahas dalam skripsi
ini. Terimakasih telah mengajarkan banyak hal yang tidak saya ketahui,
terimakasih untuk meluangkan waktunya memberikan bimbingan ditengah-
tengah kesibukan, terimakasih sudah menjadi pembahas yang juga selalu
memberikan bimbingan, memberikan ilmu dan arahan pada setiap hal yang
belum saya ketahui, terimakasih atas dukungan secara psikis sehingga saya
dapat menjalani skripsi ini dengan lancar;
7. dr. Khairun Nisa, M. Kes, AIFO Pembimbing Akademik atas bimbingan, nasihat,
dan kesediaan waktunya selama ini;
8. Kepada Papa, Mama serta Adik Farid yang selalu memberi dukungan baik
moral maupun materi pada setiap langkah saya terimakasih Mama atas doa pada
malam hari yang menjadi pelancar Almira dalam segala urusan Almira di dunia,
terimakasih telah menguatkan Almira saat Almira membutuhkan mama.
Terimakasih Papa telah bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan dalam
perkuliahan ini, terimakasih setiap hari mengingatkan Almira jangan tinggal
untuk shalat 5 waktu. Terimakasih Adik Farid atas semangat dan motivasi yang
diberikan, semangat juga ya dik untuk perkuliahannya. Karya ini untuk kalian!;
9. Kepada Nenek Odang, Nenek Puan dan Nenek Pasarmatanggor, terimakasih
atas doa tak hentinya yang selalu Almira bisa rasakan, segala kemudahan dan
kelancaran yang saya dapatkan sejauh ini adalah doa dari kalian yang tak henti-
hentinya kalian panjatkan;
10. Kepada Ocik Noni, Ocik Rahmi, Uwak Adek dan Uwak Duma serta seluruh
keluarga besar, terimakasih banyak untuk rasa percaya dan harapan yang begitu
tinggi yang kalian letakan pada pundak Almira, terimakasih atas segala doa dan
dukungannya;
11. Kepada Anggita Dwi, Semadela Solichin, Hendro Sihaloho, Zhafran Ramadhan
terimakasih sudah menjadi bagian dari perjalanan saya di Fakultas Kedokteran
ini, terimakasih untuk semangat, dorongan, dukungan dan kenangan yang selalu
kalian berikan kepada saya dan semoga kita bisa sukses bersama!;
12. Kepada Fina Fatmawati, Dwi Siti Sholeha, Nadia Gustria, Natasya Aurum,
Vina Amelia, Ferdinan Agung, Wina Ghazlina dan terimakasih sudah selalu
memberikan semangat dan menemani saya dalam setiap langkah dan membantu
segala urusan dalam pengerjaan skripsi ini;
13. Para pegawai Rekam Medik RSAM yang telah bersukarela membantu saya
untuk mengumpulkan data – data rekam medik pada penelitian ini, yang dengan
sabar mau didatangi setiap harinya dan mengikuti seluruh alur proses penelitian,
tanpa kalian skripsi ini tidak akan bisa selesai tepat pada waktunya;
14. Seluruh Civitas Akademika FK Unila, atas pelajaran dan pengalaman yang
diberikan selama perkuliahan, yang sangat membantu dalam melaksanakan
penelitian ini;
15. Kepada teman-teman satu bimbingan, Shafa, Asy, Geri, Bagas. Terimakasih
karena sudah sering menunggu kehadiran dokter bersama-sama,dan saling
menyemangati untuk menyelesaikan skripsi kita masing-masing;
16. Terimakasih kepada Nadhia Khairunnisa, untuk menyempatkan waktu berbagi
ilmunya ditengah-tengah kesibukan koas, terimakasih Nad!;
17. Terimakasih kepada Mas Dan sudah membantu saya saat pengerjaan skripsi
ini!;
18. Teman-teman seperjuangan Endomisium 2015 yang kebaikannya tidak dapat
saya ucapkan satu-persatu yang sudah banyak mendukung saya, semoga kita
bisa sama-sama berhasil dalam perjuangan ini;
19. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Fakultas Kedokteran Unila yang sudah
memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini berguna dan bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya
Bandar Lampung, September 2019
Penulis,
Raisah Almira
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bola Mata ................................................................................... 6
2.1.1 Konjungtiva ..................................................................................... 6
2.1.2 Sklera ............................................................................................... 6
2.1.3 Kornea ............................................................................................. 7
2.1.4 Uvea ................................................................................................. 7
2.1.5 Lensa................................................................................................ 8
2.1.6 Aqueous Humor............................................................................... 8
2.1.7 Vitreous Humor ............................................................................... 8
2.1.8 Retina ............................................................................................... 9
2.2 Pengertian Trauma Bola Mata ................................................................ 10
2.3 Klasifikasi Trauma Bola Mata ................................................................ 11
2.4 Penyebab Trauma Bola Mata .................................................................. 12
2.4.1 Jenis-jenis Trauma Mata................................................................ 13
2.4.2 Trauma Tumpul ............................................................................. 13
2.4.3 Trauma Tajam ............................................................................... 14
2.4.4 Trauma Kimia ................................................................................ 14
2.4.5 Trauma Termal .............................................................................. 15
2.5 Penatalaksanaan Trauma Bola Mata ....................................................... 16
ii
2.5.1 Konjungtiva ................................................................................... 16
2.5.2 Kornea ........................................................................................... 17
2.5.3 Uvea ............................................................................................... 18
2.5.4 Lensa.............................................................................................. 19
2.5.5 Benda Asing Intraokular................................................................ 20
2.5.6 Trauma Kimia ................................................................................ 20
2.5.7 Trauma Radiasi .............................................................................. 21
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 22
2.7 Kerangka Konsep .................................................................................... 23
2.8 Hipotesis ................................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 24
3.2 Waktu dan Tempat .................................................................................. 24
3.3 Subyek Penelitian.................................................................................... 24
3.3.1 Populasi ......................................................................................... 24
3.3.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 24
3.4 Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 25
3.5 Kriteria Inklusi & Eksklusi ..................................................................... 25
3.5.1 Inklusi ............................................................................................ 25
3.5.2 Eksklusi ......................................................................................... 25
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian............................................................... 25
3.6.1 Variabel Bebas............................................................................... 25
3.6.2 Variabel Terikat ............................................................................. 25
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 26
3.7.1 Alat Penelitian ............................................................................... 26
3.7.2 Cara pengambilan data .................................................................. 26
3.8 Alur Penelitian ........................................................................................ 27
3.9 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ 28
3.10 Pengelolaan dan Analisis Data ............................................................. 29
3.10.1 Pengolahan Data ....................................................................... 29
3.10.2 Analisis Data ............................................................................. 29
3.11 Etika Penelitian ..................................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 31
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 31
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................. 32
4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......... 32
4.1.4 Karakteristik Responden Penderita Berdasarkan Jenis
Pekerjaan ....................................................................................... 33
4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis dan Tipe Trauma ..... 33
iii
4.1.6 Analisis Bivariat Hubungan Jenis Trauma dengan Tajam
Penglihatan Saat Datang ................................................................ 35
4.1.7 Analisis Bivariat Hubungan Jenis Trauma dengan Tajam
Penglihatan Pasca Tatalaksana Trauma Bola Mata ....................... 36
4.2 Pembahasan............................................................................................. 36
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 36
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................. 38
4.2.3 Karakteristik Responden ata Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... 39
4.2.4 Karakteristik Responden Penderita Berdasarkan Jenis
Pekerjaan ....................................................................................... 40
4.2.5 Pembahasan Analisis Bivariat ....................................................... 42
4.3 Kelemahan Penelitian ............................................................................. 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 46
5.2 Saran ....................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 28
2. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 31
3. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia ................................... 32
4. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 32
5. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................. 33
6. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Trauma pada Mata ... 33
7. Karakteristik Tipe Trauma pada Mata ............................................................ 34
8. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Visus Saat Datang ............. 34
9. Hubungan Jenis Trauma dengan Tajam Pengelihatan Saat Datang ................ 35
10. Hubungan Jenis Trauma dengan Tajam Penglihatan Pasca Tatalaksana
Trauma Bola Mata ........................................................................................... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Klasifikasi BETT ............................................................................................ 11
2. Edema konjungtiva.......................................................................................... 17
3. Hematoma subkonjungtiva.............................................................................. 17
4. Edema kornea .................................................................................................. 18
5. Erosi kornea .................................................................................................... 18
6. Hifema ............................................................................................................. 19
7. Infeksi Benda Asing ........................................................................................ 20
8. Kerangka Teori................................................................................................ 22
9. Kerangka Konsep ............................................................................................ 23
10. Alur Penelitian ................................................................................................ 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma bola mata adalah perilaku sengaja maupun tidak sengaja yang
menyebabkan luka pada mata dan jaringan sekitarnya. Trauma bola mata
merupakan kasus yang membutuhkan tindakan secara tepat. Komplikasi yang
ditimbulkan dari ringan sampai bisa kehilangan mata/kebutaan.
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), klasifikasi trauma
bola mata dibagi menjadi 2 yaitu Open globe injury dan Closed globe injury.
Open globe injury dalah trauma okuli dengan luka yang mengenai keseluruhan
tebal dinding bola mata. Closed globe injury adalah trauma okuli yang tidak
mengenai keseluruhan tebal dinding bola mata. Penyebab trauma bola mata
dibagi menjadi Mekanis (tumpul dan tajam), Bahan kimia (asam dan basa),
Termal (uap panas dan luka bakar kontak langsung) (Kuhn F, 2002).
Trauma bola mata merupakan salah satu penyebab tersering kebutaan
monokular pada anak-anak dan dewasa muda. Trauma mata memiliki dampak
terhadap sosial ekonomi karena mereka yang terkena trauma mata dan
mengalami komplikasi seperti kebutaan unilateral maupun bilateral, dan harus
menghadapi kehilangan peluang dalam pekerjaan, perubahan gaya hidup dan
2
gangguan fisik yang kadang-kadang permanen sehingga bisa menyebabkan
penurunan pendapatan dan tingginya biaya pengobatan (Jahangir, 2011).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa prevalensi trauma bola mata lebih
tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Sekitar 2,4 juta kasus trauma bola
mata terjadi setiap tahun, dengan 90.000 dari trauma mengakibatkan berbagai
derajat gangguan penglihatan (Mukherjee, et al., 1984).
Penelitian Jahangir menyebutkan bahwa trauma tembus lebih sering ditemukan
pada laki-laki daripada perempuan, dengan perbandingan 3:1. (Jahangir, et al.,
2011; Otoibhi, et al., 2003; dan Omoti, et al., 2004). Penelitian Ali Tabatabaei
pada tahun 2013 yang memperoleh dominasi dari jenis kelamin laki-laki pada
lebih dari tiga perempat populasi yang diteliti. Temuan ini diperkuat dengan
adanya keterlibatan yang lebih tinggi pada trauma ini diantaranya karena laki-
laki lebih aktif terlibat aktifitas diluar ruangan dan lebih berisiko daripada
perempuan (Jahangir, et al., 2011; Otoibhi, et al., 2003; dan Omoti, et al.,
2004).
Dalam suatu penelitian di Addis Ababa Ethiopia didapatkan hiperemia pada
konjungtiva menjadikan trauma bola mata terbanyak dari 254 pasien. Segmen
anterior bola mata dikenai trauma terbanyak yaitu sebesar 80%, segmen
anterior ditambah posterior sebanyak 25%, dan hanya 5% yang mengenai
segmen posterior saja (Alemayehu dan Shahin., 2014).
Di Amerika Serikat sekitar 13,2% per 100.000 penduduk tiap tahunnya
mengalami kejadian trauma bola mata. Angka ini bervariasi di setiap wilayah
3
seperti 8.1% di Skotlandia, 12.6% di Singapura, 15.2% di Swedia dan
kebanyakan mengenai laki-laki (Ajite, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Emergency Department of The
Pusan National University Hospital (PNUH) Korea, selama Januari 1994
hingga Desember 2000, didapatkan jumlah kasus trauma mata terbuka lebih
banyak dari trauma mata tertutup dengan penatalaksanaan operatif penjahitan
kornea-sklera, diikuti tindakan operatif pengeluaran benda asing intraokular
dan paling sedikit berupa tindakan eviserasi (Oum, 2004).
Penelitian yang dilakukan di Eye Clinic of Ekiti State University Teaching
Hospital Nigeria selama Januari 2012 hingga Desember 2014 menunjukkan
bahwa kasus trauma mata tertutup lebih banyak dibandingkan trauma mata
terbuka dengan penatalaksanaan medikamentosa lebih banyak dibandingkan
tindakan operatif (Ajite, 2017).
Data prevalensi kejadian trauma mata di Indonesia masih sangat terbatas. Pada
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung selama
tahun 2011, didapatkan angka kejadian trauma mata pada 188 anak usia 0-14
tahun paling banyak terjadi dengan jenis kelamin laki-laki (69.1%) dan
perempuan (30.9 %). Selain itu, ditemukan 22 mata dengan luka terbuka dan
170 mata dengan luka tertutup (Laila Wahyuni, 2015).
Data mengenai penatalaksanaan trauma mata di Indonesia, masih sangat
terbatas. Namun, berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung menunjukkan hasil kasus trauma mata tertutup lebih banyak
4
dibandingkan trauma mata terbuka dengan penatalaksanaan medikamentosa
lebih banyak dibandingkan tindakan operatif (Laila Wahyuni, 2015).
Berdasarkan latar belakang tersebut dan hasil penjelasan diatas, peneliti tertarik
untuk meneliti “Hubungan Antara Jenis Trauma Bola Mata Terhadap Tajam
Penglihatan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Muluk
Lampung Periode Tahun 2016-2017”. Data yang diperoleh diharapkan menjadi
acuan dalam meningkatkan penatalaksanaan trauma mata di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Muluk Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara jenis trauma bola mata terhadap tajam penglihatan
pasien di Rumah Sakit Abdul Muluk?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui hubungan antara jenis trauma bola mata terhadap tajam
penglihatan pasien pada saat datang.
b. Mengetahui hubungan antara jenis trauma bola mata terhadap tajam
penglihatan pasien pasca tatalaksana.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan)
trauma bola mata di Rumah Sakit Abdul Moeloek Periode 2016-2017.
b. Mengetahui tipe trauma bola mata di Rumah Sakit Abdul Moeloek
Periode 2016-2017.
5
c. Mengetahui tajam penglihatan sebelum dan sesudah tindakan trauma
bola mata di Rumah Sakit Abdul Moeloek Periode 2016-2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara jenis
trauma bola mata terhadap tajam penglihatan pasien di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Periode 2016-2017.
2. Peneliti
a. Sebagai bahan masukan bagi dokter umum maupun dokter ahli untuk
meningkatkan kualitas penatalaksanaan trauma bola mata.
b. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian mengenai trauma bola mata di daerah lain.
c. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi
peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan
terkait tentang trauma bola mata pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior
bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat
bentuk dengan dua kelengkungan berbeda.(Ilyas, 2014).
Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang
bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam
bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor.(Ilyas,
2014).
2.1.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan
epitel kornea di limbus.(Vaughan DG, 2000).
2.1.2 Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada
mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
7
Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. (Ilyas, 2014).
2.1.3 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa
rata-rata mempunyai tebal 550 µm di pusatnya, diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. (Tsai, 2011).
2.1.4 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat
ditengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan atau melebarkan pupil. (Tortora, 2009).
2. Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri
atas zona anterior yang berombak-ombak, terdapat pars plicata (2 mm)
8
yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang
datar berisi pars plana (4 mm).(Tortora, 2009).
3. Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan
sklera yang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar,
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang
terletak di bawahnya. (Tortora, 2009).
2.1.5 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya
9mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya
terdapat vitreous humor. Di sebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan
korteks terbentuk dari lamela konsentris yang panjang. (Tsai, 2011).
2.1.6 Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik
mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata
depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan. (Nadeem,
2013).
2.1.7 Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar
9
vitreous humor normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut:
kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina,
dan caput nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang
kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina. Vitreous humor
mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi duakomponen, kolagen
dan asam hialuronat. (Ilyas, 2012).
2.1.8 Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina
mulaidari sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah:
1. Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2. Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut. (Cai M,
2015).
3. Membran limitan eksterna
4. Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel
batang. (Cai M, 2015).
5. Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel foto
reseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. (Cai M, 2015).
6. Lapisan nukleus dalam
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel
Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral. (Cai M, 2015).
10
7. Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan
sel amakrin dengan sel ganglion. (Cai M, 2015).
8. Lapisan sel ganglion
Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua. (Cai M,
2015).
9. Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju kearah
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina. (Cai M, 2015).
10. Membran limitan interna
Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan
vitreous humor. (Cai M, 2015).
2.2 Pengertian Trauma Bola Mata
Trauma bols mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
cedera pada mata. Trauma bola mata adalah penyebab umum kebutaan
unilateral pada anak dan dewasa. (Augsburger & Asbury, 2014).
11
2.3 Klasifikasi Trauma Bola Mata
Berdasarkan Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), (Kuhn F, 2002)
mengklasifikasikan trauma mata berdasarkan diagram dibawah ini :
Gambar 1. Klasifikasi BETT
Penjelasan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye Trauma
Terminology (BETT), yaitu :
1. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau kornea)
dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler (Bukhari S, 2011).
a. Kontusio adalah tidak ada luka (no full-thickness). Trauma disebabkan
oleh energi langsung dari objek (misalnya, pecahnya koroid) atau
perubahan bentuk bola dunia (misalnya, resesi sudut). (Bukhari S, 2011).
b. Laserasi lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai
oleh luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma
ini biasa disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul. (Bukhari
S, 2011).
TRAUMA MATA
TRAUMA TERTUTUP TRAUMA TERBUKA
Laserasi Lammelar Kontusio Ruptur Laserasi
Penetrasi Perforasi
IOFB
12
2. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan
mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera dan kornea).
a. Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding
bola mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli. Luka terjadi
akibat mekanisme dari dalam ke luar mata. (Bukhari S, 2011).
b. Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola
matayang disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbulkan
adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi. Luka terjadi akibat
mekanisme dari luar ke dalam mata. (Bukhari S, 2011).
c. Trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance wound). Jika
terdapat lebih dari satu luka, setiap luka memiliki penyebab yang
berbeda. (Bukhari S, 2011).
d. Trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and
exitwound). Kedua luka ini memiliki penyebab yang sama. (Bukhari S,
2011).
e. Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda asing pada
intraokular yang keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma
penetrasi. (Bukhari S, 2011).
2.4 Penyebab Trauma Bola Mata
Trauma bola mata adalah kejadian trauma yang mengenai bola mata dan
jaringan sekitarnya. Open globe injury adalah trauma okuli dengan luka yang
mengenai keseluruhan tebal dinding bola mata. Closed globe injury adalah
13
trauma okuli yang tidak mengenai keseluruhan tebal dinding bola mata (Sasono
W, 2008).
2.4.1 Jenis-jenis Trauma Mata
Trauma mata akibat penyebabnya dibagi menjadi :
1) Mekanis : tumpul dan tajam
2) Bahan kimia : asam dan basa
3) Termal : uap panas dan luka bakar kontak langsung
2.4.2 Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma tertutup yang berasal dari benda tumpul
seperti pukulan, bola tenis dan bola kriket. Trauma tertutup adalah luka
pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea) dan tidak merusak
bagian intraokular. Trauma tumpul itu sendiri juga dapat menyebabkan
kerusakan pada kornea seperti abrasi, edema, laserasi korneoskleral dan
robekan pada membran descement gambaran lingkaran putih karena sel
– sel endotel yang edema akan muncul setelah beberapa jam akibat
trauma dan menghilang setelah beberapa hari.(Augsburger & Asbury,
2014).
Yang termasuk trauma tumpul, antara lain :
- Perdarahan konjungtiva
- Kelainan kornea (abrasi , edema, robekan)
- Trauma di Miosis
- Trauma di Iris
- Trauma di Hifema
14
2.4.3 Trauma Tajam
Trauma jenis ini sering disebabkan oleh benda - benda asing pada kornea
ataupun konjungtiva.Benda asing pada konjungtiva memerlukan
pemeriksaan. Bila ada benda asing pada kornea, jika dicurigai anterior
chamber terlibat, evakuasi benda tersebut harus dikamar operasi yang
steril dan dilengkapi dengan mikroskop. Bila terjadi laserasi konjungtiva
harus dipastikan bahwa struktur bola mata lain tidak ada yang terlibat dan
tidak benda asing yang tertinggal. (Sasono W, 2008).
Trauma tajam adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai
seluruh dinding bola mata (kornea). Ada trauma penetrating dengan
trauma perforating. Trauma penetrating jika cedera melukai kedalam
jaringan bola mata, sedangkan trauma perforating menembus melewati
jaringan bola mata. Untuk mendiagnosis trauma perforating harus
diketahui riwayat trauma dengan jelas dan jenis benda yang mengenainya
karena akan berpengaruh terhadap tindakan yang akan dilakukan.
(Augsburger & Asbury, 2014).
2.4.4 Trauma Kimia
Bahan kimia basa cenderung penetrasi lebih dalam dibandingkan bahan
asam, dengan mengkoagulasikan permukaan protein membentuk barier
proteksi. Bahan kimia basa yang paling sering adalah amonia dan sodium
hidroksi (sering pada pembersih pakaian). Bahan ini berpotensial
menyebabkan kerusakan yang berat dengan penetrasi yang cepat dan
mencapai bilik mata depan dalam hitungan 1 menit. Kerusakan yang
15
terjadi disebabkan karena proses saponifikasi dan perubahan asam lemak
di membran sel yang pada akhirnya meyebabkan kematian sel. Proses ini
mengenai jaringan lain pada mata seperti konjungtiva, pembuluh darah,
saraf, endotelium dan keratosit dengan mekanisme yang sama. Rasa
nyeri yang hebat disebabkan karena agen kimia tersebut menstimulasi
ujung – ujung persarafan di konjungtiva dan kornea. (Sasono W, 2008)
Bahan kimia asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfur dan
asam hidrofluorik. Bahan ini sering terdapat pada pembersih, baterai
mobil. Ion hidrogen yang terdapat pada bahan asam ini, menyebabkan
nekrosis seluler, denaturasi protein dan presipitasi. Presipitasi protein ini
sebenarnya akan membentuk barier yang dapat memproteksi mata
setelah terkena asam. Barier ini dapat memproteksi untuk asam – asam
lemah sedangkan untuk asam kuat prosesnya berlanjut menjad penetrasi
yang dalam. Kornea itu sendiri dapat berfungsi sebagai barier buffer, pH
kornea menjadi netral antara 15 menit sampai 1 jam. (Ausburger, 2014).
2.4.5 Trauma Termal
Umumnya trauma termal dibagi menjadi 2 kategori : luka bakar karena
uap panas, luka bakar karena kontak langsung. Trauma karena uapnya
merupakan sekunder dari api nya sedangkan kontak langsung karena
terekspos dari larutan panas ataupun benda yang panas. Penelitian yang
dilakukan selama periode 3 tahun ditemukan 47 % mengalami luka bakar
pada wajah, 27 % mengenai kelopak mata dan bagian dalam mata, 11 %
dirujuk ke dokter spesialis mata. Dari 54 pasien dengan trauma mata,
16
50% terbakar pada kelopak mata, 17 pasien mengenai kornea.
Rendahnya insiden kornea terlibat karena adanya reflex kedip dan Bell’s
phenomen. Penyebab utama dari penelitian ini adalah karena terekspos
pada gas. Derajat keparahan pada trauma termal ini bergantung pada :
1. Temperatur dari objek
2. Luas area yang terkena suhu panas
3. Lamanya durasi kontak
Kebanyakan trauma termal mengenai permukaan superfisial dari
epitelium kornea dan konjungtiva. Luka bakar pada superficial
menyebabkan kornea keabuan-abuan dan opasifikasi adanya nekrosis
jaringan di debridement dengan perlahan. Pemberian siklopegik dan
patching penting. Antibiotik tetes diberikan jika adaabrasi pada kornea.
Umumnya luka bakar superfisial penyembuhan pada 24-48 jam tanpa
sequele. Trauma yang berat dapat menyebabkan nekrosis kornea dan
perforasi. Intervensi keratoplasti dan transplantasi stem sel limbal dapat
dipertimbangkan (Nadeem, 2013).
2.5 Penatalaksanaan Trauma Bola Mata
2.5.1 Konjungtiva
a. Edema konjungtiva, pengobatan dilakukan dengan pemberian
dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput
lendir konjungtiva. Bila terjadi kemotik konjungtiva dapat dilakukan
insisi untuk mengeluarkan cairan konjungtiva. (Sharath C, 2002).
17
Gambar 2. Edema konjungtiva
(Megbelayin, 2016)
b. Hematoma subkonjungtiva, pengobatan dini ialah dengan kompres
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dalam
1-2 minggu tanpa diobati. (Sharath C, 2002).
Gambar 3. Hematoma subkonjungtiva
(Megbelayin, 2016)
2.5.2 Kornea
a. Edema kornea, pengobatan dilakukan dengan pemberian larutan
hipertonik seperti NaCl 5% atau garam hipertonik 2-8 %, glukosa 40%
dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata maka
diberikan asetazolamida. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit
dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak. (Nadeem,
2013).
18
Gambar 4. Edema kornea
(Megbelayin, 2016)
b. Erosi kornea, pengobatan dilakukan dengan pemberian anestesi
topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan
menghilangkan rasa sakit. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan
antibiotik sprektrum luas seperti kloramfenikol dan sulfasetamid tetes
mata. Bila mengabitkan spasme siliar, maka diberikan siklopegik
aksipendek seperti tropikmida. (Nadeem, 2013).
Gambar 5. Erosi kornea
(Megbelayin, 2016)
2.5.3 Uvea
a. Hifema, pengobatan dilakukan dengan parasentesis atau
mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma
19
sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila 5 hari tidak
terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. (Omolase, C.O 2011).
Gambar 6. Hifema
(Megbelayin, 2016)
b. Iridodialisis, pengobatan dilakukan dengan pembedahan dengan
melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas. (Megbelayin, E. O,
2016).
c. Iridoplegia, pengobatan dilakukan dengan tirah baring untuk
mencegah terjadinya kelelahan sfingter. (Megbelayin, E. O, 2016).
d. Iridosiklitis, bila terjadi uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik
dan steroid topikal. Bila terjadi infeksi berat, maka dapat diberikan
steroid sistemik. (Megbelayin, E. O, 2016).
2.5.4 Lensa
a. Luksasi lensa anterior, penatalaksanaan awal berupa azetasolamida
untuk menurunkan tekanan bola mata dan ekstraksi lensa. (Laila W,
M. S. 2015).
b. Luksasi lensa posterior, pengobatan dilakukan dengan ekstrak silensa.
(Laila W, M. S. 2015).
20
c. Katarak trauma, pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat
terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan
kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada
anak dapat dipasang lenda intraokuler primer atau sekunder. Ekstraksi
lensa dilakukan bila terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis.
(Laila W, M. S. 2015).
2.5.5 Benda Asing Intraokular
Benda asing pada bagian superfisial cukup dengan irigasi, diambil
dengan pemberian anstesi topikal sebelumnya. Sementara benda asing
intra okularialah dengan mengeluarkannya dan dilakukan dengan
perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih
berat terhadap bola mata (Gahlot, A. 2015).
Gambar 7. Infeksi Benda Asing
(Megbelayin, 2016)
2.5.6 Trauma Kimia
a. Trauma asam, pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang
terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan larutan
bahan yang mengakibatkan trauma (Gahlot, A. 2015).
21
b. Trauma basa, pengobatan dilakukan dengan secepatnya melakukan
irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama
mungkin, Penderita diberi siklopegiam antibiotika, EDTA untuk
mengikat basa. (Gahlot, A. 2015).
2.5.7 Trauma Radiasi
a. Trauma sinar infra merah, pengobatan dilakukan dengan steroid
sistemik dan lokal diberikan untuk mencegah terbentuknya jaringan
parut pada maukla atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul
(Gahlot, A. 2015).
b. Trauma sinar ultra violet, pengobatan dilakukan dengan siklopgia,
antibiotik lokal, analgetik, dana mata ditutup selama 2-3 hari. (FK UI
Edisi V, 2014).
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada jenis trauma,
dibedakan atas penatalaksanaan secara medikamentosa dan operatif
(Augsburger & Asbury, 2014).
22
2.6 Kerangka Teori
Gambar 8. Kerangka Teori
Closed Globe Open Globe
Kontusio
Lamelar
Lamerasi
Ruptur Laserasi
IOFB Penetras
i
Perforasi Pendidikan
Usia
Hasil Tajam
Penglihatan
Gambaran Karakteristik
Jenis
Kelamin
Pekerjaan
Sesudah tindakan Sebelum tindakan
TRAUMA BOLA MATA
23
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 9. Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara jenis trauma bola mata terhadap visus akhir
pasien setelah dilakukannya tindakan medis.
H1 : Ada hubungan antara jenis trauma bola mata terhadap visus akhir pasien
saat datang.
Open Globe Closed Globe
TRAUMA BOLA MATA
Visus tidak
membaik Visus membaik Visus membaik Visus tidak
membaik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif retrospektif.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan dengan mengambil data-data rekam medis
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Lampung dan penelitian
dilakukan pada bulan Januari – Februari 2019.
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita trauma bola mata yang
datang di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Lampung Periode
2016 – 2017 .
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medis
yang sesuai dengan karakteristik konsep penelitian menjadi sampel
penelitian.
25
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode total
sampling yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel. Data penelitian ini
adalah data sekunder.
3.5 Kriteria Inklusi & Eksklusi
3.5.1 Inklusi
Pasien dengan trauma bola mata di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Moeloek Lampung Periode 2016-2017.
3.5.2 Eksklusi
Rekam medis yang tidak lengkap, trauma mata di selaput mata seperti :
palpebra, sklera.
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian
3.6.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : jenis tipe trauma bola mata
yaitu tipe open globe atau close globe di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Moeloek Lampung Periode 2016 – 2017.
3.6.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah: tajam penglihatan trauma
bola mata sebelum tindakan dan sesudah tindakan di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Moeloek Lampung Periode 2016 – 2017.
26
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
Pada penelitian ini digunakan alat – alat sebagai berikut :
a. Alat tulis
b. Lembar Pencatatan Data
c. Rekam Medik
3.7.2 Cara pengambilan data
Dalam penelitian ini, seluruh data diambil menggunakan rekam medik
pasien (data sekunder) yang meliputi :
a. Meminta izin untuk melakukan penelitian,
b. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian,
c. Koordinasi dengan Unit Rekam Medik di Rumah Sakit Abdul
Moeloek,
d. Pencatatan data pada formulir lembar penelitian.
27
3.8 Alur Penelitian
Gambar 10. Alur Penelitian
Pembuatan proposal dan perizinan
ke Fakultas Kedokteran
Penjelasan maksud dan tujuan penelitian, dan
koordinasi unit rekam medik di RSAM Lampung
Pencatatan data berdasarkan variabel data
yang ditentukan
Jenis kelamin; Tipe trauma; Usia; Pendidikan; Visus sebelum dan setelah
tindakan; dan Penatalaksanaan
Analisis Data
Kesimpulan
28
3.9 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur &
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Tipe Trauma
Visus tajam
penglihatan
Jenis kelamin
yang tercatat di
rekam medik
pasien.
Usia seluruh
pasien trauma
mata yang
tercatat di rekam
medik
Pekerjaan
penderita kasus
trauma mata di
rekam medik.
Tingkat
pengetahuan
penderita kasus
trauma mata di
rekam medik
Tipe trauma yang
terjadi
berdasarkan
BETT dan sesuai
dengan yang
tertulis di rekam
medik pasien.
Visus yang
dimaksud adalah
tajam penglihatan
setelah dilakukan
operasi perbaikan
visus.
Melihat jumlah
kasus trauma
mata di rekam
medik pasien.
Melihat umur
penderita kasus
trauma mata di
rekam medik
pasien.
Melihat
pekerjaan
penderita kasus
trauma mata di
rekam medik
pasien.
Melihat
pendidikan
penderita kasus
trauma mata di
rekam medik
pasien.
Melihat variabel
tipe trauma mata
di rekam medik
pasien.
Melihat variabel
ketajaman
penglihatan
penderitadengan
snellen chart di
rekam medik.
1. Laki laki
2. Perempuan
1. ≤ 45 tahun
2. ≥ 45 tahun
1. petani/buruh
2. pegawai
negeri
3. wiraswasta
4. pelajar
5. nelayan
6. tidak bekerja
1. Rendah (tidak
sekolah dan SD)
2. Menengah
(SMP dan SMA)
3. Tinggi (diatas
SMA)
1. Trauma
terbuka (open
globe)
2. Trauma
tertutup (close
globe)
1. Rabun atau
penglihatan
<6/18
2. Rabun, tajam
penglihatan
<6/60
3. Buta, Tajam
penglihatan
<3/60. Lapang
pandang <10
derajat
Kategorik
Interval
Kategorik
Kategorik
Kategorik
Kategorik
29
3.10 Pengelolaan dan Analisis Data
Setelah didapatkan data yang cukup, akan dilakukan pengelolaan dan analisis
data sebagai berikut :
3.10.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data akan dimasukkan
ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data akan diolah menggunakan
program komputer yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu :
1. Koding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama
penelitian dalam simbol yang tepat untuk keperluan analisis.
2. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.
3. Verification, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data
yang telah dimasukkan ke komputer.
4. Output computer, hasil analisis yang telah dilakukan oleh
komputer, kemudian dicetak.
3.10.2 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisa ini bertujuan untuk melihat variasi masing-masing
variabel dan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel bebas
dan terikat.
2. Analisis Bivariat
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah Odds
Ratio (Ψ) dengan interval kepercayaan 95% (Notoatmodjo, 2012).
30
3.11 Etika Penelitian
Penelitian ini mendapatkan persetujuan etichal clearance dari Komisi Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan
No.5311/UN26.18/PP.05.02.00/2019.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini didapatkan data responden berjenis kelamin laki-laki
adalah sebanyak 26 responden (66,7%), dengan pekerjaan terbanyak 15
responden (38,5%) sebagai petani atau buruh, dan tingkat pendidikan
terbanyak 21 responden (53,84%) hanya dengan sampai sekolah dasar
(SD).
2. Tipe trauma yang paling banyak ditemukan pada penelitian adalah trauma
terbuka sebanyak 26 responden (66,66%) sedangkan responden dengan
jenis trauma tertutup adalah sebanyak 13 responden (33,33%).
3. Tajam penglihatan saat datang dengan kategori buruk pada trauma terbuka
sebanyak (38,4%) dan trauma tertutup (2,5%), dengan p value = (0,008).
4. Saat pemeriksaan visus pasca tatalaksana didapatkan yang membaik
pada trauma terbuka (12,8%) dan trauma tertutup sebesar (15,3%).
5. Terdapat hubungan pada jenis trauma dan visus pasien saat datang.
6. Tidak terdapat hubungan antara jenis trauma bola mata dengan tajam
penglihatan pasca tatalaksana trauma bola mata.
47
5.2 Saran
1. Pada penelitian ini sebaiknya dilakukan pencatatan yang lebih lengkap
pada rekam medis pasien, pencatatan tersebut dapat meliputi zona
terkenanya trauma pada mata, letak dan ukuran trauma serta RAPD
(Relative Afferent Pupilary Deffect) sehingga dapat dilakukan
penghitungan pada penelitian yang lebih baik.
2. Dapat dilakukannya edukasi pada pasien mengenai perlindungan diri
terhadap kejadian trauma bola mata. Contohnya mendemonstrasikan
pemakaian APD (alat pelindung diri) seperti pemakaian kacamata, masker
saat kerja sehingga kejadian tersebut dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyinka O. Eye injuries in children and adolescents: areport of 205cases. J Natl
Med Assoc 2009;101(1) :51-56
Ajayi IA, A. K. (2014). Epidemiological survey of traumatic eye injury in a
southwestern Nigeria tertiary hospital.Pakistan Journal of Ophthalmology,
136-8.
Ajite KO, F. F. (2017). Survey of Traumatic Glaucoma in a Tertiary Hospital. J
Trauma Treat, 6, 366.
Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.
Barbosa, M. O., & Kasahara, N. (2015). Eye Trauma in Children and Adolescents:
Perspectives from a Developing Country and Validation of the Ocular
Trauma Score. Journal of Tropical Pediatrics, 238-43.
Biradar, S. P., & H. S., A. (2011). A Study on Industrial Eye Injuries.JCDR, -.
Bodanapally U, Addis H, Dreizin D, Reddy, Margo, Arroyo K, et al.
2017.prognostic predictors of visual outcome in open globe injury:
emphasis on facial ct findings. American Journal of Neuroradiology May.
38 (5) 1013-1018
Bukhari, S., Mahar, P., Qidwal, U., Bhutto, I. A., & Memon, A. S. (Z).Ocular
Trauma in Children.Pakistan Journal Opthalmology, 208-13.
Cai M., Z. J. (2015). Epidemiological Characteristics of Work Related Ocular
Trauma in Southwest Region of China. Int. J. Environ. Res. Public Health,
9846-75.
D.J, C. A. (2007). Open Globe Management. Compr Ophthalmol, 111-24.
Fujikawa A, Mohamed YH, Kinoshita H, Matsumoto M, Uematsu M, Tsuiki E, et
al. 2018. Visual outcomes and prognostic factors in open-globe injuries.
Fujikawa et al. BMC Ophthalmology: 18: 138
49
Gahlot, A., Magdum, R., Singh, M., & Kumari, P. (2015).A Study of Ocular
Trauma Profile and Its Visual Outcome in Road Traffic Accidents.NJMR,
211-5.
Gyasi M, Amoaku W, Adjuik M. Epidemiology of hospitalized ocularinjuries in
the Upper East Region of Ghana. Ghana Med J;41 (4) :171-175
Han YS, Kavoussi SC, Adelman RA. 2015. Visual recovery following open globe
injury with initial no light perception. Clinical ophthalmology (Auckland,
N.Z.) 9:1443-8
Ilyas S, S. R. (2014). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
International Labour Organization (ILO). Safety and health in agriculture. Report.
Available at http://www.ilo.org/public/english/standards/r
elm/ilc/ilc88/rep-vi-1.htm. Accessed December 18,2008
Jahangir, T., Butt, N. H., Tayyab, H., & Jahangir, S. (2011). Pattern of Presentation
and Factors Leading to Ocular Trauma.Pakistan Journal of Opthalmology,
96-102.
Karaman K, Gverovic - Antunica A, Rogosic V, Lakos - Krzelj V,Rozga A,
Radocaj-Perko S. Epidemiology of adult eye injuries in Split -Dalmatian
County. Croat Med J 2004;45: 304-30911 Adeyinka O. Eye injuries in
children and adolescents: areport of 205cases. J Natl Med Assoc
2009;101(1) :51-56
Karaman K, Gverovic - Antunica A, Rogosic V, Lakos - Krzelj V,Rozga A,
Radocaj-Perko S. Epidemiology of adult eye injuries in Split -Dalmatian
County. Croat Med J 2004;45: 304-30911 Adeyinka O. Eye injuries in
children and adolescents: areport of 205cases. J Natl Med Assoc
2009;101(1) :51-56
Karaman K, Gverovic - Antunica A, Rogosic V, Lakos - Krzelj V,Rozga A,
Radocaj-Perko S. Epidemiology of adult eye injuries in Split -Dalmatian
County. Croat Med J 2004;45: 304-30911 Adeyinka O. Eye injuries in
children and adolescents: areport of 205cases. J Natl Med Assoc
2009;101(1) :51-56
Karaman K, Gverovic - Antunica A, Rogosic V, Lakos - Krzelj V,Rozga A,
Radocaj-Perko S. Epidemiology of adult eye injuries in Split -Dalmatian
County. Croat Med J 2004;45: 304-30911
Katz J, T. J. (1993). Lifetime prevalance of ocular injuries from Baltimore eye
survey. . Arch Opthalmol, 1564-8.
Kuhn F, M. V. (2002). Eye Injury Epidemiology and Prevention of ophthalmic
Injuries. In P. D. Khun F, Opthalmology (pp. 14-21). New York: Thieme.
50
Laila W, M. S. (2015). Characteristics and Management of Pediatric Ocular
Trauma.Opthalmology Indonesia, 74-9.
Long, J., & Mitchell, R. (2009). Hospitalised Eye Injuries in New South Wales,
Australia. The Open Epidemiology Journal, 2, 1-7.
Megbelayin, E. O., Nkanga, D. G., Ibanga, A., & Okonkwo, S. N. (2016).Pattern
and Causes of Ocular Injuries in Calabar, Cross River State, Nigeria.Journal
of Trauma and Care, 1012.
Meier P. 2010. Combined anterior and posterior segment injuries in children: a
review. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol .248:1207-1219.
Nadeem, S., Ayub, M., & Fawad, H. (2013).Visual Outcome of Ocular
Trauma.Pakistan Journal Opthalmology, 34-9.
National Institute Occupational Safety Health. Eye Safety. Available at
http://www.cdc.gov/niosh/eyesafe.html#1. Accessed December18, 2008.
Negel AD, T. B. (1998). The global impact of eye injuries. . Opthalmology
Epidemiology, 143-69.
Nirmalan PK, K. J. (2004). Ocular Trauma in a Rural South Indian
Population.Opthalmology, 1778-81.
McGowan J, Hall TA, Xie A, Owsley C.2006. Trends in eye injury in the united
states, Invest Ophthalmol Vis Sci. 7(2) 521-527.
Okoye, O. (2006). Eye Injury Requiring Hospitalisation in Enugu Nigeria.Nigerian
Journal of Surgical Research, 34-7.
Omolase, C. O., Ogunleye, O. T., & Themedu, C. O. (2011).Pattern of Ocular
Injuries in Owo, Nigeria.Journal of Opthalmic and Vision Research, 6, 114-
8.
Oum BS MD, L. J. 2004. Clinical Features of Ocular Trauma in Emergency
Department. . Korean Journal Opthalmology, 70-8.
Patockova A, Stermen P, Krasnik V, Olah Z. 2010. Mechanical injuries of the eye.
Bratisl Med J.111(6) 329-335.
Poon A, McCluskey PJ, Hill DA.1999.Eye injuries in patients with major trauma.
J Trauma. 46(3): 494–499.
RS., S. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Keenam.
Jakarta: EGC.
51
Salvin J. 2007.Systematic approach to pediatric ocular trauma.Curr Opin
Ophthalmol 18:366–372.
Sasono W, S. L. (2008). Intralenticular Foreign Body In Penetrating Injury.Jurnal
Oftalmologi Indonesia, 196-9.
Schein OD, H. P. (1998). The spectrum and burden of ocular injury.Opthalmology,
300-5.
Sharath C. Raja, D. J. (2002).Classification of ocular trauma. In P. D. Khun F,
Opthalomology (pp. -). New York: Theime.
Sprince NL, Zwerling C, Whitten PS, Lynch CF, Burmeister LF, Gillette PP, et al.
Farm Activities Associated with Eye Injuries in the Agricultural Health
Study. Journal of Agromedicine.2008; 13: 17-22. 6.
Sugiharto, L. (2006). Sobotta: atlas anatomi manusia. Jakarta: EGC.
Tana L, Delima, H Enny, Gondhowiardjo T. Katarak pada petani dan keluarganya
di Kecamatan Teluk Jambe Barat. Media Penelit dan Pengembang Kesehat.
2006. XVI:4; 43-51 10.
Tortora G. J., Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.12th ed.
John Wiley & Sons.
Tsai, James C. Denniston, Alastair K. Murray, Philip I. Oxford American
Handbook of Ophthalmology.2011. Oxford University Press Inc.p84-85
Vaughan DG; Taylor A; Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta.
2000.
Wong TY, K. B. (2000). The Prevalence and 5-year Incidence of Ocular Trauma. .
Opthalmology, 2196-202.
Wong M, Man R, Gupta P, Sabanayagam C, Wong T, Cheng C. 2017. Prevalence,
subtypes, severity and determinants of ocular trauma: The Singapore
Chinese Eye Study. Br J Ophthalmol 2017; 0:1–6.
Zhang, X., Liu, Y., Ji, X., & Zou, Y. (2017). A Retrospective Study on Clinical
Features and Visual Outcome of Patient Hospitalized for Ocular Trauma in
Cangzhou, China.Hindawi, -.