skripsi ardiansyah h34066019 - repository.ipb.ac.id · waktu dan kesabaran yang telah diberikan...
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA
KELAPA SAWIT
(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,
Sumatra Selatan)
SKRIPSI
ARDIANSYAH
H34066019
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ii
RINGKASAN
ARDIANSYAH. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas
Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan). Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di
bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).
Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar
maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Dalam
perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi perubahan
secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas kelapa
sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada awalnya
perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka saat ini
(2008) terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik umum petani kebun
plasma di PTP. Mitra Ogan, (2) mengkaji kemitraan inti plasma di PTP. Mitra
Ogan, (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.
Penelitian dilaksanakan di PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)
Jakarta dan PTP. Mitra Ogan Kecamatan Peninjauan, Sumatera Selatan. Waktu
penelitian dilakukan selama bulan November 2008 hingga Februari 2009.
Responden penelitian adalah petani plasma sebanyak 100 orang. Penelitian ini
menggunakan Rank Spearman.
Faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma di
PTP. Mitra Ogan adalah usia, keadaan fisik petani, pelatihan, hubungan dengan
inti, dan pendapatan. Faktor yang paling berhubungan adalah hubungan petani
dengan inti. Oleh karena itu, PTP. Mitra Ogan diharapkan lebih proaktif dalam
melakukan pendekatan dengan petani khususnya dalam melakukan pembinaan.
iii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA
KELAPA SAWIT
(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,
Sumatra Selatan)
ARDIANSYAH
H34066019
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
iv
Judul : Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja
Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma
PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)
Nama : Ardiansyah
NIM : H34066019
Desetujui,
Pembimbing
Ir. Netty Tinaprila, MM NIP. 132 133 965
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi
NIP. 131 415 082
Tanggal Lulus :
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” Faktor – Faktor
yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa
Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,
Sumatra Selatan)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini
Bogor, Mei 2009
Ardiansyah
H34066019
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 1985. Penulis adalah anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak L. Andalusia dan Ibunda Ida
Sundari.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD XAVERIUS I Baturaja
pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000
di SMP I Baturaja. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN I Jasinga
diselesaikan pada tahun 2003.
Penulis diterima pada tahun 2003 di Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan kuliah dan diterima pada
Departemen Agribisnis, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama Mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengajar pada
bimbingan belajar Sahabat Belajar pada tahun 2007 – 2008. Saat ini penulis
tercatat sebagai karyawan pada Divisi Research & Project pada perusahaan
konsultan bisnis syariah ”Karim Business Consulting” sejak tahun 2008 –
sekarang.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Faktor
– Faktor yang berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma
Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan
Peninjauan, Sumatra Selatan)”.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan
dengan produktivitas kerja petani plasma PTP. Mitra Ogan.
Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009
Ardiansyah
H34066019
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2. Dr. Ir. Rita N. Suryana, MS dan Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen
penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
4. Pihak PTP. Mitra Ogan atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan
yang terbaik.
5. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis Mayor
Minor angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga
penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Mei 2009
Ardiansyah
H34066019
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7
2.1. Perkembangan Kelapa Sawit ......................................... 7
2.2. Karakteristik Kelapa Sawit ............................................ 8
2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN..................................... 13
2.4. Perdagangan Kelapa Sawit............................................. 15
2.5. Produktivitas Kerja ....................................................... 16
2.6 Penelitian Terdahulu ...................................................... 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................... 22
3.1. Kerangka Teori ............................................................. 22
3.1.1. Tenaga Kerja .................................................. 22
3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja ..................... 22
3.2. Kerangka Operasional ................................................... 24
3.2.1. Perumusan Hipotesis ..................................... 26
3.2.2. Definisi Operasional ........................................ 26
IV. METODE PENELITIAN 28
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 28
4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................. 28
4.3. Metode Pengambilan Data ............................................ 28
4.4. Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 29
4.4.1. Analisis Deskriptif ........................................ 30
4.4.2. Korelasi Rank Spearman ............................... 30
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... 32
5.1. Sejarah Perusahaan ..................................................... 32
5.2. Visi ............................................................................. 32
5.3. Misi ............................................................................ 32
5.4. Tujuan Perusahaan ..................................................... 32
5.5. Strategi Perusahaan ................................................... 33
5.6. Struktur Organisasi .................................................... 33
5.7. Sumber Daya Manusia .............................................. 34
x
5.8. Sarana Pengolahan dan Produk yang Dihasilkan ...... 35
5.9. Perkembangan Kinerja Tahun 2005-2007
dan Juli 2008 ............................................................. 35
5.10. Tingkat Kesehatan Perusahaan ................................ 36
VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI .................. 38
6.1. Karakteristik Umum Reponden Petani Plasma ............ 38
6.2. Sistem Kemitraan Inti Plasma PTP. Mitra Ogan ......... 41
6.3. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Produktivitas Kerja Petani Plasma .............................. 43
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 56
7.1. Kesimpulan..................................................................... 56
7.2 Saran ............................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 58
LAMPIRAN .................................................................................... 58
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Volume Ekspor CPO Negara-Negara Pengekspor,
2002-2007 (000 Ton) ............................................................. 1
2. Luas Areal Kelapa Sawit dan Produksi CPO
Indonesia, 2000 – 2008 ............................................................ 2
3. Hak Kewajiban Inti Plasma ...................................................... 4
4. Produktivitas Kebun Sawit (TBS) PTP. Mitra Ogan
2001-2007 ................................................................................. 5
5. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit ........................... 10
6. Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan .............. 11
7. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu .............................. 21
8. Jumlah Kepala Keluarga Per Satuan Pemukiman (SP) ............. 29
9. Komposisi Karyawan Berdasarkan Pimpinan dan Pelaksana ... 34
10. Luas Areal Per Unit Kerja ......................................................... 34
11. Kapasitas Optimal Pabrik ……………………………………. 35
12. Perkembangan Kinerja Komoditas PTP. Mitra Ogan …………. 35
13. Perkembangan Komoditas Karet ............................................... 36
14. Perkembangan Tingkat Kesehatan PTP. Mitra Ogan ................ 37
15. Rekapitulasi Pendapatan Petani Plasma
Januari – Oktober 2008 ........................................................... 41
16. KUD Binaan PTP. Mitra Ogan ................................................ 43
17. Hasil Uji Rank Spearman terhadap Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja ..................... 44
18. Korelasi Usia dengan Produksi ............................................... 45
19. Korelasi Pendidikan dengan Produksi .................................. 46
20. Korelasi Lama Bekerja dengan Produksi ............................... 46
21. Kriteria dalam Faktor Pelatihan .............................................. 46
22. Korelasi Pelatihan dengan Produksi ....................................... 47
23. Korelasi Jumlah Tanggungan dengan Produksi ...................... 47
24. Kriteria dalam Faktor Keadaan Fisik ...................................... 48
25. Korelasi Keadaan Fisik dengan Produksi ............................... 49
xii
26. Kriteria dalam Faktor Lingkungan Kerja ................................ 50
27. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Produksi ......................... 50
28. Kriteria dalam Faktor Hubungan dengan Perusahaan Inti ...... 51
29. Korelasi Hubungan Dengan Inti dengan Produksi .................. 52
30. Kriteria dalam Faktor Hubungan Sesama Petani .................... 52
31. Korelasi Hubungan Sesama Petani dengan Produksi .............. 53
32. Kriteria dalam Faktor Kebijakan Perusahaan ......................... 53
33. Korelasi Kebijakan Perusahaan dengan Produksi .................. 54
34. Kriteria dalam Faktor Pendapatan ......................................... 55
35. Korelasi Pendapatan dengan Produksi ................................... 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis ........................................... 14
2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan ..... 18
3. Kurva Isoquant dan Isocost ................................................... 25
4. Alur Kerangka Operasional .................................................... 27
5. Persentase Usia Responden .................................................... 38
6. Persentase Pendidikan Responden ......................................... 39
7. Persentase Lama Bekerja Responden ..................................... 39
8. Persentase Jumlah Tanggungan Responden ........................... 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuisioner Responden ............................................................ 61
2. Ruang Lingkup Skala Likert ................................................. 67
3. Struktur Organisasi PTP. Mitra Ogan ................................... 73
4. Output SPSS .......................................................................... 74
5. Jawaban Responden .............................................................. 75
6. Dokumen Legal Perjanjian KKPA ........................................ 77
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penerimaan devisa dari ekspor CPO telah mengalami peningkatan,
walaupun peningkatan konsumsi di dalam negeri juga berlangsung dengan pesat.
Dari kecenderungan peningkatan ekspor tersebut, mengindikasikan masih masih
terbukanya peningkatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
Tabel 1. Volume Ekspor CPO Negara-Negara Pengekspor, 2002-2007 (000 Ton)
Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Malaysia 10,886 12,266 12,575 13,445 14,423 13,747
Indonesia 6,490 7,370 8,996 10,436 12,540 12,530
Papua New
Guinea 324 327 339 295 362 385
Colombia 85 115 214 224 214 290
Singapore * 220 250 237 205 207 188
Cote d'Ivoire 65 78 109 122 109 104
Hong Kong* 318 185 127 39 20 29
TOTAL 19,415 21,911 24,244 26,502 29,996 29,694
Keterangan : * Negara Re-Exporting
Sumber : Oil World Annual (2002 - 2007) & Oil World Weekly (14 December,
2007)1)
Jika dilihat dari tabel 1, maka pada tahun 2007 indonesia masih berada di
urutan kedua di dunia dalam hal negara pengekspor CPO. Akan tetapi,
kemungkinan saat ini Indonesia sudah menjadi Negara produsen CPO nomor 1 di
seluruh dunia. Hal ini bisa saja terjadi karena luas lahan potensial di Indonesia
masih begitu luas dan SDM yang masih banyak.
Perkebunan kelapa sawit yang hingga saat ini semakin luas membutuhkan
masukan tenaga kerja cukup besar. Dengan luas kebun kelapa sawit yang saat ini
mencapai 6,6 juta hektare (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008) diperkirakan
serapan tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit yang sangat besar, belum
termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya seperti sub
1 http://www.palmoilworld.org/Slides/wld.ppt
2
sistem penyedia agro-input, transportasi, pengolahan, pemasaran dan jasa
pendukung lainnya.
Tabel 2. Luas Areal Kelapa Sawit dan Produksi CPO Indonesia, 2000 - 2008
Luas Areal (000 Ha) Produksi CPO (000 ton)
Tahun PR PBN PBS Nasional PR PBN PBS Nasional
2000 1.167 588 2.403 4.158 1.906 1.461 3.634 7.001
2001 1.561 610 2.542 4.713 2.798 1.519 4.079 8.396
2002 1.808 632 2.627 5.067 3.427 1.608 4.588 9.623
2003 1.854 663 2.766 5.283 3.517 1.751 5.173 10.441
2004 2.220 606 2.459 5.285 3.847 1.618 5.366 10.831
2005 2.356 530 2.567 5.454 4.500 1.449 5.911 11.861
2006 2.549 687 3.357 6.594 5.783 2.313 9.254 17.350
2007 2.565 687 3.358 6.611 5.895 2.313 9.254 17.373
2008 2.565 687 3.358 6.611 5.805 2.314 8.990 17.109
Sumber : Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan, 20082)
Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar
maupun oleh perkebunan rakyat telah berkembang dengan sangat pesat. Awal
tahun 1968, areal kelapa sawit yang semula hanya terbatas di tiga wilayah
(Sumatera Utara, Aceh dan Lampung) saat ini sudah berkembang di 22 daerah
Provinsi. Luas areal tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton,
pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan produksi sekitar 17,3
juta ton CPO (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Selain itu, pemerintah juga
melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).
Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah pengembangan
perkebunan dengan menggunakan Perkebunan Besar sebagai inti dan
membimbing Perkebunan Rakyat sekitarnya sebagai plasma, dalam suatu sistem
kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan
Dalam perkembangan pengusahaan perkebunan kelapa sawit, telah terjadi
perubahan secara mendasar dalam pola pengusahaanya dan menjadikan komoditas
2 http://ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun
3
kelapa sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada
awalnya perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka
saat ini terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 % dari total areal kelapa sawit.
Demikian pula dengan wilayah pengembangan kelapa sawit, yang pada awalnya
terkonsentrasi di lahan kering di pulau Sumatera, saat ini sesuai dengan potensi
yang ada, semakin dikembangkan ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya di
pulau Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Meskipun demikian, masih dijumpai permasalahan yang dihadapi dalam
pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara lain adalah:
a) Rata-rata produktivitas tanaman masih rendah (+ 16,2 ton TBS/ha/th) antara
lain karena usia tanaman yang relatif masih muda, tidak terpenuhinya baku
kultur teknis, pencurian buah dan pengolahan hasil yang belum efisien.
b) Penanganan pasca panen masih jauh dari maksimal. Hasil panen kelapa sawit
belum dimanfaatkan secara optimal dalam upaya meningkatkan diversifikasi
produk.
c) Mutu hasil panen dan produk CPO yang belum sesuai standar.
d) Belum terlibatnya petani/kelembagaan petani dalam pemilikan unit
pengolahan menyebabkan posisi rebut tawar petani rendah.
e) Minat masyarakat yang sangat besar telah mendorong pengembangan
perkebunan kelapa sawit secara swadaya oleh rakyat yang tidak terintegrasi
dengan unit PKS. Kondisi ini menyebabkan petani sangat tergantung kepada
PKS yang ada dengan posisi tawar.
1.2. Perumusan Masalah
PTP Mitra Ogan adalah salah satu anak perusahaan dari PT Rajawali
Nusantara Indonesia yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan
karet yang kebunnya terletak di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi
Sumatera Selatan. PTP Mitra Ogan berdiri pada tahun 1989 yang merupakan
usaha patungan antara PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan PTPN III Medan
yang merupakan langkah diversifikasi dari PT. RNI.
Diawali dengan membangun pembibitan kelapa sawit pada tahun 1988
sampai tahun 1992 di Desa Lunggaian Kabupaten OKU, PTP Mitra Ogan mulai
4
membangun kebun dengan melaksanakan program pemerintah melalui pola PIR-
Trans seluas 10.000 Ha, dengan pembagian Kebun Inti 4000 Ha (40 %) dan
Kebun plasma 6000 Ha (60 %). Secara sederhana kemitraan perusahaan Inti dan
petani plasma dapat digambarkan daham kewajiban dan hak masing-masing
sebagai sebagai berikut :
Tabel 3. Hak Kewajiban Inti Plasma
No. Uraian Perusahaan Inti Petani Plasma
1 Kewajiban 1. Menyiapkan tanaman
yang layak sesuai
penilaian Tim
2. Apalis kredit petani
dalam PIR-Trans
3. Mendirikan PKS
4. Membeli buah petani
yang layak olah
5. Memotongkan hasil
penjualan TBS petani
sebesar 30 % dan
membayarkan cicilan
tsb kepada pihak
kreditor s/d lunas
6. Mengolah buah
7. Menjual hasil olah
1. Menjadi peserta aktif
KUD
2. Merawat tanaman sesuai
standar (terutama
Pengendalian gulma dan
pemupukan)
3. Memanen buah dan
menjual buah ke PKS
yang layak olah
(segar/tidak buah restan
dan matang)
4. Membayar cicilan kredit
sebesar 30 % dari
pendapatan hasil
penjualan buah sampai
lunas
2 Hak 1. Memperoleh Man fee
sebesar 15 % dari total
kredit
Menerima buah dari
petani plasma dengan
jumlah dan kualitas yang
layak bagi PKS
1. Menerima pendapatan
dari penjualan TBS
dengan harga sesuai
jumlah dan kualitas TBS
Pembinaan dari perusahaan
Inti sesuai perkembangan
tanaman
Sumber : PTP. Mitra Ogan 2007
5
Untuk pelaksanaan program kemitraan ini, pihak perusahaan melakukan
pengajuan peminjaman kepada bank untuk membiayai program mulai dari
pembibitan sampai usia tanaman produktif, dalam hal ini sampai usia tanaman
mencapai 4 tahun yang bertepatan dengan penyerahan lahan kepada petani. Dalam
perjanjiannya, hasil penjualan petani dipotong sebanyak 30 % dari total penjualan
untuk membayar kredit kepada bank sampai lunas.
Dalam perjalanannya, petani plasma dapat melunasi kewajibannya dalam
waktu 5-7 tahun sejak diserahkan , lebih cepat dari perkiraan perusahaan yang
mencapai waktu 10 tahun. Di satu sisi program kemitraan ini dapat dikatakan
berhasil, tetapi sejak petani dapat melunasi hutang kewajibannya kesadaran petani
mulai berkurang dalam mengelola kebunnya. Turunnya produktivitas kebun
kelapa sawit ternyata dipengaruhi oleh turunnya produktivitas kerja petani.
Motivasi kerja para petani turun karena merasa sudah melunasi kebunnya. PTP
Mitra Ogan sendiri sudah melakukan penelitian dengan hasil bahwa sepanjang
tahun 2003-2007 para petani hanya melakukan pemupukan hanya sebesar 50 %
dari standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dari pengamatan dan bertanya
kepada pihak perusahaan dan para petani sendiri, pemupukan merupakan hal yang
sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang bagus.
Hasil wawancara kepada pihak PTP. Mitra Ogan menunjukkan bahwa
sejak tahun 2003, petani plasma tidak mampu mengirim buah ke perusahaan inti
sesuai dengan potensi luas tanaman yang ada. Akibatnya Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) Perusahaan Inti yang berkapasitas 90 ton TBS/Jam (PKS I 60 ton/Jam dan
PKS II 30 ton/Jam) belum pernah mencapai kapasitas optimalnya, karena hanya
75 % saja yang saat ini dapat dicapai. Jika belum ada perbaikan, maka sebenarnya
perusahaan belum memaksimalkan potensi pabriknya dalam mengolah kelapa
sawit. Penurunan produksi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produktivitas Kebun Sawit (TBS) PTP. Mitra Ogan 2001-2007
Uraian Satuan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Inti (Kg/Ha) 11.863 12.703 14.308 16.894 17.538 19.130 21.915
Plasma (Kg/Ha) 17.298 16.096 14.438 15.908 13.190 14.863 16.313
Sumber : PTP. Mitra Ogan 2008
6
Pada Tabel 4 menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara Kebun Inti
dan Kebun Plasma. Kebun inti dengan luas areal hanya sekitar 35 % dari areal
total mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, dari pada kebun
plasma dengan luas sekitar 65% dari luas total.
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan
penjelasan di atas adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat
produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan perumusan
masalah di atas adalah :
1. Mengkajii karakteristik umum petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan..
2. Mengkaji kemitraan Inti Plasma di PTP. Mitra Ogan.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat produktivitas
kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Pihak perkebunan dalam hal ini PTP. Mitra Ogan, khususnya dalam
mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya peningkatan produksi
melalui peningkatan produktivitas kerja petani kebun plasma.
2. Peneliti, agar dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu
yang diperoleh ke dalam dunia kerja.
3. Penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi yang mengambil topik
serupa.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Kelapa Sawit.
Menurut Lubis (1992), Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor
maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat
petani perkebunan di Indonesia.
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara
komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah
umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak
lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama
”sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia.
Bentuk dari hasil panen sawit yang akan diolah disebut tandan buah segar
(TBS). Menurut Lubis (1992), pengolahan TBS sebagai bahan baku menjadi
minyak kasar (CPO) dan inti (kernel) yang bermutu baik adalah tujuan utama dari
pengolahan. Pengolahannya dilakukan menurut tahapan tertentu dan syarat yang
ditentukan. Guna memperoleh mutu yang baik maka syarat-syarat tersebut harus
diikuti dengan seksama dan dilaksanakan sejak di lapangan sampai ke proses
terakhir.
Menurut Pasquali (1995) diacu dalam Wayan (2005), minyak sawit
mentah diproyeksikan akan memegang peranan yang semakin penting untuk
perdagangan dunia. Minyak sawit mentah diproyeksikan akan mengambil alih
peran minyak kedele sebagai komponen terbesar dalam perdagangan minyak
nabati dunia.
Mangoensoekarjo (2003) diacu dalam Yori (2006), menyatakan bahwa
pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit dikenal dengan tiga bentuk utama
usaha perkebunan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta
(PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Walaupun dihadapkan kepada
berbagai hambatan, sejak Pelita I sampai sekarang upaya perluasan areal dan
peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia tetap berlangsung dengan laju
yang cepat.
8
Perusahaan Inti adalah badan usaha berbentuk badan hukum berupa usaha
menengah atau usaha besar milik swasta atau badan usaha milik negara termasuk
badan usaha milik daerah atau koperasi yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perkebunan yang bertindak sebagai inti pada PIR BUN. Kebun Plasma adalah
areal kebun yang diperuntukkan bagi petani baik yang dibangun di lahan milik
petani dan atau lahan milik negara dengan tanaman perkebunan oleh perusahaan
inti.Petani Plasma adalah petani yang memiliki lahan untuk dijadikan kebun
plasma dan atau petani yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang 3)
2.2. Karakteristik Sawit
2.2.1. Persyaratan Tumbuh
a. Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar lintang utara-selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m dari atas
permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak
memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Data iklim ini perlu
sekali dikatahui dan dipelajari sebaik-baiknya, karena keberhasilan beberapa jenis
pekerjaan tergantung dari iklim. Pekerjaan tersebut misalnya pembakaran pada
pembakaran hutan, penggunaan herbisida, pemeliharaan parit dan jalan,
pemanenan, ramalan produksi. Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi
turun drastis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak
perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis
kegagalan matang tandan.
Pada umumnya areal lahan pengembangan kelapa sawit di sumatra dan
kalimantan memenuhi persyaratan iklim. Jika pola hujan dari masing daerah
berbeda, maka variasi produksi bulanannya juga berbeda karena defisit airnya pun
berbeda. Berikut defisit air tahunan yang telah diklasifikasikan atas beberapa kelas
pada budidaya kelapa sawit.
0 - 150 mm = Optimal
150 - 250 mm = Masih sesuai
250 – 350 mm = Intermediar
3 Keputusan Mentri Pertanian No. : 60/Kpts/KB.510/2/98
9
350 – 400 mm = Limit
400 – 500 mm = Kritis
> 500 mm = Tidak sesuai.
Temperatur yang optimal 240-28
0 C, terendah 18
0 C dan tertinggi 32
0 C.
Kelembapan 80 % dan penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari. Untuk kecepatan angin
5 – 6 km/jam sangat baik dalam membantu proses penyerbukan. Angin yang
terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring.
b. Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat
fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
- Solum tebal 80 cm. Solum yan tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih
baik.
- Tekstur ringan, dihendaki memiliki pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 –
50 %.
- Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang.
- pH tanah sangar terkait pada ketesediaan hara yang dapat diserap oleh akar.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 – 8 namun yang terbaik adalah 5 -5,5.
- Kandungan unsur hara tinggi.
C/N mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0,1 %.
Daya tukar Mg = 0,4 – 1,0 me/100 gr.
Daya tukar K = 0,15 – 0,20 me/100 gr.
Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal.
c. Potensi Lahan
Dari berbagai unsur kemampuan lahan yang terpenting adalah iklim,
topografi, keadaan fisik dan kimia lahan, erosi, drainase dan faktor penting
lainnya disusun suatu klasifikasi kemampuan lahan. Disini dibedakan 4 kelas
10
lahan dengan masing-masing potensinya. Tujuan disusunnya klasifikasi potensi
ini adalah :
- Agar sebelum maupun sesudah operasi pembukaan lahan, telah diketahui
hambatan-hambatan yang akan timbul (berasal dari sumber daya alam).
- Agar pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan perencanaan
produksi, perencanaan pabrik, pemasaran dan lain-lain.
Tabel 5. Kriteria Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit
Iklim Baik
(I)
Sedang
(II)
Kurang baik
(III)
Tidak baik
(IV)
Curah hujan (mm)
Defisit air (mm/thn)
Hari terpanjang
Tidak hujan
Temperatur (C)
Penyinaran (jam)
Kelembapan (%)
Tinggi (m)
Topografi
Lereng (%)
Solum (Cm)
Dalam air (cm)
Tekstur
Organik (cm)
Batuan
Erosi
Drainase
Banjir
Pasang surut
2000-2500
0-150
<10
22-33
6
80
0-400
Datar-ombak
0-15
>80
>80
1-11i
5-10
Dalam
t.a
baik
t.a
t.a
1800-2000
150-200
<10
22-33
6
80
0-400
Datar-glmbg
16-25
80
60-80
Lip-li
5-10
Dalam
t.a
baik
t.a
t.a
1500-1800
250-400
<10
22-33
<6
<80
0-400
Berbukit
25-36
60-80
50-60
Plli
5-10
Dalam
t.a
agak baik
t.a
t.a
<1500
>400
<10
22-33
<6
<80
0-400
Curam
>36
<60
40-50
P
>5
Hambat
Sedikit
Agak baik
Sedikit
Ada
Sumber : Kudadiri, A.D., Purba, P dan Adlin Lubis (1982) : Kesesuaian
tanah dan iklim untuk tanaman kelapa sawit.
Klasifikasi memunculkan 4 tingkat lahan yang disusun menurut sifat fisik
tanah dan iklimnya. Dalam kenyataannya biasanya terpakai hanya 3 kelas saja
karena kelas 4 biasanya tidak terpilih. Adapun potensi produksi dari masing-
11
masing kelas lahan tersebut ditentukan oleh keunggulan dari bahan tanaman yang
digunakan dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.
Tabel 6. Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan.
Umur Prod. Tandan
(ton/ha/thn)
Prod. Minyak
(ton/ha/thn)
Prod. Inti
(ton/ha/thn)
I II III I II III I II III
10 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6
11 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6
12 32.0 30.0 27.0 7.7 7.2 6.5 1.9 1.8 1.6
13 31.5 29.5 26.5 7.6 7.1 6.4 1.9 1.8 1.6
14 31.5 28.5 25.5 7.6 6.8 6.1 1.9 1.7 1.5
15 30.0 27.5 25.0 7.2 6.6 6.0 1.8 1.7 1.5
16 29.0 26.5 24.0 7.0 6.4 5.8 1.7 1.6 1.4
17 28.0 26.0 23.0 6.7 6.2 5.5 1.7 1.6 1.4
18 27.0 24.5 22.5 6.5 5.9 5.4 1.6 1.5 1.4
19 26.0 23.5 21.0 6.2 5.6 5.0 1.6 1.4 1.4
20 25.0 22.5 20.5 6.0 5.4 4.9 1.5 1.4 1.2
21 23.5 21.5 19.5 5.6 5.2 4.7 1.4 1.3 1.2
22 22.0 20.5 28.5 5.3 4.9 4.4 1.3 1.2 1.1
23 21.0 19.5 17.5 5.0 4.7 4.2 1.3 1.2 1.1
24 19.5 18.5 17.0 4.7 4.4 4.1 1.2 1.1 1.0
25 18.5 17.5 16.5 4.4 4.2 4.0 1.1 1.1 1.0
Sumber : Lubis, Adlin U (1990) : Potensi produksi kelapa sawit Dxp di Indonesia.
Bull. PP-Marihat vol 10 No. 2, P. Siantar (182)
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa lahan kelas I memiliki potensi
produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang tinggi dibanding dua kelas lainnya.
Produktivitas ini dapat dilihat dari rendemen minyak inti yang paling tinggi.
Taniputra (1990) menyatakan bahwa produksi minyak dari suatu areal ditentukan
oleh produksi tandan dan rendemen minyak. Untuk memperoleh produksi minyak
yang maksimum dengan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, maka pada
kegiatan panen dan transport harus menerapkan peraturan panen yang tepat dan
12
adanya koordinasi yang baik antara petugas lapangan yaitu petugas yang
mengatur panen dan pemeliharaan jalan kebun, tempat pengumpulan hasil (TPH),
pasar pikul dan pengupasan serta petugas transport dan petugas di pabrik.
.
2.2.2. Kegunaan Kelapa sawit
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging
buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan dan dikenal
sebagai minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), dan minyak yang berasal
dari inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Komposisi minyak inti sawit ini
hampir sama dengan minyak yang berasal dari kelapa. Dari keduanya dapat dibuat
berbagai jenis produk lainnya. Pabrik pengolahannya disebut refineri dan
ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi beberapa jenis minyak, ada yang sudah siap
pakai dan ada yang harus diproses lagi untuk menjadi produk lain. Disamping
minyak atau bahan solid lain, maka akan keluar juga beberapa padatan lainnya
yang dapat langsung dipakai atau harus diproses lebih lanjut. Secara umum
kegunaan minyak sawit terdiri dari :
a) Bahan makanan.
Dari minyak sawit dapat dibuat untuk bahan makanan seperti mentega, lemak
untuk masak, bahan tambahan colat, pembuatan es krim, makanan ternak,
pembuatan asam lemak lainnya. Menurut Lubis (1992), bila minyak kelapa
sawit dibuat menjadi minyak goreng, maka kandungan kolesterolnya lebih
rendah dari minyak kedelai dan minyak jagung. Kandungan kolesterol minyak
sawit rata-rata hanya 16 ppm, sedangkan minyak kedelai dan minyak jagung
masing-masing 28 ppm dan 50 ppm.
b) Kosmetika dan obat.
Cream, shampo, lotion, pomade dan lain-lain banyak berasal dari kelapa sawit
demikian pula vitamin A. Minyak sawit sangat mudah diabsorbsi kulit
dibanding dengan minyak lainnya.
c) Industri berat dan ringan.
Pada industri kulit dipakai sebagai pelembut dan fleksibel. Pada industri
tekstil juga dipakai karena mudah dihilangkan. Sebagai pelumas, minyak
sawit ini cukup baik karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, cold
13
rolling dan fluxing agent pada industri kawat, industri perak dan sebagai
flotasi pada pemisahan biji tembaga dan cobalt. Pada industri ringan dipakai
sebagai sabun, semir sepatu, lilin, detergent, tinta cetak dan lain-lain.
2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN
Konsep kemitraan agribisnis sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam
implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan
implementasi tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku baik
pelaku agribisnis hulu (petani) maupun pelaku agribisnis hilir (investor yang
bermitra dengan petani. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang
berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun
swasta.
Tantangan pengembangan kemitraan agribisnis diperkirakan akan
membawa berbagai implikasi bagi perkembangan pertanian di Indonesia. Menurut
Sumardjo (2004), memasuki era globalisasi, pengembangan kemitraan agribisnis
akan menghasilkan beberapa peluang antara lain sebagai berikut.
a. Peningkatan volume pasar.
b. Harga jual produk yang lebih kompetitif.
c. Harga sarana produksi yang lebih terjangkau.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Modal investasi.
f. Peningkatan efisiensi akibat relokasi sumber daya dan dorongan persaingan.
Gambar 1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis
Sumber : Sumardjo (2004)
Pengusaha
Petani
Pemasaran
14
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa sebenarnya konsep kemitraan
agribisnis menjadikan salah satu pilihan yang prospektif bagi pengembangan
iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa yang akan datang. Hal tersebut
dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat
menjembatani kesenjangan antar subsistem dalam bisnis hulu-hilir (produsen-
industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen).
Di dalam SK. Mentri Pertanian No. 668 Tahun 1986 dijelaskan bahwa
definisi Perkebunan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) adalah pola untuk
mewujudkan perpaduan usaha, dengan sasaran perbaikan keadaan sosial ekonomi
peserta, didukung oleh suatu sistem pengelolaan usaha dengan memadukan
berbagai kegiatan produksi pengelolaan usaha dengan memadukan berbagai
kegiatan produksi pengelolaan dan pemasaran hasil, dengan menggunakan
perkebunan besar sebagai inti dalam suatu sistem kerjasama yang saling
menguntungkan.
Menurut Nuhung (2003), Perusahaan inti rakyat dilaksanakan berazaskan
golongan yang kuat wajib membantu golongan yang lemah di dalam usahanya
untuk mencapai tujuan masing-masing. Sebagai perusahaan inti adalah perusahaan
negara atau swasta yang ditetapkan berdasarkan SK. Mentri Pertanian. Petani
peserta merupakan plasma dari sistem perkebunan yang dikembangkan. Petani
plasma berfungsi sebagai unit produksi kecil yang terhimpun dalam suatu sistem
kerja sama sehingga dapat diterapkan usaha pembakuan produksi, mutu dan
keserasian proses produksinya. Petani plasma melaksanakan kegiatan sehari-hari
pada lahan miliknya bersama seluruh tenaga kerja keluarganya. Keluarga petani
plasma juga dapat menjadi sumber tenaga kerja bagi kegiatan perusahaan inti.
Menurut Nuhung (2003), tujuan PIR-BUN tidak terlepas dari tujuan
pembangunan nasional, yaitu menciptakan struktur perekonomian yang seimbang
dengan industri yang kuat yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Secara
spesifik tujuan pembangunan PIR-BUN antara lain senagai berikut :
a. Meningkatkan produksi komoditi perkebunan baik kualitas maupun kuantitas
sebagai penghasil devisa dari ekspor non migas.
b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani perkebunan.
15
c. Mempercepat proses alih teknologi budi daya perkebunan dan manajemen
usahatani dari inti ke plasma.
d. Membantu pemerataan penyebaran penduduk secara nasional/regional.
e. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.
f. Meningkatkan penyediaan lapangan kerja
g. Mendorong perkembangan industri hulu dan industri hilir.
h. Upaya pemanfaatan sumber daya lahan dan manusia secara optimal
2.4. Perdagangan Sawit
Seiring dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam
tatanan ekonomi dunia, ketidak pastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika
perekonomian global yang harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Adanya
kecenderungan fluktuasi harga CPO, maka dunia usaha Indonesia termasuk
produsen baik yang besar maupun yang kecil dan kelompok tani berusaha
mencari, mendalami dan meningkatkan aktivitas pengelolaan resiko agar
terlindungi dari resiko yang dapat merugikan mereka.
Ramiaji (2008) menyatakan bahwa penawaran domestik CPO Indonesia
memiliki hubungan yang negatif dengan harga CPO domestik. Dengan
peningkatan penawaran domestik maka harga domestik akan menurun. Harga
pasar domestik akan turun akibat terdapat banyak pasokan CPO di pasar. Produksi
CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif terhadap harga domestik CPO di
Indonesia. Apabila produksi CPO Indonesia meningkat, maka penawaran CPO di
pasar domestik akan meningkat. Harga CPO Indonesia periode sebelumnya
mempunyai hubungan yang positif dengan harga domestik CPO Indonesia. Harga
minyak kelapa tidak memiliki hubungan dengan harga domestik CPO Indonesia.
Hal ini menunjukan minyak kelapa tidak mempengaruhi penawaran ekspor CPO
domestik. Minyak kelapa dan CPO memiliki segmen pasar yang berbeda.
Menurut Suganda (2006), dalam waktu 2004 – 2006 harga CPO di pasar
fisik dan berjangka secara umum mengalami trend penurunan harga. Penurunan
harga CPO selama dua tahun tersebut disebabkan faktor suplai yang berlebih.
Malaysia yang merupakan negara produsen CPO nomor satu dunia, mengalami
kelebihan stok hingga sebanyak 1,4 juta ton pada Desember 2004.
16
2.5. Produktivitas Kerja
Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan
operasional. Secara filosofis produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap
mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Menurut
Arfida (2003), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai
(keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan
persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat
terwujud dalam empat bentuk, yaitu :
a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit.
b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang kurang.
c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang sama.
d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan
sumber daya yang relatif lebih sedikit.
Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa faktor produksi, seperti
tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri.
Dalam hal ini, peningkatan produktivitas faktor manusia merupakan sasaran
strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat bergantung
pada kemampuan manusia yang memanfaatkannya (Simanjuntak, 1985). Melalui
pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat
dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu :
a. Kualitas dan kemampuan fisik karyawan.
Kualitas dan kemampuan dipengaruhi tingkat pendidikan, latihan, motivasi,
etos kerja, mental dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan
pengetahuan bukan hanya yang langsung dengan pelaksanaan, tetapi juga
landasan untuk mengambangkan diri serta kemampuan memanfaatkan
semua sarana yang ada dari sekitar kita untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Latihan melengkapi pekerja dengan keterampilan dan cara-cara
menggunakan peralatan kerja. Motivasi, etos dan sikap kerja yang
berorientasi kepada produktivitas membutuhkan waktu yang lama dan
17
memerlukan teknik tertentu, antara lain menciptakan iklim dan lingkungan
kerja yang menyenangkan dan hubungan yang serasi. Kemampuan fisik
memerlukan perhatian, terutama karena tingkat upah rendah, sehingga
pemenuhan gizi dan kesehatan pekerja umumnya terbatas.
b. Sarana pendukung
Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas dikelompokkan
menjadi 2 yaitu : Pertama, menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi
dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat
keselamatan dan kesehatan, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.
Kedua, menyangkut kesejahteraan pekerja yang terjamin dalam sistem
pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan hidup.
c. Supra sarana
Menyangkut hubungan antara pengusaha dan pekerja yang mempengaruhi
kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kemampuan manajemen dalam
menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan menciptakan sistem
kerja yang optimal akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja.
Peran manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas, yaitu
dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi,
menerapkan fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja dan
pembagian kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan, serta
menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
18
Gambar 2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan
Sumber : Simanjuntak (1985)
Menurut Atmosoeprapto (2000), upaya peningkatan kualitas dan
produktivitas sumberdaya manusia terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, salah
satunya adalah pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya
manusia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan
manusia sesuai dengan potensi yang dapat dicapai sehingga kinerjanya akan
meningkat, dan pada akhirnya akan memberikan sumbangan besar bagi
peningkatan produktivitas.
Menurut Lubis (1994), manajemen perkebunan dituntut agar dapat
mengelola sumber daya manusia yang jumlahnya dapat dapat mencapai ribuan
orang, mampu meningkatkan produktivitas, menciptakan kondisi serasi,
menanamkan rasa memiliki dan mampu menggiring untuk bersama-sama
Supra Sarana :
- Kebijakan pemerintah
- Hubungan industrial
Manajemen
Karyawan :
- Pendidikan
- Latihan
- Etos kerja
- Sikap mental
- Fisik
Lingkungan kerja &
Sarana Penunjang :
- Teknologi
- Sarana Produksi
- Kesehatan dan
keselamatan kerja
Kesejahteraan :
- Upah
- Jaminan sosial
- Keamanan
Peningkatan Produktivitas
Karyawan Perusahaan
19
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini manajemen
harus dapat membagi tugas di masing-masing lini dan harus peka terhadap stiap
perubahan sehingga dituntut agar selalu bekerja efisien dan efektif.
Suratiyah Ken (2006) menyatakan bahwa efisiensi tenaga kerja atau sering
disebut produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah
produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas usaha.
a) Memperhatikan produksi.
Produktivitas dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut.
Produktivitas = Jumlah produksi per ha
Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha
b) Memperhatikan penerimaan per hari kerja.
Penerimaan per hari kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
Penerimaan per hari kerja = Jumlah produk fisik x harga per ha
Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha
c) Memperhatikan luas lahan/usaha.
Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
Produktivitas tenaga kerja = Luas usahatani
Jumlah Tenaga kerja yang dicurahkan per hari
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Yori Akmal (2006) tentang produktivitas
tenaga kerja menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja
pada industri kerupuk sanjai di Bukit Tinggi hanya empat variabel bebas yaitu,
jenis kelamin, upah, status pekerjaan, dan alokasi waktu kerja. Pertama, jenis
kelamin bernilai positif yang berarti tenaga kerja laki-laki lebih produktif
dibanding tenaga kerja perempuan. Kedua, upah yang diterima dari industri
bernilai positif yang berarti semakin tinggi upah, maka produktivitas tenaga kerja
semakin meningkat. Ketiga, dummy status pekerjaan bernilai positif yang berarti
tenaga kerja yang bekerja penuh lebih produktif dibandingkan yang bekeja
sampingan pada industri kerupuk sanjai. Sedangkan keempat, alokasi waktu kerja
bernilai negatif yang berarti penambahan jam kerja akan menurunkan
20
produktivitas tenaga kerja tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda.
Menurut Dodi Prasetya (2006), tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi karyawan di pabrik kelapa sawit meliputi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan
jumlah tanggungan keluarga. Faktor eksternal meliputi hubungan atasan bawahan,
hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja,
kompensasi serta pengakuan dan perhargaan. Anlaisis ini menggunakan uji
korelasi variabel.
Wiwit (2004) melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja pemetik teh. Hasil pengujian menyatakan bahwa faktor yang
berpengaruh kuat terhadap tingkat produktivitas kerja pemetik teh secara statistik
adalah usia, jenis kelamin, jarak ke tempat pemetikan dan jumlah pendapatan
keluarga. Sedangkan nilai elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja pemetik teh mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah
alokasi waktu kerja, jumlah pendapatan keluarga, usia, jarak ke tempat pemetikan,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, persepsi hubungan dengan sesama pemetik,
status pekerjaan dan pengalaman kerja.
Kurniawan (2006) melakukan penelitian tentang stratregi Pengembangan
Kelapa Sawit di PTPN VIII, Banten. Penelitian ini menggunakan alat analisis
SWOT dan QSPM. Ada 9 faktor kekuatan internal yaitu (1) hubungan baik antar
karyawan, (2) penjualan CPO dan kernel menghasilkan laba besar bagi PTPN VIII
tahun 2003, (3) Kualitas CPO dan Kernel sesuai standar Deptan, (4) Adanya
pembangunan pabrik baru, (5) Adanya penambahan areal sawit, (6) Lokasi pabrik
strategis, (7) Pemasaran hasil dan kernel sejalan sesuai dengan kemampuan
pabrik, (8) Kesejahteraan karyawan diperhatikan, (9) PTPN VIII banyak bekerja
sama dengan lembaga penelitian. Kelemahan ada 6 faktor yaitu (1) Pabrik
pengolahan kurang efektif dan efisien, (2) kurang bahan baku (TBS), (3)
Perkebunan sawit kelas 3, (4) Umur sawit sudah tua, (5) Pemanfaatan limbah hasil
industri belum maksimal, (6) kurangnya disiplin kerja. Adapun peluang yang ada
terdiri dari (1) pajak ekspor turun, (2) PIR membantu PTPN VIII meningkatkan
produksi, (3) Permintaan CPO di luar dan di dalam negeri meningkat, (4)
21
Penemuan baru dalam budidaya, (5) Minyak sawit ramah lingkungan, (6) Produk
sawit masih lebih baik dari pada subtitusinya. Sedangkan untuk ancaman yaitu (1)
Pembatasan ekspor, (2) Campur tangan pemerintah dalam penentuan harga CPO,
(3) Keamanan dalam negeri belum stabil, (4) Kampanye anti minyak sawit, (5)
Persaingan dalam industri CPO dan kernel ketat, (6) Persaingan dalam mendapat
TBS, (7) Mudahnya masuk ke dalam industri sawit. Dari hasil analisis matriks IE
maka strategi yang terbentuk berada pada kuadran 5, yaitu strategi pertahanan dan
pemeliharaan.
Tabel 7. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu.
Nama Penulis Tahun Tema Alat analisis
Yori Akmal 2006 Faktor yang mempengaruhi
produktivitas pada industri
kerupuk sanjai di Bukit Tinggi
Analisis
regresi linier
berganda
Dodi Eka Prasetya 2006 Faktor yang berhubungan dengan
motivasi karyawan di pabrik
kelapa sawit
Uji korelasi
variabel Rank
Spearman
Wiwit Tresnowati 2004 Faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja pemetik teh
Uji linier
berganda
Arfan Chandra
Suganda
2006 Strategi Pengembangan Bisnis
Kelapa Sawit pada PTPN. VIII
Banten
SWOT
Perbedaan dengan penelitian terdahulu meliputi tempat penelitian, waktu,
alat analisis dan komoditas yang diteliti. Dengan Penelitian Yori dan Wiwit
terdapat perbedaan tujuan, sehingga alat analisisnya berbeda. Persamaannya
adalah subjek yang diteliti memiliki persamaan yaitu produktivitas kerja. Dengan
Dodi memiliki persamaan tujuan yaitu mencari hubungan (korelasi) variabel,
hanya saja perbedaannya terletak pada objeknya yaitu motivasi. Penelitian
Suganda jika dihubungkan dengan penelitian ini hanya memiliki objek penelitian
yang sama, selain itu tidak nampak persamaan.
22
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teori
3.1.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi kegiatan pertanian.
Suratiyah Ken (2006) menyatakan bahwa kelangkaan tenaga kerja berakibat
mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,
produktivitas dan kualitas produk. Pada perusahaan pertanian, peranan tenaga
kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga
(teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu
yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Hal-hal yang
mempengaruhi tenaga kerja dalam bekerja yaitu sistem upah yang diterima para
pekerja. Sistem upah terdiri dari sistem borongan sesuai perjanjian pemberi kerja
dengan pekerja, sistem waktu yang berdasarkan lamanya waktu pekerja, dan upah
premi dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja.
a) Lamanya waktu bekerja.
b) Kehidupan sehari-hari pekerja yang dapat dilihat dari makanan, gizi,
perumahan, kesehatan serta keadaan lingkungan.
c) Kecakapan dalam bekerja.
d) Umur tenaga kerja, sehingga menentukan prestasi kerja seseorang. Menurut
Tscajanov diacu dalam Hadisapuetro (1973), besarnya prestasi kerja tenaga
kerja keluarga dipengaruhi oleh perbandingan antara besarnya konsumen
(pemakai) dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia.
3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja
Hubungan faktor-faktor adalah hubungan antara faktor produksi yang satu
dengan faktor produksi yang lainnya. Untuk memperoleh suatu produksi, petani
dapat menggunakan bermacam-macam faktor produksi dalam berbagai
kombinasinya. Dari berbagai kombinasi tersebut harus dipilih kombinasi yang
akan memberikan keuntungan tertinggi.
Hubungan antara faktor produksi satu dengan yang lainnya bila ditinjau
dari segi daya subtitusinya dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
23
a) Hubungan dengan daya subtitusi tetap, yakni bila penambahan faktor produksi
yang satu akan menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain dalam
jumlah tetap dan jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah.
b) Hubungan komplementer, yaitu apabila pemakaian faktor produksi yang satu
lebih besar dari seharusnya tidak akan mempengaruhi produk yang dihasilkan.
c) Hubungan dengan daya subtitusi berkurang, yakni apabila salah satu faktor
produksi dapat mensubtitusi faktor produksi yang lainnya, tetapi jumlah yang
dapat disubtitusi tersebut semakin lama menjadi semakin kecil.
Hubungan antara satu macam output dengan banyak input digambarkan
dengan isoquant yang merupakan garis untuk tingkat produksi tertentu pada
berbagai kombinasi input X1 dan X2. Besarnya sudut kemiringan isoquant
menggambarkan besarnya daya subtitusi X1 terhadap X2 untuk memproduksi
tingkat produksi yang sama disebut Marginal Rate of Technical Subtitution
(MRTS). Sedangkan Isoproduct adalah kurva yang menghubungkan kombinasi
antara faktor produksi ( L & K ) yang mampu memproduksi sejumlah barang
tertentu. Sifat Isoproduct sama dengan Kurva Indiferent. Isocost adalah garis yang
menghubungkan kombinasi faktor – faktor produksi ( K & L ) pada tingkat
pengeluaran biaya tertentu.Seperti dalam budget line. Isocost mempunyai daerah
yang feasible.Titik optimum tercapai apabila MRST ini sama dengan
perbandingan harga faktor produksi.
K
A
Isoquant
L
Isocost
Gambar 3. Kurva Isoquant dan Isocost
K
L
K
LLK
MP
MP
P
PMRTS −=−=
24
Titik optimum terbentuk ketika berada pada titik A. Apabila
poduktivitas meningkat, tetapi dengan modal dan tenaga kerja yang tetap,
maka akan menguntungkan petani karena dengan biaya relatif tidak berubah
pula.
3.2. Kerangka Operasional
Produktivitas kebun plasma sejak tahun 2003 semakin menurun
dibandingkan kebun inti. Padahal dari tahun 1993 samapai 2003, kebun plasma
memiliki produktivitas lebih tinggi dari inti. Dengan asumsi keadaan alam, teknik
perkebunan, waktu penanaman yang sama, idealnya produktivitas kebun plasma
dan inti tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun.
Mitra Ogan telah mengkaji penyebab penurunan produktivitas tanaman
petani plasma dengan hasil adalah rendahnya petani yang melakukan perawatan
tanaman, terutama pemupukan. Perusahaan menyatakan bahwa pemupukan oleh
petani plasma dilakukan hanya 50 % dari kebutuhan optimal pemupukan. Untuk
itu perlu dilakukan pengkajian untuk melihat apa yang menyebabkan petani
plasma menurun produktivitas kerjanya.
Pengkajian ini bisa dilihat dari faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi produktivitas kerja petani plasma. Faktor internal terdiri dari usia,
pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan dan kemampuan fisik.
Faktor eksternal terdiri dari lingkungan kerja, hubungan dengan perusahaan,
hubungan sesama petani, kebijakan perusahaan dan pendapatan. Kemampuan
yang baik dan motivasi kerja yang tinggi yang akan melahirkan produktivitas
petani plasma yang diharapkan perusahaan, sehingga optimalisasi produksi dapat
tercapai
25
Gambar 4. Alur Kerangka Operasional
Tujuan Perusahaan
Karakteristik
Petani Plasma
Internal :
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pengalaman
4. Pelatihan
5. Jumlah Tanggungan
6. Kemampuan Fisik
Faktor yang
Berhubungan
dengan
Produktivitas
Kerja Petani
Plasma
Produktivitas Kebun Plasma Mitra
Ogan Menurun
Eksternal :
1. Lingkungan kerja
2. Hubungan dengan
Perusahaan
3. Hubungan dengan
Sesama Petani
4. Kebijakan Perusahaan
5. Pendapatan
Rekomendasi
Kepada Perusahaan
Produktivitas Kebun Plasma Mitra
Ogan Menurun
26
3.2.1. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian, perumusan masalah,
diagram, pustaka dan kerangka pemikiran, maka selanjutnya dapat dirumuskan
jawaban yang menyatakan adanya hubungan diantara variabel-variabel tertentu
yang disebut hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
hubungan positif yang nyata antara faktor-faktor internal dan eksternal terhadap
produktivitas kerja petani plasma yang diukur dengan jumlah produksi dalam
satuan Kg/Ha
3.2.2. Difinisi Operasional
Produktivitas kerja adalah tingkat kemampuan tenaga kerja dalam
menghasilkan produk. Ini dapat dilihat dari jumlah output (TBS/Ha) dibandingkan
luas lahan per hektar dalam satuan waktu.
Perusahaan Inti adalah badan usaha berbentuk badan hukum berupa usaha
menengah atau usaha besar milik swasta atau badan usaha milik negara termasuk
badan usaha milik daerah atau koperasi yang melakukan kegiatan usaha dibidang
perkebunan yang bertindak sebagai inti pada PIR BUN. Petani plasma adalah
petani yang memiliki lahan untuk dijadikan kebun plasma dan atau petani yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Tingkat usia responden diukur berdasarkan usia responden saat
diwawancara. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini berdasarkan kelulusan para
petani dalam jenjang pendidikan formal, yaitu SD, SMP SMA, perguruan tinggi.
Pelatihan yang diikuti dapat dilihat dari jumlah pelatihan dan dampak
pelatihan yang telah dilakukan. Jumlah pelatihan dapat dibagi menjadi 4 bulan, 8
bulan, 12 bulan dan lebih dari setahun yang diikuti oleh petani. Sedangkan
dampak pelatihan diukur dari pengaruh pelatihan terhadap pekerjaan.
Pengalaman dapat diukur dari lama bekerja, yang dibagi menjadi 3
bagiaan yaitu 1-5 tahun, 6-10 tahun dan 11-20 tahun.
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
dibiayai. Anggota keluarga terdiri dari istri dan anak. Tanggungan ini dapat dibagi
berdasarkan jumlah tanggungan yaitu, 1-3 orang, 4-5 orang dan 6-10 orang
27
Keadaan fisik dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari,
jumlah istirahat dan olah raga. Makanan yang dikonsumsi dapat dilihat dari menu
makanan yang dikonsumsi, mulai dari yang bergizi samapi yang tidak bergizi.
Waktu istirahat dapat dilihat dari jumlah istirahat yang dilakukan petani setiap
harinya, yang dibagi menjadi >10 jam, 8-10 jam, 4-8 jam dan kurang dari 4 jam.
Lingkungan kerja adalah kondisi fisik dan sosial yang menyenangkan di
tempat kerja. Pengukurannya dilakukan berdasarkan keamanan, sarana produksi,
sarana publik. Ketenangan dinilai dari dari hambatan-hambatan yang terjadi
selama bekerja, meliputi cuaca, kebakaran, pencurian. Sarana produksi dinilai dari
kemudahan memperoleh input produksi. Sedangkan sarana publik dinilai dari
keadaan sarana pendidikan, kesehatan, listrik, jalan.
Hubungan dengan perusahaan adalah interaksi yang terjadi antara
manajemen perusahaan inti dengan petani. Hubungan ini meliputi komunikasi,
perhatian dari perusaaan tentang kemajuan kebun, keluarga, ide dan saran dari
petani, dan pemberian kritik terhadap kerja petani.
Hubungan sesama petani yaitu interaksi yang terjadi antara petani seperti
pemberian dukungan dan semangat kerja, bantuan, kerjasama, kritikan dari
sesama petani. Hubungan ini bukan hanya antara petani dengan petani saja, tetapi
juga antar keluarga petani.
Kebijakan perusahaan adalah ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Hal yang mencakupnya antara lain lama bekerja, perjanjian kesepakatan,
pemberian sanksi, standar operasional dari perusahaan dan kebijakan pemberian
pembinaan.
Pendapatan tercermin dari mutu kehidupan para petani. pendapatan
meliputi pendapatan dari kebun, pendapatan di luar kebun.
Semua faktor memiliki pembatasan yang jelas pada setiap skala likertnya.
Batas-batas tersebut diambil dari keadaan aktual yang terjadi di lapangan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.
28
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Rajawali Nusantara Indonesia ( RNI )
yang berlokasi di Jakarta dan Perkebunan Kelapa Sawit PTP. Mitra Ogan yang
berlokasi di Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera
Selatan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan
karet. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa PTP. Mitra Ogan merupakan salah satu perkebunan
milik negara yang besar dalam mengolah kelapa sawit dan karet, serta
penyumbang laba bersih terbesar dari semua anak perusahaan RNI (Rajawali
Nusantara Indonesia) Grup pada tahun 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November 2008 – Maret 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
berdasarkan kuisioner yang telah disipakan dan pengamatan langsung di lapangan.
Kuisioner berisi pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi produktivitas kerja petani kebun plasma yang terdapat di
PTP. Mitra Ogan. Selain kuisioner juga diperoleh data perusahaan mengenai
sejarah awal berdirinya perusahaan, jumlah karyawan dan struktur organisasi.
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang berasal dari Dirjen
Perkebunan, literatur yang mendukung, buku-buku yang memuat teori dan hasil-
hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
4.3. Metode Pengambilan Data
Jumlah kepala keluarga yang menghuni 8 Satuan Pemukiman (SP) yang
mengelola kebun plasma bejumlah 3000 orang.. Jumlah responden yang diambil
dalam penelitian ini 100 orang. Dalam penunjukan sampel setiap SP, penelitian
ini menggunakan teknik convinience sampling.
29
Tabel 8. Jumlah Kepala Keluarga Per Satuan Pemukiman (SP)
Tempat Jumlah Kepala
Keluarga
% dari Total Jumlah Responden
SP 1 300 10 10
SP 2 310 10,3 10
SP 3 440 14,6 15
SP 4 465 15,5 15
SP 5 375 12,5 13
SP 6 262 8,73 9
SP 7 360 12 12
SP 8 488 16,26 16
Total 3000 100 100
Sumber : PTP. Mitra Ogan
Setiap SP diambil sesuai dengan persentase proporsional dari jumlah total
kepala keluarga yang mendiami SP. Semakin besar jumlah kepala keluarga di
suatu SP, maka semakin besar jumlah responden yang diambil. Responden
diambil acak dari masing-masing SP.
4.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
Software Statistical Program for Social Science (SPSS) untuk memperoleh
kesimpulan. Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik.
Pengumpulan data dengan skala ordinal diolah dengan menggunakan uji korelasi
Rank Spearman. Untuk analisis data berupa hasil wawancara, observasi serta data
sekunder lainnya dianalisis terbatas pada teknik membaca grafik, tabel, diagram
dan gambaran kondisi lapang yang kemudian dianalisis kembali.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert,
dengan ketentuan sebagai berikut :
Sangat baik : 4
Baik : 3
Tidak baik : 2
Sangat Tidak Baik : 1
30
Alasan menggunakan skala likert dengan 4 tingkat adalah untuk
menghindari jawaban yang samar. Artinya dengan skala 4 tingkatan, terdapat
kepastian perbedaan yang jelas antara jawaban.
4.4.1. Analisis deskriptif
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif
baik kuantitatif maupun kualitatif. Langkah awal dalam analisis ini membuat tabel
frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Data karakteristik,
produktivitas dikelompokan berdasarkan jawaban, ditabulasikan kemudian
dipersentasekan.
4.4.2. Korelasi Rank Spearman
Korelasi Spearman Rank digunakan utnuk mencari hubungan atau untuk
menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data anta variabel tidak harus sama (
Sugiono, 2007). Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
rs = 1- 6∑ di2
n3 – n
Dimana :
rs = koefisien korelasi Rank Spearman.
di = Selisih besarnya rank dari peubah X dan Y
n = Jumlah contoh
Besarnya nilai terletak antara -1 < rs < 1, artinya :
rs = 1, hubungan X dan Y sempurna posiitif (mendekati 1, hubungan sanat kuat
dan positif)
rs = -1, hubungan X dan Y sangat sempurna negatif
rs = 0, X dan Y lemah sekali dan tidak ada hubungan.
31
Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi digunakan ketentuan sebagai
berikut :
- r mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan searah
- r mendekati -1, maka hubungan sangat kuat tetapi tidak searah
- r bernilai dibawah 0,5 atau – 0,5 maka hubungan kurang kuat
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan,
diajukan hipotesa sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat hubungan nyata antar faktor yang berhubungan dengan
produktivitas petani plasma.
H1 = Terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan
produktivitas petani plasma.
Keputusan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Terima Ho, jika nilai signifikan > 0.05, artinya tidak terdapat hubungan nyata
antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plasma.
b. Tolak Ho, jika nilai signifikan < 0.05, artinya terdapat hubungan nyata antara
faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plama.
32
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Perusahaan
PT. Perkebunan Mitra Ogan merupakan anak perusahaan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang Perkebunan. Perseroan
didirikan pada tanggal 19 Desember 1988 oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(Persero) dan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), berdasarkan Akta Notaris
Imas Fatimah, SH Nomor 170 yang berkedudukan di Jakarta. Akta tersebut telah
diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 78 tanggal 29
September 1989 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan surat Keputusannya No. C25475.HT.01.01.TH.89. Akta
tersebut sudah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Di luar Rapat No. 39 pada tanggal 17
April 2007 yang dibuat di hadapan BRAy. Mahyastoeti Notonagoro, SH. Notaris
yang berkedudukan di Jakarta. Isi yang tercantum dalam Akta tersebut mengenai
perubahan pengurus Perseroan.
5.2. Visi
Menjadi perusahaan agro industri terbaik di Indonesia, bertumpu pada
produktivitas, kualitas pelayanan yang prima serta siap bersaing di era globalisasi.
5.3. Misi
Menjadi badan usaha bidang agroindustri dengan kinerja terbaik yang
dikelola secara profesional dan inovatif dengan orientasi pada peningkatan mutu
dan produktivitas, tumbuh, dan berkembang serta memenuhi harapan pihak-pihak
yang berkepentingan.
5.4. Tujuan Perusahaan
Sesuai dengan Akta Pendiriannya, maksud dan tujuan Perseroan adalah
turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program Pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dalam
bidang usaha perkebunan.
33
5.5. Strategi Perusahaan
Strategi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang yaitu :
Menaikan omset penjualan, menurunkan harga pokok penjualan, optimalisasi
manajemen keuangan, pengolahan kebun dan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) sesuai
kultur teknis dan SOP, pengembangan areal kelapa sawit sampai seluas 45.000 ha
dan karet 5.000 ha berikut pabrik pengolahannya, menaikan posisi areal inti dari
38% menjadi 55%, optimalisasi pengembangan SDM, pengembangan SDM,
pengembangan teknologi informasi(TI) dan pemanfaatan by produk untuk
peningkatan nilai tambah.
5.6. Struktur Organisasi
Direksi dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari di bawah
pengawasan dewan komisaris yang merupakan manajemen tertinggi dalam
perusahaan. Dalam melakukan pengendalian terhadap jalannya perusahaan
dilakukan pendegelasian sebagian atau seluruh wewenangnya kepada pimpinan
unit kerja yang di bawahnya.
Unit kerja PT. Perkebunan Mitra Ogan tersebar di 3 Kabupaten Provinsi
Sumatra Selatan yang merupakan unit usaha masing-masing dikepalai oleh
Administratur (ADM) kebun dan Site Manager. Secara struktural Direksi
membawahi 3 Administratur (ADM) unit usaha dan 1 Site Manager unit usaha
pengembangan. Organisasi di Kantor Pusat (Direksi) terdiri atas 6 bagian yang
dikepalai oleh Kepala Bagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 3
Berdasarkan Akte Notaris BRAy Mahyastoeti Notanagoro SH Nomor: 08
Tanggal 27 Maret 2006 tentang pernyataan keputusan di luar rapat, maka susunan
pengurus menjadi sebagai berikut :
� Komisaris Utama : Ir. Amal Bakti Pulungan. MM
� Komisaris : Ir. Bambang Sumardiko
� Direktur Utama : Ir. H. Elka Wahyudi.
� Direktur Produksi : Ir. Pangoloi Sitompul
� Direktur Keuangan : Ir. Bambang Adi S.
34
5.7. Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di PT. Perkebunan Mitra
Ogan pada akhir Juli 2008 adalah 1305 orang dimana pelaksanaan pembinaan
dilakukan setiap tahun melalui berbagai macam pelatihan dalam rangka
meningkatkan Kualitas Manajemen dan Sumberdaya Manusia di semua jajaran
sebgai prasyarat peningkatan pengelolaan usaha yaitu karyawan mengikuti
training di LPP Yogjakarta dan LPP Medan yang meliputi Kursus Jabatan dan
Kursus Penyegaran, In House Training, seminar, Study Banding, melihat pameran
perkembangan budidaya kelapa sawit dan Teknologi Pabrik Minyak Kelapa Sawit
(PKS).
Tabel 9. Komposisi Karyawan Berdasarkan Pimpinan dan Pelaksana
NO. Keterangan 2005 2006 2007 07-2008
1. Karyawan Pimpinan 76 90 88 84
2. Karyawan Pelaksana 1.271 1.244 1.233 1.221
Jumlah 1.347 1.334 1.321 1.305
Sumber : Company Profile Mitra Ogan, 2008
Seiring dengan bertambahnya luas kebun maka bertambahlah pula SDM
yang dibutuhkan. Untuk saat ini PTP. Mitra Ogan sedang memperluas wilayah
perkebunan di daerah Musi Banyu Asin seluas 16.000 Ha dan saat ini baru
terealisasi seluas 2000 Ha.
Tabel 10. Luas Areal Per Unit Kerja
No. Unit Kerja Luas Areal (Ha) Jumlah
Inti PIR Trans KKPA
1 Kab OKU 5.871,61 5.864,81 3.493,29 13.465,01
2 Kab Muara Enim 3.013,39 127,95 5.050,42 8.648,10
3 Kab Muba 339,29 - 339,29 678,58
Jumlah 9.224,29 5.992,76 8.883,00 24.100,05
Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008
35
5.8. Sarana Pengolahan dan Produk yang Dihasilkan
PT. Perkebunan Mitra Ogan, Memiliki Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
dan Inti Sawit dengan Produk yang dihasilkan sebagai berikut :
Tabel 11. Kapasitas Optimal Pabrik
Pabrik Produk Olahan Jumlah Pabrik Kapasitas
Kelapa Sawit Minyak Sawit, Inti
Sawit
2 90 Ton Tbs/Jam
5.9. Perkembangan Kinerja Tahun 2005-2007 dan Juli 2008
5.9.1. Komoditas Kelapa Sawit
Sampai dengan akhir Juli 2008, Komoditas Kelapa Sawit memberikan
kontribusi 95% dalam perolehan nilai penjualan PT. Perkebunan Mitra Ogan.
Tabel 12. Perkembangan Kinerja Komoditas PTP. Mitra Ogan, 2005- Juli 2008
No. Uraian Tahun
2005 2006 2007 07-2008
1. Produksi (Ton) 287.640 332.355 295.315 160.749
2. Volume
Penjualan (Ton)
77.475 89.785 84.360 45.648
3. Nilai Penjualan
(Rp M)
222 277 439 321
4. Areal TM (Ha)
Inti 7.245,27 7.453,93 7.606,72 7.744,17
PIR Trans 5.992,90 5.992,76 5.992,76 5.992,76
KKPA 7.843,99 8.201,80 8.314,68 8.462,27
Jumlah 21.082,16 21.914,16 21.914,16 22.199,2
Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa produksi CPO dari tahun 2005 sampai
2007 mengalami penurunan, sehingga berakibat pada penjualan juga yang
mengalami penurunan. Akan tetapi, nilai penjualan meningkat dari tahun 2005
sampai 2007. Ini disebabkan naiknya harga CPO dunia yang mendongkrak nilai
36
penjualan. Untuk luas areal dapat diketahui luas kebun inti hanya 34,8 % dari total
luas areal kelapa sawit PTP Mitra Ogan. Kebun terluas dimiliki oleh petani yang
mengikuti program Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA) seluas 8.462
hektar atau 38 %. Sedang sisanya dari kebun plasma PIR-Trans seluas 5.992
hektar atau 27 % dari luas total
5.9.2. Komoditas Karet
Sampai dengan akhir Juli 2008, komoditas karet memberikan kontribusi
5% dalam perolehan nilai penjualan PT. Perkebunan Mitra Ogan. Pada tabel 13
dapat dilihat dari tahun 2005 sampai 2008 produksi dan total penjualan terus
meningkat. Akan tetapi, nilai penjualan karet menurun sejak 2007. Ini disebabkan
harga karet yang menurun. Luas areal kebun karet tidak bertambah dari tahun
ketahun. Artinya potensi perluasan kebun karet masih terbuka jika dilihat dari
jumlah luas kebun karet jika dibandingkan dengan luas kebun kelapa sawit.
Tabel 13. Perkembangan Komoditas Karet, 2005 – Juli 2008
No Uraian Tahun
2005 2006 2007 07-2008
1. Produksi (Ton) 1.246 1.423 1.583 1.148
2. Volume Penjualan
(Ton)
1.277 1.388 1.619 1.150
3. Nilai Penjualan
(Rp M)
6 8.5 7.2 5.2
4. Areal TM (Ha)
Inti 982.86 982.86 982.96 982,86
Jumlah 982.96 982.96 982.96 982,86
Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008
5.10. Tingkat Kesehatan Perusahaan
Tingkat kesehatan perusahaan dihitung berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Negara BUMN No.KEP-100/MBU/2002 Tanggal 04 Juni 2002, penilaian
tingkat kesehatan perusahaan meliputi Aspek Keuangan, Aspek Operasional, dan
37
Aspek Administrasi. Perkembangan Tingkat Kesehatan PT. Perkebunan Mitra
Ogan, dapat dilihat pada Tabel 14 pencapaian score kinerja.
Tabel 14. Perkembangan Tingkat Kesehatan PTP. Mitra Ogan
No. Uraian Bobot Tahun
2005 2006 2007
1. Aspek
Keuangan
70 53 62,50 68,00
2. Aspek
Operasional
15 14,25 14,94 13,64
3. Aspek
Administrasi
15 15.00 15,00 15,00
Total 100 - 92,44 96,44
Tingkat
Kesehatan
Perusahaan
- AA AAA AA
Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008
Untuk kesehatan perusahaan, Mitra Ogan menggunakan sistem
pembobotan untuk setiap aspek yang mempengaruhi tingkat kesehatan
perusahaan. Jumlah bobot dapat dilihat dari tingkat kepentingan aspek yang
dilihat. Dari Tabel 14 dapat dilihat aspek keuangan perusahaan mendapatkan
bobot paling tinggi diantara yang lainnya. Untuk tahun 2005 sampai 2007, aspek
keuangan perusahaan tingkat kesehatannya terus meningkat. Hal ini berbeda
untuk aspek operasional yang menurun kinerjanya. Sedangkan untuk aspek
administrasi, nilai kinerja relatif sama dari tahun 2005-2007.
38
VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA PETANI
6.1. Karakteristik Umum Responden Petani Plasma
Karakteristik yang dinilai berdasarkan usia, tingkat pendidikan,
pengalaman bekerja dan jumlah tanggungan yang meliputi anak dan istri.
Karakteristik ini dinilai berdasarkan persentase per kategori dibandingkan dengan
total.
Untuk karakteristik usia, dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu muda (20-
29 tahun), dewasa (30-39 tahun) dan tua (> 40 tahun). Ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
11%
36%53%
20-29 Tahun
30-39 Tahun
> 40 Tahun
Gambar 5. Persentase Usia Responden
Sebagian besar petani plasma ini sudah berusia diatas 40 tahun sebanyak
53 %, sedangkan untuk usia muda 11 % dan dewasa 36 %. Sebagian besar dari
mereka sudah berkebun sejak program PIR trans ini didirikan tahun 1989. Suku
yang mendiami perkebunan ini berasal dari jawa dan bali. Ini memang terkait
dengan program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah pada saat itu.
Untuk karakteristik tingkat pendidikan dibagi menjadi kategori SD, SMP,
SMA dan perguruan tinggi. Sebagian besar para petani hanya merupakan lulusan
39
SD yang mencapai 45 %. Untuk lulusan SMP dan SMA masing-masing sebesar
24% dan 25 %, sedangkan perguruan tinggi hanya sebanyak 6 % .
45%
24%
25%
6%
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Gambar 6. Persentase Pendidikan Responden
Kategori lama bekerja dapat dibagi menjadi 3 yaitu 1-5 tahun, 5-10 tahun
dan 11 - 15 tahun. Sebanyak 71 % telah bekerja selama 11 - 20 tahun. Ini berarti
mereka telah bekerja sejak pemindahan pengelolaan kebun yang dilakukan pada
tahun 1992 - 1996. Untuk lama bekerja 6 - 10 tahun sebanyak 22 % dan sisanya 1-
5 tahun hanyak 7 %
7%
22%
71%
1-5 Tahun
6-10 Tahun
11-20 Tahun
Gambar 7. Persentase Lama Bekerja Responden
40
Karakteristik jumlah tanggungan meliputi jumlah anak dan istri yang
menjadi tanggungan. Hal ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu 1 – 3 orang
sebanyak 49 %, 4 – 5 orang sebanyak 29 % dan 5 – 10 orang sebanyak 6 %.
49%
30%
21%
0-3 Orang
4-5 Orang
6-10 Orang
Gambar 8. Persentase Jumlah Tanggungan Responden
Pendapatan petani dari mengelola kebun diperoleh dari penjualan TBS
kepada perusahaan inti. Harga yang disepakati berasal dari Tim penentuan harga
TBS yang terdiri dari Dinas Perkebunan Propinsi dan Kabupaten, Dinas
perdagangan, perusahaan PIR-Trans dan KKPA dan KUD-KUD perwakilan
petani. Harga TBS disepakati 2 kali setiap bulan. Dilakukan 2 kali sebulan
bertepatan dengan jadwal penyetoran buah dari petani kepada perusahaan inti.
41
Tabel 15. Rekapitulasi Pendapatan Petani Plasma tahun 2008
SP/AFD Jumlah
Kepala
Keluarga
Pendapatan Petani
per Kepala Keluarga
(Juta)
Pendapatan rata-
rata Per bulan
(Juta)
1/A 300 39.523.760 3.293.647
2/B 310 47.642.624 3.970.219
3/C 440 35.321.301 2.943.442
4/D 465 34.734.701 2.894.558
5/E 375 38.911.980 3.242.665
6/F 262 42.766.567 3.563.881
7/G 360 33.643.543 2.803.629
8/H 488 54.024.195 4.502.100
Total 326.569.671
27.214.141
Rata-Rata 40.821.209
3.401.768
Sumber: Company Profile Mitra Ogan, 2008
Dari data diatas, dapat dilihat pendapatan petani plama pada tahun 2008.
Rata-rata setiap kepala keluarga mendapatkan pendapatan sebesar 3.401.768
setiap bulannya. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa afdeling H memiliki
pendapatan rata-rata tertinggi dibanding afdeling lainnya yang produksinya
mencapai 16,5 %. Para petani yang mengelola afdeling H bertempat tinggal di SP
8. Jika dilihat dari jarak SP 8 ke jalan raya merupakan jarak terjauh dibandingkan
dengan SP lainnya. Tetapi justru semakin jauh itulah yang membuat ketenangan
petani selama bekerja terus terjaga sehingga terhindar dari pengaruh luar.
6.2 Sistem Kemitraan Inti Plasma PTP. Mitra Ogan
Pola Inti Plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok
mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Mitra Ogan
merupakan salah satu contoh kemitraan berpola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).
Dalam hal ini perusahaan menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis,
42
manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, di samping
itu perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan.. Sedangkan
kelompok mitra usaha yang dalam hal ini petani plasma bekerja untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga
hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi.
Lahan yang akan dikelola pada awalnya adalah lahan milik negara, dan PTP.
Mitra Ogan dalam hal ini diberi kesempatan untuk mengelola lahan yang ada.
Dengan melakukan pinjaman kepada Bank Dagang Negara (BDN), Mitra Ogan
memperoleh kredit untuk investasi program PIR-Trans meliputi kebun dan Pabrik
Kelapa Sawit (PKS)
Melalui Instruksi Presiden (Inpres) tentang program inti plasma, maka
dibentuklah perusahaan milik pemerintah yang menganut sistem yang telah
dicanangkan. PTP. Mitra Ogan didirikan dengan sistem Inti Plasma yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan program transmigrasi.
Pada awalnya perusahaan mengelola lahan sawit sampai berumur 4 tahun atau
awal produksi, kemudian diserahkan ke petani. Sehingga petani wajib mengganti
biaya pengelolaan dari bibit sampai berumur 4 tahun. Maka setiap panen,
pendapatan petani dipotong 30 % sampai pembiayaan dilunasi oleh petani.
Lahan perkebunan plasma PIR trans di PTP Mitra Ogan terdiri dari 8
afdeling yaitu afdeling A, B, C, D, E, F, F, H. Setiap afdeling dikelola oleh para
petani yang bermukim di Satuan Pemukiman (SP) mulai dari SP 1 sampai 8.
Setiap afdeling terdiri dari beberapa hamparan. Hamparan merupakan kumpulan-
kumpulan kavling petani yang berpusat. Setiap kavling terdiri dari 2 hektar yang
dikelola oleh setiap petani.
Dalam pelaksanaannya perusahaan membuat KUD di setiap SP sebagai
kepanjangan tangan dari perusahaan. Fungsi KUD ini yaitu membantu penyaluran
sarana produksi, tempat penampungan hasil panen sebelum dikirim ke pabrik.
Panen dilakukan 2 minggu sekali oleh petani yang kemudian di bawa ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) menggunakan truk pengangkut. Setiap panen
timbangan berat TBS dibawa keliling oleh kelompok tani ke semua kavling.
Setiap kavling memiliki tempat penampungan TBS sementara yang akan
didatangi oleh kelompok tani untuk ditimbang. Setelah ditimbang, TBS
43
dibersihkan dari kotoran seperti dahan, ranting yang kering dan TBS yang masih
muda. Khusus untuk TBS yang masih muda dikembalikan lagi ke petani untuk
didiamkan selama beberapa hari sampai matang, barulah setelah itu diangkut
kembali. Buah yang telah lolos sortasi dibawa ke PKS untuk diolah
Tabel 16. KUD Binaan PTP. Mitra Ogan
No. AFD/SP Luas
(Ha)
Jumlah
KK
Hamparan Ketua KUD Nama KUD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
A/SP 1
B/SP 2
C/SP 3
D/SP 4
E/SP 5
F/SP 6
G/SP 7
H/SP 8
599.86
620.00
880.00
929.00
746.80
524.00
716.90
976.00
300
310
440
465
375
262
360
488
12
15
12
21
14
13
18
22
Hendra
Warsono
Arin Subagia
Ahmad
Habibullah
Zainal Arifin
Toni Zainal
Kaslam
Bahagia
Perkasa Jaya
Karya Makmur
Baru Makmur
Usaha Baru
Sumber Harapan
Mitra Bersama
Windu Mukti
.
Pendapatan petani dibagikan oleh perusahaan inti berdasarkan pencatatan
hasil perorang dari PKS. Pendapatan itu dibagikan ke rekening masing-masing
petani oleh inti. Kebijakan perusahaan inti menghimbau kepada petani untuk
menyisihkan pendapatannya sebanyak 30 % sebagai tabungan untuk peremajaan
tanaman jika nanti sudah tak produktif lagi tanamannya.
6.3. Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Plasma
Faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja petani plasma
berjumlah 11 faktor, yang semuanya diuji dengan uji Rank Spearman. Faktor-
faktor tesebut yaitu usia, pendidikan, lama bekerja, pelatihan, jumlah tanggungan,
kondisi fisik, lingkungan kerja, hubungan dengan perusahaan, hubungan sesama
petani, kebijakan perusahaan, dan pendapatan. Data faktor-faktor tersebut
dikorelasikan dengan produksi setiap responden sepanjang tahun 2008. Alasan
menggunakan produksi 2008 karena tahun 2008 harga CPO di dunia mengalami
44
fluktuasi yang sangat signifikan, karena harga pada tahun tersebut menempati
tingkat tertinggi sampai tingkat terendah karena krisis global yang menurunkan
permintaan dunia terhadap CPO Dari hasil pengamatan dan survei
menggunanakan kuisioner maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 16
Tabel 17. Hasil Uji Rank Spearman terhadap Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Produktivitas Kerja.
Faktor Nilai Korelasi
Usia Correlation Coefficient -0.216
Sig. (2-tailed) 0.03
Pendidikan Correlation Coefficient 0.155
Sig. (2-tailed) 0.12
Lama Bekerja Correlation Coefficient -0.101
Sig. (2-tailed) 0.32
Pelatihan Correlation Coefficient -0.245
Sig. (2-tailed) 0.01
Tanggungan Correlation Coefficient -0.114
Sig. (2-tailed) 0.26
Fisik Correlation Coefficient 0.362
Sig. (2-tailed) 0.00
Lingkungan Kerja Correlation Coefficient 0.049
Sig. (2-tailed) 0.62
Hubungan dengan Perusahaan
Inti Correlation Coefficient 0.363
Sig. (2-tailed) 0.00
Hubungan Sesama Petani Correlation Coefficient 0.091
Sig. (2-tailed) 0.36
Kebijakan Perusahaan Correlation Coefficient 0.049
Sig. (2-tailed) 0.63
Pendapatan Correlation Coefficient 0.200
Sig. (2-tailed) 0.04
45
Dari Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa dengan menggunakan uji rank
Spearman bahwa faktor yang berpengaruh dengan produktivitas kerja petani
plasma adalah usia, pelatihan, keadaan fisik, hubungan dengan perusahaan dan
pendapatan.
6.3.1. Usia
Usia responden petani plasma berkisar antara 22 sampai 63 tahun. Dari
hasil uji rank Spearman dengan taraf nyata 5 %, nilai korelasinya adalah -0.216.
Faktor ini memiliki hubungan yang lemah dengan produktivitas dan tidak searah.
Artinya semakin muda usia responden, maka produktivitas semakin tinggi.
Tabel 18. Korelasi Usia dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Usia Correlation Coefficient -0.216
Sig. (2-tailed) 0.03
Usia para petani plasma saat ini sebagian besar berusia diatas 40 tahun
yang mencapai 53 %. Makin sedikitnya anak berusia muda di perkebunan plasma,
dapat menyebabkan produksi menurun dari waktu ke waktu. Secara rata-rata, usia
responden sebesar 40 tahun.
6.3.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan sebagian besar petani plasma hanya lulusan SD.
Hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Dalam
pengujian ini, tingkat pendidikan diberi kode untuk masing-masing tingkatan.
Akan tetapi tingkat pendidikan ternyata tidak berhubungan kepada
produksi petani plasma. Hal ini dapat diketahui dengan uji korelasi Spearman
yang tidak menunjukan hubungan yang nyata pada taraf nyata 5 %.
46
Tabel 19. Korelasi Pendidikan dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Pendidikan Correlation Coefficient 0.155
Sig. (2-tailed) 0.12
Hubungan pendidikan dengan produksi tidak signifikan. Walau pendidikan
para petani tidak tinggi, tetapi jika kinerja petani dalam memelihara kebun mereka
baik, maka hasilpun akan baik. Karena jika dilihat dari sisi maksimum dan
minimum, petani yang hanya mengenyam pendidikan SD dan perguruan tinggi
tidak ada perbedaan hasil produksinya.
6.3.2. Lama Bekerja
Lama Bekerja rata-rata para petani di perkebunan plasma PTP. Mitra
Ogan selama 11 tahun. Sebagian besar telah ada sejak penyerahan kebun dari inti
ke plasma pada tahun 1992-1996. Berdasarkan Uji Rank Spearman, diketahui
bahwa lama bekerja tidak berhubungan dengan produksi. Ini dapat dilihat dari
tabel di bawah ini.
Tabel 20. Korelasi Lama Bekerja dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Lama Bekerja Correlation Coefficient -0.101
Sig. (2-tailed) 0.32
Berdasarkan tabel di atas, lama bekerja ternyata tidak berhubungan pada
taraf nyata 5 %. Hal ini bisa terjadi karena faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Ini dapat dilihat juga karena lama bekerja petani tidak terlalu berbeda lamanya,
karena petani sebagian besar telah bertani sejak tahun 1992-1996 di kebun
plasma.
6.3.4. Pelatihan
Faktor pelatihan dapat dibagi menjadi 2 indikator yaitu banyaknya
pelatihan dan dampak pelatihan. Banyaknya pelatihan dibagi menjadi 4 yaitu 4
47
bulan sekali, 8 bulan, 12 bulan dan lebih dari setahun setiap pelatihannya.
Sedangkan dampak dari pelatihan dapat dilihat dari pelatihan terhadap pekerjaan
petani. Dampak itu bisa saja sangat berpengaruh, berpengaruh, kurang
berpengaruh dan tidak berpengaruh bagi pekerjaan para petani.
Tabel 21. Kriteria dalam Faktor Pelatihan
Kriteria Nilai Rata-Rata
Faktor banyaknya pelatihan 2,03
Faktor dampak pelatihan 2,7
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa banyaknya pelatihan yang diikuti
responden ternyata bernilai 2,03. Hal ini berarti dapat dikatakan para responden
jarang mengikuti pelatihan yang diadakan perusahaan. Pelatihan biasanya
dilakukan oleh koperasi. Pelatihan itu biasanya berupa pelatihan pembukuan,
manajemen. Untuk faktor dampak pelatihan bernilai 2,7. Ini berarti dampak
pelatihan masih dikatakan berpengaruh terhadap pekerjaan petani.
Dari hasil Uji Rank Spearman dengan taraf nyata 5 % , nilai korelasinya
adalah -0.245. Ini berarti bahwa semakin sedikit pelatihan, maka semakin tinggi
produktivitas.
Tabel 22. Korelasi Pelatihan dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Pelatihan Correlation Coefficient -0.245
Sig. (2-tailed) 0.01
Dari hasil uji ini ternyata pelatihan berpengaruh terhadap produksi, akan
tetapi tidak berkorelasi positif terhadap produksi. Kalau dilihat dari usia para
petani yang sebagian besar berusia tua, maka para petani saat ini lebih
mengandalkan pengalaman mereka dari pada mengikuti pelatihan yang diadakan
pihak luar.
48
6.3.5. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan yang dilihat yaitu berdasarkan jumlah anak dan istri
kepala keluarga. Jumlah rata-rata tanggungan setiap kepala keluarga sebanyak 4
orang. Dari uji yang dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan tidak
berhubungan dengan produksi petani.
Tabel 23. Korelasi Jumlah Tanggungan dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Tanggungan Correlation Coefficient -0.114
Sig. (2-tailed) 0.26
Dari uji rank Spearman pada taraf nyata 5 %, dapat disimpulkan jumlah
tanggungan tidak berhubungan dengan produksi petani plasma. Hal ini bisa terjadi
karena tanggungan petani sebagian besar tidak banyak.
6.3.6. Keadaan Fisik
Keadaan fisik memiliki indikator yaitu gizi makanan, kecukupan waktu
tidur dan istirahat, serta olah raga. Gizi makan dapat diukur dari jenis makanan
yang dikonsumsi. Batas besaran masing-masing kriteria dapat dilihat pada
lampiran 2.
Tabel 24. Kriteria dalam Faktor Keadaan Fisik
Kriteria Nilai Rata-Rata
Makanan yang dikonsumsi 2,85
Kecukupan waktu istirahat 2,64
Rutinitas berolahraga 2,78
Kriteria makanan yang dikonsumsi, rata-rata responden sebesar 2,85 yang
berarti makanan yang dikonsumsi responden dapat dikategorikan bergizi. Untuk
memperoleh gizi yang cukup tentu aja akses mendapatkan bahan pangan harus
ada. Pada hari minggu setiap SP biasanya diadakan pasar atau kalangan yang
menjual barang-barang kebutuhan pokok. Untuk nilai kecukupan waktu istirahat
rata-rata responden bernilai sebesar 2,64 yang berarti cukup istirahat. Hal ini bisa
49
saja terjadi karena jam kerja yang hanya 6 jam setiap harinya. Begitu juga dengan
rutinitas berolah raga. Dapat kita lihat nilainya sebesar 2,78 yang berarti dapat
dikatakan sering. Olah raga disini dapat diartikan jalan kaki ke kebun, olah raga
lapangan.
Dari hasil uji rank Spearman dengan taraf nyata 5 % memiliki nilai
korelasi sebesar 0.362. yang berarti keadaan fisik petani memiliki hubungan
dengan produksi petani.
Tabel 25. Korelasi Keadaan Fisik dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Fisik Correlation Coefficient 0.362
Sig. (2-tailed) 0.00
Jika dilihat dari hasil uji tersebut, maka keadaan fisik memiliki korelasi
positif dengan produksi. Semakin baik gizi, waktu istirahat, dan olahraga petani,
maka produksi semakin baik. Jumlah jam kerja hanya 6 jam per hari dimulai dari
pukul 7 sampai pukul 1 siang dapat memberikan waktu istirahat yang cukup.
6.3.7. Lingkungan Kerja
Untuk lingkungan kerja dilakukan penelitian dengan pengukuran
ketenangan selama bekerja, fasilitas publik yang ada, dan kemudahan memperoleh
input sarana produksi. Untuk batasan-batasan setiap kriteria dapat dilihat pada
lampiran 2.
Berdasarkan hasil survey, maka untuk semua faktor pendukung dapat
dilihat jawabannya pada tabel di bawah ini.
Tabel 26. Kriteria dalam Faktor Lingkungan Kerja
Kriteria Nilai Rata-Rata
Ketenangan selama bekerja 2,75
Fasilitas publik 2,56
Kemudahan memperoleh input produksi 2,34
50
Untuk ketenangan selama bekerja, responden memberikan nilai 2,75 yang
berarti relatif puas yang diartikan bahwa tidak terdapat gangguan yang berarti
selama bekerja. Untuk gangguan cuaca dirasakan tidak terlalu berpengaruh karena
iklim di kebun tidak banyak perubahan. Untuk gangguan pencurian dirasakan
sudah berkurang karena setiap pintu masuk ke dalam kebun sudah dijaga dan
diberi portal. Untuk gangguan kebakaran sudah tidak ada lagi karena usia
tanaman sudah cukup tua. Kebakaran biasanya terjadi ketika usia tanaman masih
muda.
Untuk fasilitas publik para responden memberikan nilai rata-rata 2,56 yang
berarti relatif puas terhadap fasilitas publik yang diberikan. Fasilitas ini biasanya
diberikan pemerintah daerah ataupun dibantu dari pihak Mitra Ogan. Fasilitas ini
biasanya berupa sekolah, tempat kesehatan, jalan, listrik.
Sedangkan untuk kemudahan memperoleh input produksi para responden
memberikan nilai 2,34 yang artinya relatif kurang mudah dalam memperoleh
sarna produksi. Dalam hal ini biasanya petani membeli sendiri sarana produksi
atau melalui koperasi.
Berdasarkan hasil uji rank Spearman antara faktor lingkungan kerja
dengan produksi, dapat disimpulkan kedua varibel diatas tidak memiliki hubungan
yang nyata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 27. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Lingkungan Kerja Correlation Coefficient 0.049
Sig. (2-tailed) 0.62
Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa tidak ada hubungan nyata
antara faktor lingkungan kerja dengan produktivitas petani plasma pada taraf
nyata 5 %.
6.3.8. Hubungan dengan Perusahaan Inti
Hubungan dengan perusahaan inti dapat dilihat dari hubungan dengan
pembina dalam hal ini mandor kebun. Hubungan dapat dilihat dari hubungan
51
selama bekerja dan di luar pekerjaan, peran mandor dalam memberi saran dan
kritik serta kedekatan mandor terhadap keluarga petani. Batasan setiap kriteria
dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil survey, maka untuk semua faktor
pendukung dapat dilihat jawabannya pada tabel di bawah ini.
Tabel 28. Kriteria dalam Faktor Hubungan dengan Perusahaan Inti
Kriteria Nilai Rata-Rata
Kedekatan selama bekerja 2,71
Kedekatan di luar pekerjaan 2,31
Dorongan dari perusahaan 2,74
Menanyakan keadaan kebun 2,3
Memberikan kritikan 2,63
Memperhatikan ide atau saran 2,04
Mengetahui kehidupan keluarga petani 2,15
Dari tabel diatas diketahui untuk kedekatan selama bekerja, rata-rata
responden memberikan nilai 2,71 yang bermakna relatif dekat dengan perwakilan
dari inti yang diwakili oleh mandor kebun. Untuk kedekatan di luar pekerjaan,
rata-rata responden menjawab sebesar 2,31 yang berarti relatif kurang dekat.
Untuk dorongan dari perusahaan dalam meningkatkan kualitas produksi ternyata
responden menjawab sebesar 2,74, hal ini berarti relatif sering mandor kebun
memberikan dorongan kepada petani. Untuk kriteria Menanyakan keadaan kebun
petani, para responden memberikan nilai 2,3 yang berarti relatif kadang-kadang.
Kriteria memberikan kritikan, para responden memberikan nilai 2,63 yang berarti
relatif sering. Sedangkan perhatian ide saran dan kehidupan keluarga petani,
masing-masing bernilai 2,04 dan 2,15 yang berarti keduanya memiliki nilai
kurang di mata para petani.
Berdasarkan hasil uji Rank Spearman dengan taraf nyata 5 %, maka nilai
korelasinya yaitu 0.363. Ini merupakan nilai korelasi tertinggi diantara faktor-
faktor yang lainnya.
52
Tabel 29. Korelasi Hubungan Dengan Inti dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Hubungan dengan Inti Correlation Coefficient 0.363
Sig. (2-tailed) 0.00
Korelasi yang terjadi antara hubungan dengan perusahaan dan produksi
ternyata searah. Maka jika hubungan itu semakin baik menjadikan produktivitas
kerja semakin meningkat. Banyak kasus afdeling-afdeling yang produksinya
bagus disebabkan oleh pendekatan perusahaan inti yang baik terhadap petani.
6.3.9. Hubungan dengan Sesama Petani
Hubungan dengan sesama petani dapat diukur dengan hubungan satu
petani dengan petani, bantuan dan kerjasama dari sesama petani, kesediaan
memperbaiki kesalahan, kesediaan membantu kesulitan sesama petani, hubungan
keluarga suatu petani dengan keluarga petani lain dan frekuensi pemberian
dorongan atau semangat kerja sesama petani. Batasan-batasan setiap kriteria dapat
dilihat pada lampiran 2. Dari hasil survey maka rata-rata jawaban petani dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 30. Kriteria dalam Faktor Hubungan Sesama Petani
Kriteria Nilai Rata-Rata
Hubungan sesama petani 3,48
Bantuan dan kerjasama sesama petani 3.15
Kesediaan memperbaiki kesalahan 3,23
Kesediaan membantu kesulitan 3,07
Hubungan antar keluarga 3,11
Pemberian dorongan dan semangat 2,86
Dari tabel di atas dapat disimpulkan untuk semua faktor pendukung
dikategorikan dalam skala baik. Sedangkan untuk hasil Uji Rank Spearman dapat
disimpulkan bahwa hubungan sesama petani dengan produktivitas kerja tidak ada
hubungan nyata pada taraf nyata 5 %. Jika dilihat dari keseharian kehidupan
petani dan jarak yang jauh dari pedesaan lainnya, sudah sebaiknya para petani
53
saling membantu di dalam lingkungannya. Dinamika kelompok pun tetap terjaga,
dimana dapat dilihat dari pertemuan rutin dan gotong royong yang masih terjaga.
Tabel 31. Korelasi Hubungan Sesama Petani dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Hubungan Sesama Petani Correlation Coefficient 0.091
Sig. (2-tailed) 0.36
Berdasarkan pengamatan dilapangan, para petani sangat bersedia untuk
membantu rekan-rekannya. Dari survey lapang kemarin, contohnya mereka
bergotong rotong untuk membangun rumah untuk salah seorang petani.
6.3.10. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan perusahaan dapat diukur bedasarkan jadwal kerja perhari,
kesediaan diberi sanksi apabila melakukan kesalahan, kesediaan memperbaiki
kesalahan, kesediaan bekerja sesuai prosedur, frekuensi pembinaan yang
dilakukan perusahaan, pengetahuan tentang distribusi pendapatan, kesediaan
bekerja keras dan kebijakan peraturan yang ditetapkan. Batasan-batasan setiap
kriteria dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 32. Kriteria dalam Faktor Kebijakan Perusahaan
Kriteria Nilai Rata-Rata
Jadwal kerja 3,07
Kesediaan diberi sanksi 2,46
Kesediaan memperbaiki kesalahan 3,06
Bekerja sesuai prosedur 3
Frekuensi melakukan pembinaan 2,4
Pengetahuan tentang distribusi pendapatan 3,3
Kesediaan bekerja keras 3,04
Kebijakan peraturan yang mendukung 2,6
Kriteria jadwal kerja para responden memberikan nilai 3,07. Ini berarti
responden merasa nyaman dengan jadwal kerja yang telah ditetapkan. Jam kerja
54
dimulai pada pukul 6 pagi sampai kurang lebih pukul 12 siang. Untuk kesediaan
diberikan sanksi, rata-rata responden memberikan nilai 2,46 yang berarti
responden belum bersedia diberi sanksi. Pemberian sanksi itu terjadi apabila
petani tidak bisa memasok TBS sesuai kriteria perusahaan. Sanksi di sini bisa
berarti pengembalian buah yang tidak sesuai prosedur bahkan pinalti jika keadaan
itu terus-menerus terjadi. Untuk kriteria kesediaan memperbaiki kesalahan dan
bekerja sesuai prosedur, para responden memberikan nilai yang berarti mereka
telah bersedia bekerja sesuai prosedur. Frekuensi memberikan pembinaan dalam
hal ini dari inti, para responden memberikan nilai 2,4 yang berarti masih relatif
kurang. Untuk kriteria transparansi distribusi pendapatan dan kesediaan bekerja
keras, para responden memberikan nilai yang berarti mereka merasa perlu
mengetahui dari mana pendapatan mereka peroleh, dan mereka bersedia bekerja
keras untuk target perusahaan. Dalam hal ini, pendapatan dibagikan 2 kali satu
bulan sesuai dengan jadwal panen. Untuk kebijakan perusahaan, para responden
memberikan nilai rata-rata 2,6 yang artinya kebijakan yang diberikan perusahaan
cukup mendukung kerja mereka di kebun.
Dengan menggunakan uji Rank Spearman, dapat diketahui bahwa
kebijakan perusahaan tidak berhubungan nyata dengan produktivitas pada taraf
nyata 5 %. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 33. Korelasi Kebijakan Perusahaan dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Kebijakan Perusahaan Correlation Coefficient 0.049
Sig. (2-tailed) 0.63
Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa kebijakan perusahaan tidak
berhubungan dengan produksi. Kebijakan perusahaan biasanya berubah sesuai
putusan dari manajemen perusahaan. Ini berakibat perubahan persepsi petani
terhadap kebijakan perusahaan. Hal ini bisa dilihat bahwa produksi TBS dari
tahun ketahun tidak menunjukkan variasi produksi yang signifikan.
55
6.3.11. Pendapatan
Pendapatan petani dapat diukur dari kecukupan petani dari pendapatan ,
kepuasaan petani terhadap pendapatan, pendapatan yang mereka peroleh dan
dampak dari pendapatan selain berkebun dan kepuasan terhadap harga TBS yang
mereka terima. Besaran setiap kriteria dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 34. Kriteria dalam Faktor Pendapatan
Kriteria Nilai Rata-Rata
Kecukupan terhadap pendapatan 2,3
Kepuasan terhadap pendapatan 2,08
Harga TBS 1,62
Pendapatan di luar kebun 2,85
Dilihat dari tabel diatas ternyata rata-rata responden menjawab kekurang
puasan terhadap pendapatan dan harga TBS. Kekurang puasan itu terjadi karena
harga TBS yang turun karena krisis global yang melanda, sehingga permintaan
terhadap CPO di dunia menurun. Akan tetapi utuk pendapatan di luar kebun rata-
rata responden menjawab pengaruh yang cukup signifikan untuk mempengaruhi
pendapatan total mereka. Hampir seluruh responden memiliki pendapatan di luar
berkebun sawit.
Berdasarkan hasil uji rank spearman dengan taraf nyata 5 % menunjukan
nilai korelasi 0.20.
Tabel 35. Korelasi Pendapatan dengan Produksi
Faktor Nilai Korelasi
Pendapatan Correlation Coefficient 0.20
Sig. (2-tailed) 0.04
Nilai yang ada bernilai positif, ini menunjukan hubungan yang positif
antara kesejahteraan dan produktivitas kerja. Semakin tinggi pendapatan maka
semakin tinggi produktivitas kerja petani. Hal ini bisa dilihat ketika harga CPO
meningkat, maka para petani semakin bersemangat untuk memupuk tanaman
mereka.
56
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Secara umum dapat diketahui bahwa usia para petani sebagian besar sudah
berada pada usia lanjut. Ini bisa saja terjadi karena rata-rata petani sudah berada di
kebun plasma sejak serah terima pengelolaan dari pihak inti. Dari segi pendidikan,
para petani sebagian besar hanya mencapai tingkat SD. Untuk lama bekerja
sebaian besar petani sudah berkebun selama lebih dari 10 tahun. Sedangkan
jumlah tanggungan terbesar berjumlah 0-3 orang.
Pola Inti Plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok
mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Mitra Ogan
merupakan salah satu contoh kemitraan berpola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).
Dalam hal ini perusahaan menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis,
manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, di samping
itu perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan. Sedangkan
kelompok mitra usaha yang dalam hal ini petani plasma bekerja untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga
hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi
Dengan menggunakan uji Rank Spearman bahwa faktor yang berhubungan
nyata dengan produktivitas kerja petani plasma di PTP. Mitra Ogan adalah usia,
pelatihan, keadaan fisik, hubungan dengan perusahaan dan pendapatan. Faktor
yang paling berpengaruh adalah hubungan dengan perusahaan inti dan yang
paling lemah pengaruhnya adalah pendapatan.
7.2. Saran.
Berdasarkan Penelitian, maka hal yang berhubungan nyata dengan
produktivitas kerja adalah usia, pelatihan, keadaan fisik petani, hubungan dengan
perusahaan dan kesejahteraan. Untuk perusahaan PTP. Mitra Ogan agar lebih
perhatian dalam berhubungan dengan para petani. Perhatian itu dapat dibuat
dalam bentuk saran, kritikan, membantu petani dalam pekerjaan maupun di luar
pekerjaan. Untuk pemerintah daerah, diharapkan menyediakan fasilitas publik
seperti listrik, sekolah, fasilitas kesehatan agar para petani kerasan tinggal di
57
kebun, karena sebagian besar petani merupakan transamigran yang berasal dari
jawa dan bali. Para petani diharapkan tidak cepat merasa puas dengan hasil yang
mereka peroleh. Usia petani yang telah menanjak tua turut mempengaruhi
produksi kelapa sawit. Sehingga sebaiknya bukan hanya tanamannya saja
diremajakan, tetapi regenerasi petani pun untuk kedepannya perlu dilakukan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Akmal,Yori. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga Kerja Industri Kerupuk Sanjai di Kota Bukit Tinggi. Skripsi
Sarjana. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumbedaya. Fakultas
Pertanian.IPB. Bogor
Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta
Atmosoeprapto, K. 2000. Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. PT Elex
Media Kompetindo. Gramedia. Jakarta.
Keputusan Menteri Pertanian No. : 60/Kpts/KB.510/2/98 Tentang Pembinaan dan
Pengendalian Pengembangan Perkebunan Pola Perusahaan Inti Rakyat.
Kurniawan Chandra Arfan. 2006. Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit
(Studi Kasus pada PTPN. VIII, Banten). Skripsi Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian . Fakultas Peranian IPB. Bogor.
Kusuma, Ramiaji. 2008. Pengaruh Kebijakan Pajak Ekspor Terhadap
Perdagangan Minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia. Skripsi Sarjana
Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Pusat Penelitian
Perkebunan Marihat. Bandar Lampung.
Lubis, A.U. 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Mangoensukarjo, S., Haryono, S. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Nuhung Andi Iskandar. 2003. Perusahaan Inti Rakyat & Pembangunan Ekonomi
Kerakyatan. Yarsif Watampone. Jakarta
Pasquali, M. 1993. Prospect tothe year 2000 in the world oilseeds, oils, and
ailmeals economy : policy issues and challenges, Paper presented at Porim
International Oil Congress, Kuala Lumpur, 20 – 25 September 1993.
Prasetya, Dodi Eka. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Motivasi Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Pabrik
Kelapa Sawit PT. Milano Aek Batu, Sumatera Utara). Skripsi Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.IPB. Bogor
Simanjuntak, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. FE UI. Jakarta
59
Suganda Dendi. 2006. Analisis Harga CPO di Pasar Fisik Medan dan Pasar
Berjangka Malaysia serta Rotterdam. Skripsi Sarjana Program Studi
Sarjana Ekstensi Agribisnis. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Sumardjo,dkk. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya.
Depok.
Suratiyah Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Taniputra et al. 1990. Pengolahan Tandan Kelapa Sawit. Disampaikan pada
Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pekan Baru 19 – 21 Februari 1990. Pusat
Penelitian Perkebunan Medan.
http://www.palmoilworld.org/Slides/wld.ppt
http://ditjenbun.deptan.go.id/sekretbun
61
Lampiran 1
KUISIONER
Selamat Pagi/Siang/Sore. Nama saya Ardiansyah, Mahasiswa Program Sarjana
tingkat akhir Program Studi Ekstensi Agribisnis, Fakutas Ekonomi Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, yang sedang melakukan penelitian dalam rangka tugas
akhir. Untuk itu mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk mengisi kuisioner dalam
rangka pengumpulan data. Dalam pengisian kuisioner ini, anda dapat menjawab
semua pertanyaan dengan baik dan sejujur-jujurnya. Kejujuran anda akan
memberikan manfaat berarti bagi penelitian ini, dan pada akhirnya akan menjadi
masukan bagi perusahaan. Jawaban yang anda berikan tidak akan mempengaruhi
penilaian perusahaan terhadap diri anda. Kerahasian jawaban dapat saya jamin.
Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : _______________________________________________
Jenis Kelamin : _______________________________________________
Umur : _______________________________________________
Pendidikan Terakhir : _______________________________________________
Lama Bekerja : _______________________________________________
Jumlah Tanggungan : _______________________________________________
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS
KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT
(Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan,
Sumatra Selatan)
62
II. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS
KERJA PETANI PLASMA
Petunjuk : Beri Tanda (X) Pada Jawaban Anda
No. Pertanyaan
1. Bagaimana
kedekatan
hubungan
Anda dengan
pembina dari
inti selama
bekerja ?
Sangat
Dekat
(a)
Dekat
(b)
Kurang
Dekat
(c)
Tidak Dekat
(d)
2. Bagaimana
kedekatan
hubungan
Anda dengan
pembinan dari
inti diluar
pekerjaan ?
Sangat
Dekat
(a)
Dekat
(b)
Kurang
Dekat
(c)
Tidak Dekat
(d)
3. Perusahaan
sering
mendorong
Anda dan
sesama petani
untuk
meningkatkan
kualitas
produksi
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Kadang-
Kadang
(c)
Jarang
(d)
4. Apakah pihak
perusahaan
pernah
menanyakan
kemajuan atau
kemunduran
keadaan
perkebunan
Anda ?
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Kadang-
Kadang
(c)
Jarang
(d)
5. Apakah pihak
perusahaan
pernah
memberikan
kritikan atau
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Kadang-
Kadang
(c)
Jarang
(d)
63
bimbingan
tentang hasil
pekerjaan
Anda ?
6. Apakah pihak
perusahaan
sering
memperhatikan
ide atau saran
Anda ?
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Kadang-
Kadang
(c)
Jarang
(d)
7. Apakah pihak
perusahaan
mengetahui
kehidupan
keluarga Anda
?
Sangat Tahu
(a)
Tahu
(b)
Kurang
Tahu
(c)
Tidak Tahu
(d)
8. Petani
diberikan
kesempatan
untuk
memberikan
saran guna
perkembangan
perkebunan
Sangat
Setuju
(a)
Setuju
(b)
Kurang
Setuju
(c)
Tidak Setuju
(d)
9. Bagaimana
hubungan
Anda dengan
sesama petani
di sekitar Anda
?
Sangat Baik
(a)
Baik
(b)
Kurang Baik
(c)
Tidak Baik
(d)
10. Bagaimana
bantuan atau
kerjasama dari
rekan sesama
petani ?
Sangat Baik
(a)
Baik
(b)
Kurang Baik
(c)
Tidak Baik
(d)
11. Apakah Anda
bersedia
memperbaiki
kesalahan yang
diminta rekan
sesama petani
?
Sangat
Bersedia
(a)
Bersedia
(b)
Kurang
Bersedia
(c)
Tidak
Bersedia
(d)
12. Apakah Anda
bersedia
membantu
kesulitan
sesama petani
?
Sangat
Bersedia
(a)
Bersedia
(b)
Kurang
Bersedia
(c)
Tidak
Bersedia
(d)
64
13 Bagaimana
Hubungan
keluarga anda
dengan
keluarga petani
lainnya ?
Sangat Baik
(a)
Baik
(b)
Kurang Baik
(c)
Tidak Baik
(d)
14. Apakah Anda
sering
memberikan
dorongan atau
semangat kerja
kepada sesama
petani ?
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Kadang-
Kadang
(c)
Jarang
(d)
15. Bagaimana
jadwal kerja
Anda setiap
hari :
a. Ketat
b. Biasa.
c. Santai.
Apakah Anda
nyaman
dengan jadwal
kerja tersebut ?
Sangat
Nyaman
(a)
Nyaman
(b)
Kurang
Nyaman
(c)
Tidak
Nyaman
(d)
16. Apakah Anda
bersedia diberi
sangsi
Sangat
Bersedia
(a)
Bersedia
(b)
Kurang
Bersedia
(c)
Tidak
Bersedia
(d)
17. Apakah Anda
bersedia
memperbaiki
kesalahan yang
diminta
perusahaan ?
Sangat
Bersedia
(a)
Bersedia
(b)
Kurang
Bersedia
(c)
Tidak
Bersedia
(d)
18. Apakah Anda
bersedia
bekerja sesuai
dengan
peraturan dan
standar kerja
perusahaan ?
Sangat
Bersedia
(a)
Bersedia
(b)
Kurang
Bersedia
(c)
Tidak
Bersedia
(d)
19. Apakah
perusahaan
sering
melakukan
pembinaan di
tempat Anda ?
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Kadang-
Kadang
(c)
Jarang
(d)
20. Apakah Anda Sangat Perlu Perlu Kurang Tidak Perlu
65
perlu
mengetahui
distribusi
pendapatan
yang Anda
peroleh ?
(a)
(b)
Perlu
(c)
(d)
21. Apakah Anda
bersedia
bekerja keras
untuk
mencapai
target
perusahaan ?
Sangat
Bersedia
(a)
Bersedia
(b)
Kurang
Bersedia
(c)
Tidak
Bersedia
(d)
22. Apakah
kebijakan
peraturan yang
ditetapkan
perusahaan
sudah
mendukung ?
Sangat
mendukung
(a)
Mendukung
(b)
Kurang
Mendukung
(c)
Tidak
Mendukung
(d)
23. Apakah Anda
merasa puas
dengan
ketenangan
dalam bekerja
?
Sangat Puas
(a)
Puas
(b)
Kurang Puas
(c)
Tidak Puas
(d)
24. Bagaimana
fasilitas publik
yang diberikan
perusahaan ?
Sangat Baik
(a)
Baik
(b)
Kurang Baik
(c)
Tidak Baik
(d)
25. Bagaimana
kemudahan
akses
memperoleh
input produksi
?
Sangat
Mudah
(a)
Mudah
(b)
Kurang
(c)
Tidak
Mudah
(d)
26. Bagaimana
penilaian Anda
tentang
pendapatan
yang Anda
peroleh ?
Sangat
Cukup
(a)
Cukup
(b)
Kurang
Cukup
(c)
Tidak
Cukup
(d)
27. Apakah Anda
puas tentang
pendapatan
yang Anda
peroleh ?
Sangat Puas
(a)
Puas
(b)
Kurang Puas
(c)
Tidak Puas
(d)
28. Apakah Anda Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas
66
puas dengan
harga TBS
yang berlaku
selama ini ?
(a)
(b)
(c)
(d)
29 Apakah ada
sumber
pendapatan
lain di luar
berkebun ?
a. Ya
b. tidak
Seberapa besar
pengaruh
pendapatan itu
terhadap total
pendapatan
anda ?
Sangat
Berpengaruh
(a)
Berpengaruh
(b)
Kurang
Berpengaruh
(c)
Tidak
Berpengaruh
(d)
30. Seberapa
Sering anda
mengikuti
pelatihan ?
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Jarang
(c)
Tidak
Pernah
(d)
31 Bagaimana
dampak atau
kontribusi
pelatihan
terhadap
pekerjaan anda
Sangat
Berdampak
(a)
Berdampak
(b)
Kurang
Berdampak
(c)
Tidak
Berdampak
(d)
32 Bagaimana
makanan yang
anda konsumsi
setiap hari
Sangat
Bergizi
(a)
Bergizi
(b)
Kurang
Bergizi
(c)
Tidak
Bergizi
(d)
33 Apakah anda
cukup istirahat
setiap hari
Sangat
Cukup
(a)
Cukup
(b)
Kurang
Cukup
(c)
Tidak
Cukup
(d)
34 Apakah anda
sering
berolahraga
Sangat
Sering
(a)
Sering
(b)
Jarang
(c)
Tidak
Pernah
(d)
67
Lampiran 2
RUANG LINGKUP SKALA LIKERT DALAM KUISIONER
No.
Quest
Skala Ruang Lingkup
1 Sangat Dekat
Dekat
Kurang Dekat
Tidak dekat
Perwakilan inti selalu hadir di kebun tiap hari
kerja
Lebih banyak hadir dari pada tidak hadir
Lebih banyak tidak hadir
Jarang atau bahkan tidak perbah hadir di
kebun
2 Sangat Dekat
Dekat
Kurang Dekat
Tidak dekat
Perwakilan inti tahu keluarga petani
Petani tahu nama dan jabatan darn asal wakil
inti
Petani hanya tau nama dan jabatan
Petani hanya tahu nama
3 Sangat sering
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Selalu
Lebih banyak mendorong semangat ketika
bertemu dari pada tidak memberi semangat
Lebih banyak tidak memberi semangat ketika
bertemu
Sesekali memberi semangat.
4 Sangat Sering
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Selalu bertanya ketika bertemu
Relatif lebih banyak bertanya ketika bertemu
dari pada tidak bertanya
Relatif lebih banyak tidak bertanya ketika
bertemu
Sesekali bertanya
5 Sangat Sering
Sering
Selalu memberikan saran ketika bertemu
petani
Relatif lebih banyak memberi saran ketika
bertemu dari pada tidak memberi saran.
68
Kadang-kadang
Jarang
Relatif lebih banyak tidak memberi saran
ketika bertemu
Sesekali memberi saran
6 Sangat Sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Selalu memperhatikan saran ketika bertemu
petani
Relatif lebih banyak memperhatikan saran
ketika bertemu dari pada tidak memberi saran.
Relatif lebih banyak tidak memperhatikan
saran ketika bertemu
Sesekali memperhatikan saran
7 Sangat tahu
Tahu
Kurang tahu
Tidak tahu
Tahu nama petani dan keluarga.
Tahu nama tapi tak tahu keluarga siapa
Menegur bila bertemu
Tidak menegur bila bertemu
8 Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Dirasakan petani sangat penting
Dirasakan petani penting
Dirasakan Petani kurang penting
Dirasakan petani tidak penting
9 Sangat baik
Baik
Kurang baik
Tidak baik
Bertegur sapa bila bertemu
Memberikan senyuman bila bertemu
Biasa saja bila bertemu
Tidak ada interaksi bila bertemu
10
Sangat baik
Baik
Kurang baik
Tidak baik
Selalu membantu
Relatif sering mambantu
Kurang peduli
Tidak pernah membantu
11 Sangat bersedia
Bersedia
Kurang bersedia
Selalu mendengar dan melaksanakan setiap
saran
Relatif sering mendengar dan melaksanakan
setiap saran
Hanya mendengarkan saja setiap saran
69
Tidak bersedia Tidak menghiraukan setiap saran
12 Sangat bersedia
Bersedia
Kurang bersedia
Tidak bersedia
Selalu membantu
Relatif sering membantu
kadang-kadang jika mampu
Tidak pernah membantu
13 Sangat baik
Baik
Kurang baik
Tidak baik
Bertegur sapa bila bertemu
Memberikan senyuman bila bertemu
Biasa saja bila bertemu
Tidak ada interaksi bila bertemu
14 Sangat sering
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Selalu
Lebih banyak mendorong semangat ketika
bertemu dari pada tidak memberi semangat
Lebih banyak tidak memberi semangat ketika
bertemu
Sesekali memberi semangat.
15 Sangat Nyaman
Nyaman
Kurang nyaman
Tidak nyaman
Bebas
Bebas tapi tetap sesuai jumlah jam kerja
Tergantung cuaca
Ada tekanan dari pihak lain
16 Sangat bersedia
Bersedia
Kurang bersedia
Tidak bersedia
Selalu Menerima jika ada salah
Relatif menerima jika ada salah
Kurang menghiraukan peraturan
Tidak mau tahu dengan sanksi
17 Sangat bersedia
Bersedia
Kurang bersedia
Tidak bersedia
Selalu
Relatif sering memperbaiki kesalahan
kadang-kadang jika mampu
Tidak pernah memperbaiki kesalahan
18 Sangat bersedia
Bersedia
Kurang bersedia
Tidak bersedia
Selalu sesuai standar
Relatif mengikuti peraturan
kadang-kadang jika mampu
Tidak pernah mengikuti standar perusahaan
19 Sangat sering 2 kali sebulan
70
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
1 kali sebulan
3 bulan sekali
6 bulan sekali
20 Sangat perlu
Perlu
Kurang perlu
Tidak perlu
Mengetahui berapa Kg TBS yang dihasilkan
dan harga TBS
Mengetahui berapa Kg TBS yang dihasilkan
Mengetahui pendapatan setiap 2 kali
seminggu
Tidak peduli pendaptannya
21
Sangat bersedia
Bersedia
Kurang bersedia
Tidak bersedia
Selalu sesuai standar
Relatif mengikuti peraturan
kadang-kadang jika mampu
Tidak pernah mengikuti standar perusahaan
22 Sangat Mendukung
Mendukung
Kurang Mendukung
Tidak Mendukung
Sangat sesuai dengan keinginan petani
Relatif sesuai dengan keinginan petani
Relatif kurang sesuai dengan keinginan petani
Tidak sesuai dengan keinginan petani
23 Sangat Puas
Puas
Kurang Puas
Tidak Puas
Tidak ada hal yang mengganggu
Lingkungan, cuaca yang tak mendukung
Sewaktu-waktu terjadi kebakaran
Terjadi pencurian buah, kebakaran, dll
24 Sangat baik
Baik
Kurang baik
Tidak baik
fasilitas sekolah, kesehatan,transportasi, dan
bahan pangan dapat dijangkau
akses terhadap pangan dan kesehatan dapat
terjangkau
kemudahan akses transportasi untuk keluar
dari kebun
terjadi apabila semua sarana publik sulit
ditemui
25 Sangat Mudah
Di lingkungan koperasi sudah tersedia dan
ada
71
Mudah
Kurang
Tidak mudah
Dilingkungan koperasi tersedia tapi kadang2
tak ada
Di koperasi jarang ada
Di koperasi saja tak tersedia
26 Sangat Cukup
Cukup
Kurang cukup
Tidak cukup
Ada sisa untuk menabung
Relatif sama dengan pengeluaran
Kadang2 hutang
Kebutuhan dasar tak terpenuhi
27 Sangat puas
Puas
Kurang Puas
Tidak Puas
Ada sisa untuk menabung
Relatif sama dengan pengeluaran
Kadang2 hutang
Kebutuhan dasar tak terpenuhi
28 Sangat puas
Puas
Kurang Puas
Tidak Puas
Pendapatan dari penjualan sangat besar untuk
digunakan dan di tabung
Pendapatan dari penjualan bias untuk
menabung
Pendapatan dari penjualan relative pas untuk
melakukan pemeliharaan dan produksi waktu
mendatang
Dari pendapatan hanya kebutuhan dasar
terpenuhi
29 Sangat berpengaruh
Berpengaruh
Kurang berpengaruh
Tidak berpengaruh
Hampir setengah dari pendapatan
Cukup untuk menutupi kebutuhan dasar
Kecil jumlahnya
Sangat kecil jumlahnya
30 Sangat Sering
Sering
Jarang
Tidak pernah
4 bulan sekali
8 bulan sekali
1 tahun sekali
Lebih dari satu tahun sekali
31 Sangat berdampak
Berdampak
Berpengaruh terhadap pekerjaan dan berguna
dalam pekerjaan
Berpengaruh dalam pekerjaan
72
Kurang berdampak
Tidak berdampak
Kurang berpengaruh dan berguna dalam
pekerjaan
Sia-sia mngikuti pelatihan
32 Sangat bergizi
Bergizi
Kurang bergizi
Tidak bergizi
mengkonsumsi protein, sayuran dan buah
mengkonsumsi protein dan sayuran
mengkonsumsi protein atau sayuran
Hanya karbohidrat.
33 Sangat cukup
Cukup
Kurang cukup
Tidak Cukup
lebih dari 10 jam
8-10 jam
4-8 jam
kurang dari 4 jam
34 Sangat Sering
Sering
Jarang
Tidak Pernah
setiap hari
2-3 kali
4-5 kali
seminggu sekali