skripsi ardiansyah h34066019 - repository.ipb.ac.id · waktu dan kesabaran yang telah diberikan...

86
i FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: vuhuong

Post on 11-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA

KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

SKRIPSI

ARDIANSYAH

H34066019

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

ii

RINGKASAN

ARDIANSYAH. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas

Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan). Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di

bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar

maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Dalam

perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi perubahan

secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas kelapa

sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada awalnya

perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka saat ini

(2008) terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik umum petani kebun

plasma di PTP. Mitra Ogan, (2) mengkaji kemitraan inti plasma di PTP. Mitra

Ogan, (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.

Penelitian dilaksanakan di PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)

Jakarta dan PTP. Mitra Ogan Kecamatan Peninjauan, Sumatera Selatan. Waktu

penelitian dilakukan selama bulan November 2008 hingga Februari 2009.

Responden penelitian adalah petani plasma sebanyak 100 orang. Penelitian ini

menggunakan Rank Spearman.

Faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma di

PTP. Mitra Ogan adalah usia, keadaan fisik petani, pelatihan, hubungan dengan

inti, dan pendapatan. Faktor yang paling berhubungan adalah hubungan petani

dengan inti. Oleh karena itu, PTP. Mitra Ogan diharapkan lebih proaktif dalam

melakukan pendekatan dengan petani khususnya dalam melakukan pembinaan.

iii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA

KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

ARDIANSYAH

H34066019

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

iv

Judul : Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja

Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma

PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)

Nama : Ardiansyah

NIM : H34066019

Desetujui,

Pembimbing

Ir. Netty Tinaprila, MM NIP. 132 133 965

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi

NIP. 131 415 082

Tanggal Lulus :

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” Faktor – Faktor

yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa

Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah

H34066019

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 1985. Penulis adalah anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak L. Andalusia dan Ibunda Ida

Sundari.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD XAVERIUS I Baturaja

pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000

di SMP I Baturaja. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN I Jasinga

diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada tahun 2003 di Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan, Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan kuliah dan diterima pada

Departemen Agribisnis, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama Mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengajar pada

bimbingan belajar Sahabat Belajar pada tahun 2007 – 2008. Saat ini penulis

tercatat sebagai karyawan pada Divisi Research & Project pada perusahaan

konsultan bisnis syariah ”Karim Business Consulting” sejak tahun 2008 –

sekarang.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Faktor

– Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma

Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan

Peninjauan, Sumatra Selatan)”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

dengan produktivitas kerja petani plasma PTP. Mitra Ogan.

Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah

H34066019

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rita N. Suryana, MS dan Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen

penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta

memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa

yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

4. Pihak PTP. Mitra Ogan atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan

yang terbaik.

5. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis Mayor

Minor angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga

penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009

Ardiansyah

H34066019

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7

2.1. Perkembangan Kelapa Sawit ......................................... 7

2.2. Karakteristik Kelapa Sawit ............................................ 8

2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN..................................... 13

2.4. Perdagangan Kelapa Sawit............................................. 15

2.5. Produktivitas Kerja ....................................................... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ...................................................... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................... 22

3.1. Kerangka Teori ............................................................. 22

3.1.1. Tenaga Kerja .................................................. 22

3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja ..................... 22

3.2. Kerangka Operasional ................................................... 24

3.2.1. Perumusan Hipotesis ..................................... 26

3.2.2. Definisi Operasional ........................................ 26

IV. METODE PENELITIAN 28

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 28

4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................. 28

4.3. Metode Pengambilan Data ............................................ 28

4.4. Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 29

4.4.1. Analisis Deskriptif ........................................ 30

4.4.2. Korelasi Rank Spearman ............................... 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... 32

5.1. Sejarah Perusahaan ..................................................... 32

5.2. Visi ............................................................................. 32

5.3. Misi ............................................................................ 32

5.4. Tujuan Perusahaan ..................................................... 32

5.5. Strategi Perusahaan ................................................... 33

5.6. Struktur Organisasi .................................................... 33

5.7. Sumber Daya Manusia .............................................. 34

x

5.8. Sarana Pengolahan dan Produk yang Dihasilkan ...... 35

5.9. Perkembangan Kinerja Tahun 2005-2007

dan Juli 2008 ............................................................. 35

5.10. Tingkat Kesehatan Perusahaan ................................ 36

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI .................. 38

6.1. Karakteristik Umum Reponden Petani Plasma ............ 38

6.2. Sistem Kemitraan Inti Plasma PTP. Mitra Ogan ......... 41

6.3. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan

Produktivitas Kerja Petani Plasma .............................. 43

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 56

7.1. Kesimpulan..................................................................... 56

7.2 Saran ............................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 58

LAMPIRAN .................................................................................... 58

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume Ekspor CPO Negara-Negara Pengekspor,

2002-2007 (000 Ton) ............................................................. 1

2. Luas Areal Kelapa Sawit dan Produksi CPO

Indonesia, 2000 – 2008 ............................................................ 2

3. Hak Kewajiban Inti Plasma ...................................................... 4

4. Produktivitas Kebun Sawit (TBS) PTP. Mitra Ogan

2001-2007 ................................................................................. 5

5. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit ........................... 10

6. Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan .............. 11

7. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu .............................. 21

8. Jumlah Kepala Keluarga Per Satuan Pemukiman (SP) ............. 29

9. Komposisi Karyawan Berdasarkan Pimpinan dan Pelaksana ... 34

10. Luas Areal Per Unit Kerja ......................................................... 34

11. Kapasitas Optimal Pabrik ……………………………………. 35

12. Perkembangan Kinerja Komoditas PTP. Mitra Ogan …………. 35

13. Perkembangan Komoditas Karet ............................................... 36

14. Perkembangan Tingkat Kesehatan PTP. Mitra Ogan ................ 37

15. Rekapitulasi Pendapatan Petani Plasma

Januari – Oktober 2008 ........................................................... 41

16. KUD Binaan PTP. Mitra Ogan ................................................ 43

17. Hasil Uji Rank Spearman terhadap Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja ..................... 44

18. Korelasi Usia dengan Produksi ............................................... 45

19. Korelasi Pendidikan dengan Produksi .................................. 46

20. Korelasi Lama Bekerja dengan Produksi ............................... 46

21. Kriteria dalam Faktor Pelatihan .............................................. 46

22. Korelasi Pelatihan dengan Produksi ....................................... 47

23. Korelasi Jumlah Tanggungan dengan Produksi ...................... 47

24. Kriteria dalam Faktor Keadaan Fisik ...................................... 48

25. Korelasi Keadaan Fisik dengan Produksi ............................... 49

xii

26. Kriteria dalam Faktor Lingkungan Kerja ................................ 50

27. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Produksi ......................... 50

28. Kriteria dalam Faktor Hubungan dengan Perusahaan Inti ...... 51

29. Korelasi Hubungan Dengan Inti dengan Produksi .................. 52

30. Kriteria dalam Faktor Hubungan Sesama Petani .................... 52

31. Korelasi Hubungan Sesama Petani dengan Produksi .............. 53

32. Kriteria dalam Faktor Kebijakan Perusahaan ......................... 53

33. Korelasi Kebijakan Perusahaan dengan Produksi .................. 54

34. Kriteria dalam Faktor Pendapatan ......................................... 55

35. Korelasi Pendapatan dengan Produksi ................................... 55

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis ........................................... 14

2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan ..... 18

3. Kurva Isoquant dan Isocost ................................................... 25

4. Alur Kerangka Operasional .................................................... 27

5. Persentase Usia Responden .................................................... 38

6. Persentase Pendidikan Responden ......................................... 39

7. Persentase Lama Bekerja Responden ..................................... 39

8. Persentase Jumlah Tanggungan Responden ........................... 39

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Responden ............................................................ 61

2. Ruang Lingkup Skala Likert ................................................. 67

3. Struktur Organisasi PTP. Mitra Ogan ................................... 73

4. Output SPSS .......................................................................... 74

5. Jawaban Responden .............................................................. 75

6. Dokumen Legal Perjanjian KKPA ........................................ 77

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penerimaan devisa dari ekspor CPO telah mengalami peningkatan,

walaupun peningkatan konsumsi di dalam negeri juga berlangsung dengan pesat.

Dari kecenderungan peningkatan ekspor tersebut, mengindikasikan masih masih

terbukanya peningkatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

Tabel 1. Volume Ekspor CPO Negara-Negara Pengekspor, 2002-2007 (000 Ton)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Malaysia 10,886 12,266 12,575 13,445 14,423 13,747

Indonesia 6,490 7,370 8,996 10,436 12,540 12,530

Papua New

Guinea 324 327 339 295 362 385

Colombia 85 115 214 224 214 290

Singapore * 220 250 237 205 207 188

Cote d'Ivoire 65 78 109 122 109 104

Hong Kong* 318 185 127 39 20 29

TOTAL 19,415 21,911 24,244 26,502 29,996 29,694

Keterangan : * Negara Re-Exporting

Sumber : Oil World Annual (2002 - 2007) & Oil World Weekly (14 December,

2007)1)

Jika dilihat dari tabel 1, maka pada tahun 2007 indonesia masih berada di

urutan kedua di dunia dalam hal negara pengekspor CPO. Akan tetapi,

kemungkinan saat ini Indonesia sudah menjadi Negara produsen CPO nomor 1 di

seluruh dunia. Hal ini bisa saja terjadi karena luas lahan potensial di Indonesia

masih begitu luas dan SDM yang masih banyak.

Perkebunan kelapa sawit yang hingga saat ini semakin luas membutuhkan

masukan tenaga kerja cukup besar. Dengan luas kebun kelapa sawit yang saat ini

mencapai 6,6 juta hektare (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008) diperkirakan

serapan tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit yang sangat besar, belum

termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya seperti sub

1 http://www.palmoilworld.org/Slides/wld.ppt

2

sistem penyedia agro-input, transportasi, pengolahan, pemasaran dan jasa

pendukung lainnya.

Tabel 2. Luas Areal Kelapa Sawit dan Produksi CPO Indonesia, 2000 - 2008

Luas Areal (000 Ha) Produksi CPO (000 ton)

Tahun PR PBN PBS Nasional PR PBN PBS Nasional

2000 1.167 588 2.403 4.158 1.906 1.461 3.634 7.001

2001 1.561 610 2.542 4.713 2.798 1.519 4.079 8.396

2002 1.808 632 2.627 5.067 3.427 1.608 4.588 9.623

2003 1.854 663 2.766 5.283 3.517 1.751 5.173 10.441

2004 2.220 606 2.459 5.285 3.847 1.618 5.366 10.831

2005 2.356 530 2.567 5.454 4.500 1.449 5.911 11.861

2006 2.549 687 3.357 6.594 5.783 2.313 9.254 17.350

2007 2.565 687 3.358 6.611 5.895 2.313 9.254 17.373

2008 2.565 687 3.358 6.611 5.805 2.314 8.990 17.109

Sumber : Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan, 20082)

Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar

maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Awal

tahun 1968, areal kelapa sawit yang semula hanya terbatas di tiga wilayah

(Sumatera Utara, Aceh dan Lampung) saat ini sudah berkembang di 22 daerah

Provinsi. Luas areal tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton,

pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan produksi sekitar 17,3

juta ton CPO (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Selain itu, pemerintah juga

melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).

Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah pengembangan

perkebunan dengan menggunakan Perkebunan Besar sebagai inti dan

membimbing Perkebunan Rakyat sekitarnya sebagai plasma, dalam suatu sistem

kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan

Dalam perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi

perubahan secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas

2 http://ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun

3

kelapa sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada

awalnya perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka

saat ini terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit.

Demikian pula dengan wilayah pengembangan kelapa sawit, yang pada awalnya

terkonsentrasi di lahan kering di pulau Sumatera, saat ini sesuai dengan potensi

yang ada, semakin dikembangkan ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya di

pulau Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Meskipun demikian, masih dijumpai permasalahan yang dihadapi dalam

pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara lain adalah:

a) Rata-rata produktivitas tanaman masih rendah (+ 16,2 ton TBS/ha/th) antara

lain karena usia tanaman yang relatif masih muda, tidak terpenuhinya baku

kultur teknis, pencurian buah dan pengolahan hasil yang belum efisien.

b) Penanganan pasca panen masih jauh dari maksimal. Hasil panen kelapa sawit

belum dimanfaatkan secara optimal dalam upaya meningkatkan diversifikasi

produk.

c) Mutu hasil panen dan produk CPO yang belum sesuai standar.

d) Belum terlibatnya petani/kelembagaan petani dalam pemilikan unit

pengolahan menyebabkan posisi rebut tawar petani rendah.

e) Minat masyarakat yang sangat besar telah mendorong pengembangan

perkebunan kelapa sawit secara swadaya oleh rakyat yang tidak terintegrasi

dengan unit PKS. Kondisi ini menyebabkan petani sangat tergantung kepada

PKS yang ada dengan posisi tawar.

1.2. Perumusan Masalah

PTP Mitra Ogan adalah salah satu anak perusahaan dari PT Rajawali

Nusantara Indonesia yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan

karet yang kebunnya terletak di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi

Sumatera Selatan. PTP Mitra Ogan berdiri pada tahun 1989 yang merupakan

usaha patungan antara PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan PTPN III Medan

yang merupakan langkah diversifikasi dari PT. RNI.

Diawali dengan membangun pembibitan kelapa sawit pada tahun 1988

sampai tahun 1992 di Desa Lunggaian Kabupaten OKU, PTP Mitra Ogan mulai

4

membangun kebun dengan melaksanakan program pemerintah melalui pola PIR-

Trans seluas 10.000 Ha, dengan pembagian Kebun Inti 4000 Ha (40 %) dan

Kebun plasma 6000 Ha (60 %). Secara sederhana kemitraan perusahaan Inti dan

petani plasma dapat digambarkan daham kewajiban dan hak masing-masing

sebagai sebagai berikut :

Tabel 3. Hak Kewajiban Inti Plasma

No. Uraian Perusahaan Inti Petani Plasma

1 Kewajiban 1. Menyiapkan tanaman

yang layak sesuai

penilaian Tim

2. Apalis kredit petani

dalam PIR-Trans

3. Mendirikan PKS

4. Membeli buah petani

yang layak olah

5. Memotongkan hasil

penjualan TBS petani

sebesar 30 % dan

membayarkan cicilan

tsb kepada pihak

kreditor s/d lunas

6. Mengolah buah

7. Menjual hasil olah

1. Menjadi peserta aktif

KUD

2. Merawat tanaman sesuai

standar (terutama

Pengendalian gulma dan

pemupukan)

3. Memanen buah dan

menjual buah ke PKS

yang layak olah

(segar/tidak buah restan

dan matang)

4. Membayar cicilan kredit

sebesar 30 % dari

pendapatan hasil

penjualan buah sampai

lunas

2 Hak 1. Memperoleh Man fee

sebesar 15 % dari total

kredit

Menerima buah dari

petani plasma dengan

jumlah dan kualitas yang

layak bagi PKS

1. Menerima pendapatan

dari penjualan TBS

dengan harga sesuai

jumlah dan kualitas TBS

Pembinaan dari perusahaan

Inti sesuai perkembangan

tanaman

Sumber : PTP. Mitra Ogan 2007

5

Untuk pelaksanaan program kemitraan ini, pihak perusahaan melakukan

pengajuan peminjaman kepada bank untuk membiayai program mulai dari

pembibitan sampai usia tanaman produktif, dalam hal ini sampai usia tanaman

mencapai 4 tahun yang bertepatan dengan penyerahan lahan kepada petani. Dalam

perjanjiannya, hasil penjualan petani dipotong sebanyak 30 % dari total penjualan

untuk membayar kredit kepada bank sampai lunas.

Dalam perjalanannya, petani plasma dapat melunasi kewajibannya dalam

waktu 5-7 tahun sejak diserahkan , lebih cepat dari perkiraan perusahaan yang

mencapai waktu 10 tahun. Di satu sisi program kemitraan ini dapat dikatakan

berhasil, tetapi sejak petani dapat melunasi hutang kewajibannya kesadaran petani

mulai berkurang dalam mengelola kebunnya. Turunnya produktivitas kebun

kelapa sawit ternyata dipengaruhi oleh turunnya produktivitas kerja petani.

Motivasi kerja para petani turun karena merasa sudah melunasi kebunnya. PTP

Mitra Ogan sendiri sudah melakukan penelitian dengan hasil bahwa sepanjang

tahun 2003-2007 para petani hanya melakukan pemupukan hanya sebesar 50 %

dari standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dari pengamatan dan bertanya

kepada pihak perusahaan dan para petani sendiri, pemupukan merupakan hal yang

sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang bagus.

Hasil wawancara kepada pihak PTP. Mitra Ogan menunjukkan bahwa

sejak tahun 2003, petani plasma tidak mampu mengirim buah ke perusahaan inti

sesuai dengan potensi luas tanaman yang ada. Akibatnya Pabrik Kelapa Sawit

(PKS) Perusahaan Inti yang berkapasitas 90 ton TBS/Jam (PKS I 60 ton/Jam dan

PKS II 30 ton/Jam) belum pernah mencapai kapasitas optimalnya, karena hanya

75 % saja yang saat ini dapat dicapai. Jika belum ada perbaikan, maka sebenarnya

perusahaan belum memaksimalkan potensi pabriknya dalam mengolah kelapa

sawit. Penurunan produksi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produktivitas Kebun Sawit (TBS) PTP. Mitra Ogan 2001-2007

Uraian Satuan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Inti (Kg/Ha) 11.863 12.703 14.308 16.894 17.538 19.130 21.915

Plasma (Kg/Ha) 17.298 16.096 14.438 15.908 13.190 14.863 16.313

Sumber : PTP. Mitra Ogan 2008

6

Pada Tabel 4 menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara Kebun Inti

dan Kebun Plasma. Kebun inti dengan luas areal hanya sekitar 35 % dari areal

total mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, dari pada kebun

plasma dengan luas sekitar 65% dari luas total.

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan

penjelasan di atas adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat

produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan perumusan

masalah di atas adalah :

1. Mengkajii karakteristik umum petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan..

2. Mengkaji kemitraan Inti Plasma di PTP. Mitra Ogan.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat produktivitas

kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Pihak perkebunan dalam hal ini PTP. Mitra Ogan, khususnya dalam

mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya peningkatan produksi

melalui peningkatan produktivitas kerja petani kebun plasma.

2. Peneliti, agar dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu

yang diperoleh ke dalam dunia kerja.

3. Penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi yang mengambil topik

serupa.

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Kelapa Sawit.

Menurut Lubis (1992), Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia

dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor

maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat

petani perkebunan di Indonesia.

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara

komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah

umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak

lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama

”sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia.

Bentuk dari hasil panen sawit yang akan diolah disebut tandan buah segar

(TBS). Menurut Lubis (1992), pengolahan TBS sebagai bahan baku menjadi

minyak kasar (CPO) dan inti (kernel) yang bermutu baik adalah tujuan utama dari

pengolahan. Pengolahannya dilakukan menurut tahapan tertentu dan syarat yang

ditentukan. Guna memperoleh mutu yang baik maka syarat-syarat tersebut harus

diikuti dengan seksama dan dilaksanakan sejak di lapangan sampai ke proses

terakhir.

Menurut Pasquali (1995) diacu dalam Wayan (2005), minyak sawit

mentah diproyeksikan akan memegang peranan yang semakin penting untuk

perdagangan dunia. Minyak sawit mentah diproyeksikan akan mengambil alih

peran minyak kedele sebagai komponen terbesar dalam perdagangan minyak

nabati dunia.

Mangoensoekarjo (2003) diacu dalam Yori (2006), menyatakan bahwa

pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit dikenal dengan tiga bentuk utama

usaha perkebunan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta

(PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Walaupun dihadapkan kepada

berbagai hambatan, sejak Pelita I sampai sekarang upaya perluasan areal dan

peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia tetap berlangsung dengan laju

yang cepat.

8

Perusahaan Inti adalah badan usaha berbentuk badan hukum berupa usaha

menengah atau usaha besar milik swasta atau badan usaha milik negara termasuk

badan usaha milik daerah atau koperasi yang melakukan kegiatan usaha di bidang

perkebunan yang bertindak sebagai inti pada PIR BUN. Kebun Plasma adalah

areal kebun yang diperuntukkan bagi petani baik yang dibangun di lahan milik

petani dan atau lahan milik negara dengan tanaman perkebunan oleh perusahaan

inti.Petani Plasma adalah petani yang memiliki lahan untuk dijadikan kebun

plasma dan atau petani yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang 3)

2.2. Karakteristik Sawit

2.2.1. Persyaratan Tumbuh

a. Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di

sekitar lintang utara-selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m dari atas

permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak

memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Data iklim ini perlu

sekali dikatahui dan dipelajari sebaik-baiknya, karena keberhasilan beberapa jenis

pekerjaan tergantung dari iklim. Pekerjaan tersebut misalnya pembakaran pada

pembakaran hutan, penggunaan herbisida, pemeliharaan parit dan jalan,

pemanenan, ramalan produksi. Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi

turun drastis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak

perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis

kegagalan matang tandan.

Pada umumnya areal lahan pengembangan kelapa sawit di sumatra dan

kalimantan memenuhi persyaratan iklim. Jika pola hujan dari masing daerah

berbeda, maka variasi produksi bulanannya juga berbeda karena defisit airnya pun

berbeda. Berikut defisit air tahunan yang telah diklasifikasikan atas beberapa kelas

pada budidaya kelapa sawit.

0 - 150 mm = Optimal

150 - 250 mm = Masih sesuai

250 – 350 mm = Intermediar

3 Keputusan Mentri Pertanian No. : 60/Kpts/KB.510/2/98

9

350 – 400 mm = Limit

400 – 500 mm = Kritis

> 500 mm = Tidak sesuai.

Temperatur yang optimal 240-28

0 C, terendah 18

0 C dan tertinggi 32

0 C.

Kelembapan 80 % dan penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari. Untuk kecepatan angin

5 – 6 km/jam sangat baik dalam membantu proses penyerbukan. Angin yang

terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring.

b. Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,

latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat

fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :

- Solum tebal 80 cm. Solum yan tebal merupakan media yang baik bagi

perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih

baik.

- Tekstur ringan, dihendaki memiliki pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 –

50 %.

- Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang.

- pH tanah sangar terkait pada ketesediaan hara yang dapat diserap oleh akar.

Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 – 8 namun yang terbaik adalah 5 -5,5.

- Kandungan unsur hara tinggi.

C/N mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0,1 %.

Daya tukar Mg = 0,4 – 1,0 me/100 gr.

Daya tukar K = 0,15 – 0,20 me/100 gr.

Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal.

c. Potensi Lahan

Dari berbagai unsur kemampuan lahan yang terpenting adalah iklim,

topografi, keadaan fisik dan kimia lahan, erosi, drainase dan faktor penting

lainnya disusun suatu klasifikasi kemampuan lahan. Disini dibedakan 4 kelas

10

lahan dengan masing-masing potensinya. Tujuan disusunnya klasifikasi potensi

ini adalah :

- Agar sebelum maupun sesudah operasi pembukaan lahan, telah diketahui

hambatan-hambatan yang akan timbul (berasal dari sumber daya alam).

- Agar pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan perencanaan

produksi, perencanaan pabrik, pemasaran dan lain-lain.

Tabel 5. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit

Iklim Baik

(I)

Sedang

(II)

Kurang baik

(III)

Tidak baik

(IV)

Curah hujan (mm)

Defisit air (mm/thn)

Hari terpanjang

Tidak hujan

Temperatur (C)

Penyinaran (jam)

Kelembapan (%)

Tinggi (m)

Topografi

Lereng (%)

Solum (Cm)

Dalam air (cm)

Tekstur

Organik (cm)

Batuan

Erosi

Drainase

Banjir

Pasang surut

2000-2500

0-150

<10

22-33

6

80

0-400

Datar-ombak

0-15

>80

>80

1-11i

5-10

Dalam

t.a

baik

t.a

t.a

1800-2000

150-200

<10

22-33

6

80

0-400

Datar-glmbg

16-25

80

60-80

Lip-li

5-10

Dalam

t.a

baik

t.a

t.a

1500-1800

250-400

<10

22-33

<6

<80

0-400

Berbukit

25-36

60-80

50-60

Plli

5-10

Dalam

t.a

agak baik

t.a

t.a

<1500

>400

<10

22-33

<6

<80

0-400

Curam

>36

<60

40-50

P

>5

Hambat

Sedikit

Agak baik

Sedikit

Ada

Sumber : Kudadiri, A.D., Purba, P dan Adlin Lubis (1982) : Kesesuaian

tanah dan iklim untuk tanaman kelapa sawit.

Klasifikasi memunculkan 4 tingkat lahan yang disusun menurut sifat fisik

tanah dan iklimnya. Dalam kenyataannya biasanya terpakai hanya 3 kelas saja

karena kelas 4 biasanya tidak terpilih. Adapun potensi produksi dari masing-

11

masing kelas lahan tersebut ditentukan oleh keunggulan dari bahan tanaman yang

digunakan dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.

Tabel 6. Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan.

Umur Prod. Tandan

(ton/ha/thn)

Prod. Minyak

(ton/ha/thn)

Prod. Inti

(ton/ha/thn)

I II III I II III I II III

10 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6

11 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6

12 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6

13 31.5 29.5 26.5 7.6 7.1 6.4 1.9 1.8 1.6

14 31.5 28.5 25.5 7.6 6.8 6.1 1.9 1.7 1.5

15 30.0 27.5 25.0 7.2 6.6 6.0 1.8 1.7 1.5

16 29.0 26.5 24.0 7.0 6.4 5.8 1.7 1.6 1.4

17 28.0 26.0 23.0 6.7 6.2 5.5 1.7 1.6 1.4

18 27.0 24.5 22.5 6.5 5.9 5.4 1.6 1.5 1.4

19 26.0 23.5 21.0 6.2 5.6 5.0 1.6 1.4 1.4

20 25.0 22.5 20.5 6.0 5.4 4.9 1.5 1.4 1.2

21 23.5 21.5 19.5 5.6 5.2 4.7 1.4 1.3 1.2

22 22.0 20.5 28.5 5.3 4.9 4.4 1.3 1.2 1.1

23 21.0 19.5 17.5 5.0 4.7 4.2 1.3 1.2 1.1

24 19.5 18.5 17.0 4.7 4.4 4.1 1.2 1.1 1.0

25 18.5 17.5 16.5 4.4 4.2 4.0 1.1 1.1 1.0

Sumber : Lubis, Adlin U (1990) : Potensi produksi kelapa sawit Dxp di Indonesia.

Bull. PP-Marihat vol 10 No. 2, P. Siantar (182)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa lahan kelas I memiliki potensi

produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang tinggi dibanding dua kelas lainnya.

Produktivitas ini dapat dilihat dari rendemen minyak inti yang paling tinggi.

Taniputra (1990) menyatakan bahwa produksi minyak dari suatu areal ditentukan

oleh produksi tandan dan rendemen minyak. Untuk memperoleh produksi minyak

yang maksimum dengan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, maka pada

kegiatan panen dan transport harus menerapkan peraturan panen yang tepat dan

12

adanya koordinasi yang baik antara petugas lapangan yaitu petugas yang

mengatur panen dan pemeliharaan jalan kebun, tempat pengumpulan hasil (TPH),

pasar pikul dan pengupasan serta petugas transport dan petugas di pabrik.

.

2.2.2. Kegunaan Kelapa sawit

Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging

buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan dan dikenal

sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), dan minyak yang berasal

dari inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Komposisi minyak inti sawit ini

hampir sama dengan minyak yang berasal dari kelapa. Dari keduanya dapat dibuat

berbagai jenis produk lainnya. Pabrik pengolahannya disebut refineri dan

ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi beberapa jenis minyak, ada yang sudah siap

pakai dan ada yang harus diproses lagi untuk menjadi produk lain. Disamping

minyak atau bahan solid lain, maka akan keluar juga beberapa padatan lainnya

yang dapat langsung dipakai atau harus diproses lebih lanjut. Secara umum

kegunaan minyak sawit terdiri dari :

a) Bahan makanan.

Dari minyak sawit dapat dibuat untuk bahan makanan seperti mentega, lemak

untuk masak, bahan tambahan colat, pembuatan es krim, makanan ternak,

pembuatan asam lemak lainnya. Menurut Lubis (1992), bila minyak kelapa

sawit dibuat menjadi minyak goreng, maka kandungan kolesterolnya lebih

rendah dari minyak kedelai dan minyak jagung. Kandungan kolesterol minyak

sawit rata-rata hanya 16 ppm, sedangkan minyak kedelai dan minyak jagung

masing-masing 28 ppm dan 50 ppm.

b) Kosmetika dan obat.

Cream, shampo, lotion, pomade dan lain-lain banyak berasal dari kelapa sawit

demikian pula vitamin A. Minyak sawit sangat mudah diabsorbsi kulit

dibanding dengan minyak lainnya.

c) Industri berat dan ringan.

Pada industri kulit dipakai sebagai pelembut dan fleksibel. Pada industri

tekstil juga dipakai karena mudah dihilangkan. Sebagai pelumas, minyak

sawit ini cukup baik karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, cold

13

rolling dan fluxing agent pada industri kawat, industri perak dan sebagai

flotasi pada pemisahan biji tembaga dan cobalt. Pada industri ringan dipakai

sebagai sabun, semir sepatu, lilin, detergent, tinta cetak dan lain-lain.

2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN

Konsep kemitraan agribisnis sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam

implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan

implementasi tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku baik

pelaku agribisnis hulu (petani) maupun pelaku agribisnis hilir (investor yang

bermitra dengan petani. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang

berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun

swasta.

Tantangan pengembangan kemitraan agribisnis diperkirakan akan

membawa berbagai implikasi bagi perkembangan pertanian di Indonesia. Menurut

Sumardjo (2004), memasuki era globalisasi, pengembangan kemitraan agribisnis

akan menghasilkan beberapa peluang antara lain sebagai berikut.

a. Peningkatan volume pasar.

b. Harga jual produk yang lebih kompetitif.

c. Harga sarana produksi yang lebih terjangkau.

d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Modal investasi.

f. Peningkatan efisiensi akibat relokasi sumber daya dan dorongan persaingan.

Gambar 1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis

Sumber : Sumardjo (2004)

Pengusaha

Petani

Pemasaran

14

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa sebenarnya konsep kemitraan

agribisnis menjadikan salah satu pilihan yang prospektif bagi pengembangan

iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa yang akan datang. Hal tersebut

dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat

menjembatani kesenjangan antar subsistem dalam bisnis hulu-hilir (produsen-

industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen).

Di dalam SK. Mentri Pertanian No. 668 Tahun 1986 dijelaskan bahwa

definisi Perkebunan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah pola untuk

mewujudkan perpaduan usaha, dengan sasaran perbaikan keadaan sosial ekonomi

peserta, didukung oleh suatu sistem pengelolaan usaha dengan memadukan

berbagai kegiatan produksi pengelolaan usaha dengan memadukan berbagai

kegiatan produksi pengelolaan dan pemasaran hasil, dengan menggunakan

perkebunan besar sebagai inti dalam suatu sistem kerjasama yang saling

menguntungkan.

Menurut Nuhung (2003), Perusahaan inti rakyat dilaksanakan berazaskan

golongan yang kuat wajib membantu golongan yang lemah di dalam usahanya

untuk mencapai tujuan masing-masing. Sebagai perusahaan inti adalah perusahaan

negara atau swasta yang ditetapkan berdasarkan SK. Mentri Pertanian. Petani

peserta merupakan plasma dari sistem perkebunan yang dikembangkan. Petani

plasma berfungsi sebagai unit produksi kecil yang terhimpun dalam suatu sistem

kerja sama sehingga dapat diterapkan usaha pembakuan produksi, mutu dan

keserasian proses produksinya. Petani plasma melaksanakan kegiatan sehari-hari

pada lahan miliknya bersama seluruh tenaga kerja keluarganya. Keluarga petani

plasma juga dapat menjadi sumber tenaga kerja bagi kegiatan perusahaan inti.

Menurut Nuhung (2003), tujuan PIR-BUN tidak terlepas dari tujuan

pembangunan nasional, yaitu menciptakan struktur perekonomian yang seimbang

dengan industri yang kuat yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Secara

spesifik tujuan pembangunan PIR-BUN antara lain senagai berikut :

a. Meningkatkan produksi komoditi perkebunan baik kualitas maupun kuantitas

sebagai penghasil devisa dari ekspor non migas.

b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani perkebunan.

15

c. Mempercepat proses alih teknologi budi daya perkebunan dan manajemen

usahatani dari inti ke plasma.

d. Membantu pemerataan penyebaran penduduk secara nasional/regional.

e. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.

f. Meningkatkan penyediaan lapangan kerja

g. Mendorong perkembangan industri hulu dan industri hilir.

h. Upaya pemanfaatan sumber daya lahan dan manusia secara optimal

2.4. Perdagangan Sawit

Seiring dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam

tatanan ekonomi dunia, ketidak pastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika

perekonomian global yang harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Adanya

kecenderungan fluktuasi harga CPO, maka dunia usaha Indonesia termasuk

produsen baik yang besar maupun yang kecil dan kelompok tani berusaha

mencari, mendalami dan meningkatkan aktivitas pengelolaan resiko agar

terlindungi dari resiko yang dapat merugikan mereka.

Ramiaji (2008) menyatakan bahwa penawaran domestik CPO Indonesia

memiliki hubungan yang negatif dengan harga CPO domestik. Dengan

peningkatan penawaran domestik maka harga domestik akan menurun. Harga

pasar domestik akan turun akibat terdapat banyak pasokan CPO di pasar. Produksi

CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif terhadap harga domestik CPO di

Indonesia. Apabila produksi CPO Indonesia meningkat, maka penawaran CPO di

pasar domestik akan meningkat. Harga CPO Indonesia periode sebelumnya

mempunyai hubungan yang positif dengan harga domestik CPO Indonesia. Harga

minyak kelapa tidak memiliki hubungan dengan harga domestik CPO Indonesia.

Hal ini menunjukan minyak kelapa tidak mempengaruhi penawaran ekspor CPO

domestik. Minyak kelapa dan CPO memiliki segmen pasar yang berbeda.

Menurut Suganda (2006), dalam waktu 2004 – 2006 harga CPO di pasar

fisik dan berjangka secara umum mengalami trend penurunan harga. Penurunan

harga CPO selama dua tahun tersebut disebabkan faktor suplai yang berlebih.

Malaysia yang merupakan negara produsen CPO nomor satu dunia, mengalami

kelebihan stok hingga sebanyak 1,4 juta ton pada Desember 2004.

16

2.5. Produktivitas Kerja

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan

operasional. Secara filosofis produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap

mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Menurut

Arfida (2003), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai

(keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan

persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat

terwujud dalam empat bentuk, yaitu :

a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber

daya yang lebih sedikit.

b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang kurang.

c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang sama.

d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan

sumber daya yang relatif lebih sedikit.

Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa faktor produksi, seperti

tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri.

Dalam hal ini, peningkatan produktivitas faktor manusia merupakan sasaran

strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat bergantung

pada kemampuan manusia yang memanfaatkannya (Simanjuntak, 1985). Melalui

pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat

dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu :

a. Kualitas dan kemampuan fisik karyawan.

Kualitas dan kemampuan dipengaruhi tingkat pendidikan, latihan, motivasi,

etos kerja, mental dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan

pengetahuan bukan hanya yang langsung dengan pelaksanaan, tetapi juga

landasan untuk mengambangkan diri serta kemampuan memanfaatkan

semua sarana yang ada dari sekitar kita untuk kelancaran pelaksanaan

pekerjaan. Latihan melengkapi pekerja dengan keterampilan dan cara-cara

menggunakan peralatan kerja. Motivasi, etos dan sikap kerja yang

berorientasi kepada produktivitas membutuhkan waktu yang lama dan

17

memerlukan teknik tertentu, antara lain menciptakan iklim dan lingkungan

kerja yang menyenangkan dan hubungan yang serasi. Kemampuan fisik

memerlukan perhatian, terutama karena tingkat upah rendah, sehingga

pemenuhan gizi dan kesehatan pekerja umumnya terbatas.

b. Sarana pendukung

Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas dikelompokkan

menjadi 2 yaitu : Pertama, menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi

dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat

keselamatan dan kesehatan, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

Kedua, menyangkut kesejahteraan pekerja yang terjamin dalam sistem

pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan hidup.

c. Supra sarana

Menyangkut hubungan antara pengusaha dan pekerja yang mempengaruhi

kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kemampuan manajemen dalam

menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan menciptakan sistem

kerja yang optimal akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja.

Peran manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas, yaitu

dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi,

menerapkan fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja dan

pembagian kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan, serta

menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

18

Gambar 2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan

Sumber : Simanjuntak (1985)

Menurut Atmosoeprapto (2000), upaya peningkatan kualitas dan

produktivitas sumberdaya manusia terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, salah

satunya adalah pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya

manusia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan

manusia sesuai dengan potensi yang dapat dicapai sehingga kinerjanya akan

meningkat, dan pada akhirnya akan memberikan sumbangan besar bagi

peningkatan produktivitas.

Menurut Lubis (1994), manajemen perkebunan dituntut agar dapat

mengelola sumber daya manusia yang jumlahnya dapat dapat mencapai ribuan

orang, mampu meningkatkan produktivitas, menciptakan kondisi serasi,

menanamkan rasa memiliki dan mampu menggiring untuk bersama-sama

Supra Sarana :

- Kebijakan pemerintah

- Hubungan industrial

Manajemen

Karyawan :

- Pendidikan

- Latihan

- Etos kerja

- Sikap mental

- Fisik

Lingkungan kerja &

Sarana Penunjang :

- Teknologi

- Sarana Produksi

- Kesehatan dan

keselamatan kerja

Kesejahteraan :

- Upah

- Jaminan sosial

- Keamanan

Peningkatan Produktivitas

Karyawan Perusahaan

19

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini manajemen

harus dapat membagi tugas di masing-masing lini dan harus peka terhadap stiap

perubahan sehingga dituntut agar selalu bekerja efisien dan efektif.

Suratiyah Ken (2006) menyatakan bahwa efisiensi tenaga kerja atau sering

disebut produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah

produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas usaha.

a) Memperhatikan produksi.

Produktivitas dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut.

Produktivitas = Jumlah produksi per ha

Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha

b) Memperhatikan penerimaan per hari kerja.

Penerimaan per hari kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.

Penerimaan per hari kerja = Jumlah produk fisik x harga per ha

Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha

c) Memperhatikan luas lahan/usaha.

Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.

Produktivitas tenaga kerja = Luas usahatani

Jumlah Tenaga kerja yang dicurahkan per hari

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yori Akmal (2006) tentang produktivitas

tenaga kerja menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja

pada industri kerupuk sanjai di Bukit Tinggi hanya empat variabel bebas yaitu,

jenis kelamin, upah, status pekerjaan, dan alokasi waktu kerja. Pertama, jenis

kelamin bernilai positif yang berarti tenaga kerja laki-laki lebih produktif

dibanding tenaga kerja perempuan. Kedua, upah yang diterima dari industri

bernilai positif yang berarti semakin tinggi upah, maka produktivitas tenaga kerja

semakin meningkat. Ketiga, dummy status pekerjaan bernilai positif yang berarti

tenaga kerja yang bekerja penuh lebih produktif dibandingkan yang bekeja

sampingan pada industri kerupuk sanjai. Sedangkan keempat, alokasi waktu kerja

bernilai negatif yang berarti penambahan jam kerja akan menurunkan

20

produktivitas tenaga kerja tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

linier berganda.

Menurut Dodi Prasetya (2006), tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan motivasi karyawan di pabrik kelapa sawit meliputi faktor internal dan

eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan

jumlah tanggungan keluarga. Faktor eksternal meliputi hubungan atasan bawahan,

hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja,

kompensasi serta pengakuan dan perhargaan. Anlaisis ini menggunakan uji

korelasi variabel.

Wiwit (2004) melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja pemetik teh. Hasil pengujian menyatakan bahwa faktor yang

berpengaruh kuat terhadap tingkat produktivitas kerja pemetik teh secara statistik

adalah usia, jenis kelamin, jarak ke tempat pemetikan dan jumlah pendapatan

keluarga. Sedangkan nilai elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja pemetik teh mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah

alokasi waktu kerja, jumlah pendapatan keluarga, usia, jarak ke tempat pemetikan,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, persepsi hubungan dengan sesama pemetik,

status pekerjaan dan pengalaman kerja.

Kurniawan (2006) melakukan penelitian tentang stratregi Pengembangan

Kelapa Sawit di PTPN VIII, Banten. Penelitian ini menggunakan alat analisis

SWOT dan QSPM. Ada 9 faktor kekuatan internal yaitu (1) hubungan baik antar

karyawan, (2) penjualan CPO dan kernel menghasilkan laba besar bagi PTPN VIII

tahun 2003, (3) Kualitas CPO dan Kernel sesuai standar Deptan, (4) Adanya

pembangunan pabrik baru, (5) Adanya penambahan areal sawit, (6) Lokasi pabrik

strategis, (7) Pemasaran hasil dan kernel sejalan sesuai dengan kemampuan

pabrik, (8) Kesejahteraan karyawan diperhatikan, (9) PTPN VIII banyak bekerja

sama dengan lembaga penelitian. Kelemahan ada 6 faktor yaitu (1) Pabrik

pengolahan kurang efektif dan efisien, (2) kurang bahan baku (TBS), (3)

Perkebunan sawit kelas 3, (4) Umur sawit sudah tua, (5) Pemanfaatan limbah hasil

industri belum maksimal, (6) kurangnya disiplin kerja. Adapun peluang yang ada

terdiri dari (1) pajak ekspor turun, (2) PIR membantu PTPN VIII meningkatkan

produksi, (3) Permintaan CPO di luar dan di dalam negeri meningkat, (4)

21

Penemuan baru dalam budidaya, (5) Minyak sawit ramah lingkungan, (6) Produk

sawit masih lebih baik dari pada subtitusinya. Sedangkan untuk ancaman yaitu (1)

Pembatasan ekspor, (2) Campur tangan pemerintah dalam penentuan harga CPO,

(3) Keamanan dalam negeri belum stabil, (4) Kampanye anti minyak sawit, (5)

Persaingan dalam industri CPO dan kernel ketat, (6) Persaingan dalam mendapat

TBS, (7) Mudahnya masuk ke dalam industri sawit. Dari hasil analisis matriks IE

maka strategi yang terbentuk berada pada kuadran 5, yaitu strategi pertahanan dan

pemeliharaan.

Tabel 7. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu.

Nama Penulis Tahun Tema Alat analisis

Yori Akmal 2006 Faktor yang mempengaruhi

produktivitas pada industri

kerupuk sanjai di Bukit Tinggi

Analisis

regresi linier

berganda

Dodi Eka Prasetya 2006 Faktor yang berhubungan dengan

motivasi karyawan di pabrik

kelapa sawit

Uji korelasi

variabel Rank

Spearman

Wiwit Tresnowati 2004 Faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja pemetik teh

Uji linier

berganda

Arfan Chandra

Suganda

2006 Strategi Pengembangan Bisnis

Kelapa Sawit pada PTPN. VIII

Banten

SWOT

Perbedaan dengan penelitian terdahulu meliputi tempat penelitian, waktu,

alat analisis dan komoditas yang diteliti. Dengan Penelitian Yori dan Wiwit

terdapat perbedaan tujuan, sehingga alat analisisnya berbeda. Persamaannya

adalah subjek yang diteliti memiliki persamaan yaitu produktivitas kerja. Dengan

Dodi memiliki persamaan tujuan yaitu mencari hubungan (korelasi) variabel,

hanya saja perbedaannya terletak pada objeknya yaitu motivasi. Penelitian

Suganda jika dihubungkan dengan penelitian ini hanya memiliki objek penelitian

yang sama, selain itu tidak nampak persamaan.

22

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teori

3.1.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi kegiatan pertanian.

Suratiyah Ken (2006) menyatakan bahwa kelangkaan tenaga kerja berakibat

mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,

produktivitas dan kualitas produk. Pada perusahaan pertanian, peranan tenaga

kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga

(teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu

yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Hal-hal yang

mempengaruhi tenaga kerja dalam bekerja yaitu sistem upah yang diterima para

pekerja. Sistem upah terdiri dari sistem borongan sesuai perjanjian pemberi kerja

dengan pekerja, sistem waktu yang berdasarkan lamanya waktu pekerja, dan upah

premi dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja.

a) Lamanya waktu bekerja.

b) Kehidupan sehari-hari pekerja yang dapat dilihat dari makanan, gizi,

perumahan, kesehatan serta keadaan lingkungan.

c) Kecakapan dalam bekerja.

d) Umur tenaga kerja, sehingga menentukan prestasi kerja seseorang. Menurut

Tscajanov diacu dalam Hadisapuetro (1973), besarnya prestasi kerja tenaga

kerja keluarga dipengaruhi oleh perbandingan antara besarnya konsumen

(pemakai) dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia.

3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja

Hubungan faktor-faktor adalah hubungan antara faktor produksi yang satu

dengan faktor produksi yang lainnya. Untuk memperoleh suatu produksi, petani

dapat menggunakan bermacam-macam faktor produksi dalam berbagai

kombinasinya. Dari berbagai kombinasi tersebut harus dipilih kombinasi yang

akan memberikan keuntungan tertinggi.

Hubungan antara faktor produksi satu dengan yang lainnya bila ditinjau

dari segi daya subtitusinya dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

23

a) Hubungan dengan daya subtitusi tetap, yakni bila penambahan faktor produksi

yang satu akan menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain dalam

jumlah tetap dan jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah.

b) Hubungan komplementer, yaitu apabila pemakaian faktor produksi yang satu

lebih besar dari seharusnya tidak akan mempengaruhi produk yang dihasilkan.

c) Hubungan dengan daya subtitusi berkurang, yakni apabila salah satu faktor

produksi dapat mensubtitusi faktor produksi yang lainnya, tetapi jumlah yang

dapat disubtitusi tersebut semakin lama menjadi semakin kecil.

Hubungan antara satu macam output dengan banyak input digambarkan

dengan isoquant yang merupakan garis untuk tingkat produksi tertentu pada

berbagai kombinasi input X1 dan X2. Besarnya sudut kemiringan isoquant

menggambarkan besarnya daya subtitusi X1 terhadap X2 untuk memproduksi

tingkat produksi yang sama disebut Marginal Rate of Technical Subtitution

(MRTS). Sedangkan Isoproduct adalah kurva yang menghubungkan kombinasi

antara faktor produksi ( L & K ) yang mampu memproduksi sejumlah barang

tertentu. Sifat Isoproduct sama dengan Kurva Indiferent. Isocost adalah garis yang

menghubungkan kombinasi faktor – faktor produksi ( K & L ) pada tingkat

pengeluaran biaya tertentu.Seperti dalam budget line. Isocost mempunyai daerah

yang feasible.Titik optimum tercapai apabila MRST ini sama dengan

perbandingan harga faktor produksi.

K

A

Isoquant

L

Isocost

Gambar 3. Kurva Isoquant dan Isocost

K

L

K

LLK

MP

MP

P

PMRTS −=−=

24

Titik optimum terbentuk ketika berada pada titik A. Apabila

poduktivitas meningkat, tetapi dengan modal dan tenaga kerja yang tetap,

maka akan menguntungkan petani karena dengan biaya relatif tidak berubah

pula.

3.2. Kerangka Operasional

Produktivitas kebun plasma sejak tahun 2003 semakin menurun

dibandingkan kebun inti. Padahal dari tahun 1993 samapai 2003, kebun plasma

memiliki produktivitas lebih tinggi dari inti. Dengan asumsi keadaan alam, teknik

perkebunan, waktu penanaman yang sama, idealnya produktivitas kebun plasma

dan inti tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun.

Mitra Ogan telah mengkaji penyebab penurunan produktivitas tanaman

petani plasma dengan hasil adalah rendahnya petani yang melakukan perawatan

tanaman, terutama pemupukan. Perusahaan menyatakan bahwa pemupukan oleh

petani plasma dilakukan hanya 50 % dari kebutuhan optimal pemupukan. Untuk

itu perlu dilakukan pengkajian untuk melihat apa yang menyebabkan petani

plasma menurun produktivitas kerjanya.

Pengkajian ini bisa dilihat dari faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi produktivitas kerja petani plasma. Faktor internal terdiri dari usia,

pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan dan kemampuan fisik.

Faktor eksternal terdiri dari lingkungan kerja, hubungan dengan perusahaan,

hubungan sesama petani, kebijakan perusahaan dan pendapatan. Kemampuan

yang baik dan motivasi kerja yang tinggi yang akan melahirkan produktivitas

petani plasma yang diharapkan perusahaan, sehingga optimalisasi produksi dapat

tercapai

25

Gambar 4. Alur Kerangka Operasional

Tujuan Perusahaan

Karakteristik

Petani Plasma

Internal :

1. Usia

2. Pendidikan

3. Pengalaman

4. Pelatihan

5. Jumlah Tanggungan

6. Kemampuan Fisik

Faktor yang

Berhubungan

dengan

Produktivitas

Kerja Petani

Plasma

Produktivitas Kebun Plasma Mitra

Ogan Menurun

Eksternal :

1. Lingkungan kerja

2. Hubungan dengan

Perusahaan

3. Hubungan dengan

Sesama Petani

4. Kebijakan Perusahaan

5. Pendapatan

Rekomendasi

Kepada Perusahaan

Produktivitas Kebun Plasma Mitra

Ogan Menurun

26

3.2.1. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian, perumusan masalah,

diagram, pustaka dan kerangka pemikiran, maka selanjutnya dapat dirumuskan

jawaban yang menyatakan adanya hubungan diantara variabel-variabel tertentu

yang disebut hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

hubungan positif yang nyata antara faktor-faktor internal dan eksternal terhadap

produktivitas kerja petani plasma yang diukur dengan jumlah produksi dalam

satuan Kg/Ha

3.2.2. Difinisi Operasional

Produktivitas kerja adalah tingkat kemampuan tenaga kerja dalam

menghasilkan produk. Ini dapat dilihat dari jumlah output (TBS/Ha) dibandingkan

luas lahan per hektar dalam satuan waktu.

Perusahaan Inti adalah badan usaha berbentuk badan hukum berupa usaha

menengah atau usaha besar milik swasta atau badan usaha milik negara termasuk

badan usaha milik daerah atau koperasi yang melakukan kegiatan usaha dibidang

perkebunan yang bertindak sebagai inti pada PIR BUN. Petani plasma adalah

petani yang memiliki lahan untuk dijadikan kebun plasma dan atau petani yang

ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

Tingkat usia responden diukur berdasarkan usia responden saat

diwawancara. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini berdasarkan kelulusan para

petani dalam jenjang pendidikan formal, yaitu SD, SMP SMA, perguruan tinggi.

Pelatihan yang diikuti dapat dilihat dari jumlah pelatihan dan dampak

pelatihan yang telah dilakukan. Jumlah pelatihan dapat dibagi menjadi 4 bulan, 8

bulan, 12 bulan dan lebih dari setahun yang diikuti oleh petani. Sedangkan

dampak pelatihan diukur dari pengaruh pelatihan terhadap pekerjaan.

Pengalaman dapat diukur dari lama bekerja, yang dibagi menjadi 3

bagiaan yaitu 1-5 tahun, 6-10 tahun dan 11-20 tahun.

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang

dibiayai. Anggota keluarga terdiri dari istri dan anak. Tanggungan ini dapat dibagi

berdasarkan jumlah tanggungan yaitu, 1-3 orang, 4-5 orang dan 6-10 orang

27

Keadaan fisik dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari,

jumlah istirahat dan olah raga. Makanan yang dikonsumsi dapat dilihat dari menu

makanan yang dikonsumsi, mulai dari yang bergizi samapi yang tidak bergizi.

Waktu istirahat dapat dilihat dari jumlah istirahat yang dilakukan petani setiap

harinya, yang dibagi menjadi >10 jam, 8-10 jam, 4-8 jam dan kurang dari 4 jam.

Lingkungan kerja adalah kondisi fisik dan sosial yang menyenangkan di

tempat kerja. Pengukurannya dilakukan berdasarkan keamanan, sarana produksi,

sarana publik. Ketenangan dinilai dari dari hambatan-hambatan yang terjadi

selama bekerja, meliputi cuaca, kebakaran, pencurian. Sarana produksi dinilai dari

kemudahan memperoleh input produksi. Sedangkan sarana publik dinilai dari

keadaan sarana pendidikan, kesehatan, listrik, jalan.

Hubungan dengan perusahaan adalah interaksi yang terjadi antara

manajemen perusahaan inti dengan petani. Hubungan ini meliputi komunikasi,

perhatian dari perusaaan tentang kemajuan kebun, keluarga, ide dan saran dari

petani, dan pemberian kritik terhadap kerja petani.

Hubungan sesama petani yaitu interaksi yang terjadi antara petani seperti

pemberian dukungan dan semangat kerja, bantuan, kerjasama, kritikan dari

sesama petani. Hubungan ini bukan hanya antara petani dengan petani saja, tetapi

juga antar keluarga petani.

Kebijakan perusahaan adalah ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan.

Hal yang mencakupnya antara lain lama bekerja, perjanjian kesepakatan,

pemberian sanksi, standar operasional dari perusahaan dan kebijakan pemberian

pembinaan.

Pendapatan tercermin dari mutu kehidupan para petani. pendapatan

meliputi pendapatan dari kebun, pendapatan di luar kebun.

Semua faktor memiliki pembatasan yang jelas pada setiap skala likertnya.

Batas-batas tersebut diambil dari keadaan aktual yang terjadi di lapangan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.

28

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Rajawali Nusantara Indonesia ( RNI )

yang berlokasi di Jakarta dan Perkebunan Kelapa Sawit PTP. Mitra Ogan yang

berlokasi di Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera

Selatan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan

karet. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan bahwa PTP. Mitra Ogan merupakan salah satu perkebunan

milik negara yang besar dalam mengolah kelapa sawit dan karet, serta

penyumbang laba bersih terbesar dari semua anak perusahaan RNI (Rajawali

Nusantara Indonesia) Grup pada tahun 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan November 2008 – Maret 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden

berdasarkan kuisioner yang telah disipakan dan pengamatan langsung di lapangan.

Kuisioner berisi pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang

diduga mempengaruhi produktivitas kerja petani kebun plasma yang terdapat di

PTP. Mitra Ogan. Selain kuisioner juga diperoleh data perusahaan mengenai

sejarah awal berdirinya perusahaan, jumlah karyawan dan struktur organisasi.

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang berasal dari Dirjen

Perkebunan, literatur yang mendukung, buku-buku yang memuat teori dan hasil-

hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Data

Jumlah kepala keluarga yang menghuni 8 Satuan Pemukiman (SP) yang

mengelola kebun plasma bejumlah 3000 orang.. Jumlah responden yang diambil

dalam penelitian ini 100 orang. Dalam penunjukan sampel setiap SP, penelitian

ini menggunakan teknik convinience sampling.

29

Tabel 8. Jumlah Kepala Keluarga Per Satuan Pemukiman (SP)

Tempat Jumlah Kepala

Keluarga

% dari Total Jumlah Responden

SP 1 300 10 10

SP 2 310 10,3 10

SP 3 440 14,6 15

SP 4 465 15,5 15

SP 5 375 12,5 13

SP 6 262 8,73 9

SP 7 360 12 12

SP 8 488 16,26 16

Total 3000 100 100

Sumber : PTP. Mitra Ogan

Setiap SP diambil sesuai dengan persentase proporsional dari jumlah total

kepala keluarga yang mendiami SP. Semakin besar jumlah kepala keluarga di

suatu SP, maka semakin besar jumlah responden yang diambil. Responden

diambil acak dari masing-masing SP.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan

Software Statistical Program for Social Science (SPSS) untuk memperoleh

kesimpulan. Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik.

Pengumpulan data dengan skala ordinal diolah dengan menggunakan uji korelasi

Rank Spearman. Untuk analisis data berupa hasil wawancara, observasi serta data

sekunder lainnya dianalisis terbatas pada teknik membaca grafik, tabel, diagram

dan gambaran kondisi lapang yang kemudian dianalisis kembali.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert,

dengan ketentuan sebagai berikut :

Sangat baik : 4

Baik : 3

Tidak baik : 2

Sangat Tidak Baik : 1

30

Alasan menggunakan skala likert dengan 4 tingkat adalah untuk

menghindari jawaban yang samar. Artinya dengan skala 4 tingkatan, terdapat

kepastian perbedaan yang jelas antara jawaban.

4.4.1. Analisis deskriptif

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif

baik kuantitatif maupun kualitatif. Langkah awal dalam analisis ini membuat tabel

frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Data karakteristik,

produktivitas dikelompokan berdasarkan jawaban, ditabulasikan kemudian

dipersentasekan.

4.4.2. Korelasi Rank Spearman

Korelasi Spearman Rank digunakan utnuk mencari hubungan atau untuk

menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang

dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data anta variabel tidak harus sama (

Sugiono, 2007). Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

rs = 1- 6∑ di2

n3 – n

Dimana :

rs = koefisien korelasi Rank Spearman.

di = Selisih besarnya rank dari peubah X dan Y

n = Jumlah contoh

Besarnya nilai terletak antara -1 < rs < 1, artinya :

rs = 1, hubungan X dan Y sempurna posiitif (mendekati 1, hubungan sanat kuat

dan positif)

rs = -1, hubungan X dan Y sangat sempurna negatif

rs = 0, X dan Y lemah sekali dan tidak ada hubungan.

31

Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi digunakan ketentuan sebagai

berikut :

- r mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan searah

- r mendekati -1, maka hubungan sangat kuat tetapi tidak searah

- r bernilai dibawah 0,5 atau – 0,5 maka hubungan kurang kuat

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan,

diajukan hipotesa sebagai berikut.

H0 = Tidak terdapat hubungan nyata antar faktor yang berhubungan dengan

produktivitas petani plasma.

H1 = Terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan

produktivitas petani plasma.

Keputusan pengujian adalah sebagai berikut :

a. Terima Ho, jika nilai signifikan > 0.05, artinya tidak terdapat hubungan nyata

antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plasma.

b. Tolak Ho, jika nilai signifikan < 0.05, artinya terdapat hubungan nyata antara

faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plama.

32

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Mitra Ogan merupakan anak perusahaan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang Perkebunan. Perseroan

didirikan pada tanggal 19 Desember 1988 oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia

(Persero) dan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), berdasarkan Akta Notaris

Imas Fatimah, SH Nomor 170 yang berkedudukan di Jakarta. Akta tersebut telah

diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 78 tanggal 29

September 1989 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dengan surat Keputusannya No. C25475.HT.01.01.TH.89. Akta

tersebut sudah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir

berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Di luar Rapat No. 39 pada tanggal 17

April 2007 yang dibuat di hadapan BRAy. Mahyastoeti Notonagoro, SH. Notaris

yang berkedudukan di Jakarta. Isi yang tercantum dalam Akta tersebut mengenai

perubahan pengurus Perseroan.

5.2. Visi

Menjadi perusahaan agro industri terbaik di Indonesia, bertumpu pada

produktivitas, kualitas pelayanan yang prima serta siap bersaing di era globalisasi.

5.3. Misi

Menjadi badan usaha bidang agroindustri dengan kinerja terbaik yang

dikelola secara profesional dan inovatif dengan orientasi pada peningkatan mutu

dan produktivitas, tumbuh, dan berkembang serta memenuhi harapan pihak-pihak

yang berkepentingan.

5.4. Tujuan Perusahaan

Sesuai dengan Akta Pendiriannya, maksud dan tujuan Perseroan adalah

turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program Pemerintah di

bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dalam

bidang usaha perkebunan.

33

5.5. Strategi Perusahaan

Strategi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang yaitu :

Menaikan omset penjualan, menurunkan harga pokok penjualan, optimalisasi

manajemen keuangan, pengolahan kebun dan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) sesuai

kultur teknis dan SOP, pengembangan areal kelapa sawit sampai seluas 45.000 ha

dan karet 5.000 ha berikut pabrik pengolahannya, menaikan posisi areal inti dari

38% menjadi 55%, optimalisasi pengembangan SDM, pengembangan SDM,

pengembangan teknologi informasi(TI) dan pemanfaatan by produk untuk

peningkatan nilai tambah.

5.6. Struktur Organisasi

Direksi dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari di bawah

pengawasan dewan komisaris yang merupakan manajemen tertinggi dalam

perusahaan. Dalam melakukan pengendalian terhadap jalannya perusahaan

dilakukan pendegelasian sebagian atau seluruh wewenangnya kepada pimpinan

unit kerja yang di bawahnya.

Unit kerja PT. Perkebunan Mitra Ogan tersebar di 3 Kabupaten Provinsi

Sumatra Selatan yang merupakan unit usaha masing-masing dikepalai oleh

Administratur (ADM) kebun dan Site Manager. Secara struktural Direksi

membawahi 3 Administratur (ADM) unit usaha dan 1 Site Manager unit usaha

pengembangan. Organisasi di Kantor Pusat (Direksi) terdiri atas 6 bagian yang

dikepalai oleh Kepala Bagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 3

Berdasarkan Akte Notaris BRAy Mahyastoeti Notanagoro SH Nomor: 08

Tanggal 27 Maret 2006 tentang pernyataan keputusan di luar rapat, maka susunan

pengurus menjadi sebagai berikut :

� Komisaris Utama : Ir. Amal Bakti Pulungan. MM

� Komisaris : Ir. Bambang Sumardiko

� Direktur Utama : Ir. H. Elka Wahyudi.

� Direktur Produksi : Ir. Pangoloi Sitompul

� Direktur Keuangan : Ir. Bambang Adi S.

34

5.7. Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di PT. Perkebunan Mitra

Ogan pada akhir Juli 2008 adalah 1305 orang dimana pelaksanaan pembinaan

dilakukan setiap tahun melalui berbagai macam pelatihan dalam rangka

meningkatkan Kualitas Manajemen dan Sumberdaya Manusia di semua jajaran

sebgai prasyarat peningkatan pengelolaan usaha yaitu karyawan mengikuti

training di LPP Yogjakarta dan LPP Medan yang meliputi Kursus Jabatan dan

Kursus Penyegaran, In House Training, seminar, Study Banding, melihat pameran

perkembangan budidaya kelapa sawit dan Teknologi Pabrik Minyak Kelapa Sawit

(PKS).

Tabel 9. Komposisi Karyawan Berdasarkan Pimpinan dan Pelaksana

NO. Keterangan 2005 2006 2007 07-2008

1. Karyawan Pimpinan 76 90 88 84

2. Karyawan Pelaksana 1.271 1.244 1.233 1.221

Jumlah 1.347 1.334 1.321 1.305

Sumber : Company Profile Mitra Ogan, 2008

Seiring dengan bertambahnya luas kebun maka bertambahlah pula SDM

yang dibutuhkan. Untuk saat ini PTP. Mitra Ogan sedang memperluas wilayah

perkebunan di daerah Musi Banyu Asin seluas 16.000 Ha dan saat ini baru

terealisasi seluas 2000 Ha.

Tabel 10. Luas Areal Per Unit Kerja

No. Unit Kerja Luas Areal (Ha) Jumlah

Inti PIR Trans KKPA

1 Kab OKU 5.871,61 5.864,81 3.493,29 13.465,01

2 Kab Muara Enim 3.013,39 127,95 5.050,42 8.648,10

3 Kab Muba 339,29 - 339,29 678,58

Jumlah 9.224,29 5.992,76 8.883,00 24.100,05

Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008

35

5.8. Sarana Pengolahan dan Produk yang Dihasilkan

PT. Perkebunan Mitra Ogan, Memiliki Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

dan Inti Sawit dengan Produk yang dihasilkan sebagai berikut :

Tabel 11. Kapasitas Optimal Pabrik

Pabrik Produk Olahan Jumlah Pabrik Kapasitas

Kelapa Sawit Minyak Sawit, Inti

Sawit

2 90 Ton Tbs/Jam

5.9. Perkembangan Kinerja Tahun 2005-2007 dan Juli 2008

5.9.1. Komoditas Kelapa Sawit

Sampai dengan akhir Juli 2008, Komoditas Kelapa Sawit memberikan

kontribusi 95% dalam perolehan nilai penjualan PT. Perkebunan Mitra Ogan.

Tabel 12. Perkembangan Kinerja Komoditas PTP. Mitra Ogan, 2005- Juli 2008

No. Uraian Tahun

2005 2006 2007 07-2008

1. Produksi (Ton) 287.640 332.355 295.315 160.749

2. Volume

Penjualan (Ton)

77.475 89.785 84.360 45.648

3. Nilai Penjualan

(Rp M)

222 277 439 321

4. Areal TM (Ha)

Inti 7.245,27 7.453,93 7.606,72 7.744,17

PIR Trans 5.992,90 5.992,76 5.992,76 5.992,76

KKPA 7.843,99 8.201,80 8.314,68 8.462,27

Jumlah 21.082,16 21.914,16 21.914,16 22.199,2

Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa produksi CPO dari tahun 2005 sampai

2007 mengalami penurunan, sehingga berakibat pada penjualan juga yang

mengalami penurunan. Akan tetapi, nilai penjualan meningkat dari tahun 2005

sampai 2007. Ini disebabkan naiknya harga CPO dunia yang mendongkrak nilai

36

penjualan. Untuk luas areal dapat diketahui luas kebun inti hanya 34,8 % dari total

luas areal kelapa sawit PTP Mitra Ogan. Kebun terluas dimiliki oleh petani yang

mengikuti program Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA) seluas 8.462

hektar atau 38 %. Sedang sisanya dari kebun plasma PIR-Trans seluas 5.992

hektar atau 27 % dari luas total

5.9.2. Komoditas Karet

Sampai dengan akhir Juli 2008, komoditas karet memberikan kontribusi

5% dalam perolehan nilai penjualan PT. Perkebunan Mitra Ogan. Pada tabel 13

dapat dilihat dari tahun 2005 sampai 2008 produksi dan total penjualan terus

meningkat. Akan tetapi, nilai penjualan karet menurun sejak 2007. Ini disebabkan

harga karet yang menurun. Luas areal kebun karet tidak bertambah dari tahun

ketahun. Artinya potensi perluasan kebun karet masih terbuka jika dilihat dari

jumlah luas kebun karet jika dibandingkan dengan luas kebun kelapa sawit.

Tabel 13. Perkembangan Komoditas Karet, 2005 – Juli 2008

No Uraian Tahun

2005 2006 2007 07-2008

1. Produksi (Ton) 1.246 1.423 1.583 1.148

2. Volume Penjualan

(Ton)

1.277 1.388 1.619 1.150

3. Nilai Penjualan

(Rp M)

6 8.5 7.2 5.2

4. Areal TM (Ha)

Inti 982.86 982.86 982.96 982,86

Jumlah 982.96 982.96 982.96 982,86

Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008

5.10. Tingkat Kesehatan Perusahaan

Tingkat kesehatan perusahaan dihitung berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Negara BUMN No.KEP-100/MBU/2002 Tanggal 04 Juni 2002, penilaian

tingkat kesehatan perusahaan meliputi Aspek Keuangan, Aspek Operasional, dan

37

Aspek Administrasi. Perkembangan Tingkat Kesehatan PT. Perkebunan Mitra

Ogan, dapat dilihat pada Tabel 14 pencapaian score kinerja.

Tabel 14. Perkembangan Tingkat Kesehatan PTP. Mitra Ogan

No. Uraian Bobot Tahun

2005 2006 2007

1. Aspek

Keuangan

70 53 62,50 68,00

2. Aspek

Operasional

15 14,25 14,94 13,64

3. Aspek

Administrasi

15 15.00 15,00 15,00

Total 100 - 92,44 96,44

Tingkat

Kesehatan

Perusahaan

- AA AAA AA

Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008

Untuk kesehatan perusahaan, Mitra Ogan menggunakan sistem

pembobotan untuk setiap aspek yang mempengaruhi tingkat kesehatan

perusahaan. Jumlah bobot dapat dilihat dari tingkat kepentingan aspek yang

dilihat. Dari Tabel 14 dapat dilihat aspek keuangan perusahaan mendapatkan

bobot paling tinggi diantara yang lainnya. Untuk tahun 2005 sampai 2007, aspek

keuangan perusahaan tingkat kesehatannya terus meningkat. Hal ini berbeda

untuk aspek operasional yang menurun kinerjanya. Sedangkan untuk aspek

administrasi, nilai kinerja relatif sama dari tahun 2005-2007.

38

VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI

6.1. Karakteristik Umum Responden Petani Plasma

Karakteristik yang dinilai berdasarkan usia, tingkat pendidikan,

pengalaman bekerja dan jumlah tanggungan yang meliputi anak dan istri.

Karakteristik ini dinilai berdasarkan persentase per kategori dibandingkan dengan

total.

Untuk karakteristik usia, dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu muda (20-

29 tahun), dewasa (30-39 tahun) dan tua (> 40 tahun). Ini dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

11%

36%53%

20-29 Tahun

30-39 Tahun

> 40 Tahun

Gambar 5. Persentase Usia Responden

Sebagian besar petani plasma ini sudah berusia diatas 40 tahun sebanyak

53 %, sedangkan untuk usia muda 11 % dan dewasa 36 %. Sebagian besar dari

mereka sudah berkebun sejak program PIR trans ini didirikan tahun 1989. Suku

yang mendiami perkebunan ini berasal dari jawa dan bali. Ini memang terkait

dengan program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah pada saat itu.

Untuk karakteristik tingkat pendidikan dibagi menjadi kategori SD, SMP,

SMA dan perguruan tinggi. Sebagian besar para petani hanya merupakan lulusan

39

SD yang mencapai 45 %. Untuk lulusan SMP dan SMA masing-masing sebesar

24% dan 25 %, sedangkan perguruan tinggi hanya sebanyak 6 % .

45%

24%

25%

6%

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Gambar 6. Persentase Pendidikan Responden

Kategori lama bekerja dapat dibagi menjadi 3 yaitu 1-5 tahun, 5-10 tahun

dan 11 - 15 tahun. Sebanyak 71 % telah bekerja selama 11 - 20 tahun. Ini berarti

mereka telah bekerja sejak pemindahan pengelolaan kebun yang dilakukan pada

tahun 1992 - 1996. Untuk lama bekerja 6 - 10 tahun sebanyak 22 % dan sisanya 1-

5 tahun hanyak 7 %

7%

22%

71%

1-5 Tahun

6-10 Tahun

11-20 Tahun

Gambar 7. Persentase Lama Bekerja Responden

40

Karakteristik jumlah tanggungan meliputi jumlah anak dan istri yang

menjadi tanggungan. Hal ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu 1 – 3 orang

sebanyak 49 %, 4 – 5 orang sebanyak 29 % dan 5 – 10 orang sebanyak 6 %.

49%

30%

21%

0-3 Orang

4-5 Orang

6-10 Orang

Gambar 8. Persentase Jumlah Tanggungan Responden

Pendapatan petani dari mengelola kebun diperoleh dari penjualan TBS

kepada perusahaan inti. Harga yang disepakati berasal dari Tim penentuan harga

TBS yang terdiri dari Dinas Perkebunan Propinsi dan Kabupaten, Dinas

perdagangan, perusahaan PIR-Trans dan KKPA dan KUD-KUD perwakilan

petani. Harga TBS disepakati 2 kali setiap bulan. Dilakukan 2 kali sebulan

bertepatan dengan jadwal penyetoran buah dari petani kepada perusahaan inti.

41

Tabel 15. Rekapitulasi Pendapatan Petani Plasma tahun 2008

SP/AFD Jumlah

Kepala

Keluarga

Pendapatan Petani

per Kepala Keluarga

(Juta)

Pendapatan rata-

rata Per bulan

(Juta)

1/A 300 39.523.760 3.293.647

2/B 310 47.642.624 3.970.219

3/C 440 35.321.301 2.943.442

4/D 465 34.734.701 2.894.558

5/E 375 38.911.980 3.242.665

6/F 262 42.766.567 3.563.881

7/G 360 33.643.543 2.803.629

8/H 488 54.024.195 4.502.100

Total 326.569.671

27.214.141

Rata-Rata 40.821.209

3.401.768

Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008

Dari data diatas, dapat dilihat pendapatan petani plama pada tahun 2008.

Rata-rata setiap kepala keluarga mendapatkan pendapatan sebesar 3.401.768

setiap bulannya. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa afdeling H memiliki

pendapatan rata-rata tertinggi dibanding afdeling lainnya yang produksinya

mencapai 16,5 %. Para petani yang mengelola afdeling H bertempat tinggal di SP

8. Jika dilihat dari jarak SP 8 ke jalan raya merupakan jarak terjauh dibandingkan

dengan SP lainnya. Tetapi justru semakin jauh itulah yang membuat ketenangan

petani selama bekerja terus terjaga sehingga terhindar dari pengaruh luar.

6.2 Sistem Kemitraan Inti Plasma PTP. Mitra Ogan

Pola Inti Plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok

mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Mitra Ogan

merupakan salah satu contoh kemitraan berpola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).

Dalam hal ini perusahaan menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis,

42

manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, di samping

itu perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan.. Sedangkan

kelompok mitra usaha yang dalam hal ini petani plasma bekerja untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga

hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi.

Lahan yang akan dikelola pada awalnya adalah lahan milik negara, dan PTP.

Mitra Ogan dalam hal ini diberi kesempatan untuk mengelola lahan yang ada.

Dengan melakukan pinjaman kepada Bank Dagang Negara (BDN), Mitra Ogan

memperoleh kredit untuk investasi program PIR-Trans meliputi kebun dan Pabrik

Kelapa Sawit (PKS)

Melalui Instruksi Presiden (Inpres) tentang program inti plasma, maka

dibentuklah perusahaan milik pemerintah yang menganut sistem yang telah

dicanangkan. PTP. Mitra Ogan didirikan dengan sistem Inti Plasma yang

bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan program transmigrasi.

Pada awalnya perusahaan mengelola lahan sawit sampai berumur 4 tahun atau

awal produksi, kemudian diserahkan ke petani. Sehingga petani wajib mengganti

biaya pengelolaan dari bibit sampai berumur 4 tahun. Maka setiap panen,

pendapatan petani dipotong 30 % sampai pembiayaan dilunasi oleh petani.

Lahan perkebunan plasma PIR trans di PTP Mitra Ogan terdiri dari 8

afdeling yaitu afdeling A, B, C, D, E, F, F, H. Setiap afdeling dikelola oleh para

petani yang bermukim di Satuan Pemukiman (SP) mulai dari SP 1 sampai 8.

Setiap afdeling terdiri dari beberapa hamparan. Hamparan merupakan kumpulan-

kumpulan kavling petani yang berpusat. Setiap kavling terdiri dari 2 hektar yang

dikelola oleh setiap petani.

Dalam pelaksanaannya perusahaan membuat KUD di setiap SP sebagai

kepanjangan tangan dari perusahaan. Fungsi KUD ini yaitu membantu penyaluran

sarana produksi, tempat penampungan hasil panen sebelum dikirim ke pabrik.

Panen dilakukan 2 minggu sekali oleh petani yang kemudian di bawa ke

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) menggunakan truk pengangkut. Setiap panen

timbangan berat TBS dibawa keliling oleh kelompok tani ke semua kavling.

Setiap kavling memiliki tempat penampungan TBS sementara yang akan

didatangi oleh kelompok tani untuk ditimbang. Setelah ditimbang, TBS

43

dibersihkan dari kotoran seperti dahan, ranting yang kering dan TBS yang masih

muda. Khusus untuk TBS yang masih muda dikembalikan lagi ke petani untuk

didiamkan selama beberapa hari sampai matang, barulah setelah itu diangkut

kembali. Buah yang telah lolos sortasi dibawa ke PKS untuk diolah

Tabel 16. KUD Binaan PTP. Mitra Ogan

No. AFD/SP Luas

(Ha)

Jumlah

KK

Hamparan Ketua KUD Nama KUD

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

A/SP 1

B/SP 2

C/SP 3

D/SP 4

E/SP 5

F/SP 6

G/SP 7

H/SP 8

599.86

620.00

880.00

929.00

746.80

524.00

716.90

976.00

300

310

440

465

375

262

360

488

12

15

12

21

14

13

18

22

Hendra

Warsono

Arin Subagia

Ahmad

Habibullah

Zainal Arifin

Toni Zainal

Kaslam

Bahagia

Perkasa Jaya

Karya Makmur

Baru Makmur

Usaha Baru

Sumber Harapan

Mitra Bersama

Windu Mukti

.

Pendapatan petani dibagikan oleh perusahaan inti berdasarkan pencatatan

hasil perorang dari PKS. Pendapatan itu dibagikan ke rekening masing-masing

petani oleh inti. Kebijakan perusahaan inti menghimbau kepada petani untuk

menyisihkan pendapatannya sebanyak 30 % sebagai tabungan untuk peremajaan

tanaman jika nanti sudah tak produktif lagi tanamannya.

6.3. Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Plasma

Faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma

berjumlah 11 faktor, yang semuanya diuji dengan uji Rank Spearman. Faktor-

faktor tesebut yaitu usia, pendidikan, lama bekerja, pelatihan, jumlah tanggungan,

kondisi fisik, lingkungan kerja, hubungan dengan perusahaan, hubungan sesama

petani, kebijakan perusahaan, dan pendapatan. Data faktor-faktor tersebut

dikorelasikan dengan produksi setiap responden sepanjang tahun 2008. Alasan

menggunakan produksi 2008 karena tahun 2008 harga CPO di dunia mengalami

44

fluktuasi yang sangat signifikan, karena harga pada tahun tersebut menempati

tingkat tertinggi sampai tingkat terendah karena krisis global yang menurunkan

permintaan dunia terhadap CPO Dari hasil pengamatan dan survei

menggunanakan kuisioner maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 16

Tabel 17. Hasil Uji Rank Spearman terhadap Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Produktivitas Kerja.

Faktor Nilai Korelasi

Usia Correlation Coefficient -0.216

Sig. (2-tailed) 0.03

Pendidikan Correlation Coefficient 0.155

Sig. (2-tailed) 0.12

Lama Bekerja Correlation Coefficient -0.101

Sig. (2-tailed) 0.32

Pelatihan Correlation Coefficient -0.245

Sig. (2-tailed) 0.01

Tanggungan Correlation Coefficient -0.114

Sig. (2-tailed) 0.26

Fisik Correlation Coefficient 0.362

Sig. (2-tailed) 0.00

Lingkungan Kerja Correlation Coefficient 0.049

Sig. (2-tailed) 0.62

Hubungan dengan Perusahaan

Inti Correlation Coefficient 0.363

Sig. (2-tailed) 0.00

Hubungan Sesama Petani Correlation Coefficient 0.091

Sig. (2-tailed) 0.36

Kebijakan Perusahaan Correlation Coefficient 0.049

Sig. (2-tailed) 0.63

Pendapatan Correlation Coefficient 0.200

Sig. (2-tailed) 0.04

45

Dari Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa dengan menggunakan uji rank

Spearman bahwa faktor yang berpengaruh dengan produktivitas kerja petani

plasma adalah usia, pelatihan, keadaan fisik, hubungan dengan perusahaan dan

pendapatan.

6.3.1. Usia

Usia responden petani plasma berkisar antara 22 sampai 63 tahun. Dari

hasil uji rank Spearman dengan taraf nyata 5 %, nilai korelasinya adalah -0.216.

Faktor ini memiliki hubungan yang lemah dengan produktivitas dan tidak searah.

Artinya semakin muda usia responden, maka produktivitas semakin tinggi.

Tabel 18. Korelasi Usia dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Usia Correlation Coefficient -0.216

Sig. (2-tailed) 0.03

Usia para petani plasma saat ini sebagian besar berusia diatas 40 tahun

yang mencapai 53 %. Makin sedikitnya anak berusia muda di perkebunan plasma,

dapat menyebabkan produksi menurun dari waktu ke waktu. Secara rata-rata, usia

responden sebesar 40 tahun.

6.3.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan sebagian besar petani plasma hanya lulusan SD.

Hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Dalam

pengujian ini, tingkat pendidikan diberi kode untuk masing-masing tingkatan.

Akan tetapi tingkat pendidikan ternyata tidak berhubungan kepada

produksi petani plasma. Hal ini dapat diketahui dengan uji korelasi Spearman

yang tidak menunjukan hubungan yang nyata pada taraf nyata 5 %.

46

Tabel 19. Korelasi Pendidikan dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Pendidikan Correlation Coefficient 0.155

Sig. (2-tailed) 0.12

Hubungan pendidikan dengan produksi tidak signifikan. Walau pendidikan

para petani tidak tinggi, tetapi jika kinerja petani dalam memelihara kebun mereka

baik, maka hasilpun akan baik. Karena jika dilihat dari sisi maksimum dan

minimum, petani yang hanya mengenyam pendidikan SD dan perguruan tinggi

tidak ada perbedaan hasil produksinya.

6.3.2. Lama Bekerja

Lama Bekerja rata-rata para petani di perkebunan plasma PTP. Mitra

Ogan selama 11 tahun. Sebagian besar telah ada sejak penyerahan kebun dari inti

ke plasma pada tahun 1992-1996. Berdasarkan Uji Rank Spearman, diketahui

bahwa lama bekerja tidak berhubungan dengan produksi. Ini dapat dilihat dari

tabel di bawah ini.

Tabel 20. Korelasi Lama Bekerja dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Lama Bekerja Correlation Coefficient -0.101

Sig. (2-tailed) 0.32

Berdasarkan tabel di atas, lama bekerja ternyata tidak berhubungan pada

taraf nyata 5 %. Hal ini bisa terjadi karena faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

Ini dapat dilihat juga karena lama bekerja petani tidak terlalu berbeda lamanya,

karena petani sebagian besar telah bertani sejak tahun 1992-1996 di kebun

plasma.

6.3.4. Pelatihan

Faktor pelatihan dapat dibagi menjadi 2 indikator yaitu banyaknya

pelatihan dan dampak pelatihan. Banyaknya pelatihan dibagi menjadi 4 yaitu 4

47

bulan sekali, 8 bulan, 12 bulan dan lebih dari setahun setiap pelatihannya.

Sedangkan dampak dari pelatihan dapat dilihat dari pelatihan terhadap pekerjaan

petani. Dampak itu bisa saja sangat berpengaruh, berpengaruh, kurang

berpengaruh dan tidak berpengaruh bagi pekerjaan para petani.

Tabel 21. Kriteria dalam Faktor Pelatihan

Kriteria Nilai Rata-Rata

Faktor banyaknya pelatihan 2,03

Faktor dampak pelatihan 2,7

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa banyaknya pelatihan yang diikuti

responden ternyata bernilai 2,03. Hal ini berarti dapat dikatakan para responden

jarang mengikuti pelatihan yang diadakan perusahaan. Pelatihan biasanya

dilakukan oleh koperasi. Pelatihan itu biasanya berupa pelatihan pembukuan,

manajemen. Untuk faktor dampak pelatihan bernilai 2,7. Ini berarti dampak

pelatihan masih dikatakan berpengaruh terhadap pekerjaan petani.

Dari hasil Uji Rank Spearman dengan taraf nyata 5 % , nilai korelasinya

adalah -0.245. Ini berarti bahwa semakin sedikit pelatihan, maka semakin tinggi

produktivitas.

Tabel 22. Korelasi Pelatihan dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Pelatihan Correlation Coefficient -0.245

Sig. (2-tailed) 0.01

Dari hasil uji ini ternyata pelatihan berpengaruh terhadap produksi, akan

tetapi tidak berkorelasi positif terhadap produksi. Kalau dilihat dari usia para

petani yang sebagian besar berusia tua, maka para petani saat ini lebih

mengandalkan pengalaman mereka dari pada mengikuti pelatihan yang diadakan

pihak luar.

48

6.3.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dilihat yaitu berdasarkan jumlah anak dan istri

kepala keluarga. Jumlah rata-rata tanggungan setiap kepala keluarga sebanyak 4

orang. Dari uji yang dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan tidak

berhubungan dengan produksi petani.

Tabel 23. Korelasi Jumlah Tanggungan dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Tanggungan Correlation Coefficient -0.114

Sig. (2-tailed) 0.26

Dari uji rank Spearman pada taraf nyata 5 %, dapat disimpulkan jumlah

tanggungan tidak berhubungan dengan produksi petani plasma. Hal ini bisa terjadi

karena tanggungan petani sebagian besar tidak banyak.

6.3.6. Keadaan Fisik

Keadaan fisik memiliki indikator yaitu gizi makanan, kecukupan waktu

tidur dan istirahat, serta olah raga. Gizi makan dapat diukur dari jenis makanan

yang dikonsumsi. Batas besaran masing-masing kriteria dapat dilihat pada

lampiran 2.

Tabel 24. Kriteria dalam Faktor Keadaan Fisik

Kriteria Nilai Rata-Rata

Makanan yang dikonsumsi 2,85

Kecukupan waktu istirahat 2,64

Rutinitas berolahraga 2,78

Kriteria makanan yang dikonsumsi, rata-rata responden sebesar 2,85 yang

berarti makanan yang dikonsumsi responden dapat dikategorikan bergizi. Untuk

memperoleh gizi yang cukup tentu aja akses mendapatkan bahan pangan harus

ada. Pada hari minggu setiap SP biasanya diadakan pasar atau kalangan yang

menjual barang-barang kebutuhan pokok. Untuk nilai kecukupan waktu istirahat

rata-rata responden bernilai sebesar 2,64 yang berarti cukup istirahat. Hal ini bisa

49

saja terjadi karena jam kerja yang hanya 6 jam setiap harinya. Begitu juga dengan

rutinitas berolah raga. Dapat kita lihat nilainya sebesar 2,78 yang berarti dapat

dikatakan sering. Olah raga disini dapat diartikan jalan kaki ke kebun, olah raga

lapangan.

Dari hasil uji rank Spearman dengan taraf nyata 5 % memiliki nilai

korelasi sebesar 0.362. yang berarti keadaan fisik petani memiliki hubungan

dengan produksi petani.

Tabel 25. Korelasi Keadaan Fisik dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Fisik Correlation Coefficient 0.362

Sig. (2-tailed) 0.00

Jika dilihat dari hasil uji tersebut, maka keadaan fisik memiliki korelasi

positif dengan produksi. Semakin baik gizi, waktu istirahat, dan olahraga petani,

maka produksi semakin baik. Jumlah jam kerja hanya 6 jam per hari dimulai dari

pukul 7 sampai pukul 1 siang dapat memberikan waktu istirahat yang cukup.

6.3.7. Lingkungan Kerja

Untuk lingkungan kerja dilakukan penelitian dengan pengukuran

ketenangan selama bekerja, fasilitas publik yang ada, dan kemudahan memperoleh

input sarana produksi. Untuk batasan-batasan setiap kriteria dapat dilihat pada

lampiran 2.

Berdasarkan hasil survey, maka untuk semua faktor pendukung dapat

dilihat jawabannya pada tabel di bawah ini.

Tabel 26. Kriteria dalam Faktor Lingkungan Kerja

Kriteria Nilai Rata-Rata

Ketenangan selama bekerja 2,75

Fasilitas publik 2,56

Kemudahan memperoleh input produksi 2,34

50

Untuk ketenangan selama bekerja, responden memberikan nilai 2,75 yang

berarti relatif puas yang diartikan bahwa tidak terdapat gangguan yang berarti

selama bekerja. Untuk gangguan cuaca dirasakan tidak terlalu berpengaruh karena

iklim di kebun tidak banyak perubahan. Untuk gangguan pencurian dirasakan

sudah berkurang karena setiap pintu masuk ke dalam kebun sudah dijaga dan

diberi portal. Untuk gangguan kebakaran sudah tidak ada lagi karena usia

tanaman sudah cukup tua. Kebakaran biasanya terjadi ketika usia tanaman masih

muda.

Untuk fasilitas publik para responden memberikan nilai rata-rata 2,56 yang

berarti relatif puas terhadap fasilitas publik yang diberikan. Fasilitas ini biasanya

diberikan pemerintah daerah ataupun dibantu dari pihak Mitra Ogan. Fasilitas ini

biasanya berupa sekolah, tempat kesehatan, jalan, listrik.

Sedangkan untuk kemudahan memperoleh input produksi para responden

memberikan nilai 2,34 yang artinya relatif kurang mudah dalam memperoleh

sarna produksi. Dalam hal ini biasanya petani membeli sendiri sarana produksi

atau melalui koperasi.

Berdasarkan hasil uji rank Spearman antara faktor lingkungan kerja

dengan produksi, dapat disimpulkan kedua varibel diatas tidak memiliki hubungan

yang nyata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 27. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Lingkungan Kerja Correlation Coefficient 0.049

Sig. (2-tailed) 0.62

Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa tidak ada hubungan nyata

antara faktor lingkungan kerja dengan produktivitas petani plasma pada taraf

nyata 5 %.

6.3.8. Hubungan dengan Perusahaan Inti

Hubungan dengan perusahaan inti dapat dilihat dari hubungan dengan

pembina dalam hal ini mandor kebun. Hubungan dapat dilihat dari hubungan

51

selama bekerja dan di luar pekerjaan, peran mandor dalam memberi saran dan

kritik serta kedekatan mandor terhadap keluarga petani. Batasan setiap kriteria

dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil survey, maka untuk semua faktor

pendukung dapat dilihat jawabannya pada tabel di bawah ini.

Tabel 28. Kriteria dalam Faktor Hubungan dengan Perusahaan Inti

Kriteria Nilai Rata-Rata

Kedekatan selama bekerja 2,71

Kedekatan di luar pekerjaan 2,31

Dorongan dari perusahaan 2,74

Menanyakan keadaan kebun 2,3

Memberikan kritikan 2,63

Memperhatikan ide atau saran 2,04

Mengetahui kehidupan keluarga petani 2,15

Dari tabel diatas diketahui untuk kedekatan selama bekerja, rata-rata

responden memberikan nilai 2,71 yang bermakna relatif dekat dengan perwakilan

dari inti yang diwakili oleh mandor kebun. Untuk kedekatan di luar pekerjaan,

rata-rata responden menjawab sebesar 2,31 yang berarti relatif kurang dekat.

Untuk dorongan dari perusahaan dalam meningkatkan kualitas produksi ternyata

responden menjawab sebesar 2,74, hal ini berarti relatif sering mandor kebun

memberikan dorongan kepada petani. Untuk kriteria Menanyakan keadaan kebun

petani, para responden memberikan nilai 2,3 yang berarti relatif kadang-kadang.

Kriteria memberikan kritikan, para responden memberikan nilai 2,63 yang berarti

relatif sering. Sedangkan perhatian ide saran dan kehidupan keluarga petani,

masing-masing bernilai 2,04 dan 2,15 yang berarti keduanya memiliki nilai

kurang di mata para petani.

Berdasarkan hasil uji Rank Spearman dengan taraf nyata 5 %, maka nilai

korelasinya yaitu 0.363. Ini merupakan nilai korelasi tertinggi diantara faktor-

faktor yang lainnya.

52

Tabel 29. Korelasi Hubungan Dengan Inti dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Hubungan dengan Inti Correlation Coefficient 0.363

Sig. (2-tailed) 0.00

Korelasi yang terjadi antara hubungan dengan perusahaan dan produksi

ternyata searah. Maka jika hubungan itu semakin baik menjadikan produktivitas

kerja semakin meningkat. Banyak kasus afdeling-afdeling yang produksinya

bagus disebabkan oleh pendekatan perusahaan inti yang baik terhadap petani.

6.3.9. Hubungan dengan Sesama Petani

Hubungan dengan sesama petani dapat diukur dengan hubungan satu

petani dengan petani, bantuan dan kerjasama dari sesama petani, kesediaan

memperbaiki kesalahan, kesediaan membantu kesulitan sesama petani, hubungan

keluarga suatu petani dengan keluarga petani lain dan frekuensi pemberian

dorongan atau semangat kerja sesama petani. Batasan-batasan setiap kriteria dapat

dilihat pada lampiran 2. Dari hasil survey maka rata-rata jawaban petani dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 30. Kriteria dalam Faktor Hubungan Sesama Petani

Kriteria Nilai Rata-Rata

Hubungan sesama petani 3,48

Bantuan dan kerjasama sesama petani 3.15

Kesediaan memperbaiki kesalahan 3,23

Kesediaan membantu kesulitan 3,07

Hubungan antar keluarga 3,11

Pemberian dorongan dan semangat 2,86

Dari tabel di atas dapat disimpulkan untuk semua faktor pendukung

dikategorikan dalam skala baik. Sedangkan untuk hasil Uji Rank Spearman dapat

disimpulkan bahwa hubungan sesama petani dengan produktivitas kerja tidak ada

hubungan nyata pada taraf nyata 5 %. Jika dilihat dari keseharian kehidupan

petani dan jarak yang jauh dari pedesaan lainnya, sudah sebaiknya para petani

53

saling membantu di dalam lingkungannya. Dinamika kelompok pun tetap terjaga,

dimana dapat dilihat dari pertemuan rutin dan gotong royong yang masih terjaga.

Tabel 31. Korelasi Hubungan Sesama Petani dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Hubungan Sesama Petani Correlation Coefficient 0.091

Sig. (2-tailed) 0.36

Berdasarkan pengamatan dilapangan, para petani sangat bersedia untuk

membantu rekan-rekannya. Dari survey lapang kemarin, contohnya mereka

bergotong rotong untuk membangun rumah untuk salah seorang petani.

6.3.10. Kebijakan Perusahaan

Kebijakan perusahaan dapat diukur bedasarkan jadwal kerja perhari,

kesediaan diberi sanksi apabila melakukan kesalahan, kesediaan memperbaiki

kesalahan, kesediaan bekerja sesuai prosedur, frekuensi pembinaan yang

dilakukan perusahaan, pengetahuan tentang distribusi pendapatan, kesediaan

bekerja keras dan kebijakan peraturan yang ditetapkan. Batasan-batasan setiap

kriteria dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 32. Kriteria dalam Faktor Kebijakan Perusahaan

Kriteria Nilai Rata-Rata

Jadwal kerja 3,07

Kesediaan diberi sanksi 2,46

Kesediaan memperbaiki kesalahan 3,06

Bekerja sesuai prosedur 3

Frekuensi melakukan pembinaan 2,4

Pengetahuan tentang distribusi pendapatan 3,3

Kesediaan bekerja keras 3,04

Kebijakan peraturan yang mendukung 2,6

Kriteria jadwal kerja para responden memberikan nilai 3,07. Ini berarti

responden merasa nyaman dengan jadwal kerja yang telah ditetapkan. Jam kerja

54

dimulai pada pukul 6 pagi sampai kurang lebih pukul 12 siang. Untuk kesediaan

diberikan sanksi, rata-rata responden memberikan nilai 2,46 yang berarti

responden belum bersedia diberi sanksi. Pemberian sanksi itu terjadi apabila

petani tidak bisa memasok TBS sesuai kriteria perusahaan. Sanksi di sini bisa

berarti pengembalian buah yang tidak sesuai prosedur bahkan pinalti jika keadaan

itu terus-menerus terjadi. Untuk kriteria kesediaan memperbaiki kesalahan dan

bekerja sesuai prosedur, para responden memberikan nilai yang berarti mereka

telah bersedia bekerja sesuai prosedur. Frekuensi memberikan pembinaan dalam

hal ini dari inti, para responden memberikan nilai 2,4 yang berarti masih relatif

kurang. Untuk kriteria transparansi distribusi pendapatan dan kesediaan bekerja

keras, para responden memberikan nilai yang berarti mereka merasa perlu

mengetahui dari mana pendapatan mereka peroleh, dan mereka bersedia bekerja

keras untuk target perusahaan. Dalam hal ini, pendapatan dibagikan 2 kali satu

bulan sesuai dengan jadwal panen. Untuk kebijakan perusahaan, para responden

memberikan nilai rata-rata 2,6 yang artinya kebijakan yang diberikan perusahaan

cukup mendukung kerja mereka di kebun.

Dengan menggunakan uji Rank Spearman, dapat diketahui bahwa

kebijakan perusahaan tidak berhubungan nyata dengan produktivitas pada taraf

nyata 5 %. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 33. Korelasi Kebijakan Perusahaan dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Kebijakan Perusahaan Correlation Coefficient 0.049

Sig. (2-tailed) 0.63

Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa kebijakan perusahaan tidak

berhubungan dengan produksi. Kebijakan perusahaan biasanya berubah sesuai

putusan dari manajemen perusahaan. Ini berakibat perubahan persepsi petani

terhadap kebijakan perusahaan. Hal ini bisa dilihat bahwa produksi TBS dari

tahun ketahun tidak menunjukkan variasi produksi yang signifikan.

55

6.3.11. Pendapatan

Pendapatan petani dapat diukur dari kecukupan petani dari pendapatan ,

kepuasaan petani terhadap pendapatan, pendapatan yang mereka peroleh dan

dampak dari pendapatan selain berkebun dan kepuasan terhadap harga TBS yang

mereka terima. Besaran setiap kriteria dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 34. Kriteria dalam Faktor Pendapatan

Kriteria Nilai Rata-Rata

Kecukupan terhadap pendapatan 2,3

Kepuasan terhadap pendapatan 2,08

Harga TBS 1,62

Pendapatan di luar kebun 2,85

Dilihat dari tabel diatas ternyata rata-rata responden menjawab kekurang

puasan terhadap pendapatan dan harga TBS. Kekurang puasan itu terjadi karena

harga TBS yang turun karena krisis global yang melanda, sehingga permintaan

terhadap CPO di dunia menurun. Akan tetapi utuk pendapatan di luar kebun rata-

rata responden menjawab pengaruh yang cukup signifikan untuk mempengaruhi

pendapatan total mereka. Hampir seluruh responden memiliki pendapatan di luar

berkebun sawit.

Berdasarkan hasil uji rank spearman dengan taraf nyata 5 % menunjukan

nilai korelasi 0.20.

Tabel 35. Korelasi Pendapatan dengan Produksi

Faktor Nilai Korelasi

Pendapatan Correlation Coefficient 0.20

Sig. (2-tailed) 0.04

Nilai yang ada bernilai positif, ini menunjukan hubungan yang positif

antara kesejahteraan dan produktivitas kerja. Semakin tinggi pendapatan maka

semakin tinggi produktivitas kerja petani. Hal ini bisa dilihat ketika harga CPO

meningkat, maka para petani semakin bersemangat untuk memupuk tanaman

mereka.

56

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Secara umum dapat diketahui bahwa usia para petani sebagian besar sudah

berada pada usia lanjut. Ini bisa saja terjadi karena rata-rata petani sudah berada di

kebun plasma sejak serah terima pengelolaan dari pihak inti. Dari segi pendidikan,

para petani sebagian besar hanya mencapai tingkat SD. Untuk lama bekerja

sebaian besar petani sudah berkebun selama lebih dari 10 tahun. Sedangkan

jumlah tanggungan terbesar berjumlah 0-3 orang.

Pola Inti Plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok

mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Mitra Ogan

merupakan salah satu contoh kemitraan berpola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).

Dalam hal ini perusahaan menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis,

manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, di samping

itu perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan. Sedangkan

kelompok mitra usaha yang dalam hal ini petani plasma bekerja untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga

hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi

Dengan menggunakan uji Rank Spearman bahwa faktor yang berhubungan

nyata dengan produktivitas kerja petani plasma di PTP. Mitra Ogan adalah usia,

pelatihan, keadaan fisik, hubungan dengan perusahaan dan pendapatan. Faktor

yang paling berpengaruh adalah hubungan dengan perusahaan inti dan yang

paling lemah pengaruhnya adalah pendapatan.

7.2. Saran.

Berdasarkan Penelitian, maka hal yang berhubungan nyata dengan

produktivitas kerja adalah usia, pelatihan, keadaan fisik petani, hubungan dengan

perusahaan dan kesejahteraan. Untuk perusahaan PTP. Mitra Ogan agar lebih

perhatian dalam berhubungan dengan para petani. Perhatian itu dapat dibuat

dalam bentuk saran, kritikan, membantu petani dalam pekerjaan maupun di luar

pekerjaan. Untuk pemerintah daerah, diharapkan menyediakan fasilitas publik

seperti listrik, sekolah, fasilitas kesehatan agar para petani kerasan tinggal di

57

kebun, karena sebagian besar petani merupakan transamigran yang berasal dari

jawa dan bali. Para petani diharapkan tidak cepat merasa puas dengan hasil yang

mereka peroleh. Usia petani yang telah menanjak tua turut mempengaruhi

produksi kelapa sawit. Sehingga sebaiknya bukan hanya tanamannya saja

diremajakan, tetapi regenerasi petani pun untuk kedepannya perlu dilakukan.

58

DAFTAR PUSTAKA

Akmal,Yori. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Tenaga Kerja Industri Kerupuk Sanjai di Kota Bukit Tinggi. Skripsi

Sarjana. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumbedaya. Fakultas

Pertanian.IPB. Bogor

Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta

Atmosoeprapto, K. 2000. Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. PT Elex

Media Kompetindo. Gramedia. Jakarta.

Keputusan Menteri Pertanian No. : 60/Kpts/KB.510/2/98 Tentang Pembinaan dan

Pengendalian Pengembangan Perkebunan Pola Perusahaan Inti Rakyat.

Kurniawan Chandra Arfan. 2006. Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit

(Studi Kasus pada PTPN. VIII, Banten). Skripsi Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian . Fakultas Peranian IPB. Bogor.

Kusuma, Ramiaji. 2008. Pengaruh Kebijakan Pajak Ekspor Terhadap

Perdagangan Minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia. Skripsi Sarjana

Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Pusat Penelitian

Perkebunan Marihat. Bandar Lampung.

Lubis, A.U. 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Mangoensukarjo, S., Haryono, S. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Nuhung Andi Iskandar. 2003. Perusahaan Inti Rakyat & Pembangunan Ekonomi

Kerakyatan. Yarsif Watampone. Jakarta

Pasquali, M. 1993. Prospect tothe year 2000 in the world oilseeds, oils, and

ailmeals economy : policy issues and challenges, Paper presented at Porim

International Oil Congress, Kuala Lumpur, 20 – 25 September 1993.

Prasetya, Dodi Eka. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan

Motivasi Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Pabrik

Kelapa Sawit PT. Milano Aek Batu, Sumatera Utara). Skripsi Sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.IPB. Bogor

Simanjuntak, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. FE UI. Jakarta

59

Suganda Dendi. 2006. Analisis Harga CPO di Pasar Fisik Medan dan Pasar

Berjangka Malaysia serta Rotterdam. Skripsi Sarjana Program Studi

Sarjana Ekstensi Agribisnis. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung

Sumardjo,dkk. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya.

Depok.

Suratiyah Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Taniputra et al. 1990. Pengolahan Tandan Kelapa Sawit. Disampaikan pada

Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pekan Baru 19 – 21 Februari 1990. Pusat

Penelitian Perkebunan Medan.

http://www.palmoilworld.org/Slides/wld.ppt

http://ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun

60

LAMPIRAN

61

Lampiran 1

KUISIONER

Selamat Pagi/Siang/Sore. Nama saya Ardiansyah, Mahasiswa Program Sarjana

tingkat akhir Program Studi Ekstensi Agribisnis, Fakutas Ekonomi Manajemen,

Institut Pertanian Bogor, yang sedang melakukan penelitian dalam rangka tugas

akhir. Untuk itu mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk mengisi kuisioner dalam

rangka pengumpulan data. Dalam pengisian kuisioner ini, anda dapat menjawab

semua pertanyaan dengan baik dan sejujur-jujurnya. Kejujuran anda akan

memberikan manfaat berarti bagi penelitian ini, dan pada akhirnya akan menjadi

masukan bagi perusahaan. Jawaban yang anda berikan tidak akan mempengaruhi

penilaian perusahaan terhadap diri anda. Kerahasian jawaban dapat saya jamin.

Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : _______________________________________________

Jenis Kelamin : _______________________________________________

Umur : _______________________________________________

Pendidikan Terakhir : _______________________________________________

Lama Bekerja : _______________________________________________

Jumlah Tanggungan : _______________________________________________

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS

KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,

Sumatra Selatan)

62

II. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS

KERJA PETANI PLASMA

Petunjuk : Beri Tanda (X) Pada Jawaban Anda

No. Pertanyaan

1. Bagaimana

kedekatan

hubungan

Anda dengan

pembina dari

inti selama

bekerja ?

Sangat

Dekat

(a)

Dekat

(b)

Kurang

Dekat

(c)

Tidak Dekat

(d)

2. Bagaimana

kedekatan

hubungan

Anda dengan

pembinan dari

inti diluar

pekerjaan ?

Sangat

Dekat

(a)

Dekat

(b)

Kurang

Dekat

(c)

Tidak Dekat

(d)

3. Perusahaan

sering

mendorong

Anda dan

sesama petani

untuk

meningkatkan

kualitas

produksi

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Kadang-

Kadang

(c)

Jarang

(d)

4. Apakah pihak

perusahaan

pernah

menanyakan

kemajuan atau

kemunduran

keadaan

perkebunan

Anda ?

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Kadang-

Kadang

(c)

Jarang

(d)

5. Apakah pihak

perusahaan

pernah

memberikan

kritikan atau

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Kadang-

Kadang

(c)

Jarang

(d)

63

bimbingan

tentang hasil

pekerjaan

Anda ?

6. Apakah pihak

perusahaan

sering

memperhatikan

ide atau saran

Anda ?

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Kadang-

Kadang

(c)

Jarang

(d)

7. Apakah pihak

perusahaan

mengetahui

kehidupan

keluarga Anda

?

Sangat Tahu

(a)

Tahu

(b)

Kurang

Tahu

(c)

Tidak Tahu

(d)

8. Petani

diberikan

kesempatan

untuk

memberikan

saran guna

perkembangan

perkebunan

Sangat

Setuju

(a)

Setuju

(b)

Kurang

Setuju

(c)

Tidak Setuju

(d)

9. Bagaimana

hubungan

Anda dengan

sesama petani

di sekitar Anda

?

Sangat Baik

(a)

Baik

(b)

Kurang Baik

(c)

Tidak Baik

(d)

10. Bagaimana

bantuan atau

kerjasama dari

rekan sesama

petani ?

Sangat Baik

(a)

Baik

(b)

Kurang Baik

(c)

Tidak Baik

(d)

11. Apakah Anda

bersedia

memperbaiki

kesalahan yang

diminta rekan

sesama petani

?

Sangat

Bersedia

(a)

Bersedia

(b)

Kurang

Bersedia

(c)

Tidak

Bersedia

(d)

12. Apakah Anda

bersedia

membantu

kesulitan

sesama petani

?

Sangat

Bersedia

(a)

Bersedia

(b)

Kurang

Bersedia

(c)

Tidak

Bersedia

(d)

64

13 Bagaimana

Hubungan

keluarga anda

dengan

keluarga petani

lainnya ?

Sangat Baik

(a)

Baik

(b)

Kurang Baik

(c)

Tidak Baik

(d)

14. Apakah Anda

sering

memberikan

dorongan atau

semangat kerja

kepada sesama

petani ?

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Kadang-

Kadang

(c)

Jarang

(d)

15. Bagaimana

jadwal kerja

Anda setiap

hari :

a. Ketat

b. Biasa.

c. Santai.

Apakah Anda

nyaman

dengan jadwal

kerja tersebut ?

Sangat

Nyaman

(a)

Nyaman

(b)

Kurang

Nyaman

(c)

Tidak

Nyaman

(d)

16. Apakah Anda

bersedia diberi

sangsi

Sangat

Bersedia

(a)

Bersedia

(b)

Kurang

Bersedia

(c)

Tidak

Bersedia

(d)

17. Apakah Anda

bersedia

memperbaiki

kesalahan yang

diminta

perusahaan ?

Sangat

Bersedia

(a)

Bersedia

(b)

Kurang

Bersedia

(c)

Tidak

Bersedia

(d)

18. Apakah Anda

bersedia

bekerja sesuai

dengan

peraturan dan

standar kerja

perusahaan ?

Sangat

Bersedia

(a)

Bersedia

(b)

Kurang

Bersedia

(c)

Tidak

Bersedia

(d)

19. Apakah

perusahaan

sering

melakukan

pembinaan di

tempat Anda ?

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Kadang-

Kadang

(c)

Jarang

(d)

20. Apakah Anda Sangat Perlu Perlu Kurang Tidak Perlu

65

perlu

mengetahui

distribusi

pendapatan

yang Anda

peroleh ?

(a)

(b)

Perlu

(c)

(d)

21. Apakah Anda

bersedia

bekerja keras

untuk

mencapai

target

perusahaan ?

Sangat

Bersedia

(a)

Bersedia

(b)

Kurang

Bersedia

(c)

Tidak

Bersedia

(d)

22. Apakah

kebijakan

peraturan yang

ditetapkan

perusahaan

sudah

mendukung ?

Sangat

mendukung

(a)

Mendukung

(b)

Kurang

Mendukung

(c)

Tidak

Mendukung

(d)

23. Apakah Anda

merasa puas

dengan

ketenangan

dalam bekerja

?

Sangat Puas

(a)

Puas

(b)

Kurang Puas

(c)

Tidak Puas

(d)

24. Bagaimana

fasilitas publik

yang diberikan

perusahaan ?

Sangat Baik

(a)

Baik

(b)

Kurang Baik

(c)

Tidak Baik

(d)

25. Bagaimana

kemudahan

akses

memperoleh

input produksi

?

Sangat

Mudah

(a)

Mudah

(b)

Kurang

(c)

Tidak

Mudah

(d)

26. Bagaimana

penilaian Anda

tentang

pendapatan

yang Anda

peroleh ?

Sangat

Cukup

(a)

Cukup

(b)

Kurang

Cukup

(c)

Tidak

Cukup

(d)

27. Apakah Anda

puas tentang

pendapatan

yang Anda

peroleh ?

Sangat Puas

(a)

Puas

(b)

Kurang Puas

(c)

Tidak Puas

(d)

28. Apakah Anda Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas

66

puas dengan

harga TBS

yang berlaku

selama ini ?

(a)

(b)

(c)

(d)

29 Apakah ada

sumber

pendapatan

lain di luar

berkebun ?

a. Ya

b. tidak

Seberapa besar

pengaruh

pendapatan itu

terhadap total

pendapatan

anda ?

Sangat

Berpengaruh

(a)

Berpengaruh

(b)

Kurang

Berpengaruh

(c)

Tidak

Berpengaruh

(d)

30. Seberapa

Sering anda

mengikuti

pelatihan ?

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Jarang

(c)

Tidak

Pernah

(d)

31 Bagaimana

dampak atau

kontribusi

pelatihan

terhadap

pekerjaan anda

Sangat

Berdampak

(a)

Berdampak

(b)

Kurang

Berdampak

(c)

Tidak

Berdampak

(d)

32 Bagaimana

makanan yang

anda konsumsi

setiap hari

Sangat

Bergizi

(a)

Bergizi

(b)

Kurang

Bergizi

(c)

Tidak

Bergizi

(d)

33 Apakah anda

cukup istirahat

setiap hari

Sangat

Cukup

(a)

Cukup

(b)

Kurang

Cukup

(c)

Tidak

Cukup

(d)

34 Apakah anda

sering

berolahraga

Sangat

Sering

(a)

Sering

(b)

Jarang

(c)

Tidak

Pernah

(d)

67

Lampiran 2

RUANG LINGKUP SKALA LIKERT DALAM KUISIONER

No.

Quest

Skala Ruang Lingkup

1 Sangat Dekat

Dekat

Kurang Dekat

Tidak dekat

Perwakilan inti selalu hadir di kebun tiap hari

kerja

Lebih banyak hadir dari pada tidak hadir

Lebih banyak tidak hadir

Jarang atau bahkan tidak perbah hadir di

kebun

2 Sangat Dekat

Dekat

Kurang Dekat

Tidak dekat

Perwakilan inti tahu keluarga petani

Petani tahu nama dan jabatan darn asal wakil

inti

Petani hanya tau nama dan jabatan

Petani hanya tahu nama

3 Sangat sering

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Selalu

Lebih banyak mendorong semangat ketika

bertemu dari pada tidak memberi semangat

Lebih banyak tidak memberi semangat ketika

bertemu

Sesekali memberi semangat.

4 Sangat Sering

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Selalu bertanya ketika bertemu

Relatif lebih banyak bertanya ketika bertemu

dari pada tidak bertanya

Relatif lebih banyak tidak bertanya ketika

bertemu

Sesekali bertanya

5 Sangat Sering

Sering

Selalu memberikan saran ketika bertemu

petani

Relatif lebih banyak memberi saran ketika

bertemu dari pada tidak memberi saran.

68

Kadang-kadang

Jarang

Relatif lebih banyak tidak memberi saran

ketika bertemu

Sesekali memberi saran

6 Sangat Sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Selalu memperhatikan saran ketika bertemu

petani

Relatif lebih banyak memperhatikan saran

ketika bertemu dari pada tidak memberi saran.

Relatif lebih banyak tidak memperhatikan

saran ketika bertemu

Sesekali memperhatikan saran

7 Sangat tahu

Tahu

Kurang tahu

Tidak tahu

Tahu nama petani dan keluarga.

Tahu nama tapi tak tahu keluarga siapa

Menegur bila bertemu

Tidak menegur bila bertemu

8 Sangat setuju

Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

Dirasakan petani sangat penting

Dirasakan petani penting

Dirasakan Petani kurang penting

Dirasakan petani tidak penting

9 Sangat baik

Baik

Kurang baik

Tidak baik

Bertegur sapa bila bertemu

Memberikan senyuman bila bertemu

Biasa saja bila bertemu

Tidak ada interaksi bila bertemu

10

Sangat baik

Baik

Kurang baik

Tidak baik

Selalu membantu

Relatif sering mambantu

Kurang peduli

Tidak pernah membantu

11 Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Selalu mendengar dan melaksanakan setiap

saran

Relatif sering mendengar dan melaksanakan

setiap saran

Hanya mendengarkan saja setiap saran

69

Tidak bersedia Tidak menghiraukan setiap saran

12 Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Tidak bersedia

Selalu membantu

Relatif sering membantu

kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah membantu

13 Sangat baik

Baik

Kurang baik

Tidak baik

Bertegur sapa bila bertemu

Memberikan senyuman bila bertemu

Biasa saja bila bertemu

Tidak ada interaksi bila bertemu

14 Sangat sering

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Selalu

Lebih banyak mendorong semangat ketika

bertemu dari pada tidak memberi semangat

Lebih banyak tidak memberi semangat ketika

bertemu

Sesekali memberi semangat.

15 Sangat Nyaman

Nyaman

Kurang nyaman

Tidak nyaman

Bebas

Bebas tapi tetap sesuai jumlah jam kerja

Tergantung cuaca

Ada tekanan dari pihak lain

16 Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Tidak bersedia

Selalu Menerima jika ada salah

Relatif menerima jika ada salah

Kurang menghiraukan peraturan

Tidak mau tahu dengan sanksi

17 Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Tidak bersedia

Selalu

Relatif sering memperbaiki kesalahan

kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah memperbaiki kesalahan

18 Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Tidak bersedia

Selalu sesuai standar

Relatif mengikuti peraturan

kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah mengikuti standar perusahaan

19 Sangat sering 2 kali sebulan

70

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

1 kali sebulan

3 bulan sekali

6 bulan sekali

20 Sangat perlu

Perlu

Kurang perlu

Tidak perlu

Mengetahui berapa Kg TBS yang dihasilkan

dan harga TBS

Mengetahui berapa Kg TBS yang dihasilkan

Mengetahui pendapatan setiap 2 kali

seminggu

Tidak peduli pendaptannya

21

Sangat bersedia

Bersedia

Kurang bersedia

Tidak bersedia

Selalu sesuai standar

Relatif mengikuti peraturan

kadang-kadang jika mampu

Tidak pernah mengikuti standar perusahaan

22 Sangat Mendukung

Mendukung

Kurang Mendukung

Tidak Mendukung

Sangat sesuai dengan keinginan petani

Relatif sesuai dengan keinginan petani

Relatif kurang sesuai dengan keinginan petani

Tidak sesuai dengan keinginan petani

23 Sangat Puas

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

Tidak ada hal yang mengganggu

Lingkungan, cuaca yang tak mendukung

Sewaktu-waktu terjadi kebakaran

Terjadi pencurian buah, kebakaran, dll

24 Sangat baik

Baik

Kurang baik

Tidak baik

fasilitas sekolah, kesehatan,transportasi, dan

bahan pangan dapat dijangkau

akses terhadap pangan dan kesehatan dapat

terjangkau

kemudahan akses transportasi untuk keluar

dari kebun

terjadi apabila semua sarana publik sulit

ditemui

25 Sangat Mudah

Di lingkungan koperasi sudah tersedia dan

ada

71

Mudah

Kurang

Tidak mudah

Dilingkungan koperasi tersedia tapi kadang2

tak ada

Di koperasi jarang ada

Di koperasi saja tak tersedia

26 Sangat Cukup

Cukup

Kurang cukup

Tidak cukup

Ada sisa untuk menabung

Relatif sama dengan pengeluaran

Kadang2 hutang

Kebutuhan dasar tak terpenuhi

27 Sangat puas

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

Ada sisa untuk menabung

Relatif sama dengan pengeluaran

Kadang2 hutang

Kebutuhan dasar tak terpenuhi

28 Sangat puas

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

Pendapatan dari penjualan sangat besar untuk

digunakan dan di tabung

Pendapatan dari penjualan bias untuk

menabung

Pendapatan dari penjualan relative pas untuk

melakukan pemeliharaan dan produksi waktu

mendatang

Dari pendapatan hanya kebutuhan dasar

terpenuhi

29 Sangat berpengaruh

Berpengaruh

Kurang berpengaruh

Tidak berpengaruh

Hampir setengah dari pendapatan

Cukup untuk menutupi kebutuhan dasar

Kecil jumlahnya

Sangat kecil jumlahnya

30 Sangat Sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

4 bulan sekali

8 bulan sekali

1 tahun sekali

Lebih dari satu tahun sekali

31 Sangat berdampak

Berdampak

Berpengaruh terhadap pekerjaan dan berguna

dalam pekerjaan

Berpengaruh dalam pekerjaan

72

Kurang berdampak

Tidak berdampak

Kurang berpengaruh dan berguna dalam

pekerjaan

Sia-sia mngikuti pelatihan

32 Sangat bergizi

Bergizi

Kurang bergizi

Tidak bergizi

mengkonsumsi protein, sayuran dan buah

mengkonsumsi protein dan sayuran

mengkonsumsi protein atau sayuran

Hanya karbohidrat.

33 Sangat cukup

Cukup

Kurang cukup

Tidak Cukup

lebih dari 10 jam

8-10 jam

4-8 jam

kurang dari 4 jam

34 Sangat Sering

Sering

Jarang

Tidak Pernah

setiap hari

2-3 kali

4-5 kali

seminggu sekali