skripsi faktor-faktor yang berhubungan dengan …repository.stikes-bhm.ac.id/310/1/skripsi devi...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN
JENTIK Aedes aegypti DI KELURAHAN MUNGGUT DAN WUNGU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUNGU KABUPATEN MADIUN
Oleh :
DEVI ARISKA INDRIANI
NIM : 201403056
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN
JENTIK Aedes aegypti DI KELURAHAN MUNGGUT DAN WUNGU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUNGU KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
DEVI ARISKA INDRIANI
NIM : 201403056
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sebelumnya saya mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan
ridho dari Allah SWT yang Maha Rahman dan Rahim skripsi ini dapat
terselesaikan, tidak ada perjuangan apapun yang penulis berikan apabila tidak
mendapat ridho dari Allah SWT, dan mungkin skripsi ini tidak dapat
terselesaikan.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang Tua saya, Bapak dan Ibu yang selalu membimbing dan
memberikan doa serta semangat buat saya serta tak pernah lelah mendidik
saya untuk mencari ilmu, belajar, ibadah dan berdoa.
2. Dosen pembimbing skripsi Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes
dan Ibu Hanifah Ardiani, S.KM.,M.KM yang telah senantiasa memberikan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Almamater saya, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Semua mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 senasib, seperjuangan, terimakasih
atas solidaritas yang luar biasa, bersama-sama bahu membahu saling
membantu demi terselesaikan skripsi ini.
5. Untuk semua teman dekat, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
terimakasih untuk segala support, motivasi, dan bantuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Devi Ariska Indriani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 21 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Perum. Kartoharjo Indah G/10, RT.14 RW.03,
Kelurahan Kelun, Kec. Kartoharjo Kota
Madiun.
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Kelun Kota Madiun (2002 – 2008)
2. SMPN 3 Madiun (2008 – 2011)
3. SMAN 4 Madiun (2011 – 2014)
4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun (2014 –
sekarang)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :
1. Kepala Kelurahan Munggut dan Kepala Kelurahan Wungu Kabupaten
Madiun.
2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Prodi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun serta Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan proposal skripsi ini.
4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM.,M.KM, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
5. Bapak H. Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua dewan Penguji.
ix
6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti
ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi penelitian skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan
kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
proposal penelitiaan ini.
Madiun, 31 Agustus 2018
Penyusun
x
ABSTRAK
Devi Ariska Indriani
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN
JENTIK Aedes aegypti DI KELURAHAN MUNGGUT DAN WUNGU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUNGU KABUPATEN MADIUN
102 halaman + 32 tabel + 7 gambar + 10 lampiran
Kepadatan jentik Aedes aegypti di suatu wilayah diketahui dengan
indikator ABJ. ABJ (Angka Bebas Jentik) merupakan persentase rumah atau
tempat-tempat umum yang tidak ditemukan jentik. Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu terdapat dua desa yang cakupan ABJ belum sesuai dengan indikator
nasional atau kurang dari 95% yaitu Kelurahan Munggut 87,25% dan Kelurahan
Wungu 90,75%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepadatan jentik Aedes aegypti di wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun.
Jenis penelitian ini adalah metode survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah Rumah penduduk yang berada di
Kelurahan Munggut dan Kelurahan Wungu Kabupaten Madiun yaitu sejumlah
1.806 rumah dan besar sampelnya sejumlah 317 rumah. Teknik sampling yang
digunakan adalah Proportional Random Sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan observasi. Analisa data yang digunakan adalah
analisa univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan
pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) p= 0,007;
RP (95% CI) = 1,230 (1,080-1,400), bahan kontainer p= 0,000; RP (95% CI) =
1,328 (1,159-1,522), warna kontainer p= 0,006; RP (95% CI) = 1,225 (1,063-
1,410), letak kontainer p= 0,034; RP (95% CI) = 1,170 (1,020-1,343), dan tutup
kontainer p= 0,009; RP (95% CI) = 1,211 (1,057-1,387) dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kondisi
kontainer dan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD)
diperlukan dukungan dari instansi-instansi kesehatan seperti puskesmas
khususnya dalam melakukan evaluasi dan pengendalian jentik Aedes aegypti
dengan lebih ketat.
Kata kunci : pelaksanaan PSN DBD, karakteristik kontainer, kepadatan jentik
Aedes aegypti
Kepustakaan : 43 (2005-2017)
xi
ABSTRACT
Devi Ariska Indriani
THE FACTORS THAT ASSOCIATED WITH THE DENSITY OF Aedes
aegypti LARVAE AT MUNGGUT AND WUNGU VILLAGE IN
WORK AREA OF WUNGU PRIMARY HEALTH CARE MADIUN
REGENCY
102 pages + 32 tables + 7 pictures + 10 appendix
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) was an environment-based disease
caused by dengue virus. ABJ (Non-wiggle Numbers) is the percentage of houses
or public places that do not found larvae. There were two villages in the Wungu
Pimary Health Care, with ABJ coverage has not fulfilled national indicator or less
than 95%, that were Munggut Village 87.25% and Wungu Village 90.75%. The
purpose of this study was to determine the factors that associated with the density
of Aedes aegypti larvae in work area of Wungu Public Health Center Madiun.
This research used analytical survey method with cross sectional approach.
The population of this research were houses in Munggut and Wungu Village
Madiun Regency, as much as 1.806 houses and the number of sample was 317
houses. The sampling technique used Proportional Random Sampling. The data
collection used questionnaires and observations. The data analysis used univariate
and bivariate analysis was using Chi Square test.
The results showed that there were a relationship between the mosquito
nests eradication of dengue hemorrhagic fever (PSN DBD) p = 0.007; RP (95%
CI) = 1,230 (1,080-1,400), container material p = 0.000; RP (95% CI) = 1,328
(1,159-1,522), container color p = 0.006; RP (95% CI) = 1,225 (1,063-1,410),
container location p = 0.034; RP (95% CI) = 1.170 (1,020-1,343), and container
lid p = 0.009; RP (95% CI) = 1,211 (1,057-1,387) with Aedes aegypti larvae
density.
People should increase their awareness of the container condition and
improve their mosquito nest eradication behavior (PSN DBD) with 3M Plus.
Health workers need to improve the evaluation and control of Aedes aegypti
larvae.
Keywords : implementation of PSN DBD, characteristics of container,
density of Aedes aegypti larvae
Literature : 45 (2005-2017)
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ............................................................................................. i
SAMPUL DALAM ............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viIi
ABSTRAK .......................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.2.1 Rumusan Masalah Umum .............................................................. 5
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ............................................................. 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
1.5 Tabel Keaslian Penelitian ....................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue ....................................................................... 12
2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue ............................................ 12
2.1.2 Tanda Dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue ................. 13
2.1.3 Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue .................................. 14
2.2 Kepadatan Jentik ..................................................................................... 18
2.2.1 Survei Jentik ................................................................................... 19
2.2.2 Metode Survei Jentik ..................................................................... 19
2.2.3 Indeks Nyamuk Aedes aegypti ....................................................... 20
2.3 Segitiga Epidemiologi ............................................................................. 21
2.3.1 Agent (Faktor Penyebab) ................................................................ 22
2.3.2 Host (Pejamu) ................................................................................ 22
2.3.3 Environment (Lingkungan) ............................................................ 24
2.4 Kerangka Teori........................................................................................ 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .............................................................................. 41
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 42
xiii
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 43
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................... 43
4.2.1 Populasi .......................................................................................... 43
4.2.2 Sampel ............................................................................................ 44
4.3 Teknik Sampling ..................................................................................... 46
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................................... 47
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .......................... 49
4.6 Instrumen Penelitian................................................................................ 53
4.6.1 Uji Validitas ................................................................................... 54
4.6.2 Uji Reliabilitas ............................................................................ 55
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 56
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 57
4.8.1 Cara Pengumpulan Data ................................................................. 58
4.8.2 Jenis Data .................................................................................... 58
4.9 Teknik Analisis Data .............................................................................. 59
4.9.1 Teknik Pengolahan Data ................................................................ 59
4.9.2 Analisis Data .................................................................................. 61
4.10 Etika Penelitian ...................................................................................... 62
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 64
5.1.1 Kelurahan Munggut ........................................................................ 64
5.1.2 Kelurahan Wungu .......................................................................... 65
5.2 Hasil Penelitian ......................................................................................... 66
5.2.1 Data Umum .................................................................................... 66
5.2.2 Data Khusus ................................................................................... 68
5.2.3 Analisis Bivariat ............................................................................. 74
5.3 Pembahasan .............................................................................................. 80
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 98
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 100
6.2 Saran ......................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................. 9
Tabel 2.1 Perbedaan Jentik Aedes aegypti Dengan Jentik Anopheles
Dan Culex .............................................................................. 16
Tabel 2.2 Perbedaan jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus............ 17
Tabel 2.3 Larva Index ............................................................................. 21
Tabel 4.1 Besar Sampel........................................................................... 45
Tabel 4.2 Pengambilan Sampel Per Rumah Penduduk Di
Kelurahan Munggut ................................................................ 47
Tabel 4.3 Pengambilan Sampel Per Rumah Penduduk
Di Kelurahan Wungu .............................................................. 47
Tabel 4.4 Definisi Operasional ............................................................... 50
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pelaksanaan PSN DBD ............. 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Pelaksanaan PSN DBD ........................ 56
Tabel 4.7 Rencana Kegiatan ................................................................... 56
Tabel 4.8 Koding Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan
Jentik Aedes aegypti ............................................................... 66
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 .......................... 66
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018 ......................................................... 66
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah
Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018 ......................................................... 67
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Munggut
Dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 ....................................... 68
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018 ....................................................................... 68
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kontainer di Kelurahan Munggut
Dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018......................................................... 69
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Bahan Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut
Dan Kelurahan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 .......................... 69
xv
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Warna Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut
Dan Kelurahan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 .......................... 70
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Letak Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut
Dan Kelurahan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 .......................... 70
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tutup Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut
Dan Kelurahan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 .......................... 71
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Bahan Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 ....................................... 71
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Warna Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 ....................................... 72
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Letak Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 ..................................... 72
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tutup Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 ..................................... 73
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kepadatan Jentik di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018 ..................................... 74
Tabel 5.16 Tabulasi Silang Hubungan antara Pelaksanaan PSN DBD
dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Munggut danWungu Wilayah
Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun ...................... 75
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Hubungan Bahan Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
Dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun ............................................................... 76
Tabel 5.18 Tabulasi Silang Hubungan Warna Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
Dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun ............................................................... 77
xvi
Tabel 5.19 Tabulasi Silang Hubungan Letak Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
Dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun ............................................................... 78
Tabel 5.20 Tabulasi Silang Hubungan Tutup Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
Dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun ............................................................... 79
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbedaan Jentik Aedes aegypti, Anopheles, dan Culex ... 16
Gambar 2.2 Perbedaan posisi jentik Aedes aegypti, Anopheles,
dan Culex ........................................................................... 17
Gambar 2.3 Kerangka Teori .................................................................. 40
Gambar 3 1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 41
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 48
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kelurahan Munggut Kabupaten Madiun ...... 64
Gambar 5.2 Peta Wilayah Kelurahan Wungu Kabupaten Madiun ......... 65
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed
Consent)
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Kesbangpol
Kabupaten Madiun
Lampiran 4 Surat Telah Melakukan Penelitian Dari Kelurahan
Munggut Dan Kelurahan Wungu
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Observasi Penelitian
Lampiran 7 Rekapitulasi Penelitian
Lampiran 8 Hasil Output Penelitian
Lampiran 9 Dokumentasi
Lampiran 10 Hasil Bimbingan
Lampiran 11 Lembar Revisian Skripsi
xix
DAFTAR SINGKATAN
ABJ : Angka Bebas Jentik
BI : Breteu Index
CFR : Case Fatality Rate
CI : Countainer Index
DBD : Demam Berdarah Dengue
DF : Densifity Figure
DHF : Dengue Hemorrhagic Fever
HI : House Index
IR : Incidence Rate
KLB : Kejadian Luar Biasa
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
WHO : World Health Organization
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat sampai saat ini. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh
kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD) (Achmadi, 2011). Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia,
dengan daerah terjangkit yang semakin meluas dan angka kesakitan yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun, bahkan sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit DBD di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1968 di Surabaya
dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring
dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Dampak dari penyakit
DBD tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan
dampak buruk sosial maupun ekonomi. Dampak atau kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian
anggota keluarga, dan usia harapan penduduk yang berkurang (Kemenkes
RI, 2014). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2011).
2
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2015 terdapat
129.650 kasus kesakitan demam berdarah dengan jumlah kematian 1.071
orang, sedangkan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus kesakitan
dengan jumlah kematian 1.598 orang. Angka kesakitan atau Incidence Rate
DBD tahun 2015 ke tahun 2016 yaitu 50,75 per 100.000 penduduk menjadi
77,96 per 100.000 penduduk. Data kasus DHF secara Nasional tiga tahun
terakhir mengalami kenaikan (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Kasus DBD di Jawa Timur tahun 2016 dengan Incidence Rate (IR)
sebesar 64,8 per 100.000 penduduk mengalami peningkatan dibanding
tahun 2015 yaitu Incidence Rate (IR) sebesar 54,18 per 100.000 penduduk.
Angka ini masih diatas target nasional ≤ 49 per 100.000 penduduk. Angka
kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2016 sebesar 1,4%
dibanding tahun 2015 dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,83% mengalami
kenaikan dan diatas target <1%. Untuk propinsi Jawa Timur pada tahun
2016 kasus DBD yang paling banyak berada di daerah Kabupaten Sidoarjo
dengan kasus sejumlah 1.708 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) 2,5%
(Dinas Kesehatan Propinsi Jatim, 2016).
Jumlah kasus DBD tahun 2017 dari 26 Puskesmas yang berada di
wilayah Kabupaten Madiun yaitu sebesar 78 penderita dengan Incidence
Rate (IR) 278,8 per 100.000 penduduk. Untuk Puskesmas Wungu
merupakan salah satu puskesmas dengan jumlah kasus DBD yang paling
tinggi diantara 26 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Madiun.
Berdasarkan data dari Puskesmas Wungu pada tahun 2017 terdapat 12
3
penderita DBD dan 1 kasus yang meninggal dunia (Dinas Kesehatan
Kabupaten Madiun, 2017).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti badan
nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada seluruh
tubuhnya dan biasanya menggigit manusia pada pagi dan sore hari (Ayu
Putri, 2016). Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus
hidup nyamuk ini terdiri dari empat fase, mulai dari telur, jentik, pupa dan
kemudian nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna
hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2
hari menjadi jentik (Ayu P, 2016)
Keberadaan jentik di suatu wilayah diketahui dengan indikator ABJ. ABJ
merupakan persentase rumah atau tempat-tempat umum yang tidak
ditemukan jentik. keberhasilan upaya penyehatan lingkungan perumahan/
tempat-tempat umum, dapat dilihat dari pencapaian cakupan angka bebas
jentik (ABJ) minimal 95% (Depkes RI, 2010). Wilayah Kerja Puskesmas
Wungu terdapat dua desa yang cakupan ABJ belum sesuai dengan indikator
nasional atau kurang dari 95% yaitu Kelurahan Munggut 87,25% dan
Kelurahan Wungu 90,75% (Puskesmas Wungu, 2017).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap angka kejadian DBD adalah
jumlah populasi jentik nyamuk Aedes aegypti. Ukuran yang dipakai untuk
mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah hasil dari perhitungan
4
House Index (HI), Countainer Index (CI), Breteu Index (BI) kemudian dapat
dilihat dalam tabel Larva Index dengan skala 1-9 untuk mengetahui apakah
kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah penelitian tergolong
rendah atau tinggi (Queensland Government, 2011).
Kepadatan jentik dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
pelaksanaan kegiatan 3M. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Budiman (2014) menunjukkan nilai (p=0,000) yang artinya ada
hubungan antara kegiatan menguras, menutup penampungan air, mengubur
barang bekas dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan
Kawua Kabupaten Poso, karena sesuai dengan teori Azwar (2005) bahwa
sikap dan tindakan yang positif dapat memotivasi individu dalam
melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk sehingga angka kejadian
DBD dapat di kurangi.
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Augesleni (2012) menunjukkan
bahwa ada hubungan antara karakteristik kontainer dengan keberadaan
jentik dengan hasil jenis kontainer (p=0,023), dasar kontainer (p=0,007),
warna kontainer (p=0,000), dan letak kontainer (p=0,000) ini merupakan
hasil prasurvei yang dilakukan terhadap 3 rumah di 3 RT di Kelurahan
Tanjung Seneng terdapat 5 sampai 7 kontainer dari masing-masing rumah.
Setelah diteliti, 3 dari kontainer terdapat keberadaan jentik. Kebanyakan
jentik terdapat di kontainer yang permanen, berwarna dasar gelap, dan
berada didalam rumah.
5
Penelitian tentang kepadatan jentik di wilayah kerja Puskesmas Wungu
belum pernah dilakukan sebelumnya. Untuk itu peneliti ingin melakukan
penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti di wilayah kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Masalah Umum
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun?
1.2.2 Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran kepadatan jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun?
2. Bagaimana gambaran karakteristik kontainer di Kelurahan Munggut
dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun?
3. Bagaimana gambaran pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Munggut
dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun?
4. Apakah pelaksanaan PSN DBD berhubungan dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun?
6
5. Apakah bahan kontainer berhubungan dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun?
6. Apakah warna kontainer berhubungan dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun?
7. Apakah letak kontainer berhubungan dengan dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun?
8. Apakah kondisi tutup kontainer berhubungan dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kepadatan jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun.
7
2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik kontainer di Kelurahan
Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun?
3. Mengetahui gambaran pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Munggut
dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
4. Mengetahui hubungan antara pelaksanaan PSN DBD dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu
wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
5. Mengetahui hubungan antara bahan kontainer dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
6. Mengetahui hubungan antara warna kontainer dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
7. Mengetahui hubungan antara letak kontainer dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
8. Mengetahui hubungan antara kondisi tutup kontainer dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu
wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
8
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah
yang ada di masyarakat terutama untuk mengurangi kepadatan jentik,
meningkatkan ABJ, dan mencegah penularan DBD.
2. Bagi Puskesmas Wungu
Sebagai informasi bagi Puskesmas tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepadatan jentik Aedes aegypti sehingga dapat menjadi masukan
dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue di wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
3. Bagi Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi refrensi dan mampu
mengembangkan teori.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan pustaka untuk memberikan informasi tentang kesehatan
masyarakat terutama upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD.
5. Bagi Peneliti
Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai beberapa
faktor yang berhubungan dengan kepadatan jentik Aedes aegypti di
Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun.
9
1.5 Tabel Keaslian Penelitian
Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Nama
Pengarang,
Tahun
Judul Metode Variabel Hasil
1. Budiman,
2014.
Hubungan
Pelaksanaan
Kegiatan 3M
Dengan Kepadatan
Jentik Aedes
aegypti di
Kelurahan Kawua
Kabupaten Poso
penelitian analitik
dengan pendekatan
Cross sectional, sampel
yang digunakan yaitu
simple random
sampling dan Uji yang
digunakan adalah Chi
Square dengan derajat
kepercayaan 95%.
Variabel bebas:
Pelaksanaan 3M
Variabel terikat:
Kepadatan
Jentik Aedes
aegypti
Terdapat hubungan
antara kegiatan
pelaksanaan menguras
tempat penampungan
air (p=0,000),
kegiatan pelaksanaan
menutup tempat
penampungan air
(p=0,000), dan
kegiatan mengubur
barang bekas dengan
keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti
(p=0,000) dengan
kepadatan jentik
Aedes aegypti.
2. Aghnes T.
Booroto,
2013.
Hubungan Antara
Tindakan PSN
DBD Dengan
Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes
aegypti. Di
Kelurahan Teling
Atas, Kota
Manado.
Penelitian survei
analitik dengan
rancangan Cross
Sectional, Sampel
diambil secara
systematic random
sampling, dan
menggunakan uji Chi
Square test.
Variabel bebas:
Tindakan
pemberantasan
sarang nyamuk
(PSN)
Variabel terikat:
Keberadaan
Jentik Nyamuk
Aedes aegypti
Terdapat hubungan
antara tindakan
pemberantasan sarang
nyamuk dan
keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti
(p=0,037).
10
No Nama
Pengarang,
Tahun
Judul Metode Variabel Hasil
3. Eka Devia,
2013. Perbedaan
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti
Berdasarkan
Karakteristik
Kontainer Di
Daerah Endemis
Demam Berdarah
Dengue.
Jenis penelitian
kuantitatif dengan
metode analitik dengan
pendekatan Cross
Sectional dan analisis
data dilakukan dengan
uji Chi Square.
Variabel bebas:
karakteristik
kontainer yang
meliputi bahan
kontainer,
volume
kontainer, letak
kontainer,
keberadaan
penutup
kontainer,
kondisi air
kontainer dan
sumber air
kontainer.
Variabel terikat:
keberadaan
jentik Aedes
aegypti.
1. Tidak ada perbedaan
keberadaan jentik
Aedes aegypti
berdasarkan
keberadaan penutup
kontainer (p=0,216).
2. Ada perbedaan
keberadaan jentik
Aedes aegypti
berdasarkan volume
kontainer (p=0,039).
3. Ada perbedaan
keberadaan jentik
Aedes aegypti
berdasarkan kondisi
air kontainer
(p=0,039).
4. Tidak ada perbedaan
keberadaan jentik
Aedes aegypti
berdasarkan sumber
air kontainer
(p=0,384).
4. Eka
Augesleni,
2012.
Hubungan
Karakteristik
Kontainer Tempat
Penampung Air
Dengan
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti Di
Kelurahan Tanjung
Seneng.
Jenis penelitian
kuantitatif dengan
metode analitik dengan
pendekatan Cross
Sectional dan analisis
data dilakukan dengan
uji Chi Square.
Variabel bebas:
Karakteristik
Kontainer
Tempat
Penampungan
Air.
Variabel terikat:
Keberadaan
Jentik Aedes
aegypti
1. Ada hubungan
antara kontainer
dengan keberadaan
jentik nyamuk
Aedes aegypti (p=
0,023).
2. Ada hubungan
antara dasar
kontainer dengan
keberadaan jentik
nyamuk Aedes
aegypti (p= 0,007).
3. Ada hubungan
antara warna
kontainer dengan
keberadaan jentik
nyamuk Aedes
aegypti (p= 0,000)
Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
11
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel Terikat : Kepadatan Jentik Aedes aegypti.
2. Tahun Penelitian : Pada tahun 2018
3. Tempat penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue
2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue
Dalam ilmu kedokteran, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue tipe 1 sampai 4.
Virus ini lebih dominan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina. Menurut
banyak penelitian, keempat tipe virus dengue ini dapat ditemukan di negeri
tercinta kita ini, namun yang dihubungkan dengan gejala DHF terparah
adalah tipe 3. Demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang
meresahkan masyarakat meskipun sudah yakin dengan kekebalan yang
dimiliki oleh tubuhnya terhadap suatu virus, kekebalan (imunitas) terhadap
satu jenis virus tidak berlaku untuk infeksi jenis virus lainnya, bahkan dapat
menimbulkan reaksi yang kurang menguntungkan bagi tubuh (Yekti
Mumpuni, 2015).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) merupakan komplikasi dari demam Dengue (Dengue Fever) yang
memburuk. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah sejenis penyakit
demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus
dengan genus Flavivirus yang dikenal dengan nama Virus Dengue yang
ditandai dengan demam berdarah 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas
13
lemas, lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit berupa
bintik perdarahan (Ayu P, 2016).
2.1.2 Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa
klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat
dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :
1. Diagnosa Klinis
1) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).
2) Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie
(bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit),
Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis
(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),
Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).
3) Perdarahan pada hidung dan jusi.
4) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada
kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
5) Pembesaran hati (hepatomegali).
6) Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau
kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
7) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia
(hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan
sakit kepala.
14
2. Diagnosa Laboratoris
1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000 /mmHg.
2) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih
(Monica, 2012).
2.1.3 Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue
1. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
1) Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada
seluruh tubuhnya (loreng).
2) Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit manusia pada pagi dan
sore hari.
3) Nyamuk ini termasuk jenis nyamuk yang terbang hingga 100 meter.
(Ayu P, 2016)
2. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus hidup
nyamuk ini terdiri dari empat fase, mulai dari telur, jentik, pupa dan
kemudian nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna
hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai
2 hari menjadi jentik (Ayu P, 2016).
1) Telur Aedes aegypti
Telur Aedes aegypti dapat bertahan pada kondisi kering pada
waktu dan intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan. Jika
15
tergenang dalam air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa
menit, sedangkan yang lain mungkin membutuhkan waktu lama
terbenam dalam air. Penetasan telur berlangsung dalam beberapa hari
atau minggu. Terul-telur Aedes aegypti dapat berkembang pada
habitat kontainer kecil yang rentan terhadap kekeringan. Telur Aedes
aegypti paling banyak diletakkan pada ketinggian 1,5 cm diatas
permukaan air dan semakin tinggi dari permukaan air atau semakin
mendekati permukaan air jumlahnya semakin sedikit (Ditjen P2PL,
2014).
2) Jentik Aedes aegypti
Jentik Aedes aegypti memiliki sifon yang pendek dan hanya ada
sepasang sisik subsentral yang jaraknya lebih dari ¼ bagian dari
pangkal sifon. Ciri-ciri tambahan yang membedakan jentik Aedes
aegypti dengan genus lain adalah sekurang-kurangnya ada tiga pasang
satae yang besar pada toraks. Ciri ini dapat membedakan jentik Aedes
aegypti dari umumnya genus Vulicine kecuali Haemogogus dari
Amerika Selatan. Jentik Aedes aegypti bergerak aktif mengambil
oksigen dari permukaan air dan makan pada dasar tempat
perkembangbiakan (Ditjen P2PL, 2014).
16
Tabel 2.1 Perbedaan jentik Aedes aegypti dengan jentik Anopheles dan
Culex
No Aedes aegypti Anopheles Culex
1. Mempunyai siphon
yang besar dan
pendek dan
terdapat pectern
teeth pada siphon.
Tidak
mempunyai
siphon.
Terdapat siphon yang
bentuknya langsing dan
kecil tanpa pectern
teeth.
2. Pada waktu
istirahat
membentuk sudut
dengan permukaan
air.
Pada waktu
istirahat sejajar
permukaan air.
Pada waktu istirahat
membentuk sudut
dengan permukaan air.
3. Banyak dijumpai
pada genangan air
dengan tempat
tertentu (bak,
tempayan, kaleng
bekas, pelepah
pohon, dan lain-
lain).
Banyak
dijumpai pada
genangan air
yang tidak
terlalu kotor
(rawa, sawah,
ladang, dan lain-
lain).
Banyak dijumpai pada
genangan air kotor
(comberan, got, parit,
dan lain-lain).
Sumber: Ditjen P2PL, 2014.
Gambar 2.1 perbedaan jentik Aedes aegypti, Anopheles, dan Culex.
Sumber: Sang Gede Purnama, 2010.
17
Gambar 2.2 Perbedaan posisi jentik Aedes aegypti, Anopheles, dan
Culex.
Sumber: Sang Gede Purnama, 2010.
Tabel 2.2 Perbedaan jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus
No Aedes aegypti Aedes albopictus
1. Pada abdomen ke-8 terdapat
satu baris sisik sikat (comb
scale) yang pada sisi
lateralnya terdapat duri-duri.
Sisi sikat (comb scale) tidak
berduri lateral.
2. Terdapat gigi pekten (pectin
teeth) pada siphon dengan
satu cabang.
gigi pekten (pectin teeth) dengan
dua cabang.
3. Sikat ventral memiliki 5
pasang rambut.
Sikat ventral memiliki 4 pasang
rambut.
4. Hidup domestik pada
kontainer di dalam dan di
sekitar rumah
Hidup dan berkembang di kebun
dan semak-semak.
Sumber: Ditjen P2PL, 2014.
18
3) Pupa Aedes aegypti
Stadium pupa atau kepompong merupakan fase akhir siklus
nyamuk dalam lingkungan air. Stadium ini membutuhkan waktu
sekitar 2 hari pada suhu optimum atau lebih panjang pada suhu
rendah. Pada fase ini adalah periode waktu atau masa tidak makan dan
sedikit bergerak (Ditjen P2PL, 2014).
4) Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik
dengan garis-garis putih keperakan. Dibagian punggung tubunya
tampak dua garis melengkung vertikal dibagian kiri dan kanan yang
menjadi ciri dan spesies ini. pada umumnya, sisik-sisik pada tubuh
nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap
berbeda antar populasi, tergangtung dari kondisi lingkungan dan
nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan
dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan
yang pada umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-
rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang. Aedes aegypti bentuk domestik lebih pucat dan
hitam kecoklatan (Ditjen P2PL, 2014).
2.2 Kepadatan Jentik
Kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti merupakan faktor resiko
terjadinya penularan Demam Berdarah Dengue (DBD). Semakin tinggi
19
kepadatan nyamuk Aedes aegypti semakin tinggi pula resiko masyarakat
untuk tertular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kepadatan vektor
nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu berupa bak
mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat
perindukan nyamuk (Ayu P, 2016).
2.2.1 Survei Jentik
Survei jentik merupakan suatu kegiatan pemantauan yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya jentik serta untuk memeriksa
TPA yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Untuk
memeriksa jentik ditempat yang gelap dan pada permukaan air yang
keruh pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan bantuan senter.
Kegiatan survei jentik dilakukan disemua tempat penampungan air yang
menjadi tempat perkembangbiakan jentik Aedes aegypti (Rahmawati,
2016).
2.2.2 Metode Survei Jentik
Dalam pelaksanaan survei jentik ada dua metode yaitu (Kemenkes
RI, 2011):
1. Single larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu larva disetiap
tempat penampungan air, yang kemudian akan dilakukan identifikasi
jenis larvanya.
20
2. Visual
Survei ini dilakukan dengan cara melihat ada atau tidaknya larva di
setiap tempat penampungan air tanpa mengambil larvanya.
2.2.3 Indeks Nyamuk Aedes Aegypti
Menurut Kemenkes RI (2011), untuk mengetahui kepadatan
populasi jentik nyamuk Aedes aegypti disuatu tempat dapat melalui survei
terhadap stadium jentik atau dewasa, sebagai hasil survei tersebut di dapat
indeks-indeks Aedes aegypti yaitu:
1. Angka Bebas Jentik (ABJ)
Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang
dilakukan di semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas
puskesmas pada rumah-rumah penduduk yang diperiksa.
2. House Indeks (HI)
Persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap rumah
yang diperiksa.
HI =
3. Container Indeks (CI)
Persentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh
kontainer yang diperiksa.
Jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik
X 100%
Jumlah rumah yang ditemukan jentik
Jumlah rumah yang ditemukan jentik X 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
ABJ =
Jumlah kontainer yang ditemukan jentik
Jumlah kontainer yang diperikasa
CI = X 100%
21
4. Breateu Indeks (BI)
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukan dengan densifity
figure. Densifity figure adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang
merupakan perhitungan HI, CI, BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 dan
dibandingkan dengan tabel larva index. Apabila angka DF 1-5
menunjukkan kepadatan jentik rendah atau tidak padat dan jika angka DF
lebih dari 5 atau berada pada skala 6-9 menunjukkan kepadatan jentik
tinggi.
Tabel 2.3 Larva Index
Densifity Figure
House Indeks
Container Indeks
Breteau Indeks
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Sumber: Kemenkes, 2011
2.3 Segitiga Epidemiologi
Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga epidemiologi
yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri
atas penjamu (host), agen (agent), dan lingkungan (environment)). Konsep
yang bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit
menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen,
Jumlah kontainer yang positif jentik
Jumlah rumah yang diperiksa
X 100% BI =
22
namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya
penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen (Notoatmodjo,
2011).
2.3.1 Agent (faktor penyebab)
Agen adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, parasit, jamur,
atau kapang yang merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab
penyakit infeksius. Untuk penyebab terjadinya DBD yaitu virus dengue.
2.3.2 Host (Pejamu)
Pejamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang
menjadi persinggahan penyakit. Beberapa faktor yang berkaitan dengan
karakteristik pejamu adalah jenis kelamin, umur, imunitas, pekerjaan,
status gizi, pendidikan dan pengetahuan. Pejamu yang lebih berhubungan
dengan kepadatan jentik yaitu pengetahuan, pekerjaan, dan pendidikan
(Widodo, 2012).
1. Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi kepadatan jentik
nyamuk Aedes aegypti karena pengetahuan mempunyai efek terhadap
perubahan perilaku penduduk. Terbentuknya perilaku baru pada
seseorang dimulai dari seseorang tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya sehingga
menimbulkan pengetahuan baru pada seseorang tersebut, selanjutnya
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap seseorang terhadap
objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah
23
diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons
lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan terhadap sehubungan dengan
stimulus atau objek tadi (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan responden tentang penyakit DBD, vektor/nyamuk
penular, cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan faktor yang
mempengaruhi keberadaan maupun kepadatan jentik Aedes aegypti
sangat diperlukan untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan
jentik nyamuk Aedes aegypti sehingga penularan penyakit DBD dapat
dicegah. Kurangnya pengetahuan akan berpengaruh pada tindakan
yang dilakukan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Budiyanto
(2013), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan sikap responden yang berkaitan dengan penyakit
DBD (p<0,001), dimana responden berpengetahuan rendah
mempunyai kemungkinan 3,097 kali akan mempunyai sikap kurang
baik berkaitan dengan pencegahan penyakit DBD.
2. Pekerjaan
Individu atau masyarakat yang pekerjaannya banyak menghabiskan
waktu di luar rumah mengakibatkan individu/masyarakat tersebut
kurang mempunyai waktu luang untuk melaksanakan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN DBD). Selain itu, pekerjaan
terkait dengan penghasilan keluarga. Individu atau masyarakat yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap dan rendahnya kondisi sosial
24
ekonomi akan menyebabkan individu atau masyarakat tersebut lebih
fokus mencari pekerjaan untuk menambah penghasilan sehingga
kurang memperhatikan kegiatan PSN DBD di rumah dan
lingkungannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan maupun
kepadatan jentik Aedes aegypti.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amrul (2012), di Bandar
Lampung, menemukan bahwa pekerjaan dengan penghasilan tidak
tetap mempunyai resiko 2,03 kali lebih besa untuk terjadinya DBD bila
dibandingkan dengan yang berpenghasilan tetap.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju pada kedewasaan
(jasmani dan rohani). Tujuan pendidikan adalah mengubah tingkah
laku individu maupun masyarakat kearah yang diinginkan.
Sehubungan dengan hal ini maka tujuan pendidikan kesehatan adalah
mengubah perilaku dan merugikan atau tidak sesuai dengan norma
kesehatan kearah tingkah laku yang menguntungkan kesehatan atau
norma yang sesuai dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
2.3.3 Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi
luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan
penularan penyakit. Faktor-faktor lingkungan dapat mencakup aspek
25
biologi, fisik, dan sosial ekonomi. Faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap penyebaran DBD antara lain (Widodo, 2012):
1. Lingkungan fisik
1) Kepadatan penghuni
Kepadatan penghuni rumah ikut menunjang penularan
DBD. Semakin padat penghuni suatu rumah, maka kemungkinan
penularan virus dengue semakin mudah. Kepadatan penghuni di
dalam ruangan yang berlebihan akan mempengaruhi kelembaban
dalam ruangan tersebut, hal ini berpengaruh terhadap habitat dan
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Rumah yang padat
penghuninya akan disenangi oleh nyamuk dan akan berpengaruh
terhadap keberadaan maupun kepadatan jentik Aedes aegypti
(WHO, 2010). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Cendrawirda
(2008), yang menyimpulkan bahwa rumah dengan hunian yang
padat mempunyai resiko terjadinya penyakit DBD padaanak 14,48
kali lebih besar bila dibandingkan dengan rumah yang huniannya
tidak padat.
2) Karakteristik Kontainer
Depkes RI (2005), mengelompokkan jenis kontainer nya-
muk Aedes aegypti menjadi 3 kelompok yaitu: 1) kontainer untuk
keperluan sehari-hari, seperti tempayan, bak mandi, bak WC, em-
ber, sumur, tempayan, dan tandon air; 2) kontainer bukan untuk
keperluan sehari-hari (non tempat penampungan air), seperti ba-
26
rang-barang bekas (ban bekas, kaleng bekas, botol, pecahan
piring/gelas), tempat minum hewan peliharaan (tempat minum
ayam burung, dan lain-lain), vas bunga, saluran air tidak sehat, pot
tanaman hias yang menampung air; 3) kontainer alamiah, seperti
lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit
kerang, pelepah pisang, potongan bambu, dan lain-lain. Jenis kon-
tainer yang diteliti yaitu kontainer yang termasuk keperluan sehari-
hari atau jenis kontainer yang besar saja, seperti tempayan, bak
mandi, bak WC, ember, sumur, dan tandon air.
Ada tidaknya jentik nyamuk Aedes aegypti dalam suatu
kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan
kontainer, warna kontainer, letak kontainer, kondisi tutup kontain-
er, adanya ikan pemakan jentik, volume container, kegiatan pen-
gurasan container, dan kegiatan abatisasi (Depkes RI, 2005). Dari
beberapa faktor tersebut yang diteliti yaitu bahan kontainer, warna
kontainer, letak kontainer, dan kondisi tutup kontainer.
1. Bahan Kontainer
Jenis bahan kontainer merupakan suatu keadaan dinding
permukaan kontainer pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedes
aegypti dipengaruhi oleh bahan dasar kontainer, karena telur
diletakkan menempel pada dinding tempat penampungan air
(Depkes RI, 2005). Jenis bahan kontainer dikatakan beresiko
adanya jentik Aedes aegypti menurut Kemenkes RI (2013) yai-
27
tu kontainer dengan berbahan semen karena mikroorganisme
yang menjadi bahan makanan larva lebih mudah tumbuh pada
dindingnya dan nyamuk betina lebih mudah mengatur posisi
tubuh pada waktu meletakkan telur, dimana telur secara teratur
diletakkan diatas permukaan air dibanding berbahan keramik
dan plastik yang cenderung licin. Bahan kontainer dari
keramik dan plastik memiliki angka positif jentik Aedes ae-
gypti yang rendah karena bahan ini tidak mudah berlumut,
mempunyai permukaan yang halus dan licin serta tidak berpori
sehingga lebih mudah untuk dibersihkan dibandingkan bahan
dari semen dan tanah (Ayunistyah, 2013).
Pada kontainer berbahan licin nyamuk tidak dapat ber-
pegang erat dan mengatur posisi tubuhnya dengan baik sehing-
ga telur disebarkan di permukaan air dan menyebabkan mati
terendam sebelum menetas. Dari pernyataan tersebut
sebaiknya dalam pembuatan kontainer untuk lebih memilih
yang mudah dibersihkan.
Sesuai dengan penelitian Badrah dan Hidayah (2011) jenis
bahan kontainer berisiko terhadap keberadaan jentik Aedes
aegypti yaitu semen. Hal ini terjadi karena bahan semen mudah
berlumut, permukaannya kasar dan berpori-pori pada
dindingnya. Permukaan kasar memiliki kesan sulit dibersihkan,
mudah ditumbuhi lumut dan refleksi cahaya yang rendah.
28
Refleksi cahaya yang rendah dan permukaan dinding yang
berpori-pori mengakibatkan suhu dalam air menjadi rendah.
2. Warna Kontainer
Menurut Depkes RI (2005) dalam berkembangbiak nyamuk
Aedes aegypti menyukai suasana tempat daerah-daerah tertentu
yang dipengaruhi oleh warna pada tempat penampungan atau
kontainer. adapun warna tempat penampungan air yang lebih
disukai adalah:
1) Warna gelap
Kriteria warna gelap yang beresiko terhadap
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti menurut Depkes
RI (2005) yaitu warna hitam hal ini dikarenakan warna
hitam menunjukkan suasana gelap sehingga saat nyamuk
meletakkan telur menjadi tidak terlihat dan memberikan ra-
sa aman dan tenang bagi nyamuk, saat bertelur sehingga te-
lur yang diletakkan menjadi banyak dan jumlah larva men-
jadi banyak juga. Warna kontainer yang gelap juga dapat
menyebabkan cahaya matahari tidak menembus dinding
kontainer dari segala arah, hal ini dapat membuat tempera-
tur air akan menjadi ideal sebagai tempat perindukan nya-
muk.
29
2) Warna terang
Warna terang menurut Depkes (2005) adalah jenis
warna yang dapat menyebabkan cahaya matahari bisa
menembus dinding kontainer dari segala arah. Warna terang
yang dapat menembus cahaya matahari pada tempat
kontainer atau penampungan air dapat mengurangi
kepadatan nyamuk dalam berkembangbiak.
Hal ini didukung oleh penelitian Eka Augesleni, dkk (2012)
bahwa ada hubungan antara warna kontainer dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Menurut Depkes RI,
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan
telurnya pada tempat penampungan berair yang berwarna
gelap, paling menyukai warna hitam, hal ini sejalan dengan
penelitian pada tahun 1992, Muhammad Ichsan yang
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh warna dasar
bak mandi terhadap kemampuan reproduksi nyamuk Aedes
aegypti.
3. Letak Kontainer
1) Dalam Rumah
Menurut Depkes RI (2005) Jentik nyamuk Aedes
aegypti banyak ditemukan pada kontainer yang berada di
dalam rumah. Hal ini disebabkan kebiasaan masyarakat
yang suka menampung air untuk kebutuhan sehari-hari di
30
dalam rumah yang tidak ditutup, suasana yang gelap dan
lembab serta tersembunyi didalam rumah atau bangunan
yang terlindung dari sinar matahari dan sehingga tempat ini
akan membuat nyamuk dewasa Aedes aegypti tertarik un-
tuk meletakkan telurnya selain itu apabila masyarakat tidak
sempat menguras tempat-tempat penampungan air secara
rutin sekali seminggu sehingga tempat-tempat penampun-
gan air tersebut berpotensi sebagai tempat perkembang-
biakan nyamuk Aedes aegypti.
2) Luar Rumah
Letak kontainer di luar rumah menurut Depkes RI
(2005) apabila kontainer tersebut terkena sinar matahari,
suasana terang dan tidak lembab tidak ditemukan positif
mengandung jentik nyamuk Aedes aegypti namun jika se-
baliknya kontainer tersebut terlindungi dari sinar matahari
sehingga tetap teduh dan aman bagi perkembangbiakan
jentik nyamuk Aedes Aegypti kontainer tersebut dipastikan
positif mengandung jentik nyamuk Aedes aegypti.
Menurut peneliti Singh et al (2011) kontainer di dalam
rumah 76,24% lebih banyak terdapat jentik Aedes aegypti
daripada di luar rumah dikarenakan kebanyakan kontainer
yang berada didalam rumah memiliki suasana yang gelap dan
lembab serta bangunan yang terlindung dari sinar matahari se-
31
hingga tempat ini akan membuat nyamuk dewasa Aedes ae-
gypti tertarik untuk meletakkan telurnya.
4. Kondisi Tutup Kontainer
Menurut Depkes RI (2005) Keberadaan penutup kontainer
erat kaitannya dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Jenis
kontainer atau tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-hari yang biasa ditutup yaitu sumur, tempayan, dan gen-
tong namun jenis bak mandi, bak WC maupun ember jarang
sekali untuk ditutup.
Kondisi kontainer atau tempat penampungan air dengan
jentik paling banyak adalah tempat penampungan air yang ter-
buka, dan tempat penampungan air dengan kondisi tertutup
rapat paling sedikit ditemukan jentiknya bahkan didaerah
bebas DBD semua tempat penampungan air yang tertutup rapat
tidak ditemukan jentiknya. Dengan kondisi kontainer atau
tempat penampungan air terbuka atau tidak tertutup rapat maka
memudahkan nyamuk untuk masuk dan keluar tempat
penampungan air dibandingkan tempat penampungan air yang
tertutup rapat, sehingga pada tempat penampungan air terbuka
dan tertutup tidak rapat lebih banyak ditemukan jentiknya ka-
rena nyamuk bisa keluar masuk dengan mudah (Widoyono,
2008).
32
Kegiatan PSN dengan pengelolaan lingkungan hidup yaitu
3M salah satunya dilakukan dengan menutup kontainer rapat-
rapat agar nyamuk tidak dapat masuk untuk meletakkan
telurnya (Depkes RI, 2005). Hasil dari penelitian Hasyimi dkk
(2009) menunjukkan bahwa ada kecenderungan yang
signifikan 84% kontainer yang terbuka menyebabkan nyamuk
bebas masuk ke dalam kontainer untuk berkembangbiak
sedangkan kontainer yang tertutup 7% terdapat jentik. Selain
itu penelitian yang dilakukan oleh Aniq (2015) yang menya-
takan bahwa salah satu penyebab kontainer yang mempunyai
penutup masih tetap terdapat jentik Aedes aegypti disebabkan
oleh perilaku warga atau masyarakat yang sering lupa untuk
menutup kembali kontainer setelah dibuka. Untuk itu, agar
nyamuk tidak keluar masuk secara bebas di tempat
penampungan air maka perlu disediakan tutupan bagi tempat
penampungan air yang terbuka atau menutup rapat bagi tempat
penampungan air yang tidak rapat tutupnya.
3) Pelaksanaan PSN DBD
Pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN
adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan pupa nyamuk
penyebab DBD di tempat-tempat habitat perindukannya (Susanti,
2012). Dalam menangani penyakit DBD, peran masyarakat
diperlukan oleh karenanya program pemberantasan sarang nyamuk
33
(PSN) dengan 3M plus perlu dilakukan secara berkala dan terus-
menerus setiap tahun khususnya pada musim penghujan (Depkes
RI, 2010).
Pemberantasa terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang
dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
1. Fisik
Cara ini dapat dilakukan dengan langkah 3M yaitu
menguras tempat penampungan air, menutup tempat
penampungan air rumah tangga, mengubur atau memusnahkan
barang (kaleng-kaleng) bekas atau tempat-tempat sejenis yang
dapat menampung air hujan.
1) Menguras Tempat penampungan Air
Keberadaan tempat penampungan air di dalam
maupun di luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada
atau tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan tempat
penampungan air tersebut bisa menjadi tempat
perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa sehingga
dapat menjadi vektor DBD (Fatimah, 2006). Menurut
Depkes RI (2010), tempat penampungan air keperluan
rumah tangga (bak mandi, tempayan, drum, dan ember)
perlu dibersihkan dengan cara dikuras menggunakan sikat
dan sabun pada dinding-dindingnya.
34
Penelitian Budiman (2014) yang dilakukan di
Kelurahan Kawua Kabupaten Poso menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kegiatan menguras tempat
penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.
Berdasarkan observasi peneliti, sebagian masyarakat di
Kelurahan Kawua belum melakukan kegiatan pelaksanaan
menguras tempat penampungan air dengan rutin setiap
sekali seminggu, disebabkan karena tempat penampungan
air yang berada di luar rumah, berbentuk bak luas dan
dalam, hal ini membuat responden kesulitan dalam
menyikat sampai dasar bak.
Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan kegiatan
menguras tempat penampungan air dengan keberadaan
jentik adalah bahwasanya menguras tempat penampungan
air merupakan salah satu cara pencegahan penyakit DBD,
dengan cara membersihkan tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2003) bahwa sikap berhubungan dengan
Motivasi individu atau kelompok dalam melakukan
sesuatu, dengan demikian sikap positif dapat memotivasi
individu dalam melakukan kegiatan pemberantasan jentik
nyamuk sehingga angka kejadian DBD dapat di kurangi.
35
2) Menutup Tempat Penampungan Air
Kegiatan fisik lainnya yang dapat menekan
keberadaan jentik Aedes aegypti yakni menutup rapat
tempat penampungan air. Menurut Budiman (2014)
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
menutup rapat tempat penampungan air dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti. Hasil observasi peneliti, sebagian
masyarakat di kelurahan Kawua belum melakukan kegiatan
pelaksanaan menutup tempat penampungan air dengan
rapat, disebabkan tempat penampunan air dalam rumah
terbuat dari ember, gentong atau tempayan yang sering
digunakan untuk kegiatan sehari-hari, sehingga tempat
penampungan air tersebut sering dibuka dan tidak ditutup
kembali dengan rapat, hal ini membuat nyamuk yang
terbang dan masuk kedalam genangan air tempayan
tersebut.
Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan kegiatan
menutup tempat penampungan air dengan keberadaan
jentik nyamuk adalah bahwa menutup rapat tempat
penampungan air memegang peranan penting dalam
pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu keberadaan
jentik atau larva Aedes aegyti. Sesuai dengan teori menurut
WHO (2005), tempat berkembangbiak nyamuk Aedes
36
aegypti adalah air bersih yang tergenang. Nyamuk Aedes
aegypti lebih suka menetaskan telurnya di tempat
penampungan air tersebut sehingga menjadi jentik Aedes
aegypti. Sehingga kegiatan menutup rapat tempat
penampungan air sangat berperan penting dapat
mengurangi jumlah jentik Aedes aegypti
3) Mengubur Barang Bekas
Mengubur barang bekas merupakan praktik
pemberantasan sarang nyamuk dengan cara mengubur
barang-barang bekas yang berpotensi menampung air dan
terdapat larva Aedes aegypti serta tidak dimanfaatkan lagi,
seperti kaleng bekas, potongan bambu, dan ban bekas. Hal
ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Budiman (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
mengubur barang-barang bekas dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti.
Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan kegiatan
mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti adalah diketahui bahwa pada musim hujan
akan mempengaruhi kelembaban udara dan menambah
jumlah tempat perindukan nyamuk secara alamiah.
Perindukan nyamuk alamiah di luar rumah selain sampah
sampah kering seperti botol bekas, kaleng-kaleng, juga
37
potongan bambu sebagai pagar sering dijumpai di rumah-
rumah penduduk serta daun-daunan yang memungkinkan
menampung air hujan merupakan tempat perindukan yang
baik untuk bertelurnya Aedes aegypti, sehingga bila barang
barang bekas ini tidak segera dikubur maka akan
mempermudah berkembang biakan jentik dari nyamuk
Aedes aegypti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mutia
wardani (2011) yang menunjukan ada hubungan bermakna
antara tindakan 3M (menguras, menutup, mengubur)
dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kecamatan
Padang Bulan dengan nilai p = 0,000 dan OR = 21,2.
Sesuai dengan teori Azwar (2005) bahwa sikap merupakan
salah satu predisposisi untuk bertindak, sikap bukan
dibawah dari lahir namun sikap dapat dibentuk dari adanya
interaksi sosial yang dihadapi oleh responden, dalam
interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi diantara individu yang dapat
mempengaruhi tindakan dan perilaku dalam lingkungan.
Dengan demikian sikap dan tindakan yang positif dapat
memotivasi individu dalam melakukan kegiatan
pemberantasan jentik nyamuk sehingga angka kejadian
DBD dapat di kurangi.
38
2. Biologi
Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme
pemangsa, parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Aedes
aegypti. Pengendalian ini biasa dilakukan dengan memelihara
ikan yang relative kuat dan tahan, misalnya ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain dalam bak atau tempat
penampungan air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik
dan pupa (Sucipto, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005)
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara predator
dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hal ini didukung oleh
Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada
hubungan predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan
DBD.
3. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara
lain dikenal dengan istilah larvasida atau penggunaan bubuk
abate. Dosis yang digunakan 10 gram untuk tiap 100 liter air.
Larvasida ini sebaiknya diulang penggunaannya setiap 2 bulan
(Depkes RI, 2005). Selain menggunakan larvasida dapat
menggunakan obat anti nyamuk seperti lotion, obat nyamuk
39
bakar, dan obat nyamuk semprot untuk terhindar dari gigitan
nyamuk.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi
(2007) menyatakan bahwa resiko keberadaan jentik Aedes
aegypti pada rumah yang tidak diberi abate pada tempat
penampungan airnya adalah sebesar 9,13 kali dibandingkan
dengan rumah yang diberi abate pada tempat penampungan
airnya terhadap kejadian DBD.
2. Lingkungan biologi (banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan
yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan rumah).
Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan mempengaruhi
tingginya kelembaban dan kurangnya pencahayaan dalam rumah.
Keadaan ini merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
beristirahat (Soegijanto, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian
Agustin (2010), yang menyatakan keadaan tanaman hias secara
bermakna berpengaruh terhadap kejadian DBD di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Timur (p=0,009) dan (CI=1,400-9,088). Bila banyak
tanaman hias dan tanaman pekarangan berarti akan menambah tempat
yang disenangi nyamuk hinggap/istirahat.
3. Lingkungan sosial, dipengaruhi oleh perilaku. Kurangnya perhatian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan didaerah yang mereka
tempati sehingga banyaknya genangan air yang dapat mengakibatkan
berkembangnya nyamuk (Dinata dan Dhewantara, 2012).
40
2.4 Kerangka Teori
ho
Host
(Penjamu)
Pengetahuan
Pendidikan
Pekerjaan
Virus Dengue Penyakit
DBD
Environment
Lingkungan
Fisik
Macam
Kontainer
Pelaksanaan
PSN DBD
Lingkungan
Biologi
Banyaknya Tanaman
Hias Dan Tanaman
Pekarangan
Lingkungan
Sosial Ekonomi
Kurangnya Perhatian
Masyarakat Terhadap
Lingkungan
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Sumber: Segitiga Epidemiologi, Notoatmodjo 2007, Notoatmodjo 2011, WHO 2010,
Depkes RI 2005.
Kepadatan
Penghuni
Bahan Kontainer
Warna
Kontainer Letak Kontainer
Agent
Kepadatan
Jentik Aedes
aegypti
Kondisi Tutup
Kontainer
41
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau
visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep
dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya untuk
melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti
(Notoadmojo, 2010). Kerangka konsep merupakan model konseptual yang
berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk
masalah.
Variabel Independent
Pelaksanaan PSN
DBD
Variabel Dependent
Kepadatan jentik
Aedes aegypti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Bahan Kontainer
Warna Kontainer
Letak Kontainer
Kondisi Tutup
Kontainer
42
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan
antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian. Didalam pernyataan ini terkandung variabel-variabel yang akan
diteliti dan hubungan antar variabel tersebut serta mampu mengarahkan
peneliti untuk menentukan desain penelitian, tehnik menentukan sampel
pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011).
Sesuai dengan tujuan dari penelitian, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam
berdarah (PSN DBD) dengan Kepadatan jentik Aedes aegypti di wilayah
kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
2. Ada hubungan antara bahan kontainer dengan Kepadatan jentik Aedes
aegypti di wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
3. Ada hubungan antara warna kontainer dengan Kepadatan jentik Aedes
aegypti di wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
4. Ada hubungan antara letak kontainer dengan Kepadatan jentik Aedes
aegypti di wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
5. Ada hubungan antara kondisi tutup kontainer dengan Kepadatan jentik
Aedes aegypti di wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten.
43
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan untuk
melakukansuatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Desain penelitian ditentukan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian (Dharma, 2011). Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan yang menekankan waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2008).
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah desa yang dimana cakupan ABJ belum sesuai
dengan indikator nasional di wilayah Kerja Puskesmas Wungu yang terdiri
dari:
1. Kelurahan Munggut, yaitu kelurahan yang memiliki ABJ terendah di
wilayah Kerja Puskesmas Wungu dengan nilai ABJ sebesar 87,25% dan
memiliki 27 RT sejumlah 1.125 rumah penduduk.
44
2. Kelurahan Wungu, desa yang memiliki nilai ABJ sebesar 90,75% dan
memiliki 29 RT sejumlah 681 rumah penduduk.
Jadi jumlah seluruhnya 1.806 rumah penduduk.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi
porsi dari populasi yang dapat mewakili kriteria populasi (Nursalam, 2008).
n=
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian rumah penduduk yang berada
di kelurahan Munggut dan kelurahan Wungu Kabupaten Madiun. Besar atau
banyaknya sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus Estimasi Proporsional (Moh Nazir, 2008), yaitu:
Keterangan :
n = besar sampel
N = Jumlah populasi
Z21-a/2 = derajat kemaknaan (95%=1,96)
P = Proporsi 0,5
d = derajat ketepatan yang diinginkan 5% (0,05)
Dengan populasi 1806 rumah penduduk didapat:
n =1.806.1,962.0,5(1−0,5)
1.806.0,052+1,962.0,5(1−0,5)
NZ21-a/2.P(1-P)
Nd2+Z21-a/2.P(1-P)
45
n = 1734,48
5,48
n = 316,51
n = 317
Dengan demikian jumlah sampel penelitian sebanyak 317 rumah penduduk.
Penelitian menghitung sampel pada masing-masing kelurahan dengan
cara proporsional random sampling berdasarkan jumlah rumah penduduk di
kelurahan Munggut dan kelurahan Wungu. Jumlah sampel tiap kelurahan
adalah:
Tabel 4.1 Besar Sampel
No. Kelurahan Jumlah
Rumah
Penduduk
Perhitungan Sampel
1. Kelurahan
Munggut
1.125 1.125/1.806x317 197
2. Kelurahan
Wungu
681 681/1.806x317 120
Total 1.806 317
Ada beberapa kriteria sampel sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi adalah adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah:
1) Rumah yang berada di kelurahan Munggut dan Kelurahan Wungu..
2) Rumah yang boleh diteliti oleh pemilik.
3) Kontainer dalam penelitian ini yaitu kontainer yang besar berisikan
air dan untuk keperluan sehari-hari seperti bak mandi, bak WC,
ember, sumur, tempayan dan tandon air.
46
2. Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini kriteria
eksklusinya adalah:
1) Rumah yang tidak berpenghuni.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara atau teknik-teknik tertentu dalam mengambil
sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili
populasinya (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini teknik sampling yang
digunakan adalah proportional random sampling, yaitu pengambilan sampel
secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau
setiap wilayah ditentukan dengan banyaknya subyek dalam masing-masing
strata atau wilayah (Notoatmodjo, 2012).
Cara merandom untuk menentukan sampel yaitu sebagai berikut:
1. Membuat daftar rumah dan diberi nomor urut untuk masing-masing RW.
2. Membuat kertas undian yang diberi keterangan mengenai RW dan nomor
urut rumah.
3. Mengelompokkan kertas tersebut sesuai dengan nama masing-masing
RW.
4. Kertas tersebut digulung dan kemudian diundi sesuai dengan proporsi
masing-masing.
Data rumah penduduk setiap RW pengambilan sampel ini secara
kelompok sejumlah:
47
Tabel 4.2 Pengambilan Sampel Per Rumah Penduduk Di Kelurahan Munggut
No. Pengambilan Sampel Setiap Rumah Penduduk Hasil
1. RW.1 = 158/1.125x197 28
2. RW.2 = 205/1.125x197 36
3. RW.3 = 211/1.125x197 37
4. RW.4 = 121/1.125x197 21
5. RW.5 = 164/1.125x197 29
6. RW.6 = 266/1.125x197 46
Total 197
Tabel 4.3 Pengambilan Sampel Per Rumah Penduduk Di Kelurahan Wungu
No. Pengambilan Sampel Setiap Rumah Penduduk Hasil
1. RW.1 = 356/681x120 63
2. RW.2 = 325/681x120 57
Total 120
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu struktur konsepsual dasar yang digunakan
untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks (Nursalam,
2008). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini sebagai berikut:
48
Populasi
Rumah penduduk yang berada di Kelurahan Munggut dan Kelurahan Wungu
Kabupaten Madiun yaitu sejumlah 1.806 rumah.
Sampel
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Estimasi Proporsional didapat besar sampel sejumlah 317
rumah penduduk yang mencakup Kelurahan Munggut dan Kelurahan Wungu Kabupaten Madiun.
Teknik Sampling
Proportional Random Sampling
Desain Penelitian
Jenis penelitian metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional.
Pengumpulan Data
Kuesioner dan Observasi
Pengolahan data editing, entry, coding, tabulating
Analisis Data
Menggunakan uji chi square dengan taraf signifikan 0,05
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
49
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel ini dibedakan
menjadi dua yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel
dependent (variabel terikat).
1. Variabel Independent/Variabel Bebas
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan
variabel lain (Nursalam, 2008). Variabel independent dalam penelitian
ini adalah pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD), bahan kontainer, warna kontainer, letak kontainer,
dan kondisi tutup kontainer.
2. Variabel Dependent/Variabel Terikat
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independent atau variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian
ini variabel dependent adalahkepadatan jentik Aedes aegypti.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah menjelaskan semua variable dan semua
istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian
(Nursalam, 2008). Adapun definisi operasional penelitian ini akan diuraikan
dalam table berikut:
50
Tabel 4.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Hasil Ukur
Variabel Independent 1. Pelaksanaan
PSN DBD
Kegiatan
memberantas
telur, jentik,
dan
kepompong
nyamuk
penular DBD
(Aedes
aegypti) di
tempat-tempat
perkembangbia
kannya
(Depkes,
2005).
1. Secara fisik:
menguras dan
menutup
tempat
penampungan
air serta
mengubur dan
mendaur ulang
barang bekas
2. Secara biologi:
memelihara
hewan
pemakan
jentik
3. Secara kimia
penggunaan
bubuk abate,
obat anti
nyamuk bakar
lotion,dan
semprot.
(Depkes 2005).
Kuesioner Nominal Penilaian
dengan
memberi skor
kuesioner
0 = Tidak
1 = Ya
Dengan hasil
penilaian,
<50% jawaban
kurang baik;
≥50% jawaban
kuesioner baik,
>50% jawaban
kuesioner baik;
≤50% jawaban
kuesioner
kurang baik
(Sugiyono,
2013).
2. Bahan
kontainer
Bahan
kontainer yang
meliputi bahan
semen, tanah,
keramik, dan
plastik yang
beresiko
terdapat jentik
Aedes aegypti.
(Depkes 2005).
Kontainer yang
diteliti yaitu
tempayan, bak
mandi, bak WC,
ember, sumur dan
tandon air.
1. Beresiko jika
berbahan
semen dan
tanah karena
permukaan
dan dinding
cenderung
kasar sehingga
membuat
nyamuk lebih
Observasi Nominal Dengan
memberi
kategori
0= >50 bahan
semen dan
tanah, ≤50
bahan
plastik dan
keramik.
1= >50 bahan
plastik dan
keramik,
≤50 bahan
semen dan
tanah.
(Sugiyono, 2013)
51
Lanjutan Tabel 4.4 Tabel Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Hasil Ukur
mudah untuk
meletakkan
telurnya.
2. Tidak beresiko
jika berbahan
keramik dan
plastik karena
mempunyai
permukaan yang
licin serta tidak
berpori
sehingga mudah
untuk
dibersihkan.
3. Warna
kontainer
Dalam
berkembangbia
k nyamuk
Aedes aegypti
menyukai
suasana tempat
daerah tertentu
yang
dipengaruhi
oleh warna
pada tempat
penampungan
atau kontainer
(Depkes,
2005).
Kontainer yang
diteliti yaitu
tempayan, bak
mandi, bak WC,
ember, sumur dan
tandon air.
1. Warna gelap:
cahaya matahari
tidak menembus
dinding
kontainer dari
segala arah dan
memberikan
rasa nyaman
saat nyamuk
meletakkan
telur karena
tidak terlihat.
2. Warna terang:
memudahkan
cahaya matahari
menembus
tempat
penampungan
air dari segala
arah (Depkes,
2005).
Observasi Nominal Dengan
memberi
kategori
0= >50 warna
gelap, ≤50
warna
terang.
1= >50 warna
terang, ≤50
warna
gelap.
(Sugiyono, 2013)
52
Lanjutan Tabel 4.4 Tabel Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Hasil Ukur
4. Letak
kontainer
Peletakkan
atau posisi dari
kontainer yang
berada di
rumah
responden
yang beresiko
adanya jentik
Aedes aegypti
(Depkes,
2005).
Kontainer yang
diteliti yaitu
tempayan, bak
mandi, bak WC,
ember, sumur dan
tandon air.
1. Dalam rumah:
suasana gelap,
lembab, dan
terlindung dari
sinar matahari.
2. Luar rumah:
terkena
matahari,
suasana
terang, dan
tidak lembab
(Depkes, 2005).
Observasi Nominal Dengan
memberi
kategori
0= >50 dalam
rumah, ≤50
luar rumah.
1= >50 luar
rumah, ≤50
dalam
rumah.
(Sugiyono, 2013)
5. Kondisi
tutup
kontainer
Ada tidaknya
penutup
kontainer yang
terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden
yang beresiko
terdapat jentik
Aedes aegypti
(Widoyono,
2008).
Kontainer yang
diteliti yaitu
tempayan, bak
mandi, bak WC,
ember, sumur dan
tandon air.
1. Tanpa penutup
kontainer:
kontainer
terbuka masih
adanya celah.
2. ada penutup
kontainer:
kontainer
tertutup atau
tidak ada celah.
Observasi Nominal Dengan
memberi
kategori
0= >50 tanpa
penutup,
≤50 ada
penutup.
1= >50 ada
penutup,
≤50 tanpa
penutup.
(Sugiyono, 2013)
53
Variabel Dependent
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat ukur Skala
Data
Hasil Ukur
1. Kepadatan
jentik Aedes
aegypti
Indikasi
diketahuinya
kepadatan
jentik Aedes
aegypti dengan
menentukan
Densifity
Figure (DF)
yang
merupakan
perhitungan
dari House
Indeks (HI),
Container
Indeks (CI),
dan Breateu
Indeks (BI)
yang
dinyatakan
skala 1-9 dan
dibandingkan
dengan tabel
larva indeks.
(Kemenkes,
2011).
1. Dikatakan
tidak padat
jika
menunjukkan
hasil angka
Densifity
Figure (DF)
dalam tabel
larva indeks 1-
5.
2. Dikatakan
padat jika
menunjukkan
hasil angka
Densifity
Figure (DF)
dalam tabel
larva indeks 6-
9.
(Kemenkes,
2011).
Observasi
dengan
alat bantu
senter
Nominal Dengan
memberikan
kategori
0 = padat jika
hasil
angka
Densifity
Figure 6-
9
1= tidak padat,
jika hasil
angka
Densifity
Figure 1-
5
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini pengumpulan data
menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi. Lembar observasi
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tabel tujuannya untuk
mendapatkan data atau mencatat karakteristik kontainer yang mencakup
Lanjutan Tabel 4.4 Definisi Operasional
54
bahan kontainer, warna kontainer, letak kontainer, dan kondisi tutup
kontainer secara langsung dengan menggunakan alat bantu lampu senter
dalam pemeriksaan jentik pada kontainer.Sedangkan lembar kuesioner untuk
mendapatkan data tentang pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN DBD).
4.6.1 Uji Validitas
Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa
hal yaitu uji validitas, reliabilitas dan ketepatan fakta dan kenyataan hidup
(data) yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan atau pengukuran
oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).
Untuk mengukur validitas soal menggunakan SPSS versi 16 for Windows.
rumus korelasi product moment pearson. Hasil r hitung dibandingkan r tabel
dimana df = n-2, jadi df = 30-2 = 28, maka r tabel = 0,312. Pernyataan
dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Dapat dilihat dari Corrected Item
Total Correlation (Sujarweni, 2015). Untuk menguji validitas pada
penelitian ini dapat dilakukan di tempat atau lokasi yang memiliki
klasifikasi yang sama dengan lokasi yang akan diteliti oleh peneliti dengan
jumlah responden sebanyak 30 dilakukan di Kelurahan Kelun Kota Madiun.
55
Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel pelaksanaan PSN DBD
dapat dilihat pada tebel berikut:
Tabel 4.5 Hasil uji validitas variabel pelaksanaan PSN DBD
No r hitung r tabel Keterangan
1 0,889 0,312 Valid
2 0,348 0,312 Valid
3 0,423 0,312 Valid
4 0,848 0,312 Valid
5 0,632 0,312 Valid
6 0,866 0,312 Valid
7 0,396 0,312 Valid
8 0,889 0,312 Valid
9 0,914 0,312 Valid
10 0,490 0,312 Valid
Sumber data: Data primer diolah, 2018.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5% dari 10 butir atau item
kuesioner penelitian ini, hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa r
hitung lebih besar dari pada r tabel, artinya seluruh item kuesioner
penelitian memiliki hubungan yang signifikan dengan skor total. Maka
variabel pelaksanaan PSN DBD tersebut adalah “valid” atau sah digunakan
sebagai instrumen pengukuran dalam penelitian.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Uji reabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpha >
0,06 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah
56
reliabel. Jika Cronbach’s Alpha di atas 0,60 maka reliabel (Sujarweni,
2015). Hasil pengujian reliabilitas pelaksanaan PSN DBD dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil uji reliabilitas pelaksanaan PSN DBD
No Variabel Alpha
hitung
Alpha
Cronbach
Keterangan
1 Pelaksanaan PSN
DBD
0,863 0,6 Reliabel
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengujian reliabilitas
terhadap variabel pelaksanaan PSN DBD menunjukkan bahwa item-item
pertanyaan pelaksanaan PSN DBD adalah reliabel untuk digunakan dalam
penelitian sebab nilai α sebesar 0,863 > 0,6.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wungu yaitu di
kelurahan Munggut dan kelurahan Wungu kabupaten Madiun.
Tabel 4.7 Waktu Penelitian
KEGIATAN TANGGAL
ACC
1. Pembuatan dan konsul
judul 25 Februari 2018
2. Penyusunan dan bimbingan
proposal 9 Maret – 4 Juni 2018
3. Ujian proposal 9 Juni 2018
4. Revisi proposal 25 Juni - 30 Juni 2018
5. Pengambilan data 02 Juli – 05 Juli 2018
6. Penelitian 15 Juli – 19 Juli 2018
7. Penyusunan dan konsul
skripsi 8 Agustus 2018
8. Ujian skripsi 31 Agustus 2018
9. Revisi skripsi 1 September 2018
57
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data yaitu:
1. Mengurus surat perijinan kepada ketua Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun.
2. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Kesbangpol
Kabupaten Madiun.
3. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Madiun.
4. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun.
5. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti mengurus surat
permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala Kesbangpol
Kabupaten Madiun untuk melakukan penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
6. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun.
7. Setelah mendapatkan ijin, peneliti menemui calon responden secara
langsung untuk mengadakan pendekatan serta memberikan penjelasan
kepada calon responden mengenai penelitian yang akan dilakukan.
8. Apabila calon responden bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan
untuk mengisi identitas responden dan apabila calon responden tidak
bersedia menjadi responden maka peneliti tetap menghormati keputusan
tersebut.
58
4.8.1 Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diteliti. Observasi dilapangan secara langsung
mengenai pemeriksaan jentik Aedes aegypti yaitu meliputi bahan
kontainer, warna kontainer, letak kontainer, serta kondisi tutup kontainer.
2. Wawancara (Kuesioner)
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari responden, berhadapan atau tatap muka
dengan orang tersebut (face to face). Wawancara untuk memperoleh data
tentang pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN DBD).
4.8.2 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari survei ke lokasi penelitian yaitu
kelurahan Munggut dan kelurahan Wungu Kabupaten Madiun dan
wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan lembar
kuesioner dan lembar observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun,
Puskesmas Wungu dan Kantor Kelurahan Munggut& Wungu seperti data
kasus DBD, data ABJ, profil Puskesmas Wungu, data jumlah rumah
penduduk serta jurnal penelitian.
59
4.9 Teknik Analisis Data
4.9.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan computer program SPSS for windows, analisa
penelitian menghasilkan informasi yang benar paling tidak ada empat
tahapan yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali
data maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan
setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2012).
2. Coding
Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode
data bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter
(Notoatmodjo,2012). Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan kode angka pada setiap jawaban untuk mempermudah
dalam pengolahan dan analisis data. Data yang masuk dalam
pengkodingan adalah pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN DBD),
bahan kontainer, warna kontainer, letak kontainer, kondisi tutup
kontainer, dan kepadatan jentik Aedes aegypti.
60
Tabel 4.8 Koding Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepadatan
Jentik Aedes aegypti
No Variabel Koding Kategori
1. PSN DBD 0 <50% kurang baik; ≥50% baik
1 >50% baik; ≤50% kurang baik
2. Bahan
Kontainer
0 >50 bahan semen dan tanah, ≤50 bahan plastik
dan keramik.
1 >50 bahan plastik dan keramik, ≤50 bahan
semen dan tanah.
3.
Warna kontainer 0 >50 warna gelap, ≤50 warna terang.
1 >50 warna terang, ≤50 warna gelap.
4. Letak kontainer 0 >50 dalam rumah, ≤50 luar rumah.
1 >50 luar rumah, ≤50 dalam rumah.
5.
Kondisi tutup
kontainer
0
>50 tanpa penutup, ≤50 ada penutup.
1 >50 ada penutup, ≤50 tanpa penutup.
6. Kepadatan
jentik Aedes
aegypti
0 Padat hasil angka Densifity Figure 6-9
1 Tidak padat hasil angka Densifity Figure 1-5
3. Entry
Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” komputer (Notoatmodjo, 2012).
4. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing
dan coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang
dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian.
61
4.9.2 Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas (PSN DBD),
variabel terikat (kepadatan jentik Aedes aegypti).
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square (x2) untuk
mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel
bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian
berdasarkan pada tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, <
0,05) hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p ≤ 0,05 (Sugiyono,
2011).
Variabel bebas dan variabel terikat menggunakan uji statistik Chi
Square dengan derajat kepercayaan 95% (α, < 0,05). Penelitian antara
dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05. Pada
studi cross sectional estimasi resiko relatif dinyatakan dengan rasio
prevalen (RP). Syarat pembacaan hasil output Chi Square dalam SPSS
yaitu:
1) Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi
faktor resiko.
2) Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak
menjadi faktor resiko.
3) Jika nilai RP = 1, artinya faktor yang diteliti bukan faktor resiko.
62
4) Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas kemaknaan α =
0,05 (5%).
1. Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti bukan faktor
resiko atau tidak berhubungan.
2. Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti
merupakan faktor resiko atau berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk tabel 2x2 menyatakan bahwa nilai
expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (0%), maka nilai p-value dilihat
dari continuity correction. Data diambil berdasarkan kunjungan langsung
peneliti menggunakan kuesioner dan pengamatan secara langsung.
4.10 Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
tahap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
dieliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak
dari hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
1. Informed consent (informasi untuk responden)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan informan dengan memberikan lembar persetujuan melalui inform
consent, kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan. Setelah
calon responden memahami penjelasan peneliti terkait penelitian ini,
selanjutnya peneliti memberikan lembar Informed consent untuk
ditandatangani oleh sampel penelitian.
63
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Anonymity merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan data responen. Pada aspek ini peneliti tidak
mencantumkan nama responden melainkan inisial nama responden dan
nomor responden pada kuesioner.
3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul
dari responden bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file khusus
milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden yang
mengetahuinya.
64
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Kelurahan Munggut
Kelurahan Munggut adalah salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, memiliki luas wilayah 166.811,23
Ha. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan di Kelurahan
Munggut sejumlah 3.085 orang dan laki-laki sejumlah 3.149 orang.
Batasan-batasan Kelurahan Munggut adalah sebelah utara Kelurahan
Manisrejo Kecamatan Wungu, sebelah selatan yaitu Desa Pilangrejo
Kecamatan Wungu, sebelah Timur yaitu Desa Karangrejo Kecamatan
Wungu, dan sebelah barat yaitu Kelurahan Banjarejo Kecamatan Taman.
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kelurahan Munggut Kabupaten Madiun
65
5.1.2 Kelurahan Wungu
Kelurahan Wungu memiliki luas wilayah 1.726,97 Ha. Berdasarkan
jenis kelamin, penduduk perempuan di Kelurahan Wungu sejumlah 2080
orang dan laki-laki sejumlah 2.115 orang. Batasan-batasan Kelurahan
Wungu adalah sebelah utara Hutan Mojorayung, sebelah selatan yaitu
Desa Brumbun, sebelah Timur yaitu Desa Kuiran, dan sebelah barat yaitu
Desa Banjarsari Kulon.
Gambar 5.2 Peta Wilayah Kelurahan Wungu Kabupaten Madiun
66
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan karakteristik responden penelitian
berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan,
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 161 49,2
2 Perempuan 156 50,8
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 156 orang
(50,8%).
2. Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur di Di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018
No Umur Jumlah Persentase (%)
1 12 – 25 tahun 17 5,4
2 26 – 45 tahun 149 47,0
3 46 – 65 tahun 136 42,9
4 >65 tahun 15 4,7
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden termasuk kelompok umur 26 – 45 tahun yaitu sebanyak 149
67
orang (47,0%). Sedangkan responden yang paling sedikit termasuk
kelompok umur >65 tahun yaitu sebanyak 15 orang (4,7%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah
Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli
2018
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Pegawai Swasta 53 16,7
2 Pedagang/Wiraswasta 71 22,4
3 PNS 69 21,8
4 Ibu rumah tangga 124 39,1
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian buan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 124 orang
(39,1%). Sedangkan responden yang paling sedikit bekerja sebagai
pegawai swasta yaitu sebanyak 53 orang (16,7%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tingkat Dasar 154 48,6
2 Tingkat Menengah Atas 140 32,4
3 Tingkat Tinggi
(Diploma/Sarjana) 23 7,3
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan Tingkat dasar yaitu sebanyak
68
154 orang (48,6%). Sedangkan paling sedikit responden Tingkat
tinggi (Diploma/Sarjana) yaitu 23 orang (7,3%).
5.2.2 Data Khusus
Data khusus akan menyajikan data karakteristik responden yang
terkait dengan variabel bebas (Pelaksanaan PSN DBD, bahan kontainer,
warna kontainer, letak kontainer, dan tutup kontainer) dan variabel terikat
(kepadatan jentik Aedes aegypti).
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pelaksanaan PSN DBD
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018
No Pelaksanaan PSN DBD Jumlah Persentase (%)
1 Baik 215 67,8
2 Kurang baik 102 32,2
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam pelaksanaan PSN DBD sudah termasuk baik yaitu
sebanyak 215 penghuni rumah (67,8%).
69
2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kontainer
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah
Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli
2018
No Jenis Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Bak Mandi 317 27,2
2 Bak WC 314 27,0
3. Ember 291 25,0
4. Sumur 8 0,7
5. Tempayan 161 13,8
6. Tandon Air 74 6,4
Total 1165 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.6 diatas, dapat diketahui bahwa jenis kontainer
yang paling banyak adalah bak mandi sebesar 317 (27,2%) sedangkan
yang paling sedikit yaitu sumur sebesar 8 (0,7%).
3. Karakteristik Berdasarkan Bahan Kontainer Tiap Rumah
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Bahan Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut dan
Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018
No Bahan Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Bahan semen dan tanah 505 43,3
2 Bahan keramik dan plastik 660 56,7
Total 1165 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat diketahui bahwa dari 1165 jenis
kontainer yang diperiksa, paling banyak adalah kontainer berbahan
keramik dan plastik sebesar 660 (67,7%).
70
4. Karakteristik Berdasarkan Warna Kontainer Tiap Rumah
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Warna Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut dan
Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018
No Warna Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Warna Gelap 612 52,5
2 Warna Terang 553 47,5
Total 1165 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, dapat diketahui bahwa dari 1165 jenis
kontainer yang diperiksa, paling banyak adalah kontainer berwarna
gelap sebesar 612 (52,5%).
5. Karakteristik Berdasarkan Letak Kontainer Tiap Rumah
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Letak Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut dan
Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018
No Letak Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Dalam Rumah 548 47,0
2 Luar Rumah 617 53,0
Total 1165 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan juli 2018
Berdasarkan tabel 5.9 diatas, dapat diketahui bahwa dari 1165 jenis
kontainer yang diperiksa, paling banyak adalah kontainer berada di
luar rumah sebesar 617 (53,0%).
71
6. Karakteristik Berdasarkan Tutup Kontainer Tiap Rumah
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tutup Kontainer Tiap Rumah di Kelurahan Munggut dan
Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun Bulan Juli 2018
No Tutup Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Tanpa Penutup 522 44,8
2 Ada Penutup 643 55,2
Total 1165 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan juli 2018
Berdasarkan tabel 5.10 diatas, dapat diketahui bahwa dari 1165 jenis
kontainer yang diperiksa, paling banyak adalah kontainer ada
penutupnya sebesar 643 (55,2%).
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Bahan Kontainer
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Bahan Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018
No Bahan Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Bahan semen dan tanah 143 45,1
2 Bahan keramik dan plastik 174 54,9
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.11 diatas, dapat diketahui bahwa dari 317 rumah
yang diperiksa, 174 (54,9%) rumah paling banyak menggunakan
bahan kontainer jenis keramik dan plastik.
72
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Warna Kontainer
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Warna Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018
No Warna Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Warna gelap 162 51,1
2 Warna terang 155 48,9
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.12 diatas, dapat diketahui bahwa dari 317 rumah
yang diperiksa, 162 (51,1%) rumah paling banyak kontainer yang
digunakan berwarna gelap.
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Letak Kontainer
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Letak Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018
No Letak Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Dalam rumah 153 48,3
2 Luar rumah 164 52,7
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.13 diatas, dapat diketahui bahwa dari 317 rumah
yang diperiksa, 164 (52,7%) rumah paling banyak kontainer yang
digunakan berada di luar rumah.
73
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Tutup Kontainer
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tutup Kontainer di Kelurahan Munggut dan Wungu
Wilayah Kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun
Bulan Juli 2018
No Tutup Kontainer Jumlah Persentase (%)
1 Tanpa penutup 142 44,8
2 Ada penutup 175 55,2
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.14 diatas, dapat diketahui bahwa dari 317 rumah
yang diperiksa, 175 (55,2%) rumah paling banyak kontainer
menggunakan penutup.
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepadatan Jentik
Kepadatan jentik Aedes aegypti berdasarkan wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun yaitu diperoleh sebagai berikut:
Jumlah rumah yang ditemukan jentik
Jumlah rumah yang diperiksa HI = X 100%
= 228
317 X 100% = 71,92%
CI = Jumlah kontainer yang positif jentik
Jumlah kontainer yang diperiksa X 100%
= 460
1165 X 100% = 39,48%
Jumlah kontainer yang positif jentik
Jumlah rumah yang diperiksa X 100% BI =
460
317 = X 100% = 145,11%
74
Berdasarkan perhitungan kepadatan jentik Aedes aegypti dapat
disimpulkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten
Madiun terdapat kepadatan jentik Aedes aegypti yang tinggi, hal ini dapat
dilihat dari tabel larva indeks pada kolom angka Densitifity Figure (DF) >
5 atau berada pada skala 6-9 yang menunjukkan kepadatan jentik tinggi.
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kepadatan
Jentik Berdasarkan Indikator Countainer Indeks (CI) di
Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun Bulan Juli 2018
No Kepadatan Jentik Jumlah Persentase (%)
1 Padat 228 71,9
2 Tidak Padat 89 28,1
Total 317 100,0
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan tabel 5.15 diatas, dapat diketahui bahwa dari 317 rumah
yang diperiksa, 228 (71,9%) rumah paling banyak terdapat kepadatan
jentik.
5.2.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas (pelaksanaan PSN DBD, bahan kontainer, warna
kontainter, letak kontainer, dan tutup kontainer) dengan variabel terikat
(kepadatan jentik Aedes aegypti). Penelitian ini menggunakan uji chi-
square, karena pada uji statistik setiap variabel telah memenuhi syarat
yaitu tidak ada sel yang < 1. Berikut adalah hasil analisa bivariat penelitian
menggunakan aplikasi pengolah data statistik SPSS 16.0:
75
1. Hubungan Pelaksanaan PSN DBD dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti
Tabel 5.16 Tabulasi Silang Hubungan antara Pelaksanaan PSN DBD
dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun
Pelaksanaan
PSN DBD
Kepadatan Jentik Aedes aegypti
P-value RP
95% CI Padat Tidak Padat Total
F % F % F %
Kurang Baik 84 82,4 18 17,6 102 100,0 0,007 1,230
Baik 144 67,0 71 33,0 215 100,0
(1,080 –
1,400)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.16 diatas, diketahui
bahwa rumah yang padat jentik Aedes aegypti lebih besar proporsinya
pada kelompok pelaksanaan PSN DBD baik sebesar 144 rumah
(67,0%) dibandingkan dengan kelompok pelaksanaan PSN DBD yang
kurang baik yaitu sebesar 84 rumah (82,4%).
Hasil uji statistik Chi Square dapat dikatakan bahwa ada hubungan
antara pelaksanaan PSN DBD dengan kepadatan jentik Aedes aegypti
dengan nilai p=0,007 kurang dari α = 0,05. Hasil perhitungan resiko
didapatkan RP = 1,230 (95% CI 1,080 – 1,400), atau RP >1 secara
statistik dapat disimpulkan bahwa kelompok pelaksanaan PSN DBD
kurang baik kemungkinan terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar
1,230 kali daripada kelompok pelaksanaan PSN DBD yang baik.
76
2. Hubungan Bahan Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Hubungan Bahan Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun
Bahan
Kontainer
Kepadatan Jentik Aedes aegypti
P-value RP
95% CI Padat Tidak Padat Total
F % F % F %
Semen & tanah 119 83,2 24 16,8 143 100,0 0,000 1,328
Keramik &
plastik 109 62,6 65 48,9 174 100,0
(1,159 –
1,522)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.17 diatas, diketahui
bahwa bahan kontainer yang padat jentik Aedes aegypti lebih besar
proporsinya pada bahan semen dan tanah yaitu sebesar 119 (83,2%)
dibanding dengan bahan kontainer keramik dan plastik sebesar 109
(62,6%).
Hasil uji statistik Chi Square dapat dikatakan bahwa ada hubungan
antara bahan kontainer dengan kepadatan jentik Aedes aegypti dengan
nilai p=0,000 kurang dari α = 0,05. Hasil perhitungan resiko
didapatkan RP = 1,328 (1,159 – 1,522), atau RP >1 secara statistik
dapat disimpulkan bahwa bahan kontainer semen dan tanah
kemungkinan terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 1,328 kali
daripada bahan kontainer keramik dan plastik.
77
3. Hubungan Warna Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Tabel 5.18 Tabulasi Silang Hubungan Warna Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun
Warna
Kontainer
Kepadatan Jentik Aedes aegypti
P-value RP
95% CI Padat Tidak Padat Total
F % F % F %
Warna gelap 128 79,0 34 21,0 162 100,0 0,006 1,225
Warna
Terang 100 64,5 55 35,5 155 100,0
(1,063 –
1,410)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.18 diatas, diketahui
bahwa warna kontainer yang padat jentik Aedes aegypti lebih besar
proporsinya pada warna gelap yaitu sebesar 128 (79,0%) dibanding
dengan warna terang sebesar 100 (64,5%).
Hasil uji statistik Chi Square dapat dikatakan bahwa ada hubungan
antara warna kontainer dengan kepadatan jentik Aedes aegypti dengan
nilai p=0,006 kurang dari α = 0,05. Hasil perhitungan resiko
didapatkan RP = 1,225 (1,063 – 1,410), atau RP >1 secara statistik
dapat disimpulkan bahwa kontainer berwarna gelap kemungkinan
terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 1,225 kali daripada
kontainer berwarna terang.
78
4. Hubungan Letak Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Tabel 5.19 Tabulasi Silang Hubungan Letak Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun
Letak
Kontainer
Kepadatan Jentik Aedes aegypti
P-value RP
95% CI Padat Tidak Padat Total
F % F % F %
Dalam rumah 119 77,8 34 22,2 153 100,0 0,034 1,170
Luar
Rumah 109 66,5 55 33,3 164 100,0
(1,020 –
1,343)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.19 diatas, diketahui
bahwa letak kontainer yang padat jentik Aedes aegypti lebih besar
proporsinya pada kontainer dalam rumah yaitu sebesar 119 (77,8%)
dibanding dengan letak kontainer di luar rumah sebesar 109 (66,5%).
Hasil uji statistik Chi Square dapat dikatakan bahwa ada hubungan
antara letak kontainer dengan kepadatan jentik Aedes aegypti dengan
nilai p=0,034 kurang dari α = 0,05. Hasil perhitungan resiko
didapatkan RP = 1,170 (1,020 – 1,343), atau RP >1 secara statistik
dapat disimpulkan bahwa letak kontainer yang berada didalam rumah
kemungkinan terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 1,766 kali
daripada letak kontainer di luar rumah.
79
5. Hubungan Tutup Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Tabel 5.20 Tabulasi Silang Hubungan Tutup Kontainer dengan
Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Munggut
dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun
Tutup
Kontainer
Kepadatan Jentik Aedes aegypti
P-value RP
95% CI Padat Tidak Padat Total
F % F % F %
Tanpa penutup 113 79,6 29 20,4 142 100,0 0,009 1,211
Ada
Penutup 115 65,7 60 49,1 175 100,0
(1,057 –
1,387)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Juli 2018
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.20 diatas, diketahui
bahwa keadaan tutup kontainer yang padat jentik Aedes aegypti lebih
besar proporsinya pada kontainer ada penutup yaitu sebesar 115
(65,7%) dibanding dengan kontainer yang tanpa penutup 113 (79,6%).
Hasil uji statistik Chi Square dapat dikatakan bahwa ada hubungan
antara tutup kontainer dengan kepadatan jentik Aedes aegypti karena
nilai p=0,009 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil perhitungan resiko
didapatkan RP = 1,211 (1,057 – 1,387), atau RP >1 secara statistik
dapat disimpulkan bahwa kontainer tanpa penutup terdapat padat
jentik Aedes aegypti sebesar 1,211 kali daripada kontainer yang ada
penutupnya.
80
5.3 Pembahasan
5.3.1 Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.15, didapatkan data yaitu
dari 317 rumah penduduk yang diperiksa di Kelurahan Munggut dan
Wungu wilayah kerja Puskesmas Wungu 228 rumah (71,9%) terdapat
padat jentik Aedes aegypti yang tinggi. Hasil ini diketahui dari indikator
perhitungan Container Indeks (CI) untuk satu rumah penduduk. Untuk
wilayah kerja Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun hasil dari House
Indeks (HI) yaitu sebesar 71,92%, Container Indeks (CI) sebesar 39,48%
dan Breteu Indeks (BI) sebesar 145,11%, dapat disimpulkan bahwa
ditemukan padat jentik Aedes aegypti yang tinggi sehingga resiko
penularan penyakit DBD juga tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tabel larva
indeks pada kolom angka Densitifity Figure (DF) > 5 atau berada pada
skala 6-9 yang menunjukkan kepadatan jentik tinggi.
Kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti merupakan faktor resiko
terjadinya penularan Demam Berdarah Dengue (DBD). Semakin tinggi
kepadatan nyamuk Aedes aegypti semakin tinggi pula resiko masyarakat
untuk tertular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kepadatan
vektor nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu
berupa bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan
sebagai tempat perindukan nyamuk (Ayu P, 2016).
Kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti yang diukur dengan
menggunakan parameter ABJ, selain itu juga menggunakan indeks HI, CI,
81
dan BI. Sesuai dengan penelitian Agus Putra (2015) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi angka kepadatan vektor akan meningkatkan resiko
penularan DBD. Kepadatan nyamuk merupakan faktor resiko terjadinya
penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti semakin
tinggi pula resiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti
apabila di suatu daerah yang kepadatan jentik Aedes aegypti tinggi terdapat
seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut
beresiko untuk tertular.
Kepadatan jentik Aedes aegypti yang terjadi di Kelurahan Munggut
dan Wungu wilayah Kerja Puskesmas Wungu dipengaruhi oleh adanya
kontainer baik itu berupa bak mandi, bak WC, ember, sumur, tempayan,
dan tandon air. Berdasarkan survei banyak tempat penampungan air atau
kontainer penduduk tersebut yang ditemukan jentik, penyebabnya adalah
penduduk yang jarang untuk menguras tempat penampungan air tersebut
selain itu tempat penampungan air atau kontainer berada di tempat yang
lembab tidak terkena sinar matahari. Oleh karena itu, untuk mengurangi
resiko kepadatan jentik Aedes aegypti diperlukan kesadaran dari diri
masyarakat dan membiasakan masyarakat untuk melakukan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk seperti menguras tempat penampungan air
minimal satu minggu sekali.
82
5.3.2 Karakteristik Kontainer
Sesuai hasil distribusi frekuensi jenis kontainer yang diteliti di
Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
terdapat 1.165 jumlah kontainer yang terdiri dari 317 (27,2%) Bak Mandi,
314 (27,0%) Bak WC, 291 (25,0%) Ember, 8 (0,7%) Sumur, 161 (13,8%)
Tempayan dan 74 (6,4%) Tandon Air.
Depkes RI (2005), mengelompokkan jenis kontainer nyamuk Aedes
aegypti menjadi 3 kelompok yaitu: 1) kontainer untuk keperluan sehari-
hari, seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, sumur, tempayan, dan
tandon air; 2) kontainer bukan untuk keperluan sehari-hari (non tempat
penampungan air), seperti barang-barang bekas (ban bekas, kaleng bekas,
botol, pecahan piring/gelas), tempat minum hewan peliharaan (tempat mi-
num ayam burung, dan lain-lain), vas bunga, saluran air tidak sehat, pot
tanaman hias yang menampung air; 3) kontainer alamiah, seperti lubang
pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pelepah
pisang, potongan bambu, dan lain-lain. Jenis kontainer yang diteliti yaitu
kontainer yang termasuk keperluan sehari-hari atau jenis kontainer yang
besar saja, seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, sumur, dan
tandon air.
Ada tidaknya jentik nyamuk Aedes aegypti dalam suatu kontainer
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan kontainer, warna kontainer,
letak kontainer, kondisi tutup kontainer, adanya ikan pemakan jentik, vol-
ume kontainer, kegiatan pengurasan kontainer, dan kegiatan abatisasi
83
(Depkes RI, 2005). Dari beberapa faktor tersebut yang diteliti yaitu bahan
kontainer, warna kontainer, letak kontainer, dan kondisi tutup kontainer.
1. Bahan Kontainer Tiap Rumah
Hasil dari distribusi frekuensi bahan kontainer tiap rumah di
Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
sebagian besar memiliki kontainer dengan berbahan keramik dan
plastik sebanyak 660 kontainer (56,7%).
Jenis bahan kontainer merupakan suatu keadaan dinding permukaan
kontainer pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti
dipengaruhi oleh bahan dasar kontainer, karena telur diletakkan
menempel pada dinding tempat penampungan air (Depkes RI, 2005).
Jenis bahan kontainer dikatakan beresiko adanya jentik Aedes ae-
gypti menurut Kemenkes RI (2013) yaitu kontainer dengan berbahan
semen karena mikroorganisme yang menjadi bahan makanan larva
lebih mudah tumbuh pada dindingnya dan nyamuk betina lebih mudah
mengatur posisi tubuh pada waktu meletakkan telur, dimana telur
secara teratur diletakkan diatas permukaan air dibanding berbahan
keramik dan plastik yang cenderung licin. Bahan kontainer dari
keramik dan plastik memiliki angka positif jentik Aedes aegypti yang
rendah karena bahan ini tidak mudah berlumut, mempunyai permukaan
yang halus dan licin serta tidak berpori sehingga lebih mudah untuk
dibersihkan dibandingkan bahan dari semen dan tanah (Ayunistyah,
2013).
84
Sesuai dengan penelitian Badrah dan Hidayah (2011) jenis bahan
kontainer berisiko terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti yaitu
semen. Hal ini terjadi karena bahan semen mudah berlumut,
permukaannya kasar dan berpori-pori pada dindingnya.
Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang paling
beresiko adanya jentik dalam kontainer yaitu berbahan semen dan
tanah namun bisa saja tidak terdapat jentik apabila sering dibersihkan
minimal 1 minggu sekali untuk mengurangi adanya jentik di kontainer.
2. Warna Kontainer Tiap Rumah
Hasil dari distribusi frekuensi warna kontainer tiap rumah di
Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
sebagian besar memiliki kontainer dengan warna gelap sebanyak 612
kontainer (52,5%).
Menurut Depkes RI (2005) dalam berkembangbiak nyamuk Aedes
aegypti menyukai suasana tempat daerah-daerah tertentu yang
dipengaruhi oleh warna, salah satunya warna gelap sehingga saat nya-
muk meletakkan telur menjadi tidak terlihat dan memberikan rasa
aman dan tenang bagi nyamuk, saat bertelur sehingga telur yang dile-
takkan menjadi banyak dan jumlah larva menjadi banyak juga. Warna
kontainer yang gelap juga dapat menyebabkan cahaya matahari tidak
menembus dinding kontainer dari segala arah, hal ini dapat membuat
temperatur air akan menjadi ideal sebagai tempat perindukan nyamuk.
Hal ini didukung oleh penelitian Eka Augesleni, dkk (2012) bahwa ada
85
hubungan antara warna kontainer dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti.
Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kontainer
berwarna gelap cenderung terdapat adanya jentik, kecuali apabila
kontainer tersebut sering dibersihkan dan berada ditempat yang
terpapar cahaya matahari.
3. Letak Kontainer Tiap Rumah
Hasil dari distribusi frekuensi letak kontainer tiap rumah di
Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
sebagian besar kontainer berada di luar rumah sebanyak 617 kontainer
(53,0%).
Menurut Depkes RI (2005) Jentik nyamuk Aedes aegypti banyak
ditemukan pada kontainer yang berada di dalam rumah. Hal ini
disebabkan kebiasaan masyarakat yang suka menampung air untuk
kebutuhan sehari-hari di dalam rumah yang tidak ditutup, suasana yang
gelap dan lembab serta tersembunyi didalam rumah atau bangunan
yang terlindung dari sinar matahari dan sehingga tempat ini akan
membuat nyamuk dewasa Aedes aegypti tertarik untuk meletakkan te-
lurnya selain itu apabila masyarakat tidak sempat menguras tempat-
tempat penampungan air secara rutin sekali seminggu sehingga tempat-
tempat penampungan air tersebut berpotensi sebagai tempat perkem-
bangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
86
Sesuai penelitian Singh et al (2011) kontainer di dalam rumah
76,24% lebih banyak terdapat jentik Aedes aegypti daripada di luar
rumah dikarenakan kebanyakan kontainer yang berada didalam rumah
memiliki suasana yang gelap dan lembab serta bangunan yang terlin-
dung dari sinar matahari sehingga tempat ini akan membuat nyamuk
dewasa Aedes aegypti tertarik untuk meletakkan telurnya.
Apabila kontainer berada di dalam rumah maupun diluar rumah jika
tidak sering dibersihkan akan menimbulkan adanya jentik pada
kontainer, untuk itu sebaiknya dalam satu minggu sekali kontainer
dibersihkan agar mengurangi perkembangbiakan jentik dalam
kontainer.
4. Tutup Kontainer Tiap Rumah
Hasil dari distribusi frekuensi tutup kontainer tiap rumah di
Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
sebagian besar kontainer ada penutupnya sebanyak 643 kontainer
(55,2%).
Menurut Depkes RI (2005) Keberadaan penutup kontainer erat
kaitannya dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Jenis kontainer
atau tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari yang biasa
ditutup yaitu sumur, tempayan, dan gentong namun jenis bak mandi,
bak WC maupun ember jarang sekali untuk ditutup.
Kondisi kontainer atau tempat penampungan air dengan jentik paling
banyak adalah tempat penampungan air yang terbuka, dan tempat
87
penampungan air dengan kondisi tertutup rapat paling sedikit
ditemukan jentiknya bahkan didaerah bebas DBD semua tempat
penampungan air yang tertutup rapat tidak ditemukan jentiknya.
Dengan kondisi kontainer atau tempat penampungan air terbuka atau
tidak tertutup rapat maka memudahkan nyamuk untuk masuk dan
keluar tempat penampungan air dibandingkan tempat penampungan air
yang tertutup rapat, sehingga pada tempat penampungan air terbuka
dan tertutup tidak rapat lebih banyak ditemukan jentiknya karena nya-
muk bisa keluar masuk dengan mudah (Widoyono, 2008).
Hasil dari penelitian Hasyimi dkk (2009) menunjukkan bahwa ada
kecenderungan yang signifikan 84% kontainer yang terbuka
menyebabkan nyamuk bebas masuk ke dalam kontainer untuk
berkembangbiak sedangkan kontainer yang tertutup 7% terdapat jentik.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Aniq (2015) yang menya-
takan bahwa salah satu penyebab kontainer yang mempunyai penutup
masih tetap terdapat jentik Aedes aegypti disebabkan oleh perilaku
warga atau masyarakat yang sering lupa untuk menutup kembali kon-
tainer setelah dibuka.
Untuk itu, agar nyamuk tidak keluar masuk secara bebas di tempat
penampungan air maka perlu disediakan tutupan bagi tempat
penampungan air yang terbuka atau menutup rapat bagi tempat
penampungan air yang tidak rapat tutupnya. Selain itu jika tidak
terdapat tutup pada kontainer sebaiknya sering dibersihkan minimal
88
satu minggu dalam sekali dan kontainer sebaiknya berada di suasana
terang dan tidak lembab.
5.3.3 Pelaksanaan PSN DBD
Sesuai hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja
Puskesmas Wungu menunjukkan bahwa dari 317 responden, 215
responden (67,8%) melaksanakan PSN DBD dengan baik dan 102
responden (32,2%) melaksanakan PSN DBD kurang baik. Pelaksanaan
PSN DBD yang kurang baik ini diketahui dari perilaku responden atau
penghuni rumah yang tidak menutup tempat-tempat penampungan air dan
jarang menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air
lebih dari 1 minggu.
Jentik nyamuk Aedes aegypti merupakan cakal bakal nyamuk
dewasa yang dapat diamati di sarang-sarang nyamuk, semakin banyak
jenyik nyamuk Aedes aegypti ditemukan maka semakin banyak nyamuk
dewasa yang berterbangan dan semakin besar resiko penularan penyakit
yang dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sesuai dengan
teori Nadesul (2016) bahwa jika jentik nyamuk Aedes aegypti dibiarkan
hidup, maka akan menambah banyak populasi nyamuk pembawa penyakit
yang ditularkan oleh nyamuk.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2014), PSN
DBD merupakan upaya pemberantasan vektor dengan metode pendekatan
terpadu karena menggunakan beberapa cara yaitu secara kimia dengan
89
menggunakan larvasida, secara biologi dengan menggunakan predator dan
secara fisik yang dikenal dengan 3M (Menguras, Menurup, dan
Mengubur). Selain itu menurut penelitian Zulkarnain dkk (2008)
menyatakan aspek sanitasi lingkungan yang paling dominan berhubungan
dengan keberadaan jentik vektor dengue adalah praktik rumah tangga
dalam PSN-DBD dengan p value 0,000 dengan kata lain faktor yang
paling mempengaruhi atau dominan terhadap keberadaan jentik vektor
dengue yaitu pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.
Pengurasan tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak berkembangbiak.
Apabila dalam pelaksanaan PSN DBD yang kurang baik akan memberikan
peluang bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan berkembangbiak,
untuk itu sebaiknya masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Wungu terutama Kelurahan Wungu membiasakan dalam pelaksanaan PSN
DBD. Mulailah dengan kegiatan yang sederhana seperti membersihkan
tempat penampungan air minimal satu minggu sekali.
5.3.4 Hubungan antara Pelaksanaan PSN DBD dengan Kepadatan Jentik
Aedes aegypti
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square pada tabel 5.16
menunjukkan ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti dengan nilai p= 0,007 kurang dari α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PSN DBD kurang baik
dan terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 84 (82,4%), pelaksanaan
90
PSN DBD kurang baik dan tidak padat jentik Aedes aegypti sebesar 18
(17,6%), pelaksanaan PSN DBD baik dan terdapat padat jentik Aedes
aegypti sebesar 144 (67,0%), serta pelaksanaan PSN DBD baik dan tidak
terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 71 (33,0%).
Diketahui bahwa terdapat 18 (17,6%) rumah yang tidak padat jentik
namun dalam pelaksanaan PSN DBD kurang baik hal ini dikarenakan
tempat penampungan air dan situasi rumah dalam keadaan tidak lembab
dan terkena paparan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan penelitian
Widagdo et.al (2008) di Kelurahan Srondol Wetan Semarang menyatakan
bahwa keadaan rumah dan tempat penampungan air responden yang
lembab dan kurang pencahayaan merupakan tempat yang potensial bagi
nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak, karena nyamuk Aedes
aegypti suka beristirahat dan berkembangbiak pada tempat yang gelap dan
lembab. Apabila keadaan rumah dan tempat penampungan air tidak
lembab serta cukup pencahayaanya maka sulit bagi nyamuk untuk
berkembangbiak. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Dewi Mustika
(2013) menyatakan bahwa keberadaan tempat penampungan air di dalam
maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes
aegypti, bahkan tempat penampungan air yang lembab dan kurang
pencahayaan bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Selain itu diketahui terdapat 144 (67,0%) rumah padat jentik namun
dalam pelaksanaan PSN DBD sudah baik hal ini dikarenakan penduduk
hanya melakukan PSN DBD dengan cara fisik saja yaitu menguras,
91
mengubur atau mendaur ulang barang bekas. Untuk PSN DBD secara
kimia dan biologi belum maksimal melakukannya karena menurut hasil
wawancara dan observasi masyarakat masih beranggapan untuk
menggunakan bubuk abate malas untuk beli lebih baik menerapkan
kegiatan menguras kontainer satu minggu minimal satu kali dan untuk
memelihara hewan pemakan jentik masyarakat enggan melaksanakannya
karena ikan yang dipelihara akan menyebabkan bau amis pada tempat
penampungan air. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Farid Setyo (2013)
yang mengatakan bahwa banyak responden yang belum maksimal dalam
melakukan PSN DBD secara kimia dan biologi, hal ini sangat brpengaruh
terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.
Menurut Depkes (2005) cara yang dianggap paling tepat untuk
memberantas vektor (nyamuk Aedes aegypti) adalah dengan PSN DBD.
Apabila kegiatan PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat secara
terus menerus dan berkesinambungan maka keberadaan jentik Aedes
aegypti dapat dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi.
Untuk itu maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat
seperti kegiatan bulan bakti gerakan 3-M, pemeriksaan jentik berkala dan
penyuluhan kepada keluarga atau masyarakat.
5.3.5 Hubungan antara Bahan Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square pada tabel 5.17
menunjukkan ada hubungan antara bahan kontainer dengan kepadatan
92
jentik Aedes aegypti dengan nilai p=0,000 kurang dari α = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahan kontainer semen dan tanah dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti sebesar 119 (83,2%), bahan kontainer
semen dan tanah yang tidak terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 24
(40,1%), kontainer dengan bahan keramik dan plastik dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti sebesar 109 (62,6%), serta bahan kontainer keramik
dan plastik yang tidak terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 65
(37,4%).
Diketahui bahwa terdapat bahan kontainer semen dan tanah yang
tidak terdapat padat jentik Aedes aegypti sebesar 24 (16,8%) hal ini
dikarenakan dari hasil observasi dan wawancara sebagian masyarakat rutin
terhadap pengurasan kontainer minimal satu minggu dalam sekali. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Devia (2013) yaitu banyak
responden yang melakukan kegiatan rutin menguras tempat penampungan
air minimal satu minggu sekali, bahkan ketika tempat penampungan air
sudah terlihat keruh dan kotor. Perilaku ini mengurangi resiko bagi
nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur di tempat-tempat penampungan air
responden.
Selain itu diketahui kontainer berbahan dasar keramik dan plastik
terdapat padat jentik sebesar 109 (62,6%) hal ini dikarenakan bahan dasar
keramik dan plastik di lapangan ditemukan adanya lumut atau kotoran
sehingga refleksi cahaya yang rendah sehingga berpeluang untuk nyamuk
bertelur. Sejalan dengan penelitian Lubabul Aniq yang dilakukan pada
93
tahun 2015 di Wilayah Puskesmas Mijen Kota Semarang yang
menunjukkan hasil terdapat hubungan antara bahan dasar kontainer dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti dengan p= 0,001.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontainer berbahan
semen, tanah, plastik, dan keramik memungkinkan terdapat adanya jentik
apabila kontainer tersebut dalam suasana lembab atau refleksi cahaya yang
rendah dan kurangnya menguras tempat penampungan air dan apabila
kontainer berbahan semen, tanah, plastik, dan kramik tidak terdapat jentik
disebabkan sering menguras kontainer tersebut. Untuk itu sebaiknya ketika
kontainer sudah terlihat keruh dan kotor lebih baik langsung dibersihkan
dan diusahakan kontainer berada pada kondisi terang meskipun tidak
langsung terpapar oleh sinar matahari.
5.3.6 Hubungan antara Warna Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square pada tabel 5.18
menunjukkan ada hubungan antara warna kontainer dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti dengan nilai p=0,006 kurang dari α = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa warna kontainer yang gelap dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti sebanyak 128 (79,0%), warna kontainer
gelap dan tidak terdaoat padat jentik Aedes aegypti sebanyak 34 (21,0%),
warna kontainer terang dengan kepadatan jentik Aedes aegypti sebanyak
100 (64,5%), serta warna kontainer terang dan tidak terdapat padat jentik
Aedes aegypti sebanyak 55 (43,5%).
94
Diketahui terdapat warna kontainer gelap yang tidak terdapat jentik
Aedes aegypti sebesar 34 (21,0%) dikarenakan masyarakat menutup
tempat penampung air itu bila tidak digunakan. Sehingga nyamuk tidak
bisa bertelur dan berkembangbiak pada kontainer tersebut. Hal ini sejalan
dengan penelitian Eka Augesleni (2014) bahwa kontainer yang tertutup
rapat tidak terdapat celah meskipun berwarna gelap dapat mengurangi
resiko terdapatnya jentik pada kontainer tersebut.
Selain itu terdapat warna kontainer terang namun terdapat padat
jentik Aedes aegypti sebesar 100 (64,5%) dikarenakan kontainer tersebut
pada saat penetian cenderung kotor dan berlumut sehingga terdapat jentik.
Menurut Depkes RI (2005) nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik
untuk meletakkan telurnya pada tempat penampungan air yang berwarna
gelap karena saat nyamuk meletakkan telur menjadi tidak terlihat dan
memberikan rasa aman dan tenang bagi nyamuk, saat bertelur sehingga te-
lur yang diletakkan menjadi banyak dan jumlah larva menjadi banyak ju-
ga. Warna kontainer yang gelap juga dapat menyebabkan cahaya matahari
tidak menembus dinding kontainer dari segala arah, hal ini dapat membuat
temperatur air akan menjadi ideal sebagai tempat perindukan nyamuk.
Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulah bahwa kontainer yang
berwarna gelap lebih beresiko mengalami kepadatan jentik Aedes aegypti,
untuk itu agar mengurangi resiko kepadatan jentik Aedes aegypti
sebaiknya kontainer tersebut diletakkan di tempat yang memungkinkan
adanya sinar matahari dan suhu yang tidak lembab serta menutup rapat
95
tempat penampungan air bila telah digunakan sehingga nyamuk tidak bisa
bertelur bahkan berkembangbiak disana.
5.3.7 Hubungan antara Letak Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square pada tabel 5.19
menunjukkan ada hubungan antara letak kontainer dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti dengan nilai p=0,034 kurang dari α = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa letak kontainer yang berada di dalam
rumah dengan kepadatan jentik Aedes aegypti sebesar 119 (77,8%), letak
kontainer yang berada di dalam rumah dan tida terdapat padat jentik Aedes
aegypti sebesar 34 (22,2%), letak kontainer yang berada di luar rumah
dengan kepadatan jentik Aedes aegypti sebesar 109 (66.5%), serta letak
kontainer yang berada di luar rumah dan tidak terdapat jentik Aedes
aegypti sebesar 55 (33,5%).
Kontainer yang berada di dalam rumah dan terdapat padat jentik
Aedes aegypti paling banyak karena nyamuk Aedes aegypti suka
beraktifitas di dalam rumah. Baik itu untuk menggigit darah manusia atau
untuk beristirahat. Kebiasaan hinggap istirahat lebih banyak di dalam
rumah yaitu pada benda-benda yang bergantungan, dan tempat-tempat lain
yang terlindung dari sinar matahari (Ditjen P3L, 2007). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Augesleni, et all (2012) di
Kelurahan Tanjung Seneng mengenai hubungan antara karakteristik
kontainer tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes
96
aegypti bahwa ada hubungan antara letak kontainer dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti (p=000).
Terdapat kontainer yang berada di dalam rumah namun tidak padat
jentik sebesar 34 (22,2%) dikarenakan pada saat observasi kontainer
tersebut dalam keadaan bersih dan situasi terpapar oleh sinar matahari. Hal
ini sejalan dengan penelitian Evi Sulistyorini (2016) bahwa kontainer yang
berada di dalam rumah namun dalam keadaan tertutup dan diletakkan
disituasi yang terang dapat menurunkan resiko terdapatnya jentik Aedes
aegypti.
Selian itu kontainer yang berada di luar rumah namun terdapat padat
jentik Aedes aegypti sebesar 109 (66,5%) dikarenakan pada saat observasi
kontainer tersebut tidak tertutup dan airnya keruh sehingga memudahkan
nyamuk untuk bertelur pada kontainer tersebut.
Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kontainer yang
berada di dalam rumah beresiko lebih besar mengalami kepadatan jentik
Aedes aegypti dibanding dengan yang berada di luar rumah, untuk itu agar
kontainer yang berada di dalam rumah resiko kepadatan jentik Aedes
aegypti dapat berkurang sebaiknya tempat kontainer diletakkan di lokasi
yang terang walaupun tidak terkena sinar matahari langsung dan kontainer
juga sering dibersihkan.
5.3.8 Hubungan antara Tutup Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti
97
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square pada tabel 5.20
menunjukkan ada hubungan antara tutup kontainer dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti dengan nilai p=0,009 kurang dari α = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kontainer tanpa penutup dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti sebanyak 113 (79,6%), kontainer tanpa penutup dan
tidak terdapat padat jentik Aedes aegypti sebanyak 29 (20,4%), kontainer
yang ada penutupnya dengan kepadatan jentik Aedes aegypti sebanyak 115
(65,7%), serta kontainer yang ada penutupnya dan ridak terdapat padat
jentik Aedes aegypti sebanyak 60 (34,3%).
Kontainer yang ada penutupnya namun masih terdapat padat jentik
Aedes aegypti dikarenakan pada saat penelitian kontainer dalam keadaan
tertutup namun pada saat warga menggunakannya untuk keperluan sehari-
hari kontainer tersebut dibiarkan terbuka selama beberapa lama sehingga
nyamuk Aedes aegypti dapat meletakkan telurnya pada kontainer tersebut.
Selain itu kontainer yang ada penutup bisa jadi masih ada celah sehingga
kemungkinan nyamuk masih bisa untuk masuk dalam kontainer tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Salim dan Febriyanto (2005) yang
menemukan bahwa dari 90 kontainer tanpa penutup 47,22% positif jentik
Aedes aegypti dan dari 50 kontainer dengan penutup 52,78% positif jentik
Aedes aegypti.
Selain itu kontainer tanpa penutup dan tidak terdapat jentik sebesar
29 (20,4%) dikarenakan pada saat penelitian kontainer keadaan bersih dan
sering dikuras serta kontainer berukuran kecil sehingga air dalam
98
kontainer cepat habis. hal ini sesuai dengan penelitian Badrah dan Hidayah
(2011) sebanyak 207 tempat penampungan air dalam keadaan terbuka 121
(58.5%) diantaranya tidak terdapat larva. Hal ini dapat terjadi karena
responden membersihkan tempat penampungan air secara rutin (1 minggu
sekali) atau tempat penampungan air berukuran kecil, sehingga air dalam
tempat penampungan air cepat habis dan tidak memungkinkan nyamuk
Aedes aegypti betina untuk meletakkan telurnya di tempat penampungan
air tersebut.
Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa kontainer yang ada
penutupnya masih bisa mengalami kepadatan jentik Aedes aegypti hal ini
disebabkan karena kontainer yang ada penutupnya seperti drum yang
digunakan warga sebagai penampungan air cadangan yang jarang
digunakan dan jarang dibersihkan sehingga bisa memicu terjadinya
kepadatan jentik.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Kontainer jenis drum dan sumur sulit untuk diobservasi keberadaan
jentiknya, maka peneliti memperkuat hasil observasi pada kontainer
tersebut sesuai dengan pendapat Depkes (2005) yaitu apabila kontainer
jenis drum dan sumur beresiko adanya jentik Aedes aegypti kondisi
tutupnya masih ada celah dan tidak terdapat tutup, suasana yang lembab,
tidak terang, dan terlindung dari sinar matahari dan apabila kontainer jenis
99
drum dan sumur tersebut tidak beresiko adanya jentik, terdapat tutup pada
kontainer dan tidak ada celah, suasana tidak lembab dan terang.
2. Uji statistik untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian
ini menggunakan uji non parametrik, sehingga memiliki tingkat
sensitifitas yang kurang dibanding dengan uji parametrik meskipun hasil-
nya berhubungan. Namun peneliti telah melengkapi hasil penelitian
dengan teori dan penelitian terdahulu yang mendukung, sehingga mem-
perkuat hasil penelitian.
100
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Indikator HI, CI, dan BI untuk Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah
kerja Puskesmas Wungu terdapat kepadatan jentik Aedes aegypti yang
tinggi, hal ini terlihat dari tabel larva indeks pada kolom angka Densitifity
Figure (DF) > 5 atau berada pada skala 6-9.
2. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah
kerja Puskesmas Wungu sebagian besar sudah melaksanakan PSN DBD
dengan baik sebanyak 215 (67,8%).
3. Ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD dengan kepadatan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja
Puskesmas Wungu Kabupaten Madiun p= 0,007, RP (95% CI) = 1,230
(1,080 – 1,400).
4. Ada hubungan antara bahan kontainer dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun p= 0,000 RP (95% CI) = 1,328 (1,159 –
1,522).
101
5. Ada hubungan antara warna kontainer dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun p= 0,006 RP (95% CI) = 1,225 (1,063 –
1,410).
6. Ada hubungan antara letak kontainer dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun p= 0,034 RP (95% CI) = 1,170 (1,020 –
1,343).
7. Ada hubungan antara tutup kontainer dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Munggut dan Wungu wilayah kerja Puskesmas
Wungu Kabupaten Madiun p= 0,009 RP (95% CI) = 1,211 (1,057 –
1,387).
6.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan meningkatkan kesadaran dalam memperhatikan
kondisi kontainer dan meningkatkan perilaku Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN DBD) dengan gerakan 3M Plus. Selain itu untuk
mengurangi resiko kepadatan jentik Aedes aegypti pada kontainer
diharapkan masyarakat menutup kontainer apabila kontainer tidak
terdapat tutup, meletakkan kontainer di tempat yang terang meskipun
tidak terkena cahaya matahari secara langsung agar suasana kontainer
tidak lembab, dan membiasakan diri menguras kontainer minimal satu
minggu sekali.
102
2. Bagi Puskesmas Wungu
Bagi Puskesmas Wungu untuk melakukan evaluasi dan pengendalian
jentik Aedes aegypti dengan lebih ketat dengan merencanakan kegiatan
PSN DBD melalui kerjasama lintas sektoral, bulan bakti 3M,
mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada setiap Rukun
Tetangga (RT) dan secara intensif melakukan penyuluhan tentang DBD.
Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui organisasi kemasyarakatan yang
ada seperti: pkk, dasa wisma, karang taruna, posyandu atau perkumpulan
masyarakat lainnya.
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Perlu meningkatkan referensi yang berkaitan dengan penyakit demam
berdarah dengue (DBD) dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepadatan jentik Aedes aegypti.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut
karena masih terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan
jentik Aedes aegypti selain pelaksanaan PSN DBD dan karakteristik
kontainer, yaitu dapat menggunakan variabel seperti sampah padat,
tempat perindukan nyamuk buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. PT Rajagafindo
Persada: Jakarta.
Amrul, H., 2007. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
Pencegahan gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kota Bandar Lampung, Tesis, Jakarta:
Universitas Indonesia.
Aniq, L. 2015. Hubungan Karakteristilk Kontainer Dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti di Wilayah Endemis dan Non Endemis Demam
Berdarah Dengue.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta: Jakarta.
Ayu, Putri. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Nuha Medika: Yogyakarta.
Ayunistyah, 2013. Perbedaan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan
Karakteristik Kontainer Di Daerah Endemis Demam Berdarah Den-
gue Studi Kasus Di Kelurahan Bangetayu Wetan Kota Semarang
Tahun 2013. Skripsi.
Badrah & Hidayah. 2011. Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk Aedes
aegypti Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan
Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. J.
Trop. Pharm. Chem, Vol 1. No. 2, hlm 153-160. Indonesia
Booroto. 2013. Hubungan Antara Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti Di
Lingkungan I Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea Kota
Manado. Bidang Minat Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Samratulangi.
Budiman. 2016. Hubungan Pelaksanaan Kegiatan 3M Dengan Kepadatan
Jentik Aedes aegypti Di Kelurahan Kawua Kabupaten Poso.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah, Palu.
Cendrawirda. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tembilan Kota
Kecamatan Tembilan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau
Tahun 2013 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. 2017 Pofil Kesehatan Kabupaten Madiun
2017. Madiun: Dinkes Kab. Madiun
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2016. Pofil Kesehatan Propinsi Jawa
Timur 2016. Surabaya: Dinkes Jatim.
Ditjen P2PL. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik-PSN Anak Sekolah. Jakarta:
Kemenkes RI.
Depkes RI.2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
Di Indonesia. Jakarta. Ditjen P2PL.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam
Berdarah Dengue, Jakarta.
Dinata, A. & Dhewantara, P. W. 2012. Karakteristik Lingkungan Fisik, Biologi,
dan Desa Sosial di Dearah Endemis DBD Kota Banjar. Jurnal
Ekologi Kesehatan Vol. 11 No. 4 Hal. 315 –326.
Eka, Augesleni., Eka, Trismiana., Zaenal, Abidin., Karbito. 2012. Hubungan
Karakteristik Kontainer Tempat Penampungan Air Dengan
Keberadaan Jentik Aedes aegypti Di Kelurahan Tanjung Seneng.
Jurnal Kesehatan Holistik. Vol 8, No 1, Januari 2014: 17-20
Eka, Devia. 2013. Perbedaan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan
Karakteristik Kontainer di Daerah Endemis DBD. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.
Hasyimi, M., Harmany, N., Pangestu. 2009. Tempat-tempat Terkini Yang Disen-
agi Untuk Perkembanganbiakan Vektor Demam Berdarah Aedes sp.
Media Litbang Kesehatan XIX (2).
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue.
Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan ling-
kungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.
La, Ode Alifariki dan Mubarak. 2017. Hubungan Karakteristik Kontainer
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari. Fakultas Kedokteran, Universitas
Halu Oleo.
Mardiyani, Adi Putra dan Redi Aryanta. 2010. Hubungan Faktor Lingkungan
Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Utara. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Udayana.
Monica Ester. 2012. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, dan Pengendalian. Jakarta: EGC.
Mutia Wardani. 2011. Hubungan antara perilaku 3M (menguras, menutup dan
mengubur) dengan keberadaan larva Aedes aegypti di kecamatan
Padang Bulan. Universitas Sumatera Utara.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Gralia Indonesi: Jakarta
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Cetakan 2 Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni.Rineka Cipta:
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Rineka Cipta: Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Queensland Government. 2011. The Queensland Dengue Management Plan
2010- 2015. Fortitude Valley: Queensland Health.
Respati, Yunita Ken dan Soedjajadi Keman. 2007. Perilaku 3M, Abatisadi dan
Keberadaan Jentik Aedes aegypti Hubungannya dengan Kejadaian
Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Lingkungan 3 (2): 107-
118.
Santoso, Budiyanto A. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
Masyarakat Terhadap Vektor DBD Di Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan. J.Ekol.Kes. 7(2): 732-729.
Singh R.K, P.K. Mittal, N.K. Yadav, O.P. Gehlot, R.C. Dhiman. 2011, Aedes
aegypti indices and KAP study in Sangam Vihar, South Delhi,
During the XIX Commonwealth Games, New Delhi, 2010, Dengue
Bulletin, Volume 35, 2011, Hlm. 131-137.
Soegijanto S. 2008, Demam Berdarah Dengue: Tinjauan dan Temuan Baru di
Era. Airlangga University Press, Surabaya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sujarweni Wiratna. 2014. Metodelogi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Gava Media.
Sujarweni Wiratna. 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta:Gava Media.
WHO. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. Panduan Lengkap. Alih bahasa: Palupi Widyastuti. Editor
Bahasa Indonesia: Salmiyatun. Cetakan I. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Hlm. 58–77.
Widagdo L, Husodo BT, Bhinuri.2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai
Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus)
di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang. Makara Kesehatan.Vol.12.
Juni 2008:13-19
Widodo NP. 2012. Faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah
dengue (DBD) di kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
(Tesis). Universitas Indonesia. Jakarta. p1-2.
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta.
Zulkarnaini, Siregar, Dameria. 2008. Hubungan kondisi sanitasi lingkungan
rumah tangga dengan keberadaan jentik vektor Dengue di daerah
rawan demam berdarah Dengue kota dumai. Program Studi Ilmu
Lingkungan PPS Universitas Riau. Jurnal_ISSN 1978-5283
LAMPIRAN 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Yth. Bapak/ Ibu Calon Responden Penelitian
Di Wilayah kerja Puskesmas Wungu
Assalamua’alaikum Wr. Wb.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, akan melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti Di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun”.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh beberapa faktor yang berhubungan dengan kepadatan jentik Aedes
aegypti. Untuk itu, saya mohon kesediaannya untuk menjadi responden dalam
penelitian ini dan saya akan menjamin segala kerahasiaan Bapak/Ibu. Jika
bersedia menjadi responden, mohon untuk menandatangani lembar persetujuan
yang telah disediakan.
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas partisipasinya dan
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Madiun, Juni 2018
Hormat Saya,
Devi Ariska Indriani
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang menandatangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan dan mengerti tentang tujuan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Jentik Aedes
aegypti Di Kelurahan Munggut dan Wungu Wilayah Kerja Puskesmas Wungu
Kabupaten Madiun” yang akan dilaksanakan oleh Devi Ariska Indriani.
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian yang nantinya
akan menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti. Sebelumnya saya
sudah diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan peneliti ini dan saya
mengerti bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan diri saya. Bila saya merasa
tidak nyaman, maka saya berhak untuk mungundurkan diri.
Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun, saya bersedia berperan serta dalam peneliti ini dan bersedia/tidak
bersedia* menandatangani lembar persetujuan ini.
*coret yang tidak diperlukan
Madiun, Juni 2018
Responden,
( )
LAMPIRAN 4
Surat Telah Melakukan Penelitian di Kelurahan Munggut dan Kelurahan
Wungu
Surat dari Kelurahan Munggut
Surat Dari Kelurahan Wungu
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN
JENTIK Aedes aegypti DI KELURHAN MUNGGUT DAN WUNGU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUNGU KABUPATEN MADIUN
Kecamatan :
Kelurahan :
A. Identitas Responden
Lingkari sesuai dengan yang anda pilih
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Pekerjaan : 1. Pegawai Swasta
2. Pedagang/Wiraswasta
5. Pendidikan : 1. Tidak Sekolah
2. Tidak Tamat SD
3. SD
B. Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD)
Berilah tanda centang () pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang
anda ketahui.
Secara Fisik
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah anda menguras tempat penampungan air
minimal satu minggu sekali?
2. Apakah dalam menguras tempat penampungan
air dengan cara disikat?
3. Apakah anda menutup tempat penampungan air
yang berada di dalam dan diluar rumah?
4. Apakah anda mendaur ulang barang bekas yang
dapat menampung air hujan?
No Responden :
RW :
4. SLTP
5. SLTA
6. Perguruan Tinggi
3. PNS
4. Ibu Rumah Tangga
LAMPIRAN 5
5. Apakah anda mengganti air di vas bunga, tempat
minum burung, atau tempat lain yang sejenis
seminggu sekali?
6. Apakah dirumah anda menggunakan
kelambu/kawat kasa?
Secara Biologi
1. Apakah anda memelihara ikan pemakan jentik?
2. Apakah anda melakukan pemeriksaan jentik-
jentik nyamuk di tempat penampungan air di
rumah secara mandiri?
Secara Kimia
1. Apakah anda menggunakan/memberikan bubuk
abate pada tempat penampungan air dirumah?
2. Apakah anda menggunakan obat nyamuk seperti
lotion, obat nyamuk bakar, dan obat nyamuk
semprot?
LEMBAR OBSERVASI ATAU CHECK LIST
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KELURAHAN
MUNGGUT DAN WUNGU WILAYAH KERJA PUSKESMAS WUNGU KABUPATEN MADIUN
No Responden :
Nama :
No Kontainer
Yang Diteliti
Bahan Warna Letak Tutup Jentik
Semen
Tanah
Plastik
Keramik
Gelap Terang Dalam
Rumah
Luar
Rumah
Tanpa
penutup
Ada
penutup
Ada Tidak
1. Bak Mandi
2. Bak WC
3. Ember
4. Sumur
5. Tempayan
6. Tandon Air
7.
8.
9.
10.
Keterangan :
➢ Warna gelap : cahaya matahari tidak menembus dinding kontaier dari segala arah.
➢ Dalam rumah : suasana gelap, lembab, dan terlindungi dari sinar matahari.
➢ Tanpa penutup : kontainer keadaan terbuka atau ada penutup namun masih ada celahnya.
RW :
Kelurahan :
LA
MP
IRA
N 6
REKAPITULASI PENELITIAN
No
Responden
Kelurahan/
RW
Jenis Kontainer yang
diperiksa bahan kontainer warna kontainer letak kontainer tutup kontainer
kontainer
positif
jentik
1 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen gelap,terang,gelap,gelap
luar,luar,luar
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 1
2 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, plastik,
plastik, semen,
plastik
gelap ,terang, terang,
terang, gelap
luar,luar,luar,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
3 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar,dalam,dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 1
4 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
plastik, semen,
plastik terang, terang, gelap luar,luar,dalam tidak ada, ada, ada 1
5 Munggut/01 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam,dalam tidak ada, tidak ada 2
6 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, gelap, terang luar,luar,dalam tidak ada, ada, ada 2
7 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap dalam,dalam,luar
ada, tidak ada, tidak
ada 2
8 Munggut/01 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar,luar ada, ada 1
9 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, terang, terang luar,luar,luar tidak ada, ada, ada 1
10 Munggut/01
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar,luar,dalam,lua
r
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 3
11 Munggut/01
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
gelap, gelap
luar,dalam,luar,lua
r
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
12 Munggut/01
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan tandon
air, sumur
keramik, plastik,
plastik, semen,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang, gelap, terang
luar,dalam,luar,lua
r,luar
ada, tidak ada, ada,
ada, ada, tidak ada 1
13 Munggut/01 bak mandi, bak WC, ember, tempayan
semen, semen, plastik, semen
terang, gelap, gelap, gelap
luar,dalam,dalam,dalam
tidak ada, tidak ada, ada, tidak ada 1
LA
MP
IRA
N 7
14 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, plastik,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
luar, luar, luar,
luar
tidak ada, ada,
ada,ada 1
15 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
terang, terang
luar, dalam, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
16 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 1
17 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik gelap, terang, terang luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada 1
18 Munggut/01 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 1
19 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik gelap, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
20 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, dalam,
dalam , luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 3
21 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
plastik, plastik,
plastik, semen
gelap, terang, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 3
22 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
23 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
24 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, plastik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 1
25 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak
ada,ada 1
26 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik gelap, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
27 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 1
28 Munggut/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, terang, gelap dalam, dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
29 Munggut/02 bak mandi, bak WC semen, semen terang, terang luar, luar ada, ada 1
30 Munggut/02 bak mandi, bak WC, semen, semen, gelap, gelap, terang, dalam, dalam, tidak ada, ada, tidak 2
ember, tempayan plastik, semen gelap dalam, dalam ada, tidak ada
31 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, luar, dalam,
luar
tidak ada, ada, ada,
ada 2
32 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam tidak ada, ada, ada 2
33 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap,terang,
gelap, gelap
dalam, dalam, luar,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
34 Munggut/02
bak mandi, bak wc,
ember
semen, semen,
plastik gelap, terang, gelap
dalam, dalam,
dalam tidak ada, ada, ada 2
35 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, dalam, luar,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 2
36 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
dalam, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
37 Munggut/02 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 1
38 Munggut/02
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
39 Munggut/02 bak mandi, bak WC keramik, plastik terang, terang luar, luar ada, ada 1
40 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
41 Munggut/02 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 1
42 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak
ada,ada 2
43 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
terang, gelap
luar, luar, luar,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
44 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang,terang
luar, dalam, luar,
luar, dalam
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, ada 1
45 Munggut/02 bak mandi, bak WC, ember, tempayan
keramik, keramik, plastik, semen
terang, terang, gelap, terang luar, luar, luar, luar
tidak ada,ada, ada, ada 1
46 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 3
47 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
48 Munggut/02 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam ada, ada 1
49 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 3
50 Munggut/02 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar, luar ada, ada 1
51 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
52 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 2
53 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
54 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
55 Munggut/02
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen gelap, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, , tidak
ada, tidak ada 1
56 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, ada,
ada,ada 2
57 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik gelap,terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
58 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
59 Munggut/02 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang, terang luar, luar ada, ada 1
60 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang luar, dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
61 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
gelap, terang, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 3
62 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
keramik, keramik,
plastik, semen,
terang, terang, gelap,
terang, terang
luar, luar, luar,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
air plastik
63 Munggut/02
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan tandon
air, sumur
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
terang, gelap, gelap
luar, luar, dalam,
dalam, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 1
64 Munggut/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
65 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 2
66 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap , terang, gelap,
gelap, gelap
dalam, dalam, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 2
67 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, terang, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
68 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
69 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
70 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik gelap, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
71 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, plastik,
plastik, semen
gelap, terang terang,
terang
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, ada, ada,
ada 3
72 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 3
73 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, luar ada, ada, ada 2
74 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
75 Munggut/03 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 1
76 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, gelap,
terang, terang
luar, luar, luar,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada, tidak
ada 1
77 Munggut/03 bak mandi, ember, bak WC
semen, semen, plastik gelap, gelap, gelap
dalam, dalam, dalam
tidak ada, ada, tidak ada 1
78 Munggut/03
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, dalam tidak ada, ada, ada 2
79 Munggut/03
bak mandi, bak wc,
ember
keramik, keramik,
plastik gelap, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
80 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak
ada,ada 1
81 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, ada, ada,
ada 2
82 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
83 Munggut/03
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
keramik terang, gelap, gelap luar, dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
84 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap terang gelap,
terang, terang
luar, dalam, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
85 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, dalam tidak ada, ada, ada 2
86 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
87 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
gelap, gelap
luar, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak
ada 1
88 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
gelap, gelap
luar, luar, luar,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
89 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
90 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
dalam, dalam
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, ada 1
91 Munggut/03 bak mandi, ember, bak keramik, plastik, terang, gelap, terang luar, dalam, dalam tidak ada, ada, ada 2
WC plastik
92 Munggut/03 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 1
93 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, terang, terang luar, luar tida ada, ada, ada 2
94 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
gelap, terang
dalam, dalam,
dalam, luar, luar,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
95 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 1
96 Munggut/03 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 1
97 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 3
98 Munggut/03 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
99 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
100 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 3
101 Munggut/03
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap luar, luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
102 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
gelap, terang
luar, dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
103 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada 1
104 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
105 Munggut/04 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
106 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
107 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
108 Munggut/04 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar, luar ada, ada 1
109 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, dalam, dalam tidak ada, ada, ada 1
110 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 1
111 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada 2
112 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
ada, tidak ada, ada,
ada 2
113 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
114 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada 1
115 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 1
116 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 2
117 Munggut/04
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
plastik gelap, terang terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
118 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
119 Munggut/04 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar, luar ada, ada 1
120 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak
ada,ada 1
121 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, plastik,
plastik, semen gelap, terang, terang
luar, luar, luar,
dalam tidak ada, ada, ada 3
122 Munggut/04
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik terang, gelap, gelap
luar, luar, luar,
luar, dalam tidak ada, ada, ada 1
123 Munggut/05
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan,tandon air, sumur
semen, semen,
plastik, semen, plastik semen
gelap, gelap, gelap, terang, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam, dalam, luar, luar tidak ada, tidak ada 1
124 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, gelap, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
125 Munggut/05 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
126 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
gelap, terang, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 2
127 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
128 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
129 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, ada, ada,
ada 1
130 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
131 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
dalam, dalam, luar,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 3
132 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 3
133 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang dalam, luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
134 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, terang, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 2
135 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 1
136 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
137 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, terang, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
138 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
139 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon air
semen, semen,
plastik, semen, plastik terang, gelap, gelap
luar, dalam, dalam, dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak ada 1
140 Munggut/05 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 1
141 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 2
142 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
143 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 2
144 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam tidak ada, ada, ada 1
145 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada 2
146 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, ember
keramik, keramik,
plastik, plastik
terang, terang, terang,
gelap
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 2
147 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
semen
gelap, gelap, terang,
gelap, gelap
luar, dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak
ada 1
148 Munggut/05 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam ada, ada 1
149 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, terang, gelap
dalam, dalam,
dala,
tidak ada, tidak ada,
ada 2
150 Munggut/05 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar, luar tidak ada, ada, ada 1
151 Munggut/05
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada 2
152 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 1
153 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
154 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik terang, terang
luar, dalam, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
155 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
156 Munggut/06 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang, gelap dalam, dalam tidak ada, ada, ada 1
157 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
gelap, terang, terang,
terang
luar, dalam, dalam,
dalam
ada, tidak ada, ada,
ada 1
158 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, sumur
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 2
159 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
160 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, sumur
semen, semen,
plastik, semen gelap, gelap, gelap, gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, , tidak ada 3
161 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 2
162 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
gelap, terang
luar, dalam, luar,
luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 1
163 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, terang,
terang
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
164 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap luar, luar, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 1
165 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, ada, ada,
ada 2
166 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, gelap,
gelap, terang
dalam, dalam,
dalam, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, tidak ada 1
167 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
gelap, terang
dalam, dalam,
dalam, dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
168 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, ember
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, terang
luar, dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
169 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 1
170 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap,
terang
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada 3
171 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
gelap, terang, terang,
terang
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 2
172 Munggut/06 bak mandi, bak WC, semen, semen, gelap, gelap, terang, dalam, dalam, luar, tidak ada, tidak ada, 1
ember, tempayan, ember plastik, semen,
plastik
gelap, gelap dalam, luar ada
173 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, sumur
keramik, keramik,
plastik, semen,
semen
terang, gelap, terang,
gelap, terang
luar, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak
ada, ada, ada, ada,
tidak ada 1
174 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 3
175 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam ada, ada 1
176 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 2
177 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tida ada, tidak ada,
ada 1
178 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
179 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, ember
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
gelap, gelap
luar, luar, luar,
luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak
ada 1
180 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam, dalam,
luar, luar, dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada, ada 2
181 Munggut/06 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar, luar ada, ada 1
182 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar, luar tidak ada, tidak ada 1
183 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
184 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
luar, luar, dalam ,
luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 1
185 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, terang,
gelap luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 2
186 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, gelap,
gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam, luar, dalam
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, tidak ada 1
187 Munggut/06 bak mandi, bak WC, keramik, keramik, terang, terang, terang, luar, luar, dalam, tidak ada, tidak ada, 1
ember, tempayan, tandon
air
plastik, semen,
plastik
gelap, terang luar, luar ada, ada, ada
188 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
terang, terang
luar, luar, luar,
luar, dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, ada, ada 1
189 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam tidak ada, tidak ada 1
190 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 3
191 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, terang, gelap,
terang
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 2
192 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, dalam, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
193 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, terang
luar, luar, luar,
luar, dalam
tidak ada, ada, ada,
ada, ada 1
194 Munggut/06
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen terang, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 3
195 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, gelap,
gelap, terang
dalam, dalam,
dalam, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
196 Munggut/06 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
197 Munggut/06
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
198 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada 1
199 Wungu/01 bak mandi keramik terang luar ada 1
200 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam tidak ada, ada, ada 2
201 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon air
keramik, keramik,
plastik, semen, plastik
terang, terang, gelap, gelap, terang
dalam, luar, dalam, luar, luar
tida ada, ada, tidak ada, tidak ada, ada 1
202 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, terang
dalam, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
203 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, gelap,
terang, terang
dalam, dalam,
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada, ada 1
204 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
gelap, terang
dalam, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, ada 1
205 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
206 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, ember
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
gelap, terang
luar, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada, ada 1
207 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen terang, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, tidak
ada 2
208 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, dalam tidak ada, ada, ada 1
209 Wungu/01 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
210 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
211 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, gelap,
gelap, gelap
dalam, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada, ada 1
212 Wungu/01 bak mandi, bak WC keramik, plastik gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
213 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, plastik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, gelap,
terang, terang
dalam, dalam,
dalam, luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
214 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
gelap, terang
dalam, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
215 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, ember
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, terang
dalam, dalam,
dalam, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada, tidak
ada 1
216 Wungu/01 bak mandi, bak WC keramik, keramik gelap, gelap luar, luar tidak ada, ada, ada 3
217 Wungu/01 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang terang luar, luar tidak ada, tidak ada 2
218 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, plastik,
plastik terang, terang, terang
dalam, dalam,
dalam tida ada, ada, ada 1
219 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, terang
dalam, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
220 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
terang, gelap
luar, dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
221 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, ember
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, gelap,
terang, terang
luar, luar, luar,
luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
222 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam, luar, luar
ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
223 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, sumur
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
terang, gelap
luar, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
224 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, terang
luar, dalam, dalam,
luar, luar
tidak ada, ada, tidak
ada, ada, ada 1
225 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, dalam, luar,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
226 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
keramik terang, terang, gelap luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
227 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen gelap, gelap, terang dalam, luar, dalam
tidak ada, ada, tidak
ada 1
228 Wungu/01 bak mandi, bak wc, keramik, plastik, gelap, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
ember plastik
229 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, dalam,
dalam, luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
230 Wungu/01 bak mandi semen gelap dalam tidak ada 1
231 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
plastik terang, terang, gelap luar, luar, dalam tidak ada, ada, ada 1
232 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen gelap, terang, gelap dalam, dalam, luar
tidak ada, ada, tidak
ada 2
233 Wungu/01 bak mandi, bak WC semen, semen terang, terang dalam, dalam ada, ada 2
234 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, tidak
ada 2
235 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen gelap, terang, terang dalam, luar, dalam tidak ada, ada, ada 1
236 Wungu/01 bak mandi, bak WC semen, semen terang, terang dalam, dalam ada, ada 2
237 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 1
238 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, sumur
keramik, keramik,
plastik, semen,
semen
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak
ada 1
239 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
gelap, gelap
dalam, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak
ada 1
240 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, tidak ada 1
241 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, semen,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, dalam, luar,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
242 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon air
keramik, keramik,
plastik, semen, plastik
terang, gelap, terang, gelap, terang
luar, luar, luar, luar, luar
tida ada, ada, ada, tidak ada, ada 1
243 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, gelap,
dalam, dalam,
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, ada 1
244 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
gelap, gelap
dalam, dalam, luar,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
245 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada, ada 1
246 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
gelap, gelap
luar, luar, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada, ada 1
247 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
semen terang, gelap, gelap luar, dalam, luar
tidak ada, ada, tidak
ada 2
248 Wungu/01
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
249 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, dalam,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 1
250 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, terang,
terang
dalam, luar, dalam,
dalam
tidak ada, ada, ada,
ada 1
251 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada, ada 1
252 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
gelap, gelap
luar, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
253 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, terang,
gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 1
254 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
dalam, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
255 Wungu/01 bak mandi, bak WC, keramik, keramik, gelap, terang, terang, dalam, luar, luar, tidak ada, ada, ada, 1
ember, tempayan plastik, semen terang luar ada
256 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, dalam, luar,
dalam, dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada, ada 1
257 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
gelap, gelap
dalam, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
258 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 3
259 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada 1
260 Wungu/01
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang luar, dalam, dalam tidak ada, ada, ada 1
261 Wungu/02
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
keramik gelap, terang, terang luar, luar, dalam tidak ada, ada, ada 2
262 Wungu/02
bak mandi, bak wc,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam tidak ada, ada, ada 2
263 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
dalam, luar, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, ada 1
264 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap,
terang
dalam, luar, luar,
luar
tidak ada, tidak ada,
ada, tidak ada 1
265 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
terang, gelap
luar, dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
266 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, gelap luar, dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
267 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik terang, gelap, terang
luar, dalam,
dalam,dalam,
dalam
tidak ada tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
268 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
keramik, keramik,
plastik, semen,
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, luar, luar,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
air plastik
269 Wungu/02
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan,tandon
air, sumur
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik, semen
gelap, terang, gelap,
gelap, gelap, terang
luar, luar, dalam,
dalam, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada 1
270 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik gelap, gelap, gelap dalam, luar, dalam tidak ada, ada, ada 1
271 Wungu/02
bak mandi, bak wc,
ember, tempayan tandon
air, sumur
semen, semen,
plastik, semen,
plastik, semen
gelap, gelap, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam, dalam,
dalam, luar,
dalam,dalam
tidak ada, tidak
ada, tidak ada, ada,
ada, tidak ada 1
272 Wungu/02 bak mandi, bak WC keramik, plastik terang, terang luar, luar ada, ada 1
273 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang dalam, luar, luar tidak ada, ada, ada 2
274 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam, dalam, luar,
dalam, dalam
tidak ada. tidak ada,
ada, ada 1
275 Wungu/02 bak mandi, ember keramik, plastik terang, terang luar, luar ada, ada 2
276 Wungu/02 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
277 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
gelap, terang
luar, dalam, luar,
luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada, ada 1
278 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 1
279 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam, dalam,
dalam, luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
280 Wungu/02
bak mandi, ember, bak
WC, ember
keramik, plastik,
keramik, plastik
gelap, terang, gelap,
gelap luar, luar, luar, luar
tidak ada, ada, ada,
ada 2
281 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen gelap, gelap, gelap, gelap
dalam, dalam, luar,
luar
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada 3
282 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon air
keramik, keramik,
plastik, semen, plastik
terang, terang, terang, gelap, terang
luar, dalam, luar, luar, dalam
tidak ada, tidak ada, ada, ada, ada 1
283 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
terang, terang
luar, luar, luar,
luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
284 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
285 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, luar, dalam,
luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 2
286 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, terang, terang,
gelap, terang
dalam, dalam, luar,
luar, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
287 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
dalam, luar, luar,
luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 1
288 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam, dalam,
dalam, luar, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
289 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, terang,
terang, terang
luar, luar, luar,
dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
290 Wungu/02 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap dalam, dalam tidak ada, tidak ada 2
291 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar, dalam, dalam
tidak ada, tidak ada,
ada 1
292 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, terang,
gelap, gelap
dalam, luar, luar,
luar
tidak ada, tidak
ada, ada, ada, ada 1
293 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 1
294 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang luar, dalam, luar tidak ada, ada, ada 2
295 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
keramik, keramik,
plastik, semen
terang, gelap, gelap,
gelap
luar, luar, luar,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 1
296 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
keramik, keramik,
plastik, semen,
terang, terang, terang,
gelap, gelap
luar, luar, dalam ,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
air plastik
297 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, gelap, gelap,
terang, gelap
luar, luar, luar,
dalam, luar
tidak ada, ada, tidak
ada, tidak ada,
tidak ada 3
298 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastik terang, gelap, gelap luar, dalam, luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 1
299 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
semen, semen,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam, dalam, luar,
dalam, dalam
tidak ada, ada, ada,
tidak ada, tidak ada 3
300 Wungu/02
bak mandi, ember, bak
WC
semen, plastik,
semen gelap, gelap, terang
dalam, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada 2
301 Wungu/02
bak mandi, bak wc,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, terang luar, luar, luar tidak ada, ada, ada 1
302 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan
semen, semen,
plastik, semen gelap, gelap, gelap, gelap
dalam, luar, dalam,
dalam
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada 1
303 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, terang,
terang, gelap
luar, dalam, dalam,
luar, luar
tidak ada, tidak ada,
ada, ada, ada 1
304 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember, tempayan, tandon
air
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
terang, terang, gelap,
terang, terang
luar, dalam, dalam,
dalam, dalam
tidak ada, tidak ada
ada, ada, ada 1
305 Wungu/02
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, keramik,
plastik, semen,
plastik
gelap, gelap, gelap,
terang, gelap
dalam,dalam,luar,l
uar,luar
tidak ada, tidak ada,
tidak ada, tidak ada,
ada 1
306 Wungu/02 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang dalam,dalam tidak ada, ada 1
307 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar,luar,luar tidak ada, ada, ada 2
308 Wungu/02
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, keramik,
plastik terang, gelap, terang luar,dalam,dalam tidak ada, ada, ada 1
309 Wungu/02 bak mandi, bak WC semen, semen gelap, gelap luar,dalam tidak ada, tidak ada 2
310 Wungu/02 bak mandi, bak WC, ember
keramik, keramik, plastik terang, gelap, terang luar,luar,dalam tidak ada, ada, ada 1
311 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
semen, semen,
plastil gelap, gelap, gelap dalam,dalam,luar
tidak ada, ada, tidak
ada 1
312 Wungu/02 bak mandi keramik terang luar tidak ada 1
313 Wungu/02
bak mandi, ember, bak
WC
keramik, plastik,
keramik terang, terang, terang luar,dalam,dalam tidak ada, ada, ada 1
314 Wungu/02 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar,dalam tidak ada, tidak ada 2
315 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, gelap luar,luar,dalam tida ada, ada, ada 1
316 Wungu/02 bak mandi, bak WC keramik, keramik terang, terang luar,dalam tidak ada 1
317 Wungu/02
bak mandi, bak WC,
ember
keramik, keramik,
plastik terang, terang, terang luar,luar,dalam tidak ada, ada, ada 1
HASIL OUTPUT PENELITIAN
1. Univariat
a. Jenis Kelamin
b. Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Remaja (12-25 Tahun) 17 5.4 5.4 5.4
Dewasa (26-25
Tahun) 149 47.0 47.0 52.4
Lansia (46-65 Tahun) 136 42.9 42.9 95.3
Manula (>65 Tahun) 15 4.7 4.7 100.0
Total 317 100.0 100.0
c. Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pegawai Swasta 53 16.7 16.7 16.7
Pedagang/Wirasw
asta 71 22.4 22.4 39.1
PNS 68 21.5 21.5 60.6
Ibu Rumah
Tangga 125 39.4 39.4 100.0
Total 317 100.0 100.0
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 161 50.8 50.8 50.8
Perempuan 156 49.2 49.2 100.0
Total 317 100.0 100.0
LAMPIRAN 8
d. Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tingkat Dasar 154 48,6 38,6 65,6
Tingkat Menengah
Atas 140 44.2 44.2 92.7
Tingkat Tinggi
(Diploma/Sarjana) 23 7.3 7.3 100.0
Total 317 100.0 100.0
e. Pelaksanaan PSN DBD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang baik 102 32.2 32.2 32.2
baik 215 67.8 67.8 100.0
Total 317 100.0 100.0
f. Jenis Kontainer
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bak Mandi 317 27.2 27.2 27.2
Bak WC 314 27.0 27.0 54.2
Ember 291 25.0 25.0 79.1
Sumur 8 .7 .7 79.8
Tempayan 161 13.8 13.8 93.6
Tandon Air 74 6.4 6.4 100.0
Total 1165 100.0 100.0
g. Bahan Kontainer Tiap Rumah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Bahan semen dan tanah 505 43.3 43.3 43.3
Bahan keramik dan plastik 660 56.7 56.7 100.0
Total 1165 100.0 100.0
h. Warna Kontainer Tiap Rumah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Warna Gelap 612 52.5 52.5 52.5
Warna Terang 553 47.5 47.5 100.0
Total 1165 100.0 100.0
i. Letak Kontainer Tiap Rumah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Dalam Rumah 548 47.0 47.0 47.0
Luar Rumah 617 53.0 53.0 100.0
Total 1165 100.0 100.0
j. Tutup Kontainer Tiap Rumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tanpa Penutup 522 44.8 44.8 44.8
Ada Penutup 643 55.2 55.2 100.0
Total 1165 100.0 100.0
k. Bahan Kontainer
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid bahan semen dan tanah 143 45.1 45.1 45.1
bahan keramik dan plastik 174 54.9 54.9 100.0
Total 317 100.0 100.0
l. Warna Kontainer
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid warna gelap 162 51.1 51.1 51.1
warna
terang 155 48.9 48.9 100.0
Total 317 100.0 100.0
m. Letak Kontainer
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid dalam rumah 153 48.3 48.3 48.3
luar rumah 164 51.7 51.7 100.0
Total 317 100.0 100.0
n. Tutup Kontainer
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tanpa penutup 142 44.8 44.8 44.8
ada penutup 175 55.2 55.2 100.0
Total 317 100.0 100.0
o. Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid padat 228 71.9 71.9 71.9
tidak padat 89 28.1 28.1 100.0
Total 317 100.0 100.0
2. Bivariat
a. Pelaksanaan PSN DBD dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.100a 1 .004
Continuity Correctionb 7.356 1 .007
Likelihood Ratio 8.553 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .003
Linear-by-Linear
Association 8.074 1 .004
N of Valid Casesb 317
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,64.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
Total padat tidak padat
pelaksanaan
PSNDBD
kurang baik Count 84 18 102
Expected Count 73.4 28.6 102.0
% within
pelaksanaanPSNDBD 82.4% 17.6% 100.0%
baik Count 144 71 215
Expected Count 154.6 60.4 215.0
% within
pelaksanaanPSNDBD 67.0% 33.0% 100.0%
Total Count 228 89 317
Expected Count 228.0 89.0 317.0
% within
pelaksanaanPSNDBD 71.9% 28.1% 100.0%
b. Bahan Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
pelaksanaanPSNDBD (kurang
baik / baik)
2.301 1.284 4.122
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
= padat
1.230 1.080 1.400
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
= tidak padat
.534 .337 .847
N of Valid Cases 317
Crosstab
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
Total padat tidak padat
BahanKontainer bahan semen
dan tanah
Count 119 24 143
Expected Count 102.9 40.1 143.0
% within
BahanKontainer 83.2% 16.8% 100.0%
bahan keramik
dan plastik
Count 109 65 174
Expected Count 125.1 48.9 174.0
% within
BahanKontainer 62.6% 37.4% 100.0%
Total Count 228 89 317
Expected Count 228.0 89.0 317.0
% within
BahanKontainer 71.9% 28.1% 100.0%
Risk Estimate
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 16.452a 1 .000
Continuity Correctionb 15.449 1 .000
Likelihood Ratio 17.022 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 16.400 1 .000
N of Valid Casesb 317
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 40,15.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for BahanKontainer
(bahan semen dan tanah / bahan
keramik dan plastik)
2.957 1.731 5.051
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti =
padat
1.328 1.159 1.522
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti =
tidak padat
.449 .297 .679
N of Valid Cases 317
Chi-Square Tests
c. Warna Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.243a 1 .004
Continuity Correctionb 7.541 1 .006
Likelihood Ratio 8.295 1 .004
Fisher's Exact Test .006 .003
Linear-by-Linear Association 8.217 1 .004
N of Valid Casesb 317
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 43,52.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
Total padat tidak padat
WarnaKontainer warna gelap Count 128 34 162
Expected Count 116.5 45.5 162.0
% within
WarnaKontainer 79.0% 21.0% 100.0%
warna terang Count 100 55 155
Expected Count 111.5 43.5 155.0
% within
WarnaKontainer 64.5% 35.5% 100.0%
Total Count 228 89 317
Expected Count 228.0 89.0 317.0
% within
WarnaKontainer 71.9% 28.1% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for WarnaKontainer
(warna gelap / warna terang) 2.071 1.254 3.418
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti =
padat
1.225 1.063 1.410
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti =
tidak padat
.591 .410 .853
N of Valid Cases 317
d. Letak Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Crosstab
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
Total padat tidak padat
LetakKontainer dalam rumah Count 119 34 153
Expected Count 110.0 43.0 153.0
% within
LetakKontainer 77.8% 22.2% 100.0%
luar rumah Count 109 55 164
Expected Count 118.0 46.0 164.0
% within
LetakKontainer 66.5% 33.5% 100.0%
Total Count 228 89 317
Expected Count 228.0 89.0 317.0
% within
LetakKontainer 71.9% 28.1% 100.0%
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.018a 1 .025
Continuity Correctionb 4.473 1 .034
Likelihood Ratio 5.059 1 .024
Fisher's Exact Test .033 .017
Linear-by-Linear Association 5.002 1 .025
N of Valid Casesb 317
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 42,96.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for LetakKontainer
(dalam rumah / luar rumah) 1.766 1.071 2.913
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti =
padat
1.170 1.020 1.343
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti =
tidak padat
.663 .459 .956
N of Valid Cases 317
Chi-Square Tests
e. Tutup Kontainer dengan Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.461a 1 .006
Continuity Correctionb 6.790 1 .009
Likelihood Ratio 7.603 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .004
Linear-by-Linear Association 7.437 1 .006
N of Valid Casesb 317
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,87.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
Total padat tidak padat
TutupKontainer tanpa penutup Count 113 29 142
Expected Count 102.1 39.9 142.0
% within
TutupKontainer 79.6% 20.4% 100.0%
ada penutup Count 115 60 175
Expected Count 125.9 49.1 175.0
% within
TutupKontainer 65.7% 34.3% 100.0%
Total Count 228 89 317
Expected Count 228.0 89.0 317.0
% within
TutupKontainer 71.9% 28.1% 100.0%
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for TutupKontainer
(tanpa penutup / ada penutup) 2.033 1.216 3.398
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
= padat
1.211 1.057 1.387
For cohort
Kepadatan_jentik_AedesAegypti
= tidak padat
.596 .406 .875
N of Valid Cases 317
Risk Estimate
Risk Estimate
Risk Estimate
LAMPIRAN 9
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 pemeriksaan jentik pada kontainer bak mandi
Gambar 2 pemeriksaan kontainer bak mandi
Gambar 3 pemeriksaan jentik pada kontainer ember
Gambar 4 pemeriksaan jentik pada sumur
Gambar 5 wawancara dengan responden
Gambar 6 wawancara dengan responden
LA
MP
IRA
N 1
0
LA
MP
IRA
N 1
1