skripsi analisis beberapa faktor risiko …repository.stikes-bhm.ac.id/60/1/11.pdf · 2018. 11....

118
SKRIPSI ANALISIS BEBERAPA FAKTOR RISIKO HIPERKOLESTEROLEMIA PADA CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISKOHATKES TAHAP 2 DI KABUPATEN MAGETAN Oleh: EMY PUSPITASARI 201403013 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PRODI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    SKRIPSI

    ANALISIS BEBERAPA FAKTOR RISIKO

    HIPERKOLESTEROLEMIA PADA CALON JEMAAH

    HAJI BERDASARKAN SISKOHATKES TAHAP 2 DI

    KABUPATEN MAGETAN

    Oleh:

    EMY PUSPITASARI

    201403013

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • i

    SKRIPSI

    ANALISIS BEBERAPA FAKTOR RISIKO

    HIPERKOLESTEROLEMIA PADA CALON JEMAAH

    HAJI BERDASARKAN SISKOHATKES TAHAP 2 DI

    KABUPATEN MAGETAN

    Oleh:

    EMY PUSPITASARI

    201403013

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • ii

    ii

  • iii

    iii

  • iv

    iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Saya Persembahkan Skripsi ini teruntuk:

    1. Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas Ridhonya Saya dapat

    menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

    “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baiknya

    pelindung”.

    2. Alm. Bapak, dan Ibuk yang paling berjasa dalam hal apapun.

    3. Keluarga besar saya yang tak lupa memberikan motivasi untuk saya.

    4. Teman- teman yang sudah membantu memberikan motivasi untuk saya.

  • v

    v

  • vi

    vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Emy Puspitasari

    Jenis Kelamin : Perempuan

    TTL : Magetan, 07 November 1997

    Agama : Islam

    Alamat : Ds. Pandeyan

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan

    1. SDN PANDEYAN MAOSPATI (Tahun 2002-2008)

    2. SMPN 3 MAOSPATI (Tahun 2008-2011)

    3. SMKN 2 JIWAN (Tahun 2011-2014)

    4. STIKES BHM (Tahun 2014-2018)

  • vii

    vii

    Program Studi Kesehatan Masyarakat

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

    ABSTRAK

    EMY PUSPITASARI

    ANALISIS BEBERAPA FAKTOR RISIKO HIPERKOLESTEROLEMIA

    PADA CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISKOHATKES TAHAP

    2 DI KABUPATEN MAGETAN

    74 halaman + 14 tabel + 5 gambar + 6 lampiran

    Kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) adalah suatu kondisi jumlah

    kolesterol darah melebihi normal ≥200 mg/dL. Data Dinas Kabupaten Magetan,

    jemaah haji dengan risti penyakit hiperkolesterolemia pada tahun 2015 17,36%,

    tahun 2016 25%, tahun 2017 11,76%, dan pada tahun 2018 33,75%. Penelitian

    tentang analisis beberapa faktor hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji di

    Kabupaten Magetan masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah

    menganalisis beberapa faktor risiko hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji

    berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten Magetan.

    Jenis penelitian ini adalah analisis dengan desain cross sectional. Populasi

    dalam penelitian ini adalah seluruh calon jemaah haji Kabupaten Magetan dengan

    estimasi keberangkatan tahun 2018 sebanyak 351 orang . Teknik sampling yang

    digunakan adalah total sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis

    univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Tempat penelitian di

    Kabupaten Magetan pada tahun 2018.

    Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji Kabupaten Magetan adalah jenis kelamin (p=0,035; RP=1,2;

    95%CI (1,022-1,443), status merokok (p=0,003; RP=1.3; 95%CI (1,096-1,664),

    obesitas (p=0,038; RP=1,2; 95%CI=1,028-1,443), sedangkan faktor risiko yang

    tidak berpengaruh adalah umur.

    Faktor risiko yang berpengaruh dengan hiperkolesterolemia pada calon

    jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten Magetan adalah

    jenis kelamin, status merokok, obesitas. Untuk mencegah faktor risiko penyakit

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji dapat dilakukan dengan tidak

    merokok, aktivitas fisik secara rutin, melakukan pola gaya hidup sehat, dan cek

    kesehatan secara berkala sampai menjelang keberangkatan haji.

    Kata Kunci : Hiperkolesterolemia, calon jemaah haji, faktor risiko

    Kepustakaan : 26 (2008-2018)

  • viii

    viii

    Public Health Program

    Health Science College of Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

    ABSTRACT

    EMY PUSPITASARI

    THE ANALYSIS RISK FACTORS OF HYPERCOLESTEROLEMIA TO

    CANDIDATE PILGRIMAGE OF HAJJ BASED ON STAGE 2

    SISKOHATKES IN MAGETAN REGENCY

    74 pages + 14 tables + 5 pictures + 6 appendixes

    High cholesterol levels (hypercholesterolemia) is a condition of blood cholesterol

    levels exceeding normal ≥200 mg dL. Based on data of Magetan regency,

    pilgrims with high risk of hypercholesterolemia in 2015 was 17.36%, in 2016 was

    25%, in 2017 was 11.76%, and in 2018 was 33.75%. The analysis research

    ofhypercholesterolemia factors in prospective pilgrims was a rare event in

    Magetan regency.The purpose of this research was to determine the analysis risk

    factors of hypercholesterolemia in prospective pilgrims based on stage 2

    SISKOHATKES in Magetan regency.

    The kind of this research was an analysis used cross sectional study. The

    population of this research was all prospective pilgrims in Magetan regency with

    an estimated departure in 2018 as many as 351 people. The sampling technique of

    this research used total sampling. The data analysis was carried out in stages

    used univariate analysis, bivariate analysis used chi square test. The place of this

    researchin Magetan Regency in 2018.

    The risk factors that influential of hypercholesterolemia in prospective

    pilgrims in Magetan regency were gender (p=0,035; RP=1,2; 95% CI (1,022-

    1,443), smoking status (p=0,003; RP=1,3; 95 % CI (1,096-1,664), obesity (p=

    0,038; RP =1,2; 95% CI=1,028-1,443), and The risk factors that influential were

    age.

    The risk factors that influential of hypercholesterolemia in prospective

    pilgrims based on stage 2 SISKOHATKES inMagetan regency were gender,

    smoking status, obesity. The prevention risk factors for hypercholesterolemia in

    prospective pilgrimscan be done by not smoking, physical activity, healthy

    lifestyle, and regular check-in until the time of the Hajj departure.

    Keywords : Hypercholesterolemia, prospective pilgrims, risk factors

    Bibliography : 26 (2008-2018)

  • ix

    ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta

    hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Skripsi"Analisis Beberapa Faktor Risiko Hiperkolesterolemia Pada Calon

    Jemaah Haji Berdasarkan Siskohatkes Tahap 2 di Kabupaten Magetan ” ini

    dengan lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Tidak lupa penulis ucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Bapak Zaenal Abidin S.KM, M. Kes selaku Ketua Stikes Bhakti Husada Mulia

    Madiun.

    2. Ibu Avicena Sakufa M., SKM., M. Kes selaku Ketua Program Studi S1

    Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku dosen

    penguji.

    3. Bapak Suhadi Prayitno., SKM.MM selaku dosen pembimbing 1.

    4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM, M.KM selaku dosen pembimbing 2.

    5. Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang telah membantu menyelesaikan

    proposal ini.

    Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin namun penulis menyadari

    bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, mohon

    saran dan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan laporan ini.

    Penulis berharap agar skripsi ini dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai

    bahan referensi atau dapat digunakan sebagai tambahan bahan pembelajaran.

    Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

    dan saran dari pembaca.

    Madiun, 13 September 2018

    Penulis

  • x

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

    LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

    ABSTRAK ................. .................................................................................... vii

    ABSTRACT ............... .................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

    1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

    1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

    1.5. Keaslian Penellitian .................................................................................. 8

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Kolesterol tinggi (Hiperkolesterolemia) ................................. 11

    2.2 Jenis-jenis Kolesterol tinggi .................................................................... 12

    2.3 Diagnosis Kolesterol tinggi .................................................................... 15

    2.4 Gejala Kolesterol tinggi ........................................................................... 17

    2.5 Patogenesis Hiperkolesterolemia ............................................................. 18

    2.6 Faktor risiko hiperkolesterolemia ........................................................... 19

    2.7 Pencegahan dan pengendalian kolesterol tinggi ................................... 23

    2.8 Pemeriksaan jemaah Haji ......................................................................... 26

  • xi

    xi

    2.9 Pengertian Haji ........................................................................................ 31

    2.10 Kerangka Teori ............................................................................................... 36

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

    3.1. Kerangka Konseptual ................................................................................ 37

    3.2. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 38

    BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 39

    4.2. Populasi dan Sampel ................................................................................. 39

    4.3. Teknik Sampling ....................................................................................... 40

    4.4. Kerangka Kerja Penelitian ........................................................................ 40

    4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................... 42

    4.6. Instrumen Penelitian ................................................................................. 46

    4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 46

    4.8. Prosedur Pengumpulan data ...................................................................... 46

    4.9. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 47

    4.10 Etika Penelitian ........................................................................................ 51

    BAB 5 PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 52

    5.2 Pembahasan ............................................................................................... 59

    5.3 Keterbatasan penelitian ............................................................................. 68

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 69

    6.2 Saran ........................................................................................................... 70

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 keaslian penelitian ........................................................................... 8

    Tabel 2.2 Pengelompokan kadar kolesterol dan Trigliserida ........................ 15

    Tabel 4.5 Definisi Operasional ....................................................................... 44

    Tabel 4.9 coding data berdasarkan Definisi operasional .............................. 48

    Tabel 5.1 karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan pekerjaan .. 53

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Hiperkolesterolemia ........................... 54

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur Responden .......................................... 54

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden............................ 54

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi status merokok ............................................. 55

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Obesitas ......................................................... 55

    Tabel 5.7 Hubungan antara umur dengan kejadian Hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji............................................................................................ 55

    Tabel5.8Hubungan antara Jenis Kelamin dengan kejadian Hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji ................................................................................... 56

    Tabel5.9 Hubungan antara status merokok dengan kejadian

    Hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji ................................................. 57

    Tabel 5.10 Hubungan antara obesitas dengan kejadian Hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji .................................................................................. 58

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 kerangka teori ............................................................................... 36

    Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian .......................................................... 37

    Gambar 4.1 kerangka kerja penelitian ............................................................ 40

    Gambar 5.1 gambar peta Kabupaten Magetan .............................................. 52

  • xiv

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

    Lampiran 2 Lembar Observasi Formulir Pemeriksaan Kesehatan Haji

    Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

    Lampiran 4 Form Revisi Sidang Skripsi

    Lampiran 5 Output SPSS

    Lampiran 6 Dokumentasi Observasi

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    SISKOHATKES : Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan

    IMT : Indeks Massa Tubuh

    LDL : Low Dencity Lipoprotein

    HDL : High Dencity Lipoprotein

    Kemenkes :Kementrian Kesehatan

    BPIH : Biaya Penyeleggaraan Ibadah Haji

    VLDL : Very Low Density Lipoprotein

    CJH : Calon Jemaah Haji

    Risti : Risiko Tinggi

    RP : Risk Prevalens

    JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ibadah haji adalah rukun islam kelima bagi setiap orang islam yang

    mampu menunaikannya. Dengan demikian, istithaah menjadi hal penting

    dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam Fiqih Islam, Istithaah (termasuk

    Istithaah Kesehatan) dinyatakan sebagai salah satu syarat wajib untuk

    melaksanakan ibadah haji (Kemenkes RI, 2016).

    Status kesehatan jemaah haji dalam mencapai istithaah dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko seperti usia, jenis kelamin,

    pekerjaan, pendidikan, perilaku dan penyakit yang diderita oleh jemaah

    haji (umumnya degeneratif dan penyakit kronis) serta kebugaran jasmani

    yang masih kurang yang berdampak menjadi suatu kelelahan fisik.

    Kelelahan fisik terjadi karena energi yang tidak dapat mencukupi

    kebutuhan tubuh dalam melakukan aktivitas (Permenkes RI, 2016).

    Kadar kolesterol tinggi (Hiperkolesterolemia) adalah suatu kondisi

    jumlah kolesterol darah melebihi batas normal>200mg/dL (Fairuz Fikri,

    2013). Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan

    untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam

    jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang

    akhirnya akan berdampak pada penyakit jantung koroner. Gangguan

    yang terjadi pada darah disebabkan akibat rendahnya tingkat kolesterol

    plasma atau High density lipoprotein (HDL) pada darah, yang dimana

  • 2

    2

    dapat menyebabkan terjadinya perkembangan peradangan pada darah

    dan gangguan pada jantung (Laily, 2015).

    Berdasarkan data dari sistem informasi kesehatan haji

    indonesia (SISKOHATKES) presentase jemaah haji Indonesia yang

    berstatus risiko tinggi kesehatan pada tahun 2016 sebesar 46,97%.

    Penyakit terbanyak yang Dialami jemaah haji pada tahun 2016 salah

    satunya adalah hiperkolesterolemia sebesar 15,3% (Kemenkes, 2017).

    Data dinkes Kabupaten Magetan jemaah haji dengan risiko tinggi

    hiperkolesterolemia pada tahun 2015 sebesar 17,36 %, tahun 2016

    sebesar 25 %, pada tahun 2017 11,76%, dan pada tahun 2018 sebesar

    33,75%. Dari data diatas dapat dilihat hiperkolesterolemia pada jemaah

    haji di Kabupaten Magetan mengalami peningkatan setiap tahunnya

    sehingga perlu perhatian khusus dari petugas agar tidak menimbulkan

    komplikasi (Dinkes Kabupaten Magetan 2015-2018).

    Dampak yang akan ditimbulkan dari hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji yang berangkat ke Arab Saudi secara

    otomatis mempunyai risiko tinggi untuk sakit bahkan kematian

    pada saat menjalankan kegiatan ibadah haji karena kurang istirahat

    atau kurang tidur dan tidak disiplin dalam minum obat (Kemenkes,

    2016). Sehingga perlu mengendalikan faktor resiko hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji agar tidak menimbulkan komplikasi. Faktor

    risiko hiperkolesterolemia merupakan umur, jenis kelamin, hipertensi,

    merokok, obesitas ( Fairuz Fikri, 2013).

  • 3

    3

    Penderita obesitas sering mengalami peningkatan kadar

    kolesterol tinggi keadaan ini karena adanya penumpukan lemak ( Peni

    Kusumasari, 2015). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Maratu sholeha

    (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan

    kejadian hiperkolesterolemia. Seseorang yang mengalami obesitas

    berisiko 1,61 kali lebih tinggi menderita hiperkolesterolemia

    dibandingkan seseorang yang tidak mengalami obesitas (95%CI=1,03-

    1,46).

    Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

    mempengaruhi kesehatan pembuluh darah. Pada keadaan merokok,

    pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami

    penyempitan dan kadar kolesterol dalam darah meningkat (Dadang,

    2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh wirakusuma (2014)

    menunjukkan bahwa terdapat hubungan merokok dengan kejadian

    hiperkolesterolemia. Seseorang yang merokok lebih besar memiliki

    risiko 9,5 kali lebih besar mengalami hiperkolesterolemia dibandingkan

    dengan seseorang yang tidak merokok (95%CI=1,070-25,43).

    Jenis kelamin adalah Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar

    kolesterol, karena pria mempunyai risiko kadar kolesterol lebih tinggi

    daripada wanita. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Harsanawis

    (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin

    dengan kejadian hiperkolesterolemia.

  • 4

    4

    Solusi alternatif permasalahan hiperkolesterolemia yang

    sudah diterapkan pada calon jemaah haji di Kabupaten Magetan adalah

    kegiatan pembimbingan kesehatan haji (konseling kesehatan, peningkatan

    kebugaran jasmani, pemanfaatan kesehatan berbasis masyarakat,

    kunjungan rumah), kegiatan penyuluhan kesehatan haji. Namun setiap

    tahunnya ditemukan calon jemaah haji yang mengalami

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji Kabupaten Magetan. Hal

    tersebut disebabkan adanya penambahan kuota haji setiap tahun dan

    diikuti peningkatan jumlah calon jemaah haji dengan status risiko

    tinggi, selain itu dikarenakan rata- rata calon jemaah berusia lanjut.

    Sehingga perlu evaluasi dan peningkatan deteksi dini pada calon jemaah

    haji sedini mungkin (Kemenkes, 2017).

    Belum ada penelitian yang dilakukan mengenai analisis beberapa

    faktor risiko hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji di Kabupaten

    Magetan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan mengenai

    analisis beberapa faktor risiko pada calon jemaah haji di Kabupaten

    Magetan.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Rumusan Masalah Umum

    Beberapa faktor resiko hiperkolesterolemia apa sajakah pada

    calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten

    Magetan?

  • 5

    5

    1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

    1. Apakah umur merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan?

    2. Apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan?

    3. Apakah status merokok merupakan faktor risiko

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji berdasarkan

    SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten Magetan?

    4. Apakah obesitas merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan?

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Menganalisis beberapa faktor resiko hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten

    Magetan.

    1.3.2 Tujuan khusus

    1. Menjelaskan umur merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan.

  • 6

    6

    2. Menjelaskan jenis kelamin merupakan faktor risiko

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji berdasarkan

    SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten Magetan.

    3. Menjelaskan Obesitas merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan.

    4. Menjelaskan merokok merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan

    1. Menjadi bahan masukan atau rekomendasi bagi instansi yang

    terkait dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

    2. Menciptakan kerjasama yang bermanfaat antara STIKES Bhakti

    Husada Mulia Madiun dengan Dinas Kesehatan Kabupaten

    Magetan.

    1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

    Sebagai pengetahuan mengenai penelitian pada calon jemaah

    haji di Kabupaten Magetan.

    1.4.3 Bagi Masyarakat

    Menciptakan kerjasama dengan masyarakat tentang pentingnya

    kesehatan pada jemaah haji dengan mengontrol faktor resiko

    kolesterol tinggi.

  • 7

    7

    1.4.4 Bagi Husada Mulia Madiun

    Dapat meningkatkanpengetahuan mengenai faktor risiko

    hiperkolesterolemia pada jemaah haji.

    1.4.5 Bagi Peneliti

    1. Menambah wawasan penelitian mengenai faktor resiko

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji.

    2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan

    kesehatan masyarakat.

    1.5 Keaslian Penelitian

    Dibawah ini merupakan beberapa penelitian terdahulu mengenai

    Beberapa faktor risiko kadar kolesterol yaitu:

  • 8

    8

    Tabel 1.1 penelitian terdahulu tentang faktor resiko kadar kolesterol

    No Judul Penelitian Nama Peneliti Tempat

    Dan

    Tahun

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel Penelitian Hasil Penelitian

    1 Associated factors

    to total cholesterol

    Rua general

    bento

    martins

    Brazil

    2010

    Cross Sectional Variabel Independent:

    umur, Obesitas, Sosial

    ekonomi

    Variabel dependent:

    Tingkat kadar kolesterol

    1. Umur OR= 47,6. 95%CI= 45,0-50,2

    2. Sosial ekonomi OR=1,70 95%CI=1,05-2,75

    3. Obesitas OR=1,40 95% CI= 1,05-2,75

    2 Risk determinan of

    dysplidemia in

    population

    characterized by low

    levels of high density

    lipoprotein

    cholesterol

    Bersot thomas 2008 Crossectional Variabel independent :

    Umur,imt, jenis kelamin

    Variabel dependent :

    Kadar kolesterol

    1. Umur >60tahun (N=126, Or=1,21. P=0,000.

    95%CI=1,29-1,60)

    2. Imt (OR=1,70 95%CI=1,25-2,60)

    3. Jenis Kelamin (OR=1,80 95%CI=1,60-2,30)

    3 Kadar kolesterol

    tinggi dan faktor-

    faktor yang

    berpengaruh terhadap

    kadar kolesterol

    darah

    Maratu soleha 2012 Crossectional Variabel independet :

    Jenis kelamin, imt,

    tekanan darah,

    kebiasaan merokok,

    usia

    Variabel dependent :

    Kadar

    kolesterol hdl

    1. Merokok (95%CI=1,02-1,33, P=0,731)

    2. Imt (95%CI=1,03-1,46, P=0,020.

    OR=1,22)

    Usia 40-49 (CI-1,24-1,67

    P=0,000)

  • 9

    9

    Lanjutan Tabel 1.1 penelitian terdahulu tentang faktor resiko kadar kolesterol

    No Judul Penelitian Nama Peneliti Tempat Dan

    Tahun

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel Penelitian Hasil Penelitian

    4 Factor high

    cholesterol

    Carlene

    m.lawes,stephe

    n

    vanderhoorn,m

    arcolmr.law

    and anthony

    rodgers

    2010 Crossectional Variabel independent :

    umur, Imt

    Variabel dependent :

    Kadar kolesterol

    Hasil penelitian

    Umur 30-34 : (Or=0,51.

    95%CI=0-36-0,73.

    Umur 45-59 : (Or=0,50.

    95%CI=0,45-0,46)

    IMT OR=1,40

    95%CI=1,10-1,77

    5 Risiko

    hiperkoleserolemia

    pada pekerja

    dikawasan industri

    Krisnawaty

    Bantas, farida

    mutiarawaty

    tri agustina,

    Dinie zakiyah

    2012 Crossectional Variabel independent :

    Umur, Obesitas,

    merokok, konsumsi

    alkohol, aktivitas fisik

    Variabel dependent :

    Kadar kolesterol

    Imt >30 kg

    Or =1,68 95%CI=1,18-2,39

    P=0,004 Alkohol p=0,008

  • 10

    Perbedaanpenelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah :

    1. Variabel dependent : variabel dependent dalam penelitian ini adalah

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji yang diperoleh dari data

    rekam medik Siskohatkes calon jemaah haji di Kabupaten Magetan.

    2. Subyek penelitian : Subyek penelitian adalah calon jemaah haji yang

    didiagnosis Hiperkolesterolemia saat pemeriksaan kesehatan tahap 2

    dilaksanakan bulan Februari. Kriteria usia calon jemaah haji yang

    digunakan yaitu lebih dari 60 tahun, hal tersebut dikarena penderita

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji di Kabupaten Magetan

    berumur lebih dari 60 tahun.

    3. Tempat dan tahun penelitian : Penelitian ini berlokasi di Kabupaten

    Magetan dilaksanakan pada tahun 2018.

    4. Desain penelitian : Desain penelitian ini menggunakan metode

    Crossectional. Analisis data sekunder yang diperoleh melalui sistem

    komputerisasi Haji terpadu bidang kesehatan (SISKOHATKES) tahun

    2018, dan analisis data dengan bivariat (Chi-Square).

    9

  • 11

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Kolesterol Tinggi (Hiperkolesterolemia)

    Kolesterol tinggi atau Hiperkolesterolemia adalah molekul sejenis

    lipid yang ditemukan dalam aliran darah dan sel tubuh. Kolesterol

    diproduksi oleh hati dan dibutuhkan untuk proses metabolisme tubuh,

    seperti membantu pembentukan sel baru dan hormon. Namun, jangan

    sampai berlebih kadar kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah

    disebut hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia merupakan kelainan

    metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar

    kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar

    kolesterol HDL dalam darah. Hiperkolesterolemia dapat mengakibatkan

    penumpukan lemak dalam darah. Penumpukan lemak dalam darah

    disebut plak kolesterol. Plak kolesterol dapat membuat saluran

    pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah menjadi

    kurang lancar.

    Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh,

    mudah pecah, dan meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah

    yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena

    pembuluh darah sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh

    plak kolesterol, maka bekuan ini muda menyumbat pembuluh darah

    secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis

  • 12

    bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal , lengan, tungkai, dan

    organ vital lainnya. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang

    menuju ke otak atau arteri karotid, maka bisa terjadi stroke. Jika

    terjadi didalam arteri yang menuju ke jantung ke arteri koroner, bisa

    terjadi serangan jantung (Sofi Ariani, 2016).

    2.2 Jenis-Jenis Kolesterol Tinggi (Hiperkolesterolemia)

    Kolesterol merupakan salah satu faktor resiko penyakit

    kardiovaskular. kadar kolesterol yang tinggi akan menyebabkan

    penimbunan lemak atau plak didalam pembuluh arteri sehingga

    dapat menghambat aliran darah. Kolesterol tidak larut dalam cairan

    darah, untuk itu agar dapat dikirim keseluruh tubuh perlu dikemas

    bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein yang dapat

    dianggap sebagai pembawa atau carier kolesterol dalam darah. Selain

    berasal dari makanan, kolesterol juga bisa dibentuk dari hati yang

    berasal dari asam lemak jenuh hasil pemecahan dari trigliserida

    (Sofi Ariani, 2016).

    Trigliserida itu sendiri merupakan salah satu jenis lemak yang

    terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya

    kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar

    kolesterol. Memang metabolisme dalam tubuh hanya asam lemak

    jenuh yang bisa di bentuk menjadi kolesterol. Kolesterol memiliki

    beberapa jenis yang perlu untuk diketahui, diantaranya adalah:

  • 13

    1. Chylomicrons

    Chylomicrons berasal dari lemak-lemak yang kita makan. Karena

    lemak tidak bisa diserap dengan baik dalam bentuk alaminya, maka

    lemak-lemak tersebut akan diubah menjadi substansi yang bisa

    diserap oleh besi. Saat lemak melewati lambung ke dalam usus halus,

    enzim dari pankreas dan cairan dari hati dan kandung kemih

    menciptakan chylomicrons (yang sebagian besar tersusun dari

    trigliserida) dengan menyusun kembali molekul-molekul lemak ini

    dan meningkatkan pencernaan. Selanjutnya, enzim lipase akan

    memecah chylomicrons menjadi asam lemak yang bisa digunakan

    sebagai energi atau disimpan didalam sel-sel lemak ( Sofi Ariani,

    2016).

    2. Kolesterol HDL

    Kolesterol HDL atau high density lipoprotein ini dua bentuk

    utama HDL yaitu HDL 2 dan HDL 3. Kedua bentuk kolesterol baik

    ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskular.

    Kedua jenis HDL ini biasanya dihitung sebagai kolesterol HDL.

    Kolesterol ini tidak berbahaya, kolesterol HDL mengangkut

    kolesterol lebih sedikit dari LDL dan seringnya disebut kolesterol

    baik, karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh

    darah arteri kembali ke hati.

    Dengan kata lain HDL dapat melarutkan LDL yang menempel di

    pembuluh darah untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah

  • 14

    kolesterol mengendap diarteri dan melindungi pembuluh darah dari

    proses ateroklerosis atau terbentuknya plak pada dinding pembuluh

    darah. Semakin tinggi kadar HDL, maka pembersihan akan semakin

    baik. Proses ini akan menurunkan risiko penyakit jantung dan

    pembuluh darah. Intinya, semakin tinggi kadar HDL, maka

    semakin baik (Sofi Ariani, 2016).

    3. Kolesterol VLDL

    Kolesterol VLDL atau very low density lipoprotein ini

    merupakan sebagian besar tersusun dari trigliserida. VLDL bisa

    dibentuk dengan memecah chylomicrons atau diproduksi oleh hati.

    Selanjutnya, partikel-partikel kaya trigliserida ini bisa diangkut

    keseluruh tubuh digunakan sebagai energi atau disimpan dipaha,

    pinggang, dan tempat-tempat penyimpanan lainnya (Ulfa Nurrahmani,

    2015).

    Meskipun kadar VLDL tinggi dikaitkan dengan penyakit jantung

    koroner, tetapi jenis kolesterol ini tidak menimbulkan kerusakan

    separah kolesterol LDL. Jika kadar VLDL atau chylomicron

    meningkat, maka kadar trigliserida juga akan meningkat, sementara

    kadar kolesterol baik HDL akan menurun (Sofi Ariani, 2016).

    4. Kolesterol LDL

    Kolesterol LDL dikenal sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL

    sangat berbahaya, karena lemak yang terkandung dalam kolesterol ini

    dapat menempel pada permukaan pembuluh darah dan dapat

  • 15

    menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Kolesterol LDL

    mengangkut kolesterol paling banyak didalam darah. Kolesterol saat

    ini merupakan faktor resiko utama penyakit kardiovaskular, karena

    menghambat pembuluh arteri.

    Bagi yang tidak mempunyai penyakit jantung, ada baiknya

    mengurangi kadar kolesterol hingga 110mg/dl. Kadar kolesterol pada

    tingkat ini bisa membantu untuk menghindari penyakit jantung.

    Akan tetapi, Jika menderita penyakit jantung koroner maka

    disarankan untuk menurunkan kadar LDL hingga dibawah

    100mg/dl. Pada tingkat ini, plak kolesterol mulai pecah, dan arteri

    bebas dari hambatan. intinya, semakin rendah kadar LDL, maka

    semakin baik (Sofi Ariani, 2016).

    Tabel 2.2 Pengelompokan kadar kolesterol dan trigliserida

    Pemeriksaan Lab

    sederhana

    Nilai Nominal Satuan

    Kolesterol Total

  • 16

    biasanya pasien akan diminta untuk tidak makan selama 10-12 jam.

    Tujuannya agar hasil tes tidak terpengaruh oleh makanan yang

    masih dicerna (Sofi Ariani, 2016).

    Setelah pemeriksaan selesai dan hasilnya didapat, maka dokter

    akan menjelaskan kepada pasien dan menyimpulkan pasien tersebut

    memiliki resiko rendah, menengah, atau tinggi untuk terkena penyakit

    kardiovaskular seperti penyakit stroke dan jantung dalam kurun

    waktu 10 tahun. Kesimpulan tersebut bukan hanya didasarkan pada

    hasil tes kolesterol, namun juga didapat dengan memperhitungkan

    beberapa hal pendukungnya. Hal-hal yang di maksud tersebut

    diantaranya adalah sebagai berikut.

    1. Jenis kelamin, riwayat keluarga, etnis dan umur.

    2. Faktor-faktor resiko yang dapat diobati seperti diabetes, tekanan

    darah tinggi, dan penyakit lainnya.

    3. Indeks massa tubuh pasien yang ukurannya didapat dari

    perbandingan berat badan pasien dengan tinggi badannya.

    4. Kadar kolesterol ideal bagi orang dewasa yang sehat dan bagi

    orang dewasa yang berisiko lebih tinggi badannya.

    5. Kadar kolesterol ideal bagi orang dewasa yang sehat dan bagi

    orang dewasa yang berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.

  • 17

    2.4 Gejala kolesterol Tinggi (Hiperkolesterolemia)

    Dalam kondisi normal kolesterol adalah lemak atau lipid yang

    diproduksi oleh hati. Kolesterol secara alami terdapat dalam dinding

    sel atau selaput didalam tubuh, termasuk otak, syaraf, otot, kulit, hati,

    usus, dan jantung. Dalam kondisi normal, kolesterol berfungsi sebagai

    pembangun dan pemelihara sel membran, menyaring molekul yang

    masuk dan tidak kedalam sel, memproduksi hormon seks, dan

    membantu produksi empedu.

    Jika seseorang memiliki terlalu banyak kolesterol dalam aliran

    darah, maka kelebihannya dapat disimpan dalam arteri, termasuk arteri

    koroner jantung, pembuluh arteri ke otak, dan arteri yang memasok

    darah ke kaki. Penyumbatan arteri dikaki menyebabkan kardiovaskular

    atau nyeri saat berjalan, penyumbatan arteri cartoid dapat

    menyebabkan stroke, sementara penyumbatan arteri koroner

    menyebabkan angina atau nyeri dada dan serangan jantung (Sofi

    Ariani, 2016).

    Untuk menghindari hal semacam itu, maka ada baiknya

    mengetahui terlebih dahulu gejala atau tanda-tanda dari hiperkolesterol

    tersebut. Ada beberapa gejala atau tanda-tanda seseorang mengalami

    hiperkolesterol atau koleserol berlebih. Gejala atau tanda-tanda yang

    dimaksud tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

  • 18

    1. Tangan dan kaki terasa pegal

    Pembuluh darah dikaki dan tangan juga bisa tersumbat

    akibat penumpukan kolesterol. Penumpukan ini umumnya terjadi

    secara terus-menerus dan membuat tangan serta kaki terasa pegal

    (Sofi Ariani,2016).

    2. Sering kesemutan

    Kesemutan berkaitan dengan syaraf yang tidak mendapatkan

    aliran darah. Kesemutan dibagian tangan dan kaki adalah

    implikasi dari ketidaklancaran aliran darah dibagian tubuh

    tertentu. Hal ini membuat aliran darah menjadi kental akibat

    tingginya kadar kolesterol ( Sofi Ariani, 2016).

    3. Kepala pusing

    Pusing dibagian belakang kepala disebabkan oleh

    penyumbatan pembuluh darah diarea sekitar kepala. Penyumbatan

    ini terjadi karena kolesterol mulai membentuk plak dipembuluh

    darah. Apabila dibiarkan, maka pembuluh darah bisa pecah dan

    mengakibatkan stroke ( Sofi Ariani, 2016).

    2.5 Patogenesis hiperkolesterolemia

    Hiperkolesterolemia merupakan tingginya fraksi lemak darah,

    yaitu berupa peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar LDL

    kolesterol dan penurunan kadar HDL kolesterol. Kolesterol

    dimetabolisme dihati, jika kadar kolesterol berlebihan maka akan

    dapat mengganggu proses metabolisme sehingga kolesterol tersebut

  • 19

    menumpuk dihati. Kolesterol yang masuk kedalam hati tidak dapat

    diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari aliran darah

    diseluruh tubuh. Apabila keadaan ini dibiarkan untuk waktu yang

    cukup lama, maka kolesterol berlebih tersebut akan menempel di

    dinding pembuluh darah dan menimbulkan plak kolesterol. Akibatnya,

    dinding pembuluh darah yang semula elastis (mudah berkerut dan

    mudah melebar) akan menjadi tidak elastis lagi (Murray, 2009).

    2.6 Faktor Risiko hiperkolesterolemia

    1. Umur

    Pada umur beranjak semakin dewasa, orang akan semakin

    rawan dengan serangan kolesterol tinggi. Hal tersebut umur

    semakin dewasa biasanya orang cenderung tidak aktif bergerak

    seperti anak-anak dan remaja (Wulandari, 2011). Pada umumnya

    dengan bertambahnya umur orang dewasa, aktifitas fisik menurun,

    massa tubuh tanpa lemak menurun, sedangkan jaringan lemak

    bertambah (Suetardjo, 2011).

    Patofisiologi perubahan komposisi tubuh menyebabkan

    penurunan massa tulang, sedangkan massa lemak tubuh yang

    mengatur metabolisme menurun sesuai dengan umur (seperti insulin,

    hormon pertumbuhan dan androgen) sedangkan yang lain

    meningkat (seperti prolaktin). Penurunan beberapa jenis hormon ini

    menyebabkan penurunan massa tanpa lemak, sedangkan peningkatan

    aktifitas hormon lainnya meningkatkan massa lemak. Berdasarkan

  • 20

    penelitian sofi ariani, Usia yang semakin meningkat juga menjadi

    salah satu faktor penyebab kolesterol tinggi. Karena bertambahnya

    usia, kadar kolesterol tinggi akan mengakibatkan menurunnya

    kinerja organ tubuh.

    2. Jenis kelamin

    Hormon seks pada wanita, yaitu estrogen diketahui dapat

    menurunkan kolesterol darah dan hormon seks pria yaitu andogen

    dapat meningkatkan kadar kolesterol darah (Fatmah, 2010). Maka

    dari itu, kurangnya hormon estrogen akibat menopouse pada

    perempuan menyebabkan jaringan, meningkatnya lemak perut,

    meningkatnya kolesterol total dan lebih berisiko mengalami penyakit

    jantung (Sofi ariani, 2016 ). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki

    usia dibawah 50 tahun memiliki resiko 2-3 kali lebih besar

    mengalami ateroklerosis oleh kolesterol dibandingkan dengan

    wanita. Sementara wanita usia diatas 50 tahun atau sudah

    menopause, memiliki risiko yang sama dengan laki-laki.

    Masa menopause wanita yang dilindungi oleh hormon

    esterogen, sehingga dipercaya mencegah terbentuknya ateroklerosis.

    Esterogen dalam kaitan dengan kolesterol bekerja dengan cara

    meningkatkan HDL dan menurunkan LDL pada darah. Setelah

    menopause, kadar esterogen pada wanita akan menurun, risiko

    hiperkolesterol dan ateroklerosis akan menjadi setara dengan laki-

    laki (Sofi Ariani, 2016).

  • 21

    3. Genetik

    Ada variasi kelainan genetik yang mempengaruhi cara tubuh

    memproduksi lipid. Beberapa orang memiliki keturunan

    hiperkolesterolemia (familial hypercholesterolemia). Kondisi genetik

    ini menyebabkan kadar kolesterol tinggi yang turun temurun dalam

    anggota keluarga. Meskipun kolesterol tinggi tidak menimbulkan

    gejala, tapi familial hypercholesterolemia bisa menunjukkan tanda

    seperti deposit kolesterol yaitu berupa garis putih pada kulit

    disekitar mata. Selain itu, kondisi ini bisa dideteksi melalui tes

    kolesterol atau tes genetik (Nurrahmani, 2012).

    4. Obesitas

    Obesitas atau kegemukan merupakan sebuah penumpukan

    lemak tubuh yang melebihi batas normal. Pada dasarnya,

    kegemukan merupakan penimbunan lemak yang berlebihan di

    dalam tubuh. Jumlah lemak normal pada laki-laki dewasa rata-rata

    berkisar 15-25% dari berat badan total dan wanita berkisar 20-

    25%. Jumlah lemak pada tubuh seseorang umumnya meningkat

    sejalan dengan bertambahnya usia, terutama disebabkan

    melambatnya metabolisme dan berkurangnya aktivitas fisik (Sofi

    Ariani, 2016).

    Umumnya laki-laki sehat memiliki kadar lemak lebih rendah

    dibandingkan wanita. Orang gemuk sebagian besar menyimpan

    lemaknya dibagian perut dan selebihnya dibagian pinggul atau

  • 22

    paha. Pada umumnya orang gemuk memiliki trigliserida tinggi

    dan disimpan di bawah kulit. Perlu diperhatikan bahwa simpanan

    trigliserida ini merupakan bahan utama pembentukan VLDL dan

    LDL di hati yang akan masuk ke dalam cairan darah. Dengan

    demikian, maka kegemukan cenderung menjadi penyebab

    meningkatnya kadar kolesterol ( Sofi Ariani, 2016).

    Patofisiologi penimbunan lemak pada jaringan dalam jangka

    panjang menyebabkan ketidakmampuan sel lemak untuk

    menyimpan trigliserida secara berlebihan tahap awal terjadinya

    hiperkolesterolemia akibat perubahan lipid. Mekanisme peran pada

    peningkatan produksi kolesterol akibat beberapa mekanisme

    menimbulkan penumpukan lemak dalam jangka panjang sehingga

    menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol dalam darah

    (Hiperkolesterolemia) (Subramanian, 2011).

    Hal tersebut sesuai dengan penelitian Maratu sholeha (2012)

    menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan

    kejadian hiperkolesterolemia. Seseorang yang mengalami obesitas

    berisiko 1,61 kali lebih tinggi menderita hiperkolesterolemia

    dibandingkan seseorang yang tidak mengalami obesitas

    (95%CI=1,03-1,46).

  • 23

    5. Merokok

    Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu

    terjadinya hiperkolesterolemia. Merokok dapat menyebabkan denyut

    jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung

    mengalami peningkatan bagi penderita yang memiliki aterosklerosis

    atau penumpukan lemak pada pembuluh darah. Merokok dapat

    memperparah kejadian kadar kolesterol tinggi dan berpotensi pada

    penyakit degeneratif lain seperti stroke dan penyakit jantung ( Sofi

    Ariani, 2016).

    Patofisiologi merokok dapat meningkatkan penumpukan lemak

    pada pembuluh darah secara keseluruhan terdapat peningkatan yang

    signifikan dari kolesterol tinggi. Pada umumya, rokok mengandung

    berbagai zat kimia berbahaya seperti nikotin dan kabon monoksida.

    Zat tersebut akan terisap melalui rokok sehingga masuk ke aliran

    darah dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah

    arteri, serta mempercepat terjadinya aterosklerosis (Sari, 2017).

    2.7 Pencegahan dan Pengendalian kolesterol Tinggi

    Kolesterol merupakan sebuah zat yang fungsinya sangat penting

    bagi tubuh. Sebenarnya zat ini merupakan zat lemak yang dikenal

    sebagai lipid. Produsen utama zat adalah hati, namun lipid juga berasal

    dari makanan. Kadar lipid yang terlalu tinggi disebut dengan

    hiperlipidemia dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Meski

    kolesterol tidak menyebabkan gejala apapun, namun tetap bisa

  • 24

    membahayakan kesehatan. Kadar kolesterol yang tinggi sebenarnya

    bisa diturunkan dengan beberapa cara yang mesti dilakukan. cara yang

    dimaksud tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Hindari merokok

    Pada rokok ditentukan sebuah zat kimia yang disebut akrolein.

    Zat ini dapat menghentikan aktivitas HDL atau kolesterol baik

    untuk mengangkut timbunan lemak menuju hati. Hal ini bisa

    mengakibatkan penyempitan ateri atau ateroklerosis. Dari hal tersebut

    bisa disimpulkan bahwa merokok merupakan faktor resiko yang

    sangat besar bagi seseorang untuk mengalami serangan jantung atau

    stroke ( Sofi Ariani, 2016).

    2. Pola Makan

    Makanan berlemak mengandung kolesterol. Jika mengonsumsi

    banyak, maka bisa berbahaya bagi kesehatan, karena arteri bisa

    tersumbat oleh endapan lemak. Agar kadar kolesterol jahat didalam

    darah tidak tinggi, sebaiknya hindari makanan yang mengandung

    lemak jenuh. Ada beberapa makanan yang mengandung lemak jenuh

    tinggi diantaranya adalah jeroan, santan, otak sapi, telur burung

    puyuh, kulit ayam dan bebek, daging kambing, kerupuk, cumi dan

    kerang (Sofi Ariani, 2016).

    Sebaliknya lemak tidak jenuh adalah lemak yang memberi

    manfaat bagi kesehatan. Lemak tidak jenuh mampu meningkatkan

    kadar kolesterol baik dan membantu mengurangi penyumbatan

  • 25

    didalam arteri. Ada beberapa makanan yang kaya akan lemak

    tidak jenuh diantaranya adalah advokad, kacang-kacangan dan biji-

    bijian seperti almon dan kenari, minyak zaitun, selai kacang

    natural, ikan seperti salmon, tuna, dan tengiri. Mengonsumsi

    makanan rendak lemak dan kaya akan serat, seperti roti dan pasta

    bergandum, serta buah-buahan dan sayur-sayuran, terbukti dapat

    membantu menurunkan kolesterol. Serat, vitamin dan mineral yang

    terkandung dalam makanan tersebut mampu menjaga kondisi tubuh

    agar tetap fit.

    3. Olahraga

    Olahraga secara teratur atau hidup aktif dalam keseharian bisa

    membantu menaikan kadar kolesterol baik didalam tubuh, Karena

    olahraga atau aktivitas fisik dapat merangsang tubuh untuk

    membawa endapan lemak kedalam hati untuk diurai. Selain itu,

    olahraga juga dapat menjaga kondisi jantung dan pembuluh darah

    tetap baik, sehingga tekanan darah dan berat badan bisa turun.

    Kelebihan berat badan sangat berbahaya bagi kesehatan, karena

    dapat menyebabkan peningkatan kandungan kolesterol jahat didalam

    darah. Sebaiknya lakukan olahraga secara rutin agar kadar

    kolesterol selalu berada diangka yang rendah. Kuantitas olahraga

    yang disarankan adalah 2-3 jam per minggu. Olahraga bisa berupa

    bersepeda, berenang, atau berjalan kaki ( Sofi Ariani, 2016).

  • 26

    2.8 Pemeriksaan Jemaah Haji

    Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status

    kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi, dan penentuan cara

    eliminasi faktor risiko kesehatan. Dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

    1. Masa Pemeriksaan

    Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status

    kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi, dan penentuan

    cara eliminasi faktor risiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur

    dan jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistik.

    Pemeriksaan kesehatan meliputi:

    1) Anamnesa

    Pada tahap anamnesa ada beberapa kegiatan sebagai berikut:

    1. Identitas Jemaah haji

    Nama (bin/binti), tempat dan tanggal lahir, umur, jenis

    kelamin, alamat dan nomor telepon, pekerjaan, pendidikan

    terakhir, status perkawinan, tanggal pemeriksaan.

    2. Riwayat Kesehatan.

    a) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi penyakit kronis

    yang diderita, penyakit menular, atau penyakit yang

    berhubungan dengan disabilitas tertentu.

    b) Riwayat penyakit dahulu, yaitu penyakit yang pernah

    diderita (termasuk operasi yang pernah dijalani), ditulis

    secara kronologis.

  • 27

    c) Riwayat penyakit keluarga, meliputi jenis penyakit yang

    diderita anggota keluarga yang berhubungan secara

    genetik.

    2) Pemeriksaan fisik.

    Pemeriksaan fisik antara lain: tanda vital, postur tubuh,

    pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi), pemeriksaan fisik

    terhadap dada (thorax) dan perut (abdomen).

    3) Pemeriksaan penunjang.

    Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mendeteksi suatu

    keadaan atau risiko gangguan kesehatan yang umum terjadi

    pada jemaah haji, baik penyakit tidak menular maupun

    penyakit menular yang dapat menyebabkan keterbatasan dalam

    melaksanakan ibadah haji. Jenis pemeriksaan penunjang antara

    lain pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, golongan darah,

    rhesus, kimia darah seperti glukosa darah sewaktu dan

    kolesterol), pemeriksaan urine lengkap (warna, kejernihan, bau,

    sedimen, glukosa urin dan protein urin), rontgen, dan

    Elektrokardiografi (EKG) yang seluruhnya dibutuhkan dalam

    menegakkan diagnosis yang akurat. Pemeriksaan penunjang

    lainnya diperlukan kepada jemaah haji yang memiliki penyakit

    tertentu sesuai indikasi medis. Indikasi medis dimaksud untuk

    memperluas temuan gangguan kesehatan sedini mungkin yang

    potensial terjadi di masyarakat khususnya jemaah haji.

  • 28

    4) Diagnosis.

    Diagnosis ditetapkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,

    dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis utama dicantumkan

    dalam form pemeriksaan kesehatan. Atas dasar diagnosis

    utama tersebut, diperoleh kelompok risti dan non-risti. Hasil

    penetapan diagnosis dari pemeriksaan kesehatan tahap pertama

    adalah untuk mendapatkan status kesehatan sehingga dapat

    terdeteksi gangguan kesehatan yang harus segera diobati (early

    diagnosis and prompt treatment) dan dilakukan tindakan

    pengendalian faktor risiko dan pembinaan kesehatan pada masa

    tunggu.

    5) Penetapan tingkat risiko kesehatan.

    Jemaah haji dengan status risiko tinggi harus dilakukan

    perawatan dan pembinaan kesehatan atau dapat dirujuk ke

    fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk tatalaksana selanjutnya.

    Namun demikian, harus tetap berkoordinasi dengan dokter

    puskesmas atau klinik pelaksana pemeriksaan kesehatan tahap

    pertama.

    Faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan jemaah

    haji ditentukan oleh dokter pemeriksa kesehatan berdasarkan

    hasil pemeriksaan kesehatan. Faktor risiko yang telah

    teridentifikasi, kemudian dilakukan pengendalian faktor risiko

    secara berkesinambungan dalam masa pembinaan kesehatan.

  • 29

    Selanjutnya dokter pemeriksa harus berkolaborasi dengan semua

    program di Puskesmas untuk melakukan pengendalian faktor

    risiko jemaah haji, dalam layanan kesehatan melalui sistem

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Oleh sebab itu, harus

    disampaikan kepada seluruh jemaah haji untuk mengikuti

    program jaminan kesehatan dengan membayar iuran JKN

    melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang

    kesehatan di wilayahnya masing-masing.

    6) Rekomendasi/saran/rencana tindaklanjut.

    Seluruh jemaah haji yang telah melakukan pemeriksaan

    kesehatan, diberikan rekomendasi/saran atau tindak lanjut

    untuk dilakukan pembinaan kesehatan pada masa tunggu.

    Rekomendasi yang dimaksud harus mempertimbangkan

    diagnosis yang telah ditetapkan. Khusus kepada jemaah haji

    yang memiliki keterbatasan, maka pola pembinaannya harus

    disesuaikan dengan keadaan umum jemaah haji tersebut. Hasil

    pemeriksaan tahap pertama digunakan sebagai dasar perawatan

    dan pembinaan kesehatan untuk mencapai istithaah kesehatan.

    2. Masa Tunggu

    Setelah jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan,

    selanjutnya jemaah haji diberikan program pembinaan kesehatan

    pada masa tunggu. Pembinaan kesehatan pada masa tunggu

    dimaksudkan agar tingkat risiko kesehatan jemaah haji dapat

  • 30

    ditingkatkan menuju istithaah. Pembinaan pada masa tunggu

    menjadi perhatian penting, karena melibatkan banyak program

    kesehatan baik di Puskesmas maupun di masyarakat. Kegiatan

    pembinaan kesehatan pada masa tunggu meliputi:

    1) Kegiatan pembimbingan kesehatan haji.

    Pembimbingan kesehatan jemaah haji merupakan proses

    pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan secara

    terencana, sistematis, dan berkesinambungan terhadap jemaah

    haji sehingga jemaah tersebut dapat menyesuaikan diri dengan

    kondisi kesehatan dan lingkungan dalam rangka

    mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

    2) Kegiatan penyuluhan kesehatan haji.

    Yang dimaksud penyuluhan kesehatan haji adalah proses

    penyampaian pesan kesehatan secara singkat dan jelas yang

    bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah

    perilaku jemaah haji seperti yang diharapkan.

    3. Masa Keberangkatan

    Kondisi kesehatan bersifat dinamis seperti halnya yang terjadi

    pada jemaah haji setelah penetapan istithaah kesehatan sesuai

    kriteria. Untuk itu, diperlukan upaya kesehatan untuk meningkatkan

    atau setidaknya mempertahankan status kesehatan jemaah haji agar

    tetap memenuhi syarat istithaah kesehatan sampai menjelang

    keberangkatan melalui pembinaan kesehatan haji. Pembinaan

  • 31

    kesehatan haji di masa keberangkatan dilakukan terhadap jemaah

    haji dengan penetapan:

    1. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji.

    2. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan pendampingan.

    3. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk

    sementara.

    2.9 Pengertian Haji

    2.9.1 Pengertian Haji

    Menurut arti bahasa haji itu menuju suatu tempat suci. Sedangkan

    menurut syara’ haji berarti berziarah ke bait Allah Al-Haram

    (Ka’bah). Melakukan wuquf di Arafah dan sa’i bukit Shafa dan

    Marwa, dengan cara tertentu dalam waktu dan niat tertentu pula.

    Ibadah haji adalah Rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban

    bagi setiap orang muslim yang mampu menunaikannya (Kemenkes,

    2017).

    2.9.2 Hukum dan syarat Haji

    Dilihat dari status hukumnya ibadah haji di bedakan berdasarkan 3

    kriteria, yaitu Syarat, Rukun dan Wajib (Sodik Ja’far Achmad, 2013).

    1. Syarat Ibadah Haji adalah beragama Islam, sudah baligh, aqil

    (berakal sehat), merdeka dan istihaah.

    2. Rukun Ibadah Haji adalah melakukan ihram, melakukan thawaf,

    melakukan ifadhah, melakukan sa’i, bercukur, tertib mengikuti

    rangkaian ibadah, wukuf di Arafah.

  • 32

    3. Wajib Ibadah Haji adalah niat ihram dari Mikat, melakukan mabit

    di Muzdalifah, melakukan mabit di Mina, melempar ketiga jumrah

    thawaf wada dan tidak melanggar pantangan haji.

    2.9.3 Persiapan Calon Haji

    1. Persiapan Jasmani

    Disamping membutuhkan kesiapan mental atau spiritual, perjalanan

    ibadah haji lebih membutuhkan persiapan fisik yang sehat. Oleh karena

    itu, fisik yang sehat sangat diperlukan agara tahan terhadap kondisi

    alam yang amat berbeda dengan Indonesia.

    Pada musim panas, temperatur di Saudi Arabia bisa mencapai 50ºC

    lebih, panasanya sangat menyengat, yang mengakibatkan banyak jemaah

    haji meninggal dunia karena heat strike, yaitu penyakit yang timbul

    akibat kekurangan cairan tubuh. Sedangkan pada musim dingin,

    temperatur bisa turun sampai 10ºC, disertai angin kering yang dingin

    menusuk tulang.

    Sementara itu, tanah suci akan semakin padat di setiap musim haji,

    karena jumlah orang yang menunaikan haji dari seluruh penjuru dunia

    meningkat setiap tahun, padahal tempatnya terbatas. Karena rangkaian

    ibadah haji banyak yang harus dilakukan badaniyah, perlu

    ketangguhan fisik, yang sehat agar tubuh mampu bertahan, baik terhadap

    penyakit maupun cuaca.

    Kegiatan ibadah haji yang dilakukan secara fisik adalah tawaf, sa’i,

    dan melempar jumrah. Ketiga proses ini harus dikerjakan dengan

  • 33

    berjalan kaki. Begitu juga untuk pergi ke masjid dan pasar. Oleh

    karena itu fisik perlu dipersiapkan agar tetap sehat, kuat, dan selalu

    dalam kondisi prima (Sodik Ja’far Achmad, 2013).

    Cara mempersiapkan tubuh sehat antara lain dengan:

    1) General Check- Up

    Untuk mengetahui kondisi fisik sebaiknya dilakukan

    pemeriksaan kesehatan menyeluruh atau general check up artinya,

    seluruh fungsi dan organ tubuh diperiksa tinja, urine darah, dan

    lain sebagainya. Dengan cara itu kondisi kesehatan kita akan

    diketahui lebih jelas dan lengkap. Begitu juga penyakit yang

    mungkin ada, tapi tidak atau belum dirasakan, akan segera

    diketahui sehingga dokter bisa mengambil tindakan preventif

    (pencegahan) lebih dini (Sodik Ja’far Achmad, 2013).

    2) Senam Aerobik

    Untuk mencapai kondisi yang sehat dan prima, sebaiknya

    calon jemaah haji melakukan olahraga secara teratur. Aerobik

    seperti latihan lari atau senam, sangat diperlukan sesuai kondisi

    kesehatan dan usia calon jemaah haji guna menjaga kesehatan

    jantung. Jantung sehat dan tubuh yang prima diperlukan untuk

    melakukan tawaf, sa’i, dan melempar jumrah. Karena ketiga

    prosesi haji ini dilakukan dengan berjalan kaki. Sebaiknya calon

    jemaah haji berkonsultasi dengan dokter tentang porsi latihan yang

    sesuai dengan kondisi tubuh dan usia (Sodik Ja’far Achmad, 2013).

  • 34

    3) Konsultasi Khusus

    Calon jemaah haji sebaiknya berkonsultasi secara khusus

    kepada dokter tentang kesehatan tubuhnya. Terkhusus jika calon

    jemaah haji masuk dalam kategori status risiko tinggi. Sehingga

    calon jemaah haji mampu mempersiapkan obat- obatan dan

    melakukan pencegahan secara dini agar penyakit yang diderita

    tidak semakin parah (Sodik Ja’far Achmad, 2013).

    2. Persiapan Rohani

    Calon jemaah haji perlu secara sadar untuk berniat melakukan

    persiapan rohani atau mental, karena akan membersihkan diri dari segala

    cacat dan cela. Dengan demikian, kita bisa berangkat dalam keadaan

    bersih dan suci, lepas dari segala beban duniawi yang akan meberatkan

    pikiran selama perjalanan haji. Usahakan agar perjalanan rohani ini bisa

    berlangsung dengan baik dan lancar, serta berharap ibadah hajinya

    mendapat ridha Allah swt,. Dan menjadi haji yang mabrur. Guna

    memperoleh predikat haji mabrur, para calon jemaah haji diharapkan

    melakukan pematangan siap dan tabiat- tabiat religius. Ikhlas, sabar,

    tolong menolong dan uang yang dipakai halal (Sodik Ja’far Achmad,

    2013).

  • 35

    2.10 Kerangka Teori

    Hiperkolesterolemia disebabkan oleh kombinasi dari berbagai

    faktor. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan berdasarkan faktor risiko

    yang dapat diubah dan faktor risiko tidak dapat diubah. Berdasarkan

    uraian diatas dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

  • 36

    2.10 KERANGKA TEORI

    Sumber: Sofi Ariani, 2016

    Faktor Risiko

    Hiperkolesterolemia

    Genetik

    Umur

    Jenis Kelamin

    Status merokok

    Metabolisme menurun

    Kadar hormon Androgen

    Tekanan Denyut jantung

    Indeks Masa Tubuh

    Hiperkolesterole

    mia pada

    calon

    jemaah haji obesitas

    Ateroklerosis Perubahan

    Lipid

    Sel lemak

  • 37

    BAB 3

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konseptual

    Pada kerangka teori menggambarkan beberapa faktor risiko

    terjadinya kadar kolesterol tinggi diantaranya adalah faktor yang

    mempengaruhi kadar kolesterol umur, jenis kelamin, merokok, obesitas.

    Namun tidak semua faktor-faktor tersebut diteliti. Beberapa faktor tidak

    diteliti dalam penelitian ini karena keterbatasan dari data yang diperoleh

    dari SISKOHATKES. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat

    dilihat dibawah ini.

    Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

    : Diteliti

    : Berhubungan

    Variabel independent Variabel dependent

    umur

    Jenis kelamin

    Obesitas

    Status Merokok

    Hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah

    haji

  • 38

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

    diajukan, yang kebenaran jawaban ini akan dibuktikan secara empirik

    dengan penelitian yang akan dilakukan. Suatu hipotesis selalu

    dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan anatara

    dua variabel atau lebih (Sumantri, 2011).

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    H1 :

    1 Umur merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia pada calon

    jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten

    Magetan.

    2 Jenis Kelamin merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan.

    3 Status Merokok merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia pada

    calon jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di

    Kabupaten Magetan.

    4 Obesitas merupakan faktor risiko hiperkolesterolemia pada calon

    jemaah haji berdasarkan SISKOHATKES tahap 2 di Kabupaten

    Magetan.

  • 39

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik dengan

    desain cross sectional. Desain penelitian cross sectional (potong lintang)

    adalah rancangan penelitian yang mencakup semua jenis penelitian

    yang pengukuran variabel-variabel dilakukan hanya satu kali pada satu

    saat (Sumantri, 2011). Dalam penelitian ini merupakan analisis dari

    data yang diperoleh melalui sistem komputerisasi Haji terpadu

    dibidang kesehatan (SISKOHATKES) yang terkait dengan

    hiperkolesterolemia sehingga diperoleh penjelasan mengenai beberapa

    faktor risiko kejadian hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji di

    Kabupaten Magetan tahun 2018.

    4.2 Populasi dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan

    dikenai generalisasi hasil penelitian (Sumantri, 2011). Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh calon jemaah haji Kabupaten Magetan

    dengan estimasi keberangkatan tahun 2018. Jumlah calon jemaah

    haji Kabupaten Magetan dengan estimasi keberangkatan tahun 2018

    adalah351Orang.

  • 40

    4.2.2 Sampel

    Sampel adalah populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur

    (Sumantri, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh calon

    jemaah haji Kabupaten Magetan tahun 2018 yang melakukan

    pemeriksaan kesehatan tahap kedua yaitu berjumlah 351 orang calon

    jemaah haji.

    4.3 Teknik Sampling

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

    teknik nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total

    sampling. Teknik non probability atau total sampling adalah teknik

    pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama

    bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

    Sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil

    seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sujarweni,

    2015). Jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh calon jemaah

    haji Kabupaten Magetan tahun 2018 yang melakukan pemeriksaan

    kesehatan tahap kedua yaitu berjumlah 351 orang calon jemaah haji.

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian

    Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan

    penelitian mulai dari pengambilan data sampai menganalisa hasil

    penelitian. Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah:

  • 41

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

    Populasi

    Calon Jemaah Haji Kabupaten Magetan 2018 Berjumlah 351 Orang

    Teknik Sampling

    Total Sampling

    Sampel

    Calon Jemaah Haji berjumlah 351 orang

    Variabel Independen

    Umur, Jenis Kelamin, obesitas,

    Merokok.

    Variabel Dependen

    - Hiperkolesterolemia pada Calon Jemaah Haji

    Pengumpulan Data

    Sekunder berdasakan

    SISKOHATKES

    Analisis Data

    Univariat, Bivariat

    Kesimpulan

    Hasil

    Pelaporan

  • 42

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

    4.5.1 Variabel Penelitian

    Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

    ukuran yang dimiliki yang didapatkan oleh penelitian tentang suatu

    konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2012). Dalam penelitian ini

    terdapat 2 jenis variabel yang digunakan yaitu:

    1. Variabel bebas (Independent variable) Adalah suatu variabel yang

    mempengaruhi atau nilainya menentukan ada tidaknya hubungan

    atau yang menentukan variabel lain. Variabel dalam penelitian

    ini yang akan diteliti terdiri dari Umur, Jenis Kelamin, Merokok,

    Obesitas.

    2. Variabel terikat (Dependent variable) Adalah variabel yang diamati

    dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

    pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Variabel dalam

    penelitian ini dengan kejadian Hiperkolesterolemia pada Calon

    Jemaah Haji di Kabupaten Magetan.

  • 43

    4.5.2 Definisi Operasional

    Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan

    data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi

    ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam definisi

    operasional adalah variabel kunci/penting yang dapat diukur secara

    operasional dan dapat di pertanggung jawab (referensi harus jelas).

    Dengan definisi, maka dapat ditentukan cara yang dipakai untuk

    mengukur variabel (Saryono dan Anggraeni, 2013).

  • 44

    4.5.2 Definisi Operasional

    Tabel 4.1 Definisi Operasional

    Tabel 4.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

    1 Hiperkolesterolemia Kolesterol tinggi responden

    (≥ 200mg/dL) ketika

    melakukan pemeriksaan

    kesehatan haji tahap

    kedua

    Data

    Sekunder

    Hasil

    pemeriksaan

    kesehatan haji

    tahap kedua

    1.Kolesterol

    tinggi (≥ 200

    mg/dL)

    2.Tidak kolesterol

    tinggi

    (

  • 45

    Lanjutan Tabel 4.5.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

    3 Umur Umur responden yang dihitung sejak lahir

    hingga ulang tahun terakhir pada saat

    pemeriksaan kesehatan tahap kedua

    Data

    Sekunder

    Hasil

    pemeriksaan

    Kesehatan

    haji tahap

    kedua

    1.Umur

    Jika:

    1=Umur ≥ 59

    tahun

    2=Umur < 59

    tahun

    (Permenke

    s, 2016

    Nominal

    4 Jenis

    Kelamin

    Jenis kelamin responden berdasarkan kondisi

    Biologis

    Data

    Sekunder

    Hasil

    pemeriksaan

    Kesehatan haji

    tahap kedua

    1=Laki-Laki

    2=Perempua

    n

    Nominal

    5 Status

    merokok

    Kebiasaan merokok responden 1 bulan

    terakhir saat pemeriksaan kesehatan haji

    tahap kedua

    Data

    Sekunder

    Pemeriksaan

    kesehatan haji

    tahap kedua

    1.Merokok

    2.Tidak

    merokok

    Nominal

  • 46

    4.6 Instrumen Penelitian

    Instrumen merupakan alat pada waktu penelitian menggunakan

    suatu metode atau teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini

    instrumen yang digunakan adalah berdasarkan data sekunder yaitu

    data rekam medik calon jemaah haji di dalam sistem komputerisasi

    haji terpadu bidang kesehatan (SISKOHATKES) tahun 2018.

    4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Pemeriksaan kesehatan jemaah haji tahap kedua di laksanakan pada

    bulan Februari tahun 2018. Analisis data dilaksanakan pada bulan

    Juli dan Agustus 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Magetan yang bertempat di jalan Imam Bonjol No.4

    Magetan.

    4.8 Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan pada

    saat pengumpulan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini

    menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pencatatan

    rekam medis calon jemaah haji Kabupaten Magetan tahun 2018 yang

    diperoleh dari sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan

    (SISKOHATKES) tahun 2018.

    Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

    1. Mendapatkan surat permohonan ijin dari Ketua Stikes Bhakti Husada

    Mulia Madiun, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

    Magetan, Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan.

  • 47

    2. Melakukan observasi data rekam medik yang berkaitan dengan

    kolesterol tinggi. Dengan demikian dapat diperoleh variabel-variabel

    yang akan dianalisis sebagai beberapa faktor risiko

    hipekolesterolemia pada calon jemaah haji.

    3. Mencatat data-data yang dibutuhkan dari sistem komputerisasi haji

    terpadu bidang kesehatan (SISKOHATKES).

    4. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan

    dianalisa.

    4.9 Pengolahan dan Analisis Data

    4.9.1 Pengolahan Data

    1. Editing

    Editing data merupakan cara untuk memastikan bahwa data yang

    diperoleh sudah lengkap, memeriksa jika terjadi kesalahan atau data

    belum diisi dalam sistem informasi kesehatan haji. Dilakukan dengan

    cara mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran

    pengisian, kelengkapan informasi pada lembar formulir pemeriksaan

    kesehatan haji.

    2. Coding

    Coding merupakan kegiatan pemberian kode setelah proses

    pengeditan data yang bertujuan untuk mempermudah saat data akan

    dimasukkan dalam program komputer. Pengkodean dalam penelitian

    ini sesuai dengan definisi operasional. Coding dalam penelitian ini

    adalah:

  • 48

    Tabel 4.1 Coding data Berdasarkan Definisi Operasional

    No Variabel Coding Data

    1 Hiperkolesterolemia (Kolesterol

    tinggi)

    1=Hiperkolesterolemia

    2=Tidak

    hiperkolesterolemia

    2 Umur 1= 1= ≥ 59 tahun

    2= 2=< 59 tahun

    3 Jenis kelamin 1= 1=laki-laki

    2= perempuan

    4 Obesitas 1=obesitas

    2=tidak obesitas

    5 Merokok 1=merokok

    2=tidak merokok

    3. Entry Data

    Entry Data merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam

    komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan

    menggunakan program komputer.

    4. Cleaning

    Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

    data yang sudah di masukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

    5. Tabulating

    Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang

    masuk ke dalam bentuk tabel-tabel.

    4.9.2 Analisis data

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan sistem komputer

    SPSS dalam melakukan analisis data. Adapun analisa data dalam

    penelitian ini yaitu:

  • 49

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap

    satu variabel secara mandiri, tiap variabel di analisis tanpa dikaitkan

    dengan variabel lainnya. Analisis univariat biasa juga disebut analisis

    deskriptif atau statistik deskriptif yang bertujuan menggambarkan

    kondisi fenomena yang dikaji.

    Dalam penelitian ini Analisis univariat bertujuan untuk

    mendeskripsikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

    yang diteliti. Pada penelitian ini variabel yang digambarkan melalui

    analisis univariat adalah variabel independen, dan variabel

    dependen. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel

    dengan menampilkan jumlah dan presentase masing-masing

    variabel. Variabel yang teliti hiperkolesterolemia, umur, jenis

    kelamin, obesitas, merokok.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dengan uji chi-square digunakan untuk menguji

    hipotesis hubungan yang signifikan antara variabel independen dan

    dependen. Pengujian hipotesis penelitian dengan mempertimbangkan

    nilai signifikan (p value ≤ α), Risk Prevalens (RP), dan nilai

    Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α = 0,05). Penentuan

    pemeriksaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikansi yang diperoleh

    dari uji chi square yaitu:

  • 50

    a) Hipotesis penelitian diterima jika nilai p≤ 0,05.

    b) Hipotesis penelitian ditolak jika nilai p> 0,05.

    Penentuan faktor risiko dari variabel independen terhadap

    variabel dependen berdasarkan interprestasi nilai Risk Prevalens dan

    Confidence Interval yang diperoleh yaitu:

    a) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor risiko jika nilai

    RP> 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

    b) Variabel independen yang diteliti bukan merupakan faktor risiko

    jika nilai RP = 1 dan nilai CI mencakup nilai 1.

    c) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor protektif jika

    nilai RP< 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

    Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square yang

    merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan

    untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih bila datanya

    berbentuk skala kategorik. Apabila uji chi-square tidak memenuhi

    syarat (nilai expected count >20%) maka dipilih uji alternatif yaitu uji

    kolmogorov-smirnov untuk tabel 2x3 dan uji Fisher Exact untuk tabel

    2x2.

  • 51

    Syarat uji Chi Square

    1). Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E kurang dari 5 maka yang

    digunakan adalah fisher’s exact test.

    2). Bila tabel 2x2 tidak ada nilai E

  • 52

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian

    5.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Magetan

    Kabupaten Magetan terletak pada 7 38’ 30” lintang selatan dan 111

    20’ 30” bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi

    Sebelah Timur : Kabupaten Madiun

    Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri

    Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar ( Jawa Tengah )

    Dinas Kesehatan Magetan merupakan salah satu instansi kesehatan

    yang berada di Kabupaten Magetan yang membawahi 18 Kecamatan

    dengan 22 Puskesmas dengan luas wilayah 688,8 km2.

    Sumber : Dinkes Kab. Magetan, 2016

    Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan

  • 53

    5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan

    Jumlah responden yang melakukan pemeriksaan tahap kedua

    yaitu sebanyak 351 calon jemaah haji dengan estimasi keberangkatan

    tahun 2018. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini

    adalah karakteristik pendidikan dan pekerjaan responden. Karakteristik

    responden yaitu dibawah ini:

    Tabel 5.1 karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan pekerjaan

    No Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

    1

    Pendidikan

    Tamat SD 44 12,5

    Tamat SMP 58 16,5

    Tamat SMA 47 13,4

    Tamat PT 201 57,5

    Jumlah 351 100,0

    2

    Pekerjaan

    IRT 31 8,8

    Pensiunan 38 10,8

    Petani 42 12,0

    Pedagang 42 5,4

    Pegawai Swasta/BUMN 81 23,1

    PNS 129 36,8

    TNI/POLRI 11 3,1

    Jumlah 351 100,0

    Berdasarkan tabel 5.1 diketahui karakteristik responden berdasarkan

    tingkat pendidikan sebagian besar adalah tamat Perguruan Tinggi

    dengan jumlah 201 (57,5%) orang, sedangkan yang terendah adalah

    tamat SD dengan jumlah 44(12,5%) orang. Karakteristik responden

    berdasarkan pekerjaan sebagian besar adalah sebagai Pegawai Negeri

    Sipil (PNS) dengan jumlah 129 (36,8%) orang, sedangkan pekerjaan

    terendah adalah sebagai TNI/POLRI dengan jumlah 11 (3,1%) orang.

  • 54

    5.1.3 Analisis Univariat

    1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Status Hiperkolesterolemia

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Hiperkolesterolemia

    No Hiperkolesterolemia Jumlah(n) Persentase

    (%)

    1 Hiperkolesterolemia 209 59,5

    2 Tidak

    Hiperkolesterolemia 142 40,5

    Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat lebih banyak calon jemaah haji

    yang menderita hiperkolesterolemia daripada yang menderita tidak

    menderita yaitu sebanyak 40,5% dari total jemaah haji.

    2. Distribusi Frekuens i Berdasarkan Variabel Umur

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur Responden

    No Umur Responden Jumlah (n) Persentase (%)

    1 ≥ 59 Tahun 172 49,0

    2 < 59 Tahun 179 51,0

    Jumlah 351 100,0

    Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji

    yang berumur ≥ 59 tahun tidak jauh berbeda dengan calon jemaah haji

    yang berumur < 59 tahun.

    3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

    No Jenis Kelamin

    Responden Jumlah (n) Persentase (%)

    1 Perempuan 185 52,7

    2 Laki-laki 166 47,3

    Jumlah 351 100,0

    Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat lebih banyak calon jemaah haji

    yang berjenis kelamin perempuan daripada berjenis kelamin laki-laki

    yaitu sebanyak 47,3% dari total jemaah haji.

  • 55

    4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Status Merokok

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Merokok

    No Status Merokok Jumlah (n) Persentase (%)

    1 Merokok 233 66,4

    2 Tidak Merokok 118 33,6

    Jumlah 351 100.,0

    Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat sebagian besar calon jemaah

    haji merokok adalah 66,4% dari total calon jemaah haji.

    5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Obesitas

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Obesitas

    No Obesitas Jumlah (n) Persentase (%)

    1 Ya 120 34,2

    2 Tidak 231 65,8

    Jumlah 351 100,0

    Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat lebih banyak calon jemaah haji

    yang tidak obesitas daripada yang obesitas yaitu sebanyak 65,8% dari

    total calon jemaah haji.

    5.1.4 Analisis Bivariat

    1. Hubungan antara variabel umur dengan kejadian hiperkolesterolemia

    pada calon jemaah haji

    Tabel 5.7 hubungan antara umur dengan kejadian

    hiperkolesterolemia pada calon jemaah haji

    Umur Hiperkoles

    terolemia

    Tidak

    Hiperkolesterolem

    ia

    Jumlah P-

    Value

    RP

    (95%

    CI)

    N % N % n %

    ≥59

    Tahun

    108 62,8 64 37,2 172 100,0 0,269 1,1

    (0,936-

    1,323)

  • 56

    haji yang berumur ≥ 59 tahun yaitu 108 orang (62,8%)

    dibandingkan calon jemaah haji yang berumur < 59 tahun yaitu 101

    orang (56,4%)