4. ardiansyah jufri

8
Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV 28 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN PERKAPITA DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA TINGGEDESELATAN KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI 1) Muh. Ardiansyah, 2) Muhammad Jufri 1,2) Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu ABSTRAK Pengetahuan dan pendapatan perkapita kepala keluarga sangat berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diambil adalah sebanyak 78 Kepala Keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Untuk persebaran jumlah sampel digunakan teknik pengambilan Strata Sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi dengan nilai p = 0,002 dan 0,000 (p < 0,05). Penelitian ini menyarankan kepada Puskesmas di Kecamatan Marawola sebagai perpanjang tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi agar menyusun rencana kerja tentang kesehatan lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memiliki jamban dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan khususnya tentang jamban melalui penyuluhan kesehatan dan pelatihan yang berkesinambungan agar program kesehatan khususnya kesehatan lingkungan dapat berjalan sesuai apa yang menjadi harapan. Kata Kunci : Pengetahuan, Pendapatan Perkapita, dan Jamban Keluarga Daftar Pustaka : 24 (1999-2013) PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti: pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes Republik Indonesia, 2009). Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat (public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan dan lingkungan kehidupan dan demografi. Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber dari makanan serta penyakit-

Upload: dhirmansudirman

Post on 21-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    28

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN PERKAPITA DENGANKEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA TINGGEDESELATAN

    KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

    1)Muh. Ardiansyah, 2)Muhammad Jufri1,2)Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu

    ABSTRAK

    Pengetahuan dan pendapatan perkapita kepala keluarga sangat berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga.

    Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diambil adalah sebanyak 78 Kepala Keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Untuk persebaran jumlah sampel digunakan teknik pengambilan Strata Sampel.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi dengan nilai p = 0,002 dan 0,000 (p < 0,05).

    Penelitian ini menyarankan kepada Puskesmas di Kecamatan Marawola sebagai perpanjang tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi agar menyusun rencana kerja tentang kesehatan lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memiliki jamban dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan khususnya tentang jamban melalui penyuluhan kesehatan dan pelatihan yang berkesinambungan agar program kesehatan khususnya kesehatan lingkungan dapat berjalan sesuai apa yang menjadi harapan.

    Kata Kunci : Pengetahuan, Pendapatan Perkapita, dan Jamban KeluargaDaftar Pustaka : 24 (1999-2013)

    PENDAHULUANKesehatan merupakan hak dasar

    manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari

    seperti: pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes Republik Indonesia, 2009).

    Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat (public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan dan lingkungan kehidupan dan demografi. Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber dari makanan serta penyakit-

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    29

    penyakit lain yang berhubungan dengan kemiskinan, dan kondisi kehidupan yang buruk dan linkungan yang kurang sehat (Depkes Republik Indonesia, 2005).

    Sanitasi lingkungan sangat penting bagi masyarakat/penduduk terutama dalam penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit menular agar tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan perumahan yang baik dan sehat dalam kehiduan bermasyarakat yang baik dan serasi pula. Ruang lingkup sanitasi lingkungan antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (Depkes Republik Indonesia, 2009)

    Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat, dengan tujuan mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan mencegah vektor penyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya. Agar persyaratan di atas terpenuhi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (pravacy) dan sebagainya, bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, bangunan jamban sedapat mungkin di tempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya (Mulya, 2007).

    Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok karena kotoran manusia (faces) adalah sumber penyebaran penyakit multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manisia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,

    tambang, pita), schistosomiasis(Notoatmodjo, 2007).

    Secara nasional, presentase rumah tangga yang memiliki sendiri tempat buang air besar sebesar 59,86%, rumah tangga yang memiliki bersama 12,95%, milik umum 4,33% dan tidak ada 22,85%. Presentase yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan pedesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Presentase perkotaan sebesar 72,08%, sedangkan di pedesaan 50,57% (Depkes Republik Indonesia, 2012).

    Data jumlah keluarga yang ada di Sulawesi Tengah menunjukkan masih terdapatnya keluarga yang tidak memiliki jamban, yaitu dari 385.490 keluarga yang diperiksa terdapat 55.330 keluarga yang tidak memiliki jamban. Jamban merupakan tempat pembuangan kotoran manusia yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penyakit. Data tahun 2011 menunjukkan dari seluruh keluarga yang diperiksa, diperoleh 85,6% rumah tangga yang memiliki jamban dan terdapat 77,3% yang memiliki jamban sehat. Dengan demikian masih ada 22,7% rumah tangga yang memiliki jamban tidak sehat. Namun data tersebut juga tidak mewakili seluruh rumah tangga yang ada di Kabupaten/Kota karena masih terdapat beberapa kabupaten yang pemeriksaan jamban rumah tangga < dari 50% (Profil Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tengah, 2012).

    Jumlah kepala keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola sebanyak 360 kepala keluarga dan jumlah keluarga yang memiliki jamban 233 keluarga (64,7%), dan yang tidak memiliki jamban 127 keluarga (35,3%) dan dari hasil pengamatan peneliti didapatkan masih banyak penduduk yang membuang kotoran di sungai walaupun diantaranya ada yang sudah memiliki jamban tetapi lebih suka ke sungai untuk buang kotoran sementara masyarakat lainnya menggunakan sungai untuk mencuci pakaian, mandi dan sebagai sumber air bersih dengan

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    30

    cara membuat galian di pinggir sungai. Beberapa faktor yang dapat diperkirakan menjadi penyebab perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban yaitu tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan dan juga faktor kebiasaan masyarakat yang lebih cenderung menyenangi buang air besar di sungai serta masyarakat tidak memiliki jamban sehingga mereka harus ke sungai (Profil Desa Tinggede Selatan, 2013).

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Pendapatan Perkapita Dengan Kepemilikan Jamban Di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.BAHAN DAN METODE

    Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat yang bersamaan antara variabel independen dan variabel dependen (Nursalam, 2008). Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik purposive random sampling. Analisis yang diguanakan adalah dengan menggunakan Chi-square.

    HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Analisis Univariat

    Analisa Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel independen dan variabel dependen, yang terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan dan pendapatan perkapita. Sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu kepemilikan jamban keluarga.

    Dari hasil wawancara dengan menggunakan alat ukur kuesioner, didapatkan presentase dari hubungan pengetahuan dan pendapatanperkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan

    Kecamatan Marawola Kabupaten Sigisebagai berikut :a. Distribusi Responden

    Berdasarkan PengetahuanSetelah melalui perhitungan

    secara keseluruhan, kemudian ditetapkan 2 kategori berdasarkan nilai median yaitu 9, sehingga kategori pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengetahuan rendah dengan skor < 9 dan pengetahuan tinggi dengan skor 9.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa, responden yang berpengetahuan rendah sebanyak 32 responden (41,0%) dan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 46 responden (59,0%).

    b. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Perkapita

    Setelah melalui perhitungan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan 2 kategori berdasarkan nilai 1, sehingga kategori pendapatan perkapitadikelompokkan menjadi 2 yaitu pendapatan perkapita rendah dengan skor < 1 dan pendapatan perkapita tinggi dengan skor 1.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang berpendapatan perkapita rendah sebanyak 27 responden (34,6%) dan yang berpendapatan tinggi sebanyak 51 responden (65,4%).

    c. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban Keluarga

    Setelah melalui perhitungan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan 2 kategori berdasarkan nilai 1, sehingga kategori kepemilikan jamban keluarga menjadi 2 yaitu yang tidak memiliki skor < 1 dan yang memiliki skor 1.

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    31

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang tidak memiliki jamban keluarga sebanyak 26 responden (33,3%) dan yang memiliki sebanyak 52 responden (66,7%).

    2. Analisis BivariatTujuan dari analisis bivariat

    untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen (yaitu pengetahuan dan pendapatan perkapita) dan variabel dependen (yaitu kepemilikan jamban keluarga) dengan analisis sebagai berikut :

    a. Hubungan Pengetahuan dengan Kepemilikan Jamban Keluarga

    Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 32 responden yang berpengetahuan rendah lebih banyak yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu 17 responden (53,1%) dibandingkan dengan yang yang memiliki jamban keluarga sebanyak 15 responden (46,9%). Sedangkan dari 46 responden yang berpengetahuan tinggi lebih banyak yang memiliki jamban keluarga yaitu 37 responden (80,4%) dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 9 responden (19,6%).

    Hasil Uji Chi-Squaremenunjukkan nilai = 0.002 < 0.05 bahwa Ho ditolak dan Halternatif diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepemilikan keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Dengan nilai Odds Ratio (OR) = 4,659 (1,703-12,746) artinya bahwa responden yang

    memiliki pengetahuan yang rendah mempunyai peluang 4,6 kali lebih besar terhadap penularan penyakit akibat pencemaran lingkungan di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    b. Hubungan Pendapatan Perkapita dengan Kepemilikan Jamban Keluarga

    Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 27 responden yang berpendapatan perkapita yang rendah lebih banyak yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu 19 responden (70,4%) dibandingkan dengan yang memiliki jamban keluarga sebanyak 8 responden (29,6%). Sedangkan dari 51 responden yang berpendapatan perkapita yang tinggi lebih banyak yang memiliki jamban keluarga yaitu 44 responden (86,4%), dibandingkan yang tidak memiliki jamban keluarga sebanyak 7 responden (13,7%).

    Hasil Uji Chi-Square nilai = 0.000 < 0.05 bahwa Ho ditolak dan Halternatif diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pendapatan perkapita dengan kepemilikan keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Dengan nilai Odds Ratio (OR) = 14,929 (4,735-47,064) artinya bahwa responden yang memiliki pendapatan perkapita yang rendah mempunyai peluang 14,9 kali lebih besar terhadap penularan penyakit akibat tidak memiliki jamban keluarga atau mempunyai peluang 14,9 kali terhadap penularan penyakit akibat pencemaran lingkungan di Desa Tinggede

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    32

    Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    B. PEMBAHASAN1. Pengetahuan

    Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa, responden yang mempunyai pengetahuan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan berpengetahuan rendah. Dimana responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 46 responden (59,0%) dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 32 responden (41,0%).

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa, ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga dengan nilai P = 0.002 (p < 0.05).

    Menurut asumsi peniliti, meningkatnya pengetahuan keluarga tentang masalah-masalah kesehatan saat ini, diperoleh melalui dunia teknologi, memudahkan keluarga mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini tentunya berdampak pada pengetahuan keluarga yang merupakan unsur yang memegang peranan paling penting yang menilai kemampuan seseorang dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari utamanya dalam menerima berbagai hal yang diterimanya baik melalui media maupun tatap langsung misalnya dengan petugas kesehatan. Pengetahuan keluarga juga didapatkan melalui pengalaman orangtua dan kebiasaan yang telah ditanamkan dalam setiap keluarga, pengetahuan yang tinggi dengan pengalaman

    dan kebiasaan yang baik mengajarkan keluarga untuk berperilaku hidup dan bersih, terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh kotoran/tinja, dan sebaliknya pengetahuan yang rendah dengan pengalaman dan kebiasaan yang buruk mengajarkan keluarga berperilaku yang tidak bersih dan tidak sehat, sehingga memungkinan terjadinya penularan penyakit yang diakibatkan oleh kotoran/tinja.

    Kondisi yang didapatkan saat penelitian, bahwa ada sebagian keluarga yang masih mengharapkan sungai sebagai tempat membuang kotoran, ada sebagian masyarakat yang memiliki jamban keluarga tetpi tetap menggunakan sungai sebagai sarana pembuangan kotoran/tinja, pengetahuan keluarga yang rendah mendasari pemikiran mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Dan sebaliknya, pengetahuan yang tinggi tentang jamban dan kesehatan adalah suatu alasan yang menguatkan mereka untuk memiliki jamban keluarga dan menggunakan jamban keluarga dirumah.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingga (2008), yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Donggala tahun 2008 dengan nilai probabilitas 0.008 (p < 0.05).

    Hasil penelitian sejalan dengan Meliono, (2007) menyatakan bahwa

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    33

    pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengetahuan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia, sedangkan lingkungan adalah bagian dari hidup manusia, baik buruknya lingkungan bergantung pada seberapa tinggi pengetahuan yang ada pada manusia.

    2. Pendapatan PerkapitaHasil analisis univariat

    menunjukkan bahwa, responden yang mempunyai pendapatan perkapita tinggilebih banyak dibandingkan dengan responden yang berpendapatan perkapita rendah. Dimana responden yang berpendapatan perkapita tinggi sebanyak 51 responden (65,4%) dan yang berpendapatan perkapita rendah sebanyak 27 responden (34,6%).

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa, ada hubungan bermakna antara pendapatan perkapitadengan kepemilikan jamban keluarga dengan nilai P = 0.000 (p > 0.05).

    Menurut asumsi peneliti, Pendapatan adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang, makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi masyarakat. Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang lebih baik, misalnya di

    bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan rendah maka akan terjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

    Kondisi yang didapatkan saat penelitian, bahwa ada sebagian keluarga berpendapatan tinggi memiliki jamban keluarga di rumah, ada pula sebagian keluarga yang memiliki pendapatan tinggi tetapi tidak memiliki jamban keluarga, serta ada sebagian keluarga berpendapatan rendah lebih memilih sungai sebagai sarana pembuangan tinja, dikarena biaya pembuatan jamban menurutnya belum terjangkau dengan pendapatan keluarga yang masih rendah. Saat ini sebagian keluarga memilih membuang kotoran di sungai dan ada sebagian keluarga pula menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian, mandi dan sebagai sumber air bersih, hal ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingga (2008), yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Donggala tahun 2008 dengan nilai probabilitas 0,007 (p < 0,05).

    Penelitian sejalan dengan pendapat Chandra (2009), yang menyatakan bahwa masyarakat tidak hanya memikirkan sulitnya lokasi dalam pembuatan

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    34

    jamban tetapi juga sarana dan prasarana dalam pembuatan jamban tersebut. Pendapatan yang rendah dan mahalnya bahan bangunan membuat masyarakat enggan berfikir untuk membuat jamban. Masyarakat lebih memilih untuk buang air besar di rawa belakang rumah atau di pinggir sungai atau numpang disanak saudara.

    PENUTUPA. KESIMPULAN

    1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    2. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    B. SARAN1 Kepada Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sigi diharapkan adanya peningkatan sarana sanitasi lingkungan berupa pengadaaan jamban keluarga atau MCK di Desa Tinggede Selatan sebagai upaya untuk mencegah penularan penyakit dari tinja.

    2 Untuk Puskesmas di Kecamatan Marawola sebagai perpanjang tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi agar menyusun rencana kerja tentang kesehatan lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memiliki jamban dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan khususnya tentang jamban melalui suatu pelatihan yang berkesinambungan agar program kesehatan khususnya kesehatan lingkungan dapat berjalan sesuai apa yang menjadi harapan.

    3 Guna keberhasilan program bantuan jamban keluarga kepada masyarakat diperlukan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang jamban. Untuk itu perlu peran serta aktif/pemberdayaan kader kesehatan dan tokoh masyarakat dengan menggunakan media/pertemuan yang sudah ada.

    DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik. 2013. Pendapatan

    Perkapita Perbulan Provinsi Sulawesi Tengah.

    Chandra. 2009. Kepemilikan Jamban Keluarga dengan Tingkat Pendapatan. (Online : hhttp ://www.jurnal.pendapatan-jamban.com. Diakses tanggal 30 Juli 2014).

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Paradigma Kesehatan Masyarakat. (Online : http://www.masalah-kesehatan-webpress. Diakses tanggal 20 Mei 2014).

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pengetahuan Sanitasi dan Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari untuk Perbaikan Kesehatan Masyarakat Khususnya untuk Petani SPFS. (Online : http://www.fikui.or.id. Di akses 28 April 2014).

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2012. Persentase Rumah Tangga dengan Kepemilikan Jamban. (Online : http://www.jamban.webpress. Diakses tanggal 20 April 2014).

    Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. (Online :http//forbetterhealth.woorpress.com. Diakses 28 April 2014).

    Hidayat, A.A 2011. Metode Penelitian Kesehatan dan Tehnik Analisis data, Salemba Medika, Jakarta.

    Ingga. 2008. Hubungan tingkat pengetahuan dan pendapatan

  • Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35 Artikel IV

    35

    masyarakat dengan kepemilikan jamban di rumah di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Penelitian. Tidak dipublikasikan. (Online : www.jurnal-kepemilikan-jamban.com. Diakses tanggal 23 Mei 2014).

    Ircham Machfoedz 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya, Jakarta.

    Meliono. 2007. Pengetahuan . MPKT Modul 1 Lembaga Penerbit : FEUI. Jakarta. (Online : www.wikipedia.pengetahuan-masyarakat.com. Diakses tanggal 21 April 2014).

    Mulya, C 2007 Penyebab, Sebab dan Akibat Pencemaran Lingkungan Pada Air dan Tanah - Kesehatan Lingkungan - Ilmu Sains Biologi. (Online : http://pde.kalbar.go.id/news. Diakses tanggal 20 Mei 2014).

    Notoatmodjo, S 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, PT. Rineka. Jakarta.

    Nursalam, 2008 Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

    Profil Desa Tinggede Selatan. 2013. Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Kepemilikan Jamban Keluarga di Rumah.

    Profil Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tengah, 2012 Presentase yang

    memiliki fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan pedesaan.

    Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro suatu Pengantar edisi kedua. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

    Remi,S.S Dan Tjiptoherijanto, P. 2002. Kemiskinan dan ketidakmerataan di Indonesia. PT Rineka Cipta. Jakarta.

    Riduwan 2006. Dasar-Dasar Statistika. Cetakan ke V, Bandung.

    Samuelson, P.A dan William,D.N .1999. Economic 12 th edition (Terjemahan Khalid). Erlangga, Jakarta. (Online : http://pendapatan-ekonomi-penduduk.com. Diakses tanggal 13 Mei 2014).

    Setiawan, A. 2011 Metodologi PenelitianKebidanan. Mulia Medika. Yogyakarta.

    Sukirno, Sudono. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Surjasumantri, J.S 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

    Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.

    Wasis. 2008 Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. EGC. Jakarta.

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN PERKAPITA DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA TINGGEDESELATAN

    KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

    1)Muh. Ardiansyah, 2)Muhammad Jufri

    1,2)Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu

    ABSTRAK

    Pengetahuan dan pendapatan perkapita kepala keluarga sangat berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga.

    Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diambil adalah sebanyak 78 Kepala Keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Untuk persebaran jumlah sampel digunakan teknik pengambilan Strata Sampel.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi dengan nilai p = 0,002 dan 0,000 (p < 0,05).

    Penelitian ini menyarankan kepada Puskesmas di Kecamatan Marawola sebagai perpanjang tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi agar menyusun rencana kerja tentang kesehatan lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memiliki jamban dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan khususnya tentang jamban melalui penyuluhan kesehatan dan pelatihan yang berkesinambungan agar program kesehatan khususnya kesehatan lingkungan dapat berjalan sesuai apa yang menjadi harapan.

    Kata Kunci:Pengetahuan, Pendapatan Perkapita, dan Jamban Keluarga

    Daftar Pustaka:24 (1999-2013)

    Promotif, Vol.4 No.1, Okt 2014 Hal 28-35Artikel IV

    35

    PENDAHULUAN

    Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti: pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes Republik Indonesia, 2009).

    Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat (public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan dan lingkungan kehidupan dan demografi. Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber dari makanan serta penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan kemiskinan, dan kondisi kehidupan yang buruk dan linkungan yang kurang sehat (Depkes Republik Indonesia, 2005).

    Sanitasi lingkungan sangat penting bagi masyarakat/penduduk terutama dalam penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit menular agar tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan perumahan yang baik dan sehat dalam kehiduan bermasyarakat yang baik dan serasi pula. Ruang lingkup sanitasi lingkungan antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (Depkes Republik Indonesia, 2009)

    Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat, dengan tujuan mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan mencegah vektor penyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya. Agar persyaratan di atas terpenuhi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (pravacy) dan sebagainya, bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, bangunan jamban sedapat mungkin di tempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya (Mulya, 2007).

    Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok karena kotoran manusia (faces) adalah sumber penyebaran penyakit multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manisia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis (Notoatmodjo, 2007).

    Secara nasional, presentase rumah tangga yang memiliki sendiri tempat buang air besar sebesar 59,86%, rumah tangga yang memiliki bersama 12,95%, milik umum 4,33% dan tidak ada 22,85%. Presentase yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan pedesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Presentase perkotaan sebesar 72,08%, sedangkan di pedesaan 50,57% (Depkes Republik Indonesia, 2012).

    Data jumlah keluarga yang ada di Sulawesi Tengah menunjukkan masih terdapatnya keluarga yang tidak memiliki jamban, yaitu dari 385.490 keluarga yang diperiksa terdapat 55.330 keluarga yang tidak memiliki jamban. Jamban merupakan tempat pembuangan kotoran manusia yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penyakit. Data tahun 2011 menunjukkan dari seluruh keluarga yang diperiksa, diperoleh 85,6% rumah tangga yang memiliki jamban dan terdapat 77,3% yang memiliki jamban sehat. Dengan demikian masih ada 22,7% rumah tangga yang memiliki jamban tidak sehat. Namun data tersebut juga tidak mewakili seluruh rumah tangga yang ada di Kabupaten/Kota karena masih terdapat beberapa kabupaten yang pemeriksaan jamban rumah tangga < dari 50% (Profil Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tengah, 2012).

    Jumlah kepala keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola sebanyak 360 kepala keluarga dan jumlah keluarga yang memiliki jamban 233 keluarga (64,7%), dan yang tidak memiliki jamban 127 keluarga (35,3%) dan dari hasil pengamatan peneliti didapatkan masih banyak penduduk yang membuang kotoran di sungai walaupun diantaranya ada yang sudah memiliki jamban tetapi lebih suka ke sungai untuk buang kotoran sementara masyarakat lainnya menggunakan sungai untuk mencuci pakaian, mandi dan sebagai sumber air bersih dengan cara membuat galian di pinggir sungai. Beberapa faktor yang dapat diperkirakan menjadi penyebab perilaku masyarakat dalam penggunaan jamban yaitu tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan dan juga faktor kebiasaan masyarakat yang lebih cenderung menyenangi buang air besar di sungai serta masyarakat tidak memiliki jamban sehingga mereka harus ke sungai (Profil Desa Tinggede Selatan, 2013).

    Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Pendapatan Perkapita Dengan Kepemilikan Jamban Di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat yang bersamaan antara variabel independen dan variabel dependen (Nursalam, 2008). Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik purposive random sampling. Analisis yang diguanakan adalah dengan menggunakan Chi-square.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    1. Analisis Univariat

    Analisa Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel independen dan variabel dependen, yang terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan dan pendapatan perkapita. Sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu kepemilikan jamban keluarga.

    Dari hasil wawancara dengan menggunakan alat ukur kuesioner, didapatkan presentase dari hubungan pengetahuan dan pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi sebagai berikut :

    a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

    Setelah melalui perhitungan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan 2 kategori berdasarkan nilai median yaitu 9, sehingga kategori pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengetahuan rendah dengan skor < 9 dan pengetahuan tinggi dengan skor 9.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa, responden yang berpengetahuan rendah sebanyak 32 responden (41,0%) dan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 46 responden (59,0%).

    b. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Perkapita

    Setelah melalui perhitungan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan 2 kategori berdasarkan nilai 1, sehingga kategori pendapatan perkapita dikelompokkan menjadi 2 yaitu pendapatan perkapita rendah dengan skor < 1 dan pendapatan perkapita tinggi dengan skor 1.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang berpendapatan perkapita rendah sebanyak 27 responden (34,6%) dan yang berpendapatan tinggi sebanyak 51 responden (65,4%).

    c. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban Keluarga

    Setelah melalui perhitungan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan 2 kategori berdasarkan nilai 1, sehingga kategori kepemilikan jamban keluarga menjadi 2 yaitu yang tidak memiliki skor < 1 dan yang memiliki skor 1.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang tidak memiliki jamban keluarga sebanyak 26 responden (33,3%) dan yang memiliki sebanyak 52 responden (66,7%).

    2. Analisis Bivariat

    Tujuan dari analisis bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen (yaitu pengetahuan dan pendapatan perkapita) dan variabel dependen (yaitu kepemilikan jamban keluarga) dengan analisis sebagai berikut :

    a. Hubungan Pengetahuan dengan Kepemilikan Jamban Keluarga

    Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 32 responden yang berpengetahuan rendah lebih banyak yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu 17 responden (53,1%) dibandingkan dengan yang yang memiliki jamban keluarga sebanyak 15 responden (46,9%). Sedangkan dari 46 responden yang berpengetahuan tinggi lebih banyak yang memiliki jamban keluarga yaitu 37 responden (80,4%) dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 9 responden (19,6%).

    Hasil Uji Chi-Square menunjukkan nilai = 0.002 < 0.05 bahwa Ho ditolak dan Halternatif diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepemilikan keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Dengan nilai Odds Ratio (OR) = 4,659 (1,703-12,746) artinya bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang rendah mempunyai peluang 4,6 kali lebih besar terhadap penularan penyakit akibat pencemaran lingkungan di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    b. Hubungan Pendapatan Perkapita dengan Kepemilikan Jamban Keluarga

    Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 27 responden yang berpendapatan perkapita yang rendah lebih banyak yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu 19 responden (70,4%) dibandingkan dengan yang memiliki jamban keluarga sebanyak 8 responden (29,6%). Sedangkan dari 51 responden yang berpendapatan perkapita yang tinggi lebih banyak yang memiliki jamban keluarga yaitu 44 responden (86,4%), dibandingkan yang tidak memiliki jamban keluarga sebanyak 7 responden (13,7%).

    Hasil Uji Chi-Square nilai = 0.000 < 0.05 bahwa Ho ditolak dan Halternatif diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pendapatan perkapita dengan kepemilikan keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Dengan nilai Odds Ratio (OR) = 14,929 (4,735-47,064) artinya bahwa responden yang memiliki pendapatan perkapita yang rendah mempunyai peluang 14,9 kali lebih besar terhadap penularan penyakit akibat tidak memiliki jamban keluarga atau mempunyai peluang 14,9 kali terhadap penularan penyakit akibat pencemaran lingkungan di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    B. PEMBAHASAN

    1. Pengetahuan

    Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa, responden yang mempunyai pengetahuan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan berpengetahuan rendah. Dimana responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 46 responden (59,0%) dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 32 responden (41,0%).

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa, ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga dengan nilai P = 0.002 (p < 0.05).

    Menurut asumsi peniliti, meningkatnya pengetahuan keluarga tentang masalah-masalah kesehatan saat ini, diperoleh melalui dunia teknologi, memudahkan keluarga mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini tentunya berdampak pada pengetahuan keluarga yang merupakan unsur yang memegang peranan paling penting yang menilai kemampuan seseorang dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari utamanya dalam menerima berbagai hal yang diterimanya baik melalui media maupun tatap langsung misalnya dengan petugas kesehatan. Pengetahuan keluarga juga didapatkan melalui pengalaman orangtua dan kebiasaan yang telah ditanamkan dalam setiap keluarga, pengetahuan yang tinggi dengan pengalaman dan kebiasaan yang baik mengajarkan keluarga untuk berperilaku hidup dan bersih, terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh kotoran/tinja, dan sebaliknya pengetahuan yang rendah dengan pengalaman dan kebiasaan yang buruk mengajarkan keluarga berperilaku yang tidak bersih dan tidak sehat, sehingga memungkinan terjadinya penularan penyakit yang diakibatkan oleh kotoran/tinja.

    Kondisi yang didapatkan saat penelitian, bahwa ada sebagian keluarga yang masih mengharapkan sungai sebagai tempat membuang kotoran, ada sebagian masyarakat yang memiliki jamban keluarga tetpi tetap menggunakan sungai sebagai sarana pembuangan kotoran/tinja, pengetahuan keluarga yang rendah mendasari pemikiran mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Dan sebaliknya, pengetahuan yang tinggi tentang jamban dan kesehatan adalah suatu alasan yang menguatkan mereka untuk memiliki jamban keluarga dan menggunakan jamban keluarga dirumah.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingga (2008), yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Donggala tahun 2008 dengan nilai probabilitas 0.008 (p < 0.05).

    Hasil penelitian sejalan dengan Meliono, (2007) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengetahuan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia, sedangkan lingkungan adalah bagian dari hidup manusia, baik buruknya lingkungan bergantung pada seberapa tinggi pengetahuan yang ada pada manusia.

    2. Pendapatan Perkapita

    Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa, responden yang mempunyai pendapatan perkapita tinggi lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berpendapatan perkapita rendah. Dimana responden yang berpendapatan perkapita tinggi sebanyak 51 responden (65,4%) dan yang berpendapatan perkapita rendah sebanyak 27 responden (34,6%).

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa, ada hubungan bermakna antara pendapatan perkapitadengan kepemilikan jamban keluarga dengan nilai P = 0.000 (p > 0.05).

    Menurut asumsi peneliti, Pendapatan adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang, makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi masyarakat. Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan rendah maka akan terjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

    Kondisi yang didapatkan saat penelitian, bahwa ada sebagian keluarga berpendapatan tinggi memiliki jamban keluarga di rumah, ada pula sebagian keluarga yang memiliki pendapatan tinggi tetapi tidak memiliki jamban keluarga, serta ada sebagian keluarga berpendapatan rendah lebih memilih sungai sebagai sarana pembuangan tinja, dikarena biaya pembuatan jamban menurutnya belum terjangkau dengan pendapatan keluarga yang masih rendah. Saat ini sebagian keluarga memilih membuang kotoran di sungai dan ada sebagian keluarga pula menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian, mandi dan sebagai sumber air bersih, hal ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingga (2008), yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kepemilikan jamban keluarga di Kabupaten Donggala tahun 2008 dengan nilai probabilitas 0,007 (p < 0,05).

    Penelitian sejalan dengan pendapat Chandra (2009), yang menyatakan bahwa masyarakat tidak hanya memikirkan sulitnya lokasi dalam pembuatan jamban tetapi juga sarana dan prasarana dalam pembuatan jamban tersebut. Pendapatan yang rendah dan mahalnya bahan bangunan membuat masyarakat enggan berfikir untuk membuat jamban. Masyarakat lebih memilih untuk buang air besar di rawa belakang rumah atau di pinggir sungai atau numpang disanak saudara.

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    2. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan perkapita dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Tinggede Selatan Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

    B. SARAN

    1 Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi diharapkan adanya peningkatan sarana sanitasi lingkungan berupa pengadaaan jamban keluarga atau MCK di Desa Tinggede Selatan sebagai upaya untuk mencegah penularan penyakit dari tinja.

    2 Untuk Puskesmas di Kecamatan Marawola sebagai perpanjang tangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi agar menyusun rencana kerja tentang kesehatan lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memiliki jamban dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan khususnya tentang jamban melalui suatu pelatihan yang berkesinambungan agar program kesehatan khususnya kesehatan lingkungan dapat berjalan sesuai apa yang menjadi harapan.

    3 Guna keberhasilan program bantuan jamban keluarga kepada masyarakat diperlukan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang jamban. Untuk itu perlu peran serta aktif/pemberdayaan kader kesehatan dan tokoh masyarakat dengan menggunakan media/pertemuan yang sudah ada.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik. 2013. Pendapatan Perkapita Perbulan Provinsi Sulawesi Tengah.

    Chandra. 2009. Kepemilikan Jamban Keluarga dengan Tingkat Pendapatan. (Online : hhttp ://www.jurnal.pendapatan-jamban.com. Diakses tanggal 30 Juli 2014).

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Paradigma Kesehatan Masyarakat. (Online : http://www.masalah-kesehatan-webpress. Diakses tanggal 20 Mei 2014).

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pengetahuan Sanitasi dan Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari untuk Perbaikan Kesehatan Masyarakat Khususnya untuk Petani SPFS. (Online : http://www.fikui.or.id. Di akses 28 April 2014).

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2012. Persentase Rumah Tangga dengan Kepemilikan Jamban. (Online : http://www.jamban.webpress. Diakses tanggal 20 April 2014).

    Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. (Online : http//forbetterhealth.woorpress.com. Diakses 28 April 2014).

    Hidayat, A.A 2011. Metode Penelitian Kesehatan dan Tehnik Analisis data, Salemba Medika, Jakarta.

    Ingga. 2008. Hubungan tingkat pengetahuan dan pendapatan masyarakat dengan kepemilikan jamban di rumah di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Penelitian. Tidak dipublikasikan. (Online : www.jurnal-kepemilikan-jamban.com. Diakses tanggal 23 Mei 2014).

    Ircham Machfoedz 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya, Jakarta.

    Meliono. 2007. Pengetahuan . MPKT Modul 1 Lembaga Penerbit : FEUI. Jakarta. (Online : www.wikipedia.pengetahuan-masyarakat.com. Diakses tanggal 21 April 2014).

    Mulya, C 2007 Penyebab, Sebab dan Akibat Pencemaran Lingkungan Pada Air dan Tanah - Kesehatan Lingkungan - Ilmu Sains Biologi. (Online : http://pde.kalbar.go.id/news. Diakses tanggal 20 Mei 2014).

    Notoatmodjo, S 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, PT. Rineka. Jakarta.

    Nursalam, 2008 Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

    Profil Desa Tinggede Selatan. 2013. Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Kepemilikan Jamban Keluarga di Rumah.

    Profil Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tengah, 2012 Presentase yang memiliki fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan pedesaan.

    Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro suatu Pengantar edisi kedua. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

    Remi,S.S Dan Tjiptoherijanto, P. 2002. Kemiskinan dan ketidakmerataan di Indonesia. PT Rineka Cipta. Jakarta.

    Riduwan 2006. Dasar-Dasar Statistika. Cetakan ke V, Bandung.

    Samuelson, P.A dan William,D.N .1999. Economic 12 th edition (Terjemahan Khalid). Erlangga, Jakarta. (Online : http://pendapatan-ekonomi-penduduk.com. Diakses tanggal 13 Mei 2014).

    Setiawan, A. 2011 Metodologi Penelitian Kebidanan. Mulia Medika. Yogyakarta.

    Sukirno, Sudono. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Surjasumantri, J.S 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

    Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.

    Wasis. 2008 Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. EGC. Jakarta.